Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
laut, batu dan terumbu karang dan lain‐lain) dilakukan kegiatan patroli laut bekerjasama dengan pihak Pelabuhan Perikanan Pantai Pengambengan. b. Membentuk dan menumbuhkan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang anggotanya kelompok‐kelompok nelayan pesisir untuk mengawasi setiap kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan dan Kelautan terutama kegiatan yang tidak wajar seperti Pengambilan/merusak Turumbu Karang dan mangrove, Bom Ikan dan lain‐lain, bekerjasama dengan pihak Pelabuhan Perikanan Pantai Pengambengan 3.6 ALIH FUNGSI LAHAN Seperti pada kabupaten lainnya yang juga melaksanakan pembangunan di segala bidang, mutasi lahan sawah menjadi lahan non (bukan) sawah tidak dapat dihindarkan. Alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Jembrana meliputi lahan kering/kebun, tambak, perumahan/ pemukiman dan kebutuhan lainnya. Rata‐rata mutasi lahan sawah dari tahun 2002 s/d 2006 sejumlah 281,5 hektar per tahun. Sedangkan mutasi lahan sawah menjadi non sawah dari tahun 2006 s/d 2007 terjadi hanya 49 hektar dan dari tahun 2007 s/d 2008 terjadi alih fungsi lahan seluas 72 hektar. Mutasi lahan sawah Tahun 2009 di Kabupaten Jembrana terjadi pengurangan dan bahkan lahan sawah yang dulunya berkurang sekarang mengalami peningkatan dimana lahan yang dulunya merupakan lahan perkebunan dirubah oleh petani menjadi lahan sawah sehingga jumlah lahan sawah pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Jumlah lahan sawah pada tahun 2008 yaitu 6.477 Ha sedangkan tahun 2009 seluas 6.820 Ha, terjadi kenaikan luas lahan seluas 343 Ha sekitar 5,29%. Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 42
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Sebagai langkah nyata dalam upaya pemecahan permasalahan tersebut di atas yaitu telah dibangun kapal‐kapal ikan yang dilengkapi dengan system komunikasi dan perlengkapan yang lebih modern serta dapat beroperasi di perairan lepas pantai dan samudera selama 10‐15 hari. Kapal‐kapal ikan tersebut adalah sebagai berikut: No
Tahun
1.
2003
Nama/Bobot Kapal
Bahan
Nilai (Rp)
KM. Jimbarwana 01/18 GT
Fibreglass
600.000.000,‐
KM. Jimbar Segara 01/15 GT
Kayu
667.357.500,‐
KM. Jimbar Segara 02/15 GT
Kayu
667.357.500,‐
2.
2004
KM. Jimbar Segara 03/50 GT
Kayu
1.425.000.000,‐
KM. Jimbar Segara 04/30 GT
Fibreglass
737.500.000,‐
KM. Jimbar Segara 05/30 GT
Fibreglass
737.500.000,‐
3.
2005
KM. Jimbar Segara 06/30 GT
Fibreglass
1.052.260.000,‐
Dalam rangka pelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan, maka Bidang Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a. Pengawasan
dan
pengendalian
Sumberdaya alam terkait dengan kegiatan penangkapan ikan di laut (menyangkut perijinan, penangkapan ikan secara tidak wajar, pengambilan pasir Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 41
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Tabel 3.21 Perkembangan Produksi dan Pendapatan Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Jembrana 5 (lima) tahun terakhir.
No
Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
2005 2006 2007 2008 2009
Produksi (Kg) 1 – 3 ekor 3 – 5 ekor Konsumsi 1.051.750 1.526.045 65 889.000 627.220 323,5 1.487.250 585.000 ‐ 1.207.275 10.500 ‐ 1.814.000 30.000 4
Pendapatan (Rp) 1 – 3 ekor 3 – 5 ekor Konsumsi 8.414.000 1.929.000 1.690.000 7.352.000 2.930.000 2.663.000 12.570.000 1.000.000 ‐ 10.868.000 400.000 ‐ 18.140.000 ‐ 60.000
Sumber: Dinas PKL Jembrana 2009
3.5.2 PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
Seperti kita ketahui bahwa produksi perikanan selama ini sebagian besar dihasilkan dari kegiatan penangkapan di laut. Hasil penangkapan ikan di perairan Selat Bali utamanya ikan Lemuru belakangan ini sangat fluktuatif bahkan sudah cenderung mulai menurun. Alternatif upaya pemecahan permasalahan tersebut antara lain pengurangan jumlah kapal‐kapal ikan yang beroperasi di Selat Bali, pengalihan tempat operasi penangkapan ikan menuju perairan laut lepas pantai dan samudera dan mencari alternatif matapencaharian non melaut. Oleh karena itu pengembangan perikanan tangkap diupayakan dengan memodernisasi usaha penangkapan ikan dari perikanan tangkap tradisional oneday fishing yang terkonsentrasi di perairan pantai/Selat Bali menuju perikanan tangkap di perairan lepas pantai dan samudera. Program ini harus disertai dengan peningkatan kemampuan dan penciptaan SDM yang lebih andal pada bidang ini, diantaranya dengan pengembangan diklat dan membuka Jurusan Nautika Perikanan Laut (NPL) di SMKN 2 Negara Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 40
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
dalam rangka menunjang program perikanan Budidaya, serta diarahkan agar pembudidaya ikan dapat memperoleh benih ikan bermutu dengan harga terjangkau.
Peningkatan produksi komoditas perikanan budidaya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas benih yang ditebarkan, kualitas lingkungan pemeliharaan, tingkat teknologi yang diterapkan serta pemasarannya.Benih merupakan sarana produksi yang utama dan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mencapai keberhasilan budidaya ikan. Oleh karena itu, benih harus tersedia dalam jumlah cukup dengan kualitas baik. Selain itu, ketersediaan benih harus murah dan tepat waktu.
Untuk penyediaan kebutuhan benih ikan air tawar diupayakan melalui Balai Benih Ikan (BBI) Tegak Gede dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang ada. Balai Benih Ikan (BBI) Tegak Gede berlokasi di Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, terletak 76 km dari Denpasar. Luas total lahan BBI Tegak Gede adalah 2,81 ha dengan luas permukaan air 1,5 ha serta ketinggian tempat 25 m dpl. Sumber airnya berasal dari saluran irigasi. Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 39
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
pengembangan usaha dan peningkatan produksi perikanan dilaksanakan demplot intensifikasi usaha budidaya ikan lele yang bersumber dari APBN tahun 2009. Demplot intensifikasi budidaya ikan lele sebanyak 6 unit dilaksanakan di Desa Ekasari oleh kelompok Pembudidaya Ikan Pusaka Tirta Wahana Wiri yang merupakan daerah pengembangan budidaya ikan terintegrasi. Demplot budidaya ikan lele ini dilaksanakan dengan sistem kolam terpal yang merupakan teknologi budidaya ikan di lahan sulit air. Penebaran dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2009 dengan padat penebaran masing‐masing 4.000 ekor. Sedangkan panen dilaksanakan pada tanggal 24 januari 2010. Dengan masa pemeliharaan selama 67 hari, total produksi yang dicapai sebanyak 3.042 kg.
4. Bantuan Selisih Harga Benih Dalam rangka meningkatkan kualitas produksi ikan budidaya yang berbasis ekonomi
rakyat
dan
membantu
pembudidaya ikan kecil agar mampu membeli benih ikan budidaya berkualitas dengan harga yang terjangkau, petani pembudidaya ikan diberikan Bantuan Selisih Harga Benih Ikan. Bantuan Selisih Harga Benih Ikan yang dialokasikan serta dikelola oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil produksi Perikanan Budidaya yang berbasis ekonomi rakyat, Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 38
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
2. Demplot Budidaya Gurami Gurami termasuk dalam kelompok ikan yang digemari konsumen karena tekstur dagingnya yang kekar, tidak memiliki duri dalam daging, lapisan daging relatif tebal serta memiliki tingkat kesegaran relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Keterbatasan produksi ikan gurami disebabkan karena keengganan petani untuk membudidayakannya. Salah satu faktor yang menyebabkan petani kurang meminati usaha budidaya ikan gurami yaitu sifatnya yang lambat pertumbuhannya. Untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu pemeliharaan ± 1 tahun. Untuk mensiasati lamanya masa pemeliharaan Gurami dilakukan dengan memelihara ikan Gurami per sekwen. Dengan cara ini petani tidak harus memelihara gurami dari benih sampai konsumsi. Petani hanya memelihara persekwen saja seperti ada petani yang menghasilkan telur, penghasil larva, menghasilkan benih dasar, benih ukuran kuaci, ukuran kuku, benih tanggung dan ada yang menghasilkan ukuran konsumsi. Dengan sistem ini maka perputaran modal petani bisa lebih cepat.
3. Demplot Budidaya Lele Lele termasuk jenis ikan carnifora yang cepat pertumbuhannya. Untuk mencapai
ukuran
konsumsi
hanya
diperlukan masa pemeliharaan selama 3 bulan.
Untuk
meningkatkan
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 37
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Tabel 3.20 Jumlah Perahu dan Kapal Penangkap Ikan 5 Tahun Terakhir di Kabupaten Jembrana
No Kecamatan 1. Melaya 2. Negara 3. Jembrana 4. Mendoyo 5. Pekutatan Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006 Tahun 2005
Perahu Kapal Motor Motor Kapal Tempel Motor 217 ‐ 380 ‐ 681 8 106 ‐ 173 ‐ 1.557 8 1.483 8 1.586 ‐ 1.464 8 2.187 9
Sub Jumlah 217 380 689 106 173 1.565 1.491 1.594 1.472 2.196
Jukung/Perahu Tanpa Motor Jumlah 22 239 142 522 106 795 17 123 31 204 318 1.883 335 1.826 392 1.986 366 1.838 455 2.651
Sumber: Jembrana Dalam Angka 2009; Dinas PKL Jembrana 2009
3.5.1 PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA 1. Demplot Budidaya Ikan Demplot budidaya ikan dilaksanakan dengan tujuan untuk memotovasi para petani untuk memelihara ikan, sebagai wahana belajar bagi para petani, meningkatkan luas usaha budidaya ikan dan meningkatkan produkasi ikan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sekaligus meningkatkan pendapatan petani ikan. Demplot budidaya ikan yang berlokasi di lahan petani diharapkan dapat menjadi tempat belajar dan contoh bagi para petani.
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 36
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
dari 335 buah menjadi 318 buah. Dengan demikian maka produksi ikan akan terus meningkat. Sedangkan alat tangkap yang dipergunakan adalah jaring (purse seine), Gilinet, pancing dan lain‐lain, masyarakat yang telah melakukan kegiatan pengembangan budidaya perikanan seperti tambak, petani kolam dan petani mina padi. Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Penangkapan dan Budidaya Perikanan secara keseluruhan telah terorganisir secara baik dalam kelompok‐ kelompok dengan tujuan untuk memberdayakan petani dalam kehidupan perekonomian mereka. Tabel 3.19 Jumlah Nelayan 5 (lima) Tahun Terakhir di Kabupaten Jembrana
No 1. 2. 3. 4. 5.
Kecamatan
Pekutatan Mendoyo Jembrana Negara Melaya Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006 Tahun 2005
Nelayan Utama Sambilan
Jumlah
93 116 1.757 5.348 224 7.538 7.575 7.546 7.470 7.243
191 172 2.210 6.935 647 10.155 10.149 9.600 9.247 9.462
98 56 453 1.587 423 2.617 2.574 2.054 1.777 2.219
Sumber: Jembrana Dalam Angka 2009; Dinas PKL Jembrana 2009
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 35
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
pemanfaatan 363,45 Ha dan budidaya air tawar 652 Ha dengan pemanfaatan 50,78 Ha. Berdasarkan potensi sumberdaya tersebut sektor perikanan dan kelautan memiliki peluang pengembangan dan pemanfaatan yang terbuka lebar dan mampu memberikan kontribusi terhadap pembangnan di Kabupaten Jembrana, melalui pengelolaan yang profesional, efektif dan efisien serta bertanggungjawab (Responsible Fisheries) sesuai dengan kaidah Tri Hita Karana. Perkembangan produksi perikanan di Kabupaten Jembrana dalam 5 (lima) tahun terakhir seperti disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.18 Produksi Perikanan (Kg) 5 Tahun terakhir di Kabupaten Jembrana
Perikanan Laut No.
Kecamatan
1. 2.
Mela ya Negara
3. 4. 5.
Perikanan Darat Penangkapan di Perairan Umum
Penangkapan Budidaya
Tambak
Kolam Air Kolam Air Saluran Tenang Deras Irigasi
Sawah
Jumlah
42.500 246.600
-
2.200 5.300
267.300 946.800
60.100 24.200
-
-
-
372.100 1.222.900
Jembrana Mendoyo
44.152.800 32.800
-
4.800 1.400
584.500 294.300
16.600 123.900
-
1.620
-
44.758.700 454.020
Pekutatan Tahun 2009 Tahun 2008
53.200 44.527.900
-
2.600 16.300
187.600 2.280.500
85.200 310.000
-
1.380 3.000
-
329.980 47.137.700
26.453.800 27.760.400 17.631.900
40.700 -
3.300 11.100 18.600
1.696.600 1.984.200 2.024.100
145.900 157.300 22.500
1.400 1.800
600 2.800 -
900 300
28.342.300 29.916.700 19.699.200
14.247.150
81.400
3.900
2.050.000
24.600
-
-
3.000
16.410.050
Tahun 2007 Tahun 2006 Tahun 2005
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana 2009
Potensi sumberdaya manusia di bidang perikanan dan kelautan sangat mendukung, selain berbagai aktifitas dan kegiatan yang berkaitan dengan pesisir dan penangkapan ikan 9462 jiwa yang merupakan nelayan tradisional dengan aktifitas yang mempergunakan armada penangkapan ikan pada tahun 2008 jumlah perahu motor tempel dan kapal motor sebanyak 1.491 buah dan tahun 2009 mencapai 1.565 buah dan perahu tanpa motor (Jukung) menurun Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 34
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
1. Perikanan Laut : • Penangkapan
: 56.947 ton/thn.
• Budidaya
: 1.000 Ha.
2. Perikanan Darat : • Tambak
: 1.129,22 Ha.
• Kolam
: 100,00 Ha.
• Minapadi
: 652,00 Ha.
Potensi Perikanan Budidaya yang ada di kabupaten Jembrana terdiri dari Budidaya Laut, budidaya air payau dan budidaya air tawar dengan pemanfaatannya sebagai berikut:
Tabel 3.17 Data Potensi Perikanan Budidaya di Kabupaten Jembrana
Potensi (Ha) 1.000,00 12,85 1.129,00
Pemanfaatan (Ha) 311,00 5,00 363,45
No
Jenis Budidaya
1. 2. 3.
Budidaya Laut Perairan Umum Budidaya Air payau
4.
Budidaya Kolam
100,00
7,88
31,84
5.
Budidaya di sawah
652,00
50,78
9,67
1.756,60
738,11
42,02
Jumlah
Prosentase 74,94 38,91 32,19
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Jembrana 2009
Potensi sumberdaya perikanan Kabupaten Jembrana terdiri dari potensi perikanan laut dan darat, sumber daya perikanan laut terdiri dari potensi lestari sumber daya perikanan tangkap sebesar 56.947 ton/th, serta dengan garis pantai 80,45 km dan luas wilayah laut diperkirakan sebesar 595,97 km2, memiliki potensi budidaya laut sebesar 1000 Ha. Sedangkan perikanan darat diperairan umum mempunyai potensi 117 ton/th dengan pemanfaatan 5 ton dan budidaya air payau seluas 1.129,22 Ha dengan Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 33
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
dilakukan oleh pemerintah melalui pendampingan dan pemberdayaan untuk usaha, antara lain: a. Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Sarang Burung Sriti dan Walet b. Inventarisasi Potensi Wilayah, Pembinaan/ Penyuluhan dan Pengembangan Lebah Madu. c. Inventarisasi Potensi Wilayah, Pembinaan/Penyuluhan dan Pengembangan Sutera Alam.
3.5 PERIKANAN DAN KELAUTAN embangunan Perikanan budidaya di Kabupaten Jembrana meliputi
P
budidaya ikan air tawar, budidaya laut, budidaya air payau (tambak)
termasuk pembenihan ikan dan udang. Pemilihan jenis usaha budidaya
yang diterapkan dimasing‐masing wilayah disesuaikan dengan potensi yang ada. Budidaya air tawar dilaksanakan di kecamatan Mendoyo, Pekutatan dan Melaya. Budidaya laut dilaksanakan di kecamatan Melaya dan Negara dengan usaha budidaya kerang mutiara dan budidaya rumput laut. Sedangkan untuk budidaya air payau (tambak) dilaksanakan di kecamatan Pekutatan, Mendoyo, Jembrana, Negara dan Melaya dengan komoditi udang dan bandeng. Selanjutnya perikanan tangkap meliputi 3 bagian, yaitu tradisional, menengah dan modern. Potensi utama kegiatan penangkapan adalah penangkapan dengan alat tangkap purse seine dengan hasil tangkapan utama berupa ikan lemuru yang terkonsentrasi di Selat Bali. Secara umum potensi perikanan di Kabupaten Jembrana sebagai berikut: Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 32
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Luas Hutan (Ha)
Luas Kerusakan Hutan (Ha)
Persentase (%)
Tukadaya Manistutu JUMLAH TOTAL HUTAN LINDUNG ( 1 ) Blimbingsari Hutan Melaya 5. Produksi Gilimanuk (Kec. Melaya) JUMLAH Tukadaya (HPTtp) TOTAL HUTAN PRODUKSI ( 2 )
1.050,60 1.950,00 5.713,72 33.240,27 795,00
318,25 255,75 642,25 8.914,14 PM
30,29 13,12 11,24 26,82 PM
890,00 925,20 2.610,20
PM PM 2.075,00
PM PM 79,50
383,10
00
00
2.993,30
2.075,00
79,50
TOTAL ( 1 + 2 )
36.233,57
10.989,14
30.33
Wil. Operasi Kab. Jembrana
5.073,70
‐
0,00
Wil. TN. Bali Barat
41.307,27
11.461,95
27.75
Wil. Adm. Kab. Jembrana
No
Kecamatan
Desa Penyanding Hutan
TOTAL HUTAN KONSERVASI ( 3 ) TOTAL ( 1 + 2 + 3 )
Keterangan dilakukan Tahun 2003
Sumber : Data Primer Tahun 2003 Dinas PKL Kabupaten Jembrana
Tabel 3.16 Luas Kerusakan Kawasan Hutan per RPH No
RPH
Jumlah Personil (orang)
Luas Wilayah
Hutan Hutan Produksi Lindung ( Ha ) ( Ha ) 1 RPH Pulukan 3 6.665,880 2 RPH Yeh Embang 2 9.964,080 3 RPH Tegal Cangkring 3 9.646,590 4 RPH Candikusuma 3 4.250,600 5 RPH Penginuman 4 2.610,200 2.713,120 6 RPH Kring Gilimanuk 4 Jumlah 19 2.610,300 33.240,270 Sumber : Data primer Tahun 2003 Dinas PKL Kabupaten Jembrana
Total ( Ha ) 6.665,880 9.964,080 9.646,590 4.633,700 5.323,320 36.233,570
Luas Kawasan Hutan Rusak ( Ha )
(%)
6.129,290 998,860 915,740 805,100 2.143,250 11.372,240
91,950 10,025 9,493 25,576 40,262 30,33
3.4.4 PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT Untuk mewujudkan pembangunan kehutanan secara holistik,
berbagai komponen penting pelaku/ pelaksana haruslah mendapatkan perhatian yang lebih, dalam hal ini adalah masyarakat penyanding hutan. Masyarakat inilah yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian lebih agar keberadaan hutan tidak terusik dengan alasan ekonomi. Upaya ini Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 31
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
mengalami kerusakan yaitu seluas ± 11.461,95 Ha, dari luas wilayah operasi Kabupaten Jembrana, dengan rincian yaitu : a. Hutan Produksi
: 2.075,00 Ha (79,50 %)
b. Hutan Lindung
: 8.914,14 Ha (26,82 %)
Namun dari tingkat degradasi Kawasan Hutan tersebut, dalam kurun waktu Tahun 2002 s/d 2009 telah dilakukan reboisasi dan rehabilitasi lahan dari berbagai kegiatan sebanyak 20 % dari degradasi Kawasan Hutan tersebut atau seluas 2.850,30 Ha. Kegiatan Rehabilitasi atau reboisasi Kawasan Hutan dan rincian kerusakan Hutan pada desa penyanding hutan di masing‐masing kecamatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.15 Degradasi Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana No
1.
2.
Kecamatan
Pekutatan
Mendoyo
3.
Negara
4.
Melaya
Desa Penyanding Hutan
Luas Hutan (Ha)
Luas Kerusakan Hutan (Ha)
Persentase (%)
Medewi Pulukan Asah Duren Manggisari Pengaragoan Gumbrih Pangyangan JUMLAH Mendoyo Dh. Tkd Pohsanten Pergung
1.425,00 1.940,88 425,00 841,00 1.300,00 700,00 34,00 6.665,88 296,00 740,00 690,00
1.282,50 1.746,79 403,75 798,95 1.235,00 630,00 32,30 6.129,29 12,56 112,62 354,00
90,00 90,00 95,00 95,00 95,00 90,00 95,00 91,95 4,24 15,22 51,30
Tegalcangkring Penyaringan Yeh Embang Kauh Yeh Embang Yeh Embang Kgn Yeh Sumbul JUMLAH Berangbang Baler Bale Agung Batu Agung Pendem Dauh Waru JUMLAH Ekasari
1.180,00 2.645,00 2.100,00 3.258,08 4.000,00 606,00 15.515,08 1.250,00 600,00 1.365,59 630,00 1.500,00 5.345,59 2.713,12
362,56 13,62 128,87 401,81 454,56 1.840,60 228,00 52,75 21,25 302,00 68,25
30,73 0,00 0,65 3,96 10,05 75,01 11,86 18,24 8,79 1,56 0,00 0,00 5,65 2,52
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
Keterangan
Luas perkiraan karena belum dilakukan pengukuran (Hasil Laporan KRPH)
Pengukuran luas kerusakan dilakukan pada tahun 2004
Pengukuran luas kerusakan dilakukan pada Tahun 2003 Pengukuran
III - 30
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
3.4.3 DEGRADASI KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN JEMBRANA Kerusakan Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana dilatar belakangi sejarah kehutanan di Kabupaten Jembrana itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat pada masa dekade lampau sekitar Tahun 1970‐an, jauh sebelum program Pemetaan, Penunjukkan, Penataan Batas, dan Penetapan Kawasan Hutan Negara masyarakat Penyanding Hutan telah melakukan kegiatan pemanfaatan Hutan yg akan ditetapkan sebagai Hutan Negara (sejak 1940‐an). Selanjutnya dilakukan proses Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), TGH Padu Serasi Kawasan Hutan Tetap dengan dasar Rencana Tata Ruang dan Wilayah Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Jembrana. Selanjutnya pada dekade euforia Reformasi (pasca Tahun 1998), sebagian Kawasan Hutan Lindung dialihfungsikan dan dikerjakan secara illegal menjadi areal penanaman tanaman budidaya produktif, dengan dalih Sosial, Ekonomi, dan Politis. Sedangkan konsep Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada saat itu juga belum mantap. Jenis tanaman yang diusahakan antara lain coklat, kopi, cengkeh, pisang, durian, nangka, dan lain‐lain. Kondisi tersebut telah menjadi sumber isu kecemburuan sosial bagi kelompok masyarakat lainnya yang berdampak pada pembenaran terhadap apa yang dilakukan tidak begitu salah. (studi kasus RTK 12 dan 19 RPH Pulukan). Sampai saat ini 30 % kondisi Kawasan Hutan Bali Barat Kabupaten Jembrana telah Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 29
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
kebijakan Zero Visit to Forest pada Tahun 2001. Kebijakan ini merupakan langkah awal kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam rangka Pelestarian Hutan Bali Barat di Kabupaten Jembrana, yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan kerjasama dengan Dinas Kehutanan Propinsi Bali untuk menjadikan Polisi Kehutanan (POLHUT) Propinsi Bali di Kabupaten Jembrana berada pada Bawah Kendali Operasi (BKO) Pemerintah Kabupaten Jembrana. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan personil khususnya dalam hal perlindungan dan pengamanan Hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jembrana pada saat itu. Dalam perkembangannya kemudian dibentuklan Tim Penanggulangan Gangguan Kemanan Hutan (PGKH) Bali Barat. Disamping itu juga, pemerintah melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana terus melakukan pembinaan kepada masyarakat guna menunjang dan mensukseskan revitalisasi di sektor kehutanan dengan melakukan kegiatan antara lain: a. Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan terhadap Hasil Hutan Temuan/Sitaan pada para pengusaha industri perkayuan. b. Pembinaan dan sosialisasi kepada para pengusaha industri perkayuan tentang prosedur Pelayanan Ijin Penebangan Kayu Rakyat (IPKR), Legalitas Pengetokan Kayu Rakyat dan Pelayanan Pengangkutan Kayu Rakyat dan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU). c. Pelayanan Ijin Penebangan Kayu Rakyat (IPKR), Legalitas Pengetokan Kayu Rakyat dan Pelayanan Pengangkutan Kayu Rakyat.
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 28
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Tabel 3.14 Kegiatan Reboisasi Di Kabupaten Jembrana Tahun 2008 – 2009 Jenis Kegiatan 1 Tahun 2008 a. Penanaman oleh KODIM Jembrana b. Penanaman oleh POLRES Jembrana Jumlah Tahun 2009 Dana Alokasi Khusus Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Pengkayaan Vegetatif)
Dalam Kawasan Hutan (Ha) Produksi Produksi Lindung Mangrove Tetap Terbatas
Desa Penyanding
Kecamatan
2
3
4
5
6
Blimbingsari
Melaya
2,00
Blimbingsari
Melaya
2,00
7
4,00 Tukadaya (Dsn. Melaya 75,00 Kembangsari) Manistutu (Dsn. Melaya 75,00 Kemoning) Pengeragoan Pekutatan 55,00 (Dsn. Pasut) Pengeragoan Pekutatan 55,00 (Dsn. Mengenuanyar) Pengeragoan Pekutatan 55,00 (Dsn. Badingkayu) Pengeragoan Pekutatan 55,00 (Dsn. Pengeragoan Dh. Tukad) Jumlah 370,00 Sumber : Data Primer Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009
Jenis 8 Lapangan Tembak (Mahoni, Jati) Blok Nyangkrut (Jati, Mahoni, Bentawas)
Pulai Trembesi Pulai Trembesi Pulai Trembesi Pulai Trembesi
Pulai Trembesi
Pulai Trembesi
3.4.2 REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN
Prioritas utama Pembangunan Kehutanan Kabupaten Jembrana yaitu Pengendalian Pencurian Kayu, Kebakaran Hutan, Perambahan Hutan dan Perdagangan/Peredaran Kayu Ilegal. Untuk mendukung kebijakan tersebut maka pemerintah Kabupaten Jembrana mengambil langkah melaksanakan Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 27
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Dalam rangka menjaga dan mengembalikan serta melestarikan fungsi hutan, kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana memprioritaskan kebijakan pada manajemen pengelolaan hutan sebagaimana diisyaratkan dalam undang‐undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Hutan yang ditetapkan sebagai fungsi lindung dan konservasi, keberadaan luas dan fungsinya akan tetap dipertahankan, sedangkan hutan produksi dalam sistem pengelolaannya lebih diarahkan dapat berfungsi ganda yaitu selain
memberi
nilai
ekonomi
juga
memberikan kontribusi bagi
masyarakat
di
sekitar kawasan hutan. Peran serta dan partisifasi masyarakat
dalam
ikut
serta
membangun hutan perlu ditingkatkan, karena menempati posisi strategis dalam keberhasilan pembangunan kehutanan yang diarahkan dalam upaya mewujudkan fungsi hidrologis hutan dan optimalisasi manfaat hutan secara lestari. Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 26
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
lingkungan (terutama dengan penutupan lahan) sehingga penggunaannya dapat dipergunakan untuk menambah pendapatan. Berbagai program yang paling baru diantaranya adalah Program GERHAN di luar kawasan hutan. Tabel 3.12 Potensi Hutan Rakyat di Kabupaten Jembrana
No
Tahun
1. 2. 3 4. 5. 6. 7.
Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2009
Jumlah Pohon (Btg) 96.000 24.700 79.000 184.500 7.479 30.100 54.100
Luas (Ha) 240,00 50,00 892,50 900,00 77,95 75,25 250,00
475.879
2.485,70
JUMLAH Sumber : Data Primer 2002 s/d 2009
Tabel 3.13 Daftar Produksi Hutan Rakyat di Kabupaten Jembrana Produksi Kayu Rakyat No 1. 2. 3. 4.
Kecamatan Melaya Negara Mendoyo Pekutatan Melaya Negara Mendoyo Pekutatan Melaya Negara Mendoyo Pekutatan Melaya Negara Mendoyo Pekutatan Jumlah
Bulan
Januari
Februari
Maret
April (s/d 19 April 2007)
Jenis Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran
Jumlah (Pohon) 528 250 290 1.535 719 166 560 66 414 233 221 671 148 267 579 2.235 8.882
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
Volume (m3) 680,028 380,626 511,161 1.926,795 857,134 268,002 946,308 133,786 588,800 334,956 530,181 669,021 229,213 312,607 826,258 2.748,546 1.943,422
III - 25
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Pada Tahun 2008 sebagian kawasan hutan mangrove tersebut ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Tetap melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.439/Menhut‐II/2008 tanggal 26 Nopember 2008 tentang Penunjukkan Tanah Pengganti Seluas 44,00 Ha Sebagai Kawasan Hutan Tetap Dengan Fungsi Produksi Yang terletak di Desa Loloan Timur dan Desa Budeng Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Kawasan tersebut merupakan hasil tukar menukar lahan Kawasan Hutan untuk pengembangan pariwisata oleh PT. Bali Turtle Island Development (PT. BTID) yang terletak di Pulau Serangan Kota Denpasar sesuai denga Surat Persetujuan Menteri Kehutanan Nomor : S.480/Menhut‐VII/2004 tanggal 19 Oktober 2004, Nomor : S.682/Menhut‐VII/2006 tanggal 3 Nopember 2006, dan Nomor S.772/Menhut‐II/2007 tanggal 27 Nopember 2007. Berdasarkan Berita Acara Tukar Menukar Kawasan Hutan antara Departemen Kehutanan dengan PT. BTID Nomor : 11/VII‐KP/2008 tanggal 7 April 2008 PT. BTID telah menyerahkan tanah seluas 84,20 Ha yang terdiri atas 44,00 Ha berada di Kabupaten Jembrana dan 40,20 Ha terletak di Kabupaten Karangasem.
3. Hutan Rakyat Potensi hutan rakyat (tanaman kayuan di areal milik masyarakat) di Kabupaten Jembrana adalah potensi yang dapat dikembangkan
untuk
kesejahteraan
sekaligus
menambah menjaga
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 24
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Tabel 3.11 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya per Resor Polisi Hutan (RPH)
Fungsi Hutan (Ha) No
Kelompok No. Hutan RTK
RPH
1 Penginuman
Bali Barat
19
2 Candi Kusuma
Bali Barat
Hutan Lindung
Hutan Produksi Suaka Alam Tetap Terbatas SM ‐
CA
Jumlah
Hutan Tahura Wisata
1.883,41
‐
‐
5.339,00
‐
‐
7.222,41
19
6.698,42 383,10 726,79
‐
‐
‐
‐
‐
7.808,31
3 Tegalcangkring Bali Barat
19
7.741,59
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
7.741,59
4 Yeh Embang 5 Pulukan
Bali Barat
19 11.869,08
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
11.869,08
Bali Barat
19
3.852,88
‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
3.852,88
Yeh Leh‐Yeh 12 Lebah
2.813,00
7‐
‐
‐
‐
‐
‐
‐
2.813,00
2610,2
‐
‐
5.339,00
‐
‐
41.307,27
Jumlah (1)
‐
TN
32.974,97 383,1
2. Hutan Mangrove Potensi Hutan Mangrove di Kabupaten Jembrana banyak terdapat di wilayah Perancak, Tuwed, Budeng, Loloan Timur, dan Gilimanuk. Perancak,
Pelaksanaan Penanaman Mangrove
Budeng, Loloan Timur merupakan
kawasan yang berada di luar dan dalam Kawasan Hutan. Kawasan‐
kawasan
ini
sebagian merupakan Kawasan Hutan tetapi belum ditetapkan atau
dikukuhkan
menjadi
Jenis Tanaman Mangrove di Kabupaten Jembrana di dominasi oleh jenis antara lain yaitu Nipah, Ketapang (Terminalia catapa), Pandan Laut, Nyamplung (Baringtonia speciosa), Dapdap Laut, Waru Lengis, Api-api (Avicenia marina), Bruguera gymnorhzza, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agalocha, Bakau (Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa), Sonneratia alba, Lumnitzera racemosa, Aegiceras corniculatum.
Kawasan Hutan dan sebagian lagi berada di luar Kawasan Hutan. Sedangkan kawasan Mangrove Tuwed merupakan Kawasan Mangrove yang berada di luar Kawasan Hutan.
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 23
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
seluas 38.494,27 Ha. Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana adalah 41.307,27 Ha atau 7, 48 % dari Luas Pulau Bali; atau 31,61 % dari luas Kawasan Hutan Pulau Bali; atau 49,07 % dari luas daratan Kabupaten Jembrana dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.9 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana menurut fungsinya
No 1 2 3 4
Jenis Fungsi Hutan Hutan Fungsi Lindung Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap. Hutan Konservasi/TNBB
Jumlah
Luas (Ha) 33.240,27 2.610,20 383,1 5.073,70
Persentase (%) 80,471 6,319 0,927 12,283
41.307,27
Sumber : Sub BIPHUT Singaraja
Tabel 3.10 Luas Kawasan Hutan berdasarkan fungsinya per Kecamatan Kelompok No. No Kecamatan Hutan RTK 1 Melaya Bali Barat 19 2 Negara Bali Barat 19 3 Mendoyo Bali Barat 19 Bali Barat 19 4 Pekutatan Yeh Leh‐ 12 Yeh Lebah Jumlah (1) Sumber : Sub BIPHUT Singaraja
Hutan Lindung 7.945,50 2.778,00 16.851,47 2.813,00 2.587,00
FUNGSI HUTAN (HA) Suaka Jumlah Hutan Produksi Hutan Alam TN Tahura Wisata Tetap Terbatas SM CA 383,10 2.610,20 ‐ ‐ 5.339,00 ‐ ‐ 16.277,80 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2.778,00 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 16.851,47 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2.813,00 ‐
‐
‐
‐
‐
32.974,97 383,10 2.610,20 0,00 0,00 5.339,00
‐
‐
2.587,00
0,00
0,00
41.307,27
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 22
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
membantu dan memberdayakan peternakan untuk memperoleh pemodalan baik dari pemerintah kabupaten dalam bentuk dana bergulir maupun dari instansi perbankkan (KKP‐E, KTA dan KUR). 2). Pembinaan Kelompok Ternak Agar masyarakat dapat mengakses program‐program pemerintah, BUMN, BUMD maupun pihak swasta maka perlu diwujudkan suatu wadah bagi petani dalam bentuk kelompok tani ternak. Melalui keberadaan kelompok tani ternak maka peternak lebih mudah mendapatkan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mendapatkan sumber informasi‐informasi lainnya.
3.4 KEHUTANAN
L
uas lahan kawasan non budidaya di Kabupaten Jembrana adalah sebesar 41.307,27 Ha yang merupakan kawasan hutan lindung, hutan konservasi (Tanam Nasional Bali Barat), Hutan Produksi Terbatas dan
Hutan Produksi Tetap. Wilayah Kabupaten Jembrana merupakan wilayah yang memiliki garis pantai terpanjang ke‐2 setelah Kabupaten Buleleng, sehingga keberadaan hutan mangrove sangat perlu dijaga kelestariannya.
3.4.1 POTENSI KEHUTANAN 1. Hutan Lindung Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana berada pada kelompok Hutan Yeh Leh Yeh Lebah (RTK 12) seluas 2.813,00 Ha dan Kelompok Hutan Bali Barat (RTK 19)
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 21
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
penyedian pakan ternak (Kebun HMT), pemeliharaan itik petelur, serta pengolahan pupuk padat yang kesemuanya itu diharapkan berfungsi sebagai pusat percontohan bagi masyarakat peternakan Jembrana. 3) Pengembangan Batamas (Biogas asal ternak bersama masyarakat) Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah ternak kususnya kotoran sapi untuk kepentingan sumber energi (Bio Energi) bagi peternak baik untuk memasak maupun sumber listrik. 4) Pengamanan Ternak Pengamanan ternak yang telah dilaksanakan tahun 2009 terdiri dari pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular (Vaksinasi dan Spraying). Pelayanan kesehatan hewan (pengobatan ternak sakit), penyadaran masyarakat tentang penyakit Avian Influenza, penyakit raies dan yang lainnya, penyuluhan kesehatan hewan, penyebaran brosur, liflet, poster dan sejenisnya. Survaillance dan pengamatan penyakit secara dini ke peternak. C. Kegiatan yang mendukung Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1). Fasilitasi/penyediaan permodalan Kegiatan ini adalah upaya pemerintah dalam
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 20
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
3). Pelayanan Kesehatan Hewan melalui Kegiatan Pengadaan Obat dan Vaksin Kegiatan ini difokuskan terhadap pelayanan kesehatan hewan guna mencegah, menanggulangi serta mengobati hewan sakit. 4). Pelaksanaan Cacah Jiwa Ternak Kegiatan pelaksanaan cacah jiwa ternak bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi ternak dan pendukung lainnya yang dilakukan oleh petugas pencatat pada 5 (lima) kecamatan, selanjutnya dihimpun di kabupaten yang sebelumya telah dilakukan penyebaran blangko dan sosialisasi cara pengisian blangko serta penarikan blangko yang telah diisi dan lebih lanjut hasilnya diolah di kabupaten. B. Kegiatan yang mendukung Program Pengembangan Agribisnis 1) Pelayanan
Kegiatan
Kawin
Suntik
(Inseminasi Buatan/IB) Kegiatan ini difokuskan pada kegiatan pengadaan N2 cair, Straw, peralatan IB dan Operasional petugas IB. Selain bertujuan memperbaiki mutu bibit sapi kegiatan ini juga diharapkan mendukung program percepatan
swasembada
daging
sapi
(P2SDS). 2) Pengembangan Agrotechnopark (ATP) Jembrana Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung penyediaan bibit sapi berkualitas melalui kegiatan IB Sexing dan ET (Embrio Transfer), Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 19
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
A. Kegiatan yang mendukung Program Ketahanan Pangan 1). Kegiatan Pengembangan Usaha Sapi Bali. Fokus kegaiatan ini mengarah kepada pemeliharaan ternak sapi sebagai komoditas unggulan pada lokasi‐ lokasi yang menerapkan sistem pemelihatanan
secara
intensif
menggunakan
kandang
koloni
misalnya : di Koperasi ”Nandini Krisna” di Desa Nusasari dan Agrotechnopark (ATP) Jembrana di Desa Melaya. 2). Pengembangan Hijauan Makanan Ternak (HMT) melaui Kegiatan Pengelolaan Lahan dan Air (PLA). Kegiatan ini diharapkan untuk mendukung ketersediaan hijauan makanan ternak sepanjang tahun. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi pembuatan sumur bor, cubang/embung, jalan produksi untuk memudahkan pengangkutan HMT, optimasi lahan dengan penanaman rumput raja dan leguminosa. Selain kegiatan penamanam HMT berupa penanaman Rumput Raja juga disiapkan kegiatan pakan awetan dalam bentuk UMMB, silase, dan konsentrat di pabrik pakan mini yang berlokasi di Persil Poh Desa Nusasari, Kecamatan Melaya.
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 18
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Tabel 3.7 Produksi Hasil Ternak 5 Tahun Terakhir Di Kabupaten Jembrana
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis Ternak 2005 1.142,90 ‐ 2.720,26 320,85 828,35 72,30 593,37 30,87
Sapi Kerbau Babi Kambing Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik
Produksi Daging (Ton) 2006 2007 2008 390,05 503,72 4.412,30 ‐ ‐ 431,51 1.881,11 62,85 1.066,70 188,94 20,16 26,13 833,69 609,87 683,69 57,38 48,19 36,72 466,97 425,13 404,12 31,43 28,72 23,56
2009 4.528,08 401,22 999,26 25,92 681,74 11,47 466,47 26,70
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009
Tabel 3.8 Populasi Unggas No
1 2 3 4 5
Kecamatan
U N G G A S ( Ekor ) Bukan ras 183.549 89.600 82.752 166457 100.251 622.609 624.337 556.958 761.360 756.480
A Y A M R a s Petelur Pedaging 5.000 303.500 10.000 55.000 ‐ 118.000 ‐ 39.500 ‐ 46.000 15.000 562.000 48.000 486.900 63.057 512.200 75.000 562.600 94.500 809.400
Jumlah Ayam 492.049 154.600 200.752 39.500 146.251 1.199.609 1.159.277 1.132.215 1.398.960 1.568.880
Bali
MELAYA 4.384 NEGARA 900 JEMBRANA 2.750 MENDOYO 30.440 PEKUTATAN 1.650 Jumlah 2009 40.124 Jumlah 2008 45.054 Jumlah 2007 59.003 Jumlah 2006 66.555 Jumlah 2005 64.801 Pertumbuhan 3,59 32,29 7,24 6,00 10,80 Rata–rata ( % ) Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009
I T I K Khaki Manila Chamble Entog ‐ 698 ‐ 2.129 ‐ 2.901 15.220 3.120 ‐ 135 15.220 8.983 4.849 6.876 1.864 8.405 ‐ 10.152 50 9.562 ‐
0,38
Jml Itik 5.082 3.029 5.651 48.780 1.785 64.327 56.779 69.272 76.707 74.413
Dalam upaya mewujudkan masyarakat khususnya petani ternak yang sejahtera sebagaimana tertuang dalam visi Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, pelaksanaan kegiatan sub sektor peternakan yang mendukung program tahun 2009 antara lain :
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 17
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Potensi peternakan merupakan satu subsektor pertanian yang banyak dikerjakan oleh penduduk dikabupaten Jembrana meliputi ternak besar dan ternak unggas seperti Sapi, kerbau, babi, kambing, kuda dan di antara jenis ternak tersebut ternyata sapi dan babi merupakan ternak yang paling banyak dipelihara masyarakat. Dari usaha tersebut untuk sapi tahun 2008 sebanyak 35.697 ekor dan tahun 2009 mencapai 36.633 ekor atau meningkat 2,62 % sedangkan ternak babi tahun 2008 sebanyak 79.640 ekor mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 74.608 ekor (6,32 %). Populasi ternak kambing tahun 2007 15.158 ekor, tahun 2008 dan tahun 2009 menurun masing‐masing menjadi 12.262 ekor (23,62%), 12.164 ekor (24,61%). Ternak kerbau tahun 2008 sebanyak 3.421 ekor, tahun 2009 menurun menjadi 3.246 ekor (5,12%) ini disebabkan produksinya berkurang sedangkan permintaan untuk dipotong meningkat. Jumlah Populasi Unggas (Ayam bukan ras) jumlah mengalami penurunan pada tahun 2009 sejumlah 622.609 ekor dari tahun 2008 sebanyak 624.337 ekor (3,59%), data selengkapnya pada tabel berikut. Tabel 3.6 Populasi Hewan Ternak 5 Tahun Terakhir Di Kabupaten Jembrana
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis Ternak Sapi Bali Kerbau Kuda Kambing Babi Ayam Pedaging Ayam Petelur Ayam Buras Itik Aneka Ternak
2005 29.952 5.862 276 16.603 84.023 809.400 94.500 756.480 74.413 24.703
Populasi Ternak (Ekor) 2006 2007 2008 30.891 32.942 35.697 5.727 4.997 3.421 254 222 131 15.613 15.158 12.262 80.870 76.961 79.640 562.600 512.200 486.900 75.000 63.057 48.000 761.360 556.958 624.337 76.707 69.272 56.779 9.647 11.220 10.583
2009 36.633 3.246 117 12.164 74.608 562.000 15.000 622.609 64.327 6.917
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009 Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 16
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Grafik 3.5 Total Produksi Kakao (Biji Kering) 5 Tahun Terakhir Di Kabupaten Jembrana 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
3.672,54 3.260,78 3.376,50 2005 2006
1 5 ,2 3 .9 2
6 ,1 8 1 8 . 2
2007 2008 2009
Produksi (Ton)
3.3 PETERNAKAN aerah potensial sebagai kawasan peternakan di Kabupaten Jembrana
D
berkisar 37.373 km2 atau sekitar 44,94% dari luas Wilayah Kabupaten Jembrana, yang terdiri dari daerah persawahan, perkebunan, tegalan
dan lain sebagainya. Berbagai pepohonan seperti waru, bunut, nangka, rumput gajah rumput raja, rumput setaria dan rumput lapangan dapat tumbuh subur sebagai pakan ternak. Dengan kondisi yang demikian berbagai potensi ternak dapat berkembang di Kabupaten Jembrana yang terdiri dari ternak besar, kecil dan unggas. Dari sisi potensi areal untuk penanaman hijauan makanan ternak (HMT) adalah seluas + 16.836 Ha (20%) dari luas wilayah Kabupaten Jembrana, dengan rincian : Lahan Sawah 4.209 Ha (25,0%) dan Lahan Kering seluas 12.627 Ha (75,0%).
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 15
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
dengan klon yang jelas , yang diproduksi dengan teknologi SE (Somatic Embriogenetic), dan pemberian bantuan sarana serta biaya upah kerja. Dengan
klon yang jelas dan bermutu (unggul) guna perbaikan kualitas tanaman dengan harapan akan menghasilkan biji kakao yang bermutu dengan produktivitas yang tinggi. Kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Tahun 2009 di Kabupaten Jembrana dilakasanakan Kegiatan Peremajaan Tanaman Kakao seluas 700 Ha berlokasi di Kecamatan Melaya, Negara dan Jembrana, sedangkan kegiatan Intensifikasi dialokasikan di Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan seluas 400 Ha. Tabel 3.5 Realisasi Fisik Kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Tahun 2009 No. Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5.
Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan Jumlah
Kegiatan Peremajaan (Ha) 355 180 165 ‐ ‐ 700
Kegiatan Keterangan Intensifikasi (Ha) ‐ ‐ ‐ 150 250 400
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 14
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
daya saing nasional maupun Internasional. Tahun ini tampaknya program tersebut telah menampakan hasil, seperti halnya dalam produksi, seperti produksi Kelapa dalam meningkat 330,52 ton, Kelapa Hibrida 4,73 ton, Kelapa genjah 7,94 ton. Kopi robusta meningkat 13,59 ton, namun Cengkeh mengalami penurunan 271,77 ton, disebabkan oleh karena faktor musim yang sangat berpengaruh terhadap proses pembungaan, juga karena siklus produksi tahunan. Komoditi Panili mengalami kenaikan 40,56 ton, Kakao naik 154,21 ton. Dan dari sisi peningkatan Mutu, telah diproduksi Kakao Fermentasi sebanyak 23 ton. Grafik 3.4 Luas Areal Dan Produksi Komoditi Kakao Di Kabupaten Jembrana Tahun 2009 1.600,00 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00
1.378,90
1.404,07
1.315,96 984,749
Melaya Negara
740,58 556,401
527,95 331,33
Jembrana Mendoyo Pekutatan
216,63
Luas Areal (Ha)
188,06
Produksi (ton)
Kabupaten Jembrana adalah satu dari dua kabupaten (satu lagi Tabanan) di Provinsi Bali yang mendapatkan bantuan program GERNAS Kakao dari pemerintah pusat yang dilaksanakan secara bertahap selama 3 tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Kegiatan diprogramkan untuk Kegiatan Peremajaan Tanaman dan Intensifikasi tanaman Kakao. Dalam kegiatan Peremajaan meliputi kegiatan penggantian tanaman dengan bibit unggul Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 13
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
serentak, terpadu dan menyeluruh melalui suatu gerakan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan maupun sumber daya yang ada secara kontinyu dan berkelanjutan. Dilihat dari letak Geografis Kabupaten Jembrana, termasuk daerah yang potensial untuk perkembangan tanaman perkebunan. Luas lahan kering potensial untuk komoditi perkebunan berkisar 30 % dari luas wilayah Kabupaten. Dari potensi wilayah ini Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Berbagai Hasil Pengolahan Produk Pertanian Kabupaten Jembrana
Kelautan, dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) dengan berlandaskan keseimbangan dan kelestarian lingkungan yang berkesinambungan (sustinable) demi terciptanya peningkatan perekonomian masyarakat. Pencanangan program yang ditempuh dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dilaksanakan melalui kegiatan: Intensifikasi, Rehabilitasi, Peremajaan, Ektensifikasi, serta Diversifikasi baik tanaman maupun produk‐produk perkebunan. Hal ini terbukti dengan telah terbangunnya Pusat Unit Pengolahan Kakao Rakyat Kabupaten Jembrana, sebagai pusat sentra unit pengolahan Kakao Primer (proses Fermentasi) dan unit pengolahan Kakao Skunder (pengolahan kakao siap saji). Dan didukung oleh Unit Usaha Pengolahan Kakao (pengolahan Kakao Primer‐ Proses Kakao Fermentasi) yang berada pada Kelompok‐Kelompok Tani (Subak Abian) tersebar di masing‐masing Kecamatan (5 unit UUP). Hal ini sejalan dengan konsep kebijaksanaan Pemerintah dalam hal aspek produksi yaitu konsep” Petik – Olah – Kemas‐ Jual”. Dengan tidak lupa pula memperhatikan aspek Kualitas/Mutu demi mewujudkan pertanian tangguh yang mempunyai Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 12
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
kabupaten pelakasananya yaitu Tabanan dan Jembrana. Tanaman Kakao di Kabupaten Jembrana merupakan komoditi unggulan bidang Perkebunan. Luas areal tanaman Kakao sampai dengan tahun 2009 seluas 4.268,13 Ha dengan areal produktif 3.788,10 Ha dan produksi 3.376,495 ton atau dengan rata‐rata produktifitas 837 Kg/Ha yang melibatkan 9.695 kk Petani pekebun, Produktifitas tersebut masih berada dibawah potensi produksi potensial (2.000 kg/ha/tahun). Dilihat dari segi umur tanaman relatif sudah sangat tua, yakni sudah lebih dari 20 tahun, sehingga produksi menurun disamping adanya serangan hama dan penyakit yaitu serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK), Helopeltis dan Penyakit Busuk Buah, Vascular Streak Dieback (VSD) yang mengakibatkan mati ranting. Selain itu banyak pertanaman berasal dari bibit tidak jelas/tidak berasal dari varietas unggul, pemeliharaan tanaman belum sesuai anjuran teknis, menurunnya kualitas SDA, belum efektifnya lembaga petani (kelompok tani/subak Abian) serta sulitnya petani mendapatkan sumber pendanaan khusus untuk pengembangan kakao. Selama ini telah dilakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut seperti pemberdayaan petani melalui: 1). Sekolah lapang pengendalian Hama terpadu (SL‐PHT). 2). Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE). 3). Penerapan Teknologi Pengendalian hama penyakit dengan metoda PsPSP (Panen sering, Pemangkasan, Sanitasi dan Pemupukan). 4). Penyediaan bibit unggul untuk pengendalian PBK dan VSD. Mengingat pelaksanaannya masih parsial sehingga hasilnya belum optimal. Oleh karena itu kegiatan tersebut perlu dilakukan secara Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 11
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
B. Pengembangan Kapas Komoditi Kapas di Kabupaten Jembrana
mulai
pengembangannya pendanaan Perkebunan
dari
dirintis melalui Dinas
Provinsi
Bali,
mengingat kedepan kebutuhan akan kapas dirasakan akan terus meningkat. Dalam tahun 2009 telah dilaksanakan
demplot
tanaman
Kapas seluas 1,00 Ha yang berlokasi di Desa Kaliakah Kecamatan Negara, dan Akselerasi Pengembangannya
Produksi yang telah dicapai adalah sebanyak 721,5 Kg (kapas berbiji) dan dilihat dari sisi produktivitas dirasa masih sangat rendah disebabkan oleh beberapa faktor alam seperti kurangnya pengairan pada saat tanaman membutuhkan air, disamping juga para petani masih dalam tahap pembelajaran menanam komoditi kapas ini.
seluas 97 Ha yang dilaksanakan pada 2 Subak yaitu Subak Tegal Jati Desa kaliakah dan Subak Benel Desa Kaliakah Kecamatan Negara.
C. Pengembangan Kakao 1. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas Pro Kakao) dilaksanakan secara serentak di Indonesia pada 9 Provinsi, 40 Kabupaten. Bali termasuk salah satu provinsi
yang
pelaksanaan
mendapat
alokasi
Gernas
dengan
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 10
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
A. Pengembangan Kelapa Dalam Tanaman
Kelapa
disebut
juga
tanaman sosial dalam artian bahwa tanaman Kelapa bagi masyarakat secara
umum
manfaatnya
dan
sangat
besar
kegunaannya.
Tanaman Kelapa dari seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan dari hari ke hari areal tanaman kelapa cenderung berkurang, diakibatkan oleh kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku bangunan, namun disisi lain tindakan penyelamatan eksistensi keberadaan tanaman kelapa dapat dikatakan sangat kurang. Areal tanaman Kelapa di Kabupaten Jembrana dalam tahun 2009 seluas 16.725 Ha. yang terdiri dari tanaman yang belum menghasilkan seluas 469 ha, tanaman menghasilkan seluas 16.240 ha dan tanaman sudah tua/rusak seluas16 ha. Namun dari segi produktifitas relatif rendah, hal ini diakibatkan oleh kondisi tanaman yang sudah berumur tua, serta kurang adanya pemeliharaan tanaman secara intensif. Dengan melihat kondisi tanaman yang sudah sangat tua, pada tahun 2009 Pemerintah melalui Dinas Perkebunan Provinsi Bali telah mengadakan kegiatan peremajaan tanaman kelapa di Kabupaten Jembrana melalui pengadaan pembibitan Kelapa Dalam, untuk kegiatan Peremajaan Tanaman seluas 200 Ha, yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Melaya seluas 100 Ha, Kecamatan Negara seluas 50 Ha, Kecamatan Mendoyo sebanyak 50 Ha. Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 9
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Pengembangan komoditas dalam sub sektor perkebunan terdapat beberapa jenis tanaman yang dibina antara lain Kelapa Dalam, Kelapa Genjah, Kopi Robusta, Cengkeh, Panili dan Kakao, serta akhir‐akhir ini dalam tahun 2009 telah dirintis pengembangan komoditas Kapas. Dari komoditas tersebut yang menjadi komoditas Unggulan dalam bidang sub sektor Perkebunan adalah Komoditi Kakao. Dalam program pembangunan sub sektor perkebunan dari aspek on farm (Budidaya) diprogram kegitan‐kegiatan antara lain Intensifikasi, Rehabilitasi, Peremajaan dan dengan disertai pengelolaan sumber daya alam (lahan dan air) serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. Demikian juga halnya dari aspek of farm (Panen dan Pasca panen) diprogramkan berbagai kegiatan seperti Pengembangan Agroindustri Perdesaan melalaui pembinaan dan pemberian fasilitasi peralatan pasca panen. Demikian juga halnya pembinaan peningkatan Sumber Daya Manusia sebagai pelaku pelaksana pembangunan bidang perkebunan di lapang, dilaksanakan melalui pelatihan‐ pelatihan berbagai teknologi, baik bidang budidaya maupun pengolahan produksi pasca panen lewat kelembagaan petani yaitu kelompok tani atau yang disebut Subak Abian. Dalam Tahun Anggaran 2009 telah dilaksanakan kegiatan‐kegiatan untuk mendukung pembangunan sub sektor perkebunan baik yang bersumber dari dana APBD Provinsi dan Kabupaten maupun dari APBN dalam rangka pengembangan komoditas perkebunan. Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 8
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
dalam sayuran antara lain: kacang panjang (64,70 ton), cabe (620 ton) dan ketimun (4.904 ton). 3.2 PERKEBUNAN
S
eiring
dengan
perubahan
orientasi/paradigma
pembangunan
pertanian dalam arti luas, sehingga pembangunan sub sektor
perkebunanpun sudah semestinya bergeser dari orientasi menjual apa
yang diproduksi (peningkatan produksi dari budidaya dengan hasil panen tinggi) menjadi pembangunan perkebunan yang beroirentasi memproduksi apa yang kita jual (Agroindustri) melalui peningkatan peranan petani sebagai pemasok produksi yang ditangani dengan penerapan Good Handling Proses (GHP) dalam pengolahan produk dengan keaneka ragaman hasil olahan produk yang bermutu dan ditangani secara hygienis (Good Manufactur Prosedur ‐ GMP) untuk dapat bersaing dan meraih pangsa pasar baik Nasional maupun Internasional. Untuk mengantisipasi perubahan paradigma tersebut maka pembangunan perkebunan lebih diarahkan pada penanganan pengembangan komoditas unggulan kompetitif dan komparatif suatu daerah atau wilayah, yang ditangani secara terpadu serta terintegratid baik lintas dan antar sektoral, guna mempertahankan ketahanan pangan, menyiapkan pasokan bahan baku industri, mengentaskan angka kemiskinan melalui terciptanya lapangan kerja dalam proses penanganan pasca panen (keanekaragaman produk) yang pada gilirannya akan terjadi pertumbuhan perekonomian masyarakat.
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 7
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Tabel 3.4 Panjang Saluran Daerah Irigasi Pemerintah Tahun 2009
No 1 2 3 4
Klasifikasi Saluran Induk Saluran Sekunder Saluran Tersier Saluran Pembuang Jumlah
Panjang (M) 80.156 79.388 425.573 5.504 590.621
Grafik 3.3 Panjang Saluran Irigasi
Disamping itu sumber air untuk kegiatan pertanian dalam arti luas bersumber dari air sungai yang ada di Kabupaten Jembrana dengan jumlah sekitar 37 sungai dan bersumber di 5 (lima) kecamatan yaitu: •
Kecamatan Melaya sebanyak 6 Sungai.
•
Kecamatan Negara sebanyak 5 Sungai.
•
Kecamatan Jembrana sebanyak 5 sungai
•
Kecamatan Mendoyo sebanyak 10 Sungai
•
Kecamatan Pekutatan sebanyak 11 Sungai. Selain itu juga tersedia sumber pengairan yang berasal dari Sumur
Bor berjumlah 23 Buah. Agar pembinaan terhadap komoditas Pertanian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dilakukan pembagian wilayah pembinaan yang terbagi menjadi 50 Wilayah Binaan Penyuluh Pertanian (WIL BIN PP). Produksi komoditas hortikultura Kabupaten Jembrana Tahun 2009 selain semangka yang menjadi produk unggulan holtikultura Kabupaten Jembrana antara lain; mangga (16.791 ton), durian (4.052 ton), papaya (5.958 ton), pisang (19.453 ton), rambutan (6.814 ton). Sedangkan yang digolongkan Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 6
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
kawasan semangka dan penerapan GAP/SOP semangka seluas 1 Ha. Penerapan GAP/SOP semangka mengacu kepada penggunaan bahan non kimia dalam budidaya tanaman semangka sehingga dapat menghasilkan produksi semangka yang ramah lingkungan dan aman untuk dikonsumsi. Tabel 3.3 Produksi Semangka di Masing‐masing Kecamatan Tahun 2009
Kecamatan Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan Jembrana
2009 2008 2007 2006 2005
Luas Tanam Luas Panen (Ha) (Ha) 30 50 12 396 62 550 653 646 697 1072
73 50 56 500 64 743 542 699 897 1072
Rata‐rata Produksi Produksi Keterangan (Ton) (Kw/Ha) 182,74 1.334 Buah Segar 240,00 1.200 216,96 1.215 213,58 10.679 159,45 1.021 207,93 15.449 251,51 13.632 217,75 15.221 196,78 17.651 196,29 21.042
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, 2009
Untuk
Grafik 3.2 Produksi Semangka Tahun 2005‐2009 di Kabupaten Jembrana
menunjang
keberadaan pengairan di lahan sawah khususnya untuk usaha tani padi, pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum sampai
25000
)n o T( is k u d ro P
21042 17651
20000
15221
15000
13632
15449
10000 5000 0 2005
dengan tahun 2010 telah
2006
2007
Tahun
2008
2009
membangun jaringan irigasi yang dibedakan menjadi beberapa kelas yang disesuaikan dengan peruntukan dan fungsinya. Adapun kelas jaringan irigasi yang telah terbangun adalah sebagai berikut: Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 5
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Tabel 3.2 Produksi Kedelai 5 tahun terakhir di Kabupaten Jembrana
Kecamatan
Luas Tanam (Ha)
Rata-rata Produksi (Kw/Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Melaya 683 595 9,56 Negara 706 706 13,58 Jembrana 323 323 15,90 Mendoyo 897 899 16,89 Pekutatan 91 91 13,51 Jembrana 2009 2.700 2.614 13,88 2008 2.806 2.803 13.58 2007 1.116 933 11.09 2006 2.294 2.290 12.83 2005 2.431 2.421 15.25 Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, 2009
330,82 958,75 513,57 1.518,41 122,94 3.630,32 3,806 1,017 2,624 3,362
Keterangan Biji Kering
3.1.2 KOMODITAS HORTIKULTURA
Komoditas Hortikultura terdiri dari komoditas sayuran dan buah‐ buahan semusim, buah‐buahan dan sayuran tahunan, biofarmaka (tanaman obat) dan tanaman hias. Untuk jenis komoditas hortikultura tanaman semangka merupakan tanaman unggulan hortikultura di Kabupaten Jembrana yang setiap tahun terus dikembangkan dan telah mampu memenuhi kebutuhan lokal, regional dan nasional. Komoditas buah‐buahan lainnya yang ada di Jembrana antara lain jenis tanaman buah‐buahan tahunan seperti: mangga, durian, pepaya, pisang dan rambutan. Sedangkan yang digolongkan dalam sayuran: kacang panjang, cabe dan ketimun. Khusus untuk jenis tanaman Pupuk Organik Buatan Perusahaan Daerah Kabupaten Jembrana
hortikultura semangka pada tahun 2009 dilaksanakan kegiatan pengembangan
Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 4
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Tabel 3.1 Produksi Padi di 5 Kecamatan Kabupaten Jembrana
Kecamatan Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan Jembrana
2009 2008 2007 2006 2005
Luas Tanam Luas Panen (Ha) (Ha) 1.420 1.339 802 3.157 834 7.552 12,380 9,449 6,854 11,226
1.354 2.421 1.299 3.937 1.072 10.083 9,219 9,097 9,262 9,748
Rata‐rata Produksi Produksi Keterangan (Ton) (Kw/Ha) 58,94 7.980,48 Gabah Kering 65,69 15.903,55 Giling (GKG) 66,88 8.687,21 67,48 26.566,01 62,75 6.726,80 64,34 64.882,08 61.46 56,660 60.05 49,757 63.40 53,845 63.19 56,434
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, 2009
Tahun 2009 Produksi Padi terbesar
terdapat
Kecamatan
di
Mendoyo,
disusul oleh Kecamatan Negara. Produksi padi Gabah
Kering
adalah
yang
Giling terbesar
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Sedangkan untuk produsi Bama (Bahan Makanan Utama) Kedelai 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini. Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 3
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
Upaya untuk mempertahankan produksi pertanian di tengah lahan yang makin sempit/berkurang dilakukan dengan pola intensifikasi untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam mencapai kembali predikat swasembada pangan khususnya beras. Kabupaten Jembrana memiliki potensi alam yang cukup lengkap dengan kontur dari daerah pegunungan di daerah utara dan areal pantai di daerah selatan Kabupaten Jembrana.
3.1.1 KOMODITAS TANAMAN PANGAN
Luasan areal yang potensial untuk pengembangan komoditas pertanian seluas 34.008 Ha atau 39.82 % dari luas wilayah Kabupaten, terdiri dari lahan sawah 6.820 Ha (7,99 %), tegal/kebun 10.802 Ha (12,65 %) dan pekarangan 6.112 Ha (7,15 %). Persediaan pangan sebagai sumber gizi bagi kehidupan, merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan pangan bagi masyarakat merupakan salah satu komoditas strategis, karena erat kaitannya dengan upaya stabilitas Ketahanan Nasional. Pengadaan pangan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, serta sesuai persyaratan gizi, selalu menjadi perhatian Pemerintah dan masyarakat sesuai UU Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan PP Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Komoditas tanaman pangan yang merupakan kebutuhan utama, yang sering disebut Bama (Bahan Makanan Utama), terdiri dari: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu. Menurut data pertanian tahun 2009, produksi padi mencapai 64.882,08 ton, Jagung sebanyak 664 ton, Kedelai (3.630,32 ton), Kacang Tanah (176 ton), Kacang Hijau (75,74 ton), Ubi Kayu (6.376 ton) dan Ubi Jalar (78,57 ton). Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 2
Bab ini menguraikan tentang kondisi dan potensi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana
P
otensi alam yang dimiliki Kabupaten Jembrana adalah karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang cukup berlimpah dan lengkap mulai dari hulu – hilir, mulai dari gunung sampai ke laut. Berbagai potensi sumber daya
alam dipergunakan untuk peningkatan kehidupan masyarakat dengan tetap menjaga keseimbangan alam sesuai dengan filosofi “Tri Hita Karana”. Potensi pertanian dalam arti luas yang dimiliki oleh Kabupaten Jembrana diupayakan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat serta untuk menunjang pembangunan di
sektor
lainnya
seperti
Tri Hita Karana adalah filosofi hidup dan kehidupan masyarakat Bali yang mengutamakan keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan sesama manusia dan antara manusia dengan lingkungan/alam.
pariwisata, industri dan perdagangan. 3.1 PERTANIAN
erdasarkan data Tahun 2009, penggunaan lahan di Kabupaten
B
Jembrana secara garis besar di bagi menjadi 2 bagian kawasan, yaitu
kawasan Budidaya dan Kawasan non budidaya. Pertanian dalam arti
luas sebagai sektor yang mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Jembrana. Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2010
III - 1