BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Definisi Return Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Pengertian return yang umum dipakai dalam dunia investasi, yaitu: a. Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih dibagi ekuitas pemegang saham. b. Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang di investasikan dan bukannya distribusi dividen Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran. c. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan hubungan antara investasi dan laba. d. Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan. e. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. f. Return on net work atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang
saham
dapat
menentukan
imbal
hasilnya
dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan kekayaan bersihnya.
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
g. Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk menentukan
efisiensi
operasi
perusahaan,
seseorang
dapat
membandingkan persentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelum pajak terhadap variabel yang sama dari periode sebelumnya. Persentase yang menunjukkan tingkat efisiensi operasi ini bervariasi antar industri. h. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. i. Return total (total return) merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. j. Return realisasi portofolio ((portofolio realized return return)) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. k. Return ekspektasi portofolio ((portofolio expected return return)) merupakan ratarata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
Analisis Rasio Keuangan 3.2.1. Definisi Rasio Secara sederhana rasio (ratio) disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah
lainnya itulah dilihat
perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
3.2.2. Definisi Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk diterapkan. Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya
untuk
melakukan
analisa
terhadap kondisi keuangan
perusahaan. 3.2.3. Manfaat dan Penggunaan Analisa Rasio Keuangan Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu: a. Analisa rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. b. Analisa rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
3.2.4. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan Analisa rasio mempunyai keunggulan sebagai berikut: a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). e. Menstandardisasi size perusahaan. f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 3.2.5. Rasio Keuangan Perspektif Akademisi dan Investor a. Rasio Keuangan Perspektif Akademisi Rasio keuangan digunakan para peneliti untuk melakukan penelitian secara dalam dan komprehensif. Mereka tidak akan melakukan penelitian secara sederhana (simple research) tapi terbiasa dengan melakukan penelitian secara komplek dan mempergunakan formula yang kompleks pula karena asumsi yang mereka terapkan adalah jika melakukan penelitian secara sederhana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
atau bersifat general maka hasil penelitian juga akan bersifat general. b. Rasio Keuangan Perspektif Investor Membandingkan rasio keuangan satu perusahaan/industri dengan perusahaan/industri lain yang sejenis dengan maksud nantinya akan bisa memberikan suatu analisis perbandingan yang memperlihatkan perbedaan dalam kinerja keuangan. Rasio-rasio keuangan biasanya dikelompokkan ke dalam kategori-kategori berikut ini: 1. Rasio-rasio solvabilitas jangka pendek atau likuiditas. 2. Rasio-rasio solvabilitas jangka panjang atau pengungkitan (leverage) keuangan. 3. Rasio-rasio perputaran manajemen aset. 4. Rasio-rasio profitabilitas. 5. Rasio-rasio nilai pasar. 1. Rasio Likuiditas ((Liquidity Ratio Ratio)) Adalah mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang jatuh tempo. Hal utama yang diukur adalah kemampuan perusahaan untuk melunasi tagihantagihannya dalam jangka pendek tanpa tekanan yang berlebihan. Akibatnya, rasio-rasio ini memfokuskan diri pada aset lancar dan kewajiban lancar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar kembali kewajiban lancarnya dengan cara melikuidasi aktiva lancarnya (atau mengubah aktiva tersebut menjadi kas). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghindari insolvensi dalam jangka pendek.
b. Rasio Cepat ( Quick Ratio)
Aktiva Lancar = Utang Lancar
ratio). Rasio ini Rasio ini disebut juga rasio cepat (acid test ratio mempunyai angka penyebut yang sama dengan rasio lancar, tetapi pembilangnya hanya terdiri atas kas, setara kas, serta piutang. Rasio cepat merupakan ukuran rasio yang lebih baik daripada rasio lancar untuk perusahaan yang persediaannya tidak selalu dapat dengan cepat dikonversi menjadi kas. =
(Kas + piutang) Utang Lancar
c. Rasio Cakupan Bunga ((In (Interest terest Coverage Ratio) Rasio ini disebut juga kelipatan pembayaran bunga yang dihasilkan (times interest earned). Rasio cakupan yang tinggi menjelaskan kepada pemegang saham dan kreditor perusahaan bahwa kemungkinan perusahaan jatuh bangkrut adalah rendah karena laba tahunannya secara signifikan lebih besar daripada kewajiban bunga tahunan. Rasio ini banyak digunakan oleh pemberi pinjaman maupun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
peminjam untuk menentukan kapasitas utang perusahaan sekaligus menjadi penentu utama dari pemeringkatan utang perusahaan. d. Net Working Capital Ratio Net working capital ratio atau rasio modal kerja bersih. Modal kerja merupakan suatu ukuran dari likuiditas perusahaan. Sumber modal kerja adalah: (1) pendapatan bersih, (2) peningkatan kewajiban yang tidak lancar, (3) kenaikan ekuitas pemegang saham, dan (4) penurunan aktiva yang tidak lancar. Adapun rumus net working capital ratio adalah: Current Assets –Current Liabilities e. Cash Flow Liquidity Ratio Cash flow liquidity ratio atau disebut juga dengan rasio likuiditas arus kas. Rasio likuiditas arus kas menggunakan pembilang sebagai suatu perkiraan sumber kas, kas dan surat berharga menyajikan jumlah kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan seperti kemampuan menjual persediaan dan menagih kas. Ada yang perlu diingat dalam cash flow liquidity ratio ini bahwa jika rasio ini terjadi peningkatan maka itu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengatasi berbagai permasalahan kewajiban jangka pendeknya, namun sebaliknya jika arus kas menggambarkan terjadinya penurunan maka ini menunjukkan bahwa perusahaan akan bermasalah atau harus menerapkan alternatif strategi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
dalam mengatasi berbagai hal yang menyangkut dengan kebutuhan jangka pendek. Adapun rumus cash flow liquidity ratio adalah: Cash+Commercial Paper+CFO Current Liabilities Keterangan: Cash = Kas Commercial Paper = Surat berharga. CFO = Cash Flow from Operating Activities Cash flow from operating activities ini disebut juga dengan arus kas dari aktivitas operasi. 2. Rasio Leverage Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Rasio leverage secara umum ada 7 (tujuh) yaitu debt to total assets, debt to equity ratio, times interest earned, cash flow coverage, long term debt to total capitalization, fixed charge coverage, and cash flow adequency. a. Debt to Total Assets atau Debt Ratio Merupakan perbandingan total utang dibagi dengan total asset. Adapun rumus debt to total asset atau debt ratio adalah: Total Liabilities Total Assets
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Keterangan: Total Liablities = Total Utang Total Assets = Total Aset b. Debt to Equity Ratio Merupakan rasio yang dipakai sebagai ukuran dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Rumus debt to equity ratio adalah: Total Liabilities Total Shareholders Equity Keterangan: Total Shareholder’s Equity = Total Modal Sendiri c. Times Interest Earned Times Interest Earned disebut juga dengan rasio kelipatan. Adapun Rumus times interest earned adalah: Earning Before Interest and Tax (EBIT) Interest Expense Keterangan: Earning Before Interest and Tax (EBIT)= Laba Sebelum Bunga dan Pajak Interest Expense = Beban Bunga d. Cash Flow Coverage Adapun rumus cash flow coverage adalah:
Aliran Kas Masuk + Depreciation Fixed Cost + Dividen Saham Preferen + Dividen Saham Preferen (1 - Tax) (1 - Tax)
Keterangan: Depreciation = Depresiasi atau Penyusutan Fixed Cost (FC) = Beban Tetap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
e. Long Term Debt to Total Capitalization Long term debt to total capitalization disebut juga dengan utang jangka panjang/total kapitalisasi. Long term debt merupakan sumber dana pinjaman yang bersumber dari utang jangka panjang, seperti obligasi, dan sejenisnya. Long-term debt ((Long Long term debt + Ekuitas pemegang saham) f. Fixed Charge Coverage Fixed charge coverage disebut juga dengan rasio menutup beban tetap. Rasio menutup beban tetap adalah ukuran yang lebih luas dari kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetap dibandingkan dengan rasio kelipatan pembayaran bunga karena termasuk pembayaran beban bunga tetap yang berkenaan dengan sewa guna usaha. Adapun rumus fixed charge overage adalah: Laba usaha + Beban bunga (Beban bunga + Beban sewa)
g. Cash Flow Adequacy
Cash Flow Adequacy disebut juga dengan rasio kecukupan arus kas. Kecukupan arus kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menutup pengeluaran modal, utang jangka panjang, dan pembayaran dividen setiap tahunnya. Dalam konteks ini suatu perusahaan yang baik adalah memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan arus kas, artinya mampu memberikan arus kas sesuai yang diharapkan. Dan begitu pula sebaliknya jika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
arus kas yang dihasilkan tidak sesuai harapan maka memungkinkan perusahaan akan mengalami masalah termasuk mencari dana untuk membayar kewajiban-kewajibannya. Adapun rumus cash flow adequency adalah:
3.
Arus kas dari aktivitas operasi (Pengeluaran modal + Pelunasan utang + Bayar dividen)
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya
guna
menunjang
aktivitas
perusahaan,
dimana
penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Rasio ini bagi banyak praktisi dan analis bisnis menyebutkan juga sebagai rasio pengelolaan aset (asset management ratio). Rumus rasio akivitas secara umum ada 4 (empat), yaitu inventory turnover (perputaran persediaan), rata-rata periode pengumpulan piutang, fixed asset turnover (perputaran aktiva tetap), dan total asset turnover (perputaran total aset). a. Inventory Turnover Rasio inventory turnover ini melihat sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Adapun rumus inventory turnover (perputaran persediaan) adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Cost of Good Sold ( Average Inventory ) Keterangan: Cost of Good Sold = Harga Pokok Penjualan Average Inventory = Rata-rata Persediaan b. Day Sales Outstanding Ratio Day sales outstanding disebut juga dengan rata-rata periode
pengumpulan
piutang.
Rasio
ini mengkaji tentang
bagaimana suatu perusahaan melihat periode pengumpulan piutang yang akan terlihat. Adapun rumus Day sales outstanding adalah: Receivable dit Sales/360 360)) (Credit
Keterangan: Receivable = Piutang Credit Sales = Penjualan Kredit c. Fixed Assets Turnover Rasio Fixed Assets Turnover
disebut juga dengan
perputaran aktiva tetap. Rasio ini melihat sejauhmana aktiva tetap yang
dimiliki
oleh
suatu
perusahaan
memiliki
tingkat
perputarannya secara efektif, dan memberikan dampak pada keuangan perusahaan. Adapun Rumus fixed assets turnover adalah: Sales
Fixed Asset-net
Keterangan: Sales = Penjualan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
d. Total Assets Turnover Total assets turnover disebut juga dengan perputaran total aset. Rasio ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif. Adapun rumus total assets turnover adalah: Sales
Total Asset
e. Long Term Asset Turnover
Rasio long term asset turnover disebut juga dengan rasio perputaran asset jangka panjang. Adapun rumus dari long term asset turnover adalah: Sales
Long term asset
4. Rasio Profitabilitas Rasio
ini
mengukur
efektivitas
manajemen
secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat), yaitu gross profit margin, net profit, return on investment (ROI), dan return on net work.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
a. Gross Profit Margin Gross profit margin merupakan margin laba kotor. Sales - Cost of Good Sold
Sales
Keterangan: Cost of Good Sold = Harga Pokok Penjualan Sales = Penjualan b. Net Profit Margin Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Adapun rumus rasio net profit margin adalah Earning After Tax Sales Keterangan: Earning After Tax (EAT ((EAT) EAT)) = Laba Setelah Pajak EAT Laba setelah pajak ini dianggap sebagai laba bersih. Beberapa literatur ditemukan jika earning after tax ditulis dengan net profit atau laba bersih. Untuk jelasnya dapat dapat dilihat rumus di bawah ini. Net Profit Sales c. Return on Investment Rasio
return on investment (ROI) atau pengembalian
investasi, bahwa di beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan return on total asset (ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. Adapun rumus return on investment (ROI) adalah: Earning After Tax (EAT) Total Assets d. Return on Equity (ROE) Rasio return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Adapun rumus return on equity (ROE) adalah Earning After Tax (EAT) Shareholder's Equity Keterangan: Shareholder’s Equity = Modal Sendiri 5. Rasio Nilai Pasar Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini mampu memberi pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan dampaknya pada masa yang akan datang. a. Earning Per Share (EPS) Earning per share atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Rumus Earning Per Share adalah =
Keterangan: EPS = Earning Pershare
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
EAT = Earning After Tax atau pendapatan setelah pajak Jsb = Jumlah saham yang beredar
b. Price Earning Ratio (PER) atau Rasio Harga Laba Price Earning Ratio (ratio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar perlembar saham) dengan earning pershare (laba perlembar saham). Rumus Price Earning Ratio adalah =
Keterangan:
PER = Price Earning Ratio MPS = Market Price Pershare atau harga pasar per saham EPS = Earning Pershare atau laba perlembar saham
c. Book Value Per Share ((BVS BVS) BVS) (BVS) Adapun rumus book value per share (harga buku per saham) adalah:
stockk Total shareholder equity - preferred stoc Common share outstanding Keterangan: Total shareholder’s equity = total modal sendiri Preferred stock = saham istimewa Common share outstanding = saham biasa yang beredar d. Price book value (PBV) Adapun rumus price book value adalah Market price per share Book value per share e. Dividen yield Adapun rumus dividen yield atau hasil saham adalah Dividen per share Market price per share
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
f. Dividen payout ratio Adapun rumus dividen payout atau pembayaran dividen adalah Dividen per share Earning per share
Pengertian Pertumbuhan dan Kebijakan Keuangan 1.
Tingkat pertumbuhan internal adalah tingkat pertumbuhan maksimal yang dapat dicapai oleh sebuah perusahaan tanpa pendanaan eksternal dalam bentuk apa pun. Tingkat pertumbuhan internal (internal growth rate) merupakan tingkat yang dipertahankan perusahaan hanya dengan mengandalkan pendanaan internal saja. ROA x b 1 − ROA x b
Keterangan: ROA = Pengembalian Ekuitas = Laba Bersih/Total Aset b = Rasio Ditanam Kembali (Retensi) = Tambahan Saldo Laba Ditahan/Laba Bersih 2.
Tingkat pertumbuhan yang dapat dipertahankan (sustainable growth rate) adalah tingkat pertumbuhan maksimal yang dapat dicapai oleh sebuah perusahaan tanpa pendanaan ekuitas eksternal sambil tetap mempertahankan rasio utang-ekuitas yang konstan. ROE x b 1 − ROE x b
Keterangan: ROE = Pengembalian Ekuitas = Laba Bersih/Total Ekuitas b = Rasio Ditanam Kembali (Retensi) = Tambahan Saldo Laba Ditahan/Laba Bersih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Penelitian Terdahulu Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti 1. Bobby Ardiansyah Masnur(2012)
2. Rio Malintan (2013)
3. Desy Arista (2012) 4. Farkhan, ika (2012)
5. Fam Fama dan French (1992) 6. Jaffe, Keim, dan Westerfield (1989) 7. De Pena, Javier, dan Gil-Alana (2003)
Hasil DER tidak berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan PER berpengaruh signifikan terhadap return saham. CR dan DER berpengaruh negatif terhadap return saham. sedangkan PER dan ROA pengaruh terhadap return saham. ROA negatif terhadap return saham. ROA dan PER mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. sedangkan CR, DER, TATO tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. PER memiliki hubungan yang signifikan terhadap return saham. PER memiliki hubungan dengan return saham. Rasio PER yang kuat dalam pengembalian.
8. Aydogan dan Giiney (1997) Bursa Efek Istanbul (ISE)
Rasio PER indikator yang baik untuk memprediksi keuntungan masa mendatang.
9. Aras,Guler,Yilmaz,Mustafa Kemal ( 2008)
Rasio PER untuk memprediksi return.
10. Aono dan Iwaisako (2011)
Rasio PER dapat memprediksi return saham.
11. Khan (2012)
CR tidak berpengaruh terhadap return saham.
12. Tripath Tripathi (2008)
Rasio DER memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan return saham.
13. Choi dan Sias (2012)
CR dapat meramalkan tinggi tingkat pengembalian.
14. Zeytinoglu E, Akarim YD, Celik S (2012)
PER negatif dan signifikan terhadap return saham.
15. Pinradee Petcharabul and Suppanunta Romprasert (2014)
ROE dan PER dapat menjelaskan return saham kuartalan.
16. Milad, Abbasali, Naser, Milad Haghparast, Ali Akbar (2013)
PER memiliki efek yg signifikan dan negatif terhadap return saham untuk saat ini dan tahun depan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
jangka
panjang
dapat
45
Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Current Ratio
H1 (-)
Return On Asset
Debt To Equity Ratio
H2 (+) H3 (-) H4 (-)
Total Turnover Ratio
Price Earning Ratio
Return
H5 (+)
H6 (+)
Sustainable Growth Rate
Sumber mber : Konsep penelitian yang diolah
3.6. Hipotesis 3.6.1 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return Saham Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimilikinya. Nilai CR yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya. Sawir (2005:9) menyatakan bahwa CR yang rendah akan berakibat pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
menurunnya harga pasar perusahaan bersangkutan, namun CR terlalu tinggi belum tentu baik karena pada kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Senada dengan Sawir, Prastowo (1995) mengungkapkan CR yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk membayar utang lancarnya. Jika hal ini terjadi tentu rasio CR suatu perusahaan akan tinggi dan mengakibatkan seakan-akan perusahaan berada dalam kondisi yang likuid. Dari argumentasi di atas, disimpulkan CR berpengaruh negatif terhadap return saham. Hal ini didukung oleh bukti empiris yang dilakukan oleh Rio Malintan (2013), Farkhan dan Ika (2012), Sulaiman dan Handi (2008) serta Hernendiastoro (2005) yang menunjukkan CR berpengaruh negatif terhadap return saham. Berdasarkan pada argumentasi dan bukti empiris yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: CR berpengaruh negatif terhadap return saham. 3.6.2 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
atas
keseluruhan
dana
yang
ditanamkan dalam aset yang digunakan dalam operasional perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi ROA maka akan menunjukkan semakin efisien operasional dari suatu perusahaan, begitupun sebaliknya rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya aset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain. Perusahaan dengan ROA yang besar akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena keuntungan yang akan mereka terima besar, demikian juga sebaliknya jika ROA rendah, maka minat investasi turun dan harga saham pun turun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi ROA menunujukkan semakin efektif perusahaan memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan semakin meningkatnya ROA maka kinerja perusahaan yang ditinjau dari profitabilitas semakin baik. Hal ini akan menarik investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Sehingga harga saham perusahaan akan meningkat, dengan kata lain ROA akan berdampak positif terhadap return saham. Dari argumentasi di atas, disimpulkan ROA berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris yang dilakukan oleh Ulupui (2005), Prihartini (2009) dan Rio Malintan (2013) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan argumentasi dan bukti empiris yang dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2: ROA berpengaruh positif terhadap return saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
3.6.3 Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan kelompok rasio solvabilitas yang menjadi salah satu variabel independen dalam penelitian ini. Nilai DER ditunjukkan dengan total debts yang dibagi dengan nilai total shareholders equity. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar total utang terhadap total ekuitas, hal ini juga akan menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga
tingkat
resiko
perusahaan
semakin
besar.
DER
mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Rasio ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang. Menurut Bringham dan Houston (2006), semakin tinggi resiko penggunaan lebih banyak utang akan cenderung menurunkan harga saham. Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah bangkrut (Samsul, 2006:204). Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi DER
menunjukkan komposisi total utang semakin besar
dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga meningkatkan tingkat risiko yang diterima investor. Hal ini akan membawa dampak pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
menurunnya harga saham. Hal ini juga menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham. Dari argumentasi di atas, disimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris yang dilakukan oleh Prihartini (2009) yang menunjukkan hasil bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham. Hasil serupa juga ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan Faried (2008), Farkhan dan Ika (2012)
yang menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap
return saham. Berdasarkan argumentasi dan bukti empiris yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3: DER berpengaruh negatif terhadap return saham 3.6.4 Pengaruh Total Turnover Ratio (TATO) terhadap Return saham Total asset turnover digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan aktiva dalam kegiatan usaha yang dijalankan dalam suatu perusahaan. Semakin cepat suatu aktiva berputar, maka akan semakin baik dan efektif penggunaan aktiva yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin cepat pengembalian piutang dalam bentuk kas. Rasio ini semuanya mempergunakan perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam beberapa aktiva. Selain itu Total Asset Turnover digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Semakin besar total asset turnover, semakin besar pula kesempatan terjadinya penjualan yang dapat dihasilkan dari satu aktiva, yang pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
akhirnya memunculkan piutang ataupun kas yang dapat diakui sebagai laba perusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat dan tentu berpengaruh terhadap return yang akan dihasilkan atas investasinya di pasar saham. Dalam aktivitas perusahaan yang rendah pada tingkat penjualan tertentu, akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva yang tidak produktif, sehingga dapat menyebabkan total asset turnover (TATO) menjadi turun. Kejadian lainnya juga bisa menjadi dampak pada total assets misalnya pada saat perekonomian kurang baik atau terjadinya inflasi yang nantinya berdampak pada return saham (Farkhan dan Ika 2012). Hasil penelitian ini mendukung dari penelitian yang dilakukan IG.K.A. Ulupi yang menyatakan kesimpulan sama, bahwa rasio aktivitas tidak bermanfaat untuk mengukur return saham karena kebanyakan investor hanya melihat assets yang baru yang lebih efisien. Hal ini juga menunjukkan bahwa TATO berpengaruh negatif terhadap return saham. H4 : TATO berpengaruh negatif terhadap return saham 3.6.5 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham Pendekatan PER sangat terkenal dan telah dipakai di banyak negara, untuk mengestimasi harga saham, karena kepopulerannya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
pendekatan PER telah dimasukkan dalam laporan tahunan Emerging Capital Market Factbook yang diterbitkan International Finance Corporation. Kelebihan dari pendekatan PER terletak pada model yang sederhana. Nilai Price Earnings Ratio (PER) paling sering dipakai oleh investor untuk menilai apakah investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan. PER menunjukkan berapa investor bersedia membayar untuk setiap keuntungan yang diperoleh perusahaan, sehingga Price Earning Ratio (PER) juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Alasan utama kenapa PER digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menilai kewajaran harga saham, karena PER merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham di perusahaan (Hayati, 2011). Sulaiman dan Hadi (2008) menjelaskan bahwa PER digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki PER yang rendah biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah. Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
semakin besar, sehingga capital gain (actual return) dihitung dari selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya.
Dapat
disimpulkan
bahwa
PER
yang tinggi akan
mengakibatkan return saham naik. Hal ini berarti PER berpengaruh positif terhadap return saham. H5 : PER berpengaruh positif terhadap return saham. 3.6.6 Pengaruh Sustainable Growth Rate (SGR) terhadap Return Saham Para ahli telah menyarankan bahwa tingkat pertumbuhan jangka panjang maksimum perusahaan adalah sama dengan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan. Huang dan Liu (2009) menunjukkan bahwa ide keuangan pertumbuhan yang berkelanjutan berarti pertumbuhan yang sebenarnya dari perusahaan harus diselaraskan dengan sumber daya dan pertumbuhan lebih cepat atau lebih lambat pertumbuhan menginduksi krisis keuangan atau kelangsungan hidup perusahaan masing-masing. Tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi di atas tingkat SGR dapat menciptakan banyak masalah bagi perusahaan dan itu tidak sehat untuk jangka panjang perusahaan karena ketidakmampuan untuk mengelola dan mengendalikan serta memburuknya kemampuan pembiayaan mereka. SGR adalah ambang batas bagi pertumbuhan perusahaan dan dapat menunjukkan kepada manajemen di mana perusahaan akan menghentikan pertumbuhannya atau di mana mereka dapat meningkatkan SGR (Raisch dan VonKrogh, 2007).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Perusahaan
yang tidak
menggunakan
sumber
daya
yang
dimilikinya secara maksimal akan berujung pada pertumbuhan yang rendah yang akan menurunkan harga saham. Dapat disimpulkan bahwa SGR yang tinggi akan mengakibatkan return saham naik. Hal ini berarti SGR berpengaruh positif terhadap return saham. H6 : SGR berpengaruh positif terhadap return saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/