SISTEM PENDIDIKAN TAUHID DI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIN DESA BUKATEJA, KECAMATAN BALAPULANG, KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: ANIMATUL AFIYAH NIM 111-12-185
JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN SALATIGA) 2017
MOTTO
Artinya: “ Dan (Ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (Q.S. Luqman:13).
PERSEMBAHAN Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikan kekuatan, membekaliku dengan ilmu, serta memperkenalkanku dnegan cinta, atas karunia dan serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Persembahan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku: 1. Almarhum kedua orang tuaku tercinta, Bapak Maulud (Alm) dan Ibu Patosah (Almh) yang telah memberiku semangat dalam setiap langkah, do‟a-do‟a yang telah menjulang tinggi ke langit untuk kesuksesan putri kecilnya ini, dan kasih sayang yang tentunya tak bisa tergantikan oleh siapapun yang membuatku sekuat dan setabah ini dalam menjalani rintangan yang ada di depanku demi mewujudkan impian yang dulu kalian impikan. 2. Kakak-kakakku tercinta mbak Khotiroh, kang Marno, mas M.Tauhid, mbak Eli Sosiawati, mas Edi Prayogi, mbak Malia Ari Andriani, mas Teguh Muji Primono, mas Ukhrowiyatul Fauzi yang telah menjadi pengganti peran dari Bapak (Alm) dan Ibu (Almh), yang selalu memotivasi, memberi dukungan dan do‟a yang selalu kalian berikan, serta semangat yang tiada henti dalam meraih cita-cita setinggi
mungkin yang kalian berikan kepadaku dalam mengarungi perjalanan hidup ini. 3. Bapak H. Dr. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Ag dan Istrinya Ibu Ukhti Nur Fajariyah, S.Pd yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Abah Mahfudz Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah beserta keluarga yang senantiasa memberikan petuah, do‟a, dan ilmunya yang patut dijadikan tauladan untuk masa depanku kelak. 6. Ponakanku Husni Abdani yang selalu memberi semangat. 7. Kawan-kawanku seperjuangan Indah Asfaradina, S.Pd, Windawati S.Pd, Selvi Alviana Rafida S.Pd, Wahyu Rahma Zulaeha S.Pd, Laili Agustini S.Pd, teman-teman PAI E dan semua teman-teman PAI angkatan 2012 yang selalu memotivasi, membantu serta menjadi sahabat terbaikku hingga 4,5 tahun di kampus tercinta ini. 8. Keluarga Besar BIDIKMISI IAIN Salatiga angkatan 2012 dan keluarga besar YA BISMILLAH semua angkatan, yang telah menjadi keluarga dan memberikan banyak pengalaman. 9. Semua adik-adikku kamar 15 PP.Edi Mnacoro yanng selalu memberi semangat dan motivasi. 10. Adikku Fiki Rizkiyah yang membuatku tertawa dalam setiap hal.
KATA PENGANTAR Puji syukur yang tak lupa ku panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW sebagai tauladan bagi kita untuk mencapai kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat motivasi, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak H. Dr. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Ag dan Istrinya Ukhti Nur Fajariyah yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. 8. KH. Mahfudz Ridwan, Lc yang telah memberikan ridho dan bimbingan dalam menuntut ilmu. 9. Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, para asatidz dan para santri yang telah mendewasakan penulis setiap harinya dalam warnawarni kehidupan. 10. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2012, terutama Kelas PAI E yang telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga. 11. Pondok Pesantren Darul Muttaqin yang telah memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini. 12. Keluarga besar Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro dan temanteman Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 1 Februari 2017 Penulis
Animatul Afiyah 111-12-185
ABSTRAK Afiyah, Animatul. 2017. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H. Sa‟adi M.Ag. Kata kunci: Sistem Pendidikan, Tauhid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara runtut sistem pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Tahun Ajaran 2016/2017. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?, (2) Apa faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?, (3) Apa permasalahan/faktor penghambat yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan datanya antara lain: observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan analisis data yaitu reduksi data, kategorisasi, dan interpretasi data. Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yaitu (1) sistem pendidikan tauid yang ada di pesantren ini yaitu terdiri dari unsur-unsur dasar pendidikan tauhid, tujuan pendidikan tauhid, masjid, pondok, kurikulum, kyai/ustadz, santri, metode, dan evaluasi. (2) faktor pendukung pendidikan tauhid yaitu adanya partisipasi ustadz dan santri dalam mengaji, pengurus, masjid sebagai sentral kegiatan, asrama santri, dan evaluasi. (3) permasalahan/faktor penghambat pendidkan tauhid yaitu adanya kegiatan ekstrakurikuler yang ada di MTS dan kurangnya santri dalam memanage waktu.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………….............................
i
HALAMAN BERLOGO.................................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................... v MOTTO....................................................... ....................................................... vi PERSEMBAHAN............................................................................................... vii KATA PENGANTAR........................................................................................ ix ABSTRAK.......................................................................................................... xi DAFTAR ISI...................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............……………………………….................... 1 B. Fokus Penelitian ………………………………………..................... 7 C . Tujuan Penelitian ……………………………………...................... 7 D. Manfaat Penelitian ……………………………………..................... 8 E. Penegasan Istilah …………………………………............................ 9 F. Telaah Pustaka……………………………………............................. 11 G. Metode Penelitian………………………………................................ 12 H. Sistematika Penulisan…………………………….............................. 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendidikan Pesantren………………………........................... 19
B.Sistem Pendidikan Tauhid…............................................................... 26 .
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan................................ 34
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Muttaqin......................... 37 B. Hasil temuan………………………………….................................... 50 BAB IV PEMBAHASAN A. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin....... 66 B. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid ……..................... .................. 74 C.Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat Pendidikan Tauhi.... 76 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………............................. 79 B. Saran......... ……………………………............................................... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 4. Daftar SKK 5. Lembar Konsultasi 6. Pedoman Wawancara 7. Hasil Wawancara 8. Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan salah satu jenis makhluk yang sudah ribuan abad lamanya ditakdirkan Allah SWT menjadi penghuni bumi, sebagai satu-satunya planet yang paling sesuai untuk dijadikan tempat tinggalnya (Nawawi, 1993:40). Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat al„Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah, Al-Quran surat al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah, Al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia. Masih banyak lagi yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Allah. Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Allah (Tafsir, 2008:34). Allah SWT itu Esa dalam segala penciptaannya. Ia tidak membutuhkan perantara dalam membuatnya. Manusia dalam mengenali Tuhannya harus bertauhid terlebih dahulu yaitu “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT “. Kalimat tauhid mengandung nilai iman. Umat Islam wajib mengimani adanya Allah SWT sebagai sang pencipta. Kalimat tauhid yang telah diucapkan mengandung arti bahwa manusia itu sudah tergolong sebagai umat Islam, yang beriman kepada Allah SWT dan RasulNya.
Esensi iman kepada Allah SWT adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik dalam zat, asma‟ washifat, maupun af‟al (perbuatan-perbuatan-Nya). Secara sederhana Tauhid dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan yaitu: 1. Tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Rabb), 2. Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Malik), dan 3. Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Illah) (Ilyas, 1993:18-19). Mengesakan Allah (tauhid) dan menolak penyekutuan (syirik) terhadapNya merupakan doktrin terpenting yang mendominasi pemahaman-pemahaman dan ajaran-ajaran samawi. Hal itu juga merupakan asas segala macam ilmu dan ajaran Ilahiyah yang dibawa para Nabi dan Rasul, sebagaimana tercantum dalam kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada mereka. Selain itu tauhid dan syirik termasuk di antara masalah-masalah yang disepakati oleh seluruh kaum muslimin (Subhani, 1996: 13). Seorang muslim meyakini ketuhanan Allah bagi mereka yang terdahulu dan yang akan datang, ketuhananNya bagi seluruh alam. Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Allah, tiada Tuhan selain Dia. Oleh karena itu, dia hanya menyembah Allah dengan seluruh penyembahan yang telah disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya agar mereka menyembah dengan tata cara tersebut (El-Jazair, 1990: 115). Manusia mengenal Allah harus melalui suatu proses pendidikan, yang mana pendidikan itu sangatlah penting untuk menunjang pemahaman manusia dalam segala ilmu pengetahuan terutama dalam mengenal keesaan Allah SWT.
Dalam suatu pendidikan terdapat sebuah tujuan yang akan dicapai, yaitu sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L. La Sulo (2010:37) bahwa, tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia (Tirtarahardja & Sulo, 2010:1). Fungsi dari peserta didik adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan. Sebagai objek, peserta didik tersebut menerima perlakuanperlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan modern, peserta didik lebih dekat dikatakan sebagai subjek atau pelaksanaan pendidikan (Hasbullah, 2012:123). Pendidikan tidak akan berjalan maju tanpa adanya para pendidik (guru). Dalam
pengertian
yang
dimaksud
pendidik
adalah
orang
yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik (Tirtarahardja & Sulo, 2010:54).
Secara umum dikatakan bahwa, setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan
pribadi
anak didik menuju pribadi dewasa susila (Hasbullah: 2012:17). Pendidik
berfungsi
sebagai
pembimbing
pengaruh,
untuk
menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan (Hasbullah, 2012:124). Zaman akan terus berubah dan berkembang, demikian halnya pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan menyesuaikan dengan keadaan zaman, serta berbagai persoalan yang dihadapinya. Perlu adanya perubahan maupun pergantian kurikulum di Indonesia tentu tidak terlepas dari persoalan perubahan zaman. Sebab, hakikat penyelenggaraan pendidikan adalah untuk menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi negara. Oleh karena itu, pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki kompetensi sikap, kemampuan, dan pengetahuan sesuai standar nasional yang telah disepakati. Untuk mewujudkan itu semua, salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan mengembangkan kurikulum. Karena berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang ada (Fadillah, 2014:17). Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren dalam melaksanakan pendidikannya tidak sama dengan kurikulum yang dipergunakan dalam lembaga pendidikan formal, bahkan tidak sama antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya. Pada umumnya, kurikulum pondok
pesantren yang menjadi arah pembelajaran tertentu (manhaj), diwujudkan dalam bentuk penetapan kitab-kitab tertentu sesuai dengan tingkatan ilmu pengetahuan santri (Faiqoh, 2003:10). Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok), kiai atau mushalla sebagai pusat lembaganya. Lembaga ini merupakan salah satu bentuk kebudayaan asli pendidikan nasional, sebab lembaga ini telah lama hidup dan tumbuh ditengahtengah masyarakat Indonesia yang tersebar diseluruh tanah air dan dikenal dalam kisah serta cerita rakyat Indonesia khususnya di pulau Jawa (Haryanto, 2012:39). Pesantren ialah tempat santri-santri atau murid-murid yang belajar ilmu Agama Islam. Pondok ialah tempat penginapan mereka seperti asrama masa sekarang. Menurut riwayat yang mula-mula mengadakan pondok pesantren itu ialah Maulana Malik Ibrahim. Di pondok pesantren itulah beliau mendidik guru-guru Agama dan muballigh-muballigh Islam yang menyiarkan agama Islam keseluruh pulau Jawa. Biasanya pesantren itu terdiri dari sekumpulan pondok (surau kecilkecil) yang terletak dekat sebuah masjid. Pondok-pondok itu didirikan dengan uang wakaf atau sedekah yang diberikan oleh orang-orang yang mampu, bahkan ada juga dengan kemauan dan ongkos sendiri dari santri-santri yang datang kesana (Yunus, 1995:231).
Sejak awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang dan tersebar di berbagai pedesaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman yang sangat kental dengan karakteristik Indonesia ini memiliki nilai-nilai strategis dalam pengembangan masyarakat Indoesia. Realitas menunjukan pada satu sisi sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari umat Islam, dan pada sisi lain mayoritas dari mereka tinggal di pedesaan. Berdasarkan realita tersebut, pesantren sampai saat ini memiliki pengaruh cukup kuat pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan masyarakat muslim pedesaan yang taat (A‟la,2006:1). Salah satu upaya seorang ulama dalam mempersiapkan generasi muda yang beriman ialah dengan bagaimana ia mengajak generasi muda tersebut untuk belajar mengenal keesaan Allah SWT melalui pendidikan tauhid. Dengan dibekali tentang ketauhidan diharapkan setiap generasi muda akan lebih mengenali Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa. Pondok Pesantren Darul Muttaqin merupakan satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang berdiri di Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, kabupaten Tegal. Pondok pesantren ini banyak mempelajari berbagai macam kitab salah satunya adalah kajian tentang ketauhidan yang dikaji dari sebuah kitab klasik yaitu kitab Tijanu Durori karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri, kitabus sa‟adah karya „Abdurrahim Manaf, dan kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Shalih Al-Jazair dengan metode penyampaiannya bandongan/wetonan. Penerapan metode tersebut diharapkan agar senantiasa hubungan interaksi antar kiai dan santri terjalin dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Sistem Pendidikan Tauhid Di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2016/2017”. B. Fokus Penelitian Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini. Beberapa masalah itu adalah: 1. Bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal? 2. Apa faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal ? 3. Apa
permasalahan/faktor
penghambat
yang muncul
dalam
sistem
pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti memiliki tujuan antara lain: 1. Untuk menemukan bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. 2. Untuk menemukan faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.
3. Untuk menemukan permasalahan /faktor penghambat yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Secara akademik penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya kajian bidang Pendidikan Agama Islam, terutama dalam ruang lingkup ketauhidan di setiap individu muslim. b. Memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. 2. Manfaat Praktis a. Tulisan ini dapat menjadi masukan bagi semua pihak terkait yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai sistem pendidikan tauhid di Pondok
Pesantren
Darul
Muttaqin
Desa
Bukateja,
Kecamatan
Balapulang, Kabupaten Tegal. b. Tulisan ini menjadi sumbangan alternatif mengenai sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.
E. Penegasan Istilah 1. Sistem Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah di tentukan (Hasbullah, 2012:123). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas (Dpartemen Pendidikan Naional, 2007: 1076). 2. Pendidikan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan, mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:263). 3. Tauhid Asal makna tauhid, ialah:
ِ َ ْادبِاَ َّن اهللَ َو ِاح ٌدَال َش ِري ُ اَ ِال ْعت َق ُك لَه “Beri‟tikad bahwa Allah itu Esa, tak ada sekutu bagi-Nya” (Ash Shiddieqy, 1971:92). Kesesatan yang sering dilakukan manusia bukanlah tidak percaya terhadap keberadaan Allah, tetapi syirik kepada-Nya. Manusia sering menyembah sesuatu atau tuhan selain-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan-tuhan tersebut bisa mendekatkan mereka kepada Allah atau memberi syafaat kepada mereka.
Semenjak zaman dahulu manusia sering jatuh ke dalam “lubang” syirik. Syirik adalah kesalahan yang sangat besar. Dengan demikian, hal pertama yang dibutuhkan oleh manusia adalah tauhid. Demi tauhidlah Allah mengutus para nabi dan menurunkan kitab suci (Al-Qaradhawi, 2006:11). 4. Pesantren Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang umumnya bersifat tradisional, tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan (Haedari, 2010:37). Pondok pesantren merupakan institusi lembaga pendidikan agama Islam tertua di Indonesia dengan segala keunikan dan kekhasannya tersendiri. Institusi ini selain dikenal dengan lembaga pendidikan Islam, juga menonjol sebagai lembaga sosial keagamaan yang didalamnya terdapat interaksi di antara orang-orang dan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat di bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Di dalam institusi ini ada kiai sebagai top figure yang memiliki peran signifikan dalam menggerakan semua aktivitas di dalamnya. Sehingga kiai tidak dapat terlepaskan sebagai pusat perhatian maupun suri tauladan di segala aspek kehidupan para santri yang mengitari. Keberadaan kiai dan pondok pesantren merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena figur ini sangatlah dominan dalam menentukan segala arah kebijakan, pengelolaan, dan pengembangan pondok pesantren (Haryanto, 2012:1).
F. Telaah Penelitian Yang Relevan Terkait dengan penelitian ini, yakni dalam pembahasan tentang seputar sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017, maka peneliti merasa penting untuk menelaah penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebagai acuan dan bahan untuk melihat sisi perbedaan dari tulisan-tulisan yang mengulas tentang ketauhidan. Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. Skripsi Siti Sukrilah tentang konsep pendidikan tauhid dalam keluarga studi analisis Qur‟an surat al-Baqarah ayat 132-133 dalam tafsir Ibnu Katsir. Penelitian ini menunjukan bahwa konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang terdapat dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 132-133 berupa proses membimbing manusia untuk tetap teguh kepercayaannya bahwa, Allah Maha Esa dan hanya tunduk kepada-Nya sampai akhir hayat. Sedangkan konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu Katsir adalah sebuah upaya dalam membina manusia untuk menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah SWT dan tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun sepanjang hayatnya pada suatu kelompok dimana manusia hidup dan menetap secara berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak. Skripsi Sri Imtikhani tentang nilai-nilai ketauhidan dalam Al-Quran surat Luqman ayat 12-19 (studi tafsir Al-Quran al-„Adzim Ibnu Katsir dan AlMisbah M. Quraish Shihab) skripsi ini menunjukan bahwa, nilai-nilai ketauhidan yang terkandung dalam al-Quran surat Luqman ayat 12-19 yaitu
untuk mengesakan Allah SWT dan menyuruh untuk menyembahNya, mengandung nilai-nilai tauhid yaitu: tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid ubudiyah. Penelitian Siti Nur Rohmawati tentang nilai-nilai tauhid pada mata pelajaran sains di SDIT Hidayatulloh Balong Yogyakarta. Penelitian menunjukan bahwa, dengan menggunakan verifikasi untuk mengungkapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenarankebenaran ayat-ayat Al-Quran
dan nilai-nilai tauhid yang terkandung
didalamnya meliputi tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma‟ wa sifat. Dari beberapa penelitian di atas, peneliti terinspirasi untuk meneliti tentang Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017, yang belum pernah diteliti. Dengan demikian masalah yang diangkat dalam penelitian ini merupakan penelitian yang memenuhi unsur peneltian terbaru. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Disebut kualitatif karena ditujukan untuk memahami fenomenafenomena sosial dari sudut atau persepektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Sukmadinata, 2012:94-95). 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya di sini mutlak dilakukan. Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek penelitian memakai bahasa Indonesia, yang memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dengan responden. 3. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Darul Muttaqin dengan asuhan Bapak KH. Ahmad Fakhruri dengan alamat di Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.
4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari pengasuh, asatidz, dan santri di pondok pesantren tersebut. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, dan notula rapat perkumpulan. Data ini bisa dapat berupa buletin, majalah, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para narasumber.
5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan itu bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation) pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Sedangkan dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan (Sukmadinata, 2012: 220). b. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005:186). Adapun teknik ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017.
c. Dokumentasi Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehinga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau gambar tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017. 6. Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data , memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2005:247&248).
Tahap-tahap penelitian (Moleong, 1988:63-69): a. Reduksi Data Reduksi data adalah identifikasi satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna apabila dikaitkan dengan fokus penelitian. Setelah itu langkah berikutnya adalah membuat coding atau pemberian kode pada setiap satuan agar ditelusuri setiap satuan berasal dari mana. b. Kategorisasi Kategorisasi adalah upaya memilah-milah satuan ke dalam bagian yang memiliki kesamaan. Kategori nama dikodekan dengan tabel. c. Interpretasi data Interpretasi data adalah menyusun dan merakit unsur yang ada dengan cara merumuskan hubungan baru antar unsur lama, mengadakan projeksi melewati yang ada dan berani bertanya. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data-data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika akan peneliti jelaskan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II membahas tentang kajian
pustaka, pada bab ini berisi uraian berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian yang berkaitan dengan variable penelitian yaitu tentang sistem pendidikan tauhid dan Pondok Pesantren. Diantara sub-sub yang akan di bahas dalam bab ini yaitu: pengertian sistem pendidikan pesantren, sistem pendidikan tauhid, dan faktor pendukung dan penghambat pendidikan. Bab III membahas tentang paparan data dan hasil temuan, pada bab ini dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan gambaran umum objek penelitian yang meliputi profil Pesantren, serta bagaimana sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Bab IV membahas tentang pembahasan, pada bab ini berisi tentang pembahasan yang merupakan bagian yang menjelaskan temuan peneliti tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Bab V membahas tentang penutup, ada bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II ini peneliti lebih fokus kepada pembahasan yang bersangkutan dengan sistem pendidikan tauhid. Dimana dalam bab ini peneliti mengutip dari teori-teori yang sesuai dengan sub-sub pembahasan penelitian. Diantara sub-sub pembahasan tersebut yaitu sistem pendidikan pesantren dan sistem pendidikan tauhid. A. Sistem Pendidikan Pesantren 1. Sejarah Pesantren di Indonesia Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam pesantren Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan dan keagamaan yang ada di Indonesia. Secara lahiriah, pesantren pada umumnya merupakan suatu komplek bangunan yang terdiri dari rumah kiyai, masjid, pondok tempat tinggal para santri dan ruangan belajar (Nasir, 2005:80-81). Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman,
tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia, sebab lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak masa kekuasaan HiduBudha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada (Madjid, 1997:3). Secara umum pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pesantren salaf atau pesantren tradisonal dan pesantren khalaf atau modern. Sebuah pesantren disebut pesantren
salaf
jika
dalam
kegiatan
pendidikannya semata-mata berdasarkan pada pola-pola pengajaran klasik atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning dengan metode pembelajaran tradisional serta belum dikombinasikan dengan pola pendidikan modern. Sedangkan pesantren khalaf atau modern adalah pesantren yang di samping tetap dilestarikannya unsur-unsur utama pesantren, memasukan juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai dengan sistem klasikal atau sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya. Pada pesantren ini sistem sekolah dan adanya ilmu-ilmu umum digabungkan dengan pola pendidikan pesantren klasik (Maksum, 2003:7-8). Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia (indigenous) yang merupakan lembaga keagamaan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang merupakan kelanjutan dari tradisi Hindu-Budha (Madjid, 1993:3). Proses transformasi model pesantren, dari Hindu ke Islam berlangsung dalam model yang tidak jauh beda dari sebelumnya, hanya saja muatan pendidikan yang berubah. Model
seperti adanya pimpinan kharismatik, tata asrama, gedung tempat ibadah, kelas-kelas untuk pembelajaran, disinyalir sama persis antara model pesantren setelah di-Islamkan dari sebelumnya. 2. Komponen-komponen Pesantren Dalam bukunya M. Bahri Ghazali (2003:17) mengajukan delapan komponen pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang meliputi: pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan kiyai, metode dan evaluasi. a. Masjid Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan kaum muslimin baik dalam dimensi ukhrowi maupun duniawi dalam ajaran Islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid memberikan ciri-ciri sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid (tempat sujud) (Ghazali, 2003:18). Di dunia pesantren masjid dijadikan ajang sentral kegiatan pendidikan Islam. Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar mengajar adalah masjid (Ghazali, 2003:19). b. Pondok Setiap pesantren pada umumnya mempunyai pondokan. Pondok dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “pondok pesantren”, yang
berarti
keberadaan pondok dalam
pesantren merupakan wadah
penggemblengan, pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan (Ghazali, 2003:19-20). c. Kurikulum dan Materi Pembelajaran Kurikulum adalah rencana tertulis berisi ide dan gagasan yang dirumuskan oleh institusi pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang harus dicapai, isi materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam kehidupan nyata. Komponen-komponen
kurikulum
saling
berkaitan
dan
saling
mempengaruhi, terdiri dari tujuan yang menjadi arah pendidikan, komponen pengalaman belajar, komponen strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Singkatnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan (Fahham, 2015:20-21. Secara umum, kurikulum pondok pesantren dapat dipilah menjadi dua, yakni kurikulum studi keagamaan dan kurikulum studi umum. Dalam pondok pesantren tradisional, ada pemisahan antara kurikulum pesantren dan kurikulum sekolah dan/atau madrasah. Kurikulum pesantren merupakan kurikulum khas pesantren berupa
ilmu-ilmu
keagamaan yang terdiri dari sembilan bidang ilmu, yakni: tauhid, fikih,
ushul fikih, tafsir, hadits, tasawuf, nahwu/sharaf, dan akhlak serta sirah (sejarah) nabi. Sementara kurikulum sekolah merupakan kurikulum yang berasal dari kementrian pendidikan nasional, jika pesantren tersebut memiliki sekolah semisal SMP dan SMU. Selanjutnya jika pesantren memiliki madrasah semisal Tsanawiyah dan Aliyah, maka ia menggunakan kurikulum yang berasal dari Kementerian Agama. Sementara dalam pesantren modern, pada umumnya menggunakan kurikulum terpadu, yakni tidak memisahkan antara kurikulum pesantren yang
berupa
kurikulum
studi
keagamaan
dan
kurikulum
sekolah/madrasah yang berupa studi umum. Untuk meningkatkan kemampuan santri di bidang-bidang tertentu, selain materi-materi agama, diajarkan juga materi keterampilan khusus yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi pesantren, seperti yang dilaksanakan Pesantren Gontor dengan materi muhadlarah (ceramah), bahasa Arab, dan Inggris (Fahham, 2015:21) . d. Kiyai Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki tokoh sentral yang disebut kiyai. Jadi kiyai dalam dunia pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai dengan pola yang dikehendaki. Bahkan kyiai bukan hanya pemimpin pondok pesantren tetapi juga pemilik pondok pesantren (Ghazali, 2003:21).
e. Santri (Peserta didik) Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai perwujudan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kiyai yang memimpin sebuah pesantren (Ghazali, 2003:2223). Dalam
bukunya
Jasa
Ungguh
Muliawan
(2005:154-156)
dikatakan bahwa, santri terdiri dari dua kelompok yaitu: 1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam pondok pesantren. 2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. f. Metode Selain dari unsur-unsur tersebut, pesantren juga memiliki ciri khas yang unik lainnya, yaitu metode pengajaran kitab dengan wetonan atau bandongan, sorogan, dan hafalan. Wetonan atau bandongan adalah metode pengajaran dengan cara santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai, kemudian kiai membacakan kitab yang akan dipelajari saat itu, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan. Sedangkan sorogan adalah metode pengajaran dengan cara santri menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari metode ini adalah metode yang paling sulit dari
keseluruhan sistem pendidikan di pesantren. Sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid. Metode hafalan adalah metode yang paling umum dalam pesantren, terutama untuk hafalan al-Quran dan Hadits (Muliawan, 2005:159). g. Evaluasi Istilah evaluasi atau penilaian (evalution), merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar yang dicapai selama proses pendidikan atau pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan apakah hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan atau standarisasi (Masyhud, 2004:104). Evaluasi belajar dilakukan oleh guru/tutor/ustadz pondok pesantren penyelenggara selama proses pembelajaran sesuai dengan kemajuan santri dalam belajar yaitu melalui evaluasi belajar tahap akhir (EBTA). Proses evaluasi ini dilakukan sendiri oleh pihak pondok pesantren yang bersangkutan (Faiqoh, 2003:80). h. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kitab kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti: fiqih, hadits, tafsir maupun tentang akhlaq (Ghazali, 2003:24).
B. Sistem Pendidikan Tauhid 1. Pengertian Pendidikan Tauhid Dalam ajaran islam tauhid itu berarti keyakinan akan ke-Esaan Allah. Kalimat tauhid ialah “Laa Ilaaha Illallah”, yang berarti tidak ada Tuhan selain Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat AlBaqarah ayat 163 dan surat Muhammad ayat 19 sebagai berikut:
Artinya:”dan Tuihanmu adalah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Baqarah:163).” Hal ini berarti, Dialah dzat yang maha kuasa, yang menetapkan segala ketentuan untuk seluruh makhluk, yang memiliki kebesaran, kesucian, ketinggian dan hanya kepada-Nya manusia muslim menyembah dan memohon pertolongan. Dialah Allah yang menentukan syariah bagi umat manusia dengan wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai agama (Sadali, 1987:9).
Artinya:”Maka ketauhilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi (dosa) orang-orang muslim, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu (Q.S. Muhammad:19).”
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agam tauhid yaitu agama yang mengesakan Allah (Sadali dkk, 1987:23-24). Kata tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam. Ia adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang menciptakan , memberi hukumhukum, mengatur dan mendidik alam semesta ini (Tauhid Rububiyah). Sebagai konsekuensinya, maka hanya Tuhan itulah yang satu-satunya yang wajib disembah, dimohon petunjuk dan pertolongannya serta yang harus ditakuti (Tauhid Uluhiyah). Bahwa Tuhan itu dzat yang luhur dari segalagalanya, Hakim yang maha tinggi, yang tiada terbatas, yang kekal, yang tiada berubah-ubah. Yang tiada kesamaannya sedikit pun di alam ini, sumber segala kebaikan dan kebenaran, yang maha adil dan suci. Tuhan itu bernama Allah SWT (Subhanahu Wa Ta‟ala = Maha Suci Dia dan Maha Tinggi) (Razak, 1996:39). Tauhid dapat membebaskan manusia dari seribu satu macam belenggu-belenggu kejahatan duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan dan penghambaan, baik oleh sesama manusia, maupun oleh hawa nafsu dan harta benda. Karena tauhid, manusia hanya akan menghambakan diri kepada Allah semata (Razak, 1996: 43). Islam mengakui bahwa Allah itu mempunyai sifat keesaan yang meliputi ke-Tuhanan (sebagai dzat pemeliharaan alam/Al-Rububiyah). Maka
oleh karena itu tidak ada Tuhan yang menjadikan, yang mengatur dan yang melaksanakan segala sesuatu, melainkan Dia. Di samping itu Allah juga memiliki sifat keesaan ke-Tuhanan (sebagai dzat yang disembah/AlUluhiyah). Oleh karena itu tidak boleh ada dzat yang disembah dan yang diharapkan
kepadanya
segala
permohonan
atau
yang
diharapkan
pertolongannya, kecuali Dia (Syaltout, 1975:44-45). Allah SWT berfirman, sebagai berikut:
Artinya:”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah Padahal kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 21-22) . Islam telah menjadikan tanda bukti aqidah pada manusia dengan pengakuan, bahwa Allah itu Esa dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya serta syahadat merupakan kunci, yang dengannya manusia masuk kedalam Islam dan diberlakukan kepadanya semua hukum-hukumnya. Maka,
pengakuan terhadap keesaan Allah mengandung kesempurnaan kepercayaan kepada Allah dari dua aspek, yakni aspek rububiyah (penciptaan dan pendidikan/pengelolaan) dan aspek uluhiyah (peribadatan) (Syaltut, 1986:17). Ucapan syahadat harus disertai dengan perbuatan yang meniadakan peribadatan kepada selain Allah SWT dan menetapkan ibadah hanya karena Allah semata, sehingga haramlah harta dan darahnya di dunia ini. Adapun hasilnya nanti di akhirat, kalau dia benar dan syahadatnya dinyatakan dengan perbuatan yang wajib, ia bisa mendapat keridhoan Allah. Kalau tidak itu adalah terserah kepada Allah semata, sebab Allah Maha mengetahui segala-galanya (Wahhab, 1984:43). Dengan jiwa tauhid yang tinggi, seseorang akan bebas dari belenggu-belenggu ketakutan dan duka cita dalam kemiskinan harta benda, karena yakin bahwa tiap binatang melata di bumi ini, dari Allah jualah rezekinya. Kewajiban bagi manusia ialah bekerja dan berusaha sambil berdo‟a, hasilnya di tangan Allah sendiri (Razak, 1993:43). Singkatnya, kita percaya bahwa tauhid adalah akar seluruh keimanan dan seluruh nilai, dan kita tidak ragu dalam hal ini (Misbah, 1996:6) Keseluruhan, Islam adalah suatu tubuh yang terbentuk dari berbagai anggota dan bagian, yang jiwanya adalah tauhid (Misbah, 1996:11). 2. Pembagian Tauhid Secara sederhana tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan yaitu: Tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-
satunya Rabb), Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai sebagai satu-satunya malik), dan Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagi satu-satunya Ilah) (Ilyas, 1993:19). a. Tauhid Rububiyah Dalam hubungannya dengan Rububiyatullah (Tauhid Rububiyah), maka tauhid ini memiliki beberapa arti yaitu mencipta, memberi rizki, memelihara, mengelola dan memiliki (Ilyas, 1993:20). Tauhid Rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan. Itu adalah pernyataan bahwa sesungguhnya Allah ialah Tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia pencipta aturannya dan pemberi rezekinya. Sesungguhnya Dia yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat, yang mendatangkan hukum mudharat, Dia menerima doa terutama dalam kesukaran, Dia berkuasa apa yang telah Dia kehendaki, tidak ada sekutu bagiNya dalam hal apapun (Soedjarwo, 1986:45). Tauhid rububiyah terbagai menjadi dua bagian Yakni: 1). Rububiyah Takwini Tauhid
yang
menyangkut
rububiyah
takwini
ialah
mempercayai bahwa pengurusan dan pengaturan dunia ini, dalam realitas penciptaan, berada di tangan Allah yang Maha Kuasa, bahwa peredaran bulan dan matahari, munculnya siang dan malam, kehidupan dan kematian manusia, dan perlindungan terhadap makhluk-makhluk dan dunia dari perbenturan dan bentrokan yang
membawa kehancuran, berada pada Allah, dan Dialah yang memelihara langit dan bumi. Perubahan dan pengaruh apapun yang ditimbulkan makhluk adalah atas izin Allah dan dengan kekuasaan yang Allah berikan kepada mereka, mereka tidak mempunyai kebebasan sendiri dalam melaksanakan suatu tindakan, menimbulkan suatu fenomena atau menciptakan suatu perubahan dunia. Kehendak Allah dalam penciptaan menguasai seluruh dunia, dan segala sesuatu terletak pada kehendak-Nya (Misbah, 1996:20). Rububiyah takwini menuntut manusia untuk percaya bahwa pengelolaan urusan dunia dan manusia dalam hal-hal yang bersifat penciptaan, yang berada di luar kemauan bebasnya, dinisbahkan pada Allah (Misbah, 1996:22). 2). Rububiyah tasyri‟i Bagian lain dari rububiyah ialah menyangkut kehendak dan pilihan bebas manusia. Di antara makhluk ciptaan Allah, ada sekelompok yang gerakan, pengaruh dan evolusinya tunduk pada tindakan yang diambil berdasarkan kemauan bebasnya sendiri. Mereka itu adalah manusia. Untuk mencapai kesempurnaan sejati, manusia harus bergerak dengan kehendak dan pilihan bebasnya. Tauhid dalam rububiyah tasyri‟i menuntut manusia untuk mengambil pengarahan hidupnya hanya dari Allah, memandang hak memberi hukum hanya pada Allah, dan tidak ada makhluk yang
memiliki hak yang independen dalam menetapkan hukum (Misbah, 1996:22). b. Tauhid Mulkiyah Kata malik yang berarti raja dan malik yang berarti memiliki berakar dari akar kata yang sama yaitu “malaka”. Keduanya mempunyai relevansi makna yang kuat. Allah SWT sebagai Rabb yang memiliki alam semesta adalah Raja dari alam semesta tersebut. Dia bisa dan bebas melakukan apa saja yang dikehendakiNya terhadap alam semesta. Dalam hal ini Allah SWT adalah Malik (Raja) dan alam semesta adalah “mamluk” (yang dimiliki atau hamba) (Ilyas, 1993:3). c. Tauhid Uluhiyah Tauhid Uluhiyah atau tauhid ubudiyah itu ialah tauhid ibadah, yaitu beribadah, berdoa,meminta dalam hal yang ghaib,tunduk,merendah hanya kepada Allah SWT, tidak kepada yang lainnya dan tidak menerima hukum agama dan ketetapan dalam perkara ghaib kecuali dari Allah (Ya‟qub, 1987:14-15). Keimanan bahwa Allah itu Tuhan (Rabb) alam semesta dan pemilik jagad raya ini adalah salah satu bentuk amalan hati, yaitu keyakinan yang dimiliki manusia. Adapun keimanan bahwa Allah itu Ilah (sesembahan), tidak cukup hanya dengan keyakinan saja, tetapi juga harus dibuktikan dengan perilaku dan perbuatan, meliputi pelaksanaan ibadah dan pengesaan Allah. Ibadah adalah berdzikir, shalat, puasa, membaca al-Quran, dan amalan-amalan serupa yang mendekatkan diri
kepada Allah. Akan tetapi, ibadah tidak terbatas pada ini saja, bahkan setiap amalan yang bermanfaat yang tidak dilarang oleh syariat, yang dikerjakan oleh seorang mukmin dalam rangka mencari pahala Allah, maka amalan tersebut merupakan ibadah. Seseorang makan untuk memperkuat dirinya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah, maka amalan tersebut juga merupakan ibadah. Jadi makna ibadah itu sangat luas, meliputi seluruh perbuatan manusia yang bermanfaat (Thanthawi, 2004:47). Tauhid Ilahiyah menjadikan Allah sebagai Tuhan yang harus disembah dan diminta pertolongan. Tidak ada yang berhak disembah dan diminta pertolongan kecuali Dia. Allah SWT berfirman:
Artinya: ”Hanya Enkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (Q.S. Al-Fatihah:5). Oleh karena itu, tugas pertama para Nabi adalah mengajak manusia kepada ajaran tauhid (terutama tauhid ibadah (Ilahiyah), bukan mengakui keberadaan Allah. Karena pengakuan tentang keberadaan Allah adalah hal yang tidak diragukan lagi oleh seluruh umat manusia. tugas yang dibawa oleh para Nabi adalah memerangi kemusyrikan. Seruan pertama yang dilakukan oleh para Nabi adalah “Wahai kaumku, sembahlah Allah yang Maha Esa.” Seruan tersebut dilakukan oleh Nuh, Hud, Saleh, Syu‟aib, dan seluruh Nabi lainnya (Al-Qaradhawi, 2006:13).
Tauhid al-Uluhiyah dibangun di atas keikhlasan dalam beribadah kepada Allah ta‟ala. Dalam kecintaan, khauf (takut), raja‟ (harapan), tawakkal, raghbah (permohonan dengan sungguh-sunggguh), dan rahbah (perasaan cemas), dan doa hanya kepada Allah serta memurnikan ibadahibadah seluruhnya, baik ibadah yang lahir maupun yang batin hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Tauhid ini merupakan puncak awal dan akhir dari agama, baik secara lahir maupun batinnya, dan merupakan awal serta akhir dari dakwah para Rasul. Ini juga merupakan makna dari kalimat “Laa Ilaaha Illallah” (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah). Karena Allah artinya sesuatu yang disembah dan diibadahi dengan rasa cinta takut, penghormatan, pengagungan, serta dengan seluruh jenis peribadatan (Al-Abbad, TT: 2). C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh karen itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Belajar tidak hanya ditentukan oleh potensi yang ada dalam individu tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain berasal dari luar diri yang belajar. Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Sriyanti, 2011:23):
1. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan sosial maupun lingkungan alamiahnya. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial (Djamal: 198539). a) Faktor Nonsosial Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktor nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat, aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis, gedung dan runag belajar, kondisi geografis sekolah dan rumah serta sejenisnya (Sriyanti: 2011:223). b) Faktor Sosial Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan anak) (Sriyanti, 2011:23-24). 2. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis (Sriyanti, 2011:24).
a) Faktor Fisiologis Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari: 1) Keadaan tonus (tegangan otot) jasmani pada umumnya Keadaan tonus (tegangan otot) jasmani secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus (tegangan otot) jasmani secara umum ini misalnya tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu (Sriyanti, 2011:24). 2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yaitu terkait dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalm diri individu (Sriyanti, 2011:24). b) Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya (Sriyanti, 2011:24).
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN A. Gambaran Umum Pondok pesantren Darul Muttaqin 1. Sejarah Pondok Pesantren Darul Muttaqin Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam indigenous Indonesia, selama berabad-abad telah memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan dakwah dan pendidikan Islam di Indonesia. Sebagai wadah pembentukan generasi muslim yang tangguh, pondok pesantren berdiri kokoh membentengi aqidah umat, menanamkan akhlakul karimah, membangun karakter dan menjadi media transformasi nilai-nilai luhur serta ilmu pengetahuan. Pondok pesantren Darul Muttaqin merupakan salah satu pondok pesantren yang turut mewarnai dunia pendidikan Indonesia. Seluruh potensi dan kemampuan dicurahkan untuk merealisasikan misi tersebut. Pada tanggal 21 Maret 1921 di sebuah desa yang sangat terpencil dan sepi dari keramaian telah lahir seorang tokoh yang ulet, disiplin dan berfikir maju serta peduli dengan nasib generasinya di masa mendatang, beliau adalah bapak KH. Dimyati (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat minim, tetapi beliau mempunyai tekad yang kuat untuk menyebarkan syi‟ar Islam di desanya. Pendidikan beliau hanya sampai kelas 2 SR (Sekolah Rakyat) di masa penjajahan belanda. Dalam diri beliau telah tertanam rasa keprihatinan yang
sangat mendalam terhadap generasi muslim di desanya dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang, sehingga KH. Dimyati memiliki i‟tiqad yang kuat untuk menyebarkan ajaran Islam dan membantu para generasi muslim di desanya untuk mempelajari agama Islam. Akhirnya dengan modal rasa percaya dan keprihatinannya beliau mendirikan sebuah surau kecil yang berukuran 6 x 4 m2. Tiga bulan setelah pendirian surau tersebut, kemudian difungsikan surau tersebut untuk kegiatan sholat berjamaah bersama santri. Selain digunakan sebagai tempat shalat, surau juga digunakan sebagai tempat belajar santri untuk menimba ilmu agama yaitu Madrasah Diniyah Awaliyah sebagai awal tumbuhnya pondok pesantren dengan murid pertama yaitu 7 siswa putra putri dan 2/3 dari siswa tersebut adalah putra putranya sendiri. Tidak berhenti di situ saja beliau bertekad untuk menanam tunas-tunas muslim sebagai generasi penerus perjuangannya sehingga beberapa putra dan cucu-cucunya dimasukan ke beberapa pesantren yaitu Pondok Pesantren Babakan Tegal, Lirboyo Kediri dan Gontor Ponorogo dan Lainnya (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Pada tahun 1965 beberapa anaknya telah lulus dari pondoknya, mereka di antaranya H. Fakhruri, Muid, H. Maksudin dan dibantu tokoh lainnya
akhirnya
mulai
dibentuklah
Yayasan
Pendidikan
Islam
MIFTAKHUL ULUM sebagai wadah untuk menjembatani proses dan citacita pendiri tokoh utama (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016).
Pada tahun 1988 Tokoh termasyhur Almarhum KH. Dimyati wafat sebelum cita-citanya membangun sebuah pondok pesantren terwujud. Namun lembaga pendidikan Miftahul Ulum terus maju menyiarkan Islam di desa walau di sana-sini kendala dan kesulitan selalu dihadapinya terutama modal yang sangat minim (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Pada tahun 1991 salah seorang cucu Abah KH. Dimyati, Drs. Ibnu Nashori juga telah menyelesaikan masa studinya di pondok Modern Gontor dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya serta kepatuhan terhadap wasiat Abah KH. Dimyati untuk merintis sebuah pondok, beliau pun sangat optimis untuk bergerak dan bercita-cita keras untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren sebagai wujud penerus perjuangan abah tercintanya, sehingga pada tahun 1993 berdirilah sebuah lembaga Qur‟an sebagai cikal bakal generasi muda yang qur‟ani dan berdirilah Taman Pendidikan AlQur‟an (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Pada tanggal 14 Maret 2002 terbentuklah sebuah Yayasan Balai Pendidikan Pondok Pesantren Darul Muttaqin, yang mana Darul Muttaqin itu sendiri memiliki arti yaitu “Tempat orang yang bertaqwa”. Darul Muttaqin itu merupakan ubahan nama Yayasan Pendidikan Miftahul Ulum, yang kemudian disahkan oleh badan hukum dengan akta Notaris No 24 tanggal 14 Maret 2002 (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016).
Pada tahun 2005 berdirilah sebuah lembaga KB (Kelompok Bermain) Darul Muttaqin yaitu sebuah lembaga pendidikan di bawah naungan Pondok Pesantren Darul Muttaqin sebagai tempat untuk mendidik anak usia dini. Lembaga ini didirikan sebagai sebuah solusi pengasuh dalam mengatasi era globalisasi. Lembaga tersebut dikelola langsung oleh Kyai Drs. Ibnu Nashori dengan jumlah guru 5 orang termasuk istri dari sang kyai. Pada tanggal 10 Maret 2007 / 20 Shafar 1428 H datang 9 orang wali murid menitipkan putra-putrinya di pondok pesantren. Tiga hari kemudian datanglah santri-santri baru dengan jumlah sangat meningkat mencapai 67 orang santri, namun karena minimnya fasilitas asrama maka satu per satu santri memilih untuk tetap tinggal di rumahnya masing-masing. Akan tetapi tiga di antara mereka tetap memilih untuk tinggal di pondok. Dengan menurunnya jumlah santri yang ada dan salah satu dewan asatidz pulang ke kampung halamannya, maka Kyai Drs. Ibnu Nashori turun tangan langsung membimbing, membina serta mengajari kepada 3 santri tersebut selama kurun waktu 5 tahun. Ketiga santri tersebut M. Fasikhudin, Kandri Diana, M. Ozan. Kyai Drs. Ibnu Nashori dengan uletnya dan semangat kepada tiga santri tersebut beliau mengajarkan ilmu-ilmu agama, sehingga kemudian berhasilah beliau menjadikan kedua santri dari ketiga santri tersebut menjadi salah satu dari dewan asatidz yang membimbing santri. Setelah kiyai Drs. Ibnu Nashori berhasil mengajari ketiga santrinya tersebut kemudian pada tahun 2016 jumlah santri khususnya bagi santri
yang mukim sedikit bertambah yaitu santri putra 8 orang dan santri putri 5 orang. Di tengah perjalanan tersebut munculah gagasan pemikiran guna mendirikan sebuah lembaga formal jenjang TK, maka pada tahun 2011 berdirilah sebuah lembaga TK Islam Terpadu Darul Muttaqin dan langsung dikelola langsung oleh kyai Drs. Ibnu Nashori sendiri. Beliaulah seorang sosok pejuang sekaligus seorang tokoh muda yang gigih dan ulet untuk mendirikan lembaga–lembaga yang ada di bawah naungan Yayasan Balai pendidikan Pondok Pesantren Darul Muttaqin (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2012 datanglah 42 santri putra/putri untuk ikut belajar di pesantren. Tidak lama kemudian santrisantri tersebut pun mulai keluar dari pesantren. Sehingga selama 3 tahun berturut-turut jumlah santri hanya mencapai 9 orang santri, dan setelah itu kyai Drs. Ibnu Nashori memutuskan untuk setiap santri yang belajar di pondok wajib mukim 24 jam. Akhirnya tinggalah santri yang mukim berjumlah 6 santri putri dan 11 santri putra (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Pada Tahun 2014 Kyai Drs. Ibnu Nashori setelah menyelesikan pengabdian di Yayasan Pendidikan Islam Al Muawanah ( YPIA ) selama 14 tahun. Pada malam tanggal 14 Mei 2014 beliau didampingi istrinya berkumpul bersama keluarga besar KH. Dimyati, (KH. A. Fakhruri, Hj. Ziarotin. Ust. M. Lutfil Hakim, S. Ag, Usth. Mulatsih Krisnawati, S. Pd.
Paud) untuk menggagas rintisan lembaga Formal setingkat SLTP. Beberapa bulan kemudian dikumpulkan lagi semua dewan asatidzah semua pengurus yayasan, badan wakaf, untuk membahas tindak lanjut proses rintisan lembaga formal tersebut, maka 4 bulan kemudian turunlah izin operasional pendirian Madrasah Tsanawiyah Terpadu (MTST) Darul Muttaqin Kabupaten Tegal (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, maka lembaga MTs Terpadu Darul Muttaqin Kab. Tegal ikut serta andil dalam menyetarakan kemajuan zaman dengan cara menyiapkan kepada santri untuk
aktif
dalam
berbagai
kegiatan
ekstrakurikuler
wajib
dan
ekstrakurikuler pilihan, di antaranya yaitu Pramuka, kegiatan ini sebagai jenis kegiatan wajib bagi santri yaitu guna menciptakan karakter yang disiplin yaitu “Siap di pimpin dan siap memimpin”, dalam sebuah mahfudzat dikatakan “Man Jadda Wajada” yang kemudian mahfudzat tersebut dijadikan sebuah motto para santri yang di terapkan dalam jiwa pramuka MTs Terpadu Darul Muttaqin (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Pada awal keikutsertaan Jambore Ranting Balapulang pada tahun 2015 berhasil meraih 2 buah piala. “ Tergiat 2 LKBB, Tergiat 3 Penjelajahan Putri” dengan semangat yang membara menjadikan semangat para santri dan pembina pramuka, sehingga pada tahun 2016 berhasil meraih 4 buah piala kejuaraan. “ Tergiat 1 Penjelajahan Putra, Tergiat 2
Penjelajahan Putri, Tergiat 1 Pionering Putri, Tergiat 2 Pionering Putra” itulah hasil dari moto kami, Man Jadda Wajada (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Ekstrakurikuler pilihan diantaranya “Paskibra, Marching Band, INKAI, PMR, Menjahit, Futsal, Voly Ball, Hadroh, Theater” dengan banyaknya kegiatan Intra dan Ekstra menjadikan santri semangat dalam belajar, terbukti dari beberapa kejuaraan yang diraih para santri. Paskibra berhasil menjadi juara Upacara HUT RI Ke 70 tahun 2015, INKAI berhasil menjadi juara 2 Gosuku tingkat kabupaten tahun 2015, Futsal berhasil menjadi juara harapan 1 tingkat kabupaten tahun 2015, Hadroh berhasil menjadi juara 3 tingkat Kecamatan tahun 2015 (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Muttaqin a. Visi Pondok Pesantren Berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berdaya saing dan unggul prestasi. b. Misi Pondok Pesantren 1) Melaksanakan proses pembelajaran secara berimbang terpadu dan berkualitas agar terwujud insan yang kamil. 2) Meningkatkan indeks prestasi peserta didik dalam bidang Akademis maupun non Akademis.
3) Menggali dan mengembangkan potensi peserta didik dalam bidang akademis dan Non Akademis untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 4) Menumbuh kembangkan jiwa kompetitif yang sehat (Ruhut tasabuq) pada peserta didik agar memiliki daya saing dalam kehidupan di masyarakat. 3. Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Pondok pesantren Darul Muttaqin termasuk pesantren yang baru berdiri sekitar dua tahun dan merupakan satu-satunya pondok pesantren yang berdiri di Desa Bukateja. Adapun lembaga pendidikan Islam yang bernaung dibawahnya yaitu PAUD, TKIT, TPQ , MDTA, MTS Terpadu, Majelis Ta‟lim, dan Tahfidzul Quran. Walaupun dilihat dari segi sarana dan prasarana masih sangat kurang, tetapi hal tersebut tidak membuat para santri dan ustadz atau kiyai berkecil hati. Dengan sarana prasarana yang seadanya tersebut, mereka tetap melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran sebagai suatu keharusan dan misi utama pesantren. Pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren Darul Muttaqin ini yaitu bagi santri mukim yang akan melanjutkan jenjang pendidikan di MTS, maka ia harus masuk ke dalam pendidikan MTS yang ada di pondok. Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang ada di pondok pesantren Darul Muttaqin yaitu (Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016):
Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Sarana dan Prasarana Jumlah Ruang TPQ 2 MDTA 3 MTS 3 Kantor guru 1 Ruang tata usaha 1 Tempat Ibadah 1 Kamar mandi 2 Asrama putra 1 Asrama putri 1 (Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
4. Program Pendidikan dan Pengajaran a. Metode Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran akan berhasil manakala metode yang diterapkan efektif dan terarah dengan baik. Untuk itu dalam hal ini pondok pesantren Darul Muttaqin lebih memilih menerapkan metode bandongan untuk menunjang keberhasilan para santrinya dalam menuntut ilmu (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016). Metode bandongan yaitu kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat yang diajarinya. Santri secara cermat mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh ustadz dan santri juga mencatat atau memberi makna pada masing-masing kitab yang mereka pegang. Metode pengajaran ini tidak bergantung pada lamanya tahun belajar tetapi berpatokan pada kapan murid tersebut
mengkhatamkan kitab yang telah ditetapkannya tersebut (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016). Dalam pendidikan tauhid ini metode bandongan yang sudah diterapkan belum sesuai, karena santri belum bisa menerapkan bagaimana cara membaca kitab dengan baik terutama dalam masalah ilmu alatnya (ilmu nahwu dan shorofnya). Akan tetapi tidak lantas menjadikan pendidik menyerah untuk mendidik para santrinya, beliau juga memberikan motivasi-motivasi kepada para santrinya agar mereka mau belajar lebih sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu tauhid, karena menurutnya tauhid itu adalah pondasi umat Islam dalam mengenal Allah dan sebagai pedoman bagi dirinya dalam bergaul di masyarakat (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016). b. Kurikulum Kurikulum pendidikan tauhid di pondok pesantren Darul Muttaqin yaitu dilakukan sekali dalam seminggu yang di ampu oleh Ustadz M. Sofwani yang mana pendidikan tauhid ini merupakan pendidikan yang fundamental bagi santri dan para asatidz serta di anggap sangat penting sebagai pondasi bagi para santrinya (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016). Kitab tauhid yang digunakan di pondok pesantren ini yaitu ada kitabus sa‟adah, kitab kifayatul awam, dan kitab tijanu daruri. Kitabkitab ini dikaji tidak mengenal lamanya santri dalam belajar di pondok,
akan tetapi menunggu kitab itu khatam dikaji. Setelah satu kitab khatam maka baru dilanjutkan kitab tauhid yang lain dan begitu seterusnya. Di samping para santri mengkaji kitab-kitab tauhid tersebut mereka juga dibekali oleh para asatidz yang lain untuk menunjang pendidikan tauhid tersebut yaitu diadakannya kegiatan sholat dhuha berjama‟ah dan juga selalu ada bimbingan dari pimpinan pondok yaitu dilakukan di tiap bulan yaitu di awal dan akhir bulan. Kegiatan bimbingan ini diikuti oleh semua santri dan dewan asatidz (Wawancara dengan Ust. IN pda tanggal 24 November 2016). c. Jadwal Kegiatan Santri Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Darul Muttaqin No
Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
03.30 - 03.45 03.45 - 04. 15 04.15 - 04.45 04.45 - 05.00 05.00 - 05.30 05.30 - 06.00 06.00 - 06.30 06.30 - 06.40 06.40 - 07.00 07.00 - 07.15 07.15 - 09.45 09.45 - 10.15 10.15 - 12.15 12.15 - 12.35 12.35 - 13.15 13.15 - 14.00
Jenis Gegiatan Bangun Pagi Sholat Taubat & Tahajud Sholat Shubuh Tadarus Al -Qur'an Al- Mufrodzat Mandi Pagi Persiapan Sekolah Berangkat Madrasah Tadribul Lughot Sholat Dhuha KBM Di Kelas Istirahat KBM Di Kelas Sholat Duhhur KBM Di Kelas Makan Siang
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
14.00 - 15.00 Istirahat 15.00 - 15.45 Sholat Asyar 15.45 - 16.45 Darsul Idhof 16.45 - 17.30 Mandi Sore 17.30 - 18.15 Sholat Maghrib 18.15 - 18.45 Tadarus Al -Qur'an 18.45 - 19.15 Makan Malam 19.15 - 19.40 Sholat Isya 19.40 - 20.10 Pengajian Kitab 20.10 - 21.30 Belajar Malam 21.30 - 22.00 Istirahat 22.00 - 03.30 Tidur Malam (Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Ba‟da „isya No
Waktu
1. 2. 3.
19.30-20.00 19.30-20.00 19.30-20.00
4.
19.30-20.00
5.
19.30-20.00
6.
17.00-17.30
Malam
Nama Tutor
Mata Pelajaran Senin KH. A. Fakhruri Fiqih Ibadah Selasa Ust. M .Sofwani Tauhid Rabu Ust. Alik hamdani Seni Baca Al-Quran Kamis Ust. M. Lutfil Ahlak Lil Hakim, S.Ag Banin Jum‟at Ust. Alik hamdani Seni Baca Al-Quran Rabu Sore Ust. Drs. Ibnu Ta‟limul Nashori Muta‟allim (Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Al-Mufrodat No
Hari
Putra
Putri
1. 2.
Senin Selasa
Ust. M Fasikhudin Ust. Kandri Diana
Nur Aena .I. Ati Muji .R.
Mata Pelajaran Al-Mufrodat Al-Mufrodat
3. 4.
Rabu Kamis
5. 6. 7.
Jum‟at Sabtu Ahad
Ust. M Fasikhudin Ust. M Fasikhudin
Nur Aena .I. Al-Mufrodat Ust. Kandri Muhadatsah Diana Ust. M Fasikhudin Nur Aena .I. Al-Mufrodat Ust. Kandri Diana Ati Muji .R. Al-Mufrodat Ust. Kandri Diana Ust. M Muhadatsah Fasikhudin (Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
d. Struktur Organisasi Santri SUSUNAN PENGURUS PONDOK PESANTREN“ DARUL MUTAQIN BUKATEJA-BALAPULANG -TEGAL PERIOE 2014-2019
I.
PENGASUH PONDOK
: 1. 2.
II.
KH. Akhmad Fahruri K. M. Shofwani
PIMPINAN PONDOK
: Drs. Ibnu Nashori
III.
WAKIL PIMPINAN
: M. Lutfil Hakim, S. Ag
IV.
BENDAHARA PONDOK
: Kandri Diana
V.
SEKRETARIS PONDOK
: Sokheh Al Varizzy, SH
PENGURUS PONDOK
: 1. Kandri Diana
VI.
2. M. Fasikhudin VII.
DEWAN ASATIDZ
: 1. Alik Hamdani 2. Khomisah
(Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016) e. Keadaan Santri dan Asatidz Pondok pesantren Darul Muttaqin mempunyai banyak santri yaitu ada yang bermukim di pondok pesantren dan ada juga yang hanya
sekolah saja. Adapun santri putra dan santri putri yang bermukim di pondok pesantren yaitu berjumlah 13 santri. Sedangkan santri yang hanya sekolah saja diantaranya untuk PAUD Darul Muttaqin berjumlah 29, TKIT Darul Muttaqin berjumlah 43, TPQ Darul Muttaqin berjumlah 214, MDTA Darul Muttaqin berjumlah 123, MTS Terpadu Darul Muttaqin berjumlah 93. f. Informan Penelitian Informan yang penulis dapatkan di antaranya pimpinan pondok dan asatidz. Dengan pengkodean sebagai berikut: Tabel 3.5 Nama-nama Informan No 1. 2. 3. 4.
Kode IN MS MF KD
Nama Informan Ibnu Nashari M. Sofwani M. Fasihudin Kandri Diana
Jabatan Pimpinan Pondok Ustadz Ustadz Ustadz
B. Hasil Temuan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal adalah seperti pendapat beberapa responden sebagai berikut: 1. Sistem Pendidikan Tauhid Suatu pendidikan akan berjalan dengan lancar apabila di dalamnya terdapat sebuah sistem pendidikan yang tersusun secara rapi. Ada beberapa
unsur-unsur dari sistem pendidikan yaitu di antaranya ada dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, pendidik, peserta didik, metode, media, dan evaluasi. Begitu pula dengan sistem pendidikan tauhid, di dalamnya juga harus terdapat unsusr-unsur tersebut. Berikut pemaparan hasil penelitian peneliti di Pondok Pesantren Darul Muttaqin tentang sistem pendidikan tauhid. “Sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin merupakan suatu strategi atau cara yang akan dicapai sebagai pedoman untuk melakukan proses belajar mengajar atau mendidik para santri melalui pendidikan tauhid sebagai tujuan agar para santri mengenal Allah sebagai sang pencipta dan sebagai pondasi keimanan para santri baik dalam hubungannya dengan Allah maupun hubungannya dengan tindakan sosial kepada masyarakat, sehingga keduanya seimbang (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).” Jadi sistem pendidikan tauhid di pondok pesantren Darul Muttaqin merupakan sebuah strategi atau cara pendidik dalam proses pembelajaran terutama dalam pendidikan tauhid agar para santri mengenal Allah dengan baik yaitu bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik dan juga hubungan dengan sesama manusia pun juga baik, sehingga baik tujuan akhirat maupun tujuan duniawi bisa dicapai dengan seimbang. “Kedudukan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini tentunya sebagai pilar-pilar dalam pesantren itu adalah pendidikan tauhid atau keyakinan tentunya keyakinan “ ”التوحدالصالحkarena saat ini banyak berkembang keyakinan-keyakinan yang melenceng dari pada keshalihannya, maka kita tetap dalam rangka mencetak kader-kader umat muslim yang baik maka mereka harus memiliki ketauhidan yang kuat yaitu yang shalih. Keyakinan yang benar sesuai dengan aqidah. Berkaitan dengan itu kami mendidik santri-santri kami dengan berpedoman kepada al-Quran dan al-Hadits serta dilengkapi dengan Ijma‟ dan Qiyas. Kami katakan kepada para santri bahwa jangan sampai memiliki keyakinan yang ganda (keyakinan yang selain kepada Allah) yang mana keyakinan tersebut sudah keluar dari al-Quran dan al-Hadits dan tauhidullah kami tanamkan kepada para santri semuanya. Kami ajarkan kepada para santri bahwa di dunia ini
tidak ada kekuatan apa-apa selain kekuatan Allah SWT (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016). Jadi kedudukan pendidikan tauhid di pondok pesantren Darul Muttaqin ini merupakan sebagai pilar-pilar dalam pesantren, yang mana para snatri harus memiliki sebuah keyakinan yang salih atau التوحدالصالح. Pada zaman sekarang banyak keyakinan yang melenceng dari aqidah yang salih, yang mana aqidah yang salih inilah sebagai pondasi ketauhidan umat Islam untuk mengenal Tuhannya dengan benar. Manusia dalam rangka mengenal Tuhannya haruslah dengan keyakinan yang kuat yaitu berdasarkan kepada al-Quran dan al-Hadits serta berdasarkan Ijma‟ dan Qiyas sehingga tidak keluar dengan aturan-aturan Allah SWT. Ke empat pedoman
tersebut
(al-Quran,
al-Hadits,
Ijma‟,dan
Qiyas)
akan
membentengi setiap individu agar tidak mempunyai keyakinan yang ganda (syirik), di mana keyakinan yang ganda itu ia tidak hanya yakin dengan adanya kekuatan Allah SWT akan tetapi ia juga mempercayai selain Allah SWT.
التوحدالصالح
yang telah diajarkan di Pondok Pesantren Darul
Muttaqin yaitu bahwa tidak ada daya dan kekuatan melainkan kekuatan Allah SWT. “Tujuan pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu untuk mencetak kader-kader umat yang memiliki kapasitas dan kompetensi dalam keyakinan terhadap Robbnya. Keyakinan yang kuat, keyakinan yang kokoh, sehingga dalam kondisi dan situasi apapun mereka tetap berpegang pada keyakinan ketauhidannya yang murni. Tauhidullah harga mati tidak bisa dirubah dengan faktor apapun. Tauhid itu nomer satu keyakinan yang kokoh yang kita bangun (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).”
Pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin ini mempunyai suatu tujuan yaitu untuk mencetak kader-kader umat Islam yang berpotensi baik terhadap Robbnya. Tauhidullah adalah harga mati keyakinan yang nomer satu, keyakinan yang kokoh. Dalam kondisi dan situasi apapun kita berpegang teguh kepada tauhidullah yang murni. “Tujuan umum pendidikan tauhid yaitu sudah barang tentu kami ingin membangun kader-kader umat yang memiliki kualitas keyakinan yang bagus. Kualitas iman yang bagus itu kualitas iman yang selalu konsisten dan tidak terpengaruh dengan kondisi dan situasi apapun. Di situlah santri-santri kami ketika nanti jadi alumni tidak akan melakukan upaya pindah agama, pindah keyakinan (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).” Pendidikan tauhid mempunyai tujuan umum yaitu untuk membangun kader-kader umat Islam yang memiliki kualitas keimanan yang bagus, sehingga dengan kualitas iman yang bagus tersebut maka umat Islam tidak akan mudah tergoyahkan dengan situasi dan kondisi apapun. Ia akan tetap berpegang teguh terhadap tauhidullohnya tersebut. “Tujuan khusus pendidikan tauhid yaitu biar santri tatkala mereka melakukan ritualitas di setiap harinya penuh dengan keyakinan yang kuat, kualitas ibadah yang bagus, sehingga dengan demikian akan menumbuhkan ibadah sosial yang bagus pula (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).” Adapun tujuan khusus pendidikan tauhid yaitu agar para santri dalam melakukan ritualitas kesehariannya penuh dengan kualitas keyakinan yang mantap dan kualitas ibadah yang juga bagus baik ibadah kepada Allah SWT maupun ibadah sosial kepada sesama. “Tujuan jangka panjang pendidikan tauhid yaitu secara general kami ingin perkembangan agama di Indonesia lebih maju dan penerapan syari‟ah di negra ini juga berjalan dengan baik sesuai dengan garis-
garis yang telah ditentukan didalam ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).” Di samping memiliki tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan tauhid juga mempunyai tujuan jangka panjang yaitu agar perkembangan agama Islam di Indonesia berkembang maju serta penerapan syari‟ah di Indonesia juga berjalan berdasarkan garis-garis yang telah ditentukan di dalam ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah. “Sedangkan tujuan jangka pendek pendidikan tauhid yaitu aplikatif untuk ibadah yaitu untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT dan juga untuk meningkatkan ibadah sosial (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).” Ada juga tujuan jangka pendek pendidikan tauhid yaitu agar dalam pengaplikasian ibadah kepada Allah SWT dan ibadah sosial kepada sesama lebih meningkat. “Struktur kurikulum pendidikan tauhid yaitu untuk pendidikan tauhid di pondok ini mempunyai alokasi waktu yaitu seminggu sekali pembelajaran. Dalam rangka menunjang pendidikan tauhid di pondok pesantren kami juga mengadakan sebuah kegiatan yaitu sholat duha berjama‟ah, bimbingan santri setiap bulan dua kali yaitu waktunya di awal bulan dan di akhir bulan. Bimbingan dilaksanakan pada hari senin jam 06.30-07.30 di ikuti oleh semua santri dan semua dewan asatidz (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).” Pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin mempunyai kurikulumnya yaitu bahwasannya dalam pelaksanaan pendidikan tauhid di pondok pesantren beralokasi waktu sekali dalam seminggu yaitu pada malam selasa dan diampu oleh Ustadz M. Sofwani. Dalam rangka untuk menunjang pendidikan tauhid di pondok ini juga membuat sebuah kegiatan yaitu shalat duha berjama‟ah dan adanya bimbingan ketauhidan yang
dilakukan dua kali yaitu di awal dan akhir bulan, yang dilaksanakan setiap hari senin pukul 06.30-07.30. kegiatan tersebut diikuti oleh semua santri dan dewan asatidz. Kurikulum ini dibuat agar kegiatan pembelajaran pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin bisa berjalan terarah dan sesuai dengan harapan. “Kedudukan pendidikan tauhid dalam kurikulum adalah pendidikan tauhid itu sendiri adalah pendidikan yang fundamental sehingga pada sistem kurikulum, pendidikan tauhid menjadi sangat penting sekali setelah itu baru tentang pendidikan ubudiyahnya (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).” Jadi dalam kurikulum, pendidikan tauhid mempunyai kedudukan yang sangat fundamental dan sangat penting, karena tanpa ada dasar ketauhidan dalam diri manusia maka tidak akan pernah tumbuh tauhid yang bagus di dalam diri manusia tersebut. Pada intinya pendidikan tauhid adalah pendidikan yang utama diajrakan di Pondok Pesantren Darul Muttaqin ini baru kemudian setelah itu para santri diajarkan tentang pendidikan ubudiyahnya atau keilmuan agama Islam yang lain. “Kitab tauhid yang digunakan di Pondok pesantren Darul Muttaqijn yaitu ada kitabus sa‟adah, kifayatul awam, dan kitab tijanu durori (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).” Sedangkan buku atau kitab yang digunakan untuk pengajaran pendidikan tauhid di Pondok Pesantren ini yaitu menggunakan kitab-kitab klasik atau yang biasa disebut dengan kitab kuning atau kitab gundul yaitu ada kitabus sa‟adah, kitab kifayatul awam, dan ada juga kitab tijanu daruri. Kitab-kitab ini digunakan agar para santri dalam pemahaman terhadap ajaran tauhid lebih matang lagi dan agar tidak ada keraguan pada dirinya.
Pendidikan tauhid juga mempunyai pengertian tersendiri diantaranya yaitu: “Pendidikan tauhid yang saya pahami yaitu untuk mengenal Allah, mengenal para malaikat, mengenal para Rasul, dan mengenal Qada dan Qadar yang ditetapkan oleh Allah SWT. Dan itu semua merupakan sebuah pondasi hidup umat Islam (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Jadi pendidikan tauhid dapat dipahami yaitu suatu pendidikan yang mengajarkan tentang mengenal keesaan Allah, mengenal para malaikat, mengenal para rasul dan mengenal Qada dan Qadar Allah. Pendidikan ini diajarkan di pondok ini yaitu agar para santri mempunyai pondasi keimanan yang kuat dalam hidup. “Pendidikan tauhid yang saya pahami yaitu untuk mngenal Allah SWT, mengenal para Rasul, mengenal para Malaikat, mengenal ketetapan Allah SWT atau mengenai rukun iman sebagai pondasi hidup para santri (Wawancara dengan Ust. KD pada tanggal 29 Novemeber 2016).” Tak jauh beda dengan pemaparan dari Ust. MS bahwa pendidikan tauhid yang diajarkan di Pondok Pesantren Darul Muttaqin adalah mengenalkan para santri kepada Robbnya untuk dijadikan sebagai pedoman hidup para santri sehingga santri mempunyai keyakinan yang salih, keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT. Keimanan yang baik akan menjadikan perilaku para santri dalam kehidupan di masyarakat akan baik pula. “Pendidikan tauhid itu memberikan pemahaman tentang ke-Esaan Allah SWT bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah SWT dan tidak ada daya dan kekuatan di dunia ini melainkan kekuatan Allah SWT dan mengenai tentang rukun iman (Wawancara dengan Ust. MF pada tanggal 24 November 2016).”
Dikuatkan juga dalam pemaparannya Ust. MF bahwa pendidikan tauhid itu selain pengenalan terhadap Allah SWT, kitab-kitab-Nya, para malaikat-malaikat-Nya, para Rasul-Nya, Qada dan Qadar Allah juga memberi penjelasan bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah SWT yang wajib disembah dan manusia di dunia ini juga tidak mempunyai kekuatan apa-apa melainkan kekuatan dari Allah SWT. Pemahaman yang dijelaskan oleh beberapa asatidz tersebut memberikan pengertian tersendiri bahwa tidak lain untuk mengajarkan para santrinya tentang rukun iman dan kesaksian kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad SAW adalah utusanNya. Tentunya dalam menunjang berjalannya pendidikan tauhid di Pondok Pesantren ini seorang pimpinan pondok menentukan kriteria dalam memilih asatidz umumnya dan khususnya untuk pemilihan asatidz dalam pendidikan tauhid. Berikut pemaparan para asatidz tersebut: “Kriteria yang ditentukan oleh pimpinan pondok dalam mengangkat asatidz khususnya di bidang pendidikan tauhid yaitu lulusan pondok pesantren, menguasai dibidang ilmu nahwu dan sorof, dan menguasai bahasa arab dengan baik (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Seorang pimpinan pondok dalam memilih atau mengangkat asatidz khususnya dalam pendidikan tauhid yaitu seseorang yang lulusan pesantren yang mumpuni dalam bidang ilmu alat (nahwu dan sharaf) sebagai ilmu dalam membaca kitab kuning, penguasaan terhadap bahasa arab dengan
baik
dan
mampu
menjelaskan
isi
kitab
serta
mampu
untuk
mengkolaborasikan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. “Secara umum tidak ada akan tetapi secara khusus kriteria dalam pengangkatan asatidz di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yang pastinya ia yang lulusan pesantren dan mempunyai kelebihan di bidang masing-masing seperti dalam bidang umum seperti komputer, penguasaan kitab kuning untuk asatidz yang akan mengampu (Wawancara dengan Ust. KD pada tanggal 29 Novemeber 2016).” Sudah jelas bahwa pimpinan pondok tidak memberikan kriteria pada asatidz yang akan mengajar di Pondok Pesantren akan tetapi hanya melihat kepada apakah seseorang itu mempunyai kelebihan atau tidak di dalam hal mengajar atau dalam hal agama, penguasaan pembacaan kitab kuning karena di pondok para santri didominasi mempelajari kitab kuning, membuat surat menyurat. Dari situlah seorang pimpinan pondok menetapkan diterima atau tidak astidz tersebut. Pada intinya pimpinan pondok memilih seorang asatidz di pondok Pesantren Darul Muttaqin ini dilihat dari masing-masing kelebihan mereka di bidang ilmu keagamaan khusunya dan umumnya di bidang teknologi seperti komputer dalam urusan pembuatan surat-menyurat ataupun yang lainnya dalam hal komputeran. “Sedangkan respon pendidik terhadap pendidikan tauhid di Pondok Pesantren yaitu fa insya Alloh responnya baik, bisa dipahami oleh para santri (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Respon atau tanggapan pengampu pendidikan tauhid yang sudah berlangsung di Pondok ini baik mereka bisa memahami apa yang telah disampaikan oleh ustadz.
“Para santri dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini sangat berpartisipasi sekali, mereka selalu mengikuti kajian pendidikan tauhid yang dilaksanakan setiap malam selasa dengan tertib (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Sistem pendidikan tauhid tidak akan berjalan manakala salah satu unsur tidak berjalan ataupun tidak berjalan sama sekali, akan tetapi dengan adanya santri pendidikan tauhid pun bisa berjalan. Santri selalu mengikuti kajian kitab tauhid setiap malam selasa. “Para santri sangat berpartisipasi dalam mengikuti kajian tauhid yang dilaksakan setiap malam selasa (Wawancara dengan Ust. MF pada tanggal 29 November 2016). Ditegaskan bahwa partisipasi para santri sangat tinggi dalam mengikuti kajian tauhid yang dilaksanakan pada setiap malam selasa. Para santri mengikuti kajian dengan seksama memperhatikan setiap penyampaian ustadznya. “pada dasarnya para santri selalu berpartisipasi dalam kegiatan pondok apa lagi dalam mengikuti kajian kitab baik kitab tauhid ataupun kajian kitab lainnya mereka sangat antusias (Wawancara dengan Ust. KD pada tanggal 29 November 2016).” Dalam kegiatan pondok apapun santri sangat berpartisipasi baik dalam mengikuti kajian kitab tauhid ataupun kajian kitab-kitab lainnya. Santri memang harus mendukung setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pondok karena kegiatan-kegiatan itu bisa memajukan pondok pesantren sehingga partsipasi santri pun diutamakan. “Harapan saya yaitu agar para santri sedikit demi sedikit kenal dengan Tuhannya. Sebab apabila santri sudah mengenal Tuhannya maka hubungan mereka juga baik kepada Tuhannya maupun terhadapa hubungan sosialnya akan baik juga (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Dapat diketahui bahwasannya seorang ustadz mendidik santrisantrinya dengan pendidikan tauhid yaitu supaya mereka dapat mengenal akan Allah SWT. Tauhid itu merupakan landasan bagaimana santri itu harus beriman dengan baik kepada ke-Esaan Allah SWT. Pupuk ketauhidan inilah sebagai pondasi hidup mereka sekarang dan untuk yang akan datang. “Harapannya yaitu agar para santri mempunyai benteng keimanan yang kuat, tauhid yang murni dan agar mereka tidak melenceng dari tauhid yang sebenarnya yang sesuai dengan ahlu sunnah wal jama‟ah, karena sekarang banyak aqidah-aqidah yang baru bermunculan yang mana bertentangan dengan al-Quran dan alHadits dan yang tidak sesuai dengan ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah (Wawancara dengan Ust. KD pada tanggal 29 November 2016).” Tidak jauh beda dengan apa yang telah dipaparkan oleh Ust. MS tadi bahwasannya ada harapan untuk para santri dalam mempelajari tauhid yaitu untuk membentengi mereka dari keyakinan yang melenceng dari ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah. Di mana tauhid yang melenceng dari ahlu sunnah wal jama‟ah adalah tauhid yang keluar dari ajaran al-Quran, hadits, ijma‟ dan qiyash. Tauhidullah yang diajarkan di Pondok Pesantren Darul Muttaqin adalah agar santri mempunyai ketauhidan yang murni. Apabila santri memiliki ketauhidan yang baik maka dengan Allah SWT pun ibadahnya akan baik dan hubungan kemasyarakatan para santri pun juga akan terjalin dengan baik. “Saya membaca kitab kosong dan memberi makna kemudian santri mencatat atau memberi afsahan pada kitab yang dimilki oleh masing-masing santri,dan kemudian saya menjelaskan (bandongan) (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Sudah menjadi tradisi pesantren metode sorogan dan bandongan adalah merupakan cara mereka menyampaikan pelajaran. Di Pondok
Pesantren Darul Muttaqin ini metode yang digunakan ustadz itu sendiri adalah metode bandongan dimana ustadz membaca kitab dan memberikan makna kemduian santri mencatat makna tersebut dengan tulisan miring di dalam kitabnya baru setelah itu ustadz menjelaskan isi dari kitab tersebut. “Belum sesuai dan belum memuaskan, karena para santri belum menguasai ilmu alat untuk membaca kitab yaitu ilmu nahwu dan sharaf, mereka dalam mengkaji kitab masih butuh tuntunan dari saya (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Metode ini ternyata belum sesuai dengan harapan ustadz dan belum memuaskan hasilnya, karena menjadikan santri itu skillnya tidak berkembang terutama dalam penguasaan ilmu alat dan bahasa arabnya. Ketika santri disuruh untuk membaca kitab kosongan mereka belum bisa, masih harus dituntun ustadz pengampunya. “Upaya saya dalam memotivasi santri dalam pendidikan tauhid yaitu agar lebih sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu tentang ketauhidan, karena pendidikan tauhid itu merupakan sebagai pondasi keimanan para santri itu sendiri (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Jadi bahwasannya santri itu harus tetap semangat dalam menuntut ilmu, dalam mengkaji ilmu tauhid terutama dan umumnya di bidang ilmuilmu keagamaan yang lainnya. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa tauhid adalah pondasi keimanan para santri kepada Allah SWT. “Motivasi saya untuk para santri dalam pendidikan tauhid yaitu untuk selalu mengajak mereka kedalam kebaikan karena di dunia ini tidak ada kekuatan yang hebat kekcuali kekuatan yang diberikan Allah SWT baik hablum minalloh maupun hablum minannas dan beriman terhadap rukun iman (Wawancara dengan Ust. Mf pada tanggal 29 November 2016). ”
Selalu mengajak santri dalam kebaikan yaitu hablum minalloh dan hablum minannas dengan baik. Di dunia ini tidak ada yang kuat kecuali Allah SWT. Mereka harus mempercayai adanya rukun iman dan harus selalu taat kepada Allah SWT. 2. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid Faktor pendukung pendidikan tauhid adalah faktor yang dapat mendorong pendidikan tauhid di pondok pesantren agar dapat berjalan dengan lancar. Adapun faktor pendukung pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin dapat dilihat dari evaluasi-evaluasi yang telah dilakukan oleh asatidz. Dalam sebuah proses pendidikan pengukuran kemampuan siswa sangat dibutuhkan atau biasa disebut dengan evaluasi. Evaluasi merupakan pemberian nialai terhadap suatu kegiatan belajar. Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh santri. “Yang dievaluasi adalah materi yang sudah disampaikan biasanya evaluasi dilakukan dalam satu tahun sekali yaitu di akhir tahun (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Jadi dari pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa materi yang perlu dievaluasi oleh asatidz yaitu materi-materi yang telah disampaikan oleh ustadz. Pondok Pesantren Darul Muttaqin mengadakan evaluasi dalam satu tahun sekali yaitu di akhir tahun. “Antara lain yaitu ujian lisan dimana santri disuruh untuk membaca kitab gundul, setelah itu santri disuruh untuk menjelaskan isi dari kitab yang dibaca dihadapan penguji. selain ujian lisan ada juga ujian
tulis yaitu beberapa materi yang telah disampaikan (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Jadi ustadz dalam melakukan evaluasi kepada santrinya yaitu santri disuruh utuk membaca kitab gundul, memberi makna, kemudian menjelaskan isi kitab yang telah dibaca. Dalam hal ini yang dinilai adalah kelancaran dalam membaca dan terutama dalam penerapan ilmu nahwu dan sharafnya serta kesesuaian penjelasan terhadap isi kitab yang dibaca. Selain evaluasi lisan ustadz juga mengadakan ujian tulis. Yang mana materi yang diujikan adalah materi yang telah disampaikan oleh ustadz kepada santri. Evaluasi ini dilakukan agar bisa mengukur pengetahuan santri dalam memahami materi-materi tersebut. “Tujuan asatidz melakukan evaluasi terhadap pendidikan tauhid ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan santri dalam memahami kitab tauhid yang diajarkan di pondok pesantren (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Evaluasi terhadap pendidikan tauhid ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana santri dapat memahami pendidikan tauhid yang diajarkan oleh ustadz kepada santrinya. “Hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh asatidz yaitu ada santri yang memang benar-benar memperhatikan sehingga hasil tesnya baik, berbeda dengan santri yang kurang memperhatikan hasil tesnya pun tidak begitu memuaskan (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Dari evaluasi-evaluasi yang telah dilakukan asatidz tersebut ada yang mendapatkan nilai baik yaitu dia yang benar-benar memperhatikan sehingga hasil tesnya baik. Akan tetapi santri yang kurang memperhatikan mendapatkan hasil tes yang kurang baik.
3. Permasalahan/Faktor Penghambat Yang Muncul Dalam Sistem Pendidikan Tauhid “Ada kendalanya, yaitu santri itu sendiri, padahal mereka ada program pondok, ada jadwal kegiatan pondok, tapi tidak antusias dalam masalah itu, ada yang pas waktu kajian tidur dikamar dengan alasan capek, ada yang mengikuti kegiatan ekstra (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Jadi faktor penghambat pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu dari santri itu sendiri, mereka sering melalaikan jadwal kegiatan pondok yang sudah tertera. Ketika pas jadwalnya mengaji mereka tidak lantas bergegas untuk langsung siap-siap berangkat tetapi mereka malah tidur-tiduran di asrama, kadang ada juga yang tidak mengaji dengan alasan capek dan ketiduran di kamar. Mereka menunggu pengurus berkeliling. “Adanya kegiatan ekstrakurikuler, mereka lebih memilih kegiatan ekstrakurikuler disekolahnya dari pada mengikuti kajian, tidurtiduran di kamar pas jam kegiatan dimulai (Wawancara dengan Ust. KD pada tanggal 29 November 2016).” Ekstrakurikuler menjadi penghambat para santri malas untuk mengaji, mereka memilih mengikuti kegiatan ekstranya dibanding dengan ngajinya. Mereka juga terkadang juga tidur-tiduran pas jam kegiatan pondok berlangsung. “Solusinya menurut saya, yaitu apabila ada santri yang tidak ikut ngaji, saya datangi dan saya tanyai kenapa tidak mengaji?, dan apabila tiga kali berturut-turut santri tidak hadir saya beri sanksi yaitu saya suruh baca kitab gundul (Wawancara dengan Ust.MS pada tanggal 24 November 2016).” Jadi solusi untuk mengatasi hambtan-hambtan tersebut yaitu dengan cara ustadz mendatangi santrinya dan menanyakan kepada santri langsung
kenapa tidak mengikuti kajian. Apabila tiga kali santri tidak mengikuti kajian kitab, maka ustadz memberikan sanksi kepada santri itu yaitu untuk membaca kitab gundul dan menjelaskannya. “Adanya sekolah formal yang berdiri di bawah naungan Pondok Pesantren Darul Muttaqin seperti berdirinya MTS Terpadu Darul Muttaqin Kabupaten Tegal. Sebelum adanya sekolah formal berdiri, kegiatan pondok tertata rapi. Para santri mengikuti kajian kitab juga sangat antusias sekali. Jarang santri yang beralasan capek mengaji, dengan alasan ada ekstrakurikuler di MTS. Akan tetapi saat ini kegiatan kajian kitab menjadi terhambat karena adanya MTS (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).” Dapat dilihat bahwasannya ada permasalahan yang muncul di pondok ini yaitu berdirinya sekolah formal MTS Terpadu di pondok menjadikan kegiatan kajian kitab tidak berjalan semestinya. Prestasi santri menurun, lebih mementingkan kegiatan ekstranya dari pada kegiatan pondoknya. “Permasalahn yang muncul tadi bahwa dari santri itu sendiri dengan alasan capek karena ekskul di MTS, dan ada yang tidur pas kajian di kamar pas keajian berlangsung (Wawancara dengan Ust. MF pada tanggal 29 November 2016).” Permasalahan yang dirasakan asatidz yaitu tadi bahwa kecapean karena habis mengikuti kegiatan formal dan ada santri yang tidur di kamar.
BAB IV PEMBAHASAN 1. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Pendidikan tanpa adanya sebuah sistem yang mengatur di dalamnya maka pendidikan tersebut tidak akan berjalan dengan baik dan tidak tertata serta tidak akan memunculkan generasi-generasi Islam yang unggul. Seperti halnya dengan Pondok Pesantren Darul Muttaqin dapat dilihat bahwa sistem pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren ini sudah tertata rapi. Dimulai dari unsur-unsur pendidikan tauhid sudah dapat dilaksanakan dengan baik yaitu adanya dasar pendidikan tauhid (al-Quran, hadits, Ijma‟, dan Qiyas) yang dijadikan sebagai pedoman utama, tujuan pendidikan tauhid, masjid, kurikulum, kyai/ustadz, santri, metode dan evaluasi. Adanya dua model sistem yang diterapkan di pondok pesantren ini menggambarkan bahwa pondok pesantren juga dapat menciptakan santri-santri yang lebih unggul dalam ilmu agama khsusnya dalam pendidikan tauhid mereka dan akan menciptakan lulusan-lulusan santri yang pandai dalam skil bahasa asing (bahasa Arab dan bahasa Inggris). Kedua skil tersebut kelak di kemduian hari akan menjadi bekal mereka baik untuk menghadapi era globalisasi yang akan datang maupun untuk bekal mereka di akhirat kelak. Skil ilmu agama khususnya dalam pendidikan tauhid tidak terlepas dari mempelajari materi-materi tentang ketauhidan yang mendukung dan seberapa penting kedudukan pendidikan tauhid tersebut di pesantrennya. Tauhid memang menjadi suatu pedoman bagi umat Islam dalam kehidupannya
sehingga kedudukannya dinilai sangat penting dan harus dipelajari. Ketauhidan yang matang dalam diri umat Islam akan membuahkan keimanan yang matang pula dalam dirinya sehingga keimanannya tersebut menjadi kuat, benar dan murni tidak melenceng dari sayri‟atNya. Dapat dipahami bahwa tauhid merupakan bentuk seorang hamba memurnikan Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan tidak ada tuhan selain Dia. Allah SWT adalah Tuhan seluruh alam yang harus dipercaya dan diyakini adanya. Rukun iman menjadi wajib diyakini setiap umat Islam, karena inti dari ajaran tauhid adalah mengenal adanya Rukun Iman. Penjelsan-penjelasan di atas dapat ditarik pengertian bahwa, sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin adalah seperangkat unsur yang secara teratur membentuk suatu totalitas dalam membentuk jiwa ketauhidan sebagai pondasi keimanan bagi setiap individu muslim untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu insan kamil. Adapun sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin mempunyai unsur-unsur yaitu sebagai berikut a. Dasar Pendidikan tauhid Pendidikan tauhid merupakan pendidikan yang mengenalkan individu kepada ke-Esaan Allah SWT. Dalam hal ini Pondok Pesantren Darul Muttaqin dalam pendidikan tauhid mempunyai dasar pendidikan yaitu untuk dijadikan sebagai suatu patokan dalam kegiatan belajar mengajar di pesantren. Dasar pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu al-Quran, al-Hadits, Ijma‟, dan Qiyas. Keempat sumber
tersebut merupakan sumber pedoman bagi umat Islam sehingga pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin ini tidak lepas dari ke empat sumber tersebut. Dapat dilihat bahwa setiap dunia pendidikan Islam khususnya Pesantren Darul Muttaqin mempunyai dasar pendidikan yang dijadikan sebagai patokan dalam mengajar. Dasar pendidikan yang ditanamkan di pondok ini mengambil dari setiap nilai-nilai pendidikan yang ada pada ke empat sumber tersebut. Hal ini dikarenakan untuk memperkuat pengajaran tauhid kepada santri. b. Tujuan Pendidikan tauhid Tujuan pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin berdasarkan wawancara dengan pimpinan pondok mengatakan bahwa tujuan pendidikan tauhid yang ada di pondok pesantren ini yaitu untuk mencetak kader-kader umat yang berkompetensi baik untuk meyakini Robbnya. Keyakinan yang kokoh, keyakinan yang kuat, keyakinan yang shalih sehingga dapat membentengi dirinya dari kondisi dan situasi apapun. Tujuan pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren tersebut di antaranya: 1) Tujuan Umum Pendidikan tauhid Tujuan umum pendidikan tauhid yaitu harapan yang akan dicapai secara umum yaitu baik untuk para asatidz, santri, maupun kalangan masyarakat luas dalam mengenal Allah SWT. Tujuan umum pendidikan tauhid di pondok ini yaitu untuk mencetak kader-kader umat yang
mempunyai keyakinan yang baik terhadap Rabbnya. Dalam hal ini supaya para santri, asatidz dan masyarakat tidak tergoyahkan imannya oleh suatu keadaan yang ada pada zaman sekarang. Dapat dikatakan bahwa tujuan umum ini untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat luas. Di mana masyarakat yang siap menjadi kader-kader umat Islam dan dapat menjadi contoh bagi diri sendiri maupun orang lain dalam meyakini Rabbnya dengan baik. 2) Tujuan Khusus Pendidikan Tauhid Tujuan khusus ini hanya ditujukan untuk para santri yang ada di Pondok Pesantren Darul muttaqin baik yang mukim maupun yang tidak mukim. Tujuan khusus tersebut yaitu agar para santri dalam melakukan ritualitas baik ibadah kepada Allah SWT maupun ibadah muamalah di setiap harinya mempunyai keyakinan yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan khusus pendidikan tauhid di pondok peantren ini yaitu untuk menuntun para santri dalam kehidupan sehari-harinnya dengan pedoman ajaran tauhid yang diberikan kepada mereka. Pendidikan tauhid ini tidak hanya untuk beribadah kepada Allah SWT saja akan tetapi bekal mereka beribadah kepada sesama di masyarakat. 3) Tujuan Jangka Panjang Pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin mempunyai tujuan jangka panjang yaitu agar perkembangan agama Islam di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai ketauhidan yang sesungguhnya
yaitu sesuai dengan syariat Allah. Pendidikan tauid dapat berjalan baik sesuai dengan garis-garis syariat Islam. Dapat dikatakan bahwa tujuan jangka panjang ini berguna untuk umat Islam umumnya dan khususnya untuk umat Islam bangsa Indonesia. Tujuan ini sebagai cikal bakal berkembangnya Islam di setiap negara umumnya dan Indonesia khususnya sesuai dengan syariat dan garis-garis ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. 4) Tujuan Jangka Pendek Selain tujuan jangka panjang Pondok Pesantren Darul Muttaqin juga mempunyai tujuan jangka pendek yaitu agar dapat diaplikasikan secara langsung dalam meningkatkan ibadah kepada Allah dan untuk meningkatkan ibadah muamalah sesama manusia. Tujuan jangka pendek ini intinya agar dapat diaplikasikan langsung oleh setiap individu muslim dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam hal ibadah kepada Allah maupun kepada sesamanya. c. Masjid Di Pondok Pesantren Darul Muttaqin, masjid merupakan tempat sentral santri dalam belajar dan tempat beribadah. Masjid menjadi sarana bagi santri dalam mendalami kajian-kajian kitab-kitab klasik. d. Pondok Pondok merupakan tempat tinggal bagi para santri yang mukim. Pondok ini dibuat sebagai bentuk perhatian sang kiai kepada santri-santrinya yang notabene tempat tinggalnya jauh dari lingkungan pondok. Selain dari
bentuk perhatian juga agar terjalin hubungan interaksi yang baik antar santri dan kiai serta kiai pun mudah untuk mengontrol belajar para santrinya. e. Kurikulum dan Mata Pelajaran Pendidikan Tauhid Kurikulum memang menjadi sebuah pedoman dalam pendidikan. tanpa adanya kurikulum pendidikan tidak akan terarahkan dengan baik. Kurikulum pendidikan tauhid berisi materi-materi ketauhidan. Materi ketauhidan yang diajarkan di pondok ini menggunakan kitab-kitab klasik atau sering disebut dengan kitab kuning. Kitab yang dikaji yaitu kitabus sa‟adah, kitab jawahirul kalamiyah, dan kitab tijanu daruri. Kitab-kitab ini diajarkan di pondok peantren ini, karena kitab-kitab tersebut mengajarkan tentang ajaran-ajaran tauhid secara rinci. Pendidikan tauhid mempunyai kedudukan sangat penting dalam kurikulum karena pendidikan tauhid ini adalah pendidikan yang dasar bagi umat Islam. Adanya alokasi waktu menjadi sebuah keefektifan dalam proses pembelajaran sehingga tidak akan terjadi pelaksanaan kegiatan belajar yang berlarut-larut. Kurikulum pendidikan tauhid di pondok ini menyajikan adanya kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang pendidikan tauhid yaitu melalui kegiatan solat duha berjama‟ah dan bimbingan dari pimpinan pondok. f. Kiyai/ustadz Kyai/ustadzlah merupakan guru yang ada di pesantren. Kyai sebagai figur utama bagi santri dan merupakan pemilik pondok pesantrennya. Sedangkan ustadz, beliau hanyalah tenaga pengajar yang ada di pesantren
dan bukan pemilik pondok pesantren. Keberadaan kyai/ustadz di pondok pesantren sangatlah penting, karena tanpa adanya mereka pendidikan tidak dapat diajarkan. Dalam hal ini Ustadz sofwani yang bertanggung jawab dalam mengampu pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin. Beliau merupakan salah satu alumni dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawatimur. Skil yang beliau miliki yaitu dalam penguasaan bahasa arab dan ilmu alat serta ilmu agama yang lain seperti fiqh dan tauhid. Pengangkatan ustadz khususnya pendidikan tauhid ini dipilih langsung oleh pimpinan pondok. Adanya skil yang beliau miliki itulah kemudian beliau dikatakan layak untuk mengajar pendidikan tauhid ini. Proses pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin mendapat respon baik dari ustadz, karena santri dapat memahami pendidikan tauhid yang telah diajarkannya. g. Santri Santri merupakan sasaran utama pekerjaaan mendidik. Ada dua tipe santri dalam pondok pesantren ini yaitu santri mukim (13 santri) dan santri kalong/santri tidak mukim (502 santri). santri mukim itu mereka yang tempat tinggalnya tidak berada di lingkungan pesantren dan kemudian menginap di pesantren. Sedangkan santri kalong (santri tidak mukim) mereka yang tempat tinggalnya berada di lingkungan pesantren sehingga mereka tidak tinggal di pondok.
Mereka yang memilih sebagai santri mukim dikarenakan mereka ingin mendalami ilmu agama dan juga karena tempat tinggal mereka jauh dari tempat mereka sekolah. Sedangkan mereka yang memilih untuk tidak mukim dikarenakan jarak antara rumah dan pondok yang sangat dekat dan untuk mendalami ilmu agamanya mereka memilih untuk masuk ke sekolah sorenya seperti TPQ dan MDA. h. Metode Pencapaian suatu pendidikan tidak terlepas dari penggunaan sebuah metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Metode pendidikan tauhid yang diterapkan oleh ustadz untuk mengkaji kitab tauhid di pondok ini yaitu menggunakan metode wetonan atau bandongan. Dalam hal ini santri dalam mengaji mengelilingi ustadz dan mendengarkan kalimatperkalimat yang dibacakan oleh ustadz kemudian santri mencatatnya. Ustadz memilih metode tersebut dikarenakan supaya antara ustadz dan santri terjalin suatu interaksi yang baik dimana ustadz secara langsung dapat mengenal para santri dan begitu pula sebaliknya. Akan tetapi metode ini belum dianggap metode yang tepat untuk mengajarkan pendidikan tauhid di pondok ini, karena dengan metode ini para santri susah untuk menguasai ilmu alat (nahwu dan sharaf) dan mereka tidak bisa mandiri untuk membaca kitab kosongan. i. Evaluasi Tugas seorang ustadz bukan hanya memiliki kemampuan dalam mengajar tetapi ia juga harus mampu dalam mengevaluasi apa yang telah
diajarkan kepada para santrinya. Pondok pesantren Darul Muttaqin melakukan evaluasi kepada para santrinya di setiap akhir tahun. Evaluasi ini dilakukan dalam waktu-waktu tertentu sekiranya materi yang diajarkan sudah selesai dipelajari. Bentuk evaluasi yang ada di pondok pesantren ini ada dua yaitu berbentuk ujian lisan dan ujian tulis. Ujian lisan ini untuk mengukur kemampuan santri dalam membaca kitab kuning dan ujian tulis ini untuk mengukur pemahaman siswa dalam pendidikan tauhid. Tujuan evaluasi yang seperti itu tidak lain yaitu untuk mengukur kemampuan para santri dalam pemahaman pendidikan tauhid yang telah diajarkan terebut. Evaluasi tentunya mempunyai hasil baik untuk ustadz sendiri maupun untuk santrinya. Hasil evaluasi ini juga menjadi tolok ukur ustadz dalam mengajar dan tentunya juga menjadi tolok ukur kemampuan para santri. Baik dan buruknya suatu hasil evaluasi tergantung pada keseriusan dan kesungguh-sungguhan santri dalam belajar. Evaluasi ini dilakukan sekali dalam satu tahun oleh ustadz, karena ustadz lebih memilih untuk mengkhatamkan kajian kitabnya terlebih dahulu. 2. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid Dalam proses belajar ada faktor yang bisa mempengaruhi hasil belajar mengajar yaitu faktor pendukung, di mana faktor ini sangat dibutuhkan sebagai penyemangat dalam belajar. Sesuai dengan teori yang telah diuraikan dikatakan bahwa ada dua faktor pendukung dalam belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar individu seorang santri dalam mendukung proses kegiatan belajar. Faktor eksternal ini terbagi menjadi dua yitu: 1) Faktor Nonsosial Di lihat dari faktor nonsosial untuk pendidikan tauhid, Pondok Pesantren Darul Muttaqin sudah mendukung yaitu adanya tempat untuk belajar yang menjadi sentral kegiatan yaitu masjid dan adanya dua asrama santri yang memadai untuk menampung santri mukim. 2) Faktor Sosial Lingkungan merupakan faktor sosial yang sangat mendukung berjalannya pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin, tidak hanya mendukung dalam pendidikan tauhid saja akan tetapi untuk pendidikan-pendidikan yang lainnya tentunya juga mendukung. Adanya orang tua yang mendukung putra-putrinya untuk menuntut ilmu di pesantren, respon baik dari masyarakat sehingga pendidikan yang ada di Pndok Pesantren Darul Muttaqin terutama pendidikan tauhid dapat berjalan dengan baik, serta faktor lingkungan sekolah yang juga mendukung yaitu adanya pengurus yang selalu mengajak para santri untuk sealu mengikuti setiap kegiatan yang ada di pondok pesantren ini. b. Faktor Internal Faktor Internal ini merupakan faktor yang ada dalam diri santri yang sedang belajar. Faktor internal terbagi menjadi dua yaitu:
1) Faktor Fisiologis Faktor ini bisa berupa kondisi kesehatan santri dan adanya panca indra yang berfungsi dengan baik. Kesehatan menjadi pendukung para santri dan ustadz dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Faktor Psikologis faktor psikis yang ada dalam diri individu tersebut dapat berupa kecerdasan, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya. Partisipasi ustadz dan santri dalam mengkaji pendidikan tauhid di pondok ini juga menjadi salah satu faktor psikolgis yang ada di pondok pesantren ini. 3. Permasalahan yang muncul/Faktor Penghambat Pendidikan Tauhid Proses belajar mengajar tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor pendukung saja, akan tetapi faktor penghambat juga sangat mempengaruhi santri dalam meraih prestasi. Fakto-faktor tersebut di antaranya: a. Faktor Eksternal Faktor ini muncul dari luar diri individu. Faktor ini juga terdiri dari: 1) Faktor Nonsosial Sekolah formal yang berdiri di bawah naungan pondok ini menjadi faktor penghambat pendidikan yang ada di pesantren. Kegiatan yang ada dalam sekolah formal dengan kegiatan yang ada di pondok tidak dilakukan secara seimbang. Santri belum bisa mengatur waktu dengan baik.
2) Faktor Sosial Kondisi masyarakat yang sangat beragam sifatnya sehingga tak bisa dipungkiri bahwa ada masyarakat yang mendukung dan ada masyarakat yang tidak mendukung. Dalam hal ini menjadi faktor penghambat kemajuan pendidikan yang ada di Pondok Pesanytren Darul Muttaqin. Sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh pimpinan pondok bahwa lika-liku yang di hadapi sangat banyak dan membutuhkan kesabaran yang ekstra b. Faktor Internal Faktor internal ini juga menjadi penghambat individu dalam kegiatan belajar, faktor internal ini juga dibagi menjadi dua yaitu: 1) Faktor Fisiologis Faktor fisiologis ini faktor yang berupa fisik kesehatan dan faktor panca indera. Kondisi fisik yang kelelahan akan memicu anggota tubuh tidak bekerja secara optimal. Anggota tubuh juga membutuhkan istirahat yang cukup sehingga semua kegiatan dapat dijalankan dengan baik. 2) Faktor Psikologis Hasil belajar menunjukan adanya keseriusan santri dalam belajar. Minat dan kecerdasan yang tinggi akan menjadikan prestasi meningkat pula. Akan tetapi jika minat dan kecerdasannya kurang menjadikan prestasi yang diperoleh pun tidak memuaskan. Minat dapat dilihat ketika santri semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar sedangkan
kecerdasan dapat dilihat ketika santri dapat menyerap isi materi dan penjelasan dari ustadz. Solusi yang diberikan ustadz dalam mengatasi permaslahan ini dengan melakukan pendekatan langsung kepada santrinya baik menanyakan alasan maupun membaca kitab kosongan dihadapan ustadz.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Sistem pendidikan tauhid yaitu seperangkat unsur yang secara teratur membentuk suatu totalitas dalam membentuk jiwa ketauhidan sebagai pondasi keimanan bagi setiap individu muslim untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu insan kamil. Unsur-unsur sistem pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu: a. Dasar pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu alQuran, Hadits, Ijma‟, dan Qiyas. b. Tujuan Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu 1) Tujuan umum, yaitu untuk mencetak kader-kader umat yang mempunyai keyakinan yang baik terhadap Rabbnya. 2) Tujuan Khusus, yaitu agar para santri dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam ibadah kepada Allah SWT maupun dalam ibadah muamalah di setiap harinya mempunyai keyakinan yang baik sesuai dengan ajaran Islam. 3) Tujuan Jangka Panjang, yaitu agar perkembangan agama Islam di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai ketauhidan yang sesungguhnya yaitu sesuai dengan syariat Allah.
4) Tujuan Jangaka Pendek, yaitu agar dapat diaplikasikan secara langsung dalam meningkatkan ibadah kepada Allah dan untuk meningkatkan ibadah muamalah. c. Masjid Darul Muttaqin yang menjadi tempat sentral kegiatan santri. d. Pondok, menjadi tempat mukim para santri baik putra maupun putri yang mukim selama kurang lebih tiga tahun. e. Kurikulum pendidikan tauhid Pondok Pesantren Darul Muttaqin, yaitu menggunakan kitabus sa‟adah, kitab jawahirul kalamiyah, dan kitab tijanu daruri. f. Kyai
Nasori dan Ustadz Sofwani, adalah ustadz yang mengajarkan
pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin. g. Santri, yaitu ada dua tipe santri di pondok ini di antaranya: santri mukim, adalah santri yang menetap di pondok pesantren dengan jumlah santri 13 orang serta dikenai syahriyah 125.000,- per bulan. Santri kalong adalah santri yang hanya menuntut ilmu di pondok pesantren dan tidak menetap di pondok dengan jumlah orang santri 502. h. Metode, yaitu cara guru untuk menyampaikan pelajaran. Metode yang digunakan dalam pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu metode wetonan/bandongan di mana para santri duduk mengelilingi kyai atau ustadz kemudian kiai atau ustadz membacakan kitab yang akan dipelajari saat itu, santri menyimak dan kemudian santri mencatat. Metode yang digunakan ini sama seperti dengan metode yang digunakan dengan pesantren lain, hanya saja di pesantren lain menambahkan satu
metode lagi yaitu metode sorogan di mana para santri membaca kitab langsung dihadapan ustadz pengampu satu per satu seusai kitab tersebut di kaji. i. Evaluasi, sistem evaluasi yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin ini adalah dilakukan sekali di akhir tahun. Hal-hal yang perlu di evaluasi yaitu setiap materi yang telah diajarkan. Evaluasi yang dilakukan ustadz dalam pendidikan tauhid di pesantren ini yaitu dengan tes tulis dan tes lisan. Tujuannya yaitu untuk mengetahui sejauh mana santri dapat memahami ajaran-ajaran tauhid yang telah disampaikan oleh ustadz. Evaluasi yang dilakukan di pesantren ini hanya sekali dalam satu tahun sedangkan di pesantren lain biasanya dilakukan dua kali evaluasi dalam satu tahun. 2. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid, yaitu ada dua faktor: a. Faktor Eksternal 1) Faktor nonsosial, adanya tempat untuk belajar yang menjadi sentral kegiatan yaitu masjid dan asrama santri yang memadai. Pondok Pesantren Darul Muttaqin mempunyai dua asrama santri yaitu satu untuk putra dan satu untuk putri. 2) Faktor sosial, keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang mendukung adanya kegiatan pondok pesantren. Dapat dilihat dimana orang tua yang mendorong anak-anaknya untuk menuntut ilmu di pondok tersebut dan adanya motivasi orang tua yang diberikan kepada anak-anaknya agar bisa mengaji dengan baik,
lingkungan sekolah yang nyaman dimana jauh dari keramaian masyarakat. b. Faktor Internal, 1) Faktor fisiologis, faktor internal yang berupa fisik. Faktor ini bisa berupa kondisi kesehatan santri dan adanya panca indra yang berfungsi dengan baik. 2) Faktor psikologis, yaitu tingkat kecerdasan dimana para santri dapat menyerap setiap ilmu yang disampaikan oleh ustadz, minat yaitu adanya semangat dan kesungguhan santri dalam menuntut ilmu, bakat yaitu adanya jiwa keagamaan yang tertanam dalam diiri santri, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya. 3. Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat Pendidikan Tauhid a. Faktor Eksternal, Faktor sosial, yaitu Kondisi masyarakat yang sangat beragam sifatnya sehingga tak bisa dipungkiri bahwa ada masyarakat yang mendukung dan ada masyarakat yang tidak mendukung. b. Faktor Internal, 1) Faktor fisiologis, yaitu faktor yang berupa fisik kesehatan santri terkadang ada yang sakit dan capek serta faktor panca indera. 2) Faktor psikologis, yaitu mereka kurang serius dalam belajar dan dari mereka juga tidur di kelas ketika kajian di mulai.
B. SARAN Berdasarkan hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian memberikan saran kepada kyai, pimpinan pondok, dan dewan asatidz, dan para santri yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin untuk mengatasi kendala yang di hadapi dalam sistem pendidikan tauhid di pesantren sebagai berikut: 1. Untuk lembaga pondok pesantren a. Kepada asatidz dan pengurus pondok khususnya lebih ditegaskan lagi peraturan yang ada di pondok pesantren agar memberikan pembinaan khusus untuk santri yang mukim agar bisa mengatur waktu lebih baik lagi dalam mengikuti kegiatan pondok dan kegiatan sekolah sehingga keduanya dapat berjalan dengan seimbang. Kegiatan pembinaan santri bisa dilakukan sekali dalam satu bulan. b. Kegiatan evaluasi agar bisa dilakukan tidak hanya satu kali dalam satu tahun, akan tetapi agar dilakukan dua kali dalam satu tahun. c. Menambahkan metode pengajaran yang lain yang tidak monoton, sehingga santri dalam belajar tidak mengantuk dan tidak beralasan capek. d. Untuk pimpinan pondok, agar bisa menyeimbangkan antara kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah formal dengan kegiatan pondok pesantren khususnya bagi santri mukim. e. Tetap memberikan motivasi-motivasi kepada para santri dalam belajar. 2. Untuk santri a. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di pondok pesantren.
b. Kegiatan ekstra yang ada di MTS jangan dijadikan sebagai alasan untuk tidak mengaji. c. Taat dan disiplin dalam mengikuti kegiatan pondok pesantren. d. Ikhlas dalam menerima sanksi apabila melanggar aturan pondok. e. Rajin belajar untuk menambah lmu pengetahuan f. Memperhatikan ustadz dalam kegiatan kajian kitab yang sedang berlangsung dan tidak mengantuk di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA Al-Abbad, Abdul Muhsin bin Abdurrozzaq, Asy-Syaikh. Tanpa tahun. Mengapa Tauhid Di Bagi Tiga?, terj. Abu Umar Urwah. Jogjakarta: Darul Ilmi. Al-Qaradhawi, Yusuf. 2006. Akidah Salaf dan Khalaf. Terj. Arif Munandar Riswanto. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. A‟la, Abd. 2006. Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Ash Shiddieqy, Hasbi. 1971. Al-Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamal, A. Noerhadi. 1985. Ilmu Jiwa Pendidikan. Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Semarang. El-Jazair, Abu Bakar Jabir. 1990. Pola Hidup Muslim Aqidah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Fahham, Achmad Muchaddam. 2015. Pendidikan Pesantren Pola Pengasuhan, Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak. Jakarta Pusat: P3DI Setjen DPR RI dan Azza Grafika. Faiqoh. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Ghazali, M.Bahri. 2003. Pesantren Berwawasapn Lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti. Haedari, Amin. 2010. Otoritas Pesantren dan perbahan Sosial. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. Haryanto, Sugeng. 2012. Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpina Kiai Di Pondok Pesantren. Pasuran: Kementrian Agama RI. Hasbullah. 2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta Timur: PT Rajagrafindo Persada. Ilyas, H. Yunahar. 1993. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
M. Fadillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potert Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Madjid, Nurcholis. 1993. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potert Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Maksum. 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Dipekapontren Ditjen Kelembagaan Agama IslamDepartemen Agama. Masyhud,
Sulthon dan Khusnurdhilo. Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.
2004.
Manajemen
Pondok
Misbah, Muhammad Taqi. 1996. Monoteisme Tauhid Sebagai Sistem Nilai dan Akidah islam. Jakarta: PT Lentera Basritama. Moleong, Lexy J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya:Al-Ikhlas. Razak, Nasruddin. 1993. Dienul Islam: Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan Way of Life. Bandung: Al Ma‟arif. Razak, Nasruddin. 1996. Dienul Islam: Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan Way of Life. Bandung: Al Ma‟arif. Sadali. 1987. Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bulan Bintang. Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Subhani, Syaikh Ja‟far. 1996. Tauhid dan Syirik. Bandung: Mizan. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Penddikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syaltout, Syaikh Mahmoud. 1975. Islam Sebagai Aqidah dan Syari‟ah. Jakarta: Bulan Bintang.
Syaltut, Mahmud. 1986. Islam Aqidah dan Syari‟ah. Jakarta: Pustaka Amani. Tafsir, Ahmad. 2008.. Ilmu Pendidkan Dalam Persepektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Thanthawi, Syaikh Ali. 2004. Aqidah Islam Doktrin dan Filosofis. Terj. Hawin Murtadha. Pajang: Era Intermedia. Tirtarahardja, Umar & Sulo, La. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wahhab, Muhammad Bin Abdul. 1984. Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Ya‟qub, Hamzah. 1978. Ilmu Ma‟rifah Sumber Kekuatan dan Ketentraman Bathin. Jakarta: PT. Bina Ilmu.
PEDOMAN WAWNCARA Untuk pimpinan pondok Pondok Pesantren Darul Muttaqin 1. Identitas Informan a. Nama
:
b. Jenis Kelamin
:
c. Jabatan
:
d. Waktu wawancara : 2. Sasaran Wawancara a. Sistem Pendidikan Tauhid yang diselenggarakan di Pondok Pesantreen darul Muttaqin. b. Faktor pendukung yang dirasakan asatidz dalam Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren darul Muttaqin. c. Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat yang dirasakan asatidz dalam Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin. 3. Butir-butir Pertanyaan a. Lembaga 1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Darul Muttaqin ini? 2) Apa visi dan misi pondok pesantren ini? 3) Menurut bapak bagaimana kedudukan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 4) Apa tujuan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? b. Tujuan Pengajaran Tauhid 1) Apa tujuan umum pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
2) Apa tujuan khusus pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 3) Bagaimana tujuan jangka panjang pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 4) Bagaimana tujuan jangka pendek pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? c. Kurikulum 1) Bagaimana struktur kurikulum di pondok pesantren ini? 2) Bagaimana kedudukan pendidikan tauhid dalam kurikulum yang ada di pondok pesantren ini? 3) Kitab apa saja yang digunakan untuk menunjang pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 4) Berapa kali dalam seminggu pendidikan tauhid diajarkan di pondok pesantren ini?
PEDOMAN WAWNCARA Untuk pimpinan pondok dan asatidz Pondok Pesantren Darul Muttaqin 1. Identitas Informan a. Nama
:
b. Jenis Kelamin
:
c. Jabatan
:
d. Waktu wawancara
:
2. Sasaran Wawancara a. Sistem Pendidikan Tauhid yang diselenggarakan di Pondok Pesantreen darul Muttaqin. b. Faktor pendukung yang dirasakan asatidz dalam Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren darul Muttaqin. c. Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat yang dirasakan asatidz dalam Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin. 3. Butir-butir Pertanyaan a. Pendidik 1. Siapa saja yang mengajar di pondok pesantren ini? Dan siapa yang mengajar pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 2. Bagaimana kriteria dan persyaratan yang ditetapkan pemimpin untuk mengangkat guru/usatadz yang akan mengajar di pesantren ini, khususnya guru dibidang pendidikan tauhid? 3. Apa yang bapak pahami tentang pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
4. Bagaimana respon pendidik terhadap pendidikan tauhid yang sudah berlangsung dipondok pesantren ini? e. Peserta Didik 1. Berapa jumlah santri di pondok pesantren ini? 2. Menurut bapak, sejauh mana santri dapat berpartisipasi dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 3. Apa harapan bapak setelah santri mempelajari pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? d. Metode Pendekatan Pendidikan Tauhid 1. Metode atau pendeketan apa yang digunakan dalam mengajarkan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 2. Menurut bapak apakah metode yang digunakan dalam mengajarkan pendidikan tauhid sudah sesuai dengan kaidah-kaidah pembelajaran di pondok pesantren ini? 3. Bagaimana upaya bapak dalam memotivasi pendidikan tauhid kepada santri? f. Evaluasi 1. Apa yang perlu dievaluasi oleh pendidik dalam pendidikan tauhid? 2. Kapan pendidik melakukan evaluasi pendidikan tauhid dipondok pesantren ini? 3. Bagaimana pendidik melakukan evaluasi pendidikan tauhid dipondok pesantren ini?
4. Apa tujuan pendidik melakukan evaluasi terhadap pendidikan tauhid dipondok pesantren ini? 5. Bagaimana hasil evaluasi yang telah bapak lakukan dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? g. Faktor pendukung dan penghambat 1. Adakah kendala yang dialami oleh pendidik dalam mengajarkan pendidikan tauhid di pesantren ini? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 3. Apakah ada permasalahan yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? 4. Apa
solusi
bapak
kendala/permasalahan/penghambat pondok pesantren ini?
dalam dalam
pendidikan
menangani tauhid
di
TRANSKIP WAWANCARA Nomor Data
: 01
Hari, Tanggal
: Kamis, 24 November 2016
Nama Informan
: Drs. Ibnu Nasori
Kode Informan
: IN
A. Lembaga Peneliti
: Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren DarulMuttaqin?
Pimpinan pondok: Kalau kita bicara pondok pesantren darul muttaqin itu berawal dari sebuah lemabaga Madrasah Diniyah Miftahul Ulum yang berdiri tahun 1965 sebagai embrio dari pondok ini, yang mana lembaga tersebut didirikan atas gagasan dari sesepuh yaitu alm. Bapak H. Dimyati, yang mana beliau lahir pada tahun 1921, dan pada tahun 1965 itu lembaga tersebut sudah mulai melakukan kegiatan pembelajaran, sekalipun pada saat itu fasilitas termasuk SDM masih sangat terbatas dan pada saat itu kegiatan pembelajaran dilaksanakan di sebuah Mushalla, dan Alhamdulillah lembaga tersebut walaupun masih serba terbatas tetap terus melakukan program-program kegiatan pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 2002 setelah saya menyelesaikan belajar di pondok modern Gontor, Madrasah Diniyah Miftahul Ulum berubah namanya menjadi Madrasah Diniyah Darul Muttaqin, karena pada tahun itu kami mendirikan yayasan yang namanya Yayasan Balai Pendidikan Pondok Pesantren Darul Muttaqin tepatnya pada tanggal 14 Maret 2002 dan sejak itulah kegiatan proses belajara mengajar di Madrasah lebih kita intensifkan dan sejak 1993 kami melakukan semacam revolusi mental dan juga tata kelola serta manajemen Madrasah yang sebelum itu masih sangat konvensional masih sangat sederhana sehingga pada tahun 1993 itu kami melakukan pembenahan-pembenahan baik dari segi kurikulum, manajemen pendidikan dan dari segi disiplinnya dan yang paling utama yaitu dari segi kedisiplinannya, yang mana kemudian kedisiplinan tersebut kami terapkan baik disiplin dalam masuk sekolah dan disiplin dalam berpakaian baik terhadap santri maupun terhadap ustadz/ustadzah yang ada disini, sehingga dari situlah kemudian sedikit-demi sedikit kami kami melkukan peningkatan mutu pembelajaran di MDA Darul Muttaqin. Kami susun jadwal, pada saat itu kami masih menggunakan bidang studi. Semua itu harus dengan persiapan yang matang serta mereka menggunakan seragam dinas itu sejak tahun 1993. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1993 itu juga kami mendirikan TPQ, karena pada saat itu kami analisa masyarakat Bukateja secara umum itu masih buta baca tulis Al-Quran sekalipun dulu Madrasah
Diniyah ada pelajaran Al-Quran, tetapi sistem pengajarannya masih sistem pengajaran konvensional atau masih sangat sederhana dan pada tahun 1993 itu pula kemudian muncul metode pembelajaran Al-Quran yang modern yaitu Qiro‟ati dan sejak itu pula kami melakukan selalu melakukan upaya-upaya peningkatan disiplin dan peningkatan pembelajaran di TPQ dan alhamdulillah berkembang hingga sekarang sekalipun kami sering berganti kurikulum atau ganti buku dari Qiro‟ati menjadi Asyifa. Pada tahun 2005 kami mendirikan KBIT (Kelompok Bermain Islam Terpadu), dan pada tahun 2011 kami mendirikan TKIT (Taman Kanak-kanak Islam Terpadu), dan alhamdulillah hingga sekarang kedua lembaga tersebut berkembang baik dan sekarang jumlah murid KBIT dan TKIT mencapai 72. Secara keseluruhan kami melakukan reformasi-reformasi seperti ini sejak tahun 2002 yang kami dirikan Yayasan Balai Pendidikan Pondok Pesantren dan alhamdulillah pada tanggal 14 Maret 2002 itulah akta pendirian yayasan dikeluarkan dari salah satu lembaga pembuatan akta yayasan yaitu Yayasan Balai Pendidikan Pondok Pesantren akan tetapi belum terdaftar Mentri Hukum dan HAM. Pada saat itu kegiatan pesantren sudah berjalan artinya kami mengelola santri saat itu ada 7 orang santri yang mana santri tersebut didominasi oleh santri putri. Kami membuat program-program pesantren . walupun sangat terbatas baik fasilitas maupun tenaga pengajarnya. Akan tetapi sedikit demi sedikit mereka boyong ke rumah mereka m,asingmasing sehingga tinggal 3 orang santri yaitu Kiandri Diana, M. Fasikhudin dan M. fauzan. Ketiga santri ini sangat ulet dalam belajar. Walupun hanya tiga orang santri kami tetap mengajrnya . dari ketiga santri tersebut alhamdulillah dapat menyelesaikan khidmah di pondok, sehingga dua diantaranya sekarang menjadi ustadz dan juga pengurus di pondok pesantren Darul Muttaqin ini yaitu Ustadz Kandri Diana dan Ustadz M. Fasikhudin. Pada tanggal 2 Juni 2014 kami melakukan pemutihan yayasan dan kemudian kami memproses sampai ke MENKUMHAM dan alhamdulillah pada tanggal 2 Juni 2014 yayasan kami sudah berbadan hukum sehingga legalitas yayasan kami sudah jelas. Pada tahun 2014 itu juga kami membuka sekolah formal yaitu MTS Terpadu Darul Muttaqin, karena menurut kami pondok tidak akan maju tanpa adanya sekolah formal didalmnya. Lembaga MTS Terpadu yang kami dirikan ini merupakan bentuk jawaban kami untuk masyarakat, yang mana masyarakat masih memandang bahwa sekolah yang dibawah Kemenag adalah sekolah pinggiran tidak keren istilahnya, sehingga dari itulah kami ingin mengangkat great dari pada sekolahsekolah formal yang berbasis keagamaan agar lebih maju dan berkembang pesat dikalangan masyarakat kami khususnya dan umumnya untuk masyarakat luas. MTS Terpadu kami ini adalah MTS ya berbasic pondok pesantren sehingga kami ingin memadukan antara sistem salafiyah dengan sistem modern dilatar belakangi oleh pemikiran saya bahwa di Indonesia ada pondok salafiyah dan ada juga pondok modern, dimana kedua tipologi pesantren ini mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing yaitu Salafiyah mempunyai kelebihan dalam penguasaan ilmu alat dan disiplin ilmu agama secara keseluruhan sementara pondok modern yang dimaksud kami adalah pondok
pesantren Gontor yaitu kelebihannya dibidang manajemen, pendidikan karakter, kepemimpinan, serta bahasa asing. Sehingga dengan melihat kekurangan dan kelebihan dari masing dua tipologi pesantren ini kami ingin memadukannya atau memodifikasi sehingga Pondok Pesantren Darul Muttaqin ini adalah pondok peantren Salafy Modern, dimana didalamnya kami tetap menggunakan sistem pengajian kitab-kitab klasik atau kitab kuning dan kemudian kami padukan dengan sistem modern mulai dari kurikulumnya, disiplinnya, serta adanya penerapan bahasa asing (Arab dan Inggris) di setiap harinya. Kedua bahasa asing ini adalah sebagai Tajul Ma‟had (Mahkota Pondok), sehingga harapan kami nanti adalah para santri menjadi lulusan yang memiliki kompetensi yang lebih luas baik penguasaan ilmu-ilmu klasik ataupun penguasaan bahasa asing serta nilai-nilai pondok yang kita tanamkan pada santri selama ini. Peneliti
: Apa visi dan misi pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : c. Visi Pondok Pesantren Berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berdaya saing dan unggul prestasi. d. Misi Pondok Pesantren 5) Melaksanakan proses pembelajaran secara berimbang terpadu dan berkwalitas agar terwujud insan yang kaffah. 6) Meningkatkan indeks prestasi peserta didik dalam bidang Akademis maupun non Akademis. 7) Menggali dan mengembangkan potensi peserta didik dalam bidang Akademis dan Non Akademis untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. 8) Menumbuh kembangkan jiwa kompetitif yang sehat (Ruhut tasabuq) pada peserta didik agar memiliki daya saing dalam kehidupan di masyarakat. Peneliti : Menurut bapak bagaimana kedudukan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? Pimpinan pondok : tentunya pilar-pilar dalam pesantren itu adalah pendidikan tauhid atau keyakinan tentunya keyakinan yang “ ”التوحدالصالحkarena saat ini banyak berkembang keyakinan-keyakina yang melenceng dari pada keshalihannya, maka kita tetap dalam rangka mencetak kader-kader umat muslim yang baik maka mereka harus memiliki ketauhidan yang kuat yaitu yang shalih. Keyakinan yang benar sesuai dengan aqidah.berkaitan dengan itu kami mendidik santri-santri kami dengan berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits serta dilengkapi dengan Ijma‟ dan Qiyas. Kami katakan kepada para santri bahwa jangan sampai meiliki
Peneliti
keyakinan yang ganda (keyakinan yang selain kepada Allah) yang mana keyakinan tersebut sudah keluar dari Al-Quran dan Hadits dan tauhidulloh kami tanamkan kepada para santri semuanya. Kami ajarkan kepada para santri bahwa di dunia ini tidak ada kekuatan apa-apa hanya kekuatan Allah SWT. : Apa tujuan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok
: Untuk mencetak kader-kader umat yang memiliki kapasitas dan kompetensi dalamkeyakinan terhadap Robny. Keyakinan yang kuat, keyakinan yang kokoh, sehingga dalam kondisi dan situasi apapun mereka tetap berpegang pada keyakinan ketauhidannya yang murni. Tauhidulloh harga mati tidakbisa dirubah dengan faktor apapun. Tauhid itu nomer satu keyakinan yang kokoh yang kita bangun. B. Tujuan Pengajaran Tauhid Peneliti Pimpinan pondok
Peneliti Pimpinan pondok
Peneliti Pimpinan pondok
Peneliti Pimpinan pondok
:Apa tujuan umum pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Sudah barang tentu kami ingin membangun kader-kader umat yang memiliki kualitas keyakinan yang bagus. Kualitas iman yang bagus itu kualitas iman yang selalu konsisten dan tidak terpengaruh dengan kondisi dan situasi apapun. Disitulah santri-santri kami ketika nanti jadi alumni tidak akan melakukan upaya pindah agama, pindah keyakinan. : Apa tujuan khusus pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Yaitu biar santri tatkala mereka melakukan ritualitas di setiap harinya penuh dengan keyakinan yang kuat, kualitas ibadah yang bagus, maka dengan demikian akan menumbuhkan ibadah sosial yang bagus pula. : Bagaimana tujuan jangka panjang pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Secara general kami ingin perkembangan agama di Indonesia lebih maju dan penerapan syari‟ah di negra ini juga berjalan dengan baik sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan didalam ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah. : Bagaimana tujuan jangka pendek pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Yaitu aplikatif untuk ibadah yaitu untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT dan juga untuk meningkatkan ibadah sosial.
C. Kurikulum Peneliti
: Bagaimana struktur kurikulum di pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : Untuk pendidikan tauhid di pondok ini mempunyai alokasi waktu yaitu seminggu sekali pembelajaran. Dalam rangka menunjang pendidikan tauhid di pondok pesantren kami juga mengadakan sebuah kegiatan yaitu sholat dluha berjama‟ah, bimbingan santri setiap bulan dua kali yaitu waktunya di awal bulan dan di akhir bulan. Bimbingan dilaksanakan pada hari senin jam 06.30-07.30 di ikuti oleh semua santri dan semua dewan asatidz. Peneliti :Bagaimana kedudukan pendidikan tauhid dalam kurikulum yang ada di pondok pesantren ini? Pimpinan pondok : Pendidikan tauhid itu sendiri adalah pendidikan yang fundamental sehingga pada sistem kurikulum, pendidikan tauhid menjadi sangat penting sekali setelah itu baru tentang pendidikan ubudiyahnya. Peneliti : Kitab apa saja yang digunakan untuk menunjang pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? Pimpinan pondok : ada kitabus sa‟adah, kifayatul awam, dan kitab tijanu durori. Peneliti : Berapa kali dalam seminggu pendidikan tauhid diajarkan di pondok pesantren ini? Pimpinan pondok : sekali dalam seminggu.
TRANSKIP WAWANCARA Nomor Data
: 02
Hari, Tanggal
: Kamis, 24 November 2016
Nama Informan
: Ust. Muhammad Sofwani
Kode Informan
: MS
A. Pendidik Peneliti
Ustadz Peneliti
Ustadz
Peneliti Ustadz
Peneliti Ustadz
: Siapa saja yang mengajar di pondok pesantren ini? Dan siapa yang mengajar pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Ada banyak, tapi untuk tauhid saya sendiri yang mengajar. : Bagaimana kriteria dan persyaratan yang ditetapkan pemimpin untuk mengangkat guru/usatadz yang akan mengajar di pesantren ini, khususnya guru dibidang pendidikan tauhid? : Kriteria yang ditentukan oleh pimpinan pondok dalam mengangkat asatidz khususnya di bidang pendidikan tauhid yaitu lulusan pondok pesantren, menguasai dibidang ilmu nahwu dan sorof, dan menguasai bahasa arab dengan baik. : Apa yang bapak pahami tentang pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Yang saya pahami yaitu untuk mengenal Allah, mengenal para malaikat, mengenal para Rasul, dan menegnal Qada dan Qadar yang ditetapkan oleh Allah SWT. Dan itu semua merupakan sebuah pondasi hidup ummat Islam. : Bagaimana respon pendidik terhadap pendidikan tauhid yang sudah berlangsung dipondok pesantren ini? : fa insya Alloh responnya baik, bisa dipahami oleh para santri.
B. Peserta Didik Peneliti Ustadz Peneliti
: Berapa jumlah santri di pondok pesantren ini? : Santri yang mukim itu ada 8 santri putra dan 5 orang santri putri. : Menurut bapak, sejauh mana santri dapat berpartisipasi dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz:
Peneliti Ustadz
: Para santri dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini sangat berpartisipasi sekali, mereka selalu mengikuti kajian pendidikan tauhid yang dilaksanakan setiap malam selasa dengan tertib. : Apa harapan bapak setelah santri mempelajari pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Harapan saya yaitu agar para santri sedikit demi sedikit santri itu kenal dengan Tuhannya. Sebab apabila santri sudah mengenal Tuhannya fa Isnya Alloh hubungan mereka baik kepada Tuhannya maupun terhadapa hubungan sosialnya akan baik juga.
C. Metode Pendekatan Pendidikan Tauhid Peneliti Ustadz
Peneliti
Ustadz
Peneliti Ustadz
: Metode atau pendeketan apa yang digunakan dalam mengajarkan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Saya membaca kitab kosong dan memberi makna kemudian santri mencatat atau memberi afsahan pada kitab yang dimilki oleh masing-masing santri,dan kemudian saya menjelaskan (bandongan/ halaqoh). : Menurut bapak apakah metode yang digunakan dalam mengajarkan pendidikan tauhid sudah sesuai dengan kaidah-kaidah pembelajaran di pondok pesantren ini? : Belum sesuai dan belum memuaskan, karena para santri belum menguasai ilmu alat untuk membaca kitab yaitu ilmu nahwu dan sharaf, mereka dalam mengkaji kitab masih butuh tuntunan dari saya. : Bagaimana upaya bapak dalam memotivasi pendidikan tauhid kepada santri? : Upaya saya dalam memotivasi santri dalam pendidikan tauhid yaitu agar lebih sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu tentang ketauhidan, karena pendidikan tauhid itu merupakan sebagai pondasi keimanan para santri itu sendiri.
D. Evaluasi Peneliti Ustadz Peneliti Ustadz
: Apa yang perlu dievaluasi oleh pendidik dalam pendidikan tauhid? : Materi yang sudah disampaikan. : Kapan pendidik melakukan evaluasi pendidikan tauhid dipondok pesantren ini? : Biasanya evaluasi dilakukan dalam satu tahun sekali yaitu di akhir tahun.
Peneliti Ustadz
Peneliti Ustadz
Peneliti Ustadz
: Bagaimana pendidik melakukan evaluasi pendidikan tauhid dipondok pesantren ini? : Antara lain yaitu ujian lisan dimana santri disuruh untuk membaca kitab gundul, stelah itu santri disuruh untuk menjelaskan isi dari kitab yang dibaca dihadapan penguji. selain ujian lisan ada juga ujian tulis yaitu beberapa materi yang telah disampaikan. : Apa tujuan pendidik melakukan evaluasi terhadap pendidikan tauhid dipondok pesantren ini? : Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan santri dalam memahami kitab tauhid yang dajarkan di pondok pesantren. : Bagaimana hasil evaluasi yang telah bapak lakukan dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Ada santri yang memang benar-benar memperhatikan sehingga hasil tesnya baik, berbbeda dengan santri yang kurang memperhatikan hasil tesanya pun tidak begitu memuaskan.
E. Faktor pendukung dan penghambat Peneliti Ustadz
Peneliti Ustadz
Peneliti Ustadz
Peneliti
: Adakah kendala yang dialami oleh pendidik dalam mengajarkan pendidikan tauhid di pesantren ini? : Ada kendalanya, yaitu santri itu sendiri, padahal mereka ada program pondok, ada jadwal kegiatan pondok, tapi tidak antusias dalam masalah itu, ada yang pas waktu kajian tidur dikamar dengan alasan capek, ada yang mengikuti kegiatan ekstra. : Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Faktor pendukungnya yaitu adanya staf keamnan pondok dan pengurus yang selalu keliling ke asrama santri untuk mengoprak-ngoprak santri untuk mengikuti kegiatan. Adapun faktor penghambatnya yaitu ketika jam kajian malah mereka tidur dikamar dan kadang mengikuti kegiatan ekstra di MTS. : Apakah ada permasalahan yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Permasalahn yang muncul tadi bahwa dari santri itu sendiri dengan alasan capek karena ekskul di MTS, dan ada yang tidur pas kajian di kamar pas kajian berlangsung serta berdirinya MTS Terpadu menjadikan prestasi belajar menurun . :Apa solusi bapak dalam menangani kendala/permasalahan/penghambat dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz
: Solusinya menurut saya, yaitu apabila ada santri yang tidak ikut ngaji saya datangi dan saya tanyai kenapa tidak mengaji?, dan apabila tiga kali berturut-turut santri tidak hadir saya beri sanksi yaitu saya suruh baca kitab gundul.
TRANSKIP WAWANCARA Nomor Data
: 03
Hari, Tanggal
: Kamis, 29 November 2016
Nama Informan
: Ust. Kandri Diana
Kode Informan
: KD
A. Pendidik Peneliti
Ustadz
Peneliti Ustadz
Peneliti Ustadz
: Bagaimana kriteria dan persyaratan yang ditetapkan pemimpin untuk mengangkat guru/usatadz yang akan mengajar di pesantren ini, khususnya guru dibidang pendidikan tauhid? : Secara umum tidak ada akan tetapi secara khusus kriteria dalam pengangkatan asatidz di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yang pastinya ia yang lulusan pesantren dan mempunyai kelebihan di bidang masing-masing seperti dalam bidang umum seperti komputer, penguasaan kitab kuning untuk asatidz yang akan mengampu dibidang baik tauhid, fiqh. : Apa yang bapak pahami tentang pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : “Pendidikan tauhid yang saya pahami yaitu untuk mngenal Allah SWT, mengenal para Rasul, mengenal para Malaikat, mengenal ketetapan Allah SWT atau mengenai rukun iman sebagai pondasi hidup para santri.” : Bagaimana respon pendidik terhadap pendidikan tauhid yang sudah berlangsung dipondok pesantren ini? : fa insya Alloh responnya baik, bisa dipahami oleh para santri.
B. Peserta Didik Peneliti Ustadz Peneliti Ustadz:
: Berapa jumlah santri di pondok pesantren ini? : Santri yang mukim itu ada 8 santri putra dan 5 orang santri putri. : Menurut bapak, sejauh mana santri dapat berpartisipasi dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : pada dasarnya para santri selalu berpartisipasi dalam kegiatan pondok apa lagi dalam mengikuti kajian kitab baik kitab tauhid ataupun kajian kitab lainnya mereka sangat antusias Peneliti : Apa harapan bapak setelah santri mempelajari pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Peneliti Ustadz
: Apa harapan bapak setelah santri mempelajari pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Harapannya yaitu agar para santri mempunyai benteng keimanan yang kuat, tauhid yang murni dan agar mereka tidak melenceng dari tauhid yang sebenarnya yang sesuai dengan ahlu sunnah wal jama‟ah, karena sekarang banyak aqidah-aqidah yang baru bermunculan yang mana bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits dan yang tidak sesuai dengan ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah.
C. Faktor pendukung dan penghambat Peneliti Ustadz
: Adakah kendala yang dialami oleh pendidik dalam mengajarkan pendidikan tauhid di pesantren ini? : Adanya kegiatan ekstrakulikuler, mereka lebih memilih kegiatan ekstrakurikuler disekolahnya dari pada mengikuti kajian, tidur-tiduran di kamar pas jam kegiatan dimulai
TRANSKIP WAWANCARA Nomor Data
: 04
Hari, Tanggal
: Kamis, 29 November 2016
Nama Informan
: Ust. Muhammad Fasikhudin
Kode Informan
: MF
F. Pendidik Peneliti Ustadz
: Apa yang bapak pahami tentang pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Pendidikan tauhid itu memberikan pemahaman tentang ke-Esaan Allah SWT bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah SWT dan tidak ada daya dan kekuatan di dunia ini melainkan kekuatan Allah SWT dan mengenai tentang rukun iman
G. Peserta Didik Peneliti Ustadz:
: Menurut bapak, sejauh mana santri dapat berpartisipasi dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Para santri sangat berpartisipasi dalam mengikuti kajian tauhid yang dilaksakan setiap malam selasa.
H. Metode Pendekatan Pendidikan Tauhid Peneliti
: Bagaimana upaya bapak dalam memotivasi pendidikan tauhid kepada santri? Ustadz : Motivasi saya untuk para santri dalam pendidikan tauhid yaitu untuk selalu mengajak mereka kedalam kebaikan karena di dunia ini tidak ada kekuatan yang hebat kekcuali kekuatan yang diberikan Allah SWT baik hablum minalloh maupun hablum minannas dan beriman terhadap rukun iman I. Faktor pendukung dan penghambat Peneliti Ustadz
: Apakah ada permasalahan yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di pondok pesantren ini? : Permasalahn yang muncul tadi bahwa dari santri itu sendiri dengan alasan capek karena ekskul di MTS, dan ada yang tidur pas kajian di kamar pas keajian berlangsung
DOKUMENTASI
Plang Pondok Pesantren Darul Muttaqin
Wawancara Dengan Pipmpinan Pondok
DOKUMENTASI
Halaman Depan Asrama Putri
Gedung TKIT dan KB Darul Muttaqin
DOKUMENTASI
Wawancara Dengan Asatidz
Foto Bersama Santri Putra
DOKUMENTASI
Gedung TKIT dan MTS Terpadu Darul Muttaqin
Selogan Santri
DOKUMENTASI
Salah Satu Kitab Tauhid Yang Dikaji
RIWAYAT HIDUP 1. Nama
: Animatul Afiyah
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Tegal, 15 April 1994 3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Warga Negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: Ds. Bukateja Rt 03/ Rw 01, Kec. Balapulang, Kab. Tegal.
7. Riwayat Pendidikan a. SD N 01 Bukateja
: Lulusan 2000-2006
b. MTS Darussalam
: Lulusan 2006-2009
c. MA As-Syamsuriyyah : Lulusan 2009-2012 d. S1 IAIN Salatiga
: Lulusan 2012-sekarang