220 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 Mulyadi, Evaluasi Pendidikan; Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di Sekolah, 2010. Malang: UIN-Maliki Press.
EVALUASI PEMBELAJARAN FIQH/USHUL FIQH KELAS XII MADRASAH ALIYAH NEGERI (Studi pada MAN 1, MAN 2, dan MAN 3 Banjarmasin) Oleh: Hasbullah٭
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar Penilaian Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 2011. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Sulistyarini, Evaluasi Pendidikan, 2009. Yogyakarta: Teras. Suparta, Mundzier, dan Djedjen Zainuddin, Pendidikan Agama Islam Fikih, 2009. Semarang: PT. Karya Toha Putra. Syah, Darwyn, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (PAI), 2007. Jakarta: Gaung Persada.
Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penguasaan para siswa terhadap pelajaran bahasa Arab yang masih belum mencapai standar yang diharapkan. Faktor utama dalam keberhasilan pembelajaran adalah pigur seorang guru di samping faktor-faktor lainnya. Selanjutnya dipilihlah tema tentang profesionalitas guru sebagaimana tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat keprofesionalitasan guru MAN dan MAS dalam meningkatkan pembelelajaran Bahasa Arab di Kota Banjarmasin. Ada 8 Madrasah Aliyah di Kota Banjarmasin ini terdiri dari 3 buah madrasah aliyah negeri dan 5 buah madrasah aliyah swasta. Jumlah guru-guru bahasa Arab seluruhnya ada 15 orang. Penelitian ini hanya mendiskripsikan para guru bahasa Arab dalam mengajarkan bahasa Arab pada MAN dan MAS di-kota Banjarmasin. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa secara kualifikasi sesuai dengan Undang-undang yaitu S1 atau diploma 4 pada bidang pelajaran yang diajarkan, dari 15 orang guru Bahasa Arab tersebut ada 2 orang yang kualifikasinya bukan Bahasa Arab. Tetapi basic Bahasa Arab mereka miliki mampu mengajarkan Bahasa Arab. Sedangkan pada aspek persiapan perencanaan dan mengembangkan pembelajaran dalam penerapannya lebih banyak tradisional/klasik, yaitu mencatat dan menjelaskan. Hanya sebagian kecil yang menyisipkan game dan penggunaan media teknologi dalam pembelajaran Bahasa Arab. Kelengkapan-kelengkapan pembelajaran cendrung dibuat atau diperbaharui pada saat diperlukan, naik pangkat atau kelengkapan administrasi ٭
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari dengan Keahlian: Fiqh dan Ushul Fiqh
189
190 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 lainnya, bukan diprioritaskan untuk keperluan pengajaran di kelas. Kata Kunci: Profesionalitas, guru-guru pembelajaran bahasa Arab.
bahasa
Arab,
A. Latar Belakang Penelitian Sebagaimana diketahui, di antara tugas pokok guru adalah melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan sarana untuk menentukan dan melihat pencapaian tujuan pendidikan dan proses pengembangan ilmu yang diharapkan. Ada hubungan timbal balik antara evaluasi, tujuan pendidikan, dan pembelajaran yang satu sama lain merupakan mata rantai yang saling terkait. Evaluasi hasil belajar merupakan usaha untuk mengukur pencapaian tujuan kegiatan belajar yang mencerminkan perubahan tingkah laku, kecakapan dan status siswa dalam menelaah materi belajar pada waktu tertentu. Dalam pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.1 Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu, seorang guru harus memahami ketiga aspek ini. Karena itulah, seseorang dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek aektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor). Ketiga aspek itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar.
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... DAFTAR PUSTAKA
219
Anonymous. 2009. “Aspek Penilaian dalam KTSP Bag 1 (Aspek Kognitif)”. (Online) http://massofa.wordpress.com/feed/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2009. Anonymous. 2009. “Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor”. (Online) http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/08/pengukuranranah-kognitif-afektif-dan.html. Diakses Tanggal 10 Oktober 2009. Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, 2009. Bandung Remaja Rosdakarya. ____________, Evaluasi Pembelajaran, 2009. Dirjen Pendidikan Islam, Depertemen Agama RI. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, 2009. Jakarta, Bumi Aksara. Darwansyah, Perencanaan Sistem Pengajaran PAI, 2007. Jakarta: GP. Press. Depdiknas, Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembengan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran PAI. Depdiknas, Standar Kompetensi Pendidian Agama Islam, 2003. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Dirjen Pendidikan Islam, Depertemen Agama RI, Pedoman Penilaian Pendidikan Islam.
1Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
218 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 H. Simpulan Setelah diadakan penelitian tentang evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik oleh guru-guru fiqh-ushul fiqh kelas XII pada mata pelajaran Fiqh-Ushul Fiqh Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik oleh guru-guru fiqh-ushul fiqh kelas XII pada mata pelajaran fiqhfshul fiqh Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin mulai dari alat-alat evaluasi yang digunakan, prinsip-prinsip guru dalam melakukan evaluasi, dan teknik penyusunan dan pelaksanaan tes hasil belajar peserta didik sudah dilaksanakan dengan baik. 2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru-guru fiqh/ushul fiqh dalam malaksankan evaluasi ranah kognitif, efektif, dan psikomotor terhadap hasil belajar siswa kelas XII pada Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin pada mata pelajaran fiqh/ushul fiqh dan penilaian terhadap tiga ranah tersebut masih belum sempurna disebabkan oleh: a. Latar belakang siswa yang belum pandai baca tulis alQuran dengan baik dan fasih. b. Keteladan orangtua di rumah yang masih rendah dalam memberikan keteladan yang baik bagi putra-putrinya. c. Alokasi waktu yang sedikit dan tidak berimbang dengan materi dan target yang mau dicapai. d. Banyaknya jumlah peserta didik yang harus diajar oleh setiap guru mata pelajaran. e. Usia yang sudah tua karena berkaitan dengan kesehatan dan kemampuan.
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 191 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... Menurut beberapa pakar pendidikan dari Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: Ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain).2 Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi, yaitu: (1) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan kepada mereka?, (2) Apakah peserta didik sudah menghayatinya?, (3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah diamalkan secara kongkret dalam kehidupan sehari-hari?. Penggunaan tiga ranah ini dalam mengevaluasi hasil belajar pada mata pelajaran fiqh merupakan sangat penting. Karena materi-materi fiqh tidak cukup hanya dipahami oleh para anak didik tetapi harus dihayati dan diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagaimana diketahui mata pelajaran fiqh ini merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Di antara karekteristik mata pelajaran PAI adalah: 1) Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari konsep Iman; syariah merupakan penjabaran dari konsep Islam, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep Ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman, termasuk kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya; 2) Mata pelajaran PAI tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.3 2Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 49. 3Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Kurikulum 2004
192 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 Selain ketiga ranah tersebut, teknik penyusunan dan pelaksanaaan evaluasi hasil belajar yang baik serta prinsip-prinsip dalam evaluasi juga harus diperhatikan pada saat melakukan evaluasi oleh evaluator agar tujuan evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya dalam proses pencapaian kompetensi, memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial, sebagai umpan balik bagi pendidik/guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, dan memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (instansi pemerintah terkait) dalam meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan.4 Atas dasar inilah evaluasi terhadap peserta didik harus dilaksanakan dengan baik agar tujuan evaluasi tersebut dapat berguna sebagaimana seharusnya. Selain itu, dari hasil penelitian oleh Bapak Drs. H. Hamdan, M.Pd., dkk tahun 2011 disebutkan bahwa prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di MAN 1 dengan prilaku keagamaan para siswanya adalah rendah. Dari hasil penelitian bisa disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam pada MAN 1 kurang berhasil dalam membentuk prilaku para siswanya. Berdasarkan penelitian ini ranah kognitif, afektif, dan psikomotor kurang berhasil. Kasus pada MAN 1 ini bisa dijadikan gambaran melakukan penelitian berikutnya. Selanjutnya dari penelitian yang dilaksanakan oleh Ibu Dra. Rusdiana Husainai. M.Ag., dkk tahun 2011 tentang penilaian hasil belajar ranah afektif pada rumpun mata pelajaran PAI di MTsN Kota Banjarmasin juga menyebutkan bahwa penilaian terhadap hasil belajar ranah afektif pada rumpun mata pelajaran PAI di MTsN Kota Banjarmasin belum maksimal dilaksanakan dan malah ada yang tidak mengetahui cara penilaian ranah afektif. SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran PAI, (Jakarta:TP, 2003), h. 2. 4Ibid., h., 19-21.
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 217 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu. Sedangkan afektif responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan. c. Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Peserta Didik Mencermati dalam penyusunan dan pelaksanaan tes hasil belajar siswa yang dilaksanakan oleh guru-guru bidang studi fiqh MAN Banjarmasin kelas XII dengan berpedoman kepada ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu: valid (shahih), reliabel (tsabit), obyektif (maudhu’i), dan praktis (‘amali) sudah mengikuti empat kriteria di atas. Begitu juga dalam pelaksanaan tes dari ulangan harian sampai ulangan sekolah/umum telah dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi dalam meloporkan hasil analisis ulangan kurang sempurna dan malah menunggu ada pemeriksaan baru diselesaikan hasil analisis ulangan tersebut. Terbukti saat peneliti ke lapangan hanya satu orang baru selesai hasil analisis ulangannya dan itupun bentuknya copy paste karena empat kelas yang diasuh analisis ulangannya sama.
216 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungankecenderungan berperilaku). Berdasarkan konsep di atas, mengamati bentuk soal-soal yang dibuat oleh masing-masing guru fiqh MAN Banjarmasin kelas XII untuk bahan evaluasi mata pelajaran fiqh diketahui hanya mengevaluasi dua ranah saja yaitu ranah kognitif dan afiktif. Hal ini dikarenakan materi-materi fiqh untuk kelas XII ini lebih banyak membahas ushul fiqh. Kecuali MAN 2 Banjarmasin ketiga ranah itu dilaksanakan, karena MAN 2 cara menyelenggarakan jenazah dimasukkan ke dalam materi kelas XII. Tingkatan ranah kognitif dalam soal-soal yang dibuat masing-masing guru fiqh MAN Banjarmasin kelas XII berkisar penilaian pada tingkat pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) dan pemahaman (comprehension). Bentuk soal-soal untuk tingkatan Penerapan (application), Analisis (analysis), Sintesis (syntesis), dan Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) belum tergambar dalam soal-soal evaluasi hasil belajar siswa. Sedangkan ranah afektif dalam evaluasi hasil belajar siswa MAN Banjarmasin kelas XII yang dilaksanakan oleh guruguru bidang studi fiqh berkisar pada receiving/attending dan responding. Penilaian pada tingkat valuing, organization dan characterization by evalue or calue complex belum dilaksanakan. Afiktif receiving/attending (= menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 193 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa penghayatan peserta didik terhadap pembelajaran PAI cukup rendah. Sebagaimana diketahui, prestasi hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila tiga ranah kemampuan peserta didik itu barhasil dilaksanakan dengan baik, karena salah satu karakteristik pembelajaran PAI yaitu pembelajaran PAI tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai teori-teori ajaran Islam, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran PAI menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, psikomotor, dan afektifnya. Pelajaran Fiqh dan Ushul Fiqh sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelajaran PAI. Pembelajaran PAI menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka penilaian terhadap pembelajaran fiqh juga harus menekankan keutuhan dan keterpaduan ketiga ranah/domain itu. Selanjutnya, Madrasah-madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin dipilih sebagai lokasi penelitian karena menurut pengamatan kami, dari segi fasilitas sekolah, baik fisik ataupun non fisik lebih baik dan lengkap daripada madrasah-madrasah aliyah swasta di Banjarmasin, minat para orang tua yang cukup tinggi memasukkan putra-putri mereka ke Madrasah Aliyah Negeri terbukti keadaan jumlah siswa (i) pada Madrasah Aliyah Negeri ini lebih banyak daripada Madrasah-madrasah Aliyah Swasta, guru-gurunya sudah PNS dan disertifikasi karena itu biasanya administrasi tugas-tugas guru lebih disiplin kesempatankesempatan mengembangkan karir lebih diprioritaskan pihak sekolah. Selanjutnya pemilihan kelas XII sebagai lapangan penelitian didasarkan karena materi-materi fiqh dan ushul fiqh diajarkan pada kelas XII, di kelas X dan XI materi fiqih yang dominan. Berdasarkan gambaran di atas, kami tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat sebuah tema sekaligus sebagai judul penelitian, yaitu: EVALUASI PEMBELAJARAN FIQH/USHUL FIQH KELAS XII MADRASAH ALIYAH NEGERI (Studi pada MAN 1, MAN 2, dan MAN 3 Banjarmasin).
194 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012
B. Penegasan Istilah-istilah Untuk memudahkan memahami istilah-istilah pada judul di atas maka akan diberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian terhadap hasil belajar peserta didik dalam bentuk soal-soal yang dibuat oleh guru-guru fiqh kelas XII pada mata pelajaran fiqh/ushul fiqh meliputi: (1) ulangan harian, (2) ulangan tengah semester, (3) ulangan akhir semester, (4) ulangan sekolah/ulangan umum. 2. Pembelajaran fiqh dan ushul fiqh adalah mata pelajaran Fiqh kelas XII pada MAN bagi jurusan bukan Agama dan mata pelajaran ushul fiqh kelas XII pada MAN bagi jurusan agama. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan penelitian ini sebagai berikut, yaitu: “Bagaimana evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan oleh guru-guru fiqh-ushul fiqh kelas XII pada mata pelajaran Fiqh-Ushul Fiqh di Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin”, meliputi: 1. Teknik evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik oleh guruguru fiqh-ushul fiqh kelas XII pada mata pelajaran Fiqh-Ushul Fiqh di Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin, meliputi: (a) alat-alat evaluasi yang digunakan; (b) prinsip-prinsip guru dalam melakukan evaluasi; (c) teknik penyusunan dan pelaksanaan tes hasil belajar peserta didik. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi para guru fiqh/ushul fiqh dalam malaksanakan evaluasi hasil belajar siswa kelas XII pada Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin pada mata pelajaran Fiqh/Ushul Fiqh.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan oleh guru-guru fiqh-ushul
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 215 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... sebagai tes yang baik, yaitu: 1) valid, 2) reliabel 3) obyektif, dan 4) praktis. Selain itu ada hal yang perlu juga diperhatikan dalam pembuatan tes: Pertama pembuatan soal-soal sebagai alat evaluasi, jangan sampai soal-soal yang diserahkan kepada mereka sudah diketahui jawabannya oleh peserta didik karena sebagaimana diketahui pada buku-buku ajar sudah ada tersedia soal-soal beserta kunci jawabannya atau latihan-latihan dalam buku LKS yang menjawabnya bukan yang bersangkutan. Karena itu kreativitas guru dalam pembuatan soal harus diperhatikan. Kedua pola pengawasan, jangan sampai pada saat evaluasi dilaksanakan para siswa dengan mudah saling bekerjasama dengan teman disampingnya. b. Prinsip-prinsip Guru dalam Melaksanakan Evaluasi Prinsip kebulatan, guru dituntut dalam melakukan evaluasi terhadap peserta didik harus secara menyeluruh, baik aspek pemahamannya terhadap materi yang diberikan (kognitif), segi penghayatan (afektif), dan pengamalannya (psikomotor) harus diperhatikan. Dalam laporan hasil belajar siswa harus harus mencakup tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Sedangkan informasi ranah afektif diperoleh dari wawancara, pengamatan, kuesioner, dan inventori. Guru dituntut dalam melakukan evaluasi terhadap peserta didik harus secara menyeluruh, baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif ada 6 tingkatan secara berjenjang, yaitu: (1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension), (3) Penerapan (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis (syntesis), (6) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation). Ranah afektif ada lima tingkatan secara berjenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex. Selanjutnya ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak
214 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 adalah membiasakan peserta didik belajar mandiri, artinya guru mengharuskan para siswanya membaca lebih dulu terhadap materi yang akan dipelajari agar ketika tatap muka guru hanya memberikan pengayaan dan pemantapan materi. 5) Faktor Usia Secara psikologi usia seseorang cukup mempengaruhi dalam kegiatan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, guru yang sudah tua usianya dan pengabdian mengajarnya di atas 20 tahun ada kecenderungan mengajar “apa adanya”, pola pengajaran bersifat monoton, dan jika ada kegiatan pelatihan/penataran banyak diserahkan kepada guru yang masih muda. Sebaliknya dangan guru yang masih muda dan pengabdian mengajarnya di bawah 20 tahun. Lebih kreatif dalam mendesain pembelajaran dan lebih aktif mengikuti pelatihan-pelatihan untuk pengembangan profesinya. 2. Analisis Data a. Alat-alat Evaluasi yang Digunakan Langkah para guru ini sudah tepat, dimana untuk mengetahui tingkat penguasaan, perkembangan atau kemajuan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu maka guru harus melakukan evaluasi/penilaian. Keberhasilan evaluasi didasarkan kepada tercapainya standar nilai ketuntasan. Para guru segera melakukan remedial kepada para siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan memberikan pengayaan kepada yang sudah tuntas. Jika semua siswa sudah menguasai suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya. Evaluasi tidak cukup hanya dilaksanakan saja tetapi saat melaksanakan evaluasi harus diperhatikan bagaimana prosedur evaluasi yang baik, karena dengan prosedur evaluasi yang baik maka akan dapat mengetahui tingkat penguasan, perkembangan, atau kemajuan peserta didik yang sebenarnya. Tetapi jika sebaliknya maka penilaian yang dihasilkan tidak sebenarnya pula. Setidaknya ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 195 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... fiqh kelas XII pada mata pelajaran Fiqh-Ushul Fiqh di Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin. E. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini secara rinci diharapkan berguna sebagai berikut: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini merupakan kontribusi dalam pengembangan keilmuan bagi guru-guru fiqh terkait dengan evaluasi hasil belajar mata pelajaran fiqh di MAN Banjarmasin dan umumnya MAN dan MAS di Kalimantan Selatan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai informasi dan feedback bagi guru-guru fiqh MAN di Banjarmasin khususnya dan guru-guru fiqh pada MAN dan MAS di Kalimantan Selatan dalam memperbaiki proses evaluasi hasil belajar fiqh, dan menjadi feedback untuk menentukan kebijakan ke depan dalam rangka meningkatkan hasil belajar fiqh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai feedback secara langung bagi siswa, guru, kepala sekolah, kementerian agama, yang terkait langsung dengan pembinaan terhadap Madrasah Aliyah tersebut, juga dapat memberikan informasi kepada stockholder yang terkait dengan penilaian hasil belajar fiqh, atau dengan Madrasah Aliyah terkait. F. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Profil Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin a. Profil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin Jumlah guru keseluruhan adalah 36 orang, 5 orang di antaranya GTT, dan 31 orang adalah Guru Tetap di MAN 1. Untuk kelas XII ada 1 orang guru fiqh/Ushul fiqh, statusnya Pegawai Negeri Sipil (PNS), tugas tetapnya di MAN 3 Mulawarman Banjarmasin dan sudah disertifikasi sebagai guru profesional pada bidang fiqh. Jumlah kelas keseluruhan adalah 18 lokal belajar, kelas I atau kelas X terdiri dari 7 kelas, kelas XI 6 kelas, dan kelas XII ada 5 kelas, terdiri dari jurusan IPA 2 kelas, jurusan IPS 2 kelas,
196 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 dan jurusan Agama 1 kelas. Dengan jumlah siswa masing-masing kelas X berjumlah + 255 orang siswa, kelas XI berjumlah 207 orang siswa, dan kelas XII berjumlah 172 orang siswa. Jumlah keseluruhan siswa MAN 1 pada tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 634 orang siswa. b. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banjarmasin Madrasah ini dahulunya adalah PGAN 6 tahun yang dialihfungsikan menjadi MAN pada tahun 1990, yang berlokasi di Jl Mulawarman. Namun demikian karena sempit dan tidak memungkinkan untuk dikembangkan, maka sejak tahun 1984 dipindahkan ke Jl. Pramuka Km. 6 Banjarmasin. Kemudian sejak tahun 1998 oleh Dirjen Pembinaan kelembagaan Islam dijadikan sebagai MAN Model untuk kawasan Kalimantan Selatan. Madrasah ini terletak di Jl. Pramuka Rt 20. No 28 Banjarmasin 70238 telp. (0511-3258164/3270855 Fax. (0511) 3272819 E-mail:
[email protected]. Madrasah Aliyah Negeri 2 terdaftar dengan No. Statistik Madrasah: 311637202074. Kemudian terakreditasi sejak tahun 2005 dengan hasil akreditasi A (Sangat Baik/Unggul) dengan Nomor: A/Kw.17.4/4/PP.03.2/MA/08/2005 pada Tanggal 25 Pebruari 2005. Nama Kepala Madrasah sekarang adalah Drs. H. Bakhruddin Noor, NIP.: 195311171979031001, dan SK Kepala Madrasah dengan No: Kw.17.1/1c/KU.00.1/231/2010, Tanggal: 11 Mei 2010. MAN 2 Model ini memiliki 25 kelas, yang terdiri dari kelas I sebanyak 10 buah kelas, kelas II 8 buah dan kelas III 7 buah, yang terdiri dari jurusan IPA 2 kelas, IPS 2 kelas, Agama 2 kelas dan Bahasa 1 kelas. Sekolah memiliki gedung milik sendiri (Pemerintah) dengan ruang kelas yang representatif, di dalamnya ada kalender, jam dinding, gambar-gambar, dan jadwal kelas dan penngelolaan kelas. Memiliki sebuah Mesjid, perpustakaan, Kantin, Laboratorium Keterampilan Komputer, Lab. Keterampilan Tata Busana, Lab. Keterampilan Tata Boga, Lab. Biologi, Lab. Kimia, Lab. Fisika, Lab. TIK. Internet, Lab. Keagamaan, Bengkel Keterampilan Pengelasan, Bengkel Keterampilan Otomotif, Bengkel Ketrampilan Elektronik,
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 213 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... Hal ini juga bisa dijembatani dengan cara guru membuat daftar penilaian untuk kegiatan harian para siswa, semua kegiatan siswa di luar sekolah harus ditulis dalam daftar nilai harian siswa dan pihak guru harus mengontrol kegiatan harian tersebut. 3) Jumlah peserta didik dalam satu kelas Sebagaimana diketahui rata-rata jumlah peserta didik MAN Banjarmasin kelas XII dalam satu kelasnya di atas 30 orang dengan 1 orang pendidik, ditambah lagi mereka harus mengajar beberapa kelas karena kewajiban harus 24 jam dalam seminggu sehingga. Hal seperti ini menimbulkan problem bagi guru karena harus menghadapi sejumlah mahasiswa yang cukup banyak sehingga kegiatan evaluasi kadang-kadang kurang maksimal. Hal ini disebabkan antara jumlah siswa dengan jumlah kelas tidak seimbang. Di sinilah pengabdian seorang guru harus dibuktikan. 4) Alokasi waktu Idealnya alokasi waktu yang tersedia disesuaikan dengan pokok bahasan dan standar kompetensi yang mau dicapai. Berdasarkan hasil wawancara, antara alokasi waktu yang tersedia dengan pokok bahasan dan standar kompetensi yang mau dicapai kurang seimbang. Pokok bahasan cukup banyak dan sulit karena materi fiqh kelas XII ini lebih banyak membahas ushul fiqh. Materi ushul Fiqh ini lebih menitikberatkan kepada pemahaman dan analisis terhadap dalil-dalil syara karena ushul fiqh ini merupakan metodologi penetapan hukum syara. Untuk diketahui mata pelajaran fiqh kelas XII untuk jurusan selain agama hanya 2 jam dalam seminggu, sedangkan jurusan agama pada MAN 1 dan MAN 3 alokasi waktunya 3 jam dalam seminggu dan 5 jam pada MAN 2 Banjarmasin. Keadaan seperti ini cukup menyulitkan bagi guru dengan alokasi waktu yang singkat tetapi harus menyampaikan materi yang cukup sulit sehingga materi yang disampaikan kurang mendalam dan komprehensif serta latihanlatihan bagi para siswa kurang maksimal. Penetapan alokasi waktu ini karena berkaitan dengan kebijakan dari instansi pemerintahan terkait dalam hal ini Kementerian Agama. Maka usaha yang bisa dilakukan oleh guru
212 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 bergeser sebagai subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan pendidikan, tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya sebagai siswa. Siswa adalah individu yang unik, mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan dan diperhatikan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara, kendala yang dihadapi guru saat melakukan evaluasi adalah ada siswa yang kurang terampilnya dalam baca tulis al-Quran. Kesulitan yang dihadapi ketika salah satu item evaluasi siswa diminta untuk membaca dan menulis dalil-dalil al-Quran dan Hadits Nabi saw. Apalagi materi fiqh untuk kelas XII ini bahasan ushul fiqh lebih banyak dari materi fiqh. Sebenarnya masalah ini bisa diatasi apabila pihak sekolah membuat standar persyaratan masuk bagi para siswa baru; siswa yang masuk harus bisa membaca dan menulis al-Quran dengan baik dan fasih. Konsesten dengan persyaratan yang dibuat itu. 2) Keteladanan orang tua Keteladanan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pandangan Islam keteladanan itu lebih bermakna dan berkesan daripada penyampaian secara lisan bagi peserta didik. Penyampaian secara lisan tidak akan bermakna dan malah diabaikan jika bertolak belakang dengan berbuatan. Berdasarkan hasil wawancara keteladanan orang tua dalam membimbing putra-putrinya di luar sekolah (di rumah) cukup rendah malah ada yang bertolak belakang dengan pelajaran di sekolah. Misalnya saat di sekolah guru mengajarkan tentang salat dan puasa, saat di rumah peserta didik melihat orang tuanya tidak salat dan tidak puasa maka pengawasan terhadap peserta didik menjadi terputus.
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 197 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... Laboratorium Bahasa (masih berlum berfungsi), ruang multimedia (ICT), UKS, aula, Koperasi, dan asrama (PSBB). Untuk kelas XII ada 2 orang guru Fiqh/Ushul fiqh, statusnya Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sudah disertifikasi sebagai guru profesional pada bidang fiqh. c. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Mulawarman Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 terletak di jalan Batu Benawa 1 RT. 66 No. 63 Mulawarman. Kepala madrasahnya adalah Bapak Drs. Adnan. Status madrasah adalah negeri dan di bawah naungan Kementerian Agama RI. Tenaga pengajarnya berjumlah 40 orang. Guru tetap (PNS) berjumlah 28 orang dan guru tidak tetap (non PNS) berjumlah 12 orang. Siswanya berjumlah 645 orang, laki-lakinya berjumlah 229 orang dan perempuannya berjumlah 416 orang. Madrasah ini terdiri 18 ruang belajar, ada 6 ruang untuk kelas 1/X, ada 6 ruang untuk kelas 2/XI, dan 6 ruang untuk kelas 3/XII. Madrasah ini memiliki tiga jurusan, yaitu jurusan Agama, jurusan IPS, dan jurusan IPA. Guru Fiqh/Ushul Fiqh pada madrasah ini ada 2 orang dan keduanya sudah disertifikasi sebagai guru profesional di bidang fiqh. MAN 3 ini memiliki sebuah mushalla, perpustakaan sekolah, Kantin, Laboratorium Ketrampilan Komputer, Lab. Biologi, Lab. Kimia, Lab. Fisika, Lab. Keagamaan, Laboratorium Bahasa, ruang multimedia (ICT), UKS, aula, koperasi sekolah. Peralatan belajar/media terdiri dari LCD satu buah, dan satu buah sarana ibadah/mushalla. 2. Profil Guru Fiqh/Ushul Fiqh Kelas XII a. MAN 1 Kampung Malayu Guru mata pelajaran fiqh untuk kelas XII MAN 1 Kampung Malayu ada satu orang, yaitu: Ibu Khairiah, S.Ag, Dia mengajar kelas XII jurusan IPA, IPS, dan Agama. Untuk jurusan agama nama mata pelajarannya adalah ushul Fiqh. Status kepegawaian beliau guru tetap di MAN 3 Mulawarman (PNS), mulai bertugas sejak tahun 1998 ( + 14 tahun). Dia alumni S1 IAIN Antasari Banjarmasin Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan sudah disertifikasi sebagai guru
198 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 profesional pada bidang Fiqh. Dia ini termasuk guru yang aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan, di antara pelatihan yang telah diikuti adalah: Pelatihan fasilitatur guru fiqh yang diselenggarakan oleh Kemenag RI selama 20 hari tahun 2011, Metodologi pembelajaran fiqh selama 3 hari tahun 2005, dan Metodologi pembelajaran al-Quran dan Hadits selama 3 hari tahun 2005. b. MAN 2 Banjarmasin Guru mata pelajaran fiqh untuk kelas XII MAN 2 Banjarmasin ada dua orang, yaitu: Pertama Ibu Dra. Hj. Hafifah, Dia mengajar kelas XII jurusan Agama dan Bahasa. Untuk jurusan agama nama mata pelajarannya adalah Ushul Fiqh. Beliau guru tetap di sekolah tersebut (PNS), mulai bertugas sejak tahun 1988 ( + 24 tahun). Selain di kelas XII, Ia juga mengajar di kelas X, dan XI pada madrasah itu pada mata pelajaran yang sama, yaitu fiqh. Beliau alumni S1 IAIN Antasari Banjarmasin Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Kedua Bapak Bahrani, M.Ag, Dia mengajar kelas XII jurusan IPA dan IPS. Beliau guru tetap di sekolah tersebut (PNS), mulai bertugas sejak tahun 1999 ( + 13 tahun). Selain di kelas XII, Ia juga mengajar di kelas X, dan XI pada madrasah itu pada mata pelajaran yang sama, yaitu fiqh. Beliau alumni S1 IAIN Antasari Banjarmasin Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pascasarjana di Solo Surakarta Konsentrasi Studi Islam, bantuan pemerintah kementerian Agama (beasiswa). Di antara pelatihan yang beliau ikuti adalah Teknik Pendidik Pembelajaran yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI di Jakarta selama 10 hari tahun 2012. Keduanya sudah disertifikasi sebagai guru profesional pada bidang fiqh. c. MAN 3 Mulawarman Guru mata pelajaran fiqh untuk kelas XII MAN 3 Mulawarman ada dua orang, yaitu: Pertama Bapak Drs. H. Fadelian Hafizi, Dia mengajar kelas XII jurusan IPA 1, IPA 2, IPS 1, dan IPS 2. Beliau guru tetap di sekolah tersebut (PNS), mulai bertugas sejak tahun 1985 ( + 28 tahun). Selain di kelas XII,
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 211 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... merupakan salah satu syarat kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada ujian nasional. Pelaksanaan tes hasil belajar di atas disamping dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi para guru fiqh/ushul fiqh dalam malaksankan evaluasi hasil belajar siswa kelas XII pada Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin pada mata pelajaran Fiqh/ushul fiqh Sebagaimana diketahui, komponen pendidikan yang di dalamnya terdiri dari: guru, murid, kurikulum, media, serana, evaluasi, dan lingkungan memiliki bahasan masing-masing tetapi saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Karena itu keberhasilan atau kegagalan dari sebuah target pembelajaran yang ingin dicapai mesti komponen-komponen itu memiliki andil masing-masing. Untuk diketahui, guru-guru fiqh MAN Banjarmasin kelas XII dari segi latar belakang pendidikan semua Sarjana S1 PAI dan malah ada 1 orang bergelar master, yaitu Bapak Bahrani, M.Ag (guru MAN 2), semuanya sudah memiliki sertifikasi sebagai pendidik, pelatihan/penataran untuk pengembangan keilmuan sudah sering mengikuti. Oleh sebab itu, saat dikonfirmasi berkaitan dengan materi mereka menjawab telah menguasai/tidak ada masalah. Karena itu dalam kesempatan ini peneliti hanya akan menyampaikan hasil dari wawancara dengan masing-masing guru sebagai subyek dari penelitian ini, sebagai berikut: 1) Latar belakang siswa Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek pendidikan
210 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai tujuan instruksional, sampel soal cukup respresentatif dari populasi bahan pelajaran yang sudah diajarkan, soal dibuat bervariasi, tes hasil belajar disamping dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga dijadikan alat untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri, dan peserta didik atau guru tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang banyak dalam melaksanakan penilaian. c) Penilaian yang dibuat dan dilaksanakan oleh guru bersifat menyeluruh dalam arti mereka melakukan penilaian terhadap peserta didik tidak hanya menilai aspek kognitif, tetapi aspek afektif dan psikomotor juga diperhatikan Hal ini terbukti blangko penilaian yang digunakan guru memuat ketiga aspek itu, pada saat guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas ada siswa yang kurang memperhatikan maka diberi teguran atau nasihat, menyisipkan nasihat-nasihat pada saat pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil wawancara pelaksanan evaluasi hasil belajar siswa yang diselenggarakan oleh para guru fiqh-ushul fiqh MAN Banjarmasin kelas XII ada beberapa tahapan, sebagai berikut: (1) Ulangan Harian, kegiatan ini yang dilakukan untuk mengukur proses/akhir pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) sebagai tes formatif berupa lisan atau tertulis (pilihan ganda, essay, penugasan). (2) Ulangan Tengah Semester, kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian standar kompetensi (SK) peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Bentuk soal tertulis (pilihan ganda atau essay). (3) Ulangan Akhir Semester, kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian standar kompetensi (SK) di akhir semester ganjil. Bentuk soal tertulis (pilihan ganda atau essay). (4) Ujian Sekolah, kegiatan penilaian pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar peserta didik dan
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 199 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... Ia juga mengajar di kelas X, dan XI pada madrasah itu pada mata pelajaran yang sama, yaitu fiqh. Beliau alumni S1 IAIN Antasari Banjarmasin Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Kedua Ibu Khairiah, S.Ag, Dia mengajar kelas XII jurusan Agama. Untuk jurusan agama nama mata pelajarannya adalah Ushul Fiqh. Beliau guru tetap di sekolah tersebut (PNS), mulai bertugas sejak tahun 1998 ( + 14 tahun). Selain di MAN 3 Mulawarman ia juga mengajar pada MAN 1 Kampung Malayu. Keduanya sudah disertifikasi sebagai guru profesional pada bidang fiqh. 3. Materi, SKKD, dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) a. Materi Buku ajar yang digunakan pada Madrasah Aliyah kelas XII, baik MAN 1, MAN 2, dan MAN 3 Banjarmasin adalah Pendidikan Agama Islam Fikih disusun oleh Drs. H. Mundzier Suparta, MA dan Drs. H. Djedjen Zainuddin, MA. Terbitan PT. Karya Toha Putra Semarang tahun 2009, Kurikulum 2008. Kurikulum fiqih pada Madrasah Aliyah kelas XII mengacu kepada Peraturan Kementerian Agama RI Nomor 2 tahun 2008 tentang “Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi” berdasarkan pendekatan berbasis kompetensi yang meliputi ranah afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif. Dalam standar isi dicantumkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berperan sebagai acuan nasional. Seorang guru beserta madrasah memiliki kewenangan yang luas, baik secara perorangan atau kelompok untuk mengembangkan standar isi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Pelajaran fiqih ini tidak terpisah dari pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mempraktikkan nilai-nilai keyakinan dan keagamaan serta akhlak kalimah dalam kehidupan sehari-hari. Setiap bab dalam buku pelajaran fiqih ini diawali dengan rumusan kompetensi dasar dan indikator bab yang bersangkutan. Kemudian pada bagian akhir disajikan materi evaluasi dan tugas yang relevan dengan butir-butir indikator yang bersangkutan.
200 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 Berikut akan disebutkan isi buku fikih Madrasah Aliyah kelas XII beserta standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, sebagai berikut: BAB I SIYASAH SYAR’IYAH Standar Kompetensi Memahami ketentuan Islam tentang siyasah syar’iyah Kompetensi Dasar Siswa dapat menjelaskan ketentuan Islam tentang pemerintah (khilafah) dan majelis syura dalam Islam. BAB II SUMBER HUKUM ISLAM Standar Kompetensi Memahami sumber hukum Islam Kompetensi Dasar Siswa dapat menjelaskan sumber hukum Islam yang disepakati dan yang tidak disepakati ulama, menjelaskan penerapan kedua sumber hukum tersebut, dan menjelaskan pengertian, fungsi, dan kedudukan ijtihad. BAB III HUKUM SYAR’I Standar Kompetensi Memahami hukum-hukum syar’i
Kompetensi Dasar
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 209 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... a) Dalam penyusunan tes hasil belajar siswa didasarkan/mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang ingin dicapai. Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Sedangkan standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Kurikulum fiqih pada Madrasah Aliyah mengacu kepada Peraturan Kementerian Agama RI Nomor 2 tahun 2008 tentang “Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi” berdasarkan pendekatan berbasis kompetensi yang meliputi ranah afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif. Dalam standar isi dicantumkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berperan sebagai acuan nasional. Seorang guru beserta madrasah memiliki kewenangan yang luas, baik secara perorangan atau kelompok untuk mengembangkan standar isi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) mata pelajaran fiqh MAS/MAN kelas XII bisa dilihat pada bab II di atas. b) Penyusunan tes yang dibuat oleh para guru fiqh-ushul fiqh MAN Banjarmasin kelas XII untuk pelajaran fiqh-ushul fiqh dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik sudah cukup valid, reliabel,obyektif, dan praktis Simpulan ini didukung oleh bukti-bukti, misalnya materi tes diambil atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah ditentukan, peserta didik tidak kesulitan dalam memahami soal karena terdapat petunjuk soal dalam mengerjakannya terbukti dari hasil nilai ketuntasan belajar menurut informasi para guru 100 % tuntas bahkan sebagian besar terlampaui nilai ketuntasannya, tes hasil belajar mengukur cukup
208 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 peneliti berpedoman kepada empat ciri atau karakteristik tes hasil belajar, yaitu: valid, reliabel, obyektif, dan praktis. Selain itu, ada beberapa hal dasar juga yang kami pedomani dalam melihat teknik penyusunan tes hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru-guru fiqh kelas XII MAN, sebagai berikut: (1) Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai tujuan instruksional. (2) Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang respresentatif dari populasi bahan pelajaran yang sudah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran. (3) Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes yang diinginkan. (4) Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil diinginkan. (5) Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. Artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu sama atau relatif sama. (6) Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri. Selanjutnya prinsip berikutnya yang juga pedoman kami adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip ini evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntun untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik aspek kognitif, afektif, dan aspek psikomotor. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi teknik penyusunan tes guru fiqh-ushul fiqh MAN Banjarmasin kelas XII terhadap hasil belajar peserta didik, sebagai berikut:
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 201 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... Siswa dapat menjelaskan hukum taklifi dan wadh’i serta penerapan keduanya dalam Islam, menjelaskan mahkum bihi (fihi) dan hukum ‘alaih. BAB IV KAIDAH-KAIDAH USHUL FIQIH Standar Kompetensi Memahami kaidah-kaidah ushul fiqih Kompetensi Dasar Siswa dapat menjelaskan macam-macam kaidah ushul fiqih serta menerapkannya macam-macam kaidah ushul fiqih itu.5 Untuk lebih rincinya akan disebutkan isi buku ajar yang digunakan pada Madrasah Aliyah Kelas XII, sebagai berikut: SEMESTER I BAB I SIYASAH SYAR’IYAH A.
Permasalahan Khilafah 1. Pengertian Khilafah 2. Tujuan Khilafah 3. Dasar-dasar Khilafah 4. Perbedaan Khilafah dengan Khalifah 5. Syarat-syarat menjadi khalifah 6. Cara pengangkatan dan bai’at khalifah 7. Hukum pengangkatan khalifah 8. Hak dan kewajiban rakyat 9. Hikmah khilafah
B.
Majlis Syura dan Ahlul Hali wal Aqdi
5Diambil dari buku ajar yanag disusun oleh Mundzier Suparta dan Djedjen Zainuddin, Pendidikan Agama Islam Fikih, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009). h., 3, 17, 49, dan 63.
202 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 1. 2. 3. 4. 5.
Pengertian majelis syura Pengertian ahlul hali wal aqdi Syarat-syarat menjadi anggota majelis syura Hak dan kewajiban majelis syura Hikmah majelis syura
BAB II SUMBER HUKUM ISLAM A. Sumber Hukum yang Disepakati Ulama 1. Al-Quran 2. As-Sunah 3. Ijma 4. Qiyas B. Sumber Hukum yang Tidak Disepakati Ulama 1. Istihsan 2. Istishab 3. Maslahah al-Mursalah 4. Al-‘Urf 5. Syar’u man qablana 6. Saddu al-Dzarii’ah 7. Madzhab shahabi 8. Dalalat al-iqtiran C. Ijtihad Dalam Hukum Islam 1. Pengertian ijtihad 2. Hukum ijtihad 3. Peranan ijtihad 4. Syarat-syarat bagi mujtahid 5. Tingkatan-tingkatan mujtahid 6. Kedudukan ijtihad SEMESTER II
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 207 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... evaluasi hasil belajar siswa menerapkan prinsip kebulatan. Prinsip kebulatan maksudnya adalah guru dituntut dalam melakukan evaluasi terhadap anak didik harus secara menyeluruh, baik aspek pemahamannya terhadap materi yang diberikan (kognitif), segi penghayatan (afektif), dan pengamalannya (psikomotor) harus diperhatikan. Hal ini dapat dibuktikan dari blanko penilaian guru, ketiga ranah tersebut tercantum dalam blanko penilaian guru terhadap peserta didik. Dengan blanko itu guru saat melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik tidak memberikan penilaian secara terpisah-pisah tetapi menjadi utuh dan menyeluruh. Prinsip kesinambungan dan obyektivitas mereka perhatikan pada saat melakukan evaluasi. Hal ini terbukti kegiatan penilaian guru terhadap hasil belajar yang telah mereka lakukan secara bertahap dari ulangan hari, ulangan pertengahan semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dan ujian sekolah. Dengan tahapan-tahapan ulangan ini guru sangat memungkinkan memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik. Prinsip obyektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subyektif. Karena itu, seorang guru harus senantiasa berfikir dan bertindak wajar, menurut keadaan yang senyatanya, tidak boleh dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat subyektif. Dalam hal ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh mereka sebagai perwujudan obyektivitas mereka, sebagai berikut: (1) Setiap soal-soal yang diujikan kepada para siswa harus dari materi-materi yang sudah disampaikan/diajarkan. (2) Butir-butir soal yang disajikan adalah soal obyektif dan kunci jawaban sudah disiapkan sebelumnya. (3) Memberlakukan para peserta didik dengan adil, baik dalam pemberian skor atau perhatian terhadap mereka.
BAB III HUKUM SYAR’I A. Hukum Taklifi 1. Pengertian hukum taklifi 2. Macam-macam hukum taklifi
3) Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Siswa Dalam melihat teknik penyusunan tes hasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru-guru fiqh kelas XII MAN Banjarmasin
206 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 Menurut mereka evaluasi merupakan keharusan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena dari hasil evaluasi itu dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau indikator yang belum mencapai ketuntasan. Dengan mengevaluasi hasil belajar siswa, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang tepat. Para siswa dianggap sudah menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru jika mencapai nilai ketuntasan. Nilai ketuntasan yang ditetapkan MAN 1 dan MAN 3 adalah para siswa memperoleh nilai 80 dari setiap evaluasi yang diberikan oleh guru. Sedangkan di MAN 2 nilai ketuntasan adalah nilai 75. Jika ada siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan sebagaimana yang ditetapkan, maka guru segera melakukan remedial kepada para siswa yang belum mencapai ketuntasan dan pengayaan kepada mereka yang sudah tuntas. Mereka juga melakukan evaluasi terhadap hasil tes yang mereka lakukan. Karena menurut hemat mereka, jika ditemukan sebagai besar siswa gagal maka perlu ada perbaikan-perbaikan, apakah instrumen penilaian terlalu sulit atau cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang digunakan kurang tepat, dan seterusnya. Tetapi berdasarkan hasil wawancara, hanya satu atau dua orang siswa saja yang kadang-kadang tidak mencapai nilai ketuntasan dalam setiap kelasnya dan itupun bagi siswa yang malas, senang berbicara saat guru menjelaskan, tetapi setelah dilakukan remedial mereka mampu memenuhi standar ketuntasan yang ditetapkan. 2) Prinsip-Prinsip Guru dalam Melaksanakan Evaluasi Sebagaimana diketahui pelajaran fiqh merupakan salah cabang dari mata pelajaran PAI. Mata pelajaran PAI tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai teori ajaran Islam, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan/mempraktikkan teori-teori ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, mata pelajaran PAI dalam hal ini mata pelajaran fiqh menekankan keutuhan, keterpaduan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, guruguru fiqh kelas XII MAN Banjarmasin pada saat melakukan
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... B. Hukum Wadh’i 1. Pengertian hukum wadh’i 2. Macam-macam hukum wadh’i C. Mempedomani Hukum Islam D. Unsur-unsur Hukum Syar’i 1. Mahkum fih 2. Mahkum ‘alaih 3. Awaridul ahliyah BAB IV KAIDAH-KAIDAH USHUL FIQIH a. Amr dan Nahi 1. Pengertian amr dan nahi 2. Bentuk-bentuk amr dan nahi 3. Kaidah-kaidah amr dan nahi b. ‘Am dan Khas 1. Pengertian ‘am 2. Perbedaan ‘am dan mutlak 3. Macam-macam lafaz ‘am 4. Pengertian khas 5. Pembegian mukhassish (dalil yang mengkhususkan) c. Mutlaq dan muqayyad 1. Pengertian mutlaq dan muqayyad 2. Hukum lafaz mutlaq dan muqayyad d. Manthuq dan Mafhum 1. Pengertian manthuq dan mafhum 2. Macam-macam manthuq dan mafhum 3. Berhujjah dengan mafhum e. Mujmal dan Mubayyan 1. Pengertian mujmal dan mubayyan 2. Tingkatan bayan 3. Penangguhan bayan f. Muradif dan Musytarak 1. Pengertian muradif dan musytarak 2. Hukum muradif 3. Hukum musytarak
203
204 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 4 Tahun 2012 g. Zhahir dan Takwil 1. Pengertian zhahir dan takwil 2. Masalah yang dapat menerima takwil 3. Syarat-syarat takwil h. Nasikh dan Mansukh 1. Pengertian nasakh, nasikh, dan mansukh 2. Syarat-syarat nasakh 3. Contoh-contoh nasikh dan mansukh6 Berdasarkan materi-materi di atas, mata pelajaran katagori fiqh adalah yang ada pada Bab I dan mata pelajaran fiqh tersebut diajarkan pada semester I. Sedangkan materi-materi berikutnya merupakan mata pelajaran ushul fiqh. b. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal untuk setiap mata pelajaran yang ditentukan oleh satuan pendidikan, berkisar antara 0-100%. Untuk peserta didik menggunakan KKM Program Normatif dan Adaptif. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator program normatif dan adaptif adalah 75%. KKM program normatif dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran dengan rincian sebagai berikut: a) tingkat kemampuan rata-rata peserta didik; b) tingkat kompleksitas/kesulitan kompetensi; c) sumber daya pendukung pembelajaran (SDM, alat dan bahan). Dengan demikian KKM ini dapat digunakan pihak sekolah untuk mengukur tingkat keberhasilan hasil belajar siswa dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru bidang studi tertentu, umumnya dengan cara para siswa menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan/soal-soal yang diberikan oleh guru. KKM yang ditetapkan tiga madrasah ini ada perbedaan. Pada MAN 1 dan MAN 3 Banjarmasin menetapkan standar ketuntasan adalah nilai 80, artinya para siswa dianggap menguasai 6
Ibid., h. v-vii.
Hasbullah, Evaluasi Pembelajaran Fiqh/ 205 Ushul Fiqh Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri ... materi pelajaran yang disampaikan oleh guru apabila setiap siswa memperoleh nilai 80 dari hasil penilaian/evaluasi. Sedangkan pada MAN 2 Banjarmasin standar yang ditetapkan adalah nilai 75, artinya para siswa dianggap menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru apabila setiap siswa memperoleh nilai 75 dari hasil penilaian/evaluasi. Seandainya para siswa tidak mencapai standar nilai ketuntasan tersebut, maka para siswa diharuskan mengikuti remedial sampai mereka memperoleh nilai standar tersebut. G. Laporan Penelitian 1. Penyajian Data a. Teknik Evaluasi Hasil Belajar Siswa yang Dilaksanakan oleh Guru-guru Fiqh-Ushul Fiqh Kelas XII pada Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin 1) Bentuk dan Alat Evaluasi yang Digunakan Berdasarkan hasil wawancara dengan masing-masing guru fiqh kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Banjarmasin, ada dua teknik evaluasi yang digunakan guru-guru fiqh kelas XII MAN kota Banjarmasin, yaitu: teknik tes dan non tes. Bentuk non tes yang digunakan adalah teknik observasi (pengamatan) nonpartisipasi, guru sebagai penonton. Teknik ini mereka gunakan untuk menilai tingkah laku para siswa pada saat mereka di sekolah, baik saat kegiatan proses belajar-mengajar berlangsung ataupun di saat istirahat. Sedangkan teknik tes ada dua macam, yaitu: lisan dan tertulis. Tes lisan dan tulisan mereka gunakan saat ulangan harian. Ulangan harian merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur proses/akhir pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD). Bentuk tes tertulis yang digunakan bisa berupa essay, multiple choice item (pilihan ganda), atau digabungkan keduanya. Kedua bentuk ini digunakan saat ulangan pertengahan semester. Sedangkan untuk ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dan UN menggunakan tes tertulis dalam bentuk multiple choice item (pilihan ganda).