a akan membawa temannya yang terluka kepada Dr. Wilborne, dan Dr. W akan menyembuhkannya sehingga Caleb bisa membiarkannya terbang kembali ke langit, dan memenuhi pohon mana pun yang ia pilih untuk dihinggapi. Biaya bukan masalah, dan anehnya, komedi situasi yang lain, Seinfeld, muncul dalam pikirannya, khususnya episode tentang seorang dokter hewan yang harus menjalankan "peralatan yang sangat kecil" untuk mengoperasi seekor tupai yang tak sengaja dilindas oleh George dengan mobil. George lebih mencemaskan biaya operasi daripada si tupai, hal yang membuat pacarnya sebal, tapi dia akhirnya menyetujui operasi tersebut dan membayar biayanya.
Caleb berencana memberi tahu Dr. Wilborne bahwa uang bukanlah masalah. Caleb ingin menyelamatkan merpati ini dan dia akan melakukan apa pun untuk itu. Caleb bahwa Natal dalam
lari ke garasi dan menemukan kardus berisi bola-bola styrofoam. Dia ingat ibunya telah memesan sebaki keju dari Pabrik Keju Wisconsin sebagai hadiah untuk Echo, perawat yang memberinya kemoterapi, dan UPS mengantarkannya kotak ini.
Caleb senang dia tidak memotong-motong kotak itu dan membuangnya ke tempat sampah atau menindihnya sampai gepeng. Kotak ini sempurna. Sisi-sisinya cukup tinggi sehingga burung itu bisa merasa aman, sekaligus juga mencegah si burung kabur bila ia merasa panik. Caleb membawa kotak itu keluar, meletakkannya di samping si burung luka yang masih tersengal sengal dan mengucurkan darah dari lukanya. Dengan sangat hati-hati agar tidak menyakitinya lebih jauh, Caleb menyelipkan tangannya dengan lembut ke bawah badan si merpati dan mengayun tubuh kecil si merpati dengan telapak tangannya. Dia mengangkatnya-si burung terasa hangat dan si burung mengepakkan sayapnya ketakutan, tapi kemudian tenang kembali ketika Caleb memasukkannya ke dalam kardus. Caleb mengangkat kotak itu dan membawanya ke mobil. Dia meletakkannya di kursi belakang dan mengikatnya ke kursi dengan sabuk pengaman. Dia lalu masuk, menyalakan mobil, dan mundur perlahan-lahan, keluar dari jalan masuk. "Jangan khawatir," dia berkata lemah lembut kepada si merpati yang sedang sekarat, "Cuma butuh waktu berkendara sepuluh menit ke tempat dokter hewan dan kemudian kau akan baik kembali." Caleb mengemudi seraya melirik berulang-ulang ke dalam kotak dan dia bisa melihat bahwa burung itu semakin lemah. Caleb mengemudi makin cepat, dan ibunya dan tugasnya dan saudara-saudaranya dan paruhan jeruk manis dan keripik kentang Wise rasa asin sedang dan jenis ikan yang bisa disajikan di hari Jumat setelah Kamis sebelumnya menyantap ikan juga hanyalah sepercik pengalih perhatian yang melayang-layang dalam pikirannya dan diabaikannya, seperti sebercak debu yang melapisi lensa kacamatamu dan tak lama kemudian bahkan tak kaulihat lagi. Caleb tiba di area parkir di depan rumah sakit hewan delapan menit setelah dia keluar dari jalan masuk rumah ibunya. Dia mematikan mobil, keluar, dan membuka pintu belakang. Burung itu masih bernapas, tapi ada darah di dasar kotak dan matanya tampak berkaca-kaca. Dia membawa kotak itu ke dalam rumah sakit dan berjalan tepat ke depan loket.
"Hai. Keluarga saya sudah sering mengunjungi Dr. Wilborne selama bertahun tahun dan saya menemukan burung yang terluka ini di halaman dan saya butuh dokter untuk memeriksanya." Dia mengatakan semuanya dalam satu tarikan napas dan
sebelum dia berhenti bicara, teknisi veteriner di meja penerima tamu berdiri dan menengok si merpati di dalam kotak. Sang teknisi kemudian mengangkat telepon, menekan dua tombol, dan berkata, "Dr. W, saya butuh Anda di Ruang Periksa Enam, ASAP." Dia menutup telepon dan mengangkat kotak itu, "Silakan duduk dan saya akan membawa burung ini ke Dr. W segera." Caleb mengangguk dan berkata, "Dengar. Katakan kepadanya bahwa uang bukan masalah. Saya akan membayar berapa pun biayanya." Sang teknisi memandang ke bawah, ke arah si merpati, dan menjawab, "Well, saya rasa tidak akan terlalu mahal, tapi akan saya sampaikan apa yang Anda katakan." Caleb memandangi sang teknisi dan kardus bernoda darah yang dibawanya saat si teknisi menuju Ruang Periksa Enam "ASAP" untuk menemui Dr. W, dan kemudian dia duduk di kursi plastik berwarna Jingga. Tak ada bahan dan kain di perabotan ruang tunggu dokter hewan, Caleb berkata kepada dirinya sendiri. Tungau kutu dan bulu hewan tidak bisa menempel pada plastik. Caleb melirik arlojinya. Sudah lebih dari jam sepuluh dan dia belum melakukan apa pun yang diperintahkan ibunya dalam Daftar. Dia harusnya sudah pergi ke bank dan sedang dalam perjalanan menuju toko bahan makanan, tapi di sinilah dia, ruang tunggu Rumah Sakit Hewan Westwood, menunggu kabar tentang merpati luka yang ditemukannya di halaman rumah ibunya dan yang diantarkannya dalam kardus ke sini. Dia bertanya-tanya apakah dia akan tiba tepat waktu untuk membuatkan makan siang bagi ibunya. Dia tahu ibunya bisa menyiapkan makan siang sendiri kalau dia memang mau, tapi ibunya menjadi sangat bergantung pada Caleb. Dia tahu di dalam hati bahwa ibunya benci ketidakberdayaan dan bahwa dia lebih memilih melakukan segalanya sendiri, tapi karena dia tidak bisa, Caleb-lah yang melakukannya. Ibu Caleb sejak dulu sangatlah mandiri. Bahkan, saat ayahnya masih hidup, Mam selalu menyusun rencana sendiri. Kematian Dad membuatnya terpukul dan sekarang penyakit membuat ibu Caleb seakan sebagai tawanan di rumahnya sendiri dengan anaknya sebagai sipir. Caleb tahu bahwa hal tersebut menyiksa ibunya sama seperti leukemia, tapi tidak ada apa pun yang bisa dilakukan tentang itu.
Sepuluh-tiga puluh. Apa yang terjadi di belakang sana? Mungkin mereka sudah mengoperasinya, hanya saja mereka belum sempat keluar dan memberiku kabar, pikirnya. Caleb berharap semoga ibunya sudah sarapan. Dia memutuskan bahwa dia tak bisa berada di sini lebih lama lagi, dan bahwa dia akan kembali nanti untuk menjemput si merpati setelah ia sembuh. Dia sudah tahu di mana dia akan melepaskan si burung. Ada deretan pepohonan di pinggir sungai dekat rumah ibunya tempat dia dan saudara saudaranya dulu pernah mengikuti perkemahan musim panas. Dia akan menunggu hingga burungnya benar-benar sembuh (merpati itu sekarang menjadi burung"nya") dan kemudian membawanya ke sana dan membiarkannya terbang menuju pepohonan. Bayangan bahwa dia akan berperan dalam membuat pepohonan di sana "indah dan penuh" membuat Caleb tersenyum. Tiba-tiba, pintu yang tersambung dengan ruang pemeriksaan terbuka dan Dr. Wilborne berderap masuk ke ruang tunggu. "Caleb!" dia berseru seraya mengulurkan tangannya. "Senang melihatmu, Nak! Bagaimana kabar Mam?"
Caleb menjabat tangan Dr. Wilborne dan tersenyum, "Beliau baik-baik saja, Dok. Anda tahu beliau seperti apa. Beliau tidak pernah membiarkan apa pun membuatnya patah semangat." "Bagus sekali. Sampaikan salam sayangku kepadanya, ya?" "Saya akan menyampaikannya." Caleb mengiyakan. "Jadi, bagaimana burung saya, Dok?" Keterkejutan muncul di wajah Dr. Wilborne. "Burungmu? Memangnya merpati itu hewan peliharaan?" "Bukan, bukan, cuma burung yang saya temukan di halaman rumah kami. Tapi, saya pikir lebih baik membawanya kemari agar Anda bisa mengobatinya. Bagaimana kabarnya?" "Maaf, Caleb, tapi kami menidurkannya tak lama setelah Vicki mengantarkannya kepadaku. Cederanya parah sekali dan tak ada apapun yang bisa kulakukan untuk menyelamatkannya. Mengeuthanasia hewan liar maupun merpati yang terluka sudah bagian rutin dari pekerjaan kami, Caleb. Kami bahkan tidak memungut bayaran untuk itu. Orang-orang selalu membawa rakun atau tupai atau burung yang ditabrak mobil ke sini. Pernah sekali aku harus pergi ke Jalan Raya Nomor Sembilan untuk menidurkan rusa yang ketiga kakinya dilindas oleh truk gandeng. Sekali waktu, seorang gadis cilik malah pernah membawa seekor bajing." Dr. W tersenyum. "Aku menidurkan hewan yang satu itu di hutan sana. Mereka mengeluarkan cairan tubuh saat kita menyuntik mereka, kautahu. Untungnya, aku tidak terciprat. Aku tidak mau sampai rumah sakit diomeli." Dr. Wilborne terdiam dan meletakkan tangannya di bahu Caleb.
"Jadi, kami menidurkan merpatimu, Caleb, dan ia pergi dengan tenang." Caleb hanya berdiri diam di sana. Khayalannya tentang melepaskan burung yang sudah sembuh layu dan beterbangan seperti debu. Tapi, kurasa sekarang ia bebas, Caleb lalu berkata pada dirinya sendiri. Jenis kebebasan yang lain, kurasa. "Trims, Dok. Saya menghargainya. Bisakah saya membalas waktu dan, uh, materi Anda?" "Nggak usah. Inilah cara kami memberi. Apabila kami bisa menidurkan hewan liar yang terluka sehingga membebaskannya dari penderitaan, itu pun sudah cukup sebagai bayaran." Caleb mengangguk dan menjabat tangan Dr. Wilborne lagi. "Well, kalau begitu, sekali lagi trims. Dan saya akan memberi tahu ibu saya bahwa Anda menanyakan beliau." "Bagus. Sampaikanlah. Dan salamku untuk Alan dan Paul, oke?" Caleb mengangguk dan berbalik untuk pergi. Lalu, dia berhenti dan berbahk kembali ke arah Dr. Wilborne. "Cuma penasaran, Dok. Apa yang Anda lakukan dengan ... Anda tahu, bangkainya?" "Kami akan mengkremasinya." "Oh, oke."
Caleb berjalan keluar gedung dan masuk ke mobilnya. Namun, saat dia memasukkan kunci dalam stop kontak, benteng pertahanannya terbuka dan dia mulai tensak-isak seperti seseorang yang baru saja kehilangan sahabat karibnya. Caleb perlu beberapa menit untuk menenangkan diri sebelum dia dapat mengemudi. Ketika dia cukup tenang, dia menuju rumah. Dia pikir lebih baik dia mampir dulu di rumah untuk mengecek keadaan ibunya dan menjelaskan apa yang terjadi. Ibunya mungkin cemas dan Caleb tidak ingin membuatnya kesal. Stres tidak baik bagi sistem kekebalan tubuh ibunya, kata para dokter. Caleb mengemudi lebih lambat dalam perjalanan pulang daripada saat berangkat menuju dokter hewan, dan butuh sekitar lima belas menit sampai akhirnya dia tiba di belokan dekat rumahnya. Jantung Caleb serasa berhenti. Ada ambulans di jalan masuk rumah ibunya dan mobil saudaranya Alan diparkir di belakangnya. Caleb mengebut sepanjang jalan itu dan lari ke rumah. Alan berdiri di dapur dengan dua orang EMT-Emergency Medical Technician atau Teknisi Medis Darurat. Ketika Alan melihat Caleb, matanya melebar dan ekspresi murka meledak di wajahnya. "Ke mana saja kau?" Alan berteriak. Caleb tidak terpancing. Tetap tenang, dia berkata, "Apa yang terjadi?"
"Mam kena stroke dan jatuh dan kepalanya terbentur di bak mandi. Dia memencet tombol darurat yang dikenakannya di leher, tapi kami pikir bantuan datang terlalu lama. Pada saat ambulans tiba di sini ..." Suara Alan sekarang bergetar dan matanya berair. "Pada saat ambulans tiba di sini ... sudah terlambat." Alan berhenti dan memandangi sesuatu di belakang Caleb. Atau, mungkin dia sedang memandang ke dalam diri Caleb. "Mam meninggal, Caleb." Kaki Caleb tertekuk lemas dan dia jatuh. Untungnya, dua orang EMT menangkapnya sebelum membentur lantai. Mereka membawanya ke kursi dan mendudukkannya, wajahnya pucat dan keningnya dipenuhi keringat. "Aku cuma pergi beberapa jam. Aku harus ..." Caleb berhenti. Dia tahu dia tak bisa memberi tahu Alan tentang merpati itu. "Aku harus melakukan sesuatu." Alan tidak menanyai Caleb tentang hal yang dilakukannya, dan Caleb hanya duduk di kursi dapur ibunya dengan kepala tertunduk. "Aku harus melakukan sesuatu," bisiknya. Sudah sore saat semuanya pergi dan Caleb sendirian di rumah. Koroner harus mengambil jenazah ibunya, dan Caleb serta saudara saudaranya telah menemui direktur rumah pemakaman untuk mengatur upacara pemakaman dan penguburan Mam. Tidak ada yang terang-terangan menyalahkan Caleb atas kematian ibunya, tapi dia tahu apa yang mereka pikirkan. Jika dia ada di rumah, mungkin mereka akan bisa menyelamatkannya. Tapi, dia sedang mengerjakan sesuatu, dan mereka tahu bahwa dia meninggalkan ibunya beberapa jam dalam sehari tiap hari, dan sejujurnya hal ini hanyalah peristiwa biasa. Kenyataan bahwa dia sedang berada di dokter hewan untuk menyelamatkan merpati liar dan bukannya di bank atau toko bahan makanan
atau apotek tidak berarti apa-apa. Benar-benar tidak berarti apa-apa. Caleb bangkit dan berjalan ke bak cuci piring dapur, kemudian membuka keran untuk mengambil segelas air. Saat dia minum, dia sadar bahwa air ini adalah benda pertama yang mengisi perutnya sepanjang hari. Bukannya memulihkannya, air itu membuatnya mual. Caleb pergi ke halaman belakang dan berdiri dekat pagar belakang sambil memasukkan tangannya dalam saku, memandangi langit yang mulai gelap. Caleb selalu menyukai saat petang, waktu-antara ketika cahaya tampak luar biasa aneh dan indah. Mam sudah tiada, pikirnya. Begitu pula merpatiku. Dia menyadari bahwa dia harus menghadapi dua kematian dalam sehari, meskipun dia tahu bahwa dia akan diledek (dan mungkin dikecam) jika dia membandingkan tentang kematian merpati jelek dengan kematian ibunya.
Tapi, memang benar, Caleb sungguh kehilangan keduanya, merasakannya dalam hatinya, dan merasakannya dalam relung terdalam jiwanya. Caleb mendesah dan memutuskan untuk masuk ke dalam dan mencoba makan sesuatu. Namun, saat dia berbalik, dia merasakan tiupan angin sepoi-sepoi di wajahnya. Caleb menoleh ke belakang, ke arah pagar, dan melihat anak burung berwarna kelabu di atas palang yang terkelupas. Kepala si anak merpati ditelengkan dan ia memandang tepat ke arah Caleb. Caleb tidak bergerak, dan si unggas diam di sana, tak kenal takut, dan melihatnya dengan pandangan tertarik. Lalu, terjadilah hal yang sangat aneh. Si anak merpati terbang dan pagar (melompat pendek sebetulnya lebih tepat) dan mendarat tepat di bahu kanan Caleb, diam di sana selama sesaat, dan memandang tepat ke mata Caleb. Setelah puas, si anak merpati berciap-ciap dan terbang ke pepohonan. Caleb memandang ke atas, dan di antara cahaya senja dia bisa membedakan badan bulat si anak merpati, bertengger di dahan pohon yang begitu tipis, melompatlompat pelan untuk menyeimbangkan diri setelah mendarat. Si merpati kecil adalah satu-satunya burung yang terlihat oleh Caleb, tapi entah kenapa dia tak pernah melihat pepohonan tampak begitu penuh. Seakan-akan bisa membaca pikiran Caleb, dan merasa perlu untuk mengekspresikan persetujuannya dengan Caleb, si anak burung tiba-tiba mengeluarkan serangkaian siulan dan ciapan yang Caleb tahu, dalam hatinya, merupakan ungkapan kemenangan. Caleb tersenyum dan kembali ke dalam rumah, minum air dan memikirkan tentang limun jahe Canada Dry serta daftar yang tertulis di lembaran panjang kertas kuning.
7 Tory Troy Dr. Baraku Bexley
"Saya membaca cerpenmu." "Apa? Apa maksud Anda?" "Saya membaca 'Burung di Angkasa'."
"Oh, benarkah? Dan bagaimana Anda bisa mendapatkannya, kalau saya boleh bertanya?" "Saya bertemu dengan Tuan Mundane." "Bagaimana Anda menemukannya?" "Apa maksudmu?" "Bagaimana Anda tahu bahwa dia adalah guru saya?" "Tory, apakah kau tidak memerhatikan tas kantor besar yang selalu saya bawa? Di dalam tas saya ada arsip Tory Troy. Isinya lumayan berlimpah." "Apa maksudnya?" "Maksudnya, saya punya salinan semua transkrip akademikmu, sejarah pekerjaan dan pendapatanmu, dan tempat tinggalmu ketiga tiganya-tagihan, rekening bank, catatan medis ... intinya, saya menyimpan seluruh catatan hidupmu dalam tas saya. Saya bahkan punya catatan hukuman yang kau jalani di kelas enam karena menunjukkan jari tengah ke arah gurumu. Juga tilang yang kau terima saat umur enam belas dan mengendarai mobil ibumu tanpa izin. Bahkan, juga resep-resepmu, dan setiap panggilan telepon jafak jauh yang kau lakukan." "Anda bercanda kan? Tidak mungkin legal bagi Anda untuk mengumpulkan semua itu, benar kan?" "Bukan saja legal, bahkan perlu. Jika aku tidak meninjau ulang seluruh catatanmu dengan saksama dan sesuatu mengemuka dalam persidanganmu-jika kau akhirnya diadili, tentu saja-dan kau lolos karena hal teknis, sayalah yang akan kena masalah, bukan kau." "Sepertinya terlalu turut campur." "Memang. Tapi, ada tujuannya." "Jadi, Anda sudah membaca cerita saya." "Ya." "Well?" "Apakah kau menginginkan tinjauan sastra saya atau pemikiran saya mengenai bagaimana pengaruhnya terhadap tinjauan saya dalam kasusmu?" "Dua-duanya. Mulailah dengan pendapat Anda tentang tulisan itu." "Kompeten." "Kompeten? Apa itu?"
"Sebetulnya, lebih dari kompeten. Mutunya di atas rata-rata." "Ya, Tuhan. 'Di atas rata-rata'. Dr. B, Anda ini penuh dengan sopan santun dan pertimbangan." "Apakah kau tersinggung?" "Tidak juga. Anda mungkin benar. Apa lagi? Bagaimana dengan tokoh-tokohnya?"
"Saya pikir tokoh Caleb adalah dirimu." "Oh, Anda pikir begitu ya? Kenapa begitu?" "Menurut pendapatmu kenapa? Kenapa saya merasa seperti itu?" "Mungkin karena dalam cerita itu Caleb membawa seekor burung yang terluka ke dokter hewan dan kemudian merasa menyesal saat burung itu harus ditidurkan. Dieuthanasia." "Apakah kau seperti Caleb?" "Tidak. Peristiwa dalam cerita itu sebenarnya terjadi pada seorang teman saya, dan setelah dia mengisahkannya kepada saya, saya menulis cerita itu." "Peristiwa itu terjadi pada temanmu." "Ya." "Dan dia menceritakannya kepadamu." "Anda terdengar curiga. Apa Anda tidak memercayai saya?" "Tentu saja saya percaya kepadamu. Kenapa kita tidak melanjutkan diskusi tentang orang-orang yang bekerja denganmu di penampungan hewan. Kita telah membicarakan Jake dan nanti kita bisa kembali kepadanya. Bagaimana kalau kau bercerita kepada saya tentang ... Marcy?" "Apa yang ingin Anda ketahui?" "Apa pun yang terpikirkan tentangnya." "Dia suka kacang mede." "Teruskan." "Setiap sore sekitar pukul tiga, dia akan mengeluarkan kantong Ziploc berisi kacang mede yang digarami. Utuh. Dia tidak pernah membeli yang dipotong-potong." "Dia memberitahumu?" "Tidak. Saya bertanya padanya." "Begitu. Apa lagi yang bisa kau ceritakan kepada saya tentangnya?" "Dia lajang, tapi dia pernah berkencan dengan pria bernama Mike yang sepertinya benar-benar aneh. Marcy masih tinggal bersama ibunya. Seperti saya. Dia pernah bercerita kepada saya bahwa suatu hari ibunya menangkap basah dirinya saat sedang, uh, memuaskan diri sendiri. Marcy bilang dia tidak pernah semalu itu seumur hidupnya. Butuh seminggu sampai dia bisa bertemu pandang dengan ibunya lagi."
"Bagaimana kejadian ini akhirnya muncul dalam percakapan?" "Oh, Anda tahu kan ... obrolan perempuan. Kami sedang duduk-duduk di kantor suatu sore dan tidak ada siapa-siapa di sekitar situ dan dia memberi tahu saya." "Teruskan." "Lebih jauh tentang Marcy? Well, saya tahu dia mengumpulkan dispenser permen PEZ. Koleksinya banyak. Dia juga anggota Flash Crowd."
"Apa itu Flash Crowd?" "Hobi baru yang aneh orang-orang di daerah tertentu, misalnya dalam wilayah kota, kabupaten, atau kampus, mendaftar sebagai anggota Flash Crowd. Dan kemudian mereka menerima e-mail berisi instruksi yang harus diikuti. Aneh." "Saya tidak mengerti." "Well, Marcy memberi tahu saya tentang salah satu kegiatan yang diikutinya. Dia menerima e-mail yang menyuruhnya untuk datang ke lantai dua Crystal Mall di depan toko Sharper Image pada pukul dua sore hari Minggu. Ketika semua orang sudah berada di sana, mereka harus menunggu sampai terdengar lagu dari Carpenter yang dimainkan di sound system mal. Kemudian, semua harus berpencar. Kalau tidak salah dia bilang judul lagunya 'Rainy Days and Mondays'". "Jadi, itu yang namanya Flash Crowd." "Sebenarnya, itu kegiatan Flash Crowd. Marcy berada dalam Flash Crowd di sana." "Begitu. Jadi, Marcy adalah peserta. Apa lagi yang kauingat tentangnya?" "Dia mengecat kuku jarinya dengan warna yang berbeda-beda." "Maaf?" "Setiap kuku dicat dengan warna yang berbeda." "Baiklah. Ada lagi?" "Dia selalu bilang bahwa dia ingin dikremasi. Dia takut dikubur. Dia tidak suka tempat tertutup." "Begitu. Ada lagi?" "Tidak." "Kau yakin?" "Saya tidak mau bicara lagi."
8 Dr. Baraku Bexley Dr. Gwyneth June
"Hai, Gwyn." "Bex, bandot tua. Apa kabar?" "Well, aku bangun pagi ini. Jadi, anggaplah hari ini aku menang." "Tidak ada keberatan. Kau di sini untuk kasus penampungan hewan?" "Ya." "Kasus yang sulit."
"Ya. Apakah mereka masih di sini?" "Iya. Meskipun para keluarga telah mengajukan keberatan dan minta agar jenazah mereka diserahkan kepada keluarga." "Berapa lama lagi kau bisa menyimpan mereka di sini?" "Well, aku harus menyimpan mereka sampai semua otopsi medis/hukum selesai dan semua pihak yang berkepentingan-kau dan Brawley dan mungkin Yang Mahabaik pada tahap ini-telah memutuskan bahwa jenazah tidak perlu ditahan di sini lagi." "Dan sekarang kau ada di tahap mana?" "Otopsi sudah selesai. Aku mungkin akan menyerahkan mereka besok ke rumah pemakaman." "Oke, kalau begitu mari kita selesaikan." "Apakah kauingin melihat laporanku atau melihat jenazah lebih dulu?" "Laporanmu." "Sebelum kita mulai, boleh kan aku menanyakan sesuatu?" "Gwyn-" "Oh, ayolah, Bex. Siapa di sini sih?" "Kautahu aku tidak bisa-" "Apakah aku pernah mengkhianatimu? Kautahu aku rela tertusuk pedang daripada membiarkanmu terkena masalah karena memberitahuku sesuatu." "Kau membuatku malu." "Apa aku berbohong?" "Oh, baiklah. Silakan. Bertanyalah." "Kenapa dia melakukannya?" "Aku tak tahu." "Apa yang kaupikir?" "Masalahnya rumit...." "Apa dia gila?" "Itulah yang kucoba cari tahu. Aku tidak bisa berkata dengan yakin bahwa dia tidak waras saat kejadian perkara. Jurilah yang akan menentukannya. Tapi, apakah kasus ini akan sampai ke tangan juri atau tidak intinya terserah padaku." "Dia seperti apa?" "Maaf, Gwyn, itu sudah cukup." "Oh, oke. Dasar perusak kesenangan orang. Laporannya?" "Laporannya." "Lengkap?" "Tidak, garis besarnya saja."
"Enam jenazah. Tiga perempuan. Tiga pria. Semua ditemukan di kamar gas penampungan hewan. Kematian disebabkan oleh gas beracun dan kehabisan udara. Terutama karena karbon monoksida." "Dan kehabisan udara? Sebagai penyebab terpisah yang mengakibatkan kematian?" "Well, sedikit susah untuk dijelaskan." "Kenapa?" "Saat gas mulai mengalir keluar, mereka semua sudah hampir mati karena sesak napas." "Apa maksudmu?" "Nanti kujelaskan." "Baiklah. Ada bekas-bekas luka pada jenazah?" "Luka tusukan di belakang punggung. Lecet dan memar. Mungkin karena diseret ke dalam kamar gas. Setahuku si pembunuh-maaf, tersangka pembunuh bertubuh kecil, bukan?" "Iya. Dia kecil mungil." "Well, kalau begitu dia kuat juga untuk ukuran orang bertubuh mungil." "Hasil pemeriksaan toksikologi?" "Senyawa-senyawa yang umum ditemukan seperti asetaminofen, ibuprofen, antibiotik, residu tetrahidrokarbon dalam tubuh pengisap ganja, kadar rendah alkohol dalam darah. Namun...." "Ya?" "Darah keenam korban mengandung pancuronium bromida dalam kadar tinggi." "Pavulon?" "Ya." "Dia melumpuhkan mereka agar bisa membawa mereka ke kamar gas." "Tampaknya begitu." "Ya, Tuhan Yesus." "Dan mereka masih sadar pada saat itu. Ingat kuliah farmakologi di sekolah kedokteran, Bex? Pavulon: nama dagang dari relaksan otot pancuronium bromida. Pavulon menyebabkan paralisis total namun tanpa memengaruhi kesadaran ."
"Ya, betul. Ya, Tuhan Yesus. Jadi, mereka semua sesak napas dan hampir mati bahkan sebelum dia menyeret mereka ke kamar gas. Ya, Tuhan Yesus." "Tadi kau sudah memanggil nama-Nya, Bex, dan tampaknya Dia tak akan datang." "Di mana tempat penyuntikannya?" "Di belakang leher?" "Dia menyelinap diam-diam di belakang mereka." "Sepertinya begitu." "Ada yang lain?" "Iya, tapi aku rasa tak ada hubungannya dengan kasus ini." "Katakan saja." "Salah satu pria positif HIV, tapi tampaknya dia tidak tahu." "Dari mana kautahu?" "Tidak ada obat anti-virus dalam darahnya." "Dia mungkin saja tahu tapi tak melakukan apa-apa untuk menanganinya...." "Mungkin saja. Tapi, sekarang percuma saja. Meskipun aku harus menggunakan pelindung bahaya biologi saat memeriksanya. Begitu juga dengan si pembalsem." "Bolehkah aku melihat jenazah mereka?" "Tentu. Ikuti aku."
9 Dane Lyman, AM Live Jaksa Wilayah Brawley Loren
"Selamat datang kembali di acara AM Live. Saya berada bersama Jaksa Wilayah Brawley Loren, penuntut utama dalam kasus pembunuhan di Penampungan Hewan Waterbridge yang terkenal. Selamat pagi, Jaksa Wilayah Loren." "Selamat pagi, Dane. Senang ada di sini." "Jadi, Jaksa Wilayah Loren, apa yang bisa Anda ceritakan kepada kami tentang Tory Troy dan kasus penampungan hewan?" "Well, seperti yang Anda tahu, saya tidak bisa mengungkapkan perincian penyelidikan yang sedang berlangsung, tapi saya bisa memberitahu Anda bahwa tuntutan atas Nona Troy akan berlanjut seperti sudah direncanakan dan kami yakin akan jatuhnya putusan yang layak."
"Benarkah bahwa dia sedang menjalani pemeriksaan mental?" "Ya, benar. Informasi itu sudah dimuat di koran-koran." "Apa yang bisa Anda ungkapkan tentang hal itu kepada kami?" "Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh seorang psikiater bernama Baka ... Baraku Bexley, tapi hanya itu yang saya tahu." "Apa tujuan spesifik pemeriksaan tersebut, Penasihat?" "Dr.Bexley telah ditugasi untuk menentukan apakah Nona Troy mampu untuk menjalani persidangan." "Apa pendapat Anda? Apakah ada peluang dia tidak perlu menjalani persidangan?" "Ada kemungkinan Dr. Bexley menyatakannya tidak mampu secara mental untuk menghadapi persidangan. Jika hal itu terjadi, saya akan mendatangi hakim dan meminta pemeriksaan ulang. Ini yang bisa saya beritahukan kepada Anda, Dane. Jika saya yang menentukan, gadis ini akan dibawa ke hadapan juri." "Ngomong-ngomong soal Nona Troy, apa yang bisa Anda beritahukan kepada kami tentang dia?" "Dia lajang, 28 tahun, tinggal dengan ibunya. Dia telah bekerja di penampungan selama sekitar setahun saat kejahatan itu terjadi." "Bisakah Anda ceritakan tentang kejahatan yang dituduhkan kepadanya?" "Dia dituduh membunuh enam rekan kerjanya dengan cara menyekap mereka sampai mati dalam kamar gas yang digunakan penampungan hewan untuk meng-euthanasia hewan-hewan yang tak diinginkan." "Mengerikan, ya?" "Ya, memang. Dan itulah sebabnya kami bekerja sungguh-sungguh agar dia dihukum."
"Well, dia belum didakwa, Penasihat. Dia baru menjadi tersangka, bukan begitu?" "Ya, tentu saja." "Waktu kita hampir habis, tapi sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Anda atas informasi Anda tentang kasus mengerikan ini." "Sama-sama. Terima kasih sudah mengundang saya." "Saat kami kembali, Kathy akan bersama dengan Chef Lorenzo di dapur. Kami akan segera kembali."
10 Tory Troy Dr. Baraku Bexley
"Bisakah kita membicarakan rekan kerjamu lagi? Apa kau merasa bisa bercerita tentang mereka sekarang?"
"Saya baik-baik saja." "Bagus. Mari kita bicara tentang Philip." "Philip bekerja di front-office." "Teruskan." "Dia mengurus pembukuan." "Maksudnya?" "Dia mengurus berkas-berkas dan menyimpan catatan." "Dia orang yang seperti apa?" "Sangat religius." "Bagaimana?" "Dia menghadiri misa setiap pagi." "Benarkah? Setiap pagi?" "Ya. St. Rose." "Bagaimanakah spiritualitasnya memengaruhi perasaanmu?" "Saya tidak bilang bahwa dia spiritual, saya bilang dia religius." "Apa bedanya?" "Orang-orang yang spiritual selalu berusaha melakukan hal yang benar. Orangorang yang religius sifatnya munafik." "Apa yang membuatmu berkata seperti itu?" "Karena orang-orang berpandangan paling picik, berjiwa jahat, rasis, homofobia, seksis, misoginis, dan kejam yang saya kenal semuanya rajin pergi ke gereja." "Tidakkah kau terlalu menyamaratakan mereka, Tory?" "Tidak juga. Saya kenal seseorang yang tak pernah melewatkan Misa Minggu tapi tidak bisa memikirkan yang lain kecuali lelucon 'negro'-maaf, Dok-atau membeli barang curian, atau menggelapkan pajak. Atau memukuli istri mereka. Atau melecehkan putri mereka. Mereka pikir dengan pergi ke gereja mereka bisa melakukan apa pun tanpa dihukum." "Apa yang membuatmu mengambil kesimpulan seperti itu tentang Philip?" "Suatu hari, Jake menyuruh kami ke Home Depot untuk membeli selotip dan barangbarang lain. Ketika kami membayar, Philip memberi kasir uang dua puluh dolar, tapi gadis itu memberinya kembalian untuk pembayaran sejumlah lima puluh dolar. Dan Philip langsung menyadarinya. Tapi, dia mengantongi uang itu dan keluar dari toko. Ketika kami berada di mobil, dia berkata, 'Aku baru memperoleh tiga puluh dolar dengan mudah'. Dia bahkan tidak malu sama sekali."
"Apa yang kau katakan saat itu?" "Saya bertanya kepadanya apakah dia tahu bahwa si kasir harus mengganti uang itu dan kantongnya sendiri. Ketika dia berkata, 'Lalu?'
saya tahu bahwa dia bukan orang baik. Saya menjaga jarak dengan Pastor Phil sejak hari itu." "Apakah Anda mengatakan apa-apa kepada Jake?" "Tidak, tapi saya kembali ke Home Depot malam itu sehabis kerja dan memberikan uang tiga puluh dolar kepada manajernya dari uang saya sendiri." "Apakah kau menganggap dirimu spiritual?" "Saya rasa begitu." "Apa kau beragama?" "Saya tidak pergi ke gereja, kalau itu yang Anda maksud." "Apakah kau terikat pada aturan-aturan moral?" "Ya." "Apakah aturan moralmu mengizinkan pembunuhan?" "Saya bisa melihat arah pertanyaan Anda, Dok." "Dan ke manakah arahnya?" "Apa yang ingin Anda bicarakan selanjutnya?" "Baiklah. Mari kita berlanjut ke Teresa." "Payah." "Maksudnya?" "Babi." "Apa dia gendut?" "Bukan, bukan gendut seperti babi. Dia perempuan jalang." "Bagaimana?" "Dr. Bexley. Apa saya perlu menjelaskan kepada Anda arti jalang?" "Silakan hibur saya." "Well, dia sering sekali berkencan dan dia berhubungan seks dengan setiap pria yang berkencan dengannya. Setiap pria. Malah, saya pikir dia punya reputasi sebagai perempuan gampangan karena dia mendapat telepon dan semua pria yang pernah bertemu dengannya, mengajaknya keluar. Mereka meneleponnya di penampungan hewan. Mudah diduga bahwa para pria yang berhubungan seks dengannya memberi tahu teman-teman mereka tentang dia. Dan dia tak pernah bilang tidak."
"Dari mana kautahu bahwa dia berhubungan seks dengan semua teman kencannya?" "Dia memberi tahu saya. Dan dia juga melakukan semuanya. Dia sepertinya bangga karena bisa melakukan hal-hal seperti seks oral atau berhubungan dengan dua pria sekaligus dalam satu waktu. Seperti yang saya katakan-jalang." "Bagaimana hubunganmu dengan Teresa?"
"Kami baik-baik saja. Dia bicara dan saya mendengarkan." "Apakah dia pernah berusaha membuat hubungan kalian menjadi seksual?" "Saya pikir dia biseksual. Beberapa kali dia main mata dengan saya. Dan sekali waktu dia berganti baju di depan saya dan dia menghabiskan waktu lebih daripada yang dibutuhkan dalam keadaan tanpa baju atasan." "Apakah kau pernah menanggapinya?" "Tidak, saya tidak tertarik. Saya normal." "Apakah kauingat kapan kau menyuntik Teresa?" " Ya. Dia yang kedua." "Bisakah kau ceritakan kepada saya apa yang terjadi?" "Dia kebetulan sedang duduk sendiri di meja penerima tamu dalam posisi membelakangi saya ketika saya masuk ke ruangan sambil membawa tabung suntik. Setelah menyuntik Jake, Teresa menjadi yang berikutnya karena dialah orang pertama yang saya temui. Bisa saja orang yang kedua adalah Marcy, atau Philip, atau bahkan Renaldo. Tujuan saya adalah melumpuhkan mereka secepat mungkin." "Apakah kau mengatakan sesuatu kepada Teresa sebelum kau menyuntiknya dengan zat penyebab paralisis?" "Tidak. Saya hanya berjalan pelan-pelan di belakangnya dan menusuknya." "Kemudian apa yang terjadi?" "Kepalanya terdongak ke atas dan dia duduk tegak di kursinya. Kemudian, dia jatuh ke lantai dan terbaring di sana sambil memandangi saya." "Kemudian, apa yang kau lakukan?" "Saya pergi mencari Marcy." "Di mana kau menemukannya?" "Di kamar mandi." "Apakah kaumasuk ke dalam?" "Ya. Di kamar mandi ada satu bilik dan satu urinal. Marcy sedang berdiri di depan cermin, jadi saya bilang halo dan bertingkah seakan-akan hendak masuk ke dalam bilik. Dia bilang hai dan terus memoles lipstiknya. Saat saya melewatinya, saya mendekatinya dan menusuknya di belakang leher dengan tabung suntik. Dia jatuh ke bawah hampir seketika."
"Apa yang kau lakukan setelah melumpuhkan Marcy?" "Saya pergi mencari Renaldo." "Dan di mana kau menemukannya?" "Di luar, di beranda belakang." "Apa yang dilakukannya di sana?" "Mengisap ganja."
"Dia mengisap ganja pada jam kerja?" "Oh, iya." "Kemudian, apa yang terjadi?" "Saya bertanya apakah dia bisa masuk ke dalam dan membantu memindahkan kotak berat berisi perlengkapan. Dia bilang tentu, kemudian berdiri. Ketika dia menuju pintu belakang dan berada tepat di depan saya, saya tusuk dia di belakang leher." "Laporan otopsi Renaldo menunjukkan bahwa ada memar besar di dahinya." "Iya, setelah saya menusuknya, dia jatuh ke depan dan kepalanya terbentur rel baja besar di pintu." "Kemudian, apa yang kau lakukan?" "Saya menyeretnya ke dalam." "Jadi, kau sudah membuat Jake, Teresa, Marcy, dan Renaldo tak dapat bergerak." "Yap." "Bagaimana dengan Ann?" "Keberuntungan. Ann sebetulnya libur hari itu, tapi dia mampir untuk mengambil gajinya tepat setelah saya menyeret semuanya ke ruang gas. Dia gampang diatasi. Dia datang ke belakang untuk mencari seseorang karena front-office kosong. Dia berseru, 'Halo? Halo?' dan yang harus saya lakukan hanyalah bersembunyi di balik pintu dan kemudian menusuknya saat dia lewat." "Kau tidak banyak bercerita tentang Ann." "Tidak banyak yang bisa diceritakan. Dia menikah, punya tiga anak, dan pekerja paruh waktu di penampungan. Kalau tidak salah suaminya seorang arsitek, atau mungkin guru, atau yang semacamnya." "Ada perbedaan besar antara kedua profesi itu." "Saya tahu, tapi saya tidak pernah benar-benar memerhatikan saat dia bercerita tentang ke luarganya. Mungkin saudara laki-lakinya yang arsitek, setelah saya ingat-ingat lagi." "Jadi, kau membereskan Ann dan menyeretnya ke dalam kamar gas?" "Ya."
"Yang tertinggal cuma ... Philip?" "Iya. Bapa Phil." "Ceritakan kepadaku apa yang terjadi pada Philip." "Ketika saya sedang melumpuhkan yang lain, Phil berada di ruang bawah tanah. Penampungan hewan adalah rumah tua. Pemerintah kota menyewanya murah dari si pemilik dan kemudian membayar untuk mengubahnya menjadi penampungan. Rumah itu punya ruang bawah tanah. Kami menyimpan perlengkapan dan kotak berisi berkas-berkas di sana."
"Apa yang dilakukan Philip di ruang bawah tanah?" "Entahlah. Dia mungkin sedang memuaskan diri sendiri. Meskipun bagi Phil, hal seperti itu adalah dosa besar sehingga sepenuhnya menyatakan absen. Jadi, mungkin saja dia di sana untuk membuat inventaris perlengkapan atau mencari sesuatu di catatan. Atau bersantai-santai." "Teruskan." "Saya menunggunya naik. Rancangan rumah itu adalah pintu ruang bawah tanah menuju ke front offtce. Saya berdiri di sisi pintu dan menunggu sampai dia masuk ruangan dan lalu-pop." "Apa yang terjadi setelah kau menusuknya dengan tabung suntik?" "Dia langsung kaku, seakan-akan ada batang baja yang ditusukkan ke tulang belakangnya. Lalu, dia menjatuhkan berkas-berkas yang dibawanya dan tergeletak di lantai." "Apakah kau meletakkannya di kamar gas seperti yang lain?" "Ya." "Bisakah kau memberitahu saya tentang apa yang kau pikirkan, atau bagaimana perasaanmu, ketika kau melihat keenam rekan kerjamu dalam kamar gas, lumpuh dan mati pelan-pelan?" "Saya tidak merasakan apa pun, Dok. Saya hanya ingin cepat-cepat menyelesaikannya." "Apakah kau merasa enggan atau ragu-ragu tentang pelaksanaan rencanamu?" "Nggak. Tidak sedikit pun. Dan, saya yakin ini pasti masuk catatan Anda dan akan digarisbawahi, bukan?" "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu, Tory?" "Tak ada penyesalan. Berarti saya gila, kan? Hanya seseorang yang benar-benar tak waraslah yang bisa merencanakan enam pembunuhan secara rasional tanpa raguragu, kan?" "Tidak mesti begitu. Kau mungkin menunjukkan rasa acuh. Kau bisa saja berbohong kepadaku." "Saya rasa itu benar. Dan, jika Anda menganggap saya kompeten, dan kemudian juri
menganggap saya tak waras, saya lolos dan tuduhan pembunuhan, bukan begitu?" "Katakan sejujurnya, Tory. Apakah kau punya kegelisahan mengenai yang akan kau lakukan setelah itu? Apa pun?" "Seperti saya bilang, Dok. Saya tidak terganggu sama sekali. Satu-satunya yang saya inginkan adalah menyelesaikannya."
11 Dr. Baraku Bexley Hakim Gerard Becker
"Selamat pagi, Yang Mulia." "Selamat pagi, Dr. Bexley. Masuklah. Silakan duduk." "Terima kasih." "Bagaimana keluarga Anda?" "Mereka sehat-sehat saja, Pak Hakim, terima kasih sudah bertanya." "Saya selalu menyukai istri Anda. Halle salah satu asisten hakim terbaik yang pernah bekerja untuk saya. Bagaimana kabarnya sekarang?" "Dia membuka praktik di Madison. Hukum Keluarga. Dia beralih dari Hukum Korporasi beberapa tahun lalu." "Bagus untuknya. Sampaikan salamku untuknya, ya?" "Saya akan sampaikan, Sir, dan terima kasih." "Jadi. Tory Troy. Pembunuhan di Penampungan Hewan Waterbridge." "Ya, Sir." "Kau sudah sampai di mana dengannya?" "Sudah ada perkembangan dengan wawancara evaluasinya, Pak Hakim." "Ada yang bisa kaubagi denganku saat ini?" "Saya bisa memberi tahu Anda bahwa saya semakin dekat untuk menentukan kompetensinya, Sir. Kita masih perlu mengorek lebih jauh ke dalam hal-hal tertentu, dan saya akan memberinya beberapa tes, tapi sejauh ini saya belum melihat bukti yang meyakinkan bahwa dia tidak mampu menghadapi persidangan dan berpartisipasi dalam pembelaan dirinya." "Dia terbuka kepadamu?" "Sangat. Sesekali saya membuatnya sebal dan dia tutup mulut, tapi dia biasanya membuka diri untuk menceritakan topik pemicunya di sesi berikutnya." "Loren sedikit meribut-ributkan kasus ini." "Ah, Brawley. Apa Anda melihatnya di AM Live minggu lalu bersama Dane Lyman?"
"Ya, dan kau tidak akan menyaksikan Brawley Loren di TV lagi." "Anda mengeluarkan perintah untuk tutup mulut?" "Betul sekali." "Saya pikir itulah yang terbaik. Dia tak seharusnya berada di luar sana untuk mengarahkan opini publik dan mencemari juri yang akan dipilih." "Aku juga berpikir seperti itu."
"Ada yang lain, Pak Hakim?" "Off the record, Bex. Apa dia gila waktu melakukannya?" "Saya pikir tidak, Pak Hakim. Dan, menurut saya, dia juga tidak gila sekarang. Motifnya memang sedikit sinting, tapi dia masih jauh dari dinyatakan tak kompeten untuk menghadapi persidangan." "Well, akan kutinggalkan soal itu di tangan yang tepat. Saya tidak mencarimu untuk bicara tentang kasus ini lagi sampai kau mengeluarkan laporan kompetensi dan kita bertemu lagi di pengadilan, entah untuk menetapkan tanggal persidangan atau melembagakan Nona Troy." "Oke, Pak Hakim. Saya akan mengabari kantor Anda mengenai perkembangan saya." "Terima kasih, Bex." "Sama-sama, Pak Hakim. Salam saya untuk Cynthia."
12 Dr. Baraku Bexley Nyonya Viviana Troy
"Senang bertemu Anda lagi, Nyonya Troy." "Halo, Dokter. Saya juga senang bertemu Anda. Bagaimana Tory?" "Dia sebaik yang diharapkan. Dia menangani semuanya dengan baik di rumah sakit meskipun berat badannya turun sedikit." "Oh. Apa dia tidak cukup makan? Apa mereka tidak memberinya makan? Apa saya harus mengiriminya makanan?" "Oh, tidak perlu. Sistem penyediaan makanan di institusi mirip seperti di militer, Nyonya Troy. Moto mereka adalah ambil semua yang kausuka, tapi makan semua yang kauambil. Mereka tidak mengizinkan membuang-buang makanan. Jadi, banyak makanan yang tersedia untuk Tory. Saya pikir dia hanya sedang tidak berselera makan akhir akhir ini, yang sangat bisa dimengerti." "Saya rasa begitu." "Apakah tidak apa-apa jika kita bicara lagi?" "Tentang Tory?" "Ya, Ma'am." "Baiklah."
"Sebelum kita mulai, apakah Anda ingin menanyakan sesuatu kepada saya? Apakah ada yang bisa saya bantu?" "Apakah dia melakukannya, Dokter?" "Ya, Ma'am. Sayangnya, dia telah mengakui pembunuhan yang dilakukannya dan bahkan telah memerinci bagaimana dia melakukannya." "Mungkinkah dia berbohong kepada Anda?" "Ya, mungkin saja. Tapi, dia memberikan informasi tak terbantahkan yang hanya diketahui oleh sang pembunuh." "Lalu kenapa dia tidak dipenjara ... atau dihukum mati?" "Karena masih jauh untuk membuat keputusan akhir mengenai kasusnya. Pertamatama, kami harus menentukan apakah dia mampu secara mental untuk menghadapi persidangan. Jika saya memutuskan bahwa dia mampu, dia akan pergi ke persidangan dan saya yakin pengacaranya akan mengajukan pembelaan tidak bersalah dengan alasan tidak waras. Dan kemudian, terserah juri untuk memutuskan apakah dia waras atau tidak saat melakukan kejahatan." "Kami tidak mampu membayar pengacara." "Ya, saya tahu. Pengadilan akan menunjuk seorang pengacara bagi Tory segera setelah tuntutannya diajukan. Carolyn Payne. Dia cukup bagus. Jika kasus ini sampai ke persidangan, Tory akan ada di tangan yang tepat."
"Saya hanya bertemu dengannya beberapa menit. Apakah saya bisa bicara lagi dengannya suatu saat?" "Tentu saja. Saya yakin Nona Payne akan menghubungi Anda untuk mengatur serangkaian pembicaraan." "Apakah ada yang bisa saya lakukan saat ini?" "Sayangnya tidak, Nyonya Troy. Putri Anda sedang di tengah-tengah proses dan harus menjalaninya. Yang bisa Anda lakukan hanyalah menunggu dan mencoba untuk tidak khawatir." "Bisakah saya menanyakan satu hal lagi kepada Anda?" "Tentu saja." "Apakah Tory melakukan itu karena saya tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang perbuatan ayahnya kepadanya?" "Tidak ada cara pasti untuk mengetahuinya, Nyonya Troy. Tapi, jangan salahkan diri Anda atas apa yang terjadi. Tory sudah dewasa dan dia membuat keputusan untuk melakukan sesuatu atas pertimbangannya sendiri." "Ya, saya tahu. Saya hanya penasaran akan apa yang mungkin terjadi bila saya melaporkan suami saya ke polisi dan menghentikan perbuatannya." "Anda mustahil tahu, Nyonya Troy. Suami Anda mungkin saja meledak dan membunuh Anda berdua. Anda harus menghibur diri karena tahu bahwa keputusan Anda saat itu adalah yang Anda pikir paling baik. Tak ada gunanya berandai-andai. Saya kenal banyak perempuan yang mengalami situasi traumatis yang sama dan bereaksi sama dengan Anda. Ya?" "Ya, saya rasa."
"Bagus. Bisakah kita kembali kepada pertanyaan saya?" "Ya, saya minta maaf karena sudah menghabiskan waktu untuk hal ini." "Tidak sama sekali. Saya senang dapat menenangkan pikiran Anda sebisa mungkin." "Terima kasih." "Bisakah kita membicarakan tentang masa SMA Tory?" "Baiklah. Dia sangat populer selama SMA. Dia punya sangat banyak teman ..."
13 Tory Troy Dr. Baraku Bexley
"Sebelum kita mulai, adakah yang ingin kau katakan kepada saya Tory?" "Ya. Saya tidak suka Anda bicara kepada ibu saya tentang semua ini." "Tak terelakkan. Selanjutnya." "Kenapa tidak?" "Tory, saya akan bicara dengan ibumu jika saya rasa perlu, juga dengan siapa saja dan semua orang dalam hidupmu yang bisa membantu saya lebih memahami dirimu. Tidak ada apa pun yang kau lakukan atau katakan yang bisa mengubahnya, dan saya sarankan kau melupakannya dan pikiranmu." "Apa yang terjadi dengan penampungan hewan?" "Ditutup. Sejak hari pembunuhan." "Selamanya?" "Mungkin tidak. Saya pikir suatu saat nanti akan dibuka kembali." "Bagaimana dengan para hewan?" "Semua hewan yang ada di penampungan saat para staf dibunuh sudah di-euthanasta. Semua hewan baru yang diantarkan ke tempat itu disarankan untuk dibawa ke penampungan Easton." "Orang-orang tidak akan kembali ke mobil dan mengemudi ke Easton. Mereka akan meninggalkan hewan di beranda penampungan." "Ya. Itulah yang terjadi. Tapi, setiap sore mobil van dari penampungan Easton datang dan mengangkut hewan yang ditelantarkan di sana. Ada yang lain?" "Apakah ada di antara mereka ... apa ..." "Ya?" "Apakah ada di antara rekan kerja saya yang sudah dimakamkan?" "Dua. Marcy dan Ann. Yang lainnya minggu depan."
"Saya rasa saya tak mungkin punya kesempatan untuk keluar dan menghadiri satu pun di antaranya ya?" "Jika kita asumsikan bahwa hakim mau memberimu dispensasi untuk jalan-jalan keluar dan sini, apakah kaupikir kau akan diterima di pemakaman orang-orang yang kaubunuh?" "Mungkin tidak." "Apa kau tulus ingin datang ke pemakaman mereka? Jelaskan pemikiranmu kepada saya." "Oh, saya tak tahu. Hanya saja sepertinya tak sopan jika saya tidak hadir. Biar bagaimanapun, saya bekerja bersama mereka."
"Tory, apakah kau menyadari betapa tidak rasionalnya komentarmu kedengarannya? Kau menunjukkan ketakterhubungan antara realitas yang terjadi dan persepsimu atas kejadian itu." "Mungkin saya memang gila ya, Dok?" "Mari kita lanjut, ya?" "Langsung saja." "Terakhir kali kita bicara, kau mengekspresikan keinginanmu untuk menyelesaikan pembunuhan itu secepat mungkin." "Ya." "Bisakah kau ceritakan apa yang terjadi setelah kau berhasil melumpuhkan semua rekan kerjamu dengan pavulon? Menurut catatan saya, kau menyeret mereka semua ke kamar gas." "Betul." "Apakah mereka semua sadar?" "Well, mata mereka terbuka, tapi sebenarnya mereka seperti sedang tertidur." "Setelah kau membawa mereka semua ke ruangan itu, apa yang kau lakukan?" "Saya keluar dari ruangan, menutup pintu, dan menyelotnya." "Lalu?" "Dan saya berbuat sama seperti apa yang saya katakan kepada Anda tentang yang saya lakukan kepada hewan-hewan." "Bisakah kau menghiburku dan menceritakannya sekali lagi?" "Tidak. Periksa catatan Anda." "Kau tidak menunjukkan kerja sama." "Berat." "Oke. Mari kita lanjutkan. Setelah timer berhenti dan kautahu mereka semua mati, apa yang kau lakukan selanjutnya?" "Saya membuka pintu."
"Dan?" "Saya berdiri memandangi mereka sebentar. Begitulah akhirnya saya tertangkap basah." "Ya, bisakah kau ceritakan tentang penangkapanmu?" "Well, sepertinya saya tidak bisa mengukur waktu. Tepat saat saya membuka pintu dan melihat keenam mayat itu di lantai, Tommy masuk." "Bagaimana dia masuk?" "Dia punya kunci penampungan. Dia datang untuk mengambil pemutar CD-nya. Sial, ya?" "Kau sudah mengunci pintu-pintu?" "Iya." "Lalu, apa yang terjadi?" "Seingat saya, dia bilang, 'Berengsek!' atau yang semacamnya. Saya berbalik dan melihat dia berdiri di sana, memandangi mayat mereka. Dia kemudian memandangi saya dan wajahnya seputih kemeja Anda. Sebelum saya bisa melakukan apa pun, dia lari ke depan. Saya melihatnya mencari-cari telepon genggamnya. Dalam beberapa menit, tempat itu dikepung oleh polisi." "Apa yang kau lakukan?" "Tak ada. Mereka menerjang masuk, saya lakukan yang mereka perintahkan, dan di sinilah kita." "Apakah kau mencoba kabur?" "Buat apa?" "Banyak orang akan secara refleks mencoba untuk melarikan diri." "Anda pernah nonton The West Wing, Dok?" "Sebenarnya, ya. Itu salah satu dari sedikit program TV yang saya tonton." "Ada episode di musim pertama tentang perempuan gila yang melompati pagar Gedung Putih dan segera diamankan oleh Agen Rahasia." "Ya?" "Well, setelah itu, salah satu agen mengatakan sesuatu seperti, 'Kalau mereka melompati pagar, mereka dikirim ke penjara. Bagaimana mereka bertingkah laku saat kita menangkap mereka akan menentukan lamanya waktu tahanan mereka.'" "Intinya?" "Saya menjawab pertanyaan Anda tentang kenapa saya tidak mencoba melarikan diri. Ketika polisi membidikkan senjata kepadamu dan menyuruhmu untuk jangan bergerak, kau mematuhinya. Tanpa melawan. Mamaku nggak membesarkan anak bodoh, Dokter Bexley." "Tepuk tangan untuk Viviana Troy."
"Tul." "Apa yang kau pikirkan saat kau ditangkap?" "Apa maksud Anda?" "Apakah kau memikirkan tentang .... bagaimana kondisi pikiranmu?" "Saya tidak takut, kalau itu yang Anda tanyakan." "Bukan itu yang saya tanyakan, tapi apa yang langsung terpikir olehmu?" "Apa maksud Anda?" "Ketika saya menanyaimu tentang kondisi pikiranmu, apa hal pertama yang kau pikirkan untuk dibantah adalah rasa takut." "Terus? Apa maksudnya?" "Kau bicara tentang ketiadaan rasa takut dan bukannya keberadaan rasa bersalah, atau menyesal, atau kesedihan." "Ya."
"Apakah kau tidak merasa kehilangan? Mereka ini adalah orang-orang yang telah bekerja bersamamu beberapa lama. Kau mengenal mereka. Apakah kau menganggap salah satu di antara mereka sebagai temanmu?" "Ya ... tidak ... saya rasa ... saya tidak tahu." "Dan kau mengeksekusi mereka, dan kemudian tidak merasakan sedikit pun penyesalan atas kematian mereka. Di tanganmu." "Ya." "Bisakah kau menjelaskannya kepada saya?" "Menjelaskannya?" "Ya. Ceritakan kenapa kaupikir dirimu amat tak terpengaruh secara emosional setelah membunuh orang-orang ini." "Saya tidak tahu." "Apakah kau yakin?" "Apa yang Anda maksud dengan 'Apakah kau yakin'? Anda pikir saya membohongi Anda?" "Bukan, bukan berbohong. Tapi, saya pikir kau tidak sepenuhnya terbuka kepada saya." "Well, saya terbuka." "Tory, tolong dengarkan baik-baik. Kau harus jujur kepada saya. Kalau kau berkelit atau berbohong, saya tidak bisa membantumu." "Oh, Anda di sini untuk membantu saya?" "Kira-kira begitu."
"Bagaimana?" "Dengan cara menyingkap kebenaran tentang keadaan mentalmu. Penemuan saya akan menentukan masa depanmu, Tory. Apa pun yang terjadi, penentuan nasibmu harus didasarkan atas kebenaran." "Kebenaran akan membebaskanmu." "Begitulah katanya." "Saya mengerti." "Jadi, bisakah kau ceritakan sedikit lebih banyak lagi tentang bagaimana perasaanmu setelah kau mengeksekusi rekan-rekanmu dan saat kau ditangkap?" "Seperti kata saya, Dok. Saya tidak takut.Begitu saja. Itu saja yang saya ingat tentang perasaan saya saat mereka memborgol saya." "Well, kalau begitu, mari kita lanjutkan." "Saya setuju saja. Tapi, ada satu hal, Dok." "Ya?" "Saya tidak ingin Anda membicarakan tentang semua ini kepada ibu saya."
14 Pengacara Pembela Carolyn Payne Seneca Stone
"Terima kasih sudah menerima telepon saya dan setuju untuk menemui saya, Miss Payne." "Sama-sama, tapi saya harus memberi tahu Anda bahwa saya tidak bisa membahas kasus ini maupun Nona Troy dengan Anda." "Saya mengerti. Tapi, Anda boleh mendengarkan, kan?" "Ya, saya boleh mendengarkan." "Teresa adalah kekasih saya. Dia rekan saya. Dia adalah dunia saya." "Saya turut berduka atas kehilangan Anda. Saya tidak tahu bahwa Teresa punya teman hidup." "Selama empat tahun. Hampir lima tahun." "Begitu." "Saya tahu apa yang Anda pikirkan." "Maaf?" "Saya bertaruh Tory mengatakan kepada Anda bahwa Teresa seorang jalang, benar kan?" "Saya sudah memberi tahu Anda, Nona Stone, saya tidak bisa menceritakan tentang
kasus tersebut maupun percakapan saya dengan Nona Troy kepada Anda." "Well, dia bukan seperti itu." "Apa yang ingin Anda katakan kepada saya, Nona Stone?" "Kalau perempuan sialan itu tidak disuntik mati, saya sendirilah yang akan membunuhnya." "Anda seharusnya tidak mengatakan hal seperti itu kepada saya, Nona Stone. Saya ini petugas pengadilan." "Saya tidak peduli." "Jika saya melaporkan hal ini, Anda akan terlibat dalam masalah pelik." "Ya, Well, Anda harus melaporkannya dulu kan?" "Dan apa yang membuat Anda yakin bahwa saya tidak akan melakukannya?" "Saya sama sekali tidak peduli apakah Anda akan melakukannya atau tidak, perempuan sialan itu bakal mampus, bagaimanapun." "Oke, Nona Stone, sudah cukup. Pertemuan ini selesai. Saya akan menganggap ancaman Anda terhadap Nona Troy sebagai letupan emosi tanpa niat sungguhsungguh. Tapi, ini yang bisa saya beritahukan kepada Anda. Jika Nona Troy dinyatakan mampu untuk menghadapi persidangan, dan dia dihadapkan ke persidangan, dan dia kemudian dilembagakan, dan setelah itu dia ditemukan mati di tempat tidur, nama Anda akan segera dilaporkan ke polisi. Anda mengerti?"
"perempuan sialan itu memang berengsek." "Selamat siang, Nona Stone."
15 Tory Troy Dr. Baraku Bexley
"Kita perlu bicara tentang euthanasia, Tory." "Ada apa tentang itu?" "Kita perlu membicarakan apa itu, dan bagaimana perasaanmu tentangnya." "Kenapa?" "Karena saya bilang begitu. Tolong, Tory, hibur saya sekali ini saja dan ikuti saja?" "Wah, Dokter Bexley-celah dalam argumen profesional Anda? Secercah rasa tidak aman?" "Sama sekali tidak. Saya hanya sedikit lelah hari ini, Tory."
"Oh, oke kalau begitu. Apa yang ingin Anda ketahui?" "Saya ingin kau bercerita kepada saya tentang sesi euthanasia yang kau jalankan. Sebanyak yang bisa kauingat." "Saya bekerja di sana lebih dan setahun, Dok. Ada banyak hari Jumat." "Ya, saya mengerti. Tapi, saya cukup tertarik dengan sesi-sesi yang bertahan dalam pikiranmu." "Semuanya bercampur menjadi satu." "Ya, seperti yang diharapkan, tapi saya yakin ada beberapa sesi bersejarah yang masih kauingat. Mari kita mulai dengan sesi hari Jumat-mu yang pertama sebagai teknisi euthanasia." "Kenapa memangnya?" "Kau pasti ingat saat pertamamu." "Anda bagaimana Dr. Bexley? Anda ingat saat pertama Anda?" "Tolong, berhentilah bermain-main dengan saya, dan saya akan berterima kasih kalau kau berhenti berbasa-basi. Saya akan mengulangnya sekali lagi: Bagi saya, apabila kau mempunyai kenangan tentang salah satu sesi tersebut, setidaknya yang pertama akan terus teringat." "Memang." "Teruskan." "Saya mulai bekerja pada hari Senin. Pada mulanya, Jake hanya menyuruh saya memberi makan hewan dan menunjukkan hewan-hewan kepada keluarga yang mencari binatang peliharaan. Pada hari Kamis, dia berkata, 'Besok mungkin sedikit sulit bagimu, Tory. Aku berharap kau akan membantuku pada sesi minggu ini. Apa kau sudah siap?' Satu hal yang dulu biasa dikatakan ibu saya ternyata benar: Katakan kepadaku bahwa kau tak yakin aku mampu melakukan sesuatu dan aku akan membuktikan bahwa kau salah. Jadi, saat Jake mulai menanyai saya apakah saya mampu menangani sesi euthanasia atau tidak, saya membulatkan tekad tepat saat itu juga bahwa saya akan melakukannya biar bagaimanapun." "Apakah kau melakukan sesuatu yang khusus untuk mempersiapkan diri?" "Tidak juga. Malam sebelumnya, saya mengisap beberapa linting ganja sekitar pukul tujuh. Saya jarang merokok sehingga sehari setelah mabuk ganja saya masih bisa merasakan efeknya. Seperti rasa tenang yang berkepanjangan." "Rasa tenang yang berkepanjangan'. Saya belum pernah mendengar siapa pun menggambarkannya seperti itu sebelumnya." "Jadi, saya pergi tidur dalam keadaan mabuk dan, saat saya sampai di tempat kerja keesokan paginya, saya masih sedikit pusing." "Kau mengatakan bahwa sesi euthanasia biasanya berlangsung pada sore hari." "Iya ... biasanya sekitar pukul tiga." "Pada pagi hari Jumat sesi pertamamu dilaksanakan, apakah kau diberi tahu mengenai apa yang akan terjadi?" "Ya. Kadang-kadang saya mampir untuk membeli kopi di Dunkin' Donuts dalam perjalanan ke tempat kerja dan saya akan membawakan sebaki penuh kopi hitam ke kantor. Kami punya bahan-bahan tambahannya supaya setiap orang
bisa menyiapkan kopi sendiri. Empat kantong Big Ones biasanya cukup. Pagi itu, saya meletakkan baki, dan bukannya menuang sedikit kopi ke mug, saya mengambil secangkir penuh kopi dua puluh ons dan pergi ke kantor Jake." "Kenapa kau segera menemuinya begitu tiba di tempat kerja?" "Saya ingin mencari tahu kalau-kalau ada hal khusus yang harus dilakukan untuk para hewan pada hari mereka akan ... Well, Anda tahu." "Kenapa kau menginginkan secangkir penuh kopi?" "Mungkin karena saya agak gugup? Mungkin karena saya ingin mengatasi efek ganja? Saya tidak tahu, saya hanya ingin minum secangkir penuh kopi pagi itu." "Oke. Jadi, Jake ada di kantornya?" "Ya. Dia sedang bekerja dengan komputernya. Saya tidak mengetuk. Saya langsung masuk dan duduk." "Apa yang dia lakukan?" "Tak ada. Dia menyelesaikan pekerjaannya dan kemudian memandang saya. Dia bahkan tidak bilang selamat pagi. Hal pertama yang keluar dan mulutnya adalah, 'Di mana kopiku?'" "Apa yang kau katakan?" "Saya bilang, 'Ada di luar, di baki bersama kopi milik yang lainnya yang kubayar dan bawakan." "Lalu?"
"Dia hanya mengangkat bahu dan berkata, 'Jadi?'" "Dia merasakan bahwa ada sesuatu dalam pikiranmu?" "Sepertinya." "Teruskan." "Saya menyeruput kopi saya dan bertanya kepadanya." "Tolong, bisakah kau lebih spesifik?" "Saya bilang, 'Apakah ada sesuatu yang perlu kulakukan untuk para hewan sebelum ... sore ini?'" "Dan apa yang dia katakan?" "Katanya, 'Misalnya apa?'" "Pertanyaanmu tidak jelas baginya." "Jelas tidak. Yang sepertinya bisa saya mengerti. Jadi, saya lalu berkata, 'Apa aku harus memberi mereka obat penenang, atau menunda pemberian makanan, atau ... kau tahu ... apa pun sebelum pelaksanaan sesi?'" "Kau merasa bahwa itu adalah pertanyaan yang logis." "Tepat. Biar bagaimanapun, orang tidak boleh makan sebelum dioperasi, kan?" "Tapi, ini bukan operasi. Ini eksekusi."
"Iya, saya tahu." "Dan, tahanan yang akan dihukum mati menyantap hidangan terakhir sebelum dibunuh." "Well, saya rasa saya tidak memikirkannya secara menyeluruh." "Jadi, apa yang dikatakan Jake?" "Dia hanya memandangi saya selama semenit dan lalu menggelengkan kepalanya. Ekspresi saya pasti membuatnya berpikir bahwa saya belum mengerti. Jadi, kemudian dia berkata, 'Tidak, tidak ada yang perlu dilakukan, Tory.'" "Bagaimana hal itu membuatmu merasa?" "Depresi." "Kenapa?" "Sepertinya semuanya sudah final saat itu." "Apakah kemudian kau bangkit dan pergi?" "Ya, tapi saat saya pergi dia berkata, 'Satu hal lagi, Tory. Mungkin lebih baik kau tidak menghabiskan terlalu banyak waktu dengan para hewan hari ini.'" "Secara tidak langsung, dia telah berusaha mempersiapkanmu." "Saya rasa begitu." "Jadi, bagaimana responsmu terhadap usulannya?" "Tak ada. Saya hanya berjalan keluar dari kantornya dan pergi mengunjungi para hewan." "Begitu." "Begitu apa?" "Kenapa kau tidak mengikuti sarannya?"
"Karena selama hewan-hewan yang saya rawat masih hidup, saya akan melakukan apa yang saya bisa untuk mereka." "Bisakah kau memberitahu saya tentang binatang binatang yang ada di penampungan minggu itu?" "Apa saya harus?" "Kalau kau tidak keberatan." "Well, saya keberatan." "Kenapa?" "Karena terlalu menyakitkan untuk membicarakan mereka." "Bisa tolong dicoba?"
"Oh, baiklah ... ada empat anjing dan lima kucing." "Teruskan." "Anjingnya jenis labrador, collie, cocker spaniel, dan terrier. Kucingnya ada yang berbulu hitam, berbulu putih ... satu anak kucing ... dua ekor lagi berbulu kelabu." "Apakah aku boleh bertanya?" "Silakan." "Apakah di antara kalian yang bekerja di penampungan ada yang memberi nama bagi para hewan?" "Ya ampun." "Tory ... apakah kau menangis?" "Bisakah kita teruskan ini nanti saja?" "Tentu saja."
16
Dr. Baraku Bexley Catatan Medis: Tory Troy
Saat meninjau ulang dokumen yang disediakan oleh dosen Menulis Kreatif Tory, Tuan Gabriel Mundane, saya menemukan puisi berjudul "Seekor Gagak, di Taman Rumah Tempatku Dibesarkan". Puisi tersebut dicetak, ulang di bawah ini. Saya percaya bahwa nada "gelap" dan tersiratnya tema tentang penyakit/bunuh diri dalam puisi tersebut mungkin memiliki makna. Puisi tersebut tidak, bertanggal dan, saat catatan ini dibuat, saya belum menanyai Nona Troy kapan dia menulisnya.
Seekor Gagak di Taman Rumah Tempatku Dibesarkan
oleh Victoria Troy
Semua bangunan
di seluruh jalan terbakar. Gunung berapi di pusat perbelanjaan ini. Komet menabrak sekolah. Pagar memuntahkan nyala. Pepohonan menikam pejalan kaki dengan dahan beracun. Air keruh. Seekor gagak di taman rumah tempatku dibesarkan.
Diagnosis.
17 Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne
"Hai, Tory. Bagaimana kabarmu? Kau kelihatan baik-baik saja." "Kau bercanda, ya?" "Kami para pengacara biasanya berkata begitu kepada klien kami yang ditahan." "Sebenarnya aku terlihat bagaimana?" "Ditahan." "Tepat sekali." "Pertemuanmu dengan Dr. Bexley sebelumnya sudah diinformasikan kepadaku, meskipun saat ini yang kutahu hanyalah jam dan waktu wawancaramu. Bagaimana wawancaranya berjalan?"
"Apa yang ingin kaudengar?" "Yang sebenarnya?" "Tidak parah kok, tapi aku kesal setiap kali dia mulai mengusik hal-hal yang tidak ingin kubicarakan." "Misalnya apa?" "Misalnya, hal-hal yang tidak ingin kubicarakan." "Tory-" "Carolyn, tolonglah. Dipsikoanalisa oleh Bexley saja sudah cukup parah. Jangan buat aku harus menjalaninya lagi denganmu." "Tory, aku perlu tahu apa yang terjadi supaya bisa bersiap-siap untuk persidanganmu atau permohonan naik banding untuk menolak pelembagaanmu." "Iya, aku tahu." "Bisakah kau menebak apa yang dipikirkan Dr. Bexley?" "Iya. Aku rasa menurutnya aku ini waras." "Benarkah?" "Yap. Malah, kalau aku senang berjudi, aku bakal pasang taruhan bahwa dia akan menyatakanku mampu untuk menghadapi persidangan." "Begitu." "Jadi, kau sebaiknya bersiap-siap melakukan apa pun yang perlu kau lakukan kalau itu terjadi." "Seberapa yakinkah dirimu bahwa tebakanmu benar?" "Sangat." "Oke. Aku akan mulai dengan memikirkan ke mana kita selanjutnya bila dia kembali dengan laporan yang menyatakan bahwa kau kompeten. Kita masih punya waktu persiapan untuk sidang, tapi aku pikir aku harus mulai mengumpulkan para saksi." "Mereka akan menyatakanku bersalah, kau tahu." "Apa yang membuatmu berkata begitu?"
"Karena aku membunuh mereka, dan Bex akan berkata bahwa aku waras, dan tak ada juri yang akan membiarkanku lolos. Apakah kau akan melakukannya, kalau kau seorang juri?" "Mari jangan berpikir terlalu jauh ke depan, Tory." "Ayolah, Carolyn. Mari bersikap realistis soal ini. Aku menantikan suntikan mati untuk masa depanku." "Jika kau benar, apakah hal ini menakutkanmu?" "Tidak juga." "Kenapa tidak?"
"Aku rasa aku memang tidak takut akan kematian."
18 Tory Troy Dr. Baraku Bexley
"Bagaimana pertemuanmu dengan pengacaramu, Tory?" "Sekumpulan lelucon." "Bagaimana perasaanmu hari ini?" "Saya merasa payah." "Kenapa? Apa kau sakit?" "Ya." "Apa kau perlu menemui dokter?" "Anda kan dokter." "Dokter umum." "Tidak." "Apa masalahnya?" "Saya sedikit mual. Dan saya sakit kepala. Mungkin karena makanan sampah di tempat ini." "Apa kauingin mengakhiri sesi hari ini supaya bisa beristirahat?" "Kenapa? Apa ada yang Anda siapkan untuk saya?" "Sebenarnya, kita telah mencapai suatu titik yang mengharuskan saya untuk melaksanakan beberapa tes psikologis padamu." "Beberapa? Berapa banyak?" "Enam." "Semuanya sekaligus?" "Tidak, tentu tidak. Kita akan menjalaninya satu per satu, dan kita bisa
melakukannya sebanyak yang kaumau jalani." "Inikah cara Anda untuk menentukan apakah saya gila?" "Kita tidak menggunakan kata gila, Tory. Saya akan menentukan apakah kau mampu atau tidak mampu untuk persidangan. Beberapa rekanku menggunakan Canadian Fitness International Test dan menjadikan hasil tes itu sebagai dasar penilaian, tapi aku lebih suka menggunakan tes evaluasi psikososial individu. Saya mungkin akan beralih ke FIT, tapi untuk saat ini saya akan mulai dengan enam tes ini." "Saya tertarik, Dr. B. Saya pikir saya akan mencoba menjalani salah satu dan melihat bagaimana jadinya. Jika terlalu melelahkan dan membuat saya merasa lebih buruk, kita akan menjadwal ulang. Sip?" "Uh, ya. Sip." "Kau memang asyik, Dok. Oke. Apa yang pertama?" "Aku seharusnya tidak memberitahumu judul tesnya, tapi mengingat kecerdasan dan daya tangkapmu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan membuat topiknya langsung menjadi jelas bagimu, jadi aku akan berjaga-jaga dan mengungkapkan subjeknya sebelum kita mulai." "Bagus. Apa yang pertama?" "Bisakah Kau Bersikap Menyerang?'" "Ya Tuhan. Anda langsung melemparkan barang bagus, eh?" "Bisa kita mulai?" "Saya rasa." "Saya akan membuat sepuluh pernyataan untuk kaurespons dengan 'jarang', 'kadangkadang', atau 'sering'. Apakah kau mengerti?" "Ya. Lempar saja." "Apakah kaumau minum atau harus ke kamar kecil sebelum kita mulai?" "Nggak. Saya siap untuk Anda." "Baiklah kalau begitu. Mari kita mulai. Nomor satu. 'Aku sering merasa kesal tanpa alasan yang jelas.'" "Jarang." "Nomor dua. 'Aku tidak bekerja cukup keras untuk mengembangkan diri.'" "Kadang-kadang." "Nomor tiga. 'Jika seseorang meneriakiku, aku balas meneriakinya." "Sering." "Nomor empat. 'Aku minum-minum secara rutin dan sering mabuk.'" "Jarang." "Nomor lima. 'Aku melakukan sesuatu berdasar kan impuls'". "Sering. Tidak, tunggu. Saya ingin mengubah jawabannya menjadi 'Kadang-kadang.'" "Baiklah. Nomor enam. 'Ketika seseorang melewati batas, aku tidak mudah
memaafkan dan melupakannya.'" "Bisakah Anda beri saya waktu?" "Gunakan waktu selama yang kau butuhkan." "Anda ingin tahu apakah saya pemaaf. Misalnya, jika seseorang menyakiti saya, benar?" "Saya tidak diizinkan untuk mendiskusikan pertanyaan, Tory. Apakah kauingin saya mengulangi pertanyaannya?" "Ya." "Nomor enam. 'Ketika seseorang melewati batas, aku tidak mudah memaafkan dan melupakannya.'" "Aku tidak memaafkan dan melupakan ......'Pertanyaannya dalam bentuk negatif. Jadi, jika saya bilang 'kadang', saya mengatakan bahwa saya kadang-kadang tidak memaafkan ... atau saya jarang tidak memaafkan ... Kalimatnya punya makna baru kalau Anda menguraikannya, Dok." "Ya, saya rasa begitu." "Saya akan jawab, 'jarang'. Saya orang yang cukup pemaaf, jadi saya jarang tidak memaafkan dan melupakan." "Oke. Nomor tujuh. 'Ketika aku marah, aku membanting atau merusak barangbarang.'" "Jarang." "Nomor delapan. 'Aku terlibat dalam aktivitas fisik atau kegiatan lain untuk "menyalurkan ketegangan".' "Kadang-kadang. Waktu stres saya biasanya berjalan di treadmill. Atau bermasturbasi." "Nomor sembilan. 'Jika seseorang menggangguku, aku segera menyuruh mereka menjauh.'" "Sering." "Dan, pernyataan terakhir. Nomor sepuluh. 'Setelah meledak marah, aku menyesal sudah kehilangan kesabaran.'" "Sering." "Sudah. Tadi tidak terlalu jelek, kan?" "Bagaimana hasil saya?" "Tory-" "Oh, ayolah, Dok. Apa ruginya?" "Begini saja. Mari selesaikan tesnya dan kemudian saya akan memberimu jumlah kasar skormu. Adil?" "Adil. Sekarang, bisakah kita cukupkan untuk hari ini? Kepala saya amat sakit sekarang." "Tentu saja. Apakah kauingin bertemu perawat?"
"Saya rasa. Meskipun dia hanya akan memberi saya tylenol. Apalah yang tidak bakal saya berikan untuk beberapa butir vicodin yang saya sembunyikan." "Sampai bertemu besok, Tory." "Adios, Dok."
19 Dr. Baraku Baxley Catatan Medis: Tory Troy
Saya melaksanakan tes psikologis "Bisakah Kau Bersikap Menyerang?" kepada Tory Troy hari ini dan dia membuat skor 19-hasil yang amat biasa-biasa saja. Protokol menyatakan bahwa klien dengan skor 10 menunjukkan tingkat kontrol rata-rata dalam menunjukkan perasaan marah. Dia mewujudkan tingkat pengendalian diri yang relatif tinggi berkaitan dengan rasa marahnya. Namun, mengingat bahwa ini adalah yang pertama dari enam tes, saya akan menunda evaluasi awal saat ini dan akan menyediakan interpretasi yang lebih terperinci dalam laporan ini kelak.
20 Tory Troy Dr. Baraku Bexley
"Saya ingin melanjutkan diskusi kita mengenai rekan kerjamu hari ini, kalau boleh." "Bagaimana dengan tes yang lain?" "Kita akan kembali ke sana nanti." "Kenapa saya harus membicarakan orang-orang yang bekerja bersama saya?" "Hibur aku, Tory. Dan, ngomong-ngomong, bagaimana keadaanmu hari ini? Baikan, mudah mudahan?" "Iya. Saya muntah semalam." "Dan apakah sekarang kau merasa lebih baik?" "Ya. Pasti ada semacam virus karena sekarang sakit kepala saya juga hilang." "Bagus sekali. Catatan saya menunjukkan bahwa kau sudah bicara tentang Philip, Marcy, dan Teresa. Mungkin kau mau memberi tahu saya tentang Renaldo? Hubungan apa yang kau miliki dengannya?"
"Saya selalu akur dengan Renaldo. Dia pria yang benar-benar manis. Dia baru beberapa tahun di negara ini. Dia menabung untuk membawa istri dan anaknya ke sini." "Dari mana dia berasal?" "Manacor." "Di mana itu?" "Kota kecil di Mallorca di perairan Spanyol. Kepulauan Balearik." "Bagaimana bahasa Inggrisnya? Apakah kau bisa berkomunikasi dengannya?" "Bahasa Inggrisnya kadang lebih baik daripada saya. Keluarganya pindah ke Mallorca saat umurnya awal dua puluhan. Jadi, dia belajar di sekolah negeri di Spanyol; bahasa Inggris adalah pelajaran wajib. Dan bukan cuma dua tahun, seperti pelajaran bahasa Spanyol dan Prancis yang diberikan kepada anak-anak di sini. Sebelum lulus, mereka harus mampu berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris tingkat SMA. Sialan. Anak-anak SMA Amerika saja ada yang tidak bisa bicara dan menulis dalam bahasa Inggris tingkat SMA." "Apa yang kalian obrolkan?" "Tidak banyak. Dia bercerita tentang keluarganya di kampung halaman. Saya bercerita tentang film dan acara TV favorit saya. Dia terkagum-kagum dengan film dan acara TV Amerika." "Apa pekerjaanya?" "Dia penjaga kebersihan. Dia menghabiskan sepanjang hari dengan mengepel, menyapu, mengosongkan ember, dan
membersihkan jendela. Dia menjaga agar tempat itu berkilau, harus saya katakan. Dia juga harus membersihkan kandang, yang mungkin merupakan pekerjaan paling kotor di antara semuanya. Tapi, dia tak pernah mengeluh. Tidak sekali pun. Dan kandang selalu tak bernoda." "Kedengarannya kau suka pada Renaldo." "Memang. Anda tahu apa yang pernah dia katakan kepada saya suatu kali? Dia memberi tahu saya bahwa dia menyisihkan setengah gajinya untuk ditabung. Setengah. Dia hidup hanya dari setengah gajinya. Jika kau mempertimbangkan pengeluarannya Anda tahu, sewa, dan kebutuhan sehari hari, belum lagi makanan itu pencapaian yang luar biasa." "Tampaknya dia bertekad untuk memboyong keluarganya kemari." "Memang. Dia juga sudah memikirkannya. Dia tahu berapa banyak biayanya, dan dia bahkan sudah menyiapkan pekerjaan di salon kuku untuk istrinya."
"Dan sekarang, tak ada satu pun yang akan terwujud." "Apakah itu sebuah pertanyaan?" "Bagaimana perasaanmu karenanya?" "Saya tidak mau membicarakannya." "Tory-" "Saya tidak mau. Saya tahu tak ada satu pun yang akan terlaksana sekarang. Apa lagi yang Anda ingin agar saya katakan sekarang?" "Saya ingin kau memberitahu saya bagaimana perasaanmu. Kau tahu bahwa kaulah alasan kenapa tak satu pun rencana Renaldo akan menjadi nyata. Bagaimana hal itu membuatmu merasa?" "Anda terus bertanya tentang itu." "Ya, memang. Dan saya akan terus bertanya sampai kau memberi tahu saya." "Oke. Saya akan memberi tahu Anda. Perasaan saya jadi kacau." "Bersalah?" "Hanya karena Renaldo terbawa dalam apa yang terjadi, dan mungkin harusnya dia tidak dibawa bersama yang lain." "Lalu, kenapa dia dibawa?" "Karena dia di sana." "Tidakkah hubunganmu dengannya berarti apa apa? Tidakkah persahabatanmu dengannya membuatmu ragu akan perbuatanmu?" "Tidak. Seperti yang saya katakan, dia di sana. Jadi, dia disertakan." "Begitu. Dan sekarang, apa yang akan kau katakan kepada istri dan anak-anaknya?" "Saya tidak akan mengatakan apa pun. Mereka mungkin tidak akan bisa kemari sekarang, kan?"
"Itu dingin sekali, Tory." "Anda pikir begitu?" "Ya. Dan kedengarannya tidak seperti dirimu. Bagi saya tampaknya kau berpurapura dan bahwa kau merasakan penyesalan atas Renaldo." "Well, Anda dokter jiwanya. Anda seharusnya lebih tahu daripada saya, saya kira." "Begitukah? Apakah saya lebih tahu daripada dirimu? Apakah saya benar?" "Hari ini saya selesai." "Tory-" "Saya serius, Dok. Hari ini saya selesai." "Baiklah. Kita akan teruskan besok dari sini."
"Tidak, kita tidak akan. Saya tidak mau bicara tentang Renaldo lagi. Berikan saya tes besok atau saya tidak akan bicara sepatah kata pun." "Ya sudah. Sampai bertemu besok." "Iya."
21 Dr. Baraku Bexley Nyonya Viviana Troy
"Halo, Dr. Bexley." "Halo, Nyonya Troy. Terima kasih sudah mau bertemu saya lagi." "Kapan saja, Dokter. Saya akan melakukan apa pun untuk membantu putri saya." "Saya lega Anda berkata begitu, Nyonya Troy, karena saya akan menanyakan sesuatu yang mungkin sulit bagi Anda." "Oh?" "Saya ingin bicara dengan ayah Tory." "Tidak. Tak masuk hitungan." "Bolehkah saya bertanya kenapa?" "Dia sudah keluar dari hidup saya selama bertahun-tahun-dan untuk alasan yang bagus. Saya tidak mau monster menjijikkan itu terlibat dengan putri saya, terutama saat ini." "Mantan suami Anda tidak akan melakukan kontak apa pun dengan Tory. Saya bisa menjanjikan itu kepada Anda. Janji saya sebagai dokter." "Lalu, kenapa Anda ingin bicara dengannya?"