30
BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK
5.1
Karakteristik Responden Pada bagian ini diuraikan karakteristik responden yang meliputi jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan lamanya keanggotaan.
Jenis Kelamin
5.1.1
Responden penelitian terdiri dari 51,4 persen laki-laki dan sisanya 48,6 persen adalah perempuan. Responden laki-laki dalam penelitian ini mayoritas adalah petani, sedangkan responden perempuan mayoritas adalah pedagang. Mayoritas penduduk Desa Citapen berdasarkan data sebelumnya bermata pencaharian sebagai buruh tani, namun mata pencaharian sebagai pedagang di desa ini jumlahnya juga cukup banyak.
Tabel 5
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun 2011 Jumlah Jenis Kelamin N
%
Laki-laki
18
48.6
Perempuan
17
51.4
35
100.0
Jumlah
5.1.2
Usia Berdasarkan hasil penelitian, usia responden berkisar antara 19-70 tahun.
Sebanyak 18 responden tergolong pada kategori usia dewasa madya. Kemudian, sebanyak 16 responden merupakan dewasa awal dan hanya 1 responden yang berusia lanjut. Kisaran umur yang telah ditentukan merupakan tahap perkembangan manusia berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980). Sebaran responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
31
Tabel 6.
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Umur, Tahun 2011 Jumlah Usia (tahun) N
%
Dewasa Awal (18-40)
16
45.7
Dewasa Madya (41-60)
18
51.4
1
2.9
35
100.0
Usia Lanjut (>60) Jumlah
Responden dengan kisaran umur dewasa awal dan dewasa madya jumlahnya hampir sama. Usia tersebut dapat dikatakan termasuk usia produktif dalam bekerja. Hanya terdapat satu responden yang tergolong dalam usia lanjut.
5.1.3
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yaitu jenjang terakhir sekolah formal responden yang
pernah ditamatkan maupun tidak tamat. Berdasarkan tabel terlihat bahwa persentase terbesar 74.3 persen responden berpendidikan SD/sederajat, sedangkan persentase terendah responden tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sebesar 0 persen. Berikut sebaran tingkat pendidikan responden.
Tabel 7
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2011 Jumlah Tingkat Pendidikan N
%
0
0
26
74.3
SMP/sederajat
4
11.4
SMA/sederajat
3
8.6
Perguruan Tinggi/sederajat
2
5.7
35
100.0
Tidak Sekolah SD/sederajat
Jumlah
32
Mayoritas tingkat pendidikan responden sebanyak 74.3 persen adalah SD/sederajat. Berdasarkan data penduduk Desa Citapen menurut tingkat pendidikannya, lulusan SD/sederajat memiliki persentase paling tinggi yaitu sebesar 25.42 dengan mata pencaharian utama di bidang pertanian. Maka, jumlah tersebut membuktikan bahwa penduduk Desa Citapen mayoritas bergerak di bidang pertanian.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan responden yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan jumlah keseluruhan anggota keluarga responden yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden. Banyaknya tanggungan yang dimiliki reponden beragam yang dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu kategori rendah ( memiliki tanggungan 1-3 orang), sedang ( memiliki tanggungan 4-6 orang) dan kategori tinggi (memiliki tanggungan 7-8 orang). Sebaran jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga, Tahun 2011 Jumlah
Jumlah Tanggungan Keluarga (jiwa)
N
%
Rendah (1-3)
24
68.5
Sedang (4-6)
10
28.6
Tinggi (7-8)
1
2.9
35
100.0
Jumlah
Jumlah tanggungan yang dimiliki responden terbanyak ada pada kategori rendah yaitu sebesar 68.5 persen. Dapat dikatakan program Keluarga Berencana (KB) di Desa Citapen berhasil. Jumlah tanggungan dalam penelitian ini memang tidak berarti memiliki anak saja, namun istri serta tanggungan yang lain. Namun sejauh melihat data yang ada, jumlah tanggungan yang dimiliki responden adalah istri dan anak.
33
5.1.5 Lamanya Keanggotaan Lamanya menjadi anggota adalah waktu yang dihitung mulai anggota terdaftar sampai saat penelitian berlangsung. Keanggotaan responden bervariasi antara 6 bulan sampai 36 bulan, secara lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9
Jumlah dan Persentase Keanggotaan, Tahun 2011
Responden
Berdasarkan
Lamanya
Jumlah Lamanya keanggotaan (bulan) N
%
Rendah (6-15)
19
54.4
Sedang (16-25)
8
22.3
Tinggi (26-36)
8
22.3
35
100.0
Jumlah
Lamanya menjadi anggota dihubungkan dengan data kualitatif seperti komunikasi. Komunikasi dalam hal ini berupa informasi yang menyebar dari mulut ke mulut mengenai informasi untuk menjadi anggota gapoktan. Seperti yang terlihat pada tabel, kategori terbanyak ada pada kategori rendah sebanyak 54.4 persen. Hal ini menunjukkan informasi terdedah kurang menyebar mengenai kelompok.
5.2
Deskripsi Karakteristik dan Kapasitas Kelompok Karakteristik kelompok dan kapasitas kelompok merupakan variabel yang
berbeda. Karakteristik kelompok merupakan ciri-ciri yang dimiliki kelompok, sedangkan kapasitas kelompok merupakan kemampuan kelompok dalam mengembangkan usaha bersama. Semakin bagus ciri-ciri kelompok, umumnya akan semakin bagus juga kapasitas kelompok.
34
5.2.1 Karakteristik Kelompok Karakteristik kelompok terdiri atas tujuan, aktivitas kelompok, pembagian tugas di dalam kelompok dan suasana kelompok. Tujuan kelompok tergolong tinggi. Hal ini berarti sebagian besar responden penelitian menyatakan bahwa tujuan kelompok sudah sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar responden mengetahui tujuan kelompoknya dan tujuan kelompoknya sudah sesuai dengan tujuannya. Lalu responden menyatakan bahwa manfaat responden bergabung dengan kelompok cukup besar dan tujuan kelompoknya sudah tercapai. Lalu aktivitas kelompok tergolong rendah yang dapat mengartikan bahwa sebaran responden menyatakan didalam kelompok mereka sangat sedikit aktivitas yang ada atau terdapat aktivitas tapi mereka tidak mengikuti aktivitas tersebut. Bagi responden yang menyatakan mengikuti aktivitas di dalam kelompok maupun yang tidak, baik yang didalamnya terdapat aktivitas kelompok maupun tidak. Aktivitas kelompok dilakukan jika unit produksi dikelola bersama, sehingga terdapat aktivitas di dalam kelompok. Namun hanya kelompok Sukamaju dan kelompok KWT Citapen Berkarya yang memiliki unit usaha bersama yang dikerjakan bersama kelompok, sedangkan dua kelompok lainnya yaitu kelompok Pondok Menteng dan kelompok Tani Jaya anggotanya mengelola usaha sendiri, sehingga aktivitas kelompoknya tergolong rendah. Namun terdapat beberapa anggota yang tidak merasakan hal tersebut, karena masih merasa tujuan kelompoknya belum sesuai dengan tujuannya. Kemudian untuk pembagian tugas didalam kelompok tergolong rendah. Pembagian tugas akan akan terjadi jika kelompok memiliki usaha bersama di dalam kelompok. Namun hampir 40 persen responden menyatakan pembagian tugas di dalam kelompok tidak jelas, tidak adanya pembagian tugas di dalam kelompok sehingga membuat responden tidak melaksanakan tugas tersebut dan dengan adanya pembagian tugas di dalam kelompok yang diharapkan dapat mempererat kelompok, namun hal tersebut tidak terlaksana, sehingga pembagian tugas tergolong rendah. Tanggapan responden terhadap suasana kelompok tergolong tinggi. Hal ini berarti sebagian besar anggota kelompok menyatakan bahwa kenyamanan di dalam kelompok dengan hubungan antar anggota yang terjalin intim, saling
35
membantu satu sama lain, seringnya berinteraksi antar anggota kelompok salah satunya dengan berdiskusi, dan saling terbuka terhadap kelompok. Hal tersebut membuat persentase suasana kelompok tergolong tinggi.
Tabel 10
Persentase Tanggapan Kelompok, Tahun 2011
Responden
mengenai
Karakteristik
Tanggapan Responden Karakteristik Kelompok
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total (%)
Tujuan
31.4
25.7
42.8
100
Aktivitas
40.0
28.5
31.4
100
Pembagian Tugas
40.0
22.9
37.1
100
Suasana Kelompok
31.4
14.2
54.2
100
Berdasarkan Tabel 10 diatas, tanggapan responden terhadap karakteristik kelompok
terbanyak tergolong pada kategori rendah. Hal ini dikarenakan
responden belum merasakan karateristik kelompok mereka sesuai dengan karakteristik kelompok yang seharusnya terjadi di dalam kelompok.
5.2.3
Kapasitas Kelompok Kapasitas kelompok terdiri atas empat variabel, yaitu unit produksi,
kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan kerjasama. Sebanyak 48.6 persen tanggapan responden mengenai unit produksi tergolong dalam kategori sedang. Hal-hal yang membuat unit produksi tergolong dalam kategori sedang adalah dari empat kelompok yang menjadi sampel penelitian, hanya kelompok KWT Citapen Berkarya dan dan Kelompok Sukamaju yang mengelola usaha bersama, sehingga unit produksi kelompok tergolong sedang. Sebagian besar anggota di kelompok Pondok Menteng tidak mengelola usaha bersama kelompok, walaupun ada sebagian anggota yang memiliki usaha bersama dengan anggota lain. Lalu kelompok Tani Jaya tidak memiliki unit produksi yang dikelola bersama kelompok. Anggota kelompok tersebut mengelola usahataninya masing-
36
masing. Alasan-alasan tersebut yang membuat unit produksi tergolong dalam kategori sedang. Kerjasama kelompok tergolong pada kategori sedang, yang berarti bahwa tanggapan responden terhadap kerjasama kelompok adalah sedang. Tidak semua responden/anggota kelompok yang namanya tercantum dalam kelompok sering berinteraksi dengan kelompok untuk melakukan kerjasama di dalam kelompok. Seperti yang telah disebutkan pada unit produksi, sebagian besar kerjasama akan terjadi jika kelompok memiliki unit produksi yang dikelola bersama. Namun hanya dua dari empat kelompok yang memiliki unit usaha bersama sehingga kerjasama kelompok tergolong sedang, karena dua kelompok lain yaitu kelompok Pondok Menteng dan kelompok Tani Jaya sebagian besar anggotanya mengelola usaha masing-masing. Wahana belajar tergolong dalam kategori sedang sama seperti dua variabel sebelumnya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden, wahana belajar dapat dipengaruhi oleh adanya aktivitas di dalam kelompok tersebut. Jika di dalam kelompok tersebut terdapat aktivitas seperti, pertemuan rutin, rapat, pelatihan. Hal tersebut merupakan wahana belajar bagi anggota kelompok, karena dengan adanya aktivitas tersebut dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam bersosialisi bagi anggota. Namun tidak semua kelompok melakukan aktivitas tersebut, sehingga wahana belajar hanya tergolong dalam kategori sedang. Jaringan kerjasama tergolong sedang. Jaringan kerjasama dapat dibentuk oleh kelompok jika memang kelompok membutuhkan jaringan tersebut dan berusaha untuk menjalin kerjasama dengan lembaga tersebut. Lembaga-lembaga tersebut adalah lembaga penyedia saprodi, lembaga penyedia modal, lembaga pengolahan hasil, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan. Tidak semua kelompok bekerjasama dengan semua jaringan tersebut. Hanya beberapa lembaga yang bekerjasama dengan kelompok tani di Gapoktan Rukun Tani, seperti kelompok Pondok Menteng bekerjasama dengan lembaga penyedia saprodi, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan, lalu kelompok KWT Citapen Berkarya bekerjasama dengan lembaga pemasaran, kemudian kelompok Tani Jaya bekerjasama dengan lembaga penyedia saprodi dan kelompok Sukamaju
37
bekerjasama dengan lembaga pengolahan hasil. Kelompok Pondok Menteng yang merupakan petani bekerjasama dengan lembaga tersebut, namun sebagian besar anggota kelompok Pondok Menteng yang menjadi responden tidak bekerjasama dengan lembaga tersebut. Hal ini dapat diartikan dengan adanya Program PUAP, kelompok dapat membentuk jaringan kerjasama dengan pihak yang memang dapat memenuhi kepentingan kelompok, sehingga jaringan kerjasama tergolong sedang karena tidak semua lembaga dibutuhkan oleh kelompok.
Tabel 11
Persentase Tanggapan Responden mengenai Kapasitas Kelompok, Tahun 2011 Tanggapan responden
Kapasitas Kelompok
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total (%)
Unit Produksi
31.4
48.6
20.0
100
Kerja sama
31.4
54.3
14.2
100
Wahana Belajar
25.7
42.8
35.0
100
JaringanKerjasama
25.7
62.8
8.5
100
Berdasarkan Tabel 11 yang tertera diatas, tanggapan responden terhadap kapasitas kelompok yang terdapat dalam kelompok mereka terbanyak ada pada kategori sedang.
5.3
Deskripsi Pelaksanaan PUAP Pelaksanaan Program Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Citapen
tergolong rendah pada tahap perencanan. Hal ini dikarenakan pada tahap perencanaan, sebagian besar responden dengan persentase sebanyak 54.4 persen responden baru menjadi anggota selama kurang dari 17 bulan, sedangkan PUAP berlangsung sejak tahun 2009 di Desa Citapen sehingga responden tersebut tidak terlibat dalam proses perencanaan dikarenakan responden belum menjadi anggota kelompok, maka responden tidak diundang dalam pertemuan PUAP yang berlangsung di Desa. Namun terdapat sebagaian responden yang pernah terlibat
38
dalam perencanaan PUAP, responden tersebut yang keanggotaannya sudah melebihi 16 bulan lamanya. Alasan lain responden tidak hadir dalam proses perencanaan, karena ada kegiatan lain yang dilakukan responden dan terdapat responden yang tidak tahu mengenai pertemuan tersebut. Hal tersebut berarti informasi yang ada di Gapoktan belum berjalan dengan baik, sehingga perlu adanya perbaikan. Tahap pelaksanaan PUAP tergolong sedang. Sebanyak 51.4 persen responden menyatakan keterlibatannya dalam pelaksanaan tergolong sedang. Sebagian besar responden menggunakan modal usahanya untuk usaha agribisnis, namun ada beberapa responden yang menggunakannya untuk usaha non agribisnis seperti usaha kreditan dan counter hape. Usaha tersebut bukan merupakan usaha agribisnis, sedangkan sasaran PUAP salah satunya adalah untuk mengembangkan usaha agribisnis di pedesaan, sehingga terjadi sedikit kesalahan dalam sasaran PUAP walaupun sebagian besar penerima mengelola usaha agribisnis. Alasan lain yang menyebabkan pelaksanaan PUAP tergolong sedang adalah tidak terdapatnya pendampingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan ketua kelompok, hanya sebagian kelompok yang mendapat pendampingan dari ketua kelompok terutama bagi kelompok yang memngelola usaha bersama, namun selebihnya responden yang meminjam dana mencari tahu sendiri ke Gapoktan tentang dana PUAP. Kemudian PPL hanya mendampingi kelompok diawal-awal turunnya BLM PUAP, karena PPL yang ditugaskan mendampingi Gapoktan Rukun Tani mendapatkan kegiatan yang mengharuskan beliau masuk dalam proses karantina, sehingga tidak dapat mendampingi kelompok. Oleh sebab itu, hampir lebih kurang enam bulan tidak terdapat peran PPL dalam pelaksanaan Program PUAP, sehingga apa yang dibutuhkan oleh anggota terhadap PPL tidak dapat diwujudkan. Selain itu tidak sedikit responden yang memiliki usaha lain yang tidak berasal dari modal PUAP dan hal tersebut dapat mempengaruhi pelaksanaan PUAP yang tidak sepenuhnya dilakukan oleh responden. Tahap evaluasi merupakan tahapan terakhir dalam proses pelaksaan Program PUAP. Kegiatan ini diwujudkan dengan pertemuan untuk membahas pelaksanaan PUAP yang telah dilakukan dengan pertukaran pendapat dan pembuatan laporan hasil pelaksanaan. Seharusnya anggota kelompok, terutama
39
penerima BLM PUAP terlibat dalam aktivitas ini, sehingga evaluasi benar-benar dilakukan oleh orang yang melakukan pelaksananaan program. Evaluasi sebagian besar dilakukan oleh pengurus kelompok dan anggotaanggota terdekat. Hal ini salah satunya dikarenakan informasi yang kurang tersebar serta jarak tempat tinggal ke sekretariat yang jauh atau adanya kesibukan anggota kelompok pada saat berlangsung evaluasi, sehingga evaluasi Program PUAP tergolong sedang.
Tabel 12
Persentase Tanggapan Responden mengenai Pelaksanaan PUAP, Tahun 2011 Tanggapan Responden
Pelaksanaan Program PUAP
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total (%)
Perencanaan
51.4
34.2
14.2
100
Pelaksanaan
25.7
51.4
22.8
100
Evaluasi
28.5
51.4
20.0
100
Berdasarkan tabel diatas, disimpulkan bahwa pelaksanaan PUAP di Desa Citapen cukup aktif. Terlihat dari tanggapan responden yang terbanyak ada pada kategori sedang. Namun tidak sedikit Program PUAP yang tidak berjalan lancar di Indonesia.Akibat PUAP yang bernuansa keproyekan, menyebabkan program PUAP macet di beberapa Gapoktan di Indonesia.