A.A. B. Dinariyana Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan – ITS Surabaya 2011
Yang dimaksud dengan kurva Bonjean adalah kurva yang menunjukkan luas station sebagai fungsi dari sarat. Bentuk kurva ini mula-mula diperkenalkan pada permulaan abad ke sembilan belas oleh seorang Sarjana Perancis bernama Bonjean.
2
Gambar pada slide sebelumnya melukiskan kurva Bonjean pada nomer station yang diperlihatkan sampai setinggi geladak ditengah. Jadi untuk mengetahui luas dari tiap-tiap station sampai tinggi sarat (T) tertentu dapat dibaca dari gambar kurva bonjean pada ketinggian sarat (T) yang sama, dengan menarik garis mendatar hingga memotong kurva Bonjean. Demikian pula untuk sarat-sarat kapal yang lain dapat dilakukan dengan cara yang sama. Pada umumnya kurva bonjean cukup digambar sampai setinggi tepi kapal, pada setiap station sepanjang kapal. 3
Karena kurva bonjean adalah kurva luas station atau luas bidang gading, maka bentuk kurva sangat tergantung dari bentuk station atau bidang gading tersebut.
4
Untuk penampang kapal yang berbentuk segitiga seperti gambar, kurva bonjean akan berbentuk parabola.
5
Pada kapal barang, bentuk penampang tengah kapal pada umumnya adalah seperti gambar yaitu mempunyai rise of floor (kenaikan alas) yang kecil dan kurva bilga yang kecil pula. Jadi bentuk kurva Bonjean akan berbentuk lurus dengan diawali bentuk kurva pendek.
6
Untuk menggambar kurva Bonjean terlebih dahulu harus menghitung tiap-tiap station untuk beberapa macam tinggi sarat. Karena kurva Bonjen digambar sampai garis geladak disamping kapal, maka harus menghitung luas station sampai geladak disamping kapal. Untuk kapal kayu, ukuran yang dipakai didalam perhitungan adalah dengan memperhitungkan tebal kulit. Untuk kapal baja ukuran yang diambil adalah tanpa memperhitungkan tebal kulit kapal. 7
T = 8,4 m
8
Sarat kapal = 8,4 m. kita bagi menjadi 6 buah garis air. Karena kita akan menggambar kurva Bonjean sampai garis geladak, maka bagian diatas sarat juga ditarik garis air tambahan WL7 1/2 dan WL 9, masing-masing berjarak 1,5 meter.
9
Contoh perhitungan pada tiap station
10
Fungsi luas III merupakan hasil penjumlahan (Hasil I x II) jadi untuk WL 01 adalah 0 + 2,80 + 1,20 = 4,00. Sedang IV = 2.1/3.h. Karena ordinat yang dimasukkan kedalam tabel perhitungan adalah setengah lebar kapal, maka kita kalikan dengan 2 untuk mendapatkan luas seluruh station. Bilangan 1/3 adalah angka perkalian menurut hukum Simpson I. h = jarak tiap garis air.
Untuk menghitung luas station dari garis air 0 sampai garis air 2 luas station WL0 – WL1 ditambah luas station WL1 – WL2 demikian pula untuk luas station WL0 – WL2 adalah luas station WL0 – WL2 ditambah luas station WL2 – WL4 dan seterusnya. Kita dapat menggambar kurva Bonjean dengan suatu skala tertentu. Untuk perhitungan Bonjean dimana semua station dihitung dengan menggunakan tabel Bonjean.
11
Gambar kurva Bonjean yang paling umum adalah yang digambar pada potongan memanjang dari kapal seperti gambar dibawah
12
Untuk ini mula-mula kita gambarkan garis dasar, linggi haluan dan buritan kapal, garis geladak ditepi kapal, letak station-station dan garis-garis air. Skala sarat tidak perlu sama dengan skala panjang kapal. Pada tiap-tiap station kita gambar kurva Bonjean seperti terlihat pada gambar 13
Gambar kurva Bonjean dilengkapi pula dengan skala sarat di AP dan FP. Untuk mendapatkan gambar yang betul, maka ujung-ujung kurva Bonjean pada garis geledak ditepi kapal perlu kita koreksi dengan menarik garis yang laras seperti terlihat pada gambar
14
15
Dengan gambar kurva Bonjean ini kita dapat menghitung volume displacement tanpa kulit untuk kapal baja pada bermacam-macam keadaan sarat. Volume displasmen dihitung baik kapal itu dalam keadaan even keel (sarat rata) maupun kapal dalam keadaan trim atau garis air berbentuk profil gelombang (wave profil). Sedang untuk kapal kayu yang dihitung adalah volume displacement dengan kulit. Letak titik tekan memanjang B pada bermacam-macam keadaan seperti diatas juga dapat dihitung dari kurva Bonjean ini.
16
Untuk menghitung volume displacement dan titik tekan memanjang (B) kalau sarat depan dan sarat belakang diketahui, maka mula-mula kita ukurkan sarat depan di FP dan sarat belakang di AP pada gambar
17
Bidang garis air pada kapal dalam keadaan trim kita tarik sehingga memotong station AP, 1, 2….9, FP. Dari tiap titik potong station dengan garis air itu kita tarik garis mendatar memotong kurva bonjean. Harga luas dari tiap-tiap station dapat dibaca pada garis horizontal itu. Sehingga luas tiap-tiap station yang masuk ke dalam air dapat diketahui yaitu AAP, A1, A2… A8, A9. Harga luas tiap-tiap station ini yang diperlukan untuk menghitung volume displacement dan titik tekan memanjang (B). 18
V disp = k.h.Σ1 LCB = (Σ2 / Σ1 ) x h
Σ1
Σ2 19
Untuk menghitung volume displacement dan B pada kapal even keel (sarat rata) dan pada profil gelombang dilakukan cara yang sama seperti perhitungan saat trim. Untuk profil gelombang, maka profil gelombang digambar diatas gambar kurva Bonjean, dan pada tiap perpotongan station dengan profil gelombang ditarik garis horizontal sehingga memotong kurva Bonjean. Kemudian luas bagianbagian yang masuk kedalaman dapat ditentukan seperti terlihat pada gambar. 20
Sarat untuk tiap-tiap station harus dihitung, sehingga dapat kita gunakan rumus:
Tn = To+ xn. tgθ 21
22
Ship Stability for Masters and Mates, Fourth Edition, Revised, D.R. Derrett, B-H Newnes, 1990 Teknik Konstruksi Kapal Baja, Indra Kusna Jaya, 2008
23