23
3 3.1
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2010 sampai Mei 2011.
Pengambilan data dilakukan di Perairan Selatan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa Timur (Gambar 8).
Gambar 8 Lokasi penelitian. 3.2
Bahan dan Alat Data primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan langsung di
lapangan serta wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data sekunder dikumpulkan melalui institusi terkait pada sentra aktivitas perikanan sebagai lokasi penelitian. pada Tabel 1.
Jenis data dan metode pengukuran disajikan
24
Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data Jenis data (parameter)
Satuan / unit
Primer - Dimensi kapal - Dimensi alat tangkap - Dimensi rumpon - Posisi geografis rumpon - Panjang per individu ikan dominan - Bobot per individu ikan dominan - Suhu - Salinitas - Kecerahan perairan - Ekonomi finansial Sekunder - Musim penangkapan - Produksi - Upaya penangkapan 3.3
Metode (alat)
meter meter meter koordinat cm g °C PSU meter rupiah
Rol meter Wawancara Wawancara GPS Jangka sorong Timbangan CTD CTD Secchi disk Wawancara
bulan kg trip
Statistik PPN Prigi Statistik PPN Prigi Statistik PPN Prigi
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder dilakukan di tempat pendaratan kapal
penangkap tuna skala kecil (Prigi, Trenggalek – Jawa Timur). Data primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian terhadap nelayan pemilik, nakhoda dan awak kapal unit penangkapan pancing ulur dan tonda. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui nelayan dan institusi terkait pada sentra aktivitas perikanan sebagai lokasi sampling. 3.3.1 Aspek pemanfaatan sumberdaya perikanan Data
aspek
pemanfaatan
sumberdaya
merupakan
data
sekunder
perkembangan alat tangkap dan produksi yang didapat dari buku statistik laporan akhir tahun PPN Prigi tahun 2010. 3.3.2 Aspek teknis penangkapan ikan Data aspek teknis penangkapan (dimensi kapal, dimensi alat tangkap, dan alat bantu penangkapan), didapatkan dengan cara melakukan pengukuran langsung terhadap kapal nelayan yang melakukan operasi penangkapan di sekitar rumpon dengan menggunakan alat ukur meteran gulung 50 meter dengan
25
ketelitian 2 mm, dan penggaris kaliper ketelitian 1 mm. Pendataan parameter teknis penangkapan ikan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pendataan parameter teknis penangkapan ikan di lokasi penelitian No Parameter teknis 1 Dimensi kapal
Komponen (keterangan) Pengukuran panjang, lebar dan dalam kapal (LBD).
2
Dimensi alat tangkap
Jaring insang dan pancing tonda (ukuran dan material).
3
Dimensi rumpon
Pelampung, tali pelampung, jarak atraktor dan pemberat (ukuran dan material yang digunakan).
4
Posisi rumpon
Lokasi penempatan rumpon
3.3.3 Aspek bioekologis perikanan Data aspek ekologis perikanan terdiri dari hubungan panjang berat, kondisi fisika-kimia perairan dan musim penangkapan (Tabel 3). Tabel 3 Pendataan parameter ekologis di lokasi penelitian No Parameter bioekologis 1 Panjang dan berat
Komponen (keterangan) Ukuran ikan dominan hasil tangkapan per spesies
2
Kondisi fisika-kimia perairan
Suhu, salinitas dan kecerahan secara vertikal di lokasi rumpon
3
Musim penangkapan
Produksi hasil tangkapan ikan per bulan.
Pengukuran terhadap panjang fork length (FL) ikan hasil tangkapan utama dilakukan per-spesies dengan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 1 mm, sedangkan untuk mengukur bobot ikan digunakan timbangan berkapasitas 10 kg. Pengukuran parameter kondisi fisika-kimia perairan (suhu, salinitas dan kecerahan) dilakukan secara langsung di Perairan Selatan Prigi (sekitar rumpon) pada saat mengikuti operasi penangkapan ikan. Suhu dan salinitas diukur dengan alat ukur current temperature and depth (CTD) valeport tipe 108/308 dengan bantuan tali kuralon diameter 24 mm sepanjang 100 meter. Kecerahan perairan diukur dengan keping secchi disk berdiameter 30 cm dilengkapi pemberat 10 kg.
26
3.3.4 Aspek ekonomis Pengumpulan data aspek ekonomis dilakukan terhadap unit usaha penangkapan ikan, untuk mengetahui kelayakan usaha parameter yang digunakan adalah; tingkat biaya investasi, operasional dan perawatan terhadap kapal, alat tangkap dan alat bantu penangkapan (Tabel 4). Tabel 4 Parameter ekonomis usaha perikanan rumpon di lokasi penelitian No 1
Parameter ekonomis Biaya investasi
Komponen (keterangan) Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan untuk (armada, alat tangkap dan alat bantu penangkapan).
2
Biaya perawatan
Besarnya biaya perawatan yang dikeluarkan untuk (armada, alat tangkap dan alat bantu penangkapan).
3
Biaya operasional
Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan dalam satu trip perjalanan penangkapan ikan.
4
Pendapatan per trip
Besarnya pendapatan per trip yang diperoleh.
5
Pendapatan per tahun
Besarnya pendapatan per tahun yang diperoleh setelah dikurangi semua pengeluaran.
3.4
Pentahapan Penelitian Tahapan penelitian dimulai dengan studi pustaka yang berhubungan
dengan perikanan rumpon. Berdasarkan informasi pustaka, rencana penelitian disusun secara lengkap, selanjutnya dilakukan studi lapangan untuk memperoleh fakta dan data riil, kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Kesimpulan dirumuskan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
Secara sistematis pentahapan penelitian disajikan dalam Gambar 9
sebagai berikut.
27
Mulai Isu dan fakta lapangan Studi literatur Tidak
Cukup Ya Rencana penelitian
Tidak
Cukup Ya Survei lapangan
Tabulasi dan pengolahan data Tidak
Cukup
Aspek pemenfaatan sumberdaya ikan Aspek teknis penangkapan ikan Aspek bioekologis perikanan Aspek ekonomis
Ya Analisis data Hasil penelitian Tidak
Cukup Ya Kesimpulan
Tidak
Aplikasi Ya
Selesai
Gambar 9 Tahapan pelaksanaan penelitian. 3.5
Analisis Data
3.5.1 Aspek pemanfaatan sumberdaya ikan Untuk mengetahui status pemanfaatan ikan tuna di PPN Prigi digunakan analisis surplus produksi (Sparre and Venema, 1999) dengan parameter: 1)
Fishing power index (FPI) digunakan untuk standarisasi alat tangkap (Gulland, 1983), alat tangkap yang digunakan sebagai standar adalah alat
28
tangkap yang memiliki produktivitas tertinggi dan memiliki nilai FPI sama dengan satu. SE
= FPIi x FEi
FPIs = CPUEs CPUEs FPIi = CPUEi CPUEs dimana: SE = Upaya penangkapan (effort) hasil standarisasi tahun ke-i FPIi = Daya tangkap unit penangkapan yang di standarisasi pada tahun ke-i FEi = Upaya penangkapan yang akan distandarisasi tahun ke-i FPIs = Daya tangkap unit penangkapan standar pada tahun ke-i CPUEs = Hasil tangkapan per satuan upaya unit standar tahun ke-i 2)
Pendugaan potensi dan tingkat upaya pemanfaatan dilakukan berdasarkan Model Produksi Surplus. Analisis Catch Per Unit Effort (CPUE) atau hasil tangkapan per unit upaya penangkapan digunakan untuk mengetahui kelimpahan dan tingkat pemanfaatan yang didasari atas pembagian antara total hasil tangkapan (Catch) dengan upaya penangkapan (Effort) dengan persamaan menurut Sparre and Venema (1999) sebagai berikut:
CPUE = dimana: Catch (C) Effort (F) CPUE 3)
C F = Total hasil tangkapan (kg) = Total upaya penangkapan (unit) = Hasil tangkapan per upaya (kg / unit)
Nilai CPUE dari total hasil tangkapan (C) dapat digunakan untuk pendugaan stok MSY (Maximum sustainable yield) secara sederhana. Model Schaefer (Sparre and Venema, 1999) yang digunakan pada penelitian ini: 1)
Hubungan antara upaya penangkapan (f) dengan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) adalah: CPUE = a – bf dimana: a = intersep (titik potong garis regresi dengan sumbu Y) b = slope (koefisien kemiringan garis regresi) f = upaya penangkapan
29
2)
Hubungan antara upaya penangkapan (f) dengan hasil tangkapan (C) : C = af – bf2
3)
Upaya optimum diperoleh dengan cara menyamakan turunan pertama upaya penangkapan, dengan nilai hasil tangkapan sama dengan nol (C = 0), sehingga diperoleh persamaan: C = af - bf2 C = a – 2bf fmsy = a / 2b
4)
Produksi maksimum lestari (MSY) diperoleh dengan mensubtitusi nilai upaya optimum, sehingga diperoleh : C msy = MSY = 2a / 4b C msy = a2 / 4b
Paremeter intersep (a) dan slope (b) secara matematis diperoleh dari persamaan regresi linier sederhana, Y = a + bx. Persamaan surplus production models hanya berlaku bila parameter b (slope) bernilai negatif dan a (intersep) bernilai positif, artinya penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan penurunan CPUE. Formula yang digunakan untuk menduga nilai MSY dan upaya optimum dengan pendekatan lima model sebagai berikut : 1)
2 2 Equilibrium Schaefer : ht = qKE t − Q K / rE t
2)
Disequilibrium Schaefer : Ds = ln
3)
Walter Hilborn : WH =
4)
Schnute : ln
5)
Clark Yashimoto Pooley (CYP) :
U t +1 − U t −1 r =r− U t − qEt 2U t qK
U t +1 r −1 = r − U t − qEt Ut qK
U t +1 r U t +1 + U t ( E + Et +1 ) =r− ( )−q t Ut qK 2 2
CYP = ln(U t +1 ) =
2r (2 − r ) q ln(qK ) + ln(U t ) − ( Et + Et +1 ) 2+ r 2 + r) (2 + r )
30
dimana: Ut : Catch per unit effort (CPUE) pada periode t U t+1 : Catch per unit effort (CPUE) pada periode t+1 Et : Effort pada periode t E t+1 : Effort pada periode t+1 : Hasil tangkapan pada periode t ht K : Konstanta daya dukung alam r : Konstanta laju pertumbuhan alami Q : Koefisien daya tangkap 3.5.2 Aspek teknis penangkapan ikan Penentuan posisi rumpon menggunakan alat bantu global positioning system (GPS), selanjutnya diolah menggunakan program arcview GIS 33 sebagai transformasi data dalam bentuk peta lokasi rumpon. Penentuan luas wilayah, jarak dan jumlah rumpon menggunakan software MS Excel mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian no, 51/Kpts/ik,250/1/97 bahwa jarak pemasangan antar rumpon minimal 10 mil laut. Untuk mengetahui kelayakan teknis rumpon yang digunakan, dilakukan pengamatan kesesuaian kondisi aktual di lapangan terhadap kelayakan teknis rumpon dengan indikator kesesuaian komponen utama bahan pembuatan rumpon. Tim Pengkajian Rumpon IPB (1987) menyatakan bahwa persyaratan umum komponen dan konstruksi rumpon adalah sebagai berikut: 1)
Pelampung • • • • •
2)
Atraktor atau pemikat • • • • •
3)
Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang mengapung di atas air 1/3 bagian) Konstruksi cukup kuat Tahan terhadap gelombang dan air Mudah dikenali dari jarak jauh Bahan pembuatnya mudah didapat; Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan. Tahan lama Bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah Melindungi ikan-ikan kecil Terbuat dan bahan yang kuat, tahan lama dan murah;
Tali-temali • •
Terbuat dan bahan yang kuat dan tidak mudah busuk Tidak bersimpul (less knot)
31
• 4)
Harga relatif murah mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap arus dan benda-benda lainnya;
Pemberat • •
Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh Massa jenis besar, permukaan tidak licin dan dapat mencengkeram.
Untuk mengetahui kelayakan teknis dalam penentuan jumlah unit armada yang beroperasi di sekitar rumpon menggunakan analisis Linear Goal Programming (LGP) dengan software LINDO 6.3.
LGP digunakan untuk
menyelesaikan masalah dengan sasaran lebih dari satu fungsi tujuan.
Fungsi
tujuan tersebut untuk meminimumkan deviasi terhadap target yang telah ditetapkan dengan memperhatikan berbagai kendala yang ada (kendala tujuan).
MinZ =
MinZ =
l
m
k =0
i =1
n
Pk ( dBi + dAi )
aijXj + dBi − dAi = bi
j =1
dimana : Pk = Urutan prioritas dBi = Deviasi ke bawah dAi = Deviasi ke atas
a ij Xj
= Koefisien = Variable keputusan
Asumsi yang digunakan pada analisis LGP untuk pemanfaatan sumberdaya di perairan Kabupaten Trenggalek sebesar 30% dari total pemanfaatan sumberdaya yang didaratkan di PPN Prigi. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketersediaan data yang tercatat mengenai jumlah rumpon dan pemanfaatan sumberdaya untuk wilayah perairan Kabupaten Trenggalek. 3.5.3 Aspek bioekologis perikanan Informasi mengenai musim penangkapan digunakan untuk menduga pola musim penangkapan ikan. Analisis dilakukan dengan cara mencari rata-rata data bulanan (produksi dan upaya) selama beberapa tahun. Nilai tertinggi dari hasil tersebut dijadikan dugaan sebagai bulan-bulan penangkapan, sedangkan nilai terendah merupakan bukan musim penangkapan (BRPL, 2004). Analisis pola musim penangkapan ikan menggunakan metode persentase rata-rata (the average percentage methods) yang didasarkan pada analisis runtun waktu (times series analysis) (Spiegel, 1961), sebagai berikut:
32
1) Menghitung nilai hasil tangkapan per upaya tangkap (CPUE = Catch Per Unit Effort = U) per bulan (Ui) dan rata-rata bulanan CPUE dalam setahun ( U ) . U =
1 m
m i =1
Ui
U = CPUE rata-rata bulanan dalam setahun (ton/trip)
U i = CPUE per bulan (ton/trip)
m = 12 (jumlah bulan dalam setahun) 2) Menghitung nilai Up yaitu rasio Ui terhadap U dinyatakan dalam persen: Up =
Ui x 100 % U
3) Selanjutnya dihitung: IMi =
1 t Up t i =1
IMi = Indeks Musim ke i t
= Jumlah tahun dari data
4) Jika jumlah IMi tidak sama dengan 1200 % (12 bulan x 100 %), maka diperlukan penyesuaian dengan rumus (3) sebagai berikut: IMSi =
1200 m i =1
x IMi
IM i
IMSi = Indeks Musim ke i yang disesuaikan 5) Jika dalam perhitungan ada nilai ekstrim pada Up, maka nilai Up tidak digunakan dalam perhitungan Indeks Musim (IM), yang digunakan ialah median (Md) dari IM tersebut. Jika jumlah nilai Md tidak sebesar 1200 %, maka perlu dilakukan penyesuaian sebagai berikut: IMMdSi =
1200 m i =1
x Mdi
Md i
IMMdSi = Indeks Musim dengan Median yang disesuaikan ke i. 6) Penentuan musim ikan jika indeks musim (IM) lebih dari 1 (lebih dari 100 %), dan bukan musim jika IM kurang dari 1 (kurang dari 100 %). Apabila IM = 1 (100 %), dikatakan dalam keadaan normal atau berimbang (Spiegel, 1961).
33
Untuk mengetahui kondisi morfometrik ikan tuna yang ditangkap secara temporal digunakan model pertumbuhan dengan analisis hubungan panjang dan berat (Effendie, 1997) menggunakan persamaan:
W = aLb Pengukuran hubungan panjang dan berat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritmik (Effendie, 1997): Ln W = Ln a + b Ln L di mana : W = L = a = b =
berat panjang titik potong garis regresi dengan sumbu Y tangen sudut garis regresi
Nilai b diuji terhadap nilai b = 3 menggunakan uji-t dengan tingkat kepercayaan 95% (Steell and Torrie, 1989). Analisis faktor kondisi (K) dilakukan untuk melihat keadaan ikan dari kapasitas fisik menggunakan dua pendekatan yaitu K = 100 (W/L3 ) dan faktor kondisi relatif
(Kn) yaitu
Kn = W/aLb
(Effendie, 1997). Nilai b sebagai penduga kedekatan hubungan antara panjang dan berat dengan kriteria: •
Nilai b = 3, merupakan hubungan yang isometrik (pertambahan berat seimbang dengan pertambahan panjang)
•
Nilai b > 3, merupakan hubungan alometrik positif (pertambahan berat lebih besar dari pertambahan panjang)
•
Nilai b < 3, merupakan hubungan alometrik negatif (pertambahan berat lebih kecil dari pertambahan panjang).
3.5.4 Aspek ekonomis Kelayakan usaha dilakukan untuk mengkaji keuntungan (profitability) atau kerugian dari suatu usaha. Ada dua macam analisis yang digunakan yaitu analisis usaha (pendapatan usaha, payback period, dan analisis berimbang antara penerimaan dan biaya) (Djamin, 1984), dan analisis kriteria investasi (net present value, internal rate of return dan net benefit cost - rasio) (Kadariah et al. 1999).
34
1)
Analisis pendapatan usaha ( ) Analisis ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan mengetahui
besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha (Djamin. 1984). = TR - TC dimana: = Keuntungan TR = Total penerimaan TC = Total biaya dengan kriteria: • Jika TR > TC, maka usaha mendapatkan keuntungan • Jika TR = TC, maka usaha berada dalam titik impas • Jika TR < TC, maka usaha mengalami kerugian 2)
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah
yang dikeluarkan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaat usaha. R /C =
TR TC
dimana: R = Penerimaan C = Biaya TR = Total penerimaan TC = Total biaya dengan kriteria: • Jika R/C > 1, maka usaha mendapatkan keuntungan • Jika R/C = 1, maka usaha berada dalam titik impas • Jika R/C < 1, maka usaha mengalami kerugian 3)
Analisis payback period (PP) Payback period merupakan investasi suatu proyek yang didasarkan pada
pelunasan biaya investasi oleh keuntungan bersih dari proyek (Djamin, 1984). Payback period dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan jangka waktu pengembalian modal atau investasi suatu usaha, dalam hal ini usaha perikanan tuna berbasis rumpon di lokasi penelitian.
PP =
I × 1 tahun B
dimana: I = investasi B = benefit
35
4)
Net present value (NPV) NPV adalah benefit total yang diterima selama umur proyek (umur teknis
usaha) yang disetarakan dengan nilai saat ini. NPV diperoleh dari selisih antara present value dari benefit dan biaya.
NPV =
n t =1
Bt − Ct (1 + i) t
dimana: Bt = benefit dari suatu proyek pada tahun ke-i; Ct = biaya dari suatu proyek pada tahun ke-i; i = tingkat suku bunga yang berlaku; n = umur ekonomis proyek. dengan kriteria: • Jika NPV 0, usaha layak dijalankan • Jika NPV < 0, usaha tidak layak dijalankan 5)
Internal rate of return (IRR) Analisis IRR merupakan tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam
suatu proyek, jika setiap benefit bersih yang diwujudkan ditanam kembali dalam tahun berikutnya (Kadariah et al., 1999). IRR = i' +
NPV' (i' '−i' ) NPV'−NPV' '
dimana : i = nilai percobaan pertama untuk discount rate; i = nilai percobaan ke-dua untuk discount rate; NPV = net present value pertama; NPV = net present value ke-dua. Keputusan berdasarkan atas kriteria berikut: • Jika IRR tingkat suku bunga berlaku, usaha layak dijalankan • Jika IRR < tingkat suku bunga berlaku, usaha tidak layak dijalankan 6)
Net benefit-cost ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih
terhadap NPV total dari biaya bersih, dengan persamaan sebagai berikut:
36
n
Net B / C =
t =1 n t =1
Bt − Ct (1 + i)t Ct − Bt (1 + i)t
Keputusan berdasarkan atas kriteria berikut:
• •
Jika Net B/C 1, usaha layak dijalankan Jika Net B/C < 1, usaha tidak layak dijalankan