ABILITY AND INDEPENDENCE OF FARMER GROUPS ON DEVELOPMENT OF SAGO AGRIBUSINESS AS ALTERNATIVE FOODSTUFF IN KEPULAUAN MERANTI REGENCY RIAU PROVINCE 1
Sudarmadi1), Rosnita2), Sorea Khaswarina2) Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau Fakultas Pertanian Universitas Riau
[email protected] ABSTRACT
The purpose of this research is to have knowledge about ability and independence of farmer groups in developing sago agribusiness. This research conducted in Kepulauan Meranti regency on January to June 2016. This research is using survey method and purposive sampling as the gaining respondent method for 39 farmer group managers and also simple random sampling for 65 members in certain groups. Analysis tool which are used descriptive analysis and liket scale analysis. Result of this research shows that : The development of sago agribusiness seen from agribusiness subsystem such as : Production Facility Subsystem (citizen will not get in trouble to get production facilities). Agriculturan Business Subsystem (citizen knows about sago cultivation aspect). Sago Agroindustry Subsystem (Sago manufacturing are still only about wet and dry sago powder). Marketing Subsystem (Sago marketing consists of sago trunk and sago powder), which are 4 channels of sago trunk marketing and 4 channels of sago powder marketing. Supporting Department Subsystem (this subsystem is not giving a quite good impact for sago farmers). The ability of farmer group as middle category. The independence of farmer group as quite independent. Key Words: Sago farmer, Agribusiness subsystem, Farmer group, Ability and independence of farmer group 7.487 kepala keluarga yang terbagi di
PENDAHULUAN Kabupaten
Kepulauan
Meranti
sembilan
kecamatan
di
Kabupaten
merupakan Kabupaten yang memiliki
Kepulauan Meranti (Dinas Perkebunan
areal sagu terluas di Provinsi Riau.
dan
Terdapat dua pola dalam pengembangan
Meranti, 2016).
Kehutanan
Kabupaten
Kepulan
perkebunan sagu yaitu pengembangan
Upaya yang dilakukan petani
pola perusahaan dan pola swadaya murni.
untuk dapat meningkatkan pengetahuan
Pada tahun 2015 pengelolaan sagu dengan
dan
pola swadaya memiliki luas mencapai
keberdayaan
adalah
dengan
membentuk
kelompoktani.
Jumlah
38.614 ha dengan produksi 202.062 ton,
kelompoktani
sagu
dengan jumlah petani sagu berjumlah
Kabupaten Kepulauan Meranti berjumlah
yang
berada
di
8
Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi Februari 2017 Hal : 8-21
51
kelompoktani.
Terdapat
25
kondisi
yang
pembangunan pertanian adalah petani-
kelompoktani
petani (perkebun, peternak, dan nelayan)
memiliki kondisi baik (Dinas Perkebunan
kecil, yang tergolong pengusaha lemah,
dan
Kepulan
yang tidak saja lemah permodalan atau
untuk
asset yang dimilikinya, tetapi terutama
meningkatkan kemandirian kelompoktani
lemah dalam pendidikan, keterampilan,
pemerintah sudah memberikan peranan
teknologi yang digunakan dan sering juga
berupa bantuan: penyedian bibit unggul,
lemah dalam semangatnya untuk maju.
kelompoktani
memiliki
kurang
dan
baik
Kehutanan
Meranti,
26
Kabupaten
2016)..
Disisi
lain
menyatakan
pupuk, obat-obatan, pemeliharaan kebun
bahwa
pelaku
utama
Adapun tujuan dari penelitian ini
dan pengembangan kebun sagu. Akan
adalah untuk:
tetapi perhatian pemerintah ini belum bisa
1. Mengetahui pengembangan agribisnis
dimaksimalkan oleh kelompoktani untuk
sagu
lebih
Kabupaten Kepulauan Meranti.
meningkatkan
kemampuan
dan
kemandirian kelompoktani. Pembangunan
mata
dilakukan
2. Menganalisis
agribisnis
sagu
harus berbasiskan kepentingan petani, karena
yang
sagu
masyarakat berada disektor perkebunan
kelompoktani
sagu.
Kepulauan Meranti.
yang
di
Kabupaten
Kepulauan Meranti. 3. Menganalisis
permasalahan
di
kemampuan
dominan
Beberapa
pencarian
kelompoktani
petani
kemandirian sagu
di
Kabupaten
dialami oleh petani sagu adalah 1). Lemah dalam
pengetahuan
keterampilan
2).
METODE PENELITIAN Penelitian
Lemah posisi tawar dalam menjual hasil panen (tual sagu) 2). Kelembagaan yang ada belum berfungsi dengan maksimal sebagai mana mestinya. 3). Terbinanya hubungan
patron-client
antara
petani
dengan pedagang. 4). Lemah semangat untuk maju dan berdaya guna dalam berusahatani. Hal ini sejalan dengan pendapat
Mardikanto
(2009)
yang
Kabupaten
dilaksanakan
Kepulauan
Meranti
di pada
Kecamatan Tebing Tinggi Timur dan Tebing Tinggi Barat sejak bulan Januari – Juni 2016. Penelitian ini menggunakan metode survey. Pengambilan responden dilakukan secara Purposive Sampling (terhadap pengurus) kelompoktani dan Simple
Random
Sampling
terhadap
9
Ability And Independence Of Farmer Groups ……
anggota
kelompoktani,
dengan
total
dan indikator yang digunakan dapat lihat
responden 104 (39 pengurus kelompoktani
pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3.
dan 65 anggota kelompoktani). Variabel
Tabel 1. Variabel dan indikator dari karakteristik petani Dimensi Variabel X1.1. Umur X1.2. Pendidikan Karakteristik X1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga X1.4. Produksi petani sagu X1.5. Pendapatan /bulan X1.6. Pengeluaran X1.7. Pengalamaan Berusahatani
Sumber Yasin, 2003 dalam Lestari 2010 Kotler, dalam Muttaqin, 2013
Tabel 2 . Variabel dan indikator dari kemampuan kelompoktani Dimensi Variabel Indikator Kemampauan Kemampuan 1.1. Merencanakan belajar dan pertemuan/musyawarah Kelompoktani Merancanakan (1) (kelas belajar) 1.2. Merencanakan Pemanfaaan sumberdaya (pelaksana rekomendasi teknologi) (wahana kerjasama) 1.3. Merencanakan RDK dan RDKK (unit produksi) Kemampuan 1.1. Menumbuh kembangkan Kemauan/motivasi belajar Mengorganisasian (2) anggota (kelas belajar) 1.2. Mengembangkan aturan organisasi kelompok (aturan organisasi) 1.3. Mengorganisasikan pembagian tugas anggota dan pengurus kelompoktani (unit produksi) Kemampuan 1.1. Melaksanakan proses pembelajaran (kelas belajar) Melaksanakan (3) 1.2. Melaksanakan kerjasama penyediaan jasa pertanian (wahana kerjasama) 1.3. Melaksanakan RDK dan RDKK (unit produksi) Kemampuan Melakukan Pengendalian dan Pelaporan (4) Kemampuan Mengembangkan Kepemimpinan Kelompoktani (5)
1.1. Mengevaluasi kegiatan perencanaan 1.2. Mengevaluasi kinerja organisasi/kelembagaan 1.3. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan kelompoktani 1.1. Mengembangkan keterampilan dan keahlian anggota dan pengurusan kelompoktani (kelas belajar) 1.2. Meningkatkan kerjasama dalam pemgembangan organisasi (wahana kerjasama) 1.3. Mengembangkan uasaha kelompok dan hubungan kerjasasama dengan mitra usaha (unit produksi)
Sumber: PKBPSP, 2011
10
Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi Februari 2017 Hal : 8-21
Tabel 3. Variabel dan indikator kemandirian kelompoktani Variabel Indikator Kemandirian 1. Adanya pertemuan/rapat anggota/pengurus Kelompoktani (Y) 2. Disusunnya rencana kerja kelompok 3. Memiliki aturan/norma yang disepakati bersama 4. Memiliki pencatatan/pengadminitrasi organisasi 5. Menfasilitas kegiatan usaha bersama sektor hulu dan hilir 6. Memfasilitasi usahtani secara komersial dan berorietasi pasar 7. Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi 8. Adanya jalinan kerja sama antar kelompoktani dengan pihak lain 9. Adanya pemupukan modal usaha Sumber: Deptan, 2007 Analisis yang digunakan dalam
penyalur sagu yang ada di Kabupaten
penelitian ini adalah: Analisis Deskriptif
Kepulauan Meranti. Pupuk kimia yang
untuk
pengembangan
digunakan masyarakat dalam budidaya
agribisnis sagu. Analisis Skala Rikets
sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti
dalam
adalah pupuk Urea, Phosphat Alam, TSP,
mengetahui
menjawab
kemampuan
dan
kemandirian kelompoktani sagu.
KCL dan Kieserite dan abu pembakaran. Pemupukan
tanaman
sagu
hanya
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan sampai sagu berumur tiga
3.1. Perkembangan Agribisnis Sagu
tahun, setelah tiga tahun tanaman sagu
Sejak tahun 2010 tanaman sagu
tidak dilakun pemupukan lagi, masyarakat
mulai berkembang dan dibudidayakan
berpendapat jika dilakukan pemupukan
masyarakat sampai saat sekarang, untuk
akan berdampak kepada penurunan kadar
mengetahui sejauh mana kemampuan
pati sagu pada batang sagu. Jenis racun
petani dalam melaksanakan budidaya
yang sering digunakan oleh masyarakat
tanaman sagu dapat dilihat dari subsistem
untuk
agribisnis. Subsistem penyediaan sarana
gramoxson. Sedangkan racun yang sering
produksi menyangkut kegiatan pengadaan
digunakan
masyarakat
untuk
dan penyaluran, seperti, bibit sagu unggul
mengendalikan
hama
decis.
yang dominan digunakan petani adalah
Peralatan
bibit sagu berduri yang diperoleh dari
masyarakat terdiri dari parang, cangkul,
mengendalikan
yang
gulma
adalah
sering
adalah
digunakan
11
Ability And Independence Of Farmer Groups ……
kampak, ember dan hand sprayer. Tenaga
dilakukan
adalah
dengan
melakukan
kerja yang digunakan petani sagu berasal
pemancangan titik tanam. Pemancangan
dari tenaga kerja dalam keluarga dan jika
titik tanam menggunakan tiang kayu
tidak ada dari dalam keluarga baru lah
berdiameter 5-10 cm dengan ukuran jarak
tenaga kerja yang dikerjakan berasal dari
tanam 9 x 9 meter, sehingga satu hektar
masyarakat sekitar.
hanya menampung + 123 titik tanam.
Subsistem usahatani mencakup
Lubang tanam digali 1 minggu sebelum
kegiatan pembinaan dan pengembangan
penanaman (30 x 30 x 30 cm). Hasil
usahatani: persemaian dan pembibitan
galian tanah bagian atas dipisahkan dari
yang dominan digunakan adalah cara
tanah
vegetatif
anakan
beberapa hari. Penanaman tanaman sagu
berumur kurang 1 tahun, diameter 10-13
dilakukan pada waktu musim hujan, agar
cm, berat 2-5 kg, tinggi +1 meter dan
kebutuhan air untuk bibit sagu tercukupi.
punya pucuk daun 3-4 lembar, proses
Kebiasaan masyarakat, dalam penanaman
persemaian
dilakukan.
tanaman sagu dilakukan sebelum pukul
Kelemahan cara ini adalah daya tumbuh
12.00 dan melakukan jampi-jampian.
bibit sagu setelah ditanam dilapangan
Dalam proses penanaman untuk 1 lobang
hanya mencapai 40%. Pengolahan Media
tanam akan ditanam 2 bibit sehingga
Tanam pada persiapan, lahan yang dipilih
kebutuhan bibit 1 hektar adalah 246
adalah lahan yang sedikit berair dan
batang ditambah 10% untuk penyisipan.
penanaman sagu dilakukan pada awal
Penyiangan dilakukan terhadap gulma dan
musim hujan. Pembukaan lahan sagu
dilakukan pada sagu muda umur 3 – 4
dilakukan dengan cara membuat lorong-
tahun. Proses penyiangan dapat dilakukan
lorong, yang memanjang utara - selatan
dengan
dan lebar lorong minimal 2 meter. Setelah
parang, cangkul dan sebagainya. Hasil
tanaman sagu berumur 1 tahun baru petani
dari penyiangan dipendam/dikomposkan.
melaksanakan
pohon
Pada tanaman sagu terdapat hama dan
pelindung, gulma dengan cara penebasan
penyakit yang dapat mengurangi hasil
(dibalau).
dan
panen yakni: hama kumbang, kumbang
dilakukan
sagu, ulat daun artona, babi hutan dan
pembuatan lobang tanam tahap awal
kera. Penyakit yang biasanya terdapat
yang
berasal
benih
tidak
pembersihan
Kegiatan
penyulaman,
dari
penanaman
sebelum
lapisan
bawah
menggunakan
dan
dibiarkan
tangan,
sabit,
12
Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi Februari 2017 Hal : 8-21
pada tanaman sagu adalah bercak kuning.
dilakukan di kilang sagu. Produktivitas
Pemupukan dilaksanakan dua minggu
dan mutu tepung sagu basah masih dalam
setelah pengendalian gulma. Pemupukan
kategori relatif rendah. Pati sagu basah
dilaksanakan
di
yang dihasilkan dikemas dalam karung
sekeliling rumpun. Waktu pemupukan
(goni) dengan berat 50 kg. Produk utama
tanaman sagu dilakukan sampai umur 3
dari pengolahan sagu skala industri adalah
tahun. Jika lewat dari 3 tahun maka akan
tepung. Bahan baku pembuatan tepung
berdampak kepada jumlah pati sagu yang
sagu berupa pati sagu yang masih basah.
dihasilkan. Panen pertama dapat dilakukan
Satu karung (goni) pati sagu basah sekitar
pada umur minimal 9 tahun, sedangkan
50 kg dan dapat menghasilkan 25 Kg
panen ke dua, 2 tahun setelah panen
tepung sagu kering. Aneka makanan
pertama. Jumlah produksi batang sagu
berbahan baku tepung sagu sudah ada
perhektar antara 350 – 500 tual sagu dan
sebatas digunakan sebagai bahan baku
menghasilkan 7 – 10 ton sagu kering.
industri kecil skala rumah tangga.
secara
Subsistem
melingkar
Agroindustri
Sagu
Subsistem
pemasaran
sagu
dimulai dari pengolahan sagu masih
mencakup pemasaran hasil-hasil tual sagu
sebatas dalam industri pangan dengan
dan hasil pengolahan agroindustri sagu.
pemanfaatan pati asli. Pengolahan produk
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
pangan sagu dibagi menjadi tiga bentuk
pembahasan berikut:
yaitu: pengolahan sagu tradisional yang
1. Pemasaran tual sagu petani. Hasil
dikonsumsi langsung, baik oleh produsen
analisis menyatakan bahwa terdapat 4
maupun dijual ke konsumen, pengolahan
saluran pemasaran penjualan tual sagu
sagu menjadi tepung sagu dan pengolahan
petani. Untuk mengetahui saluran
tepung sagu menjadi aneka makanan.
pemasaran sagu dapat dilihat pada
Pengolahan tual sagu menjadi tepung sagu
Gambar 1.
13
Ability And Independence Of Farmer Groups ……
Rp. 25.000 / Tual
Petani
Pedagang Pengumpul
Rp. 30.000 / Tual
Rp. 40.000 / Tual Pedagang Besar Rp. 45.000 /Tual
Rp. 40.000 /Tual
Kilang Sagu Rp. 40.000 /Tual Kilang Sagu Kelompok
Keterangan: Saluran 1
Saluran 2
Saluran 3
Saluran 4
Gambar 1. Saluran Pemasaran Tual Sagu Petani Kabupaten Kepulauan Meranti Gambar
1
memperlihatkan
berkelanjutan
terdapat 4 saluran pemasaran tual sagu yang
ada
Meranti. diberikan
di
Kabupaten kilang
adanya
kerjasama
antara pedagang besar dengan kilang sagu.
Kepulauan
Harga jual tual sagu terbesar oleh
dan
sagu
2. Pemasaran hasil pengolahan tual sagu.
kepada
Pengolahan hasil tual sagu pada masa
pedagang besar sagu (Rp. 45.000/tual),
sekarang masih dalam bentuk tepung
sedangkan jika petani jual langsung
sagu basah dan tepung sagu kering.
menjual ke kilang sagu harga yang
Terdapat
4
macam
saluran
diperoleh lebih kecil dari pada pedagang
pemasaran pada tepung sagu basah. Untuk
besar yaitu sebesar Rp. 40.000/tual, hal ini
mengetahui saluran pemasaran tepung
disebabkan
sagu basah dapat dilihat pada Gambar 2.
karena
pedagang
besar
menjual dalam jumlah yang banyak, Rp. 2.000 /Kg
Koperasi Harmonis Rp. 1.700 /Kg
Kilang sagu penghasil tepung sagu basah
Rp. 1.850 /Kg Rp. 1.700 /Kg
Rp. 1.700 /Kg
Keterangan: Saluran 1
Pedagang besar jual ke Malaysia
Saluran 2
PT. NSP Kilang sagu pengolah tepung sagu kering Saluran 3
Saluran 4
Gambar 2. Saluran pemasaran tepung sagu basah
14
Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi Februari 2017 Hal : 8-21
Gambar
2
memperlihatkan
pengembangan. Terdapat 51 kelompoktani
terdapat satu lembaga pemasaran yang
sagu, dalam proses pembinaan petani sagu
berbentuk koperasi. Koperasi Harmonis
langsung dilakukan oleh Dinas Kehutanan
merupakan koperasi yang dimiliki oleh
dan Perkebunan dibantu dengan petugas
perorangan bukan kelompok, sehingga
penyuluh lapangan dari Dinas Pertanian,
peranan dan fungsi koperasi tidak pernah
Peternakan dan Ketahanan Pangan. Petani
dijalankan sebagaimana mestinya seperti;
yang mendapatkan bimbingan penyuluhan
tidak pernah dilakukan rapat anggota,
memiliki kemampuan dan kemandirian
tidak ada pembagian SHU dan lain-lain.
lebih baik dan berbeda dengan petani yang
Kondisi
tidak mendapatkan bimbingan penyuluhan
koperasi
memberikan
dampak
ini
tidak positif
akan kepada
pertanian.
Upaya
pemerintah
masyarakat tempatan terutama petani,
memberdayakan
kondisi ini tidak sesuai dengan pernyataan
tanaman sagu adalah dengan melakukan
Syahza
beberapa
(2012),
perkebunan
harus
pengembangan diiringi
dan
dalam
penelitian
mengembangan
guna
tercapainya
dengan
pengembangan klaster sagu di Kabupaten
pembinaan masyarakat tempatan melalui
Kepulauan Meranti yang sudah dimulai
koperasi.
dari tahun 2012 – 2016 sebanyak 8
Dalam proses pengolahan tepung
kegiatan
penelitian
kajian
penerapan
benih
sagu kering memerlukan alat yang cukup
pengembangan
moderen sehingga membuat kilang sagu
unggul (padi dan sagu) hasil rekayasa
yang dapat mengolah tepung sagu kering
genetik, study kelayakan pembanguan
membutuhkan modal yang cukup tinggi,
klaster industri sagu, identifikasi dan
sehingga jumlah kilang sagu yang mampu
inventarisasi
untuk dapat mengelola tepung sagu kering
identifikasi dan inventarisasi pohon induk
berjumlah 25 kilang. Untuk menghasilkan
sagu dalam rangka pelepasan varietas sagu
1 kg tepung sagu kering dibutuhkan 2 kg
selat panjang meranti, kajian penyusunan
tepung sagu basah. Harga jual tepung sagu
kompetensi inti industri sagu daerah,
kering adalah Rp. 6.000/kg.
identifikasi dan inventarisasi pohon induk
pada
dan
yaitu:
pohon
induk
sagu,
Subsistem penunjang difokuskan
sagu pembangunan kebun induk sagu
kelembagaan
kelompoktani
serta
penyuluhan
dan
selatpanjang
meranti
seluas
2
Ha,
penelitian
dan
pengembangan pengolahan sagu terpadu
15
Ability And Independence Of Farmer Groups ……
dan pemetaan potensi dan kesesuaian
Kemampuan
kelompoktani
kategori
lahan sagu.
sedang yang ditunjukkan dengan nilai skor 2,82. Pembahasan mengenai kemampuan
3.2. Kemampuan Kelompoktani Sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti Kemampuan kelompoktani dinilai berdasarkan kemampuan merencanakan, mengorganisasi, pengendalian
melaksanakan, dan
pelaporan
serta
mengembangkan kepimpinan yang ada
kelompoktani berdasarkan sub variabel dan indikator kemampuan kelompoktani dapat dilihat pada Tabel 4,5,6,7 dan 8. Untuk
mengetahui
sub
variabel
kemampuan kelompoktani berdasarkan sub-variabel kemampuan merencanakan dapat
dilihat
pada
Tabel
4.
pada setiap individu (PKBPSP, 2011).
Tabel 4. Kemampuan kelompoktani berdasarkan sub-variabel kemampuan merencanakan Kemampuan Merencanakan Skor Katagori 1
Merencanakan belajar dan pertemuan/musyawarah
2,97
Sedang
2
Merancanakan pemanfaatan sumberdaya (pelaksaana rekendasi teknologi)
2,88
Sedang
3
Merencanakan RDK dan RDKK
3,03
Sedang
2,97
Sedang
Rata – rata Tabel 4 memperlihatkan bahwa
pemanfaat sumberdaya yang ada serta
dari variabel kemampuan merencanakann
dalam membuat kelompok senantiasa
terdapat 3 indikator dimana indikator yang
teraga kebersamaan dalam kelompok agar
memiliki nilai terendah adalah indikator
tetap
merencanakan pemanfaatan sumberdaya
pemanfaatan
(skor 2,88), hal memperlihatkan bahwa
Sedangkan
nilai
kemampuan petani masih rendah dalam
variabel
ini
merencanakan pemanfaatan sumberdaya
menrencanakan RDK dan RDKK, hal ini
yang ada di sekitarnya. Latar belakang
di sebabkan karena kemampuan petani
pendidikan petani yang cukup relatif
untuk
masih rendah membuat kelompok masih
membuat susunan rencana kerja sesuai
terbatas kemampuan membuat rancangan
dengan kebutuhan petani
solid
dan
kompak
sumberdaya
mengelola
tertinggi terletak
dalam
yang
ada.
pada
sub
kepada
kelompoknya
dan
menjadikan
16
Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi Februari 2017 Hal : 8-21
kelompoktani yang ada berjalan cukup
kemampuan mengorganisasi dapat dilihat
baik. Sedangkan nilai pada variabel
pada Tabel 5.
Tabel 5. Kemampuan kelompoktani berdasarkan sub-variabel kemampuan mengorganisasi Kemampuan Mengorganisasi Skor Kategori 1
Menumbuh kembangakan kemauan/motifasi
2.80
Sedang
2
Mengembangan aturan organisasi kelompok
2.90
Sedang
3.03
Sedang
2.91
Sedang
Mengorganisasi pembagian tugas anggota dan pengurus kelompoktani Rata - rata
3
Tabel
5
bahwa
kemampuan/motivasi, Hal ini menunjukan
indikator mengorganisasi pembagian tugas
bahwa petani sangat kurang mengikuti
anggota
penyuluhan
dan
menunjukkan
pengurus
kelompoktani
yang
di
berikan
oleh
tergolong kategori paling tinggi dengan
petugas/penyuluh setempat. Sedangkan
skor 3,03 sedangkan kategori paling
pada
rendah dengan skor 2,80 yaitu pada
melaksanakan dapat dilihat pada Tabel 6.
indikator
menumbuh
sub
variabel
kemampuan
kembangkan
Tabel 6. Kemampuan kelompoktani berdasarkan sub-variabel kemampuan melaksanakan Kemampuan Melaksanakan Skor Katagori 1
Melaksanakan proses pembelajaran
2.62
Sedang
2
Melaksanakan kerjasama penyediaan jasa pertanian
2.86
Sedang
3
Melaksanakan RDK dan RDKK
2.62
Sedang
2.70
Sedang
Rata - rata Tabel variabel penyediaan
6
menunjukan
melaksanakan jasa
pertanian
bahwa
RDKK memiliki skor yang sama yaitu
kerjasama
2,62, hal ini disebabkan karena masih ada
memiliki
petani
yang
tidak
melakuan
proses
kategori yang paling tinggi dengan skor
pembelajaran dan belum bisa membuat
2.86, sedangkan melaksanakan proses
kerjasama
pembelajaran dan melaksanakan RDK dan
pertanian dalam kelompoktani. Untuk sub-
dalam
penyediaan
jasa
17
Ability And Independence Of Farmer Groups ……
variabel
kemampuan
melakukan
pada Tabel 7.
pengendalian dan pelaporan dapat dilihat
Tabel 7. Kemampuan kelompoktani berdasarkan sub-variabel kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan Kemampuan Melakukan Pengendalian dan Pelaporan Skor Katagori 1
Mengevaluasi kegiatan perencanaan
2,72
Sedang
2
Mengevaluasi kinerja organisasi/kelembagaan
2.78
Sedang
3
Mengevaluasi pelaksaan kegiatan kelompoktani
2.86
Sedang
2.79
Sedang
Rata - rata Kemampuan
kelompoktani
sedangakan pada indikator mengevaluasi
kemampuan
kegiatan perencanaan tergolong kategori
melakukan pengendalian dan pelaporan
yang paling rendah dengan skor 2.72, hal
berdasarkan
ini
berdasarkan
sub-variabel
tiga
indikator
penilainya
disebabkan
evaluasi
kegiatan
menunjukkan
bahwa
indikator
perencanaan sekali-kali dilakukan oleh
mengevaluasi
pelaksaan
kegiatan
pihak
pemerintah
atau
penyuluh.
kelompoktani termasuk dalam kategori
Sedangkan pada sub variabel kemampuan
yang paling tinggi dengan skor 2.86 ini
mengembangkan
menunjukan
kelompoktani dapat dilihat pada Tabel 8.
petani
sudah
melakukan
kepemimpinan
evaluasi untuk kegiatan kelompoktani,
Tabel 8. Kemampuan kelompoktani berdasarkan sub-variabel kemampuan mengembangkan Kepemimpinan Kelompoktani Mengembangakan Kepimpinan Kelompoktani Skor Katagori Mengembangkan keterampilan dan keahlian anggota dan 1 2.50 Rendah pengurusan kelompoktani 2 3
Meningkatkan kerjasama dalam pengembangan organisasi Mengembangkan usaha kelompok dan hubungan kerjasama dengan mitra usaha Rata-rata
2.88
Sedang
2.73
Sedang
2,77
Sedang
18
Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi Februari 2017 Hal : 8-21
Tabel
8
meningkatkan pengembangan
menjelaskan
bahwa
pelatihan
kerjasama
dalam
keterampilan
dan
mengembangan keahlian
anggota
memiliki
maupun pengurusan karena kelompoktani
kategori paling tinggi dengan skor 2.88,
belum memiliki anggaran untuk pelatihan
sedangkan mengembangkan keterampilan,
anggota kelompok.
keahlian
organisasi
tentang
anggota
pengurusan
Secara keseluruhan pada variabel
kelompoktani termasuk kategori paling
kemampuan kelompoktani diperoleh dari
rendah
ini
5 sub variabel dalam variabel kemampuan
disebabkan petani kurang memperoleh
kelompoktani, untuk lebih jelas dapat
kesempatan untuk mengikuti seminar atau
dilihat pada Tabel 9.
dengan
dan
skor
2.50,
hal
Tabel 9. Rekapitulasi kemampuan kelompoktani Variabel Kemampuan Merancanakan Kemampuan Mengorganisasian Kemampuan Melaksanakan Kemampuan Melakukan Pengendalian dan Pelaporan Kemampuan Mengembangkan Kepemimpinan Kelompok Tani Nilai Variabel Tabel
9
menjelaskan
kategori sedang, hal ini diperoleh dari sub
kemampuan
variabel
dalam
kelompoktani.
kemampuan kelompoktani oleh
dinamika
yang
variabel Variabel
dipengaruhi
terjadi
dalam
kelompoktani. sejalan dengan itu menurut Lestari
(2011),
menyatakan
bahwa
dinamika kelompok berpengaruh langsung terhadap
kemandirian
kelompoktani dalam berusahatani.
Katagori Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
nilai
kemampuan kelompoktani masuk dalam
lima
Skor 2.97 2.91 2.70 2.79 2.77 2.82
anggota
3.3. Kemandirian Kelompoktani Sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti Pengembangan kelembagaan petani diarahkan pada penguatan kelompoktani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri (Deptan, 2007). Kemandirian kelompoktani memiliki nilai skor 2,71 dengan
kategori
“cukup
mandiri”.
Penilaian ini diperoleh dari 9 indikator sesuai dengan Deptan (2007), yang dapat dilihat pada Tabel 10.
19
Ability And Independence Of Farmer Groups ……
Tabel 10. Kemandirian kelompoktani No Variabel Kemandirian Kelompoktani 1 Adanya pertemuan anggota/pengurus 2 3 4 5
Disusunya rencana kerja kelompok Memiliki aturan Memiliki pencatatan/pengadminitrasi Menfasilitasi kegiatan usaha bersama dari sektor hulu dan hilir 6 Menfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorietasi pasar 7 Sebagai sumber pelayanan informasi 8 Adanya jalinan kerjasama antar kelompoktanidan orang lain 9 Adanya pemupukan modal usaha Rata – rata Tabel 10 tergolong dalam kategori
seperti
Skor 2.97
Kategori Cukup Mandiri
2.81 3.06 2.75 2.56
Cukup Mandiri Cukup Mandiri Cukup Mandiri Kurang Mandiri
2.62
Cukup Mandiri
2.82 2.38
Cukup Mandiri Kurang Mandiri
2.45 2.71
Kurang Mandiri Cukup Mandiri
pembuatan
kilang
sagu
“cukup mandiri” dengan skor 2,71. Skor
kelompoktani. Indikator adanya jalinan
ini diperoleh dari sembilan indikator yang
kerja sama antara kelompoktani dan pihak
mempengaruhi
kemandirian
lain tergolong kategori “kurang mandiri”
kelompoktani, dari sembilan indikator
dengan skor 2,38, hal ini menunjukan
terdapat tiga indikator yang memiliki nilai
bahwasanya dominan kelompoktani yang
rendah yaitu: Indikator menfasilitasi usaha
ada kurang menjalin kerjasama antara
bersama dari sektor hulu dan hilir
anggota dan sesama kelompoktani dan
tergolong
dengan
penilaian
katagori
“kurang
mandiri”
kelembagaan
lainnya
seperti
dengan skor 2,56, hal ini menunjukan
koperasi. Indikator adanya pemupukan
bahwa kelompoktani kurang menfasilitasi
modal usaha tergolong “kurang mandiri”
kebutuhan anggota mulai dari sektor hulu
dengan skor 2,45, hal ini menunjukan
seperti penyedian bibit unggul, kebutuhan
bahwa kurang berjalannya iuran anggota
pupuk,
dalam kelompoktani.
kebutuhan
Sedangkan
pestisida
dll-nya.
hilir
dominan
sektor
kelompoktani yang ada belum mampu
SIMPULAN
menyediakan sarana yang dibutuhkan
Berdasarkan
anggota, hal ini disebabkan kurangnya
diambil kesimpulan sebagai berikut:
kelompoktani
usaha
1) Perkembangan agribisnis sagu yang
anggota
dilakukan petani dapat dilihat dari
dalam
memiliki
memenuhi
modal
kebutuhan
hasil
penelitian,
dapat
20
Jurnal Sungkai Vol.5 No.1, Edisi Februari 2017 Hal : 8-21
subsistem
agribisnis:
Penyedian
2011. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompoktani. Jakarta.
sarana produksi (tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi).
Usahatani
(masyarakat
Deptan.
sudah mengetahui aspek budidaya sagu).
Agroindustri
sagu
(masih
menghasilkan tepung sagu basah dan
Dinas
kering). Pemasaran (terdapat 4 saluran pemasaran tual sagu dan terdapat 4 saluran
pemasran
Penunjang
tepung
(belum
sagu).
memberikan
dampak yang maksimal). 2) Kelompoktani kemampuan
sudah yang
mengembangkan
memiliki
sedang
dalam
agribisnis
sagu
dengan nilai skor 2,71. Petani masih cukup
mandiri
mengembangkan
dalam
agribisnis
sagu
terutama dalam penguatan anggota / pengurus, menyusun rencana kerja kelompok,
memiliki
aturan
dan
catatan atau administrasi kelompok, dan memfasilitasi usahatani secara komersil
serta
dalam
2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Petani Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulan Meranti. 2016. Jumlah luasan dan Produksi sagu di Kepulauan Meranti tahun 2015.
Mardikanto. T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Lestari, Mugi. 2011. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompoktani dalam Berusahatani di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah Tesis: Program Pasca sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peraturan Menteri Pertanian. 2011. Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2011. Jakarta.
pelayanan
informasi.
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (PKBPSP)
Syahza.
A. 2011. The Institutional Arrangements in the Palm Oil Sector: Effort to Spur Economic Growth in Rural Areas. International of Research Journal. Vol 4 no.3.
21