48. Bersama Kita Berantas Malaria Dipublikasi pada Sabtu, 23 April 2011 oleh sri muliyanti Hari malaria sedunia diperingati pada tanggal 25 April setiap tahun. Sebagai bentuk upaya memerangi penyakit menular ini, peringatan hari malaria sedunia tahun 2011 mengangkat tema “Bersama Kita Berantas Malariai”. Momen ini juga dapat dijadikan sebagai ajang bagi berbagai pihak untuk turut berkontribusi dalam upaya pengendalian malaria. Hari malaria sedunia dapat menjadi perayaan upaya global dalam memberikan pengendalian malaria yang efektif di seluruh dunia. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Melalui world malaria day, negara-negara yang berstatus bebas malaria dapat mempelajari bahaya yang ditimbulkan oleh malaria. Sedangkan bagi negara donor baru, dapat bergabung dalam kerjasama global (global partnership) melawan malaria. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa. Di Rejang Lebong, meski termasuk wilayah pegunungan dengan iklim yang sejuk, penyakit malaria masih ada ini dapat dilihat dari jumlah penderita positif malaria yang sampai dengan bulan maret baru 1 Orang sedangkan penderita klinis sebanyak 171 penderita. Dari tingginya penderita klinis malaria tersebut Dinas Kesehatan mensosialisasikan agar setiap penderita Klinis malaria dilakukan pemeriksaan Laboratorium hingga penegakkan diagnosa dapat secara benar dan tepat guna pengobatan yang rasional. Dalam rangka penanggulangan malaria Dinas Kesehatan pun telah mendistribusikan obat dari kementian kesehatan berupa ARTERIKINE yang merupakan obat malaria bagi penderita Malaria Positif. Untuk mengatasi malaria agar dapat mencapai tahap eliminasi , Dinas Kesehatan Rejang Lebong terus meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap malaria melalui : 1. Peningkatan pendidikan, edukasi, sosialisasi dan advokasi kepada masyarakat luas. 2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam perawatan dan pengobatan malaria. 3. Pemeliharaan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk malaria. Mengingat masalah malaria merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan berbagai aspek seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk sebagai vektor penular maka eliminasi malaria harus dilaksanakan secara kemitraan dengan semua komponen terkait dan menjadi bagian integaral dari pembangunan nasional. Contoh nyata hal ini adalah melalui gerakan gotong royong kebersihan lingkunga karna nyamuk malaria prilaku hidupnya suka di genangan air atau selokan yang tergenang serta semak semak belukar SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
1
49. Ayo Waspada Penyakit Demam Berdarah Dipublikasi pada Kamis, 21 April 2011 oleh sri muliyanti Masyarakat Rejang Lebong diharapkan untuk selalu waspada dan waspada dengan Penularan Penyakit Demam Berdarah Karna penyakit ini mulai kembali menyerang di daerah kita ini sampai dengan bulan april 2011 telah di temukan kasus 8 Penderita Demam Berdarah di beberapa daerah endemis diantaranya Kelurahan Air Bang, Kelurahan Air Meles Bawah, Kelurahan Air rambai dan Kelurahan Adirejo yang merupakan daerah Endemis DBD di tahun 2010 dan ditemukan penderita di daerah tersebut, Gambar : Pembersihan jentik nyamuk Dinas Kesehatan dibawah komando Kabid P3 PL telah Melakukan kegiatan secara proaktif dan Responsif dalam Upaya menekan angka kesakitan Demam Berdarah dan memutuskan mata rantai penularannya dengan melibatkan Puskesmas dan kader serta masyarakata di setiap Kelurahan dan Desa Kegiatan Dinas Kesehatan Rejang Lebong dalam upaya penanganan Demam Berdarah tertuang dalam program POKJANAL DBD Kelompok Oprasional Tingkat Desa/Kelurahan yang mana kegiatannya meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kegiatan Pelacakan Kasus Pemantauan dan Pemeriksaan Jentik Berkala Pembagian abate secara geratis kepada masyarakat Penyuluhan dari rumah ke Rumah tentang Gerakan 3 M Penyuluhan kelompok kepada Masyarakat tentang Penangan Demam Berdarah Penyuluhan ke sekolah – sekolah melalui kegiatan UKS Pembagian Leatflet Demam Berdarah kesekolah Pelaksanaan Fogging ( Pengasapan )
Penanggulangan Demam Berdarah bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan melainkan banyak sektor yang terkait untuk itulah masing – masing desa atau Kelurahan untuk dapat memobilisasi masyarakat dalam gerakan Jumat Bersih atau GJB yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden beberapa waktu yang lalu mencegah akan lebih baik dari pada mengobati secara bersama sama kita atasi Demam Berdarah Keluarga sehat masyarakat sehat kita wujudkan Rejang Lebong Bebas Demam Berdarah
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
2
50. Sosialisasi Penanganan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Dipublikasi pada Kamis, 21 April 2011 oleh sri muliyanti Dalam upaya mencegah terjadinya kasus rabies yang bersumber dari gigitan hewan penular Rabies, seperti Anjing dan Kucing. Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong bekerja sama dengan mahasiswa Poltekkes dan Poskeswan Curup melakukan kegiatan sosialisasi penanganan kasus gigitan Hewan Penular Rabies kepada masyarakat di Desa Kayu Manis Kecamatan Selupu Rejang yang termasuk wilayah Puskesmas Simpang Nangka. Adapun tujuan sosialisasi tersebut : •
• •
Agar masyarakat tahu dan mengerti tentang apa yang harus dilakukan apabila digigit oleh Anjing, baik tindakan kepada Manusia ataupun kepada hewan yang kesemuanya agar pengobatan bisa dilakukan secara rasional, tepat dan benar. Agar terbentuk wadah Rabies Center di Kayu Manis agar masyarakat dapat memberdayakan diri dan keluarga dalam penanggulangan Penyakit Menular terutama penyakit Rabies yang merupakan bagian dari kegiatan Desa Siaga
Selanjutnya masyarakat bermusyawarah untuk membentuk Rabies Center yang di fasilitasi oleh Ka.Subid pemberantasan Penyakit Menular Syamsir skm.MKM dan kegiatan vaksinasi anjing secara massal terhadap semua hewan penular Rabies di Kayu manis, yang mana pelaksanaan di Vaksinasi dilaksanakan oleh Poskeswan Curup dan dibantu dengan adik-adik mahasiswa Poltekkes.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
3
51. Jaminan Persalinan bagi Seluruh Penduduk Dipublikasi pada Senin, 11 April 2011 oleh Lina Program Pemerintah Pusat tahun 2011 melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, telah mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh persalinan penduduk dijamin oleh oleh pemerintah (gratis). Program ini sudah disosialisasikan kepada bidan kordinator di puskesmas dan bidan praktek swasta. Diharapkan pelaksanaan pelayanan bisa segera dilakukan di seluruh fasilitas pemerintah, sambil mempersiapkan prosedur klaim bagi petugas dan sosialisasi ke masyarakat.
Dasar hukumnya: 1. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor TU/Menkes/E/391/II/2011 tanggal 22 Februari 2011 Tentang Jaminan Persalinan 2. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 631/MENKES/PER/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. ¬ Sasaran yang dijamin adalah seluruh penduduk yang belum memiliki jaminan persalinan yaitu : a. Ibu hamil b. Ibu Bersalin c. Ibu Nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan) d. Bayi baru lahir (sampai usia 28 hari) Kepesertaan jaminan persalinan merupakan perluasan kepesertaan Jamkesmas, terintegrasi dan dikelola menurut tata kelola manajemen jamkesmas. Pemanfaatan JAMPERSAL bisa dilayani : 1. Di poskesdes,Pustu,Puskesmas (fasilitas pemerintah tingkat pertama). 2. Bidan/klinik swasta yang menjalin kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola Dinas Kesehatan Rejang Lebong. 3. Rumah Sakit Umum (fasilitas rujukan) di kelas III. Pada daerah lintas batas, misalnya dari desa Taba Mulan kab Kepahiang, bisa berobat di sarana kesehatan di kab Rejang Lebong. Nanti fasilitas kesehatan yg melayani ibu hamil/persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim ke Tim Pengelola /Dinas Kesehatan setempat atau Rejang Lebong, bukan pada daerah asal ibu hamil/bersalin . Jenis pelayanan jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi : 1. Pemeriksaan kehamilan (ANC 4 kali; 1 kali pada trw.I, 1 kali pd trw II dan 2 kali pd trw.III) 2. Pertolongan persalinan normal. 3. Pelayanan nifas ( PNC 3 kali ) termasuk KB pasca persalinan. 4. Pelayanan bayi baru lahir. 5. Penanganan komplikasi pada kehamilan,persalinan,nifas dan bayi baru lahir. ¬ Jenis pelayanan persalinan di fasilitas rujukan (RS) di kelas III: 1. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi (resti) dan penyulit. 2. Pertolongan persalinan dengan resti dan penyulit yg tidak mampu dilakukan di pelayanan SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
4
tingkat pertama. 3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara. 4. Pelayanan KB pasca persalinan (alat, obat dan kontrasepsi disediakan BKKBN) Dalam Kebijakan Operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No. 515/Menkes/SK/III/2011 tentang Penerima dana Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan Dasar untuk tiap Kabupaten/Kota tahun anggaran 2011 diatur beberapa poin, diantaranya pengelolaan Jampersal di setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya. Sementara pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan rencana kerja (Plan Of Action/POA) Puskesmas. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan. Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) V ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung Pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan lanjutan (pemerintah dan swasta).
(secara Jakarta jawab tingkat
Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara klaim untuk Pembayaran di faskes Tingkat Pertama. Sementara pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan dilakukan dengan cara klaim, didasarkan paket INA-CBGs (Indonesia-Case Base Groups) dahulu INA-DRG.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
5
52.
Mewujudkan Kabupaten Rejang Lebong Peduli Lansia
Dipublikasi pada Sabtu, 9 April 2011 oleh tri ms Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia lumayan membaik dengan rata-rata (data tahun 2010) mencapai usia 70,7 tahun, di mana usia harapan hidup perempuan lebih tinggi yaitu 72,7 tahun, sedang lakilaki 68,7 tahun. Jika dirangking berdasarkan UHH, negara kita ada di peringkat 110, seperti bisa dilihat di sini. Membaiknya UHH ini juga menimbulkan perubahan pada komposisi strata penduduk, di mana kelompok lanjut usia (lansia) jumlahnya semakin meningkat. Propinsi dengan usia harapan hidup penduduknya yang tinggi adalah DIY (74,7 tahun) dan terendah di NTB (67,2 tahun). Sementara untuk usia harapan hidup penduduk Propinsi Bengkulu mencapai 71,2 tahun. Secara berseloroh diungkapkan, jika ingin panjang umur tinggal di DIY, dan jika ingin meninggal lebih dini di NTB. Tabel usia harapan hidup per propinsi versi BPS bisa di lihat di sini. Lanjut usia menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Berdasarkan Keppres No 52 tahun 2004, telah dibentuk Komnas Lanjut Usia (lihat di http://www.komnaslansia.or.id/) Menurut BPS tahun 2008, jumlah lansia di Indonesia mencapai 8,37 % atau sebanyak 23,9 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% atau 29 juta pada tahun 2020. Bahkan persentase jumlahnya akan lebih banyak daripada jumlah balita. yang berjumlah 6,9%. Dari jumlah tersebut, lansia perempuan jumlahnya lebih dominan, atau 55% dibanding 45 % jumlah lansia laki-laki. Propinsi yang penduduk lansianya lebih dari 10% dari jumlah total penduduk adalah DIY (14%), kemudian Bali, Jateng dan Jatim. Sementara Propinsi Papua yang paling sedikit jumlah lansianya atau di bawah 5% dari total penduduknya. Penanganan kelompok lansia di Rejang Lebong Jumlah lansia di Rejang Lebong atau penduduk yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan sekitar 6,43 % atau sekitar 15.817 orang. Sebagai proses penuaan alami, warga lanjut usia sangat rentan dengan penyakit, terutama dementia (pikun) dan kemunduran kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena jumlahnya yang semakin meningkat tersebut, diperlukan perhatian pemerintah yang lebih besar terhadap kelompok ini. Program kesejahteraan yang sudah dilakukan misalnya KTP seumur hidup, kemudahan transportasi melalui diskon tiket perjalanan (berlaku pada karcis kereta api, diskonnya 10%), kemudahan antrian dan bantuan social lainya. Di bidang kesehatan, penanganan yang lebih khusus terhadap kelompok lansia ditangani melalui Posyandu Lansia, yang sudah berdiri di setiap puskesmas. SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
6
Pelayanan yang diberikan Posyandu Lansia meliputi : •
•
• • • •
•
Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan besar. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS atau Kartu Menuju Sehat usia lanjut) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
Persiapan menyambut Hari Ulang Tahun Lansia tahun 2011 di Rejang Lebong Seperti tahun-tahun sebelumnya, HUT Lansia di kabupaten Rejang Lebong selalu diperingati dengan acara yang meriah. Demikian juga untuk tahun 2011 ini. Tujuannya adalah mendorong terwujudnya gerakan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lansia. Rencananya kegiatan HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan bersamaan dengan HUT Kota Curup yang ke 131 akan diselenggarakan pada tanggal 18 Mei 2011, dengan acara berupa : • • • • • •
Senam massal lansia (lebih kurang 1000 orang, yang dihadirkan dari Posyandu Lansia) di lapangan Setia Negara Pemberiaan penghargaan terhadap lansia yang berprestasi Pemberiaan doorprize bagi peserta senam lansia Pemberian penghargaan kepada puskesmas ramah lansia Pengukuhan Komisi Daerah Lanjut Usia tingkat Kabupaten (rencananya akan diketuai oleh Wabup) Pelayanan Baksos Kesehatan gratis (tensi darah dan pengobatan umum)
Dengan terbentuknya Komda Lanjut Usia di Kabupaten Rejang Lebong, diharapkan akan menjadi forum kordinasi guna mempercepat penanganan kesejahteraan lansia secara terintegrasi dan terpadu antar lintas sektor. Lahirnya Komda Lansia ini merupakan amanat dari Permendagri No 60 tahun 2008 tentang Komda Lansia dan Pemberdayaan Lansia di Daerah sekaligus sebagai tekad mewujudkan kabupaten Rejang Lebong sebagai kabupaten peduli lansia.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
7
53. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia di Rejang Lebong Dipublikasi pada Sabtu, 7 Mei 2011 oleh tri ms Bertempat di ruang rapat Wakil Bupati Rejang Lebong, Bp Slamet Diyono, SE, siang tadi, Jumat, 4/5/2011, dilaksanakan rapat perdana dalam rangka pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia Kabupaten Rejang Lebong. Peserta rapat yang hadir diantaranya dari Dinkes (Kadinkes, Kabid Binkesmas, Kasi Usila), Dinsosnaker, BPMD, PWRI, Pepabri/Veteran, PU, Bappeda, BMA, PKK, Puskesmas Curup, Puskesmas Perumnas dan RSUD. Rapat dipimpin langsung oleh Bapak Wabup. Dalam pengantarnya, Wabup mengatakan bahwa pembentukan Komda Lansia ini merupakan amanat Permendagri No 60/2008 tentang Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan Lansia. Sebagai Ketua Komda Lansia Kab RL adalah Wabup dan Ketua pelaksana Kepala Bappeda dan wakil Ketua Pelaksana Kadinkes. Sementara sebagai Sekretaris Kabid Binkesmas Dinkes dan peserta rapat yang lain duduk sebagai anggota. Meski agak terlambat, itikad dibentuknya Komda Lansia ini bertujuan membuat forum lintas sector yang tugasnya membantu Bupati dalam melakukan sinergitas kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan lansia. Hal ini penting, mengingat jumlah lansia yang semakin meningkat (di RL penduduk lansia atau warga yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan sekitar 6,43 % atau sekitar 15.817 orang). Peningkatan jumlah lansia ini terkait dengan makin baiknya usia harapan hidup (di Prop Bengkulu mencapai 67,8 tahun). Menurut Wabup, bahkan suatu saat nanti jumlah lansia di Indonesia lebih besar dibanding jumlah balita, sehingga profil piramida penduduk Indonesia bergeser dari mirip segitiga (besar di bawah) menjadi trapezium (besar di atas). Menurut Wabup, meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua SKPD, sehingga saat membuat kebijakan harus sensitive dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya Dinas PU atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para lansia. Sementara Dinas Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang Dinas Kesehatan membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga dilaksnakan di RSUD. Menghadapi Hari Ulang Tahun Lanjut Usia tanggal 29 Mei yang jatuh bertepatan dengan HUT Curup, akan diselenggarakan senam massal lanjut usila dilanjutkan dengan pengobatan gratis di lapangan Setia Negara. Acara akan dilakukan pada hari Rabu, 18 Mei 2011. Peserta lansia yang hadir berasal dari Posyandu lansia dan diperkirakan berjumlah 750 orang. SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
8
54. Menyoal Peringkat IPM dan IPKM Kabupaten Rejang Lebong Dipublikasi pada Minggu, 3 April 2011 oleh tri ms Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan sumber daya manusia antar negara adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri dari: indikator kesehatan (Umur Harapan Hidup atau UHH), pendidikan (angka melek huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Peringkat IPM Indonesia ada di rangking 111 dari 182 negara, dengan skor 0.734 (tahun 2007), berada pada kelompok menengah negara berkembang. Daftar lengkap IPM atau HDI tahun 2007 bisa lihat di sini. Dengan mengadopsi penghitungan HDI, Indonesia juga menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk propinsi dan kabupaten/kota. IPM kini sudah dipakai sebagai acuan untuk menilai keberhasilan pembangunan di level propinsi atau kabupaten/kota. Oleh karena itu prioritas pembangunan selalu diarahkan pada upaya peningkatan IPM di wilayahnya terutama pada 3 pilar : pendidikan, kesehatan dan ekonomi. IPM Kabupaten Rejang Lebong Untuk angka IPM propinsi Bengkulu skornya 72,55 berada pada peringkat 12 dari 34 propinsi. Selengkapnya IPM per propinsi yang dihitung BPS bisa dibaca web BPS. Sementara itu, berapakah IPM kabupaten Rejang Lebong? Dari data yang diambil dari website www.kpdt.bps.go.id skor IPM Rejang Lebong 70,46 dan di Propinsi Bengkulu berada di peringkat ke 3 setelah kota Bengkulu dan kabupaten Bengkulu Selatan atau secara nasional berada di peringkat 246 dari 440 kota (kota Bengkulu ada di peringkat 17). Tabel lengkapnya bisa dilihat di sini. Dari keadaan ini, Rejang Lebong masih harus meningkatkan pembiayaan dan pembenahan untuk 3 pilar yang sangat berhubungan dengan IPM, yaitu peningkatan akses pendidikan dan kesehatan dan membuat program yang berdampak langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Bagi bidang kesehatan, meningkatkan IPM berarti harus meningkatkan UHH (Umur Harapan Hidup) atau istilah lainnya Life Expectacy (LE). IPKM Kabupaten Rejang Lebong. Guna melihat kemajuan daerah dalam bidang kesehatan, para ahli kesehatan merumuskan adanya Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu suatu indeks komposit terdiri dari 24 indikator kesehatan utama yang mempunyai hubungan sangat erat dengan indikator Umur Harapan Hidup (UHH) yang dihitung dalam IPM. IPKM dihitung dan dikumpulkan dari 3 survei berbasis komunitas yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Potensi Desa (Podes). 24 indikator IPKM yang mempengaruhi UHH tersebut adalah : prevalensi balita gizi buruk dan kurang, prevalensi balita sangat pendek dan pendek, prevalensi balita sangat kurus dan kurus, prevalensi balita gemuk, prevalensi diare, prevalensi pnemonia, prevalensi hipertensi, prevalensi SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
9
gangguan mental, prevalensi asma, prevalensi penyakit gigi dan mulut, prevalensi disabilitas, prevalensi cedera, prevalensi penyakit sendi, prevalensi ISPA, proporsi perilaku cuci tangan, proporsi merokok tiap hari, akses air bersih, akses sanitasi, cakupan persalinan oleh nakes, cakupan pemeriksaan neonatal-1, cakupan imunisasi lengkap, cakupan penimbangan balita, ratio Dokter/Puskesmas, dan ratio bidan/desa. Meskipun kab RL aktif menyelenggarakan baksos kesehatan serta mendapat predikat kabupaten sehat tahun 2007 dan 2009 (penghargaan Swasti Saba Padapa dan Wiwerda dari Menteri Kesehatan), namun ternyata kabupaten Rejang Lebong skor IPKM-nya 0,5032 dan berada di peringkat 228 dari 440 kabupaten atau peringkat 3 untuk Propinsi Bengkulu setelah kota Bengkulu (peringkat 46) dan kabupaten Muko-muko (peringkat 183). Namun juga perlu diketahui, jika IPKM dihitung dengan 24 variabel, predikat kabupaten sehat ada 260 variabel dan melibatkan 9 lintas sektor. Hasil IPKM terendah atau tingkat kesehatannya buruk adalah daerah Pegunungan Bintang, Papua (0,247059) dan tertinggi adalah Kota Magelang, Jateng (0,708959). Berdasar perhitungan rata-rata nilai, diperoleh batas normal IPKM yaitu 0,415987 dan daerah di bawah angka ini dikategorikan sebagai daerah bermasalah kesehatan berat/khusus (kab Lebong termasuk daerah ini). Tabel Peringkat IPKM untuk Propinsi Bengkulu Tahun 2010 (Sumber : Balitbangkes) PeringkatKota/Kab IPKM 46 Kota Bengkulu 0.630536 183 Mukomuko 0.533082 228 Rejang Lebong 0.503246 232 Kepahiang 0.501664 274 Seluma 0.474829 300 Bengkulu Utara 0.460517 Bengkulu 310 0.452189 Selatan 315 Kaur 0.450770 381 Lebong 0.407933 Kenapa kabupaten RL peringkat IPKM-nya pada rangking 228? Ternyata setelah dipelajari dari 24 variabel IPKM, ada 7 variabel kesehatan di kab RL yang bermasalah yaitu : prevalensi ISPA, prevalensi dengue, prevalensi penyakit mental, prevalensi hipertensi, cakupan kunjungan neonatal, cakupan imunisasi, dan cakupan penimbangan balita. Menurut informasi, data prevalensi penyakit didapat dari Riskesdas tahun 2007 dan data cakupan dari laporan. Jika 7 variabel bermasalah ini bisa segera diperbaiki, ditambah dengan perbaikan mekanisme pelaporannya, maka kabupaten RL sangat optimis dalam 1 -2 tahun ini bisa masuk 100 besar peringkat IPKM. Semoga.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
10
55. Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Rejang Lebong Dipublikasi pada Kamis, 7 April 2011 oleh dian Desa Siaga adalah Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri Tujuan Desa Siaga : Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di desanya. Sasaran Desa Siaga : 1. Semua Individu dan Keluarga di Desa 2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku Individu dan Keluarga 3. Pihak – pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,peraturan per UU,Dana,tenaga dan Sarana Kriteria Desa Siaga : Sebuah Desa telah menjadi Desa Siaga apabila Desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kes des ( Pos Kesehatan desa ) Standarnya Poskesdes tersebut dibangun pemerintah berupa sebuah bangunan yang memiliki syarat bangunan poskesdes beserta sarana dan Pra sarananya, namun bisa juga dipakai dengan memakai bangunan lama seperti bangunan polindes, Balai Desa ataupun Rumah Penduduk yang di sewa dijadikan Poskesdes ( jadi tidak kaku ) dengan penempatan 1 ( satu ) orang Bidan di desa dan di bantu minimal 2 ( dua ) orang kader desa siaga setiap harinya,(bila memungkinkan ) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di wilayah tersebut. Penyelenggaraan Desa Siaga di Kabupaten Rejang Lebong dilaksanakan dengan pendekatan 5 (lima ) Siaga yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Siaga Kesehatan Ibu dan Anak Siaga Gizi Siaga Penyakit Menular Siaga Bencana Siaga Nafza
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
11
Upaya percepatan Desa Siaga di Kabupaten Rejang lebong : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pencanangan Desa / Kelurahan Siaga pada saat HKN Tahun 2006 dan Tahun 2007 Surat Edaran Bupati pada camat Pembentukan Desa / Kelurahan siaga Tahun.2007 Pembentukan Tim Pembina Desa / Kelurahan di 15 Kecamatan Roadshow Kesehatan ( Pengorganisasian Desa Siaga ) Sosialisasi Dan Advokasi Lp / LS Penyediaan Sarana dan Pra sarana ( Poskesdes Kit, Bidan Kit dan Kendaraan roda 2 ) Penilaian Desa Siaga Aktif Tingkat kabupaten Penilaian Bidan Desa Siaga Teladan Tk.Kabupaten dan Propinsi
Syarat Desa Siaga di Kabupaten Rejang Lebong : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Adanya Forum Masyarakat Desa Adanya Pelayanan Kesehatan Dasar Adanya UKBM ( Upaya Kesehatan Berbasis masyarakat ) Adanya sistim surveilans ( pengamatan ) berbasis masyarakat Adanya Pembinaan Desa Siaga oleh Puskesmas Adanya sistim siaga bencana Adanya sistim siaga Nafza Pembiayaan Kesehatan berbasis masyarakat Mempunyai Lingkungan Sehat Penduduk / warganya ber PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat )
Strata Desa Siaga Aktif 1. 2. 3. 4.
Pratama Madya Purnama Mandiri
1. 2. 3. 4.
Bina Tumbuh Kembang Paripurna
Pentahapan Desa Siaga Aktif :
Hingga tahun 2008 sudah sekitar 156 desa yang telah dipersiapkan sebagai desa siaga.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
12
56. Baksos Kesehatan Desa Terpencil di Wilayah Lembak Dipublikasi pada Selasa, 31 Mei 2011 oleh andi Guna membantu akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah terpencil, Dinas Kesehatan dan puskesmas secara terpadu selalu mengadakan Bakti sosial pelayanan kesehatan di daerah terpencil. Saat ini terdapat 54 desa masuk dalam kategori desa terpencil, dikarenakan sulitnya akses untuk masuk ke desa tersebut. Bulan Mei 2011 ini, ada 4 (empat) desa menjadi lokasi sasaran Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil terutama di wilayah Lembak, yaitu desa Bukit Batu Kec. PUT, desa Air Nau Kec. SBU, desa Sukakarya Kec. SBI dan desa Tanjung Gelang Kec. Kota Padang. Adapun tim kabupaten yang turun yaitu dari bidang yankesfar dengan koordinator Kabid Pelayanan Kesehatan dan Farmasi, Bapak Agung Gunawan. CP, SKM. M.Kes dan Tim Puskesmas PUT, (ke desa Suka Karya dan Bukit Batu), Puskesmas Tanjung Agung (Desa Air Nau) dan Puskesmas Kota Padang (Desa Tanjung Gelang) serta didampingi tim PKK kecamatan/desa. Adapun tujuan Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil ini adalah untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang dilakukan secara terpadu kepada masyarakat dimana masyarakat tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara rutin setiap hari karena tidak ada fasilitas kesehatan, tidak adanya petugas kesehatan di desa dan jarak desa jauh dengan fasilitas kesehatan terdekat ditambah lagi dengan akses yang sulit terutama di musim penghujan. Kegiatan pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil yang diberikan antara lain : Pengobatan Umum untuk semua umur, Pelayanan Ibu hamil dan KB, Penimbangan bayi dan imunisasi, Pelayanan Sunat, Penyuluhan Kesehatan dan Pemberian bahan kontak bagi masyarakat.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
13
57. Gerakan Peduli Kusta (Gerakan PELITA) Dipublikasi pada Jumat, 27 Mei 2011 oleh sri muliyanti Penyakit Kusta di Indonesia merupakan urutan 3 setelah Brazil dan India. Sementara di Indonesia, propinsi terbanyak adalah Jawa Timur, Meskipun di Kabupaten Rejang Lebong dalam kurun waktu 3 tahun terakhir tidak atau belum ditemukan kasus kusta baru, namun Dinas kesehatan melalui subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes yang langsung merupakan bidang yang bersentuhan langsung dengan penyakit menular termasuk kusta tidak serta merta untuk tidak melakukan atau merencanakan kegiatan melainkan kedepan memprogramkan inovasi baru yaitu Gerakan Peduli Kusta atau Gerakan PELITA yang bertujuan untuk” Menemukan kasus Kusta sedini mungkin guna pengobatan untuk menghindari kecacatan Permanen penderita kusta “ sehingga apabila dalam kegiatan tersebut tidak ditemukan Penderita Kusta Mungkinlah kita patut berbangga diri menyatakan Rejang Lebong Bebas Kusta . Strategi kegiatan – kegiatan Gerakan PELITA di Rejang Lebong meliputi : 1. Desiminasi Informasi Penyakit Kusta pada masyarakat melalui metode penyuluhan baik di Posyandu, sekolah atau dikesempatan masyarakat berkumpul,penyebaran Leatflet ”Kenali Kusta sedini Mungkin ” 2. Melakukan pelacakan kusta didaerah yang pernah di temukan kasus Kusta beberapa tahun yang lalu terutam kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya. 3. Case Kusta atau pemeriksaan kusta bagi anak sekolah melalui kegiatan UKS Format 4. Melakukan penjaringan kepada orang –orang yang memiliki penyakit Kulit terutama Panu 5. Melaporkan setiap kasus Suspect Kusta ke Subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes Dinas Kesehatan Via telpon atau laporan 6. Menggandakan instrumen atau ciklis Penemuan Kusta 7. Tersedianya baner atau poster penyakit kusta yang dapat di baca bagi pengunjung/pasien puskesmas (Contoh dapat dilihat disubid Pemberantasan Penyakit atau di (www.dinkesrl.net ) 8. Pencatatan dan Pelaporan kusta dikirimkan setiap triwulan di Subid pemberantasan penyakit selambat lambatnya setiap tanggal 5 (format Laporan terlampir) meskipun tidak ditemukan kasus
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
14
58. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat di tingkat Kecamatan Dipublikasi pada Kamis, 26 Mei 2011 oleh dian Rapat Persiapan penilaian Kabupaten Sehat Tingkat Kecamatan telah dilaksanakan di salah satu titik sasaran penilaian Kabupaten Sehat yaitu Desa Tanjung Beringin ( desa nominasi untuk sasaran penilaian Kabupaten Sehat ) pada tanggal 26 mei 2011 bertempat di kantor balai desa Tanjung Beringin. Acara dibuka Oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong yang diwakilkan oleh Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Bapak Almaini SKP, dalam sambutannya menekankan kepada masyarakat agar pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerintahan khususnya pelaksanaan kegiatan di desa guna mendukung kegiatan Kecamatan Sehat serta mensukseskan kegiatan Kabupaten Sehat di Kabupaten Rejang lebong yang ke tiga kalinya tahun ini yang insyaallah penilaian dilakukan pada bulan juni- Juli tahun 2011 oleh Tim Pusat dari Jakarta. Selanjutnya narasumber Yudhi juga mensosialisasikan Kabupaten Sehat kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan segera mempersiapkan diri ,dan Desa siap untuk dinilai sera dengan tegas bapak Kepala Desa Tanjung Beringin mengatakan siap dan bersedia mendukung program pemerintah khususnya penilaian Kabupaten Sehat.Berkenaan dengan Kabupaten Sehat disampaikan juga materi yang lain yaitu Pengembangan Desa Siaga Aktif dan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dengan pendekatan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) oleh Pak Almaini SKP.M.Kes dan Sdri.Sridiany . Masyarakat Desa Tanjung Beringin sangat antusias mendengar materi dan sangat bangga atas terpilihnya desa mereka sebagai titik sasaran penilaian Kabupaten Sehat dari Pusat dan berharap tahun ini Kabupaten Rejang Lebong kembali menjadi juara ke tingkat yang lebih tinggi yaitu mencapai penghargaan Wistara tentunya ( amin yarobbal alamin ) Desa sasaran lainnya untuk penilaian Kabupten Sehat : 1. Kecamatan Curup Utara : Desa Tanjung Beringin Desa Suka Datang 2. Kecamatan Curup Selatan : Desa Air Lanang 3. Kecamatan Sindang Kelingi: Desa Mojorejo 4. Kecamatan Selupu Rejang : Desa Air Duku Desa Kali Padang
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
15
59. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan HUT Kota Curup Dipublikasi pada Rabu, 18 Mei 2011 oleh tri ms Bertempat di Lapangan Setia Negara, hari Rabu pagi tadi (18/05), dilangsungkan acara senam masal lansia yang diikuti sekitar 1000 orang lebih yang berasal dari Posyandu lansia di wilayah kota Curup. Acara dihadiri oleh Bp Wabup Slamet Diyono, Bp Sekda, Kepala Dinas Instansi serta Camat dan kepala Puskesmas. Senam masal jantung sehat berlangsung mulai jam 08.00 dan berlangsung meriah. Instruktur senam berasal dari Yayasan Jantung Sehat Rejang Lebong. Menurut Ketua Panitia kegiatan ini, Kadinkes RL, Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc, acara senam masal lansia merupakan Kegiatan HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan bersamaan dengan HUT Kota Curup yang ke 131 dan diselenggarakan pada hari Rabu, 18 Mei 2011. Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang pada 29 Mei 1996 untuk menghormati Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 Mei 1945. Tema HUT lansia tahun 2011 di RL : Mewujudkan Kabupaten Rejang Lebong sebagai Kabupaten Peduli Lansia. Sebagai catatan, hari Senin kemarin (16/5), telah diadakan Lomba balita sehat, yang juga sebagai perwujudan Kabupaten RL peduli balita. Lanjut usia (lansia) menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Berkaitan juga dalam rangka menyambut hari lansia, pada tgl 4 Mei 2011 kemarin di RL telah dibentuk Komite Daerah lanjut usia (Komda lansia) yang diketuai Bp Wabup Drs. Slamet Diyono, sebagai amanat Permendagri 60/2008 tentang Pembentukan Komda lansia dan Pemberdayaan Lansia di Propinsi/kabupaten/kota. Fungsinya adalah membantu bapak Bupati RL dalam melakukan kerjasama lintas sector dan sinergitas antar Dinas/intansi untuk kesejahteraan lansia. Meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua Dinas/instansi, sehingga saat membuat kebijakan harus sensitif dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya Dinas PU atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
16
lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para lansia. Sementara Dinas Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang Dinas Kesehatan membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga dilaksanakan di RSUD. Pemberiaan penghargaan dan doorprize Setelah acara senam selesai, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada tokoh masyarakat yang merupakan lansia yang masih aktif berorganisasi di bidang kemasyarakatan. Mereka adalah Ketua PWRI Rejang Lebong, Ketua Veteran/Pepabri (Bp Jambak), Ketua PMI Rejang Lebong (Bp Usman), Bapak Siran (mantan guru), Ibu Nasmah (pensiunan bidan aktif di PKK). Nama-nama lansia lain yang mendapat penghargaan adalah tokoh masyarakat seperti ibu Ainun, ibu Sumarni, ibu Kusmi Aisyah dan ibu Nurlela. Pada kesempatan tersebut juga diberikan penghargaan kepada 2 puskesmas ramah lansia, yaitu puskesmas yang telah membuka loket pelayanan khusus lansia secara tersendiri, tidak digabung dengan pasien umum lainnya. Puskesmas tersebut adalah puskesmas Curup dan Perumnas. Pada akhir acara diberikan bingkisan kepada para lansia yang usianya di atas 70 tahun dan doorprize bagi lansia yang kuponnya masuk undian. Panitia juga memberikan pelayanan pengobatan gratis bagi lansia yang dilayani oleh sekitar 15 dokter, 15 perawat dan bidan di puskesmas kota Curup
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
17
60. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita Sehat Dipublikasi pada Selasa, 17 Mei 2011 oleh tri ms Hari Senin kemarin (16/5/2011), Lomba Balita Sehat digelar oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Tim Penggerak PKK Rejang Lebong dengan diikuti oleh 90 balita dengan usia antara 6 bulan hingga 5 tahun. Para balita tersebut digolongkan dalam 2 kategori umur yaitu 6-24 bulan dan 25-59 bulan. Mereka merupakan perwakilan yang sebelumnya telah terseleksi sebagai 6 peserta terbaik dari 15 kecamatan se kabupaten Rejang Lebong. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka menyambut HUT Kota Curup ke 131 dan berlangsung cukup meriah di gedung Balai Agung, Curup. Acara dihadiri oleh Bp Bupati RL, Ketua TP-PKK, Kepala Dinas/Instansi serta Camat dan Pimpinan Puskesmas. Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong Drs Tri MS, Apt, DSc, mengatakan, tujuan diselenggarakan Lomba Balita Sehat dalam rangka memacu dan memotivasi orang tua agar selalu aktif membawa anaknya ke posyandu balita supaya kesehatan dan tumbuh kembang anak bisa dipantau. Hal ini berkaitan dengan kriteria penilaian lomba yang unsur penilaiannya merupakan kegiatan yang sering dilakukan di Posyandu. Adapun kriteria penilaian meliputi : proporsi tinggi badan dan berat badan, status gizi dan pemberian makanan, status anak dan ibu, kelengkapan dan ketepatan jadual imuninasi, pengetahuan ibu dalam pengasuhan anak, kesehatan umum, kesehatan gigi, dan aspek psikologi dan perkembangan motorik anak. Tim Juri terdiri dokter di puskesmas dan RSUD, dokter gigi, ahli gizi, bidan dan anggota pokja IV TPPKK. Dari dialog Ketua TP-PKK RL dengan para orang tua balita saat pemberian doorprize, ternyata pengetahuan umum para orang tua peserta berkaitan dengan kesehatan anak sangat baik, terbukti semuanya bisa menjawab pertanyaan seperti kapan jadwal imunisasi campak, apa warna kapsul vitamin A, istilah BGM, KMS, dan ASI eksklusif dan beberapa pertanyaan lainnya. Ini menandakan bahwa masyarakat Rejang Lebong sangat perhatian memantau kesehatan anaknya melalui Posyandu balita yang ada di wilayah Puskesmas sehingga mereka sudah akrab dengan istilah-istilah yang ada di Posyandu. Pemenang lomba mendapatkan hadiah berupa uang, piala dan bingkisan. Namun bagi yang tidak menang, juga mendapatkan piala, piagam dan bingkisan dari Ibu Ketua TP-PKK, sehingga seluruh peserta nampak pulang ke rumah dengan cukup bergembira, tidak ada yang kecewa.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
18
Adapun hasil lengkap Lomba Balita Sehat sebagai berikut : Pemenang kategori usia 6 – 24 bulan : Juara I : Gita dari Kecamatan Bermani Ulu, Juara 2 Mualif dari Kecamatan Sindang Beliti Ilir, Juara 3 Farhan dari Kecamatan Curup Timur, Juara Harapan 1 Nadin Zulfa dari Kecamatan Curup Selatan, Juara Harapan 2 Raja RS dari Kecamatan Curup, Juara Harapan 3 Zahra Olivia dari Kecamatan Sindang Kelingi. Pemenang kategori usia 25 sampai 59 bulan : Juara I Yesica dari Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kozairul dari Kecamatan Curup Selatan, Juara 3 M. Serbianyah dari Kecamatan Curup Tengah, Juara Harapan 1 Dini Nanda dari Kecamatan Biduriang, Juara Harapan 2 Nurun dari Kecamatan Sindang Dataran dan Juara Harapan 3 Sika dari Kecamatan Kota Padang.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
19
61. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan Kembali Posyandu Balita Dipublikasi pada Selasa, 3 Mei 2011 oleh tri ms Beberapa hari ini, koran RPP dan BE, memberitakan tentang adanya balita dengan status gizi buruk dan kurang gizi, terutama yang menimpa 2 balita dari PUT dan 2 balita dari Sindang Dataran. Mereka semua dibawa ke RSUD Curup dan telah mendapatkan perawatan yang memadai. Salut untuk tenaga pengelola gizi puskesmas PUT yang telah menangani dengan baik, mengurus administrasi Jamkesdanya, merujuk dan melakukan pendampingan di RS selama dirawat serta memberikan makanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) selama 4 bulan paska dirawat. Semuanya gratis. Dan alhamdulilah, semua masalah gizi buruk di RL bisa ditangani dengan sebaik-baiknya, tentunya berkat dukungan semua pihak terkait, seperti puskesmas dan RSUD. (Jika mau baca laporan situasi gizi masyarakat tahun 2010, klik di sini) Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat atau gizi buruk. Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk mudahnya, pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal. Gebyarkan Kembali Posyandu Balita Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Status gizi balita dipantau dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS. Berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada, sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya di Bawah Garis Merah (BGM). Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipersepsikan dengan gizi baik, SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
20
sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan) kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan di BGM, karena apabila anak telah berada di BGM pada KMS, maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis (padahal belum tentu), mengalami gizi buruk. Status balita BGM, menjadi perhatian ibu dan petugas kesehatan agar segera bertindak, mengobservasi lebih dalam status kesehatan balita tersebut dan segera melakukan langkah intervensi.
Halaman 2 KMS, garis vertikal skala BB dan garis horisontal skala umur Yang menjadi permasalahan di RL adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin untuk menimbang berat badannya. Terutama yang di pelosok/terpencil. Di Rejang Lebong angka kehadiran balita ditimbang rata-rata masih di bawah 40%. Bahkan di kecamatan Binduriang, balita yang datang ke posyandu dan ditimbang masih di bawah 10%. Ini kecamatan yang paling rendah aktifitas Posyandunya. Oleh karena itu, Dinkes mengajak pimpinan puskesmas dan para camat, kades dan tokoh masyarakat serta PKK agar melakukan pemantauan posyandu serta menggalakkan keaktifannnya melalui kegiatan gebyar posyandu, dengan upaya-upaya yang inovatif dan tidak membosankan, agar orang tua dan balitanya tertarik SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
21
berkunjung ke posyandu. Dalam acara-acara baksos kesehatan yang sering dilakukan Dinas Kesehatan. bahkan bapak bupati sendiri atau ibu. sering memberikan contoh bagaimana melakukan penimbangan balita dilanjutkan imunisasi. Hal ini sebaiknya juga ditiru oleh para camat/kades/lurah.Keaktifan posyandu sangat membantu dalam pelacakan adanya balita gizi buruk. Sikap Responsif, bukan Reaktif Kasus kurang gizi dan gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh dan asupan makanan yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja di kebun/ladang atau di suatu tempat, sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan). Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis (istilahnya makanan sampah atau “junk food”). Selain hal di atas, gizi buruk terjadi karena adanya penyakit infeksi, sebagaimana terjadi pada 2 balita dari PUT, yang ternyata menderita penyakit TBC (barangkali tertular dari orang tuanya, yang sedang dalam pengobatan 4 bulan dengan obat TBC). Karena penyakit atau karena asupan makanan yang kurang, dapat digambarkan seperti telur dan ayam. Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan, yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut. Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi. Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk, digerakkan oleh petugas gizi puskesmas melalui Posyandu. Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh, mencari peluang kerja untuk orang tuanya. Sementara yang dilakukan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan puskesmas adalah membantu memberikan PMT hingga BB anak yang bersangkutan normal dan pemberian pengetahuan kepada keluarganya bagaimana cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan. Karena umumnya gizi buruk terkait dengan kemiskinan, ada baiknya instansi lain, seperti Dinas Pertanian, Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah), bagian Kesra, Dinas Sosial, serta Bappeda melalui pokja SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dan bahkan anggota Dewan dapat terlibat membantu pemulihan dan perbaikan mereka yang menderita gangguan kurang gizi. Karena masalah kurang gizi balita, juga menyangkut image atau citra kabupaten, yang diperlukan adalah sikap responsif/tanggapnya kita semua, bukan reaktif, serta nggak usah dipolitisasi. Program kemiskinan di masing-masing SKPD yang terkesan berjalan sendirisendiri, juga sudah waktunya dilakukan terkordinir dengan sasaran dari data masyarakat miskin yang valid dan seragam, sehingga jumlah warga miskin cepat menurun secara nyata.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
22
62. Persiapan Verifikasi Penghargaan Kabupaten Sehat Tahun 2011 Dipublikasi pada Minggu, 1 Mei 2011 oleh tri ms Tahun 2011 ini, penilaian kabupaten sehat yang dikenal dengan penghargaan Swasti Saba, akan dilakukan oleh tim pusat kepada kabupaten di Indonesia yang berminat untuk diverifikasi. Kegiatan pemerintah pusat yang dilaksanakan setiap 2 tahun ini, bertujuan untuk mengevaluasi pencapaian kondisi kota/kabupaten yang bersih, nyaman, aman dan sehat sehingga dapat meningkatkan sarana dan produktivitas dan perekonomian masyarakat. Nampaknya untuk Propini Bengkulu, hanya Kabupaten Rejang Lebong yang sudah mempersiapkan diri menghadapi momentum penilaian ini, dan hari Senin (2/5/2011), melalui surat Gubernur Propinsi Bengkulu, dikirimkan permohonan verifikasi kabupaten RL kepada tim penilai pusat di Jakarta disertai dokumen-dokumen pendukungnya. Ini adalah yang ke 3 kalinya kabupaten RL ikut dalam penghargaan kabupaten sehat, dan diharapkan kategori penghargaanya meningkat, yaitu kategori atau tingkat wistara. Sebelumnya kabupaten RL telah mendapatkan penghargaan Swasti Saba oleh Menteri Kesehatan tingkat padapa (2007) dan tingkat wiwerda (tahun 2009). Perbedaan kategori penghargaan tersebut tergantung pada jumlah tatanan penilaian yang dikuti. Jika pada tingkat padapa, RL ikut pada 2 tatanan, kemudian tingkat wiwerda pada 6 tatanan dan pada verifikasi tingkat wistara ini, Pemkab Rejang Lebong mengajukan 9 tatanan. Tatanan yang diajukan, diantaranya bidang Ketahanan Pangan & Gizi, Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib & Pelayanan Transportasi, Kawasan Hutan Sehat, Kawasan Pemukiman dan Sarana Prasarana Umum. Selain itu, Kehidupan Sosial yang Sehat, Kawasan Pariwisata Sehat, Kehidupan Masyarakat yang Sehat dan Mandiri, Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat, serta Kawasan Pertambangan Sehat. Perlu diketahui bahwa penilaian kabupaten sehat lebih berfokus pada adanya proses dan upaya perbaikan kesehatan melalui partisipasi masyarakat yang terorganisir melalui Forum Kabupaten Sehat, Forum Kecamatan Sehat dan Forum Desa Sehat serta dukungan sektor terkait. Karena masalah kesehatan penyebabnya sangat multi kompleks, dan mempunyai skor yang tinggi jika diselesaikan secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Jadi, meski mendapatkan predikat kabupaten sehat, kasus orang sakit, masalah gizi buruk, keracunan, dll tetap terjadi, namun mendapatkan penanganan yang memadai dan ada konsepnya yang terpadu/terorganisir antara pemerintah dan masyarakat serta didukung legal aspeknya melalui regulasi di tingkat lokal/kabupaten. Dari rekapitulasi indikator kabupaten sehat yang berjumlah 260, berdasarkan self assessment yang dilakukan oleh Forum, Kabupaten RL telah memenuhi sekitar 80% atau 208 indikator pada 9 tatanan. Dalam upaya percepatan pencapaiannya, pemkab telah melakukan beberapa kegiatan unggulan dan inovatif yang juga didukung oleh seluruh lintas sektor serta tim penggerak PKK RL. Kegiatan unggulan dan inovatif tersebut, diantaranya SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
23
1. Peningkatan SDM yang takwa, berbudaya dan sehat dengan prestasi olah raga (Tahun baru Islam, HUT Curup dan 17 Agustus) 2. Perbaikan lingkungan dan kesehatan keluarga melalui Bedah Kampung dan Baksos Kesehatan & PKK 3. Peningkatan perkantoran sehat melalui program penilaian 7 K 4. Penerapan Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok 5. Gerakan menanam sejuta pohon dan persiapan Hutan Kota 6. Jamkesda melalui dana APBD untuk 15000 jiwa masyarakat miskin 7. Roadshow Baksos Kesehatan di daerah terpencil/sulit terjangkau 8. Puskesmas Berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif) 9. Upaya Ketahanan Pangan dan Gizi 10. Gerakan gemar makan ikan (Gemari) dan gerakan minum susu (Gerimis) 11. Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 12. Gerakan Jumat Bersih dan 3 M 13. Gerakan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) 14. Kawasan Tertib Lalu Lintas 15. Gerakan Pasar Sehat Kita berharap, seluruh elemen masyarakat mendukung kegiatan unggulan ini, serta selalu disosialisasikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga terwujudnya kabupaten Rejang Lebong yang bersih, nyaman, aman dan sehat akan cepat terwujud.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
24
63. Di Rejang Lebong, Sarana Kesehatan Pemerintah Siap Melayani Jampersal Dipublikasi pada Minggu, 8 Mei 2011 oleh tri ms Hari Kamis, 4/5/2011 kemarin, Dinkes RL mengumpulkan 21 Ka puskesmas, 21 Bidkor (Bidan Kordinator) serta beberapa pejabat RSUD (Kabid, Kasi dan Kepala Ruangan, sekitar 10 orang), di Hotel Griya Anggita, dalam rangka memastikan kesiapan Rejang Lebong memberikan pelayanan jampersal dan memantapkan tata kelola rujukannya. Ini adalah pertemuan yang ke dua kalinya, dalam 2 bulan terakhir, dengan topik yang sama. Apa itu Jampersal? Apa hubungannya dengan Jamkesmas? (yang pasti gak ada hubungannya dengan Jam Gadang di Bukit Tinggi). Jampersal adalah singkatan dari Jaminan Persalinan Masyarakat, suatu program persalinan gratis bagi siapa saja ibu yang hendak melahirkan. Tempatnya harus di sarana kesehatan pemerintah, misalnya polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap serta RSUD (asal mau di kelas 3/bangsal Raflesia). Bisa juga di tempat praktek bidan swasta atau klinik bersalin yang menjalin kerja sama dengan Dinkes (harus membuat PKS/kontrak). Peserta Jampersal adalah masyarakat yang tidak mendapatkan Jamkesmas, Jamkesda atau tidak memiliki kartu asuransi kesehatan lain. Pesertanya juga tak mengenal batas wilayah, bahkan, jika tinggalnya di luar kabupaten atau propinsi (misalnya di Kepahiang, atau di Linggau) bisa dilayani di RL. Pokoknya sepanjang masih tinggal di Indonesia, bisa dilayani di mana saja, tanpa mengenal KTPnya, tidak memandang kaya atau miskin dan mau dirawat di kelas 3 RSUD. Kenapa persalinan digratiskan, atau tidak membayar, karena biaya persalinan akan dibayar oleh pemerintah melalui klaim ke Dinkes. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat tidak ragu-ragu lagi melakukan persalinan dengan bidan atau dokter (jika khawatir karena biayanya), sehingga angka kematian ibu atau kematian bayi bisa dicegah Di lingkungan negara Asean, angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi, sekitar 228 ibu meninggal tiap 100.000 kelahiran. Bandingkan dengan Vietnam, 95, Malaysia 30 dan Singapura 9 ibu meninggal per 100.000 kelahiran. Berdasarkan data yang ada, ibu meninggal saat persalinan, hampir 70%, yang persalinannya dilakukan di rumah. Sementara angka absolut kematian ibu di RL, 2 orang meninggal di tahun 2010, karena persalinan dengan komplikasi dan terlambat dirujuk ke RS. SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
25
Bidan Harus Tinggal di Poskesdes Data tahun 2010, rata-rata jumlah persalinan yang terjadi di Rejang Lebong sekitar 6.165 kejadian persalinan. Dari jumlah tersebut, 86% persalinan ditolong tenaga kesehatan, sisanya dukun terlatih. Dengan adanya jampersal, diharapkan semua persalinan dilakukan di sarana kesehatan pemerintah, sehingga keselamatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi akan lebih dijamin. Masalahnya, sudah siapkah polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap melayani 24 jam? Dari hasil pertemuan ini, ternyata dari sisi SDMnya sudah siap, hanya sebagian kecil masih berbenah dengan sarana pendukungnya. Dari 37 poskesdes yang yang ada di RL, diharapkan seluruhnya bisa melayani jampersal, bahkan sebagian sudah memberikan persalinan gratis. Sehingga bidan wajib tinggal di poskesdes, agar persalinan di luar jam kerja segera bisa ditangani. Seluruh puskesmas rawat inap (6 puskesmas) juga siap memberikan pelayanannya 24 jam. Puskesmas tersebut adalah Kota Padang, PUT, Kepala Curup, Sindang Jati, Bangun Jaya dan Air Pikat. Jika terjadi persalinan dengan penyulit dan ada komplikasi, maka ambulan puskesmas harus siap merujuk ke RSUD. Bahkan persalinan dengan operasi cesar pun dilayani gratis di RSUD, asal mau dirawat di kelas 3/bangsal Raflesia. Hingga saat ini, RSUD Curup telah melayani 52 persalinan gratis. Bagi ibu habis melahirkan, dapat langsung meminta pelayanan KB gratis, baik di poskesdes, puskesmas maupun RSUD. Alat kontrasepsi disediakan Badan KB.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
26
64. Penilaian Sekolah Sehat tingkat Nasional di 3 Sekolah Rejang Lebong Dipublikasi pada Jumat, 24 Juni 2011 oleh tri ms Selama 2 hari, dimulai Kamis, 23/6 hingga Jumat, 24/6, tim penilai sekolah sehat dari Jakarta melakukan kunjungan ke Rejang Lebong untuk memverifikasi 3 sekolah yang mewakili Propinsi Bengkulu dalam ajang Lomba Sekolah Sehat. Tim yang dipimpin oleh Bp Luluk Budiono dari Sesditjen Kemendiknas mengunjungi RL sejak Rabu malam (22/6) dengan didampingi beberapa rekannya, yaitu Erliana (Kemenkes), Sumandiyah (Kemenag), Jun Milanastuti dan Sofiudin (Kemdagri). Di hari pertama kunjungannya, tim penilai dan rombongan diterima dengan ramah oleh Bp Bupati RL, Suherman, SE, MM di tempat kerjanya, didampingi Bp Sekda Drs. Sudirman dan Kadinkes RL. Bapak bupati menyampaikan sekilas mengenai pelaksanaan pembangunan di Rejang Lebong di mana masalah infrastruktur, pendidikan dan kesehatan adalah bidang-bidang yang menjadi prioritasnya. Meski demikian, sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, tak bisa dipungkiri bahwa aspek kesehatan yang yang harus didahulukan, karena sebagai pribadi, untuk melakukan aktivitas apapun, orang harus “sehat” terlebih dahulu, ujarnya. Adapun agenda tim penilai adalah sbb : 1. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS Kabupaten. Tim mendengarkan paparan selayang pandang kegiatan TP-UKS oleh Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc di ruang rapat bupati dengan dihadiri anggota TP-UKS. Kemudian tim memverifikasi kelengkapan dan dokumen di sekretarian TP-UKS. Perlu diketahui bahwa kinerja TP-UKS ikut mendukung suksesnya lomba sekolah sehat, karena bobot penilaiannya 10%. 2. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS di kecamatan, yaitu kecamatan Curup Kota dan Curup Timur. Kunjungan di 2 lokasi ini memakan waktu sekitar 30 menit, guna memverifikasi peran TP-UKS Kecamatan dalam mendukung terlaksananya kegiatan UKS di sekolah di wilayah kerjanya. Bobot penilaiannya 10%. 3. Kunjungan ke 2 sekolah, yaitu SD 2 Centre dan SMAN 1 Curup Timur.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
27
65. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat Tahun 2011 Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh tri ms Siang ini, Senin, 13/6, bertempat di ruang rapat bupati, diselenggarakan rapat dalam rangka mendiskusikan persiapan kabupaten Rejang Lebong guna menghadapi penilaian kabupaten sehat (atau penghargaan Swasti Saba dari Menteri Kesehatan) tingkat wistara. Rapat dipimpin oleh Kepala Bappeda, Ir. Zulkarnain, MT yang telah ditunjuk bupati sebagai Ketua Forum Kabupaten Sehat yang baru (menggantikan Bp Tarmizi Ushuluddin), dan didampingi Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc. Peserta rapat terdiri dari Kepala Dinas yang termasuk dalam penanggung jawab 9 kawasan/tatanan yang akan dinilai dan 3 Kades yang desanya dipersiapkan untuk daerah penilaian, yaitu dari desa Air Lanang, (Curup Selatan), desa Tanjung Beringin (Curup Utara) dan desa Mojorejo (Selupu Rejang). Kemungkinan tim penilai dari Jakarta akan berkunjung ke Rejang Lebong pada bulan Juli atau Agustus 2011. Mengacu pada konsep kabupaten sehat, maka pemda Rejang Lebong berupaya melakukan pola pendekatan partisipatif untuk mencapai kondisi kabupaten yang bersih, aman, nyaman dan sehat bagi warganya. Hal ini dilakukan melalui upaya perbaikan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal dengan bekerjasama seluruh lintas sektor. Kabupaten sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat, terutama atas penilaian pada 9 kawasan/tatanan, yang operasionalnya dikordinasikan oleh bersinerginya antara pemerintah dan masyarakat dalam Forum Kabupaten Sehat, Forum Kecamatan Sehat dan Forum Desa Sehat. Dokumen dan berkas, foto dan video yang berkaitan dengan kebijakan dan kegiatan yang dilakukan di masing-masing kawasan/tatanan telah disusun dan diedit oleh tim Dinkes dan sudah diberikan kepada sekretariat penilai di Kementerian Kesehatan di Jakarta pada bulan Mei yang lalu, yang berupa 4 jilid buku. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan tim penilai untuk mempelajari upaya-upaya yang dilakukan pemda Rejang Lebong, sebelum nanti dicek pada saat kunjungan ke lapangan. Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) yang dilakukan oleh Dinkes, dari 260 indikator kabupaten sehat pada 9 kawasan, setidaknya Rejang Lebong telah mengupayakan pada 233 indikator, atau mencapai 86%, baik berupa pendekatan kebijakan (aturan perbup/perda/instruksi) maupun aksi nyata dalam bentuk gerakan dan kegiatan kemasyarakatan, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel berikut :
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
28
Tabel Rekap Pemenuhan Indikator per Kawasan/Tatanan Rekapitulasi indikator Jumlah Ya/ada % ya/ada 1. Kawasan pemukiman dan sarana/prasarana umum 53 48 91 % 2. Kawasan sarana lalu lintas dan tertib transportasi 19 16 84 % 3. Kawasan pariwisata sehat 18 15 83 % 4. Kawasan industri dan perkantoran sehat 20 18 90 % 5. Kawasan pertambangan sehat 16 12 75 % 6. Kawasan hutan sehat 18 16 89 % 7. Ketahanan pangan dan gizi 17 15 88 % 8. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri 80 69 86 % 9. Kehidupan sosial yang sehat 19 14 74 % Jumlah dipenuhi 260 223 86 % Kawasan /Tatanan Penilaian
Direncanakan, ada 3 pilihan desa yang ditawarkan untuk dikunjungi tim penilai, yaitu desa Air Lanang yang telah berhasil menyelesaikan pemenuhan air bersih melalui gotong royong perpipaan, sudah 100% masyarakat BAB di jamban dan adanya program hutan kemasyarakatan. Desa berikutnya adalah Tanjung Beringin yang juga desa yang cantik penampilannya dan sudah memenuhi sendiri air bersihnya. Desa yang ke 3 adalah desa Mojorejo, yang merupakan desa sadar wisata.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
29
66. Puskesmas Sambirejo Launching Buletin Mingguan “Pesta” Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh sutanto Ditengah kepadatan interaksi, beragamnya sarana informasi, serta kemudahan berkomunikasi ternyata tak serta merta membuat setiap pesan yang disampaikan menjadi semakin mudah terpahami. Bukan semata dengan khalayak ramai yang memang aslinya terdiri dari beragam individu dengan latar belakang aneka rupa, bahkan dengan sesama mitra kerja sekalipun bukan tak mungkin terdapat kesalahan dalam menyampaikan atau menerima pesan. Mengantisipasi hal tersebut, pada tanggal 13 Juni 2011 pukul 08.00 WIB bertempat dilapangan Puskesmas Sambirejo, telah dilaksanakan Launching Buletin Mingguan „PESTA‟ yang diresmikan langsung oleh Kepala UPT Puskesmas Sambirejo, Bapak Sutanto, S.Kep dan disaksikan oleh seluruh staf, Bidan desa dan Pustu serta masyarakat sekitar, sebagai salah satu program Inovasi Puskesmas Sambirejo . Satu-satunya Buletin Mingguan resmi yang diterbitkan oleh Puskesmas di Kabupaten Rejang Lebong ini –Bahkan juga di Propinsi Bengkulu- dimaksudkan sebagai salah satu sarana dalam berbagi Informasi dan memudahkan komunikasi antara Puskesmas Sambirejo dengan semua mitra kerja dan jaringannya yang terdiri dari unsur pemerintahan dan PKK tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, Risma dan Karang Taruna, Bidan Desa dan Pustu, Sekolah baik guru maupun siswa, Kader Posyandu maupun Desa siaga serta masyarakat umum khususnya yang berada di 6 Desa/Kelurahan diwilayah kerja Puskesmas Sambirejo. Adapun nama „PESTA‟ merupakan singkatan dari Puskesmas Kita yang memiliki makna filosofi menjadikan Puskesmas Sambirejo sebagai milik bersama sehingga semua unsur yang terkait didalamnya baik secara langsung maupun tidak merasa terlibat dan ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan Puskesmas ini, tentu sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing. Meski terlihat sederhana, Buletin ini cukup padat dalam memberi beragam informasi yang dikemas dengan bahasa yang „renyah‟ dan mudah dimengerti. Pemilihan kata serta susunan bahasa yang digunakan redaksi membuat buletin ini terasa begitu rugi jika hanya dibaca sekali. Pada edisi perdana yang dicetak terbatas, bulletin ini mengulas aneka info seperti tips sehat, info seputar Puskesmas Sambirejo termasuk agenda dalam pekan ini, serta sebuah halaman yang berisi ruang bagi para mitra untuk memberi masukan berupa kritik, saran ataupun pertanyaan seputar masalah kesehatan maupun pelayanan dan program kesehatan Puskesmas Sambirejo melalui sms ke nomor 085267636299. Bagi Puskesmas Sambirejo sendiri, launching Buletin „PESTA‟ ini hanyalah salah satu dari rangkaian program inovasi dari Puskesmas yang memang memiliki motto “Terus berinovasi demi bakti pada negeri” yang terus dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, adapun beberapa program inovatif lain yang juga telah dilakukan oleh diantaranya: SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
30
1. Program Kemitraan yang diawali dengan kemitraan antara seluruh Bidan dan dukun bayi diwilayah Puskesmas Sambirejo, selanjutnya program ini terus berkembang dengan unsur kemitraan yang lebih luas dengan melibatkan pengobat tradisional, dukun, paranormal, serta organisasi yang terdapat dimasyarakat seperti Risma (Remaja Islam Masjid) Kecamatan Selupu Rejang, Panti Asuhan Anak Sholeh, Sekolah baik SD maupun SMP, Kelompok Tani bahkan juga Tim Penggerak PKK baik tingkat Kecamatan maupun Desa. 2. Perubahan tampilan fisik Puskesmas yang dulu identik dengan warna putih, sejak awal tahun ini Puskesmas Sambirejo tampil dengan warna „berani‟, hijau diluar dan kuning didalam. Tak hanya itu, untuk meningkatkan pelayanan pada klien, begitu memasuki Puskesmas Sambirejo kita dibawa seakan berada di didalam sebuah bank nasional terkemuka! Ini karena tampilan ruang pendaftaran yang telah dibuat sedemikian rupa disamping resepsionis yang ramah dan full senyum, sampai ada yang khawatir jika ada Malinda Dee disini! 3. Untuk meningkatkan Kedisiplinan Pegawai dan Staf Puskesmas Sambirejo, sejak tanggal 2 Mei 2011, sembari memperingati hari pendidikan nasional, telah diadakan sebuah perubahan yang cukup bersejarah bagi Puskesmas ini, yaitu bahwa sejak pertama berdiri akhirnya Puskesmas Sambirejo resmi melakukan apel pagi dan siang secara rutin dan kontinyu setiap hari. Bisa jadi hal ini juga akan menjadi catatan sejarah bagi Kabupaten Rejang Lebong bahwa inilah satu-satunya Puskesmas yang bukan dikota tapi terbukti bisa apel pagi dan siang sekaligus! Pada akhirnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa setiap perubahan itu pastinya membawa tak hanya dampak positif saja, tetap terbuka peluang untuk kemungkinan lain, karenanya evaluasi dan instropeksi diri adalah 2 hal yang tak boleh terabaikan. Begitupun hal tersebut mestinya tidak menyurutkan semangat berkreativitas kita, ada sebuah istilah klasik yang menyebutkan „untuk menjadi lebih baik kita harus harus ada perubahan, walaupun tidak semua perubahan itu akan membuat kita menjadi lebih baik‟. Jika dikemudian waktu ditemukan begitu banyak kelemahan atau kekurangan disini, bisa jadi kritik dan saran anda akan menjadi solusi paling mumpuni.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
31
67. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan Karyawan Puskesmas Dipublikasi pada Jumat, 17 Juni 2011 oleh tri ms Minggu ini ada 4 puskesmas luar kota yang kami kunjungi, yaitu puskesmas Kota Padang dan Sindang Beliti Ilir (dikunjungi Senin, 13/6) dan puskesmas Sindang Jati dan Sindang Dataran (dikunjungi Kamis, 16/6). Minggu sebelumnya, kami mengunjungi puskesmas di wilayah dekat kota, yaitu puskesmas Simpang Nangka, kecamatan Selupu Rejang. Berhubung ada beberapa agenda pertemuan di pemda, mohon maaf jika kedatangan tim ke puskesmas sudah agak siang (di atas jam 12). Bahkan di puskesmas SBI dan Sindang Dataran pertemuan dengan karyawan dilakukan di atas jam 14.00. Namun sekali-kali ya dimaklumi, karena perjalanan ke lokasi setidaknya membutuhkan waktu 1 jam lebih, dan bagi karyawan puskesmas pulang agak sore sekali waktu mestinya tidak menjadi persoalan. Karena jadwal kunjungan sudah diberitahukan sebelumnya, maka hampir seluruh puskesmas yang dikunjungi, karyawannya sudah menunggu dan bahkan mempersiapkan konsumsinya dengan luar biasa, setidaknya tidak seperti hari-hari biasa. Berikut ini beberapa catatan terkait dengan dialog tim dengan karyawan puskesmas. Masalah absensi dan kehadiran karyawan puskesmas : dari 5 puskesmas yang dikunjungi, ternyata tidak melaksanakan apel pagi dan siang. Kecuali puskesmas Kota Padang yang jam pelayanannya buka 24 jam (puskesmas rawat inap), 4 puskesmas lainnya, karyawan masuk jam 8 lebih dan pulang kurang dari jam 1 siang. Beberapa karyawan, lebih sibuk dengan pelayanan di rumahnya, padahal dia seorang PNS. Ini harus segera diperbaiki. Kapus, KTU dan karyawan harus berkomitmen bahwa kehadiran lebih pagi dan pulang lebih siang dipuskesmas sangat penting (standarnya masuk jam 07.30 dan pulang jam 14.00). Satpol PP yang ada (seperti di Simpang Nangka) harus bisa membantu menegakkan disiplin kehadiran karyawan, dan melaporkan absensi karyawan ke Dinkes. Masalah pelayanan pasien : pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat nampak dari jumlah kunjungan pasien ke puskesmas. Rata-rata kunjungan pasien di 5 puskesmas yang kami kunjungi kurang dari 10 orang per hari. Hal ini sangat memprihatinkan. Masyarakat yang sakit lebih memilih ke pelayanan swasta, atau mengunjungi karyawan puskesmas yang praktek pada sore hari. Sia-sia pemerintah membangun megah puskesmas, yang harus bersaing dengan pelayanan pribadi (di luar jam kerja) petugas puskesmas.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
32
Sepertinya, di puskesmas Simpang Nangka harus ada terobosan agar masyarakat tertarik mengunjungi puskesmasnya, bukan ke rumah petugasnya!. Standar Depkes agar 1 nakes melayani 5 pasien sangat jauh terpenuhi, bahkan sebaliknya, di Simpang Nangka 5 nakes melayani 1 pasien. Terlalu banyak nakes yang bertugas di Simpang Nangka (sekitar 30 an orang), dan tidak ada yang mau menempati rumah dinas (ada 4 rumah dinas di samping puskesmas). Solusinya, harus membuat kegiatan inovatif, jemput bola, dan bilamana perlu jam pelayanan dibuka sampe sore hari, dan ada shift/piket petugas. Rumah dinas dimodifikasi jadi tempat pelayanan Jampersal dan pelayanan-pelayanan inovatif lainnya. Di sisi lain, problem puskesmas di luar kota Curup, adalah terbatasnya jumlah petugas. Di SBI, Kota Padang, Sindang Jati dan Sindang Dataran, yang lokasinya sekitar 1 jam perjalanan dari kota Curup, jumlah karyawannya di bawah 20 orang, dan yang jadi persoalan tidak ada perawat gigi, analis dan petugas kesling. Sebenarnya, awalnya petugasnya sudah ada, namun dengan “berbagai upaya”, petugas yang bersangkutan bisa pindah ke puskesmas perkotaan. Dokternya di 4 puskesmas tersebut (3 PTT dan 1 PNS) dan beberapa petugas tinggal di kota Curup, dan kehadirannya ke puskesmas tidak penuh 6 hari. Meski demikian, pelayanan yang cukup kreatif dilakukan di Kota Padang, yaitu ada program jemput pasien dengan mobil puslingnya, agar melahirkan di puskesmas dengan pelayanan gratis (dijamin Jampersal). Kami sangat salut dan mengapresiasi kepada petugas puskesmas yang sejak diterimanya SK CPNS hingga kini (bahkan ada yang sudah 20 tahun, meski bukan penduduk asli), tetap mengabdi di puskesmas luar kota. Terkait dengan pelayanan di puskesmas luar kota, obat-obat emergensi dasar seperti VAR, ATS dan ABU (Anti Bisa Ular) diusulkan agar memadai stoknya, dan kalau ada kedaruratan tidak perlu mengambil di Instalasi Farmasi. Ketersediaan air masih menjadi masalah di puskesmas SBI dan Sindang Dataran, selama ini hanya memanfaatkan penampungan air hujan. Proyek perpipaan air bersih melalui CWSHP belum menjangkau puskesmas. Sementara di puskesmas Kota Padang banyak peralatan yang menumpuk, sehingga beberapa alat resusitasi untuk bantuan pernafasan (bantuan dari Dinkes Propinsi) dan insenerator akan direlokasi ke puskesmas Curup. Dari kunjungan bintek ini, diharapkan ada spirit perubahan pada tingkat manajerial (Ka puskesmas dan KTUnya), sehingga menjadi motor penggerak untuk perbaikan citra puskesmas yang BERSERI (Bersih, Ramah, Responsif, Informatif). Masukan-masukan yang telah disampaikan dalam bintek ini akan ditindaklanjuti oleh bidang terkait. Banyaknya durian yang dijual di pinggir jalan di wilayah Lembak, membuat kunjungan bintek ini sangat enjoy, rekan-rekan puskesmas telah memilih durian yang terbaik untuk oleh-oleh kunjungan kami. Trims, semoga silaturahmi ini bermanfaat bagi kita semua.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
33
68. Rabies Center Air Bang Launching “Peneng” (Penanda divaksin) Dipublikasi pada Sabtu, 25 Juni 2011 oleh sri muliyanti Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah tanggal 20 Juni 2011 melaksanakan Pertemuan sosialisasi kasus Gigitan Hewan Penular rabies yang dihadiri oleh 40 orang peserta yang terdiri dari seluruh perangkat RT dan RW serta dari Dinas Kesehatan diwakili oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit Syamsir.SKM.MKM dan Puskesmas Perumnas oleh Petugas Rabies Puskesmas ibu bidan Sani dan perwakilan dari kecamatan Kasie Kesra yang langsung dibuka oleh Ka.kelurahan Air Bang Syamun Siregar. Pertemuan tersebut dilatar belakangi dengan tingginya kasus gigitan hewan penular rabies terutama anjing. Untuk itulah masyarakat Kelurahan Air Bang berinisiatif membentuk Rabies Center Air Bang dengan ketuanya Bapak SUPONO Adapun agenda kegiatan meliputi : 1. 2. 3. 4. 5.
Pendataan semua Hewan penularRabies di Kelurahan Air Bang Vaksinasi masal setelah pelaksanaan pendataan HPR Memberikan Peneng /tanda bagi anjing yang di vaksin Mengusulkan Eliminasi / pemusnaan anjing liar kepeternakan Membuat Perdes tentang tata pemeliharaan HPR ( Hewan Penular Rabies) di Kelurahan Air Bang
Selanjutbya kedepan Rabies Center Kelurahan Air Bang tidak hanya bergerak dalam penanganan kasus rabies melainkan akan dikembangkan menjadi Rabies Center plus (dengan tambahan eliminasi Flu Burung). Sehingga bermasalahan penyakit menular terutama rabies dan flu burung dapat dilaksanakan secara terpadu dengan memberdayakan masyarakat sendiri sehingga bersama kita atasi penyaki menular bukan sebagai selogan melainkan dapat terealisasi di kelurahan Air Bang .
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
34
69.
Press Release Bupati pada Peringatan HTTS
Dipublikasi pada Rabu, 1 Juni 2011 oleh tri ms Setiap tanggal 31 Mei, seluruh dunia memperingati World No Tobacco Day atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), sebagai upaya mengurangi konsumsi tembakau demi peningkatan kesehatan manusia. Ya, menurut WHO, rokok telah menjadi ancaman serius bagi resiko gangguan kesehatan, terutama kanker paru, gangguan reproduksi dan penyebab kematian no 1 karena sakit jantung. Di Rejang Lebong, tanggal 31 Mei diperingati dengan cara sejumlah karyawan Dinkes keliling kota Curup mengajak agar tanggal 31 Mei tidak ada aktifitas merokok. Kemudian, bertempat di ruang rapat bupati, dilakukan keterangan pers Bupati Rejang Lebong dengan didampingi ketua DPRD, Sekda dan Kadinkes, terkait kebijakan Kawasan Dilarang Merokok di RL. Dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh perkantoran, terutama di 7 Kawasan Dilarang Merokok, sebagaimana yang tercantum di Perbup No 20/2007. Hadir pada acara tersebut rekan-rekan wartawan dari Bengkulu Ekspress (Okta dan Rizal), Rakyat Bengkulu (Zoel), TVRI (Hasan Basri), Radar Pat Petulai (Iman), Radar Bengkulu Utara (Sanca), dan Linggau Pos (Samsul Muarif). Juga hadir Direktur RSUD, Ka Badan/Instansi, Kepala Sekolah, Ketua MUI dan para mahasiswa Akper. Setelah keterangan pers Bupati, dilanjutkan dengan tanya jawab. Beberapa wartawan menanyakan tentang sangsi bagi mereka yang melanggar perbup No 20/2007, dan dijawab pak Bupati kepada pegawai yang merokok di KTR akan dikenakan teguran. Berkaitan dengan adanya baliho rokok di tengah kota, nantinya akan dirapatkan agar bisa diletakan di luar kota. Di pintu masuk pemda nantinya akan dipasang tulisan “Anda memasuki Kawasan Dilarang Merokok”. Jawaban-jawaban Bupati terhadap beberapa pertanyaan, menunjukkan komitmennya guna mewujudkan KTR di seluruh perkantoran dan sekolah di RL. Acara dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen, dimulai Bupati dan Ketua DPRD, dilanjutkan dengan pejabat yang hadir. Kemudian dibantu mahasiswa Akper, plakat tersebut dibawa ke ruang pejabat dan anggota DPRD, agar mereka mau menandatangani komitmen tersebut.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
35
Bupati didampingi Ketua DPRD menandatangani plakat komitmen mewujudkan Kawasan Tanpa rokok (KTR) di pemda Rejang Lebong dan DPRD. Berikut ini keterangan pers Bupati secara lengkap : Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Yang saya hormati • •
Ketua DPRD Rejang Lebong dan pejabat di lingkungan pemda RL Rekan-rekan wartawan se kabupaten Rejang Lebong
Puji syukur senantiasa tak putus-putusnya kita panjatkan ke hadirat allah swt, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-nya, telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita semua dalam rangka menyambut HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA yang jatuh pada hari selasa, tanggal 31 mei 2011. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta, keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Rekan-rekan pers yang saya hormati, Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan hak dasar manusia, serta salah satu dari tiga faktor utama yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bersama pendidikan dan pendapatan. Sabda Nabi : jagalah sehatmu, sebelum jatuh sakitmu, sangat relevan dengan yang kita bicarakan pada hari ini, di mana mencegah lebih baik sebelum kita terjerumus kepada keadaan yang lebih merugikan kita semua. Saya sampaikan hal ini, karena saya sangat prihatin dengan tingginya jumlah perokok di Indonesia. Situasi perokok di Indonesia, memang sangat memprihatinkan. Di negeri ini produsen mengeksploitasi potensi adiksi atau ketergantungan pada rokok dan memanipulasi kesadaran SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
36
publik dengan berbagai cara seakan-akan merokok itu aman. Namun, kita juga mengakui bahwa pemerintah masih kurang gencar melakukan sesuatu yang berarti untuk menekan laju pertambahan perokok. Meski pemerintah kita termasuk dari 192 negara yang sudah menyepakati Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), dan mengadopsinya dalam peraturan pemerintah no 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun belum ada kebijakan pemerintah yang signifikan dalam mengurangi jumlah perokok. Keprihatinan kita sangat beralasan, karena Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar batang. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000 orang dari penduduk indonesia merokok. Sementara, berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 63 persen laki-laki perokok dan 5 persen perempuan perokok. Jumlah perokok pun terus meningkat. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas), pada 2003 persentase jumlah penduduk indonesia yang merokok 32 persen dan pada 2004 menjadi 34,5 persen, dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 38,6 %. Sementara di negara maju jumlah perokok semakin menurun. Sekalipun rokok mengandung 4.000 jenis bahan kimia yang bisa menimbulkan 25 jenis penyakit terkait dengan jantung, paru, gangguan kehamilan, serta berdampak pada sistem reproduksi perempuan dan laki-laki, namun upaya yang ada saat ini untuk menekan laju pertambahan perokok tak kuasa menahan gebrakan dan strategi yang diluncurkan produsen rokok untuk tetap merokok dan memunculkan perokok baru. Situasinya bahkan semakin rumit dengan adanya strategi persuasif yang dikendalikan industri rokok dan industri iklan serta pendekatan reedukatif yang diciptakan oleh industri rokok untuk membentuk citra di tengah masyarakat bahwa industri rokok adalah industri yang murah hati melalui berbagai sponsor (sponsor olahraga, sponsor musik, dll). Kebiasaan merokok juga menjadi ”madu” bagi pemerintah, di mana pendapatan cukai rokok (2009) 49 triliun, belum di sektor pertanian dan tenaga kerja. Namun menurut seorang pakar kesehatan, biaya kesehatan akibat merokok yang ditanggung pemerintah dan masyarakat 2 kali lipatnya atau sekitar 98 triliun. Di sisi lain, kita merasa gelisah dengan kondisi yang terjadi, khususnya pada masyarakat yang tidak mampu, di mana sebagian besar penghasilan habis terpakai untuk membeli rokok. Seorang perokok yang berpenghasilan Rp 50.000 sehari bisa menghabiskan Rp 20.000 atau lebih untuk rokok. Sisanya untuk membeli makanan bagi anak dan istri. Hal semacam ini yang justru membuat anak-anak balita kekurangan gizi, dan banyak anak putus sekolah. Sesungguhnya, rokok tak berbeda dengan narkotika. Bila sudah kenal tembakau atau rokok biasanya susah untuk berhenti untuk tidak menghisapnya lagi, sama seperti kecanduan ganja atau morpin. Coba perhatikan kalau lagi tidak merokok, secara fisiologis badan meriang dan tidak nyaman, ini mirip gejala putus obat atau abstinensi atau ”sakau” pada pecandu narkotika yang mana secara fisiologis tubuhnya perlu narkotika Menurut WHO, seandainya 2/3 dari yang dibelanjakan dunia untuk membeli rokok digunakan untuk kepentingan kesehatan, makanan dan pendidikan, niscaya bisa memenuhi kesejahteraan manusia di muka bumi. Anak-anak kita akan lebih bergizi dan berpendidikan lebih baik, kalau orang tuanya tidak merokok.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
37
Rekan-rekan wartawan yang berbahagia Berangkat dari pemikiran seperti yang saya kemukakan tadi, pemda Rejang Lebong berniat untuk mengurangi atau menekan jumlah perokok di daerah kita, meski baru sebatas membatasi kawasan untuk merokok. Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak polusi rokok bagi mereka yang tidak merokok . Ini paling tidak untuk membatasi atau mengurangi jumlah perokok, sebagaimana tertulis pada pasal 22 PP nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Sementara pada pasal 25 dari PP tersebut menyebutkan agar pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 22, di wilayahnya. Atas dasar pasal 25 inilah maka pemda Rejang Lebong mulai memelopori adanya kawasan tanpa asap rokok di wilayah Rejang Lebong sehingga pada tahun 2007 telah dibuat : Peraturan bupati RL no 20 tentang kawasan tidak merokok di RL tahun 2007 Tujuan dari peraturan ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan merokok dan menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula serta meningkatkan produktivitas kerja yang optimal Untuk sementara yang menjadi target pelaksanaan kawasan tanpa rokok dimulai di 7 tempat ruangan tertutup (indoor building) di 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya), Tempat proses belajar mengajar (sekolah) Tempat kerja (kantor pemerintah dan swasta). Arena bermain anak-anak (paud/tk) Di angkutan umum Tempat-tempat umum (terminal, restoran, arena perdagangan) Tempat ibadah.
Setelah berjalan selama 4 tahun, ternyata Peraturan Bupati No 20 tahun 2007 ini tidak dapat berjalan dengan baik, tanpa komitmen/dukungan dari semua lapisan masyarakat, khususnya kita semua yang sempat hadir pada acara hari ini. Oleh karenanya pada hari ini, seluruh pejabat di lingkungan pemda serta anggota dewan menanda tangani komimen untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), terutama di lingkungan perkantoran. Merokok tidak kita larang, sepanjang tidak di kawasan dilarang merokok di dalam ruangan tertutup. Demikian keterangan pers saya dalam rangka menyambut hari tanpa tembakau sedunia tanggal 31 Mei 2011.Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Curup, 31 Mei 2011 Bupati Rejang Lebong Suherman, SE, MM SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
38
Liputan Keterangan Pers Bupati Rejang Lebong pada Saat Hari Tanpa tembakau Sedunia, 31 Mei 2011
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
39
70. Program Dinkes Membantu Sarana Air Bersih untuk 43 Desa di Rejang Lebong Dipublikasi pada Minggu, 3 Juli 2011 oleh tri ms CWSHP (Community Water Services and Health Project) merupakan kegiatan kemitraan antara Dinkes RL dan masyarakat yang dilaksanakan secara lintas sektor dan lintas program. Kegiatan yang dalam pendanaannya dibantu dari ADB (Asian Development Bank) ini, dalam pelaksanaannya mengedepankan pemberdayaan masyarakat, dan melibatkan masyarakat sejak pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengoperasian, dan monitoring-evaluasi. Di kabupaten Rejang Lebong CWSHP sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2008, dan hingga kini (2011) telah melaksanakan kegiatan peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar di 43 desa dari targetnya 46 desa. 43 desa yang mendapatkan pembiayaan air bersih dengan dana sekitar 250 juta per desa tersebut tidak dilaksanakan secara serentak, namun bertahap. Hal ini karena pelaksanaannya memerlukan beberapa tahap dari sosialisasi, pembentukan tim kerja, perencanaan dan pemeliharaan paska proyek, sehingga perlu pengorganisasian di tingkat masyarakat, dengan dibantu konsultan desa (namanya CF, atau Community Fasilitator). Dari total 43 desa tersebut, tahun 2008 bisa diselesaikan 4 desa, tahun 2009 diselesaikan 5 desa, 2010 meningkat menjadi 14 desa dan pada tahun 2011 digarap pada 16 desa. Pemilihan desa yang mendapat kegiatan CWSHP dilakukan berdasarkan survei di mana di desa tersebut tersedia sumber air yang layak untuk dimanfaatkan oleh seluruh warga desa. Juga adanya kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam hal biaya (4% dari jumlah dana) serta mau bergotong royong untuk pengerjannya. Dengan adanya dana kontribusi dari masyarakat tersebut, diharapkan masyarakat ikut merasa memiliki fasilitas sarana air bersih tersebut, sehingga jika ada kerusakan akan menjadi tanggung jawab bersama. Umumnya yang dikerjakan dari kegiatan CWSHP terkait dengan air bersih adalah pemasangan perpipaan dari suatu sumber mata air, kemudian dialirkan ke beberapa bak penampungan yang dibuat keran umum atau hidran umum. Di samping itu juga di beberapa sekolah lokasi desa CWSHP dibuat bak sampah, tempat cuci tangan, WC sekolah, WC masjid dan sarana sanitasi lainnya. Jika di desa tidak tersedia mata air, maka dibuat sumur gali, sebagaimana di desa Tanjung Sanai, yang dibangun 36 sumur gali untuk sarana air bersih desa tersebut.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
40
Setelah pengerjaan perpipaan selesai, maka pengelolaan selanjutnya dikerjakan oleh Badan Pemelihara Sarana (BPS) yang dibentuk oleh desa, yang diharapkan bisa mengorganisir pendistribusian air bersih dan pemeliharaanya, layaknya PDAM. BPS ini dibolehkan mengelola iuran masyarakat yang memanfaatkan air bersih, dan dananya untuk pengembangan dan perawatan jaringan. Dengan adanya air bersih tersedia di rumah, diharapkan kebiasaan masyarakat BAB di sungai tidak ada lagi, dan masyarakat terpacu untuk membuat jamban sehat di rumah. Sehingga adanya kegiatan CWSHP akan meningkatkan kepemilikan jamban sehat di desa, dan menurunkan insiden penyakit karena masalah lingkungan, seperti diare, kecacingan, penyakit kulit, dan penyakit perut lainnya.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
41
71. Rabies Center Air Bang Melaksanakan Vaksinasi Anti Rabies bagi HPR Dipublikasi pada Minggu, 10 Juli 2011 oleh sri muliyanti Rabies Center Air Bang Kecamatan Curup Tengah tanggal 8 juli 2011 pada Pukul 14 s/16 Wib ( sore ) yang diketuai Supono ,melaksanakan Vaksinasis Anti Rabies bagi seluruh Pemilik Hewan Penular rabies terutama Anjing, Kegiatan ini kerjasama antara Masyarakat dan Puskesmas Perumnas serta Dinas Peternakan Kab.Rejang Lebong yang dilaksankan di Kelurahan Air Bang. Kegiatan ini merupakan agenda kegiatan rabies Center Kelurahan Air Bang yang bertujuan Memberi kekebalan terhadap semua Hewan Penular rabies terutama Anjing di Kelurahan Air Bang guna terhindar dari penyakit Rabies Kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat dengan terbukti banyaknya anjing yang terjaring dan mendapatkan vaksin sebabyak 112 ekor dan adanya dukungan dari Ka kelurahan Rizkan Syamun dan perangkatnya yang mengikuti pelaksanaan kegiatan sampai dengan selesai. Adik- adik KKN – UNIB pun turut serta membantu petugas Pelaksana vaksin dengan melakukan Pencatatan dan membantu penyematan Peneng atau penanda Vaksin bagi setiap anjing yang telah di vaksin tak lupa juga petugas Puskesmas Rosani SKM yang dengan kesabarannya membimbing adik – adik KKN Unib memberikan penjelasan tentang apa apa yang harus dikerjakan. Dukungan secara spontan dilakukan pula oleh Ka.UPT Puskesmas Simpang Nangka Abdul Raup SKM yang pada waktu pelaksanaan melintas di Kelurahan Air Bang . Dengan Keiklasan nya mengajak pengurus rabies Center berkeliling Air Bang dengan Pusling yang dikendarainya untuk melakukan pemberitahuan dan ajakan kepada masyarakat untuk segera ke Kantor Lurah Air Bang, untuk mengikuti kegiatan Vaksinasi dan alhasil setelah pemberitahuan tersebut manyarakatpun berbondong – bondong membawa anjing ke Balai Desa Suatu strategi baru yang bisa dikembangkan untuk kegiatan rabies Center selanjutnya.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
42
72.
Serunya Outbound Puskesmas Curup dan Perumnas
Dipublikasi pada Selasa, 19 Juli 2011 oleh tri ms Sebagaimana telah menjadi komitmen Kadinkes RL, Drs Tri MS, Apt, DSc, tahun ini beberapa puskesmas akan didorong untuk menjadi rintisan puskesmas berstandar internasional, menuju pelayanan yang berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif). Salah satu bentuknya adalah merubah mindset petugas/karyawan menjadi PNS yang berkualitas, kompak, penuh dedikasi dan berkepribadian menarik, yang dengan senang hati melayani masyarakat di bidang kesehatan. Salah satu terobosannya adalah melakukan outbound karyawan, sebagai upaya untuk meningkatkan kebersamaan, kegairahan dan komitmen pelayanan. Dua puskesmas yang terpilih dan layak untuk diprioritaskan untuk mengikuti outbound adalah puskesmas Perumnas dan puskesmas Curup, yang diharapkan kedepannya 2 puskesmas ini akan menjadi model puskesmas tersertifikasi ISO. Outbound kali ini bertema : Membangun komitmen bersama, satukan tekad menyehatkan rakyat. Seperti biasanya, outbound ini difasilitasi oleh Lembaga Pengembangan Pribadi “Corien Centre”, Bengkulu, yang telah sering bekerjasama dengan Dinas Kesehatan. Outbound yang dibuka oleh Kadinkes RL diikuti sekitar 100 orang dari karyawan puskesmas Curup dan Perumnas, dilaksanakan selama 2 hari (16 – 17 Juli 2011) di BLKM Cawang, Curup. Sebagian karyawan menginap, sebagian yang lain pulang setelah acara malam. Setelah pembukaan oleh Kadinkes, kemudian beliau menyampaikan presentasi tentang pentingnya belajar dari alam, yaitu belajar dari angsa saat terbang berkelompok. Di sini ada pembelajaran di mana sangat pentingnya kekompakan, adanya pemimpin yang saling mengisi dan ada penyemangat di kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi beliau tentang Puskesmas Berseri, yang merupakan upaya untuk mewujudkan puskesmas yang berkualitas dan berstandar internasional. Setelah acara di kelas, malam harinya dilanjutkan dengan acara api unggun dan permainan berkelompok.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
43
73. Sepenggal Kisah Menuju ODF di Desa Air Lanang Dipublikasi pada Kamis, 28 Juli 2011 oleh wahyudi Desa Air Lanang termasuk salah satu desa di wilayah Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong yang juga merupakan salah satu desa sasaran Program CWSHP di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2009 bersama dengan 6 desa lainnya. Seperti halnya dengan desa-desa sasaran Program CWSHP lainnya, Desa Tanjung Beringin juga melaksanakan kegiatan di Bidang Kesehatan dimana salah satunya adalah kegiatan CLTS (Community Led Total Sanitation) atau yang lebih dikenal dengan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Dengan difasilitasi oleh tim Konsultan Kabupaten (DST) dan juga Tim Fasilitator Masyarakat (CFT) program CLTS mulai berjalan yang diawali dengan penggalian data melalui kegiatan MPA-Phast, dari data awal yang diperoleh sebanyak 35 % KK belum memiliki akses terhadap jamban keluarga. Berdasarkan data awal tersebut dilakukan kegiatan mapping (pemetaan) terhadap kondisi sosial masyarakat yang melibatkan masyarakat dengan menggunakan metode Transect Walk. Setelah itu masyarakat diajak untuk berkumpul mengikuti kegiatan pemicuan melalui bentuk permainan yang difasilitasi oleh fasilitator. Pemicuan ini bertujuan untuk menggugah rasa malu, rasa jijik dan rasa berdosa jika belum memiliki jamban, sehingga timbul kesadaran untuk membangun jamban walaupun sederhana atau plengsengan (jamban cemplung), pemicuan ini membuahkan suatu kesepakatan dan tekad masyarakat untuk membangun jamban.
Pemicuan CLTS Desa Air Lanang Sebagai Akselerasi (percepatan) tercapainya tujuan dari Program ini dilakukan kegiatan cetak jamban secara swadaya oleh masyarakat, hal ini tentunya sangat menguntungkan dari segi ekonomis karena dengan material 1 sack semen dengan harga dipasaran berkisar Rp. 50.000 dapat dijadikan 7-8 kloset yang harganya berkisar Rp. 50.000 – Rp. 80.000 dipasaran, mereka dengan antusias secara bergotong royong mencetak kloset tersebut. Alhasil pada saat ini seluruh masyarakat di desa Air Lanang pada saat ini telah memiliki jamban, walaupun sebagian besar SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
44
berbentuk jamban plengsengan (cemplung), sehingga sangat wajar jika predikat desa bebas buang air besar sembarangan atau Open Defacation Free (ODF) dapat diberikan kepada desa Air Lanang. Keberhasilan masyarakat mencapai desa ODF ini secara secara resmi ditandai dengan deklarasi ODF oleh masyarakat di hadapan Bupati Rejang Lebong, pada acara Hari Kesehatan Nasional (HKN) pada tanggal 12 November 2009 di Kantor Pemerintah Daerah Kab. Rejang Lebong, bersama dengan 5 desa program CWSHP lainnya yaitu desa : Desa Suka Datang, Cawang Lama, Mojorejo, Kali Padang dan Desa Belitar Seberang, ditambah dengan Desa Sukarami yang merupakan desa non CWSHP yang dibantu dan difasilitasi oleh Fasilitator CWSHP dalam pelaksanaan kegiatan CLTS nya. Pada tanggal 08 Oktober 2010, Desa Air Lanang juga mendapat kunjungan dari ti m CPMU (Central Project Manegement Unit) dan Dirjen P2PL Kemenkes RI, untuk meresmikan desa Air Lanang menjadi desa ODF. itulah sepenggal cerita sukses desa Air Lanang yang dengan keterbatasannya dapat menjadikan desanya menjadi desa ODF. Diharapkan semangat ODF ini dapat menginspirasi seluruh desa di Kabupaten Rejang Lebong, tidak hanya melalui program CWSHP, namun hal ini memerlukan peran serta berbagai pihak terutama sanitarian puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dimasyarakat khususnya upaya Penyehatan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya penguatan kapasitas sanitarian melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, pertemuan maupun workshop bagi para sanitarian.
Kegiatan Cetak Jamban secara Swadaya Deklarasi ODF pada Hari Kesehatan Nasional 2009
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
45
74. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil di Puskesmas Sindang Dataran Dipublikasi pada Jumat, 22 Juli 2011 oleh tri ms Hari Rabu, 19 Juli 2011 kemarin, puskesmas Sindang Dataran melakukan bakti sosial pelayanan kesehatan di daerah terpencil, yaitu desa Sinar Gunung, yang letaknya skitar 6 km dari kantor puskesmas atau sekitar 35 km dari kota Curup. Tempat kegiatan berlangsung di rumah kepala desa Sinar Gunung, Bp Syahril Apindi. Tenaga kesehatan yang terlibat seluruhnya berasal dari puskesmas Sindang dataran yang berjumlah sekitar 21 orang dan dipimpin oleh kepala puskesmas, Asri SKM. Tenaga yang membantu tersebut terdiri dari dokter (dr. Elin Maruza Putri), bidan perawat dan tenaga lainnya. Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 13.00 dan berakhir dengan makan siang di tempat Kades. Meski jalan menuju lokasi Desa Sinar Gunung jalannya jelek dan aspalnya sudah hancur di sana-sini, terutama sepanjang 5 KM dari Bengko hingga Warung Pojok, namun petugas gembira menjalani kegiatan ini, dengan mengendarai ambulans puskesmas dan sebagian yang lain menggunakan motor. Kegiatan ini dibuka oleh Camat Sindang Dataran Bp Fauzi Agung dan dihadiri oleh petugas kecamatan dan perangkat desa serta masyarakat setempat. Masyarakat yang datang cukup antusias untuk berobat, dengan keluhan penyakit masalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas), kulit, hipertensi, dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 91 orang. Pada acara tersebut juga dilakukan imunisasi balita untuk 4 orang, sunat 7 orang, pemasangan implant KB 12 orang, suntik KB 5 orang dan pemeriksaan ibu hamil 1 orang. Berikut foto-foto kegiatan tersebut :
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
46
75. BRI Peduli Kesehatan : Pengobatan Gratis di Desa Karang Jaya, Selupu Rejang Dipublikasi pada Sabtu, 23 Juli 2011 oleh andi Pada hari Rabu, tanggal 19 Juli 2011 di Desa Karang Jaya Kecamatan Selupu Rejang Lebong, BRI Cabang Curup dengan Dinas Kesehatan melaksanakan ”Pengobatan Gratis” bagi warga desa Karang Jaya dan sekitarnya. Adapun pengobatan gratis ini dalam rangka BRI Cabang Curup menggadakan ”Undian Simpedes BRI Semester I tahun 2011” yang bertempat di Pesantern Mifthahul Jannah desa Karang Jaya Kecamatan Seluu Rejang. Pengobatan Gratis ini melibatkan tenaga medis dari puskesmas Sumber Urip yang berjumlah 9 orang dan dipimpin oleh kepala puskesmas, dr. Syafriani Tarigan dengan 1 orang dokter, 5 orang perawat, 2 orang bidan dan 1 orang tenaga gizi serta 1 orang dokter dari Puskesmas Sambirejo (dr. Khaiurl Arifin). Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 13.00. Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Rejang Lebong Bp. Suherman, SE. MM dan dihadiri oleh Kepala Cabang BRI beserta staf, undangan dan nasabah BRI setempat. Masyarakat yang datang untuk berobat umumnya didominasi orangtua atau lansia, dengan keluhan penyakit umumnya kaum lansia yaitu Reumatik dan hipertensi, tetapi ada juga datang dengan keluhan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas), sakit pada telinga dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 40 orang dengan 37 orang dewasa dan 3 anak-anak. Pada acara ini juga diadakan penandatanganan kerjasama antara BRI Cabang Curup dengan Pemerintah Daerah kabupaten Rejang Lebong dan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong untuk Dana Pembinaan UKS untuk beberapa sekolah yang ada di Rejang Lebong tahun 2011. Berikut foto-foto kegiatan tersebut :
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
47
76. Bidan Desa, Cangkul dan Pipa Air Dipublikasi pada Kamis, 28 Juli 2011 oleh wahyudi Air adalah kehidupan..ungkapan ini memang benar adanya, tanpa air hidup gersang tanpa nyawa. Hal ini sangat terasa di Desa Bandung Marga Kecamatan Bandung Marga yang juga merupakan desa lokasi sasaran CWSHP tahun 2010, ini terjadi karena rusaknya sistem distribusi air bersih di Desa Bandung Marga yang terjadi hampir 1 minggu di bulan Juli 2011, kondisi ini tentu saja memberikan imbas bagi ibu-ibu yang notabene setiap harinya “berusan” dengan air dalam aktifitas rumah tangga. Terhentinya pasokan air bersih ke Masyarakat ini disebabkan kerena adanya kerusakan pada jaringan pipa di sekitar sumber, berdasarkan hal tersebut masyarakat bersama dengan Badan Pengelola Sarana (BPS) melakukan pemeriksaan dan memang ditemui adanya kerusakan di sekitar sumber air. Tim Kabupaten sebagai pengelola Program CWSHP di Kabupaten Rejang Lebong yang juga telah melakukan pemeriksaan ke sumber dan jaringan pipa. untuk mengatasi permasalahan tersebut maka masyarakat bersepakat untuk melakukan gotong royong, kegiatan gotong royong tersebut juga di bantu oleh pihak Puskesmas Bangun Jaya dan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong. Selain melakukan perbaikan kegiatan gotong royong juga bertujuan untuk menimbun pipa yang belum sempat ditimbun sehingga dapat mencegah rusaknya pipa dan mengamankan pipa dari gangguan luar. Suatu hal luar biasa yang terjadi adalah turut sertanya ibu-ibu yang dikomandoi oleh bidan desa dalam kegiatan gotong royong ini, mereka tidak mau ketinggalan ikut serta untuk mencangkul, mengangkut pipa dan pekerjaan lainnya yang memang bukan pekerjaan untuk ibu-ibu, namun pekerjaan tersebut dilaksanakan semata-mata karena mereka sangat membutuhkan air. Jalur pipa dengan panjang ± 5 Km mereka lalui dengan untuk memeriksa jaringan pipa sekaligus menimbun pipa, dengan penuh semangat mereka memegang cangkul untuk menimbun pipa, Bidan Desa yang kesehariannya sangat jarang memgang dengan alat yang bernama cangkul pun dengan penuh semangat ikut serta mencangkul menimbun pipa.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
48
77. Puskesmas Kampung Delima Membentuk Rabies Center Dipublikasi pada Selasa, 26 Juli 2011 oleh sri muliyanti Tanggal 26 Juli 2011 Puskesmas Kp.Delima selain melaksanakan kegiatan Penyegaran Kader juga melaksanakan Kegiatan “ Pembentukan Rabies Center Tingkat Puskesmas Kp.Delima “ di sisi lain Ruangan di Puskesmas Kp.Delima . sebelum acara di mulai peserta yang terdiri dari 20 orang yakni Ka.Desa/Kelurahan dan Perwakilan dari Kecamatan Curup Timur serta adik – adik KKN dari Unib dan Unsri pun ikut menonton film “ Rabies pada Hewan dan manusia “ membuat peserta menjadi terperangah sebegitukah Penyakit Rabies kalau sudah terjangkit pada Manusia . sehingga ada kometar dari peserta “film tersebut benaran atau Rekayasa sutradara saja “ ujar salah satu pak kades. Setelah menonton film dilanjuti dengan materi ”Sosilisasi Penangan Kasus Gigitan Hewan Penular rabies“ oleh Dinas Kesehatan yang diwakili oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit Syamsir.SKM.MKM dan Narasumber dari Dinas peternakan drh.Triano dengan Materi “ Penyakit Rabies “ Dalam kesempatan ini pula Ka.UPT Puskesmsas Sudirto menyampaikan meskipun “ Kita telah menyaksikan dan mengetahui tentang Rabies hendaklah masyarakat harus tetap berkepala dingin dan cerdas dalam menghadapi setiap gigitan Hewan penular rabies jangan terlalu gegabah dan membunuh anjing atau Kucing sama sekali belum terlihat tanda – tanda Rabies sebaiknya lakukan Obsevasi /Pengamatan bila perlu pemeriksaan specimen karna Bila VAR ( Vaksin Anti rabies ) diberikan kepada bayi /balita yang tidak terindikasi gigitan hewan Rabies positif rabies VAR itu pun akan berdampak kepada perkembangan Otak bayi /Balita yang tidak baik “ suatu dilemma yang sering terjadi dimasyarakat Dari pertemuan tersebut disepakati dan di bentuk Kepengurusan Rabies Center Tingkat Puskesmas Kp.delima yang di ketuai oleh : Satria Anwar ( dari Kp. Delima ) dan butir – butir kesepatan yang menarik hasil kesepakat tersebut ditanda tangani oleh seluruh peserta yang hadir.
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
49
78. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste Management) Dipublikasi pada Sabtu, 30 Juli 2011 oleh wahyudi Dalam rangka mencapai predikat Kabupaten Sehat dan Adipura dimana salah satu indikatornya adalah terwujudnya Kawasan Permukiman Sarana dan Prasarana Sehat di Kabupaten Rejang Lebong yang ditandai adanya sistem pengolahan sampah yang memadai sehingga dapat menangani permasalahan sampah masyarakat khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Selain itu dalam rangka pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Lingkungan (STBM) dimana salah satu pilarnya adalah Pengelolaan sampah dengan benar selain pilar lainnya yaitu : Tidak Buang air besar sembarangan (Stop BABs), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan sampah dengan benar, Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga dengan benar. Penghasil sampah terbesar (lebih dari 50%) adalah rumah tangga, sehingga permasalahan sampah ini tidak hanya merupakan tanggung jawab instansi pemerintah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) dan instansi terkait saja, namun juga seluruh masyarakat (rumah tangga) yang merupakan produsen sampah terbesar. Penanganan permasalah sampah ini akan terlaksana jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang. Terkait dengan hal tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan Pengolahan sampah berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste Management/CBSWM). CBSWM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan Prinsip-prinsip CBSWM adalah: • • • • •
Partisipasi masyarakat Kemandirian Efisiensi Perlindungan lingkungan Keterpaduan
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
50
SISTEM ATAU MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (PSBM)
Langkah-langkah mewujudkan CBSWM adalah : 1. Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin dari pemimpin wilayah (RW, Lurah) 1. Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dan kemampuan untuk melaksanakan program serta dapat menjadi penggerak di lingkungannya, 2. Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan setempat dari berbagai aspek, termasuk pendataan jumlah dan komposisi sampah dari rumah tangga, 3. Studi banding (kalau memungkinkan), 4. Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja, penyusunan rencana kerja, dan kesepakatan kontribusi warga dalam bentuk materi maupun non-materi, 5. Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran penghijauan lingkungan dan 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakai ulang, daur ulang), 6. Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan pemantauan terus menerus sampai menghasilkan kompos, produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman produktif, 7. Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti Dinas/Sub Dinas Kebersihan, Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan Umum, dll agar bersinergi dengan sistem pengelolaan sampah skala kota 8. Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau kompos bagi yang berminat menambah penghasilan, 9. Berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil kegiatan daur ulang, dan pameran foto lingkungan. Dengan adanya dukungan dari berbagai lintas sektor dan Program pelaksanaan kegiatan CBSWM ini tentu saja akan memberikan dampak yang sangat menguntungka tidak saja terhadap perbaikan kualitas lingkungan namun juga secara finansial akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Rejang Lebong. SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
51
79. Pemusnahan Hewan Penular Rabies Dipublikasi pada Rabu, 24 Agustus 2011 oleh sri muliyanti Dengan adanya informasi dari masyarakat bahwa telah terjadi kasus gigitan anjing tersangka rabies pada tanggal 18 maret 2011 di sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang, dan kemudian tim Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong melalui Subid Pemberantasan Penyakit dibawah komando Syamsir.SKM.MKM memerintahkan tim untuk melakukan pelacakan kasus atau studi epidemologi gigitan anjing tersangka Rabies. Ternyata apa yang diberitahukan masyarakat saat di lapangan benar adanya, telah terjadi kasus gigitan anjing tersangka rabies di beberapa Desa diantaranya ; Desa Sumber Bening 5 orang Desa Air kali bandung : 3 orang dan Suban Ayam 2 orang kesemuanya terjadi pada tanggal 18 maret 2011 dan anjing yang menggigit adalah anjing yang sama dalam arti hanya 1 ekor anjing menggigit 10 orang penderita dengan ciri – ciri anjing yang sama berwarna coklat keputih – putihan. Sewaktu pelacakan tim Dinkes juga membawa langsung VAR ( Vaksin Anti Rabies ) guna pengobatan kepada penderita, dan alhamdulilah semua yang digigit anjing telah diberikan VAR ( Vaksin Anti Rabies ) secara gratis dari Dinkes dan dilayani di Puskesmas Sambirejo. Diperkirakan anjing berasal dari Sumber Bening terlihat di mana secara berturut turut anjing tersebut pukul 9 pagi menggigit penderita bernama Mbah Kasmin umur 70 tahun, Ka.Desaa Sumber bening telah berusaha bersama warga mengejar anjing tersebut alhasil anjing tersebut lolos dari pengejaran masyarakat dan berlari kearah Curup, kata kades sumber bening ketika dihubungi petugas kesehatan. Untuk menjaring penderita yang telah tergigit team melakukan sosialisasi melaui mobil BSB ( Bigade Siaga Bencana ) di seluruh rute yang diperkirakan dilewati oleh anjing tersebut dan memberikan penyuluhan agar masyarakat untuk tidak membiarkan anjing berkeliaran di masyarakat dan agar melakukan vaksinasi anjing (biayanya hanya sekitar Rp 5000) secara teratur di Rabies Center atau Poskeswan. Dan alhamdulilah, tim Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan telah bekerjasama guna melakukan eliminasi anjing liar yang tidak bertanda kalung vaksinasi (atau sering disebut berpeneng) melakukan sosialisasi pemberitahuan kepada masyarakat, dan kemudian malamharinya Tim Dinas Peternakan memberikan umpan (daging jeroan) yang telah dicampur dengan racun Strychnine pada malam hari di sekitar sampah di daerah Selupu Rejang dan Air Bang. Pagi harinya didapatkan puluhan ekor anjing liar tersebut mati dan ketika dikumpulkan mencapai sekitar 600 ekor dan dikuburkan di belakang Kantor Dinas Peternakan. SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
52
80. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan HIV-AIDS di Rejang Lebong Dipublikasi pada Kamis, 25 Agustus 2011 oleh tri ms
Bertempat di Hotel Kaba, pada Rabu, 24 Agustus 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong mengadakan Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Penanganan HIVAIDS di kabupaten Rejang Lebong yang dihadiri oleh 25 peserta dari berbagai sektor terkait antara lain : Bagian Kesra – Pemda RL, Rumah sakit, puskesmas, Lembaga Pemasyarakatan Curup dan sejumlah LSM yang bergerak dalam penanggulangan HIV-AIDS di Rejang Lebong. Acara dibuka langsung oleh Ka. Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc. Kegiatan ini dibiayai dari Global Fund, sebuah lembaga donor internasional yang bermarkas di Jenewa, Swiss, yang memfokuskan kegiatannya pada pengurangan kesakitan akibat HIV-AIDS, Tbc dan Malaria. Kabupaten Rejang Lebong adalah satu-satunya kabupaten di Prop Bengkulu yang dipilih untuk dibantu pembiayaannya oleh Global Fund dalam upaya memerangi HIV-AIDS, dengan jumlah bantuan pendanaan sekitar 180 juta per tahun. Dana sebesar itu digunakan untuk melakukan penyiapan peralatan di puskesmas (Curup dan Perumnas) dan RSUD Curup untuk membuat klinik konseling sukarela (klinik Voluntary Conseling and Testing disingkat klinik VCT) dan pengujian penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual dan HIV-AIDS. Narasumber pertemuan tersebut berasal dari Dinkes Propinsi Bengkulu yang disampaikan oleh Sri Astuti selaku Kabid. P2PLP Propinsi Bengkulu serta Ka.Dinas Kesehatan Kab.Rejang Lebong. Penjaja seks akan ditest PMS/HIV-AIDS Pertemuan tahap pertama ini berupaya memetakan daerah resiko tinggi tempat penularan penyakit menular seksual/PMS (terutama dengan bantuan pelacakan oleh LSM) di wilayah RL serta melakukan skrining/test pada mereka yang karena profesinya mempunyai resiko tinggi terhadap penularan penyakit tersebut. Kemungkinan rencana skrining akan dilakukan pada tahun ini juga dengan melibatkan LSM yang sudah mempunyai data daerah atau lokasi tempat mangkalnya penjaja seks atau pecandu narkoba/mantan pecandu. Dari informasi LSM Kipas dan Dinas Kesosnakertrans, penjaja seks di RL ternyata mencapai angka ratusan orang pada lokasi yang tersembunyi dan menyebar pada beberapa wilayah kelurahan (Talang Benih, Pelabuhan Baru, Karang Anyar dll). Mereka akan disampling oleh petugas kesehatan yang terlatih (analis puskesmas dan RSUD) dengan diambil vaginal swab-nya (usapan vagina) serta serum darahnya dan ditest kemungkinannya terjangkit penyakit menular seksual (gonorhoe, sifilis, kondiloma, dll) serta HIV-AIDS. SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
53
Jika ditemukan yang positif, kemudian dilakukan pengobatan secara gratis dan bagi yang tertular HIV-AIDS diberikan obat Anti Retro Viral (ARV) seumur hidup (untuk memperpanjang usia dan mengurangi keganasan virusnya) serta pendampingan dalam rangka memotivasi semangat hidup oleh LSM. Tercatat hingga kini ada 4 orang penderita HIV-AIDS di RL dengan rincian 2 orang yang terjangkit HIV-AIDS ditambah 2 orang pendatang yang sebelumnya telah terjangkit di daerah lain dan pindah ke RL. Mereka mmendapatkan penyakit tersebut dari pemakaian jarum suntik (sebelumnya pecandu narkoba) serta karena kontak dengan suami yg terjangkit HIV-AIDS. Penyebaran dan penderita HIV AIDS fenomenanya seperti gunung es, nampak kecil yang terdeteksi, namun banyak yang tersembunyi atau tidak diketahui. Selain kegiatan tersebut di atas, juga akan dilakukan sosialisasi tentang bahaya AIDS dan PMS ke masyarakat (terutama kelompok resiko tinggi dan di Lapas) serta pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS di RL. Dengan adanya dukungan pembiayaan Global Fund ini, diharapkan penanganan HIV-AIDS di RL akan semakin baik dan mampu mengurangi secara signifikan penyebaran PMS dan HIV-AIDS di RL
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
54
81. Tenaga Kesehatan Berprestasi Nasional Dipublikasi pada Senin, 29 Agustus 2011 oleh tri ms Nampaknya telah menjadi tradisi, bahwa setiap tahun, dari 4 nakes yang dikirim untuk seleksi (dokter, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga kesmas), peserta kabupaten Rejang Lebong selalu menarik perhatian tim penilai dari Propinsi Bengkulu, sehingga selalu ada yang mendapatkan kelayakan untuk jadi nakes yang terbaik di Propinsi Bengkulu, dan dikirim ke Istana Negara untuk menghadiri Upacara 17 Agustus bersama presiden. Tim penilai nakes di propinsi Bengkulu menentukan kelayakan nakes terbaik melalui tanya jawab setelah seluruh kandidat yang berasal dari 10 kabupaten/kota mempresentasikan kegiatan-kegiatan unggulan yang dikerjakan pada tupoksinya. Hasil penilaian tim, pada tahun 2011 ini, bidan Zuraida dari puskesmas Curup, kabupaten Rejang Lebong, mendapat predikat tenaga kesehatan masyarakat teladan yang berhak bersalaman dengan pak SBY dan ibu Menkes di Jakarta. Meski hanya 1 nakes, ya lumayanlah. Bidan Zuraida memang unggul di kegiatan promosi kegiatan, sukses membina kesehatan para penghuni Lapas Ardirejo, serta rajin mengisi acara kesehatan di radio Namora. Prestasi yang membanggakan adalah di tahun 2010 kemarin, di mana 4 nakes teladan semuanya diborong oleh tenaga kesehatan dari kabupaten Rejang Lebong. Mereka adalah dr Dewi Mustika dari puskesmas Curup, tenaga kesmas Mus Mulyadi dari puskesmas Sambirejo, bidan Desty Ariyani dari puskesmas Sindang Dataran dan tenaga gizi Yuliyanti dari puskesmas Perumnas.
Tahun 2010 : 4 nakes teladan Propinsi Bengkulu di Istana Negara, yang semuanya berasal dari kabupaten Rejang Lebong, kiri ke kanan : dr. Dewi Mustika (puskesmas Curup), tenaga gizi Yuliyanti (puskesmas Perumnas), bidan Desty Ariyani (puskesmas Sindang Dataran) dan tenaga kesmas Mus Mulyadi (puskesmas Sambirejo).
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
Tahun 2011 : Zuraida, tenaga kesehatan masyarakat teladan Propinsi Bengkulu, dari puskesmas Curup, saat di Istana Negara
55
82. Kerjasama Dinas Kesehatan dengan Harian Bengkulu Ekspress Dipublikasi pada Kamis, 8 September 2011 oleh tri ms Guna memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas yang dilakukan 21 puskesmas di kabupaten Rejang Lebong, maka telah dilakukan kerjasama antara Harian Bengkulu Ekspress dengan Dinas Kesehatan. Kerjasama ini berupa penayangan profil puskesmas dan kegiatannya dalam halaman 3 di harian Bengkulu Ekspress (BE), dengan space ½ halaman, warna hitam putih. Dipilihnya harian BE, karena penyebarannya yang mencakup Propinsi Bengkulu dan pembiayaannya tidak mahal. Profil puskesmas tersebut ditayangkan setiap hari Senin, dengan jadwal tayang yang sudah disusun oleh Dinas Kesehatan. Pembiayaan untuk penayangan profil puskesmas ini dibebankan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Hingga saat ini, sudah sekitar 18 puskesmas yang profilnya sudah ditayangkan BE di halaman 3. Dengan adanya publikasi puskesmas di BE, diharapkan masyarakat dapat memahami kegiatan yang menjadi program puskesmas serta profil pimpinan dan karyawannya. Hal ini sejalan dengan keinginan Kadinkes Rejang Lebong, Drs. Tri MS, Apt, DSc, agar puskesmas mengedapankan juga sisi INFORMATIF, sebagaimana visi Kadinkes pada pelayanan BERSERI, yaitu pelayanan yang Bersih, Ramah, Responsif dan Informatif. Selain penyebaran informasi menggunakan koran BE, Dinkes secara insidentil juga menggandeng kerjasama dengan Koran Rakyat Bengkulu dan Radar Pat Petulai. Namun mengingat keterbatasan biaya, informasi yang berkaitan dengan aktivitas Dinas Kesehatan lebih banyak ditayangkan di blognya Dinas Kesehatan, dengan harapan juga bisa diakses oleh masyarakat, bahkan dengan cakupan lebih global, sebagaimana bisa diakses di situs ini.
Profil puskesmas kabupaten Rejang Lebong di halaman 3 harian BE SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
56
Biodata Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc
Dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 17 Mei 1961. Menyelesaikan pendidikan apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus tahun 1988, kemudian mulai tahun 1989 bekerja di Balai Laboratorium Kesehatan Bengkulu hingga tahun 2000. Di kantor tersebut menjabat sebagai kepala Seksi mulai 1990 hingga tahun 2000.
Pada tahun 1998 mengikuti program Post Graduate Diploma (diploma paska sarjana) selama 2 semester pada Chemical Engineering Dept di University of Queensland, Brisbane, Australia pada bidang Environmental Monitoring sebagai kerjasama proyek Badan Pengendalian Lingkungan (Bapedal) dan pemerintahan Australia. Sejak akhir tahun 2000 mulai bekerja sebagai Kepala Gudang Farmasi Kabupaten Rejang Lebong dan sejak April 2001 menjabat sebagai Kepala Subdin Bina Penyehatan Lingkungan dan Pelayanan Kesehatan, Dinkes Rejang Lebong. Pada tahun 2008 menjabat Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan Farmasi, sementara program kesehatan lingkungan bergabung dengan bidang P3PL. Menjabat Kadinkes sejak November 2010 hingga September 2011, sebelum dimutasi menjadi staf ahli bidang politik dan hukum di pemdakab Rejang Lebong. Menikah dengan Mardaleni SKM, dan dikaruniai 2 anak, Bayu (SMA kelas 3 ) dan Sinta (SMA kelas 1).
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
57
PENGALAMAN JABATAN A. Identitas 1. Nama 2. N i p 3. Tempat/Tanggal lahir 4. A g a m a 5. Jenis Kepegawaian 6. Alamat Rumah 7. Pangkat Terakhir 8. Jabatan Terakhir 9. Instansi Tempat Bekerja 10. Unit Kerja
: Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc : 19610571 198903 1 002 : Kebumen, 17 Mei 1961 : I s la m : : Jln. S. Sukowati no. 16 Curup : Pembina Utama Muda /IV C : Staf ahli : Pemerintah Daerah Kabupaten Rejang Lebong : Sekretariat Daerah
B. Riwayat Kepangkatan No
Pangkat Golongan/Ruang 1 2 3 4 5 6 7
T. M.T
Penata Muda / III a Penata Muda TK I / III b Penata / III c Penata TK I / III d Pembina / IV a Pembina TK I / IV b Pembina Utama Muda/IV c
01-03- 1989 01-04-1992 01-04-1996 01-10-2000 01-04-2003 01-04-2007 01-04-2011
C. Riwayat Jabatan No 1 2 3 4 5 6
Jabatan Kepala Seksi Media dan Reagensia Balai Labkes Provinsi Bengkulu Kepala Gudang Farmasi Kabupaten Rejang Lebong Kasubdin BPL dan Yankes Dinas Kesehatan Rejang Lebong Kabid Pelayanan Kesehatan dan Farmasi Dinas Kesehatan Rejang Lebong Kadinkes Rejang Lebong Staf ahli bidang politik dan hukum
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
Eselon
TMT Jabatan
IV a
08-09-1992
IV a
19-12-2000
III.a
25-04-2001
III. b
28-01-2009
II b II b
18 – 11- 2010 26 – 09 - 2011
58
D. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Umum No
Jenjang dan Penjurusan Pendidikan
1
SD
2
SMP
3
SMA
4
Fakultas Farmasi/ Apoteker
5
Postgraduate Diploma in Science
Nama Sekolah/ Akademi/perguruan Tinggi
Nama Kepsek/ Direktur /Dekan/Ketua/ Rektor
SDN 3 Kebumen, Jawa Tengah, Lulus 1974 SMPN 1 Kebumen, Jawa Tengah, Lulus 1976 SMAN 1 Kebumen, Jawa Tengah, Lulus 1980 UGM, Jogjakarta, Lulus 1988
Soedarsono
The University of Queensland, Brisbane, Australia, Lulus 1998
Sir Liewellyn Edwards, AC,MB BS
Slamet HS Koesiptijah,BSc Prof. Drs. Moh.Anief,Apt
2. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimipinan No
Nama Diklat
1
SPALA
2
SPAMA/ Diklatpim III
Tempat dan Penyelenggara Diklat
Pusdiklat Pegawai Depkes Palembang Badan Diklat Prov.Bengkulu
Angkatan/ Tahun
Lama Pendidikan
IV/ 1993
Tiga (3) Bulan
III / 2003
1,5 Bulan
3. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional No
Nama Diklat
Tempat dan Penyelenggara Diklat
Angkat an/ Tahun
Lama Pendidikan
1
Kursus Penyusunan AMDAL
Universitas Indonesia
1993
1,5 Bulan
2
Training Of Trainer (TOT)
Bapelkes Bengkulu
1996
2 Minggu
3
Apoteker Pengelola Apotik
1999
3 Hari
4
Workshop on production of Biological Reagent
Hotel Rio Asri Bengkulu BLK Surabaya
1993
5 Hari
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
59
5
Teknis Pembuatan dan Uji kualitas Media serta uji Kepekaan Kuman
Bagian Mikrobiologi Universitas Indonesia
1992
2 Minggu
6
Sertifikasi Kompetensi Apoteker
Universitas Gajah Mada (UGM)
2007
2 Hari
7
Kursus Pelatih Petugas Lab
Pusdiklat Depkes Jakarta
1996
2 Minggu
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT
60