7
A B C D E
A -B C -D E
F G H
-F G -H I
I
J
-J
K L M N O
K -L M -N O
P Q R S T
-P Q -R S -T
U V W X Y
U -V W -X Y
Gambar 10 Perubahan nilai-nilai DCT akibat rotasi 1800. 0 • Rotasi 270 Perubahan letak dan tanda (positif dan negatif) pada nilai-nilai DCT yang telah dikenai proses rotasi 2700 adalah matrik DCT dari citra aslinya ditranspose (baris menjadi kolom dan kolom menjadi baris), kemudian dari matrik hasil transpose tersebut, nilai-nilai DCT pada baris genap mengalami perubahan tanda. Untuk lebih jelas lagi, dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini. A B C D E A F K P U J
-B -G -L -Q -V
K L M N O
C H M R W
P Q R S T
-D -I -N -S -X
U V W X Y
E J O T Y
F G H
I
Gambar 11 Perubahan nilai-nilai DCT akibat rotasi 2700. Penarikan Kesimpulan Setelah mendapatkan hasil dari analisis pada tahap sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pengaruh penggunaan metode Cox pada citra digital terhadap citra aslinya, dan juga mengenai ketahanan metode Cox terhadap kompresi dan rotasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses watermarking pada penelitian ini dilakukan terhadap citra digital yang memiliki format BMP, baik citra yang menjadi cover maupun citra yang menjadi watermark. Pada masing-masing citra yang menjadi cover dilakukan proses penyisipan watermark dengan label watermark yang sama yaitu ‘logonokia.bmp’ yang berformat RGB dan ‘nokiagray.bmp’ yang berformat grayscale, dengan nilai α pada metode Cox yang berbeda-beda. Pertama-tama citra yang akan dijadikan cover image harus ditransformasikan ke dalam bentuk domain DCT, begitu juga citra watermark yang akan disisipkan. Kemudian nilai-nilai DCT dari watermark tersebut disisipkan ke dalam n koefisien DCT terbesar dari cover image kecuali koefisien DC-nya,
dengan nilai n adalah jumlah piksel dari citra watermark yang akan disisipkan. Hasil yang diperoleh dari proses penyisipan watermark berupa watermarked image. Citra hasil proses tersebut kemudian dibandingkan per piksel dengan citra aslinya sehingga dapat diperoleh besarnya distorsi (dalam satuan dB) yang disebabkan oleh proses penyisipan watermark tersebut dengan pengukuran peak signal to noise ratio (PSNR). Setelah proses penyisipan watermark dilakukan, maka selanjutnya watermark dicoba untuk diambil kembali dari watermarked image hasil penyisipan yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian watermark hasil pengekstraksian tersebut dibandingkan per piksel dengan watermark aslinya sehingga dapat dinilai besarnya distorsi yang terjadi (dalam satuan dB) dengan pengukuran peak signal to noise ratio (PSNR) juga. Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian ketahanan metode Cox terhadap operasi rotasi. Watermarked image yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya harus dirotasi 900. Dari citra yang dihasilkan pada proses tersebut, dicoba ditarik kembali watermark yang telah disisipkan, kemudian hasilnya dibandingkan per piksel dengan watermark aslinya sehingga besarnya distorsi yang terjadi (dalam satuan dB) akibat proses rotasi tersebut dapat dinilai dengan pengukuran peak signal to noise ratio (PSNR). Pengujian ini tidak hanya dilakukan untuk operasi rotasi 900 saja, tetapi juga dilakukan uji pada operasi rotasi sebesar 1800 dan 2700. Pengujian ketahanan metode Cox terhadap operasi cropping dan resizing juga dilakukan pada penelitian ini. Watermarked image yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya harus dikenakan operasi cropping. Dari citra yang dihasilkan pada proses tersebut, dicoba ditarik kembali watermark yang telah disisipkan, kemudian hasilnya dibandingkan per piksel dengan watermark aslinya sehingga besarnya distorsi yang terjadi (dalam satuan dB) akibat proses rotasi tersebut dapat dinilai dengan pengukuran peak signal to noise ratio (PSNR). Untuk menguji ketahanan metode Cox terhadap operasi resizing juga sama, yaitu dicoba ditarik kembali watermark dari watermarked image yang telah dikenakan operasi resizing dan hasilnya diukur dengan nilai PSNR. Pengujian terakhir yang dilakukan untuk menguji ketahanan metode Cox pada
8
penelitian ini adalah uji ketahanan terhadap kompresi JPEG. Watermarked image yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya harus dikompresi ke dalam bentuk JPG. Dari citra yang dihasilkan pada proses tersebut, dicoba ditarik kembali watermark yang telah disisipkan, kemudian hasilnya dibandingkan per piksel dengan watermark aslinya sehingga besarnya distorsi yang terjadi (dalam satuan dB) akibat proses kompresi JPEG tersebut dapat dinilai dengan pengukuran peak signal to noise ratio (PSNR). Dari nilai-nilai PSNR yang dihasilkan pada penelitian kali ini kita dapat menentukan seberapa besar distorsi yang terjadi pada proses yang telah dilakukan. Semakin besar nilai PSNR yang didapat antara dua buah citra, semakin kecil distorsi yang ada pada kedua citra tersebut. Nilai PSNR yang umum terjadi pada pengkompresian JPEG adalah sekitar 30dB, dan nilai itulah yang dijadikan patokan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses watermark pada penelitian kali ini. Pada penelitian kali ini digunakan enam buah citra digital berformat BMP yang digunakan sebagai cover image, antara lain: 1 Cartoon029.bmp (800x600 piksel), 2 highXP.bmp (1024x768 piksel), 3 haze.bmp (1208x1024 piksel), 4 Cartoon029_gray.bmp (800x600 piksel), 5 highXP_gray.bmp (1024x768 piksel), dan 6 haze_gray.bmp (1208x1024 piksel). Untuk citra digital berformat BMP yang digunakan sebagai watermark, pada penelitian ini menggunakan citra ‘logonokia.bmp’ (97x22 piksel) yang berbentuk RGB, dan ‘nokiagray.bmp’ (97x22 piksel) yang berbentuk grayscale.
Kualitas citra dari watermarked image dan watermark hasil ekstraksi Untuk melihat seberapa besar perubahan yang terjadi pada cover image akibat penyisipan watermark, pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyisipkan citra digital berformat BMP yang dijadikan watermark ke dalam cover image yang juga berupa citra digital berformat BMP. Citra yang dihasilkan dari proses penyisipan ini (watermarked image) kemudian dibandingkan dengan cover image yang asli untuk dinilai seberapa besar watermarked image mengalami perubahan dari cover image yang asli. Pada penelitian ini, PSNR digunakan untuk mengukur perubahan (distorsi) tersebut. Setelah watermark berhasil disisipkan ke dalam cover image, maka watermark tersebut dicoba untuk diambil kembali dari cover image yang telah disisipi watermark tersebut. Dalam pengambilan kembali watermark diperlukan cover image yang asli, karena metode Cox ini termasuk dalam non-blind watermarking. Dalam proses pengekstraksiannya, metode Cox bekerja dengan membandingkan antara citra asli dengan watermarked image. Untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan pada watermark yang didapatkan, maka perlu dibandingkan antara watermark yang asli dengan watermark hasil penarikan kembali, dan untuk menilai seberapa besar perubahannya maka diperlukan perhitungan PSNR kembali. Proses penyisipan dan pengekstraksian watermark pada penelitian kali ini dilakukan dengan beberapa nilai α yang berbeda-beda untuk melihat berapakah nilai α yang cocok untuk masing-masing proses penyisipan dan pengekstraksian. Hasil perhitungan PSNR dari masing-masing watermarked image dan watermark hasil ekstraksinya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
9
Tabel 1 Nilai-nilai PSNR dari masing-masing watermarked image dan watermark hasil ekstraksi
Nilai-nilai yang ada pada kolom watermarked image merupakan nilai-nilai PSNR yang didapat dari membandingkan antara watermarked image, yang dihasilkan dari cover image dan watermark tertentu, dengan cover image tersebut. Nilai-nilai yang ada pada kolom watermark merupakan nilainilai PSNR yang didapat dari membandingkan antara watermark hasil pengekstraksian kembali dengan citra watermark yang asli. Pada Tabel 1 di atas, bagian-bagian yang memiliki warna berbeda menunjukkan nilainilai PSNR dengan α tertentu yang menunjukkan kualitas citra terbaik, baik pada watermarked image maupun pada watermark dari masing-masing cover image yang disisipi dengan masing-masing watermark. Semua bagian yang warnanya berbeda tersebut menunjukkan nilai-nilai PSNR yang bernilai lebih dari 30dB. Untuk menentukan apakah kualitas citra (watermaked image dan watermark) yang dihasilkan tersebut baik atau tidak, maka penulis mencoba membandingkan dengan kualitas citra yang dihasilkan pada kompresi JPEG. Nilai PSNR yang dihasilkan pada proses pengkompresian JPEG menghasilkan 30-40dB (http://en.wikipedia.org/wiki/Peak_signal-tonoise_ratio). Seperti kita ketahui, citra yang dihasilkan dari proses pengkompresian JPEG masih memiliki kualitas yang cukup baik. Dengan tolok ukur tersebut, penulis menyimpulkan bahwa citra yang dihasilkan
(watermarked image dan watermark) pada proses watermarking dengan metode Cox ini memiliki kualitas yang cukup baik karena dengan memilih nilai α yang tepat, yaitu pada bagian-bagian yang diberi warna tersebut, dapat menghasilkan nilai-nilai PSNR yang semuanya di atas 30dB. Dari Tabel 1 di atas juga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai α yang digunakan pada proses watermarking dapat menentukan kualitas citra yang dihasilkan, baik watermarked image maupun watermark hasil pengekstraksiannya. Sampai saat ini belum ada ketentuan yang dapat menentukan berapakah nilai α yang paling optimal untuk menghasilkan kualitas citra yang terbaik, baik watermarked image maupun watermark hasil ekstraksinya. Hal yang diketahui dari tabel tersebut adalah bahwa untuk satu cover image yang sama, semakin besar ukuran watermark yang akan disisipkan ke dalam cover image tersebut maka diperlukan nilai α yang semakin kecil. Hal ini terbukti pada Tabel 1 di atas. Waktu yang Diperlukan pada Proses Penyisipan dan Pengekstraksian Watermark Pada penelitian kali ini penulis juga meneliti mengenai waktu yang diperlukan untuk menyisipkan watermark ke dalam cover image-nya, serta waktu yang diperlukan untuk
10
mengekstraksi kembali watermark yang ada pada watermarked image. Tabel 2 menunjukkan total waktu yang diperlukan
pada kedua proses tersebut untuk setiap nilai α yang berbeda.
Tabel 2 Waktu untuk proses penyisipan dan pengekstraksian watermark
Dari Tabel 2 di atas dapat kita lihat ternyata diperlukan waktu yang cukup lama, baik pada proses penyisipan maupun pada proses pengekstraksian watermark. Hal ini terutama dikarenakan proses penentuan nilainilai DCT terbesar pada cover image yang akan disisipi watermark memerlukan waktu yang cukup lama. Uji Ketahanan Metode Cox terhadap Operasi Rotasi pada Citra Digital Untuk menguji ketahanan metode Cox terhadap operasi rotasi, seluruh citra yang dihasilkan dari menyisipkan watermark ke dalam masing-masing cover image pada tahap sebelumnya harus dirotasi terlebih dahulu. Dan setelah didapatkan citra hasil rotasinya, maka dicoba diambil kembali watermark dari
citra tersebut dengan membandingkannya dengan cover image yang asli. Setelah itu, hasil watermark yang didapat dibandingkan lagi dengan watermark yang asli untuk melihat seberapa besar perubahan yang terjadi akibat proses rotasi tersebut. Pada penelitian kali ini, proses rotasinya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotasi 900, 1800, dan 2700. Untuk melihat apakah terjadi penurunan kualitas watermark hasil ekstraksinya setelah dirotasi, maka hanya dicoba untuk nilai α=0.5 saja. Setelah dihitung PSNR untuk membandingkan antara watermark asli dengan watermark yang didapat dari watermarked image yang dirotasi, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Perubahan watermark hasil pengekstraksian dari watermarked image yang dirotasi
Cover image
Watermark
PSNR sebelum rotasi
PSNR setelah rotasi 90 derajat
PSNR setelah rotasi 180 derajat
PSNR setelah rotasi 270 derajat
Cartoon029.bmp (800x600)
logonokia.bmp
49.438
49.438
49.438
49.438
highXP.bmp (1024x768)
logonokia.bmp
45.72
45.72
45.72
45.72
11
Tabel 3 lanjutan haze.bmp (1280x1024)
logonokia.bmp
47.289
47.289
47.289
47.289
Cartoon029.bmp (800x600)
nokiagray.bmp
45.5557
45.5557
45.5557
45.5557
highXP.bmp (1024x768) haze.bmp (1280x1024)
nokiagray.bmp nokiagray.bmp
48.7253 54.2129
48.7253 54.2129
48.7253 54.2129
48.7253 54.2129
Cartoon029_gray.bmp (800x600)
logonokia.bmp
31.2692
31.2692
31.2692
31.2692
highXP_gray.bmp (1024x768) haze_gray.bmp (1280x1024)
logonokia.bmp logonokia.bmp
29.6124 42.9613
29.6124 42.9613
29.6124 42.9613
29.6124 42.9613
Cartoon029_gray.bmp (800x600)
nokiagray.bmp
47.7604
47.7604
47.7604
47.7604
highXP_gray.bmp (1024x768) haze_gray.bmp (1280x1024)
nokiagray.bmp nokiagray.bmp
46.9948 54.881
46.9948 54.881
46.9948 54.881
46.9948 54.881
Berdasarkan tabel di atas, dapat dipastikan bahwa metode Cox ini tahan terhadap serangan yang berupa proses rotasi pada citra digital. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas bahwa nilai PSNR yang didapat selalu sama, baik watermarked image yang tidak dikenai rotasi, maupun watermarked image yang dikenai rotasi 900, 1800, ataupun 2700. Setelah sebuah citra digital dirotasi dan kemudian diubah kembali ke bentuk DCTnya, maka didapat nilai-nilai DCT yang masih sama dengan nilai-nilai DCT dengan citra digital yang sebelum dirotasi, hanya saja berubah letaknya dan tandanya (positif atau negatifnya) saja. Karena pada penelitian ini, n besar koefisian DCT didapat dari nilai mutlak DCT-nya, maka pada saat mendapatkan kembali n koefisien DCT terbesarnya, nilainya masih tidak berubah. Hal ini mengakibatkan DCT watermark yang dihasilkan juga tidak berubah, baik diputar 900, 1800, maupun 2700.
Uji Ketahanan Metode Cox terhadap Kompresi JPEG pada Citra Digital Untuk menguji ketahanan metode Cox terhadap kompresi JPEG, seluruh citra yang dihasilkan dari menyisipkan watermark ke dalam masing-masing cover image pada tahap sebelumnya harus dikompresi ke dalam format JPEG. Dari citra hasil kompresi tersebut, watermark dicoba diambil kembali. Setelah itu, hasil watermark yang didapat dibandingkan lagi dengan watermark yang asli dengan menggunakan perhitungan PSNR. Karena pengujian ini hanya bertujuan untuk melihat apakah terjadi penurunan kualitas dari watermark hasil ekstraksinya, maka hanya digunakan nilai α=0.5 untuk setiap citranya. Setelah dihitung PSNR antara watermark asli dengan watermark yang didapat dari watermarked image yang telah dikenai kompresi JPEG, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Perubahan watermark hasil pengekstraksian dari watermarked image yang dikompresi Cover image
Watermark
PSNR sebelum kompresi
PSNR setelah kompresi
Cartoon029.bmp (800x600) highXP.bmp (1024x768)
logonokia.bmp logonokia.bmp
49.438 45.72
27.1189 24.7907
haze.bmp (1280x1024)
logonokia.bmp
47.289
17.6586
Cartoon029.bmp (800x600) highXP.bmp (1024x768)
nokiagray.bmp nokiagray.bmp
45.5557 48.7253
26.4533 24.4123
haze.bmp (1280x1024)
nokiagray.bmp
54.2129
17.9253
Cartoon029_gray.bmp (800x600) highXP_gray.bmp (1024x768)
logonokia.bmp logonokia.bmp
31.2692 29.6124
30.2854 28.1595
haze_gray.bmp (1280x1024)
logonokia.bmp
42.9613
30.0636
Cartoon029_gray.bmp (800x600) highXP_gray.bmp (1024x768)
nokiagray.bmp nokiagray.bmp
47.7604 46.9948
37.9659 37.0022
haze_gray.bmp (1280x1024)
nokiagray.bmp
54.881
34.998
45.36833333
28.069475
Rata-rata
12
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa telah terjadi perubahan antara watermark yang asli dengan watermark yang didapat dari proses pengekstraksian watermarked image yang telah dikenai proses kompresi. Perubahan yang terjadi pada watermark akibat proses kompresi JPEG menunjukkan perubahan kualitas citra yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata PSNR yang berubah drastis dari 45.36833333dB sebelum dikompresi menjadi 28.069475dB setelah watermarked image dikompresi terlebih dahulu sebelum diekstraksi. Seperti kita ketahui, Discrete Cosine Transform (DCT) merupakan suatu metode transformasi yang digunakan sebagai dasar dalam kompresi Joint Photographic Experts Group (JPEG). Karena pada saat kompresi JPEG dilakukan operasi-operasi yang merubah nilai-nilai DCT, maka pada saat watermarked image dikenai kompresi JPEG terjadi perubahan-perubahan juga pada nilainilai DCT dari watermarked image tersebut. Oleh karena itu, pada saat proses perbandingan antara cover image dan watermarked image yang telah dikompresi untuk mendapatkan kembali watermark yang telah disisipkan tidak didapatkan nilai-nilai yang tepat karena nilai-nilai DCT pada watermarked image telah mengalami perubahan. Sebagai akibatnya, watermark yang ditemukan juga telah mengalami perubahan. Uji Ketahanan Metode Cox terhadap Operasi Cropping Untuk menguji ketahanan metode Cox terhadap operasi cropping, seluruh citra yang dihasilkan dari menyisipkan watermark ke dalam masing-masing cover image pada tahap sebelumnya harus dikenakan operasi cropping. Setelah didapatkan hasilnya, kemudian dicoba diambil kembali watermark yang telah disisipkan. Akan tetapi, proses pengekstraksian watermark tersebut ternyata tidak berhasil dilakukan, karena beberapa alasan berikut. • Seperti kita ketahui, operasi cropping pada citra digital bekerja dengan membuang sebagian dari citra digital tersebut. Akibat proses cropping ini, ukuran citra digitalnya menjadi berubah. Karena pada proses pengekstraksian watermark dilakukan perbandingan nilai-nilai DCT pada setiap pikselnya, maka hal ini tidak dapat dilakukan lagi karena ukurannya sudah
tidak sama dan posisi-posisi pikselnya sudah berubah. • Meskipun watermarked image yang telah di-crop tersebut ukurannya dikembalikan lagi menjadi sama dengan ukuran aslinya, ternyata watermark hasil pengekstraksiannya juga akan sangat berbeda dengan watermark aslinya, dengan kata lain watermark tidak dapat ditemukembalikan. Hal ini dikarenakan bagian-bagian yang telah hilang pada saat proses cropping sudah tidak dapat dikembalikan lagi meskipun ukurannya dijadikan sama dengan ukuran aslinya. Uji Ketahanan Metode Cox terhadap Operasi Resizing Untuk menguji ketahanan metode Cox terhadap operasi resizing, seluruh citra yang dihasilkan dari menyisipkan watermark ke dalam masing-masing cover image pada tahap sebelumnya harus dikenakan operasi resizing. Setelah didapatkan hasilnya, kemudian dicoba diambil kembali watermark yang telah disisipkan. Akan tetapi, proses pengekstraksian watermark tersebut ternyata tidak berhasil dilakukan, karena beberapa alasan berikut. • Seperti kita ketahui, operasi resizing pada citra digital bekerja dengan merubah ukuran, baik memperbesar maupun memperkecil citra digital tersebut. Akibat proses resizing ini, jumlah piksel dari citra digitalnya menjadi berubah. Karena pada proses pengekstraksian watermark dilakukan perbandingan nilai-nilai DCT pada setiap pikselnya, maka hal ini tidak dapat dilakukan lagi karena ukurannya sudah tidak sama dan posisi-posisi pikselnya sudah berubah. • Jika proses resizing yang dikenakan pada watermarked image merupakan proses memperbesar citra, maka watermark masih dapat diekstraksi kembali jika watermarked image tersebut ukurannya dikembalikan lagi menjadi sama seperti semula. Hal ini dikarenakan tidak ada bagian-bagian dari citra yang hilang pada saat proses memperbesar kemudian memperkecil kembali citra digital tersebut. • Jika proses resizing yang dikenakan pada watermarked image merupakan proses memperkecil citra, maka watermark sudah tidak dapat diekstraksi kembali meskipun watermarked image tersebut ukurannya dikembalikan lagi menjadi sama seperti semula. Hal ini dikarenakan proses
13
pengecilan citra digital telah mengurangi kedetilan dari citra digital tersebut, dan meskipun ukurannya diperbesar kembali menjadi sama dengan ukuran aslinya, maka kedetilan citra yang telah hilang akibat proses pengecilan citra pada tahap sebelumnya sudah tidak dapat dikembalikan lagi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil percobaan yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan. 1. Metode Cox dapat digunakan untuk menyisipkan sebuah watermark yang berupa citra digital yang berformat BMP ke dalam sebuah cover image yang juga berupa citra digital yang berformat BMP. 2. Penerapan metode Cox ini memberikan pengaruh perubahan yang kurang begitu tampak pada watermarked image dibandingkan dengan cover image yang asli, tampak dari nilai PSNR yang ratarata bernilai lebih dari 30dB. 3. Watermark yang didapat dari penemukembalian dari watermarked image tidak menunjukkan perubahan yang berarti jika dibandingkan dengan watermark yang asli, tampak dari nilai PSNR rata-rata yang mencapai nilai 40.8978dB. 4. Metode Cox memiliki ketahanan terhadap proses rotasi citra. Hal ini tampak dari nilai PSNR dari hasil temu kembali watermark yang tidak mengalami perubahan walaupun watermarked image dikenai rotasi sebesar 900, 1800, maupun 2700. 5. Metode Cox kurang tahan terhadap serangan berupa kompresi JPEG, yang terlihat dari nilai PSNR yang bernilai kurang dari 30dB. Hal ini dikarenakan pada saat kompresi JPEG terjadi proses manipulasi pada koefisien-koefisien DCT dari suatu citra. 6. Metode Cox tidak tahan terhadap operasi cropping. Hal ini dikarenakan proses cropping membuang sebagian dari watermarked image. 7. Metode Cox tidak tahan terhadap operasi resizing karena jumlah piksel dari watermarked image menjadi berubah. Jika resizing yang dilakukan adalah pembesaran citra maka watermark masih dapat dikembalikan jika ukurannya dikembalikan menjadi seperti semula. Tapi jika resizing yang dilakukan adalah
pengecilan citra maka watermark tetap tidak dapat dikembalikan meskipun ukurannya dikembalikan menjadi seperti semula karena kedetilan citra sudah berkurang akibat proses pengecilan citra. Saran Penelitian ini dapat dilanjutkan agar dapat digunakan dan memberikan hasil yang baik pada saat watermarked image diberikan perlakuan kompresi JPEG. Selain itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menentukan nilai α yang dapat memberikan hasil yang baik pada proses watermarking. Pada penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat membandingkan antara metode Cox dengan metode-metode watermarking lainnya yang sejenis. DAFTAR PUSTAKA Elsiawaty. 2004. Partial Watermarking – Teknik dan Implementasinya pada Citra di World Wide Web menggunakan Java Script. Bandung: Departemen Teknik Elektro ITB. Cox J., et al. Desember 1997. Secure Spread Spectrum Watermarking for Multimedia. IEEE Transaction on Image Processing, 6, 12, 1673-1687, (1997). http://www.cs.ucla.edu/~miodrag/cs259security/ip97.pdf [19 Sep 2006]. Kipper G. 2004. Investigator’s Guide to Steganography. Washington D.C.: Auerbach Publications. Menezes A, Oorschot P.V, Vanstone S. 1996. Handbook of Applied Cryptography. CRC Press. Munir R. 2004. Steganografi dan Watermarking. Bandung: Departemen Teknik Informatika ITB. Katzenbeisser S, Petitcolas. F.A.P. 2004. Information Hiding Techniques for Steganography and Digital Watermarking. Norwood: Artech House. Le-Tien T, Nguyen T.T. 2005. Copyright Protection for Digital Images. Vietnam. Jellinek B. 2000. Invisible Watermarking of Digital Images for Copyright Protection. Supangkat S.H, et al. 2000. Watermarking sebagai Teknik Penyembunyian Label Hak Cipta pada Data Digital. Bandung