5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan (1) Perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten, dengan analisis produksi Cobb-Douglas menghasilkan persamaan (model) Y = 0.31 - 0.04 X1 + 0.783 X2 + 0.173 X3 - 0.453 X4 + 0.057
X5 +
0.83 X6 – 0.4719 X7. Tujuh faktor yang mempengaruhi produksi perikanan gillnet, hanya faktor ukuran luas jaring (X2) yang berbeda nyata, sedangkan faktor yang lain sangat tidak berpengaruh.
Dengan setiap penambahan ukuran
jaring, faktor lain tidak berpengaruh (citeris paribus) mengakibatkan penambahan produksi sebesar 0.783 kg dengan faktor pembatas dalam pengembangan adalah antara lain permodalan nelayan, teknis operasi dan terbatasnya daerah penangkapan ikan. (2) Kabupaten Serang, khususnya Karangantu memiliki wilayah perairan pantai dan perikanan yang cukup potensial.
Perairan Teluk Banten merupakan daerah
penangkapan yang memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis kecil dengan potensi lestari diduga sekitar 829 ton/tahun dan upaya penangkapan optimumnya sekitar 4861 trip/tahun. Secara analisis finansial dan ekonomi, perikanan gillnet di Karangantu dapat dikatakan layak untuk dikembangkan dan menguntungkan serta tingkat pendapatannya melebihi dari upah minimum regional (2005). Mutu hasil tangkapan perikanan gillnet di Karangantu cukup baik, dengan tingkat penanganan dan pengolahan menjadi ikan asin serta dijual dalam keadaan segar ke sekitar Pelabuhan Karangantu, Serang, Tangerang, Bogor dan Jakarta. Komponen dalam pengembangan perikanan gillnet di Karangantu, seperti PPP, TPI dan KUD yang tidak berfungsi sacara optima l, karena terbatasnya fasilitas dan sumberdaya manusia. Selain hanya sedikit lembaga keuangan formal yang diharapkan dapat memberikan bantuan modal kepada nelayan, namun demikian masih digunakan sistem langgan sebagai alternatif pemberi bantuan modal, dan komponen lain yang berperan adalah adanya perusahaan perikanan.
107
(3) Pengembangan potensi sumberdaya ikan dan pemanfaatan perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten masih dapat dikembangkan dengan pengendalian da n pengawasan secara dini dengan cara penggunaan alat tangkap seletif, efisien dan efektif.
Prioritas kebijakan
pengembangan perikanan gillnet di Karangantu (sesuai urutan prioritas) yang dapat dilakukan yaitu : Pertama kebijakan pengembangan oleh Pemda Kabupaten Serang yang diikuti oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, selanjutnya pengembangan ekonomi dan stok sumberdaya ikan serta strategi pengembangannya adalah : 1) Pengendalian dan pembatasan jumlah unit alat tangkap dan upaya penangkapannya (effort), 2) Pembagian dan pengawasan daerah penangkapan ikan (dpi) sesuai dangan jenis alat tangkap yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan, 3) Peningkatan keterampilan nelayan gillnet, permodalan dan pemasaran serta 4) Modernisasi kapal/perahu perikanan gillnet dengan mengganti mesin kapal/perahu perikanan yang lebih besar dan baik serta adanya data statistik yang valid dan akurat.
5.2 Saran (1) Pada Penelitian ini diperoleh gambaran umum mengenai permasalahan dalam pengembangan perikanan gillnet di perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten, yaitu Pemerintah Kabupaten Serang, khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, perlu melakukan tindakan yang konkrit dan berdasarkan fakta yang ada kedalam bentuk kebijakan yang realistis, misalnya pembatasan, pengendalian dan pengawasan perikanan tangkapnya, selain itu perlu dilakukan perbaikan dan pengoptimalan fungsi komponen penunjang perikanan tangkap khususnya perikanan gillnet, antara lain PPP, TPI dan KUD, lembaga keuangan, perusahaan pengolahan ikan, sistem pemasaran serta diperlukan usaha secara berkelompok dan juga mendorong berfungsinya lembaga-lembaga lain yang terkait, khususnya pihak keamanan (polisi, TNI dan Pengawas DKP) sehingga perikanan gillnet di Karangantu khususnya dapat dikelola dan berjalan dengan baik dan optimal.
108
(2) Diperlukan penelitian lanjutan dengan data statistik perikanan yang valid dan akurat
yaitu
mengenai
potensi
sumberdaya
perikanan
dan
tingkat
pemanfaatannya secara menyeluruh seluruh alat tangkap dan disesuaikan dengan jumlah dan jenis perikanan tangkap yang baik dan tepat sehingga dapat diketahui ukuran luas dan mesh perimeter jaring gillnet yang paling efisien, efektif dan optimal serta paling menguntungkan (optimal) perikanan gillnet di Kabupaten Serang, khususnya di Perairan Pantai Karangantu.
109
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2004, Serang dalam Angka Lima tahun 2004. Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang, Banten. 86 hal. Dahuri, R. 2002. Kebijakan Nasional dan Rencana Strategis Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Secara Berkelanjutan. Kongres Mahasiswa Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. IPB. Bogor. 10 hal. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang. 1999-2005. Laporan Tahunan Produksi Perikanan Lima tahunan Tahun 2005. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, Banten. 23 hal. Gasperzs, V. 1992. Analisa Sistem Terapan (Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri). Penerbit Tarsito. Bandung. Hal 17. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Dipublikasikan. Hal 119-121. Kesteven, G. L. 1973. Manual of Fisheries Science. Part I. An Introduction to Fisheries Science. FAO of The United Nation. Rome. 43 p. Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta. 219 hal. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta. Hal 58-65. Martasuganda, S. 2005. Jaring Insang (gillnet). Jurusan Pemenfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 135 hal. Monintja, D. R. 2000. Pemanfaatan Pesisir dan Laut Untuk Kegiatan Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisisr Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 13-18 November 2000. 13 hal. Mugiono. 1994. Studi Tentang Perikanan Cumi-cumi : Tingkat Pemanfaatan dan Potensinya di Selat Alas Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Dipublikasikan. 79 hal. Mulyono, S. 1996. Pengambilan Keputusan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta. 245 hal. 110
Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal. Novela, V. 2004. Unit Penangkapan Gillnet dan Prospek Pengembangannya di Indramayu. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut pertanian Bogor. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor. Hal 46-54. Nurdjana, M. 2000. Mewujudkan Perikanan sebagai Prime Mover Ekonomi Kerakyatan. Majalah Catur Wulanan Kelautan dan Perikanan. Vol. I No. 2 Desember 2000. Pemerintah Daerah Kabupaten Serang. 2005. Data Potensi dan Daftar Jumlah Rumah Tangga Produksi Tahun 2005. Serang-Banten. 23 hal. Pramudya, B. 2001. Ekonomi Teknik. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Tahun Anggaran 2001/2002. Bogor. Hal 102-133. Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi para Pemimpin. Terjemahan oleh Liana S. 1986. Edisi Bahasa Indonesia. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 270 hal. Sasmita, S. 1997. Studi Tentang Bagan Motor dan Kemungkinan Pengembangannya di Desa Mekarsari Kecamatan Pulau Merak, Kabupaten Serang. Instutut Pertanian Bogor. 68 hal. Soekartawi, 1990. Teori ekonomi produksi dengan pokok bahasan analisis fungsi Cobb-Douglas.jakarta:raja grafindo persada. Hal 159-187. Sparre and S. C. Venema. 1992. Introduction to Tropical Fish Stock Assesment : Part II Manual. FAO Fish. Tecc. Pap. Rome. 435 hal. Suganda, D. 2003. Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabupaten Serang. Skripsi. IPB. Bogor. 59 hal. Syamsuddin, S. 1995. Analisis Potensi, Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya dan Upaya Pengembangan Perikanan Tangkap Ikan Pelagis Kecil di Perairan Teluk Banten Serang, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. Hal 21-28. Tuwo, A. 2001. Potensi dan Masalah Desentralisasi Pengelolaan Wilayah Laut, Suatu Tinjauan Ekologis. Prosiding Lokakarya Nasional Sulawesi, Desentralisasi Pengelolaan Wilayah Laut. Hal 4-6. Wahyono, U. 1991. Pola Pengembangan Produksi Rakyat. Prosiding Temu Karya Ilmiah Perikanan Rakyat. 18/19 Desember 1989. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta. 4 hal.
111
LAMPIRAN
112
Lampiran 1. Peta daerah Kabupaten Serang
87 88
Lampiran 2. Peta daerah penangkapan ikan Kabupaten Serang
88 89
Lampiran 3. Dokumentasi kapal/perahu perikanan Karangantu.
90
Lampiran 4. Dokumentasi alat tangkap gillnet Karangantu.
Lampiran 5. Dokumentasi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu.
91
Lampiran 6. Dokumentasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangantu. Lampiran 7. Pengolahan data (statistik dengan minitab)
X1
Mesh 1.Gilnet 1. Silir 2 3 4 5 1. Rampus 2 3 4 5 6 1. Ciker 2 3 4 5
X2
4 2.5 2.25 2.5 2.5 2.25
Luas 192 124 160 124 80 124
2 2 1.75 2 2.25 2 1.5 1.5 1.5 1.25 1.5
60 48 60 48 48 48 24 48 24 18 24
X3
X4
X5
X6
PK
GT
BBM 13.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3
X7 Rp/trimp (rb) 200 100 80 100 100 100
8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 6.3 6.3 6.3 6.3 6.3
80 80 80 80 70 80 70 70 60 70 70
20 18 18 18 20 16
3 4 4 3 3 3
Nelayan 5 4 4 5 4 3
16 20 16 16 18 16 6 12 8 12 12
3 4 4 3 4 4 2 2 2 2 3
3 4 4 3 3 4 4 3 2 2 2
X4 0.477121 0.60206 0.60206 0.477121 0.477121 0.477121 0.477121 0.60206 0.60206 0.477121 0.60206 0.60206 0.30103
X5 0.69897 0.60206 0.60206 0.69897 0.60206 0.477121 0.477121 0.60206 0.60206 0.477121 0.477121 0.60206 0.60206
Y (hs) Produksi 86.5 51.3 64.5 61 33.2 92.7 46 53.4 21.5 36 24.2 30.5 18.2 31.5 16.1 12 14.8
Data telah dilogaritmakan X1 0.60206 0.39794 0.352183 0.39794 0.39794 0.352183 0.30103 0.30103 0.243038 0.30103 0.352183 0.30103 0.176091
X2 2.283301 2.093422 2.20412 2.093422 1.90309 2.093422 1.778151 1.681241 1.778151 1.681241 1.681241 1.681241 1.380211
X3 1.30103 1.255273 1.255273 1.255273 1.30103 1.20412 1.20412 1.30103 1.20412 1.20412 1.255273 1.20412 0.778151
X6 1.123852 0.919078 0.919078 0.919078 0.919078 0.919078 0.919078 0.919078 0.919078 0.919078 0.919078 0.919078 0.799341
X7 2.30103 2 1.90309 2 2 2 1.90309 1.90309 1.90309 1.90309 1.845098 1.90309 1.845098
Y 1.937016 1.710117 1.80956 1.78533 1.521138 1.96708 1.662758 1.727541 1.332438 1.556303 1.383815 1.4843 1.260071
92
0.176091 0.176091 0.09691 0.176091
1.681241 1.380211 1.255273 1.380211
1.079181 0.90309 1.079181 1.079181
0.30103 0.30103 0.30103 0.477121
0.477121 0.30103 0.30103 0.30103
0.799341 0.799341 0.799341 0.799341
1.845098 1.778151 1.845098 1.845098
1.498311 1.206826 1.079181 1.170262
Hasil pengolahan statistik data dengan software minitab
Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 The regression equation is Y = 0.31 - 0.04 X1 + 0.783 X2 + 0.173 X3 - 0.453 X4 + 0.057 X5 + 0.83 X6 - 0.472 X7 Predictor Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Coef 0.312 -0.043 0.7832 0.1735 -0.4528 0.0574 0.832 -0.4719
S = 0.1468 PRESS = 0.769709
SE Coef 1.386 1.115 0.2792 0.5215 0.6390 0.4562 1.602 0.9406
T 0.22 -0.04 2.81 0.33 -0.71 0.13 0.52 -0.50
R-Sq = 83.3% R-Sq(pred) = 33.81%
P 0.827 0.970 0.021 0.747 0.497 0.903 0.616 0.628
VIF 13.5 5.6 4.2 4.1 2.5 12.4 9.0
R-Sq(adj) = 70.3%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 7 9 16
SS 0.96890 0.19405 1.16296
Source X1 X2 X3 X4
1 1 1 1
MS 0.13841 0.02156
DF
F 6.42
P 0.006
Seq SS
0.75214 0.20406 0.00006 0.00511
93
X5 X6 X7
1 1 1
0.00025 0.00186 0.00543
Unusual Observations Obs X1 Resid
8
0.301
Y
Fit
1.7275
1.4698
SE Fit
0.0836
Residual
0.2578
St
2.13R
R denotes an observation with a large standardized residual Saving file as: F:\MINITAB.MP
Lampiran 8. Perhitngan analisis ekonomi dan finansial I. INVESTASI 1. Kapal
Rp. 10.000.000,00
: daya tahan = 10 tahun
2. Alat tangkap Gillnet Rp. 3.500.000,00
: daya tahan = 3 tahun
3. Mesin
Rp. 12.500.000,00
: daya tahan = 6 tahun
Jumlah
Rp. 26.000.000,00
II. PENERIMAAN (50%-50%) (Jumlah trip : 108+82+55 = 245 trip/tahun) Penerimaan Musim Puncak : Kembung
= 15 kg / trip x 108 trip / tahun x Rp. 8.500,00 / kg = Rp. 13.770.000,00
Kurisi
= 5,5 kg /trip x 108 trip / tahun x Rp. 6.000,00 / kg = Rp. 3.564.000,00
Layang
= 4,7 kg /trip x 108 trip / tahun x Rp. 7.000,00 / kg = Rp. 3.553.000,00
Ikan lainnya = 3,6 kg/trip x 108 trip / tahun x Rp.16.000,00/ kg = Rp. 6.220.000,00 Biaya Lelang = 2 % x Rp. 27.108.000,00
= Rp. 542.000,00-
Total Penerimaan Musim Puncak
= Rp. 26.566.000,00
(Jumlah produksi rata-rata pada musism ikan 28,3 kg/hari = 3111 kg/tahun) Penerimaan Musim Biasa :
:
Kembung
= 5,6 kg /trip x 55 trip / tahun x Rp. 10.500,00 / kg
= Rp. 3.234.000,00
Kurisi
= 4,7 kg /trip x 55 trip / tahun x Rp. 7.000,00 / kg
= Rp. 2.068.000,00
Layang
= 1,7 kg /trip x 55 trip/ tahun x Rp. 9.000,00 / kg
= Rp.
Ikan lainnya
= 3,6 kg/trip x 55 trip / tahun x Rp.18.000,00 / kg
= Rp. 3.564.000,00
Biaya Lelang = 2 % x Rp . 9.707.500,00
= Rp.
841.500,00 194.000,00-
94
Total Penerimaan Musim Biasa
= Rp. 9.513.500,00
(Jumlah produksi rata-rata pada musim biasa 15,5 kg/hari = 823 kg/tahun) Penerimaan Musim Paceklik : Kembung
= 3,6 kg /trip x 82 trip / tahun x Rp. 12.000,00 / kg = Rp. 3.542.000,00
Kurisi
= 1,3 kg /trip x 82 trip / tahun x Rp. 9.000,00 / kg = Rp.
959.000,00
Layang
= 1,1 kg /trip x 82 trip / tahun x Rp. 10.000,00 / kg = Rp.
902.000,00
Ikan lainnya
= 0,9 kg /trip x 82 trip / tahun x Rp. 21.000,00 / kg = Rp. 1.550.000,00
Biaya Lelang = 2% x Rp. 6.658.000,00
= Rp.
133.000,00-
Total Penerimaan Musim Paceklik
= Rp. 6.953.000,00
(Jumlah produksi rata-rata pada musim paceklik 6,3 kg/hari = 1691 kg/tahun) Total Penerimaan = Rp. 43.032.500,00 / tahun
(Total produksi rata-rata = 5625 kg/tahun) Lanjutan, III. BIAYA PRODUKSI A. Biaya Tetap 1. Penyusutan kapal
= Rp. 1.000.000,00
2. Penyusutan alat tangkap gillnet
= Rp. 1.167.000,00
3. Penyusutan mesin
= Rp. 2.083.000,00
4. Perawatan: -Kapal
=Rp. 300.000,00/tahun
-Alat tangkap gillnet
= Rp. 300.000,00/tahun
- mesin
= Rp. 200.000,00/tahun
5. Perizinan (SIPI, SIUP dan PAS)
= Rp. 80.000,00 +
Jumlah biaya tetap
= Rp. 5.130.000,00
B. Biaya Tidak Tetap 1. Solar (8,3 liter x 4.300,00 x 245 trip/tahun) = Rp. 8.428.000,00 2. Oli (1,5 liter x Rp.14.000,00 x 40 kali/tahun) = Rp.
840.000,00
3. Perbekalan (Rp. 55.000,00 x 245trip/tahun) = Rp.13.725.000,00+
95
Jumlah Total Biaya
= Rp.22.743.000,00
= Rp. 5.130.000,00 + Rp. 22.743.000,00
Jumlah
= Rp. 27.873.000,00
Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya = Rp. 43.032.500,00 – Rp. 27.873.000,00 = Rp. 15.159.500,00
*Net B/C = S Penerimaan
S Biaya
=
43.032.500
= 1,54
27.873.000
96
Lanjutan,
IV. Perhitungan nilai break event point (BEP)
* BEP =
biaya tetap biaya var iabel 1− penjualan
= 5.130.000 1- 22.743.000 43.032.500 = Rp. 10.915.000,00 /unit/tahun Kelebihan keuntungan dengan BEP adalah : Rp. 4.244.500,00
* BEP ( volume ) =
biaya tetap biaya var iabel unit penjualan− volume penjualan
= 5.130.000 5625 – 22.743.000 = 4461 kg/unit/tahun 5625 Kelebihan produksi rata-rata : 1164 kg/unit/tahun
97
Lampiran 9. Analisis pengembangan kebijakan dengan metode SWOT I. Evaluasi IFE dan EFE Uraian Faktor-faktor Internal dan Eksternal 1. Kekuatan - Potensi Sumberdaya Perikanan - Adanya Unit Perikanan gillnet - Harga Ikan yang Cukup Baik - Adanya program Pemerintah (bantunan, perkreditan dan PEMP) 2. Kelemahan - Kondisi Unit Perikanan Gillnet - Ketrampilan Nelayan (Khususnya Penentuan Daerah Penangkapan DPI) - Data Statistik yang Tidak Akurat dan Valid - Permodalan dan Pemasaran (sistem Langgan/ patron Klien)
Bobot
Rating
Skor
0,81 0.91 0,92 0,65
4 3 4 2
3,24 2,70 3,68 1,30
0,72 0,56 0,68
4 3 3
2,88 1,68 1,36
0,47
2
0.94
Total Skor (Selisih) 4,06 3. Peluang - Jumlah Permintaan Ikan Meningkat 0,58 2 1,16 - Ketrampilan Nelayan Gillnet 0,76 3 2,28 - Kesempatan Kerja 0,78 4 3,16 - Pendapatan Nelayan Gillnet yang cukup 0,51 3 1,53 4. Ancaman - Persaingan Antar Nelayan 0,86 4 3,44 - Produksi Menurun (Merugi) 0,42 1 0,42 - Keamanan yang Mengkhawatirkan 0,54 2 1,08 - Buruh Nelayan Semakin Berkurang 0,68 3 1,94 Total Skor (Selisih) 1,35 II. Matriks SWOT EFE \ IFE Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi SO Strategi WO - Meningkatkan Ketrampilan Nelayan - Meningkatkan Ukuran Mesin - Permodalan dan Pemasaran Kapal - Perlu Adanya Data Statistik yang Akurat dan Valid Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT - Menuntukan Upaya Penangkapan - Pengaturan Daerah Penangk apan Optimum Ikan DPI Sesuai dengan Alat - Pengaturan/Pengendalian Jumlah Tangkap yang Digunakan Alat Tangkap - Peningkatan Faktor Keamanan
98
Lampiran 10. Argumen nilai skala banding berpasangan antar saran-saran implikasi pengembangan perikanan gillnet di PPP Karangantu
Unsur
NB A
Nilai
Kategori Aspek Biologi
1 B
2 7
3 1/7
4 JLP
C
5
1/5
LP
D
1/3
3
SLP
5 B Perlu segera ditata karena Effort melebihi optimum, A tidak berpengaruh D mendukung langsung keadaan effort dan stok, A tidak berpengaruh Unsur A dan D berpengaruh tidak langsung pada stok
Argumen Aspek Aspek Teknologi Sosial 6 7 B A dan B berhubungan sama langsung, A penting tidak untuk langsung kehidupan masyarakat nelayan
Aspek Ekonomi 8 B berpengaruh langsung pada pendapatan, A tidak langsung
A dan C sama perlu dan saling menunjang
C lebih mudah dilaksanakan dibanding A
D lebih berpengaruh nyata hasilnya dari A
A dan D merupakan kegiatan yang saling menunjang
A lebih memberikan efek baik dari D
Keduanya berpengaruh pada pendapatan
99
Unsur
NB B
Nilai
Kategori Aspek Biologi
1 C
2 1
3 1
4 SP
5 Keduanya saling menunjang
D
1/3
3
SLP
B berpengaruh langsung E tidak langsung
Argumen Aspek Aspek Sosial Teknologi 6 7 Keduanya Keduanya sama perlu sama mengalami hambatan karena kebiasaan turuntemurun D Keduanya memerlukan sulit tambahan dilakukan teknologi, B karena tidak kebiasaan yang telah berlangsung
Aspek Ekonomi 8 Kedunya meningkatkan pendapatan masyaratkat
Keduanya dapat meningkatkan pendapatan
Lanjutan,
Unsur 1 D
NB C
Nilai 2 1/3
3 3
Kategori
Argumen Aspek Aspek Teknologi Sosial 5 6 7 C C dan D Keduanya berpengaruh sama-sama berpengaruh langsung diperlukan pada pada stok kebiasaan sedang, D nelayan tidak Aspek Biologi
4 SLP
Aspek Ekonomi 8 C lebih mudah dilaksanakan dari D
Keterangan : A : Meningkatkan keterampilan nelayan gillnet, permodalan dan pemasaran. B : Pembatasan dan pengendalian jumlah alat tangkap yang digunakan dan upaya penangkapannya (effort). C : Pengaturan dan pembagian daerah penangkapan (DPI) sesuai dengan alat tangkap yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan D : Mengganti kapal perikanan menjadi lebih besar dan baik dan pengadaan data statistik yang akurat dan valid.
100
Intensitas : 1 = Kedua unsur sama pentingnya (SP) 3 = Unsur yang satu sedikit lebih penting dari unsur lainya (SLP) 5 = Unsur yang satu lebih penting dari unsur lainya (JLP) 7 = Unsur yang satu jelas lebih penting dari unsur lainya (JLP) 9 = Unsur yang satu mutlak lebih penting dari unsur lainya (MLP) 1/3, 1/5, 1/7, 1/9 = Skala banding berpasangan untuk intensitas 3,5,7,9.
Lampian 11. Perhitugan penentuan bobot pada penilaian perbandingan
berpasangan
I. Prioritas tingkat I kebijakan pengembangan Kebijakan pengembangan
Nelayan
Pengolah Ikan
Pedagang
Pemda
Dinas Perikanan
Nelayan Pengolah Ikan Pedagang Pemda Dinas perikanan Total
1 3 3 5 5 17
1/3 1 1/2 5 3 9,83
1/3 2 1 5 3 11,33
1/5 1/5 1/5 1 1/4 1,85
1/5 1/3 1/3 4 1 5,58
Vector Priori-tas
Matriks Dinormalisasi 0,06 0,18 0,18 0,29 0,29
0,03 0,10 0,05 0,51 0,31
0,03 0,18 0,09 0,44 0,26
0,11 0,11 0,11 0,54 0,14
0,03 0,06 0,06 0,68 0,17
0,05 0,13 0,10 0,49 0,23 1,00
Hasil : Kebijakan Pemda Pengembangan Urutan 1
Dinas Perikanan 2
Pengolah
Pedagang
Nelayan
3
4
5
II. Prioritas tingkat II pelaku
Nelayan
Biologi
Teknik
Ekonomi
Mutu
Pemasaran
Biologi Teknik Ekonomi Mutu Pemasaran Total
1 1/2 3 3 1/5 7,70
2 1 3 1/5 1/5 6,64
1/3 1/3 1 1/4 1/3 2,24
1/3 1/5 4 1 ½ 6,03
1/5 1/5 3 2 1 6,40
Matriks Dinormalisasi 0,13 0,06 0,39 0,39 0,03
0,31 0,16 0,47 0,03 0,03
0,15 0,15 0,45 0,11 0,15
0,05 0,03 0,66 0,17 0,08
0,03 0,03 0,47 0,31 0,16
Vector Prioritas 0,13 0,09 0,49 0,20 0,09 1,00
101
Pengolah Ikan Ekonomi Mutu Pemasaran Total
Ekonomi
Mutu
Pemasaran
1 1/5 1/3 1,53
5 1 3 9
3 1/3 1 4,33
Pedagang
Ekonomi
Mutu
Pemasaran
Ekonomi Mutu Pemasaran Total
1 1/3 ¼ 1,58
3 1 3 7
4 1/3 1 5,33
Vector Prioritas 0,63 0,11 0,26 1,00
Matrik Dinormalisasi 0,65 0,13 0,22
0,56 0,11 0,33
0,69 0,08 0,23
Vector Prioritas 0,60 0,14 0,26 1,00
Matrik Dinormalisasi 0,63 0,21 0,16
0,43 0,14 0,43
0,75 0,06 0,19
Lanjutan. Pemda
Biologi
Teknik
Ekonomi
Mutu
Pemasaran
Biologi Teknik Ekonomi Mutu Pemasaran Total
1 3 3 3 3 13
1/3 1 3 5 5 14,33
1/3 1/3 1 ¼ ½ 2,41
1/3 1/5 4 1 ½ 6,03
1/3 1/5 2 2 1 5,53
Dinas Perikanan Biologi Teknik Ekonomi Mutu Pemasaran Total
Biologi
Teknik
Ekonomi
Mutu
Pemasaran
1 3 5 3 3 15
1/3 1 3 1/3 1/3 4,99
1/5 1/3 1 1/4 1/2 2,28
1/3 3 4 1 1/2 8,83
1/3 3 2 2 1 8,83
Matriks Dinormalisasi 0,08 0,23 0,23 0,23 0,23
0,02 0,07 0,21 0,35 0,35
0,14 0,14 0,41 0,10 0,21
0,05 0,03 0,67 0,17 0,08
Matriks Dinormalisasi 0,07 0,20 0,33 0,20 0,20
0,07 0,20 0,60 0,07 0,07
0,09 0,14 0,44 0,11 0,22
0,04 0,34 0,45 0,11 0,06
0,04 0,36 0,24 0,24 0,12
0,06 0,04 0,36 0,36 0,18
Vector Prioritas 0,07 0,10 0,38 0,24 0,21 1,00
Vector Prioritas 0,06 0,25 0,41 0,15 0,13 1,00
Hasil : Kebijakan Ekonomi Pengembangan Urutan 1
Teknik
Pemasaran
Mutu
Biologi
2
3
4
5
102
III. Prioritas tingkat III pelaku. Sub kriteria Biologi Stok Sumberdaya Ikan Jenis Ikan Total
Stok Sumberdaya Ikan 1
3
0,75
0,75
0,75
1/3 1,33
1 4
0,25
0,25
0,25 1,00
Jenis Ikan
Matriks Dinormalisasi
Vector Prioritas
* Stok sumberdaya lebih penting untuk di kembangkan daripada jenis ikan. Lampiran 12. Prioritas kebijakan pengembangan perikanan gillnet di Perairan Karangantu
Unsur A B C D
A 1 7 1/5 5
B 1/7 1 1/7 1 Jumlah
C 5 7 1 3
D 1/5 1 1/3 1
Vektor Prioritas 0,11 0,42 0,40 0,07 1,00
% 11 42 40 7 100
Prioritas 3 1 2 4
Hasil sesuai urutan : 1. B 2. C 3. A 4. D
: Pembatasan dan pengendalian jumlah alat tangkap yang digunakan dan upaya penangkapannya (effort) : Pengaturan dan pembagian daerah penangkapan ikan (DPI) sesuai dengan alat tangkap yang digunakan serta dan peningkatan faktor kaeamanan : Meningkatkan keterampilan nelayan gillnet, permodalan dan pemasaran : Mengganti kapal dengan kemampuan lebih besar dan baik serta adanya data statistik yang akurat dan valid
103