ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK PADA PRAKTIKUM MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Puput Tri Ambarwati NIM 13303241019
PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK PADA PRAKTIKUM MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh: Puput Tri Ambarwati NIM. 13303241019 Pembimbing : Rr. Lis Permana Sari, M.Si.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kemampuan representasi peserta didik pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik, praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan, praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah, dan praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan, (2) persentase kemampuan representasi pada level makroskopik, simbolik, dan submikroskopik, dan (3) kemampuan representasi pada praktikum dengan metode demonstrasi dan metode eksperimen materi kesetimbangan kimia kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif ex post facto dan rancangan satu sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purpossive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 peserta didik. Penilaian kemampuan representasi dilakukan berdasarkan hasil jawaban peserta didik terhadap instrumen kemampuan representasi yang dikerjakan setelah praktikum dilakukan. Instrumen dalam penelitian ini berbentuk soal uraian yang memuat ketiga level representasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan representasi peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran 2016/2017 pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik sebesar 57,99%; praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan sebesar 66,37%; praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan sebesar 70,57%; dan praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan sebesar 73,96%, (2) persentase kemampuan representasi untuk level makroskopik sebesar 83,92%; simbolik sebesar 64,10%; dan submikroskopik sebesar 49,09%; dan (3) persentase kemampuan representasi peserta didik pada praktikum dengan metode demonstrasi sebesar 64,28% dan pada metode eksperimen sebesar 70,16%. Kata kunci : Kemampuan Representasi, Praktikum, Eksperimen, Demonstrasi, Kesetimbangan Kimia
ii
THE ANALYSIS REPRESENTATION ABILITY OF STUDENTS IN THE CHEMICAL EQUILIBRIUM LABORATORY WORK OF GRADE XI SMA NEGERI 1 GODEAN IN THE ACADEMIC YEAR 2016/2017
By: Puput Tri Ambarwati 13303241019 Supervisor : Rr. Lis Permana Sari, M.Si.
ABSTRACT This research aimed to determine: (1) the representation ability of students in irreversible and reversible reaction laboratory work, the effect of concentration changes towards the shift of equilibrium laboratory work, the effect of temperature changes towards the shift of equilibrium laboratory work, and the effect of dilution towards the shift of equilibrium laboratory work, (2) the representation ability percentage of students at macroscopic, symbolic and submicroscopic level and (3) the representation ability of students in the laboratory work with the demonstration method and experimental method of chemical equilibrium material grade XI SMA Negeri 1 Godean in the academic year 2016/2017. This research was descriptive ex post facto and the design of one sample. Sampling was done by using purposive sampling with the samples were 32 students. Assessment representation ability was based on the answers of students toward the representation ability instrument after the laboratory work done. Instruments in this research were description questions which includes three levels of representation. The result of this research showed that (1) the representation ability of students grade XI SMA Negeri 1 Godean in the academic year 2016/2017 in irreversible and reversible reaction laboratory work was 57.99%; the effect of concentration changes towards the shift of equilibrium laboratory work was 66.37%; the effect of temperature changes towards the shift of equilibrium laboratory work was 70.57%; and the effect of dilution towards the shift of equilibrium laboratory work was 73.96%; (2) The representation ability percentage of students at macroscopic level was 83.92%; symbolic level was 64.10%; and submicroscopic level was 49.09%; and (3) the representation ability of students in the laboratory work with the demonstration method was 64.28% and the experimental method was 70.16%. Keyword
:
Representation ability, Laboratory Experimental, Chemical equilibrium
iii
work,
Demonstration,
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Lengkap
: Puput Tri Ambarwati
NIM
: 13303241019
Progam Studi
: Pendidikan Kimia
Fakultas
: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Judul TAS
: Analisis Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Praktikum Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI
SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran
2016/2017 menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Apabila terbukti pernyataan tersebut tidak benar sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Yogyakarta, 20 Maret 2017 Yang menyatakan,
Puput Tri Ambarwati NIM. 13303241019
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
v
HALAMAN PENGESAHAN
vi
HALAMAN MOTTO
“So which of the favours of your Lord would you deny? “ (QS, 55:55)
be myself, do the best, and change to be better -@puputtea-
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terima kasih teruntuk Allah SWT.
Kupersembahkan karyaku ini teruntuk: Ibuk Bapak yang selalu di hati, Mas Mbak terbaik sepanjang masa, Buke dan Pak Oto orangtua keduaku, Bu Lis atas bimbingannya, Partner skreepsweet kerjasamanya, Sahabatsahabat segala cuaca, Teman-teman yang berhati mulia, Pendidikan Kimia atas kebersamaannya, semua yang saya cintai dan mencintai saya. -Terima kasih-
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Praktikum Materi Kesetimbangan Kimia Kelas X SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran 2016/2017”. Penulis menyadari bahwa keberhasilan pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Hartono, M.Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY. 3. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Kimia FMIPA UNY dan penguji pendamping yang telah memberikan koreksi perbaikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Ibu Rr. Lis Permana Sari, M.Si., selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Prof. AK. Prodjosantoso, Ph.D selaku penguji utama yang telah memberikan koreksi perbaikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
ix
6. Bapak Maryono, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Godean Sleman yang telah memberikan ijin penelitian di SMA Negeri 1 Godean Sleman. 7. Ibu Siti Martiningsih, S.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 1 Godean Sleman yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini. 8. Bapak, Ibu, Mas dan Mbak yang telah memberikan do’a dan dukungan baik moral maupun materiil. 9. Partner skripsi, sahabat, dan teman-teman Pendidikan Kimia A 2013 yang telah memberikan semangat dan kebersamaannya. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya. Yogyakarta, 7 April 2017 Penulis
Puput Tri Ambarwati NIM. 13303241019
x
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................................. ii SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................v LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ...........................................................................................7 C. Pembatasan Masalah ..........................................................................................8 D. Rumusan Masalah ..............................................................................................9 E. Tujuan Penelitian ...............................................................................................9 F. Manfaat Penelitian ...........................................................................................10 BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................12 A. Deskripsi Teori .................................................................................................12 1. Ilmu Kimia .................................................................................................12 2. Pembelajaran Kimia ...................................................................................14 3. Representasi kimia .....................................................................................17 4. Praktikum Kimia ........................................................................................19 5. Hasil belajar ...............................................................................................22 6. Kesetimbangan kimia .................................................................................24 B. Penelitian Relevan............................................................................................29 C. Kerangka Berpikir ............................................................................................31
xi
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................34 A. Desain Penelitian..............................................................................................34 B. Alur Kerja Penelitian........................................................................................35 C. Prosedur Penelitian...........................................................................................36 D. Definisi Operasional Variabel Penelitian .........................................................37 E. Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling.........................................37 1. Populasi Penelitian .....................................................................................37 2. Teknik Sampling dan Sampel Penelitian ...................................................38 F. Instrumen Penelitian dan Analisis Instrumen ..................................................38 1. Instrumen Penelitian...................................................................................38 2. Analisis Instrumen Penelitian ....................................................................39 G. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................42 H. Teknik Analisis Data ........................................................................................42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................45 A. Hasil Penelitian ................................................................................................45 1. Sebaran Kemampuan Representasi ............................................................45 2. Persentase Kemampuan Representasi untuk Setiap Level .........................51 3. Perbandingan Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Praktikum Metode Demonstrasi dengan Metode Eksperimen ...................53 B. Pembahasan......................................................................................................55 1. Persentase kemampuan representasi peserta didik .....................................55 2. Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Setiap Level Representasi ...............................................................................................69 3. Kemampuan Representasi Praktikum dengan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen ...................................................................................88 BAB V SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................98 A. Simpulan ..........................................................................................................98 B. Saran.................................................................................................................99 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................100
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor...........................................................................39 Tabel 2. Kriteria Kategori Penilaian Ideal Tiap Aspek ..........................................40 Tabel 3. Persentase Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Kimia ..........43 Tabel 4. Kategori Kemampuan Representasi Kelas XI MIPA ..............................51 Tabel 5. Rerata dan Kategori Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Setiap Level Representasi .............................................................52 Tabel 6. Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Demonstrasi .53 Tabel 7. Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Eksperimen...54 Tabel 8. Kesalahan Representasi Simbolik pada Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik ..................................................................................74 Tabel 9. Kesalahan Representasi Simbolik pada Praktikum Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan .........................76
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Hubungan Observasi, Representasi, dan Interpretasi ...........................12 Gambar 2. Pengaruh Penambahan Cl2 pada Sistem PCl3-Cl2-PCl5 .......................28 Gambar 3. Pengaruh Tekanan (Volum) pada Sistem Kesetimbangan ...................29 Gambar 4. Diagram Alur Penelitian.......................................................................35 Gambar 5. Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-Balik...........................................46 Gambar 6. Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Praktikum Pengaruh Perubahan Konsentrasi.........................................................47 Gambar 7. Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu....................................................................48 Gambar 8. Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Praktikum Keempat Pengaruh Pengenceran..........................................................49 Gambar 9. Rerata Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Kelas XI MIPA untuk Seluruh Praktikum...........................................................50 Gambar 10. Rerata Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Setiap Level Representasi ...................................................................52 Gambar 11. Grafik Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik ..............66 Gambar 12. Contoh Kesalahan Level Makroskopik ke Submikroskopik Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik ..........................................80 Gambar 13. Contoh Kesalahan Level Simbolik ke Submikroskopik Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik ..........................................80 Gambar 14. Contoh Kesalahan Menggambarkan Jumlah Molekul Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik ..........................................81 Gambar 15. Contoh Kesalahan Memahami Reaksi Kesetimbangan Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu ..................................................................85 Gambar 16. Contoh Kesalahan Representasi Simbolik ke Representasi Submikroskopik Praktikum Pengaruh Pengenceran...........................86 Gambar 17. Rerata Persentase Kemampuan Representasi untuk Setiap Level pada Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen ...................................89
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Petunjuk Praktikum ............................................................103 Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Representasi ...............................114 Lampiran 3. Instrumen Soal Kemampuan Representasi ......................................116 Lampiran 4. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran ........................................130 Lampiran 5. Perhitungan Kualitas Instrumen ......................................................136 Lampiran 6. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kemampuan Representasi.......139 Lampiran 7. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Peserta Didik .147 Lampiran 8. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Setiap Aspek Kemampuan Representasi...............................152 Lampiran 9. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Peserta Didik dalam Setiap Aspek Kemampuan Representasi pada Praktikum dengan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen...................154 Lampiran 10. Dokumentasi ..................................................................................155 Lampiran 11. Lembar Penyataan Validasi ...........................................................159 Lampiran 12. Lembar Penilaian Instrumen..........................................................160 Lampiran 13. Penjabaran Kriteria Penilaian Instrumen menjadi Indikator .........166 Lampiran 14. Lain-lain.........................................................................................189
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin bidang ilmu pengetahuan alam.
Sebagai sebuah ilmu pengetahuan alam, kajian-kajian dalam ilmu kimia bertujuan untuk memahami sifat dan perubahan materi di alam (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007). Materi dalam ilmu kimia dijelaskan pada level makroskopik dan submikroskopik dengan menggunakan analogi yang telah diketahui (Justi & Gilbert, 2002). Level submikroskopik merujuk pada level partikulat yang tidak terlihat. Perkembangan teknologi yang cepat dan canggih memberikan kesempatan untuk mempelajari kimia secara lebih baik dalam mempelajari suatu hal yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Dengan menggunakan komputer dan mikroskop khusus misalnya, kimiawan dapat menganalisis struktur atom dan molekul yang merupakan dasar dalam mempelajari kimia. Konsep dalam kimia bersifat abstrak dan membutuhkan penalaran abstrak (G. Demircioglu, H. Demircioglu, & Yadigaroglu, 2013) oleh karenanya seringkali divisualisasikan dalam bentuk model-model. Konsep abstrak biasanya memiliki contoh-contoh nyata yang lebih sedikit dibandingkan konsep konkret, dan contoh konsep abstrak mungkin sulit dipahami oleh peserta didik (Schunk, 2012) sehingga untuk memahami konsep abstrak dalam ilmu kimia diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Konsep kimia yang bersifat abstrak menyebabkan peserta
didik kesulitan dalam
memahami konsep kimia
(Demircioglu et al., 2013) karena peserta didik dituntut untuk mengkonstruksi hal
1
yang tidak dapat dilihat. Selain itu banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap peserta didik dalam waktu relatif terbatas menjadikan ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran sulit bagi peserta didik sehingga banyak yang gagal dalam belajar kimia (Suyanti, 2010). Konsep kimia yang bersifat abstrak dapat dipelajari melalui visualisasi dalam bentuk representasi kimia. Menurut Wu, Krajcik, dan Soloway (2001), representasi kimia merujuk pada berbagai jenis rumus, struktur, dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikan proses kimia dan entitas konseptual (seperti atom
dan
molekul).
Representasi
digunakan
untuk
menjelaskan
dan
mengkomunikasikan kecenderungan, struktur molekuler, model, dan sifat materi pada tingkat partikulat. Representasi ini merupakan sarana yang menghubungkan fenomena mikroskopik dan manifestasi makroskopiknya (Madden, Jones, & Rahm, 2011). Menurut Johnstone dalam Talanquer (2010) ilmu kimia dapat dipahami melalui tiga dimensi representasi kimia yaitu level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Ketiga level tersebut saling terkait satu sama lain. Becker, Stanford, Towns, dan Cole (2015) menyatakan bahwa untuk mengembangkan pemahaman konsep kimia dasar, peserta didik harus mampu menghubungkan pemahaman mereka pada level simbolik ke level makroskopik (pengamatan) dan submikroskopik. Berpikir dalam tiga level tersebut merupakan tuntutan disiplin ilmu kimia, yang membedakannya dengan disiplin ilmu yang lain (Tim pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).
2
Dalam mempelajari kimia, peserta didik dituntut memiliki kemampuan representasi untuk memahami ilmu kimia secara utuh. Menurut Kozma dan Russell dalam Madden et al. (2011), level kompetensi representasi kimia adalah sebagai berikut. a. Representasi adalah gambaran sederhana dari proses yang diamati. b. Beberapa elemen simbolik digunakan dalam representasi dari proses yang diamati. c. Representasi didasarkan pada entitas tak terlihat dan proses yang diamati. d. Sistem simbol formal digunakan dengan benar dan secara spontan untuk merepresentasikan entitas tak terlihat dan proses yang diamati. e. Sejumlah representasi yang digunakan dalam penjelasan reflektif dan retoris yang benar untuk menghubungkan antara proses diamati dan entitas tak terlihat. Kozma dan Russell mengatakan bahwa untuk dapat memahami konsep kimia kimia yang dalam dan utuh, peserta didik selain harus dapat menterjemahkan konsep menggunakan ketiga level representasi juga harus dapat menghubungkan antar ketiga level representasi tersebut (Ramnarain & Joseph, 2012). Seorang kimiawan melakukan pengamatan terhadap level makroskopik zat-zat kimia yang dikaji, merepresentasikannya dalam ungkapan simbolik, serta menginterpretasikan fenomena yang diamati tersebut dalam representasi submikroskopik (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007). Oleh karena itu, untuk dapat memahami suatu konsep kimia yang utuh, maka ketiga level representasi kimia tersebut harus diberikan atau disampaikan dalam proses
3
pembelajaran secara terintegrasi dan proporsional. Akan tetapi, pekerjaan berpindah-pindah di antara tiga level representasi ini seringkali dipandang sebagai penyebab kimia sebagai disiplin ilmu yang sukar dipahami (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007). Proses pembelajaran kimia harus saling menghubungkan ketiga level representasi tersebut. Namun peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami representasi submikroskopik dan simbolik karena kedua representasi ini tidak tampak dan abstrak (Demircioglu et al., 2013; Ramnarain & Joseph, 2012; Wu et al.,
2001).
Peserta
didik
cenderung
hanya
menghafalkan
representasi
submikroskopik dan simbolik yang bersifat abstrak (dalam bentuk deskripsi katakata) akibatnya peserta didik tidak mampu membayangkan bagaimana proses dan struktur dari suatu zat yang mengalami reaksi. Sementara Buntine et al. (2007) dan Talanquer (2011) berpendapat bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam menghubungkan level molekuler (submikroskopik) dan level makroskopik dari representasi suatu materi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik tidak dapat menghubungkan antarlevel representasi terutama yang berhubungan dengan level submikroskopik. Kemampuan representasi memiliki peran penting dalam mempelajari ilmu kimia. Kemampuan representasi kimia merupakan sarana peserta didik dalam menyelesaikan masalah kimia (Strickland, Kraft, & Bhattacharyya, 2010; Madden et al., 2011). Pada dasarnya pemecahan masalah mempunyai dua langkah, yaitu representasi masalah dan menyelesaikan masalah. Menurut Schunk (2012) representasi
merupakan
langkah
pertama
4
dalam
pemecahan
masalah.
Representasi masalah yang sesuai adalah dasar untuk memahami masalah dan membuat suatu rencana
untuk memecahkan masalah. Peserta didik yang
mempunyai kesulitan dalam merepresentasikan masalah kimia akan memiliki kesulitan dalam melakukan pemecahan masalah. Kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah tidak tergantung pada pengumpulan fakta yang lebih banyak atau langkah hafalan, tetapi praktik keterampilan representasi (Fan, 2015). Dalam jangka panjang, integrasi representasi simbolik, verbal, dan grafik dapat membantu peserta didik dalam memahami suatu konsep dengan cara yang berbeda dan pemahaman ini dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah baru. Namun, peserta didik mengalami kesulitan dalam merepresentasikan masalah kimia yang abstrak. Peserta didik cenderung hanya menghafalkan konsep-konsep abstrak yang menyebabkan kesulitan dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran kimia penting untuk menghubungkan teori (disajikan dalam buku teks dan proses pembelajaran di kelas) dan praktik dengan kegiatan laboratorium dan tugas pemecahan masalah (Figueiredo, Esteves, Neves, & Vicente, 2016). Ilmu kimia yang bersifat abstrak akan lebih mudah dipahami dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata atau bersifat konkrit. Salah satu kegiatan nyata yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran adalah praktikum di laboratorium. Metode praktikum memberikan kesempatan peserta didik untuk mempraktekkan dan membuktikan secara langsung konsep yang sedang dipelajari. Menurut Hegarty-Hazel dalam Buntine
5
et al. (2007) kerja laboratorium yang baik akan menyediakan lingkungan belajar dimana peserta didik dapat menghubungkan antara konsep-konsep teoritis dan pengamatan eksperimental. Materi kimia bersifat sangat konseptual dan peserta didik kesulitan untuk menghubungkan penjelasan tingkat molekuler pada kejadian makroskopik dalam fenomena sehari-hari. Para ahli percaya bahwa aktivitas laboratorium diperlukan peserta didik untuk mengamati fenomena makroskopik, mengkonstruksi representasi
simbolik
dan
menjelaskan
kecenderungan
data
dengan
mengkoordinasi melalui level representasi (Becker at al., 2015). Pekerjaan laboratorium merupakan bagian integral menjembatani kesenjangan antara tingkat molekuler dan makroskopik kimia (Buntine et al., 2007) sehingga kemampuan representasi dalam praktikum perlu diperhatikan. Selain itu menurut Becker et al. (2015) kegiatan laboratorium juga dapat memberikan peserta didik sedikit dukungan
penalaran
dengan
representasi
makroskopik,
simbolik,
dan
submikroskopik. Jika peserta didik dapat menghubungkan level makroskopik yang diamati dengan konsep pada level submikroskopik dan simbolik maka peserta didik dapat memahami konsep kimia secara utuh. Demircioglu et al. (2010) dan van Driel (2002) mengatakan bahwa salah satu konsep kimia yang sulit dipahami peserta didik adalah materi kesetimbangan kimia. Topik kesetimbangan kimia yang berhubungan dengan reaksi kimia, stoikiometri dan kinetika yang bersifat mikro menjadi topik yang abstrak bagi peserta didik. Dalam materi ini diperlukan representasi yang dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep kesetimbangan kimia (Wu, 2001).
6
Kegiatan praktikum sering dilakukan untuk memperdalam pemahaman konsep pada materi kesetimbangan kimia. Akan tetapi dalam kegiatan praktikum kimia cenderung hanya ditekankan pada pengamatan saja tanpa memperhatikan konsep pada level simbolik dan submikroskopik. Akibat dari tidak terhubungnya antar representasi makroskopik, simbolik, dan submikroskopik pada konsep materi kesetimbangan kimia yang dipraktikumkan menyebabkan pemahaman peserta didik terhadap praktikum yang dilakukan tidak utuh. Kemampuan representasi praktikum kimia pada materi kesetimbangan kimia ini perlu dianalisis sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan representasi praktikum peserta didik dan kesalahan dalam representasi kimia. Dengan demikian akan mempermudah dalam
menentukan
cara
untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan representasi peserta didik pada praktikum sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep kimia secara utuh. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap penilaian kemampuan representasi dalam praktikum kimia yang berjudul “Analisis Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Praktikum Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran 2016/2017.
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
maka
dapat
diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut: a. Sebagian konsep kimia bersifat abstrak sehingga peserta didik kesulitan dalam memahami materi kimia.
7
b. Kemampuan representasi kimia sangat penting dalam pemahaman materi kimia dan dalam memecahkan masalah kimia. c. Pekerjaan berpindah-pindah di antara level representasi makroskopik, simbolik, dan submikroskopik menyebabkan kimia sukar dipahami. d. Peserta didik tidak dapat menghubungkan antarlevel representasi terutama yang berhubungan dengan level submikroskopik. e. Praktikum kimia merupakan bagian integral yang menjembatani kesenjangan antara tingkat molekuler dan makroskopik kimia. f. Kesetimbangan kimia termasuk materi yang abstrak dan memiliki konsep yang rumit. g. Pelaksanaan praktikum yang kurang menekankan representatif pada materi kesetimbangan kimia. C.
Pembatasan Masalah Permasalahan yang dikaji dan diidentifikasi dalam penelitian deskriptif ini
cukup banyak dan luas sehingga permasalahan yang ada perlu dibatasi pada: a. Subjek yang diteliti yaitu peserta didik kelas XI SMAN 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017 b. Materi praktikum mengenai kesetimbangan kimia dan berjumlah 4 praktikum c. Kemampuan representasi praktikum diperoleh dari hasil jawaban peserta didik setelah mengikuti praktikum d. Soal-soal setelah praktikum diintegrasikan dengan representasi makroskopik, simbolik, dan submikroskopik
8
D.
Rumusan Masalah Masalah ini dapat disajikan lebih rinci menjadi beberapa sub masalah
sebagai berikut. a. Bagaimana kemampuan representasi peserta didik pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik, praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan, praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah, dan praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017? b. Bagaimana
persentase
kemampuan
representasi
peserta
makroskopik, simbolik, dan submikroskopik pada
didik
level
praktikum materi
kesetimbangan kimia kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017? c. Bagaimana kemampuan representasi peserta didik pada praktikum dengan metode demonstrasi dan metode eksperimen dalam materi kesetimbangan kimia kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017? E.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut. a. Mengetahui kemampuan representasi peserta didik pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik, praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan, praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah, dan praktikum pengaruh pengenceran terhadap
9
pergeseran arah kesetimbangan kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017. b. Mengetahui
persentase
kemampuan
representasi
peserta
makroskopik, simbolik, dan submikroskopik pada
didik
level
praktikum materi
kesetimbangan kimia kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017. c. Mengetahui kemampuan representasi peserta didik pada praktikum dengan metode demonstrasi dan metode eksperimen dalam materi kesetimbangan kimia kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017. F.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
Bagi Peneliti: a. Memperoleh informasi mengenai kemampuan representasi kimia pada praktikum materi kesetimbangan kimia peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017. b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut yang relevan dengan penelitian ini. Bagi Guru: a. Membantu guru mengidentifikasi kemampuan representasi pada praktikum materi kesetimbangan kimia peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017 pada masing-masing level.
10
b. Guru dapat menyusun model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan representasi materi kesetimbangan kimia peserta didik. Bagi umum: a. Memberikan informasi bagi kalangan umum mengenai kemampuan representasi kimia pada praktikum materi kesetimbangan kimia peserta didik SMA Negeri 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017. b. Memberikan ide-ide baru dalam mengembangkan media/model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan representasi pada praktikum materi kesetimbangan kimia melalui penelitian inovatif.
11
BAB II TINJAUAN TEORI A.
Deskripsi Teori
1.
Ilmu Kimia Ilmu kimia termasuk dalam rumpun ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sehingga ilmu kimia memiliki karakteristik yang sama dengan IPA. Ilmu kimia mempelajari zat dan sifat-sifatnya, perubahan yang dialami zat tersebut, dan energi yang berhubungan dengan perubahan tersebut (Silberberg, 2010). Menurut Chang (2010), kimia sering disebut sebagai pusat ilmu sains karena pengetahuan dasar kimia merupakan esensial bagi peserta didik yang mempelajari biologi, fisika, geologi, ekologi, dan subjek yang lainnya. Chang (2010) menyebutkan ada tiga level dalam belajar kimia yang saling berhubungan, yaitu observasi, representasi, dan interpretasi yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Observasi
Representasi
Interpretasi
Gambar 1. Hubungan Observasi, Representasi, dan Interpretasi Observasi berkaitan dengan peristiwa di dunia makroskopik, sedangkan atom dan molekul merupakan dunia mikroskopik. Representasi merupakan singkatan ilmiah untuk menjelaskan/mendeskripsikan sebuah percobaan dalam simbol-simbol dan persamaan kimia. Kimiawan menggunakan pengetahuan mereka tentang atom dan molekul untuk menjelaskan fenomena yang diamati.
12
Menurut Middlecamp dan Kean (1985), kimia mempunyai beberapa ciri, yaitu: a. Sebagian besar kimia bersifat abstrak. Atom, molekul, elektron, kesetimbangan kimia merupakan beberapa ciri khas kimia yang tidak nampak dan perlu dibayangkan untuk dapat memahaminya tanpa mengalaminya secara langsung. b. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya. Kebanyakan objek yang ada di dunia ini merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar segala sesuatunya mudah dipelajari, maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, di mana zat-zat dianggap murni atau hanya mengandung dua atau tiga zat saja. Dalam penyederhanaanya diperlukan pemikiran dan pendekatan tertentu agar peserta didik tidak mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan. c. Materi kimia sifatnya berurutan dan berkembang dengan cepat. Seringkali topik-topik kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu. Misalnya, peserta didik tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk membentuk molekul jika atom dan karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu. Di samping itu, perkembangan ilmu kimia sangat cepat, seperti pada bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa genetika, kloning, dan sebagainya. Hal ini menuntut semua untuk lebih cepat tanggap dan selektif. d. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal. Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik) merupakan bagian yang begitu penting dalam mempelajari kimia, sehingga
13
diperlukan bab mengenai subjek ini. Selain itu juga diperlukan dalam mempelajari deskripsi fakta kimia, peristilahan khusus, dan aturan-aturan kimia. Kimia seringkali dipandang sebagai disiplin ilmu yang sulit dipahami. Salah satu alasan kimia sulit dipahami yaitu konsep kimia yang bersifat abstrak (Demircioglu et al., 2013) sedangkan menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007) persoalan besar yang menyebabkan kimia sulit dipelajari adalah: a. Karakter pengetahuannya yang abstrak karena membicarakan entitas yang mikroskopik seperti atom, molekul, ikatan, dan struktur. b. Berbicara dengan simbol-simbol (persamaan reaksi, notasi-notasi, formula). c. Meminta peserta didik untuk melakukan perpindahan domain berpikir dari pengamatan terhadap fenomena makroskopik (perubahan-perubahan yang teramati), serta menafsirkan fenomena-fenomena makroskopik tersebut dengan teori-teori yang abstrak (submikroskopik) dan merepresentasikan fenomena itu secara simbolik. 2.
Pembelajaran Kimia Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Menurut Sugihartono, Fathiyah, Setiawati, Harahap, dan Nurhayati (2013) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Menurut Sugihartono dkk. (2013) belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
14
a. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional b. Perubahan bersifat positif dan aktif c. Perubahan bersifat permanen d. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan peserta didik berupa pemberian pengalaman belajar peserta didik yang direncanakan guru untuk membangun pengetahuan baru dan mengaplikasikannya sehingga dalam pembelajaran kimia, pengalaman belajar dan pengetahuan baru yang dibangun berisi tentang ilmu kimia. Kriteria-kriteria dalam pembelajaran yaitu, pembelajaran melibatkan perubahan, bertahan lama seiring dengan waktu, dan terjadi melalui pengalaman (Schunk, 2012). Menurut Justi & Gilbert (2002) belajar kimia melibatkan: (i) untuk mengetahui model utama yang sudah dikemukakan oleh kimiawan, seperti model bidang dan limit, (ii) mengapresiasi peran model dalam akreditasi dan penyebaran produk dalam penyelidikan kimia, dan (iii) menciptakan dan mencoba produk model kimia baik secara
individu dan/ atau kelompok. Oleh karena itu,
pemahaman yang komprehensif tentang model dan pemodelan sangat penting dalam pembelajaran kimia. Melalui belajar kimia, peserta didik dituntut dapat mengasimilasi konsep baru dengan konsep lama yang telah ada dalam strukur kognitif agar peserta didik dapat memecahkan masalah kimia. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007) mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
15
a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. c. Memperoleh pengalaman dalam percobaan
menerapkan metode
imiah
melalui
atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian
hipotesis dengan merancang percobaan,
pengambilan, pengolahan dan
penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya
mengelola
dan
melestarikan
lingkungan
demi
kesejahteraan manusia. e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan seharihari dan teknologi. Secara jelas tujuan pendidikan kimia di Indonesia bukan hanya terfokus pada penanaman pengetahuan kimia, sebagaimana masih banyak dipahami oleh banyak praktisi pendidikan saat ini, melainkan jauh lebih luas dari ini. Pendidikan kimia juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan metode ilmiah, membentuk sikap positif terhadap ilmu kimia, serta memahami dampak lingkungan dan sosial dari ilmu kimia. Keseluruhan tujuan pendidikan kimia perlu menjadi arah implementasi pendidikan kimia di sekolah (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).
16
3.
Representasi kimia Representasi memainkan peran penting dalam kimia. Representasi kimia
digunakan dalam pekerjaan sehari-hari seperti diagram, struktur, persamaan aljabar, grafik, tabel data, dan persamaan kimia (Madden et al., 2011). Pemahaman
seseorang
mentransfer
dan
terhadap kimia
menghubungkan
ditunjukkan
antara fenomena
oleh kemampuannya makroskopik,
dunia
submiskroskopik dan representasi simbolik. Peserta didik yang dapat berpikir berpindah-pindah diantara representasi alternatif, seperti sketsa, grafik, dan persamaan matematika dan kimia menunjukkan pemikiran tingkat tinggi pada pemahaman sains (Madden et al., 2011). Kozma dan Russell dalam Madden et al. (2011) menyebutkan ada tujuh kompetensi representasi dasar yang diperlukan dalam praktis kimia. Untuk menguasai kimia, seorang peserta didik harus dapat: a. Menggunakan representasi untuk menghubungkan tingkat makroskopik dan tingkat molekuler kimia. b. Menggenerasikan atau memilih suatu representasi dan menjelaskan mengapa representasi tersebut sesuai untuk tujuan tertentu. c. Mengidentifikasi dan menganalisis pola-pola fitur-fitur representasi (seperti: perilaku molekul dalam suatu animasi). d. Mendeskripsikan representasi yang berbeda menyatakan hal yang sama dengan cara yang berbeda atau digunakan untuk menekankan fitur berbeda. e. Menghubungkan berbagai representasi dengan menunjukkan bagaimana mereka berhubungan, dan menjelaskan hubungan diantaranya.
17
f. Memahami bahwa representasi sesuai tetapi berbeda dari fenomena yang diamati. g. Menggunakan representasi dan fitur-fiturnya sebagai bukti untuk mendukung klaim, menarik kesimpulan, dan membuat prediksi tentang fenomena kimia yang diobservasi. Hasil penelitian Prain dan Tytler (2013) menunjukkan bahwa representasi dapat berfungsi dalam banyak cara. Representasi dapat dipahami sebagai proses yang spekulatif, dinamis, dan interaktif, sebagaimana dasar perseptual untuk membayangkan, visualisasi, memcoba, konfirmasi dan penalaran. Representasi dapat berfungsi sebagai penegasan untuk membuktikan suatu fenomena kimia. Representasi juga dapat menjadi produk atau hasil dari model mental internal, atau skema, atau pemikiran eksternal. Selain itu, representasi berfungsi sebagai alat untuk membayangkan dan mengkoordinasi dimensi yang berbeda, tujuan dan konteks. Representasi selalu parsial, selektif, sarat nilai, perspektif, dan menawarkan ringkasan, dan selalu tergantung dari referensi yang digunakan. Menurut Johnstone dalam Talanquer (2016) serta Candrasegaran dalam Ramnarain dan Joseph (2012) ilmu kimia dapat dipahami melalui tiga dimensi representasi kimia yaitu level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Ketiga level tersebut saling terkait satu sama lain. Adapun deskripsi level-level representasi kimia adalah sebagai berikut. a. Representasi makroskopik merupakan representasi kimia yang diperoleh melalui pengamatan nyata (tangible) dan fenomena yang dapat dilihat (visible) dan persepsi oleh panca indra (sensory level), baik secara langsung maupun
18
tak langsung. Perolehan pengamatan itu dapat melalui pengamatan sehari-hari maupun penyelidikan di laboratorium secara aktual. Contohnya: terjadinya perubahan warna, suhu, pH larutan, pembentukan gas dan endapan yang dapat diobservasi ketika suatu reaksi berlangsung. b. Representasi submikroskopik merupakan representasi kimia yang menjelaskan mengenai struktur dan proses pada level partikel (atom, molekul, dan ion) terhadap
fenomena
makroskopik
yang
diamati.
Penggunaan
istilah
submikroskopik merujuk pada level ukuran yang direpresentasikan lebih kecil dari nanoskopik. Operasi pada level submikroskopik memerlukan kemampuan berimajinasi dan memvisualisasikan. Model representasi pada level ini dapat diekspresikan mulai dari yang sederhana hingga menggunakan teknologi komputer, contohnya model tiga dimensi baik diam maupun bergerak (animasi). c. Representasi simbolik yaitu representasi kimia secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu simbol kimia, rumus kimia dan persamaan reaksi, diagram, stoikiometri dan perhitungan matematik. Representasi simbolik bertindak sebagai bahasa persamaan kimia sehingga terdapat aturan-aturan yang harus diikuti. Level representasi simbolik mencakup semua abstraksi kualitatif yang digunakan untuk menyajikan setiap item pada level submikroskopik. 4.
Praktikum Kimia Dalam pembelajaran kimia peserta didik dituntut untuk aktif untuk dapat
memahami konsep abstrak yang terdapat dalam materi kimia dengan melakukan berbagai kegiatan langsung. Kegiatan langsung tersebut dapat dilakukan dengan
19
kegiatan kerja laboratorium atau praktikum. Kegiatan laboratorium ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan membuktikan secara langsung suatu konsep yang
sedang dipelajari. Metode
praktikum di laboratorium dapat membantu peserta didik dalam memahami suatu konsep kimia dan memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik tertarik mempelajarinya. Kegiatan laboratorium memiliki peran penting dalam pembelajaran kimia, karena di dalamnya memuat banyak keahlian termasuk observasi, diskusi, mengumpulkan data yang tidak dapat dikembangkan dalam pembelajaran teori (Figuerido et al., 2016). Menurut Buntine et al. (2006) kerja laboratorium merupakan bagian integral yang mampu menjembatani kesenjangan antara tingkat molekuler dan makroskopik kimia. Kerja laboratorium harus menyediakan akses ke praktik ilmu yang menyangkut konsep empiris dan representasional. Melalui
metode
praktikum, peserta didik memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang materi kimia secara empiris. Hal ini karena pembelajaran kimia tidak hanya dipelajari secara teoritis, tetapi disertai dengan pengalaman nyata melalui praktikum sehingga peserta didik dapat melakukan pembuktian terhadap berbagai konsep dan teori yang dipelajari di kelas. Ilmu kimia merupakan ilmu yang berlandaskan pada percobaan. Oleh karena itu pembelajaran kimia di sekolah harus disertai dengan pekerjaan laboratorium. Menurut Achmad (2015) praktikum merupakan bagian penting dalam pembelajaran kimia karena merupan penghubung antara: a. apresiasi level estetika dari ilmu kimia,
20
b. membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia, c. mengenal dengan baik zat-zat yang umum dan reaksinya, d. mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak. Dalam hal tertentu, praktikum digunakan untuk melihat persoalan dan mengembangkan pola, konsep dan teori, bukan mengilustrasikan teori yang sudah diajarkan. Dari kegiatan praktikum tersebut diharapkan peserta didik dapat menghubungkan fenomena yang terjadi dalam percobaan dengan konsep kimia yang sifatnya abstrak. Sastrawijaya (1988) membagi kegiatan praktikum kimia menjadi beberapa macam, yaitu eksperimen oleh peserta didik, eksperimen yang didemonstrasikan kepada peserta didik, eksperimen yang tidak ditunjukkan secara langsung tetapi melalui alat peraga, dan eksperimen yang hanya diceritakan oleh pendidik atau buku. Di sisi lain, menurut Figuiredo et al. (2016) kegiatan praktikum dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu demonstrasi, percobaan mengikuti resep, dan percobaan dengan membuat resep sendiri. Praktikum yang memiliki peranan paling sedikit bagi peserta didik adalah demonstrasi karena dilakukan oleh guru. Pada metode ini peserta didik pasif sehingga sedikit memberikan pembelajaran potensial bagi peserta didik. Metode yang kedua yaitu peserta didik melakukan percobaan sendiri dengan mengikuti langkah-langkah pada petunjuk percobaan yang telah disediakan. Beberapa peserta didik hanya melakukan langkah-langkah percobaan tanpa mengembangkan berpikir saintifik. Sementara pada metode ketiga, peserta didik melakukan percobaan berdasarkan petunjuk yang mereka buat sendiri
21
dibawah bimbingan guru. Kerja lab ini berdasar pada konstruktivisme yang sangat berperan dalam meningkatkan prestasi, motivasi, dan sikap ilmiah. Perbedaan antara metode eksperimen (percobaan sendiri) dengan metode demonstrasi diantaranya pada metode demonstrasi tiap percobaan tidak dilakukan oleh setiap peserta didik tapi oleh guru, satu atau dua peserta didik, dan yang lain sebagai pengamat (Arifin, 2005). Metode eksperimen maupun demonstrasi memiliki keuntungannya masing-masing. Menurut Arifin (2005), keuntungan penggunaan metode eksperimen sebagai berikut. a. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa. b. Peserta didik dapat mengamati proses dan memperoleh pengetahuan episode. c. Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan inkuiri. d. Peserta didik dapat mengembangkan sikap ilmiah. e. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Menurut Arifin (2005), kelebihan dari metode demonstrasi adalah: a. Dapat menunjukkan proses suatu peristiwa tetapi alat dan bahan tidak banyak digunakan. b. Interaksi dua arah dalam pembelajaran lebih positif karena hal-hal yang kurang jelas mendapat kesempatan yang lebih luas untuk didiskusikan. 5.
Hasil belajar Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai
dengan penguasaan bahan pelajaran yang diwujudkan dalam bentuk hasil belajar
22
dengan nilai yang tinggi. Menurut John B. Caroll (Sugihartono dkk., 2013) hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa hal berikut. a. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan. b. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran. c. Bakat yang dimiliki peserta didik. d. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran e. Kemampuan peserta didik untuk mendapat manfaat yang optimal dari keseluruhan proses pemebelajaran yang sedang dihadapi. Dalam proses pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik. Namun kenyataannya dalam proses pembelajaran sering dijumpai peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Sugihartono dkk. (2013) faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dibagi menjadi faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik (faktor internal) dan faktor dari luar diri peserta didik (faktor eksternal). Faktor internal meliputi: kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
23
Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, umumnya kimia diyakini sebagai pelajaran yang lebih sulit, setidaknya pada tingkat dasar. Salah satu alasannya karena kimia memiliki kosakata yang sangat khusus yang tidak dapat dibahasakan seperti bahasa yang digunakan sehari-hari. Selain itu tujuan belajar kimia yaitu agar dapat berpikir seperti ahli kimia, melihat hal yang makroskopik yang dapat dilihat, disentuh, dan diukur langsung serta dapat memvisualisasikan partikel dan peristiwa mikroskopik yang tidak dapat dialami tanpa teknologi modern dan imajinasi (Chang, 2010). Kegiatan memvisualisasikan hal yang bersifat mikroskopik inilah yang membuat peserta didik kesulitan dalam memahami ilmu kimia. 6.
Kesetimbangan kimia Berdasarkan kurikulum 2013, materi kesetimbangan kimia dipelajari di
kelas XI semester 1 SMA. Kesetimbangan kimia merupakan salah satu konsep terorganisir dalam pembelajran kimia, baik pada pendidikan menengah maupun yang lebih tinggi (van Driel & Graber, 2002). Submateri pada kesetimbangan kimia yaitu kesetimbangan dinamis, pergeseran arah kesetimbangan, dan tetapan kesetimbangan (Kc dan Kp). Namun faktanya kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi abstrak yang sulit dipahami peserta didik (van Driel & Graber, 2002). Untuk memahami kesetimbangan kimia perlu pemahaman dan penggunaan konsep spesifik dan abstrak yang penting dalam memahami kesulitan belajar peserta didik misalnya reaksi kimia, stoikiometri dan kinetika. Pada materi kesetimbangan kimia ini diperlukan visualisasi dalam bentuk representasi untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi ini.
24
Kesetimbangan kimia menunjukkan reversibilitas reaksi kimia dan memungkinkan reaksi kimia yang berlangsung terus menerus. Kesetimbangan kimia merupakan reaksi dinamis pada level mikroskopik sedangkan pada level makroskpik tidak terlihat perubahan. Peserta didik sulit memahami mengenai kesetimbangan kimia karena pada awalnya mereka menyadari bahwa semua reaksi kimia berlangsung hanya dalam satu arah dan akan berhenti jika salah satu reaktan habis (Quilez, 2004). Pada materi kesetimbangan kimia untuk memperdalam pemahaman konsep yang bersifat mendalam dan bertahan lama secara konstruktif tidak bersifat hafalan dapat dilakukan dengan beberapa praktikum (Quilez, 2004). Praktikum
dapat
digunakan
untuk
memahami
konsep
abstrak
dengan
menjembatani tingkat makroskopik dengan tingkat mikroskopik. Penguasaan konsep dalam praktikum dapat dilihat dari kemampuan ketiga level representasi dalam praktikum tersebut. Kesetimbangan kimia merupakan reaksi dimana laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri) serta konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu (Chang, 2010). Reaksi kesetimbangan ditandai dengan panah bolak-balik yang menunjukkan reaksi reversible. Kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis dalam level molekuler dan tidak dapat diamati perubahannya karena laju ke kanan sama dengan laju ke kiri. Salah satu reaksi kesetimbangan yaitu reaksi yang melibatkan NO2 dan N2O4. N2O4 (g) (tak berwarna)
25
2NO2 (g) (cokelat)
Ketika sejumlah tertentu N2O4 dimasukkan ke dalam labu kosong, warna cokelat muda akan segera terlihat yang mengindikasikan pembentukan molekul NO2. Warna cokelat akan semakin tua dengan terus berlangsungnya penguraian N2O4 sampai akhirnya tercapai kesetimbangan. Setelah itu, tidak terlihat lagi perubahan warna (Chang, 2010). Pada temperatur tertentu, ketika sistem mencapai kesetimbangan, konsentrasi produk dan reaktan konstan sehingga rasionya pasti memiliki nilai yang konstan.
Nilai dari perbandingan konsentrasi produk dan reaktan pada
kesetimbangan di mana tiap konsentrasi dipangkatkan koefisien reaksinya dinamakan konstanta kesetimbangan (Kc). Misalkan pada persamaan reaksi kesetimbangan berikut: aA + bB
cD + dD
di mana a, b, c, dan d adalah koefisien stoikiometri untuk spesi A, B, C, dan D. Konstanta kesetimbangan untuk reaksi pada suhu tertentu adalah: [C]c [D]d
𝐾𝑐 = [A]a [B]b
(2.1)
Konstanta kesetimbangan (Kc) di atas didasarkan pada konsentrasi produk dan reaktan pada fasa larutan (aq) dan gas (g). Akan tetapi untuk konsentrasi suatu padatan, seperti densitas, merupakan sifat yang intensif dan tidak tergantung pada banyaknya zat yang ada sehingga konsentrasi suatu padatan (s) selalu konstan dan tidak dicantumkan dalam persamaan kesetimbangan. Macam-macam reaksi kesetimbangan berdasar wujud zat yang turut dalam reaksi setimbang dibedakan menjadi dua, yaitu reaksi kesetimbangan homogen
26
dan reaksi kesetimbangan heterogen. Kesetimbagan homogen berlaku untuk reaksi yang semua spesi bereaksinya berada pada spesi yang sama. Kesetimbangan heterogen merupakan reaksi reversible yang melibatkan reaktan dan produk yang fasanya berbeda (Chang, 2010). Suatu sistem dalam keadaan setimbang cenderung mempertahankan kesetimbangannya, sehingga jika ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut akan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan lagi. Dalam hal ini dikenal dengan Asas Le Chatelier, yaitu jika dalam suatu sistem kesetimbangan diberikan aksi dari luar, maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu sekecil mungkin. Beberapa aksi yang dapat menimbulkan pergeseran pada sistem kesetimbangan antara lain perubahan konsentrasi, perubahan volum, perubahan tekanan, dan perubahan suhu. a. Perubahan konsentrasi Jika konsentrasi salah satu komponen ditambah, maka sistem akan melakukan reaksi untuk mengurangi sebagian konsentrasi zat yang ditambahkan. Jika konsentrasi suatu komponen dikurangi, maka sistem akan melakukan reaksi untuk memproduksi sebagian konsentrasi zat yang dikurangi. Contohnya pada reaksi kesetimbangan berikut: PCl3(g) + Cl2(g)
PCl5(g)
Ketika konsentrasi Cl2 ditambahkan maka konsentarasinya akan melonjak naik kemudian sebagian yang ditambahkan akan bereaksi dengan sebagian PCl 3 untuk membentuk lebih banyak PCl5. Setelah selang beberapa waktu,
27
kesetimbangan akan terbentuk kembali dengan konsentrasi baru tetapi dengan Kc sama seperti semula seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh Penambahan Cl2 pada Sistem PCl3-Cl2-PCl5 (Silberberg, 2010) Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketika konsentrasi zat pereaksi ditambah, kesetimbangan akan bergeser ke arah zat hasil, jika konsentrasi zat pereaksi dikurangi, kesetimbangan bergeser ke arah zat pereaksi. b. Perubahan suhu Jika suhu reaksi dinaikkan (kalor bertambah), maka sistem akan menyerap kalor tersebut dan kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm. Jika suhu reaksi diturunkan (kalor berkurang), maka sistem akan melepas kalor tersebut dan kesetimbangan akan bergeser ke reaksi eksoterm. c. Perubahan tekanan/volume Jika tekanan dinaikkan/volume diturunkan, kesetimbangan bergeser ke arah jumlah koefisien terkecil. Jika tekanan diturunkan/volume dinaikkan,
28
kesetimbangan bergeser ke arah jumlah koefisien terbesar. Misal untuk reaksi kesetimbangan gas
pada skala mikroskopik, pengaruh
tekanan dijelaskan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh Tekanan (Volum) pada Sistem Kesetimbangan (Silberberg, 2010) Berdasarkan Gambar 3, pada kenaikan tekanan (kanan) atau penurunan volum, reaksi akan bergeser ke kanan untuk mengurangi jumlah molekul. Penurunan tekanan (kiri) atau kenaikan volum, reaksi akan bergeser ke kiri untuk membentuk molekul lebih banyak. B.
Penelitian Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Ika Nila Lestari (2014) Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Multi Representasi Pembelajaran Kimia pada Materi Ikatan Kimia Kelas X di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan hasil prestasi yang signifikan antara peserta didik yang diberikan soal dengan menggunakan metode multirepresentasi dengan peserta didik yang diberikan soal umum dan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian soal dengan menggunakan metode multirepresentasi pada kelas eksperimen terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah multi representasi dengan soal
29
bergambar. Penilaian dilakukan oleh 34 orang peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa soal dengan metode multirepresentasi memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi belajar peserta didik. Semakin tinggi motivasi belajar peserta didik, maka semakin tinggi pula hasil prestasi belajar peserta didik tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Putu Indrayani (2013) Pendidikan KimiaPascasarjana Universitas Negeri Malang dengan judul “Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik Titrasi Asam-Basa Peserta didik Kelas XI IPA SMA serta Upaya Perbaikannya dengan Pendekatan Mikroskopik”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman makroskopik, mikroskopik dan simbolik peserta didik; (2) kesalahan pemahaman makroskopik, mikroskopik dan simbolik peserta didik; (3) keefektifan pendekatan mikroskopik sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal makroskopik, simbolik dan mikroskopik pada materi titrasi asam-basa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan rancangan penelitian eksperimen semu. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. (1) Tingkat pemahaman makroskopik peserta didik adalah tinggi, sedangkan tingkat pemahaman simbolik dan mikroskopik peserta didik adalah sangat rendah. (2) Kesalahan pemahaman makroskopik yang teridentifikasi adalah peserta didik tidak memahami bahwa warna yang ditunjukkan oleh indikator berhubungan dengan sifat larutan. Kesalahan pemahaman simbolik yang teridentifikasi adalah peserta didik tidak dapat menulis reaksi ionisasi dan peserta didik tidak dapat memilih rumus yang
30
digunakan untuk menghitung pH larutan. Kesalahan pemahaman mikroskopik yang teridentifikasi adalah peserta didik tidak dapat memberikan gambaran mikroskopik dari larutan asam kuat, basa kuat, asam lemah, basa lemah, dan larutan garam karena mereka tidak memahami ionisasi yang terjadi. C.
Kerangka Berpikir Konsep-konsep dalam ilmu kimia sebagian besar berupa konsep abstrak
yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami ilmu kimia. Konsep abstrak ini harus divisualisasi terlebih dahulu untuk memudahkan dalam memahami konsep kimia. Visualisasi konsep abstrak dilakukan dengan adanya representasi kimia. Representasi kimia terbagi menjadi tiga level, yaitu level makroskopik untuk peristiwa/kejadian yang dapat dilihat secara nyata, level submikroskopik menjelaskan dan mengeksplanasi mengenai struktur dan proses pada level partikel (atom/molekuler) terhadap fenomena makroskopik yang diamati, dan representasi simbolik berisi rumus kimia, diagra m, gambar, persamaan reaksi, stoikiometri dan perhitungan matematik. Representasi kimia memainkan peran penting dalam pembelajaran kimia, terutama konsep abstrak. Peserta didik yang memiliki kemampuan representasi tinggi akan lebih cepat dalam memahami dan menguasai konsep kimia. Beberapa penelitian menyebutkan kemampuan representasi kimia peserta didik pada level submikroskopik dan simbolik masih tergolong rendah. Praktikum kimia dapat digunakan untuk memahami konsep yang bersifat abstrak dengan kegiatan langsung. Praktikum kimia merupakan bagian integral yang mampu menjembatani kesenjangan antara tingkat molekuler dan
31
makroskopik kimia. Dengan praktikum peserta didik diharapkan dapat memvisualisasikan tingkat mikroskopik dari fenomena makroskopik yang diamati dalam kegiatan praktikum. Representasi dalam praktikum kimia sangat menentukan tingkat pemahaman kimia peserta didik secara utuh. Praktikum dalam penelitian ini dibagi menjadi dua metode, yaitu demonstrasi dimana yang percobaan dilakukan oleh peneliti dan eksperimen dimana yang percobaan dilakukan oleh peserta didik dengan mengikuti lembar petunjuk praktikum yang telah disediakan. Salah
satu
konsep
abstrak
yaitu
kesetimbangan
kimia.
Materi
kesetimbangan kimia yang berhubungan dengan reaksi kimia, stoikiometri dan kinetika yang bersifat mikro menjadi topik yang abstrak bagi peserta didik, selain itu kesetimbangan kimia mempunyai konsep yang rumit. Dalam praktikum kesetimbangan
kimia
ini
diperlukan
kemampuan
representasi
untuk
memvisualisasikan konsep kesetimbangan kimia yang abstrak sehingga mudah dibayangkan. Kemampuan representasi praktikum kimia perlu dianalisis untuk mengetahui cara yang tepat dalam memperbaiki kemmapuan representasi representasi. Representasi praktikum kimia baik metode demonstrasi maupun metode
eksperimen
akan memudahkan peserta
didik dalam menuntun
menemukan/membuktikan konsep berdasarkan apa yang diamati ketika praktikum ke tingkat submikroskopiknya. Dengan representasi, konsep kimia pada kegiatan praktikum dapat dipahami secara utuh mulai dari level makroskopik, simbolik,
32
hingga submikroskopik. Kemampuan representasi praktikum yang salah akan menyebabkan salah konsep/miskonsepsi. Kemampuan representasi praktikum kimia dapat diukur menggunakan instrumen soal kemampuan representasi
setelah praktikum yang berupa soal
uraian yang memuat ketiga level representasi kimia. Persentase tinggi rendahnya kebenaran peserta didik dalam menjawab pertanyaan pada test hasil belajar akan menunjukkan tinggi rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan representasi yang dimiliki peserta didik. Persentase kebenaran yang tinggi menunjukkan kemampuan representasi praktikum kimia yang dimiliki peserta didik yang tinggi. Sebaliknya jika persentase kebenaran yang rendah menunjukkan kemampuan representasi praktikum kimia yang dimiliki peserta didik rendah. Untuk mengetahui cara-cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan representasi praktikum kimia yang dimikili peserta didik maka perlu adanya identifikasi kemampuan representasi praktikum dalam mempelajar i kimia tersebut. Pada penelitian ini, akan dilakukan analisis kemampuan representasi peserta didik dalam kegiatan praktikum materi kesetimbangan kimia kelas XI SMA N 1 Godean menggunakan instrumen kemampuan representasi. Instrumen yang digunakan merupakan soal uraian mengenai praktikum yang baru saja dilakukan.
33
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
representasi peserta didik pada praktikum materi kesetimbangan kimia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat ex post facto. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian ex post facto adalah penyelidikan secara empiris yang sistematik, dimana peneliti tidak melakukan kontrol langsung terhadap variabel bebas karena manifestasi fenomena telah terjadi. Dalam penelitian ex post facto, objek tidak diberi perlakuan dan data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung (Nazir, 2014). Rancangan dalam penelitian ini menggunakan satu sampel dan satu faktor yaitu kemampuan representasi peserta didik pada praktikum yang meliputi tiga level representasi, yaitu makroskopik, simbolik, dan submikroskopik pada materi kesetimbangan kimia. Praktikum pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu dua kali pertemuan dilakukan dengan metode demonstrasi dan dua kali pertemuan dengan metode eksperimen. Pada metode demonstrasi, percobaan dilakukan oleh peneliti dan beberapa perwakilan peserta didik sedangkan pada metode eksperimen, percobaan dilakukan oleh peserta didik sesuai petunjuk praktikum yang telah disediakan. Sampel yang digunakan adalah peserta didik kelas XI MIPA semester I SMA N 1 Godean.
34
B.
Alur Kerja Penelitian Alur penelitian secara lengkap ditujukan pada Gambar 4. Studi pustaka melalui buku, jurnal, dan laporan penelitian
Analisis standar isi mata pelajaran kimia pokok bahasan kesetimbangan kimia
Penentuan empat praktikum materi kesetimbangan kimia
Pembuatan lembar petunjuk praktikum
Pembuatan instrumen soal representasi
Validasi instrumen
Pengumpulan data (test tertulis)
Analisis data
Temuan dan pembahasan
Kesimpulan Gambar 4. Diagram Alur Penelitian
35
C.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan Tahap persiapan penelitian ini yaitu dengan melakukan kajian pustaka mengenai representasi praktikum kimia melalui
buku, jurnal-jurnal ilmiah,
penelitian-penelitian sebelumnya serta menganalisis isi materi yang terdapat pada materi kesetimbangan kimia. Hasil dari kajian pustaka dan analisis isi materi kesetimbangan kimia digunakan untuk menentukan empat praktikum yang akan dilakukan peserta didik. Selanjutnya adalah membuat lembar petunjuk praktikum yang akan dilakukan. Dari masing-masing praktikum kemudian dikembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan representasi materi kesetimbangan kimia yang dipraktikumkan dengan mencakup tiga level representasi kimia. Instrumen soal representasi kemudian di validasi oleh ahli (expert judgement) dan dilakukan revisi. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu penerapan praktikum dan instrumen kemampuan representasi yang telah dibuat pada subjek penelitian. Subjek penelian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA SMA N 1 Godean. Peserta didik dibagi ke dalam 8 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang dan melakukan praktikum materi kesetimbangan kimia. Setelah praktikum selesai peserta didik diminta mengerjakan soal representasi sesuai bahasan yang telah dipraktikumkan secara individu. Praktikum dilakukan sebanyak 4 kali dengan judul (1) Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik, (2)
36
Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan, (3) Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan, dan (4) Pengaruh Pengenceran (Volum) terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan. 3. Tahap Penyelesaian Pada tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan analisis dari hasil jawaban peserta didik terhadap instrumen kemampuan representasi praktikum. Data yang telah diolah dan dianalisis kemudian dibahas secara deskriptif sehingga diperoleh kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. D.
Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yaitu kemampuan representasi peserta didik
pada praktikum materi kesetimbangan kimia. Menurut Raymond Chang (2010), representasi merupakan singkatan ilmiah untuk menjelaskan sebuah percobaan dalam simbol-simbol dan persamaan kimia. Kemampuan representasi pada praktikum materi kesetimbangan kimia dalam penelitian ini adalah kemampuan representasi dalam ketiga level yaitu level makroskopik, simbolik, dan submikroskopik. Kemampuan ketiga level representasi praktikum dapat dilihat dari kemampuan menjawab soal representasi praktikum materi kesetimbangan kimia. E.
Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling
1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA SMA N 1 Godean tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 127 peserta didik yang terdiri dari empat kelas, yakni XI MIPA 1, XI MIPA 2, XI MIPA 3, dan XI MIPA 4.
37
2. Teknik Sampling dan Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purpossive sampling, artinya pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti dengan menyesuaikan jadwal praktikum yang ada di SMA Negeri 1 Godean dan rata-rata kelas yang memiliki kemampuan kognitif homogen. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 1 kelas dari 4 kelas XI MIPA dengan jumlah 32 peserta didik. F.
Instrumen Penelitian dan Analisis Instrumen
1. Instrumen Penelitian a. Lembar Petunjuk Praktikum Lembar petunjuk praktikum ini berisi kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dalam melakukan praktikum secara berkelompok. Lembar petunjuk praktikum digunakan sebagai panduan bagi peserta didik selama melakukan kegiatan praktikum. Lembar petunjuk praktikum yang digunakan berisi judul percobaan, tujuan percobaan, pendahuluan, alat dan bahan, prosedur kerja, dan tabel pengamatan. Lembar petunjuk praktikum dapat dilihat pada Lampiran 1. b. Soal Kemampuan Representasi Instrumen kemampuan representasi praktikum yang digunakan untuk mengambil data hasil penilaian adalah soal tertulis yang berupa uraian singkat. Praktikum kesetimbangan dilakukan sebanyak 4 kali untuk judul yang berbedabeda pada materi kesetimbangan kimia. Setiap praktikum memuat soal representasi level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Instrumen
38
kemampuan representasi disusun sendiri oleh peneliti dengan mengembangkan kisi-kisi. Kisi-kisi dalam pembuatan soal representasi praktikum kimia selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 sedangkan soal kemampuan representasi untuk setiap praktikum dapat dilihat pada Lampiran 3. 2. Analisis Instrumen Penelitian a. Validitas Instrumen Instrumen soal kemampuan representasi disusun sendiri oleh peneliti dengan mengembangkan kisi-kisi.
Validasi
instrumen soal
kemampuan
representasi dilakukan dengan validasi logis berdasarkan ahli (expert judgement) dan masukan dari guru kimia. Hasil penilaian validasi dari ahli (expert judgement) dan guru kimia berupa huruf diubah menjadi nilai kualitatif dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Hasil penilaian dari dosen dan guru kimia SMA sebagai validator yang masih dalam bentuk huruf diubah menjadi skor menggunakan skala Likert dengan ketentuan dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor Kategori Skor SK (sangat kurang) 1 K (kurang) 2 C (cukup) 3 B (baik) 4 SB (sangat baik) 5 2) Setelah data terkumpul dari dari validator kemudian menghitung skor rata-rata tiap indikator pada setiap aspek kriteria penilaian dengan rumus:
𝑥̅ =
∑𝑥
𝑛
39
(3.1)
Keterangan: 𝑥̅ = skor rata-rata tiap aspek ∑ 𝑥 = jumlah skor tiap aspek
𝑛 = jumlah penilai 3) Mengubah skor rata-rata tiap aspek berupa data kuantitatif menjadi kriteria kualitatif sesuai dengan kriteria kategori penilaian tiap aspek untuk menentukan kualitas
instrumen
kemampuan representasi berdasarkan
penilaian ideal Widoyoko (2016) dengan ketentuan seperti yang dijabarkan dalam Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Kriteria Kategori Penilaian Ideal Tiap Aspek No. Rentang Skor ( i) Kategori Kualitatif ̅ 1. 𝑥 > (Mi + 1,8 SB i) SB (Sangat baik) 2. (Mi + 0,6 SB i) < ̅ 𝑥 ≤ (Mi + 1,8 SB i) B (Baik) 3. (Mi − 0,6 SB i) < ̅ 𝑥≤ (Mi + 0,6 SB i) C (Cukup) ̅ 4. (Mi − 1,8 SB i) < 𝑥 ≤ (Mi − 0,6 SB i) K (Kurang) 5. 𝑥̅ ≤ (Mi − 1,8 SB i) SK (Sangat kurang) Keterangan: ̅ 𝑥 = skor rata-rata tiap aspek
M i = mean ideal M i = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) SB i = simpangan baku ideal SB i = (1/2) (1/3) (skor maksimal ideal – skor minimal ideal) Skor maksimal ideal
= Ʃ butir kriteria x skor tertinggi
Skor minimal ideal
= Ʃ butir kriteria ideal x skor terendah
Dari data penilaian validator mengenai kualitas instrumen yang diperoleh, kemudian dianalisis untuk menentukan rata-rata akhir dari data yang diperoleh
40
dan menentukan kategori kualitas instrumen yang dibuat sesuai dengan kriteria validitas. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5 dapat diketahui bahwa instrumen kemampuan representasi yang digunakan pada penelitian ini memiliki kategori sangat baik sehingga disimpulkan bahwa instrumen layak digunakan. b. Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas merupakan suatu uji instrumen untuk mengetahui keajegan dalam meramalkan sesuatu di mana hasilnya akan selalu sama/ajeg. Reliabilitas instrumen soal kemampuan representasi dilakukan secara empiris. Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas pada instrumen soal kemampuan representasi adalah Alpha Cronbach sebagai berikut (Arikunto, 2012): 𝑘 ] [1 − 𝑟11 = [(𝑘−1)
∑ 𝜎2 𝑖] 𝜎2𝑡
(3.2)
Keterangan: 𝑟11 = koefisien reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal ∑ 𝜎2𝑖 = jumlah varians butir
𝜎2𝑡 =varians total Menurut Arikunto (2012), interpretasi besarnya koefisien korelasi yang digunakan dapat dinyatakan sebagai berikut: antara 0,800 sampai dengan 1,00
: reliabilitas sangat tinggi
antara 0,600 sampai dengan 0,800
: reliabilitas tinggi
antara 0,400 sampai dengan 0,600
: reliabilitas cukup
antara 0,200 sampai dengan 0,400
: reliabilitas rendah
41
antara 0,00 sampai dengan 0,200
: reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Alpha Cronbach diperoleh hasil koefisien reliabilitas instrumen pada praktikum pertama sebesar 0,6108; praktikum kedua sebesar 0,7606; praktikum ketiga sebesar 0,8045; dan praktikum keempat sebesar 0,648. Setelah dikonsultasikan dengan interpretasi koefisien korelasi dapat diketahui bahwa instrumen kemampuan representasi yang digunakan memiliki reliabilitas
dengan kategori tinggi sehingga
dapat
disimpulkan bahwa instrumen layak digunakan. G.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan setelah peserta didik melakukan
praktikum yaitu dengan mengerjakan test kemampuan representasi praktikum kimia. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil jawaban peserta didik terhadap soal test kemampuan representasi praktikum kimia yang telah dikerjakan. Penskoran soal kemampuan representasi praktikum kimia menggunakan range skala penilaian yang berbeda-beda dari masing-masing soal berdasarkan kriteria soal. Penilaian dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada empat kegiatan praktikum yang berbeda, jadi dalam pengumpulan data dilakukan empat kali praktikum pada waktu yang berbeda sehingga diperoleh empat kali hasil penilaian kemampuan representasi peserta didik pada praktikum materi kesetimbangan kimia. H.
Teknik Analisis Data Data dalam penelitian diperoleh dari hasil test peserta didik dalam
menyelesaikan
soal-soal
representasi
kesetimbangan kimia.
42
praktikum
kimia
pada
materi
1. Menghitung persentase kemampuan representasi masing-masing peserta didik pada satu kali praktikum, menggunakan rumus: ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 ∑ 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
% kemampuan representasi =
x 100%
(3.3)
2. Menentukan kategori kemampuan representasi masing-masing peserta didik berdasarkan skala kategori kemampuan representasi praktikum kimia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Kimia Nilai (%) Kategori Kemampuan Representasi ≥81,00 A (Sangat baik) 66,00 – 80,99 B (Baik) 56,00 – 65,99 C (Cukup) 41,00 – 55,99 D (Kurang) <41,00 E (Sangat kurang) (Peraturan Akademik UNY, 2014) 3. Menghitung rerata persentase kemampuan representasi peserta didik dalam satu kelas pada satu kali praktikum, menggunakan rumus: Rerata % kemampuan representasi peserta didik dalam satu kelas = ∑ % 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 ∑ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
(3.4)
4. Menghitung rerata persentase kemampuan representasi praktikum peserta didik pada seluruh praktikum. 5. Menentukan kategori rerata kemampuan representasi praktikum peserta didik dalam satu kelas pada satu kali praktikum, berdasarkan skala kategori kemampuan menurut peraturan akademik UNY. 6. Menentukan kategori rerata kemampuan representasi praktikum peserta didik pada seluruh praktikum, berdasarkan skala kategori kemampuan menurut peraturan akademik UNY.
43
7. Menghitung persentase kemampuan representasi tiap level dalam satu kali praktikum:
a= a
∑x ∑y
(3.5)
= persentase kemampuan representasi peserta didik tiap level kemampuan representasi dalam 1 kali praktikum
Ʃx = jumlah persentase representasi tiap level peserta didik dalam 1 kali praktikum. Ʃy = jumlah peserta didik dalam satu kelas. Kemampuan representasi setiap level pada praktikum kimia meliputi: a. Representasi makroskopik b. Representasi simbolik c. Representasi sub-mikroskopik 8. Menghitung rerata persentase kemampuan representasi tiap level untuk seluruh praktikum. 9. Menghitung persentase kemampuan representasi untuk setiap level pada praktikum metode demonstrasi dan eksperimen
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian Pelaksanaan praktikum di laboratorium kimia SMA Negeri 1 Godean
dilaksanakan pada jam pelajaran kimia dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran atau setara dengan 90 menit untuk setiap praktikum. Praktikum dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan 4 pokok bahasan pada materi kesetimbangan kimia. Praktikum dilakukan dengan menerapkan dua metode, yaitu dua kali pertemuan dengan metode eksperimen dan dua kali pertemuan dengan metode demonstrasi. Praktikum dilakukan sebelum peserta didik mendapatkan materi dari kegiatan pembelajaran di kelas, namun peserta didik telah diberi tugas untuk merangkum materi sebelum kegiatan praktikum. Penelitian ini dilakukan pada 32 peserta didik yang dibagi menjadi 8 kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan representasi peserta didik dalam penelitian ini menggunakan test tertulis yang dikerjakan peserta didik setelah melakukan praktikum. Dari jawaban peserta didik tersebut kemudian dikoreksi dan dianalisis sehingga diperoleh data sebagai berikut: 1.
Sebaran Kemampuan Representasi Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan serta pengolahan
data berdasarkan rumus didapatkan hasil kemampuan representasi peserta didik yang dapat dilihat pada Lampiran 7, maka diperoleh sebaran kemampuan
45
representasi peserta didik pada setiap praktikum yang dapat dilihat pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 9. a. Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik Sebaran kemampuan representasi peserta didik kelas XI MIPA pada praktikum pertama reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik dapat dilihat pada Gambar 5.
22%
6%
44% 28%
Sangat kurang
Kurang
Cukup
Baik
Gambar 5. Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-Balik Pada praktikum pertama persentase kemampuan representasi terbanyak terdapat pada kategori kurang dengan persentase sebesar 44%. Sebagian kecil peserta didik memiliki kemampuan representasi kategori cukup dengan persentase sebesar 28% dan sebagian kecil peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori baik sebesar 22%. Selain itu peserta didik dengan kemampuan representasi dengan kategori sangat kurang terdapat sebanyak 6%
46
sedangkan untuk kemampuan representasi dengan kategori sangat baik tidak ditemukan pada praktikum ini. b. Praktikum Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan Sebaran kemampuan representasi peserta didik kelas XI MIPA pada praktikum kedua pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan dapat dilihat pada Gambar 6.
13%
10%
32% 45%
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Gambar 6. Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Praktikum Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan Pada praktikum kedua sebagian peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori baik dengan persentase sebesar 45% dan representasi pada kategori cukup dengan persentase sebesar 32%. Selain itu pada praktikum kedua ini sebagian kecil peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 13% dan kategori kurang dengan
47
persentase sebesar 10%. Kemampuan representasi dengan kategori sangat kurang tidak ditemukan pada praktikum ini. c. Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan Sebaran kemampuan representasi peserta didik kelas XI MIPA pada praktikum ketiga dengan judul pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan dapat dilihat pada Gambar 7.
7%
7%
46%
40%
Sangat kurang
Kurang
Baik
Sangat baik
Gambar 7. Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan Pada praktikum ketiga hampir separuh peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 46% dan hampir separuh peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori baik dengan persentase sebesar 40%. Selain itu pada praktikum kedua ini sebagian kecil peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori
48
sangat kurang dan kurang dengan besarnya persentase yang sama yaitu 7%. Kemampuan representasi dengan kategori cukup tidak ditemukan pada pembelajaran ini. d. Praktikum
Pengaruh
Pengenceran
terhadap
Pergeseran
Arah
Kesetimbangan Sebaran kemampuan representasi peserta didik kelas XI MIPA pada praktikum keempat dengan judul pengaruh pengenceran (volum) terhadap pergeseran arah kesetimbangan dapat dilihat pada Gambar 8.
6% 13%
29%
52%
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Gambar 8. Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Praktikum Keempat Pengaruh Pengenceran terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan Pada praktikum keempat sebagian besar peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori baik dan sebagian peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 29%. Selain itu sebagian kecil peserta didik mempunyai kemampuan representasi pada kategori cukup dengan persentase sebesar 13% dan kurang
49
dengan besarnya persentase sebesar 6%. Kemampuan representasi pada kategori sangat kurang sudah tidak ditemukan pada praktikum ketiga ini. e. Rerata Seluruh Praktikum Rerata sebaran kemampuan representasi peserta didik kelas XI MIPA pada praktikum pertama sampai praktikum keempat dapat dilihat pada Gambar 9.
16%
3% 6%
41%
34%
Sangat kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Gambar 9. Rerata Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Kelas XI MIPA untuk Seluruh Praktikum Secara keseluruhan kemampuan representasi yang dimiliki peserta didik kelas XI MIPA didominasi oleh peserta didik berkemampuan representasi dengan kategori baik dengan persentase sebesar 41%. Selain itu sebagian peserta didik juga memiliki kemampuan representasi pada kategori baik dengan persentase sebesar 34%. Berdasarkan data yang telah diuraikan, maka didapat rerata nilai persentase kemampuan representasi dari keempat praktikum yang dapat dilihat pada Tabel 4.
50
Tabel 4. Kategori Kemampuan Representasi Kelas XI MIPA Praktikum Rerata nilai Kategori 1 57,99% Cukup 2 66,37% Baik 3 70,57% Baik 4 73,96% Baik Rata-rata 67,22% Baik Berdasarkan rerata seluruh praktikum menunjukkan bahwa kemampuan representasi kelas XI MIPA tergolong baik. 2.
Persentase Kemampuan Representasi untuk Setiap Level Kemampuan representasi peserta didik yang dilihat pada penelitian ini
meliputi tiga level yaitu: representasi makroskopik, representasi simbolik, dan representasi submikroskopik. Kemampuan ketiga level representasi tersebut dilihat dari jawaban peserta didik terhadap empat test kemampuan representasi yang dikerjakan setelah praktikum. Praktikum yang dilakukan pada penelitian ini berjudul reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik, pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan, pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan, dan pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Berdasarkan data yang diperoleh serta pengolahan data berdasarkan rumus didapatkan persentase kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Persentase kemampuan representasi untuk setiap level yang dimiliki peserta didik pada setiap kegiatan praktikum serta sebarannya ditujukan pada Tabel 5.
51
Praktikum
Tabel 5. Rerata dan Kategori Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Setiap Level Representasi Kemampuan Representasi Makroskopik Persentase
Kategori
Simbolik Persentase
Kategori
Submikroskopik Persentase
Kategori
75,00% Baik
59,50% Cukup
Sangat 32,37% kurang
2
Sangat 84,90% baik
62,50% Cukup
43,23% Kurang
3
Sangat 84,38% baik
65,63% Cukup
57,03% Cukup
4
Sangat 91,41% baik
68,78% Baik
63,75% Cukup
1
Perhitungan persentase kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level representasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Grafik batang rata-rata persentase kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level representasi dapat dilihat pada Gambar 10 . 90.00%
83.92%
80.00% 70.00%
64.10%
Persentase
60.00% 49.09%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% makroskopik
simbolik
submikroskopik
Level Representasi
Gambar 10. Rerata Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Setiap Level Representasi
52
Berdasarkan data hasil rerata kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level representasi diketahui bahwa sebagian besar peserta didik memilki kemampuan representasi makroskopik dengan persentase sebesar 83,92%; sebanyak 64,10% peserta didik memiliki kemampuan representasi simbolik, dan 49,09% peserta didik memiliki kemampuan representasi submikroskopik. 3.
Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Praktikum Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Penelitian ini dilakukan empat kali pertemuan, dua kali dengan metode
eksperimen dimana peserta didik melakukan sendiri percobaan sesuai dengan petunjuk praktikum dan dua kali dengan metode demonstrasi dimana hanya perwakilan peserta didik melakukan percobaan di depan kelas sedangkan peserta didik lain hanya mengamati. Demonstrasi yang dilakukan yaitu reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik serta pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan.
Eksperimen
yang dilakukan
yaitu
pengaruh
perubahan
konsentarsi terhadap pergeseran arah kesetimbangan dan pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat diketahui persentase kemampuan representasi peserta didik pada praktikum dengan metode demonstrasi yang ditujukan pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Demonstrasi Demonstrasi kePersentase Makroskopik Simbolik Submikroskopik 1 75,00% 59,50% 32,37% 2 84,38% 65,63% 57,03% Rata-rata 79,69% 62,56% 44,70% Kategori Baik Cukup Kurang
53
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan representasi peserta didik pada praktikum dengan metode demonstrasi pada level makroskopik termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 79,69%; pada level simbolik kemampuan representasi peserta didik termasuk dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 62,56%; dan pada level submikroskopik kemampuan representasi peserta didik termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 44,70%. Persentase kemampuan representasi peserta didik pada praktikum dengan metode eksperimen ditujukan pada Tabel 7. Tabel 7. Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Eksperimen Eksperimen ke1 2 Rata-rata Kategori
Persentase Simbolik 62,50% 68,78% 65,64% Cukup
Makroskopik 84,90% 91,41% 88,15% Sangat baik
Submikroskopik 43,23% 63,75% 53,49% Kurang
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan representasi peserta didik pada praktikum dengan metode eksperimen lebih tinggi dibanding dengan metode demonstrasi. Kemampuan representasi peserta didik pada praktikum dengan metode eksperimen pada level makroskopik termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase sebesar 88,15%; pada level simbolik kemampuan representasi peserta didik termasuk dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 65,64%; dan pada level submikroskopik kemampuan representasi peserta didik termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 53,49%.
54
B.
Pembahasan Berdasarkan hasil penilaian jawaban peserta didik terhadap instrumen
kemampuan representasi yang telah dikerjakan setelah melaksanakan praktikum, diperoleh data berupa skor yang didasarkan pada pedoman penskoran jawaban test kemampuan representasi. Skor tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui persentase kemampuan representasi peserta didik, persentase kemampuan representasi peserta didik pada metode demonstrasi dan eksperimen, serta persentase kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level representasi meliputi: 1) representasi makroskopik, 2) representasi simbolik, dan 3) representasi submikroskopik. 1.
Persentase kemampuan representasi peserta didik Skor masing-masing peserta didik yang diperoleh dari penilaian jawaban
test kemampuan representasi diakumulasikan dalam persentase kemampuan representasi peserta didik. Hasil perhitungan kemudian dikategorikan berdasarkan tabel persentase kategori kemampuan representasi sehingga diperoleh sebaran kemampuan representasi peserta didik untuk setiap kegiatan praktikum yang dapat dilihat pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 8. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui sebaran rerata kemampuan representasi pada seluruh praktikum yang dapat dilihat pada Gambar 9. a. Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik Praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik ini bertujuan untuk membedakan reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik. Praktikum pertama ini dilakukan dengan metode demonstrasi dimana percobaan dilakukan oleh peneliti
55
dan beberapa perwakilan peserta didik sedangkan peserta didik lainnya hanya mengamati. Praktikum ini terdiri dari dua percobaan, percobaan pertama peserta didik mereaksikan serbuk CaCO3 dengan larutan HCl sedangkan percobaan kedua mereaksikan serbuk PbSO4 dengan larutan NaI kemudian endapan yang dihasilkan direaksikan dengan larutan Na 2SO4. Pengamatan yang dilakukan yaitu berupa pengamatan gelembung gas dan warna larutan pada praktikum pertama dan pengamatan endapan dan warna pada percobaan kedua. Setelah melakukan praktikum, peserta didik mengerjakan test kemampuan representasi mengenai praktikum yang baru saja dilakukan secara individu. Berdasarkan penilaian jawaban peserta didik terhadap soal kemampuan representasi yang telah dikerjakan, diperoleh hasil bahwa kemampuan representasi pada praktikum ini didominasi oleh peserta didik dengan kemampuan representasi pada kategori kurang yaitu sebesar 44%. Selain itu sebanyak 28% peserta didik memliki kemampuan representasi pada kategori cukup dan sebanyak 22% peserta didik memiliki kemampuan representasi pada kategori baik. Pada praktikum ini masih terdapat 6% peserta didik yang termasuk dalam kategori sangat kurang dan untuk kategori sangat baik tidak ditemukan pada praktikum ini. Rendahnya kemampuan representasi pada praktikum pertama ini disebabkan karena peserta didik kurang memahami bentuk soal yang disediakan. Selain itu pengamatan yang beragam membuat peserta didik kesulitan dalam memahami konsep reaksi yang dipraktikumkan secara lebih fokus.
56
Soal kemampuan representasi praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolakbalik berjumlah 14 butir soal uraian yang memuat ketiga level representasi, yaitu representasi makroskopik, simbolik, dan submikroskopik. Dari 14 butir soal yang memuat ketiga level representasi, rerata persentase kemampuan representasi peserta didik untuk praktikum ini sebesar 57,99% dan termasuk kategori cukup. Kesalahan terbanyak terdapat pada butir soal nomor 4. Pertanyaan nomor 4 yang merupakan soal submikroskopik berkaitan dengan nomor 3 yang merupakan soal simbolik. Butir soal nomor 3 meminta peserta didik untuk menuliskan persamaan reaksi yang terjadi antara serbuk CaCO 3 dan larutan HCl sedangkan butir soal nomor 4 meminta peserta didik menggambarkan hasil reaksi antara serbuk CaCO3 dengan larutan HCl dengan simbol yang telah ditentukan. Beberapa peserta didik tidak dapat menjawab soal nomor 3 dan 4 dengan benar yang menunjukkan bahwa peserta didik tidak dapat menafsirkan fenomena makroskopik
yang
submikroskopik.
diamati
ke
dalam
representasi
simbolik
maupun
Namun beberapa peserta didik yang dapat menuliskan
persamaan reaksi dengan benar tidak dapat menggambarkan hasil reaksi dengan benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik hanya memiliki kemampuan representasi makroskopik dan simbolik namun tidak dapat menghubungkan dengan level mikroskopik. b. Praktikum Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan Praktikum kedua mengenai kesetimbangan kimia ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan.
57
Praktikum kedua ini dilakukan dengan metode eksperimen dimana peserta didik secara langsung melakukan percobaan sesuai prosedur kerja dalam lembar petunjuk praktikum. Pada praktikum ini, peserta didik diminta mengamati perubahan warna yang terjadi pada reaksi larutan Fe 3+ dengan SCN- jika konsentrasi salah satu zat ditambah dan dikurangi. Praktikum ini terdiri dari empat kali pengamatan warna yaitu, warna ketika larutan Fe 3+ dengan SCN- direaksikan, perubahan warna ketika konsentrasi Fe3+ ditambahkan, perubahan warna ketika konsentrasi SCNditambahkan, dan perubahan warna ketika larutan NaOH ditambahkan. Setelah melakukan praktikum, peserta didik mengerjakan test kemampuan representasi mengenai praktikum yang baru saja dilakukan secara individu. Berdasarkan penilaian jawaban peserta didik terhadap soal kemampuan representasi yang telah dikerjakan, diperoleh hasil bahwa sebanyak 45% peserta didik memiliki kemampuan representasi dalam kategori baik dan 32% peserta didik memiliki kemampuan representasi dalam kategori cukup. Pada praktikum kedua ini terlihat adanya peningkatan kemampuan representasi yang ditandai munculnya kemampuan representasi dalam kategori sangat baik sebanyak 13% peserta didik dimana kategori sangat baik belum muncul pada praktikum pertama. Selain itu kemampuan representasi dalam kategori sangat kurang juga sudah tidak ditemukan lagi pada praktikum kedua ini. Namun pada praktikum ini masih ditemukan sebanyak 10% peserta didik yang masuk dalam kategori kurang.
58
Peningkatan kemampuan representasi peserta didik ini disebabkan karena peserta didik sudah mulai beradaptasi dengan bentuk soal. Praktikum pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan dilakukan dengan metode eksperimen dimana peserta didik melakukan sendiri percobaan sehingga ingatan peserta didik tentang fenomena makroskopik yang mereka amati lebih lama tersimpan dalam ingatan dibandingkan praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik yang dilakukan dengan metode demonstrasi. Selain itu pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini peserta didik hanya melakukan satu jenis reaksi yaitu Fe 3+ dengan SCNsedangkan pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik peserta didik mengamati 2 jenis reaksi yaitu reaksi HCl dengan CaCO 3 dan reaksi PbSO4 dengan NaI sehingga pertanyaan untuk praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik lebih beragam. Soal kemampuan representasi pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini berjumlah 17 butir soal uraian yang memuat ketiga level representasi, yaitu representasi makroskopik, simbolik, dan submikroskopik. Dari 17 butir soal tersebut, kesalahan terbanyak terdapat pada butir soal nomor 8 dan 12 yang merupakan soal submikroskopik. Nomor 8 meminta peserta didik untuk memilih keadaan kesetimbangan baru ketika konsentrasi Fe3+ ditambah jika disimbolkan dengan gambar-gambar. Ketika konsentrasi Fe3+ ditambah maka akan menghasilkan kesetimbangan baru dimana sebagian Fe3+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan SCN- membentuk FeSCN2+ dengan demikian kesetimbangan bergeser ke arah kanan (Silberberg,
59
2010). Keadaan tersebut menunjukkan ketika konsentrasi Fe 3+ ditambah maka jumlah Fe3+ bertambah, SCN- berkurang, dan FeSCN2+ bertambah. Beberapa peserta didik masih mengalami kesalahan dimana mereka beranggapan ketika konsentrasi Fe 3+ ditambah maka pada kesetimbangan baru jumlah molekul yang bertambah hanya FeSCN2+, sedangkan jumlah Fe 3+ tetap. Selain itu ada yang beranggapan bahwa jumlah Fe 3+ dan FeSCN2+ bertambah sedangkan jumlah SCN- tetap. Untuk butir nomor 12 hampir sama dengan nomor 8, yaitu meminta peserta didik untuk memilih keadaan kesetimbangan baru ketika konsentrasi SCN ditambah jika disimbolkan dengan gambar-gambar. Ketika konsentrasi SCNditambah maka akan menghasilkan kesetimbangan baru dimana sebagian SCN yang ditambahkan akan bereaksi dengan Fe 3+ membentuk FeSCN2+ dengan demikian kesetimbangan bergeser ke arah kanan/produk (Silberberg, 2010 ). Keadaan tersebut menunjukkan ketika konsentrasi SCN- ditambah maka jumlah SCN- bertambah, Fe3+ berkurang, dan FeSCN2+ bertambah. Beberapa peserta didik mengalami salah konsep sama halnya seperti nomor 8. Selain itu, kesalahan juga terjadi karena peserta didik tidak memahami konsep kesetimbangan dengan benar, mereka cenderung hanya melakukan apa yang ada di prosedur kerja. c. Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan Praktikum ketiga pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh perubahan suhu
60
terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Praktikum kedua ini dilakukan dengan metode demonstrasi dimana percobaan dilakukan oleh peneliti dan beberapa perwakilan peserta didik sedangkan peserta didik lainnya hanya mengamati. Pada praktikum ini peserta didik mengamati dua jenis reaksi, yaitu reaksi yang menghasilkan gas NO2 dari logam tembaga dengan asam nitrat pekat dan reaksi kesetimbangan gas NO2 dengan N2O4 yang ditandai dengan perubahan warna. Peserta didik diminta mengamati perubahan warna yang terjadi ketika reaksi kesetimbangan NO2 dan N2 O4 diletakkan dalam air es dan diletakkan dalam air panas. Percobaan antara tembaga dengan asam nitrat pekat dilakukan dengan hati-hati karena sifat dari asam nitrat yang iritatif dan beracun serta gas NO2 yang dihasilkan bersifat racun. Setelah melakukan praktikum, peserta didik mengerjakan test kemampuan representasi mengenai praktikum yang baru saja dilakukan secara individu. Berdasarkan penilaian jawaban peserta didik terhadap soal kemampuan representasi yang telah dikerjakan, diperoleh hasil bahwa sebanyak 40% peserta didik memiliki kemampuan representasi dalam kategori baik. Persentase peserta didik dengan kemampuan representasi kategori sangat baik pada praktikum pengaruh suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini lebih besar dibandingkan pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik serta praktikum
pengaruh
pengaruh
konsentrasi
terhadap
pergeseran
arah
kesetimbangan. Akan tetapi pada praktikum pengaruh suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini masih terdapat 7% peserta didik dengan kemampuan representasi kategori sangat kurang.
61
Dari test kemampuan representasi untuk praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini dapat dibedakan antara peserta didik yang pandai dan kurang pandai dimana peserta didik yang pandai sudah terbiasa dengan bentuk soal sehingga akan meningkatkan kemampuan representasi sedangkan peserta didik yang kurang pandai tidak dapat memahami bentuk soal. Praktikum ini dilakukan dengan metode demonstrasi dimana peserta didik hanya mengamati percobaan sedangkan yang melakukan percobaan adalah peneliti sehingga ingatan peserta didik tentang fenomena makroskopik yang diamati kurang masuk ke dalam ingatan mereka dibandingkan percobaan yang langsung dilakukan sendiri. Soal kemampuan representasi pada praktikum perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini berjumlah 11 butir soal uraian yang memuat ketiga level representasi, yaitu representasi makroskopik, simbolik, dan submikroskopik. Dari 11 butir soal tersebut rata-rata persentase kemampuan representasi untuk kelas XI MIPA sebesar 70,57% yang termasuk dalam kategori baik. Jumlah pengamatan pada praktikum ini lebih sedikit dibandingkan pada praktikum pengaruh konsentrasi yang berjumlah 4 pengamatan sehingga jumlah pertanyaan
untuk praktikum
pengaruh
suhu
terhadap
pergeseran arah
kesetimbangan lebih sedikit dibanding praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergesan arah kesetimbangan. Hal ini membuat peserta didik dapat lebih fokus dalam memahami reaksi yang dipraktikumkan. Dari 11 butir soal tersebut, soal dengan paling banyak dijawab benar oleh peserta didik yaitu butir nomor 1 dan nomor 4 yang merupakan soal makroskopik.
62
Butir soal nomor 1 meminta peserta didik menyebutkan warna dari gas NO 2 sedangkan nomor 4 meminta peserta didik untuk menyebutkan perubahan warna ketika reaksi kesetimbangan diletakkan dalam air panas. Hal tersebut menandakan peserta didik telah memiliki kemampuan representasi pada level makroskopik yang baik. Selain itu peserta didik juga telah dapat menyimpulkan percobaan yang diamati yang ditandai dengan hampir seluruh peserta didik dapat menjawab dengan benar pertanyaan nomor 7 dan 11. Pada soal nomor 7 dan 11 ini peserta didik diminta untuk menyimpulkan ke arah mana kesetimbangan akan bergeser ketika suhu dinaikkan dan suhu diturunkan. Kesalahan terbanyak terdapat pada nomor 10 yang merupakan soal submikroskopik. Soal nomor 10 meminta peserta didik untuk memilih keadaan kesetimbangan ketika suhu diturunkan dengan simbol-simbol. Pada reaksi eksoterm seperti pada reaksi kesetimbangan 2NO2 (g)
N2O4 (g), ketika suhu
sistem diturunkan maka sistem akan melepaskan panas dengan bergeser ke arah eksoterm untuk membentuk kesetimbangan baru (Silberberg, 2010). Hal ini menunjukkan pada kesetimbangan tersebut ketika suhu diturunkan akan menyebabkan jumlah molekul NO2 berkurang karena berubah menjadi N2O4 dan membuat jumlah molekul N2O4 bertambah. Beberapa peserta didik beranggapan ketika suhu dinaikkan akan membuat jumlah N2O4 bertambah dan jumlah NO2 tetap sedangkan beberapa lainnya memilih jumlah NO 2 bertambah dan jumlah N2O4 tetap yang menunjukkan peserta didik memiliki kemampuan representasi tingkat mikroskopik yang rendah.
63
d. Praktikum
Pengaruh
Pengenceran
terhadap
Pergeseran
Arah
Kesetimbangan Praktikum keempat pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Praktikum ini dilakukan dengan metode eksperimen dimana peserta didik secara langsung melakukan percobaan sesuai langkah kerja. Pada praktikum ini, peserta didik diminta mengamati perubahan warna yang terjadi pada reaksi larutan Fe 3+ dengan SCN- jika reaksi tersebut diencerkan dengan menambahkan air. Setelah melakukan praktikum, peserta didik mengerjakan test kemampuan representasi mengenai praktikum yang baru saja dilakukan secara individu. Berdasarkan penilaian jawaban peserta didik terhadap soal kemampuan representasi yang telah dikerjakan, diperoleh hasil bahwa sebanyak 6% peserta didik memiliki kemampuan representasi dalam kategori kurang dan 13% peserta didik memilki kemampuan representasi dalam kategori cukup. Pada praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini terlihat sudah tidak muncul peserta didik dengan kemampuan representasi kategori sangat kurang. Kemampuan representasi kategori baik sebesar 52% peserta didik sedangkan pada kategori sangat baik sebesar 29% peserta didik. Perubahan kemampuan representasi peserta didik ini disebabkan jumlah pengamatan yang peserta didik lakukan lebih sedikit dibandingkan pada praktikum-praktikum sebelumnya sehingga peserta didik lebih fokus terhadap pengamatan. Jumlah pengamatan yang sedikit juga menyebabkan peserta didik
64
akan lebih memahami secara lebih mendetail isi dari percobaan sehingga kemungkinan menjawab pertanyaan dengan tepat lebih besar. Pengulangan model soal dari praktikum pertama hingga praktikum keempat membuat peserta didik lebih mudah memahami maksud isi soal. Selain itu, praktikum keempat dilakukan dengan metode eksperimen dimana peserta didik melakukan langsung percobaan sesuai prosedur percobaan sehingga ingatan peserta didik tentang fenomena makroskopik yang mereka amati lebih lama tersimpan dalam ingatan dibandingkan metode demonstrasi. Soal kemampuan representasi pada praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan berjumlah 11 butir soal uraian yang memuat ketiga level representasi, yaitu representasi makroskopik, simbolik, dan submikroskopik. Rata-rata persentase kemampuan representasi untuk kelas XI MIPA pada praktikum ini sebesar 73,96% dan termasuk dalam kategori baik. Dari 11 butir soal tersebut, butir soal yang paling banyak dijawab dengan benar oleh peserta didik adalah butir soal nomor 1 yang merupakan soal makroskopik. Nomor 1 meminta peserta didik untuk menyebutkan warna larutan besi (III) klorida. Semua peserta didik pada nomor 1 ini dapat menjawab dengan benar yaitu berwarna kuning. Hal ini dikarenakan peserta didik melakukan percobaan secara langsung dan pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan peserta didik juga menggunakan larutan tersebut. Butir soal yang paling banyak dijawab salah oleh peserta didik adalah butir nomor 9 yang merupakan soal simbolik. Pada nomor 9 peserta didik diminta untuk menuliskan rumus senyawa dari zat yang bertambah ketika ke dalam reaksi
65
kesetimbangan diencerkan. Ketika volum sistem dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah total mol yang lebih besar (Silberberg, 2010). Pada reaksi Fe3+(aq) + SCN-(aq)
FeSCN2+(aq), jumlah koefisien di
ruas kiri 2 sedangkan di ruas kanan 1 sehingga ketika volum dinaikkan menyebabkan jumlah Fe 3+ dan SCN- bertambah. Beberapa peserta didik mengalami salah konsep dan beranggapan ketika ditambahkan air akan terjadi reaksi baru yang menghasilkan komponen senyawa baru padahal dalam reaksi kesetimbangan ketika volum dinaikkan tidak akan menghasilkan senyawa baru dan hanya akan menggeser arah kesetimbangan. e. Rerata Seluruh Praktikum Berdasarkan data hasil penilaian jawaban peserta didik yang telah diperoleh, dapat diketahui rerata kemampuan representasi peserta didik pada seluruh praktikum yaitu 67,22% dan termasuk dalam kategori baik. Kemampuan representasi peserta didik seluruh praktikum dapat dilihat pada Gambar 11. 80.00% 70.00%
Persentase
60.00%
66.37%
70.57%
73.96%
57.99%
50.00%
40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
0
1
2
3
4
Praktikum ke-
Gambar 11. Grafik Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik
66
5
Berdasarkan grafik pada Gambar 11, dapat dilihat bahwa kemampuan representasi peserta didik dari untuk masing-masing praktikum memiliki persentase yang berbeda-beda. Dari perubahan tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan praktikum secara berulang dapat meningkatkan kemampuan representasi peserta didik. Melalui kegiatan praktikum konsep yang dipelajari menjadi lebih bermakna sehingga mudah diingat. Perbedaan kemampuan representasi peserta didik dari masing-masing praktikum disebabkan karena beberapa hal, antara lain sebagai berikut. 1)
Pengulangan model soal yang sama Soal representasi pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik,
pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan, pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan, dan pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan memilki model yang hampir sama, yaitu memuat ketiga level representasi yang membedakan adalah materi dari setiap praktikum. Pengulangan model soal yang sama membuat peserta didik menjadi terbiasa dan lebih mudah memahami maksud dari pertanyaan. 2)
Perbedaan tingkat kesulitan soal kemampuan representasi setiap praktikum Penelitian dilakukan sebanyak empat kali praktikum dengan empat test
kemampuan representasi dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda tergantung pada praktikum. Praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik mengenai 2 jenis percobaan, yaitu mengamati reaksi satu arah dan reaksi kedua merupakan
67
reaksi bolak-balik. Bentuk soal yang beragam membuat peserta didik tidak dapat fokus ke dalam satu reaksi sehingga menyebabkan peserta didik kesulitan dalam merepresentasikan semua fenomena yang terjadi. 3)
Metode praktikum yang digunakan Metode praktikum yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen
dan demonstrasi. Pada metode ekesperimen, peserta didik secara langsung melakukan percobaan sesuai prosedur percobaan sedangkan pada metode demonstrasi peserta didik hanya mengamati percobaan yang dilakukan peneliti. Dengan melakukan secara langsung, pengamatan peserta didik tentang fenomena makroskopik yang terjadi lebih baik dan tepat dan dapat memahami konsep reaksi yang terjadi dengan lebih mudah. Hal ini menyebabkan kemampuan representasi dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan metode demonstrasi. 4)
Banyaknya percobaan yang dilakukan dalam suatu kegiatan praktikum Apabila dalam suaatu praktikum pengamatan yang harus dilakukan lebih
banyak maka konsentrasi peserta didik juga akan terbagi ke dalam banyaknya percobaan sehingga menjadi kurang fokus terhadap fenomena makroskopik yang harus mereka amati akibatnya kemampuan makroskopik juga berkurang. Selain itu, semakin banyak percobaan dalam satu kali praktikum membuat jumlah soal lebih banyak dan lebih beragam sehingga membutuhkan waktu untuk menyelesaikan soal representasi yang lebih lama dan peserta didik tidak dapat memahami konsep yang dipraktikumkan secara utuh.
68
2.
Persentase Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Setiap Level Representasi Untuk mengetahui persentase kemampuan representasi peserta didik untuk
setiap level representasi, data skor jawaban masing-masing peserta didik yang diperoleh diakumulasikan ke dalam persentase untuk setiap level representasi. Kemudian dihitung persentasi rata-rata untuk setiap level representasi dengan membagi skor total dengan jumlah peserta didik. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui banyaknya peserta didik yang baik dan kurang baik untuk setiap level representasi seperti yang tertera pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, untuk mempermudah pengamatan dibuat grafik persentase kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level representasi yang dapat dilihat pada Gambar 8. Hasil analisis grafik persentase kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level representasi adalah sebagai berikut: a.
Representasi Makroskopik Representasi makroskopik merupakan representasi kimia yang diperoleh
melalui pengamatan nyata terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat dan persepsi oleh panca indra, baik secara langsung maupun tak langsung. Kemampuan representasi makroskopik pada penelitian ini diperoleh dari jawaban soal mengenai pengamatan percobaan yang dilakukan. Pengamatan ini dapat berupa pengamatan warna, gelembung, maupun endapan. Masing-masing praktikum memiliki jumlah soal makroskopik yang berbeda-beda tergantung pada karakter praktikum. Praktikum pertama reaksi satu
69
arah dan reaksi bolak-balik memiliki 4 butir soal representasi makroskopik yang terdapat pada nomor 1, 2, 6, dan 10. Butir nomor 1 meminta peserta didik untuk memilih gambar yang menunjukkan keadaan ketika serbuk CaCO3 direaksikan dengan HCl. Butir nomor 2 menanyakan apakah terjadi gelembung dan warna yang dihasilkan. Nomor 6 dan 10 menanyakan warna dari endapan yang dihasilkan. Dari keempat soal tersebut, kesalahan terbanyak terdapat pada nomor 2. Beberapa peserta didik tidak memahami soal dengan baik dengan hanya menjawab salah satu poin soal dan tidak melakukan pengamatan secara cermat sehingga tidak melihat adanya gelembung gas. Rata-rata
persentase
kemampuan representasi makroskopik untuk
praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik sebesar 75,00% yang menunjukkan peserta didik memiliki kemampuan representasi makroskopik dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik dapat menjelaskan fenomena makroskopik yang diamati dengan baik. Praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan memiliki soal makroskopik sebanyak 5 soal yang terdapat pada nomor 1, 2, 7, 10, dan 14. Semua butir soal ini menanyakan tentang warna larutan yang terjadi. Kesalahan terbanyak dari 5 soal tersebut terdapat pada nomor 10 yang menanyakan warna reaksi setelah ditambahkan KSCN. Hal ini disebabkan karena warna yang dihasilkan hampir sama dengan larutan awal sehingga peserta didik mengalami kesulitan menerjemahkan warna yang terjadi.
70
Rata-rata praktikum
persentase
pengaruh
kemampuan representasi makroskopik untuk
perubahan
konsentrasi
terhadap
pergeseran
arah
kesetimbangan sebesar 84,90% yang menunjukkan sebagian besar peserta didik memiliki kemampuan representasi makroskopik. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan representasi makroskopik dari praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik. Perubahan ini disebabkan karena peserta didik telah mulai terbiasa dengan bentuk soal. Selain itu, tingkat kesulitan pada praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini lebih rendah dibanding praktikum raksi satu arah dan reaksi bolak-balik karena hanya berdasarkan pengamatan warna sedangkan pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik berdasarkan pengamatan warna, endapan, dan gelembung gas. Praktikum
pengaruh
perubahan
suhu
terhadap
pergeseran
arah
kesetimbangan memiliki soal makroskopik sebanyak 3 soal yang terdapat pada nomor 1, 4, dan 8. Butir nomor 1 menanyakan warna gas ketika larutan HNO3 direaksikan dengan logam Cu. Nomor 4 menanyakan warna gas ketika dipanaskan dan nomor 8 warna gas ketika didinginkan. Dari ketiga soal tersebut kesalahan terbanyak terdapat pada nomor 1. Hasil reaksi HNO3 dan logam Cu yaitu gas yang berwarna ungu sedangkan di bagian bawah terdapat sedikit larutan warna ungu yang merupakan larutan Cu2+.
Beberapa peserta didik mengalami kesalahan
dalam mengamati fenomena makroskopik percobaan yang dilakukan dan kurang cermat dalam memahami soal dengan menjawab “warna biru” yang merupakan warna larutan yang dihasilkan sedangkan yang ditanyakan warna gas yang dihasilkan.
71
Rata-rata
persentase
kemampuan representasi makroskopik untuk
praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini sebesar 84,38% yang menunjukkan hampir seluruh peserta didik memiliki kemampuan representasi makroskopik. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kemampuan representasi makroskopik untuk praktikum ini mengalami penurunan dari praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Hal ini dapat terjadi karena praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan dilakukan dengan metode demonstrasi dimana peserta didik hanya mengamati dari tempat duduknya mengenai percobaan yang dilakukan tanpa melakukan langsung sehingga kegiatan pengamatan kurang mendalam. Praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan memiliki soal makroskopik sebanyak 4 soal yang terdapat pada nomor 1, 3, 4, dan 8. Semua butir soal ini menanyakan tentang warna larutan yang terjadi. Dari keempat soal makroskopik tersebut kesalahan terbanyak terdapat pada nomor 3 ynag menanyakan warna larutan kalium tiosianat. Larutan kalium tiosianat tidak berwarna. Beberapa peserta didik menjawab “putih”. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik tidak dapat menafsirkan fenomena makroskopik yang mereka lihat dengan kata-kata. Rata-rata
persentase
kemampuan representasi makroskopik untuk
praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan sebesar 91,41% yang menunjukkan hampir seluruh peserta didik memiliki kemampuan representasi makroskopik. Persentase kemampuan representasi makroskopik
72
praktikum ini merupakan persentase yang tertinggi diantara praktikum yang lain. Hal tersebut disebabkan karena pada praktikum keempat jumlah pengamatan yang dilakukan relatif lebih sedikit dibanding praktikum-praktikum sebelumnya sehingga peserta didik lebih mudah mengingatnya. Selain itu, pada praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan peserta didik juga menggunakan larutan tersebut. Rerata untuk kemampuan representasi makroskopik seluruh peserta didik diperoleh sebesar 83,92%. Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa kemampuan representasi makroskopik dari praktikum pertama sampai dengan praktikum keempat berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karean tingkat kesulitan untuk masing-masing instrumen berbeda-beda dan metode yang digunakan berbedabeda. Pada praktikum dengan metode demonstrasi, peserta didik hanya mengamati percobaan yang dilakukan peneliti dan beberapa perwakilan peserta didik yang memungkinkan beberapa peserta didik tidak mengamati secara seksama. b.
Representasi Simbolik Representasi simbolik yaitu representasi kimia secara kualitatif dan
kuantitatif, yaitu rumus kimia, diagram, gambar, persamaan reaksi, stoikiometri dan perhitungan matematik. Kemampuan representrasi simbolik pada penelitian ini diperoleh dari soal-soal yang berupa rumus senyawa dan persamaan reaksi yang berkaitan dengan reaksi yang dipraktikumkan. Masing-masing praktikum memiliki jumlah soal simbolik yang berbedabeda tergantung dari karakter masing-masing praktikum. Pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik terdapat 5 butir soal simbolik yang terdiri dari 4
73
butir soal persamaan reaksi dan 1 butir soal rumus senyawa. Rata-rata persentase kemampuan representasi simbolik untuk praktikum ini sebesar 59,50% yang menunjukkan sebagian besar peserta didik telah memiliki kemampuan representasi simbolik. Beberapa kesalahan dalam menjawab soal simbolik pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Kesalahan Representasi Simbolik pada Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik No. Bentuk Jawaban Peserta Didik dan Keterangan Soal kesalahan Fasa 3 Penulisan fasa HCl(l) seharusnya HCl(aq) dan fasa CaCl2(s) seharusnya CaCl2(aq) 3
Rumus senyawa, Penulisan rumus senyawa CaCl seharusnya CaCl2, fasa HCl(s) fasa, dan seharusnya HCl(aq) dan CaCl2(s) seharusnya CaCl2(aq), serta anak anak panah ↔ seharusnya →.
panah
7
Rumus senyawa, Rumus senyawa PbI seharusnya PbI2 dan NaSO4 seharusnya fasa, dan Na2SO4, penulisan fasa NaI(s) seharusnya NaI(aq), PbI(aq) anak seharusnya PbI2(s), NaSO4(s) seharusnya Na2SO4(aq), dan panah serta anak panah ↔ seharusnya →.
12
Rumus senyawa, Rumus senyawa NaI2 seharusnya NaI dan NaSO4 seharusnya fasa, Na2SO4, penulisan fasa NaI2(s) seharusnya NaI(aq) dan koefisien, PbI2(aq) seharusnya PbI2(s), penulisan koefisien reaksi masih dan anak panah salah, dan serta anak panah ↔ seharusnya .
74
Dari kelima soal simbolik yang disediakan, kesalahan terbanyak terdapat pada nomor soal 3 sedangkan soal simbolik yang paling banyak dijawab benar oleh peserta didik adalah nomor soal 9. Dari beberapa jawaban peserta didik pada Tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa kesalahan peserta didik pada soal simbolik ini antara lain tidak dapat menuliskan fasa senyawa pada persamaan yang berlangsung, tidak dapat menyetarakan koefisien pada reaksi, tidak dapat menentukan arah panah reaksi yang sesuai, dan tidak dapat menulis rumus senyawa dengan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik ini peserta didik belum dapat menerjemahkan fenomena makroskopik yang diamati ke dalam dimensi simbolik. Praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan memiliki 5 butir soal simbolik yang terdiri dari nomor 4 yang meminta peserta didik untuk menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan nomor soal 3, 7, 11, dan 15 peserta didik diminta menuliskan rumus senyawa. Rata-rata persentase kemampuan representasi simbolik untuk praktikum ini sebesar 62,50% yang menunjukkan sebagian besar peserta didik telah memiliki kemampuan representasi simbolik. Dari kelima soal simbolik yang disediakan, kesalahan terbanyak terdapat pada nomor soal 15 sedangkan soal simbolik yang paling banyak dijawab benar oleh peserta didik adalah nomor soal 4. Kesalahan peserta didik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut bermacam-macam. Beberapa kesalahan dalam menjawab soal simbolik pada praktikum pertama disajikan pada Tabel 9.
75
Tabel 9. Kesalahan Representasi Simbolik pada Praktikum Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan No. Jawaban Peserta Didik Bentuk Soal
Kesalahan
4
Rumus senyawa Penulisan Fe(SCN)2+ seharusnya FeSCN2+
7.
Tidak memahami Seharusnya FeSCN2+
konsep
Peserta didik membuat persamaan reaksi baru padahal pergeseran yang diminta adalah komponen zat yang bertambah.
kesetimbangan
Karena reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan maka komponen zat yang ada dalam reaksi adalah tetap, yang membedakan adalah jumlahnya. 11
Representasi makroskopik → representasi Penulisan Fe2 SCN2 seharusnya Penambahan menjadi
KSCN
lebih
FeSCN2+.
menyebabkan
merah.
Warna
simbolik larutan
merah
berubah
menandakan
terbentuknya FeSCN2+. Dari jawaban peserta didik dapat dikatakan kesalahan representasi simbolik untuk praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini didominasi pada kesalahan penulisan rumus senyawa yang menunjukkan bahwa peserta didik tidak dapat menerjemahkan fenomena makroskopik yang mereka lihat dengan representasi simbolik. Selain itu, peserta didik belum memahami konsep pergeseran kesetimbangan akibat perubahan konsentrasi secara tepat.
76
Praktikum ketiga pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan memiliki soal simbolik sebanyak 3 nomor yang terdapat pada nomor 2, 5, dan 9 dimana peserta didik diminta untuk menuliskan rumus senyawa. Rata-rata persentase kemampuan representasi simbolik untuk praktikum ketiga ini sebesar 65,63% yang menunjukkan sebagian besar peserta didik telah memiliki kemampuan representasi simbolik. Dari ketiga soal tersebut kesalahan terbanyak terdapat pada nomor 2. Nomor 2 meminta peserta didik menuliskan rumus senyawa gas yang dihasilkan dari reaksi HNO3 dengan logam Cu. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah gas NO2 , namun beberapa peserta didik menjawab Cu 2+ yang sebenarnya merupakan larutan yang dihasilkan. Selain itu peserta didik menjawab dengan menuliskan persamaan reaksi bukan rumus senyawa. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik kurang cermat dalam memahami soal dan tidak memahami senyawa yang ditunjukkan dari warna yang dihasilkan. Nomor 5 berkaitan dengan nomor 4 dimana nomor 4 menanyakan perubahan warna gas sedangkan nomor 5 menanyakan rumus senyawa yang ditandai dari warna tersebut. Beberapa peserta didik menjawab dengan benar untuk nomor 4 yaitu coklat tua namun tidak dapat menuliskan rumus senyawa dengan benar pada nomor 5. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik tidak dapat menghubungkan
representasi
makroskopik
yang
mereka
amati
dengan
representasi simbolik. Praktikum keempat pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan memiliki soal simbolik sebanyak 3 nomor yang terdapat pada
77
nomor 5 dan 9 yang meminta peserta didik untuk menuliskan rumus senyawa serta nomor 6 yang meminta peserta didik untuk menuliskan persamaan reaksi. Rata-rata persentase kemampuan representasi simbolik untuk praktikum ini sebesar 68,78% yang menunjukkan sebagian besar peserta didik telah memiliki kemampuan representasi simbolik. Kesalahan terbanyak dari ketiga soal tersebut adalah nomor 9 yang meminta peserta didik untuk menuliskan rumus senyawa yang bertambah ketika reaksi yang ada diencerkan. Ketika sistem diencerkan atau volum dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang total mol yang lebih besar (Silberberg, 2007) dimana pada reaksi kesetimbangan ini akan ditunjukkan dengan bertambahnya Fe3+ dan SCN-. Salah satu peserta didik menjawab seperti pada Gambar 10.
Gambar 10. Contoh Kesalahan dalam Memahami Konsep Pergeseran Kesetimbangan pada Praktikum Keempat Pada jawaban tersebut, peserta didik beranggapan ketika ditambahkan air akan terjadi reaksi baru yang menghasilkan komponen senyawa baru padahal dalam reaksi kesetimbangan ketika volum dinaikkan tidak akan menghasilkan senyawa baru dan hanya akan menggeser arah kesetimbangan. Ketika diencerkan atau volumnya dinaikkan, warna larutan menjadi lebih kuning yang menunjukkan warna Fe 3+ dan SCN-. Namun beberapa peserta didik menjawab dengan FeSCN2+. Dari hal tersebut diketahui bahwa peserta didik
78
belum dapat menafsirkan fenomena makroskopik yang mereka lihat ke dalam representasi simbolik dan belum dapat memahami konsep pergeseran arah kesetimbangan karena pengaruh pengenceran pada level simbolik. Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa kemampuan representasi simbolik dari masing-masing praktikum menunjukkan perbedaan. Dari keempat praktikum yang dilakukan, persentase kemampuan representasi simbolik terbesar terdapat pada praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Hal ini disebabkan peserta didik terbiasa dengan model soal yang sama dari praktikum yang dilakukan sebelumnya. Namun,
persentase kemampuan
representasi simbolik tidak setinggi pada kemampuan representasi makroskopik. Hal ini karena pada representasi makroskopik hanya berdasarkan pengamatan saja sedangkan pada representasi simbolik peserta didik harus mengkonversi apa yang diamati dengan rumus/persamaan yang ada aturannya sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih dalam c.
Representasi Submikroskopik Representasi submikroskopik
merupakan representasi kimia
yang
menjelaskan dan mengeksplanasi mengenai struktur dan proses pada level partikel (atom/molekuler) terhadap fenomena makroskopik yang diamati. Kemampuan representasi submikroskopik pada penelitian ini diperoleh dari jawaban soal-soal yang
berupa
gambar-gambar
atau
simbol-simbol
dalam
reaksi
yang
dipraktikumkan. Masing-masing praktikum memilki jumlah soal submikroskopik yang berbeda-beda tergantung dari karakter praktikum itu sendiri. Pada praktikum
79
raksi satu arah dan reaksi bolak-balik memiliki soal submikroskopik dengan jumlah 4 soal. Rata-rata persentase kemampuan representasi submikroskopik untuk praktikum ini sebesar 32,37% yang menunjukkan sebagian kecil peserta didik memiliki kemampuan representasi submikroskopik. Beberapa kesalahan dalam menjawab soal submikroskopik pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik antara lain: 1)
Peserta didik tidak dapat menggambarkan keadaan secara molekuler dari pengamatan makroskopik yang mereka amati, contohnya salah satu peserta didik menjawab soal nomor 4 seperti pada Gambar 12.
Gambar 12. Contoh Kesalahan Level Makroskopik ke Submikroskopik Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik 2)
Peserta didik tidak dapat menerjemahkan representasi simbolik ke dalam representasi submikroskopik, contohnya salah satu peserta didik menjawab soal nomor 4 seperti pada Gambar 13.
Gambar 13. Contoh Kesalahan Level Simbolik ke Submikroskopik Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik
80
Nomor 4 berkaitan dengan nomor 3 dimana nomor 3 meminta peserta didik untuk menuliskan persamaan reaksi yang terjadi sedangkan nomor 4 meminta peserta didik untuk menggambarkan hasil reaksi seperti pada nomor 3. Pada Gambar 13, peserta didik telah dapat menuliskan persamaan reaksi dengan benar yang menunjukkan memiliki kemampuan representasi simbolik yang baik. Namun peserta didik tidak dapat menggambarkan hasil reaksi dengan benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik tidak mampu
menerjemahkan
representasi
simbolik
ke
representasi
submikroskopik. 3)
Peserta didik tidak mampu menggambarkan komponen dengan jumlah yang sesuai, contohnya salah satu peserta didik menjawab soal nomor 11 seperti pada Gambar 14.
Gambar 14. Contoh Kesalahan Menggambarkan Jumlah Molekul Praktikum Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik Jumlah hasil reaksi harus sesuai dengan zat yang direaksikan. Pada Gambar
14 jumlah
seharusnya berjumlah empat sedangkan jumlah
seharusnya juga dua.
81
4)
Peserta didik tidak memahami konsep dalam reaksi kesetimbangan yang terdapat pada soal nomor 13. Nomor 13 meminta peserta didik untuk memilih keadaan yang menggambarkan reaksi pada saat setimbang. Pada saat setimbang, semua zat reaktan maupun produk terdapat dalam sistem yang digambarkan pada option jawaban B. Beberapa peserta didik masih mengalami kesalahan dengan memilih option lain yang hanya menunjukkan salah satu reaktan/ produk saja. Praktikum kedua pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran
arah kesetimbangan memiliki jumlah soal submikroskopik sebanyak 4 soal. Ratarata persentase kemampuan representasi submikroskopik untuk praktikum ini sebesar 42,23% yang menunjukkan sebagian kecil peserta didik memiliki kemampuan representasi submikroskopik. Beberapa kesalahan dalam menjawab soal level submikroskopik pada praktikum
pengaruh
perubahan
konsentrasi
terhadap
pergeseran
arah
kesetimbangan sebagai berikut. 1)
Peserta didik tidak memahami konsep dalam reaksi kesetimbangan yang terdapat pada soal nomor 5. Nomor 5 meminta peserta didik untuk menggambarkan keadaan yang reaksi kesetimbangan. Salah satu peserta didik hanya menggambarkan salah satu komponen saja seperti pada Gambar 14 sedangkan pada saat kesetimbangan semua komponen reaktan maupun produk berada pada sistem tersebut.
82
Gambar 14. Contoh Kesalahan Konsep Kesetimbangan Praktikum Pengaruh Perubahan Konsentrasi 2)
Peserta tidak dapat menerjemahkan representasi makroskopik maupun simbolik ke dalam representasi submikroskopik. Sebagai contoh untuk nomor 12 yang meminta peserta didik untuk memilih keadaan yang menggambarkan kesetimbangan baru ketika konsentrasi SCN- ditambah. Ketika konsentrasi SCN- ditambahkan, maka akan menyebabkan perubahan warna reaksi menjadi lebih merah. Warna merah menunjukkan terbentuknya FeSCN2+. Hal ini ditunjukkan pada option jawaban B. Ketika peserta didik tidak dapat menjawab dengan benar, maka hal ini menunjukkaan bahwa selain tidak memahami konsep pergeseran kesetimbangan, peserta didik tidak mampu menerjemahkan fenomena makroskopik yang mereka amati dengan representasi submikroskopik.
3)
Peserta didik tidak memahami konsep pergeseran arah kesetimbangan karena pengaruh konsentrasi. Sebagai contoh untuk nomor 8 yang meminta peserta didik untuk memilih keadaan yang menggambarkan kesetimbangan baru ketika konsentrasi FeCl3 ditambah. Sesuai azas Le Chatelier, ketika konsentrasi suatu zat ditambah maka sistem akan bereaksi dengan mengurangi zat tersebut sampai terbentuk kesetimbangan baru (Silberberg, 2010) sehingga ketika konsentrasi Fe 3+ ditambah maka sebagian Fe 3+ yang ditambahkan tersebut akan bereaksi dengan SCN- untuk membentuk FeSCN2+. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah Fe 3+ bertambah, SCN-
83
berkurang, dan FeSCN2+ bertambah seperti pada option jawaban B. Beberapa peserta didik mengalami kesalahan dengan menganggap jumlah komponen yang berubah hanya FeSCN2+ karena kesetimbangan bergeser ke arah kanan dengan menjawab option C. Praktikum
pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah
kesetimbangan memiliki jumlah soal submikroskopik sebanyak 3 soal. Rata-rata persentase kemampuan representasi submikroskopik untuk praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini sebesar 57,03% yang menunjukkan sebagian peserta
didik memiliki kemampuan representasi
submikroskopik. Tingkat kesalahan pada praktikum ketiga ini berkurang dari praktikum kedua karena peserta didik telah terbiasa dengan model soal submikroskopik. Bentuk kesalahan pada praktikum ini juga hampir sama dengan praktikum sebelumnya yaitu peserta didik tidak dapat menerjemahkan representasi makroskopik/simbolik ke dalam representasi submikroskopik, tidak memahami konsep dalam reaksi kesetimbangan dan tidak memahami konsep pergeseran arah kesetimbangan karena pengaruh perubahan suhu. Pada reaksi kesetimbangan 2NO2 (g)
N2O4 (g) , semua komponen
baik NO2 maupun N2O4 berada dalam sistem. Namun beberapa peserta didik hanya menggambarkan salah satu komponen saja seperti jawaban salah satu peserta didik pada Gambar 15.
84
Gambar 15. Contoh Kesalahan Memahami Reaksi Kesetimbangan Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Berdasarkan azas Le Chatelier, ketika suhu reaksi dinaikkan, maka sistem akan menyerap kalor tersebut yang menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah endoterm dan sebaliknya (Silberberg, 2010). Reaksi 2NO2 (g)
N2O4 (g)
merupakan reaksi eksoterm sehingga pada soal nomor 6 ketika suhu dinaikkan akan bergeser ke arah kiri yang digambarkan dengan bertambahnya jumlah NO 2 dan berkurangnya N2O4 seperti pada option jawaban B. Beberapa peserta didik menjawab option lain karena tidak memahami konsep pergeseran kesetimbangan pada level submikroskopik. Ketika suhu dinaikkan menyebabkan perubahan warna menjadi coklat tua yang menandakan bertambahnya jumlah NO2. Ketika peserta didik tidak dapat menjawab dengan benar, maka hal ini menunjukkaan bahwa selain tidak memahami konsep pergeseran kesetimbangan, peserta didik tidak mampu menerjemahkan fenomena makroskopik yang mereka amati ke dalam representasi submikroskopik. Pada praktikum keempat pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan memiliki jumlah soal submikroskopik sebanyak 3 soal. Rata-rata persentase kemampuan representasi submikroskopik untuk praktikum ini sebesar 63,75% yang menunjukkan sebagian besar peserta didik memiliki kemampuan
85
representasi submikroskopik. Tingkat kesalahan pada praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini berkurang dari praktikum sebelumnya karena peserta didik telah terbiasa dengan model soal submikroskopik dan tingkat kesulitan yang lebih rendah. Bentuk kesalahan pada praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini juga hampir sama dengan praktikum sebelumnya yaitu peserta didik tidak dapat menerjemahkan representasi makroskopik maupun simbolik ke dalam representasi submikroskopik, tidak memahami konsep dalam reaksi kesetimbangan dan tidak memahami konsep pergeseran arah kesetimbangan karena pengaruh pengenceran. Di sisi lain untuk soal nomor 2 yang meminta peserta didik memilih gambar yang menunjukkan molekul besi(III) klorida, sebagian besar telah dapat menjawab dengan benar meskipun bentuk soal seperti ini belum pernah muncul di praktikum sebelumnya. Pada reaksi Fe3+(aq) + SCN-(aq)
FeSCN2+(aq) semua komponen baik
reaktan maupun produk berada dalam sistem. Beberapa peserta didik yang telah dapat menuliskan persamaan reaksi dengan benar ternyata tidak mampu menggambarkan ke dalam dimensi submikroskopik seperti jawaban salah satu peserta didik pada Gambar 16.
Gambar 16. Contoh Kesalahan Representasi Simbolik ke Representasi Submikroskopik Praktikum Pengaruh Pengenceran
86
Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik tidak dapat menerjemahkan representasi simbolik ke dalam representasi submikroskopik dan tidak memahami konsep dalam reaksi kesetimbangan. Soal nomor 10 meminta peserta didik untuk memilih keadaan kesetimbangan baru ketika reaksi ditambahkan air. Berdasarkan azas Le Chatelier, ketika volum dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah total mol yang lebih besar. Penambahan air atau pengenceran maka akan menurunkan konsentrasi pereaksi dan produk reaksi. Oleh karena total mol pereaksi (Fe 3+ dan SCN-) lebih besar total mol produk reaksi (FeSCN2+), maka kesetimbangan bergeser ke kiri atau dengan kata lain jumlah Fe 3+ dan SCN- bertambah sedangkan jumlah FeSCN2+ berkurang seperti yang ditunjukkan pada option jawaban A. Beberapa peserta didik menjawab option lain karena tidak memahami konsep pergeseran kesetimbangan pada level submikroskopik. Selain itu, ketika ditambahkan air atau diencerkan menyebabkan perubahan warna menjadi lebih kuning. Perubahan menjadi lebih kuning ini menunjukkan bertambahnya jumlah Fe 3+ dan SCN- . Ketika peserta didik tidak dapat menjawab dengan benar, maka hal ini menunjukkaan bahwa selain tidak memahami konsep pergeseran kesetimbangan, peserta didik tidak mampu menerjemahkan fenomena makroskopik yang mereka amati ke dalam representasi submikroskopik. Berdasarkan Tabel 5,
diketahui bahwa kemampuan representasi
submikroskopik dari masing-masing praktikum berbeda-beda. Dari keempat praktikum
yang
telah
dilakukan,
persentase
87
kemampuan
representasi
submikroskopik tertinggi terdapat pada praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Hal ini merupakan efek dari pengulangan model soal yang sama dari praktikum sebelum-sebelumnya sehingga peserta didik lebih mudah memahami maksud soal. Rata-rata untuk kemampuan representasi submikroskopik seluruh peserta didik
sebesar
49,09%
yang
menunjukkan
kemampuan
representasi
submikroskopik kategori kurang. Hal ini sangat berbeda dengan persentase kemampuan representasi makroskopik yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Ramnarain dan Joseph (2012), dari ketiga level representasi menunjukkan bahwa kemampuan representasi terendah adalah representasi submikroskopik sedangkan kemampuan tertinggi adalah representasi simbolik. Perbedaan ini disebabkan tingkat kesulitan soal submikroskopik lebih tinggi dibanding soal level makroskopik. Pada soal submikroskopik peserta didik harus paham konsepnya terlebih dahulu sebelum dapat mengerjakan soal submikroskopik sedangkan pada soal makroskopik hanya berdasarkan pada ingatan peserta didik mengenai apa yang mereka amati. 3.
Kemampuan Representasi Praktikum dengan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Praktikum yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan dua
metode, yaitu metode demonstrasi dan metode eksperimen. Metode demonstrasi dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dimana peserta didik hanya mengamati percobaan yang dilakukan peneliti di depan kelas. Metode eksperimen dilakukan
88
sebanyak dua kali pertemuan dimana peserta didik melakukan percobaan secara langsung sesuai prosedur kerja. Untuk mengetahui persentase kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level representasi pada metode demonstrasi dan eksperimen, data skor jawaban masing-masing peserta didik yang diperoleh diakumulasikan ke dalam persentase untuk setiap level representasi. Kemudian dihitung persentase rata-rata untuk setiap level representasi dengan membagi skor total dengan jumlah peserta didik. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui persentase kemampuan representasi untuk setiap level pada metode demonstrasi dan eksperimen. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, untuk mempermudah pengamatan dibuat grafik rerata persentase kemampuan representasi peserta didik untuk setiap level representasi untuk metode demonstrasi dan metode eksperimen yang dapat dilihat pada Gambar 17.
100.00%
90.00% 80.00%
88.15% 79.69% 62.56%65.64%
Persentase
70.00% 60.00%
53.49% 44.70%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00%
0.00% Makroskopik
Simbolik
Demonstrasi
Submikroskopik
Eksperimen
Gambar 17. Rerata Persentase Kemampuan Representasi untuk Setiap Level pada Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen
89
a.
Kemampuan Representasi dengan Metode Demonstrasi Praktikum dengan metode demonstrasi dilakukan pada pertemuan pertama
dan ketiga. Praktikum pertama dengan metode demonstrasi berjudul “Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik”. Demonstrasi ini bertujuan untuk membedakan reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik. Peserta didik secara berkelompok memperhatikan dan mencatat pengamatan yang mereka lakukan terhadap percobaan yang dilakukan peneliti. Demonstrasi ini terdiri dari dua percobaan. Sebelum dilakukan percobaan, peserta didik ditunjukkan warna dan bentuk zat yang akan digunakan. Percobaan pertama merupakan reaksi satu arah yaitu mereaksikan antara serbuk CaCO 3 dengan larutan HCl. Dari percobaan pertama ini, peserta didik diminta mengamati reaksi yang terjadi yaitu warna larutan dan gelembung gas. Percobaan kedua mengenai reaksi dua arah yaitu dengan mereaksikan serbuk PbSO 4 dengan larutan NaI kemudian endapan yang dihasilkan direaksikan dengan larutan Na 2SO4. Dari kegiatan ini, peserta didik diminta mengamati perubahan yang terjadi seperti terbentuknya endapan, warna endapan, dan warna larutan. Setelah kegiatan demonstrasi selesai, peserta didik mengerjakan test kemampuan representasi mengenai demonstrasi yang baru saja dilakukan. Berdasarkan penilaian jawaban peserta didik terhadap test kemampuan representasi yang telah dikerjakan, diperoleh hasil bahwa dari ketiga level representasi, persentase kemampuan representasi tertinggi adalah pada level makroskopik yaitu sebesar 75,00% dan termasuk dalam kategori baik. Persentase kemampuan representasi untuk level simbolik sebesar 59,50% dan termasuk
90
dalam kategori cukup sedangkan persentase kemampuan representasi untuk level submikroskopik sebesar 32,37% dan termasuk dalam kategori sangat kurang. Metode demonstrasi yang kedua berjudul “Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan”. Demonstrasi ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Peserta didik secara berkelompok memperhatikan dan mencatat pengamatan yang mereka lakukan terhadap percobaan yang dilakukan peneliti. Demonstrasi yang dilakukan yaitu mereaksikan HNO3 dengan logam Cu untuk menghasilkan gas NO2 yang berwarna coklat. Gas coklat yang dihasilkan dalam tabung tertutup kemudian dimasukkan ke dalam air panas dan peserta didik diminta untuk mengamati perubahan warna. Selanjutnya tabung berisi gas tersebut dindahkan ke dalam air es dan peserta didik diminta untuk mengamati perubahan warna yang terjadi. Setelah kegiatan demonstrasi selesai, peserta didik mengerjakan test kemampuan representasi mengenai demonstrasi yang baru saja dilakukan. Berdasarkan penilaian jawaban peserta didik terhadap test kemampuan representasi yang telah dikerjakan, diperoleh hasil bahwa dari ketiga level representasi, persentase kemampuan representasi tertinggi adalah pada level makroskopik yaitu sebesar 84,38% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Persentase kemampuan representasi untuk level simbolik sebesar 65,63% dan termasuk dalam kategori cukup sedangkan persentase kemampuan representasi untuk level submikroskopik sebesar 57,03% dan termasuk dalam kategori cukup.
91
Dari kedua demonstrasi yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata kemampuan representasi untuk setiap Berdasarkan
Gambar
17,
diketahui
level pada rata-rata
metode
demonstrasi.
kemampuan
representasi
makroskopik dengan metode demonstrasi sebesar 79,69% dan termasuk dalam kategori baik, rata-rata kemampuan representasi simbolik sebesar 62,56% dan termasuk dalam kategori cukup, serta rata-rata
kemampuan representasi
submikroskopik sebesar 44,70% dan termasuk dalam kategori kurang. Tidak seimbangnya antara kemampuan reprsentasi level makroskopik, simbolik, dan submikroskopik ini menunjukkan bahwa peserta didik tidak memiliki kemampuan representasi mengenai demonstrasi yang dilakukan secara utuh. Rendahnya kemampuan representasi submikroskopik dibanding representasi yang lain terjadi karena pada soal submikroskopik peserta didik harus menganalisis konsep yang ada dengan fenomena makroskopik yang mereka amati dan aturan-aturan dalam representasi simbolik kemudian menerjemahkan ke dalam dimensi molekuler. Berdasarkan Tabel 6, terjadi kenaikan persentase kemampuan representasi untuk ketiga level dari demonstrasi reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik ke pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Hal ini disebabkan efek pengulangan model soal yang sama sehingga peserta didik lebih mudah memahami soal. Selain itu soal representasi untuk demonstrasi reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik lebih beragam karena pengamatan yang dilakukan lebih banyak menyebabkan peserta didik kesulitan dalam memahami konsep percobaan.
92
b.
Kemampuan Representasi dengan Metode Eksperimen Praktikum dengan metode eksperimen dilakukan pada pertemuan kedua
dan keempat. Praktikum pertama dengan metode eksperimen berjudul “Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan”. Eksperimen ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Peserta didik secara berkelompok melakukan percobaan sendiri berdasarkan lembar petunjuk praktikum yang telah disediakan. Dari eksperimen yang dilakukan, peserta didik mengamati fenomena yang terjadi dan mencatatnya dalam lembar pengamatan. Eksperimen pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan ini terdiri dari 4 kali kegiatan, yaitu mereaksikan larutan FeCl3 dengan larutan KSCN kemudian larutan hasil reaksi tersebut dibagi menjadi 4 tabung reaksi, tabung pertama digunakan sebagai pembanding, tabung kedua ditambahkan dengan larutan FeCl3, tabung ketiga ditambahkan larutan KSCN, dan tabung keempat ditambahkan larutan NaOH. Dari kegiatan ini peserta didik diminta mengamati warna larutan dan membandingkan warna yang terjadi warna dengan larutan pembanding. Setelah kegiatan eksperimen selesai, peserta didik mengerjakan test kemampuan representasi mengenai eksperimen yang baru saja dilakukan. Berdasarkan penilaian jawaban peserta didik terhadap test kemampuan representasi yang telah dikerjakan, diperoleh hasil bahwa dari ketiga level representasi, persentase kemampuan representasi level makroskopik yaitu sebesar 84,90% dan termasuk dalam kategori sangat baik, persentase kemampuan
93
representasi untuk level simbolik sebesar 62,50% dan termasuk dalam kategori cukup sedangkan persentase kemampuan representasi untuk level submikroskopik sebesar 43,23% dan termasuk dalam kategori kurang. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kemampuan representasi submikroskopik memiliki persentase yang paling kecil dibanding representasi yang lain. Metode eksperimen yang kedua berjudul “Pengaruh Pengenceran terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan”. Eksperimen ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan. Peserta didik secara berkelompok melakukan percobaan berdasarkan petunjuk praktikum. Dari praktikum yang dilakukan, peserta didik mengamati fenomena yang terjadi dan mencatatnya dalam lembar pengamatan. Eksperimen
pengaruh
pengenceran
terhadap
pergeseran
arah
kesetimbangan ini terdiri dari 2 kali kegiatan, yaitu mereaksikan FeCl3 dengan KSCN kemudian larutan hasil reaksi tersebut dibagi menjadi 2 tabung reaksi, tabung pertama sebagai pembanding dan tabung kedua ditambahkan dengan air. Dari kegiatan ini peserta didik diminta mengamati warna larutan dan membandingkan dengan warna larutan pembanding. Setelah kegiatan eksperimen selesai, peserta didik mengerjakan test kemampuan representasi mengenai eksperimen yang baru saja dilakukan secara individu. Berdasarkan penilaian jawaban peserta didik terhadap test kemampuan representasi yang telah dikerjakan, diperoleh hasil bahwa dari ketiga level representasi, persentase kemampuan representasi level makroskopik sebesar
94
91,41% dan termasuk dalam kategori sangat baik, persentase kemampuan representasi untuk level simbolik sebesar 68,78% dan termasuk dalam kategori baik sedangkan persentase kemampuan representasi untuk level submikroskopik sebesar 63,75% dan termasuk dalam kategori cukup. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kemampuan representasi makroskopik memiliki persentase yang paling tinggi dibanding representasi yang lain. Dari kedua eksperimen yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata kemampuan representasi untuk setiap level pada metode eksperimen. Berdasarkan Gambar 17, diketahui rata-rata kemampuan representasi makroskopik dengan metode eksperimen sebesar 88,15% dan termasuk dalam kategori sangat baik, rata-rata kemampuan representasi simbolik sebesar 65,64% dan termasuk dalam kategori cukup, serta rata-rata kemampuan representasi submikroskopik sebesar 53,49% dan termasuk dalam kategori kurang. Dari Gambar 17 diketahui bahwa hampir seluruh peserta didik memiliki kemampuan representasi makroskopik sedangkan pada kemampuan representasi simbolik dan submikroskopik hanya sebagian peserta didik yang memiliki kemampuan tersebut. Berdasarkan Tabel 7, diketahui terjadi kenaikan persentase kemampuan representasi untuk ketiga level dari eksperimen reaksi satu arah dan reaksi bolakbalik
ke
eksperimen
pengaruh
pengenceran
terhadap
pergeseran arah
kesetimbangan. Hal ini disebabkan efek pengulangan model soal yang sama sehingga peserta didik lebih mudah memahami maksud soal. Jumlah pengamatan pada eksperimen pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan yang sedikit juga menyebabkan peserta didik akan lebih memahami secara lebih
95
mendetail isi dari percobaan sehingga kemungkinan menjawab pertanyaan dengan tepat lebih besar. Dari kedua metode praktikum, baik metode demonstrasi maupun eksperimen memiliki kesamaan yaitu kemampuan representasi makroskopik memiliki persentase tertinggi dan kemampuan representasi submikroskopik memiliki persentase terendah. Hal ini terjadi karena pada representasi makroskopik hanya didasarkan pengamatan mengenai fenomena makroskopik yang diamati, pada representasi simbolik peserta didik harus mengkonversi apa yang diamati dengan rumus-rumus/ persamaan yang ada aturannya dan untuk representasi submikroskopik, peserta didik harus menerjemahkan apa yang diamati ke dalam dimensi molekuler yang berupa gambar-gambar berdasarkan konsep kimia yang ada. Selain itu, dari kedua demonstrasi yang dilakukan maupun kedua eksperiemen yang dilakukan selalu terjadi kenaikan kemampuan representasi. Hal ini terjadi karena efek pengulangan model soal yang sama sehingga peserta didik mulai terbiasa dan lebih mudah memahami maksud soal. Namun jika dilihat dari Gambar 17, terlihat perbedaan dimana persentase kemampuan representasi untuk masing-masing level pada metode eksperimen selalu lebih tinggi dari metode demonstrasi. Perbedaan kemampuan representasi yang paling terlihat terdapat pada kemampuan representasi level makroskopik. Kemampuan representasi level makroskopik dengan metode demonstrasi termasuk dalam kategori baik sedangkan pada metode eksperimen termasuk dalam kategori sangat baik.
96
Faktor yang mempengaruhi kemampuan representasi makroskopik pada metode eksperimen lebih tinggi yaitu pada kegiatan eksperimen peserta didik melakukan percobaan sendiri secara langsung sehingga pengamatan yang mereka lakukan lebih baik dan bermakna. Peserta didik akan lebih mudah memahami reaksi yang berlangsung karena dilakukan sendiri. Di sisi lain, pada metode demonstrasi peserta didik hanya mengamati percobaan yang dilakukan peneliti dari tempat duduknya sehingga tidak dapat melakukan pengamatan secara lebih tepat karena faktor cahaya dan jarak. Selain itu dilihat dari kegiatan eksperimen yang dilakukan, peserta didik terlihat lebih aktif dan tertarik.
97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.
Simpulan Berdasarkan data hasil test kemampuan representasi pada praktikum dan
pengolahan data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kemampuan representasi peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran 2016/2017 pada praktikum reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik sebesar 57,99% dengan kategori cukup; praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan sebesar 66,37% dengan kategori baik; praktikum pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan sebesar 70,57% dengan kategori baik; dan praktikum pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan sebesar 73,96% dengan kategori baik. 2. Persentase kemampuan representasi peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran 2016/2017 pada praktikum kesetimbangan kimia untuk level makroskopik sebesar 83,92%; kemampuan representasi simbolik sebesar 64,10%; dan kemampuan representasi submikroskopik sebesar 49,09%. 3. Kemampuan representasi peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran 2016/2017 pada praktikum metode demonstrasi untuk level makroskopik sebesar 79,69% dengan kategori baik; level simbolik sebesar 62,56% dengan kategori cukup; dan level submikroskopik sebesar 44,70% dengan kategori kurang. Kemampuan representasi peserta didik pada
98
praktikum metode eksperimen untuk level makroskopik sebesar 88,15% dengan kategori sangat baik; level simbolik sebesar 65,64% dengan kategori cukup; dan level submikroskopik sebesar 53,49% dengan kategori kurang. B.
Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat
diajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Dalam pembelajaran kimia perlu dikembangkan usaha untuk melatih kemampuan representasi peserta didik pada praktikum kimia. 2. Perlu adanya penekanan representasi dalam pelaksanaan praktikum kimia. 3. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan model dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan representasi peserta didik pada praktikum kimia materi kesetimbangan kimia khususnya.
99
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H., & Baradja, L. (2015). Demonstrasi kimia 2. Bandung: Nuansa Cendekia. Arifin, M. (2005). Strategi belajar mengajar kimia. Malang: UM Press. Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Becker, N., Stanford, C., Towns, M., & Cole, R. (2015). Translating across macroscopic, submicroscopic, and simbolic levels: The role of instructor facilitation in an inquiry-oriented physical chemistry class. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 16, 769-771. doi:10.1039/c5rp00064e Badan Standar Nasional Pusat (BSNP). (2014). Instrumen penilaian buku teks pelajaran kimia untuk peserta didik sekolah menengah atas/madrasah aliyah. Jakarta: BSNP. Buntine, M. A., Read, J. R., Barrie, S. C., Bucat, R. B., Crisp, G. T., Goerge, A. V., . . . Kable, S. H. (2007). Advancing chemistry by enhancing learning in the laboratory (ACELL): A model for providing professional and personal development and facilitating improved student laboratory learning outcomes. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 8(2), 232-254. doi: 10.1039/B6RP90033J Chang, R. (2010). Chemistry (10th ed.). New York: McGraw-Hill. Demircioglu, G., Demircioglu, H., & Yadigaroglu, M. (2013). An investigation of chemistry student teachers’ understanding of chemical equilibrium. International Journal on New Trends in Education and Their Implication, 4(2), 192-199. Retrieved from http://www.ijonte.org/FileUpload/ks63207/File/19.demircioglu.pdf Fan, E. J. (2015). Drawing to learn: How producing graphical representations enhances scientific thinking. Journal of Psychological Science, 1(2), 170181. doi:10.1037/tps0000037 Figueiredo, M., Esteves, L., Neves, J., & Vicente, H. (2016). A data mining approach to study the impact of the methodology followed in chemistry lab classes on the weight attributed by the students to the lab work on learning and motivation. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 17, 156-171. doi:10.1039/c5rp00144g
100
Indrayani, P. (2013). Analisis pemahaman makroskopik, mikroskopik, dan simbolik titrasi asam-basa peserta didik kelas XI IPA SMA serta upaya perbaikannya dengan pendekatan mikroskopik. Jurnal Pendidikan Sains, 1(2), 109-120. Diperoleh dari http://journal.um.ac.id/index.php/jps/rt/printerFriendly/4165/0 Justi, R., & Gilbert, J. (2002). Models and modelling in chemical education. In J. K. Gilbert, O. de Jong, R. Justi, D. F. Treagust, & J. H. van Driel (Eds.), Chemical education: Towards research-based practice (pp. 47-49). Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Lestari, I. N. (2014). Multi representasi pembelajaran kimia pada materi ikatan kimia kelas X di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (Skripsi tidak diterbitkan). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Madden, S. P., Jones, L. L., & Rahm, J. (2011). The role of multiple representation in the understanding of ideal gas problems. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 12, 283-293. doi: 10.1039/C1RP90035H Middlecamp, C., & Kean, E. (1985). Panduan belajar kimia dasar. Jakarta: Gramedia. Nazir, M. (2014). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Peraturan Rektor UNY Nomor 2 tahun 2014 tentang Peraturan Akademik Universitas Negeri Yogyakarta. (2014) Prain, V., & Tytler, R. (2013). Representing and learning in science. In R. Tytler, V. Prain, P. Hubber, & B. Waldrip (Eds.), Constructing representations to learn in science (p. 14). Rotterdam: Sense. Quilez, J. (2004). A historical approach to the development of chemical equilibrium through the evolution of the affinity concept: some educational suggestions. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 5(1), 69-87. doi: 10.1039/B3RP90031B Ramnarain, U., & Joseph, A. (2012). Learning difficulties experienced by grade 12 south african students in the chemical representation of phenomena. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 13, 462-470. doi:10.1039/c2rp20071f Sastrawijaya, T. (1988). Proses belajar mengajar kimia. Jakarta: Depdikbud. Schunk, D. H. (2012). Teori-teori pembelajran: Perspektif pendidikan. (Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar, Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
101
Silberberg, M. S. (2010). Principles of general chemistry (2nd ed.). New York: McGraw-Hill. Strickland, A. M., Kraft, A., & Bhattacharyya, G. (2010). What happens when representations fail to represent? Graduate students’ mental models of organic chemistry diagrams. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 11, 293-301. doi:10.1039/C0RP90009E Sugihartono, Fathiyah, K. N., Setiawati, F. A., Harahap, F., & Nurhayati, S. R. (2013). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Suyanti, R. D. (2010). Strategi pembelajaran kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Talanquer, V. (2010). Macro, submikro, and simbolic: The many faces of the chemistry “triplet”. International Journal of Science Education, 33(2), 179-195. doi:1080/09500690903386435 Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan-UPI. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan bagian 3 pendidikan disiplin ilmu. Bandung: Imperial Bhakti Utama. Van Driel, J. H., & Graber, W. (2002). The teaching and learning of chemical equilibrium. In J. K. Gilbert, O. de Jong, R. Justi, D. F. Treagust, & J. H. van Driel (Eds.), Chemical education: Towards research-based practice (pp. 271-281). Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Widoyoko, E. P. (2016). Evaluasi progam pembelajaran panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wu, H. K., Krajcik, J. S, & Soloway, E. (2001). Promoting understanding of chemical representations: Students’ use of a visualization tool in the classroom. Journal of Research in Science Teaching, 38(7), 821-824. doi: 10.1002/tea.1033
102
Lampiran 1. Lembar Petunjuk Praktikum
LEMBAR PETUNJUK PRAKTIKUM 1 REAKSI SATU ARAH DAN REAKSI BOLAK-BALIK A.
Tujuan Peserta didik dapat membedakan reaksi satu arah dengan reaksi bolak-balik.
B.
Pendahuluan Perhatikan kayu yang terbakar. Terbakarnya kayu merupakan salah satu contoh peristiwa reaksi kimia. Kayu yang terbakar lama-kelamaan akan menjadi abu. Apakah abu hasil pembakaran kayu dapat diubah kembali menjadi kayu seperti semula? Adakah reaksi kimia dalam kehidupan seharihari yang bisa kembali ke bentuk semula? Reaksi bolak-balik (reaksi reversible) merupakan reaksi yang dapat berlangsung dua arah sedangkan reaksi yang hanya berlangsung satu arah dinamakan reaksi irreversible.
C.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan:
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas kimia 50 mL
Pengaduk
Gelas ukur
Sumbat karet
103
Bahan yang digunakan:
D.
Serbuk CaCO3
Larutan HCl 0,1 M
Serbuk PbSO4
Larutan NaI 1 M
Larutan Na2SO4 1 M
Air
Prosedur 1.
Percobaan 1 a.
Masukkan 1 gram serbuk CaCO3 ke dalam tabung reaksi.
b.
Tambahkan 2 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi serbuk CaCO3.
c.
Tutup dengan segera tabung reaksi dengan mengunakan sumbat karet.
2.
d.
Amati dengan cermat perubahan yang terjadi.
e.
Catat hasil percobaan dalam tabel pengamatan.
Percobaan 2 a.
Masukkan 1 gram serbuk PbSO4 ke dalam gelas kimia.
b.
Tambahkan air secukupnya dan diaduk. Catat hasil pengamatan apakah PbSO4 larut dalam air atau tidak.
c.
Tuangkan airnya dengan cara didekantasi. Hati-hati jangan sampai serbuk PbSO4 terbuang.
d.
Masukkan 2 mL NaI 1 M ke dalam gelas kimia yang berisi PbSO4. Aduk campuran tersebut dengan pengaduk. Amati dengan cermat perubahan yang terjadi. Catat hasil percobaan dalam tabel pengamatan.
104
e.
Dekantasikan larutan dari gelas kimia. Hati-hati jangan sampai endapan terbuang. Cuci endapan dengan air.
f.
Tambahkan 2 mL larutan Na2SO4 1 M ke dalam endapan kemudian aduk campuran tersebut. Amati perubahan warna endapan dengan membandingkan warna endapan tersebut dengan serbuk PbSO4 yang ada dalam wadah.
g. E.
Catat hasil percobaan dalam tabel pengamatan.
Data Hasil Pengamatan 1.
Percobaan 1 No. Kegiatan
Hasil Pengamatan
a.
Serbuk CaCO3 mula-mula
b.
Serbuk
CaCO3
setelah
ditambah larutan HCl 0,1 M
2.
Percobaan 2 No. Kegiatan a.
Hasil Pengamatan
Warna serbuk PbSO4 mulamula
b.
Kelarutan PbSO4 dalam air
c.
Serbuk PbSO4 + larutan NaI 1M
d.
Endapan
(1)
+
larutan
Na2SO4 1 M
105
LEMBAR PETUNJUK PRAKTIKUM 2 PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN
A.
Tujuan Peserta didik dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan.
B.
Pendahuluan Pada kegiatan ini akan ditunjukkan adanya pergeseran arah kesetimbangan yang terjadi pada larutan yang mengandung ion Fe 3+ yang direaksikan dengan larutan yang mengandung ion SCN -, maka akan dihasilkan larutan FeSCN2+ yang berwarna merah. Semakin banyak FeSCN2+ yang terbentuk, maka warna larutan akan semakin pekat.
C. Alat dan Bahan Alat yang digunakan:
Tabung reaksi
Pengaduk
Pipet tetes
Gelas ukur
Bahan yang digunakan
Akuades
Larutan FeCl3 0,1 M
106
Gelas kimia 100 mL
Rak tabung reaksi
Larutan KSCN 0,1 M D.
Larutan NaOH 0,1 M
Prosedur 1. Masukkan 20 mL air ke dalam gelas kimia. 2. Tambahkan 2 tetes larutan KSCN 0,1 M dan 2 tetes larutan FeCl3 0,1 M ke dalam gelas kimia tersebut. Aduklah hingga warnanya tetap. Kemudian bagilah larutan itu sama banyak ke dalam 4 tabung reaksi. Tabung 1 digunakan sebagai pembanding warna. 3. Tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 0,1 M ke dalam tabung 2 (larutan FeCl3 0,1 M mengandung ion Fe3+ dan ion Cl-). Goyang-goyangkan tabung reaksi dan bandingkan warnanya dengan tabung ke 1. Amati perubahan yang terjadi dan catat hasil pengamatan Anda. 4. Tambahkan 2 tetes larutan KSCN 0,1 M ke dalam tabung 3 (larutan KSCN 0,1 M mengandung ion K+ dan ion SCN-). Goyang-goyangkan tabung reaksi dan bandingkan warnanya dengan tabung ke 1. Amati perubahan yang terjadi dan catat hasil pengamatan Anda. 5. Tambahkan 2 tetes larutan NaOH 0,1 M ke dalam tabung 4 (larutan NaOH 0,1 M mengandung ion Na+ dan ion OH-). Goyang-goyangkan tabung reaksi dan bandingkan warnanya dengan tabung ke 1. Amati perubahan yang terjadi dan catat hasil pengamatan Anda.
107
E.
Data Hasil Pengamatan No
Kegiatan
Hasil Pengamatan (warna larutan)
1.
Larutan KSCN mulamula (ion SCN-)
2.
Larutan
FeCl3
mula-
mula (ion Fe3+) 3.
Larutan FeCl3 0,1 M + larutan KSCN 0,1 M (tabung
1
sebagai
Penambahan
larutan
kontrol) 4.
FeCl3 0,1 M ke dalam tabung 2 (hasil reaksi FeCl3 + KSCN) 5.
Penambahan
larutan
KSCN 0,1 M ke dalam tabung 3 (hasil reaksi FeCl3 + KSCN) 6.
Penambahan
larutan
NaOH 0,1 M ke dalam tabung 4 (hasil reaksi FeCl3 + KSCN)
108
LEMBAR PETUNJUK PRAKTIKUM 3 PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN
A. Tujuan Peserta didik dapat menjelaskan pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan
B. Pendahuluan Setiap perubahan suhu akan mengakibatkan perubahan kalor. Pada reaksi kesetimbangan, apabila suhu diubah, terjadi perubahan kesetimbangan. Untuk itu, selalu diterapkan ΔH agar diketahui apakah reaksi eksoterm atau endoterm. Gas NO2 yang dimasukkan kedalam tabung reaksi yang tertutup akan mencapai kesetimbangan dengan reaksi: 2NO2(g)
N2O4 (g)
Persamaan termokimia untuk reaksi tersebut adalah sebagai berikut. 2NO2 (g) → N2O4 (g) ΔH = - 59,2 kJ N2O4 (g) → 2NO2 (g) ΔH = + 59,2 kJ 2NO2 (g)
N2O4 (g) ΔH = - 59,2 kJ
C. Alat dan Bahan Alat yang digunakan:
Gelas kimia
Tabung reaksi
109
Neraca
Sumbat karet
Bahan yang digunakan:
Air
Es batu
larutan HNO3 pekat
Lempeng Cu
D. Prosedur 1. Buatlah gas NO2 dengan cara memasukkan ke dalam 3 tabung reaksi, masing-masing 10 tetes larutan HNO3 pekat dan 1 lempeng logam Cu. Segera tutup dengan sumbat karet erat-erat. 2. Isi gelas kimia 1 dengan air panas dan gelas kimia 2 dengan air es. 3. Tabung reaksi pertama dimasukkan ke gelas kimia yang telah berisi air panas, tabung reaksi kedua ke dalam gelas kimia yang telah berisi air es, dan tabung ketiga sebagai pembanding. 4. Amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi dan catat pada tabel hasil pengamatan.
110
E. Data Hasil Pengamatan No.
Pengamatan
Dimasukkan
terhadap
dalam
1.
Tabung 1
Air panas
2.
Tabung 2
Air dingin
3.
Tabung 3
-
111
ke Perubahan yang terjadi
LEMBAR PETUNJUK PRAKTIKUM 4 PENGARUH PENGENCERAN (VOLUME) TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN
A.
Tujuan Peserta didik dapat menjelaskan pengaruh pengenceran terhadap pergeseran arah kesetimbangan.
B.
Pendahuluan Pada kegiatan ini akan ditunjukkan adanya pergeseran arah kesetimbangan yang terjadi pada larutan yang mengandung ion Fe 3+ direaksikan dengan larutan yang mengandung ion SCN -, maka akan dihasilkan larutan FeSCN2+ yang berwarna merah. Semakin banyak FeSCN2+ yang terbentuk, maka warna larutan akan semakin pekat. Namun semakin banyak Fe3+ dan SCN- yang terbentuk maka larutan akan semakin kuning.
C. Alat dan Bahan Alat yang digunakan:
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas kimia 100 mL
Pengaduk
Gelas ukur
Rak tabung reaksi
112
Bahan yang digunakan
Larutan besi(III) klorida 0,1 M
Akuades D.
Larutan kalium tiosianat 0,1 M
Prosedur 1. Masukkan 10 mL air ke dalam gelas kimia. 2. Masukkan 2 tetes larutan besi(III) klorida 0,1 M dan 2 tetes larutan kalium tiosianat 0,1 M ke dalam gelas kimia tersebut. 3. Aduklah hingga warnanya tetap. 4. Bagilah larutan itu sama banyak ke dalam 2 tabung reaksi. Tabung 1 digunakan sebagai pembanding warna. 5. Tambahkan 3 mL akuades ke dalam tabung 2. Goyang-goyangkan tabung reaksi dan bandingkan warnanya dengan tabung ke 1. 6. Amati perubahan yang terjadi dan catat hasil pengamatan Anda.
E.
Data Hasil Pengamatan No
Kegiatan
Hasil Pengamatan (warna larutan)
1.
Larutan kalium tiosianat mula-mula (ion SCN-)
2.
Larutan besi(III) klorida mula-mula (ion Fe3+)
3.
Larutan besi(III) klorida 0,1 M + larutan kalium tiosianat 0,1 M (tabung 1 sebagai kontrol)
4
Penambahan akuades
ke
3
mL dalam
tabung 2
113
Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Representasi Praktikum ke1
Indikator
Nomor Soal Jumlah
Representasi Makroskopik a. Menyebutkan perubahan
4 1
terjadinya reaksi b. Menyebutkan warna hasil reaksi
2, 6, 10
Representasi Sub-mikroskopik
4
a. Menggambarkan hasil reaksi
4, 8, 11
b. Menggambarkan reaksi
13
kesetimbangan Representasi Simbolik
5
a. Menuliskan persamaan reaksi
3, 5, 9, 12
b. Menuliskan rumus hasil reaksi
7
Menyimpulkan hasil percobaan 2
14
Representasi Makroskopik
5
c. Menyebutkan warna larutan
1
d. Menyebutkan warna hasil reaksi
2, 6, 10, 14
Representasi Sub-mikroskopik a. Menggambarkan reaksi
1
4 5,
kesetimbangan b. Menggambarkan pergeseran
8, 12, 16
kesetimbangan Representasi Simbolik
5
a. Menuliskan persamaan reaksi
4
b. Menuliskan rumus hasil reaksi
3, 7, 11, 15
Menyimpulkan hasil percobaan 3
9, 13, 17
Representasi Makroskopik
4
a. Menyebutkan warna larutan
1, 3
b. Menyebutkan warna hasil reaksi
4, 8
114
3
Representasi Sub-mikroskopik
3
a. Menggambarkan molekul awal
2
b. Menggambarkan reaksi
7
kesetimbangan c. Menggambarkan pergeseran
10
kesetimbangan Representasi Simbolik
3
a. Menuliskan persamaan reaksi
6
b. Menuliskan rumus hasil reaksi
5, 9
Menyimpulkan hasil percobaan 4
11
Representasi Makroskopik a. Menyebutkan warna hasil reaksi
3 1, 4, 8
Representasi Sub-mikroskopik a. Menggambarkan reaksi
1
3 3
kesetimbangan b. Menggambarkan pergeseran
6, 10
kesetimbangan Representasi Simbolik
3
a. Menuliskan rumus hasil reaksi Menyimpulkan hasil percobaan
115
2, 5, 9 7, 11
2
Lampiran 3. Instrumen Soal Kemampuan Representasi
INSTRUMEN 1 REAKSI SATU ARAH DAN REAKSI BOLAK-BALIK
Percobaan 1 1.
Manakah gambar yang menunjukkan ketika serbuk CaCO3 ditambah larutan HCl 0,1 M?
A 2.
B
C
D
Apakah terjadi gelembung gas? Apa warna larutan yang dihasilkan? Jawab:
3.
Tuliskan persamaan reaksi disertai fasa zat yang terjadi antara serbuk CaCO 3 dan larutan HCl 0,1 M! Jawab:
4.
Gambarkan hasil reaksi antara serbuk CaCO3 dan larutan HCl 0,1 M!
1.
= Ca
= Cl
=C
=O
116
=H
Percobaan 2 5.
Tuliskan persamaan reaksi disertai fasa antara serbuk PbSO4 dengan larutan NaI 1 M! Jawab:
6.
Apakah terjadi endapan? Jika terbentuk apa warna endapan tersebut? Jawab:
7.
Tuliskan rumus kimia dari endapan tersebut! Jawab:
8.
Diketahui ilustrasi berikut: = Na
= Pb
=I
=S
=O Pilihlah gambar yang menunjukkan endapan yang terbentuk dari reaksi antara serbuk PbSO4 dengan larutan NaI 1 M!
A
9.
B
C D Tuliskan persamaan reaksi disertai fasa zat yang terjadi saat endapan (1) direaksikan dengan larutan Na 2SO4 1 M! Jawab:
117
10. Apakah terbentuk endapan? Jika terbentuk, apa warna endapan tersebut? Jawab: 11. Gambarkan molekul hasil reaksi antara endapan (1) dan larutan Na 2SO4 1 M!
= Na
= Pb
=I
=S
=O 12. Berdasarkan persamaan reaksi nomor 5 dan 9 di atas dapat diketahui bahwa ketika pereaksi bereaksi membentuk hasil (persamaan reaksi 4) pada saat yang sama hasil reaksi membentuk pereaksi (persamaan nomor 9) sehingga persamaan reaksi nomor 5 dan 9 sebenarnya dapat dituliskan dalam satu persamaan reaksi. Tuliskan persamaan reaksi tersebut! Jawab: 13. Diketahui ilustrasi beberapa atom sebagai berikut. = Na
= Pb
=I
=S
=O Gambar berikut yang menggambarkan molekul-molekul yang terdapat pada saat setimbang adalah….
A
B
118
C
D
14. Berdasarkan percobaan 1 dan 2 manakah yang termasuk reaksi satu arah dan yang yang termasuk reaksi bolak-balik? Jawab:
119
INSTRUMEN 2 PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN 1.
Apa warna larutan FeCl3 dan larutan KSCN? Jawab:
2.
Apa warna larutan ketika larutan FeCl3 ditambahkan larutan KSCN? Jawab:
3.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
4.
Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan tersebut! Jawab:
5.
Gambarkan keadaan saat terjadi reaksi kesetimbangan! = Fe3+ = SCN-
6.
Ketika ditambahkan dengan larutan FeCl3 0,1 M, apakah terjadi perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 2) Jawab:
7.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
8.
Diketahui keadaan kesetimbangan awal seperti berikut:
120
Gambar yang menunjukkan keadaan reaksi kesetimbangan setelah ditambahkan larutan FeCl3 0,1 M adalah….
9.
A
B
C
D
Jadi pada penambahan ion Fe 3+ (larutan FeCl3), kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Jawab:
10.
Ketika ditambahkan dengan larutan KSCN 0,1 M, apakah terjadi perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 3) Jawab:
11.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
12.
Diketahui keadaan kesetimbangan awal seperti berikut:
121
Gambar yang menunjukkan keadaan reaksi kesetimbangan setelah ditambahkan larutan KSCN 0,1 M adalah….
13.
A
B
C
D
Jadi pada penambahan ion SCN – (larutan KSCN), kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Jawab:
14.
Ketika ditambahkan dengan larutan NaOH, apakah terjadi perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 4) Jawab:
15.
Warna tersebut menandakan bertambahnya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
16.
Diketahui keadaan kesetimbangan awal seperti berikut:
122
Gambar yang menunjukkan keadaan reaksi kesetimbangan setelah ditambahkan larutan NaOH adalah….
17.
A
B
C
D
Jadi pada penambahan ion OH- (larutan NaOH), kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Jawab:
123
INSTRUMEN 3 PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN
1.
Apa warna gas yang terbentuk ketika larutan HNO 3 pekat ditambahkan lempeng logam Cu? Jawab:
2.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
3.
Gambarkan keadaan dimana saat terjadi reaksi kesetimbangan! =N
4.
=O
Jika suhu dinaikkan (diperbesar) bagaimana perubahan warna gas pada kesetimbangan? Jawab:
5.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
6.
Diketahui keadaan setimbang mula-mula seperti berikut.
124
Manakah yang menunjukkan keadaan kesetimbangan ketika dinaikkan?
7.
A
B
C
D
suhu
Jadi pada penambahan suhu, kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Ke arah eksoterm atau endoterm?
8.
Jawab: Jika suhu diturunkan (diperkecil) bagaimana perubahan warna gas pada kesetimbangan? Jawab:
9.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
10.
Diketahui keadaan setimbang mula-mula
125
Manakah yang menunjukkan keadaan kesetimbangan ketika diturunkan?
A
11.
suhu
B
Jadi pada penurunan suhu, kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Ke arah eksoterm atau endoterm? Jawab:
126
INSTRUMEN 4 PENGARUH PENGENCERAN TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN
1.
Apa warna larutan besi(III) klorida ? Jawab:
2.
Gambar berikut yang menunjukkan molekul-molekul besi(III) klorida adalah….
A
B
C
D
= Fe = Cl 3.
Apa warna larutan kalium tiosianat? Jawab:
4.
Apa warna larutan ketika larutan besi(III) klorida ditambahkan larutan kalium tiosianat? Jawab:
5.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
127
6.
Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan tersebut! Jawab:
7.
Gambarkan keadaan saat terjadi reaksi kesetimbangan! = Fe3+ = SCN-
8.
Ketika ditambahkan dengan air, apakah terjadi perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 2) Jawab:
9.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
10.
Diketahui keadaan kesetimbangan awal seperti berikut:
Gambar yang menunjukkan keadaan reaksi kesetimbangan setelah ditambahkan air adalah….
A
B
128
C 11.
D
Jadi pada penambahan air (pengenceran) akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah mana? Jawab:
129
Lampiran 4. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
Pedoman Penskoran Instrumen 1 “Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik” No
Jawaban
Skor
1.
2.
3.
Jumlah Skor
1
1
B Ya, terjadi gelembung gas
1
2
Warna larutan : keruh
1
CaCO3 (s) + 2HCl (aq) → CaCl2 (aq) +
Tiap senyawa = 0,5
H2O(l) + CO2(g)
Fasa dan koefisien =
3
0,5 4.
5.
Tiap gambar = 0,5
3
PbSO4 (s) + 2NaI (aq) → PbI2 (s) +
Tiap senyawa = 0,5
3
Na2SO4 (aq)
Fasa = 0,5 Koefisien + arah panah =0,5
6.
Ya, terjadi endapan berwarna kuning
1
1
7.
PbI2
1
1
130
8.
1
1
PbI2 (s) + Na2SO4 (aq) → PbSO4 (s) +
Tiap senyawa = 0,5
3
2NaI (aq)
Fasa = 0,5
B 9.
Koefisien + arah panah =0,5 10. Ya, terbentuk endapan berwarna putih
1
1
11.
Masing-masing gambar
2
= 0,5
12. PbI2 (s) + Na2SO4 (aq)
PbSO4 (s) +
Tiap senyawa = 0,5
3
Fasa = 0,5
2NaI (aq)
Koefisien + arah panah =0,5 13.
1
1
1
2
B 14. Percobaan 1 = reaksi satu arah Percobaan 2 = reaksi bolak-balik
1
131
Pedoman Penskoran Instrumen 2 “Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan” No 1.
Jawaban
Skor
Jumlah Skor
FeCl3 = kuning
1
KSCN = tak berwarna
1
2.
Orange/merah
1
1
3.
FeSCN2+
1
1
4.
Fe3+ (aq) + SCN- (aq)
Tiap senyawa = 0,5
2
FeSCN2+
2
Tanda anak panah = 0,5
(aq) 5.
Tiap gambar = 1
3
6.
Ya, warna menjadi semakin merah
1
1
7.
FeSCN2+
1
1
1
1
1
1
10. Ya, warna menjadi semakin merah
1
1
11. FeSCN2+
1
1
12.
1
1
13. Ke arah kanan
1
1
14. Ya, warna menjadi semakin kuning
1
1
15. SCN-
1
1
8.
B 9.
Ke arah kanan
B
132
16.
1
1
1
1
A 17. Ke arah kiri
133
Pedoman Penskoran Instrumen 3 “Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan” No
Jawaban
Skor
Jumlah Skor
1.
Coklat
1
1
2.
NO2
1
1
Tiap gambar = 1
2
1
1
1
1
3.
4.
Coklat makin pekat
5.
NO2
6.
B 7.
Bergeser ke arah endoterm
1
1
8.
Coklat makin muda/pudar
1
1
9.
N2O4
1
1
1
1
1
1
10.
B 11. Bergeser ke arah eksoterm
134
Pedoman Penskoran Instrumen 4 “Pengaruh Pengenceran (Volum) terhadap Pergeseran Arah Kesetimbangan” No 1.
Jawaban
Skor
Kuning
2.
Jumlah Skor
1
1
1
1
A 3.
Bening
1
1
4.
Merah/orange
1
1
5.
FeSCN2+
1
1
6.
Fe3+ (aq) + SCN- (aq)
Tiap senyawa = 0,5
2
FeSCN2+ (aq)
Tanda anak panah = 0,5 7.
Tiap gambar = 1
3
8.
Semakin kuning
1
1
9.
Fe3+ dan SCN-
Tiap senyawa = 1
2
1
1
1
1
10.
A 11. Bergeser ke arah kiri
135
Lampiran 5. Perhitungan Kualitas Instrumen
Tabulasi Data Penilaian Instrumen Kemampuan Representasi pada Praktikum Materi Kesetimbangan Kimia Aspek Penilaian
1
2
3
4
Ʃ skor Indikator
per indikator
1
10
2
9
3
8
4
9
5
10
6
8
7
9
8
10
9
8
10
10
11
9
12
10
13
10
14
8
15
9
16
10
17
9
18
10
19
9
20
9
21
8
22
10
23
10
Ʃ skor per aspek
Rata-rata Per Aspek
63
31,5
37
18,5
Ʃ Skor Total
Kategori
Sangat 165,5
Baik (SB)
66
33
110
55
136
5
24
9
25
10
26
9
27
9
28
9
29
8
30
10
31
8
32
9
33
10
34
9
35
9
36
10
55
27,5
Perhitungan Penilaian Instrumen Kemampuan Representasi pada Praktikum Materi Kesetimbangan Kimia Berdasarkan Perolehan Skor Berdasarkan penilaian terhadap instrument kemampuan representasi, diketahui: 1. Jumlah indikator
= 36
2. Skor maksimal ideal = 36 x 5 = 180 3. Skor minimal ideal
= 36 x 1 = 36
4. Mi
= ½ (180 + 36) = 108
5. SBi
= 1/6 (180 – 36) = 24
Perhitungan kategori penilaian ideal untuk instrumen kemmapuan representasi: ̅ > (Mi + 1,8 SB i) SB jika 𝑥 ̅ > (108 + 1,8 (24)) 𝑥 ̅ 𝑥 > 151,2
137
̅ ≤ (M i + 1,8 SB i) B jika (M i + 0,6 SB i) < 𝑥
(108 + 0,6 (24)) < ̅ 𝑥 ≤ (108 + 1,8 (24)) ̅ ≤ 151,2 122,4 < 𝑥 ̅≤ (M i + 0,6 SB i) C jika (M i − 0,6 SB i) < 𝑥 ̅≤ (108 + 0,6 (24)) (108− 0,6 (24)) < 𝑥 ̅ ≤ 122,4 93,6 < 𝑥 ̅ ≤ (M i − 0,6 SB i) K jika (M i − 1,8 SB i) < 𝑥 ̅ ≤ (108 − 0,6 (24)) (108 − 1,8 (24)) < 𝑥 ̅ ≤ 93,6 64,8 < 𝑥
SK jika 𝑥̅ ≤ (Mi − 1,8 SB i) 𝑥̅ ≤ (108 − 1,8 (24)) 𝑥̅ ≤ 64,8 Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh tabel kriteria kategori penilaian sebagai berikut: No.
Rentang Skor ( i)
Kategori Kualitatif
1.
̅ > 151,2 𝑥
SB (Sangat baik)
2.
122,4 < ̅ 𝑥 ≤ 151,2
B (Baik)
3.
̅ ≤ 122,4 93,6 < 𝑥
C (Cukup)
4.
̅ ≤ 93,6 64,8 < 𝑥
K (Kurang)
5.
𝑥̅ ≤ 64,8
SK (Sangat kurang)
Instrumen kemampuan representasi pada penelitian ini memperoleh nilai rata-rata 165,5. Berdasarkan tabel di atas, instrumen kemampuan representasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kualitas SANGAT BAIK sehingga layak digunakan.
138
Lampiran 6. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kemampuan Representasi
Perhitungan Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Praktikum Pertama No
NAMA SISWA 1
A
2
B
3
C
4
D
5
E
6
F
7
G
8
H
9
I
10
J
11
K
12
L
13
M
14
N
15
O
16
P
17
Q
18
R
19
S
20
T
21
U
22
V
Skor (Xi)
Xi2
17,5
306,25
20
400
16
256
20,5
420,25
17,5
306,25
12,5
156,25
22,5
506,25
13,5
182,25
16,5
272,25
15
225
15
225
17,5
306,25
8,5
72,25
21
441
20
400
14
196
12,5
156,25
12,5
156,25
13,5
182,25
12
144
12
144
21,5
462,25
139
23
X
24
Y
25
Z
26
A1
27
B1
28
C1
29
D1
30
E1
31
F1
32
G1 Jumlah
15
225
14,5
210,25
17
289
13,5
182,25
16
256
16
256
18,5
342,25
14,5
210,25
16
256
8,5
72,25
501
8215,5
Perhitungan Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Praktikum Pertama Diketahui: k = 14 ∑ 𝜎2𝑏 = 5,0381
𝜎2𝑡
=
2 ∑ ∑ 𝑋𝑖2 −( 𝑋𝑖) 𝑁
𝑁
(501)
=
8215,5− 32 32
2
= 11,61625
𝑟11 = [
∑ 𝜎2𝑖 𝑘 ] [1 − 2 ] (𝑘 − 1) 𝜎𝑡
𝑟11 = [
14 5,0381 ] [1 − ] (14 − 1) 11,61625
𝑟11 = 0,6108
140
Perhitungan Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Praktikum Kedua No
NAMA SISWA 1
A
2
B
3
C
4
D
5
E
6
F
7
G
8
I
9
J
10
K
11
L
12
M
13
N
14
O
15
P
16
Q
17
R
18
S
19
T
20
U
21
V
22
W
23
X
24
Y
Skor (Xi)
Xi2
15
225
18
324
-
-
19
361
15
225
17
289
16
256
15
225
16
256
14
196
10
100
14
196
12,5
156,25
19
361
15
225
17
289
13,5
182,25
13
169
10
100
12
144
11,5
132,25
13
169
12
144
16
256
141
25
Z
26
A1
27
B1
28
C1
29
D1
30
E1
31
F1
32
G1 Jumlah
12
144
14
196
13
169
16
256
20
400
12
144
12
144
16,5
272,25
449
6706
Perhitungan Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Praktikum Kedua Diketahui: k = 17 ∑ 𝜎2𝑏 = 3,6045
𝜎𝑡2 =
∑ 𝑋𝑖 2 −
2 (∑ 𝑋𝑖) 𝑁
𝑁
=
(449)2 32
6706−
32
𝑟11 = [
∑ 𝜎2𝑖 𝑘 ] [1 − 2 ] (𝑘 − 1) 𝜎𝑡
𝑟11 = [
17 3,6045 ] [1 − ] (17 − 1) 12,6865
= 12,6865
𝑟11 = 0,7606
142
Perhitungan Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Praktikum Ketiga No
NAMA SISWA 1
A
2
B
3
C
4
D
5
E
6
F
7
G
8
I
9
J
10
K
11
L
12
M
13
N
14
O
15
P
16
Q
17
R
18
S
19
T
20
U
21
V
22
W
23
X
24
Y
Skor (Xi)
Xi2
9
81
4
16
10
100
9
81
10
100
10
100
12
144
10
100
3
9
9
81
10
100
9
81
-
-
9
81
12
144
6
36
11
121
8
64
9
81
9
81
8
64
12
144
10
100
10
100
143
25
Z
26
A1
27
B1
28
C1
29
D1
30
E1
31
F1
32
G1 Jumlah
11
121
6
36
8
64
-
-
10
100
8
64
9
81
10
100
271
2575
Perhitungan Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Praktikum Ketiga Diketahui: k = 11 ∑ 𝜎2𝑏 = 2,3506
𝜎𝑡2 =
∑ 𝑋𝑖 2 −
(∑ 𝑋𝑖)2 𝑁
𝑁
=
(271)2 32
2575−
32
𝑟11 = [
∑ 𝜎2𝑖 𝑘 ] [1 − 2 ] (𝑘 − 1) 𝜎𝑡
𝑟11 = [
11 2,3506 ] [1 − ] (11 − 1) 8,749
= 8,749
𝑟11 = 0,8045
144
Perhitungan Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Praktikum Keempat No
NAMA SISWA 1
A
2
B
3
C
4
D
5
E
6
F
7
G
8
I
9
J
10
K
11
L
12
M
13
N
14
O
15
P
16
Q
17
R
18
S
19
T
20
U
21
V
22
W
23
X
24
Y
Skor (Xi)
Xi2
10
100
8
64
11
121
13
169
9
81
10
100
12
144
8
64
12
144
12
144
11
121
13
169
-
-
14
196
13
169
11
121
9
81
13
169
11
121
12
144
12
144
9
81
9
81
15
225
145
25
Z
26
A1
27
B1
28
C1
29
D1
30
E1
31
F1
32
G1 Jumlah
11
121
12
144
13
169
10
100
14
196
12
144
12
144
14
196
355
4167
Perhitungan Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi Praktikum Keempat Diketahui: k = 11 ∑ 𝜎2𝑏 = 2,9344
ó2𝑡 =
(∑ 𝑋𝑖) 𝑁
∑ 𝑋𝑖 2 −
𝑁
2
=
4167−
(355)2 32
32
𝑟11 = [
∑ ó2𝑖 𝑘 ] [1 − 2 ] (𝑘 − 1) ó𝑡
𝑟11 = [
11 2,9344 ] [1 − ] (11 − 1) 7,1475
= 7,1475
𝑟11 = 0,6484
146
Lampiran 7. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Peserta Didik
Akumulasi skor kemampuan representasi masinh-masing peserta didik yang diperoleh dari hasil test tertulis diubah menjadi persentase berdasarkan rumus: ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 ∑ 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
% kemampuan representasi =
x 100%
Contohnya : peserta didik no,presensi 1 pada praktikum “Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik” No
Soal
1
Menentukan gambar yang menunjukkan ketika serbuk CaCO 3
Skor
ditambah larutan HCl 0,1 M
0
2
Pembentukan gelembung gas dan warna larutan
2
3
Menuliskan persamaan reaksi disertai fasa zat yang terjadi antara serbuk CaCO3 dan larutan HCl 0,1 M
4
menggambarkan hasil reaksi antara serbuk CaCO3 dan larutan HCl 0,1 M
5
1,5
0,5
Menuliskan persamaan reaksi disertai fasa antara serbuk PbSO 4 dengan larutan NaI 1 M
2
6
Pembentukan endapan dan warna endapan
1
7
Menuliskan rumus kimia dari endapan
0
8
Menentukan gambar yang menunjukkan endapan yang terbentuk dari reaksi antara serbuk PbSO4 dengan larutan NaI 1 M
9
Menuliskan persamaan reaksi disertai fasa zat yang terjadi saat endapan (1) direaksikan dengan larutan Na 2SO4 1 M
10
Pembentukan endapan dan warna endapan
11
Menggambarkan hasil reaksi antara endapan (1) dan larutan
12
0
2,5 1
Na2SO4 1 M
1,5
Menuliskan penggabungan persamaan reaksi
2,5
147
13
Menentukan gambar reaksi pada saat setimbang
1
14
Menyimpulkan reaksi satu arah dan reaksi bolak-balik
2
Maka diperoleh hasil: ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 ∑ 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
% kemampuan representasi =
=
17,5 27
x 100%
x 100%
= 64,81% Selanjutnya dinyatakan dalam kategori kemampuan berikut: Nilai (%)
Level Kemampuan Representasi
≥81,00
A (Sangat baik)
66,00 – 80,99
B (Baik)
56,00 – 65,99
C (Cukup)
41,00 – 55,99
D (Kurang)
<41,00
E (Sangat kurang)
Maka dinyatakan kemampuan representasi peserta didik no.presensi 1 pada praktikum “Reaksi Satu Arah dan Reaksi Bolak-balik” termasuk dalam kategori CUKUP.
148
Persentase Nilai dan Kategori Kemampuan Representasi Peserta Didik Persentase Nilai Peserta Didik Peserta didik
Praktikum 1
Praktikum 2
Praktikum 3
Praktikum 4
Persentase
Kategori
Persentase
Kategori
Persentase
Kategori
Persentase
Kategori
1
64,81%
Cukup
71,43%
Baik
75,00%
Baik
66,67%
Baik
2
74,07%
Baik
85,71%
Sangat Baik
33,33%
Sangat Kurang
53,33%
Kurang
3
59,26%
Cukup
tidak hadir
-
83,33%
Sangat Baik
73,33%
Baik
4
75,93%
Baik
90,48%
Sangat Baik
75,00%
Baik
86,67%
Sangat Baik
5
64,81%
Cukup
71,43%
Baik
83,33%
Sangat Baik
60,00%
Cukup
6
46,30%
Kurang
80,95%
Baik
83,33%
Sangat Baik
66,67%
Baik
7
79,63%
Baik
76,19%
Baik
100,00%
Sangat Baik
80,00%
Baik
8
50,00%
Kurang
71,43%
Baik
83,33%
Sangat Baik
53,33%
Kurang
9
61,11%
Cukup
76,19%
Baik
25,00%
Sangat Kurang
80,00%
Baik
10
55,56%
Kurang
66,67%
Baik
75,00%
Baik
80,00%
Baik
11
55,56%
Kurang
47,62%
Kurang
83,33%
Sangat Baik
73,33%
Baik
12
64,81%
Cukup
66,67%
Baik
75,00%
Baik
86,67%
Sangat Baik
13
37,04%
Sangat Kurang
59,52%
Cukup
tidak hadir
-
tidak hadir
-
14
72,22%
Baik
90,48%
Sangat Baik
75,00%
Baik
93,33%
Sangat Baik
149
15
74,07%
Baik
71,43%
Baik
100,00%
Sangat Baik
86,67%
Sangat Baik
16
51,85%
Kurang
80,95%
Baik
50,00%
Kurang
73,33%
Baik
17
46,30%
Kurang
64,29%
Cukup
91,67%
Sangat Baik
60,00%
Cukup
18
46,30%
Kurang
61,90%
Cukup
66,67%
Baik
86,67%
Sangat Baik
19
50,00%
Kurang
47,62%
Kurang
75,00%
Baik
73,33%
Baik
20
44,44%
Kurang
57,14%
Cukup
75,00%
Baik
80,00%
Baik
21
44,44%
Kurang
54,76%
Kurang
66,67%
Baik
80,00%
Baik
22
79,63%
Baik
61,90%
Cukup
100,00%
Sangat Baik
60,00%
Cukup
23
55,56%
Kurang
57,14%
Cukup
83,33%
Sangat Baik
60,00%
Cukup
24
53,70%
Kurang
76,19%
Baik
83,33%
Sangat Baik
100,00%
Sangat Baik
25
62,96%
Cukup
57,14%
Cukup
91,67%
Sangat Baik
73,33%
Baik
26
50,00%
Kurang
66,67%
Baik
50,00%
Kurang
80,00%
Baik
27
59,26%
Cukup
61,90%
Cukup
66,67%
Baik
86,67%
Sangat Baik
28
59,26%
Cukup
76,19%
Baik
tidak hadir
-
66,67%
Baik
29
68,52%
Baik
95,24%
Sangat Baik
83,33%
Sangat Baik
93,33%
Sangat Baik
30
53,70%
Kurang
57,14%
Cukup
66,67%
Baik
80,00%
Baik
31
59,26%
Cukup
57,14%
Cukup
75,00%
Baik
80,00%
Baik
32
35,19%
Sangat Kurang
78,57%
Baik
83,33%
Sangat Baik
93,33%
Sangat Baik
150
Maka diperoleh hasil: Rerata % Kemampuan
Kategori Kemampuan
Representasi
Representasi
1
57,99%
Cukup
2
66,37%
Baik
3
70,57%
Baik
4
73,96%
Baik
Rata-rata
67,22%
Baik
Praktikum ke-
151
Lampiran 8. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Peserta Didik untuk Setiap Aspek Kemampuan Representasi
Dari data persentase kemampuan representasi peserta didik, dapat dihitung persentase tiap aspek kemampuan representasi dalam satu kali praktikum menggunakan rumus: 𝑎=
∑𝑥 ∑𝑦
a = persentase kemampuan representasi peserta didik tiap aspek kemampuan representasi dalam 1 kali praktikum Ʃx = jumlah persentase tiap aspek representasi peserta didik dalam 1 kali praktikum, Ʃy = jumlah peserta didik dalam satu kelas
Diperoleh hasil:
No 1,
2,
3,
Persentase dan Kategori praktikum ke-
Aspek Representasi Makroskopik
Simbolik
Submikroskopik
1
2
3
4
75,00%
84,90%
84,38%
91,41%
Baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
59,50%
62,50%
65,63%
68,78%
Cukup
Cukup
Cukup
Baik
32,37%
43,23%
57,03%
63,75%
Kurang
Cukup
Cukup
Sangat kurang
152
Rerata Persentase dan Kategori Kemampuan Representsi Peserta Didik untuk Setiap Aspek Representasi Kemampuan Representasi
Aspek
Rerata persentase
Kategori kemampuan
Makroskopik
83,92%
Sangat baik
Simbolik
64,10%
Cukup
Submikroskopik
49,09%
Kurang
representasi
153
Lampiran 9. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Peserta Didik dalam Setiap Aspek Kemampuan Representasi pada Praktikum dengan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen
Persentase dan Sebaran Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Demonstrasi Persentase kemampuan representasi Aspek Representasi
Demonstrasi 1
Demonstrasi 2
Persentase
Kategori
Persentase
Makroskopik
75,00%
Baik
84,38%
Simbolik
59,50%
Cukup
65,63%
Submikroskopik
32,37%
57,03%
Sangat kurang
Ratarata
Kategori Sangat
kategori
79,69%
Baik
Cukup
62,56%
Cukup
Cukup
44,70%
Kurang
Baik
Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Demonstrasi Persentase Kemampuan representasi Aspek Representasi
Praktikum 1 Persentase
Praktikum 2
Kategori Sangat
Persentase
Sangat
rata
Sangat
84,90%
Simbolik
62,50%
Cukup
68,78%
Baik
65,64%
Cukup
Submikroskopik
43,23%
Kurang
63,75%
Cukup
53,49%
Kurang
154
Baik
88,15%
kategori
Makroskopik
baik
91,41%
Kategori
Rata-
baik
Lampiran 10. Dokumentasi
Foto 1. Peserta didik ketika melakukan kegiatan praktikum 1
Foto 2. Peserta didik menegrjakan soal kemampuan representasi praktikum 1
155
Foto 3. Peserta didik ketika melakukan praktikum 2
Foto 4. Peserta didik mengerjakan soal kemampuan representasi praktikum 2
156
Foto 5. Peserta didik ketika melakukan praktikum 3
Foto 7. Peserta didik memperhatikan demonstrasi pada praktikum ketiga yang dilakukan peneliti
157
Foto 7. Peserta didik melakukan praktikum 4
Foto 8. Peserta didik mengerjakan soal kemampuan representasi praktikum 4
158
Lampiran 11. Lembar Penyataan Validasi PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:………………………………….
NIP
: …………………………………
Instansi/Sekolah
: …………………………………
Alamat instansi
: …………………………………
Menyatakan bahwa saya telah memvalidasi dan memberi masukan serta saran pada soal representasi sebagai instrumen penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Representasi Peserta Didik pada Praktikum Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran 2016/2017” yang disusun oleh: Nama
: Puput Tri Ambarwati
NIM
: 13303241019
Progam Studi
: Pendidikan Kimia
Fakultas
: MIPA
Perguruan Tinggi
: Universitas Negeri Yogyakarta
Saya berharap masukan dan penilaian yang saya berikan dapat menjadi bahan yang digunakan sebagai pertimbangan dan perbaikan instrumen soal representasi.
Yogyakarta,……………….2016 Validator
159
Lampiran 12. Lembar Penilaian Instrumen LEMBAR PENILAIAN INSTRUMEN SOAL ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK PADA PRAKTIKUM KIMIA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
NAMA
:
NIP
:
INSTANSI
:
Petunjuk: 1. Petunjuk ini dibuat untuk mengetahui penilaian instrumen soal yang telah dibuat. 2. Bapak/Ibu dimohon memberikan penilaian pada setiap indikator dengan memberikan tanda cek (√) dengan ketentuan sebagai berikut: SK = sangat kurang, K = kurang, C = cukup, B = baik, dan SB = sangat baik. 3. Jika ada penambahan komentar, mohon dituliskan pada lembar komentar/saran/langsung pada naskah soal.
160
Lembar Penilaian (Adaptasi dari Instrumen Penilaian Badan Standar Nasional Pusat (BSNP)) No 1.
Aspek Kriteria Kelayakan Isi
Indikator 1. Kesesuaian penjabaran instrumen kemampuan representasi dengan tujuan praktikum 2. Keterkaitan antara instrumen kemampuan representasi dengan fenomena dalam kegiatan praktikum 3. Penyajian instrumen sesuai dengan perkembangan kimia terkini 4. Penyajian konsep yang tidak menimbulkan makna ganda dan sesuai dengan definisi yang berlaku dalam kimia 5. Penulisan nama unsur dan senyawa kimia yang sesuai dengan tata nama IUPAC 6. Kejelasan isi pertanyaan 7. Penyajian pertanyaan yang mampu mengarahkan peserta didik untuk menarik kesimpulan (menemukan konsep)
2.
Kelayakan Penyajian
8. Sistematika sajian dalam setiap praktikum yang konsisten (judul, dasar teori, alat dan bahan, prosedur, data pengamatan)
161
Nilai SK
K
C
B
SB
9. Penyajian soal representasi dari yang mudah ke sukar, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari yang dikenal sampai yang belum dikenal 10. Penyajian pertanyaan yang mamapu menguji kemampuan berpikir peserta didik dari yang sederhana hingga tingkat tinggi 11. Penyajian praktikum yang saling mendukung satu sama lain 3.
Kelayakan Bahasa
12. Penggunaan bahasa yang sederhana, menarik, jelas, dan mudah dipahami sehingga menimbulkan rasa senang bagi peserta didik dan memudahkan peserta didik untuk memahami isi pertanyaan 13. Penggunaan bahasa yang mampu merangsang peserta didik untuk menemukan jawaban yang benar 14. Penggunaan istilah yang sesuai dengan KBBI dan/atau Kamus/ Glosarium Kimia 15. Penggunaan kalimat yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar 16. Penggunaan ejaan yang mengacu pada pedoman EYD 17. Penggunaan istilah yang konsisten antar butir soal dan antar petunjuk praktikum
162
18. Penggunaan kata yang tidak mengandung makna ganda 4.
Muatan
Representasi 19. Adanya
Makroskopik, Simbolik,
dan
mikroskopik
representasi
konsep
materi
sampai
ke
tingkat
makroskopik (yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca Sub-
indera, misal warna atau fasa) 20. Penyajian gambar dalam pertanyaan sesuai fakta di praktikum 21. Penyajian gambar (missal : warna atau fasa) dalam pertanyaan yang mampu membuat peserta didik memahami isi pertanyaan sampai ke tingkat makroskopik 22. Penyajian pertanyaan tentang reaksi kimia(misal : warna atau fase) yang mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat makroskopik 23. Adanya representasi konsep materi sampai ke tingkat simbolik (contoh rumus senyawa, persamaan reaksi, lambang atom, satuan, fase, dan simbol kimia) 24. Penulisan lambang atom dan rumus senyawa yang akurat mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku 25. Penggunaan satuan yang benar (sesuai satuan SI) dan tepat 26. Penulisan simbol kimia secara benar dan tepat
163
27. Penyajian pertanyaan yang mampu membuat peserta didik untuk dapat menuliskan lambang atom dan rumus senyawa yang akurat mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku 28. Adanya representasi konsep materi sampai ke tingkat submikroskopik (atom, ion, dan molekul) dalam praktikum 29. Penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul secara benar dan tepat 30. Penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul yang mampu membuat peserta didik memahami isi pertanyaan sampai ke tingkat mikroskopik
5.
Keterlaksanaan
31. Tingkat keamanan kegiatan eksperimen bagi peserta didik 32. Kesesuaian alat dan bahan yang digunakan di dalam lembar petunjuk praktikum dengan alat dan bahan yang tersedia di sekolah 33. Tingkat kemudahan pelaksanaan kegiatan praktikum 34. Kesesuaian kegiatan praktikum dengan alokasi waktu di sekolah
164
35. Pemilihan kegiatan praktikum yang mampu memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik 36. Penyajian konsep praktikum sesuai dengan pendekatan saintifik
Yogyakarta, November 2016 Validator
165
Lampiran 13. Penjabaran Kriteria Penilaian Instrumen menjadi Indikator Penjabaran Kriteria Menjadi Indikator Penilaian Instrumen Soal Kemampuan Representasi No. A.
Aspek Kriteria Kelayakan Isi
Indikator 1. Kesesuaian instrumen
penjabaran SB
Jika penjabaran instrumen kemampuan representasi sangat
kemampuan
sesuai dengan tujuan praktikum
representasi dengan tujuan B
Jika penjabaran instrumen kemampuan representasi sesuai
praktikum
dengan tujuan praktikum C
Jika penjabaran instrumen kemampuan representasi cukup sesuai dengan tujuan praktikum
K
Jika penjabaran instrumen kemampuan representasi kurang sesuai dengan tujuan praktikum
SK
Jika penjabaran instrumen kemampuan representasi tidak sesuai dengan tujuan praktikum
2. Keterkaitan instrument representasi
antara SB
Jika keterkaitan antara instrumen kemampuan representasi
kemampuan
dengan fenomena dalam kegiatan praktikum sangat sesuai
dengan B
Jika keterkaitan antara instrumen kemampuan representasi
fenomena dalam kegiatan praktikum
dengan fenomena dalam kegiatan praktikum sesuai C
Jika keterkaitan antara instrumen kemampuan representasi
166
dengan fenomena dalam kegiatan praktikum cukup sesuai K
Jika keterkaitan antara instrumen kemampuan representasi dengan fenomena dalam kegiatan praktikum kurang sesuai
SK
Jika keterkaitan antara instrumen kemampuan representasi dengan fenomena dalam kegiatan praktikum tidak sesuai
3. Penyajian
instrumen SB
kemampuan yang
sesuai
Jika instrumen kemampuan representasi disajikan sangat sesuai
representasi
dengan perkembangan kimia terkini
dengan B
Jika instrumen kemampuan representasi disajikan sesuai
perkembangan kimia terkini
dengan perkembangan kimia terkini C
Jika instrumen kemampuan representasi disajikan cukup sesuai dengan perkembangan kimia terkini
K
Jika instrumen kemampuan representasi disajikan kurang sesuai dengan perkembangan kimia terkini
SK
Jika instrumen kemampuan representasi disajikan tidak sesuai dengan perkembangan kimia terkini
4. Penyajian konsep yang tidak SB
Jika konsep yang disajikan sangat tidak menimbulkan makna
menimbulkan makna ganda
ganda dan sesuai dengan definisi yang berlaku dalam kimia
dan sesuai dengan definisi B
Jika konsep yang disajikan tidak menimbulkan makna ganda
167
yang berlaku dalam kimia
dan sesuai dengan definisi yang berlaku dalam kimia C
Jika konsep yang disajikan cukup tidak menimbulkan makna ganda dan sesuai dengan definisi yang berlaku dalam kimia
K
Jika konsep yang disajikan sedikit menimbulkan makna ganda dan sesuai dengan definisi yang berlaku dalam kimia
SK
Jika konsep yang disajikan menimbulkan makna ganda dan tidak sesuai dengan definisi yang berlaku dalam kimia
5. Penulisan nama unsur dan SB
Jika penulisan nama unsur dan senyawa kimia sangat sesuai
senyawa kimia yang sesuai dengan tatanama IUPAC
dengan tatanama IUPAC B
Jika penulisan nama unsur dan senyawa kimia sesuai dengan tatanama IUPAC
C
Jika penulisan nama unsur dan senyawa kimia cukup sesuai dengan tatanama IUPAC
K
Jika penulisan nama unsur dan senyawa kimia kurang sesuai dengan tatanama IUPAC
SK
Jika penulisan nama unsur dan senyawa kimia tidak sesuai dengan tatanama IUPAC
6. Kejelasan isi pertanyaan
SB
Jika isi pertanyaan sangat jelas
168
B
Jika isi pertanyaan jelas
C
Jika isi pertanyaan cukup jelas
K
Jika isi pertanyaan kurang jelas
SK
Jika isi pertanyaan tidak jelas
7. Penyajian pertanyaan yang SB mampu
Jika penyajian pertanyaan yang sangat mampu mengarahkan
mengarahkan
peserta didik untuk menarik kesimpulan (menemukan konsep)
peserta didik untuk menarik B
Jika penyajian pertanyaan yang mampu mengarahkan peserta
kesimpulan
didik untuk menarik kesimpulan (menemukan konsep)
(menemukan
konsep)
C
Jika penyajian pertanyaan yang cukup mampu mengarahkan peserta didik untuk menarik kesimpulan (menemukan konsep)
K
Jika penyajian pertanyaan yang kurang mampu mengarahkan peserta didik untuk menarik kesimpulan (menemukan konsep)
SK
Jika penyajian pertanyaan yang tidak mampu mengarahkan peserta didik untuk menarik kesimpulan (menemukan konsep)
B.
Kelayakan Penyajian
8. Sistematika setiap
sajian
praktikum
konsisten pendahuluan,
dalam SB
Jika sistematika sajian dalam setiap praktikum sangat konsisten
yang
(judul, pendahuluan, alat dan bahan, prosedur, tabel hasil
(judul, alat
pengamatan)
dan B
Jika sistematika sajian dalam setiap praktikum konsisten
169
bahan, prosedur, tabel hasil
(judul, pendahuluan, alat dan bahan, prosedur, tabel hasil
pengamatan)
pengamatan) C
Jika sistematika sajian dalam setiap praktikum cukup konsisten (judul, pendahuluan, alat dan bahan, prosedur, tabel hasil pengamatan)
K
Jika sistematika sajian dalam setiap praktikum kurang konsisten (judul, pendahuluan, alat dan bahan, prosedur, tabel hasil pengamatan)
SK
Jika sistematika sajian dalam setiap praktikum tidak konsisten (judul, pendahuluan, alat dan bahan, prosedur, tabel hasil pengamatan)
9. Penyajian soal representasi SB
Jika penyajian soal representasi pada 4 instrumen dari yang
dari yang mudah ke sukar,
mudah ke sukar, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks,
konkret
dan dari yang dikenal sampai yang belum dikenal
ke
abstrak,
sederhana ke kompleks, dan B
Jika penyajian soal representasi pada 3 instrumen dari yang
dari yang dikenal sampai
mudah ke sukar, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks,
yang belum dikenal
dan dari yang dikenal sampai yang belum dikenal C
Jika penyajian soal representasi pada 2 instrumen dari yang
170
mudah ke sukar, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari yang dikenal sampai yang belum dikenal K
Jika penyajian soal representasi pada 1 instrumen dari yang mudah ke sukar, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari yang dikenal sampai yang belum dikenal
SK
Jika penyajian soal representasi pada semua instrumen tidak dari yang mudah ke sukar, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari yang dikenal sampai yang belum dikenal
10. Penyajian pertanyaan yang SB mampu
Jika penyajian pertanyaan sangat mampu menguji kemampuan
menguji
berpikir peserta didik dari yang sederhana hingga berpikir
kemampuan berpikir peserta
tingkat tinggi
didik dari yang sederhana B
Jika penyajian pertanyaan mampu menguji kemampuan
hingga
berpikir peserta didik dari yang sederhana hingga berpikir
berpikir
tingkat
tinggi
tingkat tinggi C
Jika penyajian pertanyaan cukup mampu menguji kemampuan berpikir peserta didik dari yang sederhana hingga berpikir tingkat tinggi
K
Jika penyajian pertanyaan kurang mampu menguji kemampuan
171
berpikir peserta didik dari yang sederhana hingga berpikir tingkat tinggi SK
Jika penyajian pertanyaan tidak mampu menguji kemampuan berpikir peserta didik dari yang sederhana hingga berpikir tingkat tinggi
11. Penyajian praktikum yang SB
Jika praktikum disajikan sangat saling mendukung satu sama
saling mendukung satu sama lain
lain B
Jika praktikum disajikan saling mendukung satu sama lain
C
Jika praktikum disajikan cukup saling mendukung satu sama lain
K
Jika praktikum disajikan kurang saling mendukung satu sama lain
SK
Jika praktikum disajikan tidak saling mendukung satu sama lain
C.
Kelayakan Bahasa
12. Penggunaan bahasa
yang SB
Jika bahasa yang digunakan sangat sederhana, menarik, jelas,
sederhana, menarik, jelas,
dan mudah dipahami sehingga menimbulkan rasa sangat
dan
senang bagi peserta didik dan memudahkan peserta didik untuk
mudah
dipahami
sehingga menimbulkan rasa
memahami isi pertanyaan
172
senang bagi peserta didik B
Jika bahasa yang digunakan sederhana, menarik, jelas, dan
dan memudahkan peserta
mudah dipahami sehingga menimbulkan rasa senang bagi
didik untuk memahami isi
peserta didik dan memudahkan peserta didik untuk memahami
pertanyaan
isi pertanyaan C
Jika bahasa yang digunakan cukup sederhana, menarik, jelas, dan mudah dipahami sehingga menimbulkan rasa cukup senang bagi peserta didik dan cukup memudahkan peserta didik untuk memahami isi pertanyaan
K
Jika bahasa yang digunakan kurang sederhana, menarik, jelas, dan mudah dipahami sehingga menimbulkan rasa kurang senang bagi peserta didik dan kurang memudahkan peserta didik untuk memahami isi pertanyaan
SK
Jika bahasa yang digunakan tidak sederhana, menarik, jelas, dan mudah dipahami sehingga menimbulkan rasa tidak senang bagi peserta didik dan menyulitkan peserta didik untuk memahami isi pertanyaan
13. Penggunaan bahasa
yang SB
Jika bahasa yang digunakan sangat mampu merangsang peserta
mampu merangsang peserta
didik untuk menemukan jawaban yang benar
173
didik
untuk
menemukan B
Jika bahasa yang digunakan mampu merangsang peserta didik
jawaban yang benar
untuk menemukan jawaban yang benar C
Jika bahasa yang digunakan cukup mampu merangsang peserta didik untuk menemukan jawaban yang benar
K
Jika bahasa yang digunakan kurang mampu merangsang peserta didik untuk menemukan jawaban yang benar
SK
Jika bahasa yang digunakan tidak mampu merangsang peserta didik untuk menemukan jawaban yang benar
14. Penggunaan sesuai
istilah
dengan
yang SB
Jika istilah yang digunakan sangat sesuai dengan KBBI
KBBI
dan/atau Kamus/ Glosarium Kimia
dan/atau Kamus/ Glosarium B
Jika istilah yang digunakan sesuai dengan KBBI dan/atau
Kimia
Kamus/ Glosarium Kimia C
Jika istilah yang digunakan cukup sesuai dengan KBBI dan/atau Kamus/ Glosarium Kimia
K
Jika istilah yang digunakan kurang sesuai dengan KBBI dan/atau Kamus/ Glosarium Kimia
SK
Jika istilah yang digunakan tidak sesuai dengan KBBI dan/atau Kamus/ Glosarium Kimia
174
15. Penggunaan kalimat yang SB
Jika kalimat yang digunakan sangat sesuai dengan kaidah tata
sesuai dengan kaidah tata
bahasa Indonesia yang baik dan benar
bahasa Indonesia yang baik B
Jika kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah tata bahasa
dan benar
Indonesia yang baik dan benar C
Jika kalimat yang digunakan cukup sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar
K
Jika kalimat yang digunakan kurang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar
SK
Jika kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar
16. Penggunaan mengacu EYD
ejaan
pada
yang SB
Jika ejaan yang digunakan sangat mengacu pada pedoman
pedoman
EYD B
Jika ejaan yang digunakan mengacu pada pedoman EYD
C
Jika ejaan yang digunakan cukup mengacu pada pedoman EYD
K
Jika ejaan yang digunakan kurang mengacu pada pedoman EYD
SK
Jika ejaan yang digunakan tidak mengacu pada pedoman EYD
175
17. Penggunaan
istilah
yang SB
Jika istilah yang digunakan sangat konsisten antarbutir soal dan
konsisten antarbutir soal dan antarpetunjuk praktikum
antarpetunjuk praktikum B
Jika istilah yang digunakan konsisten antarbutir soal dan antarpetunjuk praktikum
C
Jika istilah yang digunakan cukup konsisten antarbutir soal dan antarpetunjuk praktikum
K
Jika istilah yang digunakan kurang konsisten antarbutir soal dan antarpetunjuk praktikum
SK
Jika istilah yang digunakan tidak konsisten antarbutir soal dan antarpetunjuk praktikum
18. Penggunaan kata yang tidak SB mengandung makna ganda
Jika kata yang digunakan tidak mengandung makna ganda
B
Jika kata yang digunakan sedikit mengandung makna ganda
C
Jika kata yang digunakan cukup banyak mengandung makna ganda
K
Jika kata yang digunakan sangat banyak mengandung makna ganda
D.
Muatan
SK
Jika kata yang digunakan semuanya mengandung makna ganda
19. Adanya representasi konsep SB
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat
176
Representasi
materi sampai ke tingkat
makroskopik (yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca
Makroskopik,
makroskopik (yang dapat
indera, misal warna atau fasa) pada 4 praktikum
dilihat dan dirasakan oleh B
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat
panca indera, misal warna
makroskopik (yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca
atau fasa)
indera, misal warna atau fasa) pada 3 praktikum
Simbolik,
dan
Submikroskopik
C
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat makroskopik (yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera, misal warna atau fasa) pada 2 praktikum
K
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat makroskopik (yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera, misal warna atau fasa) pada 1 praktikum
SK
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat makroskopik (yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera, misal warna atau fasa) pada 0 praktikum
20.Penyajian instrument
gambar dan
dalam SB
Jika gambar dalam pertanyaan disajikan dalam instrumen
lembar
sangat sesuai dengan fakta praktikum
petunjuk praktikum yang B
Jika gambar dalam pertanyaan disajikan dalam instrumen
sesuai
sesuai dengan fakta praktikum
dengan
fakta
177
praktikum
C
Jika gambar dalam pertanyaan disajikan dalam instrumen cukup sesuai dengan fakta praktikum
K
Jika gambar dalam pertanyaan disajikan dalam instrumen kurang sesuai dengan fakta praktikum
SK
Jika gambar dalam pertanyaan disajikan dalam instrumen tidak sesuai dengan fakta praktikum
21.Penyajian gambar (missal : SB warna
atau
fasa)
instrumen
yang
membuat
peserta
Jika gambar dalam instrument disajikan sangat mampu
dalam
membuat peserta didik memahami konsep materi sampai
mampu
tingkat makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca
didik
indra)
memahami isi pertanyaan B
Jika gambar dalam instrument disajikan mampu membuat
sampai
peserta didik memahami konsep materi sampai tingkat
ke
tingkat
makroskopik
makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca indra) C
Jika gambar dalam instrument disajikan cukup mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai tingkat makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca indra)
K
Jika gambar dalam instrument disajikan kurang mampu
178
membuat peserta didik memahami konsep materi sampai tingkat makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca indra) SK
Jika gambar dalam instrument disajikan tidak mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai tingkat makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca indra)
22.
Penyajian
pertanyaan SB
Jika pertanyaan tentang reaksi kimia (missal: warna atau fase)
tentang reaksi kimia(misal :
disajikan sangat mampu membuat peserta didik memahami
warna
konsep materi sampai ke tingkat makroskopik (fenomena yang
mampu didik
atau
fase)
membuat memahami
yang peserta
dapat teramati panca indra)
konsep B
Jika pertanyaan tentang reaksi kimia (missal: warna atau fase)
materi sampai ke tingkat
disajikan mampu membuat peserta didik memahami konsep
makroskopik
materi sampai ke tingkat makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca indra) C
Jika pertanyaan tentang reaksi kimia (missal: warna atau fase) disajikan cukup mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca indra)
179
K
Jika pertanyaan tentang reaksi kimia (missal: warna atau fase) disajikan kurang mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca indra)
SK
Jika pertanyaan tentang reaksi kimia (missal: warna atau fase) disajikan tidak mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat makroskopik (fenomena yang dapat teramati panca indra)
23. Adanya representasi konsep SB
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat
materi sampai ke tingkat
simbolik (rumus senyawa, persamaan reaksi, lambing atom,
simbolik
satuan, fase, dan simbol kimia) pada 4 praktikum
(contoh
rumus
senyawa, persamaan reaksi, B
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat
lambang atom, satuan, fase,
simbolik (rumus senyawa, persamaan reaksi, lambing atom,
dan simbol kimia)
satuan, fase, dan simbol kimia) pada 3 praktikum C
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat simbolik (rumus senyawa, persamaan reaksi, lambing atom, satuan, fase, dan simbol kimia) pada 2 praktikum
K
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat
180
simbolik (rumus senyawa, persamaan reaksi, lambing atom, satuan, fase, dan simbol kimia) pada 1 praktikum SK
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat simbolik (rumus senyawa, persamaan reaksi, lambing atom, satuan, fase, dan simbol kimia) pada 0 praktikum
24.Penulisan lambang atom dan SB
Jika lambang atom dan rumus senyawa dituliskan sangat akurat
rumus senyawa yang akurat
mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku
mengikuti
Jika lambang atom dan rumus senyawa dituliskan akurat
kaidah-kaidah B
dan konvensi baku
mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku C
Jika lambang atom dan rumus senyawa dituliskan cukup akurat mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku
K
Jika lambang atom dan rumus senyawa dituliskan kurang akurat mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku
SK
Jika lambang atom dan rumus senyawa dituliskan tidak akurat mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku
25.Penggunaan
satuan
yang SB
Jika satuan yang digunakan benar dan tepat
benar (sesuai dengan satuan B
Jika satuan yang digunakan benar namun kurang tepat
SI) dan tepat
Jika satuan yang digunakan benar namun tidak tepat
C
181
26.Penulisan
simbol
K
Jika satuan yang digunakan tidak benar dan kurang tepat
SK
Jika satuan yang digunakan tidak benar dan tidak tepat
kimia SB
secara benar dan tepat
Jika simbol dituliskan secara benar dan tepat
B
Jika simbol dituliskan secara benar namun kurang tepat
C
Jika simbol dituliskan secara benar namun tidak tepat
K
Jika simbol dituliskan secara tidak benar dan kurang tepat
SK
Jika simbol dituliskan secara tidak benar dan tidak tepat
27.Penyajian pertanyaan yang SB mampu didik
membuat untuk
Jika pertanyaan disajikan sangat mampu membuat peserta
peserta
didik menuliskan lambang atom dan rumus senyawa yang
dapat
benar
menuliskan lambang atom B
Jika pertanyaan disajikan mampu membuat peserta didik
dan rumus senyawa yang
menuliskan lambang atom dan rumus senyawa yang benar
akurat
Jika pertanyaan disajikan cukup mampu membuat peserta didik
mengikuti kaidah- C
kaidah dan konvensi baku
menuliskan lambang atom dan rumus senyawa yang benar K
Jika pertanyaan disajikan kurang mampu membuat peserta didik menuliskan lambang atom dan rumus senyawa yang benar
SK
Jika pertanyaan disajikan tidak mampu membuat peserta didik
182
menuliskan lambang atom dan rumus senyawa yang benar 28.Adanya representasi konsep SB
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat sub-
materi sampai ke tingkat
mikroskopik (atom, ion, dan molekul) pada 4 praktikum
sub-mikroskopik (atom, ion, B
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat sub-
dan
mikroskopik (atom, ion, dan molekul) pada 3 praktikum
molekul)
dalam
praktikum
C
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat submikroskopik (atom, ion, dan molekul) pada 2 praktikum
K
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat submikroskopik (atom, ion, dan molekul) pada 1 praktikum
SK
Jika terdapat representasi konsep materi sampai ke tingkat submikroskopik (atom, ion, dan molekul) pada 0 praktikum
29.Penyajian terjadinya reaksi SB
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan
dalam bentuk atom, ion, dan
molekul secara benar dan tepat
molekul secara benar dan B
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan
tepat
molekul secara benar namun kurang tepat C
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul secara benar tetapi tidak tepat
K
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan
183
molekul secara tidak benar dan kurang tepat SK
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul secara tidak benar dan tidak tepat
30.Penyajian terjadinya reaksi SB
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan
dalam bentuk atom, ion, dan
molekul sangat mampu membuat peserta didik memahami
molekul
yang
konsep materi sampai ke tingkat mikroskopik (atom, ion,
membuat
peserta
mampu didik
molekul)
memahami isi pertanyaan B
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan
sampai
molekul sangat mampu membuat peserta didik memahami
ke
tingkat
mikroskopik
konsep materi sampai ke tingkat mikroskopik (atom, ion, molekul) C
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat mikroskopik (atom, ion, molekul)
K
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul kurang mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat mikroskopik (atom, ion, molekul)
184
SK
Jika penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul tidak mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat mikroskopik (atom, ion, molekul)
E.
Keterlaksanaan
31.Tingkat keamanan kegiatan SB eksperimen
bagi
Jika kegiatan praktikum sangat aman bagi peserta didik
peserta B
didik
Jika kegiatan praktikum aman bagi peserta didik
C
Jika kegiatan praktikum cukup aman bagi peserta didik
K
Jika kegiatan praktikum kurang aman bagi peserta didik
SK
Jika kegiatan praktikum tidak aman bagi peserta didik
32.Kesesuaian alat dan bahan SB
Jika alat dan bahan yang digunakan dalam lembar petunjuk
yang digunakan di dalam
praktikum sangat sesuai dengan alat dan bahan yang tersedia di
lembar petunjuk praktikum
sekolah
dengan alat dan bahan yang B
Jika alat dan bahan yang digunakan dalam lembar petunjuk
tersedia di sekolah
praktikum sesuai dengan alat dan bahan yang tersedia di sekolah C
Jika alat dan bahan yang digunakan dalam lembar petunjuk praktikum cukup sesuai dengan alat dan bahan yang tersedia di sekolah
185
K
Jika alat dan bahan yang digunakan dalam lembar petunjuk praktikum kurang sesuai dengan alat dan bahan yang tersedia di sekolah
SK
Jika alat dan bahan yang digunakan dalam lembar petunjuk praktikum tidak sesuai dengan alat dan bahan yang tersedia di sekolah
33.Tingkat pelaksanaan
kemudahan SB kegiatan B
praktikum
34.Kesesuaian
Jika tingkat pelaksanaan kegiatan praktikum sangat mudah Jika tingkat pelaksanaan kegiatan praktikum mudah
C
Jika tingkat pelaksanaan kegiatan praktikum cukup mudah
K
Jika tingkat pelaksanaan kegiatan praktikum kurang mudah
SK
Jika tingkat pelaksanaan kegiatan praktikum tidak mudah
kegiatan SB
Jika kegiatan praktikum dengan alokasi waktu di sekolah
praktikum dengan alokasi waktu di sekolah
sangat sesuai B
Jika kegiatan praktikum dengan alokasi waktu di sekolah sesuai
C
Jika kegiatan praktikum dengan alokasi waktu di sekolah cukup sesuai
K
Jika kegiatan praktikum dengan alokasi waktu di sekolah
186
kurang sesuai SK
Jika kegiatan praktikum dengan alokasi waktu di sekolah kurang sesuai
35.Pemilihan praktikum memberikan
kegiatan SB yang
Jika pemilihan kegiatan praktikum sangat mampu memberikan
mampu
pengalaman langsung bagi peserta didik
pengalaman B
Jika pemilihan kegiatan praktikum mampu memberikan
langsung bagi peserta didik
pengalaman langsung bagi peserta didik C
Jika pemilihan kegiatan praktikum cukup mampu memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik
K
Jika pemilihan kegiatan praktikum kurang mampu memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik
SK
Jika pemilihan kegiatan praktikum tidak mampu memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik
36. Penyajian konsep praktikum SB
Jika penyajian konsep praktikum sangat sesuai dengan
sesuai dengan pendekatan saintifik
pendekatan saintifik B
Jika penyajian konsep praktikum sesuai dengan pendekatan saintifik
C
Jika penyajian konsep praktikum cukup sesuai dengan
187
pendekatan saintifik K
Jika penyajian konsep praktikum kurang sesuai dengan pendekatan saintifik
SK
Jika penyajian konsep praktikum tidak sesuai dengan pendekatan saintifik
188
Lampiran 14: (LAIN-LAIN)
a. CONTOH LEMBAR PERNYATAAN VALIDASI b. DAFTAR ISIAN LEMBAR PENILAIAN INSTRUMEN c. LEMBAR MASUKAN VALIDATOR d. CONTOH JAWABAN PESERTA DIDIK e. SURAT PERIZINAN
189
LEMBAR PENILAIAN INSTRUMEN SOAL ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PADA PRAKTIKUM KIMIA MATERI LAJU REAKSI
NAMA
: Rr. Lis Permana Sari, M.Si
NIP
:19681020 199303 2 002
INSTANSI
: FMIPA UNY
Petunjuk: 1. Petunjuk ini dibuat untuk mengetahui penilaian instrumen soal yang telah dibuat. 2. Bapak/Ibu dimohon memberikan penilaian pada setiap indikator dengan memberikan tanda cek (√) dengan ketentuan sebagai berikut: SK = sangat kurang, K = kurang, C = cukup, B = baik, dan SB = sangat baik. 3. Jika ada penambahan komentar, mohon dituliskan pada lembar komentar/saran/langsung pada naskah soal.
Lembar Penilaian (Adaptasi dari Instrumen Penilaian Badan Standar Nasional Pusat (BSNP)) No 1.
Aspek Kriteria Kelayakan Isi
Indikator
Nilai SK
K
C
B
1. Kesesuaian penjabaran instrumen kemampuan representasi
√
dengan tujuan praktikum 2. Keterkaitan antara instrumen kemampuan representasi dengan fenomena dalam kegiatan praktikum 3. Penyajian instrumen sesuai dengan perkembangan kimia terkini
√ √
4. Penyajian konsep yang tidak menimbulkan makna ganda dan
√
sesuai dengan definisi yang berlaku dalam kimia 5. Penulisan nama unsur dan senyawa kimia yang sesuai dengan
√
tata nama IUPAC 6. Kejelasan isi pertanyaan 7. Penyajian pertanyaan yang mampu mengarahkan peserta didik untuk menarik kesimpulan (menemukan konsep) 2.
Kelayakan Penyajian
√ √
8. Sistematika sajian dalam setiap praktikum yang konsisten (judul,
√
dasar teori, alat dan bahan, prosedur, data pengamatan) 9. Penyajian soal representasi dari yang mudah ke sukar, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari yang dikenal sampai yang belum dikenal
SB
√
10. Penyajian pertanyaan yang mamapu menguji kemampuan
√
berpikir peserta didik dari yang sederhana hingga tingkat tinggi 11. Penyajian praktikum yang saling mendukung satu sama lain 3.
Kelayakan Bahasa
√
12. Penggunaan bahasa yang sederhana, menarik, jelas, dan mudah √
dipahami sehingga menimbulkan rasa senang bagi peserta didik dan memudahkan peserta didik untuk memahami isi pertanyaan 13. Penggunaan bahasa yang mampu merangsang peserta didik
√
untuk menemukan jawaban yang benar 14. Penggunaan istilah yang sesuai dengan KBBI dan/atau Kamus/ Glosarium Kimia 15. Penggunaan kalimat yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar
√ √ √
16. Penggunaan ejaan yang mengacu pada pedoman EYD 17. Penggunaan istilah yang konsisten antar butir soal dan antar
√
petunjuk praktikum
√
18. Penggunaan kata yang tidak mengandung makna ganda 4.
Muatan
Representasi 19. Adanya
Makroskopik, Simbolik,
dan
mikroskopik
representasi
konsep
materi
sampai
ke
tingkat √
makroskopik (yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca Sub-
indera, misal warna atau fasa) 20. Penyajian gambar dalam pertanyaan sesuai fakta di praktikum
√
21. Penyajian gambar (missal : warna atau fasa) dalam pertanyaan yang mampu membuat peserta didik memahami isi pertanyaan
√
sampai ke tingkat makroskopik 22. Penyajian pertanyaan tentang reaksi kimia(misal : warna atau √
fase) yang mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat makroskopik 23. Adanya representasi konsep materi sampai ke tingkat simbolik
√
(contoh rumus senyawa, persamaan reaksi, lambang atom, satuan, fase, dan simbol kimia) 24. Penulisan lambang atom dan rumus senyawa yang akurat mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku
√ √
25. Penggunaan satuan yang benar (sesuai satuan SI) dan tepat 26. Penulisan simbol kimia secara benar dan tepat
√
27. Penyajian pertanyaan yang mampu membuat peserta didik untuk √
dapat menuliskan lambang atom dan rumus senyawa yang akurat mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku 28. Adanya representasi konsep materi sampai ke tingkat submikroskopik (atom, ion, dan molekul) dalam praktikum 29. Penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul secara benar dan tepat
√ √
30. Penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul √
yang mampu membuat peserta didik memahami isi pertanyaan sampai ke tingkat mikroskopik 5.
Keterlaksanaan
√
31. Tingkat keamanan kegiatan eksperimen bagi peserta didik 32. Kesesuaian alat dan bahan yang digunakan di dalam lembar petunjuk praktikum dengan alat dan bahan yang tersedia di
√
sekolah √
33. Tingkat kemudahan pelaksanaan kegiatan praktikum 34. Kesesuaian kegiatan praktikum dengan alokasi waktu di sekolah 35. Pemilihan kegiatan praktikum yang mampu memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik
√ √
36. Penyajian konsep praktikum sesuai dengan pendekatan saintifik
Yogyakarta, November 2016
√
LEMBAR PENILAIAN INSTRUMEN SOAL ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PADA PRAKTIKUM KIMIA MATERI LAJU REAKSI
NAMA
: Siti Martingsih, S.Pd
NIP
: 19700223 200604 2 003
INSTANSI
: SMA Negeri 1 Godean
Petunjuk: 1. Petunjuk ini dibuat untuk mengetahui penilaian instrumen soal yang telah dibuat. 2. Bapak/Ibu dimohon memberikan penilaian pada setiap indikator dengan memberikan tanda cek (√) dengan ketentuan sebagai berikut: SK = sangat kurang, K = kurang, C = cukup, B = baik, dan SB = sangat baik. 3. Jika ada penambahan komentar, mohon dituliskan pada lembar komentar/saran/langsung pada naskah soal.
Lembar Penilaian (Adaptasi dari Instrumen Penilaian Badan Standar Nasional Pusat (BSNP)) No 1.
Aspek Kriteria Kelayakan Isi
Indikator
Nilai SK
K
C
B
1. Kesesuaian penjabaran instrumen kemampuan representasi
√
dengan tujuan praktikum 2. Keterkaitan antara instrumen kemampuan representasi dengan
√
fenomena dalam kegiatan praktikum 3. Penyajian instrumen sesuai dengan perkembangan kimia terkini 4. Penyajian konsep yang tidak menimbulkan makna ganda dan sesuai dengan definisi yang berlaku dalam kimia
√ √
5. Penulisan nama unsur dan senyawa kimia yang sesuai dengan
√
tata nama IUPAC 6. Kejelasan isi pertanyaan
√
7. Penyajian pertanyaan yang mampu mengarahkan peserta didik
√
untuk menarik kesimpulan (menemukan konsep) 2.
Kelayakan Penyajian
8. Sistematika sajian dalam setiap praktikum yang konsisten (judul,
√
dasar teori, alat dan bahan, prosedur, data pengamatan) 9. Penyajian soal representasi dari yang mudah ke sukar, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari yang dikenal sampai yang belum dikenal
SB
√
10. Penyajian pertanyaan yang mamapu menguji kemampuan
√
berpikir peserta didik dari yang sederhana hingga tingkat tinggi
√
11. Penyajian praktikum yang saling mendukung satu sama lain 3.
Kelayakan Bahasa
12. Penggunaan bahasa yang sederhana, menarik, jelas, dan mudah √
dipahami sehingga menimbulkan rasa senang bagi peserta didik dan memudahkan peserta didik untuk memahami isi pertanyaan 13. Penggunaan bahasa yang mampu merangsang peserta didik
√
untuk menemukan jawaban yang benar 14. Penggunaan istilah yang sesuai dengan KBBI dan/atau Kamus/ Glosarium Kimia
√
15. Penggunaan kalimat yang sesuai dengan kaidah tata bahasa
√
Indonesia yang baik dan benar
√
16. Penggunaan ejaan yang mengacu pada pedoman EYD 17. Penggunaan istilah yang konsisten antar butir soal dan antar petunjuk praktikum
√ √
18. Penggunaan kata yang tidak mengandung makna ganda 4.
Muatan
Representasi 19. Adanya
Makroskopik, Simbolik,
dan
mikroskopik
representasi
konsep
materi
sampai
ke
tingkat
makroskopik (yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca Sub-
√
indera, misal warna atau fasa) 20. Penyajian gambar dalam pertanyaan sesuai fakta di praktikum
√
21. Penyajian gambar (missal : warna atau fasa) dalam pertanyaan yang mampu membuat peserta didik memahami isi pertanyaan
√
sampai ke tingkat makroskopik 22. Penyajian pertanyaan tentang reaksi kimia(misal : warna atau √
fase) yang mampu membuat peserta didik memahami konsep materi sampai ke tingkat makroskopik 23. Adanya representasi konsep materi sampai ke tingkat simbolik
√
(contoh rumus senyawa, persamaan reaksi, lambang atom, satuan, fase, dan simbol kimia) 24. Penulisan lambang atom dan rumus senyawa yang akurat
√
mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku 25. Penggunaan satuan yang benar (sesuai satuan SI) dan tepat
√
26. Penulisan simbol kimia secara benar dan tepat
√
27. Penyajian pertanyaan yang mampu membuat peserta didik untuk dapat menuliskan lambang atom dan rumus senyawa yang akurat
√
mengikuti kaidah-kaidah dan konvensi baku 28. Adanya representasi konsep materi sampai ke tingkat sub-
√
mikroskopik (atom, ion, dan molekul) dalam praktikum 29. Penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul secara benar dan tepat
√
30. Penyajian terjadinya reaksi dalam bentuk atom, ion, dan molekul √
yang mampu membuat peserta didik memahami isi pertanyaan sampai ke tingkat mikroskopik 5.
Keterlaksanaan
√
31. Tingkat keamanan kegiatan eksperimen bagi peserta didik 32. Kesesuaian alat dan bahan yang digunakan di dalam lembar petunjuk praktikum dengan alat dan bahan yang tersedia di
√
sekolah 33. Tingkat kemudahan pelaksanaan kegiatan praktikum
√
34. Kesesuaian kegiatan praktikum dengan alokasi waktu di sekolah
√
35. Pemilihan kegiatan praktikum yang mampu memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik 36. Penyajian konsep praktikum sesuai dengan pendekatan saintifik
Yogyakarta, November 2016
√ √
LEMBAR MASUKAN Praktikum 1 Letak
Saran
kesalahan
Pendahuluan Penulisan reversible dan irreversible harusnya miring
Pembenaran “Reaksi bolak-balik (reaksi reversible) merupakan reaksi yang dapat berlangsung dua arah sedangkan reaksi yang hanya berlangsung satu arah dinamakan reaksi irreversible. “
Petunjuk
Masih banyak kesalahan ketik (kurang huruf
praktikum
/spasi)
Soal pilihan
Jumlah option jawaban untuk semua nomor soal
ganda
pilihan ganda harus sama
Soal no.1
Gambar pada option jawaban harus sesuai keadaan sebenarnya saat praktikum, jangan hanya dari buku
Sudah diperbaiki
Masing-masing soal pilihan ganda memiliki empat option jawaban
Soal no.3
Soal no. 4
Kalimat “Tuliskan reaksi antara…..” sebaiknya
A B C D Tuliskan persamaan reaksi disertai fasa zat yang terjadi antara serbuk
menjadi “Tuliskan persamaan ….”
CaCO3 dan larutan HCl 0,1 M!
Masing-masing gambar sebaiknya diberi
1.
= Ca
= Cl
=C
=O
=H
keterangan agar peserta didik tidak bingung
Soal no.6
Sebaiknya soal diberi pengantar “Apakah terjadi
Apakah terjadi endapan? Jika terbentuk apa warna endapan tersebut?
endapan?” karena belum tentu setiap kelompok menghasilkan endapan Soal no.14
Sebaiknya soal no.14 dan 15 dijadikan satu
Berdasarkan percobaan 1 dan 2 manakah yang termasuk reaksi satu arah
dan 15
nomor saja karena merupakan satu kesimpulan
dan yang yang termasuk reaksi bolak-balik?
Praktikum 2 Letak
Saran
kesalahan Petunjuk
Masih banyak kesalahan ketik (kurang huruf
praktikum
/spasi)
Alat dan
Ukuran gambar alat dan bahan sebaiknya sama
Bahan
Pembenaran Sudah diperbaiki
Ukuran gambar dibuat setinggi 2,5 cm semua
Soal no.5
Penggambaran unsur satu dengan yang lainnya = Fe3+
usahakan kontras agar terlihat perbedaannya
= SCNSoal no.8
Perhatikan lagi jumlah masing-masing gambar ion ketika konsentrasi Fe3+ ditambah
Soal 9
A
B
C
D
Sebaiknya diberi keterangan larutan FeCl3
Jadi pada penambahan ion Fe 3+ (larutan FeCl3), kesetimbangan akan
karena dimungkinkan peserta didik tidak
melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser?
memahami darimana asal penambahan ion Fe 3+
Soal no.12
Penggambaran ion-ion pada suatu wadah hendahnya menyebar di dalam wadah tersebut agar peserta didik tidak mengira jika ion itu diam di suatu tempat
A
C Soal no.16
B
D
Perhatikan lagi jumlah masing-masing gambar ion ketika ditambahkan NaOH
A
B
C
D
Praktikum 3 Letak
Saran
kesalahan Prosedur
Penulisan HNO3 masih salah
Pembenaran Buatlah gas NO2 dengan cara memasukkan ke dalam 3 tabung reaksi, masing-masing 10 tetes larutan HNO3 pekat dan 1 lempeng logam Cu. Segera tutup dengan sumbat karet erat-erat.
Semua soal
Sebaiknya jumlah option jawaban sama
Option jawaban no.soal 6 dan 10 berjumlah 4
Lebih dijelaskan lagi warna apa yang
Apa warna gas yang terbentuk ketika larutan HNO3 pekat ditambahkan
dimaksudkan
lempeng logam Cu?
pilihan ganda Soal no.1
Soal no.6
Cari referensi lagi, bagaimana jumlah molekul jika suhu dinaikkan atau diturunkan
A
B
C
D
Praktikum 4 Letak
Saran
kesalahan
Pembenaran
Semua soal
Sebaiknya jumlah option jawaban sama
Option jawaban no.soal 1, 7 dan 10 berjumlah 4
Semua soal
Gambar terlalu menjorok ke kanan
Gambar diperbaiki hingga tidak melebihi batas margin
Soal no.9
Kata terbentuknya sebaiknya diganti
Warna tersebut menandakan tertambahnya zat apa? Tuliskan rumus
bertambahnya
senyawanya!
Soal no.10
Cari referensi lagi, mana yang bertambah dan mana yang berkurang jika ditambahkan air
A
B
C
D Yogyakarta, November 2016
LEMBAR MASUKAN Praktikum 1 Letak
Saran
kesalahan Prosedur
Pastikan jumlah bahan yang digunakan sesuai
kerja
dengan yang digunakan, apakah yang CaCO3
Pembenaran Masukkan sepucuk spatula serbuk CaCO3 ke dalam tabung reaksi.
digunakan sebanyak 1 gram. Prosedur
Lebih jelas lagi CaCO3 yang digunakan
kerja
bentuknya apa
Prosedur
Pada percobaan kedua sebaiknya menggunakan
kerja
tabung reaksi saja karena larutan yang
Masukkan sepucuk spatula serbuk CaCO3 ke dalam tabung reaksi.
Masukkan 1 gram serbuk PbSO4 ke dalam tabung reaksi.
digunakan hanya 2 mL Petunjuk
Masih banyak kesalahan ketik (kurang huruf
praktikum
/spasi)
Soal no.1
Option jawaban jangan cuma 2
Sudah diperbaiki
A Soal no.2
Lebih ditegaskan lagi gas yang dimaksud
Soal 4
Masing-masing gambar sebaiknya diberi
B
C
D
Apakah terjadi gelembung gas? 1.
= Ca
= Cl
=C
=O
=H
keterangan dan ukuran gambar jangan terlalu kecil Soal 3 dan 5
Soal 13
Kalimat “Tuliskan reaksi …..” sebaiknya
Tuliskan persamaan reaksi disertai fasa antara serbuk PbSO 4 dengan
menjadi “Tuliskan persamaan reaksi ….”
larutan NaI 1 M!
Perhatikan gambar jangan melebihi batas margin
Gambar diperbaiki tidak melebihi batas margin kanan maupun bawah
kanan
Praktikum 2 Letak kesalahan Alat dan
Saran Ukuran gambar alat dan bahan sebaiknya sama
Pembenaran Ukuran gambar alat dan bahan menjadi 2,5 cm
Bahan Soal no. 4
Sebaiknnya “Tuliskan reaksi kesetimbangan Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan tersebut! tersebut” menjadi “Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan tersebut!” agar peserta didik lebih memahami maksud soal
Soal no.6
Sebaiknya soal diberi keterangan tabung yang
Ketika ditambahkan dengan larutan FeCl3 0,1 M, apakah terjadi
mana agar peserta didik tidak bingung
perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 2)
Soal no.8
Perhatikan lagi jumlah masing-masing gambar ion ketika konsentrasi Fe3+ ditambah
A
B
C Soal no.9
D
Sebaiknya diberi keterangan larutan FeCl3
Jadi pada penambahan ion Fe 3+ (larutan FeCl3), kesetimbangan akan
karena dimungkinkan peserta didik tidak
melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser?
memahami darimana asal penambahan ion Fe 3+ Soal no.15
Soal no.16
Kata terbentuknya sebaiknya diganti
Warna tersebut menandakan bertambahnya zat apa? Tuliskan rumus
bertambahnya
senyawanya!
Perhatikan lagi jumlah masing-masing gambar ion ketika ditambahkan NaOH
A
B
C
D
Praktikum 3 Letak
Saran
kesalahan
Pembenaran
Pendahuluan Penulisan satuan masih salah
2NO2 (g) → N2O4 (g) ΔH = - 59,2 kJ
Prosedur
Buatlah gas NO2 dengan cara memasukkan ke dalam 3 tabung reaksi,
Penulisan HNO3 masih salah
masing-masing 10 tetes larutan HNO3 pekat dan 1 lempeng logam Cu. Segera tutup dengan sumbat karet erat-erat. Soal no.1
Lebih dijelaskan lagi warna apa yang
Apa warna gas yang terbentuk ketika larutan HNO3 pekat ditambahkan
dimaksudkan
lempeng logam Cu?
Soal no.6
Option gambar jangan terlalu ke kanan hingga
Option gambar diubah sehingga tidak melebihi batas margin kanan
dan 10
melebihi batas margin kanan
Praktikum 4 Letak
Saran
kesalahan
Pembenaran
Data
Pada data pengamatan tidak usah dituliskan
pengamatan
rumus molekul senyawanya
Semua soal
Gambar terlalu menjorok ke kanan
Gambar diperbaiki hingga tidak melebihi batas margin
Soal no.9
Kata bertambahnya sebaiknya diganti
Warna tersebut menandakan tertambahnya zat apa? Tuliskan rumus
bertambahnya
senyawanya!
Soal no.10
Rumus molekul dihapus
Cari referensi lagi, mana yang bertambah dan mana yang berkurang jika ditambahkan air
Yogyakarta, November 2016
Instrumen Soal Kemampuan Representasi yang digunakan dalam penelitian
INSTRUMEN 1 REAKSI SATU ARAH DAN REAKSI BOLAK-BALIK
Percobaan 1 1.
Manakah gambar yang menunjukkan ketika serbuk CaCO3 ditambah larutan HCl 0,1 M?
A 2.
B
C
D
Apakah terjadi gelembung gas? Apa warna larutan yang dihasilkan? Jawab:
3.
Tuliskan persamaan reaksi disertai fasa zat yang terjadi antara serbuk CaCO 3 dan larutan HCl 0,1 M! Jawab:
4.
Gambarkan hasil reaksi antara serbuk CaCO3 dan larutan HCl 0,1 M!
2.
= Ca
= Cl
=C
=O
=H
Percobaan 2 5.
Tuliskan persamaan reaksi disertai fasa antara serbuk PbSO4 dengan larutan NaI 1 M! Jawab:
6.
Apakah terjadi endapan? Jika terbentuk apa warna endapan tersebut? Jawab:
7.
Tuliskan rumus kimia dari endapan tersebut! Jawab:
8.
Diketahui ilustrasi berikut: = Na
= Pb
=I
=S
=O Pilihlah gambar yang menunjukkan endapan yang terbentuk dari reaksi antara serbuk PbSO4 dengan larutan NaI 1 M!
A
9.
B
C D Tuliskan persamaan reaksi disertai fasa zat yang terjadi saat endapan (1) direaksikan dengan larutan Na 2SO4 1 M! Jawab:
10. Apakah terbentuk endapan? Jika terbentuk, apa warna endapan tersebut? Jawab:
11. Gambarkan hasil reaksi antara endapan (1) dan larutan Na 2SO4 1 M!
= Na
= Pb
=I =O
=S
12. Berdasarkan persamaan reaksi nomor 5 dan 9 di atas dapat diketahui bahwa ketika pereaksi bereaksi membentuk hasil (persamaan reaksi 4) pada saat yang sama hasil reaksi membentuk pereaksi (persamaan nomor 9) sehingga persamaan reaksi nomor 5 dan 9 dapat digabungkan. Tuliskan penggabungan kedua reaksi tersebut! Jawab:
13. Diketahui ilustrasi beberapa atom sebagai berikut. = Na
= Pb
=I
=S
=O
Gambar berikut yang menggambarkan reaksi pada saat setimbang adalah….
A
C
B
D
14. Berdasarkan percobaan 1 dan 2 manakah yang termasuk reaksi satu arah dan yang yang termasuk reaksi bolak-balik? Jawab:
INSTRUMEN 2 PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN 1.
Apa warna larutan FeCl3 dan larutan KSCN? Jawab:
2.
Apa warna larutan ketika larutan FeCl3 ditambahkan larutan KSCN? Jawab:
3.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
4.
Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan tersebut! Jawab:
5.
Gambarkan keadaan saat terjadi reaksi kesetimbangan! = Fe3+ = SCN-
6.
Ketika ditambahkan dengan larutan FeCl3 0,1 M, apakah terjadi perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 2) Jawab:
7.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
8.
Diketahui keadaan kesetimbangan awal seperti berikut:
Gambar yang menunjukkan keadaan reaksi kesetimbangan setelah ditambahkan larutan FeCl3 0,1 M adalah….
A
B
C 9.
D
Jadi pada penambahan ion Fe 3+ (larutan FeCl3), kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Jawab:
10.
Ketika ditambahkan dengan larutan KSCN 0,1 M, apakah terjadi perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 3) Jawab:
11.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
12.
Diketahui keadaan kesetimbangan awal seperti berikut:
Gambar yang menunjukkan keadaan reaksi kesetimbangan setelah ditambahkan larutan KSCN 0,1 M adalah….
A
B
C 13.
D
Jadi pada penambahan ion SCN – (larutan KSCN), kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Jawab:
14.
Ketika ditambahkan dengan larutan NaOH, apakah terjadi perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 4) Jawab:
15.
Warna tersebut menandakan bertambahnya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
16.
Diketahui keadaan kesetimbangan awal seperti berikut:
Gambar yang menunjukkan keadaan reaksi kesetimbangan setelah ditambahkan larutan NaOH adalah….
17.
A
B
C
D
Jadi pada penambahan ion OH- (larutan NaOH), kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Jawab:
INSTRUMEN 3 PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN
1.
Apa warna gas yang terbentuk ketika larutan HNO 3 pekat ditambahkan lempeng logam Cu? Jawab:
2.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
3.
Gambarkan keadaan dimana saat terjadi reaksi kesetimbangan! =N
4.
=O
Jika suhu dinaikkan (diperbesar) bagaimana perubahan warna gas pada kesetimbangan? Jawab:
5.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
6.
Diketahui keadaan setimbang mula-mula seperti berikut.
Manakah yang menunjukkan keadaan kesetimbangan ketika dinaikkan?
7.
A
B
C
D
suhu
Jadi pada penambahan suhu, kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Ke arah eksoterm atau endoterm?
8.
Jawab: Jika suhu diturunkan (diperkecil) bagaimana perubahan warna gas pada kesetimbangan? Jawab:
9.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
10.
Diketahui keadaan setimbang mula-mula
Manakah yang menunjukkan keadaan kesetimbangan ketika diturunkan?
A
11.
suhu
B
Jadi pada penurunan suhu, kesetimbangan akan melakukan reaksi. Ke arah manakah kesetimbangan bergeser? Ke arah eksoterm atau endoterm? Jawab:
INSTRUMEN 4 PENGARUH PENGENCERAN TERHADAP PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN
1.
Apa warna larutan besi(III) klorida ? Jawab:
2.
Gambar berikut yang menunjukkan molekul besi(III) klorida adalah….
A
C
B
D
= Fe = Cl 3.
Apa warna larutan kalium tiosianat? Jawab:
4.
Apa warna larutan ketika larutan besi(III) klorida ditambahkan larutan kalium tiosianat? Jawab:
5.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
6.
Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan tersebut! Jawab:
7.
Gambarkan keadaan saat terjadi reaksi kesetimbangan! = Fe3+ = SCN-
8.
Ketika ditambahkan dengan air, apakah terjadi perubahan warna? Jika iya, larutan berubah menjadi warna apa? (tabung 2) Jawab:
9.
Warna tersebut menandakan terbentuknya zat apa? Tuliskan rumus senyawanya! Jawab:
10.
Diketahui keadaan kesetimbangan awal seperti berikut:
Gambar yang menunjukkan keadaan reaksi kesetimbangan setelah ditambahkan air adalah….
A
B
C 11.
D
Jadi pada penambahan air (pengenceran) akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah mana? Jawab: