6.
TlNGGl PARAS LAUT
6.1 Fluktuasi Anomali Tinggi Paras Laut Fluktuasi anomali TPL di masing-masing wilayah disajikan pada Gambar 6.1. I . Pola fluktuasi TPL di wilayah UWI, UW2 dan AS1 berbeda dengan fluktuasi anomali TPL di SECI dan SEC2. Seperti pada awal tahun 1997, anomali TPL di SECI dan SEC2 bernilai negatif, sedangkan di wilayah yang lain bernilai positif. Pada bulan Januari hingga Maret 1997, anomali TPL di wilayah UW1 dan UW2 bernilai positif, lebih tinggi dibandingkan wilayah SECI, SEC2 dan ASI.
Namun
pada bulan April, anomali TPL di daerah U W I dan UW2 mulai menurun menjadi negatif dan
pada bulan Juli hingga Nopember 1997 anomali TPL di daerah
upwelling semakin rendah.
Pada umumnya di sekitar lintang 14"-16" LS yang
merupakan daerah penangkapan ikan Tuna oleh PT. PSB, terjadi anomali negatif TPL yang berarti TPL lebih rendah dari sekitamya (Gambar 6.1.2 dan 6.1.3).
Gambar 6.1.1. Fluktuasi rerata mingguan anomali tinggi paras laut di wilayah UW1, UW2, SECI , SEC2 dan AS1 (1997-1999).
Fluktuasi anomali TPL di SHBT menyebabkan kondisi oseanografi di SHBT cukup dinamis. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya di perairan tersebut. Adanya variasi anomali TPL secara spasial akan mempengaruhi kedalaman lapisan termoklin. Perubahan lspisan termoklin akan menyebabkan perubahan fishing layer TMB (Hanamoto, 1986). 6.2 Anomali TPL Pada Saat Perubahan Musim
Analisis spektral menunjukkan adanya variasi musim anomali TPL secara signifikan di seluruh wilayah dengan periode variasi 26 minggu, 52 minggu dan 78 minggu (Gambar 6.2.1).
Periode 26 dan 52 minggu merupakan representasi
perubahan pola musim yang berhubungan dengan pergerakan sistem angin muson. Disamping pengaruh pergerakan angin, gelombang Rossby juga mempengaruhi anomali TPL di Samudra Hindia (Chambers et a/., 1999). Pada saat musim timur, anomali TPL cenderung lebih rendah (bemilai negatif) khususnya di wilayah UWI dan UW2, sedangkan di wilayah SECl dan SEC2 anomali TPL cenderung lebih tinggi (bemilai positif). Sebaliknya pada musim barat anomali TPL di UW1 dan UW2 bemilai positif dan di SECl dan SEC2 bemilai negatif. Terjadinya perubahan sistem angin muson di Samudra Hindia, juga mempengaruhi pola pergerakan rnassa air di SHBT.
Arah dan kecepatan angin
yang mantap pada periode musim timur menyebabkan massa air di sekitar pantai Selatan Jawa terdorong menjauhi pantai sehingga terjadi kekosongan massa air. Terjadinya kekosongan ini menyebabkan TPL menjadi lebih rendah. Sebaliknya pada musim barat, terjadi penumpukan massa air di sekitar pantai Selatan Jawa sehingga TPL cenderung lebih tinggi.
(b) Spectral analysis: UW2
58.
. . . . . . . . . . . . . . . .
4E5 .
3E5 .
2E5 .
,
P e r i d (minggu)
5E5
4E5
-E
.-h
,
,
,
, (c) Sy3ra;ana?,SECl
,
,
,
.
,
/
00
(c)
3E5 -
20 10
40 30
80
60
50
70
100 90
120 110
140 130
160 150
Periode (rninggu)
(d)Spectral anat@: SEC2
TI,^
5E5
4E5
.
.$ 3E5
d
B -
3 cn
1E5 -
1
2E5 .
,
.
V)
1E5 .
1E5 -
0
0
20 10
M
80
60
40 50
70
120
100 110
90
la
140 1 3
150
0' 0
20 10
Peliode (mhggu)
80 100 120 140 160 70 90 110 130 150 Periode (minggu)
60
40 30
50
(e) Spectral analysis: AS1
. . . . . . . . . . . . . . . .
5E5
4E5 b .-
.
3E5 .
n -
(e)
e
1
2E5 .
V)
lE5
.
0 0
A
20
10
40 30
80 100 120 140 160 70 90 110 130 150 Periode (minggu)
60 50
Gambar 6.2.1. Analisis speMral anomali tinggi paras laut rerata mingguan di (a) U W I , (b) UW2, (c) SECI, (d) SEC2 dan (e) AS1 tahun 1997-1999.
139
6.3 Anomali TPL Pada Saat El Niiio dart IODM
Adanya variasi anomali TPL yang mempunyai periode 78 minggu, merupakan representasi pengaruh perubahan iklim global seperti El Nifio dan IODM di SHBT. Korelasi antara indeks DM1 dan anomali TPL signifikan di UWI, UW2 dan AS1 serta terlihat kecenderungan bahwa semakin kuat IODM tinggi paras laut semakin rendah (Gambar 6.3.1). Hal ini terjadi sebagai akibat dari anomali positif kecepatan angin yang terjadi di SHBT pada saat terjadinya IODM. Korelasi yang tidak signifikan antara indeks DM dan anomali TPL di SECl dan
SEC2 menunjukkan bahwa
kejadian IODM tidak secara
mempengaruhi anomali TPL di wilayah tersebut.
langsung
Menurut Saji et al., (1999),
fenomena IODM pertama-tama terlihat di UW2 kemudian berkembacg di UW1 dan saat itu TPL di UW1 menjadi lebih rendah sebagai akibat dari proses upwelling yang terjadi.
Korelasi silang menunjukkan adanya time lag sekitar 1-3 rnifiggu antara
perubahan TPL di UW1 dan UW2 dengan TPL di SECl dan SEC2. Pada periode musim barat tahun El Nifio 1998, anomali TPL cenderung bemilai negatif sedangkan periode musim timur cenderung positif. Korelasi antara indeks SO1 dan anomali TPL menunjukkan semakin kuat El Niiio, TPL semakin rendah dan korelasi signifikan di semua wilayah (p = 0.05). terjadi di wilayah AS1 dan terendah di SECl (Gambar 6.3.2).
Nilai korelasi tertinggi
a).
UW1
I
c). SECl
d) SEC2 1
dm i
DM ann
t
Gambar 6.3.1. Korelasi antara Dipole Mode Index dan anomali TPL di wilayah (a) UWl, (b) UW2, (c) SECI, (d) SEC2 dan (e) ASI.
c). SEC 1
Sol
I
m .
I
1
(SECI) r = 0.43
-6
+ +
d). SEC2
-200 4 Sol
388,
I
e). AS1
1
Sol qnn
"" ( I
I
I
--Sol
Gambar 6.3.2. Korelasi antara Southem Oscj//atjon Index dan anomali TPL di wilayah (a) U W I , (b) UW2, (c) SECI, (d) SEC2 dan (e) AS!.
6.4 Hubungan antara TPL dan Kedalaman Lapisan Termoklin.
Tinggi paras laut di perairan Indonesia berkorelasi secara signifikan dengan kedalaman lapisan termoklin.
Pada saat TPL rendah, lapisan termoklin mengalami
pendangkalan (Bray et.al, 1996, Susanto et a/., 2001). Demikian juga berdasarkan hasil penelitian (Cipollini et a/., 2000), pengaruh gelombang Rossby yang menyebabkan perubahan tinggi paras laut sebesar 5 cm dalam skala 500 km (1 periode gelombang) dapat mengakibatkan perubahan lapisan termoklin sekitar 50 meter (Gambar 6.4.1)
1-<
Arah propagasi Tinggi paras laut
Gambar 6.4.1. Skema perubahan tinggi paras laut dan termoklin akibat gelombang Rossby (Cipollini, et a/., 2000). Hal yang sama juga terlihat di wilayah UWI-SEC1, pada saat terjadi anomali negatif TPL, Gambar 6.4.3).
lapisan termoklin mengalami pendangkalan (Gambar 6.4.2 dan Adanya hubungan antara TPL yang diindera dari satelit dengan
perubahan kedalaman lapisan terrnoklin menunjukkan bahwa citra TPL dapat diaplikasikan untuk pengkajian zona potensial TMB.
Jika terjadi anomali negatif
tinggi paras laut maka fishing layer TMB menjadi lebih dangkal. Pendangkalan termoklin
akan menyebabkan mata pancing longline lebih banyak yang dapat
mencapai fishing IayerTMB, sehingga peluang TMB tertangkap menjadi lebih besar.
September 1997
Oktober 1997 lrn
' 7
Gambar 6.4.2. Anomali TPL rerata bulanan dan sebaran melintang suhu pada bulan yang sama (September dan Oktober 1997) di UW1-SEC1.
Gambar 6.4.3. Anomali TPL rerata bulanan dan sebaran melintang suhu pada bulan yang sama (Nopember dan Desember) di UWI-SEC1.