Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
1
d a f tar isi
Sebaris Kata dari Redaksi
S
uasana prihatin tengah meliputi perayaan Natal tahun ini. Rupa-rupa bencana datang tanpa diundang. Penghentian kebaktian Natal oleh ormas intoleran di Bandung, penemuan bom siap ledak di Bekasi, gempa bumi di Pidie Jaya, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hingga ledakan gereja di Kairo, Mesir. Fenomena yang satu mengancam hidup kemanusiaan yang lainnya bahkan menewaskan puluhan jiwa manusia. Di tengah dunia yang rusak dan tidak manusiawi tersebut GKI Gunung Sahari mengangkat tema Natal “Menjadi Sungguh Ilahi, Menjadi Sungguh Manusiawi” dengan harapan agar jemaat bersedia dipakai Tuhan untuk meneladani Yesus Kristus membawa pesan damai bagi dunia ini. Dua tulisan, dari Pdt. Royandi Tanudjaya dan Pdt. Esakatri Parahita yang meneropong tema Natal tersebut dari dua sudut yang berbeda, kiranya memperlengkapi kita sekalian untuk tujuan yang mulia itu.
Perlukah pelaku bisnis online membayar pajak? (Hukum), Benarkah obat herbal berkhasiat? (Kesehatan), Bagaimana menghadapi tuntutan target dari perusahaan? (Bisnis), dan Bagaimana mencari pasangan hidup yang tepat? Apakah pacar kita adalah pasangan yang tepat untuk menjadi pendamping seumur hidup? (Keluarga), itulah beberapa topik yang dibahas dalam rubrik konsultasi kali ini. Tulisan-tulisan ringan dari dra. Bea Kurniawan, penulis ‘Obrolan Si Encim dan Aku’ dan Pdt. Imanuel Kristo (Matinya Seekor Kerbau) turut menghiasi Majalah Gunsa bersama info buku, artikel lepas dan puisi tentang Natal, dan KKS-nya Bung Yoyo. Selamat Natal, kiranya semangat inkarnasi Kristus yaitu penyangkalan diri, kesederhanaan, belas kasih kepada sesama, senantiasa memancar di dalam segala lingkup kehidupan kita di mana pun kita ditempatkan!
Diterbitkan oleh: Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari Pengarah Redaksi: Pdt. Royandi Tanudjaya, Pnt. Glenn C. Satriabudi, Rachmayanto Surjadi Pimpinan Redaksi: Rudy Umar Redaksi: Imanuella Sahertian, Raynard Tantra, Rudy Umar, Yulia Editor: Rudy Umar, Yulia Kontributor: Pdt. Imanuel Kristo, Pdt. Royandi Tanudjaya, Pdt. Suta Prawira, dr. Mira Winarta, M.S., Sp. Ok., Ir. Robert Robianto, Erdi Sutanto Chandra, S.H., M.H., dra. Bea Kurniawan, Jonathan S. Hanantha Tata Letak: Heru Setiawan Alamat Redaksi: Jl. Gunung Sahari IV/8, Jakarta 10610 E-mail:
[email protected] Redaksi menerima tulisan, gambar, dan foto yang disertai dengan data lengkap pengirim. Tulisan tersebut dapat dimuat, ditolak, atau ditunda pemuatannya berdasarkan wewenang redaksi. Electronic copy Majalah Gunsa dapat diakses melalui www.gkigunsa.or.id/media-komunikasi/majalahgunsa/
2
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
26
8
Fokus I: Menjadi Sungguh Ilahi menjadi Sungguh Manusiawi
Konsultasi Keluarga: Dijodohkan atau Temukan Jodoh Sendiri?
54
40
Lepas: Siapa Takut?
Inspirasi: Matinya Seekor Kerbau
Sebaris Kata dari Redaksi
2
Surat Gembala: Menjadi Sungguh Manusiawi Menjadi Sungguh Ilahi
4
Surat Pembaca: Liputan Kegiatan
5
Fokus II: Manusia Allah
14
Obrolan Si Encim dan Aku: Dikenang
18
Konsultasi Hukum: Perlukah Pedagang Online Membayar Pajak?
22
Konsultasi Kesehatan: Khasiat Obat Herbal
30
Konsultasi Bisnis: Dikejar Target
34
Puisi: Mengikuti Perjalanan Manusia dari Penciptaaan Hingga Sampai di Natal
38
Profil: Pdt Merry: Terlalu Banyak Tekanan
43
Celah Buku: Mengejar Kekudusan
48
Liputan: BERKAT Foto kegiatan KKS
52 56 62
s u rat g embala
Menjadi Sungguh Manusiawi dan Menjadi Sungguh
Ilahi
Saudara-saudariku yang terkasih
H
ari Natal selalu memberi kesempatan kepada kita untuk merenungkan kembali akan kasih dan karya Allah bagi umat manusia yang melampaui kemampuan kita untuk membayangkannya. Mari kita ingat kembali bagaimana Injil Yohanes 1:1, 14 bersaksi tentang Firman yang adalah Allah kemudian menjadi manusia agar kemuliaan Allah terlihat oleh manusia yang hatinya terbelenggu dosa.
4
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Saudara-saudariku, peristiwa Allah yang menjadi manusia tidaklah sesederhana seperti seorang artis memerankan sosok tokoh dalam cerita. Sebab dalam peristiwa itu Allah harus merendahkan diriNya sedemikian rupa agar sejajar dengan manusia. Sungguh luar biasa kesediaan diri Sang Pencipta untuk mengambil rupa seperti ciptaan-Nya. Peristiwa pengosongan diri yang kita kenal juga dengan istilah kenosis adalah suatu peristiwa di mana Allah bersedia menahan diri untuk tidak memakai kuasa-Nya dalam banyak situasi. Ia melakukan itu semua dengan tujuan agar Ia tampil sebagaimana manusia hadir. Allah ingin kehadiran-Nya sama seperti manusia, yang terbatas menghadirkan diri di dunia. Oleh karena itulah, dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang menjadi manusia maka kita dapat melihat sikap pengendalian diri yang sempurna. Mengapa? Sebab Ia menahan diriNya untuk tidak memakai kuasa ilahi yang dimiliki-Nya. Kita melihat kesaksian para murid tentang bagaimana Tuhan Yesus yang jelas memiliki kuasa membangkitkan orang mati tetapi malah memilih menyerahkan diri kepada kematian demi mengalahkan kuasa maut akibat dosa manusia. Oleh karena itulah kita mengalami pengorbanan Yesus Kristus yang adalah Allah dan
manusia, Sang Penebus dosa umat manusia. Saudara-saudariku yang Tuhan Yesus kasihi, peristiwa Tuhan Yesus Kristus menjadi manusia hendak mengajak kita untuk sadar betapa Allah begitu mengasihi manusia. Allah membungkukkan diri sedemikian rupa agar dapat menyapa manusia sebagai sesama. Kita tidak boleh lupa bahwa pengorbanan Allah itu semata agar hati kita dipulihkan dan dapat kembali merespons kasih Allah yang sempurna. Sungguh suatu perjuangan kasih yang ditujukan untuk memenangkan kita dari kuasa dosa dan menjadikan kita kembali menjadi milik kepunyaan-Nya. Untuk itulah maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak merespon kasih Allah yang besar dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita harus menanggapinya dengan layak sebab kita tahu bahwa pengorbanan yang telah dilakukan Allah bagi kita sungguh besar. Ingat! Jika Tuhan yang adalah Allah saja mau merendahkan diri untuk menjadi manusia, mengapa kita yang adalah manusia tidak mau diangkat martabatnya untuk menjadi yang ilahi? Jika Saudara-saudariku menjadi bingung bagaimana mewujudkan diri menjadi manusia yang ilahi; maka jawabnya tidak lain adalah menjadi seperti Yesus saat Ia hadir Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
5
s u ara pemba c a
Mari mempersiapkan diri menyambut Natal dengan meneladanI Tuhan Yesus Kristus dan berkarya. Oleh karena itulah maka sebagai manusia yang ilahi, kita menghadirkan diri dengan cara menduplikasi pribadi Kristus yang hadir dan berkarya dalam dunia. Menjadi sungguh manusia dan sungguh ilahi mendorong kita untuk berkarya dengan motivasi yang luhur dan mulia dan bukan karena ambisi berkuasa dan mencari harta semata. Motivasi semacam itu membuat kita menjadi peka dan peduli terhadap pergumulan orang lain. Seperti halnya Tuhan Yesus Kristus yang disaksikan para penulis Injil sebagai pribadi hangat dan penuh cinta kasih sehingga kehadiran-Nya dicari dan menjadi harapan banyak orang yang berada dalam pergumulan dan kesusahan.
6
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Untuk itu, jelas bagi kita sebagai para pengikut Kristus bahwa menjadi kristus-kristus kecil yang berkarya dalam dunia penuh dosa ini menjadi panggilan bagi kita. Dan rasanya tidaklah pantas bagi kita untuk bersembunyi dari panggilan menanggapi kasih Allah tersebut dengan memunculkan alasan-alasan kelemahan yang kita miliki sebagai manusia. Mengapa? Sebab Tuhan Yesus telah membuktikan dalam wujud kemanusiaan-Nya, Ia tetap mampu melakukan bagian-Nya dengan sempurna. Karena itu tunggu apa lagi? Mari mempersiapkan diri menyambut Natal dengan meneladani Tuhan Yesus Kristus yang sungguh taat, tulus, dan berbelas kasih! Mari tampil di dunia sebagai manusia-manusia yang menerapkan pola hidup ilahi guna menepis kuasa dosa yang berupaya untuk berjaya. Mari buang segala pikiran yang menghambat kita untuk menjadi para pembawa kabar baik bagi dunia. Mari berkarya bersama Tuhan. Selamat merayakan Natal Saudarasaudari terkasih dalam Kristus. Tuhan memberkati kita semua.
Salam, Pdt. Merry Lopulalan Malau
LIPUTAN KEGIATAN Redaksi yth.
K
ami adalah salah satu dari Kelompok Kerja di GKI Gunung Sahari ingin sekali jika kegiatan kami diliput oleh Majalah Gunsa dan liputannya bisa ditampilkan dalam Majalah Gunsa. Apakah ada ketentuan atau syarat tertentu agar kegiatan kami bisa diliput oleh Redaksi Majalah Gunsa? Mohon informasinya. Terima kasih. Ribka, Bekasi 13260
Saudari Ribka yang terkasih, Terima kasih untuk permintaan dari Saudari agar Redaksi Majalah Gunsa bisa meliput kegiatan yang diadakan oleh Kelompok Kerja Saudari dimana Saudari adalah salah satu pengurus atau aktivisnya. Permintaan Saudari bisa disampaikan kepada Redaksi Majalah Gunsa, dan kami dari Redaksi Majalah Gunsa akan berusaha untuk memenuhi permintaan dari Saudari tersebut. Tampilan dari liputan kegiatan tersebut dalam Majalah Gunsa nantinya akan mengikuti standar dari Majalah Gunsa, kecuali ada permintaan tertentu. Demikian informasi dari kami. Terima kasih. Tuhan memberkati. Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
7
f ok u s i
MENJADI SUNGGUH
ILAHI,
MENJADI SUNGGUH
MANUSIAWI Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:1,14)
8
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
J
udul tulisan ini, “Menjadi Sungguh Ilahi, Menjadi Sungguh Manusiawi”, sesungguhnya adalah tema yang telah dipilih oleh Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari untuk kebaktian-kebaktian pada Minggu Adven sampai Natal 2016. Terhadap tema itu, tentu saja siapa pun boleh bertanya, “Apakah maksud dan tujuan dari tema yang telah dipilih itu?” Agar dengan memahami maksud dan tujuannya, maka siapa pun dapat lebih mudah untuk menghayatinya dalam hidupnya sehari-hari.
MAKSUD Disadari bersama, bahwa peringatan dan perayaan Natal itu amat terkait erat dengan inkarnasi, atau penyataan diri Allah di dalam kelahiran dan kehadiran Yesus sebagai manusia di tengah dunia ini. Dari peristiwa Natal juga telah lahir dan hadir “teologi inkarnasi”. Teologi tersebut pada dasarnya merupakan pengajaran Kristen yang menekankan bahwa Yesus itu sepenuhnya (100%) Ilahi dan sepenuhnya (100%) manusiawi.
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
9
Misteri keberadaan Yesus yang sepenuhnya Ilahi dan sepenuhnya manusiawi itu memang melampaui akal-budi manusia untuk dapat memahaminya. Tapi, sekalipun demikian, manusia – khususnya orang-orang sezaman Yesus – dapat “menyaksikan” dan “membuktikan”nya di dalam hidup-Nya di dunia, yaitu di dalam perkataan dan perbuatanNya, sejak kelahiran-Nya sampai dengan kenaikan-Nya (kembali) ke sorga.
lalu menjadi pembenaran atau pemaafan bagi orang Kristen, apabila mereka berulang kali gagal dan tidak bisa hidup sempurna, atau hidup sama dengan Allah.
Lalu, bagaimana teologi inkarnasi itu dihayati dalam kehidupan orang Kristen? Dalam kehidupannya, pada umumnya orang Kristen justru lebih suka dan lebih seringkali memandang Yesus sebagai Yang Sepenuhnya (100%) Ilahi daripada sebagai Yang Sepenuhnya (100%) Manusiawi.
Akibatnya? Dalam kehidupan seharihari, ada banyak pembenaran atau pemaafan diri dari banyak orang Kristen untuk tidak mau sungguhsungguh mengikuti teladan hidup manusiawi Yesus.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena pandangan tersebut dipacu dan dipicu oleh kenyataan, bahwa sejak kenaikan-Nya (kembali) ke sorga, Yesus sebagai manusia di dunia itu sudah menjadi bagian dari masa lampau (past), sedang Yesus sebagai Allah di sorga selanjutnya menjadi bagian dari masa kini (present) dan masa depan (future). Karena itu, bagi kebanyakan (jika bukan semua) orang Kristen, meneladani hidup Yesus itu sama dengan hidup sempurna, atau hidup sama dengan Allah. Dan, pandangan ini, secara sadar ataupun tidak sadar,
10
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Ucapan yang berkata, “Ya, maklumlah, kita kan bukan Yesus yang sempurna! Kita sih hanya manusia yang tidak sempurna, dan yang masih banyak perbuatan dosanya!” menjadi hal yang biasa kita dengar dan biasa kita anggap lumrah.
Dampaknya lebih lanjut? Karena tidak mau sungguh-sungguh mengikuti teladan hidup manusiawi Yesus, kehidupan banyak orang Kristen lebih mudah menjadi “batu sandungan” daripada menjadi “batu penjuru” bagi orang lain untuk dapat sampai kepada Yesus, apalagi untuk dapat mengenal-Nya dan dapat percaya kepada-Nya. Padahal, meminjam pemahaman Jurgen Moltmann, seorang teolog Kristen Jerman, inkarnasi Allah dalam Yesus itu punya 2 (dua) sisi: Pertama, sisi inkarnasi Ilahi (necessary incarnation), yaitu inkarnasi yang hanya Allah dapat
lakukan di dalam Yesus untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Kedua, sisi inkarnasi manusiawi (fortuitous incarnation), yaitu inkarnasi yang direncanakan Allah dalam Yesus untuk menghadirkan dan menyatakan kasih-Nya di tengah dunia dan di tengah kehidupan manusia di dunia ini. Jadi, menurut Moltmann, inkarnasi Allah dalam Yesus itu lebih dari sekedar untuk mengampuni dan membenarkan orang berdosa. Inkarnasi Allah dalam Yesus adalah juga untuk memenuhi janji Allah kepada manusia, bahwa Yesus akan menjadi “gambar yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan”, atau menjadi “teladan orang benar” yang menyatakan kasih Allah dan yang hidup manusiawinya berkenan kepada Allah, di tengah dunia yang sudah rusak dan tidak manusiawi. Tema Adven sampai Natal 2016 GKI Gunung Sahari, “Menjadi Sungguh Ilahi, Menjadi Sungguh Manusiawi”, sesungguhnya hendak menekankan sisi kedua dari inkarnasi Yesus menurut Jurgen Moltmann, yaitu: memandang kelahiran dan
kehadiran Yesus di tengah dunia yang sudah rusak dan tidak manusiawi ini sebagai panggilan kepada para pengikut Kristus (setiap orang Kristen) untuk mengikuti teladan hidup MANUSIAWI Yesus, yaitu untuk menjadi “gambar yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan”, atau untuk menjadi “orang benar yang menyatakan kasih Allah dan yang hidupnya berkenan kepada-Nya”. Dengan memenuhi panggilannya tersebut, semoga melalui hidup orang Kristen (khususnya, hidup setiap anggota jemaat GKI Gunung Sahari), orang-orang yang belum percaya akhirnya tertarik dan terdorong untuk mengenal dan untuk percaya juga kepada Allah di dalam Yesus. TUJUAN Secara umum, tema Natal tersebut mempunyai tujuan sebagai berikut: Pertama, setelah mengikuti kebaktian-kebaktian Adven hingga Natal 2016, jemaat diharapkan dapat menjelaskan tujuan Allah dengan menjadi manusia di dalam Yesus (seperti yang dijelaskan oleh teolog Jurgen Moltmann), yaitu untuk menyelamatkan manusia (dalam Majalah MajalahGunsa Gunsaedisi Edisi92/XXXIII/2015 95/XXXIII/2016
11 11
inkarnasi Ilahi-Nya), dan untuk menyatakan kasih-Nya di tengah kehidupan manusia di dunia (dalam inkarnasi manusiawi-Nya). Kedua, setelah mengikuti kebaktiankebaktian Adven hingga Natal 2016, jemaat juga diharapkan dapat menjelaskan mengapa diri mereka mau dipakai Allah untuk mengikuti teladan hidup Yesus di tengah dunia yang rusak dan tidak manusiawi ini. Alasannya, adalah karena setelah Yesus menyelesaikan hidup manusiawi-Nya di dunia dengan kenaikan-Nya ke sorga, maka dalam hidup manusiawi para pengikutNyalah, Yesus ingin perwujudannyata dari tujuan Allah itu dilanjutkan, yaitu: menyelamatkan manusia dan menyatakan kasih-Nya di dunia. Ketiga, setelah mengikuti kebaktiankebaktian Adven hingga Natal 2016, diharapkan jemaat pun lalu terdorong hatinya untuk mau mengikuti teladan hidup Yesus, sehingga semakin hari hidup mereka semakin menjadi “gambar yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan” di hadapan sesamanya. Melalui apakah “gambar yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan” itu tampak nyata dalam keseharian hidup jemaat? Antara lain melalui penghayatan dalam hidup jemaat atas sub-sub tema pada setiap Minggu Adven dan
12
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Malam Natal 2016 yang merupakan turunan dari tema Natal 2016, yaitu: a. Melalui ke-taat-an-Nya kepada kehendak Allah. Melalui sub tema, “Menjadi Sungguh Ilahi, Menjadi Sungguh Taat” pada Minggu Adven pertama, diharapkan, seperti hidup Allah selalu menyatakan kehendakNya dalam Firman dan karyaNya, demikian juga, ketika menaati kehendak Allah dalam perkataan dan perbuatan kita, hidup kita sebagai manusia dapat mempersaksikan hidup Allah. Karena itu, Rasul Paulus berkata, “kami meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya” (1 Tes. 2:12). b. Melalui perubahan hidupNya yang semakin tampak nyata. Melalui sub tema, “Menjadi Sungguh Ilahi, Menjadi Sungguh BERUBAH” pada Minggu Adven kedua, diharapkan, seperti Allah telah menganugerahkan Kristus untuk mengampuni segala dosa kita dan telah menganugerahkan Roh Kudus untuk membaharui dan mengubah hidup kita, biarlah dari hari ke hari hidup manusiawi kita semakin berubah, karena semakin mampu mempersaksikan hidup
Ilahi atau hidup Kristus. Seperti kata Rasul Paulus, “kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui … menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). c. Melalui belas-kasihNya kepada sesama yang membutuhkan. Melalui sub tema, “Menjadi Sungguh Ilahi, Menjadi Sungguh BERBELASKASIH” pada Minggu Adven ketiga, diharapkan, seperti “Tuhan (itu)… penuh belas kasihan” (Yak. 5:11), biarlah dengan sungguh-sungguh menyatakan hidup berbelaskasih kepada sesama yang membutuhkan, hidup manusiawi kita dapat mempersaksikan hidup Ilahi. d. Melalui ketulusan hati-Nya dalam segala perkara. Melalui sub tema, “Menjadi Sungguh Ilahi, Menjadi Sungguh TULUS” pada Minggu Adven keempat, diharapkan, seperti Allah selalu secara tulus menyatakan kasihNya yang cuma-cuma dan tanpa pamrih dalam firman dan karyaNya, biarlah dengan memelihara ketulusan hati kita di hadapan Allah, kita mempersaksikan dalam hidup manusiawi kita ketulusan kasih Ilahi yang cuma-
cuma dan tanpa pamrih juga kepada sesama kita manusia. e. Melalui kepedulian-nya kepada sesama yang hina dina. Melalui sub tema, “Menjadi Sungguh Ilahi, Menjadi Sungguh PEDULI” pada Malam Natal, diharapkan, seperti Allah dalam Yesus sedemikian peduli kepada orang miskin, papa dan tak berdaya, biarlah dengan kepedulian kita kepada sesama yang membutuhkan, hidup manusiawi kita dapat mempersaksikan kepedulian Ilahi. Sebab, siapa saja yang peduli kepada orang yang hinadina, ia sudah peduli, bukan hanya seperti Allah, tetapi juga bahkan untuk Allah (Mat. 25:40). AKHIRNYA “Selamat berhari Natal 2016 kepada seluruh anggota jemaat serta simpatisan GKI Gunung Sahari. Semoga di dalam hidup manusiawi kita masing-masing, hidup Ilahi itu semakin nyata kita persaksikan kepada sesama di sepanjang Tahun Baru 2017.” Pdt. Royandi Tanudjaya
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
13 13
f ok u s 2
MAnusia
allah
M
ungkin kita agak sedikit tercengang dengan judul tersebut. Manusia Allah. Apa yang dimaksud adalah manusia dengan kekuatan dan keadaan super yang berbeda dari manusia kebanyakan? Atau bahkan mungkin ada yang kemudian mengasosiasikan dengan orang kudus atau orang suci sehingga menjadi milik kelompok orang tertentu saja. Yang karena kekhususan mereka, ada banyak orang kemudian memohon pertolongan sebagai pengantara kepada Allah, mempercayai kekuatan khusus dari orang-orang tersebut dapat membantu dalam persoalan-persoalan yang dihadapi. Di dalam gereja Protestan, kita tidak mengenal dan menghidupi pemahaman mengenai “orang kudus atau orang suci” semacam itu.
..........................................
Yesus Kristuslah, satu-satunya manusia yang kudus dalam kehidupannya
..........................................
Pada tanggal 26 Juni yang lalu, saya menerima SMS dari seorang yang tidak saya kenal, yang mendapatkan nomor saya dari TU gereja. Berikut ini adalah beberapa potongan percakapan yang terjadi. Orang tersebut bertanya, “Yang dimaksudkan dengan orang kudus itu bagaimana, ya?” Lalu saya jawab bahwa orang kudus dalam arti tidak bercacat cela dan tidak berdosa hanyalah ada dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Kemudian orang tersebut melanjutkan pertanyaannya, “Jadi nggak setiap orang yang telah mengalami keselamatan adalah orang kudus?” Sayapun menjelaskan untuk kita yang menerima anugerah keselamatan, maka istilah yang kita pakai adalah “orang yang dikuduskan” karena kita dikuduskan dalam pengorbanan Tuhan Yesus. Bagi saya, penggunaan kata “orang kudus” tidak bisa dilakukan secara gegabah/tanpa pendalaman makna dalam prespektif iman kristen.
14
Majalah Majalah Gunsa Gunsa EdisiEdisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
Ketika kita mencoba untuk melihat secara jujur dan universal mengenai kehidupan manusia, apakah kita menemukan orang kudus tersebut? Kesaksian penulis surat Ibrani 4:15 mengenai Yesus Kristus dituliskan demikian “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, hanya tidak berbuat dosa.” Yesus Kristuslah, satu-satunya manusia yang kudus dalam kehidupan-Nya. Ia tidak berdosa, dengan demikian, hanya Dialah satu-satunya yang mampu menjadi pengantara agar kita menerima pengampunan dosa, hidup dalam damai sejahtera Allah dan jaminan kekekalan. Percaya, pengharapan, dan permohonan kita hanya di dalam Yesus Kristus, bukan di dalam manusia, yang walaupun orang-orang menganggap bahkan memberikan status penghormatan atas kehidupan mereka yang didedikasikan kepada Tuhan. Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
15
Mengapa demikian? Roma 3:23-24 “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Semua orang berdosa namun dalam kasih karunia/anugerah Allah menjadi dibenarkan. Inilah kehidupan umat manusia. Orang-orang yang dibenarkan, orang-orang yang dikuduskan, bukan karena kesalehan hidup melainkan semata-mata karena karya Kristus. Tentu identitas ini tidak melekat dengan sendirinya. Hal ini membutuhkan keputusan kita yaitu kesungguhan untuk percaya dan menyerahkan diri hanya hidup dalam anugerah Tuhan Yesus Kristus. Dengan kesungguhan percaya dan penyerahan diri kepada Yesus Kristus, maka identitas sebagai orang yang dikuduskan menjadi operatif dalam
hidup kita. Inilah yang dapat disebut sebagai “Manusia Allah”. Istilah “Manusia Allah” sebenarnya merupakan kutipan dari 1 Timotius 6:11 yang berbunyi demikian, “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.” Tulisan Rasul Paulus yang ditujukan kepada Timotius ini hendak menunjukkan dan menegaskan identitas Timotius. Di dalam segala keberadaannya, Timotius merupakan manusia Allah (dalam Alkitab Bahasa Inggris dipakai istilah man of God). Istilah ini mau menunjukkan kepada kita bahwa: 1. Fokus kehidupan kita adalah dalam rencana, kehendak dan karya Allah. Bukan semata untuk kepuasan dan kesenangan diri ataupun dalam segala kemampuannya.
Maria bersedia mengambil peran sebagai rekan sekerja Allah dalam keadaan hidupnya dan menjalaninya. 16
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
2. Dalam diri manusia tersebut berlaku kuasa Allah dan setiap hal yang sudah dipersiapkan Allah agar manusia dapat tetap setia dan sungguh dalam fokus kehidupannya. 3. Di setiap kata, perbuatan, dan pikirannya, “Manusia Allah” senantiasa membuka dan menempatkan dirinya untuk menjadi rekan sekerja Allah. Menjalani hidupnya dalam kerendahan hati, ketaatan terhadap firman, keberanian menanggung resiko dari ketaatannya, dan dalam segala pengharapan yang menghadirkan sukacita. Dalam suasana menjelang Natal, maka kita bisa melihat dalam tokoh Maria, Ibu Yesus. Ia realistis terhadap keadaannya namun fokusnya bukan dalam segala keterbatasan dari keadaannya. Ia mau mendengar dan taat sehingga mengalami kuasa Allah. Maria bersedia mengambil peran sebagai rekan sekerja Allah dalam keadaan hidupnya dan menjalaninya. Saudara dan saya adalah manusia Allah zaman ini. Ketika kita percaya, kuasa Allah sungguh-sungguh hadir untuk memampukan kita
(bandingkan Yoh. 1:12). Bersediakah kita untuk menyatakan “manusia Allah”, orang-orang yang dibenarkan dan dikuduskan, dalam kehidupan yang Tuhan percayakan? Tantangan bagi kita dalam mewujudkannya adalah mengubah pola pikir dan cara memandang diri kita di hadapan Tuhan. Ketika kita hanya berfokus pada diri sendiri kita akan merasa penuh kelemahan. Ketika kita berfokus melihat sekitar kita, dunia yang keras dan kejam, dunia yang penuh dengan nafsu, ego dan keserakahan, maka kita kan menjadi takut, merasa kecil dan tidak punya daya untuk berbuat dan berdampak. Maka mari menempatkan diri kita di hadapan Tuhan, dalam segala kebenaran firman-Nya dan janjiNya supaya kita dimampukan untuk melangkah sebagai manusia Allah. Ketika kita menjalani langkah demi langkah sebagai manusia Allah, di sanalah juga proses kehidupan kita terjadi. Kehidupan yang terus menerus diubahkan dalam kasih, kepedulian dan ketulusan sehingga menjadi berkat bagi sesama. Pdt. Esakatri Parahita (Pendeta GKI dengan basis di jemaat GKI Jalan Pengadilan no. 35, Bogor)
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
17
Obrolan Si Encim dan Aku
SE : “Masuk, Cu. Silakan duduk, diminum tehnya. Tuh, ada kue kesukaan Cucu.” A
DIKENANG
D
i sore yang indah itu aku mampir ke rumah Si Encim; langsung dari mal, sambil membawakan biskuit kesukaannya. Kulihat Si Encim lagi duduk santai di teras rumahnya sambil minum teh, rupanya kedatanganku sudah ditunggu. Dengan senyum lebar dia memersilahkan aku masuk. Asyik, harum teh yang baru diseduh kuhirup dengan nikmat.
18
Majalah Gunsa EdisiEdisi 95/XXXIII/2016 Majalah Gunsa 95/XXXIII/2016
: “Aduh repot-repot sih, ’Ncim. Asyik ada nastar dan ini biskuitnya. Banyak amat koran yang dibaca… Baca apa sih, ‘Ncim? Kok iklan dukacita semua?”
SE : “Iya, Cu. Encim kumpulin iklan-iklan ini bukan iklan dukacita tapi iklan untuk mengenang yang sudah meninggal… Nih, lihat Cu. Ada yang sudah dua tahun meninggal, ada yang sudah empat tahun tapi masih dikenang kebaikannya.” A
A
: “Iya, ya, ‘Ncim. Mereka mengenang cinta kasihnya yang tulus, pengorbanan, dan pengabdiannya pada keluarga (sambil aku baca iklan yang ada).”
SE : “Semasa hidupnya, mereka baik sekali barangkali ya, Cu? Sudah lama saja masih merasa kehilangan, ya? Rasanya pingin niru dah kayak apa hidup mereka dulu.”
: “Kan, yang meninggal pada kedua iklan ini adalah ibu-ibu. ‘Ncim kalau ibu itu kan biasanya penuh cinta kasih tak segansegan berkorban demi anak dan keluarga. Semua dilakukan tanpa pamrih. Bahkan saya pernah baca ada yang sudah 20 tahun meninggal tapi keluarga masih mengenangnya dan merasa sang bunda tetap ada dengan senyum dan cinta kasihnya. Hebat ya, ‘Ncim?”
SE : “ Pingin juga kalau bisa hidup seperti itu ya, Cu? Bagaimana caranya, ya?” A
: “Mungkin salah satunya dengan apa yang yang pernah diceramahkan Pdt. Royandi tentang warisan. Kan Pak Royandi bilang yang penting bukan hanya mewariskan harta benda tetapi ada yang lebih penting yaitu suri teladan kita, kelakuan kita yang penuh cinta kasih, gaya hidup kita yang mencerminkan bahwa kita adalah pengikut-pengikut Kristus yang baik. Kan hidup kita ini seperti kitab yang terbuka, setiap orang bisa membacanya... Apakah kita tidak mempermalukan Kristus?” Majalah MajalahGunsa GunsaEdisi Edisi95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
19
SE : “Iya. Encim ingat yang pertama katanya harus mewariskan iman kepada Kristus sehingga keturunan kita juga dapat merasakan keselamatan yang telah kita terima dari Tuhan.” A
20
: “Betul ‘Ncim. Mama saya sudah berpuluh tahun meninggal tetapi kesaksian imannya tetap melekat di hati anak-anaknya. Dengan cara yang teramat sederhana beliau memberi teladan bagaimana untuk berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Tiap malam dengan khusuk mama selalu berdoa bersyukur untuk berkatberkat Tuhan hari itu dan selalu mohon berkat dan bimbingan Tuhan untuk anak-anaknya tidak ada satupun yang terlewatkan. Walupun hidup tidak mudah waktu itu tapi dengan tabah beliau selalu bersandar pada Tuhan. Sampai sekarang saya masih bisa membayangkan saat mama berdoa dan itu juga yang sekarang saya lakukan. Nasihat-nasihatnya diucapkan dengan kata-kata yang lugu tapi mengandung arti yang dalam: sebarkan cinta kasih Allah karena kasih membuat hidup ini jadi lebih indah dan berarti.”
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
SE: “Encim mau juga seperti itu, Cu. Hidup menjadi teladan bagi anak-cucu, dikenang dengan penuh cinta. Tapi kok rada susah ya Cu memberi teladan bagi anak-cucu zaman sekarang ini? Lha, wong jarang ketemu. Coba Cucu pikir, ketemu sama cucu kalau malam atau sore, mereka sudah capek pulang sekolah, tidak ada waktu untuk ngobrol atau ngomong apa gitu, malah adakalanya makan saja sambil pegang HP sibuk ngapain Encim nggak tahu dah. Kalau ditanya, ya dijawab seenaknya saja, lha wong memang tidak dengerin sih.” A
: “Ya itu bedanya dulu dan sekarang, ‘Ncim. Dulu, pulang sekolah anak-anak masih bisa diajak ngobrol, cerita bagaimana di sekolah, apa ada masalah, sekarang semua serba sibuk. Anak pulang kantor juga sudah capek malas ngobrol… ya kita sajalah yang hati-hati dalam berkelakuan, hati-hati dalam berkata-kata jangan sampai menyakiti hati orang lain. Kita harus minta pertolongan Tuhan untuk dapat melakukan ini semua, tiap pagi mohon Tuhan agar menjagai mulut kita dan membimbing seluruh kegiatan kita hari itu.”
SE : “Iya, benar Cu. Moga-moga kalau meninggal nanti kita dikenang dengan baik, Cu. Tapi ngomong-ngomong nih Cu,nanti kalau meninggal mau dikubur atau dikremasi, ya?” A
: “Kalau saya sih sudah tetap ingin dikremasi ‘Ncim, jadi tidak merepotkan anak lagi. Mereka tidak ada waktu untuk ngurusngurus kuburan seperti zaman kita dulu, ‘Ncim; sudah sibuk sama kerjaan dan ngurus anakanaknya.”
SE : “Iya, benar juga. Encim lihat di Petamburan juga banyak kuburan yang tidak diurus lagi. Dibiarkan saja ditumbuhi rumput-rumput liar. Ada lho yang kuburan orangtuanya tidak diurus padahal harta yang diwariskan cukup banyak. Encim kebetulan kenal sama anaknya… Kok bisa, ya..?”
A
: “Kalau menurut saya sih, kalau sudah tidak mau ngurus ya sudah digali saja lalu dikremasi. Jadi beres, ya? Teman saya belum lama ini juga melakukan hal ini untuk keluarganya, sekaligus tiga orang: ayah, ibu, dan omanya. Lega dah katanya, tidak jadi kepikiran lagi.”
SE : “Lha, sudah mulai gelap. Cucu makan di sini saja ya?” A
: “Terima kasih ‘Ncim, asyik ngobrol ya sampai tidak berasa sudah malam. Saya pulang dulu ya, Ncim...”
Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. (Amsal 31:10)
Jakarta, awal September 2016
sebarkan cinta kasih Allah karena kasih membuat hidup ini jadi lebih indah dan berarti
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
21
Konsultasi HUKUM
Perlukah Pedagang Online Membayar Pajak? Syalom Bapak pengasuh,
Jawab:
aya baru saja memulai berdagang online. Awalnya saya hanya mengerjakan hobi saya yaitu membuat kreativitas/kerajinan tangan. Namun ketika saya memasang foto-foto hasil kreativitas tersebut di media sosial ternyata banyak teman yang berminat untuk memiliki dan membeli. Saat ini omzet penjualan saya hampir mencapai 25 juta/bulan. Yang ingin saya tanyakan apakah dengan berdagang secara online saja saya juga perlu membayar pajak seperti mereka yang berdagang di toko? Bagaimana ketentuannya? Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas jawaban Bapak pengasuh.
Salam sejahtera,
S
Dedi Hermanto, Jl. Cempaka Baru, Jakarta Pusat
22
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
22
Kami sampaikan terima kasih atas pertanyaan Bapak Dedi Hermanto di Majalah Gunsa seputar masalah ketentuan dan peraturan perpajakan. Dengan ini kami mencoba menjawab.
penghasilan rata rata Rp.25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) perbulan. Artinya ini adalah pendapatan yang sudah rutin diperoleh dan akan menjadi sumber penghasilan. Pertanyaan penting yang Bapak Dedi ajukan adalah apakah harus membayar pajak seperti toko-toko yang menjual barang dagangnya secara manual, tidak melalui online (media sosial)? Berikut ini kita lihat apa saja tentang ketentuan perpajakan.
Ternyata hobi yang Bapak Dedi lakukan bukan saja menyenangkan tetapi juga menjadi sumber penghasilan karena begitu banyak teman yang berminat untuk membeli Sejarah pajak penghasilan di kerajinan tangan yang Bapak hasilkan Indonesia: melalui hobi tersebut dan juga dilihat banyak orang melalui media sosial. 1. Pada tahun 1816 ada istilah Tenement Tax (HuisTaks) yaitu Karena banyak teman yang suka pajak sewa terhadap mereka yang maka Bapak Dedi mulai membuat mengunakan bumi (tanah) tempat (memproduksi) kerajinan tangan mendirikan rumah atau bangunan. tersebut secara rutin dan memperoleh Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
23
2. Pada tahun 1882 sampai tahun 1916, orang pribumi sudah mulai membayar pajak penghasilan Business Tax (Bedrijfbelasting ) serta dikenal juga ada Pajak Bumi dan Bangunan (Poll Tax) dan pada tahun 1908 pajak penghasilan diberlakukan kepada seluruh masyarakat tanpa pandang bulu termasuk barang bergerak maupun barang tidak bergerak. 3. Pada tahun 1920 dikenal pula general income tax atau pajak penghasilan yang didasarkan pada; a. Azas Sumber adalah Negara mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima oleh orang pribadi atau badan hukum di mana uang (pendapatan) bersumber dari bisnis. b. Azas Keadilan adalah Negara harus adil atau tanpa pandang bulu dalam menerapkan ketentuan perpajakan. c. Azas Domisili adalah Negara melakukan penerapan UU pajak di wilayah Republik Indonesia.
digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum. f.
Azas Confidence of payment adalah pajak dipungut saat wajib pajak menerima penghasilan.
Azas-azas inilah yang dipakai sampai sekarang meskipun melalui sejarah yang panjang serta adanya reformasi perpajakan pada tahun 1983. Pasal 25 tentang pajak penghasilan (PPH) adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lain. Jadi penghasilan yang Bapak Dedi peroleh tiap bulan rata rata Rp.25.000.000,- dikenakan pajak penghasilan.
Berikut ini redaksi melampirkan pula penjelasan dari praktisi pajak, Pnt. Aryapriwa Asihwardji, yaitu sebagai berikut:
Ketentuan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dibawah ini, tidak berlaku untuk pertanyaan Bapak Dedi.
Bapak mempunyai penghasilan Rp 25 juta/bulan berarti peredaran bruto usaha Bapak dalam setahun sebesar Rp 300 juta, kurang dari Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak. Dengan penghasilan Rp 25 juta/bulan maka Bapak dikenakan pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 final sebesar Rp 250.000.
Peraturan Menteri keuangan no.564 tahun 2004. Peraturan Menteri Keuangan no.137tahun 2005. Peraturan Menteri Keuangan no.122 tahun 2015. Peraturan Menteri Keuangan no.101 tahun 2016.
d. Azas Pemungutan Pajak adalah pengenaan pajak atas suatu penghasilan yang diterima.
Demikian penjelasan dari kami. Semoga bermanfaat dan pertanyaan Bapak terjawab. Tuhan memberkati.
e. Azas Manfaat adalah pajak yang dipungut oleh negara harus
Erdi Sutanto Chandra, S.H., M.H.
24
Majalah Majalah Gunsa Gunsa Edisi Edisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
Bagi pengusaha yang menjalankan usaha secara online maka perlakuan pajaknya adalah sama dengan pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2013 yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 2013 menetapkan bahwa wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8 miliar akan dikenai pajak penghasilan yang bersifat
final dengan tarif sebesar 1% (satu persen). Ketentuan penyetoran dan pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 bagi wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final berdasarkan PP 46 tahun 2013 sebagai berikut: 1. Wajib pajak wajib menyetor pajak penghasilan terutang ke Kas Negara melalui kantor pos atau bank yang ditunjuk dengan menggunakan SSE atau ATM paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. 2. Wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak penghasilan wajib menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. Majalah MajalahGunsa GunsaEdisi Edisi95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
25
Konsultasi KELUARGA Jawab:
DIJODOHKAN
ATAU TEMUKAN JODOH SENDIRI?
S
aya seorang pria, usia 32 tahun. Teman-teman saya yang seusia saya umumnya sudah berumah tangga. Sedangkan saya sendiri hingga saat ini masih mencari calon pasangan hidup. Sebenarnya saya sendiri tidak terlalu khawatir akan hal tersebut. Namun pihak keluarga besar dan saudara sepertinya lebih khawatir. Bahkan salah satu bibi saya sampai sibuk mencarikan pasangan yang kira-kira bisa cocok dengan saya. Saya selalu terbuka kepada orang-orang yang pernah mereka perkenalkan. Walaupun saya sendiri juga tetap mencarinya sendiri. Hanya saja memang sampai dengan saat ini saya belum menemukannya. Dalam kesempatan ini saya ingin menanyakan dua hal kepada Bapak pengasuh rubrik. Pertama, hal prinsip apa saja yang diperlukan dalam memilih pasangan hidup? Saya
26 26
Majalah Majalah Gunsa Gunsa Edisi Edisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
khawatir kalau sampai saat ini saya belum menemukan pasangan justru karena tuntutan saya sendiri yang berlebihan yang sebenarnya tidak terlalu prinsip.
Anthony yang sedang pasangan hidup!
mencari
Setiap orang yang mau menikah pasti memimpikan seorang pasangan hidup yang tepat bagi dirinya. Namun, dalam impian itu terletak juga permasalahan setiap orang. Bagaimana caranya agar seseorang (di sini maksudnya: seorang Kristen) dapat menemukan pasangan yang tepat itu?
Menurut saya sendiri (dan menurut orang lain tentu bisa saja berbeda!), caranya, paling tidak, adalah seperti berikut ini: Pertama, pasangan yang tepat itu harus dicari dan ditemukan. Pasangan yang kita impikan tidak akan pernah jatuh dari langit. Ia harus kita cari dan temukan di dalam pertemanan atau pergaulan dengan sebanyak mungkin orang. Karena itu, hiduplah dalam komunitas apa saja yang baik. Bisa komunitas kaum
Kedua, melihat fenomena kawin cerai yang begitu tinggi pada saat ini serta membandingkannya dengan jaman orang-orang tua dulu yang amat jarang terjadi perceraian walupun proses pernikahan mereka karena dijodohkan, apakah proses menemukan pasangan hidup dengan dijodohkan akan lebih baik daripada jika kita menemukannya sendiri? Terima kasih atas penjelasan dari Bapak pengasuh rubrik saya hormati.
Anthony Hartoyo, BSD, Tangerang
Majalah MajalahGunsa GunsaEdisi Edisi95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
27
muda atau dewasa di gereja. Bisa juga komunitas hobi tertentu di kantor atau di masyarakat. Di tengah komunitas yang baik, kita akan lebih mudah membenarkan firman-Nya yang berkata, “setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” (Mat 7:8). Kedua, jangan pernah mencari pasangan yang sempurna. Mencari pasangan yang sempurna dan yang sedapat-dapatnya tidak ada kekurangannya selalu akan berujung pada kegagalan dan kekecewaan. Sebab, pasangan yang ada itu selalu hanyalah pasangan yang tidak sempurna, atau yang selalu saja ada kekurangannya, percis seperti diri kita sendiri! Pasangan yang sempurna itu hanya ada dalam buku cerita atau dalam film khayalan, tapi tak pernah ada dalam kenyataan hidup ini. Ketiga, sebaiknya tetap cari dan temukan pasangan yang seiman. Bagaimana pun mengutamakan iman
itu sama dengan mengutamakan Tuhan yang tahu, mau, dan mampu menjodohkan seorang dengan seorang. Karena itu, siapa yang mendahulukan Tuhan dan kehendakNya akan Ia penuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan akan seorang teman hidup (Mat 6:33). Di samping itu, ingatlah juga, betapa akan sulitnya berjalan bersama, seiring sejalan untuk masa yang panjang (mungkin 40-50 tahun) dalam hidup ini, bila dari sejak awal perjalanan bersama kita dan pasangan kita sudah tidak searah, alias tidak seiman. Keempat, kenalilah kekurangankekurangan calon pasangan hidup. Butuh waktu paling tidak selama 2-3 tahun masa perkenalan untuk dapat mengenali konsistensi kelebihan dan kekurangan calon pasangan hidup. Mengenali kekurangannya lebih penting daripada mengenali kelebihannya, karena kita lebih mudah menerima kelebihannya dan lebih sulit untuk menerima kekurangannya. Kita akan lebih siap untuk hidup bersama dengan seseorang, apabila kita juga siap untuk menerima segala kekurangannya yang mungkin tidak akan pernah
berubah seumur hidupnya. Bila tidak siap, jangan teruskan ke dalam pernikahan! Kelima, kenalilah juga kekurangankekurangan orangtuanya. Pepatahpepatah yang bilang, “Like mother, like daughter”, “Like father, like son”, “Like parent, like children”, “Bibit, bebet, bobot”, dan lain sebagainya, sesungguhnya mau mengungkapkan besarnya pengaruh orangtua kepada anak-anaknya. Kecuali mempunya sifat pemberontak yang bisa mengakibatkan seseorang punya kepribadian yang lain sendiri maka kebanyakan anak-anak dalam banyak tahun ke depan, bila tidak jadi sama dengan ibunya, ya jadi sama dengan ayahnya, atau jadi paduan dari ayahibunya. Pepatah-pepatah tersebut, biar pun tidak sepenuhnya benar, tetapi tetap lebih banyak benarnya daripada salahnya! Bila setelah 2-3 tahun berjalan bersama dan saling mengenal, Anda dan calon pasangan hidup Anda seiman, dan dapat saling menerima kekurangan, seperti dapat menerima kelebihan masing-masing, serta siap menerima kekurangan masingmasing sekiranya kekurangan itu tidak berubah dalam pernikahan, maka Anda dan calon pasangan hidup Anda tampaknya sudah saling menemukan jodohnya dari Tuhan. Dalam banyak hal, zaman dahulu memang berbeda sekali situasinya
28
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
dengan zaman sekarang. Di antaranya saja, dahulu cerai itu merupakan sesuatu aib yang sedapat mungkin dihindari, tetapi sekarang cerai itu merupakan sesuatu yang makin biasa dan lumrah. Dahulu, karena ketergantungan kepada suami, istri hanya bisa menerima saja apa pun perbuatan suami kepadanya. Sekarang, karena kemandiriannya, istri hanya bisa menerima perbuatan suami yang memperlakukan dirinya setara dengan dan tidak kurang dari suaminya. Karena itu, di zaman sekarang ini, Anda jangan banyak lagi berharap akan bisa mendapatkan seorang teman hidup lewat perjodohan oleh orangtua. Kalau pun masih ada, perjodohan masa kini sudah diganti dengan “perjodohan online” lewat internet, tetapi tidak lagi melalui orangtua. Lewat “perjodohan online”, tidak sedikit orang juga pada akhirnya bisa saling bertemu muka, saling berkenalan lebih jauh, dan akhirnya memutuskan bersama untuk menjadi suami-istri. “Perjodohan online” ini, bila mau, Anda boleh mencobanya juga, asalkan apa-apa yang saya sudah kemukakan sebelumnya janganlah dilupakan! Selamat beroleh jodoh yang tepat pada akhirnya! Pdt. Royandi Tanudjaya
Majalah MajalahGunsa GunsaEdisi Edisi95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
29
Konsultasi KESEHATAN Dokter pengasuh Rubrik Kesehatan, Saya seringkali membaca mengenai khasiat obat herbal untuk menyembuhkan penyakit. Pertanyaan saya: 1. Bagaimana sikap dunia kedokteran terhadap informasi seperti itu? Apakah informasi tersebut dapat diterima? 2. Apakah tanaman-tanaman seperti itu sama dengan jamu? 3. Apakah ada efek samping atau bahaya dari mengonsumsi tanaman berkhasiat obat ataupun jamu?
4. Jika ada pilihan pengobatan terhadap suatu penyakit yaitu dengan medis (kedokteran) dan pengobatan alternatif dengan herbal, manakah yang sebaiknya dipilih? 5. Benarkah informasi yang menyatakan bahwa tidak boleh mengonsumsi obat bersamasama dengan obat herbal atau jamu? Mohon penjelasan Terima kasih.
dari
dokter.
Reynaldi, Rawa Buntu, Serpong
khasiat
Obat Herbal
30
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Jawab: 1. Ramuan yang bisa terdiri dari tumbuhan, hewan, bahan mineral untuk penyembuhan penyakit disebut dengan obat herbal. Obat herbal mempunyai akar sejarah yang jauh lebih tua dibandingkan dengan obat entitas kimia (chemical entity). Obat tradisional China/ Traditional Chinese Medicine (TCM) telah lebih dari 3000 tahun menjadi bagian dari budaya Tiongkok dan telah puluhan abad menyebar luas dibawa oleh warga bangsa itu yang merantau ke seluruh penjuru dunia (Chinese oversease). Di Indonesia sendiri, obat herbal telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dari penemuan naskah lama pada daun lontar husodo (Jawa), usada (Bali), lontar akpabbura (Sulawesi Selatan), dokumen serat primbon Jampi, serat racikan Boreh Wulang Ndalem, dan relief Candi Borobudur yang menggambarkan seseorang yang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya. Obat herbal secara turun-temurun telah digunakan masyarakat untuk pengobatan dan diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat.
Herbal bisa sebagai Obat komplementer, jadi bukan sebagai obat utama Obat alternatif, menggantikan obat utama informasi-informasi yang beredar, bisa dipelajari lebih dalam bila kita membutuhkannya dan konsultasikan dengan dokter, bila kita sedang dalam perawatan medik. Berdasarkan penggunaan dan pengakuan obat tradisional pada sistem pelayanan kesehatan, menurut WHO ada 3 sistem yang dianut oleh negara-negara di dunia, yatu: · Sistem integratif Secara resmi obat tradisional diakui dan telah diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Negara yang menganut sistem integratif ini antara lain ialah RRC, Korea Utara, Vietnam, Jepang. · Sistem inklusif Mengakui obat tradisional tetapi belum mengintegrasikan pada sistem pelayanan kesehatan. Indonesia, Kanada, Inggris menganut sistem ini.
Majalah MajalahGunsa GunsaEdisi Edisi95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
31
· Sistem toleran Sistem pelayanan kesehatan berbasis kedokteran modern tetapi penggunaan beberapa obat tradisional tidak dilarang oleh undang-undang. Amerika menganut sistem ini dimana obat tradisional masuk sebagai “dietary supplement”. Kompas 17 November 2016, memberitakan Kementerian Kesehatan menyusun formularium untuk memasukan obat herbal ke JKN, berarti Indonesia akan menganut sistem integratif, dimana obat herbal bisa masuk asuransi. Dengan demikian obat herbal Indonesia akan makin berkembang. Sangat diperlukan pengetahuan dan kebijakan untuk memilih untuk obat herbal yang belum masuk JKN Obat herbal, digolongkan:
di
Indonesia
· JAMU adalah jenis herbal yang belum melalui proses uji kelayakan, pengalaman empiris telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Berdasarkan berbagai hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukan selama ini ternyata sebagian besar jamu yang digunakan oleh masyarakat luas
32
Majalah Gunsa 95/XXXIII/2016 Majalah Gunsa EdisiEdisi 95/XXXIII/2016
mengandung dua komponen penting, yaitu imunomodulator dan anti oksidan. Dengan demikian jamu bermanfaat untuk menjaga dan memelihara kesehatan, sehingga tidak mudah sakit karena sistem imunitas tubuh terpelihara dan berfungsi dengan baik · OBAT HERBAL TERSTANDAR adalah obat yang simplisianya telah dilakukan standarisasi dan telah dilakukan uji praklinik. Standarisasi simplisia merupakan upaya menyeluruh dimulai dengan pemilihan lahan (unsur tanah) yang tepat untuk tumbuhan obat tertentu, budidaya yang baik sampai pascapanen (Good Agriculture Practices). Setiap simplisia mengandung komponen yang kompleks. Untuk standarisasi bagi setiap simplisia maka perlu ditetapkan zat penanda (finger print) yang digunakan sebagai parameter. · FITOFARMAKA adalah obat herbal yang telah dilakukan uji klinik secara lengkap. Dengan uji klinik yang lengkap dan mengikuti prinsip-prinsip uji
klinik yang baik, maka fito farmaka dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal karena memiliki evidence base dan dukungan data ilmiah yang kuat. Masing-masing jenis obat herbal tersebut mempunyai logo tersendiri: Ilmu kedokteran ilmiah, dimana setiap pengobatan yang diberikan harus dibuktikan melalui proses uji klinis (evidence-based). Departemen Kesehatan melalui Kepmenkes 1109/ Menkes/Per/IX/2007 dan Kepmenkes 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur pengobatan tradisional, yaitu sebagai pengobatan komplementer atau sebagai pengobatan alternatif. 2. Berdasarkan penggolongan obat herbal, bila belum ada uji kelayakan disebut jamu, di dalam kemasan akan terlihat logo sesuai dengan kriteria yang didapat: bawang putih: jamu diapet, tolak angin: obat herbal terstandar stimuno, tensigard: fitofarmaka 3. Bahan alami yang biasa digunakan dalam ramuan obat tradisional bisa memberi dampak tak enak jika penggunaannya secara berlebihan. Misalnya, timbul
rasa mual, muntah, pusing, atau diare. Ada juga obat herbal yang menyebabkan alergi. 4. Obat herbal alternatif adalah obat herbal yang telah uji klinik dan bisa berfungsi menggantikan obat medis, mana yang dipilih masih ada faktor-faktor lain yang bisa dikonsultasikan dengan tenaga medik. 5. Ada obat herbal yang memperlemah efek obat medik, ada juga obat herbal yang memperkuat efek obat medik. Tips Agar Aman Mengkonsumsi Obat Herbal 1. Pastikan membeli produk yang telah terdaftar di BPOM RI. 2. Jangan lupa cek kedaluarsa produk.
tanggal
3. Ikuti semua petunjuk pemakaian beserta dosis yang tercantum di kemasan. 4. Hubungi layanan konsumen produk tersebut jika Anda ingin mengetahui lebih jelas mengenai produk mereka. 5. Sebelum mengonsumsinya, pastikan Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. (MW)
Majalah MajalahGunsa GunsaEdisi Edisi95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
33
Konsultasi BISNIS
Dikejar Target
B
apak pengasuh yang baik, saya seorang pemuda yang bekerja di sebuah perusahaan elektronik. Saya bekerja sebagai salesman produk rumahtangga. Oleh perusahaan saya diberi target jumlah penjualan setiap tahunnya. Awalnya saya menyukai hal tersebut karena bagi saya target dari atasan adalah pemicu semangat saya dalam menjalankan pekerjaan yang saya geluti ini. Dua tahun pertama berjalan dengan baik. Tahun ketiga saya mulai tersendat-sendat untuk dapat mencapai target yang ditetapkan oleh atasan. Oleh karena itu saya mulai
34
Majalah Majalah Gunsa Gunsa Edisi Edisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
kehilangan berbagai insentif yang saya dapatkan sebelumnya ketika mencapai target. Dan pada tahun ini saya selalu gagal mencapai target di setiap bulannya. Saya merasa target yang ditetapkan secara sepihak oleh atasan sebagai tekanan dalam pekerjaan saya. Apalagi perusahaan selalu memasang nama-nama sales yang tidak mencapai target setiap bulannya. Saya sungguh tidak nyaman dan bahagia dengan kondisi tersebut. Mohon solusi dari Bapak pengasuh yang baik. Terima kasih. Ryan Chandra Jl. Ir. H. Juanda, Jakarta 10120
Majalah Majalah Gunsa Gunsa Edisi Edisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
35
Jawab: Salam dalam kasih Tuhan Yesus untuk Saudara Ryan Chandra, Kondisi yang Anda alami juga dialami oleh banyak orang, khususnya senior Anda yang dulu baru memulai karirnya di perusahaan sejenis. Artinya di bagian penjualan produk besarnya insentif disesuaikan dengan pencapaian target. Perusahaan seperti ini, benar-benar memanfaatkan segalanya dari para petugas penjualan (salesman) baru yang energik, dinamis, dan punya banyak waktu. Salesman anyar bagi perusahaan sekaligus juga membawa daerah/area/koneksi/lingkungan baru bagi perusahaan, yang otomatis makin lama akan makin habis bagi sang karyawan untuk mencapai target penjualan yang ditargetkan kepadanya. Ada dua cara perusahaan yang digunakan untuk memacu pencapaian target karyawan: 1. Memberi pujian (reward) dengan menempel di setiap ruangan nama dan foto mereka yang meraih pencapaian tertinggi. 2. Menyentil budaya malu, dengan mengumumkan nama-nama mereka yang tidak mencapai target.
36
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Dalam hal Saudara Ryan, sudah sangat bagus karena sudah berhasil bertahan untuk 2 tahun lamanya. Itulah sebabnya, kepada karyawan saya yang baru saja mendapat insentif/komisi/bonus yang cukup besar, saya selalu mengingatkan bahwa uang seperti ini tidak akan selalu langgeng. Untuk itu gunakan uang yang ada untuk dipakai memenuhi kebutuhan utama (primer), selalu disiapkan agar kalau suatu saat tidak lagi mendapat rezeki sebanyak saat-saat ini, ditabung untuk masa depan, dibelikan asuransi pendidikan, atau mulai siapkan untuk cicilan rumah. Ringkasnya, kita harus punya pola pikir (mind set), seolah-olah hanya ini saja bonus itu, sehingga kita membelanjakannya secara bertanggung jawab. Dari pengamatan saya terhadap begitu banyak perusahaan di berbagai industri, saya berkesimpulan bahwa memang ada jenis-jenis perusahaan yang sifatnya (natural) tidak mau mempertahankan karyawan untuk jangka panjang di bagian tertentu, seperti: agen penjualan (salesman), buruh pabrik di bagian paling depan yang memerlukan daya tahan fisik yang tinggi, karyawan di pengeboran minyak, dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja harus dianggap sebuah fenomena yang wajar, karena:
1. Untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan fisik prima, dibutuhkan anak-anak muda. 2. Untuk jenis pekerjaan penjualan dibutuhkan target pasar baru, kemampuan mobilitas yang tinggi, dan kreatif mencari lahan baru. 3. Mempertahankan tenaga baru artinya biaya (gaji) tetapnya, tidak sebesar dibanding dengan yang sudah berpengalaman. Dengan demikian, untuk kasus Saudara Ryan, apa yang harus dilakukan? Pertama, kita analisa apakah kita mempunyai kemampuan membuka pasar (ladang) penjualan baru? Karena, adalah tidak mungkin perusahaan menurunkan target penjualannya kepada salesman yang sudah cukup senior. Bagaimana cara membuka ‘ladang’ baru? Dengan bertanya kepada atasan, bertanya kepada senior yang sukses beberapa tahun, bertanya kepada pelanggan setia, minta referensi ‘ladang’ dari siapa saja. Ada 3 jenis ladang penjualan: a. Blue space, yaitu ladang di mana berkumpul pelanggan saat ini. b.
White space, daerah yang perusahaan pesaing dan kita belum masuk ke situ.
c. Red space, daerah yang dikuasai oleh perusahaan pesaing. Biasanya dapat insentif lebih bila bisa jualan di red space. Untuk ketiga ladang ini dibutuhkan strategi dan caranya masingmasing, strategi dan aksi yang tepat dibutuhkan agar maksimal hasilnya. Kedua, setelah kita lakukan berbagai perbaikan dalam cara kita berjualan, kalau memang masih belum memuaskan hasilnya, saatnya minta pindah bagian (kalau kita suka lingkungan di mana kita kerja saat ini), atau mencari tempat kerja baru yang tentunya membutuhkan persiapan yang baik, berpikir secara rasional, dan tidak emosional. Menurut saya, Anda mempunyai kualifikasi yang baik untuk bisa maju, teruslah berusaha, rajinlah bertanya dan berdiskusi dengan mereka yang lebih senior/sukses, siapa tahu Anda bertemu dengan pekerjaan yang paling pas dengan kualifikasi yang Saudara miliki. Kiranya Tuhan menolong memberkati kita semua!
dan
Robert Robianto (awal November 2016)
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
37
P u isi N atal
MENGIKUTI PERJALANAN MANUSIA DARI PENCIPTAAN HINGGA SAMPAI DI
Natal
Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1:31) Pada mulanya manusia hidup bergelimang bahagia sempurna Seluruh kebutuhannya terpenuhi dengan limpah ruah Jasmani dan juga rohani Mereka ditempatkan di Taman Eden ‘Taman sorga’penuh sejuta pesona Dengan hadirat Allah ada di dalamnya Si jahat tak senang melihat harmoni ini Ia pun berupaya merusak dan mengacaukannya Manusia digoda dengan tipu daya mempesona Ego diiming-imingi bisa sejajar sama seperti Allah Dengan hanya mengabaikan perintah-Nya saja Batin berada di persimpangan jalan Antara tetap hidup taat mengikuti perintah Allah Atau menjadi sama sederajat seperti Allah Tawaran si jahat tampak begitu menggiurkan Kesalahan fatal pun dilakukan Perintah Allah dilanggar Manusia harus menerima konsekuensi dari pilihannya Seketika itu juga mereka terlempar dari hadirat Allah Terperosok jatuh ke lobang hitam pekat tak berujung
38
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016 Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Sukacita damai sejahtera lenyap dalam sekejap Diganti ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan Mereka diusir dari Taman Eden Babak baru kehidupan dimulai Manusia harus bekerja keras untuk menyambung hidupnya Tiap suap makanan harus dibayar dengan derasnya cucuran keringat dan air mata Hidup terasa berat sekali Menyiksa badan dan juga batin Melihat semua ini si jahat tertawa terbahak-bahak puas Sementara Allah menangis sedih melihat penderitaan manusia Kuasa kegelapan mengharu biru dunia Tamak, benci, dengki, iri hati, tindas menjadi hal bisa Angkuh, kejam, jahat, licik merajalela Munafik, egois, cemar, tipu muslihat ada di mana-mana Manusia tak berdaya melawannya Tak seorang pun sanggup lepaskan diri dari jerat kuasa maut Meski telah berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara Mereka tetap tercengkeram dalam putus asa akibat dosa Namun Allah beranugerah Kasih dan keadilan-Nya dinyatakan secara ajaib Disediakan-Nya jalan penebusan bagi dosa manusia Melalui bayi Yesus yang lahir lemah tak berdaya di kandang hewan Dia yang mulia datang dengan hina Supaya semua manusia bisa datang menghampiri-Nya tanpa halangan Untuk mengecap anugerah keselamatan dari Allah GLORIA IN EXCELSIS DEO Andreas Hartono S. Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016 Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
3939
L epas
Siapa Takut? “Mau ikutan makan buffet?” “Ayo, siapa takut?” “Kita pergi ke Bandung, yok!” “Ok, siapa takut?” Istilah ‘siapa takut?’dalam percakapan di atas memang bukan menunjukkan bahwa orang yang mengatakan itu punya keberanian melakukan suatu tantangan yang biasanya ditakuti banyak orang. Istilah itu hanya menggambarkan betapa excited-nya ia melakukan ajakan tersebut. Harus diakui bahwa dalam kehidupan kita yang sebenarnya tidak selalu hidup kita diwarnai dengan kegembiraan/semangat tetapi mungkin lebih cenderung diliputi ketakutan dan kekhawatiran. Berita-
40
Majalah Majalah Gunsa Gunsa Edisi Edisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
berita di seputar kita cenderung adalah berita yang membuat kita cemas. Bahkan, ketika memulai hari kita tidak dapat mengelakkan diri dari pertanyaan-pertanyaan yang mengandung kekhawatiran, sekalipun untuk hal yang kelihatannya sepele, misalkan: -
Baju apa yang akan saya pakai untuk bekerja/ke gereja?
-
Masakan apa yang harus saya buat untuk makan malam?
-
Apakah anak-anak doing well di sekolah? Bagaimana test mereka hari ini?
-
Apa komentar bos atas pekerjaan saya kemarin?
***
tetap relevan dengan keadaan kita sekarang. Mengapa kita tidak perlu takut? Karena Allah yang datang ke dalam dunia di dalam diri Tuhan Yesus Kristus akan bersama kita selalu, Immanuel. Bukankah kebersamaan kita dengan Kristus jauh lebih penting dibandingkan dengan hidup yang kelihatannya lancar tapi tanpa Dia? Rasa takut harus ditempatkan pada posisi yang sepatutnya. Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN (Amsal 9:10). Kalau kita memiliki takut yang benar, kita akan menjadi orang yang berhikmat.
Peristiwa Natal pertama membawa pesan penting dari Surga untuk manusia. Malaikat berkata kepada para gembala di padang, “Jangan takut” (Lukas 2:10). Dan pesan itu
Tidak jarang kita terjatuh pada rasa takut yang salah seperti yang dilakukan Adam dan Hawa. Mereka tidak takut ketika berbuat dosa tetapi setelah melakukannya mereka
Pertanyaan lebih lanjut, apakah halhal di atas bisa kita kontrol? Sebagian kekhawatiran kita sebenarnya memang tidak perlu dikhawatirkan karena memang bukan masalah besar dan sedikit banyak kita masih dapat mengontrolnya. Tapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa banyak kekhawatiran yang di luar kontrol kita seperti: komentar orang lain, apa yang akan orang lain lakukan terhadap kita, Peraturan Pemerintah, harga daging di pasar, dan sebagainya.
Majalah Majalah Gunsa Gunsa Edisi Edisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
4141
PROFIL bersembunyi karena takut bertemu dengan Allah (Kejadian 3:8). Pola yang sama seringkali kita lakukan dalam hidup kita. Kita tidak takut untuk berbohong tapi kita takut kalau kebohongan kita terbongkar dan merusak nama baik kita. Kita tidak takut menyalahgunakan uang yang bukan milik kita tapi kita takut kalau kita tidak mempunyai dana yang cukup untuk menjaga life style kita agar kita dihormati orang lain. *** Alkisah ada seseorang yang begitu takut kalau ada burung yang terbang di atasnya mengeluarkan kotoran. Karena ia khawatir kotoran burung tersebut akan membuat kepala atau bajunya kotor. Sebab itu, ia selalu berjalan sambil menengadah ke atas untuk berjaga-jaga agar jangan ada burung yang kurang ajar memberi ’hadiah’ yang tidak ia inginkan. Apa daya, ia memang terhindar dari
kotoran burung tetapi tanpa ia sadari kakinya menginjak kotoran kuda. Hal yang tak dapat ia kontrol (kotoran burung yang terbang) ditakuti, tapi hal yang dapat ia hindari (kotoran kuda di jalan) tidak ia perhatikan. Bukankah kita juga kerap melakukan hal yang sama dengan orang tersebut? Kita was-was untuk hal yang tak dapat kita kontrol sampaisampai kita melupakan bahwa kita bisa menghindari kesalahankesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi dalam hidup kita. Pakailah hikmat untuk menempatkan rasa takut kita pada posisi yang benar. Takutlah akan Tuhan untuk mendapatkan hikmat itu. “Selamat Natal, selamat menikmati damai dari Tuhan Yesus tanpa memiliki rasa takut dan khawatir yang salah.” Ok, siapa takut? Marda Rorimpandey
Pdt Merry:
Ketika Itu Terlalu Banyak Tekanan yang Sifatnya Emosional
P
dt. Merry R. Malau dilahirkan 14 November 1980 di Sukabumi. Berasal dari keluarga Batak tetapi dibesarkan di Sukabumi. Ia dibesarkan dalam keluarga ‘single parent’ karena ayahnya meninggal akibat diabetes dan komplikasi, lima bulan sebelum ia dilahirkan. Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk, mengenalnya lebih dekat melalui wawancara berikut ini.
posisinya.” Itu sebab sejak kecil kami sudah mengenal Tuhan dan kehadiran Kristus sudah menjadi bagian keluaraga kami karena tanpa pertolongan-Nya mustahil kami dapat melewati pergumulan dari fase-fase kritis masa kanak-kanak hingga masa remaja.
Apa yang Anda rasakan ketika harus dibesarkan tanpa seorang ayah? Ketiadaan ayah justru membuat keluarga kami memiliki penghayatan yang lebih mendalam akan pemeliharaan Tuhan. Mama selalu berkata, “Karena ayah telah dipanggil Tuhan maka Ia akan menggantikan
Pdt. Merry R. Malau saat Kebaktian Penahbisan ke dalam jabatan Pendeta
42
Majalah Majalah Gunsa Gunsa Edisi Edisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
Majalah Majalah Gunsa Gunsa Edisi Edisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
4343
Bagaimana ceritanya Anda sampai pada keputusan untuk melayani Tuhan secara penuh waktu? Sebenarnya saya menyukai bidang IT (Informasi Teknologi). Ketika SMA, saya ingin sekali melanjutkan pendidikan saya ke jurusan Ilmu Komputer di Universitas Indonesia (UI). Tetapi saya gagal saat ujian masuk. Karena saya sangat ingin masuk UI maka saya harus rela mengulang ujian masuk di tahun berikutnya. Sambil menunggu ujian masuk tahun depan mama meminta saya sekolah sekretaris.
Pdt. Merry R. Malau bersama suami (Pieter Lopulalan) dan Pdt. Em. Flora Dharmawan
44
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
GKI Gunsa adalah tempat yang sama sekali asing bagi saya. Tetapi di sinilah saya mengalami banyak pertumbuhan Di tengah masa-masa tersebut, dalam sebuah percakapan dengan pendeta saya di sebuah retreat, pendeta saya bertanya, “Kamu lihat nggak bahwa ada rencana Tuhan dalam hidup kamu?” Ketika itu saya jawab, “Enggak.” Lalu pendeta saya itu melanjutkan, ”Kamu itu berbeda.” Dalam benak saya mulai mengingat. Memang, waktu dahulu mama pernah bercerita bahwa ketika mengandung saya, di tengah perjalanan mengantar papa berobat menuju Bandung mobil mereka mengalami kecelakaan. Mobil sempat terbalik. Harusnya saat itu mereka yang ada di mobil itu meninggal dunia. Sesudah itu, ketika mama mengandung saya, ia cukup sibuk merawat papa sehingga kandungannya tidak terawat dengan baik. Maka waktu saya lahir, saya sempat sakit keras cukup parah. “Lewat beberapa jam saja jika tidak diberi obat antibiotik yang sangat keras ini mungkin bayi ini bisa segera
meninggal,” kata dokter ketika itu. Saya juga pernah tersedak permen sampai wajah saya membiru. Dari peristiwa-peristiwa itu saya menyadari bahwa berulang-ulang kali saya hampir saja meninggal dunia, tetapi tidak jadi. Saya percaya ini pasti adalah rencana Tuhan. Lalu sesampai di rumah saya menceritakan percakapan saya dengan pedeta tersebut kepada mama. Mama menjawab, “Mama tidak tahu apa rencana Tuhan. Tetapi seandainya pun kamu mau masuk sekolah teologi, mama sih senang aja, karena berarti dari keluarga kita ada yang bersedia untuk mempersembahkan diri. Tuhan kan sudah menolong kita sejak kamu kecil. Jadi kalau ada yang bersedia menjadi hamba Tuhan maka kita akan mengucap syukur.” Bagaimana perjalanan studi Anda? Saya menjalankan studi teologi saya di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Di tengah perjalanan menjalankan studi tersebut justru muncul keraguan dalam diri saya. Sebenarnya saya bukanlah tipe orang yang suka berorganisasi karena saya adalah tipe orang lapangan. Maka ketika harus masuk ke gereja untuk menjalani praktek, saya shock banget. Dibanding saat di kampus saya bisa tampil sesuka saya (be your self) maka ketika saya masuk di gereja saya dituntut tampil sebagai seorang pemimpin yang menjadi panutan.
Jika di kampus saya bisa pakai jeans model bolong-bolong maka di gereja harus memakai rok bahkan jika perlu berdandan supaya terlihat lebih sopan. Padahal dari kecil saya tidak pernah dandan. Memang agak aneh tampaknya, tetapi itulah pergumulan-pergumulan saya. Ketika itu terlalu banyak tekanan yang sifatnya emosional. Shock culture semacam itu membuat saya khawatir. Apakah saya siap masuk ke gereja? Apakah ini dunia saya? Akhirnya saya merasa bahwa ini bukan dunia saya. Saya merasa tidak siap. Saya sempat “melarikan diri” dengan bekerja paruh waktu untuk mengedit video shooting. Saya amat menyukai pekerjaan saya tersebut hingga terlintas dalam pikiran untuk masuk ke dunia perfilman. Tetapi saya tertegur di dalam sebuah ibadah, sepertinya kok saya sombong amat sih, masakan mau dipakai Tuhan tapi saya malah menolak-Nya? Bagaimana kesan Anda ketika awal mula melayani di GKI Gunung Sahari? GKI Gunsa adalah tempat yang sama sekali asing bagi saya. Tetapi di sinilah saya mengalami banyak pertumbuhan, khususnya dalam hal pembentukan karakter. Dari kecil saya terbiasa mandiri. Semuanya saya kerjakan serba sendiri. Tetapi ketika saya di gereja, saya harus belajar membagi diri. Setiap orang dapat Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
45
memberikan berbagai masukan dan saya harus belajar mengakomodirnya. Hal itulah yang membuat saya banyak bertumbuh sebagai pribadi. Maka jika saat ini saya bertemu teman lama, mereka suka celetuk bahwa Merry yang sekarang dibandingkan dengan zaman dulu sudah berubah 180 derajat. Sesungguhnya bukan saya yang berubah tetapi Allah-lah yang mengubah saya. Sebagai keluarga muda, bagaimana sikap suami terhadap pelayanan Anda? Suami selalu mendukung. Baginya pelayanan dan keluarga sama pentingnya, dalam pengertian bahwa sesungguhnya keluarga adalah bagian dari pelayanan seorang pendeta. Jika kehidupan keluarganya berantakan maka jemaat menjadi tidak dapat melihat contoh dari apa
yang dikhotbahkan oleh pendeta. Saat ini Anda melayani di Komisi Remaja. Apakah problematika umum yang terjadi di sana? Persoalan anak remaja yang banyak dialami adalah kurangnya perhatian orangtua sehingga anak remaja bertumbuh jauh dari pantauan orangtua. Padahal anak remaja umumnya membutuhkan pendampingan dari orangtua. Tetapi di satu sisi orangtua merasa sudah mencukupi kebutuhan mereka dengan cara memberikan uang jajan atau pembantu untuk melayani kebutuhan mereka. Hal tersebut membuat mereka merasa lonely (kesepian). Dari luar tampaknya baik-baik saja tetapi ketika disentuh hatinya, langsung terlihat bahwa ada sisi yang kosong di dalam hatinya. Banyak pula orangtua merasa bahwa
Pdt. Merry R. Malau bersama remaja GKI Gunsa
46
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
ia bekerja keras sepanjang hari demi anak. Tetapi terkadang mereka bias dengan ambisi pribadi mereka sendiri. Sehingga ketika orangtua bekerja dengan keras, di sisi lain anak tidak merasakan itu semua untuk dirinya. Oleh karena itu orangtua perlu menciptakan waktu yang berkualias (quality time) dengan anak setiap harinya. Agar orangtua memahami keperluan anaknya dan anak juga mengerti pergumulan orangtua dengan dunia kerjanya. Contohnya apa?
seperti
Melibatkan anakanak dalam pergumulan keluarga adalah pengalaman berharga yang saya dapatkan dari mama. Mama selalu bercerita tentang apa yang ia gumulkan mulai tentang kekhawatirannya ketika membesarakan kami, tentang harapan dia di masa depan, tentang betapa sulitnya ia membesarkan dan mencukupkan kebutuhan anak-anak. Hal itu membuat saya belajar untuk dapat membawa diri secara pas. Saya melakukannya bukan karena takut dimarahi tetapi karena tahu siatuasinya seperti apa. Dan dalam
keterbatasan waktunya, saya benarbenar menyadari betapa besar kasih mama kepada anak-anaknya Apa pesan Natal Anda untuk jemaat GKI Gunung Sahari? Sehubungan dengan konteks pergumulan tadi maka perlu bagi kita sekalian menghangatkan kembali spirit kepedulian. Gembala di padang ketika disapa malaikat lalu mereka mau meninggalkan pekerjaan. Majus dari tempat jauh dituntun Tuhan melalui bintang di Timur datang menyembah Dia. Semuanya datang untuk menyambut Kristus dalam kehangatan cinta kasih Allah. Ka d a n g ka l a ada waktunya kita pun harus meninggalkan pekerjaan kita untuk sesuatu yang lebih penting yaitu keluarga. Cukupkan hidup dengan apa yang kita dapatkan, jangan menghilangkan atau mengabaikan waktu bersama keluarga demi uang. (Ella)
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
47
CELAH BUKU
MENGEJAR
KEKUDUSAN Pengarang
: Jerry Bridges
Penerbit
: NavPress Indonesia kerjasama
Judul Asli
: The Pursuit of Holiness
ISBN
: 979-989-460-3
O
rang Kristen senang mendengar dan membicarakan mengenai kasih dan pemeliharaan Allah, bagaimana Kristus mengalahkan dosa di kayu salib dan memberikan Roh Kudus untuk memampukan kita meraih kemenangan atas dosa. Namun kita sering tidak siap dan ‘gagap’ untuk berbicara tentang tanggung-jawab kita untuk hidup di dalam kekudusan. Padahal menurut Jerry Bridges – penulis buku The Pursuit of Holiness – mengejar kekudusan adalah kerjasama (joint venture) antara Allah dengan orang percaya. Seorang petani tentu membutuhkan kekuatan di luar dirinya – misal membuat sinar matahari dan menurunkan hujan
48
dengan Pionir Jaya, (2009)
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
– supaya benih yang ditabur kelak dapat dipanen; namun di pihak lain ia sangat paham bahwa kecuali ia bekerja keras membajak, menabur dan memberi pupuk serta memanen, tentu tidak akan pernah ada hasil panen yang ia peroleh. Tidak seorang pun yang percaya kepada Kristus mampu meraih kekudusan tanpa peran serta Allah dalam dirinya, namun kekudusan juga tidak mungkin dicapai tanpa upaya dan kerja keras terus menerus dari setiap orang percaya. Di bab-bab awal Bridges menjelaskan mengenai kekudusan Allah dan kekudusan Kristus. Allah memanggil dan menuntut umat-Nya untuk hidup kudus karena Dia adalah Allah yang kudus “Kuduslah kamu, sebab Aku
kudus” (1 Pet. 1:16). Karena Allah kudus, Ia membenci dosa. Setiap kali kita berdosa, kita melakukan sesuatu yang Allah benci. Alkitab memberi kesaksian bahwa selama Yesus berada di dunia, ia menjalani kehidupan-Nya di dalam kekudusan yang sempurna: ‘seorang yang tidak berdosa’; ‘Ia yang tidak mengenal dosa’; ‘di dalam Dia tidak ada dosa’. Kekudusan Yesus lebih dari sekadar tidak pernah berbuat dosa, Ia pun dengan sempurna menyelaraskan kehidupan-Nya dengan kehendak Bapa-Nya (Yoh 6:38, Yoh 8:29). Namun Alkitab menulis, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Kor. 5:21). Supaya di dalam Kristus, manusia berdosa dapat dibenarkan, diampuni dan diselamatkan. Bab 5 dan selanjutnya merupakan intisari dari buku ini. Banyak orang Kristen mempunyai keinginan untuk menjalani kehidupan yang kudus, tetapi bersamaan dengan itu mereka menganggap bahwa mereka tidak dapat melakukannya. Kita masih bergumul dengan kesombongan, iri hati, materialisme, ketidaksabaran dan hawa nafsu. Apa yang salah? Bridges berpendapat bahwa kita perlu membedakan dua hal: realita atau fakta apa yang Allah telah lakukan untuk orang percaya; dan
apa yang menjadi tanggung-jawab kita. Fakta yang dimaksud Bridges adalah bahwa orang Kristen sudah mati terhadap dosa, entah kita menyadarinya atau tidak. Kematian kita terhadap dosa bukanlah sesuatu yang kita usahakan atau lakukan, melainkan hasil persatuan kita dengan Kristus (Roma 6:2-11). Oleh karena Yesus mati bagi dosa, kita pun mati bagi dosa, telah dimerdekakan dari dosa, dilepaskan dari kuasa kegelapan. Hal ini sangatlah berharga dan mendatangkan keuntungan bagi semua orang yang telah dipersatukan dengan Kristus. Mengomentari kalimat “mati bagi dosa”, Profesor John Murray memberikan analoginya: “Orang yang wafat dikatakan telah pergi meninggalkan dunia ini -dunia orang hidup-, ia tidak ada lagi di dalamnya dan tidak dapat ditemukan oleh kerabat dan temannya yang masih hidup. Jika dosa dipandang sebagai sebuah alam atau dunia (realm), maka kita (orang-orang percaya) tidak lagi berada dan hidup di dalam alam atau dunia itu, karena ia telah mati bagi dosa; ia berada di alam/dunia yang lain.” Jika Allah telah memerdekakan kita dari kuasa dosa, kita telah mati bagi dosa, mengapa kita masih bisa berbuat dosa? Ilustrasi berikut Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
49
menolong kita mengerti kebenaran ini. Misalnya dalam sebuah negara ada dua kelompok yang saling bersaing dan berperang untuk dapat memerintah. Dengan bantuan tentara dari luar, salah satu kelompok memenangkan pertempuran dan berhak mengendalikan pemerintahan. Tetapi pihak yang kalah tidak berhenti melakukan perlawanan. Mereka ubah taktik mereka yaitu dengan bergerilya, perang bawah tanah dan bukan frontal. Demikian halnya dengan orang Kristen. Iblis telah dikalahkan dan kuasa dosa telah digulingkan, dosa tidak lagi berkuasa di dalam kita, tapi ia masih ada dalam dalam diri kita dan ia mengadakan pertempuran gerilya yang mengakibatkan timbulnya pergumulan antara roh dan daging kita yang berdosa, “sebab keinginan daging berlawanan dengan keinganan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging –karena keduanya bertentangan(Gal. 5:17). Dosa dapat mengubah kesukaan-kesukaan yang wajar dari seorang manusia menjadi hawa nafsu dan kedegilan, kebutuhan-kebutuhan kita akan pakaian dan tempat tinggal menjadi materialisme, dan daya tarik seksualitas menjadi perbuatan cemar dan amoral. Nasehat Paulus tidak lain adalah supaya kita berjaga-jaga senantiasa
50
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
sehingga dosa tidak diberi izin untuk menguasai tubuh kita. Jangan mau lagi dikuasai dosa. Yesus berkata “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41). Dalam bab-bab akhir, Bridges menulis tentang wilayah-wilayah apa saja dalam kehidupan kita di mana sering terjadi pertempuran. Di dalam hati - tempat bercokolnya akal budi (pertimbangan, pengamatan, penilaian), dalam perasaan (emosi), dalam nurani dan kehendak/ keinginan. Dosa yang mendiami diri kita pada umumnya bekerja melalui keinginan-keinginan. Dunia mengetahui hal ini, oleh sebab itu dunia menyediakan hal-hal yang menarik keinginan kita melalui apa yang disebut oleh penulis kitab Ibrani sebagai kesenangan-kesenangan dari dosa (Ibr. 11:25). Kita dicobai oleh keinginan kita sendiri, karena kita diseret dan dipikat olehnya (Yak. 1:14). Tentu tidak setiap keinginan kita jahat. Paulus mengemukakan bahwa ia ingin mengenal Kristus. Menjadi keinginannya agar orang-orang Yahudi diselamatkan, dan agar anakanak rohaninya bertumbuh menuju kedewasaan. Salomo mengingatkan kita, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”
Kita masih hidup dan tinggal di dalam dunia, dan orang Kristen tidak dikecualikan menghadapi pencobaan-pencobaan yang disebabkan oleh lingkungan tidak bermoral, dipenuhi sensualitas dan nafsu birahi, ketamakan dan ketidak-jujuran. Dalam doa-Nya, Yesus Kristus tidak menghendaki kita menarik diri dari pergaulan dengan dunia non-Kristen (Yoh. 17:15), melainkan kita harus menjadi garam dan terang dunia (Mat. 5:13-14). Para penulis kitab Perjanjian Baru sudah mengingatkan bahwa orang Kristen akan menerima cemooh dan caci maki bahkan aniaya. Bagaimana orang Kristen dapat tetap mengejar hidup kudus di tengah-tengah kondisi demikian? Langkah pertama, menurut Bridges dalam bab 16, kita perlu membuat keputusan/tekad bahwa kita bukanlah bagian dari orangorang yang memiliki dua watak – seperti bunglon – watak yang satu saat berada di gereja, waktu hari Minggu; dan satunya lagi watak di tengah-tengah pergaulannya dengan dunia. Berikutnya, secara terbuka kita menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, karena seringkali hal ini meringankan beban kita dari cobaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang penuh dosa. Mungkin ada saat di mana lingkungan yang buruk menjadi tidak toleran lagi, membuat
orang Kristen seperti Lot, merasa menderita dan tersiksa. Dalam situasi ini, pertimbangan untuk pergi meninggalkan lingkungan tersebut patut kita bawakan dalam doa kita kepada Tuhan. Kita dapat mengklaim janji-Nya bahwa “pencobaanpencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Kor. 10:13). Dalam bab terakhir Bridges menulis bahwa hanya mereka yang mengejar kekudusan sebagai gaya hidup akan tahu dan mengalami sukacita yang dari Tuhan. Pilihan ada pada kita. Apa yang akan kita pilih? Apakah kita menerima tanggung jawab kita dan mendisiplinkan diri untuk hidup dalam ketaatan sesuai kehendak Tuhan? Akankah kita terus-menerus jatuh dalam dosa yang sama, tidak pernah memutuskan untuk berhenti? Maukah kita membayar harga untuk meraih kekudusan dengan mengatakan ‘tidak’ pada keinginan daging? Tuhan berkata, ”Jadilah kudus, karena Aku kudus.” Rachmayanto Surjadi Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
51
LIPUTAN Topik-topik mengenai Konfesi GKI ternyata menarik, dapat dilihat dari begitu banyak pertanyaan yang diajukan peserta. BERKAT selanjutnya akan diadakan pada tahun 2017 dengan jadwal dan materi bahasan akan diinformasikan kemudian.
BERKAT
(Belajar Bersama Berkelanjutan)
Pdt. Joas Adiprasetya sedang membawakan materi Konfesi GKI
“Belajar Bersama Berkelanjutan” –disingkat BERKAT- adalah program pembinaan kepada anggota jemaat GKI Gunsa, khususnya para aktivis, dengan tujuan mentransformasi aktivis agar siap mempertanggung-jawabkan imannya sebagai orang Kristen (1 Pet. 3:15). Tahun ini BERKAT yang diadakan dari tanggal 8 Oktober-19 November 2016 merupakan angkatan yang kedua dan dihadiri oleh 44 orang. BERKAT yang pertama diadakan pada tahun 2016. Materi BERKAT dibagi menjadi 7 topik, sebagai berikut:
No. 1 2 3 4 5 6 7 52
Topik Konfesi GKI Allah Bapa Trinitas Gereja Roh Kudus Yesus Kristus Akhir Zaman Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Nara Sumber Pdt. Joas Adiprasetya, MTh., ThD. Pdt. Cordelia Gunawan, MTh. Pdt. Em. Kuntadi Sumadikarya, MTh. Pdt. Em. Kuntadi Sumadikarya, MTh. Pdt. Cordelia Gunawan, MTh. Pdt. Yohanes B. Mulyono, MTh. Pdt. Yolanda Pantou
Seluruh peserta BERKAT befoto bersama
Majalah Majalah Gunsa Gunsa EdisiEdisi 95/XXXIII/2016 95/XXXIII/2016
53
Inspirasi kemudian menyampaikan berita yang didengarnya itu kepada sang tuan, katanya, “Tuan, hati-hatilah terhadap kerbau, dia ingin membalaskan kekejaman tuan.” Mendapatkan pesan yang demikian, sang tuanpun menjadi sangat marah. Dia segera memanggil hamba-hambanya dan memerintahkan kepada mereka untuk segera membunuh kerbau karena takut akan mencelakai dirinya sendiri. Dan saat itu juga kerbau yang setia itu mati.
Matinya Seekor Kerbau
S
eusai melakukan pekerjaan sepanjang hari, maka kerbau berkata kepada anjing, “Sepanjang hari ini aku bekerja bersama tuanku dan aku sangat lelah. Ingin rasanya aku beristirahat dan tidak melakukan pekerjaan esok hari.” Anjing menerima keluh kesah kerbau yang keletihan itu, dia tidak merespons apa-apa dan meninggalkan kerbau untuk beristirahat. Dalam perjalanan kembali ke rumah tuannya, anjing bertemu dengan seekor kucing dan berkata demikian, “Kasihan kerbau, dia dipaksa bekerja sepanjang hari ini oleh tuannya, karena itu dia tidak ingin bekerja lagi esok hari.”
54
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Kucingpun berlalu dan kemudian bertemu sesekor keledai, dalam perjumpaannya kucingpun berkata kepada keledai, “Lihatlah, kerbau itu hampir mati karena kekejaman tuannya, itulah sebabnya dia memutuskan untuk tidak mau lagi bekerja bagi tuannya.” Keledaipun kemudian bertemu dengan seekor kuda dan diapun melanjutkan pesan berantai itu, “Kerbau sudah memutuskan untuk meninggalkan tuannya, dia sangat ingin membalaskan kekejaman tuannya yang memaksanya terus bekerja tanpa istirahat.” Kuda, demi untuk mendapatkan simpati tuannya,
Sang kerbau mati karena “pesan berantai” yang salah. Dia menjadi korban kesalahan binatang lain yang tidak menyimak dengan baik, terlalu cepat menyebarkan sebuah pesan tanpa pertimbangan kebijakan. Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar kita dapat menjadi pribadi yang bijak dengan segala sesuatu yang kita ucapkan dan bagikan. Pada kenyataannya tidak pernah ada perbuatan kita yang berdiri sendiri, lepas dari “persentuhannya” dengan sesama dan lingkungan sekitar kita. Itulah sebabnya kesalahan yang kita buat ketika menyampaikan/ membagikan sebuah pesan tidak jarang mengakibatkan sesama kita yang harus memanggung dampaknya. Mereka dirugikan karena apa yang kita lakukan. Mereka diposisikan sebagai “kerbau malang” oleh diri kita di hadapan sesamanya. Ketika semua itu terjadi maka tidak jarang mereka
sudah tidak lagi dapat melakukan pembelaan dan tidak mempunyai kesempatan untuk mengklarifikasi apa yang sesungguhnya. Jika kondisi yang demikian sampai terjadi maka akan tersisa dalam diri kita penyesalan yang terus menerus. Kita akan menyesal karena apa yang kita lakukan telah merugikan orang lain, apa yang kita lakukan membuat orang lain mengalami situasi yang sulit dan tidak pernah mereka harapkan. Oleh karena itu marilah kita belajar untuk bersikap kritis dan arif ketika menerima dan menanggapi segala sesuatu. Marilah kita belajar menjadi pribadi yang cepat untuk mendengar namun lambat untuk berkata-kata. Cepat untuk merespons tetapi juga tepat dalam bersikap dan bertindak, sambil mengingat bahwa apa yang sudah kita lakukan tidak mungkin dapat dikoreksi dengan sempurna. Akhirnya, marilah kita menjalani kehidupan dan aktivitas kita dengan semangat untuk menghadirkan diri kita secara bermakna. Buatlah orang lain dapat menjalani kehidupannya sebaik kita juga menjalani kehidupan kita. Nikmatilah kegembiraan bersama-sama dengan mereka lewat beragam pekerjaan yang kita tekuni dan bermacam profesi yang kita pilih. Pdt. Imanuel Kristo
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
55
F O T O K E G I ATA N
56
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
57
58
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
59
60
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
61
KKS Menurun: 1. Jabatan di gereja 2. Gerakan aktif/produktif 3. En … = angka 4. Cewek/gadis 5. Sumber air 6. Paduan Suara (singkatan) 7. Nempel bagus 8. Seni merangkai bunga di Jepang 10. Urat di tubuh kita 13. Uang kecil 14. Tokoh wayang 15. Ba … = binatang 16. … Kir = pelit
18. Alas kepala tidur 19. R … = nama depan Gubernur Banten 21. Hari 23. Cara/gaya 29. Pelayan Allah 30. Kita semua 32. Du … = tempat kita sekarang 34. Alat penunjang motor/mobil 36. Tempat perawatan pasien 38. Negara terkenal 39. Allah kita 40. Atas nama 43. Aroma lidah 45. Bulat dan berputar
Asuhan: Bung Yoyo
Syarat pengiriman Jawaban KKS:
Mendatar: 1. Pendukung/pembela Negara 5. Situasi penting negara/kegiatan dokter 9. Menara bangsa kita 11. Na … = buah yang enak/kupasnya repot 12. Supaya pisau tajam 15. Bau tajam (Jawa) 17. Bau mulut (Jawa) 20. Bumbu untuk sambal 22. Tempat raja/presiden bekerja 24. Dahulu IKIP 26. Panggilan cewek 27. Binatang di Timur Tengah 28. Patuh sekali
62
Majalah Gunsa Edisi 95/XXXIII/2016
31. Pengurus acara (singkatan) 32. … Nas = buahnya enak/kupasnya repot 33. Mahkamah Agung (singkatan) 35. Komisi Anak (singkatan) 36. Negera kita (singkatan) 37. Hari lahir Yesus 41. Kalah/jatuh (singkatan) 42. Alas 44. Matahari (Inggris) 45. Kangen/harap jumpa 46. Alat pendingin (singkatan) 47. Ke (Inggris) 48. Olahraga dengan padang 49. Pisang (Inggris)
Kupon KKS-MG 95/XXXIII/2016
1. Jawaban ditulis di atas sehelai kartu pos atau kertas seukuran kartu pos dengan ditempel kupon asli KKS MG 95/XXXIII/2016, disertai dengan nama dan alamat sesuai kartu identitas. 2. Diterima selambatnya hari Minggu tanggal 29 Januari 2017, melalui pos atau dimasukkan lewat kotak Majalah Gunsa di depan pintu masuk GSP I lt 1. 3. Jawaban yang benar akan diundi dan disediakan 3 (tiga) buah voucher belanja. 4. Nama pemenang akan diumumkan lewat Warta Persekutuan dan Majalah Gunsa edisi 96. Bagi para pemenang, hadiah dapat diambil di perpustakaan GKI Gunsa pada hari Minggu setelah kebaktian pk 08.00 dengan membawa bukti diri yang sah 5. KKS – MG tertutup bagi anggota redaksi MG 6. Hadiah yang tidak diambil lewat sebulan sejak pengumuman di Warta Persekutuan, akan menjadi milik redaksi. Selamat mengirimkan jawaban Anda! Jawaban dan Pengumuman Pemenang KKS MG 94/ XXXIII/2016: 1. Ribkah I. Widjaya, Jl. Mangga Besar IV M/9 Jakarta Barat 2. Rochani BT. Sardino, Jl. Sumur Pelita Gg. CC No. 24, Sumur Batu – Jakarta Pusat 3. Lie Siauw Njiu, Jl. Kepu Barat IV/35 C, Kemayoran Jakarta Pusat Majalah Gunsa edisi 92/XXXIII/2015
63