BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 UMUM Pada bab ini akan dipresentasikan data-data yang akan dipergunakan dalam tahap analisis. Data-data yang akan dipresentasikan antara lain adalah: Ì Data kondisi eksisting jalan kajian Ì Data traffic counting Dalam studi ini dilakukan survei lalu lintas yang bertujuan untuk melihat parameter kinerja eksisting yang merupakan dasar masukan untuk melakukan simulasi dan analisis lalu lintas di Ruas Jalan Taman Sari. Data primer meliputi traffic counting di beberapa ruas dan pengukuran geometrik jalan eksisting.
4.2
KONDISI JARINGAN EKSISTING Kondisi jalan Taman Sari pada saat ini dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini:
Gambar 4.1 Angkot Menaikan dan Menurunkan Penumpang
Gambar 4.2 Manuver Parkir yang Mengganggu Arus Lalu Lintas
42
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
Gambar 4.3 Ruas Taman Sari di Gerbang Utara ITB
Gambar 4.4 Simpang Pasupati
43
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
4.2.1
Simpang Kajian Data geometrik simpang kajian diperlukan untuk mengetahui kapasitas eksisting simpang. Berikut ini gambaran geometrik simpang kajian:
U
Gambar 4.5 Geometrik Simpang Kajian
4.2.2 Jaringan Jalan Daerah Kajian Untuk analisis lebih lanjut perlu dibatasi suatu daerah kajian di mana daerah kajian ini adalah daerah yang pengaruhnya tinggi terhadap kinerja jalan kajian. Daerah kajian simpang diambil sejauh simpang-simpang berikutnya ditambah daerah-daerah pengaruh simpang-simpang berikutnya ke arah semua lengan. Zona-zona yang berhubungan langsung dengan jaringan daerah kajian tadi diasumsikan sebagai zona internal dari daerah kajian. Untuk zona-zona eksternalnya diambil gabungan-gabungan zona dari semua zona-zona kota Bandung. Dari daerah kajian ini diperlukan data-data antara lain: Ì Sistem zona daerah kajian, yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya Ì Jaringan jalan daerah kajian
Data jaringan jalan meliputi data geometrik jalan, kapasitas, dan kecepatan arus bebas jalan. Namun data utamanya adalah geometrik jalan, dan dengan data ini dapat dicari kapasitas dan kecepatan arus bebas masing-masing ruas jalan.
44
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
Dari data lebar ruas-ruas jalan di bawah, kemudian dicari kapasitas dan kecepatan arus bebas masing-masing ruas sebagai input dalam SATURN. Proses perhitungan kapasitas dan kecepatan arus bebas menggunakan metoda MKJI. Berikut adalah langkah-langkah perhitungan kecepatan arus dasar ruas: 1. Data volume lalulintas yang didapat dikonversikan ke dalam satuan mobil penumpang (smp) dengan cara mengalikan masing-masing volume kendaraan dengan nilai emp nya masing-masing. 2. untuk mencari besarnya nilai kecepatan arus bebas ruas jalan, ditetapkan terlebih dahulu kecepatan dasar ruas jalan dari Tabel 2.2. setelah itu ditentukan kondisi eksisting simpang yang nantinya akan memberi faktor pengali terhadap kecepatan dasar pada ruas tadi. FV = ( FV0 + FVW ) * FFVSF * FFVCS , dengan:
FV
= kecepatan arus bebas (km/jam)
FV0
= kecepatas arus bebas dasar (km/jam)
FVW
= faktor penyesuaian untuk lebar jalan (km/jam)
FFVSF
= faktor penyesuaian untuk habatan samping
FFVCS
= faktor penyesuaian untuk ukuran kota
(4.1)
Berikut ini adalah contoh perhitungan kecepatan arus bebas untuk ruas Jl. Ganesha. Berikut data – data ruas jalan : Tipe Jalan Lebar Total Lebar Lajur Rata - rata Jarak menuju kereb Hambatan Samping Pemisahan Arah Tipe Jalan Dengan Kereb
= 4/2D = 6.9 m = 3.45 m < 0.5 m = rendah = 50/50
Kecepatan arus bebas dasar (FV0) =44 km/jam (didapat dari Tabel 2.3). Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (FVw), untuk lebar lajur 3.45 m = 0 km/jam (Didapat dari Tabel 2.4) Faktor penyesuaian untuk lebar kereb, jalan ini mempunyai jarak kereb < 0.5 m, maka didapat (FFVSF) = 0,93 ( dari Tabel 2.7)
45
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
Faktor penyesuaian ukuran kota, Bandung berpenduduk >3 juta jiwa, sehingga (FFVCS) = 1.03 (dari Tabel 2.8) Setelah didapat nilai – nilai parameter tersebut maka digunakan rumus (4.1) untuk menghitung kecepatan arus bebas: FV = (44 + 0) x 0,93 x 1.03 = 42.14 km/jam 3. Berikutnya dicari kapasitas dari masing masing ruas. Parameter yang menjadi pertimbangan dalam menghitung kapasitas ruas adalah lebar jalur lalu lintas, pemisah arah, hambatan samping, dan ukuran kota.
C = C0 × FCW × FC SP × FC SF × FCCS dimana: C C0 FCW FCSP FCSF FCCS
(4.2)
= Kapasitas (smp/jam) = Kapasitas dasar (smp/jam) = Faktor penyesuaian lebar jalan. = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi). = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb. = Faktor penyesuaian ukuran kota.
Berikut contoh perhitungan kapasitas untuk ruas Jl. Ganesha. Berikut data – data ruas jalan : Tipe Jalan = 4/2D Lebar Total = 6,9 m Lebar Lajur Rata - rata = 3,45 m Jarak menuju Kereb < 0.5 m Hambatan Samping = rendah Pemisahan Arah = 50/50 Tipe Jalan Dengan Kereb -
Kapasitas dasar (C0) = 2900 smp/jam (didapat dari Tabel 2.9) Penyesuaian kapasitas untuk lebar lajur lalu lintas (FCW), untuk lebar lajur 3,45m = 0,98 (Didapat dari Tabel 2.10) Faktor penyesuaian untuk pemisah arah, dengan perbandingan 50/50 (FCSP)= 1,00 Faktor penyesuaian untuk lebar kereb, jalan ini mempunyai jarak kereb < 0.5 m, maka didapat (FCSF) = 0,9 ( dari Tabel 2.12) Faktor penyesuaian ukuran kota, Bandung berpenduduk > 3 juta, sehingga (FCCS) = 1.03 (dari Tabel 2.13) Setelah didapat nilai – nilai parameter tersebut maka digunakan rumus (4.2) untuk menghitung kapasitas jalan total:
46
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
C = 2900 x 0,98 x 1.00 x 0.9 x 1.03 = 2679 smp/jam Perhitungan kecepatan arus bebas dan kapasitas selanjutnya menggunakan tabel. Berikut hasil yang didapat: Tabel 4.1 Kapasitas dan Kecepatan Arus Bebas tiap Jaringan Ruas
Kecepatan Arus
Kapasitas
Bebas (km/jam)
(smp/jam)
Ganesha
42.2
2679.1
Taman Sari bawah
42.2
2530.3
2 arah sawunggaling
42.2
2530.3
1 arah sawunggaling
55.5
3129.3
Juanda Bawah
53.5
5935.9
Wastukencana
54.9
6194.1
Cipaganti
56.9
2967.9
Hasan Sadikin
56.9
6452.2
Cikapayang
55.9
7742.6
Simpang Cikapayang
64.9
10646.1
Jalan Pasupati
64.9
10452.5
Babakan
45.0
2878.9
Taman Sari
42.2
2530.3
Ganesha
42.2
2679.1
Dayang Sumbi
45.0
2891.0
Juanda
53.5
5935.9
Gelap Nyawang
42.2
2714.4
Penghubung Gelap Nyawang Ganesa
45.0
3040.1
Ciung Wanara
39.3
2361.5
Siliwangi Simpang
57.5
4645.6
Siliwangi
45.9
2998.7
Cihampelas
58.4
2830.7
Lamping
33.1
2589.1
Bp.Husen
34.5
1529.3
Prof. Eyckman
42.2
2320.9
Cipaganti
52.7
2926.8
Setiabudi
64.6
3859.5
Ram Setiabudi
57.5
2573.0
47
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
4.3 PERTUMBUHAN KENDARAAN Untuk dapat menentukan pergerakan di masa yang akan datang, pergerakan yang terjadi saat ini akan dikalikan dengan faktor pertumbuhan pergerakan. Pertumbuhan pergerakan diasumsikan sama dengan pertumbuhan lalu lintas dalam daerah kajian, maka dari itu untuk faktor pertumbuhan pergerakan akan diambil pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Bandung. Untuk mengetahui nilai pertumbuhan kendaraan di Bandung dapat menggunakan data statistik kota yang didapat dari buku Bandung Dalam Angka yang ada di BPS. Dari BPS, diketahui jumlah masing-masing jenis kendaraan berdasarkan jenisnya, antara lain sepeda motor, kendaraan umum wajib uji, sedan/taksi dan minibus. Dari data jumlah masing-masing kendaraan per tahun didapatkan pertumbuhan tiap tahun dari masing-masing jenis kendaraan. Dari data didapatkan pertumbuhan kendaraan ringan rata-rata sebesar 3,62 % per tahun dan pertumbuhan sepeda motor 17,82% pertahun. Data selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Tingkat Pertumbuhan Kendaraan Pertumbuhan Per Tahun (%) Tahun
Roda 2
1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata
Sumber : BPS
Sedan/Taksi
2,71 0,38 50,37 1,52 1,50 17,82
1,51
Kendaraan Umum Wajib Uji
Minibus
0,72 0,64 19,01 8,40 1,90 5,60 6,05
17,82
3,62
Pertumbuhan Motor
Pertumbuhan Kendaraan Ringan
3,20 3,40 3,30
Dari data di atas, didapat pertumbuhan motor sebesar 17,82 %. Tingkat pertumbuhan ini terlalu tinggi apalagi jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk yang hanya berkisar 2 % per tahun. Jika ditafsirkan secara linier, maka akan ada saat di mana jumlah sepeda motor lebih banyak daripada jumlah penduduk Bandung. Maka dari itu perlu dilakukan suatu pendekatan untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan motor yang sesuai, karena jelas bahwa rate kepemilikan sepeda motor (motor/penduduk) tidak meningkat secara tidak terbatas. Untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan motor yang lebih mewakili akan digunakan suatu pendekatan khusus dengan menggunakan kurva logistic (Verhulst equation), dengan formula:
48
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
Dengan: Pt
= Jumlah Sepeda motor di tahun t
K
= Tingkat jenuh kepemilikan sepeda motor
P0
= jumlah motor pada tahun dasar 2004
r0
= tingkat pertumbuhan kepemilikan motor pada tahun dasar 2004
Dengan data-data berikut : Tahun dasar proyeksi
: 2004
Jumlah motor tahun dasar
: 424.580 motor
Jumlah penduduk tahun dasar : 2.232.624 jiwa Untuk membatasi pertumbuhan motor, maka perlu diketahui berapa jumlah jenuh dari sepeda motor di Kota Bandung, dengan terlebih dahulu mengetahui jumlah jenuh penduduk Bandung. Jika diasumsikan pertumbuhan penduduk Kota Bandung tetap sebesar 1,0198 % per tahun sesuai hasil rata-rata pertumbuhan tahun terakhir penduduk Kota Bandung, maka jumlah penduduk Kota Bandung sampai tahun 2027 adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Jumlah Penduduk 2.361.653 2.408.343 2.455.956 2.504.511 2.554.025 2.604.519 2.656.011 2.708.520 2.762.068 2.816.675 2.872.361 2.929.148 2.987.058 3.046.112 3.106.334 3.167.747 3.230.374 3.294.239 3.359.367 3.425.782 3.493.510
49
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
Sedangkan untuk mengetahui jumlah jenuh sepeda motor di Bandung, terlebih dahulu mencari data jumlah sepeda motor yang paling jenuh di Indonesia. Di Jakarta, dengan data tahun akhir tahun 2006, jumlah penduduk diperkirakan sebanyak 7.512.323 jiwa (wikipedia.org). Sedangkan banyaknya sepeda motor pada akhir tahun 2006 sebanyak 4.307.218 motor (sumber = http://www.mail-archive.com/
[email protected]). Maka, tingkat kepemilikan motor di Jakarta saat ini yaitu sebesar: 4.307.218/7.512.323 = 0,57 motor/penduduk. Jika diasumsikan kepemilikan motor di kota Bandung akan jenuh pada akhir tahun 2027 dengan tingkat kejenuhan motor di Kota Bandung terjadi saat perbandingan penduduk : motor = 2:1, maka jumlah jenuh sepeda motor di Bandung pada tahun 2027 adalah sebesar 3.493.510 x 0,5 = 1.746.755 buah motor. Maka, K = 1.746.755motor. Dengan data-data di atas, dapat dihitung jumlah motor tiap tahunnya mulai dari tahun dasar kajian 2004 hingga tahun asumsi dimana motor akan mengalami jumlah jenuh di Kota Bandung yaitu tahun 2027. berikut pada Tabel 4.9 ditampilkan jumlah motor sampai akhir tahun 2027 hasil perhitungan dengan logistic growth.
Gambar 4.5 Kurva Logistik Pertumbuhan Motor di Kota Bandung
50
Tugas Akhir “Alternatif Peningkatan Kinerja Koridor Taman Sari Bandung”
Tabel 4.4 Hasil Prediksi Jumlah Motor Di Bandung Dengan Menggunakan Metoda Logistic Growth
K= r= Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Time (X) 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1745755 17,82%
Motor (P) r per tahun 424.580 484.419 14,094% 549.186 13,370% 618.367 12,597% 691.229 11,783% 766.836 10,938% 844.093 10,075% 921.805 9,207% 998.746 8,347% 1.073.740 7,509% 1.145.729 6,704% 1.213.826 5,944% 1.277.355 5,234% 1.335.858 4,580% 1.389.095 3,985% 1.437.015 3,450% 1.479.730 2,972% 1.517.474 2,551% 1.550.569 2,181% 1.579.392 1,859% 1.604.347 1,580% 1.625.843 1,340% 1.644.278 1,134% 1.660.028 0,958%
Sedangkan untuk pertumbuhan kendaraan ringan diambil tingkat pertumbuhannya sesuai data pertumbuhan di atas yaitu sebesar 3,62 % per tahun. Data-data di atas akan digunakan dalam mengolah MAT 2006 yang ada untuk mendapatkan MAT-MAT tahun tinjauan.
51