UNTUK PELAKSANAAN EVALUASI KINERJA PENATAAN RUANG PROVINSI
DOKUMENTASI
&
ARSIP
BAPPENAS Acc.
No.,c:!/:{ ..' .!.-T
crasF
, ......./.5..fre..1...
Checked
:
ff=/./-=.2,stst7....
Tim Penyusun Sujana Royat Dadang Solihin Nana Apriyana Uke M. Hussein Mia Amalia
Pengarah Bambang Bintoro Soedjito Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telp: 021-3926601 Fax 021-3927412 e-mail: [email protected] Gambar sampul diambil dari: http://www.digitalglobe.comiapplications/mapping.shtml
Dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ditetapkan bahwa setiap daerah perlu menyusun RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW). Di samping itu, keberadaan UU No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa implikasi perkembangan penataan ruang pada perubahan yang lebih mendasar
dengan diberlakukannya otonomi daerah. Pemerintah daerah sekarang memiliki wewenang yang luas dalam merencanakan, memanfaatkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang secara luas, nyata dan bertanggung iawab dengan memperhatikan Potensi keanekaragaman dae rah. Keberagaman potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam menimbulkan implikasi pada perbedaan kualitas penyelenggaraan kegiatan penataan ruang di daerah. Berhadapan
dengan kenyataan ini, dibutuhkari satu sistem pengukuran kineria penataan ruang yang diharapkan dapat meniadi instrumen untuk
menilai efektivitas pelaksanaan Penataan ruang yang
dapat
mendorong proses penguatan dan penyemPurnaan aktivitas dan kelembagaan penataan ruang di daerah, baik dari segi substansi maupun dalam pelaksanaan Proses Penataan ruang. Kaiian ini merupakan kegiatan laniutan dari penyelenggaraan seminar pada tahun 200 1 dengan tema "Evaluasi Kinerja dalam Rangka Mendorong Otonomi Daerah". Kaiian ini disusun dengan tuiuan untuk memilih beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kineria penataan ruang. Diharapkan kaiian ini dapat menjadi materi pendahuluan bagi pelaksanaan berbagai kajian laniutan yang diperlukan dalam rangka Penyusunan Indeks Penataan Ruang Daerah.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Para nara sumber yang telah menyediakan waktunya untuk berdiskusi dan memperkaya materi kajian
ini.
Semoga kajian ini dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam kegiatan penataan ruang, khususnya pemerintah daerah untuk ryrewuiudkan pembangunan daerah yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat.
Jakarta, Agustus 2003
Deputi Menteri Negara PPN/Kepala Bapenas Bidang Otonomi Daerah dan Pengembangan Regionat
ez"rpefaBambang Bintoro Soediito
ryI#SNffir Kata Pengantar ............. Daftar lsi ............... Daftar Tabel ..........
I
iii vi
Daftar Gambar Daftar lstilah .......... Daftar Lampiran Bab
I
vii viii
Pendahuluan Latar Belakang ............... 1.2 Tuiuan dan Sasaran Studi .......... Lingkup Studi ........... Lingkup Substansi 1.3. 1.3.2 Lingkup Wilayah Studi ........... 1.4 Hasil yang Diharapkan
l.
I
1.3
I
1.5 MetodologiPenelitian
Bab
ll
4 4 4 5 5
Studi Literatur
2.1
2.2 2.3
Bablll
I
3
Pengembangan Wilayah dalam Konteks Penataan Ruang
6
Penataan Ruang
1t
2.2.1 Umum 2.2.2 Penataan Ruang Daerah 2.2.3 Peran Serta MasYarakat Penilaian Kineria Penataan Ruang Daerah
7
t0
il
t2
MetodologiStudi
I Lokasi Pengumpulan Data 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data .......... 3.3. I ldentifikasi Kegiatan Penataan Ruang 3.
Posisi Penataan Ruang dalam Kebijakan Pemerintah ... Konsep ldeal Penataan Ruang Daerah
Proses Penentuan Indikator Kinerja Penataan Ruang .. Gambaran Umum Kegiatan Penataan Ruang di Propinsi Dl Yogyakarta ................. Analisis lndikator Kinerja Penataan Ruang
Uii Coba Indikator di Daerah....
4.6.1 4.6.2
V
Proses Input Data Pengolahan Data ...........
Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Rekomendasi .................. Daftar Pustaka Lampiran
Bab
I 5.2 5.
tv
27 28 30 39
43 50
5l 54
58 59 60 62
W Tabel 3. I Jadwal Pelaksanaan Studi .......... Tabel 4.1 Kriteria dan lndikator Kineria Penataan Ruang Tahap I ................. Tabel 4.2 Kriteria untuk Mendeteksi Indikator Penataan Tabel Tabet
4.3 4.4
Ruang
Daerah
76 32
44
lndikator dan Parameter Kineria Penataan Ruang Besaran Korelasi antara Variabel Tidak Bebas dengan Variabel Bebas
.........
.
50 55
Gambar
3. I
Kerangka Hirarkis Penilaian Kineria Penataan 22
Ruang
Gambar 4.
I
Hubungan antara Dokumen Perencanaan dan Tata Ruang
29
vi
D$f$S*qrW{tS{l{ :
l. Variabel bebas
Variabel yang nilainya tidak tergantung variabel lain
2. Variabel tidak
bebas :
3. Correlations Peqrson
Correlation
:
Korelasi kuat Korelasi lemah
Multikolinieritas
Variabel yang nilainya tergantung variabel lain
Matrik yang mengganrbarkan besar keterkaitan antarvariabel bebas dan antaravariabel bebas dengan variabel tidak bebas Teriadi korelasilketerkaitan yang kuat apabila nilainya
>
5
Teriadi korelasi/keterkaitan yang lemah apabila nilainya
<
5
Teriadi korelasi/keterkaitan diantara semua variabel bebas
4.
Model Summory R Square
(R2)
:
Nilai
R Squcre
menielaskan seberapa besar
variabel tidak bebas dapat diielaskan oleh variabel bebasnya. Semakin tinggi nilai R2 akan sernakin baik bagi model regresi. Contoh: nilai Rz = 0,8 artinya 80olo variabel tidak bebas dapat diielaskan oleh variabel.bebas yang ada, sedangkan sisanya yaitu20o/o diielaskan oleh sebab-sebab yang lain
5. Coeffcients
Tolerance
:
VIF :
Nilai Tolerance menielaskan seberapa besar suatu variabel bisa diielaskan oleh variabel bebas yang lain Vf F atau Varionce lnflotion Foctor mempunyai persamaan: VIF = | I Tolerance Jika nilai VIF dari suatu variabel > 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF dari suatu variabel < 5, maka variabel tersebut tidak terdapat multikolinieritas
vtl
A Lampiran B Lampiran
Lampiran
C
D Lampiran E Lampiran F Lampiran G Lampiran H
Lampiran
Kuesioner Evaluasi Kineria Penataan Ruang Provinsi Prinsip, Kriteria, dan Indikator Kineria Penataan Ruang (Draft Awal) Kuesioner Penyusunan Indikator Evaluasi Kineria Penataan Ruang Kabupaten/Kota Rekapitulasi Hasil Kuesioner Propinsi Dl Yogyakarta
Data Mentah Multiple Regression Anolysis
lterasi
Multiple Regression
Anolysis -
lterasi 2
-
lterasi
Multiple Regression Anolysis
vill
I
3
l.l.
Latar Belakang
Penataan ruang merupakan Proses yang meliputi perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Mengacu pada pengertian ini, maka penataan ruang semestinya rn"niuOi wadah bagi kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang, sehingga seyogyanya Penataan ruang dapat meniadi acuan dan
pedoman bagi Perumusan kebiiakan pembangunan sektor dan
daerah.
Dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ditetapkan bahwa setiap Daerah Propinsi perlu menyusun Rencana
TataRuangWi|ayah(RTRV{).Disampingitu,keberadaanUUNo. Tahun 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No' 25 Propinsi Kewenangan dan 2000 tentang Kewenangan Pemerintah sebagai Daerah otonom, telah membawa implikasi perkembangan pun"t""n ruang pada perubahan yang lebih mendasar dengan
Pemerintah Daerah untuk melakukan kegiatan yang makin intensif dalam proses Penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang di daerah masing-masing secara mandiri. Pemerintah daerah sekarang memiliki yang luas dalam merencanakan, memanfaatkan dan
-"*"i-,ung
mengendJikan pemanfaatan ruang secara [uas' nyata dan bertinggung iawab. Penyelenggaraan otonomi daerah' khususnya da|am-aspekpenataanruang'diharapkandi|aksanakandengan prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi aktif masyarakat' Pemerataan'
keberlaniutan, keadilan serta dengan memperhatikan Potensi keanekaragaman daerah.
BerdasarkandatatahunlggT||998se|uruhDaerahPropinsi telah memiliki RTRW Propinsi, dengan 9 Propinsi sedang melakukan
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penataan Ruang
revisi terhadap RTRW Propinsinya. Untuk daerah Kabupaten, sampai dengan bulan Maret 1999 sebanyak 42olo RTRW telah ditetapkan sebagai peraturan daerah, 2lolo RTRW telah disahkan oleh Mendagri, 37o/o RTRW dalam tahap penyempurnaan dan pembahasan. Sementara untuk daerah kota, sampai dengan periode
waktu yang sama, sebanyak 50o/o RTRW telah ditetapkan sebagai peraturan daerah, 360A RTRW telah disahkan oleh Mendagri dan l4olo RTRW dalam tahap penyempurnaan dan pembahasan. Penetapan rencana tata ruang menjadi peraturan daerah perlu ditindaklaniuti dengan seperangkat kebiiakan dan peraturan tambahan agar tujuan, sasaran dan alokasi pemanfaatan ruang yang tercantum dalam rencana tata ruang dapat tercapai secara efektif.
Kebijakan
ini mencakup kebijakan dalam pemanfaatan
dan
pengendalian rencana tata ruang, sehingga kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan seialan dengan rencanatata ruang yang telah
ditetapkan.
Pada prakteknya otonomi daerah telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada daerah untuk mengatur "rumah tangga"nya masing-masing. Secara eksplisit ini berarti bahwa masing-
masing daerah berwenang mengatur alokasi sumberdaya dan tata
cara pengelolaannya, serta bertanggung iawab untuk melayani masyarakat secara langsung. Dengan demikian, daerah juga mengemban tanggung iawab neSara dalam rangka pelayanan masyarakat. Karena itu, tidak hanya wewenang yang telah didelegasikan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah, tetapi juga kewaiiban pelayanan kepada masyarakat.
Uraian tersebut mengindikasikan adanya peluang ketidakserasian penataan ruang lintas wilayah sebagai dampak aplikasi kebiiakan otonomi daerah, sehingga diperlukan adanya suatu acuan dalam rangka sinkronisasi tersebut. Di samping itu, perlu pula dilakukan inventarisasi rencana tata ruang wilayah (RTRV$ propinsi, kabupaten, dan kota dan peraturannya di daerah, apakah sudah tersedia dengan lengkap, apakah sudah sesuai dengan visi dan misi pembangunan masing-masing daerah, apakah sudah serasi antar
daerah. Apabila RTRW beserta peraturan pelaksananya sudah lengkap, timbul pertanyaan selaniutnya, apakah rencana tata ruang
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penataan
Rrtang_
digunakan secara efektif oleh pemerintah dan masyarakat, apakah p".tiuipuri masyarakat dalam penataan ruang meningkat, apakah masalah/kasus dan konflik Penataan ruang meniadi berkurang, apakah peraturan daerah dapat secara efektif digunakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Berhadapan dengan kenyataan ini, dibutuhkan satu pengukuran kineria Penataan ruang daerah y"ng diharapkan dapat menjadi instrumen untuk menilai efektivitas pelaksanaan Penataan ruang yang daPat mendorong Proses penguatan dan penyemPurnaan aktivitas dan kelembagaan penataan ruang di daerah. Hal tersebut diharapkan dapat digunakan ulltuk mendorong peningkatan kemampuan dan kineria penyelenggaraan Penataan ruang daerah sebagai salah satu bentuk pelaksanaan otonomi daerah, baik dari segi substansi mauPun dalam pelakanaan Proses pada tahap perencanaan, pemanfaatan, d an pengendal ian pemanfatan ruang' Pada Tahun 2001, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
sebagai sekretaris merangkap anggota Kelompok Keria 3 Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, telah menyelenggarakan seminar "Evaluasi Kineria Penataan Ruang Daerah" yang meruPakan upaya sinkronisasi kegiatan evaluasi kineria Penataan ruang di daerah. Sebagai tindak laniut dari kegiatan tersebut, dilaksanakan studi penyusunan indikator untuk pelaksanaan evaluasi kineria Penataan ruan8.
1.2.
Tuiuan dan Sasaran Studi
Secara umum tujuan yang ingin dicapai pada studi ini adalah menyusun indikator untuk mengevaluasi kineria penataan ruang yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan Penataan ruang' Sasaran yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
l.
Terpilihnya beberaPa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi kineria Penataan ruang
2.
Terlaksananya uii coba indikator terpilih di daerah sampel
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penataan Ruang
3.
Terumuskannya korelasi antara indikator i
1.3.
ndep
e
nde
nt
v o r i oble
dengan depende nt
va ri
sebagai
oble.
Lingkup Studi Lingkup studi mencakup lingkup substansi dan lingkup
wilayah studi. Lingkup substansi memberi gambaran batasan materi yang akan dibahas dalam studi ini. Sementara lingkup wilayah studi memberi gambaran daerah yang terpilih menjadi daerah uji coba.
1.3.
I
Lingkup Substansi Kegiatan penataan ruang merupakan salah satu hasil
kebiiakan publik yang berlangsung dalam suatu siklus yang sifatnya kontinyu, dimulai dari input, proses, output sampai dengan dampak. Selaniutnya, dampak tersebut akan menjadi umpan balik bagi input kegiatan penataan ruang berikutnya. Dampak kegiatan penataan ruang tidak dapat dibatasi oleh waktu dan tidak hanya terbatas pada kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dengan demikian, kendati kegiatan penataan ruang berada dalam konteks spasial, namun evaluasi kinerja penataan ruang tidak dapat hanya dilihat dari proses perencanaan tata ruang sampai pengendalian pemanfaatan ruang, akan tetapi mesti iuga dinilai dampak yang dirasakan masyarakat dengan adanya kegiatan tersebut, baik dampak sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
1.3.2
Lingkup Wilayah Studi Berd asarkan aspek ad mi
n
istratifnya, penataan ruang mel
i
p
uti
wilayah Nasional, wilayah Propinsi, dan wilayah Kabupaten/Kota. Penataan ruang propinsi berfungsi sebagai perantara antara penataan ruang nasional dengan penataan ruang kabupaten/kota. Sementara penataan ruang kabupaten/kota lebih bersifat operasional di daerah. Sebagai studi pendahuluan, maka penelitian ini dibatasi dengan melakukan penyusunan indikator untuk melaksanakan evaluasi kinerja penataan ruang di tingkat kabupaten/kota.
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
Untuk dapat mewakili seluruh populasi kabupaten/kota di Indonesia, diambil daerah sampel kabupaten/kota di tiga propinsi dengan pendekatan kepadatan wilayah, masing-masing dua propinsi di P. Jawa dan satu propinsi di luar P. Jawa. Kabupaten/kotayangada di Pulau Jawa diharapkan dapat mewakili daerah padat dengan
kompleksitas permasalahan penataan ruangnya, sedangkan kabupatenlkota di luar Pulau Jawa untuk mewakili daerah kurang padat dengan permasalahan penataan ruang yang tidak sekompleks permasalahan di Pulau Jawa. Dengan demikian cakupan wilayah
secara keseluruhan menjadi
38
kabupaten/kota,
yaitu
26
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat, 7 kabupaten/kota di Propinsi Kalimantan Barat, dan 5 kabupaten/kota di Propinsi Dl Yogyakarta-
1.4.
l{asilyangDiharapkan
Studi ini akan menghasilkan indikator yang dapat diiadika.n dasar pelaksanaan evaluasi kineria Penataan ruang di daerah dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada di daerah, seperti ketersediaan data, dana, dan sumberdaya manusianya.
1.5.
MetodologiPenelitian
Pelaksanaan studi ini dilakukan selain dengan menggunakan pendekatan analisis komparasi deduktif dan uii-coba empiris di
beberapa daerah, yang mencakup jenjang administrasi propinsi, juga difakukan pendekatan partisipasi aktif (porticiPotory approach) dari masing-masing pelaksana administrasi pemerintahan pemerintah propinsi. Juga dilakukan analisis secara statistik, untuk menguii korelasi antar berbagai variabel.
2.1
Pengembangan Wilayah dalam Konteks Penataan Ruang
Pola penataan ruang yang berorientasi pada pengembangan secara administratif sering tidak menguntungkan pola pembangunan yang lebih makro. Hal ini dikarenakan setiaP wilayah administratif lebih mengutamakan pembangunan di wilayahnya dan mengabaikan potensi-potensi yang ada pada daerah di sekitarnya. Pengembangan yang parsial administratif tersebut iustru akan melemahkan Penataan ruang yang ada, selain penggunaan lahan yang tidak efesien akan terdapat pula high-co st development. Sedangkan bila potensi-Potensi tersebut dapat digali bersama dengan daerah sekitar akan sangat dimungkinkan perkembangan daerah inti tersebut lebih cepat kerena terdapat hubungan yang saling menguntungkan diantara daerahdaerah tersebut.
Karena faktor alokasi sumber daya ekonomi untuk pengembangan suatu wilayah berbeda-beda, maka untuk mengembangkan suatu wilayah diperlukan adanya suatu Penataan
ruang yang tidak hanya melihat ke dalam (internal) namun iuga memperhatikan sumber daya yang ada di luar (eksternal). Karaker dari tiap daerah dan sumber dayayangdimilikinya merupakan suatu sistem interaksi antara berbagai komponen sumber daya dalam suatu siklus, karena itu perlu dikembangkan kaitan yang serasi antara berbagai komponen-komPonen tersebut dalam satu kesatuan penataan ruang yaitu perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Selain itu perlu dikembangkan pula kaitan yang serasi antara komponen sumber daya manusia dan sumber daya alam agar tuiuan
dan sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya dapat tercapai' Sehingga keberadaan penataan ruang yang baik akan menciptakan
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penataan Ruang
pengembangan wilayah yang baik Pula tidak hanya di wilayah yang direncanakan namun iuga di luar wilayah Perencanaan.
Pengembangan wilayah bertuiuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan hidup. Tuiuan ini memilik dimensi yang luas, tidak terbatas pada aspek fisik, tetapi iuga mencakup aspek non-fisik. Oleh sebab itu, upaya pengembangan wilayah melibatkan berbagai stokeholders, diantaranya pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat. Agar upaya pencapaian tuiuan pengembangan wilayah dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien diperlukan pendekatan yang memungkinkan terciptanya
sinergi dari seluruh stakeholders yang berkepentingan melalui keterpaduan program. Dalam konteks ini, penataan ruang dapat diiadikan alat untuk menciptakan sinergi dan keterpaduan terutama dari aspek spasial.
Penataan ruang adalah salah satu bentuk model kebiiakan pengembangan wilayah yang mencakup tiga Proses kegiatan yang saling terkait, yaitu kegiatan Perencanaan tata ruad$r pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga kegiatan tersebut berialan sePerti suatu siklus yang kontinu dalam suatu manaiemen Penataan ruang yang merupakan satu kesatuan proses Perencanaan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
2.2
Penataan Ruang
2.2.1
Umum
Penataan ruang pada intinya adalah kegiatan Pengaturan pemanfaatan sumber daya alam bagi kegiatan berb4gai sektor yang
jangkauannya meliputi setiap tingkat pemerintahan (nasional, propinsi, kabupaten/kota) dan kawasan. Sifat penataannya sangat erat kaitannya dengan uPaya untuk menjaga kelestarian fungsi dan estetika lingkungan hidup, oleh karenanya arahan untuk pemanfaatan ruang perlu memperhatikan Potensi dan daya dukung lingkungan dan sumber daya alam setempat.
Penyusunan lndikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
Berdasarkan
UU No. 24 Tahun 1992
tentang Penataan
Ruang dijelaskan bahwa perencanaan tata ruang adalah suatu proses
penyusunan rencana tata ruang untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusianya serta kualitas pemanfaatan ruang yang secara struktural menggambarkan keterikatan fungsi lokasi yang terpadu bagi berbagai kegiatan. Perencanaan tata ruang dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetap?ut rencana tata ruang berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut
jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya yang didasarkan atas rencana tata ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang. Tuiuan dari penataan ruang berdasarkan UU No. 24 Tahun 1992 adalah:
a.
Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional
b.
Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya
c.
Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk:
-
mewuiudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sejahtera
-
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia
-
meningkatkan pemanfaatan sda dan sumber daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas
-
sd
m
mewuiudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan
Bab
s TJIPttilffi Penataan Pengembangan Wilayah dalam Konteks
2.1
Ruang pada pengembangan
Pola penataan ruang yang berorientasi pola pembangunan secara administratif sering tid"k *"nguntungkan administratif wilayah y"ng fuU,h, makro. Hal iii dikarenakan setiap mengabaikan i.Uii *.ngutamakan pembangunan di witayahnya danPengembangan sekitarnya' potensi-potensi yang ada pada daerah di melemahkan Penataan akan paisial administratif tersebut iustru yang
akan ada, selain Penggunaan lahl yans tidak efesien j"u"lopt"nt' potensi-potensi bila Sedangkan t"raip"t put" higf,-.o,t sekitar akan sangat a"rrutu,'dapat digali bersama dengan daerah
[;;
y*g
lebih cepat kerena dimungkinkan perkembangan daerah inti tersebut diantara daerahterdapat hubungan yang saling menguntungkan daerah tersebut-
untuk Karena faktor alokasi sumber daya ekonomi untuk maka pengembangan suatu wilayah berbeda-beda' adanya suatu Penataan mengembangkan suatu wilayah diperlukan r.u"rr"g
y*g 1io"k h"ny" melihat kt. dillt (internal) namun
iuga
(eksternal)' memperhatit
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penataan Ruang
Untuk dapat mewakili seluruh populasi kabupaten/kota di Indonesia, diambil daerah sampel kabupaten/kota di tiga propinsi dengan pendekatan kepadatan wilalah, masing-masing dua propinsi di P. Jawa dan satu propinsi di luar P. Jawa. Kabupaten/kota yang ada di Pulau Jawa diharapkan dapat mewakili daerah padat dengan
kompleksitas permasalahan penataan ruangnfa, sedangkan kabupaten/kota di luar Pulau Jawa untuk mewakili daerah kurang padat dengan permasalahan penataan ruang yang tidak sekompteks permasalahan di Pulau Jawa. Dengan demikian cakupan wilayah
secara keseluruhan menjadi
38
kabupaten/kota,
yaitu
26 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat, 7 kabupaten/kota di Propinsi Kalirnantan Barat, dan 5 kabupaten/kota di Propinsi Dl Yogfakarta.
1.4.
Hasil yang Diharapkan
Studi ini akan menghasilkan indikator yang dapat diiadikan dasar pelaksanaan evaluasi kineria penataan ruang di daerah dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada di daerah, seperti ketersediaan data, dana, dan sumberdaya manusianya.
1.5.
MetodologiPenelitian
Pelaksanaan studi ini dilakukan selain dengan mengguhakan pendekatan analisis komparasi deduktif dan uli-coba empiris di
beberapa daerah, yang mencakup ienjang administrasi propinsi, luga dilakukan pendekatan partisipasi aktif (participatory spprooch) dari masing-masing pelaksana administrasi pemerintahan pemerintah propinsi. Juga dilakukan analisis secara statistik, untuk menguji korelasi antar berbagai variabel.
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penataan Ruang
-
mewuiudkan keseimbangan kepentingan l<esejahteraan dan lceamanan
Penyelenggaraan penataan
ruang memuat
ketentuan
desentralisasi kewenangan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota. UU No. 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan
Pusat dan Daerah, telah membawa implikasi perlcembangan penataan ruang pada perubahan yang lebih mendasar dengan diberlal
Otonomi daerah telah merubah berbagai kewenangan bidang penataan ruang yang semakin terbatas di tingl
Pusat dan Propinsi, akan tetapi menjadi lebih besar
di
upaten/Kota. Kewenangan Prop nsi sesuai dengan ked ud ukannya sebagai daerah otonom bersifat lintas Kabupaten/Kota dengan Kab
i
kewenangan berupa memfasilitasi penataan ruang lintas Kabupaten/Kota dan memfasilitasi hal-hal yang mungl
pedoman bagi:
a.
Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang
di
wilayah
nasional secara adil dan merata;
b.
Mewuiudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perke m bangan antarwi layah serta keseras ian antarsekto r;
c.
Pengarahan lokasi investasi pemerintah, swasta danlatau masyarakat;
d.
Penataan ruang wilayah Propinsi Daerah Tingl
I dan wilayah
fenJusunan
2.2,2
lndik.tot untut Pdtkttt
Penataan Ruang Daerah Kegiatan penataan ruang kabupaten/kota yang diwujudkan
antara lain melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, yang meliputi:
a. Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota untuk meningkatl
b.
Rencana strul
dan pola
pemanfaatan ruang wilayalr
l
c. Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota d. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah
kabupaten/kota
e.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota ditetapkan dengan
peraturan daerah, memiliki iangka waktu l0 tahun dan menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan. Produk perencanaan tata ruang berisi: (a) pengelolaan kawasan lindung dan l
pembangunan dan sistem permukiman, perdesaan dan perkotaan; (d) sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan dan prasarana pengelolaan lingkungan; (e) penatagunaan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya, serta memperhatikan keterpaduan sumber daya manusia dan sumber daya buatan
Perencanaan tata ruang meniadi pedoman untuk: (") perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten/kota; (b) mewuiudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah kabupaten/kota serta keserasian antar sektor; (.) penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di kabupaten/kota; (a; penyusunan rencana rinci tata ruang di kabupaten/kota; (") pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan
l0
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penataan Ruang
pembangunan; dan
(f) meniadi dasar untuk Penerbitan perizinan
lol
2.2.3
Peran Serta MasYarakat Perencanaan
yang efektif membutuhkan
keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan Proses perencanaannya. Peran serta masyarakat dibutuhkan karena elemen masyarakat merupakan bagian dari perencanaan yang Penting. Masyarakatlah yang akan menerima dan merasakan hasil dari proses Penataan ruang, sehingga dari banyak al(tor yang berperan dalam penataan ruanS' masyarakat merupal
Keterlibatan masyarakat dalam Proses Penataan ruang meliputi tiga hal yaitu pelibatan pada tahap perencanaan ruang, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pada proses perencanaan ruang, masyaral
Proses pelibatan masyarakat dapat diialankan dalam bentuk
yang beragam sePerti mengadakan seminar, lokalcarya, atau sosiaiisasi kegiatan melalui media massa. Masyarakat yans turut terlibat dalam proses Penataan ruang sebaiknya merupakan perwakilan dari elemen masyarakat itu sendiri, sePerti tokoh agama, tokoh adat, kalangan profesi, dan sebagainya. ?ara pelaku yang yang
mewakili ini diharapkan merupakan tokoh-tokoh Yang berpengalaman dan memahami seluk-beluk tentang bidang pembangunan.
Pada proses pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat adalah dalam meniaga keberlaniutan rencana pemanfaatan ruang'
mulai dari melestarikan kawasan lindung hingga melaksanakan prinsip-prinsip good urban ethic. Proses selaniutnya yaitu proses pengendalian Pemanfaatan ruang merupakan suatu mekanisme l
yang telah ditetapkan pada rencana tata
ruang. Peran serta
masyarakat pada tahap tersebut meliputi pelaporan dan pengawasan.
tl
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
Sedangkan untuk penertiban dilakukan oleh Pemerintah. Masyarakat dapat mengadakan pelaporan atas pelanSgaran terhadap rencana tata ruang, atau pelanggaran terhadap prosedur pelaksanaan pemanfaatan
ruang. Pengawasan iuga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui wadah-wadah yang dibentuk secara swadaya oleh masyarakat. Atas perannya dalam pelaporan dan pengaw?san tersebut, masyarakat menjadi bagian yang vital dan turut menentukan arah dari proses Penataan ruang tersebut.
2.3
Penilaian Kinerja Penataan Ruan,g Daerah Pengul
suatu proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan l<egiatan dalam rangka pencapaian sasaran, tujuan, misi, dan visi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, atau proses. Pengukuran kinerja memiliki komponen-komponen yang terdiri atas : (a) penetapan indikator kinerja; (b) pencapaian kinerja; dan (c) evaluasi kinerja. Keberhasilan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah (termasuk pemerintah daerah) sering diukur dari sudut pandang masing-masing stokeho/ders, misalnya lembaga legislatif, instansi pemerintah, LSM, masyarakat, dan sebagainya. ldealnya, penyusunan tel
pelaksanaan program pembangunan dilakukan melalui proses partisipasi yang transparan dari berbagai stokeholders, sehingga diperoleh apa yang diharapkan oleh stakeholders atas kinerja lembaga tersebut.
Pengukuran kineria mencakup penetapan indikator kinerja,
bobot masing-masing indikator dan penetapan capaian indikator kinerja. Pengukuran kinerja setiap kegiaran dapat dilakukan melalui pencapaian yang didasarkan kepada indikator-indikatornya. Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikxor kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data (informasi) untuk menentukan kinerja kegiatan, program dan kebijakan. Penetapan indikator kinerja dapat didasarkan pada indilcator masukan (inputs), indikator keluaran (outputs), indikator hasil (outcomes), indikator manfaat (benefir), dan ind ikator dampak (impocts).
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
Mengingat program dapx terdiri atas berbagai kegiatan, maka pengukuran kineria setiaP Program didasarkan kepada hasil kinerla kegiatan-kegiatan yang terdapat didalamnya' Setiap kegiatan dapat memiliki bobot yang berbeda dalam pengukuran kineria program. Bobot setiap program memerlukan kesepakatan bersama antara pihak eksekutif dan legislatif. Pihak eksekutif mengusulkan dan perlu mendapat persetuiuan dari pihak legislatif' Pedoman dalam penentuan indikator kineria adalah sebagai
berikut:
a. b. c. d.
Spesifik dan jelas. Dapat diulcur secara obyektif, baik kuantitatif maupun kualitatif. Dapat dicapai
Penting dan harus berguna untuk menuniukan pencapaian l<eluaran, hasil, manfaat dan dampak.
e. f.
Cukup flekibet dan sensitif terhadap perubahan. Datanya dapat dikumpulkan, diolah, dianalisis-
Dalam perkembangannya, sistem penilaian bergeser dari penilaian kualitatif ke penilaian kuantitatif walaupun disadari bahwa sistem penilaian tersebut memiliki kelemahan. Pergeseran ini sebagian besar disebabkan oleh kemudahan dalam pembuatan urutan dan kemudahan pembacaan hasil penilaian- Alasan lainnya mengaPa
sistem penilaian tersebut masih digunakan adalah karena dapat memudahkan dalam melakukan perkiraan keadaan suatu daerah atau objek apapun yang akan dinilai. Angka dan nilai tersebut berfungsi sebagai indikator.
Suatu indikator merupakan alat yang dapat dipakai untuk menggambarkan secara sederhana suatu keadaan yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait dalam satu sistem yang lebih besar dan lebih rumit. Indikator tidak dimaksudkan meniadi alat tunggal dalam
evaluasi obiektif atas suatu keadaan. Yang berlaku umum adalah dilakukannya limitasi iumlah indikator untuk memPeroleh gambaran suatu keadaan yang ingin dinilai. Oleh karena itu, walaupun dinilai mengandung banyak kelemahan, Penggunaan indikator dalam iumlah
.
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
terbatas lebih banyak diterima oleh banyak pihak. Dengan iumlah indikator yang terbatas, maka perhatian lebih terarah pada tindakantindakan yang dapat dilakukan untuk mengubah besaran angka atau nilai indikator. Pengembangan dan pemilihan indikator dapat dilakukan secara sederhana karena semua angka atau besaran yang dapat menggambarkan l<eadaan daerah dapat digunakan sebagai indikator. Namun demil
2l gobal dan kemudian nasional,
wawasan tentang pembangunan bergeser ke arah yang lebih memperhatilcan keberlaniutan. Dengan demikian maka diperlul
Selain itu, setelah berlangsungnya reformasi pada tahun 1998, tumbuh iuga kesadaran bahwa kegiatan pembangunan harus berlandaskan penyelenggarzan urusan publik dan privat yang baik berdasarkan prinsip-prinsip good governance yang tanggap terhadap kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat setempar. Indikator-indikator yang dapat menonjolkan asas tersebut di tingkat pemerintah propinsi perlu mendapatkan perhatian secara khusus terutama untuk negara seperti Indonesia yang memiliki keragaman daerah yang sangat tinggi dimana prioritas lokal berbeda satu dengan yang lainnya. Perumusan dan pemilihan indikator dapat dilakukan melalui
dua pendekatan yaitu teknokratik dan humanistik. Pendekatan teknokratik berdasarkan proses berpikir sebagian orang yang dinilai memiliki otoritas dan keahlian untuk membahas dan menentukan indikator yang tepat untuk menilai suatu keadaan. Pendekatan ini akan menghasilkan indikator yang cenderung bersifat sebagai produk
l4
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
ilmiah. Pendekatan humanistik berdasarkan pada pemahaman bahwa setiap individu terlepas dari tingkat keahliannya, dinilai memiliki hak yang sama untuk menentukan indikator. Paham ini berangkat dari pandangan bahwa setiap individu memiliki naluri kecerdasan yang sama seandainya diberi cukup informasi dalam hal menanggapi kemungkinan kelangsungan hidupnya di masa depan. lndikator yang al
Pendekatan teknokratik membutuhkan Peran dominan para pakar. Pakar diminta bantuan untuk merumuskan dan memilih indikator yang sesuai dan dianggap netral dan obyektif terhadap berbagai kepentingan yang muncul. Pada masayang akan datang halhal yang menyangkut kebutuhan orang banyak dan lebih bersifat tidal< menentu karena banyaknya ketidakpastian, dapat mengandalkan pemahaman masyarakat untuk mernilih berbagai kemungkinan yang terbayangkan akan teriadi.
Pendekatan humanistik mengandalkan Peran sebesar mungkin dari masyarakat dalam perumusan dan pemilihan indikator. Pendekatan ini dibangun atas pemahaman bahwa setiap individu
sudah semestinya berhak untuk menentukan dan memilih masa depan bagi dirinya. Masa depan tersebut dalam arti kondisi atau keadaan yang akan ditanggungnya di masa yang akan datang. Pelibatan masyarakat merupakan cerminan dari prinsip good governance. Hasil pemilihan cenderung diterima secara lebih luas.
3.
l.
Lokasi ftengumpulan Data
Dalam rangka penyusunan indikator evaluasi kinerja penataan ruang daerah, penentuan daerah uji coba sebagai sampel menjadi hal yang sangat penting, berkaitan dengan keabsahan proses pemilihan indikator untuk dijadikan indikator kinerja penataan ruang. Dengan pertimbangan alokasi waktu dan dana, diambil sampel dari kabupaten/kota yang ada di tiga propinsi, yaitu 26 kabupaten/kota di PropinsiJawa Barat, 7 kabupaten/kota di Propinsi Kalimantan Barat, dan 5 kabupaten/kota di Propinsi Dl Yogyakarta. Dengan demikian,
iumlah sampel keseluruhan adalah 38 kabupaten/kota. Sampel ini berfungsi sebagai lokasi penguiian indikator sehingga diperoleh indikator terpilih yang dapat menjadi parameter penilaian kinerja Penataan ruang.
3.2.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui survey primer dan survey sekunder. Survey primer dilakukan dengan metode wawancara semi terbuka menggunakan kuesioner. Survey sekunder dilakukan untuk mengumpulkan berbagai peraturan perundangan, studi terkait, dan literatur dari berbagai sumber. Pengumpulan data dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap pertama adalah melakukan inventarisasi berbagai kebijakan dan studi literatur yang terkait
dengan penataan ruang secara langsung dan tidak langsung, menyusun dan menyebarkan kuesioner (Lampiran A) ke seluruh instansi perencana tingkat Propinsi di lndonesia untuk menjaring informasi berdasarkan aspirasi dan pengalaman pemerintah daerah dalam mengimplementasikan kegiatan penataan ruang di tingkat
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan
Ri{llg
Pengumpulan data tahaP Pertama adalah pengkajian ulang kebiiakan, studi literatur, dan garnbaran umum
propinsi. Hasil dari
kegiatan penataan ruang di tingkat propinsi yang akan meniadi masul(an dalam identifikasi prinsip, kriteria, dan indikator kineria penataan ruang. Tahap kedua adalah menyusun dan menyebarkan
kuesioner (Lampiran C) ke lima lembaga/instansi, yaitu Badan Perencanaan Daerah, Dinas Tata'Kota, Kantor Pertanahan, Badan Pusat Statistik dan Sekretaris DPRD di tingkat kabupaten/kota' Penyebaran kuesioner yang kedua ini bertuiuan untuk meniaring informasi yang dapat mendukung pemilihan indil
pembiayaan)
|
(2) Pemanfaatan RTRWK dalam
kegiatan
pembangunan; (3) peranan RTRWK sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang
di
daerah; (4) partisipasi masyarakat dalam
l<egiatan penataan ruanS; (5) fungsi dan peran Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (|KPRD); dan (6) manfaat penataan ruang yang dirasakan masyarakat dan swasia.
3.3.
Analisis Data
Analisis data meliputi kegiatan sebagai berikut: (l) identifikasi kegiatan penataan ruang; (2) identifikasi prinsip, kriteria, dan indikator kinerja penataan ruang; (3) analisis pemilihan indikator.
Proses identifikasi dan pemilihan indikator untuk setiap tahapan kegiatan Penataan ruang menggunakan pendekatan teknokratik, yaitu melibatkan peran dominan para pakar dalam merumuskan dan memilih indikator yang's€suai dan dianggap netral' Pelibatan pakar telah dimulai seiak penyelenggaraan seminar "Evaluasi Kinerja Penataan Ruang Daerah" pada tahun 200 I .
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
3.3.1
ldentifikasi Kegiatan Penataan Ruang
Evaluasi kinerja penataan ruang didahului derrgan identi{ikasi kegiatan pembentuk penataan ruang, terdiri dari perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selan jutnya, peni laian kinerja ketiga kegiatan tersebur d i kelom pokkan menjadi tiga kelompok, yaitu input, proses, dan output.
Perencanaan Tata Ruang
Untuk tahap perencanaan tata ruang, aspel< yang hendak (l) proses penyusunan rencana tata ruang (meliputi
dinilai adalah:
tahap perolehan data dan informasi, analisis dan sintesa, penyusunan rencana, serta evaluasi); (2) prosedur penyusunan rencana tata ruang; dan (3) proses dan prosedur penetapan rencana tata ruang, terlcait dengan pengesahan rencana tata ruang menjadi produt< hukum (Perda RTRWK).
A.
Indikator Input Kelompol< indikator input dapat dilihat pada komponen input dalam aspek perencanaan tata ruang berikut ini:
l. 2. 3. 4. B,
Pemenuhan data untuk penyusunan rencana Dukungan dana untuk perencanaan Kesiapan organisasi atau kelembagaan
Dukungan sumber daya manusia
Indikator Proses Kelompok indikator proses dapat dilihat pada komponen proses dalam aspek perencanaan tata ruang berikut ini:
l. 2. 3.
Proses komunikasi horisontal antar profesional Proses komunikasi horisontal antar pengambil keputusan
Proses komunikasi horisontal antara profesional dengan pengambil keputusan
4.
Proses tranparansi penyusunan perencanaan tata ruang
l8
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
5. C.
Proses partisipasi masyarakat
Indikator Output Kelompok indikator outPut dapat dilihat pada komponen outPut dalam aspek Perencanaan tata ruang berikut ini:
l. 2.
Status rencana tata ruang Kualitas rencana tata ruang
Pemanfaatan Tata Ruang
Untuk tahap pemanfaatan ruang, akan dilakukan penilaian terhadap tingkat pemanfaatan rencana tata ruang wilayah yang ada dan sedang digunakan. Beberapa aspek yang akan dinilai adalah:
-
Upaya-upaya pemerintah daerah untuk membuat kebiiakankebiiakan penuniang dalam bidang hukum, kelembagaan dan pembiayaan sebagai uPaya agar rencana tata ruang wilayah dapat meniadi acuan utama dalam penyusunan rencana sektoral serta dapat diimplementasikan secara konsisten.
-
Seiauh mana program-Program pembangunan yang dibuat mengacu pada rencana tata ruang yang ada.
-
Sejauh mana Program-Program pembangunan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencanatata ruang yang ada
-
Bagaimana pengaruh pelaksanaan
Protram-Program
pembangunan tersebut terhadap kualitas ruang yang ada
-
Seiauh mana kualitas ruang tersebut memberikan pengaruh terhadap kehid u pan masYarakat
A.
Indikator Input
Kelompok indikator input dapat dilihat pada komponen input dalam aspek pemanfaatan ruang berikut ini:
l.
Penggunaan RTRWK sebagai rujukan dalam RaPat Koordinasi Pembangunan di Tingkat Kabupaten/Kota
2.
Kelengkapan peftlturan pelaksanaan dalam pemanfaatan ruang
t9
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kineria Penataan Ruang
B. lndikator Proses Kelompok indikator proses dapat dilihat pada komponen Proses dalam aspek pemanfaatan ruang berikut ini:
l. 2.
Proses komunikasi horisontal antar profesional
Proses komunikasi horisontal antar pengambil keputusan (koordinasi antar instansi sektoral) dalam penyusunan Prosram sena anggarannya
3.
Proses komunikasi horisontal antara profesional
dengan
pengambil keputusan
4. 5.
Proses sosialisasi rencana tata ruang pada masyarakat
C.
Indikator Output
Proses penerbitan perizinan lokasi pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat
Kelompok indikator output dapat dilihat pada komponen outPut dalam aspek pemanfaatan ruang berikut ini:
l.
Kualitas pemanfaatan ruang
2.
Dampak akibat kegiatan pemanfaatan ruang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Untuk tahap pengendalian pemanfaatan ruang, akan dilakukan penilaian terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh dalam upaya Pengawasan dan penertiban -pemerintah daerah pelakanaan program-program pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
A.
lndikator Input Kelompok indikator input dapat dilihat pada komponen input dalarn aspek pengendalian pemanfaatan ruang berikut ini:
20
Penyusunan Indikator untuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja
pq{g" xy:lg
l.
Pembagian tugas pokok, {ungsi, dan tanggung iawab antar instansi yang ielas untuk pengendalian Pemanfaatan ruang
2.
Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia daerah untuk
Pengawasan
dan penertiban dalam
pengendalian
pemanfaatan ruang
3.
Kesiapan dan partisipasi LSM dan unsur m?fyarakat dalam Pengawasan dan Penertiban
4.
Kelengkapan Peraturan pelaksanaan dalam pengendalian pemanfaatan ruang
n
o.
lndilcator Proses Kelompol< indikator Proses dapat dilihat pada lcomponen Proses dalam aspek pemanfaatan ruarrg beril
(-
l.
Proses komunikasi horisontal antar Pengambil keputusan (l
2.
Proses komunikasi lrorisontal antara LSM atau unsur-unsur masyarakat dengan pengambil keputusan
lndikator OutPut Kelompok indikator outPut dapat dilihat pada komponen output dalam aspek pemanfaatan ruang berikut ini:
l. 2. 3.
3.3.2
Berkurangnya konflik pemanfaatan ruang
Efektivitas Program pemanfaatan ruang untuk mewujudkan tujuan-tuiuan Penataan ruanS Efektivitas periiinan Pemanfaatan ruang di lapangan sehingga tercapai kesesuaian antara rencana dengan imPlementasi serta berkurangnya konflik pemanfaatan ruang antar pihak yang berkepentingan
ldentifikasi Prinsip, Kriteria, dan Indikator
Evaluasi kineria penataan ruang menggunakan kerangka hirarkis, terdiri dari tuiuan, prinsip, kriteria, dan indikator. Fungsi dari
2l
Penyusunan Indikator untuk pelaksanaan Evaluasi Kineria penataan Ruang
penerapan kerangka hirarkis adalah sebagai pedoman untuk memformulasikan indikator evaluasi kinerja penataan ruang secara hirarkis, sehingga diperoleh srandar penilaian yang lconsisten, logis dan saling berkaitan. Bagan kerangka hirarkis penilaian kinerja Penataan ruang dapat dilihat pada Gambar 3. t.