ABASTRAK EDISI 7 VOLUME 2
(1) Transformasi Tarekat Konvensional di Indonesia: Bertasawuf Ala Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya
Achmad Zainal Arifin Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Kandidat Doktor pada Centre for Religion and Society University of Western Sydney, Australia. Alamat Email:
[email protected] Abstract This research explores a current development of tarekatmuktabarah (recognized Sufi orders) in Indonesia responding to the emergence of relatively new forms of urban Sufism, which ignore one or more of the main characteristics of conventional Sufism, as manifest in tarekat muktabarah. By studying the way Habib Luthfi Yahya, the leader of JATMN(Jam’iyyah Ahlut Thariqoh Muktabarah an Nahdliyah), teaches the practice of conventional Sufism, this research provides one example of how conventional Sufism has now become more open, simple, and attractive, not only for elderly members but also for younger participants. Habib Luthfi has reenergized conventional Sufism, by redefining of its teachings in simpler and more understandable terms for the ordinary people, promoting the importance of social engagement through nationalistic Sufism, and employing musical instruments and other cultural means to attract younger participants. The popularity of Habib Luthfi and his Sufi order shows that the tarekat muktabarah can successfully adapt to the dynamic changes in society and meet people’s spiritual needs today. This suggests that conventional Sufism can continue to play a significant role in society without losing its basic features: embodiment in a tarekat (Sufi order), bai’at (initiation), and ongoing guidance by the initiating spiritual master, the mursyid. Key Words : Transformation, Tarekat, Conventional and Modern Society Intisari Penelitian ini mengeksplorasi perkembangan terkini dari tarekat muktabarah (yang dikenal sebagai Sufi) di Indonesia. Mengkaji munculnya bentuk-bentuk tasawuf yang relatif baru di perkotaan, yang mengabaikan satu atau lebih dari karakteristik utama dari tasawuf konvensional, berbentuk tarekat muktabarah. Dengan mempelajari cara Habib Luthfi Yahya, Ketua JATMN (Jam'iyyah Ahlut Thariqoh Muktabarah Nahdliyah), mengajarkan amalan tasawuf konvensional, penelitian ini memberikan salah satu contoh bagaimana tasawuf konvensional menjadi lebih terbuka, sederhana, menarik dan anggotanya bukan hanya lansia, tetapi juga peserta lebih muda. Habib Luthfi memberikan energi baru pada tasawuf konvensional, dengan mendefinisikan ajaran-ajarannya lebih sederhana dan menggunakan
1
istilah yang lebih bisa dimengerti orang-orang biasa, mempromosikan pentingnya keterlibatan sosial melalui tasawuf nasionalistis, dan menggunakan alat-alat musik serta sarana budaya lain untuk menarik peserta muda. Popularitas Habib Luthfi dan keteraturan sufi menunjukkan bahwa tarekat muktabarah berhasil beradaptasi dengan perubahan dinamis dalam masyarakat dan memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa tasawuf konvensional memainkan peran penting dalam masyarakat tanpa kehilangan fitur dasar: tarekat (tarekat sufi), bai'at (inisiasi) dan bimbingan berkelanjutan yang dinisiasi oleh guru spiritual mursyid. Kata Kunci : Transformasi, Tarekat, Konvensional dan Masyarakat Modern (2)
Civil Religion: antara Rousseau dan Bellah Ahmad Norma Permata Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Alamat Email:
[email protected]
Abstract This article explores the notion of Civil Region in the thoughts of French renaissance philosopher J.J. Rousseau and American sociologist Robert N. Bellah. For Rousseau, who coined the term, it refers to the spiritual dimension of social contract, in which the state is capable of rewarding those who comply with its norms and regulations, as well as punishing those who disregard them. He contrasted it with the Religion of Man which is personal religions of the people, Religion of Community or religion as a communal identity and Religion of the Priest or spiritual traditions that undermine worldly lives. Whereas for Bellah, Civil Religion denotes a public conscience that amalgam divine spirituality with public goods and the dynamics of power politics. He suggests that it is a religious tradition in the making, and the latest development of religious evolution, following the history of Primitive Religion that worship natural powers, Archaic Religions that venerated God-Kings, Historic Religions that is current world religions characterized by the existence transcendental Deity, special class of religious specialists, and valuation of spiritual realms over worldly lives, as well as Protestantism which perceive worldly lives as equal with spiritual ones. Key Words: Civil Religion, Rousseau, Bellah and Religion of Community Intisari Artikel ini membahas gagasan mengenai Agama Sipil oleh filsuf Perancis J.J. Rousseau dan Robet N. Bellah, seorang Sosiolog Amerika. Menurut Rousseau yang menciptakan istilah itu, analisisnya mengacu pada dimensi spiritual kontrak sosial, di mana negara mampu menghadiahi mereka yang mematuhi norma-norma dan peraturan, serta menghukum mereka yang mengabaikannya. Dia membandingkannya dengan agama manusia yang merupakan agama pribadi orangorang. Agama masyarakat atau agama sebagai identitas komunal dan agama imam atau tradisi spiritual yang meruntuhkan kehidupan duniawi. Sedangkan menurut Bellah, agama sipil menunjukkan spiritualitas ilahi hati nurani publik bercampur dengan barang publik dan dinamika politik kekuasaan. Dia menunjukkan tradisi keagamaan dalam penciptaan dan pengembangan terbaru dari evolusi agama. Tradisi tersebut mengikuti sejarah agama primitif yang menyembah kekuatan alam, agama archaic yang memuja Tuhan, agama bersejarah yaitu agama-agama dunia
2
saat ini yang ditandai dengan keberadaan Dewa Transendental, kelas khusus spesialis agama dan penilaian alam spiritual atas kehidupan duniawi, serta Protestan yang memahami kehidupan duniawi yang setara dengan yang spiritual. Kata Kunci : Agama Sipil, Rousseau, Bellah dan Identitas Komunal (3) Kiai dan Politik: Keterlibatan Kiai Madura dalam Politik Praktis Muh. Syamsuddin Peneliti Lembaga Penelitian dan Dosen tidak tetap Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Alamat Email:
[email protected] Abstract Kiai and politics are inseparable entities within the constellation of Indonesia politics. Kiai has been acknowledge by Indonesia people for his contribution in developing the country, not only in a religious field but also in coloring Indonesia political orientation. The involvement of kiai in Indonesia Politics becomes more evident during the reformation era, in which Indonesia experienced the biggest democratization process in many fields, especially in politics through the implementation of decentralization. The process of decentralization has created a bigger opportunity for kiai to actively engage within political constellation, such as become an active member or a board of political parties or run for regent or governor. Key Words : Political Behaviour, Kiai, Domination dan Decentralization (4) Revitalisasi Tradisi, Pariwisata dan Skema Ekonomi-Politik Kota Akhmad Ramdhon Dosen Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Alamat Email:
[email protected] Abstract Surakarta gradually changed after regional autonomy. Authority that sets the strategic choices to build the city. One is the scheme Solo the future is the past. This study, started to explain the improvement of development through tourism development schemes in the context of regional autonomy. Tourism, which is one of the national leading into areas that have a carrying capacity of tourist destinations and tourism events can be managed to be the entry point for economic improvement in the region. Programs that integrate the tourism sector performed to confirm that tourism has entered a phase to make this a better artist management and involve a business to be part of the development of tourism. Multi player effects of tourism believed to be a form of energy for all implementation and development programs as a whole. Revitalization of tradition and tourism designed a power for movement of trade and services sector and real economic contribution to the movement of people. Once put it into one of the priorities of development in Surakarta. The choice of political tourism,
3
lower commitment to regulation that became investment for building dynamic political economy afterwards. Key Words; Revitalitation, Tradition, Tourism and Regional Autonomy Intisari Surakarta secara bertahap berubah setelah adanya otonomi daerah. Pihak berwenang menetapkan pilihan strategis untuk membangun kota. Salah satu skema Solo ke depan adalah membangun masa lalu. Penelitian ini menjelaskan peningkatan pembangunan melalui skema pengembangan pariwisata dalam konteks otonomi daerah. Pariwisata merupakan salah satu tujuan nasional di daerah yang memiliki daya dukung tujuan wisata dan event-event pariwisata yang dapat dikelola menjadi pintu masuk untuk peningkatan ekonomi di wilayah tersebut. Program yang memadukan sektor pariwisata dilakukan untuk mensosialisasikan bahwa pariwisata telah memasuki fase manajemen artis yang lebih baik dan melibatkan bisnis untuk menjadi bagian dari pengembangan pariwisata. Efek multi player pariwisata diyakini merupakan bentuk energi untuk semua implementasi dan pengembangan program secara keseluruhan. Revitalisasi tradisi dan pariwisata merancang kekuatan untuk pergerakan sektor perdagangan dan jasa serta kontribusi ekonomi nyata bagi masyarakat. Begitu dimasukkan ke dalam salah satu prioritas pembangunan di Surakarta, pilihan politis pariwisata, yakni komitmen rendah terhadap peraturan investasi untuk membangun ekonomi politik yang dinamis kemudian hari. Kata Kunci; Revitalisasi, Tradisi, Pariwisata dan Otonomi Regional (5) DAMPAK PEMBANGUNAN DESA WISATA TERHADAP NELAYAN: di Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat Zessy Ardinal Barlan Mahasiswa Pasca Sarjana IPB Alamat Email:
[email protected] Abstract Tourism Village program is a program that aims to improve the welfare of rural communities especially the poor economic conditions. Therefore, this paper would like to see how the impact of rural tourism program for the poor fishing village of Pangandaran in terms of poverty and institutional realities prevailing in the village. The formulation of the special issue of this paper is to see how the conditions of poverty and the poor in the village of Pangandaran, how the existing local institutions in the village of Pangandaran, and how the local institutional impact on poverty of the poor fishing village of Pangandaran.Basically changing the status of the village into a tourist village in the village of Pangandaran have positive impact which increased employment opportunities and access to the city's economic sectors is also higher, but this was not able to be fully utilized by the poor in the village of Pangandaran. Only the middle class and above who can utilize it so that there is a widening inequality where the rich get richer and the poor get poorer. Ironycally even people who are relatively rich irony in the village of Pangandaran more precisely, are migrants, while the original remains in the condition or even worse, have to migrate to other places. Key Words: Poverty, Discrepancy, Migration and Local Institution
4
Intisari Program Desa Wisata merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah di pedesaan. Oleh karena itu, tulisan melihat bagaimana dampak program desa wisata untuk desa nelayan miskin Pangandaran dari segi kemiskinan dan realitas kelembagaan yang berlaku di Desa Pangandaran. Rumusan masalah hendak melihat bagaimana keadaan kemiskinan dan orang miskin di desa Pangandaran, bagaimana institusi lokal yang ada di Desa Pangandaran dan bagaimana dampak kelembagaan lokal pada penduduk miskin desa nelayan Pangandaran. Pada dasarnya mengubah status desa menjadi desa wisata berdampak positif adanya peningkatan kesempatan kerja dan akses pada sektor ekonomi kota juga menjadi lebih tinggi. Akan tetapi ini tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat miskin di Desa Pangandaran. Hanya kelas menengah ke atas yang dapat memanfaatkan sehingga ada kesenjangan memperlebar dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Ironinya orang-orang yang relatif kaya di Desa Pangandaran adalah pendatang, sementara sisa-sisa penduduk asli dalam kondisi lebih buruk, bahkan harus bermigrasi ke tempat lain. Kata Kunci: Kemiskinan, Kesenjangan, Migrasi dan Kelembagaan Lokal (6) Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam Pembangunan Aryan Torrido Dosen di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komuniksai UIN Sunan Kalijaga Alamat Email:
[email protected] Abstract Indonesia has problems in demographical objects, i.e: high growth of population, low quality of life and unbalance dispersion of population. More than 29 million of Indonesian people are below the poverty line. The growth of population, specially for young age, caused many problems in labor. About 60% of Indonesian population live in Java. That is only 7 percent of Indonesian area. This situation had caused many problems in human resource which is very important for development. Unfortunately goverment attention on human resource development is less, that's why any improvements in re-education, re-traning and refunction are very urgent to be done. The development of human resource must be holistic, to include all of humanity aspects. This article shows that the succesful effort of it will be the key to long term stage of Indonesia development. Key Words: Development, Human Resource, Holistic and Work Ethic Intisari Indonesia memiliki permasalahan demografi; pertumbuhan penduduk yang tinggi, rendahnya kualitas hidup manusia dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Kurang lebih 29 milyar manusia Indonesia berada dibawah garis kemiskinan. Pertumbuhan penduduk, terutama usia kerja, menyebabkan permasalahan ketenagakerjaan. Kurang lebih 60% penduduk Indonesia tinggal di Jawa, hanya 7
5
persen wilayah Indonesia. Situasi ini menyebabkan banyak permasalahan sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor utama pembangunan. Meskipun demikian, perhatian pemerintah terhadap SDM sangat rendah, sehingga sangat penting untuk melakukan pendidikan dan pelatihan. Pembangunan SDM harus holistik yang mencakup keseluruhan aspek manusia. Artikel ini menunjukan kesuksesan usaha ini merupakan kunci tahapan jangka panjang pembangunan di Indonesia. Kata Kunci: Pembangunan, Sumberdaya Manusia, Holistik dan Etika Kerja (7) Penguatan Kelembagaan Masyarakat Pasca Bencana Sudaru Murti Dosen Prodi Sosiologi STISIP Kartika Bangsa Yogyakarta Alamat Email:
[email protected] Abstract The article discusses about community action system in facing disaster potential in their surrounding. Disaster that appears, both disaster geological, disaster hidrometrologi, biological disasters, technological disasters or environmental catastrophes, certainly left traumatized and losses, material disability.Existing social institutions, will cover the the possibility of disorder and disorganization.This paper is intended to unite for the understanding appreciation and the institutions whitin social network to mobilize within the locality as well as the driving factor of alteration within the development organization that makes partipation in society, so then obtained an embryonic introduction to socal capital for post-disaster. Key Words: Mitigation, Social Capital, Social Networking and Institution Intisari Artikel ini membahas sistem tindakan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana di lingkungannya. Bencana yang muncul, baik bencana geologi, hidrometrologi bencana, bencana biologis, bencana teknologi atau bencana lingkungan, tentu meninggalkan trauma dan kerugian, cacat material. Ada lembagalembaga sosial, tidak menutup kemungkinan untuk mengatasi gangguan dan kesemrawutan. Tulisan ini dimaksudkan untuk menyatukan pemahaman untuk memobilisasi lembaga jaringan sosial dalam wilayah serta faktor pendorong perubahan dalam pengembangan organisasi yang membuat partisipasi dalam masyarakat. Diharapkan mendapatkan pengenalan embrio untuk modal sosial pasca -bencana. Kata Kunci: Mitigasi, Modal Sosial, Jejaring Sosial dan Kelembagaan (8)
Peranan Perempuan dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga: di Tempursari, Ngawen, Klaten, Jawa Tengah Nur Hidayah Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, UNY Alamat Email:
[email protected]
6
Puji Lestari Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, UNY Alamat Email:
[email protected] V. Indah Sri Pinasti Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, UNY Alamat Email:
[email protected] Poerwanti Hadi Pratiwi Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, UNY Alamat Email:
[email protected] Abstract This article focuses on exploring the role of women in social and economic aspect of families in Tempursari Village, Ngawen, Klaten, Central Java. This article shows that the division of labour within a family is devided into two sector: domestic and public, in which the first sector is dominated by women, while the second is dominated by men. In this case, the role of women in social and economy aspects can clearly be seen from financial trust for accumulating the capital and its social relationships. The role process can be observed through domestic sector, social and economy activities. The result of these role activities show that there is a significant development in the economy of family, confection products, agriculture and social welfare. The supporting factor of the role of women in social and economy can be identified as follow middle to low level of women’s economic status, their social activities, networking among the confection workers and farmers, meanwhile there are also some factors that can be burden for developing the role of women: women are physically weak, double-works burden, access and control of their family. Key Words : Woman Support, Social, Economic and Prosperous Intisari Artikel ini mengeksplorasi peran perempuan dalam aspek sosial dan ekonomi keluarga di Desa Tempursari, Ngawen, Klaten, Jawa Tengah. Analisis menunjukkan pembagian kerja keluarga dibagi menjadi dua sektor: domestik dan publik, di mana sektor pertama didominasi oleh perempuan, sedangkan yang kedua didominasi oleh laki-laki. Dalam hal ini, peran perempuan dalam aspek sosial dan ekonomi terlihat dari pengelolaan keuangan untuk mengakumulasi modal dan hubungan sosialnya. Pembagian peran dapat diamati melalui sektor domestik, kegiatan sosial dan ekonomi. Hasil dari pembagian peran menunjukkan bahwa ada perkembangan yang signifikan dalam perekonomian keluarga, produk konfeksi, pertanian dan kesejahteraan sosial. Faktor pendukung peran perempuan dalam sosial dan ekonomi dapat diidentifikasi dari tingkat menengah ke rendah status ekonomi perempuan, kegiatan sosial mereka, jaringan antara pekerja konfeksi dan petani. Sementara ada beberapa faktor yang menjadi beban untuk mengembangkan peran perempuan: perempuan secara fisik lemah, beban ganda, akses dan kontrol dari keluarga. Kata Kunci : Peranan Perempuan, Sosial, Ekonomi dan Kesejahteraan (9)
7
Model Kerjasama Lembaga Swasta, Pemerintah dan Pendidikan Tinggi Derajad S.Widhyharto Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM Alamat Email:
[email protected] Ambar Pertiwiningrum Fakultas Peternakan, UGM Alamat Email:
[email protected] Oki Rahadianto Sutopo Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM Alamat Email:
[email protected] Abstract The dynamics of development has opened the chance for every institutions to do cooperation, especially among private, government and higher education institution. In reality, it is not easy to maintain cooperations between each institution. Because of different culture and norm setting, It needs readiness and mutual understanding between institutions. This research wants to show the process of cooperation and its modification that happened because of different culture and norm setting in each institution. As a result, transformation happened from inclusive to exclusive. This conditions shows that cooperation has deviate from its goal and its ideal type. Otherwise, it goes towards an absurd modification in the process of cooperation between institutions. Key Words: Cooperation Modification, SOP, Institution and Comparative Intisari Dinamika pembangunan membuka peluang bagi setiap-lembaga untuk melakukan kerjasama, terutama di kalangan swasta, pemerintah dan institusi pendidikan tinggi. Pada kenyataannya, tidak mudah untuk mempertahankan kerjasama antara masingmasing lembaga. Karena budaya yang berbeda dan pengaturan norma, perlu kesiapan dan saling pengertian antar lembaga. Penelitian ini menunjukkan proses kerjasama dan modifikasi yang terjadi karena budaya yang berbeda dan pengaturan norma di masing-masing lembaga mengakibatkan transformasi inklusif dan eksklusif. Kondisi ini menunjukkan kerjasama yang telah menyimpang dari tujuan dan tipe ideal nya. Atau sebaliknya, bentuk kerjasama ini mengalami modifikasi. Kata Kunci: Model Kerjasama, SOP, Kelembagaan dan Komparatif (10) SINERGISITAS MASYARAKAT-PEMERINTAH-SWASTA DALAM PROGRAM PENATAAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN Yudha P. Heston Balai Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Permukiman, Pusat Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan, Kementerian Pekerjaan Umum Alamat Email:
[email protected] Ahmad Yusuf Aljunaid Balai Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Permukiman, Pusat Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan, Kementerian Pekerjaan Umum Alamat Email :
[email protected]
8
Abstract The research focus is to find out succes key factor in local urban slum partisipatory planning and rearranggement. Research background obtained from reality that settlement as one of the basic human needs can be a critical factor in determining the quality of life. However, it is not easy to achieve such an ideal settlements, especially in the urban areas. Imbalances between demand and availability of land, along with the rapid population growth has led to an extreme gap. The effects of these problems have been experienced by almost all urban areas, the emergence dense settlements with substandard housing are often called the slum urban areas. Cimahi, in West Java have these characteristic in part of Cigugur Tengah.The basis for the research team to design research activities is called action research. This action research is one type of research development community participation approach. This approach is oriented towards the bottom-up development, which enables communities role in identifying or recognizing the potentials and problems of their own, and then do the planning, organization and preparation of programs to address problem faced. Researchers in this process only act as a facilitator and motivators for the community. From the research, team has conclusion that the success of the arrangement of the urban slum areas relies heavily on the ability of public-participation in infrastructure financing. In the construction of settlements infrastructure, the ability of saving is the key to the realization of participation and accessibility (affordability) citizen / community to share in the costs of infrastructure programs. This requires external support of the City Government and private institutions through cooperative strategy is to lower prices, substitution, and using its own production especially for food.Therefore, the development of micro, small, and medium enterprises through coaching role by stake holder is a strategic step and in line with the socio-economic improvement support the structuring of urban slums in the Cigugur Tengah. Key Words: City, Slum Area, Sinergy and Partcipatory Intisari Fokus penelitian mengetahui faktor kunci keberhasilan perencanaan partisipatif lokal dan penataan ulang perkotaan di daerah kumuh. Latar belakang penelitian diperoleh dari kenyataan bahwa penyelesaian merupakan kebutuhan dasar manusia dan dapat menjadi faktor penting dalam menentukan kualitas hidup. Namun, tidak mudah untuk mencapai seperti permukiman yang ideal, terutama di daerah perkotaan. Ketidakseimbangan antara permintaan dan ketersediaan lahan, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang cepat telah menyebabkan kesenjangan yang ekstrim. Efek dari masalah ini dialami oleh hampir semua wilayah perkotaan, munculnya pemukiman padat atau pemukiman kumuh perkotaan. Cimahi, Jawa Barat memiliki karakteristik ini di wilayah Cigugur Tengah. Fenomena ini menjadi dasar tim peneliti untuk merancang kegiatan penelitian disebut penelitian tindakan. Penelitian ini merupakan salah satu pengembangan penelitian dengan pendekatan partisipasi masyarakat. Berorientasi pada pembangunan bottom-up, yang memungkinkan masyarakat berperan mengidentifikasi atau mengenali potensi dan masalah mereka sendiri, dan melakukan perencanaan, organisasi dan penyusunan program untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Para peneliti dalam proses ini hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator bagi masyarakat. Dari hasil
9
penelitian, tim memiliki kesimpulan bahwa keberhasilan penataan dari daerah kumuh perkotaan sangat bergantung pada kemampuan masyarakat-partisipasi dalam pembiayaan infrastruktur. Dalam membangun infrastruktur permukiman, kemampuan menabung adalah kunci untuk perwujudan partisipasi dan aksesibilitas (keterjangkauan) warga / masyarakat untuk berbagi dalam biaya program infrastruktur. Kebijakan ini memerlukan dukungan eksternal dari pemerintah kota dan lembaga swasta melalui strategi kooperatif untuk harga yang lebih rendah, tersubstitusi dan konstitusi serta menggunakan produksi sendiri terutama untuk makanan. Oleh karena itu, pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah melalui peran pembinaan oleh stakeholder merupakan langkah strategis dan sejalan dengan peningkatan dukungan sosial-ekonomi penataan permukiman kumuh kota di Cigugur Tengah. Kata Kunci: Kota, Kawasan Slum, Sinergi dan Partisipatori (11)
Ilmu Pengetahuan dan Perkembangan Peradaban: Studi Pemikiran Ibn Khaldun Syarifuddin Jurdi Dosen Sosiologi Universitas Islam Negeri Makassar Alamat Email:
[email protected]
Abstract This study attempts to explain and understand Ibn Khaldun’s thoughts about science. By using analytic historical and hermeunetic approach, this writing will elaborate critically the thoughts of Ibn Khaldun about science and it’s development. This writing refers to “original” sources about Ibn Khaldun’s thoughts. From this writing we get description that Ibn Khaldun has started scientific researching tradition about Humanyora Science, which is shown by it’s main concept of social solidarity and his critical thoughts of nomadic and settle life. From these two communities, we get a different tendency, i.e. nomadic society’s life more characterized by a strong social tie, which is contrast on nomaden life. Beside that, Ibnu Khaldun also classified the science that less differences with the classification of Al Faraby and Al Ghazali. All of Ibn Khaldun’s scientific concepts based on empirical social phenomenas and those phenomenas always connected to religion. Key Words: Ibn Khaldun’s thoughts, Science, Classified the Science and It’s Development Intisari Studi ini menjelaskan dan memahami pemikiran Ibnu Khaldun tentang ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan pendekatan historis dan hermeneutis analitik, tulisan menguraikan secara kritis pemikiran Ibnu Khaldun tentang ilmu pengetahuan dan perkembangannya. Dengan mengacu pada sumber "asli" tentang pemikiran Ibnu Khaldun. Analisis tulisan menunjukan gambaran Ibnu Khaldun memulai penelitian ilmiah tentang tradisi pengetahuan humaniora, dengan konsep utama solidaritas sosial dan pemikiran kritis hidup nomaden dan menetap. Dari kedua komunitas, ada kecenderungan yang berbeda, yaitu kehidupan masyarakat pengembara/berpindah-pindah lebih ditandai dengan ikatan sosial yang kuat,
10
kontras dengan kehidupan tidak nomaden. Selain itu, Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ilmu dengan cara berbeda dengan klasifikasi Al Faraby dan Al Ghazali. Semua konsep-konsep ilmiah Ibn Khaldun berdasarkan fenomena sosial empiris dan terhubung dengan agama. Kata Kunci: Pemikiran Ibn Khaldun, Ilmu Pengetahuan, Klasifikasi Ilmu dan Perkembangan Ilmu (12) GAGASAN JÜRGEN HABERMAS DALAM EMPAT PUISI MUSTOFA BISRI Mustari Dosen Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Alamat Email:
[email protected] Abstract Literature in essence is a medium for authors to communicate with their environment. Poetry is one of the popular literary genre because in addition to giving inner pleasure, smoothing mind, enhances faith, is also often raised life expectancy to a better direction. In this context, the poem can be a guide and communication tool to do something more perfect. K.H.A. Mustafa Bisri (Bisri) is one of the famous poet with a social expression. Through his poems, Bisri not only to protest against the injustice that has been going on since long in the country, it is said, 'embrace' and 'run' this democracy, but rather a point to teach about communication and democratic practices philosopher. Thus, the poems can be juxtaposed with the idea of Jϋrgen Habermas (Habermas) in practice 'communication democratic society'.This study analyzes the notion of similarity between two characters, each of which as a poet (Bisri) and on the other as a philosopher (Habermas). The theory used in this discussion is the notion of semiotic, theory of Michael Riffaterre, especially who said that the meaning of a poem can be traced in the displacing of meaning which means there is a hidden meaning behind the word is written in verses of poetry. With the theory that the four poems of Bisri: (1) "Wekwekwek" (picture a communication practice), (2) "The Big Man, The Little Man" (the irony of a communication practice), (3) "You're What I Need What neither" (a protest against the practice of communication), and (4) "Prophet Sulaiman smiling "(the practice of truth-worthy communication-sample by a democratic society). Readings are then confronted with the idea of Habermas.The result is that both have the same idea. If Habermas formulate it into a theory he called a "discourse", Bisri voice them in the form of verses of poetry. If Habermas says "this should be done", exemplifies Bisri to do.In reality, humans according Hebermas is in objectivization, people according Bisri is just parroting; language used by Habermas to suppress, according Bisri language used to control the people; according to Habermas's validity claims require explanations and reasons, according to People Bisri, questioned the validity of the ruler; ideal communication by Habermas is intersubjective communication, while according to Bisri rulers and people must reach a consensus. Key Words: Bisri, Habermas, Discourse, and Consensus. Intisari Sastra merupakan media untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Puisi adalah salah satu genre sastra populer karena selain memberikan kesenangan batin,
11
melembutkan pikiran, meningkatkan keimanan, juga mengangkat harapan hidup ke arah yang lebih baik. Dalam konteks ini, puisi menjadi panduan dan alat komunikasi untuk melakukan sesuatu yang lebih sempurna. K.H.A. Mustafa Bisri (Bisri) merupakan penyair terkenal dengan ekspresi sosial. Melalui puisi-puisinya, Bisri tidak hanya memprotes ketidakadilan yang telah berlangsung sejak lama di negara tersebut. Dikatakan, 'pelukan' dan 'berlari' dari demokrasi ini, melainkan sebuah titik untuk mengajarkan tentang komunikasi dan praktek filsuf demokrasi. Dengan demikian, puisi dapat disandingkan dengan gagasan Jϋrgen Habermas (Habermas) dalam praktek 'demokrasi komunikasi masyarakat. Studi ini menganalisis gagasan kesamaan antara dua karakter, masing-masing sebagai penyair (Bisri) dan di sisi lain sebagai seorang filsuf (Habermas). Teori yang digunakan dalam diskusi ini adalah gagasan tentang semiotik, teori Michael Riffaterre, yang menyatakan makna puisi dapat ditelusuri dengan menggusur makna yang berarti ada makna tersembunyi di balik kata tersebut ditulis dalam bait-bait puisi. Dengan teori bahwa empat puisi Bisri: (1) "Wekwekwek" (gambar praktik komunikasi), (2) "The Big Man, The Little Man" (Ironi praktek komunikasi), (3) "Kamu 'kembali Apa yang Saya Perlu Apa tidak "(protes terhadap praktek komunikasi), dan (4)" Nabi Sulaiman tersenyum "(praktek kebenaran layak komunikasi-sampel oleh masyarakat yang demokratis). Pembacaannya dihadapkan dengan ide Habermas. Hasilnya kedua puisi memiliki ide yang sama. Jika Habermas merumuskan teori yang disebutnya sebagai "wacana", Bisri meyatakan suara mereka dalam bentuk bait-bait puisi. Jika Habermas mengatakan "ini harus dilakukan", mencontohkan Bisri yang dapat dilakukan. Pada kenyataannya, manusia menurut Hebermas dalam objektivasi, orang menurut Bisri hanya menirukan, bahasa yang digunakan oleh Habermas untuk mendukung pers, menurut bahasa Bisri digunakan untuk mengontrol rakyat, menurut klaim validitas Habermas memerlukan penjelasan dan alasan, menurut Bisri, mempertanyakan validitas penguasa; komunikasi yang ideal oleh Habermas adalah komunikasi intersubjektif, sedangkan menurut Bisri penguasa dan orangorang harus mencapai konsensus. Kata Kunci : Bisri, Habermas, Diskursus dan Konsensus. (13)
Dialektika Teori Kritis Mazhab Frankfurt dan Sosiologi Pengetahuan
Andy Dermawan Dosen Filsafat Ilmu UIN Sunan Kalijaga, Direktur Utama Institut Riset Sosial dan Humaniora (INRISH) Yogyakarta Alamat Email:
[email protected] Abstract The existence of Critical Theory which inspired by Marx, actually directed to the reversion of human’s value and dignity as a whole. Hence, it’s properly, more emancipatoric. As important note here, that in spite of Critical Theory existed from Marx’s spirit, but not meant to adopt and dogmatize from him, just taking his great and basic thought, i.e. setting human free from the shackle of his own creation. In fact, the central issue of the Sociology of Knowledge is that the effort in disclosing
12
sociological sources in all form of knowledge, thought and awareness of whole human’s mental activities. This article aims to present Critical Theory of Frankfurt Sect and the Sociology of Knowledge in sociological perspective, in order to understand it’s scientific geneology and epistemology. And also observing the possibility of developing scientific sociology in the future. Key Words: Critical Theory, Sociological Perspective, Emancipatoric and Sociology of Knowledge Intisari Keberadaan Teori Kritis yang terinspirasi Marx, sebenarnya diarahkan untuk pengembalian nilai manusia dan martabat secara keseluruhan. Oleh karena itu, lebih emansipatoris. Sebagai catatan penting, meskipun Teori Kritis ada dalam semangat Marx, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengadopsi dan dogmatik darinya. Akan tetapi hanya mengambil dasar pemikiran, yaitu pengaturan manusia yang bebas dari belenggu ciptaan sendiri. Bahkan, isu sentral dalam Sosiologi Pengetahuan adalah upaya pengungkapan sumber sosiologis dalam semua bentuk pengetahuan, pemikiran dan kesadaran aktivitas mental seluruh manusia. Artikel ini bertujuan untuk menyajikan Teori Kritis Frankfurt dan Sosiologi Pengetahuan dalam perspektif sosiologis, untuk memahami silsilah ilmiah dan epistemologi. Serta mengamati kemungkinan mengembangkan sosiologi ilmiah di masa depan. Kata Kunci : Teori Kritis, Perspektif Sosiologi, Emansipatoris dan Sosiologi Pengetahuan Ironi Strategi (Survive) Petani Garam di Desa Gersik Putih (14) Khalifi Alumni Sosiologi Angkatan 2007 Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Alamat Email:
[email protected] Abstract Gersik Putih village located on a quitefarfrom the district center. This salt farmer village is a very remote area which separated by another village and surrounded by asalt works. With all the bitter consequences of farming life, most people in this village have made the salt farming as the best option to fulfill their daily needs. However, reality is not always in line with expectations. Land owning dominated only by a certain people and also by PT. Salt, wages which not commensurate with the necessities of life, the erratic weather change sand import policy, become a complexissue. Therefore, those ultimately lead salt farmers living on the brink of uncertainty; so that it forces them to struggle harder and harder to be able surviving their life.The findings in this study related to survival strategies salt farmers in the village of White crunch, there are some findings of which are as follows. (1) farmers convert their farming land function into fish ponds, (2)install "Parayeng", (3)gardening (4)wander about. In the misery of their life, they are able to rise to look for a side job. This strategy is basically part of the economy innovation characterized by one season or subsistence. The conclusion of this study, namely to do with the pattern of the four economy innovation so that salt farmers in the village of Gersik
13
Putih able to survive and fulfill their needs, the family need and the need for their children's school fees. Key Words: Profil, Strategy, Survival and Salt Farmer Intisari Desa Gersik Putih terletak agak jauh pusat kabupaten. Desa petani garam ini merupakan daerah yang sangat terpencil yang dipisahkan oleh desa lain dan dikelilingi oleh daerah karya garam. Kehidupan pertanian yang pahit, menyebabkan kebanyakan orang di desa ini menjadikan pertanian garam sebagai pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, realitas tidak selalu sesuai dengan harapan. Pemilik tanah hanya didominasi oleh orang-orang tertentu seperti PT. Garam, upah yang tidak sepadan dengan kebutuhan hidup, perubahan cuaca yang tak menentu dan kebijakan impor, menjadi masalah yang kompleks. Oleh karena itu, para petani garam akhirnya hidup di ambang ketidakpastian; sehingga memaksa mereka untuk berjuang lebih keras untuk dapat bertahan hidup. Hasil penelitian terkait dengan strategi kelangsungan hidup petani garam di Desa Putih. Hasil penelitian menunjukan: (1) Petani mengkonversi fungsi lahan pertanian mereka menjadi kolam ikan, (2) install "Parayeng", (3) berkebun (4) merantau. Dalam penderitaan kehidupannya, mereka mampu bangkit untuk mencari pekerjaan sampingan. Strategi ini pada dasarnya-bagian dari inovasi ekonomi ditandai oleh satu musim atau subsisten. Kesimpulan dari penelitian dngan melakukan pola inovasi ekonomi menyebabkan petani garam di Desa Gersik Putih mampu bertahan dan memenuhi kebutuhan mereka, kebutuhan keluarga dan kebutuhan untuk biaya sekolah anaknya. Kata Kunci: Profil, Strategi, Survive dan Petani Garam
14
Intisari Kiai dan politik adalah entitas yang tak terpisahkan dalam konstelasi politik Indonesia. Kiai telah diakui oleh orang Indonesia atas kontribusinya di negara berkembang, tidak hanya dalam bidang keagamaan tetapi juga dalam mewarnai orientasi politik Indonesia. Keterlibatan kiai dalam politik Indonesia menjadi lebih jelas selama era reformasi, dimana Indonesia mengalami proses demokratisasi terbesar di berbagai bidang, terutama di bidang politik melalui pelaksanaan desentralisasi. Proses desentralisasi telah menciptakan peluang lebih besar bagi kiai untuk terlibat secara aktif dalam konstelasi politik, seperti menjadi anggota aktif atau pengurus partai politik atau mencalonkan diri sebagai bupati atau gubernur. Kata Kunci : Perilaku Politik, Kiai, Dominasi dan Desentralisasi
15