6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah
(a) (b) Erupsi G. Colo 1983 (a), Lapangan fumarola, di selatan danau kawah G. Colo (b)
KETERANGAN UMUM Nama
: G. Colo
Nama Lain
: -
Lokasi a. Geografi
: 0o 10' LS dan 121o 36.5' BT.
b. Administratif
: Pulau Una-Una, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah
Ketinggian
: 486,9 m dpl (Bukit Sakora)
Tipe Gunungapi
: Strato
Pos Pengamatan : Desa Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo Sulawesi Tengah. Posisi Geografi: 00o 24’ 42,06” LS dan 121o 51’ 36,84” BT Ketinggian 2 m dpl.
PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Dari Kampung Awo menyusuri Sungai Awo dan Sungai Tanjung Marola langsung menuju puncak kemudian turun ke kawah. Lama perjalanan sampai mencapai kawah ditempuh selama 2 - 3 jam.
Demografi Colo, dalam bahasa daerah suku Bugis berarti korekapi. Seperti diketahui, bahwa penduduk Pulau Una-Una, tempat G. Colo berada, 743
dihuni oleh sebagian besar
masyarakat yang berasal dari suku Bugis dan Gorontalo. Kampung Una-Una adalah ibukota Kecamatan Pulau Una-Una, pulau yang dikenal sangat subur dan merupakan penghasil kopra utama untuk daerah Sulawesi Tengah. Demikian suburnya sehingga diberi julukan sebagai Pulau Ringgit. Selain kelapa, Una-Una juga menghasilkan cengkeh dan hasil laut, terutama ikan, kepiting, dan teripang. Jumlah penduduk sebelum Erupsi 1983 sebanyak 7.000 jiwa. Keadaan tersebut berbalik menjadi daerah gersang setelah dilanda erupsi G. Colo yang berlangsung pada Juli 1983. Hampir seluruh perkampungan rusak parah, bahkan hilang rata dengan tanah dilanda awanpanas dan lahar. Sejak itu kota kecamatan dipindahkan ke Wakai, gugusan Pulau Togian. Tiga tahun kemudian penduduk mulai kembali, terutama bagi mereka yang masih memiliki sisa kebun kelapa atau yang jelas batas tanah miliknya. Pengamatan terakhir yang dilakukan dalam tahun 1999 menunjukkan, bahwa sudah banyak penduduk yang mulai membangun kembali rumah dan mengolah kebunnya yang rusak, tetapi jumlahnya tidak pasti karena sebagian dari mereka belum menetap.
SEJARAH ERUPSI Pulau Una-Una mengambil tempat di tengah Lengan Sulawesi, Teluk Tomini dan disanalah G. Colo tumbuh sebagai gunungapi soliter karena agak menyimpang dari rangkaian Jalur Gunungapi Indonesia. Pada pra-sejarah, pernah terjadi kegiatan vulkanik yang diikuti oleh pembentukan kaldera bergaris tengah 2000 m dan membentuk danau. Dalam tahun 1898 atau awal 1900 terjadi erupsi normal dan meninggalkan sumbatlava yang kemudian dikenal dengan Gunung Colo. Setelah istirahat selama 83 tahun, pada 23 Juli 1983 terjadi erupsi dahsyat yang menghancurkan sumbat lava serta membumihanguskan 2/3 Pulau Una-Una. Berikut ini sekilas tentang Erupsi G. Colo 1983. Pada tahun 1975 ditemukan tembusan solfatara/fumarola baru di suatu bukit di lereng timurlaut, 1.500 m dari puncak. Bukit tersebut berada di luar sistem Kawah Colo dan dikenal dengan Bukit Ambo. Pada 20 Agustus 1982 Pulau Una-Una digoncang gempabumi, sampai dengan akhir Agustus sebanyak 41 kali gempa yang dirasakan penduduk. Badan Meteorologi dan Geofisika stasiun Winangun, Manado mengatakan bahwa, gempa terkuat terjadi pada 24 Agustus, pukul 00.46.43 WITA, berkekuatan 4,6 SR pada kedalaman 30 km. Gempabumi tektonik kembali mengoncang Pulau Una-Una pada awal Juli 1983 yang berkekuataan III pada slaka MMI. Gempa tersebut semakin hari kian bertambah 744
jumlah dan intensitasnya. Secara lengkap disajikan jumlah gempabumi tersebut sejak awal kegiatan sebagai berikut: Tabel Jumlah gempabumi yang terekam selama Juli 1983, menjelang, saat dan pasca Erupsi (utama) G. Colo. Waktu Jumlah gempa Keterangan 3-13 rata-rata 10 Awal gempa 14 33 15 57 16 63 17 77 18 81 Erupsi freatik pertama 19 101 Gempa Utama, 4,6 SR 20 108 21 86 22 75 23 85 Erupsi Utama, pukul 16.23Wita 24 88 25 62 26 97 27 108 28 106 29 72 30 58 31 51
Pada 18 Juli jumlah gempa makin meningkat dan menyebabkan erupsi freatik pertama. Sejak saat itu penduduk mulai diungsikan ke Pulau Togian dan Ampana (daratan Sulawesi), jumlah seluruhnya 7000 jiwa. Saat perahu pengungsi terakhir baru saja merapat di Lengan Sulawesi, tiba-tiba dari kejauhan mereka melihat awan cendawan berukuran raksasa memayungi Pulau UnaUna pertanda G. Colo, gunungapi yang sudah istirahat 83 tahun meletus, tepatnya tanggal 23 Juli 1983, pukul 16.23 WITA. Asap erupsi membumbung sangat cepat dan dalam waktu sekejap sudah mencapai tinggi 15 km. Awanpanas (pyroclastic flow) tipe soufriere memusnahkan 2/3 pulau dalam waktu singkat. Di pantai sekitar Pulau Una-Una ditemukan banyak ikan yang mati, diduga keracunan atau terebus air laut yang mendidih. Selang 4 jam kemudian abu menghujani Kota Palu, 180 km baratdaya Colo setebal 1 cm kemudian menyebar hingga ke selatan sejauh 300 km di Sulawesi Selatan. Abu erupsi juga sampai ke Kalimantan bagian timur. Erupsi mulai mereda pada Oktober 1983 dan berhenti dengan sempurna atau dinyatakan kegiatan G. Colo sudah normal setelah aktif selama 6 (enam) bulan. Pada kejadian tersebut tidak dilaporkan korban jiwa akibat erupsi karena seluruh penduduk sudah diungsikan sebelumnya. Kerusakan rumah dan luas lahan perkebunan yang musnah tidak diketahui dengan pasti. Lahar yang terjadi secara kontinyu selama hampir satu tahun pasca erupsi menyeret endapan hasil erupsi setebal antara 6 - 10 m 745
dan menyempurnakan kerusakan di Pulau Una-Una. Tidak dapat dihitung besarnya kerugian materi dalam peristiwa tersebut. Tabel Kronologi Erupsi G. Colo, Juli 1983 berdasarkan pengamatan visual Tanggal Juli 1983 18 20 21 23
Jam kejadian
09.25 16.23
25 26 27 28
23.25 15.30-17.45 00.02-00.45 02.30-08.45
29 Tanggal 30
23.30-23.55 09.40-18.00 Jam kejadian 16.15
31 Agustus 1 2
18.21-20.00
3 4 6 7 11 12 17 18
19.00s.d 02.00 09.15-11.00 15.20-16.00 11.25-12.00 11.15-12.00 10.45 09.32 10.13-23.05
22
11.48 13.56 10.25 11.34
26 30 September 3 4-30
s.d 02.30 03.14-06.00 08.00-09.00
15.13-17.30
Keterangan Erupsi freatik pertama, asap erupsi 500 m. Pengungsian mulai dilakukan Erupsi asap, asap putih tebal, tinggi 500 m Erupsi asap,berwarna kelabu, tinggi 1.500 m Erupsi utama. Asap erupsi berwarna hitam tebal dan berbentuk cendawan raksasa setinggi 15.000 m Awan panas menggulung Pulau Una-Una sejauh 5.000 m dan menghancurkan 3/4 pulau terutama bagian barat. Erupsi besar, asap setinggi 8.000 m dan awan panas Erupsi, asap erupsi setinggi 1.5.000 m Erupsi terus-menerus, asap erupsi 1.500 m Erupsi dengan tinggi asap 3000 m Erupsi besar terjadi secara menerus, tinggi asap 8.000 m disertai awanpanas Erupsi kecil, asap mencapai tinggi 1.000 m Erupsi menerus dengan tinggi asap antara 1.000-3.000 m Keterangan Erupsi besar disertai lontaran bom dan lapilli. Asap erupsi mencapai 6.000 m Erupsi besar, kolom asap mencapai 7.000 m Erupsi besar, asap mencapai tinggi 7.000 m Erupsi terus-menerus hampir tanpa henti. Kolom asap erupsi mencapai 7.000 m. Erupsi hanya berhenti sejenak kemudian berlanjut kembali hingga keesokan harinya Erupsi masih berlangsung sejak hari sebelumnya Erupsi beruntun dan menerus, kolom asap setinggi 6.000 m idem, kolom asap setinggi 5.000 m Erupsi kecil, asap 1.000 m Erupsi besar, kolom asap setinggi 12.000 m Erupsi besar, asap 8.000 m Erupsi besar disertai awanpanas Erupsi beruntun dan menerus disertai awanpanas. Kolom asap tertinggi 12.000 m Erupsi besar, asap setinggi 8.000 m Terilhat kolom asap disertai awanpanas Erupsi besar, asap setinggi 10.000 m Erupsi besar, asap setinggi 6.000 m Erupsi berukuran sedang, asap setinggi 2.000 m Erupsi-erupsi kecil hingga sedang masih sering terjadi, tetapi sudah mulai berkurang. Tinggi asap erupsi berkisar antara 1.000 - 2.000 m
Catatan: Jam kejadian adalah Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA). Sampai dengan tanggal 22 Juli pengamatan visual langsung dari Pulau Una-Una, setelah terjadi erupsi pengamatan visual dilakukan dari Pos Pengamatan (sementara) di Wakai, Pulau Togian, lk. 40 km dari Pulau Una-Una.
746
Sebaran kolom asap erupsi G. Colo antara Juli hingga awal Agustus 1983, direkam oleh Satelit Meteorologi Jepang (Image, Dr. Sawada)
Setahun kemudian dilakukan penyelidikan terpadu, yaitu penyelidikan seismik dan pemetaan bahan erupsi. Dari seismisitas diketahui bahwa antara Februari hingga Maret 1984 masih terjadi erupsi-erupsi asap secara sporadis dari dalam kawah. Dalam penyelidikan terpadu tersebut pula diketahui, bahwa sumbat lava sudah habis dilontarkan dan menyisakan 3 (tiga) kawah dengan ukuran yang berbeda-beda. Dari pemetaan bahan erupsi diketahui bahwa, ketebalan endapan hasil Erupsi 1983 bervariasi sejak dari pantai hingga ke puncak, sebagai berikut;
sektor timur antara 5 cm - 120 cm
sektor utara antara 35 cm - 140 cm
sektor selatan antara 10 cm - 205 cm
sektor barat antara 50 cm - 600 cm.
747
GEOLOGI Pulau Una-Una berbentuk hampir bulat dengan garis tengah 20 km. Puncak tertinggi adalah Bukit Sakora (486,9 m) yang berada di bagian baratlaut. Aktifitas awal pada masa pra sejarah, terbentuk kaldera yang bergaris tengah 2000 m dengan danau kawah. Dalam kegiatan tahun 1898 atau awal 1900 terbentuk sumbat lava yang dikenal sebagai G. Colo yang berdampingan dengan sebuah danau kawah yang dikenal sebagai Danau Pokai. Sebelum Erupsi 1983, keberadaan Danau Pokai, menjadi tempat pemeliharaan ikan tawar. Danau Pokai berukuran panjang 600 m, lebar 190 m sedalam 1,5 m, berada pada tinggi 250 m dpl. Selama yang dikenal, suhunya tidak pernah melebih suhu udara.
Kenampakan panas bumi berupa tembusan solfatara/fumarola terdapat di puncak G. Colo. Dari bentuk morfologi, kawahnya terbuka ke arah timurlaut, letaknya hampir di tengah pulau, dengan lingkaran utara-selatan sepanjang 1.350 m dan timur - barat sepanjang 1.750 m. Erupsi Juli 1983 merubah semua itu dan menghasilkan 3 kawah, masing-masing Kawah Utama, Kawah II, dan Kawah III. 748
Kawah Utama (bekas sumbatlava) bergaris tengah 1100 - 1350 m. Dalam Mei 1984 digenangi air seluas 67 ha, tetapi dalam Februari 1996 menyusut menjadi 30 ha. Kawah II terletak di sebelah timurlaut Bukit Sakora (puncak tertinggi Pulau Una-Una), berbentuk bulat berdiameter 200 m. Kawah III mengambil tempat di sebelah baratdaya Bukit Sakora. Bentuknya tidak sempurna karena mengalami erosi kuat. Dinding terendah di bagian tenggara terbuka ke arah Kawah Utama
GEOKIMIA Batuan G. Colo dari jenis Andesit. Analisa kimia batuan oleh Koonas (1934) sebagai berikut: Hasil analisa kimia batuan G. Colo Unsur SiO2 Al2O3 Fe2O3 FeO MnO MgO CaO Na2O K2O + H2O H2O TiO2 P2O5
Berat 61,70 15,16 3,58 1,23 0,09 2,07 4,60 5,63 3,20 1,81 0,23 0,38 0,22
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Pemantauan
G.
Colo
dilakukan
secara
menerus
baik
visual
maupun
kegempaannnya dari Pos Pengamatan yang terletak di Desa Wakai, Kecamatan.Una-Una Kabupaten Tojo Sulawesi Tengah.
Visual Pengamatan visual dilakukan dengan mengamati cuaca dan aktivitas G. Colo, meliputi tinggi, warna dan tekanan asap yang keluar dari kawah G. Colo.
Pengamatan Kegempaan Pengamatan seismik pertama kali dilakukan di G. Colo ketika P. Una-Una digoncang gempabumi dalam tahun 1961. Peralatan yang dipergunakan ketika itu adalah seismograf mekanik dari jenis Spindler & Hoyer. Pengamatan seismik berikutnya 749
dilakukan menjelang, selama dan setelah Erupsi 1983 dengan menggunakan Hosaka bersistem telemetri kabel dan MEQ-800 bersistem telemetri radio. Pada tahun 1997 dibangun satu Pos Pengamatan Gunungapi G. Colo di Pulau Wakai, Togian, lk. 40 km dari Pulau Una-Una. Lokasi tersebut dipilih karena secara teknis hampir seluruh wilayah P. Una-Una adalah daerah rawan bencana terhadap erupsi G. Colo. Hal itu terbukti ketika terjadi erupsi dalam tahun 1983.
KAWASAN RAWAN BENCANA G. Colo merupakan gunungapi yang tidak sering meletus dengan interval erupsi antara satu dengan lainnya berkisar dari 2-28 tahun, meskipun intensitas erupsinya cukup dahsyat. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Colo dibagi menjadi tiga tingkatan dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I.
Kawasan Rawan Bencana III Kawasan rawan Bencana III merupakan kawasan yang paling berbahaya, yaitu kawasan kawah atau kaldera yang merupakan sumber erupsi dan kawasan sekitarnya yang selalu terancam bahaya erupsi, berupa a) aliran massa, seperti: awan panas, gas beracun dan kemungkinan aliran lava; dan b) lontaran, seperti: jatuhan piroklastik lebat, hujan lumpur dan lontaran batu (pijar). Kawasan ini tidak untuk hunian. Pemanfaatan sumber daya dan kegiatan lainnya di kawasan ini harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, lahar erupsi, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini dapat dihuni maupun untuk kegiatan lainnya dan masyarakat diharuskan mengungsi jika terjadi peningkatan kegiatan, sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Pernyataan bahwa harus mengungsi, direlokasi, atau tetap tinggal di tempat, dan sudah aman kembali, diputuskan oleh Pemerintah Daerah sesuai ketentuan yang berlaku. Penarikan batas Kawasan Rawan Bencana II didasarkan pada morfologi gunungapi terutama di daerah sekitar puncak dan lereng, serta sejarah kegiatan gunungapi tersebut pada masa lalu baik untuk awan panas, aliran lava maupun lontaran. Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi bila erupsi mendatang sama atau lebih besar daripada erupsi 1983 atau terjadi percampuran magma (magma mixing), sehingga erupsi tersebut 750
merubah morfologi gunungapi secara drastis. Kawasan Rawan Bencana II mencakup daerah seluas 79,2 km2.
Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas. Selama erupsi membesar, kawasan ini berpotensi terkena hujan abu dan lontaran batu (pijar). Kawasan ini dapat digunakan sebagai daerah hunian maupun kegiatan lainnya dengan tetap memperhatikan konservasi alam
dan
lingkungan.
Pembangunan
infrastruktur
yang
vital
dan
strategis
direkomendasikan berada di luar kawasan ini. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Jika terjadi erupsi/kegiatan gunungapi dan atau hujan abu lebat masyarakat dalam Kawasan Rawan Bencana I perlu meningkatkan kewaspadaan, dengan memperhatikan perkembangan kegiatan gunungapi yang dinyatakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, sambil menunggu perintah dari Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Luas Kawasan Rawan Bencana I (warna kuning) ini mencapai 59,1 km2. Kawasan Rawan Bencana I yang berpotensi terlanda hujan abu diperkirakan pada radius 8 km dari pusat erupsi.
751
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Colo
752
DAFTAR PUSTAKA D. Rohendi, 1982, Laporan Pemeriksaan G. Colo di Pulau Una-Una, tidak diterbitkan J.A. Katili, A. Sudradjat, 1984, The Devastating 1983 Eruption of Colo Volcano, UnaUna Island, Central Sulawesi, Indonesia, Geol.Jb, Hannover J.A. Katili, A. Sudradjat, 1989, Gunung Colo, Korekapi Teluk Tomini, Sulawesi Tengah yang membumihanguskan Pulau Una-Una, tidak diterbitkan J.A. Katili, Suparto S, 1994, Pemantauan Gunungapi di Filipina dan Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia K. Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal. 633 - 638 SR. Wittiri, 1984, Laporan Pengamatan Gunung Colo, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan SR. Wittiri, A. Solihin, 1996, Laporan Kunjungan ke Gunung Colo, Pulau Una-Una, Sulawesi Tengah, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan S. Hamidi dkk, 1996, Laporan Pelaksanaan Bimbingan Gunungapi G. Colo di Kecamatan
Una-Una,
Kabupaten
Poso,
Sulawesi
Tengah,
Direktorat
Vulkanologi, tidak diterbitkan Wimpy S. Tjetjep, SR. Wittiri, 1996, 75 Tahun Penyelidikan Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi
753