Proceeding Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi, Sentralisasi dan Hibah Internal Unpas Tahun 2014
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis E-Learning Untuk Meningkatkan I(EMAMPUAN Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smk
Oleh:
G. Bana G. Kartasasmita, Ph.D * In In Supianti, M.Pd H. Nenden Mutiara Sari, M.Pd Fakultas Pascasarjana Universitas Pasundan Jl. Sumatera No. 41 Banduns
;; Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh siswa SMK, namun berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa SMK masih kurang. Untuk meningkatkannya diperlukan bahan qar yatg efektif, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar e-learning yang didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang kegiatannya meliputi studi pendahuluan, pengembangan bahan ajar, validasi oleh para ahli,.dan implementasi bahan ajar dalam pembelajaran. Luaran dari penelitian ini berupa bahan ajar berbasis e-leaming.
Kata Kunci : bahan ajar, e-learning,kemampuan pemecahan masalah
yang dijelaskan oleh glrru. Selain itu,
PENDA}ITILUAN Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan yang saat
ini menjadi fokus dalam
sisrva tampak kesulitan
pembelajaran
matematika di Indonesia yang tertuang dalam
tujuaa pembelajaran matematika kurikulum 2013. Kemampuan
pada pemecahan
selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang dernikian
masalah harus dikembangkan untuk melatih kemampuan berpikir siswa yang kemudign akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari khususnya ketika mereka sudah terjun di
mengakibatkan siswa tidak bisa memahami konsep-konsep pemecahan masalah matematika secara optimal.
dunia kerja.
Pada kenyataannya apa
yang
2.
diharapkan dalam kurikulum 2013 belumlah terpenuhi. peneliti menemukan bahwa yang terjadi dilapangan menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMK masih rendah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan beberapa
pembelajaran matematika belum dij adikan
sebagai kegiatan utama. Siswa kurang memahami konsep pemecahan masalah
44
belajar
matematika siswa masih rendah. Realita ini dapat dilihat dari nilai ulangan tengah semester gasal di kelas XI A Teknik Pemesinan yaitu nilai terendah 40, nilai
tertinggi 80 dan nilar rata-rata 59,53 sehingga yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minirnal (I(KM) hanya 28,125% dari keseluruhan siswa.
:
Hasil observasi yang dilakukan di SMK Budi Tresna Muhammadiyah Cirebon diperoleh gambaran bahwa kegiatan pemecahan masalah dalam proses
pemecahan
masalah dan kreativitas
di tingkat SMK. Berikut ini dipaparkan beberapa hasil observasi 1.
(Kloirunnisah, 2013). Observasi yang telah dilakukan di SMK Muhamrnadiyah 1 Surakarta ditemukan pennasalahan bahwa dalam pembelajaran
matematika, kemampuan
peneliti lain
terdahulu, yaitu
dalarn
mengerjakan jer-ris soal yang bervariasi dan kurang terlatih bekerjasarna dengan siswa lain dalam memecahkan soal, serta kurang mampu rnengemukakan ide-icle
3.
(Parnungkas dan Masduki, 20 1 3).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI SMK Telkom Sandh,v Putra Medan dalam mengukur
,&
Proceeding Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi, Sentralisasi dan Hibah Internal Unpas Tahun 2014
kemampuan pemecahan masalah, hasilnya menunjukkan ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami
maksud soal dan menuliskan apa yafig diketahui dari soal tersebut, merumuskan apa yaflg diketahui dari soal tersebut, tidak dapat membuat model matematika
dan gambar dengan benar, rencana tidak terarah dan proses perhitungan atau strategi penyelesaian siswa
eh ah
:il an ,'4.
tn. t1l.
l. 1
i 1
l
4.
penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar serta tidak memeriksa kembali jawabannya. (Sirait, 2013) Selain itu, Masriyah (2014) melakukan penelitian untuk mendeskripsikan profil
pemecahan masalah
matematika berdasarkan tingkat kecerdasan kinestetik.
Penelitian dilaksanakan SMK Negeri 12 Surabaya pada hasil penelitian menujukan bahwa: (1) Profil pemecahan masalah matematika siswa -dengan kinestptik tinggi yaitu siswa kesulitan menyebutkan data yang diketahui dan ditanyakan. Rencana
penyelesaian belum mengarah pada penyelesaian. Siswa melakukan salah operasi hitung dan kurang teliti namun memahami konsep. Siswa tidak melakukan perhitungan ulang sehingga hasil akhir tidak benar. (2) profil pemecahan masalah matematika siswa dengan kinestetik sedang yaitu siswa mampu menyebutkan data yang diketahui dan ditanyakan. Rencana dan strategi
penyelesaian jelas. Siswa melakukan kesalahan operasi hitung. Siswa tidak yakin dengan perhitungarnya. (3) profil pemecahan masalah matematika siswa dengan kinestetik rendah yaitu siswa mampu menyebutkan data yang diketahui dan ditanyakan. Rencana penyelesaian belum mengarah pada penyelesaian. Siswa salah memasukkan data dan salah konsep. Siswa ragu dengan hasil perhitungannya. Berdasarkan beberapa hasil observasi tersebut diketahui bahwa siswa SMK pada umwnnya masih kurang dalam aspek-aspek pemecahan masalah matematis. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematis bisa diakibatkan karena
beberapa
faktor. Faktor-faktor
Lmrbaga Penelitian Universitas Pasundan
tersebut
meliputi:
(l)
kurang baiknya kemampuan
guru dalam aspek pemecahan masalah,
sehingga hal tersebut akan berdampak pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (2) strategi yang digunakan dalam
melatih kemampuan pemecahan
masalah
matematis siswa yang belum tepat. sehh_uga mengakibatkan siswa merasa bosan dan
dalam
kesulitan menyelesaikan soai pemecahan masalah. Selain dua faktor dr atas. (3) kurangnya minat sisrva dalam
matematika,
juga menjadi
beiajar
penr-ebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa . Pada dasamya. sisu'a
S\IK
cenderung kurang tertarik dalam bela.lar matematika karena kebanyakan dari mereka
lebih tertarik kepada praktrk
keahlian
dibandingkan mata pelajaran umum seperli matematika. Oleh karena itu, guru sebagai
fasilitator pembelajaran harus berusaha di kelas lebilr menarik dan dirnengerti bagi siswa SMK. Berdasarkan faktor ke-dua di atas, guru sebaiknya memikirkan bagaimana cara mensiasati . agar pembelajaran
rr-relatih kemampuan pemecahan masalah matematis dengan menggunakan strategi yang tepat.
Kemampuan pemecahan
rnasalah
maternatis bukanlah kernarnpuan yang dapat
ditrngkatkan dalam waktu yang singkat. Kemampuan tersebut harus terus dilatih. Semakin sering seseorang berlatih rnenyelesaikan soal pemecahan masalah, semakin banyak pula pengalamannya. Dengan banyaknya pengalaman seseorang dalam menyelesaikan masalah, dia akan semakin terampil dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Hal tersebut berdampak pada banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk rnenjadi seorang pemecah masalah yang baik. Kadang, keterbatasan waktu di dalam kelas rnenyebabkan siswa kurang banyak berlatih soal pemecahan masalah. Karena masalah inilah, peneliti beranggapan bahwa untuk n-renjadi seorang pemecah masalah yang baik seseorang perlu belajar lebih mandiri dan tidak hanya berlatih soal pemecahan masalah di dalam kelas saja. Berdasarkan beberapa masalah yang telah diungkapkan di atas, diperlukan sebuah rancangan pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan
pemecahan
15
a
Proceeding
ffi
Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi, Sentralisasi dan Hibah Internal Unpas Tahun 2014
masalah matematis siswa SMK. E-learning merupakan salah satu model pembelajaran yafrg berpotensi dapat meningkatkan kemampuan tersebut. Rosenberg (2001) menyatakan bahwa e-learning mengacu pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan deretan solusi yang luas yang meningkatkan pengetahuan dan kineqja sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri, tidak terbatas ruang dan waktu. EJearning menyediakan bahan ajar bertasis teknologi yang dilengkapi animasi dan audio, sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang abstrak agar menjadi lebih konlcrit. Bahan ajar tersebut dapat didesain sedemikian rupa sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkat. Fasilitas e-learning lainnya seperti discuss -forum, chatting, quiz,. email dan sebagainya menjadi alat bantu lain bagi siswa untuk meningkatkair kemampuannya. Dalam penelitian ini, peneliti membuat bahan ajar eJearning pada materi
logika matematika yafig termuat dalam kurikulum SMK kelas X dengan desain yang interaktif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
KAJIAN TEORI A. PEMECAHAN MASALAII Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (dalam Ruseffendi, 2006: 165) bahwa belajar dapat dikelompokan menjadi 8 tipe belajar yaitu: isyarat (signat), stimulus respons, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan (discrimination learning), pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah
Qtroblem solving). Tipe belajar itu terurut kesukarannya dari yang paling sederhana yaitu belajar isyarat sampai kepada yang paling kompleks yaitu belajar pemecahan masalah.
Untuk menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah, harus dipahami terlebih dahulu apa yalg dimaksud dengan masalah. Suatu pertanyaan menjadi sebuah masalah jika pertanyaan itu menunjukan suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin. Perhatikan soal berikut
46
:
A
Diketahui
Soal tersebut dapat dikategorikan sebagai soal pemecahan masalah karena penyelesaiannya bukan merupakan sebuah
prosedur rutin. Untuk permasalahan
menyelesaikan
di atas siswa
harus
mengkoneksikan pemahamannya tentang luas lingkaran dan perbandingan. Menurut Yee (2002: 135) rnengajar
melalui pemberian
masalah-masalah
memberikan kesempatan pada siswa untuk
rnembangun konsep matematika
mengembangkan rnatematikanya.
Agar
tnasalah, sisrva
dan
keterarnpilan dapat menyelesaikan harus mengarnati,
rnenghubungkan, bertanya, mencari alasan
dan mengarnbil kesirnpulan. Keberhasilan daiarn mernecahkan masalah sangat erat hubungannya dengan proses berpikir siswa dan tingkat kemampuan metakognisinya.
Branca (dalarn Sari,
2012)
mengungkapkan pentingnya bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut: (a) pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengqaran matematika, (b) pemecahan masalah yang meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan proses ilrti dan utama dalam kurikulum matematika, dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah matematis menurut Polya dalam
(Ruseffendi,2006 : 777) afiaralan: 1. Memahami persoalan. Permahaman siswa terhadap soal dapat dilihat dari cara siswa menyatakan soal tersebut ke dalam bentuk lain dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Lentboga Penelitirm (Jniyersitcts Pasundan
Proceeding Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi. Sentralisasi dan Hibah Internal Unpas Tahun 2014
2-
Membuat rencana atau cara untuk menyelesaikannya.
3.
Dalam
membuat
pemecahan masalah adalah latar belakang
matematika yarrg merupakan kemampuan
rencana penyelesaian soal siswa mungkin
matematika siswa terhadap
harus membuat dugaan-dugaan sebagai
matematika.
jawaban sementara. Menjalankan rencana penyelesaian yaitu
dalam upaya meningkatkan
meliputi kegiatan melakukan
rencana-
rencana yang telah dibuat.
4.
Melihat kembali apa yang telah kita lakukan. Dalam la:rgkah ini siswa harus dapat mengecek kembali kebenaran jawaban dari penyelesaian soal tersebut.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah matematis yarrg meliputi pemahaman masalah, membuat rencana pemecahan masalah, membuat penyelesaian dari permasalahan yang diberikan, dan memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Menurut kurikulum matematika Singapura (dalam Thohari, 2010) menyatakan bahwa untuk menguasai kemampaan problem solving matematika, temyata seorang peserta didik dituntut untuk menguasai sekurangkurangnya 5 aspek yaitu: kemampuan konsep matematika, kemampuan proses matematika, kemampuan dalam menguasai skill algoritma matematika, mampu bersikap positif terhadap
matematika dan kemampuan metakognisi. Selain itu, Matlin (dalam Thohari, 2010) menyatakan bahwa hal-hal yang mempenganrhi dalam memecahkan masalah oleh masiqg-masing individu adalah: (1) Keahlian, apakah dia pemula atau expert; (2) Pengetahuan dasar; (3) Memori atau ingatan; (4) Kemampuan menyajikan pemikiran; (5) Ragam penguasaan pendekatan pemecahan masalah; (6) Laborasi; (7) Kecepatan dan ketelitian; (8) Keterampilan metakognitif; (9) Kesiapan mental. Selain itu, Siswono (dalam Sari,20l2)juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan
L emb
konsep
Diungkapkan beberapa penelitian kemampuan
pemecahan masalah matematis yang telah banyak dilakukan baik menggunakan merode. model maupun strategi pembelajaran ).ang beragam. Penelitian tersebut dilakukan di berbagai jenjang pendidikan dari SD hingga
perguruan tinggi. Karena fokus dalarn penelitian ini adalah siswa SivfK. maka peneliti akan memaparkan beberapa penelitian
relevan dalam upaya
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMK. Sirait (2013) melakukan penelitian
yang bertujuan untuk
meningkatan
kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa SMK dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Telkom Sandhy Putra Medan pada sernester II, Tahun Pelajaran 201112012. Metode per-relitian yang digunakan adalal-r kuasi eksperin-ien. Hasil
penelitiannya menun-jukan bahwa:
( 1)
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa, (2) Proses jawaban siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.
Sejalan dengan apa yang dilakukan
Sirait, Pamungkas dan Masduki
(2013)
melakukan penelitian yang bertujuan untuk
rnengetahui peningkatan
kemampuan
pemecahan masalah dan kreativitas belajar
matematika siswa melalui pemanfaatan software CMT pada kelas XI Teknik Pemesinan SMK Muharnmadiyah
l
Surakarta.
Jenis penelitian termasuk PTK kolaboratif. Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas XI A Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 1 Surakarta berjumlah 32 siswa. Metode penelitian dalam penelitian ilt adalah menggunakan metode kualitatif. Hasil
penelrtian ir-ri menunjukkan
adanya
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas belajar matematika siswa yang
aga P en el itian Univ er s it a s P a sundan
lffi
Proeeeding
&
Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi, Sentralisasi dan Hibah Internal Unpas Tahun 2014
dapat dilihat dari peningkatan persentase indikator-indikator yang diamati. Selain itu, Khoirunisa (2013) dalam penelitaiannya yang bertujuan mengkaji tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMK melalui model pernbelajaran Investigasi kelompok. Metode penelitian yarrg digunakan adalah metode eksperimen dengan desain penelitian berbentuk desain kelompok kontrol nonebivalen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan model pembelajara:r Investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMK sebesar 69,6yo dalam kriteria peningkatan sedang; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMK antara yarrg menggunakan model pembelajaran Lrvestigasi kelompok dengan pembelajaran STAD sebesar 36,6yo dalam kriteria peningkatan sedang.
Peneliti lain, purnomo
(2013)
melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas Metode drill berbantuan "Smart Mathematics Module" ter.hadap kemampuan pemecahan masalah siswa Kelas XI. Peneliti mencoba menerapkan metode drill berbantuan modul pembelajaran yang diberi nama "smart Mathematics Module" dalam pembelajaran matematika di SMK Teuku Umar Semarang.
Hasil penelitian'menyatakan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode
Mathematics
drill berbantuan
oosmart
Module" dapat
mencapai
XI AP 2
serta rata-
ketuntasan belajar di kelas
rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode ddll berbanfuan "Smart Mathematics Module,' lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan
metode ceramah berbanfuan. Dapat disimpulkan pembelajaran matematika menggunakan metode drill berbantuan "Smart Mathematics Module" efektif karena mencapai ketuntasan belajar pada kemampuan pemecahan masalah. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Kukus dkk (2013), penelitian yang dilakukannya merupakan suatu kajian studi
di salah satu SMK yang ada di Kota Gorontalo, yang bertujuan untuk eksperimen
48
mengetahui apakah terdapat perbedaan arfiara kemampuan pe'mecahan masalah matematika siswa yang diajar menggunakan media grafis dengan pembelajaran yang tidak menggunakan media grafls. Metode yang digunakan dalam.penelitian ini adalah metode kuantitatif-kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
berarti, dimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan pembelajaran menggunakan media grafis
lebih unggul dari pada kemampuan
pemecahan masalah siswa
dengan
pembelaj aran konvensional.
B. E-LEARNING E-learning terdiri dari "e)' dan "learning", "e') merupakan singkatan dari ' electronic' yang berarti perangkat elektronik, sedangkan'learning' berarti'pembelajaran', sehingga e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan perangkat elektronik.
Dalam
pelaksanaaxnya,
menggunakan
audio, video,
e-learning perangkat
komputer atau kombinasi dari ketiganya dan dilakukan melalui netvtork fiaringan) baik jaringan intertet trlaupul inttanet untuk
menciptakan, menurnbuhkan, memberikan darr rnendorong pembelajaran. Sloman (2002)
menyatakan bahwa "e-learning is the clelivery
of learning or training using electronically bosecl ctpproaches, mainly thro.ttgh the internet, intronet, extronet
or
Web (the e is
short .for electronic, originally popularized for e-ruoil, the trunsmission of rnessages cligitally
through o communication nehuork). Rosenberg (2001) menyatakan bahwa e-leorning mengacu pada penggulaan teknologi internet untuk mengirimkan deretan solusi yang luas, yang meningkatkan pengetalruan dan kinerja. E-learning berdasarkan pada tiga kriteria dasar, yaitu 1) e-leurning merupakan suatu jaringan, yang memungkinkan memperbarui secara instan, menyimpan/ memanggil kembali, mendistribusikan dan bertukar'informasi atau bahan ajr; 2) e-learning dikirimkan kepada pengguna akhir melalui komputer menggunakan teknologi internet standar; dan
3) e-learning fokus pada pandangan
pembelajaran yang luas, solusi pembelajarax
Lembago Penelitian Universitas Pastmclan
&
Proceeding Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi, Sentralisasi dan Flibah Internal Unpas Tahun 2014
IIa
yarLg melampaui paradigma pelatihan
ka
ffadisional.
flrs
E-learning dapat
dalam menggali ilmu pengetahuan melalui
internet atau media teknologi informasi diartikan
lainnya
ak
pembelajaran jarak jauh, pembelajaran dengan
Penelitian yang berkaitan dengan e-
10
perangkat komputer, pembelajaran formal maupun informal, dan pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masingmasing (Ferianto, 2010). E-learning memungkinkan siswa untuk belajar tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Siswa dapat memanfaatkan koneksi jaringan lokal maupun internet ataupun media CD/DVD yang telah disiapkan dan dapat mengatur sendiri waktu dan tempat belajarnya. Elearning disampaikan dengan memanfaatkan
leorning telah dilakukan oleh Yaniawati
Je
ni rg
ln tn
is tn rn
n ri :, n
perangkat komputer dan umumnya dilengkapi perangkat multimedia. E-learning bisa mencakup pembelajaran formal dan informal,
misalnya pembelajaran dengan kurikuluin, silabus, tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait ataupun yang tidak terstruktur seperti sarana mailing list, enewsletter dan lainnya. EJearning disiapkan, ditunjang, dan dikelola oleh tim yang terdti dari subject matter expert, instructional designer, graphic designer, dan ahli bidang Iearning management system.
E-learning telah
mempersingkat
waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. EJearning juga memungkinkan peserta didik- untuk mengakses bahan ajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan pendidik setiap saat. Dengan kondisi seperti itu, peserta didik dapat lebih meningkatkan penguasaan materi pembelajarannya. Bagi Pendidik e-learning akan lebih memudahkan untuk melakukan pemutakhiran bahan-bahan ajer yang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu.
Munir (2008) menyatakan bahwa pembelajaran dengan e-learning memiliki
banyak kelebihan, diantaranya: 1) Memberikan pengalaman menarik dan bermakna bagi peserta didik karena dapat berinteraksi langsung; 2) Memudahkan proses
transfer informasi dan komunikasi; 3) Menghemat atau mengurangi biaya pendidikan; 4) Dalam pembelajaran peserta didik tidak bergantung sepenuhnya pada pengajar, peserta didik belajar dengan mandiri
Lembaga Penelitian Universitas Pasundan
(2006) dengan subjek penelitian calon guru yang bertujuan untuk membandingkan da-va matematik (Mathematical Power) mahasisu'a calon guru yang menggwrakan.full e-leaming.
blanded learning, dan
konvensional. dal a matematik mahasiswa yang pembelajaranxva
Kesirnpulan penelitiannya adalah
melalui blendecl learning lebih
baik dibandingkan melalui pembelajaran laimva (full e-leorning dan konvensional.l. -\kan tetapi, daya matematik mahasisu'a )'ang pembelajarannya melalui -full e-leantittg kurang baik dibandinskan melalui pembelajaran lainnya (blended leorning dan konvensional). Hasil peneiitian tersebut mengisyaratkan bahwa peterapan .fiill eleorning masih belum cocok digunakan di Indonesia, fungsi e-leoning disrni adalali sebagar suplemen dalam pembelajaran di keias, yaitu: siswa rnernpunyai kebebasan untuk memilih. apakah akan mernanf-aatkan e,
leanting atau tidak. Siswa
dapat
memanfaatkan e-lectrning di luar keias setelah atau sebelum pernbelajaran berlangsuug,
untuk
mempertajam pemaharlan
dan
pengetahuan mengenai materi yang akan atau sudah dipelajari dikelas.
E-lectrning berpotensi
untuk
membantu siswa dalam proses belajar matematika, karena e-leorning menyediakan bahan ajar berbasis teknologi yang dilengkapi animasi dan audio, sehingga dapat membantu siswa dalam mernahami materi yang abstrak. Bahan ajar tersebut dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir yang diinginkan. Bahan
ajar berbasis e-leaming harus rnenarik dan komunikastif. materi didesain seolah siswa belajar dihadapan pengajar melalui komputer yang dihubungkan dengan jaringan intenret. Hal 3 ha1 yang periu diperhatikan dalam merancang e-leoming, yaitu: 1) sederhana, system yang sederhana akan memudahkan siswa dan u,al'tu belajar siswa akan lebih efisien, 2) personal, guru dapat berinteraksi yang baik dengan mahasiswanya, 3) cepat, layanan atau respon yang cepat menyebabkan
49
Proceeding Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi, Sentralisasi dan Hibah Internal Unpas Tahun 2014
perbaikan pembelajaran lebih cepat. Elearning juga perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam pembelajaran konvensional, seperti: tujuan operasional, apersepsi, membangkitkan motivasi, dengan
menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh
untuk memperkuat pemahaman materi, juga melaksanakan pembelajaran dengan berbagai metode yang berpotensi untuk
3.
konkrit, tanya jawab, diskusi, dan latihan soal pemecahan masalah.
METODE PENELMIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang terdiri dai, 4 tahapan penelitian, yaitu: Pertama, studi pendahuluan, kegiatan ini berupa studi kepustakaan dan survei lapangan. Kedua, pengembangan bahan ajair e-learning, Ketiga, validasi para ahli terhadap bahan ajar yang telah dibuat, dan yang terakhir implementasi bahan ajar pada pembelajaran matematika.
HASIL PENELITIAN STUDIPENDAHULUAN Studi pendahuluan, kegiatan ini
A.
berupa studi kepustakaan dan survei lapangan.
Studi kepustakaan ini dilakukan
dengan
menganalisis artikel-artikel hasil penelitian, buku-buku yang terkait dengan kemampuan pemecahan masalah dan e-learning, serta
teori-teori lain yalg berguna
dalam
penyusunan bahan ajar. Hasil yang diperoleh
dari studi kepustakaan adalah teori atau pemikiran-pemikiran para ahli yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini untuk memberi
dukungan teoritis, data, fakta, ataupun pendapat.
Survel lapangan meliputi wawancara pada guru SMKN 1 Bandung dan guru SMKN 3 Cimahi. Adapun hasilnya sebagai berikut:
1.
Materi yang dianggap sulit pada semester II kelas XI adalah logika matematika, alasannya karena kemampuan penguasaan
materi prasyarat siswa rendah, siswa kesulitan dalam mengerjakan latihan soal tidak rutin. Soal dirubah sedikit saja dari contoh, siswa akan kesulitan. Hal tersebut menunjukkan kemampuan. pemecahan
2.
50
masalah siswa rendah.
Usaha yang dilakukan guru selama ini adalah memberikan motivasi, memberikan umpan balik, dan memperbanyak latihan soal. Guru juga memberikan pertanyaan
ry
4-
meningkatkan kemampuan siswa.
Guru menggunakan sumber belajar dari beberapa buku dan LKS penerbit. LKS dari penerbit tersebut belum mampu melatih kemampuan pemecahan masalah siswa, hanya membuat siswa meniru langkah-langkah prosedural yang sudah disajikan. Guru-guru tersebut menginginkan adanya LKS yang dapat meningkatkan kemandirian belajar. Bahan ajar yatg diinginkan oleh guru adalah bahan ajar yang mudah dipahami oleh siswa, menarik, dan membuat siswa mampu mengkonstruk pengetahuannya sendiri
Hasil yang diperoleh dari
studi
kepustakaan dan survei lapangan tersebut kemudian dijadikan acuan dalam membuat bahan ajar e-learning.
B. BAHAN AJAR E-LEARNING Bahan ajar adalab seperangkat materi untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk
yaug disusun secara sistematis
belajar. Bahan ajar dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik materi yang akan disajikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penggunaan media pembelajaran menjadi semakin luas menggunakan komputer dan internet yang dikenal dengan e-learning.
Pada penelitian ini, materi yang dirancang melalui bahan ajar e-learning adalah logika matematika, karena logika matematika merupakan materi yang termuat dalam kurikulum semua jurusan di SMK dan merupakan materi penting yang dibutuhkan siswa dalam dunia kerja, seperti seleksi masuk
ke suatu
perusahaan, selain itu diperlukan juga bila siswa ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bahan ajar berbasis e-learning yang dibuat memuat pemahaman konsep logika matematika dan latihan soal. Pada latihan soal siswa diarahkan dengan pertanyaan"what", "how", dan "why" urtuk dapat memahami makna soa1, mampu merencanakan, mampu menyelesaikan sesuai
Lembaga Penelition {Jniversitcts Pasundan
-
rtr rd, ,an
uk
Proceeding Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi. Sentralisasi dan Hibah Internal Unpas Tahun 2014
dengan rencana, dan mengevaluasi hasil yang telah dikerjakan.
Untuk memperoleh bahan aSa, yang
baik, peneliti menunjukkan bahan
ari
(S pu ah
iru ah
lut lat .ru
ni va y-a
ajar
tersebut kepada para ahli untuk divalidasi materi, bahasa, dan tampilannya. Bahan ajar yang baik memuat materi tepatyang diuraikan secara jelas, ringkas, dan sistematis, dan disertai dengan contoh-contoh serta diberikan juga latihanJatihan soal. Selain materi, bahasa juga merupakan faktor yang menentukan bahan ajar tersebut baik atau tidak, bahasa yang digunakan harus pudah dimengerti dan tidak memuat makna ganda. Tarnpilan bahan ajar }uga berpengaruh. Isoda dan kawan-
kawan (2003) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan
W !J,t!,ndr rr$ralxlr r.tdlz.qiirrrDlsri'h*t ra]t,ila,]r jr4d a^r.!,i
tirvir?4.pi
ixrl 1,rO e,r-, .J) !* rJ, !. r iv,r$:,iui rr{lra r&rtr:o aaJ'n,n'a
a(u,n rvJ8?diro, rnq 6iprdrri- n*i " . e r.,;.r j:izr.i -rqilnrrs\
'.?.
*-
^. . ir-.
!ilE1 {!i,i [r&,:*f.,]
:.
;r
:a: it
:rt l
i
@
meningkatkan Bulletin Board Communication
di ut at
System (BBS) pada situs. Penelitian 'ini melaporkan bahwa, tampilan pernyataan yang terlalu panjang, akan menyulitkan pengguna
untuk membaca masalah saat
menulis
penyelesaiannya.
Tampilan bahan ajar menggunakan fl Lk r1t
Lk
aplikasi Macromedia Director MX 2004 yang dapat dilihat pada gambar berikut: tampilan menu awal (Gambar 1); menu materi (Gambar 2); materi (gambar 3 dan 4)
,1-l
It
ri
PENUTUP Bahan ajar berbasis e-learning yang dikembangkan dapat menj adi digunakan sebagai aiat bantu bagi siswa untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki materi logika matematika atau sebagai penguatan terhadap materi tersebut. Untuk pelaksanaannya perlu diperhatrkan ketersediaan fasilitas berupa komputer/laptop dan jaringan intemet.
DAFTAR PUSTAKA
n
Ferianto, I. (2010). Ponduon Membuot Bahan Ajar Interokti/ & Multimedia Online
n lt
(E-learning) Menggunukctn
ir
fOnline].
Blog.
Tersedia:
http//www. theferianto. com
Isoda, at all. (2003). The Study of Mathematics Commtmiccttion on Iniernet with Palrutop Compttter. (paper 260). [Online]. Tersedia: http//www. math. uoc. grl-ictrn2
Jumadi dan Masriyah. (2014). Profil r rabPrh&rd4rM
Pemecahan Masalali Matematika Berdasarkan Tingkat Kecerdasan Kinestetik di Kelas X-Tari 3 SMK Negeri 12 Surabaya. Juntul ilmiah
pendidikan motetnotiku. Vol 3 ltlomor 2 tohun 2014.
Len;baga Penelitian Universitas Pctsunclan
51
ffi|il1.
Proceeding Presentasi Hasil Penelitian Hibah Program Desentralisasi, Sentralisasi dan Hibah Internal Unpas Tahun 2014
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Idormasi dan Komr.tnikasi. Bandung :Alfabeta.
F
Knowledge in The Digital York: McGraw Hill.
lge.
New
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada
Kadir. (2009). Meningkatkan Metakognisi Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Melalui Asesmen Kinerja Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran. Jumal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan. Vol VII Nomor 3, Juli-September 2009.
Khoirunnisah. (2013).
Peningkatan Masalah
Kemampuan Pemecahan
Matematis Siswa SMK melalui Model Pembelajaran Kelompok. Jurnal Penelitian Unswagati 2 01 3.
Kukus, Kaku dan Gani. (2013). Pengaruh Penggunaan Media Grafis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Materi Dimensi Dua. Tersedia. Ionline]: htttr r'ikirn. un g.ac. iclr'index.phpiKIMFM IPAr'articlei r.,ieu,r'3 3 5 5i I3 3I :
Pamungkas dan Masduki.
(2013).
Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan CB SA. Bandung: Tarsito. Sari, YM. (2012). Profil Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Open-Ended Materi Pecahan Berdasarkan Tingkat
Kemampuan Matematika. Jurnal Unesa. Vol I NoL,2012.
Sirait. (2013). Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematis Siswa SMK
dengan Pembelajaran
Menggunakan
Kontekstual. Tesis Unimed.
Sloman, M. (2002). The E-leurning Reyolulion How Technology is Driving a I'lev, Troining Poratligm. New York: American Management Association (AMACOM).
Peningkutctn Kemumptrctn Pemecuhun
Mosoluh clon Kreutit,itcts Be la.jor Motematiks tlengon Perucm.fhutott Softwure Core Moth Tools. (Seminar Nasional Pendidikan Matematika,
Thohari, K. (2010). Peningkatan Kernampuan Problem Solving Melalui Peningkatan Kemampuan Metakognisi. Jurnal BDK Strrobayo Kemenag RI.
Surakarta 15 Mei 2013).
Yaniawati, Punromo, M.E.R. 2013. Efbktivitas Metode Drill Berbantuan "Sntort Mathemalics
Module" terhadctp Kentantptran
Pemecuhqn Mosaleh Sistvo Kelqs XI. Skripsi. Jurusan Matematika Fakultas
Matematika dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang. Rosenberg,
M. J. (2001). Building Successftl
Online Leurning
in Your Orgonizatiorr
E-learning Strutegie,t Jbr Delivering
52
P. (2006). Implementasi
learning
dolom
E-
Upaya
Mengembangkon Dayo Matematik (Mothematical Power) Mahapeserta didik Calon Guru. Disertasi UPI : Tidak diterbitkan. Yee, F.P. (2002). Using Short Open-ended Mathematics Questions to Promote
Thinking and
Understanding.
National Institute of Education Singapore. Ionline]. Tersedia
:
l$p.,, r,t:xxlaa{.i:..p nir.*;L=r.ilr i rrS. Ill)F. [29 Iu1\ 2012).
Lem ba ga Penel
.si-I
Lt
q
itian Llniversitcts Pasundan