33
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 24’ – 112 11’ BT dan 7 53’ – 8 34’ LS. Kabupaten Trenggalek memiliki luas wilayah daratan 1.261,40 km² dan luas laut 4 mil dari daratan adalah 711,68 km² (BPS Trenggalek 2010). Batas-batas wilayah Kabupaten Trenggalek yaitu: sebelah utara
: Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Tulungagung
sebelah timur
: Kabupaten Tulungagung
sebelah selatan
: Samudera Hindia
sebelah barat
: Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ponorogo
Dua per tiga bagian dari luas wilayah Kabupaten Trenggalek terdiri dari tanah pegunungan dan sisanya merupakan tanah dataran rendah. Ketinggian tanahnya antara 0-690 m diatas permukaan laut (dpl). Bahan tambang yang terkandung dalam pegunungan tersebut antara lain mangan, marmer dan kaolin. Susunan explorasi tanah di Kabupaten Trenggalek terdiri dari lapisan tanah andosol dan latosol, mediteran grumosol dan regosol, aluvial dan mediteran. Lapisan tanah aluvial terbentang di sepanjang aliran sungai di bagian wilayah timur dan merupakan lapisan tanah yang subur dengan luas sekitar 10%-15% dari seluruh wilayah. Bagian selatan, barat laut dan utara, tanahnya terdiri dari lapisan mediteran bercampur dengan lapisan grumosol dan latosol. Lapisan tanah ini sifatnya kurang daya serapnya terhadap air sehingga menyebabkan lapisan tanah ini kurang subur (BPS Trenggalek 2010). 4.1.2 Pemerintahan dan penduduk Kabupaten Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan dan 157 desa. Setiap desa dapat dikelompokkan menjadi 3 tingkat, yaitu desa swadaya, desa swakarya dan desa swasembada (BPS Trenggalek 2010). Jumlah penduduk Kabupaten Trenggalek menurut hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2009 sebanyak 796.966 jiwa, dengan presentase 50,49% laki-
34
laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah 789.172 jiwa. Peningkatan penduduk ini berdampak terhadap kepadatan penduduk yang pada tahun 2008 berjumlah 625 jiwa/km2 menjadi 632 jiwa/km2 (BPS Trenggalek 2010). Menurut data BPS Trenggalek (2010) sebagian besar penduduk Kabupaten Trenggalek berada pada usia muda. Artinya penduduk Trenggalek berpotensi sebagai penyedia tenaga kerja, namun kenyataannya hanya sedikit yang terserap. Jumlah pendaftar kerja pada tahun 2009 tercatat sebanyak 2.356 jiwa dan yang belum mendapat kerja 10.412 jiwa, sedangkan yang dapat terserap hanya 1.801 jiwa atau sekitar 14%. Sektor yang paling banyak digeluti penduduk adalah bidang pertanian, bidang jasa dan pegawai negeri. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia, Hongkong, Taiwan, Arab dan Singapura merupakan salah satu penyerap tenaga kerja. Menurut data Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Trenggalek jumlah TKI asal Kabupaten Trenggalek berjumlah 374 jiwa pada tahun 2009. Semua TKI tersebut berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Kabupaten Trenggalek juga mentrasmigrasikan penduduknya ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku sebanyak 198 jiwa pada tahun 2009.
4.2 Keadaan Umum Perairan Kabupaten Trenggalek memiliki potensi sumberdaya alam pada perairan laut, payau dan tawar. Luas zona ekonomi eksklusif (ZEE) adalah 35.558 km2 dan panjang pantai selatan Kabupaten Trenggalek kurang lebih 96 km yang sebagian besar pantainya berbentuk teluk yang terdiri dari Teluk Panggul, Teluk Munjungan dan Teluk Prigi yang merupakan teluk terbesar. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN Prigi) terdapat di area Teluk Prigi yang merupakan pusat berjalannya roda ekonomi perikanan (PPN Prigi 2006). Dasar perairan di Teluk Prigi merupakan lumpur bercampur pasir sedikit berbatu karang dengan kedalaman sekitar 15-61 m, yang sebagian besar pantainya sudah terbuka dan hanya sebagian kecil saja yang masih terdapat hutan. Teluk Prigi mempunyai tiga pantai yang digunakan untuk wisata, yaitu Pantai Damas, Pantai Prigi dan Pantai Karanggongso (Adhicipta Engineering Consultant 2006).
35
Pulau-pulau kecil terdata yang terdapat di wilayah perairan Kabupaten Trenggalek sebanyak 26 pulau. Peraturan Presiden RI no 78 tahun 2005 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, menyatakan bahwa dari 92 pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dua diantara pulau terluar tersebut berada di wilayah Kabupaten Trenggalek yaitu pulau Panekan di Kecamatan Munjungan dan Pulau Sekel di Kecamatan Watulimo (Kabupaten Trenggalek 2009).
4.3 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPN Prigi PPN Prigi terletak di Teluk Prigi, Kecamatan Watulimo. PPN Prigi dapat dicapai melalui jalan darat dari ibukota Trenggalek selama kurang lebih satu jam. Fasilitas jalan menuju Prigi kurang memadai dengan kondisi berkelok-kelok karena merupakan daerah pegunungan serta banyaknya jalan berlubang. 4.3.1 Fasilitas di PPN Prigi Suatu Pelabuhan Perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan akan berfungsi Perum PPS
Pabrik Tepung
dengan baik bila dilengkapi Ikan dengan berbagai fasilitas yang meliputi fasilitas pokok, fungsional dan penunjang. Fasilitas yang termasuk fasilitas pokok adalah dermaga,
kolam
pelabuhan,
alat
bantu
navigasi
dan
pemecah
gelombang/breakwater (Lubis 2006). Fasilitas dermaga dan kolam pelabuhan yang tersedia di PPN Prigi ada dua, satu di bagian barat/kulon dan satu di bagian timur/wetan. Kolam pelabuhan bagian barat dibatasi breakwater sebelah timur (BW 03) dengan panjang sekitar 310 m dan breakwater paralel di sebelah barat (BW 01 dan BW 02) sepanjang sekitar 165 m dan sekitar 175 m dengan kedalaman kolam 3,7 m. Dermaga barat digunakan untuk kapal-kapal berukuran sedang yaitu antara 20-30 GT yang kebanyakan berupa kapal purse seine dan beberapa tonda. Kolam pelabuhan bagian timur dibatasi breakwater yang terletak di selatan (BW 04) sepanjang sekitar 390 m dengan kedalaman kolam 2,4 m hingga 2,8 m (Adhicipta Engineering Consultant 2006). Dermaga timur digunakan untuk kapal berukuran lebih kecil yaitu <20 GT, berupa kapal tonda, gillnet dan pancing ulur. Mulut kedua kolam pelabuhan menghadap ke barat dengan lebar mulut sekitar 100 m (Lampiran 1).
36
Fasilitas
fungsional
merupakan
fasilitas
yang
dibangun
untuk
mendayagunakan pelayanan yang menunjang kegiatan di areal pelabuhan, sehingga manfaat dan kegunaan pelabuhan yang optimal dapat tercapai (Lubis 2006). Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Prigi yaitu dua buah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terdapat di tiap dermaga, instalasi PDAM, instalasi bahan bakar, instalasi listrik, bengkel, pagar keliling, tempat pengolahan hasil perikanan, pabrik es dan dua buah cold storage (Lampiran 2). Bangunan TPI merupakan milik PPN Prigi namun dikelola oleh petugas TPI dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Trenggalek. TPI hanya berfungsi sebagai tempat penimbangan ikan karena sistem pelelangan tidak berjalan. Hasil tangkapan yang didaratkan ada yang langsung dibawa oleh para pemilik kapal yang juga berperan sebagai pengepul/pengumpul atau pun dijual kepada para pedagang/bakul menurut harga yang disepakati. PPN Prigi juga membangun bengkel untuk pelayanan kapal serta pagar keliling untuk keamanan. Tempat pengolahan yang telah tersedia di area PPN Prigi adalah bangsal pengolahan yang merupakan hasil Kelompok Usaha bersama (KUB) dibawah Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP). Tempat pemindangan ikan di Bengkorok merupakan milik Dinas Kelautan dan Perikanan Trenggalek, namun belum berfungsi maksimal. Pabrik tepung ikan yang terdapat di PPN Prigi merupakan milik swasta. Instalasi PDAM, instalasi bahan bakar, instalasi listrik merupakan sarana yang disediakan oleh Perum PPS cabang Prigi. Salah satu cold storage yang tersedia adalah adalah milik Perum PPS namun telah disewakan kepada swasta, sedangkan cold storage yang lain dan pabrik es adalah milik swasta. Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang dibangun untuk memberi kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat perikanan yang ada di areal pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk memenuhi kesejahteraan sosial nelayan. Fasilitas ini terdiri atas fasilitas kesejahteraan yang meliputi: MCK, poliklinik, mess, warung dan mushola dan fasilitas administrasi yang meliputi: kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar dan kantor beacukai (Lubis 2006). Fasilitas administrasi berupa kantor yang terdapat di PPN Prigi antara lain: kantor PPN Prigi, kantor syahbandar, kantor Satker PSDKP, kantor
37
Satker Pol-Air, kantor TPI dan kantor Perum PPS (Lampiran 3). Fasilitas kesejahteraan yang tersedia hanya kios/warung sedangkan MCK, poliklinik dan mushola belum tersedia.
4.3.2 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan di perairan Prigi adalah kapal motor dengan bahan kayu yang memiliki ukuran <30 GT. Kapal yang memiliki ukuran <10 GT merupakan kapal yang digunakan untuk mengoperasikan pancing ulur, sedangkan kapal dengan ukuran 10 hingga <30 GT kebanyakan digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap tonda, gillnet, dan payang. Kapal dengan ukuran 20 hingga <30 GT digunakan untuk mengoperasikan purse seine, dimana untuk mengoperasikan satu unit purse seine dibutuhkan 2 kapal. Jumlah dan jenis kapal di PPN Prigi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan jenis kapal di PPN Prigi periode 2000-2010 Tahun
Perahu tanpa motor
Kapal <10GT
Kapal 10-<20GT
Kapal 20-<30GT
2000
150
239
138
96
2001
90
274
175
96
2002
45
274
175
112
2003
5
477
85
112
2004
0
674
73
115
2005
0
649
105
120
2006
0
741
136
230
2007
0
641
151
240
2008
0
641
151
240
2009
0
366
153
300
2010
0
365
167
314
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Perahu tanpa motor tidak ada lagi di perairan Prigi sejak tahun 2004 karena beralih fungsi menjadi kapal motor dengan ukuran < 10 GT. Perkembangan kapal < 10 GT mengalami pertumbuhan signifikan pada tahun 2003 dan 2004, yang pada tahun 2002 berjumlah 274 kapal menjadi 674 kapal pada tahun 2004, namun kemudian sejak tahun 2007 jumlahnya menurun karena para pemilik kapal mulai
38
menjual kapal kecil untuk diganti dengan kapal yang berukuran lebih besar agar dapat mencapai daerah operasi yang lebih jauh. Kapal berukuran 10-<20 GT mengalami penurunan hingga 50% pada tahun 2003. Penyebab pasti belum diketahui karena dari segi alat tangkap, produksi dan nilai produksi tidak ada kecenderungan menghadapi musim paceklik atau pun krisis ekonomi. Kemungkinan yang ada disebabkan pengurangan nelayan andon akibat konflik yang terjadi pada tahun 2001, yang mayoritas menggunakan alat tangkap payang. Pertumbuhan yang stabil terjadi pada kapal berukuran 20-<30 GT yang merupakan kapal untuk mengoperasikan purse seine. 2) Alat penangkap ikan Alat penangkap ikan yang digunakan di PPN Prigi saat ini, antara lain: purse seine, gillnet, payang, pukat pantai, pancing ulur, pancing tonda dan jaring klitik. Jumlah dan jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN Prigi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jenis dan jumlah alat penangkap ikan di PPN Prigi periode 2000-2010 Tahun
Purse seine
Gillnet
Jenis Alat Penangkap Ikan Pukat Pancing Pancing Payang Pantai Prawe Ulur
Pancing Tonda
Jaring Klitik
2000
105
8
42
27
278
150
0
2
2001
105
8
40
27
278
200
0
2
2002
122
8
30
33
278
242
0
0
2003
122
10
35
33
282
286
0
2
2004
230
17
28
40
25
1158
28
30
2005
240
34
20
42
36
1298
51
36
2006
115
43
36
42
36
1298
57
50
2007
120
43
36
42
36
546
72
53
2008
120
43
36
42
36
546
72
53
2009
150
43
38
42
0
542
72
53
2010
157
43
38
41
0
542
86
53
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Pancing prawe atau mini longline sejak tahun 2009 dinyatakan tidak beroperasi lagi. Kenyataannya alat tangkap ini masih digunakan nelayan tonda pada waktu senggang meskipun jumlahnya sedikit. Penurunan jumlah alat tangkap ini seiring dengan menurunnya jumlah hasil tangkapan ikan layur sejak tahun 2006, selain itu juga disebabkan pengurangan jumlah armada < 10 GT oleh
39
pemilik kapal mulai tahun 2007. Pancing ulur juga mengalami penurunan drastis pada tahun 2007. Sedangkan pancing tonda mulai diperkenalkan di perairan Prigi sejak tahun 2004 dan mengalami penambahan setiap tahunnya. 3) Nelayan Nelayan purse seine dan payang di PPN Prigi hampir semuanya merupakan nelayan lokal dan hanya melaut one day fishing sedangkan nelayan pancing tonda dan gillnet sebagian ABK merupakan nelayan pendatang yang melaut 7-10 hari dalam satu kali trip. Nelayan di Prigi umumnya berpendidikan sampai jenjang SD atau SMP, berdasar sampel hanya sekitar 20% yang melanjutkan sampai jenjang SMA. Jumlah nelayan di PPN Prigi selalu mengalami penambahan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan memberikan penghidupan yang cukup menjanjikan bagi warga pesisir Prigi. Pada tahun 2000 nelayan di Prigi berjumlah 3.624 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi hampir dua kali lipat yaitu sejumlah 6.724 orang. Gambar 7 menunjukkan perkembangan jumlah nelayan Prigi periode 2000-2010. 8000 7000
Jumlah (orang)
6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
Tahun
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Gambar 7 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Prigi periode 2000-2010. 4.3.3 Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan atau fishing ground nelayan Prigi kebanyakan masih terkonsentrasi di perairan teluk Prigi terutama kapal berukuran < 10 GT. Nelayan yang tidak memiliki rumpon menentukan sendiri daerah penangkapan
40
dengan spekulasi dari gejala-gejala perairan serta kabar yang diperoleh dari teman, sedangkan nelayan yang memiliki rumpon langsung menuju rumpon dengan bantuan GPS. Nelayan yang biasa menggunakan rumpon adalah nelayan tonda dan gillnet. Kepemilikan rumpon ada yang berkelompok maupun perorangan. Rumpon diletakkan pada jarak sekitar 15-75 mil dari pantai dengan kedalaman 40-100 m. 4.3.4 Produksi dan nilai produksi Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Prigi beraneka ragam. Produksi yang dominan untuk kelompok pelagis kecil adalah layang dan lemuru, untuk kelompok pelagis besar didominasi
ikan tongkol, cakalang dan tuna, untuk
kelompok ikan demersal didominasi ikan layur, sedangkan jenis udang-udangan hanya didaratkan dalam jumlah relatif sedikit. Produksi ikan di PPN Prigi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Produksi ikan di PPN Prigi periode 2000-2010 Tahun
Jenis Ikan (dalam ton) Tongkol Layur Lemuru como
Cakalang
Layang deles
2000
1471.0
3577.0
1.0
30.0
19.0
508.0
3331.0
8937.0
2001
1362.0
26.0
23.0
654.0
64.0
457.0
11442.0
14028.0
2002
3183.0
871.0
12.0
1957.0
5.0
2.0
51263.0
57293.0
2003
192.0
1856.0
1186.0
1126.0
2682.0
138.0
39576.0
46756.0
2004
823.0
4025.0
473.0
2121.0
7850.0
560.0
1942.0
17794.0
2005
1134.0
2013.0
1297.0
3502.0
2602.0
1179.0
2619.0
14346.0
2006
1327.0
4395.0
446.0
8036.0
7309.0
583.0
1507.0
23603.0
2007
942.0
5189.0
686.0
4502.0
9998.0
373.0
642.0
22332.0
2008
918.0
4738.0
317.0
9308.0
10472.0
323.0
279.0
26355.0
2009
613.2
5256.8
368.6
4843.1
10785.3
691.9
1012.8
23571.7
2010
763.3
287.9
115.6
2154.0
3485.3
503.3
367.0
7676.2
Tuna
Ikan lainnya
Jumlah
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Produksi ikan pada tahun 2002 dan 2003 mengalami kenaikan tajam. Hal ini disebabkan musim ubur-ubur sehingga mendominasi penangkapan. Hasil tangkapan ubur-ubur pada tahun 2002 sebanyak 42.082 ton dan 36.573 ton pada tahun 2003. Ikan layaran dan julung-julung juga mendominasi pada tahun 2001, masing-masing sebanyak 3.079 ton dan 696 ton. Tahun 2010 merupakan tahun paceklik bagi nelayan dimana total produksi yang didaratkan berkurang sekitar
41
67% dari tahun 2009 yang berjumlah 23.571,1 ton, menjadi 7.676,2 ton pada tahun 2010. Nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Prigi cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga 2008, kemudian turun sedikit pada tahun 2009 dan turun drastis di tahun 2010 sebesar Rp 61.306.426.750,akibat musim paceklik. Tabel 8 menunjukkan nilai produksi ikan di PPN Prigi periode 2000-2010. Tabel 8 Nilai produksi ikan di PPN Prigi periode 2000-2010 Tahun
Nilai Produksi (dalam jutaan rupiah) Tongkol Layur Lemuru Tuna Como
Cakalang
Layang Deles
Ikan Lainnya
Jumlah
2000
457.20
4768.94
5.60
7.51
42.40
1150.55
7921.39
14353.57
2001
3413.66
38.14
82.08
529.65
217.64
1468.20
18455.78
24205.14
2002
12049.74
5798.71
12.73
4441.54
27.65
31.69
31473.68
53835.74
2003
900.10
4850.64
6322.50
795.15
12086.02
774.81
28738.24
54467.45
2004
4313.55
2005
5918.85
10231.85
1770.05
2055.10
30398.75
3233.80
6306.60
58309.70
6927.60
6841.50
3951.75
13755.05
7678.35
5991.40
51064.50
2006
7403.35
17391.60
834.70
9833.05
37962.00
4126.55
5934.65
83485.90
2007
5399.40
19680.80
3351.25
5888.50
52442.35
2806.25
2690.60
92259.15
2008
7282.78
25738.00
1941.35
15905.45
75836.80
2916.15
1397.10
131017.63
2009
4642.39
15974.52
4209.99
8217.09
62163.10
6671.47
5069.39
106947.95
2010
5486.30
2012.40
972.32
4700.67
23912.38
4877.05
3680.40
45641.52
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Ikan tongkol selalu memberikan nilai produksi tertinggi sejak tahun 2004 seiring dengan meningkatnya pendaratan ikan tersebut. Ikan yang memiliki harga rata-rata tertinggi pada tahun 2010 adalah tuna, layur dan cakalang yaitu Rp 9.690,-/kg untuk ikan tuna, Rp 8.411,-/kg untuk ikan layur dan Rp 7.188,-/kg untuk ikan cakalang. Grafik perkembangan nilai produksi ikan di PPN Prigi dapat dilihat pada Gambar 15. 4.3.5 Pengolahan dan pemasaran Hasil tangkapan ikan dari PPN Prigi dipasarkan dalam bentuk segar dan olahan. Pengolahan yang dilakukan antara lain pembekuan, pemindangan, pengeringan/pengasinan, pengasapan, terasi dan tepung ikan. Ikan segar dipasarkan hanya di 3 kota yaitu Surabaya, Trenggalek dan Tulungagung. Dominansi pemasaran ikan segar yaitu kota Surabaya sebesar
42
2.384 ton atau sekitar 82% pada tahun 2010. Ikan yang dipasarkan ke Surabaya umumnya adalah ikan-ikan komoditi ekspor. Terbatasnya pemasaran ikan segar disebabkan ikan memiliki sifat mudah rusak, sehingga membutuhkan perlakuan ekstra dan tambahan biaya. Ikan yang dipasarkan dalam bentuk segar utamanya diperuntukkan bagi pasar ekspor, berupa ikan tuna, layur dan cakalang. Pemasaran ikan olahan lebih luas jangkauannya, yaitu Trenggalek, Tulungagung, Surabaya, Jombang, Malang dan Nganjuk. Surabaya juga mendominansi pemasaran ikan olahan dari PPN Prigi dengan total 1.602 ton atau 33,56% pada tahun 2010, disusul Tulungagung, Malang, Jombang dan Nganjuk, sedangkan Trenggalek sendiri hanya menyerap ikan olahan sebesar 1,84%.