KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING PRODUKSI MAXIMA PICTURES PRODUCTION
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
SITI FADHILLAH NIM 1111051000015
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Maret 2016
Siti Fadhillah
ABSTRAK SITI FADHILLAH. 1111051000015. Konstruksi Perempuan dalam Film Assalamualaikum Beijing Produksi Maxima Pictures Production. Di bawah bimbingan: Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibandingkan dengan media lainnya karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya maka film menjadi media massa yang efektif dalam menyampaikan berbagai gagasan termasuk dalam mengkonstruksi peran perempuan. Dalam media massa perempuan selalu ditampilkan sebagai makhluk yang sangat tipikal yaitu tempatnya pada pekerjaan yang sifatnya domestik, bergantung pada laki-laki, tidak mampu mengambil keputusan penting, menjalani profesi terbatas, sebagai simbol seks/obyek seks, obyek peneguhan pola kerja patriarki, selalu disalahkan dan bersikap pasif. Selain itu eksistensi perempuan juga tidak terwakilkan secara proporsional di media massa. Teori konstruksi sosial diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Realitas sosial menurut pandangan kaum konstruktivis setidaknya sebagian adalah produksi manusia, hasil proses budaya, termasuk penggunaan bahasa. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural cerita sebagai perangkat framing sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Teknik pemilihan informan dengan teknik purposive sampling yaitu pemilihan informan secara sengaja memilih siapa saja yang paling mengetahui obyek yang diteliti dan pada penelitian ini yang menjadi informan adalah Produser dan Penulis Skenario film Assalamualaikum Beijing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam film Assalamualaikum Beijing perempuan dikonstruksikan sebagai makhluk yang mampu mengambil keputusan, cerdas, tegas dan tegar. Namun pada sisi lain, sebagai pemeran figuran Anita mendapatkan bentuk ketidakadilan gender yaitu stereotype (pelabelan) sebagai perempuan penggoda yang merusak hubungan orang lain dan Sekar tersubordinasi sebagai perempuan yang tidak dapat berfikir rasional karena segala sesutu yang dialaminya selalu dihubungkan dengan teori drama Korea yang Ia tonton. Kata Kunci: Konstruksi Perempuan, Konstruksi Sosial, Media Massa.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirobbil’alamin.
Puji
syukur
atas
segala
kehendak
dan
kemudahan yang Allah S.W.T limpahkan, berkat izin-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Konstruksi Perempuan dalam Film Assalamualaikum Beijing Produksi Maxima Pictures Production”. Shalawat serta salam Allah curahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kami kepada jalan kebenaran. Penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Ibunda Ratu Nurlailah dan Ayahanda Mochamad Rachmat yang telah memberikan semangat dan doa tiada henti kepada penulis karena berkat doa mereka jugalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga mereka selalu diberkahi Allah SWT dan selalu dalam lindungan-Nya. Selama masa penelitian, penyusunan, dan penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari segala pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arif Subhan, M.A beserta jajarannya.
ii
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan arahan kepada penulis dan memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Masran, MA serta Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fita Fathurokhmah, M.Si 4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. 5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan refrensi dan memperkaya isi skripsi ini. 6. Pihak Maxima Pictures Production, Bapak Hasanudin sebagai Production Manager, Bapak Ody Mulya Hidayat sebagai Produser, dan Bapak Alim Sudio sebagai penulis naskah yang telah membantu memberikan data-data yang penulis butuhkan. 7. Kakak penulis Abdul Majid Ramdhani dan Tante Rosdiana terima kasih untuk setiap doa yang kalian panjatkan untuk kebaikan penulis. 8. Sahabat-sahabat penulis yang selalu menjadi semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini, Rand Rasyid, Shella Octaviani, Rizka Maftuhah, Nadya Intan, Dedi Eka Setiawan, Halim Pratama, Deni Hidayat terima kasih telah banyak membantu penulis untuk berproses menjadi lebih baik selama kuliah, telah menjadi teman main dan diskusi yang menyenangkan. Semoga kelak kita dapat meraih kesuksesan bersama. The special one Brian iii
Muhammad
terima
kasih
telah
banyak
membantu
penulis
untuk
menyelesaikan skripsi ini dan selalu menjadi teman sharing saat penulis butuh diskusi. 9. Teman-teman KPI A 2011 teman selama penulis berkuliah, terima kasih selalu menjadi teman-teman yang menyenangkan. Semoga tali persaudaraan kita tetap terjaga. 10. Teman-teman Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam periode 2013-2014. 11. Teman-teman Pengurus HMI KOMFAKDA periode 2014-2015 terima kasih telah menjadi tempat berproses yang baik bagi penulis, teman-teman yang selalu memberikan pengalaman berharga kepada penulis semasa kuliah. YAKUSA. 12. Teman-teman KKN Ampera yang menjadi saudara disaat jauh dari keluarga, keceriaan yang kalian berikan tidak akan terlupakan. Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dan kekhilafan dalam menyusun skripsi ini karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak tanpa terkecuali. Wassalamu”alaikum Wr. Wb. Jakarta, 14 Maret 2016
SITI FADHILLAH
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
x
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................
8
1. Batasan Masalah .......................................................................
8
2. Rumusan Masalah ....................................................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................
8
1. Tujuan Penelitian......................................................................
8
2. Manfaat Penelitian....................................................................
8
D. Pedoman Penulisan .......................................................................
9
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................
9
BAB I
F. Sistematika Penulisan..................................................................... 14 BAB II
KAJIAN TEORITIS .......................................................................... 16 A. Konseptualisasi Gender .................................................................. 16 a. Gender dalam Islam ................................................................. 18 B. Konstruksi Perempuan di Media Massa ......................................... 23
v
C. Konsep Perempuan Tegas, Cerdas, Tegar dan Mampu Mengambil Keputusan ...................................................................................... 27 D. Konseptualisasi Film ...................................................................... 29 1. Definisi Film ............................................................................ 29 2. Unsur-unsur Film ..................................................................... 31 3. Jenis dan Klasifikasi Film ........................................................ 32 E. Teori Konstruksi Sosial .................................................................. 35 1. Konstruktivisme Radikal .......................................................... 37 2. Konstruktivisme Realisme Hipotesis ....................................... 37 3. Konstruktivisme Biasa ............................................................. 38 F. Konseptualisasi Framing ................................................................ 39 1. Pan dan Kosicki ........................................................................ 42 2. Gamson dan Modigliani ........................................................... 44 3. Robert N. Entman ..................................................................... 44 4. Muray Edelman ........................................................................ 45 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 46 A. Paradigma Penelitian ...................................................................... 46 B. Pendekatan Penelitian .................................................................... 47 C. Subjek Penelitian ............................................................................ 49 D. Objek Penelitian ............................................................................. 49 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 49 1. Dokumentasi............................................................................. 49 2. Wawancara ............................................................................... 50 vi
3. Observasi .................................................................................. 50 F. Sumber Data ................................................................................... 51 1. Sumber Data Primer ................................................................. 51 2. Sumber Data Sekunder ............................................................. 51 G. Teknik Pemilihan Narasumber ....................................................... 51 H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 52 BAB IV
PROFIL MAXIMA PICTURES DAN TEMUAN ANALISIS ...... 53 A. Sejarah Maxima Pictures Production ............................................. 53 1. Struktur Organisasi Maxima Pictures....................................... 55 2. Sinopsis Film Assalamualaikum Beijing ................................. 57 B. Analisis Framing Film Assalamualaikum Beijing ......................... 57 1. Skema Framing Asmara Mengambil Keputusan .......................... 58 2. Skema Framing Asmara Perempuan yang Cerdas ................................. 65 3. Skema Framing Asmara Perempuan yang Tegas ........................... 71 4. Skema Framing Asmara Perempuan yang Tegar ........................... 77
BAB V
PENUTUP ........................................................................................... 82 A. Kesimpulan ..................................................................................... 82 B. Saran ................................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender ................................................. 18
Tabel 2
Tabel Framing Model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki ............ 43
Tabel 3
Film-film Produksi Maxima Pictures .................................................. 54
Tabel 4
Skema Framing Sintaksis Asmara Mengambil Keputusan .................. 59
Tabel 5
Skema Framing Skrip Asmara Mengambil Keputusan ........................ 60
Tabel 6
Skema Framing Tematik Asmara Mengambil Keputusan ................... 61
Tabel 7
Skema Framing Retoris Asmara Mengambil Keputusan ..................... 61
Tabel 8
Skema Framing Sintaksis Asmara Perempuan yang Cerdas ................ 66
Tabel 9
Skema Framing Skrip Asmara Perempuan yang Cerdas ..................... 67
Tabel 10
Skema Framing Tematik Asmara Perempuan yang Cerdas ................. 67
Tabel 11
Skema Framing Retoris Asmara Perempuan yang Cerdas................... 69
Tabel 12
Skema Framing Sintaksis Asmara Perempuan yang Tegas ................. 73
Tabel 13
Skema Framing Skrip Asmara Perempuan yang Tegas ....................... 74
Tabel 14
Skema Framing Tematik Asmara Perempuan yang Tegas .................. 74
Tabel 15
Skema Framing Retoris Asmara Perempuan yang Tegas .................... 75
Tabel 16
Skema Framing Sintaksis Asmara Perempuan yang Tegar ................. 78
Tabel 17
Skema Framing Skrip Asmara Perempuan yang Tegar ....................... 78
Tabel 18
Skema Framing Tematik Asmara Perempuan yang Tegar................... 79
Tabel 19
Skema Framing Retoris Asmara Perempuan yang Tegar .................... 79
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Adegan saat Dewa mendatangi Asmara sehari sebelum pernikahan ... 59 Gambar 2 Adegan saat Asmara sedang ditemani Zhongwen di Beijing ............... 66 Gambar 3 Adegan saat Dewa menyusul Asmara ke Beijing ................................ 72 Gambar 4 Adegan saat Asmara terbaring sakit dan didampingi Ibunya ............... 77
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Proses Triangulasi Data Ody Mulya Hidayat
Lampiran 2.
Proses Triangulasi Data Alim Sudio
Lampiran 3.
Transkrip Wawancara Ody Mulya Hidayat
Lampiran 4.
Transkrip Wawancara Alim Sudio
Lampiran 5
Surat Keterangan Wawancara Ody Mulya Hidayat
Lampiran 6
Surat Keterangan Wawancara Alim Sudio
Lampiran 7
Foto-foto Bukti Wawancara
Lampiran 8
Surat Izin Penelitian
Lampiran 9
Surat Bimbingan Skripsi
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa istilah media mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan sinema.1 Adapun media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya melalui produk media massa yang dihasilkannya.2 Media massa merupakan sarana penyampaian komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas.3 Ada banyak bentuk media massa diantaranya, media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film.4 Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang media massa, yakni ditemukannya internet.5 Dari berbagai bentuk media massa yang ada, yang menarik perhatian peneliti adalah film. Film merupakan sesuatu yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.6 Unsur inilah yang membuat film menjadi salah satu bentuk seni alternatif yang banyak
1
Graeme Burton, Media dan Budaya Populer (Yogyakarta: Jalasutra, 2012). h. 9
2
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 13
3
Ibid 4 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011). h. 4-5 5 Ibid 6 Joseph M. Boggs, The Art of Watching Film, (Terj) Asrul Sani (Jakarta, Yayasan Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1986), h. 5
1
2
diminati masyarakat, karena dengan mengamati secara seksama apa yang memungkinkan ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya, film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan, serta mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat.7 Awal mula adanya film atau gambar bergerak yang kita kenal sekarang berawal ketika Niepce mengembangkan fotografi pada tahun 1816 dan pada tahun 1877, Muybridge mengambil sejumlah gambar diam (still picture) balapan kuda dalam sekuens, sehingga ketika sekuens tersebut diputar, seolah gambar menjadi bergerak.8 Di Indonesia, film sudah ada sejak tahun 1920-an. Film bisu pertama Loetoeng Kasaroeng diproduksi di Bandung di tahun 1926. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan lembaga sensor film pada tahun 1925. Pada tahun 1936, pemerintah kolonial mendirikan perusahaan film negara Algemeen Nederlandsch Indisch Film (ANIF) yang memproduksi features dan dokumenter. Di masa pendudukan Jepang (1942-1945), peran pemerintah makin kuat, pemerintah melatih orang Indonesia memproduksi berita dan film propaganda. Di era Demokrasi Terpimpin (1957-1965), Perusahaan Film Negara (PFN) menayangkan gambargambar Soekarno dan Badan Sensor Film bertugas menjaga kebudayaan Indonesia serta mencegah pengaruh politik dan seks film-film Hollywood.9 Di Indonesia film
7
Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar (Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji USmar Ismail, 1999), h. 6 8 Usman Ks, Ekonomi Media Pengantar Konsep dan Aplikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009). h. 110 9 Usman Ks, Ekonomi Media Pengantar Konsep dan Aplikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009) h. 111
3
memasuki era industri pada tahun 1940. Saat itu, terdapat enam perusahaan film diantaranya, Java Industrial Film, Tan’s Film Coy, Populair’s Film Coy, Oriental Film Coy, Union Film, dan Star Film Coy. Tahun 1990-an, industri film Indonesia seolah mati suri dan menggeliat kembali pada tahun 2000-an.10 Pada awalnya film dinikmati sebagai selingan saat prime time atau waktu luang oleh masyarakat. Film yang dihadirkan pun beraneka ragam jenisnya. Ada tiga jenis utama film yaitu fitur, dokumentasi dan animasi atau yang lebih dikenal dengan kartun. Namun yang lebih sering dinikmati masyarakat adalah film fitur karena memiliki jalan cerita yang beraneka ragam. Film fitur merupakan karya fiksi yang strukturnya selalu berupa narasi, yang dibuat dalam tiga tahap. Tahap pra-produksi merupakan periode ketika skenario diperoleh. Tahap produksi merupakan masa berlangsungnya pembuatan film tersebut sesuai skenario. Tahap terakhir, post produksi (editing) ketika semua bagian film yang pengambilan gambarnya tidak sesuai urutan cerita, disusun menjadi suatu kisah yang menyatu.11 Pada tahun 2000-an akhir, dapat dikatakan sebagai titik balik perubahan perfilman bergenre religi di Indonesia. Film Indonesia yang sudah mulai kembali mendapatkan “pasarnya” mulai merambah genre religi. Film religi Indonesia yang dulunya selalu berseting masyarakat pedesaan, kini beralih pada seting masyarakat urban yang sebelumnya didominasi oleh orientasi alam magis mulai bergeser pada rasionalitas – spiritual, dan yang dulunya merupakan model tontonan dalam kuasa 10
Usman Ks, Ekonomi Media Pengantar Konsep dan Aplikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009) h. 111 11 Lukman Hakim, “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film Religi” Jurnal Komunikasi Islam Vol 3, no 02 (Desember 2013): h. 251
4
patriarki (male-gaze) berubah menuju tontotan yang berorientasi pada kesetaraan gender.12 Dalam beberapa film religi belakangan, para perempuan tidak lagi selalu dihadirkan sebagai sosok yang tersubordinasi dalam relasinya dengan laki-laki, namun mereka seringkali hadir sebagai inspiring people, sosok yang terdidik, dan mempunyai relasi setara dengan lawan jenisnya, baik di ruang domestik maupun publik. Diawali dengan film Ayat-Ayat Cinta (2008), kemudian disusul oleh film Perempuan Berkalung Sorban (2008), Tiga Cinta Tiga Doa (2008), Ketika Cinta Bertasbih (2009), Dalam Mighrab Cinta (2010), Film Tanda Tanya (2011), Cinta Suci Zahrana (2012), dan sebagainya.
Berbeda dengan film religi pada periode
sebelumnya, di mana perempuan kerap diposisikan secara subordinat dengan justifikasi dan penjelasan yang merujuk pada dunia sakral. Namun kini film-film religi di Indonesia sudah mulai menyampaikan gagasan kaum feminis yang cukup berbeda dengan realitas perfilman pada era sebelumnya.13 Sama halnya dengan perfilman di Indonesia yang mulai menyampaikan gagasan kaum feminis, perfilman di dunia Barat pun demikian bahkan gagasangagasan seperti itu sudah muncul jauh lebih dulu pada tahun 1980-an, yang cukup berbeda dengan realitas perfilman tahun 1960-an di mana cenderung menampilkan perempuan sebagai obyek seksualitas laki-laki. Mulvey (1974) menyatakan bahwa eksplorasi tubuh perempuan yang ada pada sinema Hollywood klasik merupakan
12
Lukman Hakim, “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film Religi” Jurnal Komunikasi Islam Vol 3, no 02 (Desember 2013): h. 251 13 Ibid, h. 252
5
obyek dari keinginan maskulin dalam rangka untuk membangkitkan kesenangan dalam masyarakat phallocentric. Obyek dan citra tubuh perempuan yang dihadirkan melalui film menjadi sumber untuk membangkitkan hasrat seksual melalui fantasi. Melalui fantasi, penonton dianggap mampu memberi arti untuk objek serta untuk membangkitkan keinginan seksual. Secara teoritis, Mulvey menegaskan bahwa dalam sistem masyarakat patriarki cara laki-laki menonton bersifat aktif, sedangkan perempuan pasif. Namun pada tiga dekade belakangan, juga dikenal sebagai gelombang ketiga dari gerakan feminisme, film-film Barat menampilkan wajah yang berbeda. Marshment (1997: 143) menyatakan bahwa akibat gerakan feminisme, televisi dan film bioskop akhirnya cenderung mengangkat isu-isu ketidakadilan gender secara serius. Beberapa film seperti The Stepford Wives yang diproduksi pada 1974, dan kemudian diremake pada 2004. Film ini secara tegas melakukan kritik atas dominasi sistem patriarki yang mengakar di masyarakat Barat saat itu.14 Gerakan kaum feminis yang ditawarkan dalam film Stefpord Wives (1974) bisa diidentifikasi dari ikonografi film, seperti lokasi pengambilan gambar di kawasan pinggiran kota. Pada konteks tahun 1950-an, di dunia Barat, lokasi pinggiran atau pedesaan diasosiasikan dengan wilayah perempuan. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, perempuan yang tinggal di desa dan tidak mempunyai identitas sosial diilustrasikan sebagai lelucon ibu rumah tangga yang ideal. Pada 1970an, citra
14
Lukman Hakim, “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film Religi” Jurnal Komunikasi Islam Vol 3, no 02 (Desember 2013): h. 251
6
perempuan yang tinggal di desa sebagai ibu rumah tangga telah dikritisi oleh banyak kalangan, yang merefleksikan gerakan hak-hak perempuan.15 Film dapat dikatakan sebagai sarana komunikasi yang efektif karena pesan yang disampaikan dalam sebuah film dapat dengan mudah dipahami oleh penontonnya. Misalnya saja pesan-pesan yang stereotipe seperti contoh film di atas. Apa yang dikonstruksikan dalam sebuah film tentang perempuan dapat memengaruhi pola pikir seorang penonton. Hubungan antara manusia dengan sosialkulturnya disusun dalam proses ekternalisasi, obyektivikasi, dan internalisasi. Ketiganya merupakan proses hubungan antara
individu
dengan
masyarakat
atau
masyarakat
dengan
individunya.
Eksternalisasi dan obyektivikasi menempatkan manusia sebagai realitas objektif, sedangkan internalisasi sebaliknya, yaitu menempatkan manusia sebagai realitas subjektif. Berger mendefinisikan eksternalisasi sebagai proses individu beradaptasi dengan sosialkulturnya serta dipengaruh oleh pengetahuan si individu yang juga dimiliki oleh individu lainnya yang digunakan dalam kegiatan rutin dan sudah jelas dengan sendirinya, dalam kehidupan sehari-harinya.16 Pengetahuan bersama ini bersifat subyektif dan kemudian terjadi berulangulang hingga mengendap menjadi akumulasi yang terhabitulisasi. Habitualisasi ini selanjutnya akan membentuk produk sosial yang kemudian akan diwariskan. Artinya
15
Lukman Hakim, “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film Religi” Jurnal Komunikasi Islam Vol 3, no 02 (Desember 2013): h. 252 16 Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atas Kenyataan; Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan (Jakarta: LPE3S, 1990). h. 34
7
manusia adalah instrument dalam menciptakan realitas sosial yang obyektif melalui proses eksternalisasi.17 Seperti halnya dalam film Assalamualaikum Beijing, penulis akan mengupas berbagai masalah yang erat kaitannya dengan konstruksi perempuan khususnya tentang peran perempuan dalam hal kemandirian perempuan pada aspek sosial. Penulis akan melihat bagaimana peran perempuan dalam hal kemandirian perempuan dikonstruksikan dalam film ini. Film yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto ini diangkat dari sebuah novel yang ditulis oleh Asma Nadia dengan judul yang sama. Film ini menarik karena dalam film yang bergenre religi ini perempuan dihadirkan dalam warna yang berbeda. Jika dalam film religi lain perempuan hadir sebagai sosok yang tersubordinasi, hanya sebagai “pelengkap” laki-laki, sebagai sosok yang teraniaya dan lain sebagainya, film ini justru menampilkan perempuan sebagai makhluk yang cerdas, tegar, dan memiliki
peran dalam masyarakat yang tidak
ditampilkan hanya dalam hal-hal yang bersifat domestik. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perempuan dikonstruksi dalam film Assalamualaikum Beijing dengan mengambil judul “Konstruksi Perempuan dalam Film Assalamualaikum Beijing Produksi Maxima Pictures Production”.
17
302
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h
8
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Peneliti
membatasi
penelitiannya
pada
bagaimana
perempuan
dikonstruksi dalam aspek peran perempuan di masyarakat pada film Assalamualaikum Beijing. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah
penelitian
ini
adalah
“Bagaimana
perempuan
dikonstruksikan dalam film Assalamualaikum Beijing? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis konstruksi perempuan dalam film Assalamualaikum Beijing. 2. Manfaat Penelitian A. Manfaat Akademis a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagaimana proses konstruksi perempuan dalam sebuah film dengan genre religi.
9
B. Manfaat Praktis a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk khlayak bagaimana film merekonstruksi tatanan sosial yang ada, khususnya tentang perempuan. b) Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pekerja film atau sineas agar dapat membuat sebuah karya yang tidak bias gender. D. Pedoman Penulisan Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) Karya Hamid Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh CeQda (Centre of Quality Development and Assurance). E. Tinjauan Pustaka Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu mengenai perempuan dalam media massa. Ada beberapa penelitian yang membahas tentang perempuan dalam media massa diantaranya: 1. Skripsi dengan judul, “Konstruksi Simbolik Gender dalam Media Online (Analisis Pemberitaan Pernikahan Bupati Garut Aceng Fikri di Republika Online edisi 3 – 22 Desember 2012)”. Karya Dewi Karlina, mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana framing yang dilakukan oleh pihak Republika Online terhadap perempuan dalam pemberitaan kasus
10
pernikahan Bupati Garut Aceng Fikri dengan seorang gadis berusia 18 tahun. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan metode analisis framing model Robert N. Entman. Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori konstruksi sosial. Penulisan dalam skripsi ini sangat rapi dan jelas. Data yang disajikan jelas dan pada bab IV yang menjelaskan tentang temuan dan analisis data, penulis mampu menjelaskan dengan rinci framing Republika Online pada 4 judul berita yang menjadi obyek penelitian penulis. Kekurangannya adalah paradigma yang digunakan penulis, jika penulis menggunakan paradigma kritis penelitian akan lebih menarik dan lebih dalam lagi untuk meneliti isi pemberitaan yang mengandung bias gender. 2. Skripsi dengan judul “Konstruksi Perempuan Muslim dalam Pemberitaan Ajang World Muslimah 2013 di Kompas.com”. Karya Turi Miasih, mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Skripsi ini meneliti seperti apa konstruksi yang dilakukan oleh Kompas.com terhadap perempuan Muslim dalam pemberitaan Ajang World Muslimah 2013. Paradigma yang digunakan adalah konstruktivis dengan menggunakan riset kualitatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Framing model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki. Analisis framing model ini membingkai berita melalui empat struktur yaitu, sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Teori pendukungnya adalah konstruksi perempuan di media massa dan perempuan dalam
Islam.
Konstruksi
perempuan
Muslim
yang
dibangun
oleh
11
Kompas.com adalah sebagai sosok yang terbuka, pintar, memiliki kepedulian sosial yang tinggi dan berani tampil sebagai muslimah yang bisa menjadi panutan bagi perempuan muslim lainnya. Kompas.com mengemas berita mengenai ajang World Muslimah 2013 sebagai ajang yang berbeda dengan kontes kecantikan lainnya karena dalam kontes ini kecantikan tidaklah menjadi faktor utama, yang lebih diutamakan adalah kemampuan intelejensi yang dimiliki para kontestan. Penelitian ini sudah cukup baik, dalam bab IV temuan dan analisis data sudah sangat jelas dan rinci menjelaskan framing berita perjudul mulai dari tanggal
11 Juni 2013 – 21 September 2013.
Kekurangannya penelitian ini mengambil refrensi dari internet yaitu dari blog seseorang yang seharusnya tidak dijadikan refrensi. 3. Skripsi dengan judul, “Analisis Semiotika Terhadap Citra Perempuan di Rubrik “Liputan Malam” Majalah Popular Edisi Januari – Maret 2008”. Karya Pipit Permatasari, mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008. Skripsi ini meneliti seperti apa citra perempuan pada rubrik liputan malam majalah Popular dengan menggunakan analisis semiotika Rolland Barthes. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Permasalahan yang diangkat adalah sejauh mana majalah Popular memandang sosok perempuan dan bagaimana pencitraan perempuan ditampilkan dalam media massa. Dengan analisis semiotika model Rolland Barthes dapat dilihat teks dari segi makna denotasi, konotasi dan mitos. Paradigma yang digunakan adalah konstruktivis
12
dengan metode riset kualitatif. Skripsi ini sudah sangat jelas dalam menjabarkan makna denotasi, konotasi dan mitos yang ada pada rubrik tersebut edisi Januari – Maret 2008. 4. Skripsi dengan judul, “Analisis Framing Isu Keterwakilan Caleg Perempuan untuk Pemilu 2014 pada Harian Republika”. Karya Niken Wulandari, mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana Harian Republika sebagai media massa membingkai pemberitaan mengenai isu keterwakilan perempuan di pemilu 2014 dan bagaimana Harian Republika memproduksi pemberitaan mengenai isu keterwakilan perempuan dalam pemilu 2014. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial media massa. Teori konstruksi sosial media massa terbentuk dari bagaimana media massa melihat sebuah realitas. Bahasa sebagai salah satu alat efektif untuk mengkonstruksi sebuah realitas. Selain menggunakan teori konstruksi sosial media massa penelitian ini juga menggunakan teori gender dalam politik. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Model yang digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah analisis framing model Robert Entman. Dalam konsep Entman, framing merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana. Kekurangan dari penelitian ini adalah pada bagian akhir yaitu bab V yang menjadi penutup. Kesimpulan yang disampaikan dalam bab V ini menjadi akhir dari penelitian
13
yang dilakukan di mana dalam kesimpulan ini seharusnya sangat jelas seperti apa kesimpulan yang didapat peneliti sehingga pembaca mengetahui akhir dari penelitian ini dengan jelas. Kekurangan lainnya yaitu dari sumber refrensi yang diperoleh. Refrensi dari internet yang dikutip oleh peneliti berasal dari situs-situs yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya seperti dari google, wordpress, dan blog pribadi seseorang. Seharusnya sumber-sumber seperti itu tidak bisa dijadikan refrensi dalam pembuatan skripsi. 5. Skripsi dengan judul, “Dialog Antaragama dan Peran Perempuan : Analisis Semiotika Pesan Film WHERE DO WE GO NOW”. Karya Lini Zurlia mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Skripsi ini meneliti film Where Do We Go Now dengan menggunakan pendekatan penelitian semiotika Roland Barthes. Dengan menggunakan pendekatan penelitian semiotika Roland Barthes peneliti ingin mengetahui makna denotasi dan konotasi pesan dialog antagama dan makna denotasi dan konotasi pesan peran perempuan dalam film Where Do We Go Now. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini sudah cukup baik dan hampir tidak ada kekurangan dalam penulisannya. Kekurangannya pada refrensi yang digunakan, penulis menggunakan refrensi dari internet yaitu Wikipedia yang seharusnya tidak bisa dijadikan sumber refrensi sebuah karya ilmiah.
14
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan kelima penelitian di atas, yaitu terdapat pada metodologi dan fokus penelitian. Untuk menganalisis, penelitian ini menggunakan metode analisis framing model Pan Kosicki, yang melihat pada bagaimana pandangan dan pembingkaian sebuah film dalam mengkonstruksi perempuan kepada khalayak. Hal lain yang membedakan adalah hasil dari analisis framing tersebut kemudian dianalisis dalam perspektif gender. F. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN, pada bab ini memaparkan latar belakang masalah; batasan dan rumusan masalah; tujuan dan manfaat penelitian;
pedoman
penulisan;
tinjauan
pustaka;
dan
sistematika penulisan. BAB II
KAJIAN
TEORITIS,
bab
ini
membahas
tentang
konseptualisasi gender; konstruksi perempuan di media massa; konsep perempuan dapat mengambil keputusan, perempuan cerdas, perempuan tegas dan perempuan tegar; konseptualisasi film; teori konstruksi sosial; dan konseptualisasi framing. BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN,
bab
ini
membahas
paradigma penelitian; subjek penelitian; objek penelitian; teknik pengumpulan data; dan teknik analisis data. BAB IV
PROFIL
MAXIMA
PICTURES
DAN
TEMUAN
ANALISIS, bab ini berisi tentang sejarah berdirinya Maxima Pictures; visi-misi Maxima Pictures; analisis cerita yang
15
dibangun dalam film Assalamualaikum Beijing tentang perempuan. BAB V
PENUTUP, bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dan saran penulis.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konseptualisasi Gender “Gender adalah sebuah istilah yang menunjukkan pembagian peran sosial antara laki-laki dan perempuan dan ini mengacu kepada pemberian ciri emosional dan psikologis yang diharapkan oleh budaya tertentu yang disesuaikan dengan fisik laki-laki dan perempuan. Adapun istilah seks mengacu kepada perbedaan secara biologis dan anatomis antara laki-laki dan perempuan (Tuttle, 1987).” 1 Dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distintion) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat.2 Mosse mengemukakan bahwa konsep gender secara mendasar berbeda dari jenis kelamin biologis, laki-laki dan perempuan yang merupakan pemberian dari Tuhan. Akan tetapi, jalan yang menjadikan maskulin atau feminin adalah gabungan antara blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur sosial. Gender adalah seperangkat peran yang dimainkan laki-laki dan perempuan agar tampak dari diri mereka dan dilihat oleh orang lain bahwa seseorang itu adalah feminin dan maskulin.3 Gender secara konseptual dapat dipahami sebagai sistem peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk bukan berdasarkan biologis, tetapi oleh sosial, budaya dan politik. Gender adalah peran-peran yang harus dimainkan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa kita maskulin atau feminin. Peran ini juga 1
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 54 2 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, h.54 3 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, h.54
16
17
menentukan apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan, layau atau tidak layak dilakukan mengikuti aturan-aturan yang ada di masyarakat. Aturan tersebut berupa seperangkat perilaku yang mencakup penampilan pakaian, sikap, seksualitas, keperibadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga.4 Konsep gender dapat dikatakan netral dan fungsional apabila dilihat melalui sudut pandang kedua jenis kelamin yang saling membutuhkan dan melengkapi. Artinya keberadaan keduanya merupakan hal yang alami dalam masyarakat. Gender akan menjadi tidak netral apabila pemilahan fungsi dan peran tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan oleh individu laki-laki dan perempuan di masa kini. Untuk menyesuaikan antara kenyataan dan harapan, maka peran genderlah yang harus berubah agar tidak menjadi beban gender.5 Konstruksi sosial tentang gender menjadikan perempuan lebih memilih pekerjaan yang sifatnya melayani dan masih berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat domestik dalam rumah tangga. Dengan demikian, lapangan kerja juga mengalami segregasi atau pemilahan antara tugas laki-laki dan perempuan.6 Berikut ini perbedaan utama antara jenis kelamin dan gender diantaranya7:
4
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 64 5 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, h. 64-65 6 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, h. 66 7 Kamla Bhasin, Memahami Gender (Jakarta: TePLOK PRESS, 2001) h. 4
18
Tabel. 1 Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender JENIS KELAMIN Jenis kelamin bersifat alamiah Jenis kelamin bersifat bilogis. Merujuk pada perbedaan yang nyata dari alat kelamin dan perbedaan terkait dalam fungsi kelahiran Jenis kelamin bersifat tetap, ia akan sama di mana saja
Jenis kelamin bersifat alamiah Jenis kelamin tidak bisa diubah
GENDER Gender bersifat sosial budaya dan merupakan buatan manusia Gender bersifat sosial budaya dan merujuk kepada tanggung jawab, peran, pola perilaku, kualitas-kualitas, dan lain-lain yang bersifat maskulin dan feminine Gender bersifat tidak tetap. Ia berubah dari waktu ke waktu, dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, bahkan dari satu keluarga ke keluarga lainnya Gender dapat diubah Gender bersifat sosial budaya dan merujuk kepada tanggung jawab, peran, pola perilaku, kualitas-kualitas, dan lain-lain yang bersifat maskulin dan feminine
Sumber: Kamla Bhasin, Memahami Gender (TePLOK PRESS) a. Gender dalam Islam Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT di tanah Arab pada abad ke VII, termasuk agama-agama Semitik / Abrahamic Religions (Yahudi, Kristen, dan Islam). Dalam tradisi Semit, kaum lelaki selalu dianggap makhluk yang
19
superior, bahkan Tuhan dibayangkan sebagai lelaki, sehingga budaya patriarki sangatlah kuat.8 Imbasnya, ayat-ayat suci yang diturunkan oleh Allah SWT tidak sedikit yang ditafsirkan dengan nada patriarkis, namun banyak juga yang sebenarnya merupakan upaya penyadaran kepada masyarakat dari kungkungan budaya tersebut. Sehingga ketika Nabi Muhammad SAW berkuasa, aktivitas yang dilakukan kaum perempuan mulai beragam, bahkan keluarga dekat Beliau banyak mengambil bagian dalam hal ini. Isteri Beliau yang bernama Aisyah misalnya, adalah seorang ahli agama dan tempat bertanya bagi sahabat lelaki maupun perempuan, seorang politikus, sekaligus pekerja sosial di masyarakat. Hanya saja, dalam perjalanan sejarah Islam yang harus bersentuhan dengan budaya perluasan yang masih sangat patriarkis (Persia, Asiria, dsb.), sangat memengaruhi penafsiran dan pemaknaan terhadap ayat-ayat suci yang telah ada, sehingga kesan dominasi lelaki menjadi semakin kental. Celakanya, umat Islam banyak yang terjebak dengannya, sehingga hasil ijtihad para ulama yang kemudian terjerumus dalam teologi Islam, fiqih, ataupun keilmuan yang lain tadi, dianggap sebagai ajaran agama yang tak bisa diotak-atik. Padahal tidak demikian adanya.9 Maka dari itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk membongkar pemahaman terhadap teks-teks agama yang selama ini dijadikan sebagai alat legitimasi bagi jalan pikir yang bersifat patriarkis tersebut, yang masih jauh dari keadilan gender. Upaya8
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 205 9 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 205
20
upaya yang dapat mengembalikan pemahaman guna menuju tercapainya relasi kesederajatan antara laki-laki dan perempuan sebagaimana yang dikehendaki oleh ajaran Al Qur’an dan Al Hadits perlu digalakkan, terutama dalam tataran ilmiah, untuk selanjutnya bisa disosialisasikan kepada masyarakat.10 Secara kodrati laki-laki dan perempuan merupakan makhluk Allah SWT yang memiliki persamaan dan perbedaan. Namun, bukan berarti yang satu lebih unggul dibandingkan yang lainnya sehingga adanya perlakuan diskriminatif. Adanya persamaan dan perbedaan di antara keduanya tersebut merupakan sunatullah yang sengaja Allah SWT ciptakan untuk kelangsungan hidup generasi manusia dalam mengemban tugas kekhalifahan di muka bumi ini. Mengingat proses pembuatan manusia, selama ini banyak orang meyakini bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah Adam, seorang laki-laki, sesudah itu barulah Allah SWT menciptakan Hawa, sebagai pasangan hidupnya. Hal ini berdasarkan pada Al Qur’an Surat An Nisa ayat 1:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan- mu yang telah menciptakan kamu dari satu jenis (bangsa); dan daripadanya Allah
10
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, h. 205-206
21
menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki- laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama- Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. Hal ini dikaitkan dengan Rasulullah yang bercerita ketika Adam sendirian di surga, dia tidur. Lalu setelah bangun ia menjumpai seorang perempuan duduk disebelah kepalanya, yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Ketika ditanya perempuan tersebut menjawab bahwa dirinya diciptakan untuk menemani Adam. Lebih “mengerikan” lagi jika diteruskan bahwa tulang rusuk itu mempunyai sifat bengkok, keras, dan mudah patah, yang demikian itu pula watak asli perempuan. Dia cenderung menuju ke jalan yang bengkok, serong, atau menyeleweng. Padahal Al Qur’an sendiri tidak pernah menyatakan secara jelas tentang penciptaan perempuan secara khusus. Yang ada, Al Qur’an secara umum menggambarkan penciptaan manusia, jasmani dan rohani.11 Al Qur’an menginformasikan tentang penciptaan perempuan dijelaskan bersamaan dengan penciptaan laki-laki seperti yang dijelaskan dalam Surat An Nisa ayat 1. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan laki-laki dari nafs wahidat, dan isterinya juga diciptakan dari unsur yang sama. Namun Al Qur’an tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan nafs wahidat tersebut maka dari itu, munculah berbagai pendapat yang menafsirkan ayat tersebut. Sebagian ulama 11
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 206
22
menafsirkan dengan ‘diri yang satu (Adam), kemudian isterinya diciptakan dari Adam itu’. Sehingga terbentuk opini bahwa Hawa – isteri Nabi Adam – diciptakan Allah SWT dari tulang rusuk Adam.12 Siti Musdah Mulia dalam bukunya, Muslimah Reformis: Perempuan Pembaru Keagamaan, menjadikan ketidakadilan dan subordinasi perempuan sebagai topik bahasan dalam studi wanita yang dikaji dalam konteks ajaran Islam. Penekanannya adalah perempuan dianggap sebagai makhluk yang “kurang” dibandingkan dengan laki-laki, yang bertentangan dengan hakikat ajaran Islam yang bertujuan memberikan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia (perempuan dan laki-laki).13 Maka dapat disimpulkan bahwa dalam Islam perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama, tidak ada yang lebih rendah ataupun lebih tinggi derajatnya karena diciptakan oleh Allah SWT dari unsur yang sama. Islam diturunkan di tanah Arab sebagai pencerah kala itu, di mana sebelum Islam turun masyarakat Arab adalah kaum Jahilliyah yang tidak menghargai perempuan, namun, ketika Islam turun dan Rasulullah berkuasa semuanya berubah. Perempuan jauh lebih dihargai dan memiliki tempat dalam pekerjaan-pekerjaan publik seperti yang dilakukan oleh isteri Rasulullah, Aisyah. Islam merupakan agama yang paling menghargai perempuan dan memuliakannya.
12 13
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, h. 208 Saparinah Sadli, Berbeda tetapi Setara (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010). h. 54
23
B. Konstruksi Perempuan di Media Massa Konstruksi merupakan susunan realitas obyektif yang telah menjadi kesepakatan umum, meskipun di dalam proses konstruksi itu tersirat dinamika sosial. Menurut Berger dan Luckman, konstruksi realitas secara sosial memusatkan perhatiannya pada proses ketika individu menanggapi kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka.14 Konstruksi gender yang berkembang dalam masyarakat sangat erat kaitannya dengan nilai “kepantasan”. Namun, nilai kepantasan antara satu masyarakat dengan yang lainnya tidak harus sama dan dapat berubah oleh waktu. Dalam budaya patriarki, perempuan selalu dikonstruksikan sebagai kaum yang lemah dan berada di bawah kendali laki-laki.15 “Patriarki merupakan sistem terstruktur dan praktek sosial yang menempatkan kaum laki-laki sebagai pihak yang mendominasi, melakukan opresi, dan mengeksploitasi kaum perempuan. Sistem ini ada dalam dua bentuk, yakni: private patriarchy (patriarki domestik) yang menekankan kerja dalam rumah tangga sebagai stereotipe perempuan, dan public patriarchy (patriarki publik) yang menstereotipekan
14 Helen Diana Vida, “Konstruksi Perempuan dalam Rubrik CC Single di Majalah Cita Cinta Edisi Januari – Desember 2009.” Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 (Februari – juli 2011): h. 19 15 Helen Diana Vida, “Konstruksi Perempuan dalam Rubrik CC Single di Majalah Cita Cinta Edisi Januari – Desember 2009.” Journal Communication Spectrum, h. 19
24
laki-laki sebagai pekerja di sektor publik yang sarat dengan karakter keras penuh tantangan.”16 Salah satu suprastruktur yang memiliki kontribusi dalam menciptakan ideologi patriarki adalah media massa, di mana lembaga media massa ini memiliki kekuatan untuk menyebarkan pesan, memengaruhi, bahkan mencerminkan budaya masyarakat, dan mereka menyediakan informasi secara bersamaan pada sejumlah besar audience yang heterogen yang menjadikan media sebagai bagian dari kekuatan institusional mereka sendiri.17 Dalam media massa perempuan selalu ditampilkan sebagai makhluk yang sangat tipikal yaitu tempatnya pada pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya domestik, bergantung kepada laki-laki, tidak mampu mengambil keputusan yang penting, menjalani profesi terbatas, sebagai simbol seks/obyek seksual, obyek peneguhan pola kerja patriarki, obyek pelecehan dan kekerasan, selalu disalahkan (blaming the victim) dan bersikap pasif. Selain itu eksistensi perempuan juga tidak terwakili secara proporsional di media massa, baik dalam media hiburan maupun dalam media berita.18 Melalui penggambaran semacam itu, kaum perempuan telah mengalami kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh suatu jaringan kekuasaan dalam berbagai bentuk, misalnya berupa diskriminasi kerja, diskriminasi upah, pelecehan
16
Hamid Arifin, “Representasi Perempuan dalam Pers.” Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1 (Juli 2007): h. 12 17 Hamid Arifin, “Representasi Perempuan dalam Pers.” Jurnal Komunikasi Massa, h. 9 18 Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan (Jakarta: Kompas, 2009), h. 4
25
seksual, ketergantungan pada suami, pembatasan peran sosial sebagai perempuan, isteri, dan ibu rumah tangga, dan sebagainya.19 Di media massa, perempuan juga dikonstruksi sesuai dengan keinginan masing-masing media, menurut Armando: “Menengok isi media massa, kita akan menemukan gambaran perempuan dalam budaya popular kita adalah objek yang nilai utamanya adalah daya tarik seksual. Perempuan memang tidak lagi digambarkan sebagai ‘hanya’ ibu rumah tangga dan isteri yang berkewajiban utamanya adalah menyenangkan hati suami, anak-anak, dan orang tua. Namun, posisi barunya tak bisa dipandang terhormat. Perempuan, sebagaimana tampil di media, adalah pemanis, pelengkap, atau bahkan pemuas fantasi seksual kaum laki-laki.”20
Hasil penelitian Ashadi Siregar terhadap sepuluh majalah wanita dan tabloid wanita yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa: “Media wanita itu lebih banyak mengulas perempuan dalam lingkup domestik atau berdimensi pribadi, seperti kecantikan, hubungan suami isteri, resep makanan, serta tips untuk mendidik anak. Rendahnya reportase yang berkaitan dengan domain publik yang keras, seperti ekonomi politik, menunjukkan bahwa media wanita tersebut belum menjadi dirinya sebagai media untuk merepresentasikan diri secara maksimal dalam struktur sosial.”21
Media massa mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam proses pemberdayaan perempuan. Signifikansi peran terletak pada eksistensinya. Pertama, sebagai media komunikasi dan sosialisasi gagasan baik melalui media cetak maupun 19
Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan (Jakarta: Kompas, 2009), h. 4 Helen Diana Vida, “Konstruksi Perempuan dalam Rubrik CC Single di Majalah Cita Cinta Edisi Januari – Desember 2009.” Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 (Februari – juli 2011): h. 19 21 Hamid Arifin, “Representasi Perempuan dalam Pers”, Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1 (Juli 2007): h. 11 20
26
media elektronik. Kedua, sebagai salah satu tonggak demokrasi, yang sekarang menjadi mainstream. Pilar demokrasi adalah adanya ruang publik yang bebas (a free public sphere) dan penghargaan terhadap hak asasi manusia, di mana salah satu perwujudannya adalah penghargaan terhadap hak-hak perempuan dan konsep persamaan (equality). Dalam konteks media massa, maka perempuan harus mendapatkan akses dan pemberitan media massa secara adil dan dalam kerangka equality tersebut. 22 Ideologi
gender
yang
muncul
secara
dominan
dalam
masyarakat,
mengakibatkan adanya fenomena di mana status perempuan dan kedudukan perempuan menjadi tidak pernah mengalami kemajuan yang berarti. Akibat lebih jauhnya adalah mahalnya penghargaan dari masyarakat, pers, dan pemerintah terhadap prestasi dan perjuangan perempuan.23 Hetty Siregar menuliskan bagaimana media menyajikan deskripsi atau gambaran tentang perempuan, yakni:24 1. Kebanyakan menyangkut soal berbusana, makanan kegemaran, dan urusan rumah tangga pada umumnya. Bila seorang perempuan tidak berhasil membina rumah tangganya, apapun prestasinya diluar rumah, maka ia adalah makhluk yang gagal. 2. Mengungkit soal kiat menyenangkan laki-laki dari cara berperilaku atau berpakaian.
22
Khofifah Indar Parawansa, Mengukir Paradigma, Menembus Tradisi (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006), h. 55 23 Hamid Arifin, “Representasi Perempuan dalam Pers.” Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1 (Juli 2007): h. 14 24 Hamid Arifin, “Representasi Perempuan dalam Pers.” Jurnal Komunikasi Massa, h. 14-15
27
3. Iklan-iklan di media massa memperlakukan perempuan dengan simbolsimbol seksis. 4. Perempuan secara tradisional digambarkan sebagai dekorasi atau model untuk memperindah halaman-halaman media. C. Konsep Perempuan Tegas, Cerdas, Tegar dan Mampu Mengambil Keputusan Sue Hadfield dan Gill Hason dalam buku How to be Assertive in Any Situation mendefinisikan sikap tegas adalah memberitahu orang lain tentang sesuatu yang diinginkan dan tidak diinginkan dengan cara yang jujur, lugas, elegan, dan penuh percaya diri. Kemudian siap bertanggung jawab atas apa yang telah dikatakan. Jujur adalah mengutarakan dengan benar pendapat dari relung hati. Lugas adalah terus terang, jelas dan tidak berbelit-belit. Elegan adalah menyampaikan pendapat dengan baik, tidak marah, tenang, tersenyum lembut dan intonasinya bagus. Penuh percaya diri adalah menyatakan pendapat dengan sikap badan tegap, tatapan matanya jernih dan tajam, tidak berkata terbata-bata, terstruktur dan bahasa tubuhnya kuat. Bertanggung jawab adalah siap meminta maaf jika berbuat atau berkata salah.25 Jadi dapat disimpulkan bahwa perempuan yang memiliki sikap tegas adalah perempuan yang mampu menyampaikan apa yang menjadi keinginannya dengan jelas serta dapat bertanggung jawab dengan apa yang dikatakannya. Sedangkan cerdas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sempurna perkembangan akal budi seseorang manusia untuk berfikir, mengerti, tajam pikiran 25
Sue Hadfield dan Gill Hason, How to be Assertive in Any Situation (New York: Pearson Life, 2010) , h. 20
28
dan sempurna pertumbuhan tubuhnya.26 Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa perempuan yang memiliki kecerdasan berarti perempuan yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, menciptakan masalah baru untuk dipecahkan serta memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat. Selanjutnya adalah tegar. Tegar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna tabah atau menerima sesuatu yang terjadi dengan hati yang ikhlas.27 Maka dapat disimpulkan perempuan yang tegar adalah perempuan yang dapat dengan ikhlas menerima cobaan yang terjadi dalam dirinya namun tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik. Terakhir adalah perempuan yang mampu mengambil keputusan. Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang
26 27
Kamusbahasaindonesia.org Kbbi.web.id
29
tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan.28 Perempuan yang mampu mengambil keputusan adalah perempuan yang dapat mengambil keputusan untuk melakukan suatu tindakan dan menghasilkan pilihan yang final. D. Konseptualisasi Film 1. Definisi Film Film adalah karya seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, piringan video, dan bahan-bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala hal bentuk, jenis dan ukuran maupun proses kimiawi elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi, mekanik, elektronik atau lainnya.29
Film
sebagai teknologi hiburan massa yang dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas disamping pers, radio, dan televisi.30 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia film adalah selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).31 Secara etimologis, film
28
J Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik (Jakarta: Grasindo, 1996). h. 46 Chaidir Rahman, Festifal Film Indonesia (Medan: Badan Pelaksana FFI, 1983). h. 8 30 Sean M b ac Bride, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia (Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983). h. 120 31 Eko Endarmoko, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2006). h. 180 29
30
adalah susunan gambar yang berada dalam selluloid kemudian diputar dengan menggunakan proyektor, dan bisa ditafsirkan dengan berbagai makna.32 Film merupakan fenomena sosial, psikologi dan estetika yang komplek. Dalam pengertian lain, film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan musik.33 Saat ini film tidak lagi dimaknai sebagai karya seni (films as art) saja, tetapi lebih sebagai “komunikasi massa”. Terjadinya pergeseran perspektif ini, paling tidak telah mengurangi bias normatif dari teoritisi film yang cenderung membuat lokalisasi dank arena itu film mulai diletakkan secara obyektif.34 Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan melalui televisi atau layar perak, film mampu menampilkan relaitas kedua dari kehidupan manusia. Kisah-kisah yang ditayangkan lebih bagus dari kondisi nyata sehari-hari, atau sebaliknya bisa menjadi lebih buruk.35 Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodermik atau peluru yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, di mana kegiatan mengirimkan pesa sama halnya dengan tindakan menyuntikkan obat yang dapat langsung merasuk ke dalam jiwa penerima pesan.36
32
Gatot Prakoso, Film Pinggiran – Analogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter (Jakarta: Fatma Press, 1977). h. 22 33 Sean Mc Bride, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara dan Satu Dimensi (Jakarta: PN Balai Pustaka, UNESCO, 1983). h. 120 34 Budi Irwanto, Film, Ideologi: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia (Yogyakarta: Aksara, 2005). h. 11 35
36
Rivers, William, dkk., Media Massa dan Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2008). h. 199
Morrisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005). h. 12
31
Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.37 Industri film disebut sebagai industri yang dibangun dari mimpi karena sifatnya yang imajinatif dan sebagai media kreatif.38 Industri film adalah industri bisnis. Prediksi ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orangorang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri.39 2. Unsur-unsur Film Beberapa unsur dalam film, diantaranya: a. Judul film. b. Crident title (meliputi produser, crew, artis, dan lain-lain). c. Tema film sebagai inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.
37
Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar (Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman, 2000). h. 6 38 Shirley Biagi, Media Impact Pengantar Media Massa (Jakarta: Salemba Humanika, 2010). h. 168 39 Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007). h. 134
32
d. Intrik yaitu usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan adegan yang ada dalam sebuah naskah untuk
mebcapai tujuan yang diinginkan oleh
sutradara. e. Klimaks yaitu inti dari cerita yang disampaikan. Klimaks bisa berbentuk konflik atau benturan antar kepentingan para pemain. f. Plot yaitu alur cerita yang didesain atau direkayasa untuk mencapai tujuan tertentu. Maka itu satu topik yang sama bisa dibuat beberapa plot sesuai dengan sudut pandang yang diambil dan tujuan yang ingin dicapai. g. Million / setting yaitu latar belakang kehadiran sebuah film. Latar belakang in bisa berbentuk waktu, tempat, perlegkapan, aksesoris, dan lain sebagainya. h. Sinopsis yaitu ringkasan cerita, biasanya berbentuk naskah. i. Trailer yaitu bagian film yang menarik. j. Karakter yaitu penokohan para pemain.40 3. Jenis dan Klasifikasi Film Pada dasarnya film terbagi menjadi beberapa jenis, karakter-karakter yang ditampilkan pun mengakibatkan munculnya pengelompokan tersebut. Jenis film menurut penelitian Askrufai Baksin yaitu: 1. Drama Drama ini merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa tokoh dalam adegan tersebut. Tema ini pula bisa dikaitkan 40
101
Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press: 2004). h.
33
dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama keluarga. 2. Action Pada istilah ini action seringkali berkaitan dengan adegan berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” atau “perkelahian” fisik yang dilakukan oleh peran protagonis dengan antagonis. 3. Komedi Komedi ini merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan lawakan. Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa saja. Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi. 4. Horror Jika sebuah film menawarkan suasana yang menakutkan, menyeramkan, membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut dengan film horror. Suasana horor dalam film itu bisa dibuat dengan cara animasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut.
34
5. Tragedi Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia. Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi. 6. Drama Action Tema ini merupakan gabungan dari dua tema, yaitu drama dan action. Pada tema drama action ini biasanya menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan berupa “pertengkaran fisik”. Untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya, film dimulai dengan menyuguhkan suasana drama, lalu setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaran-pertengkaran. 7. Komedi Tragis Suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa dengan emosinya dalam suasana tragis. Akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi. 8. Komedi Horor Komedi horor sama dengan seperti komedi tragis. Suasana komedi horor juga merupakan gabungan antara tema komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini merupkan film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi.
35
9. Parodi Tema parodi ini merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditayangkan, para penonton akan melihat satu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditayangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah muncul di film-film sebelumnya. Tentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan.41 E. Teori Konstruksi Sosial Sebuah realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna ketika realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara subjektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial dan mengkonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektifitas individu lain dalam institusi sosialnya.42 Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoretik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Peter L. Berger merupakan sosiolog dari New School for Social
41
Sumarno, Marseli, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005). h. 272 42 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisa Wacana Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002). h. 90
36
Research, New York, Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Istilah konstruksi atas realitas sosial menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Tomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Contruction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966). Mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.43 Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman antara “kenyataan” dan “pengetahuan”.44 Mereka mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui memiliki keberadaan yang tidak bergantung kepada kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik secara spesifik.45 Realitas sosial menurut pandangan kaum konstruktivis, setidaknya sebagian adalah produksi manusia, hasil proses budaya, termasuk penggunaan bahasa.46 Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme, yaitu:
43
Burhan bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann (Jakarta: Kencana, 2011). h. 13 44 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008) cet ke 3, h. 195 45 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h. 195 46 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2007). H. xii
37
1. Konstruktivisme Radikal Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran manusia. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksikan suatu realitas ontologis objektif, namun sebagai sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif. Karena itu, konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu.47 Konstruktivisme radikal ini tidak pernah mengklaim objektivitas. Menurut mereka, kita tidak dapat melihat dunia pengalaman kita dari luar. Kita membentuknya dari dalam dan hidup dengannya lama sebelum kita mulai bertanya dari mana dan apa itu sebenarnya.48 2. Konstruktivisme Realisme Hipotesis Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) kita dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas. Menurut Munevar (1981) dalam
47
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencan a, 2008), Cet. Ke 3, h. 194. 48 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan (Yogyakarta: Kanisius, 2001) h. 26-27.
38
Paul Suparno bahwa pengetahuan kita mempunyai relasi dengan kenyataan tetapi tidak sempurna.49 3. Konstruktivisme Biasa Dalam konstruktivisme
biasa,
tidak
mengambil
semua
konsekuensi
konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran dari realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu obyek dalam dirinya sendiri.50 Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran dari realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu obyek dalam dirinya sendiri. Konstruktivisme juga berbeda dengan idealisme. Kaum idealis menyatakan bahwa pikiran dan konstruksinya adalah satu-satunya realitas, sedangkan konstruktivisme menyatakan bahwa kita hanya dapat mengetahui apa yang dikonstruksi oleh pikiran kita. Bagi konstruktivisme bentukan itu harus jalan, dan ini tidak harus selalu merupakan representasi dunia nyata. Terdapat kesamaan dari ketiga macam konstruktivisme di atas, di mana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang yang disekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan
49 50
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, h. 26-27 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, h. 26-27
39
atas realitas yang dilihat berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial. Dari ketiga macam konstruksivisme di atas, konstruktivisme radikal dianggap paling cocok dengan penelitian ini. Karena dalam konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran manusia. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Konstruksi perempuan dalam sebuah film merupakan hasil dari bentukan pikiran seorang penulis cerita, apa yang digambarkan dalam sebuah cerita merupakan hasil pemikiran dan keinginan seorang penulis cerita. F. Konseptualisasi Framing Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan Beterson tahun 1955. Awalnya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksikan oleh manusia. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah tampak. Akibatnya khalayak lebih mudah mengingat
40
aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.51 Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini meencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Cara pandang atau perspektif itu akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Menurut Erving Goffman, secara sosiologi konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklarifikasi, mengorganisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Skemata interpretasi itu disebut frames, yang memungkinkan individu dapat merasakan, mengidentifikasi, dan memberi label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi.52
51 52
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) h. 161-162. Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). h. 163
41
Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam memengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan. Dalam perspektif disiplin ilmu lain, konsep framing terkesan tumpang tindih. Fungsi frame kerap dikatakan sebagai struktur internal dalam pikiran dan perangkat yang dibangun dalam wacana politik. Sebagai sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap penting. Artinya peristiwa itu penting dan bernilai berita, media dan wartawanlah yang mengkonstruksi sedemikian rupa sehingga peristiwa tersebut dinilai penting. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya dan dibuangnya.53 Menurut G.J. Aditjondro mendefinisakn framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspekaspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.54 Dengan frame, jurnalis memperoleh berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan 53 54
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 163 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). h. 165
42
disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Kalau saja ada realitas dalam arti objektif, bisa jadi apa yang disampaikan dan dibingkai oleh media berbeda dengan realitas objektif tertentu. Karena pada dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realitas sebaiknya dikonstruksi.55 Framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya, untuk dimengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditujukan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan infromasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu atau peristiwa tersebut menjadi penting dalam memengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.56 Ada beberapa model framing menurut 4 ahli, diantaranya sebagai berikut: 1. Pan dan Kosicki Dalam Alex Sobur dikutip, Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita atau cerita sebagai perangkat framing sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural 55
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2005). Cet. Ke 3, h. 139. 56 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media, h. 252-253
43
ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita atau cerita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita atau cerita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita atau cerita kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.57 Tabel 2. Framing Model Zhongdag Pan dan Gerald M. Kosicki
Struktur SINTAKSIS Cara wartawan menyusun cerita SKRIP Cara wartawan mengisahkan cerita TEMATIK Cara wartawan menulis cerita
Perangkat Framing 1. Skema berita
Judul, latar informasi, pelaku dan dialog
2. Kelengkapan cerita (unsurunsur skenario film) 3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti 7. Leksikon 8. Metafora
Konstruksi dramatik, scene
RETORIS Cara wartawan menekankan cerita Sumber: Alex Sobur (Analisis Teks Media)
57
Struktur yang Diamati
Tema, Proposisi dam Kalimat
Kata, Idiom, Gambar, Foto, Grafik
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 175
44
2. Gamson dan Modigliani Rumusan atau model Gamson dan Modigliani didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media berita dan artikel, terdiri atas package interpretative yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukkan substansi isu yang tengah dibicarakan. Sedangkan struktur yang kedua mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan reasoning devices.58 Gamson ilmuan yang paling konsisten dalam mengembangkan konsep framing mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu.59 2. Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sebagai sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari sisi yang lain.60
58
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 176 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 177 60 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2005). Cet. Ke 3, h. 253 59
45
3. Muray Edelman Pendapat Muray hampir sama dengan Robert, di mana mereka menitik beratkan pada bagaimana peristiwa dipahami dan bagaimana pemulihan fakta yang dilakukan oleh media.61 Dalam penelitian ini, model framing yang digunakan peneliti adalah framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dapat disimpulkan bahwa frame dapat berfungsi sebagai pusat susunan ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks cerita kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
61
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2005). Cet. Ke 3, h. 253
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.1 A. Paradigma Penelitian Menurut Bogdan dan Biklen paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.2 Paradigma juga sering disebut sebagai rangkaian model yang digunakan dalam penelitian guna memperoleh suatu kebenaran. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma dalam analisis isi, terbagi menjadi tiga yaitu, positivis, konstruktivis dan kritis. Untuk melihat perbedaannya dapat dilihat dari sisi ontologis, epistemologis, aksiologi, dan metodologi.
1
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 145 2 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), h. 30
46
47
Aspek ontologi dalam konstruktivis melihat bahwa realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang sebenarnya, melainkan hasil konstruksi.3 Asumsi dari epistemologi dalam paradigma ini, bahwa hubungan antara peneliti dan objek penelitiannya tidak dapat dipisahkan. Sisi aksiologi menjelaskan mengenai nilai dan tujuan dalam memperoleh pengetahuan. Penelitian dengan paradigma konstruktivis bertujuan untuk rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.4 Terakhir, mengenai metodologi yang merupakan teknik-teknik untuk digunakan peneliti agar memperoleh pengetahuan mengenai “realitas”. Paradigma ini menekankan empati, dan interaksi dialektis antara peneliti dan responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti, melalui metode-metode kualitatif seperti observasi partisipan. Dengan paradigma konstruktivis peneliti dapat melihat bagaimana konstruksi Maxima Pictures Production dalam mengkonstruk perempuan pada film Assalamualaikum Beijing.
B. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan sejumlah data, baik yang tertulis maupun lisan dari orang-orang serta tingkah laku yang diamati.
3
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2002). h. 5 4 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media (Jakarta: Kencana, 2007). Cet. Ke. 2 h. 110
48
Dalam hal ini individu atau organisasi harus dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan, artinya tidak boleh diisolasikan ke dalam variabel atau hipotesis.5 Eriyanto mengutip pendapat Cresswell, ada beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.6 Menurut Pawito, penelitian komunikasi kualitatif, biasanya tidak dimaksudkan
untuk
memberikan
penjelasan-penjelasan
(explanations),
mengontrol gejala-gejala komunikasi atau mengemukakan prediksi-prediksi, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.7 Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan peneliti dengan rinci, dibentuk dengan kata-kata. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif merupakan sebuah metode
yang digunakan untuk
menganalisis realitas sosial secara mendalam. Pada penelitian kualitatif, peneliti memiliki kebebasan dalam menyusun dan menganalisa hasil temuan di lapangan, 5
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h. 22 6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2011), h. 3 7 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 35
49
selain itu penelitian kualitatif memungkinkan peneliti menggunakan kedekatan emosional dengan yang diteliti agar mempermudah peneliti memperoleh informasi dan mempelajari setiap fenomena yang terjadi. Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian pada pihak Maxima Pictures Production sebagai rumah produksi dari film Assalamualaikum Beijing guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Hasil temuan yang didapatkan peneliti kemudian dianalisis dan disusun menggunakan kata-kata untuk menggambarkan bagaimana proses konstruksi perempuan dan relasi gender yang terjadi dalam film Assalamualaikum Beijing tersebut. C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Film Assalamualaikum Beijing yang diproduksi oleh Maxima Pictures Production. D. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perempuan yang dikonstruksikan dalam film Assalamualaikum Beijing ini. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi Metode pengumpulan data dokumentasi adalah dengan mengumpulkan data-data penelitian atau informasi yang berbentuk dokumentasi, yaitu seperti otobiografi, kliping, cerita roman, data yang tersimpan di web site dan sebagainya.8
8
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2009), h. 122
50
Dalam penelitian ini peneliti akan mengumpulkan data-data berupa fotofoto dan dokumen lainnya yang terkait dengan penelitian. Foto-foto yang dikumpulkan peneliti adalah foto adegan-adegan yang ada dalam film Assalamualaikum Beijing tersebut. 2. Wawancara Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.9 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk wawancara mendalam. Wawancara mendalam (deep interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dan dapat juga dilakukan melalui telefon atau e-mail. 3. Observasi Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.10 Maka, dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara mendalam dengan cara menonton film Assalamualaikum Beijing. Dengan
9
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 118 10 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial (Jakarta: Prenada Media Grup, 2009), h. 115
51
cara menonton berulang kali film tersebut peneliti dapat menemui apa saja permasalahan yang ada dalam film tersebut dan seperti apa perempuan dikonstruksikan dalam film tersebut. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk memperoleh data penelitian terdiri dari dua sumber, yaitu: 1. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari film Assalamualaikum Beijing. 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung. Sumber data sekunder ini diperoleh dengan mewawancarai narasumber terkait dan data-data yang ditemukan di lapangan ketika penelitian dilakukan. F. Teknik Pemilihan Narasumber Teknik pemilihan narasumber yang digunakan yaitu teknik bola salju. Teknik bola salju berarti mencari informan utama di mana melalui informan utama tersebut akan didapatkan informasi mengenai individu lain sebagai informan yang dapat memberikan berbagai informasi yang diperlukan.
11
Wawancara ini dilakukan dengan pihak Maxima Pictures yaitu Prduser dan penullis naskah film Assalamualaikum Beijing. Hal ini dikarenakan produser
11
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Unpar Press, 2006), h. 288
52
dan penulis cerita sebagai orang yang memiliki ide dan peran dalam pembuatan film tersebut. G. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode Analisis framing. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Dalam analisis framing, realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu.12 Dalam penelitian ini, model framing yang digunakan peneliti adalah framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dapat disimpulkan bahwa frame dapat berfungsi sebagai pusat susunan ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks cerita kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
12
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2002) h. 3
BAB IV PROFIL MAXIMA PICTURES DAN TEMUAN ANALISIS A. Sejarah Maxima Pictures Production Maxima Pictures adalah sebuah rumah produksi film yang didirikan pada 9 Desember 2004 oleh Yoen K dan bergabung sebagai penanam saham yaitu Ody Mulya Hidayat dan Sudiadi. Maxima Pictures merilis film pertamanya pada 2006 dengan judul Cinta Pertama dan hingga saat ini Maxima Pictures telah memproduksi lebih dari 40 film.
Banyak film Maxima Pictures yang
mendapatkan penghargaan, misalnya saja film The Butterfly yang diproduksi pada 2007, memenangkan Best Sountrack pada Bali International Film Festival. Film Air Terjun Pengantin merupakan salah satu film produksi Maxima Pictures yang ditayangkan di luar negeri dalam acara London International Film Festival. Setiap tahunnya film-film yang diproduksi oleh Maxima Pictures berhasil menjadi Box Office di Indonesia yang mendapatkan jumlah penonton cukup banyak, bahkan pada tahun 2010 sebanyak 5 dari 10 film teratas merupakan film produksi Maxima Pictures.1 Pada tahun 2014 Maxima Pictures memproduksi sebuah film religi yang diadaptasi langsung dari sebuah novel Best Seller karya Asma Nadia, Assalamualaikum Beijing. Film Assalamualaikum Beijing ini menceritakan kehidupan seorang perempuan bernama Asmara yang sangat tegar menjalani hidup dengan banyak cobaan, mulai dari masalah percintan hingga penyakit langka yang tiba-tiba menyerangnya. Film yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto ini mengambil lokasi di Beijing, Tiongkok. 1
Profil Maxima Pictures, http://www.maximapictures.com/index.php/aboutus
53
54
Film Assalamualaikum Beijing ini berbeda dengan film religi pada umumnya yang pernah hadir di maasyarakat. Dalam film ini perempuan ditampilkan sebagai sosok yang kuat, cerdas, dan sangat tangguh dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya. Film ini diharapkan dapat memberikan warna baru perfilman di Indonesia dan memberikan wawasan kepada masyarakat tentang kehidupan Muslim di negara lain khususnya di Tiongkok. Berikut ini adalah film-film yang telah diproduksi oleh Maxima Pictures, diantaranya:2 Tabel. 3 Film-film Produksi Maxima Pictures Production NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Tahun 2006 2007
2008
2009
Judul Film Cinta Pertama Lewat Tengah Malam Bukan Bintang Biasa The Butterfly Tali Pocong Perawan Ada Kamu, Aku Ada Sumpah Pocong Di Sekolah Tiren: Mati Kemaren Tulalit Ku Tunggu Jandamu Setan Budeg Mati Suri Susuk Pocong
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
2010
2
Paku Kuntilanak Maling Kutang Air Terjun Pengantin Suster Keramas Arisan Brondong Tiran: Mati di Ranjang Menculik Miyabi Pocong Keliling Lihat Boleh, Pegang Jangan Hantu Tanah Kusir
Sutradara Nayato Fio Nuala Koya Pagayo Lasja Fauzia Susatyo Nayato Fio Nuala Arie Azis Rizal Mantovani Awi Suryadi Emil G. Hampp Saptadjie Findo Purwono HW Findo Purwono HW Rizal Mantovani Findo Purwono HW dan Saptadjie Findo Purwono HW Rako Prijanto Rizal Mantovani Helfi Kardit Helfi Kardit Arie Azis Findo Purwono HW Viva Westi Findo Purwono HW Findo Purwono HW
Film-film Produksi Maxima Pictures, http://www.maximapictures.com/index.php/films
55
24. 25.
Jenglot Pantai Selatan Suster Keramas 2
2011 26. Pupus 27. Poconggg Juga Pocong 28. Bila 2012 29. Brandal-Brandal Ciliwung 30. Air Terjun Pengantin Phuket 31. Tampan Tailor 2013 32. Refrain 33. Crazy Love 34. 99 Cahaya di Langit Eropa 35. 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 36. Viva JKT 48 2014 37. Runway 38. Assalamualaikum Beijing 39. LDR 2015 40. Where is My Romeo 41. Bulan Terbelah di Langit Amerika Sumber: Website Maxima Pictures
Rizal Mantovani Findo Purwondo HW Rizal Mantovani Chiska Doppert Chiska Doppert Guntur Soeharjanto Rizal Mantovani Guntur Soeharjanto Fajar Nugros Guntur Soeharjanto Guntur Soeharjanto Guntur Soeharjanto Awi Suyadi Guntur Soeharjanto Guntur Soeharjanto Guntur Soeharjanto Guntur Soeharjanto Rizal Mantovani
1. Struktur Organisasi Maxima Pictures a. Struktur Organisasi Maxima Pictures Production Direktur Utama
: Ody Mulia Hidayat
Komisaris
: Yoen. K
General Manager
: Sudiadi
Bag. Promosi
: Hasanudin
Keuangan
: Putri Setiawati dan Clara
b. Tim Produksi Film Assalamualaikum Beijing Chasting
: Bhutet Erlina
Costume
: Aldie Harra
Make Up
: Dian Anggraini P
56
Music
: Joseph S. Djafar
Promotion
: Hasannudin
Line Producer In China
: Peter Chang, Aheng
Sound
: Enrico
Sound Design
: Adityawan Susanto
Art Direction
: Fransischus Dede V
Director Of Photography : Enggar Budiono Editor
: Ryan Purwoko
Post Production Manager : Askan Larepand Production Design
:Yoen K, Guntur Soeharjanto, Alim Sudio
Script Writer
: Alim Sudio
Novel by
: Asma Nadia
Line Producer
: Sudiadi
Producer
: Ody Mulya Hidayat
Executive Producer
: Yoen K
Director
: Guntur Soeharjanto
c. Pemain Film Assalamualaikum Beijing Asmara
: Revalina S. Temat
Dewa
: Ibnu Jamil
Zhongwen
: Morgan Oey
Sekar
: Laudya Cynthia Bella
Ridwan
: Deddy Mahendra Desta
Ibunya Asmara
: Jajang C. Noer
Anita
: Cynthia Ramlan
57
2. Sinopsis Film Assalamualaikum Beijing Sehari sebelum pernikahannya dilangsungkan, Asmara (Revalina S. Temat) mendapatkan kenyataan pahit bahwa kekasihnya, Dewa (Ibnu Jamil) ternyata sempat berselingkuh dengan teman sekantornya Anita (Chyntia Ramlan). Walau Dewa memohon agar pernikahan tetap dilanjutkan tetapi Asmara terlanjur patah hati dan tidak ingin menikah dengan Dewa, terlebih lagi ketika ternyata hubungan tersebut membuahkan janin dalam perut Anita. Akhirnya pernikahan pun dibatalkan dan Asmara menerima tawaran Sekar (Laudya Chyntia Bella) sebuah pekerjaan di kantor majalah di Beijing. Asmara pun pergi ke Beijing dan kehidupan barunya di mulai di sana. Di Beijing, Dia bertemu dengan Zhongwen (Morgan Oey) seorang lakilaki tampan yang memperkenalkannya pada legenda cinta Ashima, putri cantik dari Yunan. Karena kebaikan dan perhatian Zhongwen , perlahan-lahan Asma mulai membuka hatinya lagi meski ia sempat gamang saatu Dewa tiba-tiba menyusulnya ke Beijing. Sayangnya, sebelum hubungan Asma dan Zhongwen berkanjut, dia terkena APS, sebuah syndrome yang membuat nyawanya terancam dan bisa menemuiu kematian kapan saja. Dia sempat putus asa dan mulai melupakan Zhongwen. Namun, laki-laki yang juga memujanya itu terus menerus memberikan dorongan semangat pada Asma, untuk mencoba menaklukkan takdir bersama B. Analisis Framing Film Assalamualaikum Beijing Film Assalamualaikum Beijing ini merupakan sebuah film religi yang berupaya untuk menampilkan perempuan dalam sisi yang berbeda. Di mana seorang perempuan yang menjadi pemeran utama dalam film ini – Asmara –
58
digambarkan sebagai perempuan yang tegar, cerdas, teguh pada pendirian dan mampu bertahan dalam keadaan sakit parah. Sebagai perempuan yang menderita sakit parah yaitu syndrome APS, ia tetap bertahan dan terlihat tegar menghadapi penyakitnya tersebut. Menurut sang Produser, film ini berbeda degan film-film religi kebanyakan yang menempatkan perempuan sebagai seorang yang diperlakukan tidak adil dan terlihat tidak berdaya dihadapan laki-laki.3 Pesan bahwa perempuan ditampilkan dengan “beda” inilah yang akan diangkat dalam frame atau bingkai isu yang ditonjolkan dalam film ini. Pesanpesan yang akan dikemukakan berikut menggunakan analisis framing yang dikembangkan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dan di analisis dalam perspektif gender. 1. Skema Framing Asmara Mengambil Keputusan. Adegan awal dalam film ini dimulai ketika Asmara dan Dewa sedang berbicara sehari sebelum pernikahan mereka dilangsungkan. Dewa berkata jujur kepada Asmara bahwa Ia sempat mengkhianati Asmara dan berselingkuh dengan Anita teman sekantornya. Namun Dewa tetap ingin pernikahan tersebut tetap dilangsungkan tetapi Asmara dengan tegas menolak hal tersebut karena terlanjur sakit hati. Dalam adegan ini dapat dilihat bahwa Asmara ditampilkan sebagai sosok perempuan yang tegas. Menurutnya sebuah pengkhianatan tidak dapat dimaafkan, sekalipun pernikahan tersebut tinggal selangkah lagi. Sikap tegas pada perempuan inilah yang ditonjolkan dalam adegan ini. Adegan tersebut tergambar dalam dialog menit ke 00:00:28 – 00:02:50 Dewa :
3
Maafin aku Ra aku khilaf. Tapi aku mencintaimu bukan Anita. Aku gak tau kalo akan seperti ini jadinya, rasanya aku dijebak. Demi Allah aku selalu menjaga perasaan kesetiaan ini padamu.
Hasil Proses Triangulasi Data
59
Asmara :
Jangan sandingkan nama Tuhan dalam kebohongan.
Dewa :
Ra..ra…ra…. denger aku dulu, aku bicara jujur seperti ini karna aku gak ingin kamu dengar dari orang lain. Kita bisa terus kan Ra? Cuma kamu yang ingin aku nikahi, cintaku selamanya cuma untuk kamu bukan yang lain.
Asmara :
Cinta itu menjaga, tergesa-gesa tergesa itu nafsu belaka. Kamu nikahin dia, lakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang laki-laki. laki Kamu laki-laki laki kan?
Gambar 1. Adegan saat Dewa mendatangi Asmara sehari sebelum pernikahannya.
Tabel. 4 Skema Framing Sintaksis STRUKTUR SINTAKSIS Cara penulis menyusun cerita
PERANGKAT FRAMING Skema Cerita Skematik: Cerita berawal ketika Dewa mendatangi rumah Asmara tepat sehari sebelum pernikahan mereka dilangsungkan. Saat itu orang sedang sibuk lalu-lalang lalu di kediaman Asmara untuk mempersiapkan pernikahannya esok hari. Namun percakapan antara Dewa dan Asmara pada malam itu membuat
UNIT YANG DIAMATI Judul: Assalamualaikum Beijing Latar Informasi: Rumah Asmara – malam hari Pelaku: Asmara dan Dewa Dialog: Adegan menit ke 00:00:28 – 00:02:50 Dewa: “Maafin aku Ra aku khilaf… Tapi aku mencintaimu bukan Anita. Akuu gak tau kalo akan seperti ini jadinya, rasanya aku dijebak. Demi Allah aku selalu menjaga
60
Asmara ingin membatalkan pernikahannya. Dewa jujur kepada Asmara bahwa Ia sempat berselingkuh dengan Anita, teman sekantornya. Asmara sangat kecewa mendengar pernyataan tersebut, terlebih lagi ketika Asmara tahu bahwa perselingkuhan Dewa dan Anita tersebut membuahkan janin dalam perut Anita. Akhirnya dengan tegas Asmara meminta pernikahan tersebut dibatalkan. Meskipun Dewa memohon agar tetap dilangsungkan pernikahan esok hari namun Asmara terlanjur kecewa dan patah hati, Asmara tetap pada pendiriannya untuk membatalkan pernikahan tersebut.
perasaan kesetiaan ini padamu.” Asmara:”Jangan sandingkan nama Tuhan dalam kebohongan.” Dewa: “Ra ra ra… denger aku dulu, aku bicara jujur seperti ini karna kau gak ingin kamu dengar dari orang lain. Kita bisa terus kan Ra? Cuma kamu yang ingin aku nikahi, cintaku selamanya Cuma untuk kamu bukan yang lain.” Asmara:“Cinta itu menjaga, tergesa-gesa itu nafsu belaka. Kamu nikahin dia, lakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang laki-laki. Kamu laki-laki kan? “
Tabel. 5 Skema Framing Skrip STRUKTUR SKRIP Cara penulis mengisahkan cerita
PERANGKAT FRAMING Kelengkapan Cerita: (Unsur-unsur skenario film): Cerita lebih dikedepankan pada persoalan Asmara yang membatalkan pernikahannya dengan Dewa dengan sangat tegas dan terlihat tegar di depan Dewa walau Dewa memohon pernikahan tetap dilangsungkan namun Asmara tidak goyah.
UNIT YANG DIAMATI Konstruksi Dramatik: Pada adegan ini konflik diperlihatkan oleh penulis cerita yaitu konflik yang ketika Asmara harus berani untuk membatalkan pernikahannya karena telah dikhianati Dewa meskipun pernikahannya tinggal selangkah lagi. Scene: Adegan menit ke 00:00:28 – 00:02:50
61
Tabel. 6 Skema Framing Tematik STRUKTUR TEMATIK Cara penulis menulis cerita
PERANGKAT FRAMING Detail: Asmara merasa kecewa karena Dewa telah mengkhianatinya. Walaupun tinggal selangkah lagi menuju pernikahan tetapi Asmara tetap tidak bisa memaafkan Dewa. Koherensi: Asmara kecewa karena Dewa telah berselingkuh dengan Anita, teman kantornya. Bentuk Kalimat: Cinta itu menjaga, tergesagesa itu nafsu belaka. Kamu nikahin dia, lakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang lakilaki. Kamu laki-laki kan?
UNIT YANG DIAMATI Tema: Membatalkan pernikahan Proposisi: Kamu nikahin dia, lakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang laki-laki. Kamu lakilaki kan? Kalimat: Keinginan Asmara untuk membatalkan pernikahannya karena telah dikhianati.
Tabel. 7 Skema Framing Retoris STRUKTUR RETORIS: Cara penulis menekankan cerita
PERANGKAT FRAMING Leksikon: Jangan sandingkan nama Tuhan dalam kebohongan. Metafora: “Cinta itu menjaga, tergesa-gesa itu nafsu belaka….”
UNIT YANG DIAMATI Idiom: “Cinta itu menjaga, tergesagesa itu nafsu belaka” Cerita: Cerita berawal ketika Dewa mendatangi rumah Asmara tepat sehari sebelum pernikahan mereka dilangsungkan. Saat itu orang sedang sibuk lalu-lalang di kediaman Asmara untuk mempersiapkan pernikahannya
62
esok hari. Namun percakapan antara Dewa dan Asmara pada malam itu membuat Asmara ingin membatalkan pernikahannya. Dewa jujur kepada Asmara bahwa ia sempat berselingkuh dengan Anita, teman sekantornya. Asmara sangat kecewa mendengar pernyataan tersebut, terlebih lagi ketika Asmara tahu bahwa perselingkuhan Dewa dan Anita tersebut membuahkan janin dalam perut Anita. Akhirnya dengan tegas Asmara meminta pernikahan tersebut dibatalkan. Meskipun Dewa memohon agar tetap dilangsungkan pernikahan esok hari namun Asmara terlanjur kecewa dan patah hati, Asmara tetap pada pendiriannya untuk membatalkan pernikahan tersebut.
Konstruksi gender yang telah berkembang dalam masyarakat berkaitan dengan nilai kepantasan. Namun nilai kepantasan ini berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya dan dapat berubah oleh waktu. Dalam budaya patriarki perempuan selalu dikonstruksikan sebagai kaum yang lemah dan berada di bawah kendali laki-laki, begitu pun dalam media massa. Dalam media massa perempuan selalu ditampilkan sebagai makhluk yang sangat tipikal yaitu tempatnya pada pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya domestik, bergantung pada laki-laki dan tidak mampu mengambil keputusan. Tetapi dalam film ini sosok Asmara digambarkan sebagai perempuan yang dapat mengambil keputusan.
63
Asmara melakukan tindakan dan mengahsilkan pilihan yang final bahwa Ia ingin pernikahannya dibatalkan. Asmara mengambil keputusan untuk membatalkan pernikahannya karena telah dikhianati oleh Dewa. Meski pun Dewa meminta agar pernikahan tetap dilangsungkan tetapi Asmara tetap pada pendiriannya yaitu tetap membatalkan pernikahannya. Terlihat bahwa pada cerita ini, penulis cerita ingin menyampaikan pesan bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk mengambil sebuah keputusan. Seperti yang dikatakan oleh penulis naskah, Alim Sudio dalam scene ini ingin disampaikan pesan bahwa seorang perempuan yang batal menikah karena dikhianati tidak harus terpuruk dan merasa menjadi perempuan yang paling bersedih namun mereka harus bangkit dan membuktikan bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.4 Berdasarkan hasil analisis pada skema framing tematik pada adegan di atas, penulis cerita membuat koherensi sebab akibat bahwa Asmara kecewa karena Dewa telah berselingkuh dengan Anita dan akibatnya Asmara mengambil keputusan untuk membatalkan pernikahannya karena telah dikecewakan oleh Dewa. Sedangkan proposisi yang dibuat adalah “Kamu nikahin dia, lakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang laki-laki. Kamu laki-laki kan?”. Pada kalimat tersebut diperlihatkan bahwa Asmara mengambil keputusan untuk meminta Dewa menikahi Anita dan membatalkan pernikahannya dengan Asmara.
4
Hasil Proses Triangulasi Data
64
Pada skema framing retoris, penulis cerita membuat leksikon “Jangan sandingkan nama Tuhan dalam kebohongan” ini menunjukkan bahwa Asmara sebagai seorang muslim tidak suka jika orang berjanji dan bersumpah menyebut nama Tuhan tetapi berbohong. Sedangkan metaforanya adalah, “cinta itu menjaga, tergesa-gesa itu nafsu belaka”. Metafora yang digunakan adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan sikap religius seseorang bahwa tergesa-gesa adalah nafsu yang datangnya dari syaitan dan Asmara sebagai seorang muslimah tidak menyukai sikap yang demikian. Jadi peneliti dapat menyimpulkan frame pertama yang terdapat dalam film Assalamualaikum Beijing ini yaitu dalam frame ini penulis naskah ingin memberikan pesan kepada khalayak bahwa perempuan dapat mengambil keputusan. Namun pada sisi lain meskipun tidak ada adegan yang jelas atara Anita dan Dewa, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dalam percakapan antara Dewa dan Asmara nama Anita disebut dan dikatakan secara tidak langsung sebagai perempuan penggoda dengan kalimat Dewa yang mengatakan bahwa Ia “dijebak”. Walaupun bukan sebagai tokoh utama dalam film dan hanya sebagai figuran namun seharusnya hal kecil seperti ini juga diperhatikan karena dalam scene tersebut terdapat bentuk ketidakadilan gender yaitu stereotype (pelabelan). Pelabelan bahwa perempuan adalah makhluk yang senang menggoda laki-laki. Bumbu dalam film yang seperti inilah yang seharusnya dihilangkan meskipun secara garis besar film ini ingin menyampaikan pesan positif seorang perempuan melalui tokoh Asmara. Dalam hal ini penulis cerita kurang memperhatikan penggunaan bahasa.
65
2. Skema Framing Asmara Perempuan yang Cerdas Film ini kembali menampilkan perempuan yang berbeda. Konstruksi yang dibangun dalam film ini adalah bahwa perempuan juga merupakan makhluk yang patut diperhitungkan kecerdasannya bukan hanya semata dipandang dari wajah dan penampilannya saja. Perempuan juga memiliki peran dalam masyarakat dan mampu memberikan pendapatnya. Misalnya saja dalam adegan ini, Asmara mampu memberikan pendapatnya dan meluruskan pemikiran Zhongwen yang menganggap dunia akan lebih damai tanpa agama. Zhongwen yang merupakan seorang Atheis yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan merasa bahwa agama dapat memecahbelah antar manusia dan merasa dunia akan jauh lebih damai jika tidak ada agama. Namun, Asmara membantah pernyataan tersebut dan memberikan penjelasan kepada Zhongwen hingga Zhongwen kagum mendengar jawaban Asmara. Hal ini terlihat dalam adegan menit Ke 00:33:55 – 00:34:46 sebagai berikut. Zhongwen : Jika tidak ada Agama, tidak akan ada saling bunuh, kekerasan, peperangan… Asmara
: Kekerasan dan peperangan bukan terjadi hanya karna Agama, tapi karna ambisi manusia yang ingin berkuasa dan serakah yang menjadi penyebab utama perang. Sesama penganut Agama juga bisa perang… Negara yang gak percaya Tuhan aja perang (jelas Asmara pada Zhongwen).
Zhongwen : Tapi kenyataannya mereka kan selalu mengatasnamakan Agama… Asmara
: Itu manusianya bukan Agamanya… Kalau kamu membayangkan dunia akan damai tanpa Agama kamu justru salah besar Zhongwen, karna yang akan terjadi malah sebaliknya, perang akan jauh lebih dahsyat.
Zhongwen : (Zhongwen terkesan mendengar jawaban dari Asmara dan dia hanya bisa tersenyum sambil mengacungkan kedua jempolnya sambil berkata “cerdas”)
66
Gambar ambar 2. Adegan saat Asmara sedang ditemani Zhongwen berjalan-jalan berjalan di Beijing
Tabel. 8 Skema Framing Sintaksis STRUKTUR SINTAKSIS Cara penulis menyusun cerita
PERANGKAT FRAMING Skema Cerita-Skematik: Cerita Cerita diawali ketika Asmara sedang berkeliling kota Beijing ditemani oleh pemandunya Zhongwen. Di tengah perjalanan setelah mereka mengunjungi sebuah masjid tua peninggalan sejarah di Beijing, tiba Zhongwen memberikan pernyataannya bahwa menurutnya dunia akan lebih damai jika tidak ada agama karena tidak aka nada peperangan yang mengatasnamakan agama. Mendengar hal itu Asmara memberikan penjelasan kepada Zhongwen bahwa peperangan dan kekerasan yang terjadi bukan karena agamanya tetapi karena ambisi dari setiap se manusianya untuk
UNIT YANG DIAMATI Judul: Assalamualaikum Beijing Latar Informasi: Di jalan ketika Zhongwen menemani Asmara berkeliling kota Beijing Pelaku: Asmara dan Zhongwen Dialog: Adegan menit ke 00:33:55 – 00:34:46 Zhongwen: “Jika tidak ada Agama, tidak akan ada saling bunuh, kekerasan, peperangan…” Asmara: “Kekerasan dan peperangan bukan terjadi hanya karna Agama, tapi karna ambisi manusia yang ingin berkuasa dan serakah yang menjadi menja penyebab utama perang. Sesama penganut Agama juga bisa perang. Negara yang gak percaya Tuhan aja perang.” Zhongwen: “Tapi kenyataannya mereka kan selalu
67
berkuasa. Dalam hal ini penulis cerita menggambarkan Asmara sebagai perempuan yang cerdas dan mampu menjawab berbagai pertanyaan tentang Agama dan isu-isu yang sedang berkembang.
mengatasnamakan Agama.” Asmara: “Itu manusianya bukan agamanya. Kalau kamu membayangkan dunia akan damai tanpa Agama kamu justru salah besar Zhongwen, karna yang akan terjadi malah sebaliknya, perang akan jauh lebih dahsyat.” Zhongwen: (terdiam dan kagum) cerdas…
Tabel. 9 Skema Framing Skrip STRUKTUR SKRIP Cara penulis mengisahkan cerita
PERANGKAT FRAMING Kelengkapan Cerita: (Unsur-unsur skenario film): Cerita dikedepankan pada sebagai perempuan Asmara merupakan sosok perempuan yang cerdas terlebih lagi ketika membicarakan isu-isu keagamaan. Sebagai perempuan yang cerdas dan memiliki pegetahuan yang luas, Asmara ingin meluruskan pemikiran Zhongwen yang tidak percaya dengan adanya agama.
UNIT YANG DIAMATI Konstruksi Dramatik: Pada scene ini tidak diperlihatkan konflik yang berarti hanya saja terjadi sedikit konflik ketika Asmara harus meluruskan pemikiran Zhongwen yang tidak percaya dengan adanya Tuhan dan agama. Scene: Adegan menit ke 00:33:55 – 00:34:46
Tabel. 10 Skema Framing Tematik STRUKTUR TEMATIK Cara penulis
PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
Detail: Zhongwen mengajak
Tema: Membicarakan isu keagamaan
68
menulis cerita
Asmara untuk berkeliling kota Beijing dan mengetahui setiap sejarah yang ada pada tiap bangunan termasuk salah satunya bangunan masjid tertua di Beijing. Ketika diperjalanan Asmara dan Zhongwen berbicara mengenai isu keagamaan yaitu tentang maraknya kekerasan yang mengatasnamakan Agama, maka dari itu Zhongwen berfikir bahwa dunia akan lebih damai tanpa Agama. Namun Asmara mematahkan pemikiran Zhongwen tersebut karena itu hanyalah kesalahan pada orangnya yang mengatasnamakan Agama bukan salah Agamanya. Koherensi: Asmara memberikan penjelasan kepada Zhongwen tentang agama karena Zhongwen tidak percaya dengan adanya agama. Bentuk Kalimat: Kekerasan dan peperangan bukan terjadi hanya karna Agama, tapi karna ambisi manusia yang ingin berkuasa dan serakah yang menjadi penyebab utama perang. Sesama penganut Agama juga bisa perang. Negara yang gak percaya Tuhan aja perang…
Proposisi: Kalimat: “Itu manusianya bukan agamanya. Kalau kamu membayangkan dunia akan damai tanpa Agama kamu justru salah besar Zhongwen, karena yang akan terjadi malah sebaliknya, perang akan jauh lebih dahsyat.”
69
Tabel. 11 Skema Framing Retoris STRUKTUR RETORIS: Cara penulis menekankan cerita
PERANGKAT FRAMING Leksikon: Kekerasan dan peperangan bukan terjadi hanya karna Agama, tapi karna ambisi manusia yang ingin berkuasa dan serakah yang menjadi penyebab utama perang. Metafora: “Itu manusianya bukan agamanya. Kalau kamu membayangkan dunia akan damai tanpa Agama kamu justru salah besar Zhongwen…”
UNIT YANG DIAMATI Idiom: Cerita: Sebagai seorang yang yakin akan keberadaan Tuhan Asmara ingin meluruskan pemikiran Zhongwen yang keliru. Maka Asmara memberikan penjelasan kepada Zhongwen bahwa bukan Agama yang membuat manusia saling perang tetapi ambisi dari manusianya sendiri.
Ideologi gender yang muncul secara dominan dalam masyarakat, mengakibatkan adanya fenomena di mana status perempuan dan kedudukan perempuan menjadi tidak mengalami kemajuan yang berarti. Perempuan sering ditampilkan sebagai makhluk yang tidak cerdas namun dalam adegan ini terlihat penulis naskah ingin menampilkan perempuan sebagai sosok yang cerdas. Asmara terlihat cerdas karena mampu memecahkan masalah di mana masalahnya adalah pemikiran Zhongwen yang menganggap agama adalah penyebab terjadinya perang
dan
kekerasan.
Asmara
mampu
memberikan
pendapatnya
dan
menjelaskannya kepada Zhongwen bahwa bukan agama yang menjadi penyebab perang dan kekerasan tetapi karena manusianya yang mengatasnamakan agama. Dengan latar belakang pemahaman agama yang berbeda tidak membuat Asmara mengalami kesulitan untuk memberikan penjelasan kepada Zhongwen tentang
70
agama. Zhongwen yang seorang Atheis dan sangat tidak mempercayai keberadaan Tuhan terlihat kagum mendengar jawaban Asmara yang memberikan penjelasan kepadanya hingga akhirnya Ia mulai memahami bahwa segala peperangan yang terjadi dan mengatasnamakan agama bukanlah kesalahan dari agamanya tetapi hanyalah ambisi dari manusianya yang ingin berkuasa. Jika pada kebanyakan film ditampilkan perempuan sebagai makhluk yang tidak memiliki kecerdasan dan hanya dilihat dari kecantikan serta tubuhnya saja, film ini ingin menampilkan perempuan yang tidak seperti itu. Film ini ingin memberitahukan kepada khalayak bahwa perempuan merupakan makhluk yang patut diperhitungkan kecerdasannya, mereka mampu bersaing dengan laki-laki dalam hal akademis dan pengetahuannya juga luas.5 Hal itu pun terlihat dalam adegan pada menit ke 00:33:55 – 00:34:46 tersebut. Asmara terlihat sangat tepat memberikan penjelasan kepada Zhongwen hingga akhirnya Zhongwen memahami bahwa agama bukanlah penyebab peperangan dan kekerasan yang selama ini terjadi melainkan hanya karena manusianya yang egois dan mengatasnamakan agama. Pada skema framing tematik, koherensi yang dihadirkan adalah koherensi penjelas yaitu sebagai kalimat penjelas atas kalimat Zhongwen yang berkata bahwa agama adalah penyebab perang dan kekerasan yang sering terjadi. Maka dimunculkan koherensi penjelasan dari Asmara kepada Zhongwen dalam bentuk kalimat “Kekerasan dan peperangan terjadi bukan karena agama tetapi karena ambisi manusia yang ingin berkuasa dan serakah yang menjadi penyebab utama perang. Sesama penganut agama juga bisa perang. Negara yang gak 5
Hasil Proses Triangulasi Data
71
percaya Tuhan aja perang…”. Pada kalimat tersebut terlihat penulis cerita ingin menyampaikan bahwa sebagai perempuan Asmara cerdas karena mampu memberikan penjelasan kepada Zhongwen. Pada skema framing retoris, leksikonnya adalah “Kekerasan dan peperangan bukan terjadi hanya karena agama, tapi karena ambisi manusia yang ingin berkuasa dan serakah yang menjadi penyebab utama perang…” terlihat bahwa sebagai seorang perempuan yang memahami agama dengan baik, Asmara memiliki sikap yang jelas ketika menyampaikan pandangannya kepada Zhongwen. Sedangkan metaforanya, “… itu manusianya bukan agamanya. Kalau kamu membayangkan dunia akan damai tanpa agama kamu justru salah besar Zhongwen…”. Dalam kalimat tersebut terlihat Asmara sangat memahami isu keagamaan yang berkembang dan memiliki kecerdasan untuk meluruskan pandangan Zhongwen tersebut. Jadi
peneliti
menyimpulkan
frame
kedua
dalam
film
Assalamualaikum Beijing ini adalah bahwa dalam scene ini penulis naskah ingin menyampaikan bahwa perempuan adalah makhluk yang cerdas seperti yang digambarkan tokoh Asmara. Sebagai perempuan Ia dihadirkan sebagai sosok yang cerdas serta mampu memberikan penjelasan kepada Zhongwen seseorang yang memiliki pemahaman berbeda tentang agama. 3. Skema Framing Asmara Perempuan yang Tegas Pada saat Dewa menyusulnya ke Beijing untuk menemui Asmara dan bermaksud untuk kembali menjalin hubungan dengannya, Asmara dapat bersikap tegas dan tidak goyah dengan segala perkataan Dewa. Asmara tetap tidak ingin kembali dengan Dewa meskipun Dewa sudah jauh-jauh menyusulnya ke Beijing.
72
Terlihat ketegasan Asmara sebagai seorang perempuan dalam menghadapi meng Dewa pada adegan menit ke 00:40:54 – 00:42:10. Sebagai perempuan Asmara terlihat tegas dan memiliki pendirian yang kuat dan tidak mudah goyah. Penulis cerita terlihat ingin menyampaikan pesan bahwa sebagai perempuan Asmara bukanlah perempuan yang mudah mudah saja kembali kepada orang yang sudah menyakitinya. Dewa Asmara Dewa Asmara Dewa Asmara
: : : : : :
Dewa : Asmara : Dewa : Asmara Dewa Asmara Dewa
: : : :
Email aku kamu gak pernah balas Ra…. Gak pernah aku buka soalnya, jadi aku gak tau harus bales apa Maafin aku Ra… Udah lama aku maafin Aku merasa bersalah bersalah karena aku udah nyusahin hidup kamu Siapa bilang? Awalnya iya… tapi sekarang aku gak keliatan susah kan? Aku gak bisa bis ngelupain kamu Ra. Cinta aku cuma uma buat kamu… Kamu jauh-jauh jauh jauh kesini bukan cuma untuk bilang itu kan? Aku akan ceraikan Anita dan kita akan nikah, aku gak bisa nikah dengan orang lain Ra. Kasih aku kesempatan… Aku harus pulang… Loh kita gak makan dulu disini? Aku udah kenyang Asmara….
Gambar 3. Adegan saat Dewa menyusul Asmara ke Beijing
73
Tabel. 12 Skema Framing Sintaksis STRUKTUR SINTAKSIS: Cara penulis menyusun cerita
PERANGKAT FRAMING Skema Cerita - Skematik: Cerita berawal ketika Dewa datang ke Beijing untuk menyusul Asmara dan tibatiba saja Dewa yang sudah mengkhianati Asmara datang untuk melamar Asmara. Namun Asmara menolak dengan tegas karena merasa mereka memang sudah tidak ditakdirkan untuk bersama dan memiliki jalan yang berbeda. Meskipun Dewa terus berusaha mendekatinya lagi tetapi Asmara terlihat tegas dan tidak goyah sedikit pun. Penulis cerita menampilkan Asmara sebagai sosok perempuan yang tegas dan teguh pada pendiriannya.
UNIT YANG DIAMATI Judul: Assalamualaikum Beijing Latar Informasi: Di sebuah café di Beijing Pelaku: Asmara dan Dewa Dialog: Adegan menit ke 00:40:54 – 00:42:10 Dewa: “email aku kamu gak pernah balas Ra…” Asmara: “gak pernah aku buka soalnya, jadi aku gak tau harus bales apa” Dewa: “aku minta maaf 'Ra” Asmara: “sudah lama kumaafkan Dewa..” Dewa: “aku merasa bersalah telah menyusahkan hidup kamu” Asmara: “siapa bilang? Awalnya iya, tapi sekarang, aku gak terlihat susah kan?” Dewa: “aku tidak bisa melupakanmu 'Ra” Asmara: “Dewa…” Dewa: “cintaku cuma buat kamu Ra..” Asmara: “kamu jauh-jauh ke sini bukan cuma buat ngomong ini kan? karena percuma Dewa” Dewa: “aku mau menceraikan Anita 'Ra. Aku mau menikah denganmu 'Ra, berikan aku kesempatan Ra” Asmara: “maaf aku harus pulang…” Dewa: “tunggu sebentar 'Ra, kamu harus makan dulu d i sini Asmara: “Aku sudah kenyang” Dewa: “asmara…”
74
Tabel. 13 Skema Framing Skrip STRUKTUR SKRIP: Cara penulis mengisahkan cerita
PERANGKAT FRAMING Kelengkapan Cerita (unsur-unsur skenario film): Cerita lebih dikedepankan pada Asmara yang bersikap tegas pada Dewa. Dewa menyusul Asmara ke Beijing untuk melamar Asmara lagi namun Asmara dengan tegas menolaknya.
UNIT YANG DIAMATI Konstruksi Dramatik: Pada scene tersebut diperlihatkan konflik antara Dewa dan Asmara. Dewa yang ingin kembali lagi dengan Asmara namun Asmara tidak mau dan teguh pada pendiriannya. Adegan menit ke: 00:40:54 – 00:42:10
Tabel. 14 Skema Framing Tematik STRUKTUR PERANGKAT FRAMING TEMATIK: Cara penulis menulis cerita
Detail: Dewa datang ke Beijing untuk menyusul Asmara dan tiba-tiba saja Dewa yang sudah mengkhianati Asmara datang untuk melamar Asmara. Namun Asmara menolak dengan tegas karena merasa mereka memang sudah tidak ditakdirkan untuk bersama dan memiliki jalan yang berbeda. Meskipun Dewa terus berusaha mendekatinya lagi tetapi Asmara terlihat tegas dan tidak goyah sedikit pun. Koherensi: Asmara tidak bisa kembali lagi pada Dewa karena merasa sudah dikhianati dan memang sudah tidak
UNIT YANG DIAMATI Tema: Asmara menolak dengan tegas permintaan Dewa untuk kembali kepadanya. Proposisi: Kamu jauh-jauh ke sini bukan cuma buat ngomong ini kan? Karena percuma Dewa. Kalimat: Asmara tidak ingin kembali lagi kepada Dewa walaupun Dewa berjanji akan membahagiakannya.
75
ditakdirkan lagi untuk bersama. Bentuk Kalimat: Kamu jauh-jauh ke sini bukan cuma buat ngomong ini kan? karena percuma Dewa.
Tabel. 15 Skema Framing Retoris STRUKTUR RETORIS: Cara penulis menekankan cerita.
PERANGKAT FRAMING Leksikon: Kamu jauh-jauh ke sini bukan cuma buat ngomong ini kan? karena percuma Dewa. Metafora: -
UNIT YANG DIAMATI Idiom: Cerita: Dewa tiba-tiba mendatangi Beijing untuk menyusul Asmara dan melamarnya lagi namun Asmara tidak goyah sedikitpun dan tidak mau untuk kembali lagi bersama Dewa. Menurut Asmara mereka memang tidak ditakdirkan untuk bersama dan semua yang dilakukan Dewa sia-sia karena tidak sedikitpun membuat Asmara berfikir untuk mau menerimanya kembali.
Dalam kebudayaan masyarakat di hampir seluruh masyarakat perempuan diharapkan sebagai makhluk yang memiliki kualitas sempurna seperti kelembutan, menyayangi, mengasuh, dan kepatuhan. Perempuan diharapkan dapat menjadi makhluk yang selalu patuh dan menuruti keinginan laki-laki. Maka perempuan sering digambarkan sebagai makhluk yang menerima sebuah perlakuan tidak adil dan tidak dapat berbuat apa-apa. Namun dalam adegan tersebut sebagai seorang perempuan Asmara terlihat mampu bersikap tegas. Meskipun terlihat sebagai perempuan yang memiliki kelembutan hati dan sikap yang sangat santun, Asmara
76
tetap memiliki sifat yang tegas. Asmara mampu menyampaikan apa yang menjadi keinginanya dengan jelas kepada Dewa. Ia dapat menolak lamaran Dewa yang telah jauh-jauh menyusulnya ke Beijing bukan karena tidak bisa memaafkannya tetapi karena sebagai perempuan Asmara tidak bisa kembali kepada orang yang tidak dapat menajaga kepercayaannya. Terlihat dalam scene tersebut bahwa sebagai perempuan Asmara bukanlah perempuan yang mudah tergoda dengan bujuk rayu laki-laki, meskipun Dewa berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Pada skema framing tematik koherensi yang terdapat dalam scene tersebut adalah Asmara tidak bisa kembali lagi pada Dewa karena merasa sudah dikhianati dan memang sudah tidak ditakdirkan lagi untuk bersama. Koherensi sebab akibat dalam scene tersebut terdapat pada kalimat “Kamu jauh-jauh ke sini bukan cuma buat ngomong ini kan? Karena percuma Dewa”. Terlihat ketegasan Asmara pada kalimat tersebut yang berkata dengan jelas bahwa Dewa percuma telah menyusulnya ke Beijing. Pada skema framing retoris leksikonnya adalah “Kamu jauh-jauh ke sini bukan cuma buat ngomong ini kan? Karena percuma Dewa”. Dapat dilihat pada kalimat tersebut bahwa Asmara sebagai perempuan memiliki sikap tegas dihadapan Dewa dan tetap pada pendiriannya. Maka dapat disimpulkan dalam scene tersebut penulis cerita ingin menyampaikan pesan bahwa perempuan adalah makhluk yang tegas. Sebagai perempuan Asmara dapat dengan jelas dan lugas menolak lamaran Dewa yang telah menyusulnya ke Beijing.
77
4. Skema Framing Asmara Perempuan yang Tegar. Sebagai perempuan yang mengidap penyakit berbahaya dan langka, Asmara tetap dapat menghadapinya dengan kuat dan tidak ingin terlihat lemah dihadapan siapapun. Seperti yang dikatakan oleh Produser Maxima Pictures dalam wawancara pribadi dengan penulis bahwa, dalam film ini perempuan ingin ditampilkan sebagai makhluk yang tidak lemah sekalipun Ia sedang menghadapi penyakit yang berbahaya dan dapat merenggut nyawanya setiap saat. Film ini menampilkan Asmara tetap dapat survive menghadapi syndrome APS, ia tetap kuat dan memiliki kemauan yang besar untuk sembuh. Adegan menit ke 00:54:33 – 00:55:38 Asmara :
(terbangung dari pingsan dan sedang sedang berada di rumah sakit bersama ibunya) Aku kenapa bu? Aku sakit apa?
Ibu
nanti saja Asma…
:
Asmara :
kita bukan perempuan lemah Bu, gak ada yang harus ditutupin dari aku, tolong kasih tau aku bu…
Ibu
(ibu menjelaskan penyakit yang diderita Asmara)
:
Asmara :
(Asmara terdiam dan menangis)
Gambar. 4 Adegan saat Asmara terbaring sakit dan didampingi ibunya.
78
Tabel. 16 Skema Framing Sintaksis STRUKTUR SINTAKSIS: Cara penulis menyusun cerita
PERANGKAT FRAMING Skema Cerita - Skematik: Asmara tiba-tiba diserang penyakit yang berbahaya dan tidak diketahui penyebabnya. Asmara menderita penyakit yang disebut syndrome APS. Penyakit langka dan berbahaya yang dapat merenggut nyawanya kapan saja. Penyakit ini membuatnya sulit memiliki keturunan dan bahkan tidak dapat memiliki keturunan. Namun Asmara tidak ingin terlihat lemah, dan terlihat tegar dalam menghadapi penyakitnya tersebut. Penulis cerita menempatkan Asmara sebagai perempuan yang tegar dalam menghadapi penyakitnya yang parah itu dan tidak terlihat lemah dihadapan orang-orang yang menyayanginya.
UNIT YANG DIAMATI Judul: Assalamualaikum Beijing Latar Informasi: Di Rumah Sakit – Indonesia Pelaku: Asmara dan Ibu Asmara Adegan menit ke: 00:54:33 – 00:55:38 Dialog: Asmara: “aku kenapa Bu? Aku sakit apa?” Ibu Asmara: “nanti saja Asma….” Asmara: “kita bukan perempuan lemah Bu, gak ada yang harus ditutupin dari aku. Tolong kasih tau aku Bu…” Ibu Asmara: “(menjelaskan penyakit yang di derita Asma)” Asmara: “(terdiam dan menangis)”
Tabel. 17 Skema Framing Skrip STRUKTUR SKRIP: Cara penulis mengisahkan cerita
PERANGKAT FRAMING Kelengkapan Cerita (unsur-unsur skenario film): Cerita lebih dikedepankan pada Asmara yang tetap berusaha tegar menerima kenyataan bahwa Ia
UNIT YANG DIAMATI Konstruksi Dramatik: Pada scene tersebut diperlihatkan konflik batin ketika Asmara harus menerima kenyataan bahwa Ia mengidap penyakit langka dan mematikan dan Ia tetap ingin terlihat kuat
79
mengidap penyakit langka dan mematikan.
dihadapan orang-orang yang menyayanginya. Adegan menit ke: 00:54:33 – 00:55:38
Tabel. 18 Skema Framing Tematik STRUKTUR TEMATIK: Cara penulis menulis cerita
PERANGKAT FRAMING Detail: Sebagai perempuan yang mengidap penyakit langka dan mematikan, Asmara tidak ingin terlihat lemah dihadapan orang-orang yang disayangnya. Ia tetap terlihat tegar dan tetap loyal pada pekerjaannya meskipun dalam keadaan sakit parah. Koherensi: Kita bukan perempuan lemah Bu, gak ada yang harus ditutupin dari aku, tolong kasih tau aku Bu. Bentuk Kalimat: “… kita bukan perempuan lemah Bu, gak ada yang harus ditutupin dari aku, tolong kasih tau aku bu….”
UNIT YANG DIAMATI Tema: Asmara Perempuan yang Kuat dalam Menghadapi Penyakitnya Syndrome APS Proposisi: Kalimat: Asmara yang divonis dengan penyakit langka dan mematikan yaitu syndrome APS terlihat tetap tegar dan kuat dihadapan orang-orang tersayangnya. Ia tidak sedikitpun terlihat mengeluh dan lemah menghadapi penyakitnya tersebut.
Tabel. 19 Skema Framing Retoris STRUKTUR RETORIS: Cara penulis menekankan cerita.
PERANGKAT FRAMING Leksikon: Kita bukan perempuan lemah Bu, gak ada yang harus ditutupin dari aku tolong kasih tau aku Bu. Metafora:
UNIT YANG DIAMATI Idiom: Cerita: Asmara terlihat tegar dan kuat mengahadapi penyakitnya tersebut bahkan dalam keadaan
80
-
sakit Ia tetap menyelesaikan pekerjaannya sebagai penulis di kolom sebuah Koran di Beijing.
Skema framing yang terakhir adalah framing bahwa Asmara perempuan yang tegar dalam menghadapi penyakitnya yaitu syndrome APS. Asmara yang tiba-tiba
diserang
penyakit
langka
dan
mematikan
itu
terlihat
tegar
menghadapinya. Ia tidak sedikitpun ingin terlihat lemah dihadapan orang-orang tersayangnya. Terlihat bahwa penulis cerita ingin menampilkan Asmara sebagai perempuan yang tegar karena Asmara terlihat tetap tabah dan ikhlas dalam menghadapi kenyataan bahwa Ia mengidap penyakit yang berbahaya. Bahkan dalam keadaan sakit Ia tetap mampu menyelesaikan pekerjaannya sebagai penulis. Pada skema framing tematik terdapat koherensi penjelas yaitu sebagai penjelas atas kalimat ibu Asmara yang berkata tidak ingin memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi pada Asmara dan koherensi tersebut terdapat dalam kalimat “… kita bukan perempuan lemah Bu, gak ada yang harus ditutupin dari aku tolong kasih tau aku Bu…”. Dalam kalimat tersebut terlihat bahwa penulis cerita ingin menyampaikan kepada khalayak perempuan bukanlah makhluk yang lemah sekalipun dalam keadaan sakit parah seperti yang terjadi pada Asmara dalam adegan tersebut. Pada percakapan antara Asmara dan Ibunya ada kalimat “kita bukan perempuan lemah” ini menunjukkan konstruksi yang dibangun dalam film ini adalah Asmara menjadi perempuan yang tegar karena Ibunya juga seorang perempuan yang tidak lemah sehingga membuat Asmara memiliki ketegaran saat mengahadapi sakitnya.
81
Pada skema framing retoris terdapat leksikon “kita bukan perempuan lemah Bu, gak ada yang harus ditutupin dari aku tolong kasih tau aku Bu”. Pemilihan kata yang digunakan oleh penulis cerita dalam adegan ini menunjukkan sikap dan ideologi Asmara sebagai perempuan yang tegar dan memiliki kekuatan dalam keadaan apapun bahkan saat terserang penyakit berbahaya sekalipun Asmara tidak terlihat lemah dan sangat tegar mengahadapi penyakitnya ini. Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa skema framing yang terakhir adalah penulis ingin menyampaikan pesan bahwa perempuan adalah makhluk yang memiliki ketegaran sekalipun dalam keadaan sakit parah.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap konstruksi perempuan dalam film Assalamualaikum Beijing, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam film Assalamualaikum Beijing ini perempuan dikonstruksikan sebagai makhluk yang mandiri dan dapat mengambil keputusan, perempuan merupakan makhluk yang cerdas, perempuan memiliki ketegasan dan teguh pada pendirian, dan perempuan adalah makhluk yang kuat dalam menghadapi penyakit parah. Seperti yang dikatakan oleh Produser film Assalamualaikum Beijing bahwa dalam film ini perempuan ditampilkan dengan berbeda, perempuan ditampilkan sebagai makhluk yang memiliki ketegaran. Jadi secara keseluruhan sosok perempuan dalam film ini khususnya Asmara sebagai peran utamanya, ditampilkan secara baik dan tidak adanya bentuk ketidakadilan gender seperti stereotype (pelabelan), marjinalisasi, subordinasi, kekerasan dan peran ganda. Namun jika diperhatikan lagi pada tokoh-tokoh perempuan lainnya dalam film tersebut terdapat bentuk ketidakadilan gender yaitu stereotype pada tokoh Anita. Anita mendapatkan pelabelan sebagai perempuan penggoda karena telah merusak hubungan Asmara dan Dewa. Selain Anita, tokoh Sekar juga mendapatkan ketidakadilan gender dalam bentuk subordinasi. Subordinasi memiliki pengertian bahwa perempuan dianggap sebagai makhluk yang irasional atau emosional. Sekar digambarkan sebagai penggemar film drama Korea akut dan dalam kehidupan sehari-harinya Ia selalu memakai teori-teori dalam film drama Korea
82
83
tersebut sehingga tidak dapat berfikir secara lebih rasional karena segala sesuatu yang terjadi selalu dihubungkan dengan film drama Korea yang Ia tonton. Meskipun secara garis besar film ini menampilkan perempuan sebagai makhluk yang memiliki kemandirian, kecerdasan, pendirian yang kuat, tegaas dan tegar namun tetap masih ada beberapa bentuk ketidakadilan gender di dalamnya meskipun sedikit tetapu hal tersebut juga harus lebih diperhatikan. B. Saran 1. Maxima Pictures Production hendaknya lebih memperhatikan hal-hal kecil yang dijadikan bumbu dalam sebuah film seperti tokoh Anita dan Sekar tersebut sebaiknya dalam sebuah film yang ingin menyampaikan gagasan mengenai perempuan yang mandiri tidak ada gambaran tokoh yang seperti itu sehingga tidak ada lagi film yang mengandung bentukbentuk ketidakadilan gender. 2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan mengkaji tentang konstruksi perempuan dalam sebuah film, hendaknya juga mewawancarai beberapa pemerhati film dan aktivis perempuan untuk mengetahui tanggapan mereka terkait film yang diteliti. 3. Untuk jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hendaknya diadakan kurikulum tentang pentingnya kajian gender dan media, sehingga membantu mahasiswa KPI yang ingin melakukan pennelitian tentang gender dalam media.
84
DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukati Komala. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Arifin, Hamid. “Representasi Perempuan dalam Pers” Jurnal Komunikasi Massa, Vol. 1, No. 1 (Juli 2007): h. 12. Berger, L. Peter, Luckmann, Thomas. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LPE3S, 1990. Bhasin, Kamla. Memahami Gender. Jakarta: TePLOK PRESS, 2001. Biagi, Shirley. Media Impact Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba Humanika, 2010. Boggs, Joseph M. The Art of Watching Film. (Terj) Asrul Sani, Jakarta: Yayasan Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1986. Bride, Sean M. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia. Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983. Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Krtitik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana, 2011. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: Prenada Media Grup, 2009. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Cet. Ke 3. Jakarta: Kencana, 2008. Burton, Graeme. Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra, 2012. Endarmoko, Eko. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2006. Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS, 2007. Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS, 2011. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
85
Irwanto, Budi. Film, Ideologi: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Yogyakarta: Aksara, 2005. Krisyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007. Ks, Usman. Ekonomi Media Pengantar Konsep dan Aplikasi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Kusnawan, Aep. Komunikasi Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah Press, 2004. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002. Morrisan. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005. Mulyana, Dedi. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011. Parawansa, Khofifah Indar. Mengukir Paradigma Menembus Tradisi. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS, 2007. Poloma, M. Margareth. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Prakoso, Gatot. Film Pinggiran – Analogi Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter. Jakarta: Fatma Press, 1977. Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar. Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1999. Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Rahman, Chaidir. Festifal Film Indonesia. Medan: badan Pelaksana FFI, 1983. Sadli, Saparinah. Berbeda tetapi Setara. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010. Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press, 2006. Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.
86
Sunarto. Televisi, Kekerasan, dan Perempuan. Jakarta: Kompas, 2009. Suparno, Paul. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisisus, 2001. Suralaga, Fadhillah, dkk. Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012. Vida, Helen Diana. “Konstruksi Perempuan dalam Rubrik CC Single” Majalah Cita Cinta, Edisi Januari – Desember 2009. Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 (Februari – Juli 2011): h. 19. William, Rivers, dkk. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana, 2008. Refrensi Pendukung (Website) www.maximapicture.com Jurnal Hakim, Lukman. “Arus Baru Feminisme Islam Indonesia dalam Film Religi”. Jurnal Komunikasi Islam Vol. 3, no 02 (Desember 2013): h. 251-252
LAMPIRAN
PROSES TRIANGULASI DATA
No. Butir 1.
Nama
: Ody Mulya Hidayat
Jabatan
: Produser / Direktur Utama Maxima Pictures Production Pertanyaan / Jawaban
Pada tahapan pembuatan sebuah ide cerita
Hubungan Antar Kata
Kata Kunci •
Tahapan
Teori
Kunci •
Pada butir ke-1 Pak
•
Refleksi
Film dapat
Dari data analisis,
yang akan difilmkan kira-kira berapa
pembuatan
Ody selaku Produser
dikatakan sebagai
observasi dan
persen porsi seorang produser dalam ide
ide cerita
Maxima menjelaskan
media komunikasi
wawancara Pak
Diskusi
tahapan pembuatan ide
yang unik
Ody menjelaskan
Jawab: “Dalam pembuatan ide cerita
antara
cerita sebuah film.
dibandingkan
tahapan
ketika ide tersebut ingin kami buat film itu
produser,
Menurutnya, sebelum
dengan media
pembuatan ide
ada diskusi dulu antara produser,
sutradara,
menyusun ide dalam
lainnya karena
cerita sebuah flm.
sutradara, penulis naskah, dan penulis
penulis
pembuatan sebuah
sifatnya yang
Menurut
novel (kalau ceritanya diangkat dari
naskah dan
film, tim produksi
bergerak secara
informan 1
novel). Dalam diskusi tersebut kami
penulis novel
melakukan diskusi
bebas dan tetap,
sebelum
Pemilihan
yang pada diskusi
penerjemahannya
pembuatan
yang diinginkan, apa yang ada dalam
penulis
tersebut dirumuskan
secara langsung
sebuah film
pikiran masing-masing dituangkan dalam
naskah sesuai
ide dan gagasan apa
melalui gambar-
diadakan diskusi
diskusi tersebut hingga nanti akhirnya
dengan genre
saja yang ingin
gambar visual dan
antara produser,
setelah fix baru kami lanjutkan untuk
film tersebut.
ditampilkan dalam
suara yang nyata
sutradara, penulis
cerita tersebut?
rumuskan ide masing-masing dari kita apa
memilih aktris dan aktor siapa yang cocok
•
•
naskah dan
2.
dalam peran-peran tersebut. Tim yang
sebuah film dan
juga memiliki
penulis novel
dipilih pun yang pasti sesuai dengan
penulis naskah dipilih
kesanggupan untuk
kalau filmnya
bidangnya, seperti seorang penulis naskah.
sesuai dengan genre
menangani berbagai diangkat dari
Ketika masuk ide cerita genre religi kami
film yang akan dibuat.
subjek yang tidak
sebuah novel.
juga harus memilih orang yang tepat
Pemilihan penulis
terbatas ragamnya.
Dalam diskusi
dengan genre tersebut sehingga ceritanya
naskah yang tepat
Berdasarkan hal
tersebut
akan lebih hidup nantinya. Jadi kalau
akan membuat sebuah
itulah film
dirumuskan ide-
bicara persen ya sebenarnya tidak ada
film menjadi lebih
merupakan media
ide yang dimiliki
takaran khusus hanya mengalir saja ketika
hidup dan menarik dan
yang efektif dalam
dan setelah itu
sedang didiskusikan itu. Biasanya saya
jika berbicara berapa
menyampaikan
baru akan dipilih
sebagai Produser itu lebih mengarahkan
persen porsi seorang
berbagai macam
siapa aktris dan
secara garis besar dan nantinya yang dapat
produser dalam sebuah
gagasan, ajang
aktor yang akan
menuangkan dan memvisualisasikannya ya
ide cerita sebenarnya
propaganda dan
bermain dalam
penulis cerita tersebut”
tidak ada takaran
sebagai media yang
film tersebut.
Novel
khusus semuanya
dapat
Dalam hal ini
Assalamualaikum Beijing untuk diangkat
Assalamualai
mengalir begitu saja
mengkonstruk
tidak ada porsi
menjadi film layar lebar?
kum Beijing
ketika diskusi.
khalayak sesuai
khusus untuk
Pada butir ke-2 Novel
dengan
seorang produser
Mengapa Maxima Pictures memilih novel
Jawab: “Untuk Assalamualaikum Beijing
•
•
Setting
•
ini sebenarnya bukan novel pertama yang
Beijing
Assalamualikum
kepentingannya
dalam
kami filmkan ya sebelumnya pernah ada
menarik dan
Beijing dianggap
termasuk dalam
menyampaikan
juga beberapa novel yang di filmkan
dapat
menarik karena
mengkonstruk
ide karena
misalnya novel Pocong Juga Poconggg
menjadi
menampilkan
perempuan.
semuanya
yang kami buat jadi film komedi dan 99
sumber
perempuan dengan sisi •
Konstruksi
mengalir begitu
Cahaya di Langit Eropa juga dari novel.
informasi
yang berbeda dan
merupakan susunan
saja ketika diskusi
Kalau ditanya mengapa ya karena cerita
bagi
setting cerita yang
realitas obyektif
dilakukan dan
ini “beda” dari yang lain, ceritanya
masyarakat
berada di Beijing juga
yang telah menjadi
sebagai produser,
menarik karena menampilkan perempuan
Muslim
memiliki daya tarik
kesepakatan umum,
informas 1 lebih
yang beda dan yang menjadi daya tarik
bahwa di
tersendiri karena dapat
meskipun di dalam
berperan dalam
lainnya adalah setting dalam cerita ini, kan
Beijing
menjadi informasi
proses konstruksi
mengarahkan
setting nya di Beijing, Tiongkok ya.
banyak
kepada masyarakat
sosial tersebut
jalan cerita secara
Disitulah menariknya, kami ingin
peninggalan
khususnya masyarakat
tersirat dinamika
garis besar saja
menampilkan tontonan yang menarik
Islam.
Muslim bahwa di
sosial. Konstruksi
dan penulis
karena berlatar cerita di luar Indonesia dan
Beijing juga ada
gender yang
naskah yang lebih
supaya para penonton Muslim juga tau
sejarah peninggalan
berkembang dalam
banyak berperan
bahwa di Tiongkok ternyata ada
Islam.
masyarakat sangat
dalam
Pada butir ke-3
erat kaitannya
memvisualisasika
dan penduduk Tiongkok juga sudah
dijelaskan perbedaan
dengan nilai
n sebuah cerita.
banyak yang beragama Islam. Jadi film
antara film
kepantasan.
Film
kami ini juga benar-benar bisa menjadi
Assalamualaikum
Namun, nilai
Assalamualaikum
sumber informasi untuk penontonnya yang
Beijing ini dengan
kepanntasan antara
Beijing ini
tidak hanya sekedar memberikan hiburan
film religi lainnya.
satu masyarakat
bukanlah film
saja”
Menurut Pak Ody
dengan masyarakat
pertama Maxima
Yang
dalam film
lainnya tidak harus
Pictures yang
membedakan
Assalamualaikum
sama dan dapat
diangkat dari
•
peninggalan-peninggalan sejarah Islam,
3.
Apa
yang
membedakan
film •
Assalamualaikum Beijing dengan film
religi lainnya?
film
Beijing ini perempuan
Jawab: “Iya film ini memang beda ya dari
Assalamualai
ditampilkan sebagai
film-film religi yang sudah lebih dulu ada.
kum Beijing
Untuk perempuan pun beda dalam film ini, • perempuan
berubah.
novel,
Gender secara
sebelumnya
makhluk yang tidak
konseptual dapat
sudah ada
Perempuan
lemah, sosok yang
dipahami sebagai
beberapa film
bukan
tegar dan mampu
sistem peran dan
yang berasal dari
korban poligami misalnya tapi lebih
makhluk
bangkit dari
hubungan antara
novel seperti
kepada
yang lemah
keterpurukannya.
laki-laki dan
Poconggg juga
perempuan itu seperti apa. Jadi sisi •
Perempuan
Perempuan juga
perempuan yang
Pocong dan 99
humanisnya itu bahwa perempuan bukan
dapat bangkit
memiliki peran di
dibentuk bukan
Cahaya di Langit
makhluk yang lemah, perempuan itu bisa
dari
masyarakat bukan
berdasarkan
Eropa 1-3.
move on dan bangkit dan tidak terpuruk
keterpurukan
hanya berperan dalam
biologis, tetapi oleh
Namun film
pada keadaannya. Dalam film ini kan ya
.
sektor domestik saja.
sosial, budaya dan
Assalamualaikum
Berkaitan dengan buitr
politik. Gender
Beijing ini
tokoh
tidak
ditampilkan
ketegaran
Asmara
ini
sosok
sebagai
seorang
diserang penyakit •
Perempuan
•
•
langka, divonis tidak bisa punya keturunan
memiliki
ke-3, dalam butir ke-4
adalah peran-peran
dianggap menarik
dan keadaannya cukup parah ya, kalau
peran di
dijelaskan bahwa citra
yang harus
karena
aslinya mungkin dia akan merasa nothing
masyarakat
tentang perempuan
dimainkan untuk
menampilkan
ya udah gak ada harapan dan merasa
yang ingin dibangun
menunjukkan
perempuan
bukan
dalam film tersebut
kepada orang lain
dengan berbeda
keteguhannya dengan segala tekadnya dia
adalah citra
bahwa kita
dan memiliki
tetap bisa bertahan dalam keadaan tersebut
perempuan sebagai
maskulin atau
setting di Beijing,
dan itulah yang kami tonjolkan bahwa dia
sosok yang cerdas dan
feminin. Peran ini
Tiongkok. Setting
segalanya.
Tapi
dengan
tidak menyerah disamping juga keinginan
Beijing dianggap
4.
dia untuk menjadi sesuatu yang lebih baik
tangguh dan
juga menentukan
lagi dalam keadaan seperti itu. Ya itulah
perempuan juga setara
apa yang pantas dan informan 1 karena
yang membedakan ya karena kami tidak
dengan laki-laki serta
tidak pantas
berlatar di luar
menampilkan perempuan sebagai makhluk
memiliki karir yang
dilakukan, layak
Indonesia dan
yang lemah dan tertindas tapi kami
bagus. Menurut Pak
atau tidak layak
supaya penonton
hadirkan sosok perempuan yang cerdas,
Ody, tidak ada
dilakukan
mengetahui
berpengaruh untuk sekitar dan ya itu tadi
perempuan yang
mengikuti aturan-
bahwa di
sosok yang tangguh dalam segala cobaan
ditampilkan sebagai
aturan yang ada di
Tiongkok
yang dihadapinya”
perempuan yang
masyarakat. Aturan
terdapat banyak
Posisi
teraniaya karena
tersebut berupa
peninggalan
film Assalamualaikum Beijing, bagaimana
perempuan
menurutnya saat ini
seperangkat
sejarah Islam dan
perempuan diposisikan dalam film
dalam film
penonton sudah lebih
perilaku yang
penduduknya
tersebut? Citra perempuan yang seperti apa
Assalamualai
cerdas dan tidak
mencakup
juga sudah
yang ingin dibangun dalam film ini?
kum Beijing
tertarik lagi dengan
penampilan
banyak yang
Citra
film yang seperti itu.
pakaian, sikap,
beragama Islam
Pada butir ke-5 Pak
seksualitas,
jadi film ini
Perempuan
Ody menyampaikan
keperibadian,
bukan hanya
sudah saya katakan, kalau di film religi
ditampilkan
pandangannya tentang
bekerja di dalam
sebagai hiburan
lain perempuan ditampilkan sebagai
sebagai
perempuan,
dan di luar rumah
saja tetapi juga
makhluk yang lemah dan tidak memiliki
sosok yang
menurutnya
tangga. Konsep
dapat
kekuatan berbeda dalam film
cerdas dan
perempuan adalah
gender dapat
mengedukasi
Assalamualaikum Beijing ini. Pemeran
tangguh.
makhluk yang cerdas
dikatakan netral
masyarakat.
Dalam pembuatan dan penyusunan cerita
Jawab: “Yang pasti dalam film ini kami
•
•
ingin menampilkan perempuan dengan warna yang berbeda seperti yang tadi
perempuan •
•
menarik oleh
utama dalam film ini adalah sosok
•
Perempuan
dan kuat seperti sosok
dan fungsional
Film
perempuan yang tangguh dan cerdas. Jadi
setara dengan
Asmara dalam film
apabila dilihat
Assalamualaikum
kalau ditanya bagaimana perempuan
laki-laki.
Assalamualaikum
melalui sudut
ini juga dianggap
Perempuan
Beijing. Namun
pandang kedua
beda dengan film
kami memposisikannya setara dengan laki-
memiliki
menurutnya, sampai
jenis kelamin yang
lainnya karena
laki, bahwa perempuan tidak berada di
karir yang
saat ini masih ada
saling
menampilkan
bawah laki-laki tetapi mereka setara dan
bagus
anggapan yang
membutuhkan dan
perempuan tidak
sejajar. Selain pemeran utamanya, ada
mengatakan
melengkapi.
sebagai makhluk
banyak juga kan perempuan yang bermain
perempuan adalah
Artinya keberadaan
yang teraniaya
dalam film ini misalnya Sekar, sahabat
makhluk yang lemah.
keduanya
dan sebagai
Asmara. Kalau Sekar ini berbeda dengan
Karena itulah Pak Ody
merupakan hal
korban poligami
Asmara ya, Sekar ini ceritanya mungkin
ingin membuat karya
yang alami dalam
misalnya tetapi
sama dengan perempuan kebanyakan di
seperti film
masyarakat. Gender
menampilkan
luar sana yang sangat suka dengan film
Assalamualaikum
akan menjadi tidak
ketegaran seorang
drama Korea gitu yaa tapi tetap kami
Beijing ini yang
netral apabila
perempuan.
gambarkan disisi lain Sekar adalah
menampilkan
pemilahan fungsi
Seperti sosok
perempuan yang berkarir bagus di
perempuan sebagai
dan peran tidak
Asmara dalam
kantornya dan cerdas juga seperti Asmara.
sosok yang inspiring.
sesuai dengan
film ini yang
Jadi perempuan-perempuan yang
kenyataan yang
ditampilkan
ditampilkan dalam film ini ya kami
diharapkan oleh
sebagai
hadirkan dengan citra yang baik, bahwa
individu laki-laki
perempuan yang
perempuan juga merupakan makhluk yang
dan perempuan di
tegar meskipun
diposisikan dalam film ini ya yang pasti
•
sama di masyarakat. Tidak ada kami
masa kini. Untuk
sedang mengidap
tampilkan perempuan itu misalnya hanya
menyesuaikan
penyakit yang
bekerja di sektor domestik gitu ya,
antara kenyataan
langka. Jadi
perempuan yang hanya mengerjakan
dan harapan, maka
dalam film ini
pekerjaan rumah, mengurus anak,
peran genderlah
dibangun citra
mengurus suami, selalu di bawah perintah
yang harus berubah
perempuan
suami, tidak ada ya kami tampilkan seperti
agar tidak menjadi
sebagai makhluk
itu karena menurut saya itu tidak menarik
beban gender.
yang tidak lemah
Dalam budaya
berbeda dengan
•
dan saat ini kan masyarakat juga sudah
5.
sangat cerdas untuk mengkritisi film-film
patriarki perempuan film-film religi
seperti itu jadi kami tidak ingin
selalu
lainnya. Dalam
menampilkan itu ya, kami ingin
dikonstruksikan
film ini sosok
masyarakat melihat perempuan yang
sebagai kaum
Asmara
memiliki karir bagus bahkan mampu
lemah dan berada di ditampilkan
berkakrir hingga ke Tiongkok”
bawah kendali laki-
sebagai
Bagaimana tanggapan dan pandangan
•
Perempuan
laki. Patriarki
perempuan yang
Anda tentang perempuan?
•
Perempuan
merupakan sistem
memiliki karir
Jawab: “Kalau menurut saya perempuan
sosok yang
terstruktur dan
yang bagus di
itu makhluk yang cerdas dan kuat ya, yaa
inspiring
praktek sosial yang
luar negeri.
seperti sosok Asmara dalam film tersebut.
menempatkan kaum
Responden 1
Hanya saja sampai saat ini masih ada
laki-laki sebagai
juga
anggapan yang mengatakan bahwa
pihak yang
menyampaikan
perempuan itu makhluk yang lemah, tidak
mendominasi,
pandangannya
berdaya dan lain sebagainya. Maka dari itu
melakukan opresi,
tentang
kami membuat karya seperti film
dan
perempuan.
Assalamualaikum Beijing ini, perempuan
mengeksploitasi
Menurutnya
kami tampilkan sebagi sosok yang
perempuan. Salah
perempuan adalah
inspiring gitu yaa yang bisa menjadi
satu suprastruktur
makhluk yang
inspirasi bagi kaumnya. Jadi, bagi saya
yang memiliki
cerdas dan kuat
perempuan itu makhluk yang hebat, yang
kontribusi dalam
seperti sosok
kuat dan yaa tidak kalah dengan laki-laki
menciptakan
Asmara dalam
lah pokoknya”
ideologi patriarki
film
adalah media
Assalamualaikum
massa, di mana
Beijing hanya
lembaga media
saja sampai saat
massa ini memiliki
ini masih ada
kekuatan untuk
yang beranggapan
menyebarkan
bahwa perempuan
pesan,
adalah makhluk
memengaruhi,
yang lemah maka
bahkan
dari itu Maxima
mencerminkan
Pictures membuat
budaya masyarakat,
karya seperti film
dan mereka
Assalamualaikum
menyediakan informasi secara bersamaan pada sejumlah besar audience yang heterogen yang menjadikan media sebagai bagian dari kekuatan institusional mereka sendiri.
Beijing ini.
PROSES TRIANGULASI DATA Nama
: Alim Sudio
Jabatan
: Penulis Skenario Film Assalamualaikum Beijing
NO Butir 1.
Pertanyaan / Jawaban Sudah sejak kapan Anda
Kata Kunci •
Awal
Hubungan Antar Kata
Teori
Refleksi
Pada butir ke-1 bapak •
Film dapat
Dari data analisis,
Kunci •
menjadi penulis naskah
menjadi
Alim Sudio
dikatakan sebagai
observasi dan wawancara
film?
penulis
menjelaskan awal Ia
media komunikasi
bapak Alim Sudio
Jawab: “Saya sebenarnya
•
Sinetron
menjadi penulis,
yang unik
menjelaskan bagaimana
kuliah di jurusan psikologi
•
FTV
bahwa Ia sebenarnya
dibandingkan
awalnya Ia bisa menjadi
ya tapi saya memang senang
berkuliah di jurusan
dengan media
penulis script film. Pada
menulis sudah dari SMA
psikologi tetapi
lainnya karena
awalnya Ia memang senang
saya nulis cerpen gitu dan
karena hobinya
sifatnya yang
menulis sejak SMA dan Ia
sering menang juga ketika
memang menulis
bergerak secara
juga sering memenangkan
dilombakan dan pas kuliah
sejak masih SMA dan
bebas dan tetap,
lomba cerpen hingga
saya jadi lebih serius lagi
hobi itu pun yang
penerjemahannya
akhirnya ketika kuliah Ia
menulisnya. Singkat cerita
akhirnya
secara langsung
mulai lebih serius lagi
sih temen kuliah saya pas
mendatangkan
melalui gambar-
menulis dan setelah lulus
saya baru lulus ada yang
banyak job sebagai
gambar visual dan
kuliah ada seorang
nawarin saya pekerjaan
penulis naskah.
suara yang nyata
temannya yang
untuk menulis script
menawarkannya job
sinetron gitu tapi saya bilang
Awalnya ada seorang
juga memiliki
sebagai penulis script
saya gak bisa dan teman
temannya yang
kesanggupan untuk
sinetron. Awalnya Ia
saya itu meyakinkan saya
menawarkan ia job
menangani berbagai sempat ragu menerima
akhirnya ya mulailah saya
sebagai penulis script
subjek yang tidak
tawaran tersebut namun
bisa menulis naskah untuk
sinetron kemudian
terbatas ragamnya.
temannya meyakinkannya
pertama kalinya. Setelah itu
dari situlah ia
Berdasarkan hal
hingga akhirnya Ia menjadi
saya mulai dapat tawaran
mendapatkan job lagi
itulah film
penulis scrip sinetron.
job lagi untuk nulis cerita
sebagai penulis script
merupakan media
Mulai dari situlah Ia
FTV, ada beberapa judul
FTV dan hingga
yang efektif dalam
mendapatkan banyak job
yang pernah saya tulis dan
akhirnya sekarang ia
menyampaikan
sebagai penulis script FTV
sampai sekarang akhirnya
fokus menjadi penulis
berbagai macam
dan sampai akhirnya
saya jadi penulis script film.
script film-film layar
gagasan, ajang
menjadi penulis script film
Ya gak nyambung sih ya
lebar.
propaganda dan
layar lebar dan
Pada butir ke-2 Pak
sebagai media yang
Assalamualaikum Beijing
ya begini lah yang namanya
Alim Sudio
dapat
ini bukanlah film
passion ya mbak”
menceritakan
mengkonstruk
pertamanya. Pada setiap
•
sama kuliah saya hehe tapi
2.
Untuk film
•
Ide cerita
bagaimana Ia
khalayak sesuai
film yang Ia tulis selalu
Assalamualaikum Beijing
•
Novel
mendapatkan ide
dengan
berbeda genre dan tidak
ini dari mana Anda
•
Memvisuali
untuk menulis naskah
kepentingannya
sulit baginya untuk
mendapatkan ide ceritanya?
sasikan
film
termasuk dalam
mendapatkan ide menulis
Jawab: “Kalau film
cerita novel
Assalamualaikum
mengkonstruk
script sebuah film apalagi
Mempertega
Beijing ini. Film
perempuan.
seperti film
Assalamualaikum Beijing
•
ini kan dari novel mbak
s sosok
Assalamualaikum
Asma Nadia ya, jadi saya
Asmara
•
Konstruksi
Assalamualaikum Beijing
Beijing ini diangkat
merupakan susunan
ini yang ceritanya berasal
hanya memvisualisasikan
dari sebuah novel
realitas obyektif
dari sebuah novel karya
saja cerita yang ada di novel
maka tugas Pak Alim
yang telah menjadi
Asma Nadia. Walaupun
menjadi bentuk naskah
sebagai penulis
kesepakatan umum,
cerita ini berasal dari novel
sebuah film. Ya ada
naskah hanya
meskipun di dalam
tetapi tetap ada beberapa
beberapa yang memang
memvisualisasikan
proses konstruksi
bagian yang memang
menjadi ide saya ya
dan mempertajam
sosial tersebut
dibangun oleh Pak Alim ini
misalkan dalam
beberapa adegan
tersirat dinamika
seperti karir Asmara yang
mempertegas sosok Asmara
yang ada. Misalnya
sosial. Konstruksi
dalam novel hanya
yang cerdas yang bekerja di
saja dalam
gender yang
dijadikan sebagai latar
kantor berita di Beijing ini
mempertegas karir
berkembang dalam
belakang saja namun dalam
sebenarnya tidak ditonjolkan
Asmara di sebuah
masyarakat sangat
film ini menjadi hal yang
dalam novelnya karena di
kantor berita di
erat kaitannya
ditonjolkan dan menjadi
novel itu hanya menjadi
Beijing. Ia ingin
dengan nilai
bagian yang penting agar
latar belakang saja yang
penonton terinspirasi
kepantasan.
penonton terinspirasi oleh
tidak ditonjolkan dan tidak
dari sosok Asmara ini
Namun, nilai
Asmara yang memiliki
diketahui jelas oleh pembaca
ketika menonton film
kepantasan antara
karir yang bagus di
tetapi dalam filmnya saya
Assalamualaikum
satu masyarakat
Beijing. Dalam menulis
ingin ini menjadi sesuatu
Beijing.
dengan masyarakat
script film
Pada butir ke-3 ini
lainnya tidak harus
Assalamualaikum Beijing
yang penting tidak hanya menjadi latar belakang saja
•
ini menurut informan 2
3.
agar penonton juga dapat
berkaitan dengan
sama dan dapat
tidak ada kesulitan yang
mengetahui dengan jelas
butir ke-2, karena
berubah.
berarti dalam
bahwa sosok Asmara ini
cerita tersebut
Gender secara
memvisualisasikan cerita
sebenarnya memiliki karir
diangkat dari sebuah
konseptual dapat
novel ini kedalam sebuah
yang bagus gitu ya biar bisa
novel maka ada
dipahami sebagai
film hanya saja informan 2
menginspirasi penonton
beberapa kesulitan
sistem peran dan
mengalami kesulitan ketika
juga”
yang dihadapi oleh
hubungan antara
harus memisahkan antara
•
Karena film ini diangkat dari •
Kesulitan
Pak Alim sebagai
laki-laki dan
tokoh Aku dan tokoh
sebuah novel, adakah
yang
penulis naskah.
perempuan yang
Asmara dalam novel
kesulitan-kesulitan yang
dihadapi
Misalnya saja dalam
dibentuk bukan
tersebut karena sebenarnya
Memilih
pemilihan bahasa
berdasarkan
tokoh Aku dan Asmara
bahasa
yang akan digunakan
biologis, tetapi oleh
adalah satu orang yang
Memilih isu
dan memilih isu apa
sosial, budaya dan
sama. Karena dalam film
Jawab: “Pasti mbak, pasti
yang
yang akan
politik. Gender
tidak bisa dihadirkan dua
ada kesulitannya karena
ditonjolkan
ditonjolkan.
adalah peran-peran
tokoh berbeda yang
Skenario
Kesulitan lainnya
yang harus
ternyata adalah orang yang
film
juga datang dari
dimainkan untuk
sama maka informan 2
Agak sulit untuk memilih-
novel yang sudah
menunjukkan
harus memilah-milah yang
milih bahasa yang
best seller tersebut,
kepada orang lain
mana yang menjadi peran
digunakan atau memilih isu
karena novel tersebut
bahwa kita
dari tokoh Asmara.
yang ditonjolkan gitu ya.
best seller maka
maskulin atau
Dalam setiap film yang
Karena novel ini kan sudah
sudah banyak orang
Anda hadapi ketika
•
memvisualisasikan cerita ini ke dalam film?
bahasa novel kan berbeda dengan bahasa skenario ya.
•
•
ditayangkan pasti ada
best seller ya artinya pasti
yang membacanya
feminin. Peran ini
sebuah pesan yang ingin
sudah banyak yang pernah
dan juga nantinya
juga menentukan
disampaikan melalui film
membaca novel ini jadi
akan menonton
apa yang pantas dan tersebut, begitu pun dengan
ketakutan saya sebagai
filmnya maka
tidak pantas
film Assalamualaikum
penulis naskah adalah ketika
dikhawatirkan
dilakukan, layak
Beijing ini. Menurut
ada penonton yang pernah
penulis naskah bila
atau tidak layak
informan 2 pesan yang
membaca novel ini merasa
nanti penonton
dilakukan
ingin disampaikan dalam
ceritanya tidak sama atau
merasa filmnya tidak
mengikuti aturan-
film ini adalah bahwa
tidak se-greget novelnya
segreget novelnya
aturan yang ada di
perempuan merupakan
gitu ya karena kan beda
karena perbedaan
masyarakat. Aturan
makhluk yang hebat dan
emosi ketika membaca dan
emosi ketika
tersebut berupa
cerdas seperti sosok
menonton. Jadi paling itu
menonton dan
seperangkat
Asmara yang digambarkan
yang menjadi ketakutan saya
membaca. Kesulitan
perilaku yang
dalam film ini. Film ini
sih. Karena dalam novel itu
lain yang dihadapi
mencakup
ingin menyampaikan
kan ada dua tokoh yaitu
pak Alim adalah
penampilan
bahwa perempuan juga
tokoh Asmara dan tokoh
ketika Ia harus
pakaian, sikap,
makhluk yang patut
Aku, nah di akhir cerita baru
memilah-milah yang
seksualitas,
diperhitungkan
diberitahu kalau tokoh Aku
mana tokoh Aku dan
keperibadian,
kecerdasannya.
dan Asmara ternyata satu
mana tokoh Asmara
bekerja di dalam
Sebagai seorang laki-laki
orang yang sama. Tetapi
karena dalam
dan di luar rumah
informan 2 juga
dalam filmnya saya tidak
novelnya ada dua
tangga. Konsep
memandang bahwa tokoh
ingin menampilkan seperti
tokoh yang pada
gender dapat
Asmara adalah sosok
itu, supaya penonton juga
akhir cerita dijelaskan
dikatakan netral
perempuan yang hebat
gak bingung ya jadi sudah
bahwa itu sebenarnya
dan fungsional
sama dengan perempuan-
jelas dari awal hanya ada
adalah orang yang
apabila dilihat
perempuan lain di luar
satu tokoh utama yaitu
sama. Tetapi dalam
melalui sudut
sana. Hanya saja selama
Asmara. Ya ini sih salah
sebuah film tidak bisa
pandang kedua
ini, penggambaran
satu kerumitannya ya ketika
seperti itu karena
jenis kelamin yang
perempuan dalam media
saya harus memilah-milah
harus sudah jelas
saling
khususnya film selalu
mana yang menjadi peran
sejak awal tokoh-
membutuhkan dan
direkayasa demi
Aku dan mana yang menjadi
tokohnya.
melengkapi.
kepentingan-kepentingan
Pada butir ke-4 Pak
Artinya keberadaan
suatu pihak. Dalam hal
Pesan yang
Alim menjelaskan
keduanya
mengkonstruk tokoh
sampaikan dalam film
ingin
tentang pesan yang
merupakan hal
Asmara ini yang banyak
Assalamualaikum Beijing
disampaikan
ingin disampaikan
yang alami dalam
memiliki peran memang
Perempuan
dalam film tersebut.
masyarakat. Gender
mbak Asma Nadia sebagai
Jawab: “Pesannya yang
makhluk
Menurutnya pesan
akan menjadi tidak
penulis novelnya hanya
pasti saya ingin
yang hebat
dalam film
netral apabila
saja dalam film juga ada
menyampaikan kepada
Assalamualaikum
pemilahan fungsi
beberapa bagian yang
penonton kalau perempuan
Beijing adalah bahwa
dan peran tidak
merupakan hasil konstruksi
itu makhluk yang luar biasa
perempuan
sesuai dengan
informan 2 sebagai penulis
hebatnya. Jadi cerita aslinya
merupakan makhluk
kenyataan yang
script. Jadi dalam film ini
dari novel itu kan lebih
yang luar biasa
diharapkan oleh
porsi antara keduanya sama
individu laki-laki
dalam membentuk tokoh
•
perannya Asmara” 4.
Pesan apa yang ingin Anda
ini?
ditekankan ketika Asmara
•
•
batal menikah dengan Dewa
hebatnya. Pak Alim
dan perempuan di
tetapi dia tetap tegar gitu ya,
juga menjelaskan
masa kini. Untuk
mbak Asma sendiri pernah
bahwa dalam filmnya
menyesuaikan
bilang ke saya kalau dia
profesi Asmara lebih
antara kenyataan
ingin memberitahukan
ditonjolkan berbeda
dan harapan, maka
kepada perempuan bahwa
dengan novelnya
peran genderlah
gagal menikah itu bukan
yang hanya
yang harus berubah
akhir dari segalanya bahwa
menjadikan profesi
agar tidak menjadi
dunia belum berakhir jadi
Asmara sebagai latar
beban gender
sebagai perempuan jangan
belakang saja hal ini
terpuruk dan berlarut-larut
dkarenakan menurut
patriarki perempuan
dalam kesedihan. Tetapi
Pak Alim hal ini
selalu
dalam novel tidak
sangatlah penting,
dikonstruksikan
diceritakan dengan jelas
penonton harus
sebagai kaum
profesinya Asmara itu apa
mengetahui apa
lemah dan berada di
maka dari itu dalam naskah
profesi Asmara
bawah kendali laki-
saya perjelas pekerjaannya
supaya terlihat lebih
laki. Patriarki
Asmara sebagai penulis
jelas bahwa sosok
merupakan sistem
yang cerdas gitu ya jadi
Asmara ini memiliki
terstruktur dan
penonton juga dapat
karir yang bagus.
praktek sosial yang
Pada butir ke-5 ini
menempatkan kaum
mengambil pesan bahwa Asmara ini sosok perempuan
•
•
Dalam budaya
Asmara ini.
5.
yang bukan hanya tegas dan
pak Alim
laki-laki sebagai
tegar tetapi juga cerdas dan
memberitahukan
pihak yang
memiliki karir yang bagus di
pandangannya
mendominasi,
Beijing. Saya ingin
terhadap sosok
melakukan opresi,
penonton memahami bahwa
Asmara yang cerdas
dan
film ini ingin menyampaikan
dan tegar dalam film
mengeksploitasi
kalau perempuan itu hebat
tersebut. Menurutnya,
perempuan. Salah
dan bukan makhluk yang
perempuan memang
satu suprastruktur
lemah”
sebenarnya adalah
yang memiliki
Sosok
sosok yang seperti itu
kontribusi dalam
Asmara
hanya saja selama ini
menciptakan
Perempuan
anggapan yang
ideologi patriarki
cerdas dan tegar yang
cerdas dan
berkembang tentang
adalah media
digambarkan dalam film ini?
tegar
perempuan sudah
massa, di mana
Jawab: “Yang pasti saya
direkayasa. Menurut
lembaga media
melihatnya dia itu sosok
pak Alim juga
massa ini memiliki
yang hebat ya dan
sepertinya mbak
kekuatan untuk
sebenarnya perempuan ya
Asma Nadia sebagai
menyebarkan
memang seperti ini hanya
penulis novelnya
pesan,
saja kan anggapan-anggapan
ingin menyampaikan
memengaruhi,
yang berkembang di
pesan yang sama
bahkan
masyarakat tentang
karena sosok Asmara
mencerminkan
Bagaimana pandangan Anda
•
melihat sosok Asmara sebagai seorang perempuan
•
perempuan itu sudah di
ini memang tidak
budaya masyarakat,
“rekayasa” begitu ya hehe.
jauh berbeda dengan
dan mereka
Ya perempuan memang
sosok mbak Asma
menyediakan
makhluk yang hebat yaa.
Nadia yang
informasi secara
Sepertinya mbak Asma juga
merupakan
bersamaan pada
ingin menyampaikan pesan
perempuan yang
sejumlah besar
yang seperti itu, seperti
cerdas dan memiliki
audience yang
sosoknya mbak Asma Nadia
ambisi yang kuat”
heterogen yang
Pada butir ke-6 pak
menjadikan media
seperti Asmara dalam film
Alim menjelaskan
sebagai bagian dari
ini yang cerdas dan memiliki
siapa yang paling
kekuatan
ambisi yang kuat”
berperan dalam
institusional mereka
Proses
proses pembentukan
sendiri.
dalam proses membentuk
pembentuka
tokoh Asmara.
sosok Asmara dalam film
n sosok
Menurutnya yang
Assalamualaikum Beijing
Asmara
paling berperan
•
sendiri ya yang memang
6.
Siapa yang paling berperan
•
ini?
pastinya mbak Asma
Jawab: “Yang berperan
Nadia sebagai penulis
pasti mbak Asma Nadia ya
novelnya tetapi tidak
karena dia yang menulis
sedikit juga dalam
novelnya jadi dia yang
film pak Alim
memang sudah membentuk
memiliki peran dalam
sosok tokoh Asmara seperti
mempertegas sosok
apa. Hanya saja dalam
tokoh Asmara dalam
filmnya memang saya yang
film
berperan banyak
Assalamualaikum
memvisualisasikan sosok si
Beijing tersebut.
Asmara ini. Ya banyak juga ide-ide dari saya untuk membentuk lebih jelas sosok Asmara. Jadi komposisinya sama ya saya sebagai penulis script dan mbak Asma Nadia sebagai penulis novelnya”
HASIL WAWANCARA KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING
A. Identias Responden Nama
: Ody Mulya Hidayat
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 26 Januari
Pendidikan Terakhir
: S1 Hukum, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jabatan
: Produser
B. Tempat dan Waktu Wawancara Tempat
: Plaza Festival Rasuna Said, Kuningan Jakarta
Hari, Tanggal
: Selasa, 24 November 2015
Waktu
: 17.30 – 19.00 WIB
C. Pertanyaan 1. Selamat sore Pak, sebelum memulai wawancara saya ingin menanyakan data diri Bapak terlebih dahulu dan ini pertanyaan-pertanyaan yang akan saya tanyakan dalam wawancara ini (sambil menyodorkan list pertanyaan).
Iya selamat sore Dilla, nama saya Ody Mulya Hidayat jabatan saya di Maxima Pictures Production sebagai Produser sekaligus pemilik PH ini ya. Iya baik saya sambil baca-baca dulu ya listnya. 2. Ya baik Pak mungkin bisa dimulai pertanyaan pertama saya tentang bagaimana perkembangan Maxima Pictures sejak awal didirikan hingga saat ini? Maxima ini sudah ada sejak tahun 2004 tepatnya pada bulan Desember dan Maxima sudah mulai produksi film pertamanya pada tahun 2006 yaitu film dengan judul Cinta Pertama. Film ini juga cukup berhasil mendapatkan banyak penonton ya kalau kamu mungkin masih ingat film yang dibintangi oleh Bunga Citra Lestari dan Ben Joshua ini cukup booming di masyarakat pada saat itu. Dan setahun setelah itu kami sudah produksi tiga film sekaligus dalam satu tahun dan terus hingga saat ini Maxima masih terus produksi film tiap tahunnya. Tiap tahunnya Maxima terus produksi film dengan warna yang berbedabeda
mengikuti
perkemangan
zaman
dan
selera
pasar.
Ya
Alhamdulillah sih sampai saat ini film-film Maxima cukup mendapatkan tempat di masyarakat, banyak yang menonton film kami penjualan tiket di 21 atau XXI juga selalu memuaskan ya. 3. Inovasi apa saja yang dilakukan oleh Maxima Pictures sehingga sampai saat ini film-film produksi Maxima terus berkembang dan mendapatkan tempat di masyarakat?
Kalau berbicara inovasi sebenarnya sih tidak ada trik-trik khusus yang kami lakukan ya hanya saja sebagai seorang Produser saya harus cermat memperhatikan dan memahami seperti apa selera pasar saat ini, jadi film yang kami produksikan pun akan dapat diterima oleh masyarakat. Ide-ide cerita pun harus benar-benar kami kaji dan cermati sebelum akhirnya diterima untuk dijadikan sebuah film. Ada point-point yang harus diperhatikan sebelum sebuah ide cerita divisualisasikan dalam film misalnya saja apakah cerita tersebut nantinya akan diterima atau tidak ditengah budaya masyarakat Indonesia. Dan pastinya kami tidak ingin mengeluarkan karya yang sama secara berturut-turut, misalnya kami baru selesai membuat film genre religi nah setelahnya kami tidak akan membuat film religi dulu tetapi beralih ke komedi atau drama misalnya supaya penonton juga tidak jenuh dengan film-film yang kami produksi. Ya paling itu sih yang kami lakukan ya untuk bisa terus eksis dan diterima masyarakat film-filmnya. 4. Kalau pada tahapan pembuatan sebuah ide cerita yang akan difilmkan kira-kira berapa persen porsi seorang produser dalam ide cerita tersebut? Iya jadi seperti ini ya Dilla, dalam pembuatan ide cerita ketika ide tersebut ingin kami buat film itu ada diskusi dulu antara produser, sutradara, penulis naskah, dan penulis novel (kalau ceritanya diangkat dari novel). Dalam diskusi tersebut kami rumuskan ide masing-masing dari kita apa yang diinginkan, apa yang ada dalam pikiran masing-
masing dituangkan dalam diskusi tersebut hingga nanti akhirnya setelah fix baru kami lanjutkan untuk memilih aktris dan aktor siapa yang cocok dalam peran-peran tersebut. Tim yang dipilih pun yang pasti sesuai dengan bidangnya, seperti seorang penulis naskah. Ketika masuk ide cerita genre religi kami juga harus memilih orang yang tepat dengan genre tersebut sehingga ceritanya akan lebih hidup nantinya. Jadi kalau bicara persen ya sebenarnya tidak ada takaran khusus hanya mengalir saja ketika sedang didiskusikan itu. Biasanya saya sebagai Produser itu lebih mengarahkan secara garis besar dan nantinya yang dapat menuangkan dan memvisualisasikannya ya penulis cerita tersebut. 5. Mengapa Maxima Pictures memilih novel Assalamualaikum Beijing untuk diangkat menjadi film layar lebar? Untuk Assalamualaikum Beijing ini sebenarnya bukan novel pertama yang kami filmkan ya sebelumnya pernah ada juga beberapa novel yang di filmkan misalnya novel Pocong Juga Poconggg yang kami buat jadi film komedi. Dan 99 Cahaya di Langit Eropa juga dari novel. Kalau ditanya mengapa ya karena cerita ini “beda” dari yang lain, ceritanya menarik karena menampilkan perempuan yang beda dan yang menjadi daya tarik lainnya adalah setting dalam cerita ini, kan setting nya di Beijing, Tiongkok ya. Disitulah menariknya, kami ingin menampilkan tontonan yang menarik karena berlatar cerita di luar Indonesia dan supaya para penonton Muslim juga tau bahwa di
Tiongkok ternyata ada peninggalan-peninggalan sejarah Islam, dan penduduk Tiongkok juga sudah banyak yang beragama Islam. Jadi film kami ini juga benar-benar bisa menjadi sumber informasi untuk penontonnya yang tidak hanya sekedar memberikan hiburan saja.
6. Apa yang membedakan film Assalamualaikum Beijing dengan film religi lainnya? Iya film ini memang beda ya dari film-film religi yang sudah lebih dulu ada. Untuk perempuan pun beda dalam film ini, perempuan tidak ditampilkan sebagai korban poligami misalnya tapi lebih kepada ketegaran sosok seorang perempuan itu seperti apa. Jadi sisi humanisnya itu bahwa perempuan bukan makhluk yang lemah, perempuan itu bisa move on dan bangkit dan tidak terpuruk pada keadaannya. Dalam film ini kan ya tokoh Asmara ini diserang penyakit langka, divonis tidak bisa punya keturunan dan keadaannya cukup parah ya, kalau aslinya mungkin dia akan merasa nothing ya udah gak ada harapan dan merasa bukan segalanya. Tapi dengan keteguhannya dengan segala tekadnya dia tetap bisa bertahan dalam keadaan tersebut dan itulah yang kami tonjolkan bahwa dia tidak menyerah disamping juga keinginan dia untuk menjadi sesuatu yang lebih baik lagi dalam keadaan seperti itu. Ya itulah yang membedakan ya karena kami tidak menampilkan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan tertindas tapi kami hadirkan sosok perempuan yang cerdas,
berpengaruh untuk sekitar dan ya itu tadi sosok yang tangguh dalam segala cobaan yang dihadapinya. 7. Dalam pembuatan dan penyusunan cerita film Assalamualaikum Beijing, bagaimana perempuan diposisikan dalam film tersebut? Citra perempuan yang seperti apa yang ingin dibangun dalam film ini? Yang pasti dalam film ini kami ingin menampilkan perempuan dengan warna yang berbeda seperti yang tadi sudah saya katakan, kalau di film religi lain perempuan ditampilkan sebagai makhluk yang lemah dan tidak memiliki kekuatan berbeda dalam film Assalamualaikum Beijing ini. Pemeran utama dalam film ini adalah sosok perempuan yang tangguh dan cerdas. Jadi kalau ditanya bagaimana perempuan diposisikan dalam film ini ya yang pasti kami memposisikannya setara dengan laki-laki, bahwa perempuan tidak berada di bawah laki-laki tetapi mereka setara dan sejajar. Selain pemeran utamanya, ada banyak juga kan perempuan yang bermain dalam film ini misalnya Sekar, sahabat Asmara. Kalau Sekar ini berbeda dengan Asmara ya, Sekar ini ceritanya mungkin sama dengan perempuan kebanyakan di luar sana yang sangat suka dengan film drama Korea gitu yaa tapi tetap kami gambarkan disisi lain Sekar adalah perempuan yang berkarir bagus di kantornya dan cerdas juga seperti Asmara. Jadi perempuanperempuan yang ditampilkan dalam film ini ya kami hadirkan dengan citra yang baik, bahwa perempuan juga merupakan makhluk yang sama di masyarakat. Tidak ada kami tampilkan perempuan itu
misalnya hanya bekerja di sektor domestik gitu ya, perempuan yang hanya mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak, mengurus suami, selalu di bawah perintah suami, tidak ada ya kami tampilkan seperti itu karena menurut saya itu tidak menarik dan saat ini kan masyarakat juga sudah sangat cerdas untuk mengkritisi film-film seperti itu jadi kami tidak ingin menampilkan itu ya, kami ingin masyarakat melihat perempuan yang memiliki karir bagus bahkan mampu berkakrir hingga ke Tiongkok. 8. Bagaimana tanggapan dan pandangan Anda tentang perempuan? Kalau menurut saya perempuan itu makhluk yang cerdas dan kuat ya, yaa seperti sosok Asmara dalam film tersebut. Hanya saja sampai saat ini masih ada anggapan yang mengatakan bahwa perempuan itu makhluk yang lemah, tidak berdaya dan lain sebagainya. Maka dari itu kami membuat karya seperti film Assalamualaikum Beijing ini, perempuan kami tampilkan sebagi sosok yang inspiring gitu yaa yang bisa menjadi inspirasi bagi kaumnya. Jadi, bagi saya perempuan itu makhluk yang hebat, yang kuat dan yaa tidak kalah dengan laki-laki lah pokoknya.
HASIL WAWANCARA KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING
A. Identitas Responden
Nama
: Alim Sudio
Pendidikan Terakhir
: S1 Psikologi Universitas Padjajaran Bandung
Tempat, Tanggal Lahir
: Pontianak, 15 Juni 1973
B. Tempat dan Waktu Wawancara Tempat
: Black Canyon Coffee, Mall Kota Kasablanka
Hari, Tanggal
: Kamis, 7 Januari 2016
Waktu
: 15.45 – 16.30 WIB
C. Pertanyaan
1. Selamat sore Pak, terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk wawancara ini. Mungkin bisa diceritakan sudah sejak kapan Anda mulai menulis naskah sebuah film? Iya sore mbak. Saya sebenarnya kalau menulis itu sudah jadi hobi saya sejak lama ya dari SMP itu saya sudah mulai menulis cerpen gitu, sering dikirim juga untuk lomba-lomba. Tapi kalau untuk film sendiri sih blm terlalu lama ya, awalnya saya tidak tertarik menulis naskah film tapi ketika lulus kuliah teman saya ada yang
pernah minta saya untuk nulis naskah sinetron yang dia sutradarai akhirnya saya coba dan ternyata disukai ceritanya. Baru deh mulai dari situ saya menjadi penulis naskah untuk sinetron pernah ada dua judul, terus untuk beberapa FTV juga pernah saya yang tulis ceritanya dan sekarang-sekarang ini film. Belum banyak sih film yang saya tulis ceritanya, baru beberapa seperti Assalamualaikum Beijing, Surga Yang Tak Dirindukan, dan Bulan Terbelah di Langit Amerika yang baru saja tayang ya. 2. Untuk film Assalamualaikum Beijing ini dari mana Anda mendapatkan ide ceritanya? Kalau film Assalamualaikum Beijing ini kan dari novel mbak Asma Nadia ya, ya jadi tugas saya hanya memvisualisasikan saja cerita yang ada di novel menjadi bentuk naskah sebuah film. Ya ada beberapa yang memang menjadi ide saya ya misalkan dalam mempertegas sosok Asmara yang cerdas yang bekerja di kantor berita di Beijing ini sebenarnya tidak ditonjolkan dalam novelnya tetapi saya ingin ini menjadi sesuatu yang penting dalam film yang tidak hanya menjadi latar belakang saja. Idenya saya dapat ya dari menonton film misalnya atau kadang ya namanya ide datang begitu saja mbak hehe 3. Karena film ini diangkat dari sebuah novel, adakah kesulitan-kesulitan yang Anda hadapi ketika memvisualisasikan cerita ini ke dalam film? Pasti mbak, pasti ada kesulitannya karena bahasa novel kan berbeda dengan bahasa skenario ya. Agak sulit untuk memilih-milih bahasa yang digunakan atau memilih isu yang ditonjolkan gitu ya. Karena novel ini kan sudah best seller ya artinya pasti sudah banyak yang pernah membaca novel ini jadi ketakutan saya sebagai penulis naskah adalah ketika ada penonton yang pernah membaca novel
ini merasa ceritanya tidak sama atau tidak se-greget novelnya gitu ya karena kan beda emosi ketika membaca dan menonton. Jadi paling itu yang menjadi ketakutan saya sih. Karena dalam novel itu kan ada dua tokoh yaitu tokoh Asmara dan tokoh Aku, nah di akhir cerita baru diberitahu kalau tokoh Aku dan Asmara ternyata satu orang yang sama. Tetapi dalam filmnya saya tidak ingin menampilkan seperti itu, supaya penonton juga gak bingung ya jadi sudah jelas dari awal hanya ada satu tokoh utama yaitu Asmara. 4. Pesan apa yang ingin Anda sampaikan dalam film Assalamualaikum Beijing ini? Pesannya yang pasti saya ingin menyampaikan kepada penonton kalau perempuan itu makhluk yang luar biasa hebatnya. Jadi cerita aslinya dari novel itu kan lebih ditekankan ketika Asmara batal menikah dengan Dewa tetapi dia tetap tegar gitu ya, mbak Asma sendiri pernah bilang ke saya kalau dia ingin memberitahukan kepada perempuan bahwa gagal menikah itu bukan akhir dari segalanya bahwa dunia belum berakhir jadi sebagai perempuan jangan terpuruk dan berlarut-larut dalam kesedihan. Tetapi dalam novel tidak diceritakan dengan jelas profesinya Asmara itu apa maka dari itu dalam naskah saya perjelas pekerjaannya Asmara sebagai penulis yang cerdas gitu ya jadi penonton juga dapat mengambil pesan bahwa Asmara ini sosok perempuan yang bukan hanya tegas dan tegar tetapi juga cerdas dan memiliki karir yang bagus di Beijing. 5. Bagaimana pandangan Anda melihat sosok Asmara sebagai seorang perempuan cerdas dan tegar yang digambarkan dalam film ini? Yang pasti saya melihatnya dia itu sosok yang hebat ya dan sebenarnya perempuan ya memang seperti ini hanya saja kan anggapan-anggapan yang
berkembang di masyarakat tentang perempuan itu sudah di “rekayasa” begitu ya hehe. Ya perempuan memang makhluk yang hebat yaa. Sepertinya mbak Asma juga ingin menyampaikan pesan yang seperti itu, seperti sosoknya mbak Asma Nadia sendiri ya yang memang seperti Asmara dalam film ini yang cerdas dan memiliki ambisi yang kuat 6. Siapa yang paling berperan dalam proses konstruksi sosok Asmara dalam film Assalamualaikum Beijing ini? Yang berperan pasti mbak Asma Nadia ya karena dia yang menulis novelnya jadi dia yang memang sudah membentuk sosok tokoh Asmara seperti apa. Hanya saja dalam filmnya memang saya yang berperan banyak memvisualisasikan sosok si Asmara ini. Ya banyak juga ide-ide dari saya untuk membentuk lebih jelas sosok Asmara. Jadi komposisinya sama ya saya sebagai penulis script dan mbak Asma Nadia sebagai penulis novelnya.
FOTO DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN ODY MULYA HIDAYAT PRODUSER MAXIMA PICTURES
FOTO DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN ALIM SUDIO SCRIPT WRITER FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING
FOTO DOKUMENTASI SAAT PENULIS MENDATANGI KANTOR MAXIMA PICTURES