9
7.2 Rekonstruksi Protobahasa OF 7.2.1 Penelusuran sistem perubahan fonem vokal OF Penelusuran terhadap sistem perubahan fonem vokal yang terjadi pada subkelompok bahasa OF dicermati pada setiap bentuk dan jenis perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa Ft dan bahasa Or. Untuk itu, berikut ini diperikan beberapa fenomena perubahan fonem vokal yang hanya terjadi pada kedua bahasa tersebut, mulai dari perubahan fonem vokal /i/ sampai fonem vokal /a/. 1) OF */i/ < Ft /i/ < Or /i//#_ OF *ipari *ina *ipinaka *irimi *irise *iya *iyane *isa *ili (laka) *ipiti
Ft ipari ina ipinaka irini irise iya iyane ica ili ipiti
Or ihari ina ihinaka irimi irse iya iyone isa ili laka itihi
Arti ‘anjing’ ‘mata’ ‘bintang’ ‘hutan’ ‘kencing’ ‘kaki’ ‘begitu’ ‘senang’ ‘gasing’ ‘penyu’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /i/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri-ciri vokal depan, tinggi-atas, tak bulat, dan tertutup dalam posisi awal kata pada bahasa Ft dan bahasa Or berasal dari OF */i/. Artinya, fonem vokal OF */i/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Ft dan bahasa Or. Dengan demikian, jika fonemfonem vokal itu ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */i//#_.
10
2) OF */i/ < Ft /i/ < Or /i//K_K OF *ipiti *kaile *kipi *o’opira *seile *titi *titiriri *wihili *wahini *musike *marite *rekise *wetike *irise
Ft ipiti kaile kipi o’opira seile titi titiriri vihili wahini mosike marite rekise wetike irise
Or itihi kaite kihi o’ohira seile titi titiriri wiili waini muske marte rekse wetke irse
Arti ‘penyu’ ‘bengkok’ ‘burung puyuh’ ‘bibir’ ‘seret’ ‘jengkrik’ ‘gemetar’ ‘bisul’ ‘gigi’ ‘sedot pakai mulut’ ‘ngeden’(pd ibu melahirkan) ‘potong stlh tebang’ ‘sentil telinga’ ‘kencing’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /i/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri-ciri vokal depan, tinggi-atas, tak bulat, dan tertutup dalam posisi tengah kata pada pada bahasa Ft dan bahasa Or berasal dari OF */i/. Artinya, fonem vokal distingtif yang bercirikan vokal depan, tinggiatas, tak bulat, dan tertutup pada posisi tengah kata OF */i/ tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Ft dan bahasa Or. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */i//K_K. Berkaitan dengan data di atas, perlu juga dijelaskan bahwa terdapat sejumlah fakta pada bahasa Or yang terjadi penghilangan /i/ pada posisi tengah kata. Fenomena penghilangan vokal pada posisi tengah kata merupakan
11
kecenderungan umum yang terjadi pada bahasa Or dan tidak hanya terjadi pada vokal /i/.
Berikut ini adalah data yang memperkuat pernyataan tersebut. OF *salapai *maluni *tarute *malupe *usute *musuke *aparika *tuture
Ft halufai malune tarute malufe ucute musuke afarika tuture
Or alpai malni tartei malpe uste muske apra tutre
Arti ‘berperang’ ‘di luar’ ‘kapan’ ‘lupa’ ‘meminta’ ‘mengecup’ ‘setengah’ ‘menyentil telinga’
Data di atas memperkuat fakta bahwa memang terdapat kecenderungan terjadi penghilangan pada posisi tengah kata pada bahasa Or yang tidak hanya terjadi pada vokal /i/, tetapi terjadi juga pada vokal /a/ dan /u/. Hal itu berarti, bahwa */i/ tetap bertahan sebagai /i/ pada posisi tengah kata dan bukan bentuk perekahan (split) menjadi /i/ dan /Ø/. 3) OF */i/
OF *api *i’iri *ipari *lapai *lori *miri *pari *purapai *wayani *ani *teani *hiyani *mutuni
Ft /i//_# dan OF */i/
Or /i//_#
Ft /e//_#
Or /e//_#
Ft api i’iri ipari lafai lori miri pari purafai vayani ane teane hiyane mucune
Or ahi i’iri ihari lapai lori miri hari hurapai wayani ani tenai iyani muđuni
Arti ‘ikan’ ‘batu asah’ ‘anjing’ ‘besar ‘telaga’ ‘baru’ ‘angin’ ‘berdagang’ ‘ipar’ ‘ada’ ‘apa’ ‘di atas’ ‘di dalam’
12
*maluni *iniri *piri
malune iniri piri
malni inre hire
‘di luar’ ‘kami’ ‘berbohong’
Data bahasa di atas memperlihatkan bahwa fonem /i/ pada posisi akhir kata mengalami perekahan (split) pada subkelompok bahasa Or dan Ft. Bentuk perekahan (split) fonem vokal /i/ dalam subkelompok bahasa OF pada posisi akhir kata yaitu sebagian bertahan sebagai fonem vokal /i/ dan sebagiannya lagi berubah menjadi fonem vokal /e/. Hakekat perubahan bunyi tersebut merupakan proses perendahan bunyi dari fonem vokal /i/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal depan, tinggi-atas, tak bulat, dan tertutup menjadi fonem vokal /e/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal depan, madya-atas, tak bulat, dan semitertutup. Proses perekahan yang dialami bahasa Ft tersebut cenderung bersifat sporadis. Kecenderungan tersebut juga terjadi pada bahasa Or. Hanya saja, terjadinya perubahan pada bahasa Or cenderung akibat proses disimilasi yaitu menjadi bunyi yang berbeda dari vokal pada suku sebelumnya. Fenomena perubahan bunyi tersebut mengindikasikan bahwa jika ditemukan vokal /i/ dan /e/ pada subkelompok OF dan keduanya dapat dijelaskan korespondensinya, maka fonem-fonem tersebut layak direkonstruksi sebagai OF */i//_#. 4) OF */u/ < Ft /u/ < Or /u//#_ OF *upuna’e *uku *ulapuka
Ft upuna’e uku ulafuka
Or uhunra uku ulapua
Arti ‘belakang’ ‘duri’ ‘ekor’
13
*u’ureke *uma *upuri *uta *usute
u’ureke uma upuri uca ucute
u’ule uma uhuru uđa uste
‘hijau’ ‘tanah’ ‘lalat ‘bunuh’ ‘meminta’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /u/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, tinggi-atas, bulat, dan tertutup pada posisi awal kata tidak mengalami perubahan pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /u/ dalam posisi awal kata pada kedua bahasa itu berasal dari OF */u/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama yang eksklusif sebagai fonem vokal belakang, tinggi-atas, bulat, dan tertutup /u//#_. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan pada subkelompok bahasa tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */u//#_. 5) OF */u/ < Ft /u/ < Or /u//K_K OF *luku *leura *lasuna *lause *mutuni *tuma *tarupaha *mumina *kuku *kapua *kaune *puka *lua *laruni
Ft luku leura lahuna lauhe mucune cuma tarupaha mumina kuku kapua kaune fuka lua laruni
Or luku leura lasunu lause muđuni đuma taruha mumina kukunu hakua kaune puka lua laruni
Arti ‘berbicara’ ‘daging’ ‘bawang’ ‘hidup’ ‘di dalam’ ‘domba’ ‘berapa’ ‘besi’ ‘bisu’ ‘burung gagak’ ‘pecah’ ‘jari’ ‘kera’ ‘lipan’
14
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /u/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, tinggi-atas, bulat, dan tertutup pada posisi tengah kata tidak mengalami perubahan pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /u/ dalam posisi tengah kata pada kedua bahasa itu berasal dari OF */u/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem vokal belakang, tinggi-atas, bulat, dan tertutup /u//K_K. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan pada subkelompok bahasa tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */u//K_K. 6) OF */u/ < Ft /u/ < Or /u//_# OF *irawahu *uku *hu’u *lau *taru *wahu *tuture *tapu *atu *teru *muru
Ft iravahu uku hu’u lau taru vahu tuture kafu acu ceru moru
Or irawahu uku hu’u lau taru wau tutre tapu ađu đeru muru
Arti ‘banjir’ ‘duri’ ‘belanga’ ‘kain, sarung’ ‘tali’ ‘cuci’ ‘junjung’ ‘biji’ ‘telur’ ‘memanggil’ ‘menertawakan’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /u/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, tinggi-atas, bulat, dan tertutup pada posisi akhir kata tidak mengalami perubahan pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /u/ dalam posisi akhir kata pada kedua bahasa itu berasal dari OF */u/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem vokal belakang, tinggi-atas, bulat, dan tertutup /u//_#.
15
Dengan
demikian,
jika
fonem-fonem
vokal
itu
ditemukan
pada
subkelompok bahasa tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */u//_#. 7) OF */e/ < Ft /e/ < Or /e//#_ OF *ete *eru *eri *ese *eme *emela *emina *eteremu *eru
Ft ete eru eri ece eme emela emina eceremu elu
Or ete eri ere ese eme emeđe emina eđeremu eru
Arti ‘buah, pohon, kayu’ ‘engkau’ ‘rumput ilalang’ ‘padamkan’ (api) ‘ambil’ ‘membawa’ ‘memberikan’ ‘kenang, ingat’ ‘ombak’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /e/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri-ciri vokal depan, madya-atas, tak bulat, dan semitertutup pada posisi awal kata dalam bahasa Ft dan bahasa Or berasal dari OF */e/. Artinya, fonem vokal OF */e/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada
bahasa Ft dan bahasa Or. Dengan
demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistemis maka fonemfonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */e//#_. 8) OF */e/ < Ft /e/ < Or /e//K_K OF *leu *teani *pele *iya pele
Ft leu teane fele iya fele
Or leu tenai (pe)pele iya pele
Arti ‘alis’ ‘apa’ ‘busur’ ‘telapak kaki’
16
*wehe wehe wē *nere nere nere *neme neme neme *tele cele đele *welika velika wele *wele vele wele *etekaure etekaure etekaure *teru ceru đeru Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal
‘darah’ ‘datar’ ‘enam’ ‘jagung’ ‘kiri’ ‘kulit’ ‘lepas’ ‘memanggil’ /e/ dengan realisasi
sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri-ciri vokal depan, madya-atas, tak bulat, dan semitertutup pada posisi tengah kata dalam bahasa Ft dan bahasa Or berasal dari OF */e/. Artinya, fonem vokal OF */e/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Ft dan bahasa Or. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistemis maka fonemfonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */e//K_K. 9) OF */e/ < /Ft /e/ < /e//_# OF *ase *ale *le *ture *lapane *orite *nate *walale *kase *nale
Ft ase ale le cere lapane orite nate valale kase nale
Or ase ale le đure lapane oirte nate walale kase nale
Arti ‘duri halus pd bambu’ ‘padi’ ‘rumah adat’ ‘bangun’ ‘banyak, luas’ ‘malu’ ‘berdiri’ ‘cepat’ ‘haus’ ‘ibu’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /e/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri-ciri vokal depan, madya-atas, tak bulat, dan semitertutup pada posisi akhir kata dalam bahasa Ft dan bahasa Or berasal dari OF */e/. Artinya, fonem vokal OF */e/ pada posisi akhir kata tetap
17
bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Ft dan bahasa Or. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistemis maka fonemfonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */e//_#. 10) OF */o/ < Ft /o/ < Or /o//#_ OF *o’o pira *orite *oto *o’ole
Ft o’o pira orite oco o’ole
Or o’o hira oirte ođo o’ole
Arti ‘bibir’ ‘malu’ ‘kena’ ‘melolong’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /o/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri vokal belakang, madya-atas, bulat, dan semitertutup pada posisi awal kata tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /o/ pada posisi awal kata dalam bahasa Ft dan Or itu berasal dari OF */o/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem vokal distingtif yang memiliki ciri vokal belakang, madya-atas, bulat, dan semitertutup /o//#_. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan pada subkelompok bahasa tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */o//#_. 11) OF */o/ < Ft /o/ < Or /o//K_K OF *toro *somone *totole *nope *lohai *tote *horupe
Ft coro somone totole nope lohai tote horupe
Or đoro somone totole nohe loai đote hohore
Arti ‘lembing, tombak’ ‘memikul’ ‘tetak’ ‘pagi’ ‘panjang’ ‘putus’ (tali) ‘mengajak’
18
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /o/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri vokal belakang, madya-atas, bulat, dan semitertutup pada posisi tengah kata tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /o/ pada posisi tengah kata dalam bahasa Ft dan Or itu berasal dari OF */o/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem vokal distingtif yang memiliki ciri vokal belakang, madya-atas, bulat, dan semitertutup /o//K_K. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan pada subkelompok bahasa tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */o//K_K. 13) OF */o/ < Ft /o/ < Or /o//_# OF *oto *maro *hoto *toro
Ft oco maro hoto coro
Or ođo maro oto đoro
Arti ‘kena’ ‘orang’ ‘hutan’ ‘lembing, tombak’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /o/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri vokal belakang, madya-atas, bulat, dan semitertutup pada posisi akhir kata tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /o/ pada posisi akhir kata dalam bahasa Ft dan Or itu berasal dari OF */o/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem vokal distingtif yang memiliki ciri vokal belakang, madya-atas, bulat, dan semitertutup /o/_#. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan pada subkelompok bahasa
19
tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */o//_#.
14) OF */a/ < Ft /a/ < Or /a//#_ OF *ani *apiri *atana *ami *aniri *aluwana
Ft ane afiri acana ami aniri aliwana
Or ani apre atana ami anri aluwana
Arti ‘ada’ ‘kita’ ‘pelayan’ ‘susu’ ‘saya’ ‘tempat seram’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /a/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri vokal tengah, rendah-bawah, tak bulat, dan terbuka pada posisi awal kata tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /a/ pada posisi awal kata dalam bahasa Ft dan Or itu berasal dari OF */a/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem vokal distingtif yang memiliki ciri vokal tengah, rendah-bawah, tak bulat, dan terbuka /a//#_.
Dengan demikian,
jika fonem-fonem vokal itu ditemukan pada subkelompok bahasa tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonemfonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */a//#_. 15) OF */a/ < Ft /a/ < Or /a//K_K OF *kaisala *kaune *ma’ate *malare *name
Ft kaisala kaune ma’ate malare name
Or kaisala kaune ma’ate malare name
Arti ‘kapas’ ‘pecah’ ‘asin’ ‘pahit’ ‘tangkap’
20
*nana *nate *pari *pala *waya *wa’i
nana nate pari pala vaya va’i
nana nate hari hala waya wa’i
‘ular’ ‘berdiri’ ‘angin’ ‘kebun’ ‘getah, air mayat’ ‘menggendong’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /a/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri vokal tengah, rendah-bawah, tak bulat, dan terbuka pada posisi tengah kata tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /a/ pada posisi tengah kata dalam bahasa Ft dan Or itu berasal dari OF */a/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem vokal distingtif yang memiliki ciri vokal tengah, rendah-bawah, tak bulat, dan terbuka /a//K_K. Dengan demikian, jika fonem-fonem vokal itu ditemukan pada subkelompok bahasa tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */a//K_K. 16) OF */a/ < Ft /a/ < Or /a//_# OF *ina *iya *kaisala *lua *nana *o’o pira *tapa *uma *waya
Ft ina iya kaisala lua nana o’o pira tafa uma vaya
Or ina iya kaisala lua nana o’o hira tapa uma waya
Arti ‘mata’ ‘kaki’ ‘kapas’ ‘kera’ ‘ular’ ‘bibir’ ‘tembak’ ‘tanah’ ‘getah, air mayat’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /a/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri vokal tengah, rendah-bawah, tak bulat,
21
dan terbuka pada posisi akhir kata tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem vokal /a/ pada posisi akhir kata dalam bahasa Ft dan Or itu berasal dari OF */a/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai /a//_#. Dengan demikian, jika fonemfonem vokal itu ditemukan pada subkelompok bahasa tersebut dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */a//_#.
7.2.2 Rekonstruksi protofonem vokal OF Berdasarkan fenomena sistem perubahan fonem vokal di atas dapat dijelaskan bahwa proses perjalanan panjang subkolompok bahasa OF melalui pembelahan menjadi bahasa Ft dan bahasa Or seperti sekarang ini sebagian vokal mengalami retensi bersama dan sebagian lagi mengalami inovasi bersama dalam bentuk perekahan (split) pada beberapa fonem vokal sebagai berikut. 1) Fonem vokal subkelompok bahasa OF yang mengalami retensi bersama pada bahasa Ft dan bahasa Or adalah sebagai berikut. a) OF */i/ > Ft /i/ > Or /i/ pada posisi inisial dan medial. b) OF */u/ > Ft /u/ > Or /u/ pada posisi inisial, medial, dan final. c) OF */e/ > Ft /e/ > Or /e/ pada posisi inisial, medial, dan final. d) OF */o/ > Ft /o/ > Or /o/ pada posisi inisial, medial, dan final. e) OF */a/ > Ft /a/ > Or /a/ pada posisi inisial, medial, dan final.
22
2) Fonem vokal subkelompok bahasa OF yang mengalami inovasi bersama dalam bentuk perekahan (split) pada bahasa Ft dan bahasa Or terutama terjadi pada posisi akhir kata (final) adalah sebagai berikut. a) OF */i/
Ft /i//_# Ft /e//_#
b) OF */i/
Or /i//_# Or /e//_#
Berdasakan arah perubahan fonem vokal sebagaimana diuraikan di atas dengan melalui proses retensi bersama dan inovasi bersama pada kedua bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa perjalanan panjang fonem-fonem vokal tersebut dapat direkonstruksi sebagai fonem-fonem vokal OF seperti pada tabel berikut.
Bagan 19: Protofonem Vokal OF Posisi lidah atas tinggi bawah atas madya bawah atas rendah bawah
Bagian lidah yang bergerak depan tengah belakang *i *u *e
*o
Striktur tertutup semitertutup semiterbuka
tak bulat
*a tak bulat Bentuk bibir
terbuka bulat
7.2.3 Penelusuran sistem perubahan fonem konsonan OF Berikut ini dipaparkan beberapa perubahan fonem konsonan yang terjadi pada subkelompok OF sekaligus dipakai sebagai dasar untuk merekonstruksi protofonem konsonan OF.
23
1) OF */p/
OF *uparana *kapa *purani *piri *tupure *pari *pale *pai *pala *nupuru *lapane *tapu *lapai
Ft /p/
Or /p//#_ dan /V_V
Ft /f/
Or /h/ /#_ dan /V_V
Ft uparana kapa purani piri tupure pari pale pai pala hufuru lafane kafu lafai
Or uparana kapa purani hire tuhure hari hale hai hala nupuru lapane tapu lapai
Arti ‘bermimpi’ ‘delapan’ ‘dagangan’ ‘berbohong’ ‘beristri’ ‘angin’ ‘ayah’ ‘babi’ ‘kebun’ ‘badan’ ‘banyak’ ‘biji’ ‘besar’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /p/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan hambat, bilabial, tak bersuara pada posisi awal kata (initial) dan posisi tengah kata (medial) mengalami perubahan dalam bentuk perekahan (split), yaitu menjadi fonem konsonan /p/ dan /f/ pada bahasa Ft dan menjadi fonem konsonan /p/ dan /h/ pada bahasa Or. Artinya, realisasi fonem konsonan /p/ dalam posisi awal kata dan tengah pada kedua bahasa itu berasal dari OF */p/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama yang eksklusif sebagai fonem konsonan /p/ pada kedua bahasa itu, sekaligus juga mengalami inovasi menjadi fonem konsonan dengan realisasi bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan frikatif, labiodental, tak bersuara /f/ pada bahasa Ft dan menjadi fonem konsonan dengan realisasi bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan frikatif laringal /h/ pada bahasa Or. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF dan semuanya memiliki korespondensi yang dapat
24
dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */p/ pada posisi initial dan medial.
2) OF */t/
OF *taya *ađa tau *ma’ate *asa taraleu *tarupaha *nate *ete *taile *ti’iri *tote *moto *ata *ture *mutuni *tele *toro
Ft /t/
Or /t//#_ dan /V_V
Ft /c/
Or /đ//#_ dan / V_V
Ft taya aca tau ma’ate aca taraleu tarupaha nate ete teile ci’ire tote moco aca cure mucune cele coro
Or taya ađa tau ma’ate asa taraleu tarupaha (tarha) nate ete taile tu’ure đote mođo ađa đure muđuni đele đoro
Arti ‘tidur’ ‘asap’ ‘asin’ ‘ayam jantan’ ‘berapa’ ‘berdiri’ ‘kayu’ ‘lambat’ ‘berat’ ‘putus’ ‘anak’ ‘api’ ‘bangun’ ‘di dalam’ ‘jagung ‘lembing, tongkat’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /t/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan hambat, apikoalveolar, tak bersuara pada posisi awal kata (initial) dan posisi tengah kata (medial) mengalami perubahan dalam bentuk perekahan (split), yaitu menjadi fonem konsonan /t/ dan /c/ pada bahasa Ft dan menjadi fonem konsonan /t/ dan /đ/ pada bahasa Or. Artinya, realisasi fonem konsonan /t/ dalam posisi awal kata dan tengah pada kedua bahasa itu berasal dari OF */t/ dan tetap bertahan dalam
25
bentuk retensi bersama yang eksklusif sebagai fonem konsonan /t/ pada kedua bahasa itu, sekaligus juga mengalami inovasi menjadi fonem konsonan dengan realisasi bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan hambat, mediopalatal, tak bersuara /c/ pada bahasa Ft dan menjadi fonem konsonan dengan realisasi bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan hambat, apikoalveolar-aspirat, bersuara /đ/ pada bahasa Or. Dengan demikian, jika fonemfonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF dan semuanya memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonemfonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */t/ pada posisi initial dan medial. 3) OF */k/ < Ft /k/ < Or /k//#_ dan / V_V OF *luku *kuku *kipi *kara-kara *kapa *kase *kiri-kiri *kaisala *etekaure *wetike
Ft luku kuku kipi kara-kara kapa kase kiri-kiri kaisala etekaure wetike
Or luku kuku kihi kara-kara kapa kase kirkiri kaisala etekaure wetke
Arti ‘berkata, berbicara’ ‘bisu’ ‘burung puyuh’ ‘dahak’ ‘delapan’ ‘haus’ ‘jamur’ ‘kapas’ ‘lepas’ ‘menyentil (telinga)’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /k/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan hambat, dorsovelar, tak bersuara pada posisi awal kata (initial) dan posisi tengah kata (medial) tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem konsonan /k/ dalam posisi awal kata dan tengah pada kedua bahasa itu berasal dari OF */k/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama yang eksklusif sebagai fonem konsonan dengan realisasi sebagai bunyi
26
distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan hambat, dorso-velar, tak bersuara /k/. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF pada posisi initial dan medial dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */k/. Selain fakta bahasa di atas, ditemukan pula bentuk alternasi fonem konsonan /k/ menjadi fonem konsonan /t/ pada bahasa Or. Hanya saja, bentuk alternasi fonem konsonan tersebut tidak banyak ditemukan sehingga bisa dianggap sebagai sebuah kasus yang masih harus dikaji lebih mendalam. Berikut ini disajikan bentuk alternasi fonem yang ditemukan. Ft aku kafu panake kaare
Or atu tapu hanate tatare
Arti ‘tahi’ ‘biji’ ‘sakit’ ‘dingin’
Data bahasa di atas memunculkan sebuah pertanyaan dalam benak kita, dari alternasi /k/ ~ /t/ yang terjadi pada kedua bahasa tersebut harus direkonstruksi sebagai fonem konsonan /k/ atau /t/? Tampaknya memang tidak mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Alasan pertama, bahwa data yang ada tersebut menunjukkan fonem /k/ dan /t/ relatif memiliki peluang yang sama untuk dapat ditetapkan sebagai protonya. Alasan kedua, alternasi kedua fonem tersebut pada kelompok bahasa OFM ditemukan sangat terbatas pada data berikut. Mk kau ga’ara oreke
Ft aku kaare orite
Or atu tatare oirte
Arti ‘tahi’ ‘dingin’ ‘malu’
27
Oleh karena itu, harus diakui bahwa penelitian ini masih menyisakan masalah yang harus diteliti secara lebih mendalam. 4) OF */’/ < Ft /’/ < Or /’// V_V OF *le’e *ma’ate *o’ole *ti’iri *i’iri *hu’u *o’opira *ma’awari *wa’i *ke’ere
Ft le’e ma’ate o’ole ci’ire i’iri hu’u o’opira ma’awari va’i ke’ere
Or le’e ma’ate o’ole tu’ure i’iri hu’u o’ohira ma’awari wa’i ke’ere
Arti ‘rumah adat’ ‘asin’ ‘melolong’ ‘berat’ ‘batu asah’ ‘belanga’ ‘bibir’ ‘jinak’ ‘gendong’ ‘tangga’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /’/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan hambat, glotal, tak bersuara pada posisi tengah kata (medial) tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem konsonan /’/ dalam posisi tengah kata pada kedua bahasa itu berasal dari OF */’/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama yang eksklusif sebagai fonem konsonan dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan hambat, glotal, tak bersuara /’/. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF pada posisi medial dan memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */’/. 5) OF */m/ < Ft /m/ < Or /m//#_ dan / V_V OF *miri *mata
Ft miri maca
Or miri mađa
Arti ‘baru’ ‘kalong, kelelawar’
28
*maluare *mumina *meteni *iyamari *nami *tuma *emina *eme *timine
maluare mumina meceni iyamari nami cuma emina eme timine
maluara mumina međeni iyamaro nami đuma emina eme timne
‘lebar, luas’ ‘besi’ ‘makanan’ ‘jejak’ ‘laki-laki’ ‘domba’ ‘memberikan’ ‘mengambil’ ‘panas’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /m/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan nasal, bilabial pada posisi awal kata (initial) dan tengah kata (medial) tidak mengalami perubahan atau terjadi retensi bersama pada kedua bahasa itu. Artinya, realisasi fonem konsonan /m/ dalam posisi awal dan tengah kata pada kedua bahasa itu berasal dari OFM */m/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem konsonan dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan nasal, bilabial /m/. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF pada posisi initial dan medial serta memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonemfonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */m/. 6) OF */n/ < Ft /n/ < Or /n//#_ dan / V_V OF *nana *nami *nate *nere *nunu *amini *ani *ina *kaune *teneni
Ft nana nami nate nere nunu amini ane ina kaune teneni
Or nana nami nate nere nunu amini ani ina kaune teneni
Arti ‘ular’ ‘laki-laki’ ‘berdiri’ ‘datar’ ‘pohon beringin’ ‘kutu’ ‘ada’ ‘mata’ ‘pecah’ ‘kanan’
29
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /n/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri
sebagai konsonan nasal, apiko-
alveolar pada posisi awal kata (initial) dan tengah kata (medial) tidak mengalami perubahan pada bahasa Ft dan Or. Artinya, realisasi fonem konsonan /n/ dalam posisi awal dan tengah kata pada kedua bahasa itu berasal dari OF */n/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem konsonan dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan nasal, apikoalveolar /n/. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF serta memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */n/ pada posisi initial dan medial. 7) OF */l/ < Ft /l/ < Or /l//#_ dan / V_V OF *larini *lawana *leu *luku *le *ale *ilaka *nale *taile *maluni
Ft larini lawana leu luku le ale ilaka nale teile malune
Or larini lawana leu luku le ale ilaka nale taile malni
Arti ‘akar’ ‘emas’ ‘alis’ ‘berkata, berbicara’ ‘rumah adat’ ‘padi’ ‘gasing’ ‘ibu’ ‘lambat’ ‘luar’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /l/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan lateral, apikoalveolar pada posisi awal kata (initial) dan tengah kata (medial) tidak mengalami perubahan pada bahasa Ft dan Or. Artinya, realisasi fonem konsonan /l/ dalam posisi awal dan tengah kata pada kedua bahasa itu berasal dari OF */l/ dan tetap
30
bertahan sebagai fonem konsonan dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan lateral, apiko-alveolar /l/. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF serta memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonemfonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */l/ pada posisi initial dan medial. 8) OF */r/ < Ft /r/ < Or /r//#_ dan / V_V OF *rata *resi *rekise *ramase *repe *pari *ipari *ture *miri *leura
Ft rata resini rekise ramahe repe pari ipari cure miri leura
Or rata resi rekse ramase repe hari ihari đure miri leura
Arti ‘cerita’ ‘lebih’ ‘potong’(stlh tebang) ‘pijat’ ‘depa’ ‘angin’ ‘anjing’ ‘bangun’ ‘baru’ ‘daging’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /r/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri
sebagai konsonan getar, apiko-
alveolar pada posisi awal kata (initial) dan tengah kata (medial) tidak mengalami perubahan pada bahasa Ft dan Or. Artinya, realisasi fonem konsonan /r/ dalam posisi awal dan tengah kata pada kedua bahasa itu berasal dari OF */r/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem konsonan dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan getar, apikoalveolar /r/. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF pada posisi initial dan medial serta memiliki
31
korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */r/.
9) OF */s/ > Or /s/
Ft /s//#_ dan / V_V Ft /h// V_V Ft /c// V_V
OF *sapa *somone *sapi *seile *asiri *irise *kaisala *kese *lause *lasuna *asi *ese *isa *usute
Ft sapa somone safi seile asiri irise kaisala kese lauhe lahuna aci ece ica ucute
Or sapa somone sapi seile asiri irse kaisala kese lause lasuna asi ese isa uste
Arti ‘kudis’ ‘mengusung’(orang mati) ‘sisir’ ‘seret’ ‘garam’ ‘kencing’ ‘kapas’ ‘haus’ ‘hidup’ ‘bawang’ ‘menemukan’ ‘memadamkan’ ‘hati’ ‘menagih’
Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /s/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan frikatif, laminoalveolar pada posisi awal kata (initial) dan tengah kata (medial) pada subkelompok bahasa OF mengalami retensi pada bahasa Or. Sementara itu, fonem konsonan tersebut mengalami proses perekahan (split) pada bahasa Ft menjadi /s/ pada posisi inisial dan medial, /h/, dan /c/ pada posisi medial. Artinya, fonem konsonan /s/ pada bahasa Or dan fonem konsonan /s/, /h/, dan /c/ pada
32
bahasa Ft dapat direkonstruksi sebagai OF */s/ sepanjang memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis. 10) OF */h/ > Ft /h/
Or /h//#_ dan / V_V Or/Ø//#_ dan / V_V
OF *hu’u * hura *hai *horupe *hoto *iravahu *wehe *wahini *vahu *hina *ha’ate
Ft hu’u hira hai horupe hoto iravahu wehe wahini vahu hina ha’ate
Or hu’u hura hai hohore oto irawau wee waini wau ina a’ate
Arti ‘belanga’ ‘harga’ ‘sudah ‘mengajak’ ‘hutan’ ‘banjir’ ‘darah’ ‘gigi’ ‘mencuci’ ‘menganyam’ ‘tajam’
Data di atas memperlihatkan bahwa dalam subkelompok OF ditemukan fonem konsonan /h/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan frikatif, laringal, tak bersuara pada posisi awal kata (inisial) dan tengah kata (medial) mengalami retensi pada bahasa Ft. Sedangkan pada bahasa Or, fonem konsonan /h/ tersebut mengalami inovasi dalam bentuk perekahan (split) menjadi fonem konsonan /h/ dan /Ø/ pada posisi inisial dan medial. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF pada posisi initial dan medial serta memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */h/. 11) OF */w/ > Or /w/
Ft /w//#_ dan / V_V Ft /v//#_ dan / V_V
33
OF *waite *waya *wehe *wara *wahini *ma’a wari *wetike *wayani *wata *welika *wele *tawane *wa’i
Ft waite waya wehe wara wahini ma’a wari wetike vayani vata velika vele tavane va’i
Or waite waya wee wara waini ma’a wari wetke wayani wata weli wele tawane wa’i
Arti ‘gendong dgn tali’ ‘getah’ ‘darah’ ‘embun’ ‘gigi’ ‘jinak’ ‘menyentil telinga’ ‘ipar’ ‘kelapa’ ‘kiri’ ‘kulit’ ‘menambah’ ‘mengusung’
Data di atas memperlihatkan bahwa dalam subkelompok OF ditemukan fonem konsonan /w/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan semi-vokal, bilabial pada posisi awal kata (inisial) dan tengah kata (medial) mengalami retensi pada bahasa Or. Sedangkan pada bahasa Ft, fonem konsonan /w/ tersebut mengalami inovasi dalam bentuk perekahan (split) menjadi fonem konsonan /w/ dan /v/ pada posisi inisial dan medial. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF pada posisi initial dan medial serta memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */w/. 12) OF */y/ < Ft /y/ < Or /y// V_V OF *iyane *iya *iyara *waya *wayani *iyamari *iyaumu *kayare
Ft iyane iya iyara waya vayani iyamari iyaumu kayare
Or iyone iya iyara waya wayani iyamaro iyaumu kataye
Arti ‘begitu’ ‘kaki’ ‘dagu’ ‘getah’ ‘ipar’ ‘jejak’ ‘kesemutan’ ‘lelah’
34
*payahi *hiyare *taya
payahi hiyare taya
haya iyare taya
‘mangga’ ‘membayar’ ‘tidur’
Data di atas memperlihatkan bahwa dalam subkelompok OF ditemukan fonem konsonan /y/ dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan semi-vokal, medio-palatal pada posisi tengah kata (medial) mengalami retensi bersam pada bahasa Ft dan Or. Artinya, realisasi fonem konsonan /y/ dalam posisi tengah kata pada kedua bahasa itu berasal dari OF */y/ dan tetap bertahan dalam bentuk retensi bersama sebagai fonem konsonan dengan realisasi sebagai bunyi distingtif yang memiliki ciri sebagai konsonan semivokal, medio-palatal /y/. Dengan demikian, jika fonem-fonem konsonan itu ditemukan pada subkelompok bahasa OF pada posisi medial serta memiliki korespondensi yang dapat dijelaskan secara sistemis maka fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi sebagai OF */y/. Selain sistem perubahan konsonan sebagaimana diuraikan di atas, ditemukan pula sistem perubahan fonem sebagai berikut. 13) Penghilangan Vokal pada posisi tengah kata (syncope) pada Or OF *iniri *iripene *maluni *malupe *aparika *mani-manite *mumulai
Ft iniri iripene malune malupe afarika mani-manite mumulai
Or inre irhene malni malpe apra man-mante mumlai
Arti ‘kami’ ‘sepat’ (rasa) ‘(di) luar’ ‘pikun’ ‘setengah’ ‘mantuk-mantuk’ ‘pepaya’
Data di atas menunjukkan bahwa pada bahasa Or telah terjadi inovasi dalam bentuk penghilangan vokal pada posisi tengah kata (syncope). Penghilangan vokal tersebut merupakan kecenderungan umum terjadi pada
35
bahasa Or sebagai salah satu cara untuk memperpendek kata atau pengurangan suku kata. Pengurangan suku kata dalam bentuk penghulangan vokal pada posisi tengah kata umumnya terjadi pada kata-kata yang memiliki tiga suku kata atau lebih dan tidak pernah terjadi pada kata yang bersuku satu dan bersuku dua. 14) Penghilangan pada posisi akhir kata (apocope) pada Or OF *aparika *ilikuara *malupela *welika *maluhi *resini *u’ureke
Ft afarika ilikuara malupela welika maluhi resini u’ureke
Or apra ilikua malhe wele malu resi u’ule
Arti ‘setengah’ ‘ketiak’ ‘keluar’ ‘kiri’ ‘sirih’ ‘sisa, lebih’ ‘biru, hijau’
Selain bentuk syncope sebagai cara untuk memperpendek suku kata, bahasa Or juga memiliki cara dengan penghilangan pada posisi akhir kata (apocope). Proses penghilangan fonem baik dalam bentuk syncope atau apocope merupakan konsekuensi logis akibat pemakai bahasa Or yang cenderung memiliki kebiasaan berbicara cepet. Jika ditinjau dari proses perjalanan sebuah fonem atau kata menuju bahasa sekarang, fonem atau kata pada bahasa Or jelas telah mengalami inovasi dari protofonem atau protokata OF. 15) Pertukaran fonem (metathesis) pada Or OF *etekaure *horupe *kapua *nele *taniri *ipiti *rasa *uta *wahu
Ft etekaure horupe kapua nele taniri ipiti rasa ote wahu
Or etekuare hohore hakua lene tarani itihi sele tau uwa
Arti ‘lepas, jatuh’ ‘mengajak’ ‘burung gagak’ ‘langit’ ‘dahan’ ‘kura-kura’ ‘do’a’ ‘kacang’ (tanah) ‘belut’
36
Data di atas memperlihatkan bahwa proses perubahan bahasa dalam bentuk inovasi pada bahasa Or selain ditemukan berupa syncope atau apocope ditemukan pula dalam bentuk pertukaran fonem (metathesis). Proses metathesis yang terjadi pada bahasa Or, secara teoritis merupakan salah satu cara yang dapat dipilih untuk menciptakan keselarasan bunyi bagi pemakainya.
7.2.4 Rekonstruksi protofonem konsonan OF Berdasarkan fenomena sistem perubahan fonem konsonan di atas dapat dijelaskan bahwa perjalanan panjang subkolompok bahasa OF sampai menjadi bahasa Ft dan Or seperti sekarang ini telah mengalami beberapa proses perubahan bunyi dalam bentuk retensi bersama dan inovasi fonem konsonan sebagai berikut. 1) Proses perjalanan fonem-fonem konsonan subkelompok bahasa OF sampai menjadi bahasa Ft dan Or seperti sekarang telah terjadi proses retensi bersama yaitu konsonan-konsonan */k/, */m/, */n/, */l/, */r/, */y/ pada posisi inisial dan medial serta */’/ pada posisi antarvokal. Dengan kata lain, fonem-fonem konsonan tersebut yang terdapat pada bahasa Ft dan Or sekarang ini merupakan fonem pantulan langsung dari fonemfonem subkelompok OF di masa lalu. 2) Selain terdapat fonem-fonem konsonan yang mengalami retensi bersama pada bahasa Ft dan Or dari fonem konsonan subkelompok OF, terdapat juga fonem-fonem konsonan yang mengalami inovasi dalam bentuk perekahan (split) pada fonem-fonem konsonan berikut ini.
37
a) Split OF */p/ menjadi /p/ dan /f/ pada bahasa Ft, dan menjadi /p/ dan /h/ pada bahasa Or. b) Split OF */t/ menjadi /t/ dan /c/ pada bahasa Ft, dan menjadi /t/ dan /đ/ pada bahasa Or. c) Split OF */s/ menjadi /s/ pada posisi inisial dan medial, /h/, /c/ pada posisi medial pada bahasa Ft, dan terjadi retensi /s/ pada bahasa Or. d) Split OF */h/ menjadi /h/ dan /Ø/ pada bahasa Or, dan terjadi retensi /h/ pada bahasa Ft. e) Split OF */w/ menjadi /w/ dan /v/ pada bhasa Ft, dan terjadi retensi /w/ pada bahasa Or. Arah perubahan fonem konsonan sebagaimana diuraikan di atas dengan melalui berbagai proses retensi bersama dan inovasi dalam bentuk perekahan (split) pada fonemfonem konsonan Ft dan Or dapat disimpulkan bahwa perjalanan panjang fonem-fonem konsonan tersebut dapat direkonstruksi 12 (dua belas) fonem konsonan OF seperti pada tabel berikut.
Bagan 20: Protofonem Konsonan OF T/ Labio- Apiko- Lamino- Medio- DorsoBilabial Laringal Glotal B dental alveolar alveolar palatal velar Hambat
TB
*p
*t
*m
*n
B
Lateral
B
*l
Getar
B
*r
Semi-vokal
*’
B
Nasal
Frikatif
*k
TB
*s
*h
B B
*w
*y
38
7.2.5 Rekonstruksi protokata OF Proses rekonstruksi protokata OF dilakukan sebagai langkah lanjutan setelah dilakukan tahapan penemuan sistem perubahan bunyi dan tahapan rekonstruksi prptofonem vokal dan konsonan pada bahasa-bahasa OF. Tahapan tersebut ditempuh dengan alasan bahwa untuk merekonstruksi protokata OF harus berdasarkan pada protofonem-protofonem yang hanya terdapat dalam OF sebagai bahasa-bahasa berkerabat yang tergabung dalam subkelompok yang sama dan tidak terdapat dalam bahasa-bahas lain di sekitarnya. Perlu juga ditegaskan bahwa meskipun diawali dengan penetapan protofonem OF, tetapi harus juga dilakukan secara timbal balik atau bahkan dapat dilakukan secara bersama-sama. Artinya, bahwa penetapan protokata didasarkan atas pertimbangan distribusi fonem-fonem yang terdapat dalam kata itu sendir. Argumentasinya adalah pertama, fonem-fonem yang direkonstuksi bersumber dari kata-kata, dan kedua, sebaliknya kata-kata dapat ditentukan berdasarkan atas distribusi fonem-fonem yang membentuk kata-kata tersebut. Terlepas dari langkah manapun yang ditetapkan terlebih dahulu, yang pasti adalah bahwa semua itu bersumber dari kata-kata atau leksikon yang hanya dimiliki oleh subkelompok OF. Protokata OF adalah rancang bangun kata-kata sebagai kata asal yang hanya dimiliki bahasa Ft dan Or di masa lalu yang ditetapkan melalui rekonstruksi berdasarkan kata-kata yang terdapat dalam bahasa Ft dan Or saat ini. Penetapan protokata OF ditempuh berdasarkan beberapa langkah dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.
39
1) Rekonstruksi dilakukan dengan prinsip bottom up dan top down Secara umum rekonstruksi protokata OF dilakukan dari bawah ke atas sebagaimana dilakukan pada saat merekonstruksi protokata OFM. Akan tetapi, karana telah ditemukannya protokata OFM maka untuk beberapa kata yang relevan akan menggunakan protokata OFM yang telah ada tersebut dipakai sebagai acuan dalam merekonstruksi protokata OF. Contoh data 1: Kata cure pada bahasa Ft yang bermakna ‘bangun’ dan kata đure pada bahasa Or yang juga bermakna ‘bangun’ harus direkonstruksi sebagai OF *ture ‘bangun’, karena fonem konsonan /c/ dan /đ/ tidak ditemukan dalan protofonem OF. Oleh karena itu, protofonem yang dipakai sebagai acuannya adalah protofonem OFM, yaitu menerapkan prinsip 3) Fonem konsonan OFM */t/ yang menyatakan: selain terjadi proses retensi bersama yang eksklusif pada Mk, Ft, dan Or juga mengalami proses perubahan dalam bentuk split menjadi: a) Mk /t/ dan /d//#_ dan / V_V b) Ft /t/ dan /c/ /#_ dan / V_V c) Or /t/ dan /đ//#_ dan / V_V. 2) Protokata OF segera dapat ditetapkan bila kata yang sama dimiliki oleh bahasa Ft dan Or, dan hanya terdapat pada subkelompok bahasa OF, serta fonem-fonem pada kedua kata tersebut merupakan protofonemprotofonem yang terdapat pada OF. Contoh data 2:
40
Ditemukan kata heni yang bermakna ‘sagu’ pada Ft dan juga kata heni bermakna ‘sagu’ pada Or. Kata: heni ‘sagu’ hanya terdapat pada OF dan tidak ditemukan pada bahasa-bahasa lain di sekitarnya, serta fonem /h/, /e/, /n/, dan /i/ merupakan protofonem yang terdapat pada OF, maka dapat ditetapkan *heni ‘perut’ sebagai protokata pada OF. 3) Jika dalam subkelompok OF terdapat kata yang hanya satu fonem berbeda pada kedua bahasa itu, dan salah satu dari fonem yang berbeda itu terdapat pada protofonem OF, maka protokatanya dapat ditetapkan dengan mengacu pada kata yang mengandung fonem yang terdapat pada protofonem OF. Contoh data 3: Ditemukan kata aja yang bermakna ‘hujan’ pada Ft dan ditemukan pula aya yang bermakna juga ‘hujan’ Kedua kata tersebut memiliki sebuah fonem yang berbeda, yaitu fonem /j/ dan fonem /y/. Dari kedua fonem yang berbeda tersebut fonem /y/ yang ditemukan pada protofonem OF. Oleh karena itu, kata yang ditetapkan sebagai protokata OF adalah aya yang bermakna ‘hujan’. 4) Jika dalam subkelompok OF ditemukan kata yang hanya satu fonem berbeda pada kedua bahasa itu, dan kedua dari fonem yang berbeda itu terdapat pada protofonem OF, maka protokatanya dapat ditetapkan dengan mengacu pada arah perubahan fonem atau sistem yang terjadi subkelompok OF. Contoh data 4:
41
Ditemukan kata ane yang bermakna ‘ada/isi’ pada Ft dan ditemukan pula ani yang bermakna juga ‘ada/isi’ Kedua kata tersebut memiliki sebuah fonem yang berbeda, yaitu fonem /e/ dan fonem /i/. Kedua fonem yang berbeda tersebut ditemukan pada protofonem OF. Pertanyanya adalah kata yang mengandung fonem mana yang harus ditetapkan sebagai protokatanya? Untuk menetapkan protokatanya harus mengacu pada sistem perubahan fonem /i/ dan /e/ yang terjadi pada subkelompok OF. Berikut ini fenomena sistem perubahan bunyi yang terjadi. OF */i/
OF *pari *purapai *wayani *ani *teani *hiyani *mutuni *maluni *iniri *piri
Ft /i//_# dan OF */i/
Or /i//_#
Ft /e//_#
Or /e//_#
Ft pari purafai vayani ane teane hiyane mucune malune iniri piri
Or hari hurapai wayani ani tenai iyani muđuni malni inre hire
Arti ‘angin’ ‘berdagang’ ‘ipar’ ‘ada’ ‘apa’ ‘di atas’ ‘di dalam’ ‘di luar’ ‘kami’ ‘berbohong’
Berdasarkan sistem perubahan bunyi di atas, jelas bahwa fonem /e/ pada posisi final berasal dari OF /i//_#. Oleh karena itu, kata yang ditetapkan sebagai protokata dari ane ‘ada/isi’ dan ani ‘ada/isi’ adalah OF *ani ‘ada/isi’. 5) Jika dalam subkelmpok OF ditemukan kata yang memiliki makna yang sama dan yang berbeda dari keduanya hanya jumlah fonemnya, maka
42
protokatanya ditetapkan berdasarkan sistem perubahan fonem yang berlaku pada subkelompok OF.
Contoh data 5a: Ditemukan kata ahine yang bermakna ‘bernanah’ (untuk luka) pada bahasa Ft dan ditemukan kata aine yang juga bermakna ‘bernanah’ (untuk luka) pada bahasa Or. Kedua kata tersebut memiliki jumlah fonem yang berbeda. Pertanyaan yang terjadi adalah kata yang mana harus direkonstruksi sebagai protokatanya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini dijelaskan berdasarkan sistem perubahan fonem yang terjadi pada subkelompok OF. Pada kasus kedua kata di atas, kehadiran fonem /h/ merupakan fokus yang harus diperhatikan. Pada subkelompok OF, /h/ ditemukan mengalami perekahan (split) menjadi /h/ dan /Ø/pada Or. OF */h/ > Ft /h/
Or /h//#_ dan / V_V Or/Ø//#_ dan / V_V
OF *hu’u * hura *hai *hoto *wehe *wahini *vahu *hina
Ft hu’u hira hai hoto wehe wahini vahu hina
Or hu’u hura hai oto wee waini wau ina
Arti ‘belanga’ ‘harga’ ‘sudah ‘hutan’ ‘darah’ ‘gigi’ ‘mencuci’ ‘menganyam’
Berdasarkan sistem perubahan fonem di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pada kata aine ‘bernanah’ (untuk luka) terjadi /h/ > /Ø/ sebagai
43
akibat proses perekahan (split) pada Or. Oleh karena itu, kasus data (5a) dapat direkonstruksi ahine ‘bernanah’ (untuk luka) sebagai protokata OF.
Contoh data 5b: Ditemukan kata rekise yang bermakna ‘potong’ (setelah tebang) pada bahasa Ft dan ditemukan kata rekse yang juga bermakna ‘potong’ (setelah tebang) pada bahasa Or. Kedua kata tersebut memiliki jumlah fonem yang berbeda. Pertanyaan yang terjadi adalah kata yang mana harus direkonstruksi sebagai protokatanya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini dijelaskan berdasarkan sistem perubahan fonem yang terjadi pada subkelompok OF. Pada kasus (5b) di atas, penghilangan fonem /i/ merupakan fokus yang harus diperhatikan. Pada subkelompok OF ditemukan penghilangan vokal pada posisi tengah kata (syncope) untuk memperpendek (suku) kata pada bahasa Or. Berikut disajikan data yang mendukung fenomena bahasa yang terjadi pada subkelompok OF. Penghilangan vokal pada posisi tengah kata (syncope) pada Or Ft malune malupe iha sarisari afarika mani-manite mumulai
Or malni malpe aha sarsari apra man-mante mumlai
Arti ‘(di) luar’ ‘pikun’ ‘tersesat’ ‘setengah’ ‘mantuk-mantuk’ ‘pepaya’
44
Berdasarkan fenomena bahasa di atas jelas mengindikasikan bahwa kasus (5b) yaitu kata rekse yang bermakna ‘potong’ (setelah tebang) sebagai akibat proses syncope pada Or. Oleh karena itu, kasus data (5b) dapat direkonstruksi rekise ‘potong’ (setelah tebang) sebagai protokata OF. 6) Jika dalam subkelmpok OF ditemukan kata yang memiliki makna sama dan jumlah fonemnya sama ataupun berbeda tetapi letaknya mengalami pertukaran, maka protokatanya ditetapkan berdasarkan sistem perubahan fonem yang berlaku pada subkelompok OF. Contoh data 6: Ditemukan kata kapua yang bermakna ‘burung gagak’ pada bahasa Ft dan ditemukan kata hakua yang juga bermakna ‘burung gagak’ pada bahasa Or. Kedua kata tersebut kebetulan memiliki jumlah fonem yang sama, tetapi letaknya mengalami pertukaran satu dengan yang lainnya. Pertanyaan yang terjadi adalah kata yang mana harus direkonstruksi sebagai protokatanya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini dijelaskan berdasarkan sistem perubahan fonem yang terjadi pada subkelompok OF. Pertama, fonem /p/ pada kapua berkorespondensi dengan fonem /h/ pada hakua, yang telah direkonstruksi sebagai /p/. Kedua, fonem /k/ mengalami pertukaran dengan fonem /h/ yang telah direkonstruksi sebagai /p/ sehingga menjadi pakua pada Or. Proses pertukaran fonem umum terjadi pada Or. Berikut ini disajikan fakta bahasa yang umum terjadi pada bahasa Or.
45
Pertukaran fonem (metathesis) pada Or Ft horupe nele taniri ipiti wahu
Or hohore lene tarani itihi uwa
Arti ‘mengajak’ ‘langit’ ‘dahan’ ‘kura-kura’ ‘belut’
Dengan memperhatikan fakta bahasa di atas jelas mengindikasikan bahwa kasus (6) yaitu kata hakua yang bermakna ‘burung gagak’ sebagai akibat proses metathesis pada Or. Oleh karena itu, kasus data (6) dapat direkonstruksi kapua ‘burung gagak’ sebagai protokata OF. Berdasarkan prinsip rekonstruksi sebagaimana diuraikan di atas, berikut ini disajikan sejumlah protokata OF yang ditetapkan berdasarkan kaidah perubahan bunyi yang terjadi pada subkelompok OF. Protokata OF: *ahine *ale *aluwana *ani *aparika *apatula *ara *atare *asa hoto *aya
‘bernanah’ (pad luka) Ft: ahine ‘padi’ Ft: ale ‘tempat angker’ Mk: aliwana ‘ada, isi’ (berisi) Ft: ane ‘setengah’ Ft: afarika ‘bambu ampel’ Ft: afatula ‘batang’ Ft: ara ‘dukun jahat’ Ft: acare ‘ayam hutan’ Ft: aca hoto ‘hujan’
Or: aine Or: ale Or: aluwana Or: ani Or: apra Or: apatula Or: ara Or: ađare Or: asa oto
46
*eme *emina *emu *eru *etekaure *eteremu *ete uku *ha’ate *hela *heni *hili *hiyare *hiyamoi *hiyare *horupe *hoto *hunutu *hura *i’iri *iha sarisari
Ft: aja ‘ambil’ Ft: eme ‘memberikan’ Ft: emina ‘menguap’ Ft: emu ‘engkau’ Ft: eru ‘lepas’ Ft: etekaure ‘mengenang, mengingat’ Ft: eceremu ‘duri kayu’ Ft: ete uku ‘tajam’ Ft: ha’ate ‘tarik paksa’ Ft: hela ‘sagu’ Ft: heni ‘perangkap’ Ft: hili ‘membayar’ Ft: hiyare ‘mendaki’ (gunung) Ft: hiyamoi ‘tebus’ Ft: hiyare ‘mengajak’ Ft: horupe ‘hutan’ Ft: hoto ‘ubun-ubun’ Ft: hunuti ‘harga’ Ft: hira ‘batu asah’ Ft: i’iri ‘tersedak’ (tersesat) Ft: iha sarisari
Or: aya Or: eme Or: emina Or: emu Or: eri Or: etekuare Or: eđeremu Or: ete uku Or: a’ate Or: hela Or: heni Or: ili Or: iyare Or: iyamoi Or: iyare Or: hohore Or: oto Or: unutu Or: hura Or: i’ir(i) Or: aha sarsari
47
*ihini *ilaka *ilanumu *ilikuara *imiri *ina leu *ina utupai *ini *iniri *ipari *ipile *ipinaka *ira ina *irini *iripene *isile *iya *iya maro *iya pele *iya puka *iya umu
‘kalian’ Ft: ihini ‘gasing’ Ft: ililaka ‘pingsan’ Ft: ilanumu ‘ketiak’ Ft: ilikuara ‘baru’ Ft: imiri ‘alis’ Ft: ina leu ‘memejamkan mata’ Ft: ina utufai ‘pasir’ Ft: ini ‘kami’ Ft: iniri ‘anjing’ Ft: ipari ‘terbang’ Ft: ipile ‘bintang’ Ft: ipinaka ‘sumber air’ (sumur) Ft: ira ina ‘hutan’ Ft: irini ‘sepat’ (rasa) Ft: iripene ‘ikat, mengikat’ Ft: isile ‘kaki’ Ft: iya ‘jejak’ Ft: iya mari ‘telapak kaki’ Ft: iya fele ‘jari kaki’ Ft: iya fuka ‘kesemutan’
Or: i/iu Or: ilaka Or: ilanumu Or: ilikua Or: miri Or: ina leu Or: ina utupai Or: ini Or: inre Or: ihari Or: ihile Or: ihinaka Or: ira ina Or: irimi Or: irhene Or: īle Or: iya Or: iya maro Or: iya pele Or: iya kupa
48
*kaisala *kaise *kapua *kara-kara *kase *katalu *kaune *kaure *ke’ere *kele *kelese *kipi *kiri-kiri *kuare *kuise *kuku *lapai *lapane *lapisu *larini
Ft: iya umu ‘kapas’ Ft: kaisala ‘orang kate’ Ft: kaise ‘burung gagak’ Ft: kapua ‘dahak’ Ft: kara-kara ‘haus’ Ft: kase ‘menggepit’ Ft: katalo ‘pecah’ Ft: kaune ‘menggaruk’ Ft: kaure ‘tangga’ Ft: ke’ere ‘tertawa’ Ft: kele ‘cakar, kuku’ Ft: kelese ‘burung puyuh’ Ft: kipi ‘jamur’ Ft: kiri-kiri ‘bungkuk, bongkok’ Ft: kuare ‘buta’ Ft: koese ‘bisu’ Ft: kuku ‘besar’ Ft: lafai ‘banyak’ Ft: lafane ‘layu’ Ft: lapise ‘akar’ Ft: larini
Or: iya umu Or: kaisala Or: kaise Or: hakua Or: kara-kara Or: kase Or: katalu Or: kaune Or: kaure Or: ke’ere Or: kele Or: kelese Or: kihi Or: kiri-kiri Or: kuare Or: kuise Or: kuku Or: lapai Or: lapane Or: lahisu Or: larini
49
*lause
‘hidup’ Ft: lauhe *lawana ‘emas’ Ft: lawana *lepene ‘ceper’ Ft: lepene *leura ‘daging’ Ft: leura *lia ‘bulu’ Ft: lia *liare ‘menjawab’ Ft: liare *lohai ‘panjang’ Ft: lohai *lori ‘telaga’ Ft: lori *lua ‘kera, monyet’ Ft: lua *luku ‘berbicara’ Ft: luku *ma’a wari ‘jinak’ Ft: ma’a wari *ma’ate ‘manis’ Ft: ma’ate *maka-maka wase ‘berbisik-bisik’ Ft: maka-makase *malare ‘pahit’ Ft: malare *malete ‘sempit’ Ft: malete *maluni ‘(di) luar’ Ft: malune *malupe ‘lupa, pikun’ Ft: malupe *malupela ‘keluar’ Ft: malupela *mani ‘kalung’ Ft: mani *mani-manite ‘mantuk-mantuk’ Ft: mani-manite *maro ‘orang’
Or: lause Or: lawana Or: lehene Or: leura Or: lia Or: liare Or: loai Or: lori Or: lua Or: luku Or: ma’a wari Or: ma’ate Or: maka-maka wase Or: malare Or: malete Or: malni Or: malpe Or: malhe Or: mani Or: man-mante
50
*me’e *miri *mumina *mumulai *muru *mutuni *nakele * name *nami *nana *napi *nawarana *naware *nele *nere *nerena *nita ima *nita name *nita pati *nita tatane
Ft: maro ‘mengembik’ Ft: me’e ‘baru’ Ft: miri ‘besi’ Ft: mumina ‘pepaya’ Ft: mumulai ‘menertawakan’ Ft: moru ‘(di) dalam’ Ft: mucune ‘tersenyum’ Ft: nakele ‘tangkap’ Ft: name ‘laki-laki’ Ft: nami ‘ular’ Ft: nana ‘besok’ Ft: nepe ‘pandai’ Ft: navarana ‘mengetahui’ Ft: navare ‘langit’ Ft: nele ‘mengikuti’ Ft: nere ‘dataran’ Ft: nerena ‘bersetubuh’ Ft: nita ima ‘bergulat’ Ft: nita name ‘berpisah’ Ft: nita pati ‘berjumpa’ Ft: nita tatane
Or: maro Or: me’e Or: miri Or: mumina Or: mumlai Or: muru Or: muđuni Or: nakele Or: name Or: nami Or: nana Or: nahi Or: nawarana Or: naware Or: lene Or: nere Or: nerene Or: ita ima Or: ita name Or: ita hati Or: ita tatane
51
*nono *nope *nunu *nupuru *oto *o’o *o’o pira *o’o lia *orite *pai *paise *pala *palapai *pale *pale *pari *paru *patu *paya *pe *pele
‘bara’ (api) Ft: (aca) nono Or: (ata) nono ‘pagi’ Ft: nope Or: nohe ‘pohon beringin’ Ft: nunu Or: nunu ‘tubuh’ Ft: ufuru Or: nupuru ‘kena’ Ft: oco Or: ođo ‘pintu’ Ft: o’o Or: o’o ‘bibir’ Ft: o’o pira Or: o’o hira ‘kumis’ Ft: o’o lia Or: o’o lia ‘malu’ Ft: orite Or: oirte ‘mengerjakan/kerja’ Ft: fai Or: pai ‘ciduk, menyendok’ Ft: paise Or: haise ‘ladang’ Ft: pala Or: hala ‘petani’ Ft: palafai Or: halampai ‘menggenggam, memegang’ Ft: fale Or: pale ‘ayah’ Ft: pale Or: hale ‘angin’ Ft: pari Or: hari ‘ampas’ (kelapa) Ft: (vata) paru Or: (wata) paru ‘paha’ Ft: fatu Or: patu ‘mangga’ Ft: paya Or: haya ‘musim’ Ft: pe Or: he ‘telapak’
52
*pepele *petu *piri *polo *pore *puīna *puka *putu *ramahe *rekise *sapa *sapi *sasake *seile *somone *sile *ta’a *taile *taitairi *tana kelese
Ft: fele ‘busur’ Ft: fele ‘tikar’ Ft: petu ‘bohong’ Ft: piri ‘tumpul’ Ft: folo ‘kenyang’ Ft: pore ‘bubungan rumah’ Ft: puīna ‘jari’ Ft: fuka ‘rayap’ Ft: futu ‘memeras’ Ft: ramahe ‘potong setelah tebang’ Ft: rekise ‘kudis’ Ft: sapa ‘sisir’ Ft: safi ‘tandus’ Ft: sasake ‘seret’ Ft: seile ‘mengusung, memikul’ Ft: somone ‘adu’ Ft: sile ‘kapak’ Ft: ta’a ‘lambat’ Ft: taile ‘timbangan’ Ft: taitaire ‘kuku’ Ft: tana kelese
Or: pele Or: pepele Or: hete Or: hire Or: polo Or: hore Or: huina Or: kupa Or: putu Or: ramhe Or: rekse Or: sapa Or: sapi Or: sasake Or: seile Or: somone Or: ile Or: ta’a Or: taile Or: taitairi Or: tana kelese
53
*tana tipale *taniri *tapa *tapi *taraleu *tarate *taru *tarute *tarupaha *taru tale *tawane *taya *taya-taya *tei *tele *teru *timine *tina *tita *titi *titiriri
‘tepuk tangan’ Ft: tana tipale Or: tana tihale ‘dahan’ Ft: taniri Or: tarani ‘menembak’ Ft: tafa Or: tapa ‘pasti’ Ft: tapi Or: tepe ‘jantan’ Ft: taraleu Or: taraleu ‘berdarah pada hidung, mimisan’ Ft: tarate Or: tarate ‘tali’ Ft: taru Or: taru ‘kapan’ Ft: tarute Or: tartei ‘berapa’ Ft: tarupaha Or: tarhā ‘memintal tali’ Ft: taru tale Or: taru tale ‘menambah’ Ft: tavane Or: tawane ‘tidur’ Ft: taya Or: taya ‘berbaring’ Ft: taya-taya Or: taya-taya ‘keramat’ Ft: tei Or: tei ‘jagung’ Ft: cele Or: đele ‘memanggil’ Ft: ceru Or: đeru ‘panas’ Ft: timine Or: time ‘menghidupkan’ (apia) Ft: tina Or: tina ‘memetik’ Ft: cica Or: điđa ‘jangkrik’ Ft: titi Or: titi ‘menggigil, gemetar’
54
*toro *tote *totepai *totole *tua ara *tuma *ture *uani *upe *uku *ulutaru *umani *umapale *una *upe *uraka *ūte *utu *wa’i *wahu
Ft: titiriri ‘lembing’ Ft: coro ‘putus’ Mk: tote ‘memutuskan’ Ft: totefai ‘menetak’ Ft: totole ‘pohon aren’ Ft: tua ara ‘domba’ Ft: Cuma ‘bangun’ Ft: cure ‘jantung’ Ft: uani ‘tiada’ Ft: upe ‘duri ikan’ Ft: uku ‘tali pusar’ Ft: ulutaru ‘siapa’ Ft: umani ‘pegang, berpegangan’ Ft: ufale ‘makankah?’ Ft: una ‘tiada’ Ft: upe ‘mentah’ Ft: ureke ‘jahit’ Ft: ōte ‘telur’ Ft: ucu ‘menggendong’ Ft: va’i ‘mencuci’ Ft: vahu
Or: titiriri Or: đoro Or: đote Or: đotempai Or: totole Or: tua ara Or: đuma Or: đure Or: uani Or: uhe Or: uku Or: ulutaru Or: umani Or: umapale Or: una Or: uhe Or: uraka Or: ūte Or: uđu Or: wa’i Or: wau
55
*wahini pali *waite *walale *wali kasa *walini *wali uru *wata hupu *wata piri *wata paru *waya *wayani *welika *yara
‘ompong’ (gigi) Ft: wahini pali Or: wain hali ‘ambin’ (gendong dengan tali) Ft: waite Or: waite ‘cepat’ Ft: valale Or: walale ‘daun telinga’ Ft: wali kasa Or: wali kasa ‘musuh’ Ft: valini Or: walini ‘galak, marah’ Ft: wali uru Or: waluru ‘tandan kelapa’ Ft: vata hopu Or: wata uhu ‘tumbung kelapa’ Ft: vata piri Or: wata hiri ‘ampas kelapa’ Ft: vata faru Or: wata haru ‘air dari, getah’ Ft: vaya Or: waya ‘ipar’ Ft: vayani Or: wayani ‘kiri’ Ft: velika Or: wele ‘dagu, rahang’ Ft: yara Or: yara