i digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A EKSTRAK RIMPANG TEMU KUNCI (Boesenbergia panurata (Roxb) Schelcht) dan UJI SIFAT FISISNYA
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh: SEPTIANA ARDANINGRUM M3508069
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
ii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
ii
iii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan / atau dicabut.
Surakarta,
Januari 2012
Septiana Ardaningrum NIM. M3508069
commit to user
iii
iv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A EKSTRAK RIMPANG TEMU KUNCI (Boesenbergia panurata (Roxb) Schelcht) dan UJI SIFAT FISISNYA INTISARI Ekstrak rimpang temu kunci dengan konsentrasi 10% mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida albicans lebih baik daripada ketokonazol 2%. Agar mudah digunakan maka harus dibuat dalam sebuah sediaan antara lain krim. Krim yang dibuat adalah krim tipe M/A karena krim tipe M/A sangat cocok untuk kulit. Pemilihan ini bertujuan untuk mencari formula yang paling stabil mempertahankan semua sifat fisisnya. Krim tipe M/A dibuat dengan 3 macam perbandingan formula antara fase minyak dengan fase air. Ketiga formula diuji kestabilan fisis krim dengan uji homogenitas krim, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim. Pengujian dilakukan selama beberapa hari hingga 8 minggu untuk mengetahui formula yang paling stabil dalam mempertahankan sifat fisiknya. Data pengamatan dianalisis dengan SPSS 17 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki homogenitas yang cukup baik. Formula I memiliki konsistensi, daya lekat, pH, dan stabilitas emulsi yang paling tinggi serta daya sebar yang paling rendah. Formula II memiliki konsistensi, daya sebar, daya lekat, pH, dan stabilitas emulsi yang sedang. Dan formula III memiliki konsistensi, daya lekat, pH, dan stabilitas emulsi yang paling rendah serta adaya sebar yang paling tinggi. Kata kunci: temu kunci, formulasi krim, uji sifat fisis krim.
commit to user
iv
v digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
THE FORMULATION OF TYPE O/W CREAM PREPARATION FROM THE EXTRACT OF TEMU KUNCI (Boesenergia pandurata Roxb) RHIZOME AND THE EXAMINATION OF ITS PHYSICAL PROPERTIES
ABSTRACT
The extract of temu kunci rhizome at 10% concentration has antifungal activity to Candica albicans better than ketokonazol 2%. To facilitate the use, a preparation should be made, for example, cream. The cream made was the O/W type one because this type was very suitable with the skin. This selection aimed to find the formula most stably maintaining all of its physical properties. The O/W type cream was produced with 3 formula variations of oil phaseto-aqueous phase ratio. Those three formulas were tested for physical stability of cream using homogeneity, organoleptic, spread, adhesiveness, pH, and emulsion stability tests. The examination was done for several days to 8 weeks to find out formula most stable maintaining its physical properties. The data of observation was analyzed using SPSS 17 for Windows. The result of research showed that those three formulas had sufficiently good homogeneity. Formula I had the highest consistency, adhesiveness, pH, and emulsion stability, and the lowest spread. Formula II had medium consistency, spread, adhesiveness, pH, and emulsion stability. Meanwhile, formula III had the lowest consistency, adhesiveness, pH, and emulsion stability, and the highest spread. Keywords: temu kunci, cream formulation, physical properties examination on the cream.
commit to user
v
vi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MOTTO
Semua orang dilahirkan tanpa kemampuan apapun. Kemampuan itu harus diciptakan. Kita bisa karena terbiasa. Kita trampil karena terlatih. Pengalaman yang mengajarkanku bisa lebih kuat untuk menjalani hidup. Setiap kesalahan selalu mengajarimu untuk menyadari apa yang tak seharusnya kamu lakukan di kemudian hari Orang yang sukses adalah orang yang pernah berkali-kali jatuh tapi dia tidak pernah menyerah untuk bangkit kembali
KAIZEN (Dalam kehidupan harus selalu mencoba lebih baik lagi dan diproses menuju kesempurnaan) 5’S (five’s) in KAIZEN [ Seiri (membereskan), Seiton (menata), Seiso (membersihkan), Seiketsu (membiasakan), & Shitsuke (disiplin) ]
commit to user
vi
vii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk ayah dan ibu yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan yang begitu besar kepadaku selama ini sehingga aku bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik, untuk kakakdan adikku yang selalu memberikanku dukungan, untuk teman-teman seperjuanganku farmasi angkatan 2008 yang telah memberikanku semangat serta dukungan hampir selama 3 tahun ini.
commit to user
vii
viii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret. Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., PhD. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Prodi Program D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret. 3. Wisnu Kundarto,S.Farm., Apt selaku dosen pembimbing tugas akhir. 4. Estu Retnaningtyas, S.TP.,Msi selaku pembimbing akademik 5. Bapak / Ibu Dosen Program Studi D3 Farmasi yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama di bangku kuliah. 6. Ayah dan ibu tercinta, terimakasih atas segala doa, kasih saying dan dukungan baik moral maupun materiil yang sangat berharga dan berarti bagi penulis. 7. Kakak dan adikku tersayang karena selalu memberi motivasi. commit to user
viii
ix digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Sahabat-sahabatku Firdha, Gezha, Dewi, Nela, Niken, Retno, Ika, dan Hesti. 9. Teman-temanku Awul, Enggi, mbak Via, dan Uthe yang sering menemaniku saat melakukan penelitian. 10. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi angkatan 2008. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam persiapan ujian tugas akhir. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, namun dengan segala kerendahan hati atas kekurangan itu, penulis menerima kritik dan saran dalam rangka perbaikan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Surakarta,
Januari 2012
Septiana Ardaningrum
commit to user
ix
x digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
iii
INTISARI ........................................................................................................
iv
ABSTRACT ....................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang ...........................................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................
3
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
5
A. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
5
1. Rimpang Temu Kunci .................................................................................. commit to user
5
x
xi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Identitas Tanaman Temu Kunci ..............................................................
5
b. Kandungan Kimia ....................................................................................
6
c. Khasiat / Kegunaan Temu Kunci .............................................................
7
c. Deskripsi Tanaman Temu Kunci .............................................................
7
d. Habitat .....................................................................................................
7
e. Perbanyakan .............................................................................................
8
f. Sinonim ....................................................................................................
8
2. Proses Ekstraksi ............................................................................................
9
3. Cream/Krim .................................................................................................
12
4. Uji Sifat Fisik Krim ......................................................................................
13
a. Uji homogenitas krim ..............................................................................
13
b. Uji daya sebar krim .................................................................................
13
c. Uji daya lekat krim ..................................................................................
14
d. Uji pH krim .............................................................................................
14
e. Pengujian stabilitas emulsi krim .............................................................
14
B. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................................
15
C. HIPOTESIS................................................................................................
16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................
17
A.
Alat dan Bahan .........................................................................................
17
B.
Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................
18
1.
Waktu Penelitian .....................................................................................
18
2.
Tempat Penelitian ....................................................................................
18
C.
Cara Kerja Penelitian ............................................................................... commit to user
19
xi
xii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Pengolahan rimpang temu kunci menjadi simplisia ................................
19
2.
Pengolahan simplisia menjadi ekstrak ....................................................
19
3.
Pembuatan krim tipe M/A .......................................................................
20
4.
Uji sifat fisis krim ....................................................................................
21
a. Uji Homogenitas krim ............................................................................
21
b. Uji Organoleptis krim .............................................................................
21
c. Uji dayasebar krim ................................................................................
22
d. Uji dayalekat krim .................................................................................
23
e. Uji pH krim ............................................................................................
24
f. Pengujian Stabilitas Emulsi Krim ..........................................................
24
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ..................................................
25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
26
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
42
A.
Kesimpulan ...............................................................................................
42
B.
Saran ........................................................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
43
LAMPIRAN ....................................................................................................
46
D.
commit to user
xii
xiii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formulasi krim .................................................................................
18
Tabel II. Hasil Krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci .......................... 30 Tabel III. Hasil Homogenitas krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci selama 8 minggu ............................................................................................
31
Tabel IV. Hasil uji organoleptis krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci selama 8 minggu ............................................................................................
31
Tabel V. Hasil uji daya sebar krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci ...
33
Tabel VI. Hasil uji daya lekat krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci ..
36
Tabel VII. Hasil uji pH krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci ............
38
Tabel VIII. Hasil uji stabilitas emulsi krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci ............................................................................................................... 40
commit to user
xiii
xiv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman temu kunci ....................................................................
5
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran ..........................................................
15
Gambar 3. Bagan pengolahan rimpang temu kunci menjadi simplisia .........
19
Gambar 4. Bagan pengolahan simplisia menjadi ekstrak .............................. 19 Gambar 5. Bagan pembuatan krim tipe M/A ................................................
20
Gambar 6. Bagan uji homogenitas krim ........................................................
21
Gambar 7. Bagan uji organoleptis krim ......................................................... 21 Gambar 8. Bagan uji daya sebar krim ...........................................................
22
Gambar 9. Bagan uji daya lekat krim ............................................................
23
Gambar 10. Bagan uji pH krim .....................................................................
24
Gambar 11. Bagan uji stabilitas emulsi krim ................................................
24
Gambar 12. Grafik daya lekat krim ekstrak rimpang temu kunci dengan variasi beban ..................................................................................................
36
Gambar 13. Grafik pH krim ekstrak rimpang temu kunci selama 8 minggu
38
commit to user
xiv
xv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.) Schelcht .............................................................................
47
Lampiran 2. Perhitungan Penimbangan Krim Tipe M/A Ekstrak Rimpang Temu Kunci ....................................................................................................
48
Lampiran 3. Hasil Uji Homogenitas Selama 8 Minggu ..................................
52
Lampiran 4. Hasil Uji Organoleptis Selama 8 Minggu ..................................
53
Lampiran 5. Hasil Uji Daya Sebar Krim Tipe M/A Ekstrak Rimpang Temu Kunci ...............................................................................................................
54
Lampiran 6. Hasil Uji Daya Lekat Krim Tipe M/A Ekstrak Rimpang Temu Kunci ...............................................................................................................
55
Lampiran 7. Hasil Uji pH Krim Tipe M/A Ekstrak Rimpang Temu Kunci ........................................................................................................................... 56 Lampiran 8. Hasil Uji Stabilitas Emulsi Krim Tipe M/A Ekstrak Rimpang Temu Kunci .....................................................................................................
57
Lampiran 9. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Sebar Krim ..............................
58
Lampiran 10. Hasil Analisa Statistik Uji Daya Lekat Krim ............................
61
Lampiran 11. Hasil Analisa Statistik Uji Stabilitas Emulsi Krim ...................
63
Lampiran 12. Gambar Proses Ekstraksi Simplisia Rimpang Temu Kunci ........................................................................................................................... 65 Lampiran 13. Gambar Krim Tipe M/A Ekstrak Rimpang Temu Kunci .......... 66 Lampiran 14. Gambar alat uji kestabilan fisik ................................................. 67 commit to user
xv
xvi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
M/A : Minyak dalam air O/W : Oil in water TEA : Trietanolamin
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat tradisional sejak dulu memainkan peranan yang penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit, oleh karena itu obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat hingga kini. Tumbuhan yang berkhasiat obat banyak sekali di sekitar kita, ada yang berupa bumbu dapur, tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur, selain itu juga ada yang tanaman liar yang tumbuh di sembarang tempat tanpa ada yang memperhatikan (Muhlisah, 1995). Dalam usaha yang berkesinambungan untuk memperbaiki obat-obatan modern, para peneliti mengubah perhatian peneliti ke obat tradisional sebagai petunjuk baru untuk mengembangkan obat yang lebih baik untuk melawan infeksi. Penelitian dilakukan untuk menemukan antibiotik baru yang lebih efektif melawan penyakit klinis yang disebabkan bakteri, jamur dan virus (Hoffmann et al., 1993). Pengembangan obat-obatan tradisional yang berasal dari bahan-bahan alam telah mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat karena potensinya cukup tinggi. Salah satu upaya dalam hal ini adalah dengan meningkatkan bentuk obat tradisional menjadi fitofarmaka agar dapat diterima dalam pengobatan formal. Hal ini pun ditunjang oleh kekayaan hayati Indonesia yang beraneka ragam dengan berbagai tanaman yang berkhasiat mencegah, commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengurangi atau menghilangkan gangguan fisiologik tubuh, serta ada pula yang memiliki daya antibakteri dan antijamur, diantaranya adalah rimpang temu kunci. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indriana (2006) menyebutkan bahwa ekstrak rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) dengan konsentrasi 10% mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida albicans lebih baik daripada ketokonazol 2%. Tetapi pada kenyataannya ekstrak rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) belum dibuat dalam sebuah sediaan. Agar mudah digunakan maka sediaan rimpang temu kunci dibuat dalam sediaan antara lain yaitu krim. Krim ada dua yaitu krim tipe M/A dan krim tipe A/M. Tetapi pada penelitian ini krim yang dibuat adalah krim tipe M/A karena krim tipe M/A sangat cocok untuk dipakai pada kulit. Selain itu kelebihan krim tipe M/A antara lain daya sebar pada kulit cukup baik, adanya efek dingin yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air pada kulit, tidak menghambat fungsi fisisologis kulit, khususnya respiratio sensibilis, oleh karena tidak melapisi permukaan kulit secara kedap dan tidak meyumbat pori-pori kulit, serta mudah dicuci dengan air sehingga memungkinkan pemakaiannya pada bagian tubuh yang berambut, bersifat lembut, dan pelepasan obatnya baik (Voigt, 1994). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pembuatan krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) yang dibuat dengan membandingkan formula yang berbeda antara fase minyak dengan fase air. Perbedaan formula ini dilakukan untuk commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengetahui perbedaan antar formula terhadap sifat fisisnya sehingga dapat ditemukan formula yang paling baik dalam mempertahankan sifat fisisnya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan: 1.
Bagaimanakah pengaruh perbandingan antar formula terhadap sifat fisisnya yang meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim?
2.
Formulasi manakah yang paling stabil dalam mempertahankan sifat fisisnya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim? C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui pengaruh perbandingan antar formulasi krim ekstrak temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) terhadap sifat fisisnya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim.
2.
Mengetahui formulasi yang paling baik dalam mempertahankan sifat fisisnya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar krim, uji daya lekat krim, uji pH dan uji stabilitas emulsi krim. D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dengan dibuat suatu sediaan krim maka dapat mempermudah penggunaannya secara topikal pada kulit.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Dengan dibuatnya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanaman Temu Kunci a. Identitas Tanaman Temu kunci Tanaman temu kunci dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelass
: Monocotyledoneae
Subkelas
: Zingiberidae
Ordo
: Zingiberales
Kelarga
: Zingiberaceae
Genus
: Boesenbergia
Spesies
: Boesenbergia pandurata Roxb. (Syamsulhidayat dan Hutapea, 1991).
Tanaman temu kunci dapat dilihat pada Gambar 1.
commit to user
Gambar 1. Tanaman temu kunci (Sutomo, 2011)
5
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kandungan kimia Kandungan kimia dari rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb) Schlecht) antara lain minyak atsiri, amilum, damar, tanin, saponin, flavonoid pinostrolerin, dan alpinetin. Komponen utama minyak atsiri terdiri dari monoterpen, sesquiterpen (senyawa terpen), turunan fenilpropana antara lain: geranial, neral, kamfora, zingiberen, d-pinen, kamfen, 1,8-sineol (eukaliptol), dborneol, geraniol, osimen, dimetoksi-4(2-propenil), miristin, linalil propanoat, asam sinamat, kamfen hidrat, propenil guaikol, dihidrokarveol, linalool; etilsinamat, etil-metoksi sinamat, panduratin A. - Asam kavisinat -flavonoid: pinosembrin (2,3-dihidrokrisin), 2',6'dihidroksi-4'-metoksi kalkon, pinostrobin (5 hidroksi-7-metoksi flavanon), alpinetin, kardamomin, 2',4'-dihidroksi-6'-metoksi kalkon,
boesenbergin
A,
5,7-dimetoksiflavon,
5,7,3′,4′tetrametoksiflavon,
kaemferol-3,7,4′-trimetil eter, kuersetin-3,7,3′,4-tetrametil eter (Indriana, 2006). Komponen bioaktif pada rempah-rempah, khususnya dari golongan Zingiberaceae yang terbanyak adalah dari jenis flavonoid yang merupakan golongan fenolik terbesar dan terpenoid. Pada golongan flavonoid dikenal golongan flavonol. Komponen flavonol yang banyak tersebar pada tanaman misalnya yang terdapat pada Zingiberaceae adalah galangin, kaemferol, kuerstin dan mirisetin. Salah satu golongan flavonoid adalah kalkon. Kalkon adalah komponen yang berwarna kuning terang. Komponen lainnya yang ditemukan adalah flavonon. Komponen flavonon dan dihidroflavonol dikenal sebagai senyawa yang bersifat fungistatik dan fungisida yang terdapat pada tumbuhan Boesenbergia dari golongan Zingiberaceae adalah alpinetin (Wallis, 1981). commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Khasiat / Kegunaan Dalam penggunaan di masyarakat, rimpang temu kunci sering digunakan Sebagai peluruh dahak/untuk menanggulangi batuk, analgetik dan antipiretik, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, pemacu keluarnya air susu ibu (AS1) (Anonim, 1977). d. Deskripsi tanaman temu kunci Tanaman
temu
kunci
(Boesenbergia
panurata
(Roxb)
Schlecht)
merupakan tumbuhan terna hingga 50 cm. Tanaman temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb) Schelcht) merupakan rimpang kuning terang, bulat telur memanjang, sangat beraroma dan mempunyai akar kuat. Daun berjumlah 3 atau 4, dan pelepahnya berwarna merah. Tangkai daun panjangnya 7–16 cm, membentuk saluran, helai daun hijau pada kedua permukaan elips meruncing, licin dengan sedikit daun di dekat tulang utama daun bagian bawah, dasarnya membulat. Bunganya wangi dan merupakan bunga majemuk terminal pada batang semu, muncul dari bagian dalam pelepah, agak duduk, dengan panjang 3–7 cm, seludang bunga meruncing panjangnya 4–5 cm. Kelopak bunga dengan lebar 1,52cm, ujungnya membelah. Mahkota bunga tersusun membentuk tabung, dan bercuping memanjang. Staminodia lateral merah muda pucat, dan Labellum putih atau merah muda dengan setrip ungu. Tangkai sari pendek, bercabang dua, dan biasanya berbunga pada bulan Juli–Agustus (Anonim, 1977). e. Habitat Tanaman temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb) Schlecht) tumbuh liar di Jawa terutama di hutan jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tanaman commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb) Schlecht) cocok tumbuh di tempat yang agak kenaungan dan tanah yang subur (Anonim, 1977). f. Perbanyakan Tanaman temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb) Schlecht) banyak dibudidayakan di Indocina. Di Indonesia tanaman temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb) Schlect) dibudidayakan dengan stek rimpang. Persyaratan tanah dan iklim menghendaki iklim panas dan lembab, tanah yang relatif subur, baik pertukaran udara dn baik tata airnya. Pada tanah yang tidak baik tata airnya, seperti tanah yang sering tergenang oleh air atau becek, pertumbuhan tanaman akan terganggu dan rimpangnya akan cepat membusuk. Jarak tanam, panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Pemeliharaan tidak banyak. Panen dapat dilakukan pada umur satu tahun (Anonim, 1977). g. Sinonim Tanaman
temu
kunci
(Boesenbergia
panurata
(Roxb)
Schlecht)
mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah dan negara. Nama temu kunci di setiap daerah antara lain: Sumatra : Termukunci (Melayu), tamu kunci (Minangkabau) Jawa : temu kunci (Sunda), kunci (Jawa), temmo konce, konce (Madura), koncih (Kangean). Bali : temu konci Nusa Tenggara : dumu kunci (Bima)
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Maluku : tumu kunci, tombu kunci (Ambon), anipa wakang, uni nowo, uni rawu, (Hila-alfuru), aruhu konci (Haruku), sun (Buru), rutu kakusi, ene sitale (Seram), tamputi (Ternate) Sulawesi : Tamukunci (Makasar), temu konci (Bugis) (Anonim, 1977). 2. Proses Ekstraksi Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada dalam tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan hayati. Proses awal ekstraksi adalah pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Setelah itu dilarutkan dalam cairan pelarut (Anonim, 1986). Cairan pelarut yang digunakan adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung (Anonim, 2000). Pemilihan pelarut yang akan digunakan dalam ekstraksi juga berdasarkan daya larut zat aktif dan zat tidak aktif serta zat-zat yang tidak diinginkan (Ansel, 1989). Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut: a. murah dan mudah diperoleh b. stabil secara fisika dan kimia commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. bereaksi netral d. tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar e. selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki f. tidak memengaruhi zat berkhasiat g. diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986). Contoh cairan pelarut yang umum digunakan yaitu air dan etanol. a) Air Air dipertimbangkan sebagai penyari karena: murah dan mudah diperoleh stabil tidak mudah menguap dan tidak mudah tebakar tidak beracun alamiah Sedangkan kerugiannya antara lain: tidak selektif sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak untuk pengeringan diperlukan waktu yang lama b) Etanol Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena: lebih selektif kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas tidak beracun netral
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
absorbsinya baik etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Sedang kerugiann etanol adalah bahwa etanol mahal harganya (Anonim, 1986). Setelah dilarutkan dalam cairan penyari kemudian dilakukan proses ekstraksi. Salah satu metode yang digunakan dalam proses ekstraksi yaitu maserasi. Maserasi berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya merendam. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pangadukan pada temperatur ruangan atau kamar. Dalam proses maserasi, simplisia yang akan diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, bejana ditutup rapat dan isinya dikocok berulang-ulang. Maserasi biasanya dilakukan dalam waktu 3 hari sampai bahan-bahan yang melarut (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim, 1986). Maserasi dapat juga dilakukan dengan mencampur 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana kemudian dituang dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
dari cahaya, sambil berulang–ulang diaduk, sari atau maserat diserkai, ampas diperas lalu ampas dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian (Anonim, 1986; Ansel, 1989; Voight, 1994). Keuntungan maserasi adalah cara kerja dan peralatan yang digunakan relatif sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyariannya kurang sempurna (Anonim, 1986). 3.
Cream/ krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%). Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina (Syamsuni, 2006). Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anonim, 1979). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik. Untuk krim tipe A/M digunakan: Sabun polivalen, Span, Adeps Lanae, Cholesterol, Cera. Untuk krim commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tipe M/A digunakan: Sabun monovalen (seperti TEA, Natrium Stearat, Kalium Stearat, Ammonium Stearat), Tween, Natrium Lauryl Sulfat, kuning telur, Gelatinum, Caseinum, CMC, Pectinum, Emulgidum. Untuk penstabil krim ditambah zat anti oksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah Nipagin 0,12%-0,18%, Nipasol 0,02%-0,05% (Anief, 2000). Cara pembuatan krim: bagian lemak dilebur di atas tangas air kemudian tambahkan bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran berbentuk krim (Syamsuni, 2006). 4.
Uji sifat fisis krim Uji sifat fisik krim antara lain: a. Uji homogenitas krim Sediaan diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan yang cocok. Diamati sediaan menunjukan susunan yang homogen. Cara diatas diulangi masing-masing 3 kali (Anonim, 1974). b. Daya sebar Dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit yang sedang diobati dan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan tersebut untuk dioleskan pada kulit. Caranya yaitu krim dengan berat 0,5 g diletakkan di tengahtengah kaca bulat, ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit kemudian diukur diameter sebar krim. Setelah itu ditambahkan beban 50 g dan dibiarkan 1 menit kemudian diukur diameter sebarnya. Penambahan beban seberat 50 g setelah 1 menit dilakukan secara teruscommit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar krim (Marchaban, 1993). c. Daya lekat Pengujian tehadap daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit. Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut krim dengan berat 500 mg diletakkan di atas dua gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 1 menit. Setelah itu gelas objek dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 1 g, 2 g, 5 g, 10 g, dan 20 g. Kemudian dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek (Marchaban, 1993). d. Uji pH krim Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, dengan cara melarutkan sediaan krim (1 gram) dengan aquades, dicampur hingga homogen, kemudian bagian katoda pada pH meter dicelupkan ke dalam larutan krim, dan selanjutnya dilihat nilai pH yang terukur pada layar hingga diperoleh angka yang stabil. Pengamatan dilakukan setiap minggu hingga 56 hari (8 minggu) penyimpanan (Gozali dkk., 2009). e. Pengukuran stabilitas emulsi krim Stabilitas atau kestabilan suatu emulsi merupakan salah satu karakter terpenting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi. Stabilitas emulsi akan berpengaruh terhadap daya simpan sistem emulsi tersebut. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan dan memiliki konsistensi yang tetap (Suryani et. al., 2002). commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Stabilitas emulsi dilakukan dengan cara : 5 g bahan krim yang sudah ditimbang dimasukkan pada wadah. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45°C selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam pendingin bersuhu dibawah 0°C selama 1 jam, lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu 45°C dan dibiarkan sampai beratnya konstan. Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:
SE (%) =
bobot fase yang tersisa X 100% Bobot total bahan emulsi
B. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2. Ekstrak rimpang temu kunci dalam konsentrasi 10% memiliki daya antijamur lebih baik daripada ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans Oleh karena itu maka dibuatlah krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci dengan konsentrasi ekstrak temu kunci 10% dengan 3 perbandingan formulasi yang berbeda antara fase minyak dan fase air dan dicari formula yang paling baik sifat fisisnya.
Ekstrak rimpang temu kunci belum pernah dibuat dalam sediaan krim.
Krim yang cocok untuk kulit adalah krim tipe M/A Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. HIPOTESIS 1. Perbandingan dalam tiga formulasi sediaan krim diduga tidak berpengaruh dalam hal sifat fisiknya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim. 2. Diduga tidak terdapat perbedaan stabilitas dalam mempertahankan semua sifat fisiknya meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Peralatan dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Alat a. Alat untuk membuat simplisia : pisau, telenan, oven b. Alat untuk membuat ekstrak dengan metode maserasi: neraca analitik, kertas saring, rotary evaporator (Quickfit®) dan alat-alat gelas (Pyrex®). c. Alat untuk membuat krim : neraca digital, kertas perkamen, mortir, stamper, cawan porselen, water bath, dan alat-alat gelas (Pyrex®). d. Alat untuk menguji daya fisis krim antara lain: kertas perkamen, neraca digital, gelas obyek, gelas beaker 50 mL (Pyrex®), oven (Memert®), lemari es/freezer (Sharp®), alat uji daya lekat krim, alat uji daya sebar krim, anak timbang, dan pH meter (Familynet®). 2. Bahan a. Bahan untuk pembuatan ekstrak : bahan utama untuk membuat ekstrak adalah rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) yang berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah. Rimpang yang diambil bebas dari hama, penyakit dan pengganggu lainnya. Kemudian diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96% melalui metode maserasi. b. Bahan untuk membuat krim, dengan formula yang dapat dilihat pada Tabel I.
commit to user
17
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel I. Formulasi krim krim tipe M/A Formulasi
I
II
III
fase minyak : fase air
40 : 60
35 : 65
30 : 70
Komposisi ekstrak temu kunci
fase minyak
Bobot 3,000 g
3,000 g
3,000 g
Asam stearat
6,471 g
5,661 g
4,851 g
Cera Alba
0,863 g
0,755 g
0,647 g
vaselin album
3,451 g
3,019 g
2,587 g
Nipasol
0,015 g
0,015 g
0,015 g
triethanolamin
0,450 g
0,450 g
0,450 g
Nipagin
0,045 g
0,045 g
0,045 g
Propilenglikol
1,709 g
1,856 g
2,003 g
Aquadest
13,996 g
15,199 g
16,402 g
30,000 g
30,000 g
30,000 g
Fase air
Total
Perhitungan penimbangan bahan-bahan obat dalam Tabel I dapat dilihat pada Lampiran 2. c. Bahan untuk uji daya fisik krim antara lain: krim temu kunci, dan aquadest. B. WAKTU dan TEMPAT PENELITIAN 1. Waktu Penelitian Waktu dilakukan penelitian adalah dari bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua laboratorium. Untuk ekstraksi, uji pH krim, uji stabilitas emulsi krim dilakukan di laboratorium MIPA pusat Sublab. Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta sedangkan untuk pembuatan dan uji sifat fisik meliputi uji daya sebar dan uji daya lekat dilakukan di laboratorium Farmasetika Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. CARA KERJA PENELITIAN 1. Pengolahan rimpang temu kunci menjadi simplisia rimpang temu kunci
dipotong tebal 2mm-5mm
dikeringkan di oven suhu 40°C
simplisia kering
Gambar 3. Bagan pengolahan rimpang temu kunci menjadi simplisia
2. Pengolahan simplisia menjadi ekstrak Simplisia rimpang temu kunci
Maserasi Simplisia : etanol = 1:7,5 Temperatur ruang, 4 hari
penyaringan
Residu
Filtrat penguapan
Ekstrak kental Rimpang Temu kunci Gambar 4. Bagan pengolahan simplisia menjadi ekstrak
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pembuatan krim tipe M/A Acid stearat + Cera alba + Vaselin albi +
aquadest + TEA + Propylen glycol
Peleburan T+ 70°C
pemanasan T+ 70°C
pengadukan T+ 70°C
pengadukan T+ 70°C
Nipasol
Ekstrak temu kunci
Nipagin
Sediaan A
Sediaan B
pencampuran T+ 70°C
pengadukan dan penghilangan panas
Krim tipe M/A Gambar 5. Bagan pembuatan krim tipe M/A
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Uji sifat fisis krim Pengujian yang dilakukan terhadap krim terdiri diri uji sifat fisik antara lain: a. Uji Homogenitas krim Krim
dioleskan
Sekeping kaca
diamati homogen atau tidak
Percobaan diulangi 3x setiap seminggu sekali selama 8 minggu
Gambar 6. Bagan uji homogenitas krim (Anonim,
b. Uji Organoleptis krim Krim
diamati
organoleptis (warna, bau dan bentuk / konsistensi)
Percobaan diulangi 3x setiap seminggu sekali selama 8 minggu
Gambar 7. Bagan uji organoleptis krim
commit to user
1974).
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Uji daya sebar krim
0,5 g krim
Diletakkan di atas obyek glass
Obyek glass lain diletakkan di atasnya
Didiamkan 1 menit
Diukur diameter
Ditambah beban 50 g
Didiamkan 1 menit
Diukur diameter
Ditambah beban 50 g
Didiamkan 1 menit
Diukur diameter
Percobaan diulangi 3x pada minggu awal penyimpanan Gambar 8. Bagan uji daya sebar krim (Marchaban,
commit to user
1993).
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Uji daya lekat krim 0,5 g krim di letakkan di atas obyek glass
Obyek glass lain diletakkan di atasnya
Di tekan dengan beban 1 kg selama 5 menit
Obyek glass dipasang di alat tes
Variasi beban seberat 5g, 10g, 20g, 50g, dan 80g dilepaskan
Dicatat waktu hingga obyek glass terlepas
Percobaan diulangi 3x pada minggu awal penyimpanan
Gambar 9. Bagan uji daya lekat krim (Marchaban,
commit to user
1993).
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Uji pH krim krim 1 gram
dilarutkan aquades 10 mL
dimasukkan pH meter
dilihat angka yang tertera pada layar
di ulangi setiap minggu hingga 8 minggu penyimpanan Gambar 10. Bagan uji pH krim (Gozali
dkk., 2009).
f. Pengukuran Stabilitas Emulsi Krim 5g krim
Dimasukkan wadah
Dipanaskan di oven T = 45°C, waktu 1 jam
Dimasukkan pendingin T = 0°C waktu 1 jam
Dipanaskan di oven T = 45°C, waktu 1 jam
Didiamkan hingga bobot konstan
Dihitung stabilitas emulsi
SE (%) = bobot fase yang tersisa x 100% Bobot total bahan emulsi
commit to user
Gambar 11. Bagan uji stabilitas emulsi krim (Suryani
et. al., 2002).
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari uji sifat fisik krim selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17 for Windows. Untuk mengetahui
data
terdistribusi secara normal atau tidak menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan untuk mengetahui homogenitas varians atau tidak menggunakan Homogenity of varians (di dalam ANOVA satu jalan). Hasil data yang diperoleh apabila homogen dan data berdistribusi normal dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu jalan dan uji LSD. Jika data tidak terdistribusi normal dan atau tidak homogen, maka digunakan uji Kruskal-Wallis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Perlakuan awal yang harus dilakukan terhadap tanaman yang akan digunakan untuk penelitian adalah determinasi tanaman tersebut. Tujuan dari determinasi tanaman adalah untuk membuktikan bahwa jenis tanaman yang diteliti sesuai dengan yang dimaksud, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap jenis tanaman yang digunakan. Determinasi rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (BPPTOOT) Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Hasil determinasi rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) menurut C.A. Backer adalah sebagai berikut : 1b_2b_3b_4b_12b_14b_17b_18b_19b_20b_21b_22b_23b_24b_25b_26b_27a_28 b_29b_30b_31a_32a_33a_34a_35a_36d_37b_38b_39b_41b_42b_44b_45b_46e_ 50b_51b_53b_54b_56b_57b_58b_59b_72b_73b_74a_75b_76b_333b_334b_335a _336a_337b_338a_339b_340a_________________________207. Zingiberaceae 1a_2b_6c______________________________________________Boesenbergia 1a_____________________________Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht Berdasarkan hasil determinasi di atas dapat diperoleh kepastian bahwa tanaman yang dideterminasi dan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht). Surat keterangan determinasi dari tanaman temu kunci dapat dilihat pada Lampiran 1. commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
B. Pembuatan Simplisia Pembuatan simplisia dilakukan dengan cara rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) dipotong-potong dan dikeringkan. Menurut Anonim (1977), simplisia rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) memiliki tebal 2 mm hingga 5 mm, rimpang temu kunci dipotong-potong setebal 2 mm sampai 5 mm. Tujuan simplisia dipotong-potong adalah supaya permukaan simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas sehingga semakin baik penyariannya. Setelah dipotong-potong, rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) dikeringkan pada suhu 40°C selama beberapa hari hingga mencapai bobot yang tetap (konstan). Fungsi pengeringan adalah untuk menguapkan air yang terdapat dalam dinding sel sehingga terjadi pengerutan dan terdapat pori-pori. Pada simplisia kering, pori-pori di dalam dinding sel akan terisi udara, tetapi apabila dibasahi maka pori-pori tersebut akan berisi cairan penyari dan sel akan mengembang. Pengeringan dilakukan pada suhu 40°C karena pada simplisia rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) mengandung minyak atsiri yang bersifat volatil (mudah menguap). Dari rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) sebanyak 1,25 kg diperoleh simplisia rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) sebanyak 950 g. C. Proses Ekstraksi Proses ekstraksi yang dilakukan pada penelitian ini adalah maserasi. Dipilih metode maserasi karena maserasi merupakan cara penyarian yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
sederhana, dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari. Lama proses penyarian dalam maserasi harus cukup agar konsentarsi larutan di dalam dan di luar sel sama / seimbang. Lama proses maserasi rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) adalah 4 hari. Karena maserasi hanya dapat menyeimbangkan larutan di dalam dan di luar sel maka maserasi diulang kembali (remaserasi). Remaserasi bertujuan untuk menarik zat aktif yang masih tersisa di dalam simplisia. Agar zat aktif yang ada di dalam sel keluar semua maka dilakukan remaserasi hingga 3 (tiga) kali. Selain proses penyarian, keberhasilan proses ekstraksi juga ditentukan oleh cairan pelarut. Cairan pelarut yang digunakan harus sesuai agar zat yang diinginkan dapat terlarut ke dalam cairan pelarut tanpa mengikutsertakan zat-zat tak yang diinginkan. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96% karena lebih selektif dalam melarutkan zat aktif yang terdapat dalam rimpang temu kunci. Windholz et al., (1983) menyatakan bahwa komponen antijamur sebagian besar dapat larut dalam alkohol, seperti galangin, eugenol, kaemferol, kuersetin, dan golongan flavonoid. Voigt (1994) juga menyatakan bahwa etanol sangat sering menghasilkan suatu hasil bahan aktif yang optimal, tetapi bahan pengotor hanya dalam skala kecil turut dalam cairan pengekstraksi. Dari 600 g simplisia rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) yang dimaserasi diperoleh ekstrak rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) sebanyak 55 gram. Ekstrak temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) yang dihasilkan merupakan ekstrak kental memiliki warna coklat pekat dengan bau khas temu kunci. Gambar proses ekstraksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
simplisia rimpang temu kunci (Boesenbergia panurata (Roxb.) Schelcht) dapat di lihat pada Lampiran 12. D. Pembuatan Krim Tipe M/A Ekstrak Rimpang Temu Kunci Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung fase air tidak kurang dari 60%). Krim tipe M/A merupakan bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi minyak dalam air. Cara pembuatan krim yaitu bagian lemak dilebur di atas tangas air kemudian tambahkan bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran berbentuk krim (Syamsuni, 2006). Asam stearat merupakan asam organik padat yang diperoleh dari lemak yang berfungsi sebagai basis krim pada fase minyak. Cera alba merupakan malam yang telah diputihkan yang diperoleh dari sarang lebah dan digunakan sebagai basis krim pada fase minyak. Vaselin album merupakan campuran hidrokarbon yang telah diputihkan yang diperoleh dari minyak nabati. Vaselin Album digunakan sebagai basis krim pada fase minyak. Nipasol merupakan serbuk yang sangat sukar larut dengan air dan berfungsi sebagai pengawet, oleh karena itu Nipasol dimasukkan dalam fase minyak (Anonim, 1979). TEA merupakan cairan kental yang digunakan sebagai zat pengemulsi (emulgator) untuk krim tipe M/A sehingga masuk fase air. Propilenglikol merupakan cairan kental yang digunakan sebagai basis krim dan penstabil pada fase air. Aquadest merupakan cairan tak berwarna, tidak mempunyai rasa dan tidak memiliki bau dan digunakan sebagai basis krim pada fase air. Nipagin commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan pengawet dan larut dalam air hangat, oleh karena itu nipagin dimasukkan dalam fase air. Jadi yang masuk dalam fase minyak antara lain asam stearat, cera alba, vaselin album, TEA, dan nipasol. Sedangkan fase air antara lain TEA, nipagin, propilenglikol, dan aquadest. Semua bahan yang termasuk dalam fase minyak kecuali nipasol dimasukkan dalam cawan porselen kemudian dilebur hingga mencair. Sementara melebur fase minyak, fase air (TEA, propilenglikol dan aquadest) dimasukkan dalam gelas beaker kemudian dipanaskan. Setelah fase minyak mencair kemudian ditambahkan nipasol dan dimasukkan dalam mortir hangat. Sementara itu fase air diangkat lalu ekstrak dan nipagin dimasukkan ke dalam fase air dan diaduk. Ekstrak tidak ikut dipanaskan karena zat berkhasiat dalam ekstrak (minyak atsiri) akan menguap. Kemudian fase air dimasukkan dalam fase minyak dan diaduk hingga membentuk krim. Krim yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 13. Tabel II. Hasil Krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci
Warna Bau Bentuk
Formula I Kuning kecoklatan Khas minyak atsiri temu kunci Konsistensi agak padat (sangat kental)
Formula II Kuning kecoklatan Khas minyak atsiri temu kunci Konsistensi lunak (agak kental)
Formula III Kuning kecoklatan Khas minyak atsiri temu kunci Konsistensi paling lunak (tidak kental)
E. Hasil Uji Sifat Fisik Krim Ekstrak Rimpang Temu Kunci 1. Homogenitas Krim Pengujian homogenitas krim bertujuan untuk mengetahui homogenitas dari formula krim yang diteliti. Hasil uji homogenitas dari ketiga formula krim dapat dilihat pada Tabel II. Untukcommit hasil lengkapnya to user dapat dilihat pada Lampiran 3.
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel III. Hasil Homogenitas Krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci selama 8 minggu No 1 2 3
Formula Formula I Formula II Formula III
Hasil Uji Homogen Homogen Homogen
Hasil pengujian homogenitas masing-masing formula krim maupun kontrol negatif tiap formula krim saat dioleskan pada sekeping kaca menunjukkan hasil yang homogen yaitu olesan terlihat rata dan tidak ada perbedaan warna. Selama waktu delapan minggu, krim disimpan dalam suhu kamar dan saat diamati krim tetap homogen dan konsistensi bentuknya tidak mengalami perubahan yaitu tidak ada pemisahan komponen ataupun ketidakseragaman bentuknya. Syarat sebuah sediaan (krim) homogen menurut Anonim (1974) yaitu jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen yang dapat dilihat dengan tidak adanya partikel yang bergerombol dan menyebar secara merata. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga formula krim yang digunakan dalam pembuatan krim tipe M/A ektrak rimpang temu kunci mempunyai homogenitas yang baik. 2. Uji Organoleptis Krim Pengujian organoleptis krim tipe M/A ekstrak rimpang temu kunci meliputi bentuk, warna, dan bau. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada Tabel III. Untuk hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel IV. Hasil Uji Organoleptis Selama 8 Minggu Uji Warna Bau Bentuk
Formula I Kuning kecoklatan Khas minyak atsiri temu kunci
Formula II Kuning kecoklatan Khas minyak atsiri temu kunci Konsistensi Konsistensi agak padatcommit to user lunak (agak kental) (sangat kental)
Formula III Kuning kecoklatan Khas minyak atsiri temu kunci Konsistensi paling lunak (tidak kental)
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Hasil pengujian menunjukkan konsistensi tiap formula dan kontrol negatif tiap formula berbeda. Konsistensi formula I lebih besar (lebih kental/padat) dari formula II dan formula III, konsistensi formula II lebih besar (lebih kental/padat) dari formula III. Hal ini menunjukkan bahwa viskositas formula I paling tinggi dan viskositas formula III paling rendah, dikarenakan kadar air yang terkandung dalam tiap formula berbeda. Kadar air yang terdapat di formula I lebih sedikit dibanding formula II dan formula III, sedangkan kadar air di formula III paling banyak, sehingga paling encer. Konsistensi antara kontrol negatif tiap formula lebih besar daripada formula I, formula II, dan formula III disebabkan oleh penambahan ekstrak rimpang temu kunci pada formula I, formula II, dan formula III sehingga konsistensi formula I, formula II, dan formula III lebih kecil dibandingkan dengan kontrol negatifnya. Selama 8 minggu pengamatan pada suhu kamar, ketiga formula tersebut tidak menunjukkan adanya perubahan sifat fisik (organoleptis) meliputi warna, bau dan bentuk. Hasil uji organoleptis krim ekstrak rimpang temu kunci menunjukkan bahwa sediaan dengan ketiga formula krim memiliki kestabilan yang cukup baik. 3. Uji Daya Sebar Krim Daya sebar krim dapat didefinisikan sebagai kemampuan menyebarnya krim pada permukaan kulit yang akan diobati. Suatu sediaan krim diharapkan mampu menyebar dengan mudah ditempat pemberian, tanpa menggunakan tekanan yang berarti. Semakin mudah dioleskan maka luas permukaan kontak commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
obat dengan kulit semakin besar, sehingga absorbsi obat ditempat pemberian semakin optimal. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan peningkatan beban yang ditambahkan merupakan karakteristik daya sebar krim. Luas penyebaran berbanding lurus dengan kenaikan beban yang ditambahkan, semakin besar beban yang ditambahkan maka luas penyebarannya semakin lama. Hasil uji daya sebar krim tipe M/A ektrak rimpang temu kunci dapat dilihat pada Tabel IV. Untuk hasil uji daya sebar yang lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel V. Hasil Daya Sebar Krim Selama 8 Minggu No 1 2 3
Formula I II III
x ± SD 48.3711 ± 14.81728 48.6289 ± 17.01813 60.9367 ± 18.73709
Hasil pengujian menunjukkan bahwa luas penyebaran pada formula III memberikan hasil penyebaran yang paling besar karena formula III paling kecil konsistensinya, sedangkan formula I yang paling besar konsistensinya, penyebarannya paling sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsistensi suatu sediaan krim maka daya sebarnya semakin sedikit, dan semakin kecil konsistensi sediaan krim, daya sebarnya semakin besar. Daya sebar antara kontrol formula I dengan formula I adalah lebih besar formula I, daya sebar formula II lebih besar daripada kontrol formula II, dan daya sebar formula III lebih besar daripada kontrol formula III. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak rimpang temu kunci dapat mempengaruhi daya sebar krim menjadi lebih besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Data hasil uji daya sebar ketiga formula tersebut diuji menggunakan Analisis Varian satu jalan (ANOVA satu jalan) yang harus memenuhi syarat yaitu data harus berdistribusi normal dan varians antar sampel harus homogen. Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya signifikan terhadap kontrolnya yaitu sebesar 0,966 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal. Selanjutnya, dilihat tes homogenitas varians, hasil yang diperoleh dari tes homogenitas varians yaitu 0,32 > 0,05 menunjukkan bahwa varians antar sampel homogen sehingga dapat menggunakan uji ANOVA satu jalan. Uji ANOVA satu jalan digunakan untuk mengetahui perbedaan penyebaran krim dari ketiga formulasi krim yang digunakan ada atau tidak. Hasil perhitungan ANOVA satu jalan didapat nilai F hitung 4,121 dengan nilai signifikansi 0,003. Nilai F tabel (df 5-48) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2,41. Nilai F hitung (4,121) > F tabel (2,41), dan signifikansi (0,003) < 0,05. Artinya terdapat perbedaan penyebaran krim dari ketiga formulasi krim yang digunakan. Karena terdapat perbedaan maka dilakukan uji Post Hoc Test. Salah satu fungsi uji Post Hoc Test adalah untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan yang terjadi antar kelompok variabel. Uji Post Hoc Test yang digunakan dalam penelitian ini adalah LSD. Dari hasil data yang diperoleh menunjukkan adanya tanda bintang (*) pada mean difference yang berarti adanya perbedaan yang signifikan antara kontrol dan formula. Perbedaan tersebut antara lain: commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbedaan rerata daya sebar antara kontrol formula I dengan formula I Perbedaan rerata daya sebar antara kontrol formula I dengan formula II Perbedaan rerata daya sebar antara kontrol formula I dengan kontrol formula II Perbedaan rerata daya sebar antara kontrol formula I dengan formula III Perbedaan rerata daya sebar antara kontrol formula I dengan kontrol formula III. Perbedaan rerata daya sebar antara kontrol formula II dengan kontrol formula III Jadi dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata daya sebar yang signifikan terdapat pada kontrol formula I terhadap formula I, formula II, kontol formula II, kontrol formula III, dan formula III serta perbedaan rerata daya sebar yang signifikan terdapat pada kontrol formula II terhadap formula III. Hasil analisa statistik pengujian daya sebar krim dapat dilihat pada Lampiran 9. 4. Uji Daya Lekat Krim Pengujian daya lekat krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim menempel pada permukaan kulit. Semakin besar daya lekat krim maka absorbsi obat akan semakin besar karena ikatan yang terjadi antara krim dengan kulit semakin lama, sehingga basis dapat melepaskan obat lebih optimal. Kemampuan melekat yang dihasilkan krim berbanding terbalik dengan kenaikan beban yang ditambahkan. Semakin besar beban yang ditambahkan maka kemampuan melekat krim semakin kecil. Hasil uji daya lekat krim dapat dilihat commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada Gambar 12 dan Tabel V. Untuk hasil uji daya lekat yang lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.
waktu (detik)
Gambar 12. Grafik daya lekat krim ekstrak rimpang temu kunci dengan variasi beban 700 600 500 400 300 200 100 0
daya lekat F1 daya lekat Kontrol FI daya lekat F2 daya lekat Kontrol FII daya lekat F3 daya lekat Kontrol FIII 15
10 2
20 3
50 4
580
Beban (gram)
Tabel VI. Hasil Uji Daya Lekat Selama 8 Minggu No 1 2 3
Formula I II III
x ± SD 270,2 ± 244,53 126,93 ± 67,31 82,2 ± 41,56
Pada data pengamatan menunjukkan formula I memiliki daya lekat yang paling lama dibanding formula yang lainnya. Hal ini dikarenakan formula I juga memiliki konsistensi yang paling kental / padat, sehingga kemampuan melekatnya pada kulit juga semakin lama. Formula III memiliki daya melekat yang paling kecil. Hal ini dikarenakan formula III memiliki konsistensi yang paling rendah (lunak/encer). Daya lekat antara kontrol formula I dengan formula I adalah lebih besar formula I, daya lekat formula II lebih besar daripada kontrol formula II, dan daya lekat formula III lebih besar daripada kontrol formula III. Tetapi perbedaan daya lekat tersebut tidak terlalu signifikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
Data hasil daya lekat ketiga formula tersebut kemudian diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya signifikan untuk Formula I, Formula II dan Formula III terhadap kontrolnya yaitu sebesar 0,087 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal. Selanjutnya, dilihat tes homogenitas varians untuk mengetahui data tersebut homogen atau tidak. Hasil yang diperoleh dari tes homogenitas varians yaitu 0,115 > 0,05 menunjukkan bahwa varians antar sampel homogen sehingga dapat menggunakan uji ANOVA satu jalan. Uji ANOVA satu jalan digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan daya lekat krim dari ketiga formulasi krim yang digunakan. Hasil perhitungan ANOVA satu jalan didapat nilai F hitung 1,254 dengan nilai signifikansi 0,316. Nilai F tabel (df 5-24) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 2,62. Nilai F hitung (1,254) < F tabel (2,62), dan signifikansi (0,316) > 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan daya lekat krim dari ketiga formulasi krim yang digunakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan daya lekat krim dari ketiga formulasi krim yang digunakan. Hasil analisa statistik pengujian daya lekat dapat dilihat pada Lampiran 10. 5. Uji pH Krim Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan sifat kimia dalam memprediksi kestabilan sediaan krim. Selain itu, pH krim harus sesuai dengan pH kulit. Kulit manusia mempunyai pH antara 4,5 – 6,5 (Anief, commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1994), sehingga apabila krim dengan pH lebih besar atau lebih kecil dari kulit ada kemungkinan dapat menyebabkan iritasi. Hasil pengamatan uji pH selama 8 minggu dapat dilihat pada Gambar 13 dan Tabel VI. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Gambar 13. Grafik pH krim ekstrak rimpang temu kunci selama 8 minggu 6.5 Formula 1 basis F1 Formula 2 basis F2 Formula 3 basis F3
pH
6 5.5 5 1
2
3
4
5
6
7
8
minggu Tabel VII. Hasil Uji pH Krim Selama 8 Minggu No 1 2 3
Formula I II III
x ± SD 6,25 ± 0,02138 5,7875 ± 0,03412 5,6175 ± 0,03615
pH krim tiap formula berbeda. Namun ketiga formula tersebut memiliki pH yang cenderung asam. Pada awal waktu penyimpanan, krim formula I memiliki rata-rata nilai pH sebesar 6,27, krim formula II memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,8, dan krim formula III memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,67. Pada minggu ke-8, krim formula I memiliki rata-rata nilai pH sebesar 6,27, krim formula II memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,83, dan krim formula III memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,6. Hal ini menunjukkan bahwa pH ketiga formula tersebut mengalami penurunan dan kenaikan tetapi tidak terlalu signifikan. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pH krim tiap formula dengan kontrol negatifnya juga berbeda. Pada awal waktu penyimpanan, krim formula I memiliki rata-rata nilai pH sebesar 6,27, krim formula II memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,8, dan krim formula III memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,67. Sedangkan kontrol formula I memiliki pH 6,3, kontrol formula II memiliki pH 5,7, dan kontrol formula III memiliki pH 5,6. Pada minggu ke-8, krim formula I memiliki rata-rata nilai pH sebesar 6,27, krim formula II memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,83, dan krim formula III memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,6. Sedangkan kontrol formula I memiliki pH 6,4, kontrol formula II memiliki pH 5,9, dan kontrol formula III memiliki pH 5,6. Hal ini menunjukkan bahwa antara kontrol formula I, II, III dengan formula I, II, III memiliki nilai pH yang hampir sama atau tidak terlalu berbeda. Besarnya nilai pH krim sesuai dengan besarnya nilai pH kulit yaitu antara 4,5 hingga 6,5 (Anief, 1994). Hal ini berarti krim cocok digunakan pada kulit dan memungkinkan tidak menimbulkan iritasi. 6. Uji Stabilitas Emulsi Krim Stabilitas atau kestabilan suatu emulsi merupakan salah satu karakter terpenting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi. Stabilitas emulsi akan berpengaruh terhadap daya simpan sistem emulsi tersebut. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan dan memiliki konsistensi yang tetap (Suryani et al., 2002). Hasil uji stabilitas emulsi krim dapat dilihat pada Tabel VII. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel VIII. Hasil Uji Stabilitas Emulsi Krim Selama 8 Minggu No 1 2 3
Formula I II III
x ± SD 93,4467 ± 0,27791 92,6200 ± 0,3177 92,1233 ± 0,77423
Pada data pengamatan menunjukkan formula I memiliki stabilitas emulsi yang paling tinggi dibanding formula yang lainnya. Hal ini dikarenakan formula I memiliki kadar air yang paling sedikit. Formula III memiliki stabilitas emulsi yang paling rendah. Hal ini dikarenakan formula III memiliki kadar air yang paling tinggi. Perbandingan antara kontrol negatif tiap formula dengan masing-masing formula menunjukkan stabilitas emulsi yang hampir sama. Hal ini berarti ketiga formula tersebut memiliki stabilitas emulsi yang cukup baik. Data hasil daya lekat ketiga formula tersebut kemudian diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil yang diperoleh dari analisis Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya signifikan untuk Formula I, Formula II dan Formula III terhadap kontrolnya yaitu sebesar 0,784 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal. Selanjutnya, dilihat tes homogenitas varians untuk mengetahui varians tersebut homogen atau tidak. Hasil yang diperoleh dari tes homogenitas varians yaitu 0,061 > 0,05 menunjukkan bahwa varians antar sampel homogen sehingga dapat menggunakan uji ANOVA satu jalan. Uji ANOVA satu jalan digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan daya lekat krim dari ketiga formulasi krim yang digunakan. Hasil perhitungan ANOVA satu jalan didapat nilai F hitung 2,37 dengan nilai commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikansi 0,162. Nilai F tabel (df 5-6) pada tingkat signifikansi 0,05 adalah 4,39. Nilai F hitung (2,37) < F tabel (4,39), dan signifikansi (0,162) > 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan stabilitas emulsi krim dari ketiga formulasi krim yang digunakan. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan stabilitas emulsi krim dari ketiga formulasi krim yang digunakan. Hasil analisa statistik pengujian stabilitas dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari pengujian-pengujian sifat fisik yang dilakukan, tidak ada formula yang benar-benar stabil dalam mempertahankan semua sifat fisiknya. Tetapi menurut Marchaban (1993) yang lebih banyak disukai konsumen adalah krim yang mudah dioleskan atau dengan kata lain konsumen lebih menyukai daya penyebaran yang tinggi asalkan daya lekat dan khasiat masih terpenuhi. Hal ini berarti formula dengan daya penyebaran yang tinggi adalah formula yang terbaik yaitu formula III.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Perbandingan antar tiga formula sediaan krim berpengaruh terhadap sifat fisik krim meliputi uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas emulsi krim. Tetapi tidak mempengaruhi uji homogenitas krim 2. Diantara ketiga formulasi tersebut tidak ada yang paling stabil dalam mempertahankan semua sifat fisiknya. B. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji disolusi krim, dan uji iritasi pada kulit.
commit to user
42