A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo
Sejarah Perkembangan Herbal Obat Herbal merupakan obat yang paling tua Telah lama dikenal sebagai pengobatan yang
digunakan oleh semua penduduk dan berbagai budaya hampir di seluruh dunia. Penggunaan obat herbal telah digunakan sebagai
pengobatan sejak adanya kehidupan umat manusia.
Para ahli arkeologi sudah menemukan bukti
penggunaan herbal oleh kaum di Iraq sekitar 60.000 tahun yang lalu. Semua umat manusia di masa lampau, Mesir,
Yunani, Cina,
India Roma
Menggunakan herbal sebagai suatu bagian integral dari berbagai sistem pengobatan mereka.
Sebagai pendahulu herbalist terkenal, yang menekankan akan pentingnya alam dalam penyembuhan, adalah
Hippocrates, yang dikenal sebagai “Bapak Kedokteran”.
Pada Abad pertengahan, para herbalis nampak tersingkirkan, Sampai akhir abad ke-19 dimana pengobatan kaum ortodox mendominasi format perawatan di barat.
Walaupun sebenarnya pada awalnya merupakan hasil ekstraksi dan disiapkan dari herbal. Pada pertengahan abad ke-19, asosiasi nasional herbalis medis telah dibentuk
Suatu asosiasi yang mana kemudian melahirkan herbalis medis terkemuka masa kini.
Bagaimana dengan di Indonesia? Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku
bangsa Memiliki keanekaragaman obat tradisional yang
dibuat dari bahan-bahan alami bumi Indonesia, termasuk tanaman obat.
terbukti dari adanya naskah lama pada :
daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang nDalem dan relief candi Borobudur
Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies
tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat. 180 spesies telah dimanfaatkan oleh industri jamu
tradisional (Puslitbangtri, 1992) Keanekaragaman hayati Indonesia ini
diperkirakan terkaya kedua di dunia setelah Brazil.
Dunia kesehatan Indonesia dianggap sangat terpukau
dan terpaku pada pengobatan medis/konvensional barat. Akibatnya, khazanah pengobatan tradisional yang
beribu tahun mengakar pada bangsa ini terabaikan. Di sisi lain, pengobatan dunia barat saat ini diliputi
semangat back to nature. Bagaimana Indonesia?
Menurut WHO : 65% penduduk negara maju 80% penduduk negara berkembang
Menggunakan obat herbal.
Herbal sebagai obat-obatan, berkembang sejalan
dengan perkembangan penelitian ilmiah modern, sebagai dasar perkembangan herbal masa kini.
Faktor pendorong terjadinya peningkat-an penggunaan obat herbal di negara maju:
harapan hidup panjang pada saat prevalensi penyakit kronik .
usia
kegagalan
penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu (kanker).
semakin
luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia.
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan & pengobatan penyakit : Penyakit kronis, Penyakit degeneratif
Kanker
Hal ini menunjukkan dukungan WHO untuk back to
nature yang dalam hal tertentu lebih menguntungkan.
Keselamatan, kemanjuran dan kelayakan Pendapat tentang keselamatan, kemanjuran dan
kelayakan dari obat herbal sangatlah berbeda diantara para medis dan para profesional kesehatan di negara-negara di mana pengunaan herbal telah mengalami perbaikan. Beberapa para profesional menerima sejarah,
pengalaman empiris sebagai satu-satunya ukuran untuk kemanjuran obat herbal
Berdasarkan keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor: HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004 Tentang ketentuan pokok pengelompokan dan
penandaan obat bahan alam Indonesia Yang
dimaksud dengan Indonesia adalah :
Obat Bahan
Alam
Obat Bahan Alam yang diproduksi di Indonesia.
Selanjutnya disebutkan dalam keputusan Kepala Badan POM tersebut, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan secara berjenjang menjadi : 1.
Jamu
2.
Obat Herbal Terstandar
3.
Fitofarmaka
Untuk kelompok Obat Herbal Terstandar harus
memenuhi kriteria: klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik dan
telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
Jamu dapat dikembangkan menjadi Obat Herbal
Terstandar dengan memenuhi persyaratan sebagaimana kriteria yang berlaku untuk Obat Herbal Terstandar.
Dasar pemikirannya adalah bahwa obat tradisional
baik dalam bentuk simplisia tunggal maupun ramuan sebagian besar penggunaan dan kegunaannya masih berdasarkan pengalaman. Data yang meliputi kegunaan, dosis dan efek
samping sebagian besar belum didasarkan pada landasan ilmiah, Karena penggunaan obat tradisional baru
didasarkan kepada kepercayaan terhadap informasi berdasarkan pengalaman.
Salah satu persyaratan agar obat tradisional dapat
digunakan pada upaya pelayanan kesehatan adalah : Tingkat keamanan Kemanfaatannya telah dapat dibuktikan secara ilmiah
Bersifat terulangkan (reproducible) baik dalam bentuk
sediaan maupun keamanan Manfaat penggunaannya.
Langkah Pengujian Obat Tradisional Langkah I : Uji praklinik yang menentukan keamanan
melalui uji toksisitas dan menentukan khasiat melalui uji farmakodinamik. Langkah II : Standardisasi secara sederhana. Langkah III : Teknologi farmasi yang menentukan identitas secara seksama sampai dapat dibuat produk yang terstandardisasi. Langkah IV : Uji klinik pada orang sakit dan atau orang sehat. Setelah langkah ke IV ini, dan terbukti manfaat dan keamanannya, maka obat tradisional dapat dipakai di dalam pelayanan kesehatan sebagai fitofarmaka.
Peran Pendidikan Kedokteran Pendidikan Meningkatkan pengetahuan dengan memasukkan
kurikulum dalam kuliah masalah yang berhubungan dengan jamu-jamuan terutama herbal. Dilakukan pendidikan lintas sektoral / antar fakultas
misalnya : Fakultas Pertanian yang memiliki dasar makanan, obat-obatan, tanaman (herbal) yang berada di Indonesia. Fakultas MIPA dan Kedokteran. Pada Rumah Sakit Pendidikan seyogyanya dibuka
pelayanan dan pengobatan komplementeri dan alternatif yang sudah dimulai beberapa Rumah Sakit pendidikan di Indonesia.
Penelitian Meningkatkan penelitian manfaat jamu (herbal) bagi
kesehatan serta safety dan efikasinya setelah tahap III dan IV dengan metode Translational Research (penelitian translasi), bench to bedside. Meningkatkan fungsi biomedik sebagai pusat penelitian
biofarmaka dari pembuatan dan fungsi serta spesifikasi obat-obatan. Peningkatan penelitian untuk menentukan dosisnya,
cara pemakaiannya, cara kemasannya, dan cara pemasarannya.
9 Tanaman Obat Unggulan Nasional yang Sedang Diteliti Sampai ke Uji Klinis : Salam Sambiloto Kunyit Jahe merah Jati belanda Temulawak Jambu biji Cabe Jawa Mengkudu.
(Sukandar,2004)
Pengabdian Masyarakat Meningkatkan pengetahuan dengan metode
penyuluhan tentang tanaman obat (obat-obat herbal) Menstimulasi masyarakat untuk membudidayakan
tanam tanaman obat (herbal). Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
memanfaatkan dan memakai herbal sebagai pengobatan.
Dalam rangka upaya integrasi pelayanan
kesehatan Tradisional, alternatif dan komplementer di Rumah Sakit sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan Komplementer, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional,
Alternatif dan Komplementer akan menyelenggarakan Pertemuan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Alternatif dan Komplementer di Rumah Sakit wilayah Prov. Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
QS. Al-An'aam : 095 Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan.
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka mengapa kamu masih berpaling?
QS. An-Nahl : 069 Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.