PROSES COMING OUT KAUM HOMOSEKSUAL DI LINGKUNGAN HETEROSEKSUAL (STUDI KASUS PENGALAMAN COMING OUT PADA KAUM GAY) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh : AISYAH RAHMA UTAMI NIM : 1112054100022
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M
ABSTRAK Aisyah Rahma Utami Proses Kaum Homoseksual Di lingkungan Heteroseksual (Studi Kasus Pengalaman Coming out Pada Kaum Gay)
Menjadi Gay bukan sebuah pilihan yang mudah untuk dijalankan. Banyak tantangan yang harus dilalui agar dapat diterima di lingkungan keluarga bahkan masyarakat. Dikucilkan bahkan diusir dan ditolak dari keluarga pun banyak yang dialami para gay. Saat mereka menyatakan mengenai orientasi seksualnya berbagai respon bermunculan. Coming out adalah sebuah proses pengakuan diri mengenai orientasi seksual seseorang kepada orang lain. Proses coming out menjadi salah satu hal terpenting bagi setiap kaum homoseksual karna pada tahap ini yang menentukan apakan ia bisa menjalankan pilihan nya sebagai gay atau ia menyerah dengan pilihannya Penelitian ini penting dilakukan karena banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui ciri ciri seseorang sebagai Gay dan tidak tau bagaimana cara menyikapi permasalahan apabila orang terdekat nya memilih menjadi gay dan membantu pekerja sosial menambah pengetahuan pada kasus homoseksual sehingga mempermudah apabila ingin melakukan intervensi dalam menangani kasus homoseksual. Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana proses coming out kaum homoseksual di lingkungan heteroseksual? Dan bagaimana strategi ketahanan diri kaum Homoseksual di lingkungan masyarakat Heteroseksual. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa memilih untuk coming out memerlukan proses yang cukup panjang serta menyakitkan bagi para gay namun setelah mereka menjalakan semuanya dan memutuskan untuk komitmen dengan pilihannya hal itu membuat mereka lebih tenang dan tidak terbebani. Para gay yang mengalami bully saat melakukan coming out memutuskan untuk tidak melawan dan tidak memperdulikan hal tersebut hingga akhirnya orang di sekeliling menerima pilihannya tersebut bagi mereka melawan bully yang mereka hadapi tidak membuahkan hasil apa apa, karena yang terpenting adalah bagaiamana mereka bisa menjalani hindp menjadi diri nya sendiri tanpa harus berpura pura menjadi orang lain
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Proses Kaum Homoseksual Di lingkungan Heteroseksual (Studi Kasus Pengalaman Coming Out Pada Kaum Gay)” Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:
1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M. Ed, Ph. D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Hj. Nunung Khairiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial. Terimakasih atas nasehat dan bimbingannya.
ii
3. Ibu Siti Napsiyah MSW selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan, membina, dan selalu bersedia meluangkan waktunya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Trimakasih juga untuk motivasi yang ibu berikan pada peneliti untuk berfikir out of the box dan memacu peneliti untuk se-kreatif mungkin.
4. Seluruh dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi , Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.
5. Kepada seluruh informan peneliti yang telah bersedia memberikan informasi dan waktunya sehingga penelitian ini dapat selesai tepat waktu dan terimakasih juga untuk pengalaman serta cerita kalian yang membuat peneliti paham secara mendalam mengeai penelitian ini. special untuk willa yang udah mau memperkenalkan teman teman nya ke peneliti.
6. BPSW (Building Professional Social Work) yang telah memberikan beasiswa Full kepada peneliti selama kuliah. Trimakasih atas bantuan biayanya walaupun setiap semester saya selalu panik karna takut nilai IP di bawah rata rata, namun saya selalu berusaha agar layak mendapat kan sebuah beasiswa.
7. Ibu Nurul Eka Msi yang bersedia rumah nya peneliti datangi setiap semester untuk mengambil bukti pembayaran kuliah dan ibu eka yang mau membagi ilmu nya untuk membahas mengenai homoseksual. Berkat ibu saya semakin yakin untuk mengambil topik permasalahan ini.
8. Mama ku tercinta yang selalu mendoakan peneliti agar dapat menyelesaikan kuliah dan penelitian ini dengan tepat waktu. Doamu sangat mujarap ma. untuk papa yang sudah berada di sisi Allah ini
iii
9. Untuk kakak kakak serta para keponakan yang sudah memberikan support tiada henti trimakasih untuk semuanya.
10. Teman teman dikampus Annisa Elfa, Ira Rahmawati, Nurmila, Eka Puji, Tria Anjarwati, Dyah Ayu, Saila Arimy, Khusnul Fadilah, ladiesos 2012. Serta teman teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun selalu memberikan support yang tiada hentinya, tanpa kalian mungkin skripsi ini terasa sangat berat. Trimakasih atas dukungan.
Jakarta, Juli 2016
Aisyah Rahma Utami
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ....................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar belakang ....................................................................................................... 1 B. Pembatasan dan perumusan penelitian................................................................. 6 C. Tujuan dan manfaat penelitian ............................................................................. 7 D. Metodologi penelitian .......................................................................................... 8 BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................. 19 A. Homoseksual ...................................................................................................... 19 1. Definisi homoseksual .................................................................................... 19 2. Faktor faktor penyebab homoseksual........................................................... 21 3. Gambaran sejarah homoseksual di Indonesia .............................................. 22 4. Tipologi pola hubungan homoseksual masa kolonial belanda .................... 25 B. Gay ..................................................................................................................... 28 1. Penyebab seseorang menjadi gay ................................................................. 28 2. Stress yang dirasakan oleh gay .................................................................... 30 3. Antara gay dan banci .................................................................................... 31
v
C. Coming out ......................................................................................................... 34 1. Pengertian coming out .................................................................................. 34 2. Pra coming out ............................................................................................. 36 3. Proses coming out ........................................................................................ 38 4. Alasan terjadinya coming out ....................................................................... 42 5. Tahap tahap perkembangan dalam coming out ............................................ 43 BAB III .......................................................................................................................... 47 A. Profil informan "D" ............................................................................................ 47 1. Biodata ......................................................................................................... 47 2. Riwayat menjadi gay .................................................................................... 48 3. Peran keluarga .............................................................................................. 49 4. Pemahaman mengenai coming out ............................................................... 50 5. Pengalaman coming out di lingkungan heteroseksual ................................. 50 B. Profil informan "R" ............................................................................................ 51 1. Biodata ......................................................................................................... 51 2. Riwayat menjadi gay .................................................................................... 52 3. Peran keluarga .............................................................................................. 53 4. Pemahaman mengenai coming out ............................................................... 54 5. Pengalaman coming out di lingkungan heteroseksual ................................. 55 C. Profil informan "A" ............................................................................................ 56 1. Biodata ......................................................................................................... 56 2. Riwayat menjadi gay .................................................................................... 56
vi
3. Peran keluarga .............................................................................................. 57 4. Pemahaman mengenai coming out ............................................................... 58 5. Pengalaman coming out di lingkungan heteroseksual ................................. 58 BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS ............................................................ 60 A. Penyebab menjadi gay........................................................................................ 60 1. Faktor keluarga............................................................................................. 60 2. Faktor lingkungan dan individu ................................................................... 62 3. Faktor biologis ............................................................................................. 63 B. Pra coming out ................................................................................................... 64 1. Proses kesadaran diri .................................................................................... 64 C. Alasan terjadinya coming out ............................................................................. 69 1. Distressing .................................................................................................... 69 2. Finding suplicious clues ............................................................................... 71 D. Proses coming out ............................................................................................. 73 1. Sensinitasi .................................................................................................... 73 2. Disosiasi dan signifikansi............................................................................. 75 3. Coming out .................................................................................................. 78 4. Komitmen..................................................................................................... 82 E. Strategi ketahanan diri kaum homoseksual di lingkungan heteroseksual .......... 84 1. Bullying ........................................................................................................ 85 2. Menangani permasalahan ............................................................................. 85 F. Perkerja sosial dalam menangani permasalahan homoseksual .......................... 88
vii
G. Pandangan Islam mengenai homoseksual .......................................................... 93 BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 95 A. Kesimpulan ........................................................................................................ 95 B. Saran ................................................................................................................... 97 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 99 LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 – Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 2 – Pedoman Wawancara Lampiran 3 – Pedoman Observasi Lampiran 4 – Transkip Wawancara Lampiran 5 – Hasil Observasi Lampiran 6 - Dokumentasi Lampiran 7 – Kamus Bahasa Sekong
ix
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum LGBT (lesbian, gay, bisexsual, transgender) di Indonesia bukan menjadi hal yang baru. Di negara maju sudah banyak yang melegalkan adanya kaum LGBT. Namun kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Indonesia akan menghadapi tantangan hukum dan prasangka yang tidak dialami oleh
penduduk
non-LGBT.
Adat
istiadat
tradisional
tidak
menyetujui
homoseksualitas dan cross-dressing, yang berdampak kepada kebijakan publik. Misalnya, pasangan sesama jenis di Indonesia, atau rumah tangga yang dikepalai oleh pasangan sesama jenis, dianggap tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan perlindungan hukum yang lazim diberikan kepada pasangan lawan jenis yang menikah. Pentingnya di Indonesia untuk menjaga keselarasan dan tatanan sosial, mengarah kepada penekanan lebih penting atas kewajiban daripada hak pribadi. Penduduk Indonesia memiliki penganut agama Islam paling banyak di dunia dengan 87% dari warganya sebagai muslim. Agama Islam pun melarang dengan keras segala bentuk penyimpangan seksual yang sudah dijelaskan dalam Alquran surat An Naml, [27] : 55)
( ٥٥) َوَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ َأ تَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُون
2
"Mengapa kamu (laki-laki) mendatangi (sesama) laki laki dengan syahwat yang bukan perempuan? Bahkan kamu adalah kaum jahil"(Q.s. An Naml, [27] : 55) Populasi homoseksual di Indonesia juga terbilang banyak. Berdasarkan estimasi Kemenkes pada 2012, terdapat 1.095.970 LSL baik yang tampak maupun tidak. Lebih dari lima persennya (66.180) mengidap HIV. Sementara, badan PBB memprediksi jumlah LGBT jauh lebih banyak, yakni tiga juta jiwa pada 20111 Di dalam masyarakat dikenal berbagai bentuk orientasi seksual dan orientasi seksual ini merupakan sebuah gambaran yang mengacu pada rasa ketertarikan secara seksual maupun emosional terhadap jenis kelamin tertentu. Namun saat ini orientasi seksual seseorang bukan hanya memiliki ketertarikan lawan jenis. Namun ada beberapa orang yang memiliki ketertarikan sesama jenis atau yang disebut dengan homoseksual. Homoseksualitas adalah orientasi atau pilihan seks yang diarahkan kepada seseorang yang berjenis kelamin sama atau ketertarikan orang secara emosional dan seksual kepada seseorang dari jenis kelamin yang sama2. Keberadaan kaum homoseksual di masyarakat, khususnya Indonesia bukanlah lagi suatu hal yang asing.
1 2
m.republika.co.id diakses pada 23 Agustus 2016.
Oetomo, Homoseksualitas di Indonesia Prisma Seks dalam jaringan kekuasaan, 1991, Jakarta, h. 5.
3
Fenomena ini terlihat nyata, bahkan di tempat umum sekali pun. Kaum homo menjadi lebih berani menunjukan perilaku mereka dalam gaya bicara, berpakaian dan tingkah laku tanpa memikirkan bagaimana orang sekitar akan berpendapat mengenai dirinya3 dan mereka tidak perduli dengan lingkungan sosial nya, karena mereka hanya memikirkan bahwa ia tetap ingin menjadi dirinya sendiri, tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain. Walaupun keberadaan kaum homoseksual ini semakin terlihat, akan tetapi masyarakat menganggap bahwa mereka merupakan suatu kelompok yang menyimpang. Sebagai contoh pada abad ke-20 homoseksual dianggap suatu penyakit. Pada
masa
tersebut,
para
ahli
kedokteran
mengambil
alih
kasus
homoseksualitas yang dinilai negative sebagai salah satu dari perilaku sosial yang menyimpang dari segi hukum dan agama dan homoseksualitas tetap dipandang sebagai suatu kondisi patologis yang harus di investigasi, diperhatikan dan juga disembuhkan4 Di Indonesia sendiri kasus homoseksual sudah berkembang menjadi lahan prostitusi dan banyak dari mereka yang akhirnya memilih menjadi pelacur dan melakukan kegiatan ilegal lainnya untuk bertahan hidup. Kelompok kelompok masyarakat FPI (Front Pembela Islam) dan FBR (Forum Betawi Rempuk) dan masih banyak organisasi masyarakat lainnnya secara terbuka memusuhi orang-orang LGBT dengan menyerang rumah atau tempat
3 4
Tempo, Bila gay hanya gaya gaya gaya. 10 oktober 1987, h. 27. Moore dan Rosenthal, "Prathista" tahun 2008, h. 1.
4
mereka bekerja5 Diskriminasi eksplisit dan homofobia kekerasan dilakukan terutama oleh para ekstremis religius, sementara diskriminasi halus dan marjinalisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara teman-teman, keluarga, di tempat kerja atau sekolah Namun seseorang yang melakukan pencekalan dimana mana tersebut tidak mengetahui sebenarnya apa yang menjadi atau faktor yang membuat sesorang menjadi gay. Banyak sekali faktor yang membuat sesorang menjadi gay yaitu salah satunya karena memiliki pengalaman atau trauma di masa anak-anak misalnya: Dikasari oleh ibu/ayah hingga si anak beranggapan semua pria/perempuan bersikap kasar, bengis dan panas bara yang memungkinkan si anak merasa benci pada orang itu. Predominan dalam pemilihan identitas yaitu melalui hubungan kekeluargaan yang renggang. Bagi seorang lesbian misalnya, pengalaman atau trauma yang dirasakan oleh para wanita dari saat anak-anak akibat kekerasan yang dilakukan oleh para pria yaitu bapakk, kakaknya maupun saudara laki-lakinya. Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual itu membuat seorang wanita itu bersikap benci terhadap semua pria6. Atau juga apabila seorang ayah yang tidak memiliki keakraban dengan anak laki laki nya, hal tersebut dapat membuat si anak haus akan sosok seorang ayah dan mengidamkan kasih sayang dari seorang ayah dan hingga akhirnya ia memilih untuk mendapatkan kasih
5
Laurent, Erick (May 2001). "Sexuality and Human Rights". Journal of Homosexuality (Routledge) 40 (3&4) h. 163. 6 Dr. Abu Ameenah Philips dan Dr.Zafar Khan, Islam dan Homoseksual (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), Cet.1, h. 85.
5
sayang dari seorang pria lain, setalah ia mendapatkan kasih sayang tersebut dan merasa nyaman, lalu ia memutuskan untuk memiliki hubungan khusus dengan seorang laki laki. Faktor-faktor tersebut lah yang tidak diketahui oleh banyak orang dan lebih memilih untuk menjauh dari kaum homoseksual dan mencemooh mereka. Di Indonesia untuk menjaga keselarasan dan tatanan sosial, mengarah kepada penekanan lebih penting atas kewajiban daripada hak pribadi. Walaupun menjadi gay adalah hak-hak asasi manusia, untuk merayakan martabat setiap manusia, dan untuk menggaris-bawahi bahwa setiap manusia berhak untuk hidup yang bebas dari ketakutan, kekerasan dan diskriminasi, terlepas dari siapapun mereka dan siapa pun yang mereka cintai.7 Masyarakat merasa bahwa gay adalah penyakit yang wajib di jauhkan, padahal jika ingin menyembuhkan gay dari permasalahan orientasi seksualnya mereka membutuhkan dukungan dari orang orang terdekat, dan butuh pemahaman khusus untuk menyembukannya dan tanpa kita melakukan pendekatan dengan para kaum gay, kita tidak akan bisa menyembuhkan permasalahaanya tersebut karena kita tidak mengetahui apa yang sebenarnya ia rasakan, dan bagaimana strategi yang dapat dipilih untuk menyelesaikan masalah orientasi seksualnya tersebut Dalam permasalahan ini pekerja sosial dapat mengacu pada uud kesejahteraan sosail Pasal 4 yaitu Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja,
7
Offord, Baden; Cantrell, Leon (May 2001). "Homosexual Rights as Human Rights in Indonesia and Australia". Journal of Homosexuality (Routledge) 40 (3&4), h.233.
6
baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial8. Hal tersebut menjadi salah satu alasan peneliti ingin membahas mengenai proses coming out terhadap gay, karena segala kemungkinan yang dapat terjadi dan kemungkinan bahwa pekerja sosial nantinya menangani masalah sosial dengan klien seorang gay dan dengan itu penelitian ini pun nanti nya akan mempermudah dalam melakukan intervensi terhadap klien yang gay. Gay adalah kaum yang sangat potensial menjadi klien pekerja sosial nantinya sehingga saya sebagai calon pekerja sosial harus mampu mengetahui gejala gejala atau permasalahan yang terjadi pada kaum gay, dengan itu mempermudah untuk mendapatkan solusi dari menangani permasalahannya tersebut. Dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat memberitahukan bahwa gejala gay dapat terjadi pada siapapun tanpa terkecuali, dimana pun dan oleh kalangan apapun. Maka setiap orang perlu waspada kepada orang orang yang berada di lingkungan sosial nya. Mencari tahu bagaimana seorang gay melakukan aktifitas dan bagaimana gejala gejalanya hai itu masyarakat perlu ketahui dan peneliti berharap hasil penelitian ini dapat mempermudah masyarakat dalam menangani masalah orientasi sekksual di lingkungan terdekatnya.
8
Kemensos.go.id diakses pada 22 Agustus 2016
7
B. Pembatasan dan Perumusaan Masalah 1. Pembatasan Masalah Karena permasalahan yang dialami kaum gay sangat kompleks maka peneliti membatasi fokus permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian. Yaitu yang akan menjadi pembatas masalah pada penelitian ini adalah bagaimana seorang gay akhirnya memilih untuk coming out dan setelah itu bagaimana ia tetap bisa eksis di lingkungan sosialnya 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan penelitian diatas, masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah "Proses Coming out Gay pada Lingkungan Masyarakat Heteroseksual (Studi Kasus terhadap tiga orang gay di Jabodetabek) dari permasalahan utama ini, peneliti selanjutnya merumuskan beberapa sub permasalahan, yaitu a)
Bagaimana seorang gay melakukan proses coming out dilingkungan sosialnya?
b)
Apa makna coming out pada seorang gay?
c)
Bagaimana strategi seorang gay untuk tetap eksis di lingkungan masyarakat hetroseksual?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, maka yang menjadi tujuan peneliti adalah
8
a. Untuk menjelaskan apa makna dari membuka diri (coming out) dari seorang gay b. Untuk mengetahui proses coming out gay kepada lingkungan sosialnya c. Untuk mengetahui bagaimana strategi gay dalam mempertahankan eksistensi dirinya didalam lingkungan sosial mereka yang hetroseksual 2. Manfaat Penelitian a) Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa khusus nya jurusan kesejahteraan sosial yang nantinya akan berhadapan dengan klien Gay agar dapat mengetahui bagaimana permasalahan permasalahan yang dialami mereka dan mengetahui bagaimana cara penanganannya. b) Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan maukan atau pilihan para kaum gay terhadap permasalahan yang dihadapi c) Manfaat Sosial Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat luas untuk dapat mencegah berkembangnya kaum gay di lingkungan sekitar dan mampu mengetahui hal apa yang harus dilakukan apa bila sudah terlihat
gejala-gejala
terdekatnya.
penyimpangan
seksual
terhadap
orang
9
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
kualitatif.
Hal
ini
dimaksudkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung dan wawancara mendalam dengan informan yang sangat memahami permasalahan yang diteliti. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak9 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah menggunakan penelitian deskriptif (Descriptive research), yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh di lapangan secara terperinci sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan10. Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyan dasar yaitu bagaimana.11. kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata kata, gambar dan bukan angka-angka.
9
Sugiono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D,
h.3. 10
Lexy J Moleong, metode penelitian kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h.131. 11 W. Gulo, Metodelogi Kualitatif (Jakarta : Grafindo, 2000), h.19.
10
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara secara langsung, catatan lapangan atau memo dan dokumentasi lainnya.12 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di sekitar wilayah Jakarta sesuai dengan domisili informan yang akan diteliti. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari 2016 sampai dengan bulan Juli 2016 4. Teknik Pemilihan Informan Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. teknik purposive sampling bertujuan dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang orang yang tepat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian13. Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana memilih informanm misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan mempermudah peneliti menjelajahi objek/ situasi sosial yang diteliti.
12
Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-2, h.39. 13 Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.63.
11
Yang terpenting disini bukan jumlah informannya, melainkan potensi dari setiap kasus untuk dapat memberikan secara teoritis mengenai aspek yang dipelajari14. Dalam penelitian ini, jumlah informan penelitian berjumlah 3 (tiga) orang yaitu mereka yang memiliki proses coming out yang berbeda beda. Informan pertama yang peneliti pilih yaitu "A" seorang karyawan swasta yang menjabat sebagai manager. Peneliti memilih ia menjadi sebagai informan dikarenakan ia sudah melakukan proses coming out sudah lama dan sudah banyak pihak yang mengetahui permasalahan penyimpangan seksualnya. Yang kedua adalah "R" seorang mahasiswa disalah satu kampus di Bekasi. Peneliti memilih ia dikarenakan proses coming out yang ia jalani belum sepenuh nya selesai, karena hanya pihak keluarga saja yang mengetahui permasalahan yang ia alami. Yang terakhir adalah "D" seorang karyawan swasta di Jakarta. Peneliti memilih ia karena "D" dianggap banyak mengetahui kegiatan dunia gay di Jakarta. Karena ia berada di dalam suatu organisasi khusus gay yang cukup terkenal di Jakarta. 5. Sumber Data Sumber data yang diambil peneliti ini terdapat dua data, yaitu data primer (pokok) dan data sekunder (pendukung).
14
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), Cet ke-5, h.54.
12
a) Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya. Data primer, diperoleh melalui wawancara yaitu ketiga informan yang mengalami permasalahan penyimpangan seksual atau gay. b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan surat kabar atau media kabar, dokumen yang berkaitan dengan penelitian15 seperti isu isu yang terjadi di Indonesia melalui pemberitaan online, surat kabar atau Koran yang membahas mengenai permasalahan gay di Jakarta dll. 6. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan daya yang digunakan, yaitu sebagai berikut : a. Observasi Observasi, yaitu mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian untuk mengetahui gejala-gejala yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data. Observasi atau pengamatan berperan serta menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan atau observasi. Observasi atau pengamatan berperan serta sebagai peneliti yang 15
h.17.
Jaenal Arifin, Theknik Penarikan Sample Dan Pengumpulan Data, (Jakarta, 2005)
13
mencirikan interaksi secara sosial memakan waktu cukup lama antara peneliti dan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.16 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada.17 b. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka. Dengan wawancara, proses wawancara data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka18.Wawancara ini dilakukan karena peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaannya akan diajukan telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam suatu bentuk catatan. Selain dengan wawancara mendalam peneliti juga menggunakan jenis wawancara pembicaraan informal, dalam 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 194.
17
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 166. 18
W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 119.
14
jenis ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai19. c. Dokumentasi Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau foto sehingga dengan adanya bantuan dokumen peneliti terbantu mendapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi
sebagai
sumber data dimanfaatkan untuk
menguji,
menafsirkan, bahkan untuk meramalkan20.
19
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cetakan Ke-26 edisi revisi, h. 187. 20
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 216.
15
E. Teknik Analisis Data Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif, data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian. Menurut Bogdam, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain21 Pada saat menganalisis data hasil wawancara, peneliti mengamatinya secara detail dan dilakukan berulang ulang dari awal sampai akhir, kemudian menyimpulkannya. Setelah itu menganalisa katagori katagori yang terlihat pada data data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi suatu objek dan peristiwa. Katagori dari analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang terlihat pada tempat penelitian tersebut.
F. Teknik Keabsahan Data Untuk memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data pengecekan atau perbandingan terhadap dua data tersebut. Teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lainnya22 21
Prof. Dr. Sugiyono, MetodePenelitian Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. Cet,8. h.244. 22 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cetakan Ke-18 edisi revisi, h. 330.
16
G. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penelitian skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penelitian skripsi ini. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan literatur berupa skripsi, yaitu : Nama : Septiana Constanti Judul : Hubungan Penerimaan Diri dan Proses Coming out pada Gay di Jakarta Binus University, psikologi 2012 Pada skripsi ini peneliti mengetahui bagaimana pengaruh seorang gay memiliki penerimaaan diri yang tinggi maka semakin tinggi juga intensitas coming out. Selain itu pada penelitian ini juga ditemukan perbedaan penerimaan diri antara gay coming out dan non coming out yang terpenting dalam proses coming out adalah acceptance, sedangkan yang terpenting pada penerimaan diri adalah awarness. Nama : Gloria Natalia Situmorang Judul : Proses coming out pada gay (studi kualitatif pada 3 Gay lajang) Universitas Indonesia , Psikologi Tahun 2000 Di dalam skripsi ini peneliti mencari tahu bagaimana proses coming out seorang gay. Perbedaan Gloria Natalia Situmorang dengan peneliti dilihat
17
dari informan yang akan diteliti. Kalau Gloria meneliti hanya pada kaum gay yang masih lajang, namun peneliti berbeda karena yang akan saya teliti adalah gay yang mempunyai background percintaan yang berbeda beda dan tidak hanya gay yang lajang dan juga peneliti memiliki informan yang mempunyai kegiatan sehari hari yang berbeda beda. Nama : Adelviana Febi Christyanti Judul : Gambaran stress pada ibu dengan anak gay yang telah coming out Universitas Indonesia, Psikologi Tahun 2008 Di dalam skripsi ini peneliti menggambarkan reaksi bagaimana seorang ibu yang mengetahui anaknya yang coming out. Perbedaan peneliti dengan adelviana ada focus pembahasan. Kalau peneliti focus pada bagaimana proses seseorang gay untuk coming out, sedangkan peneliti adelviana focus terhadap bagaimana reaksi orang tua setelah mengetahui bahwa anaknya adalah seorang gay. H. Teknik Penelitian Adapun dalam penelitian skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku “Pedoman Penelitian Karya Ilmiah”, (skripsi, tesis, dan disertasi). Diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development amd Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun 200723 23
2007).
Pedoman Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN, (Jakarta, UIN Jakarta Press:
18
I. Sistematikan Penelitian Secara garis besar skripsi ini akan dibagi dalam lima (5) bab dan setiap bab dibagi atas beberapa sub bab dengan kebutuhan pembahasan dan uraiannya, yaitu: BAB I
: Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang
terjadi pada kaum gay yang berada di Indonesia spesifiknya di Jakarta dan juga pembatasan masalah yang akan diangkat oleh peneliti serta rumusan masalah. Selanjutnya pada bab ini peneliti menuliskan apa yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian dalam menuliskan hasil temuan dalam melaksanakan penelitian ini dan metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penelitian. BAB II
: Bab ini akan membahas mengenai landasan teori saat
melaksanakan penelitian. Seperti mengetahui apa pengertian gay dan homoseksual serta pemahaman mengenai apa itu coming out dan proses individu gay melakukan coming out lalu bagaimana cara individu tersebut untuk tetap eksis di lingkungan sosial BAB III
: Pada bab ini berisi tentang bagaimana sejarah gay di
Indonesia dan bagaimana perkembangan kaum gay khusus nya di wilayah Jabodetabek. Lalu bagimana para kaum gay melakukan proses coming out
19
serta bagimana cara para kaum gay untuk tetap eksis di lingkungan masyarakat. BAB IV
:
Analisis Temuan Lapangan. Pada bab ini peneliti
mencoba memberikan temuan dan analisis terhadap bagaimana proses seorang gay melakukan coming out dari awal hingga akhir dan hasil temuan bagaimana seorang gay dapat tetap eksis di lingkungan sosialnya. BAB V
:
Penutup Pada bab ini berisi tentang kesimpulan
berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.
20
BAB II LANDASAN TEORI
A. Homoseksualitas 1. Definisi Homoseksualitas Sebelum membahas mengenai proses coming out pada kaum gay. Peneliti terlebih dahulu membahas mengenai homoseksual. Kata homo dalam homoseksualitas berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti "Sama" Menurut Dede Oetomo homoseksual adalah orientasi atau pilihan seks yang diarahkan kepada seseorang yang berjenis kelamin sama atau ketertarikan orang secara emosional dan seksual kepada seseorang dari jenis kelamin yang sama24. Dalam ilmu Psikologi homoseksual dimaksud sebagai : " Sexual attraction by and sexual contact with person of the same sex"25 Seperti
yang
telah
dikatakan
diatas,
istilah
homoseksualitas
menunjukan minat atau ketertarikan seseorang individu terhadap individu yang memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah ini dapat diterapkan terhadap dua jenis kelamin yang ada pria dan wanita.
24
Oetomo, Homoseksualitas di Indonesia Prisma Seks dalam jaringan kekuasaan, 1991, Jakarta,h. 5. 25 Encyclopedia of psychology, 1985 h. 462.
21
Menurut Musdah Mulia Homoseksual (gay dan lesbi), dan biseksual adalah kodrati, sesuatu yang given atau dalam bahasa fikih disebut sunnatullah. Sementara perilaku seksual bersifat kontruksi manusia Jika hubungan sejenis atau homo, baik gay atau lesbi sungguh-sungguh menjamin kepada pencapaian-pencapaian tujuan dasar tadi maka hubungan demikian dapat diterima26 Namun berbeda dengan pendapat sebelumnya, menurut Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, psikiater. Homoseksual bukan kodrati atau bawaan lahir. Karena ada penyebab lainnya seseorang yang menjadi Homoseksual seperti lingkungan yang tidak baik atau kurang nya pengetahui mengenai edukasi seks27 Sama dengan pendapat Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, psikiater, penulis buku "Fitrah Heteroseksual Manusia" yaitu Aliah BP. Hasan menyatakan bahwa manusia diciptakan memiliki fitrah, baik secara biologis, afektif, kognitif maupun spiritual. Khusus biologis, argumen bahwa kromosom xq28 yang menjadi dasar klaim gay dan lesbianism adalah alamiah tidak kuat secara ilmiah. Kromosom tersebut hanyalah ilusi belaka karena berbagai riset para ahli menolak hal tersebut. karena itulah tidak ada alasan biologis untuk terjadinya ketertarikan terhadap sesama jenis. 26
Majalah Tabligh DTDK PP Muhammadiyah, 2008
27
Prof.Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, LGBT BERTANYA? ISLAM MENJAWAB!, mental health center hawari & associates. Jakarta 2016, h. 23.
22
Kartono mendefinisikan homoseksual sebagai relasi seks jenis kelamin yang sama, atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama. Homoseksual dapat dimasukkan ke dalam kajian abnormalitas seksual yang terdapat dalam psikologi abnormal28 Istilah para prilaku homoseksual pria disebut gay, sedangkan pelaku homoseksual wanita disebut lesbian. Ada hal hal yang menyebabkan orang memiliki hubungan yang tidak berdasarkan pada keinginan dia yang sebenarnya, lebih karena tekanan faktor lingkungan. Ada pula hubungan homoseksual yang bersifat situasional yang disebabkan oleh faktor lingkungan dimana seseorang hanya bertemu dengan orang orang yang sesama jenis. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya hubungan homoseksualitas yang bersifat situasional seperti di Penjara, Lingkungan militer, atau sekolah sekolah yang mengkhususkan pria atau wantia 29 2. Faktor-faktor penyebab Homoseksual Ada beberapa faktor yang membuat seseorang menjadi homoseksual yaitu30:
28
Kartono, Kartini, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, CV Mandar Maju. Bandung : 198, h. 56. 29
Blumenfeld and Raymond, Looking at gay and lesbian life Baston : Beacon Press,
h.83. 30
Kertbeny & Karl, Homoseksual.http://ms.wikipedia. org/wiki/Homoseksual, 2005
23
a. Faktor Keluarga: Pengalaman trauma pada masa kanak-kanak dan memiliki hubungan yang renggang dengan ibu atau bapakkknya. b. Faktor Lingkungan: Homoseksual bukan dibawa sejak lair, namun terbina melalui pengalaman. Seperti keadaan pada waktu bayi-dewasa awal. c. Faktor Biologis: Suatu keadaan dimana seorang lelaki menyukai teman sejenis yang disebabkan oleh hormon. d. Faktor Individu (pribadi): Berasal dari proses lanjutan pembelajaran sewaktu kecil. e. Faktor yang menyebabkan individu tertarik pada homoseksual: Karena keinginan hawa nafsu yang menyenangkan dan tidak dapat ditolak, harga diri tidak boleh ddapat dari hubungan lain. Ketakutan terhadap lawan jenis menyebabkan respon erotic menjadi pasif. f. Peran utama aktivitas seksual: Individu merasakan pengalaman homoseksual pertama terbuka, hal ini akan membuat individu meneruskan aktivitas seksualnya.
3. Gambaran sejarah Homoseksualitas di Indonesia Ketika Inggris mencapai puncak kejayaannya yang ditandai dengan perluasan industri secara besar-besaran di dalam negeri. dan perluasan tanah jajahan di luar negeri,
menjadikan Inggris sebagai imperium
terbesar di dunia. Sebagai imperium terbesar pada masa itu Inggis dapat
24
dengan mudah menyebarkan kode etik Victorian yang sangat berpengaruh sekali pada wilayah-wilayah jajahannya Etika Victorian ini meluas ke negara-negara Eropa sehingga dapat dikatakan bahwa etika Victorian merupakan gejala Eropa31 Etika Victorian ini mendapatkan pengaruhrya pada ratu Wilhelmina dari Belanda. Kehidupan dalam keluarga kerajaan yang penuh dengan skandal seksual dan kehancuran lembaga perkawinan menimbulkan reaksi dan kekuasaan yang ada. Kemenangan partai-partai Kristen Juga turut berperan dalam pemaksaan moral seksual yang ketat di Belanda Selain menerapkan etika ini di negerinya sendiri,
Wilhelmina juga menerapkannya di daerah
jajahannya, termasuk Indonesia. Di Indonesia, atau yang juga di kenal dengan sebutan Kepulauan Hindia Belanda penerapan etika ini di pada masa ketika para bupati atau pejabat gubernur dinyatakan sebagai pegawai Hindia Belanda. Tuntutan pengendalian moral terhadap seksualitas dan korupsi yang sering bersurmber dari kegiatan seksual diberlakukan dengan mencoba menertibkan lembaga perkawinan keluarga pangreh praja misalnya mengenai poligini atau perseliran.
31
Oetomo, Homoseksualitas di Indonesia Prisma Seks dalam jaringan kekuasaan, 1991, Jakarta, h. 10.
25
Sebagai catatan terakhir mengenai kaitan antara seksualitas dan kekuasaan kolonialisme Belanda adalah kampanye histeria yang mengejar masalah homoseksualitas di kalangan orang Belanda.
Kampanye
witchhunl tersebut tidak dapat dilakukan di Negeri Belanda tapi dapat dilaksanakan di daerah jajahan32 Tradisi dunia Barat memandang seks sebagai sesuatu kekuatan negatif yang berbahaya dan seks itu sendiri merupakan dosa33. Namun dapat diampuni bila dilakukan dalam perkawinan yang bertujuan prokreatif dan mengesampingkan segi kenikmatan. Berdasarkan pandangan tersebut sudah tentu perilaku homoseksual itu sendiri merupakan diluar kerangka perkawinan Sedangkan studi lintas budaya menunjukkan bukti bahwa kebudayaan-kebudayaan lain menjadikan beberapa bentuk homoseksualitas, setidaknya tingkat perilaku sebagai bagian dari kehidupan mereka, khususnya dalam tingkah laku seks yang lazim dilakukan. Jeffery weeks mengatakan dalam bukunya : "Cross-cultural evidence demonstrates very clearly that other cultures has successfully integrated some forms at least of homoseksual behavior into its sexual mores, whether in the form of the socially accepted pedagogic relations common to ancient Greece, or in the development of the transvestite (berdache) roles in certain tribal societies"34
32
Onghokkam, Kekuasaan dan Seksualitas : Lintas Sejarah Pra dan Masa Kolonial, Jakarta, Prisma 1991, h. 11-14. 33 Rubin Gayle, Think sex :Notes for a Radical Theory of The Politics Of Sexuality, Roultledge, 1993, h.10. 34 Jeffrey, Human Sexuality in a world of diservity, Schuster Company, 1992, h. 112.
26
Yang bila diartikan menjadi :
"Bukti lintas budaya menunjukan secara jelas bahwa kebudayakebudayan lain telah sukses mengintegrasikan atau memasukan beberapa bentuk bentuk, setidak tidak nyapada tingkat prilaku homoseksual ke dalam tingkah laku seks yang lazim dan diterima, baik dalam bentuk hubungan pedagosis (ilmu mendidik) yang secara sosial dapat diterima seperti pada yunani kuno atau dalam perkembangan peran peran transvestite (berdache untuk sebutan dukun dalam suku indian di Amerika) pada suku suku tertentu"
Ada banyak contoh yang memperkuat pendapat Jeffrey weeks tersebut Mengambil contoh yang dikemukakan Dede oetomo di beberapa daerah di Indonesia ketika perilaku homoseks menjadi tradisi. seperti Aceh pada abad ke-19, lelaki Aceh mempunyai kebiasaan berkasih kasihan dengan anak muda sejenis. Perilaku homoseks itu tertuang pula pada kesenian rateh sadati. Di Jawa Timur, pada kesenian Reog terdapat kepercayaan bahwa seorang warok akan kehilangan kesaktiannya bila berhubungan seks dengan wanita,
maka seorang warok akan meminang seorang "Gemblak"35
biasanya laki-1aki muda.
Semua kebutuhan seorang gemblak akan
dipenuhi oleh warok dan diperlakukan sebagai seorang istri36 Tetapi dalam perjalanannya pelaku homoseks yang pada awalnya diterima di kehidupan masyarakat tradisional mengalami pergeseran. 35
Gemlak adalah ronggeng laki laki yang menjadi peliharaan laki laki lain. (Arti Kata.com) 36 Dede Oetomo, Memberi suara pada yang bisu, Yogyakarta : Pustaka Marwa (Anggota Marwa IKAPI) 2003, h. 33.
27
Pengaruh peradaban Barat ditambah lagi dengan masuknya agama-aguma samawi seperti agama Kristen dan Islam yang melarang homoseksualitas menyebabkan munculnya homophobia di sebagian anggota masyarakat modern. Salah satu wujud homophobia yang ditijukan oleh masyarakat adalah pristiwa penyerangan terhadap kaum gay dan waria di Yogyakarta. 4. Tipologi pola hubungan homoseksualitas pada masa colonial belanda Apabila dilihat secara etik (dari sudut pandang ilmuwan) dengan membandingkan
pada
masa
sebelum
colonial
belanda,
prilaku
homoseksual pada awal nya diterima di masyarakat dan diatur dengan bermacam cara sebagai berikut : a. Hubungan Homoseksual Dikenal dan Diakui Dalam pola ini, hubungan homoseksual dikenal dan diakui didalam suatu masyarakat yang ditandai dengan adanya istilah yang mengacu pada hubungan macam itu b. Hubungan Seksual Dilembagakan dalam Rangka Pencarian Kesaktian Dalam pola ini, prilaku atau hubungan homoseksualitas diberikan sebagai alternative penyaluran dorongan seksualitas dalam rangka diharamkannya
hubungan
heteroseksual
menggagalkan pencarian kesaktian.
karena
dianggap
28
Seperti pada tradasi reog di Jawa Timur yang memiliki kepercayaan bahwa seorang warok akan kehilangan kesaktiannya bila berhubungan seks dengan perempuan maka seorang warok akan meminang gamblak yang biasanya laki laki muda dan gemblak akan diperlakuakn seperti seorang istri c. Prilaku Homoseksualitas Dijadikan Bagian Ritus Inisiasi Hubungan genito-oral dan genito-anal yang hanya dilakukan oleh pria pria dewasa terrhadap remaja dan laki laki dewasa, hal tersebut terjadi pada beberapa suku di papua dan termasuk papua nugini. Maksud dari ritus tersebut antara lain dalam rangka melengkapi dualism kosmologis unsur unsur pria-wanita, timurbarat, siang-malam atau dalam rangka membantu pencapaian makulinitas melalui inseminasi pada remaja putra oleh laki laki yang lebih dewasa. d. Prilaku Homoseksual Dilembagakan dalam Seni Pertunjukan Pada pola ini, seni pertunjukan kadang melibatkan pemeran yang menjalankan prilaku homoseksual yang kadang diiringi puisi religius seperti tari Rateb Sadati Aceh sebuah tarian yang dilakukan 15-20 lelaki dewasa dengan seorang bocah laki laki yang didandani seperti perempuan37
37
Dede oetomo Homoseksualitas di Indonesia 2003 LP3ES, h. 30-35.
29
Mayoritas kaum homoseksual mengalami kehidupan seksual yang tertutup dan hubungan mereka satu sama lain sering berupa hubungan seksual yang singkat dan impersonal. Sekitar 45% homoseksual laki laki berperilaku seperti wanita (effiminated) dan hal menarik dari mereka adalah bahwa sekalipun perubahan kepribadiannya lengkap seperti wanita, tetapi ia tetap merasa sebagai laki laki hanya prilaku serta sistem perasaan dan berfikirnya yang diraskaan seperti wanita38 B. Gay Sebelum sampai pada pembahasan coming out, peneliti memasukkan pengertian mengenai penyebab gay dan stres yang dirasakan oleh gay 1. Penyebab Seseorang Menjadi Gay Penyebab gay dibagi dalam dua perspektif, yaitu perspektif biologis dan perspektif psikologis. Dalam perspektif biologis,
yang memegang
peranan adalah pengaruh genetik dan hormonal39 Studi terhadap kembar menjelaskan kemungkinan peranan hereditas. Monozygotic (MZ),
atau identik,
kembar yang berkembang dari
pembuahan sel telur tunggal memiliki 100 persen kesamaan hereditas mereka. Dizygotic (Dz), atau fraternal, kembar yang berkembang dari
38
Neak L Tobing, 100 Pertanyaan Mengenai Homoseksualitas, (Pusaka Sinar Harapan, 1987), h. 88. 39 Nevid Jeffrey, Human Sexuality in a world of diservity, Schuster Company, 1992, h. 122.
30
pembuahan dua sel telur memiliki kesamaan 50 persen hereditas mereka. Jadi, jika homoseksualitas ditransmisikan secara genetik, seharusnya ditemukan sekitar dua kali lebih sering di antara kembar identik dibandingkan gay di antara kembar fraternal. Karena kembar Mz dan Dz yang
dibesarkan
bersama-sama
memperoleh
pengaruh
pengaruh
lingkungan yang serupa,
maka perbedaan-perbedaan dalam tingkat
concordance (kesesuaian)
untuk sifat tertentu antar-jenis pasangan
kembar merupakan indikasi dalam asal usul genetik Menurut Nevid dari studi terhadap sejumlah gay yang memiliki kembaran pria identik(MZ) atau fraternal(DZ), ditemukan adanya 100 persen concondance untuk homoseksualitas di antara sejumlah kembaran identik gay,
dibandingkan dengan 12 persen concondance untuk
pasangan-pasangan kembar fratenal yang salah satunya diidentifikasi sebagai gay. ini merupakan bukti yang kuat adanya faktor-faktor generik dalam homoseksualitas. Mengenai
perspektif
psikologis,
Nevid
menyebutkan:
Dalam
pandangan psikoanalisa, Sigmund Freud, ahli teori psikoanalisa yakin bahwa castration anxiety berperan dalam pria homoseksual.
Dalam
oedipus complex, anak laki yang secara tidak sadar takut bahwa ayahnya yang kalah saingan dalam memperebutkan ibunya,
akan membalas
dendam dengan cara menghilangkan organ yang diasosiasikan oleh anak lakinya memberi kenikmatan seksual melalui masturbasi. Jika oedipus
31
complex tidak berhasil dipecahkan, maka castration anxiety akan terus ada dalam kehidupan selanjutnya.40 Menurut Nevid Para ahli teori belajar berfokus pada peranan reinforcement sebagai pola-pola awal perilaku seksual. Manusia pada umumnya akan mengulangi aktivitas aktivitas yang menyenangkan dan menghentikan yang tidak menyenangkan. Jadi, seseorang betajar untuk terlibat dalam aktivitas homoseksual jika eksperimentasi homoseksual semasa kanak-kanak dikaitkan dengan kesenangan seksual. Jika motivasi seksual tinggi, hal itu cenderung terjadi selama masa remaja, dan jika satu-satunya jalan ke luar adalah dengan jenis kelamin yang sama, maka remaja kemungkinan berekspermnen dengan aktivitas seksual dengan sesama jenis 2. Stres yang Dirasakan oleh Gay Berbeda dengan pria heteroseksual yang tidak mangkin merasakan stress karena keheteroannya, gay bisa menjadi stres karena kehomoannya. Sterotip dan prasangka masyarakat menimbulkan stres terhadap kaum homoseksual. Gausiorek dalam Paul mengutip Allport dalum uraian mengenai stres yang dirasakan oleh gay41 :
40
Nevid Jeffrey, Human Sexuality in a world of diservity, Schuster Company, 1992, h. 223. 41 Paul, Weinrich Gonsiorek & Hotvedt , Homosexuality:Social,Psychological and Biological Issues, London: SAGE Publication. 1982, h. 182.
32
Jadi, stereotip dari prasangka kelompok mayoritas terhadap kaum homoseksual sebagai kelompok minoritas membentuk suatu karakteristik kepribadian yang pada akhirnya berkembang menjadi personality trait yang relatif stabil 3. Antara Gay dan Banci Konstruksi sosial di masyarakat pada umumnya tidak membedakan antara banci dengan gay. Sedangkan sebutan ini dibedakan dengan jelas oleh kedua belah pihak "gay"
dalam hal ini adalah laki-laki gay,
tidak termasuk
kedalamnya kaum lesbian karena merupakan satu hal yang sama sekali berbeda. Banci atau waria memandang diri mereka sebagai jender ketiga setelah laki-laki dan perempuan,
bahkan barnyak yang menggambarkan
dirinya sebagai perempuan yang terjebak dalam tubuh laki-laki42 Untuk lebih jelas lagi bila melihat dari segi fisik, waria adalah laki-laki yang sehari-harinya berpakaian perempuan sedangkan gay tidak, walaupun terdapat juga sebagian laki-laki gay yang berperilaku feminin namun mereka tetap menganggap diri mereka sebagai laki-laki dan tidak merasa terganggu dengan keadaan fisiknya.
Seorang homoseks tidak pernah merasa
terperangkap dalam tubuh jenis kelamin yang berlawanan oleh karena itu mereka tidak mau berpakaian perempuan. Dalam beberapa kasus, kadangkala ada gay yang melintasi batas-batas tersebut, misalnya pada siang hari ia
42
Dede Oetomo, Gender And Sexual Orientation in Indonesia, London Duke University, 1996, h. 226
33
berpakaian laki-laki sedangkan pada malam hari ia mengenakan baju perempuan, hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti belum yakinnya mereka apakah mau menjadi banci, atau juga sebagai salah satu cara untuk berhubungan seks dengan laki laki43 Waria dapat selalu dikenali melalui penampilan dan perilaku mereka, sedangkan laki-laki gay tidak dan jumlah mereka kemungkinan lebih besar daripada waria Laki-laki gay menyebut perilaku feminin yang ditunjukkan oleh teman mereka sesama gay adalah "ngondek" bukan banci karena kata tersebut bagi mereka merupakan penghinaa. Adanya laki-laki gay yang berperilaku maskulin bahkan tidak berbeda dengan laki-laki hetero membuat masyarakat tidak begitu saja mudah mengidentifikasi seseorang sebagai gay. Ini bisa menjadi salah satu sisi yang menguntungkan sekaligus merugikan bagi gay itu sendiri dalam suatu masyarakat yang dominan hetero karena tuntutan-tuntutan sosial seperti perkawinan, reproduksi, dan agama sangat menyesakkan bagi sebagian kaum gay44 Ada beberapa kesamaan antara fenomena gay dan waria, yaitu keduaduanya sama-sama tertarik secara seksual dengan laki-laki. Apabila waria hanya menyukai laki-laki heteroseks kecuali untuk kondisi-kondisi khusus, misalnya pengguna jasa waria yang kebetulan adalah gay. Sedangkan seorang
43
Dede Oetomo, Gender And Sexual Orientation in Indonesia, London Duke University, 1996, h. 227 44 Dede Oetomo, Now you See It, Now You don’t: Homoseksual Culture in Indonesia, International Institute for Asian Studies, 2002, h. 9.
34
gay biasanya dapat melakukan hubungan seks dengan laki-laki heteroseks maupun homoseks45 C. Coming out 1. Pengertian coming out Coming out merupakan ciri khas pengalaman lesbian dan gay yang merupakan bagian pokok dari biografi homoseksual dan juga merupakan bidang utama dalam riset akademis mengenai homoseksual. Ada beberapa pengertian mengenai coming out46 "On the one hand, there are those who regard coming out as a"road to Damascus' experience, a single moment of recognition of one's true' self, a gestalt shift in which the label of the derided other is applied to one's self"
Dari pengertian di atas,
coming out didefinisikan sebagai jalan yang
penuh bahaya bagi homoseksual, saat untuk mengakui kebenaran mengenai diri sendiri, dan mengesahkan label yang menghina yang diberikat oleh orang lain terhadap mereka. "On the other hand there is the more popular and realistic view that coming out is a long and winding road, a series of realignment in perception, evaluation, an commitment, driven by affirmation I am gay"
45
Sulistyowati Endah, Skripsi : Peran waria danalm Seksualitas laki laki, Depok : FISIP UI, 2003, h. 12. 46 Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.78.
35
Dari pengertian di atas, coming out merupakan jalan panjang yang penuh liku, rangkaian pembentukan persepsi, evaluasi, dan komitmen yang menegaskan bahwa saya adalah gay. Lewin mempertegas dengan mengatakan Coming out as a process of discovering one's true self"47 Pengertian ke dua dari definisi memiliki ke miripan bahwa coming out merupakan proses penemuan diri yang sebenarnya.
Melihat beberapa
pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa coming out merupakan suatu penegasan kehomoan seorang individu terhadap diri sendiri dan orang lain, yang mengandung risiko berbahaya. Artinya individu mau tidak mau harus siap menerima label dari oranglain yang menghina dirinya karena kehomoannya, dan dalam lingkup yang lebih luas, hidup dalam masyarakat yang memusuhi48 Seperti telah diuraikan di atas, dengan coming out berarti homoseksual berisiko untuk dihina. Jika demikian, pasti ada sesuatu yang memaksa mereka untuk coming out itu bisa berupa peristiwa atau kondisi yang membuat homoseksual memilih untuk coming out daripada terus menyembunyikan orientasi seksual mereka yang sebenarnya. Peristiwa atau kondisi yang mendorong coming out-nya gay tersebut, disebut critical incident, yang juga akan dibahas dalam bab ini. Peneliti memasukkan critical incident dalam kategori tahap-tahap
47
Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 20. 48 Paul And Weinrich, Homoseksuality sociality psychological and biological issue, CA: sage publication 1982, hal. 144.
36
dalam proses coming out Namun, sebelum membahas critical incident, akan dibahas proses yang mendahuluinya,
yaitu mulai timbulnya rasa tertarik
homoseksual pada sesama jenis, yang sama dengan heteroseksual, timbul pada usia remaja Kebanyakan individu mengeksplorasi dan mengintegrasikan identitas seksual mereka ke identitas pribadi mereka selama masa remaja. Perkembangan identitas seksual bisa sangat sulit untuk mereka yang menemukan bahwa mereka gay, lesbian, atau biseksual. Perkembangan identitas seksual mereka, yang dikenal sebagai "proses coming-out," diharapkan untuk mempengaruhi berbagai adaptational (misalnya, fungsi psikologis) dan (misalnya, tindakan seksual) yang berhubungan dengan kesehatan perilaku. Proses coming-out, pada gilirannya, dipengaruhi oleh stres dan kekuatan dibawa untuk menanggung permasalahan tersebut: tingkat retorika anti gay dan perilaku dalam masyarakat, kukuatan para pelaku homoseksual memanfaatkan komunitas gay dan lesbian untuk melawan stigmatisasi masyarakat homoseksualitas dan menimbulkan rasa kekompakan pada
komunitas dan pemberdayaan di antara para anggotanya, dan
diharapkan meningkatkan kompetensi (misalnya, harga diri, keterampilan problemsolving).49
49
Erikson, Journal : Childhood and society. New York: Norton. Erikson, E. H.
Identity: Youth and crisis. (1968). New York: Norton, h. 7.
37
2. Pra Coming out Kesadaran diri terhadap interes seks sesama jenis biasanya merupakan proses yang lambat dan menyakitkan. perasaan-perasaan menghilangkan, unconsciousness).
tersebut dan
Individu-individu yang menyadari
kemungkinan
merepres
Pre-coming
(secara out
besar tidak
adalah
akan
sadar
proses
menolak,
menekan
kesadaran
ke yang
preconscious terhadap adanya identitas seksual terhadap sesama jenis. Konsekuensi yang paling jelas dari kesadaran ini adalah adanya dampak negatif terhadap konsep dri.
Individu-individu pada tahap ini sering
membentuk konsep diri yang negatif karena sikap masyarakat yang negatif terhadap homoseksualitas dan mereka mempresepsikan diri mereka sama seperti bagaimana masyarakat mempersepsikan mereka yaitu berbeda, sakit, bingung, tidak moral, dan depresi. Individu-individu merasakan penolakan tak langsung ketika mereka mendengar teman-teman sebaya, para pemimpin agama atau keluarga membuat pernyataan-pemyataan yang negatif mengenai kaum homoseksual dan homo-
seksualitas. Penolakan tak langsung ini
biasanya dirasakan sangat mendalam.
sehingga menahan mereka untuk
mengungkapkan aspek yang ada dalam diri mereka tersebut kepada siapa pun setiap saat kaum homoseksual mengingkari validitas dari perasaan mereka atau menahan untuk tidak mengekspresikan diri,
38
pada saat yang sama ia melukai dirinya sendini la membalikkan energinya ke dalam dan melakukan supresi (secara sadar menekan ke unconsciousness) vitalitas yang dimilikinya50 Individu-individu pada tahap ini tidak membuka diri kepada siapa pun termasuk kepada terapis mereka. Ini bukan karena mereka aktif menyembunyikan informasi ini, tapi karena secara tidak disadari terproteksi oleh mekanisme pertahanan diri seperti denial, supresi (secara sadar menekan ke unconsciousness), dan represi. Sebagian mengikuti terapi karena mengeluh adanya masalah-masalah umum seperti depresi konsep diri yang buruk, kurang jelasnya tujuan hidup, dan/atau hubungan interpersonal yang buruk. Sebagian semata-mata merasa tidak cocok dengan orang-orang lain. Konflik pada tahap ini dipecahkan dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa
individu
memutuskan
untuk
bunuh
diri.
Lain-lainnya
menyembunyikan kecenderungan seksual mereka yang sesungguhnya dari diri mereka sendiri maupun orang lain dan terus menderita depresi tingkat rendah yang kronis. Satu satunya pemecahan yang sehat untuk tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengakui kepada diri sendiri adanya perasaan-perasaan dan interes homoseksual. Pada saat inilah teradi individuasi.
50
Paul, Weinrich Gonsiorek & Hotvedt , Homosexuality:Social,Psychological and Biological Issues, London: SAGE Publication. 1982, h.221.
39
3. Proses coming out Pada proses ini menggambarkan peningkatan kemampuan beradaptasi sebagai individu menyesuaikan orientasi seksual nya dalam masyarakat di mana heteroseksual adalah norma dan homoseksualitas adalah stigmatisasi. Proses adalah salah satu pembentukan identitas dan integrasi. Terdiri dari menjelajahi identitas seksual yang muncul dan mengurangi
disonansi
kognitif
dikaitkan
dengan
evaluasi
negatif
diinternalisasi gay, lesbian, dan biseksual. integrasi identitas termasuk penerimaan seseorang gay, lesbian, biseksual identitas dan berbagi aspek diri dengan individu lainnya. Proses ini memiliki kognitif, perilaku, dan dimensi sikap51 Membuka diri merupakan suatu proses bukan hanya sekedar menyatakan kepada orang lain bahwa dirinya adalah seorang gay. Proses ini melibatkan berbagai elemen seperti preferensi seksual seseorang, pengalaman dengan orang lain dalam sosialisasi peran seksual, proses realisasi mengenai identitas seksual, perilaku dan komitmen untuk gay hidup homoseksual. Membuka diri dibagi menjadi empat tahapan, yaitu (1) sensinitasi (2) disosiasi dan signifikansi (3) membuka diri (coming out) (4) komitmen
51
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h.143.
40
1.
Sensinitasi Pada tahap ini, individu mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Di tahap ini individu dapat menilai dirinya berbeda dari yang lain melalui tanggapan yang ia dapat dan lingkungan sekitarnya atas dirinya tersebut.
2.
Disosiasi dan signifikansi(dissociauon and signification). Di tahap ini seorang gay menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus terhadap sesama jenisnya yang dapat digambarkan melalui perilakunya. Ketertarikan ini dapat dipisahkan dalam bentuk ketertarikan secara seksual maupun emosional. Di tahap ini, biasanya individu yang menyadari bahwa dirinya menyukai laki laki kerap kali menyangkal perasaannya tersebut
3. Membuka diri (coming out) Tahap ini merupakan tahap pendefinisian diri sebagai seorang homoseksual. Pada tahap ini individu mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat. Pada tahap individu mulai terlibat secara aktif dalam organisasi organisasi kelompok homoseksual,
dengan tujuan untuk
mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya. Di tahap ini pula. Individu juga mencoba untuk menyatakan mengenai konsep dirinya sebagai seorang gay kepada kepada orang lain.
41
4. Komitmen Pada tahap ini individu menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya,
yaitu
preferensi homoseksual individu telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan sosialnya. Tahap ini merupakan kombinasi antara seksualitas dengan emosional.
yaitu contohnya individu menjalin relasi
hubungan kekasih dengan pasangan laki-laki. Proses coming out yang terdin dari beberapa tahap perkembangan yang terjadi pada seorang gay sebelum sampai pada tahap tahap tersebut, sebelummya akan dibahas mengenai critical incident yang menjadi pemicu terjadinya coming out pada homoseksual, lalu distressing dalam coming out. Ada beberapa alasan utama yang mendasari terjadinya coming out. a. Critical Incident Critical incident adalah hal yang memberikan dampak paling besar terhadap teryadinya suatu peristiwa.
Kehadiran seseorang bisa
menjadi critical incident bagi kemajuan atau kelambatan produktivitas orang lain dalam melakukan pekerjaannya. Maka, tersebut hadir,
setiap orang
produktivitas orang lain menjadi terpacu atau
terganggu. Demikian juga pada homoseksual. Ada peristiwa atau kondisi
yang tak tertahankan bagi homoseksual,
sehingga
membuatnya memilih untuk menunjukkan orientasi seksualnya yang
42
sebenarya
dari
pada
menyembunyikan
nya 52.
Waktu
antara
individuasi(mengakui kepada diri sendiri bahwa dirinya homoseksuall sampai memutuskan bahwa dirinya adalah gay) Renuang waktu yang begitu panjang menunjukkan betapa lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
homoseksual
untuk
"berani"
ke
luar
dari
tempat
persembunyiannya untuk menunjukkan identitas diri yang sebenamya b. Distressing dalam Coming out French menyatakan bahwa titik balik dalam comingout merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan dan distressing bagi semua gay, karena ini merupakan peristiwa ketika seksualitas gay atau lesbian diungkapkan dan dikonfirmasikan. Walaupun mungkin pasangan dari gay/lesbian menyadari ke-gay-an ke-lesbian-an pasangannya sebelum mereka menikah, heteroseksual itu sendiri tetap berasumsi bahwa mereka akan hidup dalam perkawinan heteroseksual dan keluarga yang nyata Selanjutnya akan dibahas tahap-tahap dalam proses coming out menurut tiga ahli yang diperkuat oleh hasil-hasil penelitian para ahli lainnya53
52
Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 37. 53 Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.89.
43
4. Alasan yang Mendasari Terjadinya Corning out Coming out ditandai dengan beragam pengalaman dengan berbagai respons dan strategi.
Ada tiga alasan utama yang mendasari terjadinya
coming out: a. wanting more time, apabila seorang gay membuka onentasi seksualnya kepada istri/pacar wanitanya, karena gay tersebut memerlukan waktu untuk mengeksplorasi seksualitasnya dalam dunia gay. b. finding suspicious clues,
apabila seorang wanita heteroseksual
menemukan tanda-tanda yang menimbulkan kecurigaan mengenai orientasi seksual suami/pacar prianya (contohnya : setelah menemukan majalah gay dirumah mereka, menurunnya ketertarikan seksual suami, meningkatnya waktu yang digunakan oleh suami/pacar pranya untuk bersama-sama dengan teman sesama jenisnya). c. being caught in the act, apabila seorang wanita mengetahui orientasi seksual suami/ pacar prianya setelah suami/pacar prianya dituntut oleh polisi karena ketahuan berbuat mesum di tempat umum atau karena hasil pemeriksaan medis bahwa suami/pacar prianya terjangkit penyakit AIDS, atau suami/pacar prianya tertangkap basah sedang bersetubuh dengan sesama jenis54
54
Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.78.
44
5. Tahap-tahap Perkembangan dalam Proses Coming out Tahap-tahap perkembangan pada gay yang terjadi dalam proses coming out Pembahasan ini mengacu pada tiga ahli. Jumlah tahap antara masing-masing ahli berbeda, yaitu : a. Tahap tahap menurut Davies Davies menyatakan bahwa ada 2 tahap dalam proses coming out yaitu individuasi dan disclosure.
Individuasi adalah proses psikologis
internal di mana seseorang sampai pada pengakuan kehomoannya dan disclosure adalah proses dimana orang orang lain mengetahui atau memang belajar adanya fakta bahwa individu yang bersangkutan itu gay. Jadi disclosure bisa merupakan proses aktif atau bisa pula merupakan proses pasif dari gay itu sendiri. Disclosure bisa teriadi dalam dua bentuk, yaitu compartmentalization (kompartementalisasi) dan collusion (kolusi). Kompartementalisasi adalah kondisi di mana gay membagi kehidupannya menjadi dua wilayah. Wilayah yang pertama terdiri dari orang-orang yang mengetahui bahwa dirinya gay. Wilayah yang kedua terdiri dari orang-orang yang tidak mengetahui bahwa dirinya gay.
Dalam kompartementalisasi,
gay berusaha
memastikan bahwa orang-orang dari wilayah yang satu, tak seorang pun kenal dengan orang-orang dari wilayah yang satunya lagi. Dengan kata lain,
kehidupan dipisah-pisahkan menjadi beberapa
wilayah atau area, di mana pada wilayah yang satu ia dikenal sebagai
45
gay pria homoseksual,
tetapi pada wilayah yang lain ia dikenal
sebagai pria heteroseksual. Wilayah-wilayah tersebut dipisahkan oleh jarak yang berkilo-kilometer. Contohnya di antara teman-teman kerja seseorang yang tahu bahwa ia adalah gay, tak seorang pun kenal dengan teman-teman kuliahnya di kota lain yang tidak tahu bahwa ia adalah gay,
Selanjutnya kolusi adalah kondisi di mana terjadi
disclosure, yaitu gay yang membuka rahasia tentang dirinya kepada orang lain,
bersepakat dengan satu atau beberapa orang yang
mengetahui rahasia untuk menjaga informasi ini agar tidak diketahui oleh orang-orang lain.
Kolusi terdiri dari dua bentuk. Pertama,
informasi diketahui oleh beberapa orang, dan mereka menjaga agar informasi ini tidak diketahui oleh satu atau dua orang tertentu contohnya: Sekeluarga (ibu, Ayah, dan saudara-saudara) menjaga agar kakek dan nenek tidak tahu. Dalam contoh kasus kakek dan nenek, biasanya seluruh anggota keluarga akan setuju bahwa lebih banyak ruginya daripada untungnya jika memberitahu kakek dan nenek,
karena akan membuat mereka resah. Kedua,
diketahui oleh satu atau dua orang tertentu saja,
informasi sedangkan
kebanyakan orang tidaktahu. Contohnya hanya kakak perempuan a teman terdekat di kantor yang tahu. b. Tahap Tahap menurut Greene Greene juga membagi proses coming out dalam dua tahap, dengan menambahkan bahwa coming out merupakan tugas perkembangan
46
coming out didefinisikan sebagai realisasi yang paling sederhana dari orientasi seksual seorang gay atau lesbian dan disclosure yang kemudian terjadi dari orientasi itu kepada orang-orang lain55. Aspek fenomenologis dari proses ini rumit dan melibatkan proses di mana seorang individu membentuk perasaan sebagai gay atau lesbian, yang melintasi life span dalam suatu kultur yang melegitimasi sering berupa sanksi secara agama reaksi reaksi negative yang intens terhadap orangorang semacam itu Argumen-argumen agama sering dan secara selektif digunakan untuk membenarkan perilaku yang menghukum dan menolak gay, yang memfungsikan sikap sikap sosial yang negatif terhadap gay c. Tahap Tahap Menurut Gonsiorek Ia menyatakan bahwa proses ini lebih jelas bagi pria yang coming out selama periode remaja dibandingkan bagi wanita, dan di awal usia remaja, pria cenderung berperilaku berdasarkan keinginan seksual mereka
la
menyebutkan
bahwa
perbedaan-perbedaan
dalam
perkembangan identitas yang disebabkan oleh perbedaan sosialisasi gender merupakan salah satu hal yang menentukan pria lebih jelas dalam coming out dibandingkan wanita.56
55
Greene and Herek, Lesbian and Gays coupels families, Francisco : Jossy bass 1994,
h. 90.
56
Gonsiorek JC, Mental health issue of gay and lesbian adolescents, Journal of Adolescent heath care, 1988, hal 112.
47
BAB III GAMBARAN UMUM INFORMAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum dari para informan, yaitu mereka sebagai seorang gay dan yang sudah memutuskan untuk coming out. A . Profil Informan 1 a) Biodata Informan 1. Nama
: "D"
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 11 agustus 1994
3. Usia
: 22 Tahun
4. Jenis kelamin
: Pria
5. Domisili
: Bogor – Cilandak
6. Agama
:-
7. Status
: Belum Menikah
8. Tahun Coming out
: 2012
9. Pofesi
: Pegawai Swasta
10. Pendidikan Terakhir
: SMP
11. Suku
: Jawa
12. Hobby
: Dance
13. Jumlah Saudara Kandung
: 2 Adik
48
b) Riwayat Menjadi Gay "D" merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya saat berada di bangku SMP. Ia merasa lebih tertarik dengan sesama jenis dan tidak menyukai lawan jenis nya yaitu perempuan. Ia lebih merasa memiliki ketertarika apabila sedang dekat dengan pria dari pada wanita. Namun ia tidak mengerti apa maksud dari hal tersebut. Tepat nya pada tahun 2008 "D" mulai mencari tau mengenai permasalahannya tersebut hingga ahirnya ia menyadari bahwa ia adalah seorang gay dan memutuskan untuk diam saja karena tidak mengetahui apa yang harus ia lakukan. Tahun 2011 ia mencari tau kembali apa itu gay dan mulai memahami nya. Setelah ia mengetahui apa itu gay secara cukup detail melalui group homoseksual yang ada di facebook iya pun merasa bahwa ia tidak sendirian dan tidak mau mengelak mengenai permasalahan orientasi seksualnya. Awal nya ia mengetahui bahwa menjadi seorang gay adalah salah. Namun disisi lain ia merasa bahwa hal ini bukanlah keinginannya sendiri untuk menjadi seorang gay. Ia merasa ini memang sudah menjadi takdir yang diberikan kepadanya. "D" menjadi seorang gay di sebabkan karena orang tua nya yang tidak harmonis, ia tidak pernah mendapatkan sedikitpun sosok seorang ayah saat ia masih kecil. "D" tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya di sayang dan diperhatikan oleh seorang ayah. Hingga akhirnya ia mencari sosok tersebut saat sudah beranjak dewasa
49
c) Peran Keluarga "D" mengatakan kepada ibu serta adik adiknya bahwa ia adalah seorang gay yang memiliki permasalahan dalam orientasi seksual. Saat mendengarkan hal tersebut Ibu "D" yang saat ini usianya 50 tahun pun kaget dan juga kecewa. Lalu
"D"
mengatakan bahwa hal ini terjadi karena
hubungan ibu dan ayah yang tidak harmonis. Ia merasa bahwa selama ini hidup tanpa seorang ayah membuat nya haus akan kasih sayang. Ia sangat menginginkan kasish saya dari seorang pria, ia ingin seperti anak anak yang lain yang suka bermain dengan ayahnya dan "D" pun menjelaskan kepada ibunya bahwa untuk menjadi gay bukan sebuah pilihan tetapi ini seperti memang sudah ada pada dirinya. Hingga akhirnya ibunya mulai menerima dengan hal ini. Namun Ibu "D" pernah mengatakan bahwa ia berharap kalau kelak "D" dapat berubah dan bisa memiliki istri dan anak dikemudian hari namun ibunya tidak memaksakan hal tersebut. mendengar hal tersebut "D" tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat ia akan menyukai perempuan lalu menikah. Segala kemungkinan dapat terjadi nanti nya. Orang tua "D" sangat mendukung segala bentuk kegiatan yang dilakukan nya. Karena ia tidak tinggal satu rumah, orang tua dan adik adik "D" hanya berkomunikasi melalui telfon atau SMS. Terkadang "D" apa bila sedang mendapatkan libur dari kantor nya ia memutuskan untuk pulang dan bertemu keluarganya.
50
d) Pemahaman Mengenai Coming out "D" memutuskan coming out pada tahun 2011 kepada orang tua serta keluarganya. Ia merasa bahwa hal tersebut tidak perlu untuk di tutupi dan mau menjalankan hidup dengan tenang tanpa harus merasa takut tidak diterima orang banyak mengenai permasalahan orientasi seksualnya tersebut. Ia tidak mau menjadi orang yang munafik. Setiap orang yang mengalami permasalahan orientasi seksual harus berani melakukan coming out. Karena apa bila ditutupi kasihan kepada mereka yang mempunyai perasaan lebih kepada nya (lawan jenis) sedangkan ia tidak menyukai mereka. Menyimpan kebohongan apapun suatu saat pasti akan terungkap
e) Pengalaman Coming out Di Lingkungan Hetroseksual "D" awalnya memutuskan untuk coming out kepada keluarganya saja karena belum merasa orang disektiar nya perlu tahu mengenai permasalahan yang ia alami. Namun dengan berjalannya waktu ia tidak mau lagi menutupi hal tersebut. Ia mulai bercerita dengan teman dekat cowo nya berinisial "K" dan respond dari temannya cukup kaget dan tidak percaya. Namun "D" menceritakan semua nya dengan jelas kepada temannya tersebut mengenai hal yang ia alami. Dan mengapa akhirnya ia menjadi gay. Setelah mendengar pernyataan dengan baik akhinya temannya pun menerima dengan baik tanpa mempermasalahkan hal tersebut
51
Saat mulai berkerja ia semakin terbuka dengan siapa pun yang menanyakan mengenai masalah orientasi seksualnya. Setelah banyak orang yang tau hal tersebut "D" sering dijadikan bahan omongan oleh banyak orang. Namun ia tidak memperdulikan hal tersebut karena menurutnya masalah orientasi seksual adalah hal yang sangan pribadi, sehingga setiap orang tidak perlu ikut campur. Walaupun "D" sering di jadikan bahan omongan oleh banyak orang di lingkungan hetroseksual namun ia tetap tidak mau menyembunyikan hal tersebut karena menurut "D" menjadi diri sendiri itulah yang terpenting.
B. Profil Informan 2 a) Biodata Informan 1. Nama
: R
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 24 Januari 1995
3. Usia
: 22 Tahun
4. Jenis kelamin
: Pria
5. Domisili
: Bekasi
6. Agama
: Islam
7. Status
: Belum Menikah
8. Tahun Coming out
: 2015
9. Pofesi
: Mahasiswa
52
10. Pendidikan terakhir
: SMA
11. Suku
: Sunda
12. Hobby
: Bernyanyi
13. Jumlah Saudara Kandung
:: 3 Adik Tiri
b) Riwayat Menjadi Gay Saat sekolah dasar "R" merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya, karena ia menyukai teman sebangkunya yang berjenis kelamin laki laki. "R" tertarik dan suka sekali dengan laki laki tersebut. Karena saat itu ia masih kecil dan tidak mengetahui apa maksud dari rasa sukanya, ia memutuskan untuk melupakan hal tersebut hingga ia SMP. Saat SMP pun ia merasa memiliki perasaan dengan sesama jenis namun ia masih tidak memperdulikan hal tersebut. Saat "R" beranjak SMA iya mencari tau mengenai apa yang ia rasakan sejak sekolah dasar itu hingga akhirnya ia mencoba untuk mencari tau melalui media sosial twitter. Ia pun kaget karena ternyata diluar sana banyak sekali orang yang merasakan hal yang sama dengan dirinya dan banyak sekali akun khusus para gay. Lalu setelah mengetahui hal tersebut ia pun mengamati nya setiap hari hingga akhirnya ia paham dengan apa yang ia alami saat ini sebagai seorang gay.
53
Namun saat awal mencari tau permasalahan ini melalui twitter ia belum berani untuk membuat akun dan bercengkrama langsung dengan para gay yang ada disana. "R" merasa belum memiliki keberanian untuk itu . lalu saat diakhir sekolah menengah pertamanya ia memutuskan untuk membuat akun dan mulai mengadakan banyak kontak dengan para gay serta ia mengetahui bahwa yang ia alami ini adalah permasalahan seksual yang di sebut gay. c) Peran Keluarga "R" merasa sangat stress dengan permasalahan yang ia alami ini dan sempat memutuskan untuk bunuh diri dan kuliahnya di bandung pun menjadi tidak beraturan. Orang tua "R" yang saat ini berusia 38 tahun ia mengetahui bahwa anaknya mengalami stress selama berada di Bandung. Lalu orang tuanya pun memutuskan untuk membawa kembali "R" ke Bekasi. Setelah ia kembali ke Bekasi, ibu tiri dari "R" pun menanyakan mengenai apa yang sedang ia rasakan hingga membuatnya sangat strees seperti ini. namun ia belum mau memberitahukan masalahnya tersebut kepada ibu tirinya. "R" dengan ibu tirinya tidak memiliki konflik besar dan "R" mengapresiasi kebaikan ibu tirinya kepada dirinya walaupun sebenarnya ia merasa enggan untuk cerita dengan ibu tirinya tersebut.
54
Karena "R" belum mau mengakui hal tersebut lalu ibu tirinya menyuruh "R" untuk menuliskan semua permasalahan yang ia alaminya selama ini. Akhirnya "R" pun melakukan hal tersebut, ia meceritakan semua permasalahannya. Ibu "R" semenjak mengetahui hal tersebut menjadi lebih protektif kepadanya. ia sering menanyakan mengenai teman teman "R" memantau setiap kegiatan "R"
dan
melalui sosial media. Hal tersebut
membuat "R" merasa kesal dengan ibunya dan merasa bahwa ia sedang diawasi setiap saat. Ayah "R" terkesan cuek dengan masalah yang dialami anaknya, ia sibuk untuk berkerja dan menyerahkan masalah ini kepada ibu tirinya. Ayah "R" saat ini berusian 49 tahun. Dengan masalah yang dialami oleh "R" ia berusaha seperti tidak tahu namun terkadang ia tidak bisa menahan amarahnya apabila "R" melakukan kesalahan dan memarahi nya. d) Pemahaman Mengenai Coming out Memutuskan coming out adalah hal yang sangat sulit menurut "R" karena ia takut mengecewakan banyak orang. Dan merasa bahwa menjadi gay adalah suatu aib yang tidak boleh diketahui oleh orang banyak. Namun ia tidak mau menutupi terus menerus masalah ini dan memutuskan untuk memberitau ibu tirinya melalui tulisan dan kebeberapa teman nya yang ia anggap layak untuk mengetahui hal tersebut.
55
Memilih untuk coming out ternyata membuat "R" menjadi lebih lega dan merasa tidak sendirian dalam menangani permasalahan ini. saat ia yang mengalami stress ia dapat bercerita dengan orang lain walaupun seperti itu "R" tetap sangat pemilih dalam menentukan siapa orang yang boleh tahu permasalahannya tersebut melalui mulutnya sendiri e) Pengalaman Coming out Di Lingkungan Hetroseksual "R" sangat tertutup mengenai coming out karena ia merasa hal ini adalah sebuah aib yang harus ditutupi dan tidak perlu orang lain mengetahui hal tersebut. namun ternyata "R" tidak mampu menyimpan masalah ini sendirian. Ia mulai mau menceritakan masalahnya kepada orang yang ia anggap tepat supaya ia memiliki seseorang yang bisa dijadikan tempat untuk bertukar pikiran dan tempat untuk mencari solusi apabila ia mengalami kesulitan. Ia memutuskan untuk menceritakan masalahnya ini kepada sahabatnya sejak SMP yaitu "N" seorang pria. Mereka bersahabat dekat walaupun tidak berada dalam kota yang sama. "R" pindah ke bekasi dan sudah jarang bertemu langsung dengan temannya itu. Namun mereka masih memiliki komunikasi yang baik. "R" memilih untuk bercerita dengan "N" karena ia orang yang dapat dipercaya. Setelah ia bercerita panjang lebar dengan temannya tersebut, tanpa disangka temannya pun mengakui hal yang sama. Ternyata ia juga menyukai sesama jenis.
56
Dalam melaksanakan coming out dilingkungan hetroseksual tidak selamanya mulus "R" juga pernah mendapat hinaan dari teman temannya. Awalnya "R" merasa strees dengan yang ia alami saat itu. Namun untuk saat ini ia sudah merasa lebih cuek. Dan tidak begitu memperdulikan omongan orang lain C. Profil Informan 3 a) Biodata Informan 1. Nama
: A
2. Tempat Tanggal Lahir
: 3 Agustus 1987
3. Usia
: 29 Tahun
4. Jenis kelamin
: Pria
5. Domisili
: Jakarta
6. Agama
: Katolik
7. Status
: Belum Menikah
8. Tahun Coming out
: 2007
9. Pofesi
: Karyawan
10. Latar Belakang Pendidikan
: Sarjana
11. Suku
: Jawa
12. Hobby
: Membaca
13. Jumlah Saudara Kandung
:4
57
b) Riwayat Menjadi Gay "A" sudah merasa berbeda sejak kecil. Entah mengapa ia tidak tertarik dengan perempuan. Saat kecil "A" lebih suka dengan mainan perempuan. Ia merasa tidak tau dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Hingga akhirnya saat SMP ia menyadari bahwa ia tidak memiliki ketertarikan dengan lawan jenis dan lebih suka dengan sesama jenis. "A" tidak pernah mencoba untuk menyukai lawan jenis. karena menurutnya untuk apa ia melakukan hal tersebut dan untuk apa ia harus berpura pura untuk jadi orang lain. "A" tidak mau melakukan hal yang yang jelas jelas tidak ia sukai, sehingga ia tidak pernah mau mencoba untuk menyukai perempuan.
c) Peran Keluarga Orang tua "A" berusia 69 tahun ia mengetahui bahwa anaknya memiliki ketertarikan sesama jenis karena sebelumnya kakak dari "A" sudah mencurigai gerak gerik nya. Hingga akhirnya kaka nya tersebut menanyakan pada nya yaitu "apakah kamu gay?" lalu ia menjawab dengan santai nya "iya saya adalah gay" setelah kejadian itu tidak ada yang berubah dari sikap anggota keluarganya Keluarga "A" memang termasuk keluarga yang sangat terbuka karena ibu nya pernah mengatakan ketika kamu sudah dewasa kamu berhak untuk menentukan sendiri bagaimana kehidupan mu kedepan.
58
Orang tua "A" juga tidak pernah marah dengan apa yang terjadi pada dirinya. Orang tua "A" menyuruh anakmya untuk membawa pacar kerumah untuk dikenalkan, namun A hanya tersenyum sambil bilang bahwa ia belum siap. d) Pemahaman Mengenai Coming out "A" memutuskan coming out pada tahun 2007. Alasannya memilih hal tersebut karena pada tahun itu ia sudah menyelesaikan sekolahnya. "A" tidak mau melakukan hal yang lain selain belajar karena pada umur itu lah ia harus mekasanakan tugas nya untuk belajar. Dan setelah ia menyelesaikan
sekolah
nya
ia
baru
mau
mengakui
mengenai
permasalahannya. Ia pun tidak mau menutupi permasalahan ini karena ia menganggap ini bukan masalah yang besar. Ini hanya masalah orientasi seksual yang sifat nya sagat pribadi sehingga orang tidak perlu ikut campur. Mengakui apa yang kita rasakan itu memang harus dilakukan. Agar tidak salah paham dan tetap bisa menjadi diri sendiri Walaupun saat "A"
mengakui orientasi seksual nya kepada
kakaknya ia merasa sangat takut. Namun mengetahui respon keluarga "A" yang sangat open mengenai pilihan hidupnya hal itu membuat "A" merasa lega dan tenang. Sehingga ia bisa melakukan apapun yang ia sukai.
59
e) Pengalaman Coming out Di Lingkungan Hetroseksual "A"
berada dilingkungan orang yang open minded terbukti
walaupun ia berada pada lingkungan masyarakat hetroseksual tetapi tidak banyak orang yang mencemooh ia. Yang terpenting pada lingkungan tersebut adalah bagaimana cara ia berfikir dan melakukan pekerjaan yang baik. Maka dari itu mereka tidak mau memikirkan permasalahan orientasi seksual setiap individu. Dengan lingkungan yang seperti ini tentu saja mempermudah "A"
dalam
melakukan kegiatan sehari hari karena ia tidak perlu merasa khawatir mengenai permasalahan orientasi seksualnya tersebut. Namun terkadang ada juga yang memperlakukan "A"
sedikit
berbeda ketika mengetahui permasalahan orientasi seksualnya tersebut. walaupun seperti itu "A"
sama sekali tidak mau memperdulikannya.
Menurutnya yang terpenting adalah ia bersikap baik kepada semua orang dan melakukan pekerjaannya dengan baik. Jika orang tersebut tidak mempunyai timbal balik yang baik dengan dirinya hal tersebut bukan menjadi masalah karena itu adalah hak setiap individu sehingga "A" tidak mau memperdulikanya.
60
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
Berdasarkan hasil temuan yang penulis peroleh mengenai proses coming out yang terjadi pada Gay. Penulis akan mejelaskan pada bab ini melalui teori Proses Coming out dari beberapa ahli. Adapun sub bab yang akan dibahas diantaranya adalah Penyebab menjadi Gay, Pra coming out, Alasan yang Mendasari Terjadinya Coming out, Proses coming out, Dan Strategi ketahanan diri kaum homoseksual dilingkungann heteroseksual. 1. Penyebab Menjadi Gay Banyak faktor seseorang menjadi gay. Tidak hanya mengenai psikologis dan biologis. Namun lingkungann serta pengaruh orang orang terdekat dapat dijadikan salah satu alasan sesoraang menjadi gay. a. Faktor Keluarga Yang menjadi salah satu faktor menjadi gay adalah karena Faktor Keluarga yaitu pengalaman atau trauma di masa anak-anak misalnya: Dikasari oleh ibu/ayah hingga si anak beranggapan semua pria/perempuan bersikap kasar, bengis dan panas bara yang memungkinkan si anak merasa benci pada orang itu57
57
Dr. Abu Ameenah Philips dan Dr.Zafar Khan, Islam dan Homoseksual (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), Cet.1, h. 85
61
Hal ini dirasakan pada informan "D" ia menjadi gay disebabkan karena orang tua nya yang tidak harmonis, ia tidak pernah mendapatkan sedikitpun sosok kasih sayang seorang ayah saat ia masih kecil. Dan juga kebiasaan pergaulan dan lingkungann menjadi faktor terbesar menyumbang kepada kekacauan seksual ini yang mana salah seorang anggota keluarga tidak menunjukan kasih sayang dan sikap orang tua yang merasakan penjelasan tentang seks adalah suatu yang tabu58 "D" tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya disayang dan diperhatikan oleh seorang ayah. Hingga akhirnya ia mencari sosok tersebutt saat sudah beranjak dewasa. Seperti yang dijelaskan oleh nya sebagai berikut : "Sebenernya gue ngerasa suka sama sesama jenis itu karena gue tuh gak pernah mendapatkan perlakuan kasih sayang dari bokap gue. Nyokap sama bokap itu gak harmonis banget dari gue kecil. Gue gak pernah mendapatkan perlakuan kasih sayang dari seorang ayah, hingga akhirnya pas gue udah mulai beranjak dewasa, gue mencari sosok laki laki yang bisa sayang sama gue. Hingga akhirnya kaya sekarang gini deh gue jadi kebablasan"59
Seperti yang sudah dijelaskan diatas "D" merasa penyebabnya menjadi Gay adalah faktor keluarga, bukan serta merta ia memilih untuk menjadi gay atas kemauannya ia sendiri. Namun "D" juga mengatakan bahwa hal yang ia alami ini memang sudah ditakdirkan Tuhan untuk dirinya. Seperti yang ia sampaikan dalam wawancara :
58
Dr. Masyitah Ibrahim "Program Ikut Telunjuk Nafsu", Artikal diakses pada 20 May 2013, dari http://www.utusan.com.my 59 Wawancara pribadi dengan informan "D". Jakarta 17 April 2016.
62
"Menjadi gay bukanlah sebuah pilihan tetapi memang sudah seperti ditakdirkan"60 Dari beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa penyebab "D" menjadi Gay memiliki beberapa faktor yaitu faktor keluarga yang tidak memiliki keakraban terutama seorang ayah dengan dirinya dan juga pemahaman informan yang menggangap bahwa menjadi gay adalah sebuah takdir yang dipilihkan Tuhan untuk dirinya. b. Faktor individu Faktor Individu atau faktor pribadi yaitu sebuah permasalahan dialami oleh gay yang berasal dari proses lanjutan pembelajaran sewaktu kecil. Menurut Nevid Para ahli teori belajar berfokus pada peranan reinforcement sebagai pola-pola awal perilaku seksual.
Manusia pada umumnya akan mengulangi aktivitas
aktivitas yang menyenangkan dan menghentikan yang tidak menyenangkan. Jadi, seseorang betajar untuk terlibat dalam aktivitas homoseksual jika eksperimentasi homoseksual semasa kanak-kanak dikaitkan dengan kesenangan seksual61 Seperti yang telah disampaikan diatas untuk permasalahan "R" yang menjadi penyebab ia menjadi Gay adalah karena beberapa faktor yang pertama karena faktor Individu (pribadi) yaitu yang berasal dari proses lanjutan pembelajaran sewaktu kecil.
60 61
h. 223.
Wawancara pribadi dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016. Nevid Jeffrey, Human Sexuality in a world of diservity, Schuster Company, 1992,
63
Ia pernah mendapatkan perlakuan tidak baik saat masih kecil oleh tetangga nya. Pelecehan seksual yang dilakukan oleh tetangga nya membuatnya terus teringat dan sulit dilupakan sehingga itu berpengaruh hingga saat ia dewasa. "Ekye kan juga punya masalah gitu waktu kecil. Pernah diperlakuakan tidak baik gitu kaya pelecehan seksual. Jadi mungkin kebawa kali ya sampe sekarang."62
Saat meyampaikan permasalahannya saat ia masih kecil terlihat ada perubahan wajah informan dan ia menundukan wajahnya. Ia seperti masih trauma dengan masalah tersebutt63 Faktor ke dua adalah peran utama aktivitas seksual Individu merasakan pengalaman homoseksual pertama terbuka, hal ini akan membuat individu meneruskan aktivitas seksualnya. Karena sebelumnya ia mendapatkan perlakuan tidak baik yaitu pelecehan seksual. Hal ini membuatnya meneruskan aktivitas seksual yang sebelumnya telah ia lakukan. c. Faktor Biologis Faktor Biologis yaitu Seorang homoseksual memiliki kecenderungan untuk melakukan homoseksual karena mendapat dorongan dari dalam tubuh yang sifatnya menurun/genetik64
62
Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016 Hasil observasi informan "R" Bekasi 18 Maret 2016 lihat pada lampiran nomer 5 64 Dra. Sri Habsari, Bimbingan dan Konseling SMA, diakses pada 24 May 2013 dari http://books.google.co.id 63
64
Faktor inilah yang dirasakan oleh informan "A" ia merasa bahwa menjadi seorang Gay itu seperti sudah ada pada dirinya sejak kecil sekali. Tanpa ada pengaruh atau dampak dari mana pun. Seperti yang ia katakan dalam wawancara pribadi : "Gue ngerasa mulai ada yang beda dari kecil banget sih ya chu kayaknya. Umur 4 tahun itu gue pernah nonton film dan yang aneh nya selesai nonton film itu gue lebih tertarik sama pemain cowo nya dibandingkan pemain cewenya. Dan itu terjadi terus menerus setiap gue nonton film yang lebih tertarik sama pemain pria nya dibandingkan perempuan"65
Seperti yang telah disampaikan ia sudah merasakan ini dari sangat kecil ia sudah memiliki ketertarikan dengan laki laki dibandingkan dengan perempuan. Hal itu terjadi begitu saja tanpa ia mengetahui apa sebenarnya yang ia alami. 2. Pra coming out a. Proses Kesadaran Diri Kesadaran diri terhadap interest seks sesama jenis biasanya merupakan proses yang lambat dan menyakitkan.
Individu-individu yang menyadari perasaan-
perasaan tersebutt kemungkinan besar akan menolak. Pra-coming out adalah proses kesadaran yang preconscious terhadap adanya identitas seksual terhadap sesama jenis66.
65
Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016. Paul, Weinrich Gonsiorek & Hotvedt , Homosexuality:Social,Psychological and Biological Issues, London: SAGE Publication. 1982, h. 221. 66
65
Seperti yang telah dijelaskan bahwa Pra coming out merupakan proses kesadaran diri terhadap ketertarikan menyukai sesama jenis67. pada informan "D" ia sebelum melaksanakan coming out terlebih dahulu mencari tahu bagaimana dan apa Gay itu sebenarnya. Seperti yang ia sampaikan dalam wawancara pribadi: "Gue cari tau lewat facebook. Dan setelah gue cari tau ternyata yang kaya gue ini banyak banget. Asli deh sempet kaget, kirain cuma gue yang aneh suka sesama jenis. eh ternyata banyak yang kaya gitu. Semakin gue pahamin ternyata yang gue rasain ini mungkin emang udah pemberian aja dari Tuhan"68
Sebelum ia memahami bagaimana cara ia melakukan coming out nantinya "D" memutuskan untuk mencari tahu terlebih dahulu mengenai Gay melalui akun FACEBOOK dan mencari tau mengenai apa yang sebenarnya sedang ia alami. Saat ia mengetahui bahwa yang ia alami ini disebut dengan Gay ia merasa cukup bingung kenapa hal ini bisa terjadi pada dirinya. "Awalnya sih gue bingung, tapi gue gak berusaha untuk berontak atau ngelak dari permasalahan yang gue alami ini. gue tau kalau ini salah dan tidak seharus nya gue seperti ini tapi ini terjadi kan bukan karena keinginan gue. Bukan gue yang milih untuk menjadi Gay. Gue ngerasa ini emang takdir yang Tuhan berikan aja"69 Walaupun pada awalnya ia merasa bingung mengenai permasalahan yang ia alami. Namun pada akhirnya "D" merasa bahwa masalah ini adalah pemberian Tuhan kepadannya dan ia tidak mau mengelak atau pun berontak dari permasalahan yang ia alami. 67
Erikson, Journal : Childhood and society. New York: Norton. Erikson, E. H. Identity: Youth and crisis. (1968). New York: Norton, h.76. 68 Wawancara pribadi dengan informan "D". Jakarta 17 April 2016. 69 Wawancara pribadi dengan informan "D".
66
Saat menanyakan banyak hal tentang dirinya, informan menjawab semuanya dengan santai tanpa merasa khawatir ada yang mendengar pembicaraan kita. Ia pun menceritakan semuanya dengan ekspresi yang senang.70 Pada proses pra coming out Penolakan tak langsung ini biasanya dirasakan sangat mendalam. sehingga menahan mereka untuk mengungkapkan aspek yang ada dalam diri mereka tersebutt kepada siapa pun setiap saat kaum homoseksual mengingkari validitas dari perasaan mereka atau menahan untuk tidak mengekspresikan diri,
pada saat yang sama ia melukai dirinya sendini la
membalikkan energinya ke dalam dan melakukan supresi (secara sadar menekan ke unconsciousness) vitalitas yang dimilikinya71 Pada informan "R" sebelum ia memutuskan untuk melaksanakan coming out ia mencari tahu terlebih dahulu mengenai permasalahan yang sedang ia rasakan ini melalui sosial media yaitu TWITTER dan hanya memantau saja tanpa mengadakan kontak dengan para gay lainnya. Dan saat itu ia merasakan stress yang sangat mendalam pada dirinya mengenai apa yang ia alami saat ini mengenai orientasi seksualnya. "Lewat sosial media terutama twitter. Awalnya gue Cuma pantau aja tanpa punya akun twitter. Cuma baca bacain status para gay gitu. Setelah gue pahamin agak lama gue emang ngerasa gak sendirian sih"72
70
Hasil observasi dengan informan "D". Jakarta 17 April 2016. lihat pada lampiran
nomer 5 71
Paul, Weinrich Gonsiorek & Hotvedt , Homosexuality:Social,Psychological and Biological Issues, London: SAGE Publication. 1982, h. 221. 72 Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016.
67
Seteleh ia mengetahui bahwa yang ia alami disebut Gay dan yang mengalami hal tersebutt tidak hanya ia saja. "R" mencoba untuk tidak hanya mencari tahu hal tersebutt tetapi ia juga memberanikan diri melakukan kontak dengan para Gay lain seperti yang ia sebutkan dalam wawancara : "Gue ngerasa kaya ada temennya aja gitu akhirnya gue memberanikan diri buat bikin akun dan mulai mengadakan kontak dengan mereka"73
Setelah ia mulai mengetahui banyak hal mengenai Gay yang ia peroleh tidak hanya dari media sosial tetapi ia mendapatkan banyak informasi dari teman Gay yang ia kenal melaui TWITTER tersebutt Proses menyadari terhadap adanya permasalahan seksual terhadap sesama jenis. Hal ini terjadi saat iya sudah memahami perbedaan yang terjadi pada dirinya. Konsekuensi yang paling jelas dari kesadaran ini adalah adanya dampak negatif terhadap konsep diri74. Pada informan "A" proses pra coming out sedikit berbeda dengan informan sebelumnya bahwa sudah mulai merasakan perbedaan sejak SD dan sudah mengetahui banyak hal mengenai homoseksual atau Gay sejak kecil. Awal ia mengetahui tentang homoseksual pertama kali melalui televisi. "Waktu gue SD itu gue mulai suka nonton tv yang ada pembahasan mengenai homoseksual yang kalau dulu itu disebut banci"75
73
Wawancara pribadi dengan informan "R" Paul, Weinrich Gonsiorek & Hotvedt , Homosexuality:Social,Psychological and Biological Issues, London: SAGE Publication. 1982, h. 221. 75 Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016. 74
68
Saat masih berada dibangku sekolah dasar "A" sering diajak oleh kakak nya kekampus. Dan karena hal itu ia banyak bergaul dengan orang dewasa yang bukan sesuai dengan umurnya. Sehingga banyak informasi yang ia dapatkan dari teman teman kakaknya mengenai homoseksual. "Dan kebetulan gue waktu SD itu sering diajak kaka gue kekampus nya dan sering dengerin masalah gay gitu kalau temen temen kaka gue lagi bahas mengenai gay itu gue suka nguping sampe akhirnya gue mulai ngerti sedikit demi sedikit"76 Tidak hanya sampai disitu ketika "A" mengetahui homoseksual yang dahulu sering disebut oleh teman kakak kakanya. Ia juga pernah mengikuti kegiatan seminar homosekusal dikampus kakak nya. "Waktu gue kekampus kaka gue lagi ada seminar mengenai homoseksualitas gitu dan gue ikutan dengerin disana. Sampai akhirnya setelah ikut seminar itu gue ngerti kalau yang gue alami ini namanya Gay. Tapi gue gak begitu peduliin masalah inisampe gue masuk ke SMP. Nah pas gue SMP itu gue inget banget pernah baca Koran Tempo dan disana ada pembahasan mengenai homoseksualitas dan ternyata yang mengalami kaya gue gini banyak banget. Dan ternyata bukan gue doang pengidap masalah ini. semenjak itu gue tau yang gue alami ini namanya Gay dan banyak orang di luar sana yang sama kayak gue"77
Dari banyaknya pengetahuan yang ia dapat dari kampus kakaknya dan informasi dari banyak pihak itulah yang membuatnya mengetehaui mengenai homoseksual sejak masih kecil sekali sehingga tidak terlalu sulit untuknya mengembangkan perasaan yang ia alami karena pengetahuan yang dapatkan sudah banyak
76
Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016. Wawancara pribadi dengan informan "A".
77
69
3. Alasan Terjadinya Coming out a. Distressing French menyatakan bahwa titik balik dalam coming out merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan dan distressing bagi semua gay, karena ini merupakan peristiwa ketika seksualitas gay atau lesbian diungkapkan dan dikonfirmasikan. Walaupun mungkin pasangan dari gay/lesbian menyadari kegay-an ke-lesbian-an pasangannya sebelum mereka menikah, heteroseksual itu sendiri tetap berasumsi bahwa mereka akan hidup dalam perkawinan heteroseksual dan keluarga yang nyata78 Seperti yang disampaikan diatas bahwa melakukan coming out adalah sesuatu hal yang menyakitkan namun ada faktor yang membuat sesorang gay memutuskan untuk coming out seperti tidak mampu menyimpan masalah ini sendirian dan membuat kaum homoseksual menjadi beban79. Sama hal nya pada informan "D" iya memutuskan coming out karena ia merasa tidak ingin menutupi permasalahan yang ia alami. Menyimpan masalah ini sendirian membuatnya merasa tidak nyaman. Ia juga merasa bahwa penyebab ia menjadi gay adalah karena perlakuan orang tua terutama ayah nya yang tidak memberikan perlakuan kasih saya kepadanya. Sehingga ia tidak mau nanti nya terjadi kesalah pahaman mengenai permasalahannya menjadi seorang gay
78
Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.89. 79 Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.90
70
"Sebenernya gue ngerasa suka sama sesama jenis itu karena gue tuh gak pernah mendapatkan perlakuan kasih sayang dari bokap gue. Nyokap sama bokap itu gak harmonis banget dari gue kecil. Gue gak pernah mendapatkanperlakuan kasih sayang dari seorang ayah, hingga akhirnya pas gue udah mulai beranjak dewasa, gue mencari sosok laki laki yang bisa sayang sama gue. Hingga akhirnya kaya sekarang gini deh gue jadi kebablasan"80
Tidak hanya hal tersebutt "D" memutuskan coming out karena ada ingin memiliki kekasih. Hal tersebutt sesuai dengan teori yang sampaikan Devis mengenai faktor utama terjadinya coming out yaitu wanting more time. Yaitu apabila seorang gay membuka orientasi seksualnya kepada istri/pacar wanitanya, karena gay tersebutt memerlukan waktu untuk mengeksplorasi seksualitasnya dalam dunia gay81 "D" ingin mengekspolrasi suksuatlitas nya sehingga ia memutukan untuk coming out agar peluangnya bertemu pasangan semakin terbuka lebar dan tidak menyulitkan nya untuk mendapatkan seorang pasangan b. Finding Suspicioud Clues Salah satu faktor seorang Gay memutuskan untuk coming out adalah finding suspicious clues82 yaitu apabila seorang heteroseksual menemukan tanda-tanda yang menimbulkan kecurigaan mengenai orientasi seksual orang terdekatnya. Faktor tersebutt dialami informan "R". Ibu tirinya sudah mulai curiga dengan anaknya. Karena saat itu "R" sedang berada di Bandung untuk menyelesaikan
80
Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016 Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992 ,h.78. 82 Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.79. 81
71
kuliahnya namun saat disana kuliah "R" malah berantakan. Dan saat itu ibu tirinya mulai merasakan adanya masalah pada diri "R" sehingga ia tidak fokus kuliah. Lalu mulai menanyakan kepada "R" ketika ia sudah sampai kembali dirumahnya. Namun "R" tidak mau menceritakan kepada ibu tirinya karena merasa malu. "Nyokap tiri gue, kayak nya sih dia emang mulai baca gerak gerik gue gitu selama ini. dan akhirnya pas gue sampe rumah dia nanya apa yang lagi gue alamin sampe bisa stress kaya gitu. Tapi gue gak mau cerita sama doi. Gue malu banget mau ceritanya"83
Karena "R" malu untuk menceritakan permaslahannya tersebutt kepada ibu tirinya. Lalu ibu tirinya tersebutt memberikan buku untuk ia menulis mengenai permasalahan apa saja yang sedang ia alami. "Akhirnya dia kasih gue buku. Dan suruh gue nulis apapun yang gue rasain selama ini hingga akhirnya gue stress. Abis itu ya gue lakuin aja yang dia suruh karena gue juga udah gak kuat nahan ini sendirian"84
Semenjak saat itu "R" memutuskan untuk menuliskan permasalahan homoseksualitas yang ia alami melalui buku yang diberikan oleh orang tua nya tersebutt. Sama dengan informan sebelumnya pada informan "A" alasan terjadinya coming out yang ia hadapi sama seperti informan "R" yaitu finding suspicious
83 84
Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016. Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016.
72
clues85,
apabila
seorang heteroseksual
menemukan
tanda-tanda
yang
menimbulkan kecurigaan mengenai orientasi seksual orang terdekatnya. Pada informan "A" yang mencurigai permasalahnya adalah teman teman kampus nya dan juga kakak kandungnya "Awalnya dari kaka gue. Kayaknya kaka gue udah mulai curiga sama gerak gerik gue hingga akhirnya dia nanya ke gue "are u gay?" pas ditanya gitu gue mulai agak panik sih. Cuma gue berusaha tegar aja dan jawab "yes. i'am" tapi setelah gue jawab itu yang aneh nya kaka gue biasa aja."86
Setelah kejadian itu. Banyak anggota keluarga "A" lainnya yang mengetahui permasalahan yang ia alami. Dan ia pun mulai mau mengakui kepada orang orang terdekatnya. Karena mereka pun sudah mulai mencurigai gerak gerik dari "A" tersebutt. 4. Proses Coming out Membuka diri merupakan suatu proses bukan hanya sekedar menyatakan kepada orang lain bahwa dirinya adalah seorang gay. Proses ini melibatkan berbagai elemen seperti preferensi seksual seseorang, pengalaman dengan orang lain dalam sosialisasi peran seksual, proses realisasi mengenai identitas seksual, perilaku dan komitmen untuk gay hidup homoseksual. Clinard dan Meiner dalam bukunya membagi proses
85
Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.78. 86 Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016.
73
membuka diri dibagi menjadi empat tahapan,
yaitu Sensinitasi, Disosiasi dan
signifikansi, Membuka diri (coming out), Komitmen87 1. Sensinitasi Pada tahap ini kaum Gay menyadari dirinya berbeda dengan orang lain. Perbedaan disini ia sudah mulai merasakan ketertarikan dengan sesama jenis, namun ia hanya menyimpan perasaan ini sendirian. Tanpa menunjukan perasaannya kepada orang lain atau bahkan kepada orang yang ia sukai88 Setiap informan pasti melalui fase ini yaitu menyadari adanya perbedaan pada dirinya. Seperti yang dialami informan "D" ia mulai menyadari adanya perbedaan pada dirinya saat ia beranjak SMP kelas 1. Seperti yang ia katakan dalam wawancara berikut ini: "Waktu gue kelas 1 SMP. Awalnya gue gak ngerti kenapa bisa suka sama cowo"89
Walaupun ia belum mengetahui secara detail apa maksud dari ketertarikan dengan pria "D" sudah mulai memahami bahwa ia menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain yang terbukiti bahwa ia lebih tertarik dengan sesama jenis dibandingkan dengan lawan jenis nya
87
Clinard, Marshall B, dan Robert F Meier. Sociology Of Deviant Behavior. Chicago :Holt, Reinhart and Winston,Inc 1989, h. 248. 88 Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 89 Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016.
74
Pada fase sensitisasi biasanya terjadi sebelum masa remaja. Jika pada masa remaja awal diketahui terdapat orientasi seksual yang berbeda seperti perasaan
dan
prilaku
mungkin
perlu
dipertimbangkan
prilaku
homoseksualnya90 Sama dengan informan sebelumnya pada tahap ini "R" seorang individu mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain bahwa ia memiliki ketertarikan dengan sesama jenis saat ia berada di bangku SD "Awal nya sih suka sama temen sebangku gue abis itu dia cuco sih. Kita sering ngobrol gitu kan. Tapi lama lama jadi kayak ada perasaan yang beda gitu setiap ketemu deg-degan"91
Di tahap ini juga "R" dapat menilai dirinya berbeda dari yang lain melalui tanggapan yang ia dapat dan lingkungann sekitarnya atas dirinya tersebutt "Gue pernah sih di bully karena kelakuan gue yang kemayu banget. Tapi gue gak begitu peduli sih sama mereka"92
Pada tahap ini "A" sudah mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain tepatnya saat dia sekolah dasar. Di tahap ini "A" dapat menilai dirinya berbeda dari yang lain melalui tanggapan yang ia dapat dan lingkungann sekitarnya atas dirinya tersebutt
90
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 91 Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016 92 Wawancara pribadi dengan informan "R"
75
"Dari kecil banget sih ya chu kayaknya. Umur 4 tahun itu gue pernah nonton film dan yang aneh nya selesai nonton film itu gue lebih tertarik sama pemain cowo nya dibandingkan pemain cewenya. Dan itu terjadi terus menerus setiap gue nonton film yang lebih tertarik sama pemain pria nya dibandingkan perempuan"93
Dari hasil wawancara diatas "A"
mengatakan bahwa ia sudah mulai
merasakan ada sesuatu hal yang aneh ketika ia masih kecil dan menyaksikan film yang lebih cendrung menyukai pemain pria nya. Hal tersebutt sudah membuktikan bahwa "A"
sudah memasuki tahap sensinitasi dimana ia
menyadari adanya perbedaan dirinya terhadap kesukaan nya pada pria dibandingkan dengan wanita. 2. Disosiasi dan signifikansi Pada tahap ini para kaum homoseksual sudah menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus terhadap sesama jenisnya yang dapat digambarkan melalui perilakunya94. Jika pada tahap sebelumnya "D" hanya menyadari perbedaan pada dirinya namun di tahap ini ia sudah berani menggambarkan perilakunya kepada orang lain. Ia sudah mulai mau mengadakan kontak dengan Gay lainnya melalui akun jejaring sosial. "Gue mulai berkomunikasi dengan para gay lewat facebook. Dan mulai cari pacar"95 93
Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016. Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 94
76
Pada tahap ini ia sudah tidak lagi memendam permasalahan ini sendirian. Walaupun ia belum memutuskan untuk memberitahu permasalahan ini pada banyak orang tapi di tahap ini ia sudah mau berinteraksi dengan sesama Gay Ketertarikan pada tahap ini dapat dipisahkan dalam bentuk ketertarikan secara seksual maupun emosional. Di tahap ini, biasanya individu yang menyadari bahwa dirinya menyukai laki laki walaupun kerap kali menyangkal perasaannya tersebutt96 Pada informan "R" ditahap ini ia sudah lebih spesifik yaitu menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus terhadap sesama jenisnya yang dapat digambarkan melalui perilakunya. "Setelah gue pahamin agak lama gue emang ngerasa gak sendirian sih. Gue ngerasa kaya ada temennya aja gitu akhirnya gue memberanikan diri buat bikin akun dan mulai mengadakan kontak dengan mereka"97 Pada tahap ini ia sudah berani untuk melakukan kontak kepada para Gay lainnya dan juga sudah menunjukan ketertarikan khususnya kepada sesama jenis hal itu pun ia tunjukan melalui perilakunya Pada informan "A" menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus terhadap sesama jenisnya yang dapat digambarkan melalui
95
Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016 Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 97 Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016 96
77
perilakunya. Ketertarikan ini dapat dipisahkan dalam bentuk ketertarikan secara seksual maupun emosional98. "SMP kelas 2 gue mulai suka sama cowo banget. Kaya cinta pandangan pertama. Cuma gue gak berani deketin cowo itu langsung dan akhirnya gue malah coba deketin sahabatnya dan ternyata sahabat nya itu juga sekong. Sebenernya gue mau ngomong ke cowo itu mengenai perasaan yang gue rasain. Tapi pas gue mau ngomong gue malah sakit dan pisah dengan belom sempet ngomong. Jadi gue batal ngungkapin perasaan gue dan akhirnya gue lulus SMP dan mulai menghadapi kehidupan di masa SMA"99
Telah disebutkan pada wawancara diatas bahwa saat SMP ia sudah ingin menunjukan perasaan sukanya terhadapa sesama jenis. Maka pada tahap ini "A" sudah menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus terhadap sesama jenisnya yang dapat ia gambarkan melalui perilakunya 3. Membuka diri (coming out) Tahap ini merupakan tahap pendefinisian diri sebagai seorang homoseksual. Pada tahap ini individu mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat. Pada tahap individu mulai
terlibat
secara
aktif
dalam
organisasi
organisasi
kelompok
homoseksual, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya. Di tahap ini 98
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 99 Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016.
78
pula. Individu juga mencoba untuk menyatakan mengenai konsep dirinya sebagai seorang gay kepada kepada orang lain100 Pada informan "D" Setelah ia mengetahui perbedaan yang terjadi pada dirinya dan Akirnya ia memutuskan untuk coming out karena ia sudah tidak mau menutupi ini semua. "D" mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat. "Gue setelah mengetahui masalah yang gue alami ini gue gak mau lama lama buat nutupin hingga akhirnya gue kasih tau keseluruh anggota keluarga gue alias coming out di tahun 2011"101
Dengan coming out "D" juga mengaharapkan mendapatkan dukungan dari orang terdekatnya mengenai permasalahan ini sehingga tidak hanya dia saja yang tau dan ia bisa mendapatkan masukan masukan dari orang orang terdekatnya. Pada coming out ada juga peristiwa atau kondisi yang tak tertahankan bagi homoseksual, sehingga membuatnya memilih untuk menunjukan orientasi seksualnya yang sebenarya dari pada menyembunyikan nya 102.
100
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 101 Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016 102 Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 37.
79
Pada informan "R" keputusan untuk membuka diri bukan karena ingin terlibat secara aktif dalam organisasi organisasi kelompok homoseksual, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya seperti pada informan sebelumnya. Ia memutuskan untuk coming out karena orang tua yang telah melihat gerak gerik aneh yang ia lakuakan. Dan juga karena ia yang stress menangani masalah ini sendirian. Sehingga kuliahnya yang saat itu di Bandung menjadi kacau karena hal itu tersebuttlah ibu tiri dari "R" mencurigai gerak gerik yang ia lakukan. "Nyokap tiri gue, kayak nya sih dia emang mulai baca gerak gerik gue gitu selama ini. dan akhirnya pas gue sampe rumah dia nanya apa yang lagi gue alamin sampe bisa stress kaya gitu. Tapi gue gak mau cerita sama doi. Gue malu banget mau ceritanya hingga akhirnya dia kasih gue buku. Dan suruh gue nulis apapun yang gue rasain selama ini hingga akhirnya gue stress. Abis itu ya gue lakuin aja yang dia suruh karena gue juga udah gak kuat nahan ini sendirian"103
Secara tidak langsung "R" memutuskan untuk coming out dengan cara menulis segala permasalahan yang ia alami melalui buku yang diberikan oleh ibunya. Walaupun pada awalnya melakukan coming out bukanlah keputusannya yang ia buat sendiri. Tapi ia mengakui setelah menceritakan hal tersebutt membuatnya menjadi lebih tenang
103
Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016
80
Coming out as a process of discovering one's true self"104 Pada tahap ini merupakan tahap pendefinisian diri sebagai seorang homoseksual105. "A"
mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan
berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat. Pada tahap ini pula "A" mulai terlibat secara aktif dalam organisasi organisasi kelompok homoseksual,
dengan
tujuan untuk mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya. "A" juga mencoba untuk menyatakan mengenai konsep dirinya sebagai seorang gay kepada kepada orang lain. "Awalnya dari kaka gue. Kayaknya kaka gue udah mulai curiga sama gerak gerik gue hingga akhirnya dia nanya ke gue "are u gay?" pas ditanya gitu gue mulai agak panik sih. Cuma gue berusaha tegar aja dan jawab "yes. i'am" tapi setelah gue jawab itu yang aneh nya kaka gue biasa aja"106
Sama dengan informan "R" yang sebenarnya melakukan coming out karena sudah ada pihak terdekat yang mulai mencurigai gerak gerik aneh dari informan. Pada tahap ini "A" memutuskan untuk mengakui saja apa yang ia rasakan kepada kakaknya tersebutt, karena ia rasa ini adalah waktu yang tepat.
104
Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 20. 105 Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 106 Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016.
81
"coming out itu nyandu banget asal lo mau tau cu. Ketika lo udah cerita sama satu orang mengenai orietasi seksual lo dan hal itu ngebuat lo jadi pengen terus terusan cerita kebanyak orang karena ngerasa seneng banget ketika lo itu udah diterima banyak orang. Ya walaupun awal awalnya temen gue kaget mengenai maslah gue ini Cuma makin kesini mereka santai aja"107
Setelah memutuskan coming out hal itu membuat "A" menjadi sangat lega dan membuatnya ingin mengatakan kepada siapapun orang terdekatnya. Walaupun pada awalnya orang terdekat "A" merasa kaget dengan pilihan nya. Namun saat ini banyak temannya yang mendukung pilihannya tersebut
4. Komitmen Pada tahap ini individu menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya, yaitu preferensi homoseksual individu telah terintegrasi dalam kehidupan seharihari di dalam lingkungann sosialnya. Tahap ini merupakan kombinasi antara seksualitas dengan emosional.
yaitu contohnya individu menjalin relasi
hubungan kekasih dengan pasangan laki-laki108 Seperti yang disampaikan mengenai pengertian komitmen diatas. Informan "D" mengenai keputusan yang ia pilih dan sudah berkomitmen untuk mengatakan pada orang mengenai permasalahan orientasi seksualnya
107
Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016. Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 108
82
"Gue gak peduli sama yang mereka omongin. Emang gue makan dari uang mereka semua apa? Itu sih pilihan mereka, kalau mau temenan sama gue si capcus kalau enggak ya gak apa apa juga keleus"109
Saat ini "D" sudah memutuskan untuk tidak perduli dengan apapun yang orang katakan mengenai dirinya. Ia hanya ingin menjalani hidupnya sesuai dengan yang ia inginkan. Tidak memperdulikan bagaimana respon lingkungann sekitar dengan yang ia lakukan. "D" juga sudah menjalin relasi dengan pasangan laki laki "Gue ngekost bareng laki gue di cilandak hehe tapi kadang gue balik kerumah gue sih di bogor buat ketemu nyokap sama adek adek gue. Gue harus ngekost dikawasan selatan soalnya. Kalau tinggal di bogor gue kerjanya kejauhan."110
"D" sudah memutuskan untuk tinggal bersama dengan pacarnya tanpa memikirkan bagaimana nanti lingkungann membicarakannya. Yang terpenting saat ini menurut "D" adalah dia tetap bisa mejadi dirinya sendiri tanpa harus memikirkan omongan orang terhadap dirinya. Sama dengan informan sebelumnya pada tahap ini individu menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya, yaitu preferensi homoseksual individu telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungann sosialnya111.
109
Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016. Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016 111 Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143. 110
83
Di tahap ini juga "R" sudah tidak memusingkan omongan omongan orang terhadap dirinya. "Awal awal sih emang gue rada baper gitu tapi makin kesini gue makin biasa aja. Malah kalau ada yang ngatain gue malah seneng dan gue balikin aja omongan mereka. Ah.. cyin hari gini mah gak usah mikirin omongan orang banget"112 Seperti yang telah ia sampaikan pada tahap ini yang dilakukan hanyalah menjadi diri sendiri. Dan tidak terlalu memikirkan omongan orang lain terhadap dirinya. Dan menjadi kan Gay ini sebagai pilihan kehidupan tanpa harus takut dengan pembicaraan buruk orang sekitar terhadap dirinya. Pada tahap ini "R"sudah bernai berkomitmen dengan apa yang ia pilih Pada tahap ini "A" menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya, ia sudah memutuskan untuk menjalin relasi hubungan kekasih dengan pasangan lakilaki. "SMA mulai pacaran dia datang kerumah temen gue dan ngasih gue bunga sambil nembak gue. Asli sih kaget banget cuma karena ya waktu itu gue ada perasaan suka ya akhirnya gue terima dia. Akhirnya kita pacaran"113
Saat SMA ia sudah memutuskan untuk membuat komitmen dengan berpacaran sesama jenis dan menunjukan jati diri ia sebenernya. Hal itu terus ia lakukan tanpa berusaha untuk menyukai lawan jenis.
112
113
Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016 Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016.
84
"Gue gak suka buat pura pura jadi orang lain. Buat apa jug ague ngejalanin sesuatu yang jelas jelas gue gak suka? jadi gue gak pernah deh nyoba nyoba sam cewe. Gak napsu juga"
Hal yang dikatakan oleh "A" diatas menunjukan bahwa ia sudah memilih untuk menjadi seorang Gay tanpa harus berpura pura menjadi orang lain dan ia sudah berkomitmen untuk memiliki hubungan dengan sesama jenis. 5. Strategi ketahanan diri kaum homoseksual dilingkungann heteroseksual. Bertahan di lingkungann heteroseksual bagi kaum homoseksual pasti tidak lah mudah. Banyaknya bullying dan pandangan negatif masyarakat terhadap mereka membuat sulit untuk bertahan dan memperkecil ruang gerak mereka. Titik balik dalam coming out merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan dan distressing bagi semua gay, karena ini merupakan peristiwa ketika seksualitas gay atau lesbian diungkapkan dan dikonfirmasikan. Walaupun mungkin pasangan dari gay/lesbian menyadari ke-gay-an ke-lesbian-an pasangannya sebelum mereka menikah, heteroseksual itu sendiri tetap berasumsi bahwa mereka akan hidup dalam perkawinan heteroseksual dan keluarga yang nyata114 a. Bullying dan Penanganan Tidak mudah bagi "D" untuk bisa langsung diterima di lingkungann masyarakat heteroseksual. Walaupun tidak ada yang secara langsung membully dia tapi sebenarnya ia mengetahui bahwa diluar sana pasti ada yang
114
Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h. 89.
85
membicaraknya. Namun dia tidak mau memperdulikan apapun yang orang bicarakan seperti yang ia sampaikan dalam wawancara : "Gue gak peduli sama yang mereka omongin. Emang gue makan dari uang mereka semua apa? Itu sih pilihan mereka, kalau mau temenan sama gue si capcus kalau enggak ya gak apa apa juga keleus"115
"D" juga mengatakan bahwa tidak ada yang mebully nya secara terang terangan. Dan seandinya pun ada ia tidak begitu memikirkan kan hal tersebutt. Yang terpenting adalah bangaimana ia tetap bisa menjadi dirinya sendiri "Gue gak pernah di bully tuh. Seandainya pun mereka mau neglakuin hal itu ke gue, biarin aja. Itu urusannya mereka kok. Gue gak mau terlalu mikirin yang kaya gituan. Yang penting gue tetep jadi diri gue sendiri"116 "D" termasuk orang yang sangat blak blakan saat berbicara. Banyak yang bilang bahwa cara bicaranya dan gaya nya terlalu ngondek namun hal itu yang justru membuatnya mudah dikenal orang terutama dilingkungann kerjanya. "Kaya yang gue bilang tadi. Gue tuh orang nya blak blakan banget. Gue ngomong apa adanya, gue berprilaku sesuka nya gue. Banyak sih yang bilang gue ngondek. Tapi pada akhirnya mereka suka main sama gue karena gue dianggap menghibur mereka. Dan gue seneng aja bisa kaya gini"117 Menjadi orang yang apa adanya adalah strategi yang dilakukan oleh "D" agar dapat diterima di masyarakat heteroseksual. Walaupun pada awalnya ia sempat
115
Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016. Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016. 117 Wawancara dengan informan "D" 116
86
menjadi perbincangan banyak orang, namun saat ini menjadi dirinya sendiri adalah hal yang terpenting Bagi informan "R" Memilih untuk melakukan coming out sangat memiliki resiko yang besar karena ia takut bahwa lingkungann sekitar akan menjauhi dirinya. Apa lagi "R" memiliki riwayat yang kurang baik dalam pemahaman permasalahan homoseksual ini. "Kebetulan kan waktu itu gue kuliah dibandung kan dan ngekost sendirian tanpa ada orang yang gue kenal disana. Semakin gue fikirin masalah gue ini gue semakin stress gue ngerasa Tuhan gak adil banget kenapa ngasih masalah ini tuh ke gue. Ini tuh aib banget buat diri gue hingga akhirnya gue sempet kepikiran buat bunuh diri. Kuliah gue juga berantakan banget selama dibandung. Nilai gue gak karuan karena gue stress banget"118 Karena stress yang ia rasakan ia sempat memikirkan untuk bunuh diri karena sudah tidak kuat dengan masalah yang ia alami. Hal ini cukup menggangu kegiatannya terutama perkuliahannya. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena akhirnya ia memutuskan untuk kembali kejakarta dan juga memutuskan untuk coming out. "Gue gak begitu peduli sih sama mereka. Awal awal sih emang gue rada baper gitu tapi makin kesini gue makin biasa aja. Malah kalau ada yang ngatain gue malah seneng dan gue balikin aja omongan mereka. Ah.. cyin hari gini mah gak usah mikirin omongan orang banget"119
118
Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016 Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016
119
87
Setelah melakukan coming out membuatnya menjadi lebih tenang dan lebih siap untuk menghadapi segala bentuk permaslahan yang ada di lingkungan heteroseksual. Membawa setiap permasalahan yang dialami menjadi santai adalah cara atau strategi yang ia lakukan agar ia tetap dapat bertahan dilingkungann heteroseksual Pemahaman mengenai homoseksual yang ia ketahui sudah dari kecil membuat "A" mudah untuk membaca situasi. Ia sudah mengetahuiwaktu yang tepat dan tindakan apa saja yang boleh atau tidak dilakukan saat berada di lingkungann heteroseksual. Terlebih lagi ia mendapatkan banyak dukungan dari lingkungann terdekatnya. Dan lingkungann
yang berwawasan luas. Sehingga tidak
menyulitkannya untuk bisa tetap bertahan dilingkungann heteroseksual "Iya emang ada yang gak suka dan ngomongin gue dari kejauhan gitu dan setiap temen gue denger mereka kaya yang bantuin gue gitu loh. Tapi gue gak pernah mau peduli sih sama apa yang mereka omongin tentang gue"120 Walaupun masih ada yang membicarakan nya ia tetap tidak perduli karena yang terpenting adalah bagiamana orang terdekat memperlakukannya. Kekuatan dari teman teman nya merupakan salah satu strategi yang ia gunakan agar tetap bisa diterima di lingkungann heteroseksual. Karakter "A" yang asik dan mudah bergaul dengan banyak orang memudahkannya untuk dapat diterima oleh orang di lingkungann heteroseksual sehingga hal itu memudahkannya juga untuk melakukan kegiatan apa pun tanpa harus takut tidak memiliki banyak teman.
120
Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016.
88
6. Peran Pekerja Sosial dalam menangani kasus Homoseksual Pada buku Social work issue and opportunities in a challenging proffesion, pekerja sosial dapat melakukan beberapa langkah untuk menangani permasalahan homoseksual yaitu : a) Membuat layanan dan kantor bantuan untuk para homoseksual Membuat pelayanan dan kantor untuk para homoseksual bertujuan membantu mereka disaat mereka mengalami penindasan atau permasalahan lainnya. Setiap formulir dan brosur dalam layanan ini harus menggunakan bahasa homoseksual. Maka dari itu setiap pekerja sosial professional harus mampu memahami bahasa yang digunakan oleh kaum homoseksual. Selain itu dalam membuat pelayanan dan kantor bantuan untuk kaum homoseksual para pekerja sosial professional tidak menganggap atau mempermasalahkan orientasi seksualnya. Hanya fokus pada kebuTuhan klien saja121 b) Memahami orientasi seksual sendiri dan ikut memahami perasaan orientasi seksual kaum homoseksual Sebelumnya pekerja sosial harus memahami terlebiih dahulu bagaimana orientasi seksual pada dirinya sendiri. Ini sangat penting karena jika pekerja sosial tidak nyaman atau memiliki permasalahan pada orientasi seksual pada dirinya sendiri maka akan sulit untuk mengadakan komunikasi dengan klien122
121
Bernstein, R, A. straightparents, gay children. New York : Thunders Mouth Press
1995, h. 39. 122
Clark, D. The New locing someone gay. Berkeley : Celestial Arts 1987, h. 233.
89
c) Menanyakan kepada klien mengenai orientasi seksual dan aktivitas seksualnya untuk mempermudah melakukan assessment Salah satu alasan para homoseksual tidak mau mengidentifikasi diri mereka dengan para therapis adalah karena mereka tidak mengajukan pertanyaan yang tepat. Bertanya mengenai anggapan kaum heteroseksual terhadap dirinya sangatlah tidak tepat. Padahal seharusnya pertanyaan itu ditanyakan setelah proses yang lama. Karena pada dasarnya mereka kaum heteroseksual banyak yang tidak menyukai kaum homoseksual. Tanyakan hal hal yang sekira nya membuat ia merasa nyaman dan mau mengungkapkan permasalahan yang ia alami. Seperti dampak postif yang ia rasakan setelah memilih untuk menjadi homoseksual dll. d) Mengenali keanekaragaman di kalangan kaum homoseksual Kaum homoseksual berada dari social ekonomi, budaya, umur, agama, politik yang berbeda beda. Mengakui dan belajar mengenai perbedaan dan tidak mengabaikan mereka. Karena mereka adalah manusia yang sama seperti pada umumnya. Yang membedakan hanyalah orientasi seksual pada dirinya123 e) Memahami bahwa para homoseksual dapat mengalami beberapa bentuk penindasan yang terkait dengan pilihan mereka untuk
menjadi
homoseksual124
123
Bernstein, R, A. straightparents, gay children. New York : Thunders Mouth Press 1995, h. 37. 124 Clark, D. The New locing someone gay. Berkeley : Celestial Arts 1987, h. 234235.
90
Saat menentukan untuk menjadi homoseskual pasti ada beberapa pihak yang tidak menerima dengan pilihannya tersebutt. banyak sekali kasus seperti bullying terhadap kaum homoseksual. Maka dari itu pekerja sosial professional harus mampu menangani segala bentuk penindasan yang dialami oleh klien. Mencari solusi dalam menangani permasalahan tersebutt f) Mengerti bahwa menjadi homoseksual tidak semestinya mengubah reaksi seseorang terhadap mereka Pada dasarnya memilih untuk menjadi homoseksual adalah sebuah pilihan yang sangat sulit dan dapat membuat klien menjadi stress. Pandangan orang terhadap dirinya mempersulit gerak mereka. Pekerja sosial professional tidak boleh menambahkan tingkat stress yang dialami oleh klien. Karena kemungkinan buruk yang terjadi pada mereka seperti ditinggal oleh keluarga dan orang tersayang karena pilihannya menjadi homoseksual sudah cukup membuatnya menjadi tertekan. Tanggung jawab pekerja sosial professional adalah untuk membantu klien memahami dirinya sendiri. Memahami bahwa menjadi homoseksual tidak selalu mengubah reaksi emosional. g) Pekerja sosial professional harus mampu memahami perasaan mereka dan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan. Tidak mudah memahami perasaan yang dialami oleh kaum homoseksual oleh karena itu pekerja sosial harus mampu mencari cara agar mereka measa dihargai dan dimengerti oleh permasalahan yang ada. Pekerja sosial professional juga harus dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
91
klien. Hal ini agar mempermudah mereka dalam mencari info seputar homoseksual h) Bantu klien untuk memahami dan memasukan sterotip atau pandangan masyarakat mengenai dampak negative tentang homoseksual. Hal ini dilakukan untuk memahami pada klien bahwa segala kemungkinan buruk dari pandangan masyarakat dapat terjadi. Namun dalam tahap ini seorang pekerja sosial professional tidak boleh mengabaikan mereka mengenai akurasi ide tersebutt125 i) Pekerja
sosial
professional
membantu
kien
mengekspresikan
masalahnya. Karena apa bila klien mampu mengekspresikan kemarahan, kesedihan, kesenangan dll hal itu mempermudah mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh klien. Dan dengan hal itu dapat mencari cara untuk mengatasi masalah tersebutt melalui dukungan orang orang terdekatnya126 j) Mendorong
klien
untuk
membangun
sistem
pendukung
Kaum
homoseksual lebih tertarik untuk berbagi cerita kepada teman homoseksual lainnya. Kaum homoseksual biasanya hanya tertarik untuk melakukan interaksi dengan sesama homoseksual. Karena pola pemikiran mereka mengenai orientasi seksual yang sama. Maka dari itu para homoseksual harus mampu berinteraksi dengan baik pada para homoseksual lainnya agar mereka memiliki tempat
125 126
Clark, D. The New locing someone gay. Berkeley : Celestial Arts 1987, h. 236. Clark, D. The New locing someone gay. Berkeley : Celestial Arts 1987, h. 237.
92
untuk berbagi dan dapat saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya saling membantu tetapi juga dapat menjadi pengingat apa bila terjadi sebuah masalah127 k) Menganjurkan
klien
untuk
dapat
berperan
dalam
menangani
permasalahan dan isu isu homoseksual Memilihi menjadi homoseksual tentu akan banyak pandangan pandangan negative tentang diri mereka banyak sekali isu isu permasalahan homoseksual yang dapat menyudutkan mereka. Maka dari itu para homoseksual seharusnya mampu menangani dan ikut berperan dalam menanangani permasalahan yang ada di masyarakat. Pandangan tradisional yang menganggap bahwa homoseksual adalah salah menjadi beban terberat, namun para homoseksual seharusnya mampu membutikan mana yang sebenarnya benar dan mana yang sebenarnya salah dari isu isu yang ada tersebutt. l) Mendorong klien untuk memahami apa alasannya memilih untuk menjadi homoseksual dan mengembangkan kepribadian yang relevan dengan sistem nilai yang ada. Pekerja sosial professional harus dapat membantu klien untuk memahami apa alasannya memilih untuk menjadi homoseksual. Sebelum mengembangkan kepribadiannya dengan sistem nilai yang ada klien seharusnya telah tahu terlebih dahulu mengapa ia memilih untuk menjadi homoseksual. Karena apabila klien sudah mengetahui apa saja yang menyebabkan ia menjadi homoseksual dan apa alasannya memutuskan untuk menjadi homoseksual. 127
Clark, D. The New locing someone gay. Berkeley : Celestial Arts 1987, h. 240.
93
Hai ini dapat membantu pekerja sosial professional untuk menemukan sitem sumber yang dibutuhkan untuk menangani permasalahan yang ia alami128 7. Pandangan Islam mengenai Homoseksual Allah SWT menciptakan manusia laki laki dan perempuan. Dari perkawinan keduanya lahirlah anak anaknya. Kalau melakukan cinta sejenis tentu hal tersebut tidak akan terjadi.
Tentu saja lahirnya sebuah anak dapat terjadi apabila melakukan perkawinan dengan lawan jenis bukan dengan sesama jenis. maka orang yang berpikir dengan akal sehat akan memilih untuk menikah sesuai dengan kodratnya yaitu dengan lawan jenis129. Homoseksual adalah penyakit jiwa karena jika orang normal heteroseksual dan memiliki ketertarikan denga lawan jenis, sedangkan kaum Gay memiliki ketertarikan dengan sesama jenis itu artinya memiliki masalah kejiwaan (psycho sexual problems/disoreder) seperti firman Allah dalam surah An Naml ayat 27 yang artinya130
( ٥٥) َوَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ َأ تَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُون "Mengapa kamu (laki-laki) mendatangi (sesama) laki laki dengan syahwat yang bukan perempuan? Bahkan kamu adalah kaum jahil"(Q.s. An Naml, [27] : 55)
128
Clark, D. The New locing someone gay. Berkeley : Celestial Arts 1987, h. 241. Prof.Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, LGBT BERTANYA? ISLAM MENJAWAB!, mental health center hawari & associates. Jakarta 2016, h. 17. 130 Prof.Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, LGBT, mental health center hawari & associates. Jakarta 2016, h. 12. 129
94
Banyak cara untuk menyembuhkan kaum Homoseksual salah satunya dengan cara memperkuat keimanan agama, bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT yang tunduk pada hukum Allah. Tidak ada alasan karena gen atau HAM. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan seksual terutama bagi anak anak dan remaja maka hubungan antar keluarga harus harmonis, penuh kasih sayang. 8. Analisis Antar Kasus Informan
D
R
A
Katagori Penyebab Menjadi Gay
Faktor "D"
Keluarga menjadi
karena
: Faktor Individu : "R" Faktor Biologis : "A"
gay menjadi
gay
memiliki karena
masalah
pernah ia
merasa
bahwa
pernah menjadi seorang Gay
dengan mendapatkan perlakuan itu seperti sudah ada
ayahnya.
Ia
mendapatkan
tidak tidak baik saat masih pada
dirinya
sejak
kasih kecil oleh tetangga nya. kecil sekali. Tanpa ada
sayang sejak kecil dari Pelecehan seksual yang pengaruh atau dampak seorang
ayah, dilakukan oleh tetangga dari mana pun. Ia
sehingga dewasa sosok tersebut
ketika ia
kasih
ia nya membuatnya terus merasa bahwa hal ini
mencari teringat
dan
sulit sangat natural ia alami
sayang dilupakan sehingga itu berpengaruh hingga saat dewasa
95
Alasan Coming
Distressing
:
"D" Finding
out
memutuskan
coming Clues
Suspicioud Finding :
Suspicioud
Seorang Clues : Gerak gerik
out karena ia merasa heteroseksual yaitu ibu "A" membuat orang tidak ingin menutupi tiri dari "R" menemukan terdekat permasalahan yang ia tanda-tanda alami.
yang mencurigai mengenai
Menyimpan menimbulkan
masalah orientasinya,
masalah ini sendirian kecurigaan membuatnya
mengenai seperti ia yang tidak
merasa orientasi seksual pada memiliki
tidak nyaman
mulai
kekasih
anak nya. Hal tersebut perempuan. membuatnya
untuk tersebut
memberitahukan
saja membuat
Hal akhirnya "A" untuk
masalah yang ia alami mengatakan dari
pada
ibu
mengetahui
nya sejujurnya
ada informan "D" ia Pada sebelum
terlebih
dan
apa
"R" Pada
informan
"A"
melaksanakan sedikit berbeda dengan
dahulu coming out ia mencari informan sebelumnya
mencari tahu melalui tahu facebook
informan
ia rasakan
sebelum ia memutuskan proses pra coming out
melaksanakan coming untuk out
mengenai
masalah orientasi seksual yang
tersebut dari orang lain Pra Coming out
yang
terlebih
dahulu bahwa sudah mulai
bagaimana mengenai permasalahan merasakan perbedaan Gay
itu yang sedang ia rasakan sejak SD dan sudah
96
sebenarnya
serta ini melalui sosial media mengetahui
mengadakan komunikasi
yaitu
TWITTER
dan hal
banyak mengenai
dengan hanya memantau saja homoseksual atau Gay
para gay lainnya
tanpa
mengadakan sejak kecil. Awal ia
kontak dengan para gay mengetahui lainnya
tentang
homoseksual pertama kali melalui televisi
Strategi Ketahanan Diri
"D" juga mengatakan siap untuk menghadapi Pemahaman mengenai bahwa tidak ada yang segala
bentuk homoseksual yang ia
membully nya secara permaslahan yang ada di ketahui terang terangan. Dan lingkungan
kecil
seandinya pun ada ia heteroseksual.
mudah
tidak
begitu Membawa
memikirkan kan hal permasalahan tersebutt. terpenting
sudah
dari
membuat
"A" untuk
setiap membaca situasi. Ia yang sudah
Yang dialami menjadi santai mengetahuiwaktu adalah adalah cara atau strategi yang
tepat
dan
bangaimana ia tetap yang ia lakukan agar ia tindakan apa saja yang bisa menjadi dirinya tetap sendiri
dapat
bertahan boleh
atau
tidak
dilingkungann
dilakukan saat berada
heteroseksual
di
lingkungann
heteroseksual.
97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses coming out kaum homoseskual di lingkungan heteroseksual terdapat berberapa tahapan yang mereka lakukan sebelum benar benar melakukan coming out ; yaitu Pertama sensinitasi di tahap ini kaum Gay menyadari dirinya berbeda dengan orang lain. Para Gay mulai mencari tahu dengan permasalahan yang dialami seperti dengan membaca buku atau mencari tahu melalui internet. Setelah mereka mengetahui dan memahami apa yang ia rasakan mereka masuk pada tahap disosiasi dan signifikansi. Pada tahap ini para kaum homoseksual sudah menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus terhadap sesama jenisnya yang dapat digambarkan melalui perilakunya. Pada Tahap selanjutnya adalah Membuka diri (coming out)
yaitu
pendefinisian diri sebagai seorang homoseksual. Para Gay pada tahap ini mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat. Coming out adalah hal yang membuat mereka kecanduan. Apa bila ia sudah diterima oleh orang banyak ia akan melakukan coming out lagi kepada orang lain dan seterusnya.
98
Tahap terakhir adalah komitmen. Pada tahap ini mereka menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya,
yaitu preferensi homoseksual individu telah
terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan sosialnya. Tahap ini merupakan kombinasi antara seksualitas dengan emosional. Setelah mereka berkomitmen dengan pilihannya sendiri sudah pasti para gay harus memiliki strategi khusus untuk dapat di terima di lingkungan heteroseksual namun para Gay mempunyai cara-cara tersendiri agar dapat tetap diterima dan dihargai. Berprilaku sensitive seperti wanita salah satu cara mudah mereka mendapatkan teman wanita di lingkungan heteroseksual karena para wanita senang apabila dekat dengan mereka para Gay yang mempunyai perasaan sensitive seperti wanita karena lebih memahami apa yang mereka rasakan apabila sedang bercerita. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa faktor membuat sesorang menjadi Gay dan proses coming out dapat dilihat dari peran orang tua dan lingkungan sekitarnya. Untuk itu peneliti memberikan saran dengan harapan mampu memberikan informasi bagi seluruh orang tua dan masyarakat serta para peneliti lainnya yang akan membahas mengenai permasalahan kaum LGBT. Adapun saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Memberikan pemahaman mengenai seks edukasi sejak dini, hal ini dapat memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar
99
individu dapat menjaga diri dan melawan ekspoitasi yang dapat menggangu fisik dan mentalnya. Seperti salah satu informan yang mengalami pelecehan seksual sejak kecil. Karena ia tidak dapat pemahaman seks edukasi sehingga saat ia diperlakukan tidak baik secara seksual dengan tetangga nya ia tidak dapat melawan dan memberitahukan kepada orang tua karena tidak tau apa yang harus ia lakukan 2. Pengawasan orang tua yang lebih baik karena setiap orang tua seharusnya mampu mengawasi perkembangan anaknya terutama oleh seorang ayah karena banyak penyebab menjadi Gay dikarenakan kurang nya kedekatan dengan seorang ayah. Kurangnya kasih sayang seorang ayah dapat membuat mereka mencari sosok laki laki saat iya sudah dewasa. 3. Karena keterbatasan waktu yang peneliti miliki sehingga kurangnya hasil dari penelitian, maka peneliti berharap selanjutnya diadakan penelitian lanjut mengenai
permasalahan
homoseksual
dan
mampu
mengekpolorasi
permasalahan permasalahan yang di alami kaum homoseskusal dan juga penanganan serta peran pekerja sosial homoseksual ini.
yang tepat dalam permasalahan
100
DAFTAR PUSTAKA BUKU Bernstein, R, A. straightparents, gay children. New York : Thunders Mouth Press 1995. Blumenfeld and Raymond, Looking at gay and lesbian life Baston : Beacon Press 1998 Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT. Raja Grafindo 2003 Clark, D. The New locing someone gay. Berkeley : Celestial Arts 1987. Clinard, Marshall B, dan Robert F Meier. Sociology Of Deviant Behavior. Chicago Holt,Reinhart and Winston,Inc 1989. Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992 Dede oetomo Homoseksualitas di Indonesia 2003 LP3ES Dr. Abu Ameenah Philips dan Dr.Zafar Islam dan Homoseksual Jakarta: Pustaka Zahra 2003 Encyclopedia of psychology, 1985 hal. 462 Erikson, Journal : Childhood and society. New York: Norton. Erikson, E. H. Identity: Youtandcrisis. (1968). New York: Norton. Gonsiorek JC, Mental health issue of gay and lesbian adolescents, Journal of Adolescent heath care, 1988 Greene and Herek, Lesbian and Gays coupels families, Francisco : Jossy bass 1994 Jaenal Arifin, Theknik Penarikan Sample Dan Pengumpulan Data, (Jakarta, 2005) Jeffrey, Human Sexuality in a world of diservity, Schuster Company, 1992
101
Kartono, Kartini, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, CV Mandar Maju. Bandung:1989. Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cetakan Ke-18 edisi revisi M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012 Moore dan Rosenthal, "Prathista" tahun 2008 Neak L Tobing, 100 Pertanyaan Mengenai Homoseksualitas, (Pusaka Sinar Harapan, 1987) Nevid Jeffrey, Human Sexuality in a world of diservity, Schuster Company, 1992 Oetomo, Homoseksualitas di Indonesia Prisma Seks dalam jaringan kekuasaan, 1991, Jakarta Onghokkam, Kekuasaan dan Seksualitas : Lintas Sejarah Pra dan Masa Kolonial, Jakarta, Prisma 1991. Paul And Weinrich, Homoseksuality sociality psychological and biological issue, CA: sage publication 1982. Pedoman Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN, (Jakarta, UIN Jakarta Press: 2007). Prof. Dr. Sugiyono, MetodePenelitian Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. Cet,8.
102
Rubin Gayle, Think sex:Notes for a Radical Theory of The Politics Of Sexuality, Roultledge 1993 Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Sugiono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D Sulistyowati Endah, Skripsi : Peran waria danalm Seksualitas laki laki, Depok : FISIP UI, 2003 W. Gulo, Metodelogi Kualitatif (Jakarta : Grafindo, 2000),
MEDIA CETAK Tempo, Bila gay hanya gaya gaya gaya. 10 oktober 1987, h. 27. Majalah Tabligh DTDK PP Muhammadiyah, 2008
MEDIA ONLINE Dr. Masyitah Ibrahim "Program Ikut Telunjuk Nafsu", Artikal diakses pada 20 May 2013, dari http://www.utusan.com. Dra. Sri Habsari, Bimbingan dan Konseling SMA, diakses pada 24 May 2013 dari http://books.google.co.id Kertbeny & Karl, Homoseksual.http://ms.wikipedia. org/wiki/Homoseksual, 2005
103
JURNAL INTERNASIONAL Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984) Laurent, Erick Sexuality and Human Rights Journal of Homosexuality (Routledge 2001). Offord, Baden; Cantrell, Leon "Homosexual Rights as Human Rights in Indonesia and Australia". Journal of Homosexuality (Routledge) May 2001
Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Pribadi Nama
:
Tempat Tanggal Lahir
:
Usia
:
Jenis kelamin
:
Profesi
:
Domisili
:
Agama
:
Status
:
Tahun Coming Out
:
Latar Belakang Pendidikan
:
Aspek Psikologi 1. Sejak kapan informan merasakan bahwa ada sesuatu hal yang berbeda pada dirinya? 2. Bagaimana proses mengetahui bahwa informan adalah gay? 3. Apa yang informan lakukan ketika mengetahui bahwa informan adalah gay? 4. Bagaimana perasaan informan setelah mengetahui bahwa informan adalah gay? 5. Apa yang informan fikirkan ketika mengetahui bahwa informan adalah seorang gay? 6. Pernahkah informan membayangkan untuk melawan perasaan ini? 7. Siapa orang yang pertama kali informan kasih beritahu mengenai perasaan informan yang menyukai sesama jenis? 8. Apa alasannya informan memberitahukan dia? 9. Bagaimana cara informan memandang dirinya sendiri sebagai seorang Gay?
Aspek sosial 1. Apakah informan memiliki teman dekat? 2. Jika iya, apakah teman dekat informan itu perempuan atau laki laki? 3. Bagaimana cara informan berinteraksi dengan lingkungan sosial?
4. Lebih merasa nyaman bermain dengan lawan jenis atau sesama jenis saat sekolah? 5. Bagaimana cara informan untuk melakukan ketahanan diri dan tetap bisa di terima di masyarakat dengan orientasi seksual nya yang seperti ini? 6. Apakah informan pernah di bully? 7. Bagaimana cara informan menanggapi permasalahan bullyin yang dialami? Aspek Kesehatan 1. Apakah informan memiliki penyakit khusus? 2. Apakah informan rutin memriksa kesehatan dan melakukan pengechekan virus HIV pada dirinya? 3. Apa kah informan memiliki ketakukan yang besar terhadap penyakit HIV? 4. Bagaimana cara informan mencegah agar tidak terkena penyakit tersebut? Aspek Ekonomi 1. Dari mana pemasukan uang yang informan dapatkan saat ini? 2. Apakah informan memiliki pekerjaan tetap? 3. Ada sampingan gak selain kerja di tempat sekarang? Aspek Agama 1. Apakah makna tuhan bagi informan? 2. Apakah informan memahami mengenai dosa, surga dan neraka?
3. Apakah informan memiliki ketakutan dengan apa yang sudah diperbuat selama ini? 4. Bagaimana kegiatan keagamanan yang informan lakukan saat ini? Coming out 1. Apakah makna dari coming out menurut informan? 2. Seberapa penting makna coming out tersebut untuk diri informan? 3. Apakah hambatan hambatan yang dialami informan saat melakukan proses coming out? 4. Bagaimana cara informan mengatasi hambatan tersebut? 5. Hingga saat ini siapa saja yang sudah mengetahui orientasi seksual yang dimiliki oleh informan? 6. Bagaimana cara informan menyampaikan hal tersebut? 7. Apa yang menjadi alasan informan untuk memberitahukan masalah orientasi seksualnya terhadap orang tersebut? 8. Bagaimana tanggapan mereka setelah informan memberitahukan masalah orientasi seksualnya? 9. Apakah ada perubahan pada diri informan setelah melaksanakan coming out? 10. Upaya apa yang dilakukan infroman untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat?
Lampiran 3 PEDOMAN OBSERVASI
1. Untuk melihat bagaimana tingkah laku informan saat menceritakan masalahnya 2. Untuk melihat bagaimana emosi yang informan rasakan saat menceritakan masalahnya 3. Untuk melihat bagaimana cara berpenampilan informan 4. Untuk melihat bagaimana cara informan berinteraksi dilingkungan heteroseksual
Lampiran 4 TRANSKIP WAWANCARA
Nama
:D
Hari / Tanggal
: 17 April 2016
Waktu
: 20.00 WIB
Tempat
: Seven – Eleven Karang Tengah
1. Hallo.. apa kabar? Kita udah lama banget ya gak ketemu.. Jawaban : Hai onchu baik. Lo gimana? Seru banget sih kita baru ketemu lagi dan mau ngebahas masalah sekong pula hehe 2. Baik. iya nih ada yang mau ditanyain masalah seputar coming out pada gay. Gak apa apa kan? Jawaban : Ya gak apa dong santai aja. Gue malah seneng jadi punya temen ngobrol. 3. Jadi? Kapan lo mulai ngerasa beda dan mulai tertarik dengan sesama jenis? Jawaban : Waktu gue kelas 1 SMP. Awalnya gue gak ngerti kenapa bisa suka sama cowo, trus ngerasa mungkin ini bukan hal yang masalah karna paling cuma suka sukaan biasa aja. Abis itu gue lupain aja deh. Tahun 2008 gue mulai mau nyari tau mengenai masalah gue ini. 4. Mulai cari tau informasi lewat mana?
Jawaban : Lewat facebook. Dan setelah gue cari tau ternyata yang kaya gue ini banyak banget. Asli deh sempet kaget, kirain cuma gue yang aneh suka sesama jenis. eh ternyata banyak yang kaya gitu. Semakin gue pahamin ternyata yang gue rasain ini mungkin emang udah pemberian aja dari tuhan. Banyak yang bilang kalau hidup itu berpasang pasangan. Seperti pagi dan malam tapi kan sebenernya masih ada
siang dan sore yang gak punya
pasangan. Ya jadi menurut gue wajar juga kalau gue suka nya sesama jenis. 5. Setelah lo tau kalau suka sesama jenis, apa yang lo rasain? Ada perasaan buat berontak gak? Jawaban : Awalnya sih gue bingung, tapi gue gak berusaha untuk berontak atau ngelak dari permasalahan yang gue alami ini. gue tau kalau ini salah dan tidak seharus nya gue seperti ini tapi ini terjadi kan bukan karena keinginan gue. Bukan gue yang milih untuk menjadi Gay. Gue ngerasa ini emang takdir yang tuhan berikan aja. 6. Setelah lo tau semua mengenai gay. Apa yang lo lakuin? Jawaban : Gue mulai berkomunikasi dengan para gay lewat facebook. Dan mulai cari pacar. Tapi gak langsung punya pacar dulu sih. Gue setelah mengetahui masalah yang gue alami ini gue gak mau lama lama buat nutupin hingga akhirnya gue kasih tau keseluruh anggota keluarga gue alias coming out di tahun 2011 7. Jadi lo coming out ditahun 2011 dan langsung ngomong ke keluarga? Gimana respon mereka terutama nyokap saat lo mengakui menjadi seorang gay?
Jawaban : Awal nya dia kaget dan kecewa banget sama gue. Terus gue coba buat ngasih penjelasan ke nyokap mengenai yang gue alami ini 8. Penjelesan seperti apa? Jawaban : Sebenernya gue ngerasa suka sama sesama jenis itu karna gue tuh gak pernah mendapatkan perlakuan kasih sayang dari bokap gue. Nyokap sama bokap itu gak harmonis banget dari gue kecil. Gue gak pernah mendapatkanperlakuan kasih sayang dari seorang ayah, hingga akhirnya pas gue udah mulai beranjak dewasa, gue mencari sosok laki laki yang bisa sayang sama gue. Hingga akhirnya kaya sekarang gini deh gue jadi kebablasan. Setelah gue jelasin kaya gitu ke nyokap akhirnya dia ngerti dan sempet merasa bersalah juga sih sama kehidupan gue yang sekarang. Cuma gue tetep kasih penjelasan yang baik lagi ke nyokap kalau ini tuh mungkin sudah takdir. Menjadi gay buka sebuah pilihan tetapi memang sudah seperti ditakdirkan. 9. Selain keluarga ada lagi gak yang lo kasih tau mengenai masalah ini? Jawaban : Ada kok temen cowok yang gue kasih tau. Gue kenal sama doi dari game online. Gue kan dulu jaman SMP maniak banget sama game online akhirnya karna kita sering ketemu buat main bareng jadi akrab deh. Awalnya sih dia agak kaget gitu. Tapi makin kesini dia baik baik aja kok ke gue. 10. Terus setelah coming out ke temen yang ada di lingkungan hetroseksual lo
jadi punya perasaaan takut untuk berkomunikasi dengan mereka gak? Jawaban : Enggak sih biasa aja kok gue. Gue gak peduli sama yang mereka omongin. Emang gue makan dari uang mereka semua apa? Itu sih pilihan
mereka, kalau mau temenan sama gue si capcus kalau enggak ya gak apa apa juga keleus. 11. Tapi lo pernah gak sih diperlakukan beda sama banyak orang kalau lagi di lingkungan hetroseksual, kaya di bully gitu misalnya? Jawaban : Gue gak pernah di bully tuh. Seandainya pun mereka mau neglakuin hal itu ke gue, biarin aja. Itu urusannya mereka kok. Gue gak mau terlalu mikirin yang kaya gituan. Yang penting gue tetep jadi diri gue sendiri. 12. Kalau pertama kali punya pacar kapan? Jawaban : Tahun 2012. Gue kenal sama cowo ini lewat facebook. Awal nya sih malu gitu tapi lama lama malu maluin haha. Setelah pacaran berapa bulan gue jadi stay di kostan dia. Dan terjadi lah hal yang tidak diinginkan cyin. Doi merenggut keperawanan gue. Hahaha tapi kita Cuma bertahan 8 bulan abis itu hempas gue kembali menjadi janda. Sedih deh kalau di inget inget, setelah ia merenggut semua nya ekye di tinggalin. 13. Haha bisa aja deh. Oiya sebelum punya pacar sekong, lo pernah pacaran sama cewe gak sih? Jawaban : enggak pernah cyin! Ngapain juga punya pacar peyem orang gue gak suka. Gue tuh gak mau maksain hubungan kaya gitu. Harus pura pura gitu? Duh enggak deh. Biarin aja orang banyak yang ngejek gue yang penting gue jadi diri sendiri. 14. Sekarang lo tinggal dimana? Jawaban : Gue ngekost bareng laki gue di cilandak hehe tapi kadang gue balik kerumah gue sih di bogor buat ketemu nyokap sama adek adek gue. Gue
harus ngekost dikawasan selatan soalnya. Kalau tinggal di bogor gue kerjanya kejauhan. 15. Lo nyaman gak kerja ditempat yang sekarang? Jawaban : Nyaman banget disana. Mereka memperlakukan gue dengan baik. Walaupun emang gue menjadi pusat perhatian disana karena tingkah laku gue. Tapi mereka tidak mempermasalahkan itu. Gue udah blak blakan disana bilang kalau gue ini adalah Gay. Awalnya mereka kaget sih. Cuma lama lama mereka udah biasa aja. Mereka gak suka ngurusin masalah orang sih. Jadi makanya gue nyaman banget disana. 16. Jadi gimana cara lo supaya bisa tetep eksis di lingkungan hetroseksual walaupun kadang ada yang gak suka sama lo? Jawaban : Kaya yang gue bilang tadi. Gue tuh orang nya blak blakan banget. Gue ngomong apa adanya, gue berprilaku sesuka nya gue. Banyak sih yang bilang gue ngondek. Tapi pada akhirnya mereka suka main sama gue karna gue dianggap menghibur mereka. Dan gue seneng aja bisa kaya gini 17. Kalau lo sendiri lebih nyaman temenan sama laki laki atau sama perempuan? Jawaban : Seimbang aja sih temenan sama perempuan atau laki laki. Gue tuh gak milih milih dalam berteman. Asal kan doi seneng dan mau terima gue apa adanya dalam berteman jadi gue ayo aja. Mau temenan tuh harus tulus, gak perlu liat gander atau fisik dan lain lain. Gitu sih menurut gue. 18. Fashion lo itu kemana sih kiblat nya? Punya karakter sendiri atau gimana?
Jawaban : Gue emang lumayan ribet sih sama penampilan dan gue hobby banget shopping sana sini cyin.. duit gue bisa abis buat belanja belenji aja hahaha. Tapi basic nya sih gue lebih suka warna hitam atau putih aja sih. 19. Tapi sempet gak sih lo yang nyobain baju baju ala perempuan gitu? Atau pake make up? Jawaban : Enggak sih, gue pernah sih pake baju baju banci gitu tapi ya Cuma buat lucu lucuan aja. Hehe 20. Kalau dari segi agama nih. Menurut lo yang lo lakuin ini gimana? Jawaban : Ya pasti salah sih. Gue percaya banget kalau tuhan ada. Dan gue yakin dia tau apa yang gue lakuin dan biarin aja itu jadi urusan gue sama dia. Kalau lo Tanya apa agama gue sekarang mungkin gue gak bisa jawab apa. Gue banyak kecewa sama orang orang yang mengatas namakan agama untuk membully sesorang kaya gue gini. Emang ada gitu ya agama yang mengajarka kekerasan? Kan gak ada. Yaudah lah intinya gue banyak kecewa sama orang orang dalam bertindak sekarang ini tanpa mengerti apa yang kita rasain. 21. Jadi lo kecewa sama orang yang memperlakukan lo tidak adil dan mengatasnamakan agama? Jawaban : Iya bener banget. Ya walaupun sekarang geu nggak tau apa keyakinan gue Cuma gue tetep punya cita cita ngeberangkatin nyokap gue naik haji sih. Abis kayaknya doi pengen banget naik haji. So gue kerja mati matiian kaya gini berharap nyokap gue bisa naik haji nantinya. amin 22. Oke kalau masalah kesehatan sendiri? Yah yey tau lah hari gini kan baheyong cinn masalah penyaik hubungan seksual?
Jawaban : iya bener cyinn. Gue juga tekong sih masalah gituan. Cuma gue selalu check kok setiap 6 bulan sekali. Ya gue takut aja tiba tiba badan gue kurus dan kena HIV ihh mendingan ekye langsung metong aja bunuh diri. 23. Selain itu cara pencegahan nya apa lagi? Jawaban : pakai kondom lah kalau berhubungan. Dari pada nanti kena penyakit. Mendingan cari aman aja deh. Hehe 24. Oh gitu. Oiya by the way pacar yey sekarang siaposeh? Jawaban : Ada masih temen satu kantor. Cuma hubungan kita sudah berada diambang kehancuran. Duh jadi janda lagi deh gue. Bantu doa aja deh ya cyin semoga gak ada apa apa. Amin 25. Wah serem juga ya cyin diambang kehancuran haha. Yaudah semoga diberikan yang terbaik deh untuk kalian. Oiya makasih ya udah mau diwawancara nanti kita ketemu lagi gak apa apa kan? Jawaban : oke gak apa apa pastinya. Demi kelancaran skripsi yey sih gak aposeh. Daa nee..
Nama
:R
Hari / Tanggal
: 18 Maret 2016
Waktu
:14.00 WIB
Tempat
: Mcd Grand Mall Bekasi
1. Hallo.. makasih ya udah mau ketemuan. Apa kabar? Jawaban : Hey onchu.. baik Alhamdulillah. Kalau buat jeung onchu mah ayok aja deh mau ketemu juga. Hehe 2. Asik. Gak apa apa kan kalau mau Tanya Tanya masalah coming out dan gay serta kawan kawannya? Hehe Jawaban : Iya gak apa apa kok. Santai aja kali chu 3. Jadi kapan nih jeung mulai ngerasa beda gitu? Jawaban : Waktu itu jaman SD kali yah. Haha lama juga ya gue ternyata udah gak beres. Awal nya sih suka sama temen sebangku gue abis itu dia cuco sih. Kita sering ngobrol gitu kan. Tapi lama lama jadi kayak ada perasaan yang beda gitu setiap ketemu deg-degan. Tapi karna masih kecil kali ya cyin jadi gue gak peduli deh di lupain aja. Ekye kan juga punya masalah gitu waktu kecil. Pernah diperlakuakan tidak baik gitu kaya pelecehan seksual. Jadi mungkin kebawa kali ya sampe sekarang. 4. Pelecehan seksual kaya gimana?
Jawaban : iya sama tetangga gitu. Dia suka resehin gue gitu deh waktu kecil. Cuma gak ada yang tau sih sampe sekarang. 5. Setelah itu apa yang lo lakuin? Jawaban : Ya gue kayak gak ada apa aja. Sampe waktu SMP gue suka juga sama kaka kelas gue cowo. Tapi masih gue cuekin dan gue berusaha buat suka sama perempuan karna gue juga diledek ledekin sama temen temen gue. Awal nya sih gue coba aja buat pacaran sama cewek. Eh ternyata gak bertahan lama. Haha Cuma berapa bulan gitu 6. Setelah SMP putus itu pernah pacaran lagi gak sama perempuan? Jawaban : Enggak pernah lagi sampe sekarang pas gue udah putus sama cewe ini gue malah makin banyak suka sama cowo. Sampe gue SMA dan gue mulai keganggu dan apa yang gue rasakan ini hingga akhirnya gue mulai cari tau mengenai apa yang gue alami ini. 7. Cari tau melalui apa cyin? Jawaban : Lewat sosial media terutama twitter. Awalnya gue Cuma pantau aja tanpa punya akun twitter. Cuma baca bacain status para gay gitu. Setelah gue pahamin agak lama gue emang ngerasa gak sendirian sih. Gue ngerasa kaya ada temennya aja gitu akhirnya gue memberanikan diri buat bikin akun dan mulai mengadakan kontak dengan mereka. 8. Setelah lo pahamin semua yang lo udah dapet dari media sosial apa yang lo rasain? Jawaban : Kebetulan kan waktu itu gue kuliah dibandung kan dan ngekost sendirian tanpa ada orang yang gue kenal disana. Semakin gue fikirin masalah
gue ini gue semakin stress gue ngerasa tuhan gak adil banget kenapa ngasih masalah ini tuh ke gue. Ini tuh aib banget buat diri gue hingga akhirnya gue sempet kepikiran buat bunuh diri. Kuliah gue juga berantakan banget selama dibandung. Nilai gue gak karuan karna gue stress banget. Sampe akhirnya orang rumah tau kalau gue di bandung lagi stress. Dan gue disuruh pulang deh 9. Siapa yang pertama kali sadar kalau kuliah lo gak beres disana? Jawaban : Nyokap tiri gue, kayak nya sih dia emang mulai baca gerak gerik gue gitu selama ini. dan akhirnya pas gue sampe rumah dia nanya apa yang lagi gue alamin sampe bisa stress kaya gitu. Tapui gue gak mau cerita sama doi. Gue malu banget mau ceritanya hingga akhirnya dia kasih gue buku. Dan suruh gue nulis apapun yang gue rasain selama ini hingga akhirnya gue stress. Abis itu ya gue lakuin aja yang dia suruh karna gue juga udah gak kuat nahan ini sendirian 10. Secara gak langsung lo memutuskan untuk coming out nih? Jawaban : Iya gue memutuskan buat coming out aja deh. Abis gue udah stress banget chu. Bingung mau ngapain. Ngerasa ini tuh gak adil kenapa gue yang harus ngerasain ini kenapa harus gue juga yang lebih tertarik sama sesama jenis. kenapa gak orang lain aja sih kenapa harus gue? Akhirnya gue tulis aja apa yang gue rasain selama ini lewat buku yang dia kasih. Dan asli ya chu serius gue ngerasa lebih lega banget setelah gue tulis semuanya. 11. Setelah lo tulis akhirnya nyokap tiri lo baca? Gimana respon dia? Jawaban : Gue sih gak tau gimana ekspresi mukanya dia pas baca ini semua ya. Cuma setelah itu dia jadi protektif banget sama gue. Dia sering stalker
sosial media gue gitu abis itu di save ke HP nya dia. Gue pernah aja dah tuh ngeliat ada di HP nya isi nya foto foto gue semua. Dan gue tuh jadi ngerasa rishi banget kalau diginiin. Gue sih mengapreisasi banget dia berusaha baik sama gue tapi gue jadi nya malah janggung gini. Dia terlalu banyak ikut campur. Gue gak suka. 12. Nyokap suka nuntut lo susuatu gak pas tau masalah ini? Jawaban : Dia sih bilang kalau umur gue udah 25 dan gue masih kaya gini gini aja dia mau jodohin gue sama cewe. Ya gue iyain aja dulu. Gue juga punya harapan buat bisa kembali normal. Pengen punya anak juga. Cuma kayaknya kalau gue menikah dan punya istri pasti lucu kali yah. Haha secara gue kan yang lebih baper dan gampang tersinggung gue kasian aja nanti sama istri gue. Tapi ya gak apa apa lah kita liat aja nantinya gimana. 13. Selain nyokap tiri lo ada lagi gak yang lo kasih tau mengenai masalah ini? Jawaban : Ada temen gue dari SMP namanya N. gue sahabatan banget sama dia dari SMP Cuma karna gue waktu itu pindah jadi kita jarang ketemu. Cuma sih kita masih komunikasian banget gitu sampe sekarang. Karna menurut gue dia orang yang layak untuk tau masalah gue akhirnya gue kasih tau aja kedia. Dan you know what? Setelah gue ngaku kalau gue Gay ternyata dia sama kaya gue, doi sekong juga. Haha asli sih gue kaget ternyata dilingkungan gue banyak juga yang sekong. 14. Serius? Terus gimana? Yang kalian lakuin apa? Jawaban : Yaudah akhirnya kita malah rumpi bareng gitu. Haha ternyata doi jeruk makan jeruk juga
15. Kalau menurut lo sendiri, lo lebih suka bertemen sama perempuan atau laki laki? Jawaban : Gue sih lebih seneng main sama perempuan tapi kalau curhat gue lebih suka sama laki laki. Soalnya kalau cewe tuh kan ember banget mulutnya kayak gue, jadi malah rumpi gak jelas dan takutnya malah kesebar kemana mana. Yaudah deh gue lebih pilih ke cowo aja kalau cerita. 16. Lo pernah di bully gitu gak sih? Jawaban :: Gue pernah sih di bully karna kelakuan gue yang kemayu banget. Tapi gue gak begitu peduli sih sama mereka. Awal awal sih emang gue rada baper gitu tapi makin kesini gue makin biasa aja. Malah kalau ada yang ngatain gue malah seneng dan gue balikin aja omongan mereka. Ah.. cyin hari gini mah gak usah mikirin omongan orang banget. 17. Kalau fashion lo sendiri. Lo termasuk yang ribet gak sih? Atau yang suka penampilan yang agak feminim gitu? Jawaban : Iya gue sempet sih tertarik pake makeup gitu tapi gak cocok muka gue jadi bermasalah gitu. Akhirnya sekarang gue lebih banyak ke minum obat buat pembersih muka gitu sih. Yang lebih dari dalem gitu. Cuma emang kalau masalah penamipilan baju itu gue ribet banget. Gue tuh paling gak bis apakai baju yang sama kalau ketemu orang yang sama. Gue harus beliu baju baru biar kesannya gue gak pake baju yang itu itu aja. hehe 18. Sekarang lo punya pacar gak?
Jawaban : Udah gak punya pacar nih. Huh sedang menjomblo cariin pacar dong cyin. Haha semenjak putus sama si arab itu sampe sekarang gue udah gak punya pacar. 19. Kalau kesehatan? Suka check up gak buat menghindari hal yang tidak diinginkan? Jawaban : Iya kok gue tes darah, secara hari gini banyak banget penyakit HIV menyebar kemana mana. Jadi gue takut dan menghindari hal hal yang kaya gitu. 20. Dari segi agama sendiri menurut lo gimana? Jawaban : Gue percaya kalau surga itu hak Tuhan. Dan orang lain gak punya hak buat ngejudge siapa yang bisa masuk surga atau nerka jadi gue serahin aja semuanya ke tuha. Gue melakukan hal yang baik semampu gue. Nanti nya gimana biar aja itu jadi urusannya menentukan gue bakal masuk surga atau neraka. 21. Kegiatan keagamaan lo jalanin gak? Jawaban : Gue sholat gue melakukan kegiatan keagamaan kok. Karna yang seperti tadi gue bilang kalau ini urusannya buka manusia yang bisa nentuin. Jadi gue tetep mau melakukan baik semampu nya gue karna kan gak adil aja kalau gue melakukan kegiatan keagamaan dan karna gue gay jadi gak diterima kan? 22. Oh gitu. Oke deh cyin. Makasih ya udah mau ngobrol ngobrol nih
Jawaban : Oh iya cyin sama sama. Gue juga seneng kok bisa ngobrol sama yey. Kapan kapan kita ngobrol lagi dong yuk tempat nya yang agak seru lagi biar bisa ngobrol panjang lebar. Hehe 23. Siap! Nanti gue infoin ya kalau kita harus ketemu lagi. Jawaban : Ok deh.. bye neee.
Nama
:A
Hari / Tanggal : 29 Maret 2016 Waktu
:16.30 WIB
Tempat
: Pondok Indah Mall
1. Hallo mr.A apa kabar? makasih ya udah mau dateng pas lagi sibuk gini buat ngobrol ngobrol Jawaban : Baik onchu. Lo gimana kabar nya? Its okey lah kalau buat lo hayok deh hehe 2. Gue juga baik kok. Oiya gak apa apakan kalau gue mau banyak tanya tanya gini mengenai kehidupan lo. Jawaban : Iya cu gak apa apa kok santai aja udah. Tanyain aja yang mau lo tanyain nanti pasti gue jawab. 3. Oke deh. Langsung aja nih ya. Kapan sih lo mulai ngerasa ada yang beda gitu? Jawaban : Dari kecil banget sih ya chu kayaknya. Umur 4 tahun itu gue pernah nonton film dan yang aneh nya selesai nonton film itu gue lebih tertarik sama pemain cowo nya dibandingkan pemain cewenya. Dan itu terjadi terus menerus setiap gue nonton film yang lebih tertarik sama pemain pria nya dibandingkan perempuan. Sampe akhirnya waktu gue SD itu gue mulai suka nonton tv yang ada pembahasan mengenai homoseksual yang kalau dulu itu disebut banci. Dan kebetulan gue waktu SD itu sering diajak kaka gue kekampus nya dan sering dengerin masalah gay gitu. Kalau temen temen kaka
gue lagi bahas mengenai gay itu gue suka nguping sampe akhirnya gue mulai ngerti sedikit demi sedikit. 4. Lo langsung faham mengenai homoseksualitas atau lo hanya sekdar tau istilahnya aja? Jawaban : Awalnya sih cuma sekedar tau istilahnya aja sampe akhirnya waktu gue kekampus kaka gue lagi ada seminar mengenai homoseksualitas gitu dan gue ikutan dengerin disana. Sampai akhirnya setelah ikut seminar itu gue ngerti kalau yang gue alami ini namanya Gay. Tapi gue gak begitu peduliin masalah inisampe gue masuk ke SMP. Nah pas gue SMP itu gue inget banget pernah baca Koran Tempo dan disana ada pembahasan mengenai homoseksualitas dan ternyata yang mengalami kaya gue gini banyak banget. Dan ternyata bukan gue doang pengidap masalah ini. semenjak itu gue tau yang gue alami ini namanya Gay dan banyak orang di luar sana yang sama kayak gue 5. Setelah lo tau kalau lo gay apa yang lo rasain? Jawaban : Biasa aja sih cu. Karna gue itu dari dulu gak macem macem walaupun gue gay tapi gue tetep belajar karna gue itu dulu cupu, sukanya baca buku dan belajar. Jadi gue lebih fokus sama buku gue aja. Dan gak ngerasa ini bukan masalah aja 6. Trus? Gimana akhirnya bisa keterusan sampe sekarang? Jawaban : Gue gak terlalu gue pikirin masalah ini yang paling penting gue ngelakuin apa hal yang gue mau lakuin. Itu aja 7. Mulai suka sukaa sesama jenisnya kapan?
Jawaban : SMP kelas 2 gue mulai suka sama cowo banget. Kaya cinta pandangan pertama. Cuma gue gak berani deketin cowo itu langsung dan akhirnya gue malah coba deketin sahabatnya dan ternyata sahabat nya itu juga sekong. Sebenernya gue mau ngomong ke cowo itu mengenai perasaan yang gue rasain. Tapi pas gue mau ngomong gue malah sakit dan pisah dengan belom sempet ngomong. Jadi gue batal ngungkapin perasaan gue dan akhirnya gue lulus SMP dan mulai menghadapi kehidupan di masa SMA 8. Pas masuk SMA ada yang disukain lagi gak? Atau udah mulai pacaran? Jawaban : SMA mulai pacaran. Gue masuk di perkumpulan belajar bahasa inggris gitu dan ada satu cowo yang pendiem dan pinter banget di perkumpulan itu. Dan dia alim banget karna dia anak rohis gitu kan gue emang mulai suka gitu. Tapi karna gue mikirnya dia itu lurus jadi gak pernah mau buat coba ngomong ke dia. Hingga akhirnya gue keilangan celana olah raga gue dan nyokap gue gak mau bikini lagi abis itu gue pinjem terus lah ke dia dan kita jadi deket dan sering ngobrol. Trus pas gue inget banget itu lagi valentine's day dia datang kerumah temen gue dan ngasih gue bunga sambil nembak gue. Asli sih kaget banget cuma karna ya waktu itu gue ada perasaan suka ya akhirnya gue terima dia. Akhirnya kita pacaran. Selama pacaran tuh dia orang nya lurus banget. Kita pacaran yang gak ngapa ngapain banget gitu yang Cuma pegangan tangan dan ciuman sedangkan gue orang nya brandal cyin hehe akhirnya gue selingkuhin dia dan kita putus deh. 9. Haha ketauan selingkuh atau lo ngaku sendiri tuh?
Jawaban : Gue ngaku sih ke dia kalau gue itu selingkuh dan parah nya dia yang malah minta maaf dan ngerasa kalau gue itu gak salah. Karna menurut dia kenapa gue bisa selingkuh karna gue gak bisa memperlakukan dia dengan baik. Dan akhirnya gue nyesel putus sama dia hehe 10. Pacar lo jaman SMA itu orang pertama yang lo ajak buat komunikasian sesama gay gak sih atau sebelumnya pernah? Jawaban : Sebenernya waktu SMP itu gue udah banyak mengadakan komunikasi sama Gay via chatting gitu. Cuma gue lebih seneng buat chat sama bule karna lebih berkualitas aja dibandingkan sama orang Indonesia. Sekalian mengasa bahasa inggris gue. 11. Pernah gak sih nyoba untuk suka sama lawan jenis? Jawaban : Gak pernah. Buat apa juga? Gue gak suka buat pura pura jadi orang lain. Buat apa jug ague ngejalanin sesuatu yang jelas jelas gue gak suka? jadi gue gak pernah deh nyoba nyoba sam cewe. Gak napsu juga. Hahaha 12. Setelah lulus SMA dan putus sama cowo itu gimana keadaan hidup lo yang lo rasain? Jawaban : Gue akhirnya setelah lulus SMA itu tinggal sendirian cu. Karna nyokap itu lebih sering ikut sama abang gue dan adik gue pun kuliah dijakarta. Alhasil gue bebas banget, uang jajan gue juga udah dikasih di setahun awal dan itu lah yang ngebuat gue jadi makin liar. Gue bisa bertemu banyak laki laki dan hampir setiap hari gue itu bisa gonta ganti pasangan buat ngelakui sex. Karna gue ngerasa kalau gue itu butuh temen dan gue berharap
setelah kita melakukan sex itu kita bisa banyak ngobrol dan nyata nya gak banget. Setelah kita melakukan hal itu ya gue ditinggal aja. Sampe gue bosen banget buat jadi bandel dan gue mencoba untuk gak separah dulu 13. Saat ngelakui sex bebas gitu ada ketakutan mengenai penyakit HIV gak sih? Jawaban : Iya ada. Makanya temen gue bilang kalau gue itu parah banget dan harus check. Setelah gue check dan hasil nya gue negative. Semenjak itu jug ague lebih peduli sama yang ginian dan gak sembarangan aja buat ngelakuin sex. Dan mulai pakai kondom kalau mau ngelakui hal itu supaya lebih aman 14. Ngomongin masalah temen. Gimana sih ceritanya mereka sampe tau kalau lo itu gay? Jawaban : Awal nya sih ada temen gue yang bisa ngeramal. Dan gue itu ada aura yang seharusnya dipunya perempuan, dan kaya ada ketertarikan sama laki laki. Awalnya mereka fikir kalau gue itu suka laki karna kagum aja bukan karna gue gay. Dan akhirnya gue ngaku aja deh ke mereka kalau gue gay. Dan ternyata repond nya mereka itu gak seperti apa yang gue fikirin. Mereka open banget dan support gue. 15. Setelah coming out kemereka apa yang lo rasain? Jawaban : coming out itu nyandu banget asal lo mau tau cu. Ketika lo udah cerita sama satu orang mengenai orietasi seksual lo dan hal itu ngebuat lo jadi pengen terus terusan cerita kebanyak orang karna ngerasa seneng banget ketika lo itu udah diterima banyak orang. Ya walaupun awal awalnya temen gue kaget mengenai maslah gue ini Cuma makin kesini mereka santai aja 16. Tapi pasti adakan yang gak suka sama lo? Kaya pernah dibully gitu?
Jawaban : Iya emang ada yang gak suka dan ngomongin gue dari kejauhan gitu dan setiap temen gue denger mereka kaya yang bantuin gue gitu loh. Tapi gue gak pernah mau peduli sih sama apa yang mereka omongin tentang gue. Dari dulu gue di didik sama nyokap gue untuk tidak terlalu memfikirkan omongan orang. Dan tetep jadi diri kamu sendiri aja itu gue terapkan sampe gue gede sekarang sehingga gue nggak ngerasa itu sebagai bullying ke gue 17. Kalau ke orang tua dan keluarga sendiri gimana proses akhirnya mereka tau kalau lo adalah gay? Jawaban : Awalnya dari kaka gue. Kayaknya kaka gue udah mulai curiga sama gerak gerik gue hingga akhirnya dia nanya ke gue "are u gay?" pas ditanya gitu gue mulai agak panik sih. Cuma gue berusaha tegar aja dan jawab "yes. i'am" tapi setelah gue jawab itu yang aneh nya kaka gue biasa aja. 18. Dia gak kasih respon apa apa? Atau marah gitu? Jawaban : Enggak sama sekali chu. Keluarga gue emang santai kok. Jadi kita memang bebas nentuin pilihan hidup kita sendiri gimana nanti nya. Jadi keluarga itu gak terlalu ikut campur masalah pribadi secara mandalam. Kita bebas mau pilih agama sendiri, orientasi seksual sendiri asalkan kita bisa berbuat baik sama banyak orang kenapa enggak? 19. Kalau nyokap sendiri gimana setelah tau info dari kaka lo responnya? Jawaban : Sebenernya sih gue gak begitu tau kapan jelasnya nyokap tau kalau gue itu adalah gay tapi dia pernah kasih pesen ke gue buat cari pasangan itu cowok yang bener. Gue kaget kan kenapa kok dia nyuruh gue nyari cowo
dan mulai itu sih gue paham kalau sebenernya nyokap udah tau dan lagian ya cu dia santai banget gak banyak nanya ini itu ke gue. 20. Kalau dari segi agama sendiri nih, menurut lo gimana sama yang lo alami sekarang? Jawaban : Gue ini kan katolik ya cu, gue tuh percaya nya gini. Ketika lo buat salah nanti lo akan dibakar sesuai dengan dosa yang lo buat. Semakin banyak dosa yang lo buat bereti akan semakin lama juga lo dibakar. Tapi nanti pada akhirnya kita akan ke surga. Karna sepengetahuan gue itu yang paling penting bukan gimana lo ketuhan lo tapi gimana lo ke manusia yang lain. 21. Oh gitu oke deh. Makasih ya waktu nya. Nanti kita lanjutin lagi mau ya? Hehe Jawaban : Iya! Harus banget kita ngerumpi lagi ya chu. Nanti gue bakal cerita lebih banyak lagi hehe
Lampiran 5 Hasil observasi informan "D"
Waktu Observasi
: 17 April 2016
Tempat Observasi
: Seven Eleven Karang Tengah
Orang yang terlihat
: Informan "D" dan Sahabat informan
Waktu 20.00 – 22.30 WIB
Deskripsi
Makna
Peneliti bertemu dengan informan Berdasarkan di kawasan Karang Tengah. Saat observasi bertemu
yang
memesan minuman dan peneliti sangat
terbuka
dan
pun menyapa informan. Setelah tidak
ragu
informan
sedang adalah
informan orang
selesai
informan
hasil
memesan
untuk
makanan menceritakan seluruh
memberikan
arahan masalahnya
kepada
untuk duduk di area merokok orang lain. Terlihat karena ia ingin merokok. keadaan saat
ia
bercerita
tempat tidak terlalu ramai saat itu dengan peneliti yang karena waktu sudah cukup malam. sangat
terbuka
dan
Saat bertemu dengan informan ia tidak terlihat khawatir. menggunakan
baju
putih
dan Informan
juga
celana pendek selutut serta sepatu sesorang yang tidak casual. Lalu peneliti pun memulai perduli pembicaraan saat
dengan
menanyakan
tentang
dirinya,
dengan
infroman, pembicaraan
banyak
hal mengenai
dirinya
informan dilihat saat ada yang
menjawab
semuanya
dengan memperhatikan
saat
santai tanpa merasa khawatir ada kami berbicara ia tetap yang
mendengar
pembicaraan cuek
kita.
Ia
menceritakan memperdulikannya
pun
semuanya dengan ekspresi yang senang.
Sambil
menceritakan
merokok
seluruh
ia
kisahnya
mengenai coming out dan sesekali ia mengerakan badan nya seperti banci saat ia sedang menceritakan tingkah lakunya apa bila sedang dikantor. Bahasa yang ia gunakan pun menggunakan bahasa sekong sehingga beberapa kali ada orang yang memperhatikan ia, namun ia tidak
memperdulikan
orang
tersebut. saat kami sedang ngobrol lalu ada salah satu pengunjung laki laki yang baru datang untuk membeli
dan
informan
pun
memperhatikan laki laki tersebut dari atas hingga bawah tanpa berhenti.
Setelah
itu
teman
informan pun datang bergabung dengan
kami
dan
ikut
membicarakan mengenai coming out informan. Tanpa ragu ia pun menceritakan
seluruh
masalah
yang pernah dihadapi informan
dan
tidak
mengenai masalah percintaannya. Dan informan pun hanya bisa tertawa terbahak bahak mendengar cerita dari sahabatnya tersebut tanpa ada perasaan takut atau marah ketika permasalahan yang ia hadapi di ceritakan begitu saja kepada orang lain.
Hasil observasi informan "R"
Waktu Observasi
: 18 Maret 2016
Tempat Observasi
: McD Grand Mall Bekasi
Orang yang terlihat
: Informan "R"
Waktu
Deskripsi
14.00 – 16.00 Karna WIB
sebelumnya
Makna peneliti Bila dilihat dari hasil
belum pernah bertemu dengan observasi
peneliti.
informan, cukup sulit untuk Informan adalah orang peneliti membuka pembahasan. yang
tidak
Pada awalnya infroman cukup menceritakan
mudah
malu-malu untuk mengadakan masalahannya perbincangan
yang
kepada
serius semua orang. Terlihat ia
dengan peneliti sehingga diawal masih ragu dan tidak percakapan
kami
hanya nyaman saat membahas
membahas yang sifatnya umum keluarga nya. Dari gerak tidak
membahas
mengenai gerik yang ia lakukan
permaslahan orientasi seksual pun terlihat bahwa butuh yang ia rasakan. Setelah dirasa waktu
untuknya
sudah cukup nyaman akhirnya mengenal ia baru mau banyak berbicara sebelum mengenai masalahnya tersebut. mengenai awalnya terlihat sekali bahwa banyak informan seperti rishi karena ia takut
ada
yang
mendengar
pembicaraan kita, terlihat dari sikap iya yang sering menengok kanan dan kiri. Karna saat itu tempat yang kita datangi cukup banyak Informan
orang
yang
juga
lewat. sesekali
menunduk apabila ia membahas mengenai keluarga dan proses
peneliti menceritakan nya
telalu
coming outnya. Namun dengan berjalannya waktu iya sudah dengan
mudah
menceritakan
dan
tenang
permasalahan
yang ia alami ia juga sudah dapat
tertawa
lepas
saat
menceritakan hal lucu yang terjadi pada dirinya tanpa malu kepada peneliti. Saat bertemu dengan
peneliti
menggunakan
informan
pakaian
yang
sangat rapih yaitu celana jeans dan
kemeja.
Setelah
kami
banyak mengadakan obrolan sesekali
informan
melihat
kearah jam karna ia sudah memiliki janji dengan orang lain setelah ini,
Hasil observasi informan "A"
Waktu Observasi
: 29 Maret 2016
Tempat Observasi
: Pondok Indah Mall
Orang yang terlihat
: Informan "A" dan Pacarnya
Waktu
Deskripsi
16.30 – 19.30
Peneliti
WIB
melalui
mengenal
Makna infroman Berdasarkan
pacarnya
hasil
yang observasi terlihat sekali
kebetulan teman main peneliti. bahwa informan adalah Informan adalah orang yang orang yang sudah sangat sangat
terbuka
caranya
terlihat
berbicara
dari bangga dengan coming
dengan out nya. Tanpa ragu iya
peneliti yang terus menerus memegang pacarnya di tanpa takut ada yang mendengar tempat umum. Iya juga pembahasan kami. Saat bertemu sesorangyang dengan
peneliti,
menggunakan
infroman terbuka
pakaian
mengenai
yang masalahnya
sangat rapih dan terlihat modis terlihat lalu ada beberapa tentengan tidak
dengan
hal
itu
saat
peneliti
perlu
banyak
belanja yang baru ia beli. Saat bertanya bercerita
sangat
mengenai
peneliti masalah yang ia lakukan
terlihat sekali ia sangat enjoy tetapi ia sudah dapat dengan ceritanya sendiri ia juga menceritakan
semua
tidak
kepada
terlihat
nervous
atau masalahnya
cemas
apa
melihat berbicara
bila
kami
ada
saat
dengan
yang penelti sedang
asik.
Ia
berbicara dengan menggerakan tangannya dan terus menatap peneliti tanpa terlihat ragu. Walaupun kami sedang berada di sebuah mall yang saat itu cukup ramai tapi tanpa ragu informan melakukan kegiatan yang cukup berani bersama pacarnya
ditempat
Mereka
berdua
tangan
dan
mengusap pacarnya.
umum.
berpegangan sesekali
usap Saat
ia
kepala ada
yang
meperhatikan mereka ber-dua ia pun tidak mempedulikan hal tersebut.
selanjutnya
kami
memutuskan untuk mengobrol sambil jalan jalna disekitar mall dan disaat itu
Lampiran 6 DOKUMENTASI
LAMPIRAN 7 KAMUS BAHASA SEKONG Akika
: Aku
Akikah lapangan bola
: Aku lapar bo’
Aposeh
: Apa
Baheyong
: Bahaya
Baper
: Kebawa Perasaan
Begindang
: Begitu
Belanja Belenji
: Belanja Belanja
Belenjong
: Belanja
Cacamarica
: Cari
Capcus
: Pergi
Capcus
: Ayo Sekarang
Cuco
: Lucu, Bagus, Ganteng, Keren
Cucok
: Cocok
Cyin
: Panggilan
Diana
: Dia
Doi
: Dia
Eike
: Aku
Ember
: Emang
Endaaaaaaaaaang
: Enak
Gilingan
: Gila
Hamidah
: Hamil
Hayok
: Mengajak
Hima Layang
: Hilang
Jahara
: Jahat
Jali-Jali
: Jalan-Jalan
Jayus
: joke-garing
Jeruk makan jeruk
: Laki laki suka Laki laki
Jeung
: Sebutan untuk memanggil seperti tante
Keleus
: Kali
Kepelong
: Kepala
Kesandro
: Kesana
Kesindaaaang
: Kesini
Krejong
: Kerja
Laki gue
: Pacar gue atau Pasangan gue
Lambreta
: Lambat
Lekong
: Laki-laki
Maharani
: Mahal
Makarena
: Makan
Mursida
: Murah
Nanda
: Nanti
Ngondek
: Seperti wanita
Panasonic
: panas
Peyem
: Perempuan
Sekong
: Sakit/Pria yang menyukai sesama jenis
Sepong
: Siapa
Siaposeh
: Siapa