PENERAPAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN 2016/2017 SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
RIA AMBARWATI 111-12-148 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016/2017 iv
v
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JalanLingkarSalatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI PENERAPAN PENDIDIKAN KEPPRAMUKAAN SEBAGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP N 6 SALATIGA 2016/2017 DisusunOleh: RIA AMBARWATI 111-12-148 Telah di pertahankan di depan Panitia Dewan penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperole hgelar Sarjana Pendidikan Islam atau S.Pd. Susunan Panitia Penguji KetuaPenguji
:Mufiq, S.Ag., M.Phil.
SekretarisPenguji
:Dra. Sri Suparwi, M.A.
Penguji I
:DraUrifatunAnis, M.Pd.I.
Penguji II
: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd.
_____________________
Salatiga, 30Maret 2017 DekanFakultasTarbiyahdanIlmuKegurua n (FTIK) IAINSalatiga
Suwardi, M.Pd NIP : 19670121 199903 1 002
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawahini : Nama
: RiaAmbarwati
Nim
: 11112148
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapa tatau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 1 Maret 2017 Yang Menyatakan
RiaAmbarwati Nim : 11112148
vii
MOTTO
َّ إِوَّ َما ْال ُم ْؤ ِمىُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْيهَ أَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا ََّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون Sesungguhnya orang-orang mukmin adalahb ersaudara karena itu damaikanlah antara keduasaudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat
viii
PERSEMBAHAN Alhamdulillah irabbilalamin dengan rahmat Allah SWT Skripsi ini telah selesai Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah hadir di hidupku dan selalu menemaniku dalam menggapaimimpi-mimpiku : 1. Bapak (Suwartoyo) danIbu (EndangSusilawati)tercinta, yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya, memberikan bimbingannya, dan doa yang tak pernah henti-hentinya untuk anaknya. 2. Kakak-kakakku (Ari Wirawan, ZumarohIstikomah, Anton Herman, EkaPujiEmaSuryani) yang selalu memberikan motivasi. 3. Keponakanku tersayang (MirzaArdaffa, Khansa Salsabila Rasendriya, Irfa’ul Huda) yang selalu membuatku termotivasi untuk menjadi lebih baik. 4. Seluruh sahabat-sahabatku (Zulaekah, AnisaFauziah, Ariyani, DewiUswatun, VikaNurina, Datul, Iswanto, sam, AdiPradana, Zidni). 5. Adek-adekkost 6. Keluarga besar PAI 2012 yang sedang berjuang bersama. 7. Seluruh keluarga besar Sanggar Bhakti SMP Negeri 6 Salatiga yang menemaniku dalam perjalanan perkuliahanku. 8. Bapak Ibu Guruku.
ix
KATA PENGANTAR Pujis yukur senantiasa penulis panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan inayah-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan nabi agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu di nantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PENERAPAN PENDIDIKAN
KEPRAMUKAAN
SEBAGAI
SARANA
MEMBENTUK
KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 SALATIGA“. Skripsi ini disusun sebagai sarat guna memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya .Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bias menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
x
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu DraSiti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI Salatiga. 4. Ibu Dra Sri Suparwi, M.A. yang telah mencurahkan segala tenaga dan pikiranya dalam membimbing penyusunan skripsi ini. 5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga yang telah mendidik dan memberikan bekal pengetahuan kepada penulis. 6. Bapak dan ibu serta kakakku yang telah membantu dan memberikan dorongan yang sangat berharga. 7. Semua pihak yang telah membantu. Demikian semoga Allah swt menerima amal kebaikan beliau-beliau serta memberikan imbalan yang berlipat ganda. Selanjutnya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Salatiga. 1 Maret 2017 Penulis
Ria Ambarwati 11112148 xi
ABSTRAK Ambarwati, RiaAmbarwati. 2017. Penerapan Pendidikan Kepramukaan Sebagai Sarana Membentuk Karakter Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Salatiga tahun 2016/2017. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Sri Suparwi, M.A. Kata Kunci : Kepramukaan,Karakter Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui(1) Bagaimana penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter, (2) Bagaimana peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter, (3)Apa saja faktor-faktor yang menjadi Pendukung dan Penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter, dan (4) Apasolusi dari factor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Kualitatif. Metode Pengumpulan data dilakukan dengan cara Observasi, wawacara, kemudian mengambil dokumentasi di SMP Negeri 6 Salatiga. Hasil penelitian adalah (a) Penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga diterapkan sesuai dengan undang-undang kepramukaan dan kurikulum yang berlaku. Salah satunya menggunakan system Among dalam kepramukaan dan dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan di Indonesia.(b) Pendidikan Kepramukaan sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter pada anak karena dengan adanya kegiatan kepramukaan siswa lebih mudah dalam menuangkan karakter yang dimilikinya dan di dalam Pendidikan Kepramukaan ini justru lebih mudah dalam pembentukan karakter. (c) Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada anak. Faktor pendukungnya yaitu (Pembina)yang menjadi kunci sukses penerapan kepramukaan dalampem bentuk ankarakter pada anak adalah Pembina, karena Pembina adalah factor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. (kader dan metode pembelajaran)salah satu yang membuatsiswaatauanggotasemangatdalamkegiatankepramukaanadalahsemangatkader dan atusias kader serta metode kegiatan yang ada dalam kegiatan kepramukaan, Faktor Penghambatnya yaitu kemampuan siswa yang bervareasi dan Kurangnya antusias Pembina dalam kegiatan kepramukaan.
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………………..
i
HALAMAN BERLOGO…………………………………………………………...
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING…..............….………………………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN….......................…………………………………...
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………………..
v
HALAMAN MOTTO…...………………………………………………………...
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………...
vii
KATA PENGANTAR............……………………………………………………..
viii
ABSTRAK….....................................……………………………………………...
x
DAFTAR ISI…....…………………………………………………………………
xi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
xv
BAB I: PENDAHULUAN….......………………………………………….
1
A. Latar Belakang.........................……………...........…………………….....
1
B. Rumusan Masalah...................……………………….……………............
7
C. Tujuan Penelitian.........................…………....……………………………
7
D. Manfaat Penelitian.................. ...………………………………….............
8
E. Penegasan Istilah.........................................................................................
9
F. Metode Penelitian............... ……………………………………………....
11
G. Sistematika Penulisan.............…………………………………………….
12
BAB II: LANDASAN TEORITIS........................………………………. A. Kajian Tentang Kepramukaan...…………………………………………..
xiii
14 14
1. Pengertian Kepramukaan..………………………………….………...
14
2. Sejarah Kepramukaan..……………………………...................……
15
3. Sifat dan Fungsi Kepramukaan...……………………………………
20
4. Asas, Tujuan, dan Sasaran Gerakan Pramuka....................................
24
5. Prinsip Dasar Pendidikan & Metode Kepramukaan............................
26
6. Metode Kehormatan Pramuka.............................................................
27
B. Pembentuk Karakter...………………….............................................…...
28
1. Makna Pendidikan Karakter…….................………....……………...
28
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter.............................……....….
37
3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter.................................................
38
4. Fungsi Pendidikan Karakter.................................................................
40
C. Peran Pendidikan Kepramukaan dalam Pembentukan Karakter.........…...
40
BAB III: PAPARAN DATA TEMUAN PENELITIAN........…………..
43
A. Gambaran Umum Kepramukaan...........………………………………….
49
B. Metode Pengumpulan Data........................................................................
49
BAB IV: PEMBAHASAN......................................................................................
53
A. Penerapan Pendidikan Kepramukaan........................................................
53
B. Peranan Kepramukaan dalam Pembentukan Karakter..............................
56
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepramukaan..........................
62
D. Faktor Penghambat dan Penerapan Kepramukaan...........................
66
BAB V: PENUTUP...............................................................................................
68
A. Kesimpulan...............................................................................................
68
B. Saran..........................................................................................................
72
xiv
C. Penutup...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
xv
74
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pembina Pramuka …………………………………………........ 50 Table 3.2 KaderPramuka…………………………………………………. 50 Table 3.3 AnggotaPramuka………………………………………………
xvi
51
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Daftar Riwayat Hidup 5. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 7. Instrument Pengumpulan Data 8. Dokumentasi
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya beberapa kasus yang melanda Indonesia dari kalangan pemerintah sampai kalangan rakyat jelata merupakan dampak merostnya bangsa ini, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pendidikan sekarang yang saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek akademis dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang di dapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin di tinggalkan.Sebagai orang mulia tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang. Padahal pendidikan di harapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik. Meskipun manusia memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter itu tak dapat di ubah. Pendidikan juga bertujuan untuk mengarahkan manusia untuk menjadi lebih baik.Pendidikan karakter menjadi isu sentral belakangan ini di kalangan pendidikan. Pendidikan yang banyak menghasilkan manusia-manusia super, genius, cerdas dan terampil, serta hanya sedikit yang memiliki karakter yang baik, berbudi pekerti, dan berakhlak mulia.Pendidikan di sekolah tidaklah cukup untuk mendidik karakter peserta didiknya.Pendidikan formal kebanyakan hanya mendidik dari
1
aspek kognitif. Pendidikan karakter muncul sebagai jawaban atas belum berhasilnya
sistem
pendidikan
menciptakan
lulusan
yang
memiliki
keseimbangan kompetensi antara kemampuan , ketrampilan dan sikap yang sebenernya yang telah menjadi philosophy dalam ranah pendidikan Indonesia. Dalam melaksanakan pembangunan karakter melalui pendidikan, dilakukan restrukturisasi pendidikan moral yang telah berlngsung lama di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter adalah upaya mempersiapkan kekayaan batin dan pikiran peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya yang mampu diwujudkan dalam bentuk budi pekerti, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian. Pendidikan karakter merupakan peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Karena saat ini banyak kasus yang melibatkan pelajar ke arah perpecahan bangsa, mulai dari tawuran, tidak menghargai orang lain, tidak menghormati orang tua, kurangnya kedisiplinan, melakukan pornoaksi serta kasus lainnya yang sudah keluar dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Padahal sejak dahulu bangsa Indonesia di kenal memiliki sikap ramah tamah, gotong royong, dan sangat menghargai orang lain. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karakter di artikan sebagai sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti, karakter juga bisa di artikan sebagai tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu di lakukan atau kebiasaan. Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berfikir dan berperilaku 2
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat keputusan yang di buatnya. Kepramukaan termasuk dalam pendidikan formal yang sering disebut dengan ekstrakulikuler atau kegiatan pendidikan yang dilaksanakan diluar jam sekolah. Peserta didik diarahkan untuk menjadi siswa yang aplikatif, disiplin dan mandiri. Pada hakikatnya kegiatan kepramukaan merupakan suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi anak atau remaja yang dilaksanakan diluar pendidikan keluarga yang menggunakan prinsip dasar kepramukaan. Pramuka merupakan suatu proses kegiatan yang membentuk karakter manusia yang beriman, berakhlak mulia, taat hukum, dan disiplin (Kwartir Nasional, 2012:5). Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadinya secara utuh baik sosial, intelektual, fisik, ketrampilan dan sebagainya sebagai individu itu sendiri maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam pembentukan karakter ini pendidikan formal memiliki peran yang
sangat
penting.Selaras
dengan
penjelasan
diatas,
pendidikan
kepramukaan merupakan salah satu pendidikan formal.Peran pendidikan kepramukaan dalam meningkatkan kwalitas pembentukan karakter sangatlah penting, yaitu pendidikan kepramukaan di tingkat SMP dan terutama ditingkat SMA didukung dengan adanya berbagai macam unit kegiatan siswa dengan 3
macam latarnya.Sepanjang hidup manusia ada dua faktor yang sangat berpengaruh dalam perjalanan hidupnya, yaitu faktor internal atau faktor dari dalam diri individu dan faktor eksternal atau faktor yang berasal lingkungan individu berada, bisa dari manusia, alam, ataupun yang lainnya.Untuk itu perkembangan seseorang sangatlah berbeda jauh dengan individu lainnya. Kemampuan penangkapan otak oleh setiap individu berbeda tingkatanya, karena pengaruh dari lingkungan dimana individu berada mempengaruhi perkembangan individu. Dalam kacamata peneliti, faktor yang berasal dari luar atau faktor eksternal adalah faktor yang berpengaruh besar dalam perkembangan individu. Proses sosialisasi dengan lingkungan sekitar adalah pembelajaran yang mempengaruhi pemikiran individu. Hal sekecil apapun dalam pandangan individu ketika itu dianggapnya baik akan di jadikan pijakan untuk dilakukan dalam kehidupannya. Termasuk dalam hal pola pemikiran individu juga sering di pengaruhi oleh keadaan sekitar dimana individu berada. Lingkungan seseorang berada mempengaruhi cara berfikir individu, hal ini juga berlaku ketika individu berada di sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan kepramukaan sangat berkaitan dengan peningkatan atau proses pemantapan pembentukan karakter. Hal ini dikarenakan dalam gerakan pramuka terdapat sepuluh tiang penyangga yang dijadikan pijakan ataupun pondasi dalam menjalankan pondasi dalam menjalankan kegiatan, yaitu berupa Dharma Pramuka. Proses pendidikan pramuka adalah jalur bagi 4
individu dalam mengembangkan dirinya. Selaras dengan tujuan gerakan pramuka yang bertujuan untuk menjadikan anggota untuk menjadi orang yang berkarakter. Pendidikan kepramukaan bukanlah pendidikan yang hanya sekedar tepuk-tepuk, hura-hura, ataupun bernyanyi bersama, akan tetapi merupakan proses belajar melatih diri sendiri guna mengerti dan memahami seseorang serta berlatih bagaimana memposisikan diri dalam lingkungan berada. Untuk itu, pendidikan kepramukaan cakupanya sangat luas, karena bukan hanya bermanfaat bagi individu akan tetapi bermanfaat juga bagi lingkungan dan juga bermanfaat bagi bangsa. Di SMP 6 Salatiga yang latar belakangnya sekolah umum tidak hanya mempunyai satu atau dua organisasi, melainkan lebih dari itu.Di dalam organisasi tingkat menengah yang sering dijadikan anggota pemimpin dinamakan Bantara, dan diatas bantara ada Pembina pramuka, dan di bawah itu ada anggota pramuka. Organisasi atau ekstrakulikuler pramuka ini sangatlah diminati siswa siswi di SMP N 6 Salatiga, karena didalam pendidikan kepramukaan atau ekstrakulikuler pramuka siswa tidak dituntut belajar didalam kelas, melainkan belajar diluar kelas menyatu dengan alam sekitar. Pramuka atau pendidikan karakter ini harus punya banyak cara atau kreatifitas agar siswa atau anggotanya tidak jenuh dan bosen dalam mengikuti ekstrakulikuler ini, melainkan banyak yang minat dalam mengikutinya. Di dalam kegiatan ekstrakulikuler ini agar banyak diminati anggotanya dan tidak ditakuti anggotanya, pemimpin harus pinter-pinter mengkondisikan dalam 5
sistem pengajaran dalam ekstrakulikuler pramuka ini. Pemimpin atau senior tidak boleh membedakan mana yang senior mana yang junior, senior dan junior harus bisa merangkul satu sama lain, apalagi yang senior bagaimana caranya harus bisa merangkul junior menjadikanya mereka sahabat dalam dunia ekstra ini. Sehingga junior tidak merasa ketakutan karena jika salah diberi pertanyaan oleh senior mereka akan dihukum, tapi bagaimana seorang senior magajari atau memberikan contoh kepada juniornya. Kemudian senior harus bisa lebih inovatif dan kalau bisa buat satu trobosan baru agar para pemuda nantinya melihat kinerja kita yang berani. Di sekolah ini sama halnya dengan dunia sekolah lainya. Sebagai seorang siswa siswi pastinya juga harus mentaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan di sekolah tersebut. Aturan-aturan yang dibuat bertujuan untuk menumbuh kembangkan individu ke arah yang lebih baik.Peraturan yang dibuat untuk menahan perbuatan-perbuatan yang kurang menyenangkan atau perbuatan yang merugikan bagi individu atau lembaga sekolah.Tapi dengan adanya peraturan terkadang malah membuat individu merasa jenuh atau merasa frustasi dengan keadaan yang dialami. Hal tersebut membutuhkan pemahaman akan peraturan yang dibuat dengan menggunakan kepala dingin. Dari kerangka piker diatas, penulis tertarik untuk meneliti tingkat penerapan pendidikan kepramukaan dalam pendidikan karakter anggotanya. Oleh
karena
itu
penulis
mengambil
6
judul
”Penerapan
Pendidikan
Kepramukaan Sebagai Sarana Membentuk Karakter Pada SiswaKelas VII SMP Negeri 6 Salatiga 2016/2017” B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, penulis menggambarkan beberapa poin penting untuk di kaji, yaitu 1. Bagaimana
penerapan
pendidikan
kepramukaan
sebagai
sarana
membentuk karakter di SMP N 6 Salatiga? 2. Bagaimana peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter di SMP N 6 Salatiga? 3. Apa saja faktor-faktor yang menjadi Pendukung dan Penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga? 4. Apa solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga? C. Tujuan Penelitian Dengan adanya gambaran point penting di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui
penerapan
pendidikan
kepramukaan
sebagai
sarana
membentuk karakter di SMP 6 Salatiga. 2. Mengetahui peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter di SMP N 6 Salatiga. 7
3. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga. 4. Untuk mengetahui solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga. D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, di harapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat, diantaranya : 1. Teoritis Secara teoritis penelitian ini akan bermanfaat bagi SMP N 6 Salatiga terutama bagi pengurus pramuka. Hal ini di karenakan pengurus akan lebih kreatif lagi dalam menggabungkan, menyatukan, dan memadukan berbagai pendapat dari anggotanya. Selain itu, akan memberikan gambaran yang jelas bagi pengurus dalam menggunakan teknik yang tepat dalam memfasilitasi anggotanya 2. Praktis a. Bagi SMP N 6 Salatiga dan Pengurus Pramuka Peneliti ini akan memberikan gambaran bagi anggota pramuka mengenai pembentukan karakter. selain itu, memberikan pengertian pentingnya bahwasanya pembentukan karakter sangatlah penting.
8
b. Bagi Peneliti a) Menambah wawasan keilmuan
bagi peneliti berkaitan dengan
pembentukan karakter b) Peneliti dapat mengetahui bagaimana peran ekstrakulikuler pramuka di tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam proses mematangkan pembentukan karakter siswa. E. Penegasan Istilah 1. Implementasi pendidikan kepramukaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa implementasi adalah proses penerapan, pelaksanaan atau hasil dari usaha. Sedangkan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
akhlak
mulia,
serta
ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No 20 Tahun 2003). Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang di lakukan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih dalam arti mental (Sudirman 1991:4). Sedangkan kepramukaan adalah suatu kegiatan yang di lakukan di luar ruangan yang bertujuan untuk melengkapi ketrampilan peserta didik. Kepramukaan adalah nama atau sebutan bagi kegiatan pramuka yang 9
berisi
tentang
pendidikan
yang
bersifat
menyenangkan
tanpa
mengesampingkan penguatan karakteristik peserta didik. Jadi pendidikan kepramukaan proses belajar mandiri yang progresif (maju dan meningkat) bagi kaum muda untuk mengembangkan
diri
pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, agar menjadi warga negara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat lingkungan. 2. Pembentukan karakter Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter adalah sifat-sifat kejiwaan akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter adalah nilai-nilai yang unik dalam diri seseorang. Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang di ambil dalam menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Menurut Bije Widjajanto, karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan seseorang dari tindakan yang berulang-ulang setiap harinya. Tindakan tersebut pada awalnya di sadari atau di sengaja, tetapi karena begitu seringnya tindakan yang sama dilakukan maka pada akhirnya sering kali kebiasaan tersebut menjadi reflex yang tidak disadari oleh orang yang bersangkutan, sebagai contoh : orang berjalan, gerakan tubuh 10
pada saat berbicara di depan umum atau gaya bahasa. Orang melakukan tindakan
karena
dia
menginginkan
untuk
melakukan
tindakan
tersebut.Pembangunan dan pembentukan karakter sangat perlu di lakukan oleh manusia karena pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah di berikan oleh manusia (syamsul 2014:29). F. Metode Penelitian 1. Observasi Observasi adalah proses di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian, metode ini sangat sesuai di gunakan dalam penelitian yang meliputi pengamatan kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku bermain anak-anak dan interaksi kelompok. Observasi merupakan dasar fundamental dari semua metode riset, observasi
juga memberi
makna penting ihwal mengakses dan memahami cara-cara yang di gunakan orang-orang dalam bertindak dan berinteraksi secara komunikatif (Christine Daymon, 2008:320). Pengamatan yang terdapat dalam penelitian ini di lakukan di SMP N 6 Salatiga. Metode ini di gunakan penulis dalam proses pengamatan secara langsung di SMP N 6 Salatiga. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.Tujuan dari wawancara untuk memperoleh informasi dengan menyelidiki pengalaman masa lalu dan masa kini partisipan, guna menemukan perasaan, pemikiran, dan 11
persepsi mereka (Christine Daymon, 2008:262).Objek penelitian di sini yaitu SMP N 6 Saaltiga. 3. Dokumentasi Dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan sebagainya (Arikunto,1998:236). Dokumentasi ini di gunakan penulis guna memperoleh gambaran umum dari keadaan SMP N 6 Salatiga. G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui isi dari penelitian ini, maka penulis merumuskan menjadi tiga bagian 1. Bagian muka Pada bagian muka terdiri dari halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman moto, halaman persembahan, dan halaman daftar isi. 2. Bagian isi Pada bagian ini terbagi menjadi lima bagian, yaitu : a. BAB 1 yang berisi latar belakang masalah, pengesahan judul, rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
Manfaat
Penelitian.
Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. b. BAB II berisi tentang landasan teoritis mengenai permasalahan yang di teliti oleh peneliti. 12
c. BAB III berisi tentang gambaran umum tentang objek yang di teliti serta informasi mengenai penelitian. d. BAB IV berisi tentang analisis data e. BAB V berisi tentang penutup atau berupa kesimpulan dan saran. 3. Bagian akhir Pada bagian ini berisi tentang daftar pustaka atau rujukan yang di pakai peneliti serta lampiran yang berkaitan dengan penelitian.
13
BAB II LANDASAN TEORITIS Sebuah penelitian tidak mungkin dapat dilepaskan dari penjabaran atau penjelasan tentang teori yang di pakai untuk menguatkan peneliti itu tersendiri. Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang landasan yang di gunakan dalam penelitian, baik itu yang dari hasil pemikiran dari para ahli maupun dari peneliti tersendiri : A. Kajian tentang kepramukaan 1. Pengertian Kepramukaan Istilah kepramukaan berasal dari kata pramuka yang merupakan kepanjangan dari “praja muda karana”, berarti rakyat muda yang suka berkarya (Poerdarminto, 1976:230). Akar kata ini mendapat awalan ke- dan akhiran –an, sehingga menjadi kata kepramukaan yang berarti suatu proses dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa. Lord Bodden Powell menyatakan tentang kepramukaan sebagai berikut : “scounting is not a science to be solemnly studied, nor is it a collecting of doctrine and text. No, it is a jolly game in the out of doors, where boy man and boy can go adventuring together asleader ang younger brothers picking of helaty and happiness handicraff and help filness”.
14
Artinya: kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus di pelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskahnaskah buku. Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan memberikan pertolongan (Gerakan Pramuka1983:26). 2. Sejarah Kepramukaan a. Sejarah Kepramukaan Dunia Sejarah kepramukaan Dunia disebutkan bahwa pada awal tahun1908, Lord Bodden Powell selalu menulis ceritanya penggalamanya sebagai bungkus acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan dari tulisanya itu kemudian terbit sebagai buku “ Scouting Four Boys ”, buku ini cepat beredar di inggris, bahkan ke negara-negara lainya.Pada perkembangan selanjutnya banyak negara berdiri organisasi kepramukaan, yang semula untuk anak laki-laki seusia penggalang yang di sebut Boy Scout kemudian di susul organisasi yang di beri nama Girl Guides atas bantuan Agnes, adik perempuan Bodden Powell dan diteruskan oleh Ny. Bodden Powell ( Kwarda Jateng, 2003:14-15 ). Pada tahun 1916 Gerakan Pramuka semakin berkembang, hal ini dibuktikan dengan berdirinya kelompok pramuka seusia siaga yang di sebut CUB (anak srigala) dengan bukunya The Jungle Book, Yang berisi 15
tentang Mowgli Anak didikan rimba (anak yang di pelihara di hutan oleh induk srigala). Pada tahun 1918 Bodden Powell membentuk Rover Scout (pramuka usia penegak) untuk menampung mereka yang sudah lewat 17 tahun tetapi masih senang dan giat dibidang kepramukaan. Tahun 1922 Bodden Powell menerbitkan buku Rovering to Success (mengembara menuju kebahagiaan) yang berisi petunjuk bagi para pramuka penegak dalam menghadapi pantangan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan. Pada tahun 1920 diselenggarakan jamboree sedunia yang bertempat diarea Olimpya London.Bodden Powell mengandung pramuka 27 negara. Setelah kegiatan ini berlangsung Lord Bodden Powell di angkat menjadi bapak pandu Sedunia (Chief Scout Of The World), dan akhirnya Jambore Sedunia tersebut di selenggarakan 5 tahun sekali. Pada tahun yang sama, dibentuk Dewan
Internasional dengan 9 orang anggota dan biro
sekretariatnya yang berada di London (Santoso, Zakiyah, 2011:20-21). Lord Bodden Powell yang telah mempelopori gerakan pramuka mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat sedunia. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya pramuka di negara Belanda dengan sebutan Padvindeer dan Padvinderij. b. Sejarah Singkat Gerakan Pramuka di Indonesia Pendidikan Kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan
bangsa
Indonesia. 16
Melalui
uraian
sejarah
singkat
kepramukaan, diharapkan para pembaca dapat mengerti dan memahami hubungan erat antara oganisasi kepramukaan dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia sampai masa sekarang, bukan pada masa mendatang, kemudian di harapkan para pembaca dapat mengetahui proses pembentukan dan perkembangan Gerakan Pramuka dan mengetahui peranan apa yang dilakukan dalam sejarah perjuangan bangsa. Proses kelahiran gerakan kepramukaan di Indonesia dijiwai oleh sumpah pemuda yang dicetuskan dalam konggres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang saat itu lebih dikenal dengan sebutan Gerakan Kepanduan, istilah kepanduan dikarenakan adanya larangan pemerintah Belanda kepada organisasi Kepanduan di luar NIVP untuk menggunakan istilah Padvinder dan Panvinderij, maka KH. Agus Salim menggunakan istilah pandu dan kepanduan,
untuk
menggunakan
istilah
pandu
dan
kepandduan
menggunakan istilah Padvinder dan Panvinderij (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:16). Semakin meningkatnya kesadaran Nasional, maka timbul niat untuk menggerakan persatuan antara
organisasi-organisasi kepanduan pada
tahun 1930 antara lain: IPO (Indische Padvinders Organizatie), PK (Paduan Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatera). Ketiga organisasi itu bergabung menjadi satu organisasi yaitu: KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian dalam perkembanganya, terbentuknya suatu perjanjian yang dinamakan Persatuan antar Pandu-Pandu Indonesia 17
(PAPI) Pada tahun 1931 dan berubah lagi menjadi Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia (BPPKAI) tahun 1938. Saat kedudukan Jepang (Perang Dunia II), Organisasi kepanduan di Indonesia dilarang keberadaanya.Banyak tokoh-tokoh pandu yang beralih ke organisasi yang bersifat perlawanan seperti Seinenden, Keibondan, dan PETA. Sesudah proklamasi kemerdekaan dan perang kemerdekaan, di bentuklah organisasi kepanduan yang berbentuk kesatuan, yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di Solo sebagai satu-satunya organisasi Kepanduan di alam wilayah Negara Republik Indonesia. Keputusan Presiden No 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka Kami Presiden Republik Indonesia, Menimbang : (a) bahwa anak-anak dan pemuda Indonesia perlu dididik untuk menjadi manusia dan warganegara Republik Indonesia yang berkepribadian dan berwatak luhur yang cerdas, cakap, tangkas, terampil, dan rajin, yang sehat jasmaniyah dan rokhaniyah, yang ber Pancasila dan setia patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan berpikir dan bertindak atas landasanlandasan Manusia Sosial Indonesia, sehingga dengan demikian anak-anak dan pemuda Indonesia menjadi kader pembangun yang cakap dan bersemangat bagi peyelenggara amanat penderitaan rakyat, (b) bahwa pendidikan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas itu harus dilakukan dalam lingkungan anak-anak dan pemuda di samping pendidikan di lingkungan keluarga dan di samping pendidikan di 18
lingkungan sekolah, dan harus diselenggarakan dengan jalan kepanduan yang disesuaikan dengan pertumbuhan Bangsa dan Masyarakat Indonesia dewasa ini, (c) bahwa sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat sementara No. I/MPRS/1960, tanggal 19 November 1960 tentang garis-garis besar Haluan Negara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960 tanggal 3 Desember 1960, Garis-garis besar pola pembangunan nasional semesta berencana tahapan pertama 1961-1969 yang mengenai pendidikan pada umumnya dan pendidikan kepanduan pada khususnya, perlu menetapkan suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang tunggal untuk di beri tugas melaksanakan pendidikan tersebut di atas. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.118 Tahun 1961 tentang Penganugerahan Pandji Kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja Muda Karana.Kami, Presiden Republik Indonesia, Memperhatikan : (a) bahwa gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia sejak mulai diadakan dan selama masa perkembangan sampai sekarang ini, telah senantiasa turut serta dalam usaha pendidikan nasional Indonesia yang bertujuan menggalang dan menegakan bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia dengan hasil yang bermanfaat bagi penjajahan Bangsa dan Negara, (b) bahwa dengan demikian gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia dapat diharapkan akan kesangupan dan kemampuanya dalam menunaikan tugas untuk turut serta mendidik anak dan disamping 19
pendidikan dilingkungan sekolah, (c) bahwa gerakan pramuka seperti yang telah di tetapkan dengan Surat Keputusan Presiden Indonesia No. 238 tahun 1961 tangal 20 Mei 1961 adalah penyempurnaan dari pada usaha gerakann pendidikan kepaduan nasional Indonesia, dan sekarang turut serta menyelenggarakan pendidikan Indonesia sesuai Manifesto politik yang telah menjadi garis-garis besar dari pada Haluan Negara, disamping pendidikan di lingkungan keluarga dan disamping pendidikan dilingkungan sekolah, demi kepentingan Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (c) bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut diatas cukuplah alasan untuk memberikan tanda kehormatan kepada Gerakan Pramuka, berupa janji yang merupakan lambang perorangan dalam penjajahan Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk masa yang akan datang. 3. Sifat dan Fungsi Kepramukaan a. Sifat Kepramukaan Merujuk dari Resolusi koperensi Kepramukaan sedunia pada bulan Agustus 1942 di Kopenhagen, menyatakan bahwa Kepramukaan itu mempunyai tiga sifat/arti khas, yaitu : 1) Kepramukaan Bersifat Nasional Sifat nasional mempunyai arti bahwa setiap organisasi kepaduan harus bersifat nasional artinya didirikan untuk kepentingan nasional, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan nasional serta 20
menunjang program pendidikan dan pembangunan nasional. Begitu pula disediakan atau
hanya diperuntukkan bagi anak-anak atau
pemuda-pemuda nasional. 2) Kepramukaan Bersifat Internasional Sifat internasional adalah mencakup arti bahwa organisasi kepramukaan di Dunia ini harus dibina dan mengembangkan rasa persaudaraan, persahabatan dunia, dan ikut serta membina perdamaian dunia Untuk mencapai perdamaian dunia tanpa membedakan sesuatu. 3) Kepramukaan Bersifat Universal Kepramukaan itu dapat dilaksanakan dimana saja untuk mendidik anak dari suku dan bangsa apa saja yang mendalam pelaksanaanya harus selalu menggunakan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepanduan oleh semua badan atau organisasi kepanduan. (Marwan,1985:42) Menelaah dari landasan pikiran di atas, peneliti memberikan pemahaman bahwa Kepramukaan merupakan sifat dasar, yaitu Gerakan
yang
disesuaikan
dengan
keadaan
lingkungan
dan
kepentingan masyarakat, membina dan mengembangkan persaudaraan untuk
tercapainya
perdamaian
abadidan
persamaan
harkat
kemanusiaan dan Gerakan Pramuka memegang prinsip dasar pendidikan Kepramukaan.
21
b. Fungsi Kepramukaan Anggaran dasar Kepramukaan pada bab II pasal 6 menegaskan tentang fungsi pramuka, yaitu sebagai lembaga pendidikan di luar keluarga sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, menerapkan prinsip dasar Kepramukaan dan metode Kepramukaan serta sistem among yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:10). Berdasarkan landasan pemikiran di atas. Kepramukaan berfungsi sebagai : 1) Kegiatan yang menarik bagi anak-anak dan pemuda. Kegiatan
menarik
(game)
dimaksudkan
kegiatan
yang
mnyenangkan dan mengandung pendidikan, karna itu dapat diartikan suatu permainan yang mempunyai tujuan dan aturan permainan bukan hanya sekedar main-main yang mengarah pada hiburan semata. 2) Pengabdian bagi orang dewasa Bagi orang dewasa, kepramukaan bukan lagi permainan saja, tetapi merupakan suatu tugas yang memerlukan keikhlasaan dan pengabdian.Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membakitkan dirinya demi kesuksesnya pencapaian tujuan organisasi.
22
3) Alat bagi masyarakat dan organisasi Kepramukaan merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan alat bagi organisasi untuk mencapai suatu tujuan.Dengan demikian, kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar haya latihan saja dan bukan tujuan pendidikanya (Mashudi, 1983:21). Dapat disimpulkan bahawa fungsi Kepramukaan meliputi kebutuhan anak sekaligus kewajiban orang dewasa dan kebutuhan masyarakat. Melalui kegiatan yang menarik dan menyenangkan, maka anak dengan sendirinya akan mengikuti. Demikian pula dengan orang dewasa, pada dirinya akan tumbuh kesadaran dirinya untuk mengabdikan diri pada masyarakatnya sehingga dia menjadi generasi muda yang berguna. Disamping itu, bagi masyarakat secara umum dengan adanya kepramukaan akan terpenuhi salah satu kebutuhanya terutama dalam hal pendidikan anak-anaknya. Gerakan pramuka juga merupakan lembaga pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, penerapan prinsip dasar Kepramukaan serta sistem among, yang pelaksanaanya
disesuaikan
dengan
keadaan,
perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia.
23
kepentingan
dan
4. Asas, Tujuan, dan Sasaran Gerakan Pramuka a. Asas 1) Asas setiap anggota gerakan pramuka adalah penghayatan dan pengalaman Pancasila yang diwujudkan dalam setiap sikap dan prilaku sehari-sehari. 2) Gerakan Pramuka bertujuan untuk mendidik dan membina kaum kaum muda Indonesia agar menjadi : a) Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang berarti: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental
dan
tinggi
moral,
tinggi
kecerdasan
dan
mutu
ketrampilanya, kuat dan sehat jasmaninya. b) Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada negara Kesatuan Republik Indonesia yang baik dan berguna, dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesame hidup dan alam lingkungan, baik local, nasional maupun internasional (Tim Kwatir Jateng, 2003:22). Gerakan Pramuka juga mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan dilingkungan luar sekolah yang melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. 24
b. Tujuan Gerakan Pramuka 1) Membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman dan bertaqwa serta berwawasan ilmu pengatuhan dan teknologi. 2) Membentuk sikap dan perilaku yang positif, menguasai dan kecakapan serta memiliki kecerdasan emosional sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. 3) Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya. Keadaan, adat istiadat dan harapan masyarakat termasuk orang tua pendidik. 4) Gerakan Pramuka menggunakan PDK dan MK, Sistem Among dan berbagi metode penyajian lainnya. Para pramuka mendapat binaan ketentuan pada SKU, SKK, TKU, TKK dan Syarat Pramuka Garuda. c. Sasaran Kepramukaan 1) Kepribadian dan kepemimpinan dalam satuan gerak sesuai dengan bidang kegiatanya. 2) Kepribadian yang berjiwa Pancasila. 3) Kedisiplinan dan berfikir, bersikap dan bertingkah laku tertib. 4) Sehat, kuat mental, moral, dan fisiknya.
25
5) Jiwa patriot yang berwawasan luas dan dijiwai nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh pejuang bangsa. 6) Kemampuan untuk berkarya dan semangat kemandirian, berfikir kreatif, inofatif, dapat dipercaya, berani, dan mampu menghadapi tugas-tugas (Tim Kwartir Jateng,2003:23). 5. Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan dan Metode Kepramukaan Prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain, yang dilaksanakan sesuai kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat dan bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik. Prinsip dasar kepramukaan adalah : a. Iman dan taqwa kepada Tuhan yang maha Esa. b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesame hidup dan alam seisinya. c. Peduli terhadap diri pribadi. d. Taat kepada kode kehormatan pramuka. Metode kepramukaan merupakan suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan dan merupakan salah satu cara belajar interaktif progresif melalui: a. Pengalaman kode kehormatan pramuka. b. Belajar sambil melakukan. c. Sistem beregu.
26
d. Kegiatan menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota pramuka. e. Kegiatan di alam terbuka. f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan. Sistem tanda kecakapan. g. Sistem satuan terpisah untuk putra dan putri. h. Kiasan dasar (Santoso, Zakiyah, 2011:40-41). 6. Metode Kehormatan Pramuka Kode kehormatan pramuka adalah budaya organisasi gerakan pramuka yang melandasi sikap, tingkah laku anggota gerakan pramuka dalam hidup dan kehidupan berorganisasi. Kode kehormatan pramuka Penggalang, Penegak, Pandega dan anggotanya dewasa berbentuk ketentuan moral disebut DASADARMA yang berbunyi: a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Cinta alam dan kasih sayang sesame manusia. c. Patriot yang sopan dan kesatria. d. Patuh dan suka bermusyawarah. e. Rela menolong dan tabah. f. Rajin, trampil dan gembira. g. Hemat, cermat dan bersahaja. h. Disiplin, berani dan setia. i. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya. 27
j. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Kwarnas). B. Pembentukan karakter 1. Makna Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Jhon Dewey dalam tulisanya (Dwi siswoyo dkk, 2007:19) menjelaskan pendidikan adalah rekonstrusi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita (Tim Penyusun , 2010:13). Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata Laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara pembuatan mendidik (KBBI, 2007:263). Proses mendidik tersebut tidak terikat oleh dan kepada siapa berlangsung, dimana berlangsung, sejak kapan dan sampai kapan berlangsung, dan bagaimana berlangsung. Ketika berada dalam lingkungan keluarga, setiap anggota keluarga, terutama orang tuanya harus memberikan pendidikan yang baik kepada anggota keluarga laiinya, baik berupa perkataan dan tindakan.Di lingkungan sekolah, seluruh civitas terutama guru juga harus memberikan 28
pendidikan yang baik. Begitu juga ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Manusia bukanlah seekor makhluk biologis, melainkan seorangpribadi, seorang subyek, artinya ia mengerti akan dirinya, ia mampu menempatkan dirinya dalam situasinya, ia dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya, nasibnya ada di tangan sendiri (Driyarkara, 1980:82). Anak didik adalah manusia muda, manusia yang masih dalam taraf potensial, manusia yang belum sampai pada taraf “maksimal”.Maka dari itu, mengapa pendidikan atau mendidik itu di sebut suatu perbuatan fundamental. Sebabnya, karena mendidik itu adalah memanusiakan manusia muda, mendidik itu adalah proses hominisasi dan humanisasi, yaitu perbuatan yag menyebabkan manusia menjadi manusia (Driyarkara, 1980 21:87). Proses hominisasi artinya penjadian manusia, yaitu manusia dari taraf potensial ke taraf “maksimal” (telah mampu berbuat sebagai selayaknya
manusia),
sedangakan
proses
humanisasi
menunjukan
perkembangan yang lebih tinggi.Humanisasi berarti perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi. Berdasarkan pandangan di atas, Driyarkarya mengemukakan rumusan pendidikan sebagai pendidikan sebagai berikut : 1) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan Tritunggal ayahibuanak, dimana terjadi pemanusiaan anak, dengan mana dia berproses
29
untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan (Driyarkara, 1980 : 129). 2) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu anak, dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan Pembudayaan di sini menunjuk aktivitas baik dari pendidik maupun dari anak didik. Pendidik membudayakan anak, dan anak karena dibudayakan itu membudayakan diri. Sebagai contoh: ibu mengajari anak mengenakan sepatu dan celana, dan anak kelak dapat berbuat hal itu sendiri itupun sudah masuk kebudayaan dan pembudayaan. 3) Pendidikan adalah hidup bersama dalam
kesatuan tritunggal
ayah,ibu,anak dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan( Driyarkarya, 1980 : 131). Menurut Hasan Langgulung “Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin „educare‟ berarti memasukkan sesuatu”(1994:4).Dalam
konteks
ini,
makna
pendidikan
adalah
menanamkan nilainilai tertentu ke dalam kepribadian anak didik atau siswa.Driyarkara dalam jurnal yang ditulis Ali Muhtadi (2010:32), mengemukakan “Bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha uk untuk memanusiakan manusia”.
30
Pada konteks tersebut pendidikan tidak dapat diartikan sekedar membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan yang memiliki peradaban.Sedangkan menurut Khan (2010:1) “Pendidikan merupakan sebuah proses yang menumbuhkan, mengembangkan,mendewasakan, menata, dan mengarahkan”. Pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungannya. Pengertian secara umum pendidikan budaya dan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa, sehingga mereka memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang religius, produktif, dan kreatif. Secara progmatik diartikan sebagai usaha bersama semua guru dan pemimipin sekolah, melalui mata pelajaran dan budaya sekolah dalam membina dan mengembangkan nilainilai budaya dan karakter bangsa pada siswa melalui proses aktif dalam 23 proses pembelajaran. Secara teknis memiliki makna sebagai proes internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dalam kehidupanya dikelas, sekolah dan masyarakat (Sulistyowati, 2012: 23).
31
Pendidikan di setiap jenjang satuan pendidikan memiliki tujuan dan target capaian masing-masing. Namun begitu, pendidikan di semua jenjang satuan
pendidikan
memiliki
tujuan
umum
sabagai
berikut
(Hidayatullah,2010:5). 1) Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi bila dalam pendidikan. 2) Menumbuhkan atau menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya. 3) Menumbuhkan kemampuan berfikir melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran. 4) Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatanya. b. Pengertian Karakter Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:3) “Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasilinternalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakansebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”. Sedangkan menurut Darmiyati (2006:5), sistem pendidikan yang sesuai untuk menghasilkan kualitas masyarakat yang berkarakter positif adalah yang bersifat humanis, yang memposisikan subjek didik
32
sebagai pribadi dan anggota masyarakat yang perlu dibantu dan didorong agar
memiliki
kebiasaan
efektif,
perpaduan
antara
pengetahuan,
ketrampilan, dan keinginan. Menurut Musfiroh “Karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik”(2008: 27). Menurut Megawangi dalam buku Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya”. Menurut (Mulyana 2004:24) nilai merupakan “Sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang.Nilai tersebut pada umumnya mencakup tiga wilayah, yaitu nilai intelektual (benar-salah), nilai estetika (indah-tidak indah), dan nilai etika (baik-buruk)”. Istilah moral berasal dari kata moralis (Latin) yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup sama dengan istilah etika yang berasal dari kataethos (Yunani). Tema moral erat kaitannya dengan tanggung jawab sosial yang teruji secara langsung, sehingga moral sangat terkait dengan etika.Sedangkan tema nilai meski memiliki
tanggung
jawab
sosial
dapat
ditangguhkan
sementara
waktu.Sebagai contoh kejujuran merupakan nilai yang diyakini seseorang namun orang tersebut (menangguhkan sementara waktu) melakukan korupsi (Wibowo, 2010:4). Dari pemaparan diatas tampak bahwa 33
pengertian karakter kurang lebih sama dengan moral dan etika, yakni terkait dengan nilai-nilai yang diyakini seseorang dan selanjutnya diterapkan dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial. Wibowo (2010:4) mengemukakan “Manusia yang berkarakter adalah individu yang menggunakan seluruh potensi diri, mencakup pikiran, nurani, dan tindakannya seoptimal mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan umum”
ِ ول اللَّ ِه أُسوةٌ حسنَةٌ لِمن َكا َن ي رجو اللَّه والْي وم ِ لََق ْد َكا َن لَ ُكم ِِف رس اآلخَر َوذَ َكَر َ ْ َ َ َ ُ َْ ْ َ َ َ َْ َُ ْ اللَّهَ َكثِ ًريا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. 33/AlAhzab : 21) Karakter seseorang dapat dibentuk namun sulit untuk diubah (Munir, 2010: 5-10). Karakter dapat dibentuk karena bukan merupakan seratus persen turunan orang tua, melainkan sangat dipengaruhi oleh sekitar dan lingkungan terutama orang tua. Karakter sulit diubah karena memang adalah apa yang sudah sangat melekat pada diri seseorang dan bukanya sifat, sikap, pandangan, pendapat, atau pendirian yang bersifat temporal. Sebagai contoh, karakter oarng yang pemberani akan sulit diubah menjadi penakut atau pengecut, demikian juga sebaliknya seorang penakut sulit diubah menjadi seorang yang pemberani atau menyukai suatu tantangan.
34
c. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral pendidikan akhlak. Tujuanya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik T. Ramli (2003). Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 4) pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Sedangkan menurut Koesoema pendidikan karakter merupakan nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap
yang
lain,
tanggung
jawab
pribadi,
perasaan
senasib,
sependeritaan, pemecahan konflik secara damai, merupakan nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter (2007: 250). Untuk melaksanakan pendidikan karakter memerlukan kesepahaman bersama di kalangan sekolah. Selain itu, yang lebih penting adalah menyiapkan tenaga pengajar atau guru yang berkarakter.Hal ini karena guru tidak hanya berperan dalam menstranfer pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai (Hidayatullah, 2010:25).
35
Dalam
pendidikan
karakter
di
sekolah,
semua
komponen
harusdilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan
pendidikan
harus
berkarakter.Pendidikan
karakter juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Merealisasikan pendidikan karakter bukanlah usaha yang mudah. Terdapat beberapa hambatan dan tantangan sebagai berikut (Hidayatulah, 2010:15-17) a. Sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, tetapi lebih menekankan pembangunan intelektual, misalnya system evaluasi pendidikan menekankan aspek kognitif atau akademik seperti Ujian Nasional (UN). b. Kondisi lingkungsn ysng kursng mendukung karakter pembangunan yang baik. 36
c. Terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak afektif untuk menciptakan bangsa atau masyarakat yang unggul. 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan dan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Menurut Hamid Hasan (2010:7) tujuan pendidikan karakter bangsa adalah : a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/efektif peserta didik dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious. c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. d. Mengembangkan kemampuan peseta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan
37
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Tujuan Pendidikan Karakter menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana (2011:9) adalah : a. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah. b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah. c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Pembentukan karakter merupakan salah satu pendidikan nasional. “Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 mneyatakan bahwa diantara tujuanpendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia”. 3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Thomas Lickona mengemukakan bahwa “Memiliki pengetahuan nilai
38
moral itu tidak cukup untuk menjadi manusia berkarakter, nilai moral harus disertai dengan adanya karakter yang bermoral" (1992: 53). “Termasuk
dalam
karakter
ini
adalah
tiga
komponen
karakter
(components of good character) yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan perbuatan bermoral (moral actions)” (Nurul Zuriah, 2007: 45).Hal ini diperlukan agar manusia mampu memahami, merasakan, dan sekaligus mengerjakan nilai-nilai kabajikan. Aspek-aspek dari tiga komponen karakter adalah: moral knowing. Terdapat enam hal yang menjadi tujuan dari diajarkannya moral knowing yaitu 1) kesadaran moral (moral awareness), 2) mengetahui nilai moral (knowing moral values), 3) perspective talking, 4) penalaran moral (moral
reasoning), 5)membuat
keputusan
(decision making),
6)
pengetahuan diri (seknowledge).Unsur moral knowing mengisi ranah kognitif mereka. Moral feeling. Terdapat enam hal yang merupakan aspek dari emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni:1) nurani (conscience), 2) penghargaan diri (self esteem), 3) empati(empathy), 4) cinta kebaikan (loving the good), 5) kontrol diri (self control), dan kerendahan hati (humality). Moral action perbuatan atau tindakan moral ini merupakan out come dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang untuk berbuat (act morally) maka harus dilihrus dilihat dari karakter yaitu kompetens. Proses pendidikan karakter didasarkan pada 39
totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif,afektif, psikomotorik, spiritual) dan fungsi totalitas sosiokultural. Sehingga di dalamnya terdapat proses pengolahan potensi-potensi tersebut yang selanjutnya diklarifikasikan kedalam empat proses pendidikan karakter, yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa atau karsa, dan olah raga (Dirjen Pendidikan Dasar, 2011:10). Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu: a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu tuhan (konservasi moral). b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa. c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan). d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis) (Yahya Khan, 2010: 2). 4. Fungsi Pendidikan Karakter Menurut Kementerian PendidikanNasional (2010:7) fungsi pendidikan karakter adalah :
40
a. Fungsi Pengembangan: yang secara khusus didasarkan pada peserta didik agar mereka menjadi pribadi yang berperilaku baik , berdasarkan pada kebajikan umum (virtues) yang bersumber pada filosofi kebangsaan di dalam pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik di harapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa. Dengan kata lain, dari perlaku peserta didik adalah warga bangsa, orang dapat mengetahui karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya. b. Fungsi Perbaikan: yang secara khusus yang diarahkan untuk memperkuat pendidikan nasional yang bertanggung jawab terhadap pengembangan potensi dan martabat peserta didik. Dengan fungsi ini pula, pendidikan karakter bangsa hendaknya mencapai suatu proses revitalisasi perilaku dengan mengedepankan pilar-pilar kebangsaan untuk menghindari distorsi nasionalisme. c. Fungsi Penyaring: dalam fungsi penyaring ini sistem pendidikan karakter bangsa dikembangkan agar peserta didik dapat menangkal pengaruh budaya lain yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Fungsi ini bertujuan meningkatkan martabat bangsa. C. Peran Pendidikan Kepramukaan Dalam Pembentukan Karakter Siswa Dari penjelasan teori-teori mengenai pembentukan karakter ternyata dapat ditemukan dalam pendidikan kepramukaan. Dalam pendidikan kepramukaan ternyata tidak hanya sebatas materi tentang pengetahuan saja, 41
akan tetapi juga terdapat pembentukan watak, karakter dan pembentukan mental dalam kegiatan kepramukaan. Tujuan gerakan pramuka adalah untuk mendidik dan membina kaum muda agar menjadi manusia yang berkepribadian,
berwatak,
berakhlak
mulia,
tinggi
kecerdasan
dan
keterampilan, serta kuat dan sehat jasmaninya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gerakan pramuka mengenai tujuan kepramukaan. Muhibbin syah (2004:10) menjelaskan definisi pendidikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara berttingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan, sedangkan pembentukan mental dan karakter dapat diartikan sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan melalui proses pendidikan dengan menggunakan
metode-metode
yang sesuai.
Sehingga
dapat
diambil
kesimpulan bahwa melalui kegiatan kepramukaan itu sangat itu sangat luas cakupanya. Metode-metode yang digunakan juga sesuai sebagai alat pembentukan karakter seperti metode berkelompok, pemecahan masalah, sistem among dan metode-metode lainnya. Jika disimpulkan maka ternyata salah satu peran pramuka adalah pembentukan karakter, terutama bagi anak muda yang mash mempunyai karakter labil dan membutuhkan pembentukan karakter yang lebih, semisalnya pembentukan karakter pada mental anak dan melalui kegiatan kepramukaan pembentukan mental dapat dilakukan.
42
BAB III PAPARAN DATA TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Kepramukaan SMP N 6 SALATIGA 1. Sejarah Berdirinya Pramuka Di SMP N 6 Salatiga Sejarah berdirinya Kepramukaan di SMP N 6 Salatiga untuk yang pertama kalinya didirikan oleh Bapak Indri Sugiyantono, M. Pd pada 1 Oktober 1984 latar belakangnya adalah tuntutan sekolah harus ada kegiatan kepramukaan dan sebagai sarana pembentukan karakter siswa dan wujud bela negara. Gerakan pramuka sebagai satu-satunya wadah kepramukaan yang melaksanakan proses pendidikan nonformal diluar lingkungan sekolah dan diluar lingkungan keluarga, dilakukan di alam terbuka yang bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotic, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Untuk lebih berperan aktif dalam pembentukan sikap, perlu adanya keseragaman langkah bagi pengelola gerakan pramuka suatu gugus depan. Ada keterkaitan erat antara peserta didik sebagai anggota pramuka, Pembina pramuka, dan unsur majelis pembimbing gugus depan. Tanpa 43
kerjasama yang baik dari unsur-unsur tersebut rasanya tidaklah mungkin dapat mewujudkan pembentukan sikap peserta didik dengan hasil yang maksimal. 2. Tujuan Gerakan Pramuka di SMP N 6 Salatiga Tujuan yang hendak dicapai dengan disusunnya program kerja ini : 1. Untuk memberikan arahan kepada pelaksanaa gugus depan agar pelaksanaan kinerja gugus depan dapat berjalan lebih baik. 2. Sebagai sarana untuk peningkatan mutu pendidikan kepramukaan Pangkalan SMP Negeri 6 Salatiga. 3. Program kerja Gugus Depan dalam Kepramukaan. Program kerja gugus depan Salatiga 03.169-03.170 pangkalan SMP N 6 Salatiga dapat dijelaskan dan dirinci sebagai berikut didasarkan pada waktu pelaksanaan program. Masing-masing kelompok program terbagi dalam beberapa bidang kegiatan.Adapun pembagian kelompok program tersebut adalah sebagai berikut. 1) Bidang Kegiatan dan Latihan Peserta Didik. a) Pencapaian SKU b) Pencapaian SKK c) Peningkatan mutu latihan pramuka penggalang meliputi jenjang : -
Ramu
-
Rakit
-
Terap 44
-
Pramuka Penggalang Garuda
d) Gladian Pemimpin Regu (1 kali) e) Perkemahan Kenaikan Tingkat f) Wide Games sekitar pangkalan 2 kali per semester g) Lomba Tingkat I (1 kali) h) Bakti Masyarakat (2 kali) per semester i) Pengiriman regu penggalang ke tingkat Kwartir Ranting, Cabang, Daerah
maupun
Kwartir
Nasional
(disesuaikan
waktu
pelaksanaanya) j) Perkemahan Bersama Penggalang k) Latihan bersama dengan Pangkalan lain l) Latihan bersama dengan Pangkalan lain m) Musyawarah Gugus Depan. 2) Bidang Pendidikan Orang Dewasa a) Pengiriman Pembina untuk kegiatan Kursus Pembina yang diadakan Kwartir Ranting maupun Kwartir Cabang. b) Pengiriman Pembina untuk pertemuan-pertemuan yang diadakan Kwartir Ranting maupun Kwartir Cabang. c) Pertemuan-pertemuan Gugus Depan yang dihadiri oleh Mabigus. 3) Bidang Sarana dan Adminitrasi a) Buku Induk Gugus Depan b) Stempel Gugus Depan 45
c) Buku Jurnal Kegiatan Harian / Mingguan d) Buku Administrasi Keuangan e) Daftar Inventaris Gugup Depan f) Buku Tamu Gugus Depan g) Pengadaan Tenda Pramuka h) Pengadaan sarana pioneering, meliputi : -
Tambang
-
Tongkat
i) Bendera Gugus Depan yang meliputi : -
Bendera Tunas Kelapa
-
WOSM
j) Bendera Semafor dan Morse a. Papan Nama Gugus Depan b. Gudang penyimpanan peralatan Pramuka 3) Bidang Keuangan Penggalian dana kegiatan yang meliputi : a) Iuran peserta didik b) Dana BOS Sekolah c) Sumbangan yang tidak mengikat lainnya 4. Organisasi Kepramukaan SMP N 6 Salatiga. 1. Susunan Majelis Pembimbing Gugus Depan
46
Susunan Majelis Pembimbing Gugus Depan 03.169–03. Pangkalan SMP N 6 Salatiga adalah sebagai berikut : 1. Ketua
: Mudjiati, M.Pd
2. Wakil Ketua
: Indri Sugiyantono, M, Pd
3. Sekretaris
: Sarwo Sukono, Ssi, M. Pd
4. Anggota
: 1. Puji Santosa, S.Pd 2. M. Nurul Huda, S,Pd 3. Drs. Agus Supriyadi, M.Pd 4. Budi Widayaningsih, S.Pd
2. Susunan Pembina Gugus Depan Susunan Pembina Gugus DEPAN 03.169 - 03.170 Pangkalan SMP N 6 Salatiga adalah sebagai berikut : 1) Ketua
:M. Nurul Huda, S,Pd
2) Pembina Penggalang Putra
:Drs.AgusSupriyadi,M.Pd
3) Pembantu Pembina Penggalang Putra: 1. IndriSugiyantono,M,Pd 2. EkoEndroSulistyo,A.Md 3. Rozikin 4) Pembina Penggalang Putri
:BudiWidayaningsih,S.Pd
5) Pembantu Pembina Penggalang Putri : 1. Murtiningsih, S.Pd 47
2. Sri Sukaryati, S.Pd 2. Dewan Kehormatan Penggalang Dewan Kehormatan Penggalang Gudep 03.169 – 03.170 Pangkalan SMP N 6 Salatiga tujuanya untuk melatih kepemimpinan dan rasa tanggung jawab para Pramuka Penggalang. Dewan Kehormatan Pasukan Penggalang bersidang bila terjadi peristiwa yang menyangkut tugas Dewan Kehormatan Penggalang. Hasil putusan siding dilaporkan kepada Pembina Gugus Depan dengan tembusan Mabigus : Dewan Kehormatan Penggalang (DKP) Terdiri atas : 1) Pembina 2) Para Pembantu Pembina Penggalang 3) Pemimpin Regu Utama 4) Para Pemimpin Regu Tugas Dewan Kehormatan Penggalang adalah untuk menentukan: 1) Pelantikan,
Pembina
TKK,
tanda
penghargaan
dan
lain-lain
kepadaPramuka Penggalang yang berjasa atau berprestasi. 2) Pelantikan Pemimpin dan Wakil Pemimpin Regu serta Pratama. 3) Tindakan terhadap pelanggaran Kode Kehormatan Pramuka. 4) Rehabilitasi anggota Pasukan Penggalang
48
B. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka peneliti memerlukan metode-metode dalam pengumpulan data. Selain itu peneliti juga memerlukan instrument dalam pengumpulan data tersebut. Dalam penelitian ini, metode yang peneliti gunakan yaitu : 1.
Metode Observasi Metode observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto,1997:146). Data yang ingin di peroleh oleh peneliti adalah data mengenai situasi umum mengenai SMP N 6 Salatiga dan kegiatan kepramukaan dalam ekstrakulikuler di SMP N 6 Salatiga.
2.
Metode Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
untuk
memperoleh
informasi
dari
terwawancara
(interviewer) (Arikunto, 1997:145). Dalam hal ini menguraikan mengenai keaktifan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler kepramukaan di SMP N 6 Salatiga. Selain itu juga menguraikan tentang peningkatan karakter yang didapat setelah mengikuti kegiatan kepramukaan tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan dalam mengikuti kegiatan kepramukaan dan sejauh mana 49
perkembangan karakter setelah mengikuti kegiatan kepramukaan, maka peneliti juga akan bertanya pada pengurus pramuka atau dewan lainnya yang sesuai. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan responden yang berjumlah 30 Orang. Identitas responden tersebut antara lain : Tabel 3.1 5 Pembina Pramuka SMP N 6 Salatiga NO
NAMA
JABATAN
1
Muhamad Nurul Huda, S.Pd
Pembina Gugus Depan Putra
2
Eko Endro Sulistiyo
Asisten Pembina Putra
3
Budi Widayaningsih, S.Pd
Pembina Gugus Depan Putri
4
Karyati
Pembina Gugus Depan Putri
5
Indri Sugiyantono, S.Pd
Pembina Gugus Depan Putra
Table 3.2 10 Kader Pramuka SMP N 6 Salatiga NO
NAMA
KELAS
1
Tasyania Donita
8A
2
Dea Alifah Rahmawati
8E
3
Marella Agrippina Zanneti
8A
4
Ananda Akhmad Aulia Ulil A 8D
5
Kristian Nathniel
8A
50
6
An Nisa‟syava Khalisa
8A
7
Muhammad Fahrul D
8D
8
Firdhana A.F
8G
9
M Fajar
8B
10
Yannah C
8A
Tabel 3.3 15 Anggota Pramuka SMP N 6 Salatiga NO
NAMA
KELAS
1
Muh Zanig Dorisal Hida
7D
2
Bakti Khoiriana
7H
3
Difa Rizqi
7C
4
Bayu Windhi Permadi
7H
5
Meilani Dwi Risanti
7B
6
Maharani Wahyuning T
7E
7
Dimas Adi Harlim P
7H
8
Ariel Nolan Pratama
7H
9
Nandita Amelia Putri
7A
10
Sifa Amelya Sari
7B
11
Jati Bagus Wibowo
7A
12
Rifki Setyaningrum
7A
51
3.
13
Aulia Suci B
7B
14
Annisa Nurul Latifah
7E
15
Robby Adrian Fajar S
7A
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, notulen rapat, surat-surat, catatan harian, sertifikat dan sebagainya (Arikunto, 1997:149). Dalam melakukan penelitian ini, metode dokumentasi peneliti lakukan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi, absensi kegiatan, buku induk, foto-foto kegiatan, materi-materi dan dokumentasi lain tentang kegiatan ekstrakulikuler kepramukaan di SMP N 6 Salatiga.
52
BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Pendidikan Kepramukaan Di SMP N 6 Salatiga Untuk mengetahui penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga peneliti telah bertanya kepada 30 responden dari SMP N 6 Salatiga yang terdiri dari 5 pembina pramuka, 10 anggota kader pramuka dan 15 anggota pramuka. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara.Dalam wawancara ini, peneliti mencari informasi mengenai bagaimana penerapan pendidikan kepramukaan di dalam SMP N 6 Salatiga. Dari analisis data yang di peroleh mengenai penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga antara lain : Penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga diterapkan sesuai dengan undang-undang kepramukaan dan kurikulum yang berlaku. Salah satunya menggunakan sistem Among dalam kepramukaan dan dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan di Indonesia. Di mana dalam fungsinya sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga. Sistem among adalah proses pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk hubungan khas antara peserta didik dengan pendidiknya. Sistem among ini mnciptakan hubungan pendidik yang memberikan kebebasan
53
kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa dan menghindari paksaan, guna mengembangkan kemandirian, percaya diri dan kreatifitas sesuai aspirasi peserta didik Penerapan sistem among dalam pendidikan kepramukaan yang dilakukan oleh gerakan pramuka ditegaskan dalam undang-undang nomer 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka Bab III, pasal 10 Ayat 1, 2, dan 3. Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yang harus dipraktekakan oleh Pembina Pramuka. Prinsip-prinsip kepemimpinan itu terdiri atas : 1. Ing ngarsa sung tuladha (di depan menjadi teladan). 2. Ing madya mangun karsa (di tengah membangun kemauan). 3. Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik kearah kemandirian). Selain itu, seorang Pembina Pramuka dalam melaksanakan tugasnya di tuntut bersifat dan berperilaku antara lain : 1. Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, kesederhanaan, kesanggupan berkorban, dan kesetiakawanan sosial. 2. Disiplin di sertai inisiatif. 3. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sesame manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
54
Pelaksanaan sistem among ini akan berbeda di setiap golongan peserta didik. Pendidik harus bisa mengarahkan ke arah yang menjadikan sikap dalam kehidupan sehari hari. Kegiatan kepramukaan ini juga hari melaksanakan pelatihan terhadap peserta didiknya dalam latihan rutin setiap 1 minggu sekali yang dilaksanakan setiap hari jum‟at dan memberikan materi sesuai kurikulum yang ada yang sudah disesuaikan dengan usia siswa. Untuk setiap kegiatanya pramuka tidak hanya berisi materi saja melainkan dalam setiap kegiatanya diselingkan hiburan atau game-game yang mendidik dan nilai-nilai pendidikan karakter. Dalam proses kegiatan kepramukaan juga ditegaskan aturan yang ada, dalam arti jika anak melakukan pelanggran maupun kesalahan anak diberikan hukuman atau sanksi yang mendidik dengan itu anak tidak akan menggulang kesalahan apa yang telah di perbuat sebelumnya dan anak juga akan belajar dari kesalahan yang sebelumnya agar anak termotivasi untuk menjadi lebih baik dari sebelumya. Selain itu anak juga diajari banyak hal yang sesuai dengan Dasa Dharma pramuka dalam setiap kegiatan pramuka berlangsung. Dalam proses pembentukan karakter pada anak pembina pramuka harus bisa mendekatkan diri pada anggotanya, jadi tidak ada jarak antara pembina maupun anggota pramuka, selain itu pembina harus pandai-pandai mengambil hati anggotanya agar apa yang telah diajarkan dan apa yang telah diberikan pembina untuk anggotanya bermanfaat dengan baik. Selain itu
55
Pembina juga harus memberikan contoh yang baik kepada nggotanya. Dalam proses kegiatan kepramukaan pembina maupun pelatih harus inovatif tidak monoton dan membosankan dalam memberikan pembelajran dalam kegiatan kepramukaan. Dalam memberikan materipun pembina harus memberikan sesuai porsinya 50% materi dan 50% game yang menggandung unsur pendidikan. Pembina juga harus tau mana kegiatan yang seharusnya diajarkan dan mana kegiatan yang tidak seharusnya diajarkan. B. Peran Pendidikan Kepramukaan dalam Pembentukan Karakter di SMP N 6 Salatiga. Pendidikan pembentukan
Kepramukaan
karakter
pada
sangat
anak
berpengaruh
karena
dengan
besar
adanya
dalam kegiatan
kepramukaan siswa lebih mudah dalam menuangkan karakter yang dimilikinya dan di dalam Pendidikan Kepramukaan ini justru lebih mudah dalam pembentukan karakter. Karena sesuai dengan tujuan kepramukaan yaitu untuk mendidik dan membina kaum muda agar menjadi manusia yang berkepribadian,
berwatak,
berahlak
mulia,
tinggi
kecerdasan
dan
ketrampilannya, serta kuat dan sehat jasmaninya.Selain itu memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan. Menurut hasil analisis data yang diperoleh ketika wawancara mengenai efektifitas kepramukaan dalam pembentukan mental anak, ternyata sebagian besar responden berpendapat bahwa kegiatan kepramukaan sangat efektif dalam pembentukan karakter.Hal tersebut dapat dibuktikan dari 56
peningkatan karakter dalam diri mereka sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan kepramukaan.Setelah mengikuti kegiatan kepramukaan ternyata ada peningkatan karakter yang besar dalam diri mereka. Peningkatan karakter tersebut di akui oleh anggota pramuka itu sendiri dan peningkatan karakter itu merupakan peningkatan karakter yang positif.Peningkatan karakter tersebut sangat berguna bagi anak di sekolah. Banyak
sekali
yang
didapatkan
siswa
dalam
kegiatan
kepramukaan.Delapan belas karakter di berikan semua dalam pendidikan kepramukaan. Delapan belas karakter tersebut antara lain : 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari orang dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 57
5. Kerja Keras Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan tidak mudah menyerah. 6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinyaa. 10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Berfikir dan bertindak sesuai bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 12. Menghargai Prestasi
58
Tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat atau komunikatif Tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna orang lain. 14. Cinta Damai Sifat dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat serta menghormati keberhasilan orang lain. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung Jawab
59
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Delapan belas karakter tidak sekaligus diberikan secara bersamaan melainkan sesuai proses yang berlangsung, karena jika diberikan secara bersamaan tidak semua siswa bisa menerima, karena harus di lihat seberapa besar kemampuan anak yang berbeda-beda. Selain Delapan belas karakter diberikan, nilai-nilai Tri Satya dan Dasa Dharma juga berpengaruh besar dengan peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter di SMP N 6 Salatiga karena di dalam Tri Satya dan Dasa Dharma mengandung nilainilai pendidikan karakter yang dapat membentuk karakter pada anak. Gerakan pramuka ini sebagai wahana dalam penggodokan sikap dan karakter pemuda-pemuda yang berada dalam masyarakat yang menyandang gelar sebagai generasi penerus bangsa, ikut bertanggungjawab dan berpartisipasi aktif dalam mengembangkan potensi, membentuk serta menciptakan generasi yang kreatif, inovatif serta agumentatif yang implikasi pada terbentuknya karakter masyarakat Indonesia. Dalam konteks pembangunan karakter bangsa Gerakan Pramuka juga memiliki Dasa Dharma Pramuka. Prinsip itu mengandung 10 nilai yang patut
60
dipraktekan, yaitu taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, patriot yang sopan dan kesatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, trampil dan gembira. Nilainilai selanjutnya yaitu hemat, cermat dan bersahaja, disiplin, berani dan setia, bertanggungjawab dan dapat dipercaya, serta suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Pembinaan kepribadian/karakter atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan.Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitanya dengan tingkat keimanan. Telah kita ketahui banyak anak-anak memiliki kepribadian buruk yang mengakibatkan merosotnya moral.Betapa pentingnya pendidikan agama untuk seseorang, dan betapa pula besarnya bahaya yang terjadi akibat kurangnya pendidikan agama itu. Agama banyak memberikan pengajaran yang baik dalam membentuk kepribadian seseorang, contohnya seorang akan bersikap santun terhadap orang yang tua di bandingkan dia, itu karena orang tua sudah mengajarkan kebaikan sejak dini kepada anaknya, jadi si anak tidak akan mengubah karakter dia menjadi orang lain. Agama banyak memberikan ulasan mengenai pembentukan karakter yang lebih baik.Jadi ilmu pendidikan karakter mempunyai hubungan yang erat dengan agama, sehingga agama dijadikan
61
sebagai suatu landasan perumusan pendidikan, dan pendidikan agama mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan moral dan karakter anak didik. C. Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga. 1. Faktor Pendukung Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler kepramukaan di SMP N 6 Salatiga ada beberapa faktor yang menjadi kunci sukses dalam pembentukan karakter pada siswa SMP N 6 Salatiga, diantaraya : a) Pembina Faktor pendukung yang menjadi kunci sukses penerapan kepramukaan dalam pembentukan karakter padaanak adalah Pembina, karena Pembina adalah faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Kegiatan kepramukaan ini akan sulit dilaksanakan di berbagai sekolah apabila Pembina tersebut belum siap. Tugas Pembina tidak hanya menyampaikan pembelajaran kepramukaan kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar
62
mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat dalam antusias mengikuti kegiatan kepramukaan. Oleh karena itu, dalam menyukseskan penerapan pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter pada anak dibutuhkan Pembina yang benar-benar mengetahui mengenai kepramukaan dan menguasai materi, dan metode pengajaran kepramukaan agar anggotanya lebih mudah mengikuti dan menerima apa yang telah diajarkan dan disampaikan oleh Pembina dengan baik.
فَ َقاتِلُوا أَئِ َّم َة الْ ُك ْف ِر إِن َُّه ْم ال أَْْيَا َن ََلُ ْم لَ َعلَّ ُه ْم يَْنتَ ُهو َن “Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti”. (QS. At Taubah [9]: 12) b) Kader dan antusias anggota Kader di dalam kepramukaan sangat dibutuhkan, karena tanpa adanya kader pendidikan kepramukaan kurang berjalan sempurna. Selain itu kader juga sangat membantu Pembina dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan.Kader juga berlaku dan bertugas hampir seperti Pembina, membantu Pembina dalam pelaksanaan kepramukaan. Sebagai kader harus bisa lebih berpengalaman dari pada anggotanya. untuk menjadi kader pun harus melalui pelatihan dan pemilihan terlebih dahulu. Tugas seorang kader harus memberikan contoh yang baik terhadap anggotanya, agar anggotanya bisa belajar
63
apa yang telah diajarkan oleh anggota kadernya. Seorang kader juga harus pandai berinteraksi terhadap anggotanya, melainkan tidak membuat anggotanya menjadi takut dan canggung terhadapnya. Antusias kader untuk mengikuti kegiatan kepramukaan sangat besar, karena kegiatan kepramukaan walapun menantang tapi sangat menyenangkan. Melihat disiplin kader, semangat kader, bahkan antusias kader dalam kegiatan kepramukaan anggota kepramukaan jadi ikut semangat dan begitu antusias dalam kegiatan kepramukaan. Bahkan antusias anak lebih besar dibandingkan antusias yang di miliki Pembina. c) Metode dan Antusias pembelajaran kepramukaan Yang menentukan keberhasilan dalam penerapan pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter adalah metode dan antusias yang digunakan dalam pembelajaran kepramukaan. Bagaimana cara Pembina
mengajarkan
mengenai
kepramukaan
saat
kegiatan
berlangsung, bagaimana antusias Pembina dalam kegiatan pengajaran kepramukaan,
dan
bagaimana
antusias
Pembina
agar
dapat
membangun semangat anggota pramuka dalam proses kegiatan kepramukaan sebagai sarana pembentukan karakter pada anak. Selain Pembinadalam mengembangkan antusias anggotanya, Pembina juga harus menyiapkan dan menyusun metode yang membuat anggota pramukanya tidak jenuh dan gampang bosan. Metode 64
pembelajaran dan Metode penyampaianya harus di buat semenarik dan semeriah mungkin, agar anak menjadi lebih semangat dan atusias dalam kegiatan kepramukaan. Jika antusias dan metode yang digunakan Pembina berhasil maka Pembina akan lebih mudah berinteraksi dengan anak dan anak akan semakin mudah untuk menerima apa yang sudah diberikan, diajarkan dalam kegiatan kepramukaan tersebut, dan anak akan semakin mudah dalam pembentukan karakternya. 2. Faktor Penghambat a. Kemampuan siswa yang bervareasi Setiap siswa pasti memiliki kemampuan yang berbedabeda.Dan faktor utama yang menghambat salah satunya adalah sekolah yang dari lingkungan atau lulusan dari sekolah dasar (SD) yang tidak menekankan kegiatan kepramukaan. Dan
faktor
penghambat
disini
salah
satunya
adalah
kemampuan siswa yang bervareasi, karena disadari bahwasanya anak memiliki besik kemampuan yang sangat berbeda-beda.Kualitas menyerap anak itu berbeda-beda sehingga menjadi tantangan tersendiri, kadang ada temannya yang satu dua kali bisa, ada yang masih menemukan kesulitan. Disini Pembina wajib menggunakan metode pendekatan terhadap anak didiknya agar Pembina lebih mudah
65
menyampaikan apa yang ingin disampaikan dan anggotanyamudah untuk menerimanya. b. Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Bagi sebagian Pembina yang tidak mau mengembangkan diri, dan tidak melihat syarat kecakapan umum (SKU), maka membina pramuka seolah-olah merupakan kegiatan yang menjenuhkan karena kegiatanya hanya itu-itu saja (tepuk tangan, beryanyi disana senang disini senang). Kalau hanya itu yang mereka ketahui, maka tidak mustahil kalau kegiatan pramuka menjenuhkan bukan hanya bagi pembinanya melainkan juga anggota pramuka yang dibinanya. D. Solusi
dari
faktor
penghambat
dalam
penerapan
pendidikan
kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga. Solusi faktor penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga adalah kemampuan anak yang bervareasi yaitu dengan mengelompokan anak sesuai kemampuan siswa. Harapannya anak-anak bisa terlayani sesuai dengan kemampuan yang berbeda-beda, dan nanti akan kelihatan anak yang antusias dalam kegiatan kepramukaan dan anak yang kurang antusias dengan kegiatan kepramukaan. Agar kegiatan kepramukaan dapat membentuk karakter pada anak sesuai dengan tujuan kemampuan anak yang bervareasi harus dikelompokan 66
sesuai kategori kemampuan dan antusias anak, dimana anak yang antusias dengan yang tidak pasti ada perbedaan. Anak yang lebih antusias akan menganggap kegiatan kepramukaan adalah kegiatan diluar sekolah yang mempunyai nilai-nilai dan manfaat yang positif dan menyenangkan bukan kegiatan yang berisi tantangan dan hukuman yang menuntut siswa ini itu. Solusi yang kedua dari penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga yaitu perlunya peningkatan metode yang diajarkan dalam kepramukaan supaya anggota pramuka tidak jenuh dalam kegiatan kepramukaan. Karena kejenuhan yang dialami tidak hanya anggota pramuka melainkan pembinanya juga ikut merasakan.
67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berikut ini kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP N 6 Salatiga. 1. Penerapan Pendidikan Kepramukaan Di SMP N 6 Salatiga Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, bahwa penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga diterapkan sesuai dengan undang-undang kepramukaan dan kurikulum yang berlaku. Salah satunya menggunakan sistem among dan penerapan sistem among dalam pendidikan kepramukaan yang dilakukan oleh gerakan pramuka ditegaskan dalam undang-undang nomer 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka Bab III, pasal 10 Ayat 1, 2, dan 3. Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yang harus dipraktekakan oleh Pembina Pramuka. 2. Peran Pendidikan Kepramukaan dalam Pembentukan Karakter Pendidikan
Kepramukaan
sangat
berpengaruh
besar
dalam
pembentukan karakter pada anak karena dalam pendidikan kepramukaan delapan belas karakter diberikan semua. Delapan belas karakter tersebut antara lain (Relegius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Domokratis, Rasa ingin tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah
68
Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat atau komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli sosial, Tanggung Jawab). 3. Faktor Pendukung dan Penghambat 1) Faktor Pendukung a. Pembina Faktor pendukung yang menjadi kunci sukses penerapan kepramukaan dalam pembentukan karakter pada anak adalah Pembina, karena Pembina adalah faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Kegiatan kepramukaan ini akan sulit dilaksanakan di berbagai sekolah apabila Pembina tersebut belum siap. Tugas Pembina tidak hanya menyampaikan pembelajaran kepramukaan kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat dalam antusias mengikuti kegiatan kepramukaan. b. Kader dan Antusias anggota Kader di dalam kepramukaan sangat dibutuhkan, karena tanpa adanya
kader
pendidikan
kepramukaan
kurang
berjalan
sempurna.Selain itu kader juga sangat membantu Pembina dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan.Kader juga berlaku dan bertugas
69
hampir seperti Pembina, membantu pembina dalam pelaksanaan kepramukaan. Melihat disiplin kader, semangat kader, bahkan antusias kader dalam kegiatan kepramukaan anggota kepramukaan jadi ikut semangat dan begitu antusias dalam kegiatan kepramukaan.Bahkan antusias anak lebih besar dibandingkan antusias yang di miliki Pembina. c. Metode dan Antusias pembelajaran kepramukaan Metode dan antusias pembelajaran kepramukaan adalah faktor yang
menentukan
keberhasilan
dalam
penerapan
pendidikan
kepramukaan dalam pembentukan karakter adalah metode dan antusias yang digunakan dalam pembelajaran kepramukaan. Bagaimana cara Pembina
mengajarkan
mengenai
kepramukaan
saat
kegiatan
berlangsung, bagaimana antusias pembina dalam kegiatan pengajaran kepramukaan,
dan
bagaimana
antusias
pembina
agar
dapat
membangun semangat anggota pramuka dalam proses kegiatan kepramukaan sebagai sarana pembentukan karakter pada anak. Karena metode yang digunakan untuk pembelajaran kepramukan harus menggunakan metode yang banyak di sukai siswa yang membuat siswa tidak mengalami kejenuhan dan bosen. 2) Faktor Penghambat a. Kemampuan siswa yang bervareasi
70
Faktor penghambat disini salah satunya adalah kemampuan siswa yang bervareasi, karena disadari bahwasanya anak memiliki besik kemampuan yang sangat berbeda-beda.Kualitas menyerap anak itu berbeda-beda sehingga menjadi tantangan tersendiri, kadang ada temannya yang satu dua kali bisa, ada yang masih menemukan kesulitan. Disini Pembina wajib menggunakan metode pendekatan terhadap anak didiknya agar Pembina lebih mudah menyampaikan apa yang ingin disampaikan dan anggotanyamudah untuk menerimanya. b. Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan dapat dirasakan anggota pramuka bahkan pembina sekaligus, saat proses kegiatan kepramukaan dilaksanakan secara monoton (kegiatan hanya di dalam ruangan saja). Dalam kegiatan kepramukaan seharusnya mengunakan metode yang banyak diminati anggotanya, karena bagaimanapun proses ini sangat mendukung kegiatan kepramukaan. 4. Solusi Faktor Penghambat Solusi faktor penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga adalah kemampuan anak yang bervareasi yaitu dengan mengelompokan anak sesuai kemampuan siswa. Harapannya anak-anak bisa terlayani sesuai dengan kemampuan yang berbeda-beda, dan nanti akan kelihatan anak
71
yang antusias dalam kegiatan kepramukaan dan anak yang kurang antusias dengan kegiatan kepramukaan. Solusi yang kedua dari penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga yaitu perlunya metode dan cara agar kegiatan kepramukaan tidak membuat kejenuhan terhadap anggotanya. Pembina harus pandai-pandainya menghilangkan rasa jenuh pada anggotanya, misalnya : kegiatan kepramukaan tidak hanya monoton di kelas, buatlah kegiatan yang menyenangkan dan usahakan setiap latihan bisa membuat anggotanya gembira. B. Saran 1. Saran Untuk Kegiatan Kepramukaan SMP N 6 Salatiga. Tujuan sebuah penelitian pasti untuk memberikan sebuah wawasan baru terhadap sebuah permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini, dari hasil penelitian, peneliti sedikit memberikan saran terhadap Kegiatan Kepramukaan di SMP N 6 Salatiga terkait dengan pemberdayaan atau pembinaan terhadap anggota. Yang perlu dilakukan adalah lebih bervariatif lagi dan kegiatan disusun sesuai perkembangan zaman, agar anggota semakin antusias dengan kegiatan kepramukaan. 2. Saran Untuk Pembina Kepramukaan SMP N 6 Salatiga.
72
Sebagai pembina kepramukaan harus bisa menjadi cerminan buat anggotanya. Pembina harus bisa memberikan contoh yang real agar anggotanya bisa meniru dari pembinaanya untuk menjadi yang lebih baik. Sebagai Pembina juga harus bisa beradaptasi dan melakukan pendekatan kepada anggotanya, agar anggota dan pembina bisa saling tukar pendapat satu sama lain, dan jadikanlah antara pembina dan anggota sebagai sahabat yang tidak ada pembatasnya. 3. Saran Untuk Kader Kepramukaan SMP N 6 Salatiga. Sebagai kader pramuka yang lebih berpengalaman dari anggotanya, seharusnya kader bisa memberikan contoh yang lebih baik.Selain itu sebagai kader tidak boleh berbuat semena-mena terhadap anggota juniornya, karena anggota pramuka tidak butuh bentakan atau paksaan untuk mengikuti kegiatan kepramukaan, melainkan butuh nasihat dari kader yang jauh berpengalaman dibandingkan anggotanya yang masih junior. 4. Saran Untuk Anggota Kepramukaan SMP N 6 Salatiga. Sebagai anggota kepramukaan suka tidak suka dengan adanya kegiatan pramuka dan apa yang didalamnya pramuka, jangan pernah takut dan jangan pernah menghindar dari kegiatan kepramukaan. Selain kegiatan kepramukaan diwajibkan di semua sekolah, kepramukaan juga berisi kegiatan yang menarik dan menantang. Selain itu, kegiatan pramuka juga banyak game dan kegiatan diluar sekolah yang banyak di 73
minati anggota pramuka. Jadi sebelum tau apa itu kepramukaan dan apa yang diajarkan dalam kegiatan kepramukaan jangan takut dan jangan berfikiran dulu kalau pramuka kegiatan yang hanya hukuman isinya. 5. Saran Untuk Pembaca. Kepramukaan bukanlah kegiatan atau ekstrakulikuler yang hanya hukuman melainkan, kepramukaan adalah kegiatan di luar sekolah yang bersifat mendidik dan menyenangkan.Selain itu, kepramukaan dapat membentuk karakter anak untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena jiwa-jiwa kepramukaan adalah jiwa yang sangat di inginkan untuk menjadikan penerus bangsa dan negara yang lebih baik dari sebelumnya. C. Penutup Sebagai seorang hamba Allah swt, tentunya dalam penyusunan penelitian ini masih banyak kekurangan di berbagai sudut. Kritik dan saran akan memperbaiki tulisan ini. Akan tetapi peneliti juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk peneliti dan juga Kepramukaan SANGGAR BHAKTI SMP N 6 Salatiga.
74
DAFTAR PUSTAKA Arkunto, Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta. Bina Aksara. Daymon , Christine and Holloway, Immy. 2008. Riset Kulitatif Dalam Public Relation dan Marketing. Yogyakarta. Penerbit Bentang. Dirjen Pendidikan Dasar. 2011. Policy Brief: Pendidikan Karakter Menuju Bangsa Unggul. Jakarta: http://dikdas.kemdi. knas.go.id (Terbit Online). Driyakara, N. 1980. Driyakara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Dwi Siswoyo. 2007. Ilmu Pendidikan .Yogyakarta: UNY Pers. Gerakan Pramuka, Kwartir Nasional. 2010. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan. Jakarta. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka. 1983. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Jakarta. Kwarnas. Hidayatullah, M Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta : Yumna Pustaka. Khan, Yahya, 2010, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Yogyakarta: Pelangi Publishing. Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta : Badan Penelitiandan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Marwan, Saridjo,1985, Penyelenggaraan Pramuka Di Pondok Pesantren, Jakarta. Munas Gerakan Pramuka. 2012. Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta : Pedagogia. Poorwadarminto, W. J.S. 1976. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 75
Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta : PT Citra Aji Parama. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Tim Pelatih Kwarda Jateng. 2003. Paduan KMD. Surakarta. PT. Pabelan. Zuchdi, Ed.D, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta. UNY Press.
76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: RIA AMBARWATI
Tempat/tanggal Lahir
: Magelang, 14 Januari 1993
Alamat
: Tanjung Anom, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang
Pendidikan
: SD N Tanjung Anom 2
Lulus tahun 2006
: SMP Muhammadiyah Tempuran
Lulus Tahun 2009
: MAN 1 Magelang
Lulus Tahun 2012
No.HP
: 085743428552
Demikian Daftar Riwayat hidup singkat ini dibuat dengan sesungguhnya, agar dapat digunakan seperlunya. Salatiga, 1 Maret 2017 Penulis
Ria Ambarwati
77
DAFTAR NILAI SKK NAMA : Ria Ambarwati NIM NO 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
: 111-12-148
NAMA OPAK STAIN Salatiga “Progresifitas Kaum Muda, Kunci Perubahan Indonesia” OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga “Mewujudkan Gerakan Mahasiswa Tarbiyah Sebagai Tonggak Kebangkitan Pendidikan Indonesia” “Library User Education (Pendidikan Pemakai Perpustakaan)” oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga “Melalui MTQ tingkatkan prestasi, syi’arkan akhlak Qur’ani” oleh Panitia MTQ Umum IV Mahasiswa, Pesantren, SMA sederajat se-Salatiga dan sekitarnya Pra Youth Leadership Training dengan tema “Surat Cinta Pembasmi Galau” di selenggarakan oleh KAMMI Komisariat Salatiga Seminar Nasional Entrepreneurship “Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur Generasi Muda” diselenggarakan oleh Koperasi Mahasiswa (KOPMA) FATAWA STAIN Salatiga Workshop “Persiapan Karir dan Kematangan Menikah” Biro Konsultasi Psikologi “TAZKIA” “Dalam Kegiatan Diklat Microteaching” Oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi(HMPS) Pedidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga Seminar Nasional “Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Profesionalitas
Fakultas PA
: FTIK : Dra. Ulfah Susilawati, M.Si.
JABATAN
TANGGAL
Peserta
5-7 September 2012
Peserta
8-9 September 2012
Peserta
13 September 2012
Panitia
03 Oktober 2012
Peserta
06 Oktober 2012
Peserta
27 Mei 2013
Peserta
22 Oktober 2013
Peserta
08 November 2014
Peserta
13 November 2014
78
NILAI
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Pendidikan” diselenggarakan oleh HMJ TARBIYAH “Seminar Nasional Entrepreneurship” yang diselenggarakan oleh Gerakan Pramuka Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi Gugus Depan Kota Salatiga 02.237-02.238 Pangkalan STAIN Salatiga Workshop”Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Pendidikan Smart Teaching (Tematik-Integratif)” diselenggarakan oleh Biro Konsultasi Psikologi Tazkia Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Seminar Ekonomi Dan Perbankan “Strategi Pengendalian Inflasi Oleh Tim Terpadu Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Pasca Kenaikan BBM” Workshop Nasional “Sukses Akademik, Sukses Bakat dan Hidup Bermartabat dengan karya” oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam bekerjasama dengan Talents Center Nusantara Seminar Nasional “Peranan Technopreneur dalam Mendukung Program Pemerintah Melalui Ekonomi Kreatif” Koperasi Mahasiswa (KOPMA)” FATAWA” IAIN SALATIGA Seminar Nasional “Epistimologi Tafsir Kontemporer, Integrasi Hermeneutika Dalam Metode Penafsiran AL-Qu‟ran” Seminar Nasional Kewirausahaan Bersama Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Salatiga“Jiwa
Peseta
16 November 2014
Peserta
22 November 2014
Peserta
06 Desember 2014
Peserta
16 Desember 2014
Peserta
15 April 2015
Peserta
30 September 2015
Peserta
30 Oktober 2015
79
17.
18.
19.
20.
21.
22.
21.
Muda, Berani Berwirausaha” “Workshop Smart Teaching” oleh Biro Konsultasi Psikologi Tazkia IAIN Salatiga Seminar Nasional DEMA FTIK dengan Tema “Peningkatan Profesionalisme Guru Sebagai Dalam Pembelajaran Di Era Globalisasi” Seminar Nasional Dalam Rangka memperingati Hari lahir KMNU Universitas Diponegoro ke-1 tahun “Meneladani Keutamaan Pangeran Diponegoro untuk Menjadi Insan Cerdas dan Berkarakter” Seminar Nasional “Musik, Islam, dan Nusantara” oleh Graha Korpri Salatiga Seminar Nasional “Penguatan Wawasan Kebangsaan Dan Nasionalisme” oleh DEMA “Workshop Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Sosialisasi UMPTKIN 2016” Oleh Biro Konsultasi Psikologi Tazkia IAIN Salatiga Dalam Acara Dialog Interaktif “Peneguhan Kaum Intelektual Dalam Menolak Paham Radikalisme dan Intoleransi” diselenggarakan oleh SEMA dan DEMA IAIN Salatiga
Peserta
20 November 2015
Peserta
23 November 2015
Peserta
28 November 2015
Peserta
05 Desember 2015
Peserta
28 April 2016
Peserta
30 April 2016
Peserta
31 Oktober 2016
22. Salatiga, 1 Maret 2017 Mengetahui, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama FTIK
Achmad Maimun, M.Ag NIP. 19700510 199803 1003
80
INSTRUMEN WAWANCARA PEMBINA PRAMUKA SMP N 6 SALATIGA Pertanyaan Untuk Pembina Pramuka 1. Apa yang anda ketahui mengenai pramuka? 2. Apa yang melatarbelakangi didirikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? 3. Apa tujuan di adakan pramuka di SMP N 6 Salatiga? 4. Bagaimana penerapan pendidikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? 5. Bagaimana peran pendidikan pramuka dalam pembentukan karakter di SMP N 6 Salatiga? 6. Apa manfaat dari adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? 7. Apakah kegiatan pramuka diikuti oleh semua siswa di SMP N 6 Salatiga? 8. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa SMP N 6 Salatiga? 9. Apa solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga? 10. Bagaimana antusias siswa mengenai adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? 11. Apakah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka pembentukan karakter bisa terjadi? 12. Pendidikan karakter apa saja yang didapat dari siswa melalui kegiatan pramuka? 13. Bagaimana cara agar kegiatan ekstrakulikuler pramuka ini dapat diminati banyak siswa? 14. Apa saja aktivitas yang ada dalam kegiatan pramuka yang bisa membentuk karakter siswa? 15. Dalam jangka waktu berapa kali pertemuan untuk dapat mengetahui bahwa karakter siswa mulai terbentuk?
81
INSTRUMEN PERTANYAAN UNTUK ANGGOTA PRAMUKA SMP N 6 SALATIGA Pertanyaan Untuk Anggota Pramuka 1. Apa yang kamu ketahui mengenai pramuka ? 2. Apa yang melatarbelakangi kamu mengikuti kegiatan pramuka? 3. Apakah kamu sering mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga ? 4. Sudah berapa lama kamu mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? 5. Apakah ada sanksi jika tidak mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? 6. Apakah manfaat yang anda peroleh ketika mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? 7. Apakah kamu tahu tentang pendidikan karakter? 8. Apakah dengan mengikuti kegiatan pramuka kamu bisa mendapakan pendidikan karakter? 9. Pembentukan karakter seperti apa sajakah yang kamu peroleh setelah mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga ? 10. Apakah kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga ini lebih memberikan kegiatan yang positif? 11. Kegiatan apa sajakah yang kamu ikuti dalam ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? 12. Apa yang menyebabkan kamu tertarik dengan kegiatan pramuka? 13. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter di SMP N 6 Salatiga? 14. Apa solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga? 15. Apa saja kegiatan yang tidak kamu suka dalam kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga?
82
INSTRUMEN PERTANYAAN KADER PRAMUKA SMP N 6 SALATIGA Pertanyaan untuk Kader Pamuka SMP N 6 Salatiga 1. Apa yang kamu ketahui tentang pramuka ? 2. Apa yang melatarbelakangi kamu menekuni pramuka ? 3. Sudah berapa lama kamu mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga ? 4. Apa menurut kamu kegiatan pramuka dapet membentuk karakter pada siswa ? 5. Apakah ada sanksi jika siswa tidak mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? 6. Apakah yang kamu peroleh selama mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? 7. Apakah kamu tahu mengenai pendidikan karakter ? 8. Apakah dengan mengikuti pramuka kamu bisa mendapatkan pendidikan karakter ? 9. Peningkatan karakter seperti apa sajakah yang kamu dapatkan setelah mengikuti kegiatan pramuka ? 10. Pengalaman apa yang kamu dapat setelah menjadi kader dalam pramuka ? 11. Apakah kegiatan pramuka ini memberikan pengaruh positif bagi siswa yang mengikuti pramuka ? 12. Apa
yang mennyebabkan
kamu
tertarik
menjadi
kader
dalam
kepramukaan? 13. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter di SMP N 6 ? 14. Apa solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 ? 15. Kegiatan apa yang tidak kamu sukai dalam pramuka ?
83
Hasil interview dari 30 responden. Yang terdiri dari 5 pembina kepramukaan, 10 kader kepramukaan, dan 15 anggota kepramukaan. Antara lain : Hasil wawancara dengan Pembina pramuka SMP N 6 Salatiga Nama
: Muhamad Nurul Huda, S. Pd
Jabatan
: Pembina Gugus Depan Putra
16. Apa yang anda ketahui mengenai pramuka? Pendidikan di luar sekolah dan keluarga yang bersifat mendidik dan menyenangkan. 17. Apa yang melatarbelakangi didirikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Karena dorongan dari Kwarcab kota Salatiga dan inisiatif dari pmbina SMP N 6 Salatiga Bapak Indri Sugiyantono, S.Pd. 18. Apa tujuan di adakan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Untuk mengembangkan bakat dan potensi anak di bidang kepramukaan, di samping itu memberikan wadah kegiatan di luar sekolah dan di luar lingkungan keluarga. 19. Bagaimana penerapan pendidikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Pendidikan pramuka diterapkan sesuai dengan undang-undang kepramukaan yang berlaku di samping itu gerakan pramuka salah satunya dengan sistem among.
84
20. Bagaimana peran ekstrakulikuler kepramukaan ini agar dapet membentuk karakter anak? Jelas pramuka dapat membentuk karakter anak, bisa berbicara dengan baik, sopan santun, yang sangat jelas anak mempunyai patokan Dasa Dharma dan Tri Sakti. 21. Apa manfaat dari adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? -
Bagi sekolah : sekolah ikut berpartisipasi dalam pembentukan karakter bangsa melalui kegiatan pramuka, seperti yang di minta dalam peraturan Mentri.
-
Bagi siswa : siswa mempunyai wadah di dalam bakat dan potensinya.
-
Bagi Pembina : mampu mengaktualisasi pengetahuan maupun ilmu wawasan, gagasan yang pernah di peroleh dalam kegiatan pramuka.
22. Apakah kegiatan pramuka diikuti oleh semua siswa di SMP N 6 Salatiga? Di dalam aturan mentri tidak di sebutkan kelas berapa yang mengikuti pramuka, namun SMP N 6 Salatiga menerapkan kelas 7 dan 8 wajib mengikuti kegiatan pramuka, dan kelas 9 tidak wajib. 23. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa SMP N 6 Salatiga? a. pendukung - Pembina Salah satu kunci sukses kegiatan kepramukaan adalah adanya Pembina.yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan kepramukaan adalah Pembina. 85
- Kader dan antusias anggota Kader sebagai pembantu dalam kegiatan kepramukaan, untuk menjadi kader harus melalui penelitian terlebih dahulu karena tugas kader membantu mengatur berjalannya proses kegiatan kepramukaan yang berlangsunng. Selain itu antusias anggota yang menjadi sukses berjalannya kegiatan kepramukaan. - Metode dan antusias pembelajaran kepramukaan Metode yang digunakan dalam proses belajar kepramukaan adalah metode yang banyak diminati siswa, yang membuat siswa tidak jenuh dan bosan. selain menggunakan metode yang menarik anak, semuanya harus menyukai kegiatan kepramukaan terlebih dahulu supaya memberikan kemudahan dalam berlangsungnya kegiatan kepramukaan. b. Penghambat -
Kemampuan siswa yang bervareasi Perbedaan kemampuan siswa yang bermacam-macam membuat Pembina harus bisa berinteraksi sepenuhnya dengan anggotanya.
-
Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Kurangnya metode pembelajaran yang menarik
24. Apa solusi dari faktor penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga? - Kemampuan siswa yang bervareasi
86
Melihat kemampuan siswa yang berbeda-beda Pembina harus mengelompokan anak, agar Pembina atau pengurus bisa membedakan mana anak yang antusianya tinggi dan mana anak yang antusiasnya kegiatan kepramukaan tidak ada sama sekali. - Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Meningkatkan metode kegiatan kepramukaan agar disukai anak. 25. Bagaimana antusias siswa mengenai adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? Antusiasnya bisa dikatakan 75%, karena sebagian anak ada yang merasa ini wajib dan karena hanya memenuhi kewajibanya saja, bahkan siswa kelas 9 ikut atusias walapun kelas 9 tidak diwajibkan dan hanya beberapa pengurus saja, karena kegiatan ini banyak lomba-lomba yang menarik. 26. Apakah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka pembentukan karakter bisa terjadi? Sangatlah bisa karena di pramuka menerapkan sistem among yang mempunyai ING NGARSO SUNG TULODHO ING MADYO MANGUN KARSO TUT WURI HANDAYANI. Selain itu Pembina juga harus memberikan contoh peserta didik dengan mengikuti karakter tang ditanamkan oleh Pembina. 27. Pendidikan karakter apa saja yang didapat dari siswa melalui kegiatan pramuka? Kedisiplinan, jujur, tanggung jawab, mandiri, kebersamaan, percaya diri. 28. Bagaimana cara agar kegiatan ekstrakulikuler pramuka ini dapat diminati banyak siswa? 87
Salah satunya menyelengarakn kegiatan yang tidak monoton disisipkan game yang mengandung unsur pendidikan (api unggul), dan diadakan kegiatan yang mengikuti perkembangan zaman (kegiatan outdor). 29. Apa saja aktivitas yang ada dalam kegiatan pramuka yang bisa membentuk karakter siswa? Di upacara, uji SKU, berkemah, api unggul, outdor dan game. 30. Dalam jangka waktu berapa kali pertemuan untuk dapat mengetahui bahwa karakter siswa mulai terbentuk? Sejak 3 bulan sudah mulai kelihatan karakter siswa setelah mengikuti kegiatan kepramukaan. Hasil wawancara dengan Pembina pramuka SMP N 6 Salatiga Nama
: Eko Endro Sulistiyo
Jabatan
: Asisten Pembina Putra
1. Apa yang anda ketahui mengenai pramuka? Wadah pendidikan di luar jam pelajaran untuk mendidik kedisiplinan anak baik secara fisik maupun mental. 2. Apa yang melatarbelakangi didirikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Kurangnya pendidikan secara mental dalam jam pelajaran, makanya adanya pendidikan karakter di kegiatan pramuka ini. 3. Apa tujuan di adakan pramuka di SMP N 6 Salatiga?
88
Memberi wadah kegiatan untuk anak-anak di samping kegiatan sekolah, maanya di pramuka ini bisa diadakan kegiatan di luar sekolah. 4. Bagaimana penerapan pendidikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Banyak pendidikan di sekolah yang diajarkan di pramuka (Misalnya : menghargai waktu). 5. Bagaimana peran ekstrakulikuler pramuka ini agar dapet membentuk karakter anak? Jelas pramuka dapat membentuk karakter anak, bisa berbicara dengan baik, sopan santun, yang sangat jelas anak mempunyai patokan Dasa Dharma dan Tri Sakti. 6. Apa manfaat dari adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? Anak lebih terarah bisa berbicara baik dan sesuai Dasa Dharma yang sudah diajarkan. 7. Apakah kegiatan pramuka diikuti oleh semua siswa di SMP N 6 Salatiga? Iya tanpa terkecuali, untuk kelas 3 hanya sebagian pengurus saja. 8. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa SMP N 6 Salatiga? a. Pendukung - Pembina Berhasi tidaknya kegiatan kegiatan kepramukaan tergantung dengan Pembina. - Kader dan antusias anggota 89
Dalam melatih anggota pramuka selain Pembina juga ada kader yang membantu. Selain itu antusias anggota juga sangat mendukung berjalannya kegiatan kepramukaan. - Metode dan antusias pembelajaran kepramukaan Metode yang digunakan untuk kegiatan kepramukaan adalah metode yang banyak di minati oleh anggota kepramukaan. Dalam kegiatan keramukaan juga harus antusias terlebih dahulu dengan pramuka dan pembelajaranya. b. Penghambat - Kemampuan siswa yang bervareasi Dengan kemampuan siswa yang bervareasi Pembina harus bisa lebih focus, harus dikelompokan supaya lebih tau mana yang daya serapnya cepat dan mana yang tidak - Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Terkadang apa yang diinginkan Pembina tidak sesuai dengan anak 9. Apa solusi dari faktor penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga? a.
Kemampuan siswa yang bervareasi Pembina harus mengelompokan anak.
b.
Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Peningkatan metode yang digunakan.
10. Bagaimana antusias siswa mengenai adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? 90
73% (70 antusias dan 3 karena kebiasaan). 11. Apakah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka pembentukan karakter bisa terjadi? Bisa terjadi karena di pramuka ada patokan Dasa Dharma yang sudah diajarkan. 12. Pendidikan karakter apa saja yang didapat dari siswa melalui kegiatan pramuka? Cinta tanah air dan 18 karakter kita berikan semua, Cuma diberikan sesuai tahapan karena tidak semua diberikan semua. 13. Bagaimana cara agar kegiatan ekstrakulikuler pramuka ini dapat diminati banyak siswa? Memberikan latihan sesuai dengan porsinya (50% materi dan 50 % game). 14. Apa saja aktivitas yang ada dalam kegiatan pramuka yang bisa membentuk karakter siswa? Upacara sebelum kegiatan pramuka, kegiatan absen sebelum di mulai pramuka, kegiatan mengenal satu sama lain. 15. Dalam jangka waktu berapa kali pertemuan untuk dapat mengetahui bahwa karakter siswa mulai terbentuk? 3 bulan, karena dengan waktu 3 bulan kita sudah memberikan materi penuh. Hasil wawancara dengan Pembina pramuka SMP N 6 Salatiga Nama
: Budi Widayaningsih, S. Pd
Jabatan
: Pembina Gugus Depan Putri
91
1. Apa yang anda ketahui mengenai pramuka? Suatu kegiatan ekstrakulikuler yang diwajibkan dan pembinaan pendidikan karakter khususnya untuk generasi muda. 2. Apa yang melatarbelakangi didirikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Untuk membina siswa, kedisiplinan terutama. 3. Apa tujuan di adakan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Untuk mendidik dan membina karakter anak untuk menjadi generasi muda yang tangguh dan bijak. 4. Bagaimana penerapan pendidikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Dengah melakukan pelatihan setiap 1 minggu 1 kali yang dilaksanakan setiap hari jum’at. 5. Bagaimana peran ekstrakulikuler pramuka ini agar dapet membentuk karakter anak? Sangat berperan, sangat dominan kegiatan pramuka dengan pengaruh pendidikan karakter. 6. Apa manfaat dari adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? Manfaatnya sangat besar, misalnya : kepemimpinan, kedisiplinan anak, karena kegiatan pramuka melatarbelakangi semua keberanian anak untuk tampil dan memimpin. 7. Apakah kegiatan pramuka diikuti oleh semua siswa di SMP N 6 Salatiga? Kegiatan pramuka ini diikuti oleh semua siswa kecuali yang ijin harus memakai surat bukan maunya sendiri. 92
8. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa SMP N 6 Salatiga? a. Pendukung - Pembina Di sini Pembina yang terlibat langsung dalam kegiatan kepramukaan, Pembina harus memperhatikan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan peserta, kegiatan yang berkonsep kekinian, menarik, dan menantang. Dalam kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan di sekolah tidak ada pembatas antara Pembina dengan anggota, karena keduanya harus pandai-pandai berinteraksi satu sama lain. - Kader dan antusias anggota Dalam melatih anggota pramuka selain Pembina juga ada kader yang membantu. Selain itu antusias anggota juga sangat mendukung berjalannya kegiatan kepramukaan. - Metode dan antusias pembelajaran kepramukaan Metode yang digunakan untuk kegiatan kepramukaan adalah metode yang banyak di minati oleh anggota kepramukaan. Dalam kegiatan keramukaan juga harus antusias terlebih dahulu dengan pramuka dan pembelajaranya. c. Penghambat - Kemampuan siswa yang bervareasi
93
Dengan kemampuan siswa yang bervareasi Pembina harus bisa lebih focus, harus dikelompokan supaya lebih tau mana yang daya serapnya cepat dan mana yang tidak - Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Metode yang digunakan itu-itu saja. 9. Apa solusi dari faktor penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga? a. Kemampuan siswa yang bervareasi Pembina harus mengelompokan anak, agar Pembina tau mana yang antusias dalam kegiatan kepramukaan dan mana yang tidak. b.
Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Peningkatan metode.
10. Bagaimana antusias siswa mengenai adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? Sangat antusias, anak-anak sudah terbiasa dengan adanya kegiatan pramuka ini, walapun 1 atau 2 yang masin malas, dan dalam pramuka ini kegiatan sambil bermain jadi ini salah satu alasan anak sangat antusias dengan adanya kegiatan ekstra pramuka ini,. 11. Apakah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka pembentukan karakter bisa terjadi? Bisa, anak saling menghormati, saling bertegur sapa, dan mental semakin tinggi. 12. Pendidikan karakter apa saja yang didapat dari siswa melalui kegiatan pramuka? 94
Anak menjadi berani, disiplin, tanggung jawab, mandiri, saling menyayangi satu sama lain dan anak mempunyai mental yang kuat. 13. Bagaimana cara agar kegiatan ekstrakulikuler pramuka ini dapat diminati banyak siswa? Dari awal pramuka sudah memberikan kegiatan yang di sampingi dengan bermain, jadi anak tidak terus hanya di dalam kelas terus menerus, bahkan anak bisa sering-sering bermain game. 14. Apa saja aktivitas yang ada dalam kegiatan pramuka yang bisa membentuk karakter siswa? Secara teori, pengenalan lambing-lambang negara dan salam pramuka. 15. Dalam jangka waktu berapa kali pertemuan untuk dapat mengetahui bahwa karakter siswa mulai terbentuk? Relative tidak bisa disebutkan berapa lama, karena pembelajaran tetap butuh proses dan pembiasaan. Hasil wawancara dengan Pembina pramuka SMP N 6 Salatiga Nama
: Karyati
Jabatan
: Pembina Gugus Depan Putri
1. Apa yang anda ketahui mengenai pramuka? Pramuka merupakan suatu organisasi yang legal dan sangat baik tujuanya dan sangat mendidik.
95
2. Apa yang melatarbelakangi didirikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Karena pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib maka harus ada dan memang pramuka sangat diperlukan. 3. Apa tujuan di adakan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Untuk menggali keterampilan siswa yang berkarakter, peduli lingkungan, tanggung jawab sesuai Dasa Dharma pramuka. 4. Bagaimana penerapan pendidikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Diterapkan sesuai dengan kurikulum yang ada, kami juga menyusun kurikulum disesuaikan dengan jenjang usia siswa. 5. Bagaimana peran ekstrakulikuler pramuka ini agar dapet membentuk karakter anak? Berperan baik karena hasil dari kegiatan pramuka sangat kelihatan hasilnya. 6. Apa manfaat dari adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? Besar sekali manfaatnya dan anak pramuka jika di lihat mempunyai karakter yang bagus, kedisiplinanya dan tanggung jawabnya. 7. Apakah kegiatan pramuka diikuti oleh semua siswa di SMP N 6 Salatiga? Semua siswa kecuali kelas 9. 8. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa SMP N 6 Salatiga? a. Pendukung - Pembina
96
Berhasi tidaknya kegiatan kepramukaan tergantung dengan Pembina.karena Pembina berpengaruh besar dalam berjalannya kegiatan kepramukaan. - Kader dan antusias anggota Dalam melatih anggota pramuka selain Pembina juga ada kader yang membantu. Selain itu antusias anggota juga sangat mendukung berjalannya kegiatan kepramukaan. - Metode dan antusias pembelajaran kepramukaan Metode yang digunakan untuk kegiatan kepramukaan adalah metode yang banyak di minati oleh anggota kepramukaan. Dalam kegiatan keramukaan juga harus antusias terlebih dahulu dengan pramuka dan pembelajaranya. b. Penghambat - Kemampuan siswa yang bervareasi Dengan kemampuan siswa yang bervareasi Pembina harus bisa lebih focus, harus dikelompokan supaya lebih tau mana yang daya serapnya cepat dan mana yang tidak - Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan. Cara penyampaianya monoton. 9. Apa solusi dari faktor penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga? c. Kemampuan siswa yang bervareasi Pembina harus mengelompokan anak, agar Pembina tau mana yang antusias dalam kegiatan kepramukaan dan mana yang tidak. 97
d.
Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Cara penyampaianya harus bervareasi.
10. Bagaimana antusias siswa mengenai adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? Sangat antusias karena mereka rajin untuk datang apalagi dengan kegiatankegiatan yang menantang. 11. Apakah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka pembentukan karakter bisa terjadi? Bisa dan terbukti juga kalau lomba mereka selalu peringkat Dan dengan juara yang didapat mereka semakin tanggung jawab dan semakin bangga. 12. Pendidikan karakter apa saja yang didapat dari siswa melalui kegiatan pramuka? Kejujuran, tanggung jawab, disiplin yang sesuai dengan Dasa Dharma. 13. Bagaimana cara agar kegiatan ekstrakulikuler pramuka ini dapat diminati banyak siswa? Kita harus inovatif tidak monoton dan tidak membosankan melalui kegiatan yang diselanggarakan. 14. Apa saja aktivitas yang ada dalam kegiatan pramuka yang bisa membentuk karakter siswa? Pencita lingkungan, kemah, membersihkan tempat sampah, membersihkan lingkungan. 15. Dalam jangka waktu berapa kali pertemuan untuk dapat mengetahui bahwa karakter siswa mulai terbentuk? 98
Tidak bisa ditentukan karena melihat karakter anak yang bertbeda-beda. Hasil wawancara dengan Pembina pramuka SMP N 6 Salatiga Nama
: Indri Sugiyantono, S. Pd
Jabatan
: Pembina Gugus Depan Putra
1. Apa yang anda ketahui mengenai pramuka? Kegiatan anak-anak dalam wujud bela negara yang memang pramuka sudah ada sejak jaman belanda dan itu alasanya pramuka diwajibkan di kurikulum 2013 karena merupakan pembentukan sikap dan karakter. 2. Apa yang melatarbelakangi didirikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Yang mendirikan pramuka di SMP N 6 Salatiga adalah saya (Indri Sugiyantono) guru pertama yang mendirikan pramuka pada 1 oktober hari kesaktian pancasila 1984 latar belakangnya tuntutan sekolah harus ada kegiatan pramuka dan sebagai sarana pembentukan karakter siswa dan wujud bela negara. 3. Apa tujuan di adakan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Dalam arti membentuk karakter anak dan bela negara, kedisiplinan, gotong royong, sikap saling menyayangi, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. 4. Bagaimana penerapan pendidikan pramuka di SMP N 6 Salatiga? Di terapkan menggunakan sistem among dan kurikum yang berlaku. Arahnya menjadikan sikap dalam kehidupan sehari-hari, misalnya istirahat sholat dhuhur,
99
setiap jum’at sholat jamaah di sekolah, jum’at bersih yang dilakukan sebelum pembelajaran dan sebelum jum’at bersih ada bacaan asmaul khusna. 5. Bagaimana peran ekstrakulikuler pramuka ini agar dapet membentuk karakter anak? Salah satu wujud pembentukan karakter di sekolah yaitu melalui pendidikan pramuka. 6. Apa manfaat dari adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? Mandiri, menambah ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencintai lingkungan, partisipasi kegiatan di salatiga, keteladanan Pembina memberikan contoh yang baik kepada anggotanya. 7. Apakah kegiatan pramuka diikuti oleh semua siswa di SMP N 6 Salatiga? Iya diwajibkan kecuali kelas 9 yang hanya siswa pilihan yang menjadi kader. 8. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa SMP N 6 Salatiga? a. Pendukung - Pembina Berhasi tidaknya kegiatan kepramukaan tergantung dengan Pembina.karena Pembina berpengaruh besar dalam berjalannya kegiatan kepramukaan. - Kader dan antusias anggota Dalam melatih anggota pramuka selain Pembina juga ada kader yang membantu. Selain itu antusias anggota juga sangat mendukung berjalannya kegiatan kepramukaan. 100
- Metode dan antusias pembelajaran kepramukaan Metode yang digunakan untuk kegiatan kepramukaan adalah metode yang banyak di minati oleh anggota kepramukaan. Dalam kegiatan keramukaan juga harus antusias terlebih dahulu dengan pramuka dan pembelajaranya. b. Penghambat - Kemampuan siswa yang bervareasi Setiap siswa pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dan faktor utama yang menghambat salah satunya adalah sekolah yang dari lingkungan atau lulusan dari sekolah dasar (SD) yang tidak menekankan kegiatan kepramukaan. - Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Pengalaman Pembina yang itu-itu aja. 9. Apa solusi dari faktor penghambat penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga? a. Kemampuan siswa yang bervareasi Solusi faktor penghambat
penerapan pendidikan kepramukaan sebagai
sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga adalah kemampuan anak yang bervareasi yaitu dengan mengelompokan anak sesuai kemampuan siswa. Harapannya anak-anak bisa terlayani sesuai dengan kemampuan yang berbeda-beda, dan nanti akan kelihatan anak yang antusias
101
dalam kegiatan kepramukaan dan anak yang kurang antusias dengan kegiatan kepramukaan. b. Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan Perlunya game dan pembelajaran yang menarik. 10. Bagaimana antusias siswa mengenai adanya kegiatan ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga? Anak-anak sangat antusias karena sudah terbentuk dengan kesadaran sendiri, karena anak juga membutuhkan dengan adanya kegiatan pramuka. 11. Apakah dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pramuka pembentukan karakter bisa terjadi? Pasti terjadi karena kegiatan pramuka sangat mendidik. 12. Pendidikan karakter apa saja yang didapat dari siswa melalui kegiatan pramuka? Jujur, bertanggung jawab, disiplin, takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mencintai sesama, menghormati, mandiri dan gotong royong. 13. Bagaimana cara agar kegiatan ekstrakulikuler pramuka ini dapat diminati banyak siswa? Alhamdulillah dengan keteladanan Pembina, keseriusan Pembina di sadari dengan anak-anak. 14. Apa saja aktivitas yang ada dalam kegiatan pramuka yang bisa membentuk karakter siswa?
102
Disiplin, kegiatan tali temali tidak individu mereka bisa gotong royong kehangatan kebersamaan, mandiri dan bertakwa. 15. Dalam jangka waktu berapa kali pertemuan untuk dapat mengetahui bahwa karakter siswa mulai terbentuk? Pertemuan pertama sudah mulai kelihatan, paling tidak 60 % atau 70 %, karena sudah terbentuk sejak sekolah dasar. Hasil wawancara dari 10 Kader Kepramukaan di SMP N 6 Salatiga 16. Apa yang kamu ketahui tentang pramuka ? -
Tasyania Donita (8A) Pramuka adalah kegiatan untuk melatih anak-anak menjadi mandiri.
-
Dea Alifah Rahmawati (8E) Pramuka adalah sebuah kegiatan sekolah yang menggajarkan kemandirian ketrampilan seseorang.
-
Marella Agrippina Zanneti (8A) Pramuka adalah Praja Muda Karana.
-
Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D) Pramuka adalah kegiatan yang melatih kedisiplinan dan kemadirian.
-
Ananta Kristian Nathniel (8A) Pramuka adalah kegiatan yang melatih kamandirian dan kedisiplinan.
-
An Nisa‟Syava Khalisa (8A)
103
Pramuka singkatan dari Praja Muda Karana. Bapak pandu Indonesia Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Pandu Dunia Badan powell. -
M Fahrul D (8D) Pramuka adalah mendidik siswa untuk mencintai lingkungan dan juga menambah wawsan.
-
Yannah C (8A) Suatu kegiatan untuk meningkatkan rasa nasionalisme di suatu sekolah yang berbentuk ekstrakulikuler yang sekarang wajib di ikuti oleh seluruh siswasiswi.
-
Firdhana A.F (8G) Pramuka adalah kegiatan positif dan mendidik.
-
M. Fajar (8B) Pramuka adalah sarana yang mengajarkan tentang kedisiplinan, tanggung jawab, dan kepemimpinan.
17. Apa yang melatarbelakangi kamu menekuni pramuka ? -
Tasyania Donita (8A) dan Dea Alifah Rahmawati (8E) Karena pramuka mendidik dan sangat menyenangkan, serta mengajarkan kemandirian untuk anak.
-
Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), dan Ananta Kristian Nathniel (8A) Karena kepramukaansangat berpengaruh buat masa depan dan melatih kedisiplinan bagi anak. 104
-
An Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D), dan Yannah C (8A) Jiwa kepimpinan, belajar kerjasama yang baik serta ingin mengenal sejauh mungkin mengenai pramuka.
-
Firdhana A.F (8G) dan M. Fajar (8B) Karena dalam pramuka kegiatannya berbeda dari yang lain.
18. Sudah berapa lama kamu mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga ? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), Ananta Kristian Nathniel (8A), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D) , Yannah C (8A), Firdhana A.F (8G), dan M. Fajar (8B). Kurang lebih 2 tahun selama di SMP N 6 Salatiga ini.
19. Apa menurut kamu kegiatan pramuka dapet membentuk karakter pada siswa ? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), Ananta Kristian Nathniel (8A), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D) , Yannah C (8A), Firdhana A.F (8G), dan M. Fajar (8B). Sangat diwajibkan, terutama kelas 7 dan 8.
20. Apakah ada sanksi jika tidak mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), Ananta Kristian Nathniel (8A), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D) , Yannah C (8A), Firdhana A.F (8G), dan M. Fajar (8B). 105
Ada, sanksinya di beri nasehat oleh Pembina. 21. Apakah yang kamu peroleh selama mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), Ananta Kristian Nathniel (8A), M Fahrul D (8D), Firdhana A.F (8G), dan M. Fajar (8B). Mendapat sikap yang mendidik dan apa yang belum ada di pelajaran.
-
Marella Agrippina Zanneti (8A) dan An Nisa‟Syava Khalisa (8A) Piagam lomba dan pengalaman.
-
Yannah C (8A) Mendapat banyak teman, dan banyak ilmu yang tidak ada di mata pelajaran.
22. Apakah kamu tahu mengenai pendidikan karakter ? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), Ananta Kristian Nathniel (8A), dan An Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D), Firdhana A.F (8G), dan M. Fajar (8B). Tau, pendidikan karakter adalah pendidikan
yang membuat seseorang
menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. -
Yannah C (8A) Pendidikan karakter adalah suatu cara agar dapat membentuk karakter generasi bangsa.
23. Apakah dengan mengikuti pramuka kamu bisa mendapatkan pendidikan karakter? 106
-
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), Ananta Kristian Nathniel (8A), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D) , Yannah C (8A), Firdhana A.F (8G), dan M. Fajar (8B). Bisa karena bersifat mendidik, bisa membuat pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya, selain itu juga dapat melatih kedisiplinan dan kemandirian pada anak.
24. Peningkatan karakter seperti apa sajakah yang kamu dapatkan setelah mengikuti kegiatan pramuka ? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), Ananta Kristian Nathniel (8A), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D) , Yannah C (8A), Firdhana A.F (8G), dan M. Fajar (8B). Menjadikan anak lebih mandiri, disiplin, tanggung jawab, sopan santun dari yang sebelumnya, dan menjadikan anak lebih baik dari sebelumnya.
25. Pengalaman apa yang kamu dapat setelah menjadi kader dalam pramuka ? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Ananta Kristian Nathniel (8A), dan M. Fajar (8B) Mendapat pendidikan dan pengalaman di lomba tingkat III .
-
Marella Agrippina Zanneti (8A),
Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), An
Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D), Yannah C (8A), Firdhana A.F (8G). 107
Bisa mandiri, bisa mengajari adik-adik tingkat. 26. Apakah kegiatan pramuka ini memberikan pengaruh positif bagi siswa yang mengikuti pramuka ? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), Ananta Kristian Nathniel (8A), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), M Fahrul D (8D) , Yannah C (8A), Firdhana A.F (8G), dan M. Fajar (8B). Iya karena mendidik dan membentuk karakter pada siswa, sehingga siswa dapat menjadi siswa berkarakter dari sebelumnya.
27. Apa yang mennyebabkan kamu tertarik menjadi kader dalam kepramukaan? -
Tasyania Donita (8A), dan Firdhana A.F (8G) Karena kemauan sediri.
-
Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananta Kristian Nathniel (8A), Karena pramuka sangat menyenangkan.
-
Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D) dan M Fahrul D (8D) Pramuka dapat menambah wawasan anak.
-
An Nisa‟Syava Khalisa (8A) Karena mau belajar menjadi lebih baik.
-
Yannah C (8A) Karena dapat dipercaya menjadi kader oleh guru, dan bakat dapat berkembang di pramuka. 108
-
M. Fajar (8B) Karena lebih banyak mendapat ilmu dan berbagi ilmu.
28. Apa
faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
penerapan
pendidikan
kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter di SMP N 6 ? -
Tasyania Donita (8A), dan Firdhana A.F (8G) Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), dan Ananta Kristian Nathniel (8A). a. Pendukung Antusias Pembina yang membuat kita semakin antusias mengikuti kegiatan kepramukaan. b.
Penghambat Kurangnya metode dalam penyampaian kegiatan.
-
Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D) M Fahrul D (8D), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), Yannah C (8A), dan M. Fajar (8B) a.
Pendukung Karna metode yang digunakan dalam kegiatan kepramukaan sangat menarik.
b.
Penghambat Kegiatan yang itu-itu saja.
29. Apa solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 ? -
Tasyania Donita (8A), dan Firdhana A.F (8G)
109
Memberikan materi atau metode siswa sesuai dengan kemampuan siswa yang bervareasi. -
Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananta Kristian Nathniel (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), M Fahrul D (8D), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), Yannah C (8A), dan M. Fajar (8B) Mengunakan pendekatan antara Pembina dan anggota dan menggunakan metode yang banyak disukai anak.
30. Kegiatan apa yang tidak kamu sukai dalam pramuka ? -
Tasyania Donita (8A), Dea Alifah Rahmawati (8E), Marella Agrippina Zanneti (8A), Ananda Akhmad Aulia Ulil (8D), An Nisa‟Syava Khalisa (8A), Yannah C (8A), Firdhana A.F (8G), M. Fajar (8B). Tidak ada, karena semua kegiatan di kepramukaan sangat mennarik dan menyenangkan.
-
Ananta Kristian Nathniel (8A), M Fahrul D (8D) , Apel waktu kegiatan pramuka di mulai.
Hasil wawancara dari 15 Anggota Kepramukaan di SMP N 6 Salatiga 16. Apa yang kamu ketahui mengenai pramuka ? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Dimas Adi Harlim P (7H), Aulia Suci B (7B), dan Robby Adrian Fajar S (7A). Kegiatan mendidik dan menyenangkan. - Bayu Windhi Permadi (7H)
110
Kegiatan wajib. - Meilani Dwi Risanti (7B) Pelajaran untuk hidup mandiri. - Maharani Wahyuning. T (7E) Kegiatan yang terdiri dari kerjasama, tolong menolong dan kreatif yang tumbuh untuk menjadi manusia membantu. - Ariel Nolan Pratama (7H), Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Annisa Nurul Latifah (7E) Kegiatan yang berhubungan dengan alam. 17. Apa yang melatarbelakangi kamu mengikuti kegiatan pramuka? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Sifa Amelya Sari (7B). Karena kegiatan pramuka mendidik dan menyenangkan. - Meilani Dwi Risanti (7B) Karena di pramuka diajarkan untuk disiplin dan tepat waktu. - Maharani Wahyuning. T (7E) Karena kegiatan kepramukan mendidik, dapat disiplin, saling membantu dan mandiri. - Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H), Nandita Amelia Putri (8A), DAN Jati Bagus Wibowo (8A). Karena menyenangkan dan banyak teman. 111
- Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah (7E), Robby Adrian Fajar S (7A). Kegiatan yang wajib diikuti oleh semua peserta didik. 18. Apakah kamu sering mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga ? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B), Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H), Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah (7E), dan Robby Adrian Fajar S (7A). Iya sering, karena diwajibkan. 19. Sudah berapa lama kamu mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B),Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H), Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah(7E), DAN Robby Adrian Fajar S (7A). Selama di SMP N 6 salatiga kurang lebih sudah 6 bulan mengikuti kegiatan kepramukaan. 20. Apakah ada sanksi jika tidak mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga?
112
- Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B),Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H),Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah
(7E), dan
Robby Adrian Fajar S (7A). Ada, karena termasuk pelanggaran 21. Apakah manfaat yang anda peroleh ketika mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B),Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H), Jati Bagus Wibowo (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah(7E), dan Robby Adrian Fajar S (7A). Mendapatkan ilmu dan pengalaman yang sebelumnya belum didapatkan di pembelajaran. - Nandita Amelia Putri (8A) dan Rifki Setyaningrum (8A). Pengetahuan tentang alam, saling berbagi, dapat mencerminkan sifat-sifat positif. - Sifa Amelya Sari (7B) Mendapatkan ilmu yang bermanfaat. 22. Apakah kamu tahu tentang pendidikan karakter? 113
- Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B),Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H), Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), dan Aulia Suci B (7B). Pendidikan karakter adalah pendidikan yang sangat mendidik dan sangat berpengaruh dalam perkembangan siswa. - Annisa Nurul Latifah (7E), dan Robby Adrian Fajar S (7A). Pendidikan untuk membentuk karakter kita yang sesungguhnya. 23. Apakah dengan mengikuti kegiatan pramuka kamu bisa mendapakan pendidikan karakter? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B),Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H), Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), dan Annisa Nurul Latifah (7E), Robby Adrian Fajar S (7A). Sangatlah bisa, karena penddidikan karakter sangat mendidik dan mengajarkan anak menjadi lebih baik dan berpenggalaman. 24. Pembentukan karakter seperti apa sajakah yang kamu peroleh setelah mengikuti kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga ?
114
- Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B), Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H),Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah (7E), dan Robby Adrian Fajar S (7A). Kedisiplinan, mandiri, sopan santun, menyayangi sesame, gotong royong, saling membantu, rajin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu yang besar, cinta tanah air, percaya diri, cinta alam, bekerja keras dan bertanggung jawab. 25.
Apakah kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga ini lebih memberikan kegiatan yang positif? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B),Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H),Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah (7E), dan Robby Adrian Fajar S (7A). Iya jelas, karena apa yang diajarkan di kepramukaan bersifat mendidik, selain itu kepramukaan juga menyenangan dan sangat menantang.
26.
Kegiatan apa sajakah yang kamu ikuti dalam ekstrakulikuler pramuka di SMP N 6 Salatiga?
115
- Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B),Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H),Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah
(7E), dan
Robby Adrian Fajar S (7A). Tali temali, PBB, belajar memasak, memasang tenda, game atau permainan, tatacara upacara, mengetahui arah mata angin, baris berbaris, dan semapor. 27. Apa yang menyebabkan kamu tertarik dengan kegiatan pramuka? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B),Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H),Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah
(7E), dan
Robby Adrian Fajar S (7A). Karena dalam kepramukaan banyak kegiatan yang menyenangkan, menarik dan menantang. 28. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter di SMP N 6 Salatiga? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B). 116
a. Pendukung Antusias Pembina yang membuat kita semakin antusias mengikuti kegiatan kepramukaan. b. Penghambat Kemampuan siswa yang bervareasi membuat semangat siswa labil mengikuti kegiatan kepramukaan. -
Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H),Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah (7E), dan Robby Adrian Fajar S (7A).
a. Pendukung Antusias dan semangat Pembina. Metode yang digunakan menyenangkan dan menarik. b. Penghambat Kejenuhan dalam kegiatan kepramukaan. 29. Apa solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B), Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H),Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki
117
Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah
(7E), dan
Robby Adrian Fajar S (7A). Kemampuan anak yang bervareasi yaitu dengan mengelompokan anak sesuai kemampuan siswa. Harapannya anak-anak bisa terlayani sesuai dengan kemampuan yang berbeda-beda, dan nanti akan kelihatan anak yang antusias dalam kegiatan kepramukaan dan anak yang kurang antusias dengan kegiatan kepramukaan. Agar kegiatan kepramukaan dapat membentuk karakter pada anak sesuai dengan tujuan kemampuan anak yang bervareasi harus dikelompokan sesuai kategori kemampuan dan antusias anak, dimana anak yang antusias dengan yang tidak pasti ada perbedaan. 30. Apa saja kegiatan yang tidak kamu suka dalam kegiatan pramuka di SMP N 6 Salatiga? - Muh Zanig Dorisal Hida (7D), Bakti Khoiriana (7H), Difa Rizqi (7C), Bayu Windhi Permadi (7H), Meilani Dwi Risanti (7B), Maharani Wahyuning. T (7E), Dimas Adi Harlim P (7H), Ariel Nolan Pratama (7H),Nandita Amelia Putri (8A), Sifa Amelya Sari (7B), Jati Bagus Wibowo (8A), Rifki Setyaningrum (8A), Aulia Suci B (7B), Annisa Nurul Latifah
(7E), dan
Robby Adrian Fajar S (7A). Di hukum, dikerjain, latiahan atau panas-panasan di tengah lapangan, baris berbaris.
118
LAMPIRAN
Wawancara Dengan Pembina GUDEP Putra
119
Wawancara Dengan Asisten Pembina Putra
Wawancara Dengan Pembina GUDEP Putri
Wawancara Dengan Pembina GUDEP Putri
120
Wawancara Dengan Pembina GUDEP Putra
Wawancara Dengan Kader Pramuka
121
Wawancara Dengan Kader Pramuka
Wawancara Dengan Anggota Pramuka Kelas VII
122
Wawancara Dengan Anggota Pramuka Kelas VII
Wawancara Dengan Anggota Pramuka Kelas VII
123
Wawancara Dengan Anggota Pramuka Kelas VII
124
Upacara Pembuka Kegiatan Kepramukaan
125
Paskibra
Kegiatan di Dalam Kelas
126
Penerima Tamu Penggalang
Kemah Besar
127
Belajar Memasak Nasi
128
129