7.5. G. IBU, Halmahera – Maluku Utara
G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008
KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi
: 1°29' LS dan 127°38' BT
b. Adminstrasi
: Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop. Maluku Utara.
Ketinggian
: 1340 d dml
Kota Terdekat
: Jailolo
Tipe Gunungapi
: Strato
Pos Pengamatan
: Tidak ada. Diamati secara visual dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Gamkonora di Gamsungi, Kecamatan Ibu
PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Dalam tahun 1981, Philips Kasturian dkk. mendaki dari Kampung Going. Mereka memerlukan waktu 3,5 jam untuk sampai ke puncak. Jalur ini melalui lembah sebelah utara dan berhubungan langsung dengan arah mulut kawah. Pebruari 1999 Agus Solihin dkk melakukan pendakian melalui Kampung Duono, sebelah baratdaya puncak. Jalur ini relatif lebih sulit dan lama, diperlukan waktu 5 jam untuk mencapai puncak. Pada saat
kegiatan G. Ibu meningkat disarankan agar para pendaki melalui Kampung Duono karena lebih aman.
SEJARAH LETUSAN Pertama kali Gunung Ibu diketahui meletus terjadi pada Agustus hingga September 1911. Tidak ada penjelasan jenis dan dampak letusan tersebut. Letusan berikutnya berlangsung 87 tahun kemudian, yaitu Desember 1998 yang menghasilkan sumbat lava. Berikut ini kronologi Letusan 1998-1999;
Desember 1998 18 penduduk Kampung Duono dan Going (5-6 km dari puncak) mendengar suara dentuman disusul kepulan asap dari puncak G. Ibu, yang selama ini tidak pernah mereka lihat. Dentuman terjadi secara sporadis, tetapi kepulan asap semakin hari semakin besar. 30 beberapa penduduk melaporkan hal tersebut kepada Pengamat Gunungapi di Pos PGA Gamkonora di Kampung Gamsungi, 25 km dari Duono 31 dilakukan pemeriksaan visual dan ternyata benar terjadi letusan. Diberlakukan status Siaga Ibu
Januari 1999 02
Pengamat dari Pos PGA Gamkonora mulai melakukan pengamatan visual secara intensif dari Kampung Duono
11
Tim terpadu dari Direktorat Vulkanologi tiba dan melakukan pengamatan seismik serta deformasi. Asap letusan semakin besar dan sudah berubah warna menjadi kelabu
16
Penduduk Kampung Going dan Barona, utara puncak, melihat lontaran material pijar dari puncak melampaui lereng utara, awal leleran lava ?
Pebruari 1999 02
Dilakukan pendakian puncak G. Ibu. Diketahui bahwa titik letusan berada di tempat di sudut utara-timurlaut pada dasar kawah. Dalam Peta Topografi Puncak G. Ibu, titik tersebut digambar sebagai cone. Magma sudah mencapai permukaan dan sudah membentuk sumbat, kemudian dikenal dengan sumbat lava 1999.
Sumbat lava 99 masih membara (A. Solihin, 1999)
Letusan berlangsung secara periodik. Satu periodik berlangsung antara 45 - 60 detik dengan selang waktu 5 - 15 menit setiap siklus. Letusan disertai suara gemuruh bagaikan suara mesin jet. Sebaran material letusan berukuran abu dan pasir terbatas di sekitar puncak dan lereng, tidak ada yang mencapai perkampungan.
Satu seri letusan yang terjadi pada 2 Februari 1999 (A. Solihin, 1999)
Maret 1999 06
dilakukan pendakian yang kedua kalinya. Frekwensi letusan sudah mulai berkurang. Sumbat Lava 99 tidak bertambah besar, volumenya 500.000 m 3
09
status Siaga Ibu diturunkan menjadi Waspada Ibu
31
status kegiatan G. Ibu dinyatakan dalam Aktif-normal
Letusan 1998/1999 G. Ibu diawali dengan letusan freato magmatik yang menghancurkan kubah lama. Kegiatan berlanjut sebagai letusan magmatik yang berakhir dengan munculnya lava di dasar kawah kemudian dikenal sebagai Sumbat Lava 99. Mei – Oktober 2001 Data satelit menunjukkan adanya aktifitas vulkanik G. Ibu selama Mei – Oktober 2001. Sebuah foto yang diambil pada Mei 2000 memperlihatkan kubah lava menutupi dasar kawah. Mei – Agustus 2004 Pada periode 31 Mei - 29 Agustus 2004 tercatat asap kawah putih tipis – tebal mencapai ketinggian lebih kurang 50-150 meter di atas puncak. Kubah lava yang tumbuh di dalam kawah diperkirakan terus bertambah besar. Tingkat kegiatan G. Ibu berada pada tingkat Waspada (level II)
April 2008
Aktivitas kegempaan G. Ibu meningkat kembali sejak terekamnya gempa letusan dengan amplituda maksimum mencapai 48 mm dan lama gempa 470 detik pada tanggal 4 dan 5 April 2008.
Tanggal 6 – 14 April 2008 gempa letusan meningkat hingga 716 kejadian atau ratarata 80 kejadian perhari.
Tanggal 15–18 April 2008 terekam gempa letusan 405 kejadian atau rata- rata 101 kejadian perhari. Gempa hembusan terekam rata-rata 50 kejadian perhari. Sedangkan getaran tremor vulkanik terekam dengan amplituda maksimum berkisar antara 1 - 3 mm.
Tanggal 19–20 April 2008 terekam gempa letusan 241 kejadian atau 120 kejadian perhari dan gempa hembusan terekam 143 kali kejadian. Gempa tremor vulkanik masih terekam dengan amplituda maksimum yang meningkat, yaitu berkisar antara 2 25 mm.
Secara visual aktivitas letusan yang keluar dari puncak G. Ibu teramati secara intensif sejak tanggal 4 April 2008. Asap letusan yang teramati berwarna kelabu dengan ketinggian berkisar antara 300 – 400 meter di atas puncak Ibu.
Tanggal 12 – 17 April 2008, ketinggian asap letusan berkisar antara 500-600 meter dari Kawah G. Ibu.
Sejak 18 April 2008 hingga saat ini, ketinggian asap letusan berkisar antara 700-800 meter dari Kawah G. Ibu.
Tanggal 21 April 2008 pukul 16.00 WIT Status kegiatan G. Ibu dinaikkan dari status Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Letusan G. Ibu, 24 April 2008 Pukul 16:48 WIT (Rosadi, 2008)
Kubah Lava G. Ibu, 8 Desember 2009
GEOLOGI Secara geologi, batuan yang menyusun G. Ibu terdiri dari lava, aliran piroklastik, dan jatuhan piroklastik (Kusdaryanto, 2000).
GEOFISIKA Kegempaan G. Ibu didominasi oleh Gempa Letusan, Gempa Hembusan dan Gempa Guguran (Hardipto, 2008). Gempa Letusan mempunyai frekuensi dominan sekitar 5 – 10 Hz. Gempa Hembusan mempunyai frekuensi dominan 2 – 3 Hz. Gempa Guguran mempunyai frekuensi dominan 5 – 7 Hz.
( a )
( b )
( c )
Gempa G. Ibu, Desember 2008 (a) Gempa Letusan (b) Gempa Hembusan (c) Guguran
GEOKIMIA Sample abu dari Letusan 1999 (Wittiri, 1999) menunjukkan bahwa komposisinya adalah Andesit (SiO2 67,53%). Sedangkan conto abu yang diperoleh di lereng selatan pada ketinggian + 700 m (digali pada kedalaman 10 cm) diduga sebagai hasil letusan 1911 adalah Basaltik Andesit dengan kandungan SiO2 sebesar 53,69%. Hasil analisa kimia abu Letusan G. Ibu 1911 dan 1999 (dalam satuan % berat) Unsur
Abu Letusan 1911
Abu Letusan 1999
SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O MnO TiO2 P2O5 H2 O HD
53,69 18,51 8,77 5,82 2,73 2,73 1,71 0,16 0,88 0,34 1,88 2,73
67,53 14,47 5,00 3,13 1,04 4,20 3,31 0,14 0,65 0,21 0,08 0,19
MITIGASI BENCANA GEOLOGI Sistem Pemantauan Kegempaan G. Ibu masih dipantau dari Pos Pengamatan G. Gamkonora di Desa Gamsungi, Kecamatan Ibu.
Visual Pengamatan visual dilakukan melalui pengamatan warna, tinggi dan tekanan asap yang keluar dari kawah serta pengamatan cuacanya.
Kegempaan Pemantauan
kegempaan
dilakukan
dengan
menempatkan
sensor
gempa
(seismometer, tipe L4-C satu komponen, vertical) penerima gempa dipasang di sebelah timur puncak G. Ibu pada posisi geografi 01 o 30’ 13,60” LU dan 127o 37’ 20,70” BT, ketinggian lk. 782 m dml. Gempa yang tertangkap oleh sensor ditransmisikan dengan sistem radio telemetri ke pos pengamatan G. Gamkonora dan direkam dengan pencatat gempa tipe PS-2. Selain itu sinyal gempa juga ditransmisikan ke Pos PGA Ternate yang selanjutnya dikirim ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung melalui satelit (VSAT).
Deformasi Pemantauan deformasi G. Ibu dilakukan menggunakan EDM terhadap dua titik tetap di tubuh gunungapi dengan lokasi baseline (IBU01) berada di Desa Duono sebelah timur laut gunungapi. Lokasi BM Pengukuran dengan Metoda Deformasi EDM Lokasi
Titik BM
Depan Rumah Pak Guru Desa Duono Lereng I G. Ibu
IBU01
Lereng II G. Ibu
IBU03
IBU02
Koordinat 01º 32,409’ LU 127º 36,071’ BT 01º 31,036’ LU 127º 37,141’ BT 01º 31,004’ LU 127º 37,167’ BT
Ketinggian (m) dpl 108 373 395
Geokimia Pemantauan geokimia dilakukan dengan melakukan analisa kimia air dan pengukuran suhu mata air panas yang ada di kaki G. Ibu dilakukan pada dua lokasi yaitu di Tongotesungi dan Gamlamo.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Berdasarkan pada potensi bencana yang dapat terjadi pada masa mendatang, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ibu dibagi menjadi Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, dan Kawasan Rawan Bencana I (Kadarsetia, 2008).
Kawasan Rawan Bencana III Kawasan Rawan Bencana III di G. Ibu merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran massa seperti: awan panas dan surge, aliran lava, dan material lontaran seperti: jatuhan piroklastik lebat dan lontaran batu (pijar).
Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava kemungkinan guguran puing vulkanik (‘volcanic debris avalanches”), gas racun, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan aliran lahar.
Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar).
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ibu
DAFTAR PUSTAKA Hardipto, dkk, 2008, Laporan Tanggap Darurat Letusan G. Ibu, Halmahera – Maluku Utara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Kadarsetia,.E, dkk, 2008, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ibu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Kusumadinata., K. 1979. Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung, M.Neuman van Padang, 1951, Cataloque of The Active Volcanoes of The World, Including Solfatara Field, Part I, INDONESIA International Volcanolocal Association, Napoli, Italia Paul Kimberly et all, 1998, Volcanoes of Indonesia, Smithsonian Institution Global Volcanism Program, Compact Disk SR. Wittiri dkk., 1999, Laporan Letusan Gunung Ibu, Desember 1998 - Maret 1999, Direktorat Vulkanologi 1999, G. Ibu dan Gunungapi Lainnya di Maluku Utara, Direktorat Vulkanologi Kusdaryanto, Agus Budianto, 2000, Pemetaan Geologi Foto Gunungapi Ibu, Halmahera, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan. Rosadi, U., dkk. 2008. Laporan Letusan Gunung Ibu, Halmahera-Maluku Utara April 2008, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi