WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBASIS PERMAINAN KUIS JEOPARDY DAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP A. R. Hakim, D. Rusidana, A.F. C.Wijaya Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep fisika siswa. Meski dalam kegiatan science hampir seluruhnya berhubungan dengan eksperimen, namun konsep-konsep science adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala-gejala yang terjadi di lingkungan atau alam. Dari sudut pandang psikologis, setiap manusia memiliki tahapan perkembangan dan juga pemenuhan kebutuhan psikologisnya, salah satunya adalah kebutuhan bersosialisasi serta bermain. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan meningkatkan pemahaman konsep adalah dengan merancang suatu pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa dapat bekerja sama dan bersosialisasi serta dengan menggunakan permainan berupa kuis Jeopardy dan Talking Stick. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis permainan kuis Jeopardy dan Talking Stick dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa SMP. Instrumen untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran digunakan lembar observasi terhadap aktivitas guru dan siswa, sedangkan untuk pemahaman konsep digunakan pilihan ganda. Peningkatan pemahaman konsep ditunjukkan melalui N-gain dan dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui hasil peningkatan pemahaman konsep di kedua kelas. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode nonrandom sampling dengan teknik convenience sampling. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan disain penelitian The Static Group Pretest-Posttest Design. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep siswa pada masingmasing kelas. Sementara itu dari uji hipotesis diketahui bahwa permainan kuis Jeopardy lebih dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa daripada Talking Stick. Sedangkan untuk masing-masing aspek pemahaman konsep diketahui bahwa pada aspek translasi dan interpretasi permainan kuis Jeopardy lebih dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa daripada Talking Stick dan tidak ada perbedaan peningkatan pemahaman konsep pada aspek ekstrapolasi. Kata kunci: Teams Games Tournament (TGT), pemahaman konsep, kuis Jeopardy, Talking Stick.
Penulis penanggung jawab
2
A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...
ABSTRACT THE USE OF JEOPARDY QUIZ AND TALKING STICK GAMES BASED COOPERATIVE LEARNING METHOD TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ENHANCE UNDERSTANDING OF PHYSICS CONCEPT AT STUDENT’S JUNIOR HIGH SCHOOL Research background of this research was low achievement in understanding of physics concept. Although almost in science activity was related to experiment however concepts of science is a result from human conception on indication that happens in the environment or nature. In the point of psychology view, every people have their development steps and also to fulfill psychology requirement, one of it is requirement to having socialization and playing. One ways to fulfill this psychology requirement and to improve in understanding concept is with make a cooperative learning design which possibly can make students to cooperate and socialization using games like Jeopardy quiz and Talking Stick. Purpose of this research is to know the effect of cooperative learning method application based on games of Jeopardy quiz and Talking Stick in improve understanding physics concept at junior high school students. To measure study activity used observation instrument to observe teacher and students activity, whereas to measure understanding concept used multiple choice question. Increasing on understanding concept showed in N-gain and hypothesis test is used to know the result of understanding concept. Interpretation data technic in this research is use nonrandom sampling method with convenience sampling technic. This research use quasi experiment type with the static group pretest-posttest design. The result of this research showed that understanding concept of student is improved in each class. While from hypothesis test known that Jeopardy quiz can be more improved student to understanding physics concept than Talking Stick. Whereas to each aspect of understanding concept known that in translation and interpretation aspect Jeopardy quiz can be more improved student to understanding physics concept than Talking stick and in the extrapolation aspect there is no differences in understanding concept improved. Keywords: Teams Games Tournament (TGT), understanding of concept, Jeopardy quiz, Talking Stick.
Dalam kamus The Concise Oxford Dicionary of Current English (Fowler & Fowler, 1951), natural science didefinisikan sebagai “systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly in observation and induction” yang berarti ilmu sistematis dan pengetahuan yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Menurut Nokes (1949) ia mendefinisikan science sebagai “a pieces of theoretical knowledge” atau sebuah bagian dari pengetahuan teoretis. Baginya science bukanlah suatu keterampilan praktis dan
bukan pula suatu kerajinan. Meskipun dalam kegiatan-kegiatan dalam science hampir selalu berhubungan dengan eksperimen-eksperimen, namun konsepkonsep science adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala-gejala yang terjadi di lingkungan atau alam. Saat ini ada beberapa kendala yang dihadapi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Salah satu kendala yang sering dihadapi adalah pada metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan pengetahuan untuk suatu mata pelajaran tertentu, terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
Alam (IPA). Mata pelajaran IPA terdiri dari tiga mata pelajaran yaitu fisika, biologi, dan kimia. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang mengkaji peristiwa-peristiwa yang ada di alam sekitar sehingga menjelaskan proses sebabakibat yang dapat diamati dan dijelaskan secara rinci. Ketika KBM berlangsung dengan menggunakan metode ceramah, ada siswa yang kurang fokus dalam memperhatikan penjelasan guru, siswa mengobrol, mengantuk ataupun melakukan kegiatan lainnya. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut maka dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang lebih efektif dari metode tersebut. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki rentang umur mulai dari 13-16 tahun, remaja, dimana pada tahapan ini seorang manusia mulai mengenali emosi, mengenal konsep secara abstrak, berpikir kritis dan analitis. Selain orang tua, seorang gurupun seharusnya tanggap akan kebutuhan perkembangan psikologis anak. Pada tahapan ini pula seorang siswa memiliki kecenderungan untuk bermain yang cukup kuat serta kebutuhan untuk berada dalam berkelompok, kebutuhan diterima oleh lingkungan. Ketika seorang manusia berkelompok dan bermain bersama secara tidak langsung dia akan melakukan interaksi lingkungan, seperti berdiskusi, menyampaikan pendapat, sehingga kebutuhan perkembangan psikologis pada tahap ini sedikit demi sedikit akan dapat terpenuhi. Oleh karenanya guru dapat menyisipkan permainan secara berkelompok dalam kelas. Metode pembelajaran yang sedang berkembang dalam dunia pendidikan saat ini, terutama pada mata pelajaran IPA, adalah metode pembelajaran kooperatif. Dengan metode ini memungkinkan adanya timbal balik antara guru dan siswa serta hubungan timbal balik antar siswa. Salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Dalam pembelajaran kooperatif tipe
3
ini melibatkan aktivitas seluruh kelas tanpa adanya perbedaan status yang melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Dengan digunakannya pembelajaran kooperatif tipe ini memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Permainan Talking Stick merupakan salah satu permainan yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan dengan menerapkan permainan ini guru menyiapkan tongkat yang nantinya akan diberikan kepada siswa yang harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru kemudian setelahnya guru memberikan tongkat tersebut pada siswa yang lain dan begitupun seterusnya sampai sebagian siswa mendapat giliran. Selain itu dengan digunakannya metode pembelajaran ini guru dapat mengetahui hasil belajar siswa secara instan dengan memberikan pertanyaan dan mengetahui jawaban atau argumen siswa terhadap pertanyaan ataupun masalah yang diberikan oleh guru. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif lain yang dapat digunakan adalah yang berbasis permainan kuis. Salah satu permainan kuis yang dapat digunakan adalah berupa permainan kuis Jeopardy. Pada kegiatan ini siswa dikelompokkan untuk menjawab pertanyaan yang telah dipilih oleh siswa yang disediakan oleh guru di depan kelas. Pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa merupakan pernyataan jawaban dan jawaban yang diberikan oleh siswa adalah pertanyaan yang sesuai dengan jawaban pada pertanyaan yang dipilih. METODE Jenis penelitian yang telah dilakukan merupakan jenis quasi experiment. Sedangkan desain penelitian yang diterapkan berupa static group pretest-posttest. Bentuk disain penelitian static group pretest-posttest menggunakan
4
A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...
dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan adanya perlakuan yang berbeda serta diberikannya pretest dan posttest pada masing-masing kelas. Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep digunakan skor n-gain dengan persamaan (Hake dalam Rizki, 2011)
Untuk menguji hipotesis digunakan uji Mann-Whiteney dengan menghitung nilai U dengan persamaan (Susetyo, 2010),
Selanjutnya menghitung nilai z dengan persamaan (Susetyo, 2010),
Selanjutnya membandingkan nilai z yang didapat dari perhitungan dan tabel z. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol (Talking Stick) Nilai persen keterlaksanaan pembelajaran dan kategorinya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
Kegiatan Presentasi Pembentukan
Kualitas Keterlaksanaan (%) Aspek Aspek Guru Siswa 93,75 93,75 75
58,33
Kegiatan
Kualitas Keterlaksanaan (%) Aspek Aspek Guru Siswa
Kelompok Permainan Rata-Rata
100
100
91,67
88,88
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada aspek guru dalam kegiatan presentasi, nilai persentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran bernilai 93,75% dengan kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa guru melaksanakan kegiatan presentasi dengan sangat baik dan materi pembelajaran disampaikan dengan lengkap. Masih pada aspek guru, pada kegiatan pembentukan kelompok nilai persentase keterlaksanaan pembelajarannya bernilai 75% dengan kategori baik yang berarti guru memberikan dua kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Sedangkan pada kegiatan permainan, persentase nilai keterlaksanaan pembelajarannya sebesar 100% yang memiliki arti bahwa guru memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk memilih dan menjawab pertanyaan serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Dari tabel pun dapat diketahui persen rata-rata kualitas pembelajaran yang telah terlaksana pada aspek guru bernilai 91,67% dengan kategori sangat baik yang berarti keterlaksanaan pembelajaran pada aspek guru dalam kelas kontrol sangat baik. Selanjutnya untuk aspek siswa, pada kegiatan presentasi diketahui nilai persentase keterlaksanaan pembelajarannya sebesar 93,75% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa siswa memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sangat baik. Persentase keterlaksanaan pembelajaran pada aspek siswa yang lainnya yaitu dalam kegiatan pembentukan kelompok didapatkan nilai sebesar 58,33% dan termasuk dalam kategori cukup. Nilai persentase ini memiliki arti bahwa ada dua
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang telah diajarkan. Keterlaksanaan pembelajaran dari aspek siswa pada kegiatan permainan memiliki persentase keterlaskanaan sebesar 100% dengan kategori sangat baik dan memiliki arti bahwa semua kelompok mendapatkan kesempatan untuk menjawab dua pertanyaan dan dapat dijawab dengan benar. Pada tabel di atas dapat diketahui pula nilai persentase rata-rata dari keterlaksanaan pembelajaran pada aspek siswa sebesar 88,88% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen (Kuis Jeopardy) Nilai persen keterlaksanaan pembelajaran dan kategorinya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Kegiatan Pembelajaran Presentasi Pembentukan Kelompok Permainan Rata-Rata
Kualitas Keterlaksanaan (%) Aspek Aspek Guru Siswa 93,75
93,75
50
25
100
91,67
87,50
81,95
Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada aspek guru dalam kegiatan presentasi, nilai persentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran bernilai 93,75% dengan kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa guru melaksanakan kegiatan presentasi dengan sangat baik dan materi pembelajaran disampaikan dengan lengkap. Masih pada aspek guru, pada kegiatan pembelajaran kedua atau pada kegiatan pembentukan kelompok nilai persentase keterlaksanaan pembelajarannya bernilai 50% dengan kategori cukup yang berarti
5
guru memberikan satu kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Sedangkan pada kegiatan permainan, persentase nilai keterlaksanaan pembelajarannya sebesar 100% yang memiliki arti bahwa guru memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk memilih dan menjawab pertanyaan serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Dari tabel pun dapat diketahui persen rata-rata kualitas pembelajaran yang telah terlaksana pada aspek guru bernilai 87,50% dengan kategori sangat baik yang berarti keterlaksanaan pembelajaran pada aspek guru dalam kelas kontrol sangat baik. Selanjutnya untuk aspek siswa, pada kegiatan pertama dalam kegiatan presentasi diketahui nilai persentase keterlaksanaan pembelajarannya sebesar 93,75% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa siswa memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sangat baik. Persentase keterlaksanaan pembelajaran pada aspek siswa yang lainnya yaitu dalam kegiatan pembentukan kelompok atau kegiatan kelima didapatkan nilai sebesar 25% dan termasuk dalam kategori jelek. Nilai persentase ini memiliki arti bahwa ada satu siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang telah diajarkan. Keterlaksanaan pembelajaran dari aspek siswa pada kegiatan permainan memiliki persentase keterlaskanaan sebesar 91,67% dengan kategori sangat baik dan memiliki arti bahwa semua kelompok mendapatkan kesempatan untuk menjawab dua pertanyaan dan dapat dijawab dengan benar. Pada tabel di atas dapat diketahui pula nilai persentase rata-rata dari keterlaksanaan pembelajaran pada aspek siswa sebesar 81,95% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Nilai Rata-Rata Kelas Nilai rata-rata dari masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 3.
6
A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...
Tabel 3. Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas dan Gain yang Dinormalisasi Kelas Eksperimen Kontrol
Nilai Ratarata Pre- PostNilai test test
dalam satuan persen agar nilai gain yang dinormalisasi dapat terlihat lebih jelas.
Klasifikasi
30,41
60,02
0,42
Sedang
33,44
48,36
0,21
Rendah
Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen nilai rata-rata pre-test yang didapatkan sebesar 30,41. Sedangkan nilai rata-rata yang didapatkan pada kegiatan post-test adalah 60,02. Dari hal ini dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dan perubahan nilai rata-rata antara pre-test dan post-test. Nilai gain yang dinormalisasi yang didapatkan dari data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dengan nilai sebesar 0,42 dengan klasifikasi sedang. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode pembelajaran permainan kuis Jeopardy dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan klasifikasi sedang. Pada kelas penelitian yang lain, nilai rata-rata pre-test yang didapatkan sebesar 33,44. Sedangkan nilai rata-rata yang didapatkan pada kegiatan post-test adalah 48,36. Dari hal ini dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dan perubahan nilai rata-rata antara pre-test dan post-test. Perubahan ini dinamakan perubahan positif atau yang dapat juga disebut bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata. Nilai gain yang dinormalisasi yang didapatkan dari kedua data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dengan nilai sebesar 0,21 yang berada pada klasifikasi rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan klasifikasi rendah. Untuk lebih mengetahui perbandingan nilai rata-rata dan gain yang dinormalisasi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 disajikan nilai perbandingan
Gambar 1. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Pre-test, Post-test dan Gain yang Dinormalisasi pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji Hipotesis Mann-Whiteney Data hasil perhitungan nilai untuk uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji MannWhitney Gain Jumlah Rata- zhitung phitung Siswa Rata 37 0,42 Eksperimen 4,795 0,0001 38 0,21 Kontrol Kelas
Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai phitung bernilai lebih kecil dari pada p taraf nyata yaitu 0,01 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal, H0, ditolak. Dari hasil pengujian hipotesis tersebut juga didapatkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT berbasis permainan kuis Jeopardy dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa daripada permainan Talking Stick. Berikut adalah pembahasan hasil pengolahan data berkaitan dengan perubahan nilai rata-rata kelas dan perubahan nilai rata-rata per aspek pemahaman konsep pada masing-masing kelas.
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
7
Translasi Pemahaman konsep aspek translasi merupakan kemampuan siswa untuk dapat menerjemahkan suatu komunikasi ke dalam bentuk komunikasi lain. Pada
pembahasan kali ini akan dibahas perubahan kemampuan pemahaman pada aspek translasi untuk kedua kelas dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Perubahan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Aspek Translasi Kelas Eksperimen Kontrol
Nilai Rata-rata Pre-test 18,92 24,21
Post-test 64,32 50,00
Dari Tabel 5 diketahui bahwa nilai gain yang dinormalisasi pada masingmasing kelas memiliki nilai yang berbeda. Untuk kelas eksperimen nilai gain yang dinormalisasi bernilai 0,56 dan termasuk dalam klasifikasi sedang. Sedangkan pada kelas kontrol, nilai gain yang dinormalisasi bernilai 0,30 dan sama seperti kelas kontrol, termasuk dalam klasifikasi sedang. Walaupun klasifikasi gain yang dinormalisasi pada kedua kelas sama, klasifikasi sedang, tetapi terdapat perbedaan nilai gain yang dinormalisasi. Nilai rata-rata pre-test pada kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih kecil daripada kelas kontrol yang berarti kemampuan pemahaman konsep pada aspek translasi kelas kontrol lebih baik daripada kelas eksperimen. Sedangkan pada nilai rata-rata post-test kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih besar daripada kelas kontrol. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan pemahaman aspek translasi
Nilai 0,56 0,30
Klasifikasi Sedang Sedang
zhitung
phitung
3,59
0,0001
pada kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan pemahaman aspek translasi pada kelas kontrol. Selain itu nilai phitung yang didapatkan pada aspek translasi ini memiliki nilai yang lebih kecil dari taraf nyata yang bernilai 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan permainan kuis Jeopardy pada kelas eksperimen dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada aspek translasi daripada permainan Talking Stick yang diterapkan di kelas kontrol. Interpretasi Pemahaman konsep aspek interpretasi merupakan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan memahami ide utama dalam suatu komunikasi, termasuk memahami hubungan antara keduanya. Pada pembahasan kali ini akan dibahas perubahan kemampuan pemahaman konsep untuk aspek interpretasi pada kedua kelas dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Perubahan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Aspek Interpretasi Kelas Eksperimen Kontrol
Nilai Rata-rata Pre-test
Post-test
Nilai
Klasifikasi
35,45 37,31
62,32 50,93
0,40 0,19
Sedang Rendah
zhitung
phitung
3,58
0,0001
8
A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...
Dari Tabel 6 diketahui bahwa nilai gain yang dinormalisasi pada masingmasing kelas memiliki nilai yang berbeda. Untuk kelas eksperimen nilai gain yang dinormalisasi bernilai 0,40 dan termasuk dalam klasifikasi sedang. Sedangkan pada kelas kontrol, nilai gain yang dinormalisasi bernilai 0,19. Berbeda dari kelas eksperimen, klasifikasi nilai gain yang dinormalisasi pada kelas kontrol adalah rendah. Nilai rata-rata pre-test pada kelas eksperimen lebih kecil daripada nilai ratarata pada kelas kontrol, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep aspek interpretasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda serta kelas kontrol memiliki pemahaman konsep yang lebih baik daripada kelas eksperimen. Sedangkan pada rata-rata nilai post-test, kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep aspek interpretasi pada kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan pemahaman
konsep aspek interpretasi kelas kontrol. Selain itu nilai phitung yang didapatkan pada aspek interpretasi ini memiliki nilai yang lebih kecil dari taraf nyata yang bernilai 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan permainan kuis Jeopardy pada kelas eksperimen dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada aspek interpretasi daripada permainan Talking Stick yang diterapkan di kelas kontrol. Ekstrapolasi Pemahaman konsep aspek ekstrapolasi merupakan kemampuan siswa untuk membuat perkiraan atau prediksi berdasarkan pemahaman tentang kecenderungan atau kondisi yang dijelaskan dalam sebuah komunikasi, termasuk dalam membuat kesimpulan sehubungan dengan implikasi, konsekuensi, akibat dan efek yang terdapat dalam komunikasi. Pada pembahasan kali ini akan dibahas perubahan kemampuan pemahaman konsep untuk aspek ekstrapolasi pada kedua kelas dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Perubahan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Aspek Ekstrapolasi Kelas
Nilai Rata-rata Pre-test
Post-test
Nilai
Klasifikasi
Eksperimen
16,22
31,08
0,15
Rendah
Kontrol
20,27
22,97
0,03
Rendah
Dari Tabel 7 diketahui bahwa nilai gain yang dinormalisasi pada masingmasing kelas memiliki nilai yang berbeda. Untuk kelas eksperimen nilai gain yang dinormalisasi bernilai 0,15 dan termasuk dalam klasifikasi rendah. Sedangkan pada kelas kontrol, nilai gain yang dinormalisasi bernilai 0,03 dan sama seperti kelas kontrol, nilai gain yang dinormalisasinya termasuk dalam klasifikasi rendah. Walaupun klasifikasi gain yang dinormalisasi pada kedua kelas sama,
zhitung
phitung
1,37
0,0583
klasifikasi rendah, tetapi terdapat perbedaan nilai gain yang dinormalisasi. Nilai rata-rata pre-test pada kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih kecil daripada kelas kontrol yang berarti kemampuan pemahaman konsep pada aspek ekstrapolasi kelas kontrol lebih baik daripada kelas eksperimen. Sedangkan pada nilai rata-rata post-test kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih besar daripada kelas kontrol. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013
kemampuan pemahaman konsep aspek ekstrapolasi pada kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep aspek ekstrapolasi pada kelas kontrol. Meskipun begitu nilai phitung yang didapatkan pada aspek ekstrapolasi ini memiliki nilai yang lebih besar dari taraf nyata yang bernilai 0,01 Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep pada penerapan pembelajaran menggunakan permainan kuis Jeopardy yang diterapkan pada kelas eksperimen dan Talking Stick yang diterapkan di kelas kontrol untuk aspek ekstrapolasi. Dari pembahasan di atas didapatkan bahwa nilai rata-rata pre-test kelas kontrol untuk masing-masing aspek kemampuan pemahaman konsep lebih besar daripada nilai rata-rata pre-test kelas kontrol. Walaupun demikian nilai rata-rata post-test kelas eksperimen lebih besar daripada ratarata nilai post-test kelas kontrol untuk tiap aspek kemampuan pemahaman konsep. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai gain yang dinormalisasi yang berbeda pada kedua kelas untuk masing-masing aspek kemampuan pemahaman konsep. Nilai gain yang dinormalisasi pada kelas eksperimen selalu lebih besar daripada kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa permainan kuis Jeopardy dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep fisika daripada permainan Talking Stick untuk aspek translasi dan interpretasi serta tidak terdapat perbedaan peningkatan pada aspek ekstrapolasi. Untuk lebih mengetahui perbandingan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi pada masing-masing kelas, dapat pula dilihat dari Gambar 2. Pada Gambar 2 disajikan nilai perbandingan dalam satuan persentase agar nilai gain yang dinormalisasi dapat terlihat lebih jelas.
9
Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi pada Ketiga Aspek Pemahaman Konsep Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep dari kedua kelas ditunjukkan oleh nilai gain yang bernilai positif. Penelitian yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT ini membandingkan dua jenis permainan yang berbeda yaitu permainan kuis Jeopardy dan permainan Talking Stick. Ternyata terdapat perbedaan nilai gain antara kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran TGT dengan permaian kuis Jeopardy memiliki gain yang lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menerapkan permainan Talking Stick. Hal ini diduga karena adanya teknis permainan yang berbeda. Dalam permainan Talking Stick siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru sedangkan permainan kuis Jeopardy siswa diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya disediakan oleh guru sehingga pada permainan kuis Jeopardy siswa dapat lebih mengkonstruksi pengetahuan dan pemahamannya lebih baik.
10
A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...
KESIMPULAN Berdasarkan nilai gain yang dinormalisasi terlihat bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep fisika siswa pada kedua kelas. Dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa. Selanjutnya berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney dapat terlihat bahwa permainan kuis Jeopardy dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa daripada permainan Talking Stick. Nilai gain yang dinormalisasi pada ketiga aspek pemahaman konsep menunjukkan bahwa pada kelas yang diterapkan permainan kuis Jeopardy memiliki nilai gain yang dinormalisasi lebih tinggi daripada nilai gain yang dinormalisasi pada kelas yang diterapkan permainan Talking Stick. Meskipun pada kedua kelas terdapat peningkatan nilai tetapi terdapat perbedaan klasifikasi pada nilai gain yang dinormalisasi untuk kedua kelas pada masing-masing aspek. Pada kelas eksperimen nilai gain yang dinormalisasi pada aspek translasi dan interpretasi berada pada klasifikasi yang sedang tetapi pada aspek ekstrapolasi berada pada klasifikasi yang rendah. Sedangkan pada kelas kontrol nilai gain yang dinormalisasi pada aspek interpretasi dan ekstrapolasi berada pada klasifikasi rendah serta pada aspek translasi berada
dalam klasifikasi sedang. Untuk aspek translasi dan interpretasi dapat disimpulkan bahwa permainan kuis Jeopardy dapat lebih meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika siswa dibandingkan dengan permainan Talking Stick sedangkan pada aspek ekstrapolasi disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep pada penerapan kedua permainan.
DAFTAR PUSTAKA Fowler, H. W. and Fowler, F. G. (1951). The Concise Oxford Dictionary of Current English. London: Oxford University Press. Nokes, M. C. (1949). Science in Education. London: Macdonald. Rizki, E. J. (2011) Profil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery Inquiry. Skripsi Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Susetyo, B. (2010). STATISTIKA UNTUK ANALISIS DATA PENELITIAN, Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: Refika Aditama.