14/10/2014
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN – FTSL ITB Semester I 2014/2015 Pengelolaan Sampah TL-3104
Pendahuluan
Konsep Reduksi dan Pengelolaan Terpadu
Selasa, 9 & 16 September 2014 (Kelas-01 dan 02) Disampaikan oleh: Dr. I Made Wahyu Widyarsana, ST. MT.
Sampah itu apa sih?
Kenapa jumlahnya semakin banyak?
Mengapa Sampah Perlu Dikelola dengan Baik? • Pencemaran air permukaan, air tanah, tanah, dan udara • Penyakit
Bagaimana pengelolaannya selama ini?
Harus dibagaimanakan sampah itu?
• Estetika • Banjir • Efek gas rumah kaca (GRK) • Dll
Apakah sampah mempunyai nilai ekonomi ?
Apa yang bisa saya lakukan?
Pengelolaan Sampah Saat Ini
1
14/10/2014
PERMASALAHAN PENGELOLAAN SAMAPAH
Kualitas dan Tingkat Pelayanan baru mencapai ± 54,24%, (BPS, Susenas 2006), masih di bawah target RPJMN (75 % pada 2009) dan MDGs (70 % pada 2015)
TPA
TPS
BAK SAMPAH
Tipikal Komposisi Sampah di Indonesia
E. Tempat Pemrosesan Akhir C. Tempat Penampungan Sementara
A. Timbulan Sampah
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
Terus meningkat Tidak dimanfaatkan Tidak dipilah Tidak semua dibuang ke bak sampah, sebagian dibuang ke: - Sungai - Kebun - Pekarangan - Jalan - dll
Susah mencari lokasi Tidak ada pemilahan Terbuka, bau, berlalat Tidak setiap hari diangkut ke TPA
Susah mencari lokasi Lokasi jauh diluar kota Biaya pembangunan mahal Biaya OP mahal Masih Open Dumping Pengolahan Lindi terbatas Terbuka, Bau, Berlalat Sumber penyakit
D. Pengangkutan ke TPA
B. Pengangkutan ke TPS
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1. 2. 3. 4. 5.
Tidak ada pemilahan Jadwal angkut tidak rutin Perlu biaya angkut Kondisi alat angkut tidak memadai
Biaya angkut mahal Jarak ke TPA jauh Jadwal angkut tidak rutin Tidak ada pemilahan Kondisi alat angkut tidak memadai
Sumber Penghasil Sampah Kota di Indonesia [Dep. PU]
Karakteristik Sampah
PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLAAN SAMPAH
Untuk menentukan keterolahannya, maka dibutuhkan analisis karakteristik sampah, beberapa karakteristik yang penting adalah : Kadar kering dan kadar air Kadar volatil dan kadar abu Nilai kalor Kadar karbon organik Kadar nitrogen organik
Contoh Karakteristik Sampah di Kota Bandung Satuan
Nilai
Berat Kering
Parameter
% Berat Basah
35,73
Kadar Air
% Berat Basah
64,27
Kadar Volatil
% Berat Kering
72,91
Kadar Abu
% Berat Kering
23,09
Karbon Organik
% Berat Kering
44,70
Nitrogen
% Berat Kering
1,56
-
28,78
Kkal/Kg kering
1197
C/N Nilai Kalor
Hierarkhi Pengelolaan Sampah •
Pencegahan (Prevention)
•
Minimasi (Reduce)
•
Pemanfaatan kembali (Reuse)
•
Daur Ulang (Recycling)
•
Perolehan energi (Energy recovery)
•
Pemrosesan akhir (Final disposal)
• •
• • •
• •
•
•
•
Komposisi Sampah Kota di Indonesia [Dep. PU]
Mengurangi pola konsumsi berlebihan Menggunakan produk sistem sewa
Menggunakan produk dengan kemasan yang dapat digunakan ulang Menggunakan produk sistem refill Memilah sampah daur ulang
Memanfaatkan barang bekas untuk fungsi sama atau berbeda Menyumbangkan barang bekas ke pihak yang dapat memanfaatkan
Mengubah bentuk dan sifat sampah melalui proses bio-fisik-kimiawi menjadi produk baru (sampah basah diolah menjadi kompos, sampah plastik diolah menjadi pelet, dsb)
Mengubah sampah melalui proses bio-fisik-kimiawi menjadi energi (briket sampah, proses thermal (insinerasi, pyrolisis, gasifikasi), serta biogas.
Membuang seluruh komponen sampah ke TPA, atau membakarnya dengan proses insinerasi kemudian limbahnya (residunya) dibuang ke pemrosesan Dr. Iakhir. Made Wahyu Widyarsana
PENCEGAHAN PEMBATASAN GUNA ULANG DAUR ULANG MATERI DAUR ULANG ENERGI TPA
CARA LAMA: • BELUM MENERAPKAN PENGELOLAAN DI HULU • BELUM MENERAPKAN 3R • SEPENUHNYA BERGANTUNG PADA TPA, UMUMNYA OPEN DUMPING • TIDAK HEMAT SUMBERDAYA & ENERGI
PENCEGAHAN PEMBATASAN GUNA ULANG DAUR ULANG MATERI DAUR ULANG ENERGI TPA
CARA BARU: • MENERAPKAN PENGELOLAAN DI HULU (ECOPRODUCT, EPR, LABELLING) • MENERAPKAN 3R • PERAN TPA BERKURANG DAN LEBIH BERWAWASAN LINGKUNGAN • EFISIENSI SUMBERDAYA & ENERGI
Keuntungan Penerapan Reduksi Sampah • Menghemat penggunaan sumber daya alam, karena dengan adanya reduksi sampah secara langsung akan menghemat bahan baku dalam proses produksi. • Menghemat lahan TPA, karena akan mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga dapat memperpanjang masa pakai TPA. • Menghemat energi, karena dapat mempersingkat alur dalam proses produksi. • Menciptakan lapangan kerja, baik dalam proses pemilahan, pembuatan produk mapun penjualan. • Mengurangi biaya pengelolaan sampah, merupakan dampak langsung dari berkurangnya sampah yang diangkut ke TPA. • Meningkatkan kualitas lingkungan, karena dengan adanya reduksi sampah, maka volume sampah semakin sedikit.
2
14/10/2014
Konsep Reduksi
MENUNTASKAN DARI SUMBERNYA.....
Pengelolaan Sampah melalui Pengurangan LAMA
• Bagian ini menjelaskan konsep utama pengelolaan sampah yang bertumpu pada pengurangan (minimasi) sejak sebelum sampah itu terbentuk. • Dijelaskan bahwa 3R (reduce, reuse dan recycle) merupakan dasar penanganan sampah menurut UU18/2008. • Pengelolaan sampah hendaknya bersifat terpadu sesuai dengan karakteristik sampah itu sendiri.
BARU
SAMPAH
SAMPAH
SEBAGAI BARANG “BUANGAN” TIDAK PUNYA NILAI
SEBAGAI “POTENSI” YANG MEMPUNYAI NILAI DAN MANFAAT
Paradigma 3R : REDUCE
Pola pengelolaan Sampah berbasis 3 R
Kurangi ( 1 )
PEMILAHAN & PEWADAHAN
Segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah.
PEMILAHAN & PEWADAHAN
TPA B3
Kertas dll
REUSE
RECYCLE
SAMPAH
Guna ulang ( 2 )
Kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain.
RESIDU
Daur Ulang ( 3 )
Kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk baru.
Angkut – ke Tempat Pengelolaan selanjutnya
Gelas dll
3R INDIVIDUAL
RESIDU Organik Bahan Beracun Berbahaya
TPS 3R Komunal
RESIDU
TPA
Data Kementerian PU (2012): Target Pengurangan Sampah melalui 3R = 20% Realisasi baru + 8 % PENGANGKUTAN
3
14/10/2014
Konsep Minimasi Limbah Dilihat dari keterkaitan terbentuknya limbah, khususnya limbah padat, ada 2 (dua) pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan akibat adanya limbah, yaitu: a. Pendekatan proaktif: yaitu upaya agar dalam proses penggunaan bahan akan dihasilkan limbah yang seminimal mungkin, dengan tingkat bahaya yang serendah mungkin. b. Pendekatan reaktif: yaitu penanganan limbah yang dilakukan setelah limbah tersebut terbentuk.
Konsep Minimasi Limbah Pendekatan pro-aktif merupakan strategi yang diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an dalam dunia industri, dikenal sebagai proses bersih atau teknologi bersih yang bersasaran pada pengendalian atau reduksi terjadinya limbah melalui penggunaan teknologi yang lebih bersih dan yang akrab lingkungan. Konsep ini secara sederhana meliputi: • Pengaturan yang lebih baik dalam manajemen penggunaan bahan dan enersi serta limbahnya melalui good house keeping • Penghematan bahan baku, fluida dan enersi yang digunakan • Pemakaian kembali bahan baku tercecer yang masih bisa dimanfaatkan • Penggantian bahan baku, fluida dan enesi • Pemodivikasian proses bahkan kalau perlu penggantian proses dan teknologi yang digunakan agar emisi atau limbah yang dihasilkan seminimal mungkin dan dengan tingkat bahaya yang serendah mungkin • Pemisahan limbah yang terbentuk berdasarkan jenisnya agar lebih mudah penanganannya
Konsep Minimasi Limbah
Konsep Minimasi Limbah
• Pendekatan reaktif, yaitu konsep yang dianggap perlu diperbaiki, adalah konsep dengan upaya pengendalian yang dilakukan setelah limbah terbentuk, dikenal sebagai pendekatan end-of-pipe.
Secara ideal kemudian pendekatan proses bersih tersebut dikembangkan menjadi konsep hierarhi urutan prioritas penanganan limbah secara umum, yaitu:
• Konsep ini mengandalkan pada teknologi pengolahan dan pengurugan limbah, agar emisi dan residu yang dihasilkan aman dilepas kembali ke lingkungan.
b.
• Konsep pengendalian limbah secara reaktif tersebut kemudian diperbaiki melalui kegiatan pemanfaatan kembali residu atau limbah secara langsung (reuse), dan/atau melalui sebuah proses terlebih dahulu sebelum dilakukan pemanfaatan (recycle) terhadap limbah tersebut.
d.
a.
c.
e.
f.
Konsep Minimasi Limbah
Langkah 1 Reduce (pembatasan): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin Langkah 2 Reuse (guna-ulang): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan limbah tersebut secara langsung Langkah 3 Recycle (daur-ulang): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi Langkah 4 Treatment (olah): residu yang dihasilkan atau yang tidak dapat dimanfaatkan kemudian diolah, agar memudahkan penanganan berikutnya, atau agar dapat secara aman dilepas ke lingkungan Langkah 5 Dispose (singkir): residu/limbah yang tidak dapat diolah perlu dilepas ke lingkungan secara aman, yaitu melalui rekayasa yang baik dan aman seperti menyingkirkan pada sebuah lahan-urug (landfill) yang dirancang dan disiapkan secara baik Langkah 6 Remediasi: media lingkungan (khususnya media air dan tanah) yang sudah tercemar akibat limbah yang tidak terkelola secara baik, perlu direhabilitasi atau diperbaiki melalui upaya rekayasa yang sesuai, seperti bioremediasi dan sebagainya.
Konsep Minimasi Limbah
• Konsep proses bersih di atas kemudian diterapkan lebih spesifik dalam pengelolaan sampah, dengan penekanan pada reduce, reuse dan recycle, yang dikenal sebagai pendekatan 3R. Upaya R1, R2 dan R3 adalah upaya minimasi atau pengurangan sampah yang perlu ditangani. • Selanjutnya, usaha pengolahan atau pemusnahan sampah bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan bila residu tersebut dilepas ke lingkungan. • Sebagian besar pengolahan dan/atau pemusnahan sampah bersifat transformasi materi yang dianggap berbahaya sehingga dihasilkan materi lain yang tidak mengganggu lingkungan. • Sedangkan penyingkiran limbah bertujuan mengurangi volume dan bahayanya (seperti insinerasi) ataupun pengurugan dalam tanah seperti landfilling (lahan-urug). Gambar : Konsep sound material-cycle society
4
14/10/2014
Konsep Minimasi Limbah Gambar di atas adalah skema umum yang sejenis seperti dibahas di atas melalui pendekatan 3R, yang diperkenalkan di Jepang sebagai Masyarakat Berwawasan Bahan-Daur (Sound Material Material-Cycle Society) dengan langkah sebagai berikut : a. Langkah 1: Penghematan penggunaan sumber daya alam b. Langkah 2: Pembatasan konsumsi penggunaan bahan dalam kegiatan sehari-hari, termasuk dalam proses produksi di sebuah industri c. Langkah 3: Penggunaan produk yang dikonsumsi berulang-ulang d. Langkah 4a: Pendaur-ulangan bahan yang tidak dapat digunakan langsung e. Langkah 4b: Pemanfaatan enersi yang terkandung dalam sampah, yang biasanya dilakukan melalui teknologi insinerasi f. Langkah 5: Pengembalian residu atau limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi melalui disposal di alam secara aman dan sehat.
Konsep Pengurangan dalam PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008 Menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu: a. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan terjadinya sampah R1), guna-ulang (R2) dan daur-ulang (R3) b. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari: o Pemilahan: dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah o Pengumpulan: dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu o Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir o Pengolahan: dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. o Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008
Pasal 10: (1) Penyelenggaraan pengelolaan sampah meliputi: a. pengurangan sampah; dan b. penanganan sampah. (2) Setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pasal 11 (1) Pengurangan sampah meliputi: a) pembatasan timbulan sampah; b) pendauran ulang sampah; dan/atau c) pemanfaatan kembali sampah. (2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, bahan yang dapat didaur ulang, dan/atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam; dan/atau b) mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari produk dan/atau kemasan yang sudah digunakan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
o UU-18/2008 ini menekankan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh semua fihak adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin. Bagian sampah atau residu dari kegiatan pengurangan sampah yang masih tersisa selanjutnya dilakukan pengolahan (treatment) maupun pengurugan (landfilling).
Konsep Pengurangan Sampah di Sumber dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008
Konsep Pengurangan Sampah di Sumber dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008
Jenis-jenis komposter rumah tangga
o Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU-18/2008 meliputi: a. Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin b. Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan limbah tersebut secara langsung c. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi
Contoh upaya pengurangan sampah di lingkungan pemukiman
5
14/10/2014
Konsep Pengurangan Sampah di Sumber dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008
Contoh produk kerajinan tangan dari sampah sebagai uaya pengurangan sampah di lingkungan pemukiman
Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008 Beberapa hal yang diatur dalam UU-18/2008 terkait dengan upaya minimasi (pembatasan) timbulan sampah adalah: a. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan: o menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu o memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan o memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan o memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang o memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. b. Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam. c. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam d. Pemerintah memberikan: o insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah o disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah o Ketentuan tersebut di atas masih perlu diatur lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Pemerintah agar dapat dilaksanakan secara baik dan tepat sasaran.
Konsep Pengurangan dalam PP 81/2012
Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008 1.
Konsep pembatasan (reduce) jumlah sampah yang akan terbentuk dapat
2.
Konsep guna-ulang (reuse) mengandung pengertian bukan saja mengupayakan
3.
Konsep daur-ulang (recycle) mengandung pengertian pemanfaatan semaksimal
dilakukan antara lain melalui: o Efisiensi penggunaan sumber daya alam o Rancangan produk yang mengarah pada penggunaan bahan atau proses yang lebih sedikit menghasilkan sampah, dan sampahnya mudah untuk diguna-ulang dan didaur-ulang o Menggunakan bahan yang berasal dari hasil daur-ulang limbah o Mengurangi penggunaan bahan berbahaya o Menggunakan eco-labeling.
penggunaan residu atau sampah terbentuk secara langsung, tetapi juga upaya yang sebetulnya biasa diterapkan sehari-hari di Indonesia, yaitu memperbaiki barang ynag rusak agar dapat dimanfaatkan kembali. Bagi prosdusen, memproduksi produk yang mempunyai masa-layan panjang sangat diharapkan.
mungkin residu melalui proses, baik sebagai bahan baku untuk produk sejenis seperti asalnya, atau sebagai bahan baku untuk produk yang berbeda, atau memanfaatkan enersi yang dihasilkan dari proses recycling tersebut.
Konsep Pengurangan dalam PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 12: Produsen wajib melakukan pembatasan timbulan sampah dengan: • Menyusun rencana dan/atau program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya; dan/atau • Menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin. Pasal 13: 1) Produsen wajib melakukan pendauran ulang sampah dengan: a) menyusun program pendauran ulang sampah sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya; b) menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang; dan/atau c) menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur ulang. 2) Dalam melakukan pendauran ulang sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), produsen dapat menunjuk pihak lain. 3) Pihak lain, dalam melakukan pendauran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib memiliki izin usaha dan/atau kegiatan. 4) Dalam hal pendauran ulang sampah untuk menghasilkan kemasan pangan, pelaksanaan pendauran ulang wajib mengikuti ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan.
FRAMEWORK BANK SAMPAH DAN GERAKAN 3R
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 14: Produsen wajib melakukan pemanfaatan kembali sampah dengan: a. menyusun rencana dan/atau program pemanfaatan kembali sampah sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya sesuai dengan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah; b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat diguna ulang; dan/atau; c. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk diguna ulang.
6
14/10/2014
Jaringan Pengepul - Bank Sampah (Recycle Bank)
dipilah sesuai jenisnya Sampah kering tiap rumah
Pengambilan sampah kering oleh petugas/kader
Penjualan ke pengepul
Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan Sampah menurut UU-18/2008 Sebagai pembanding, Jepang membagi stakeholders utama dalam pengelolaan sampah yang berbasis 3R dalam 5 (lima) kelompok, yang masing-masing mempunyai peran utama dalam membatasi sampah yang akan dihasilkan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Dikumpulkan di bank sampah
Masyarakat penghasil sampah LSM Pihak Swasta Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat
Sesuai jadwal yang disepakati bersama
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah • Di Eropa dan USA, sekitar 30 % sampah kota merupakan bahan pengemas (packaging). Diestimasi pula bahwa sepertiga dari seluruh produk plastik adalah untuk penggunaan jangka pendek, yaitu sebagai pengemas produk. • Pengemas untuk makanan merupakan residu yang paling banyak dijumpai di tingkat konsumen. Beberapa negara industri telah menerapkan program kemasan yang ramah lingkungan, yang mensyaratkan penggunaan kemasan yang kandungan terdaur-ulangnya maksimum, tidak mengandung bahan berbahaya, serta volume/massanya yang sesedikit mungkin.
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah o Terdapat berbagai tingkat fungsi pengemasan, yaitu: Produk yang tanpa pengemas sama sekali Pengemas level-1 (primary packaging): pengemas yang kontak langsung dengan produk Pengemas level-2 (secondary packaging): pengemas suplementar dari primary packaging Pengemas level-3 (tertiary packaging): pengemas yang dibutuhkan untuk pengiriman. o Beberapa jenis produk kadang membutuhkan kemasan yang komplek, terdiri dari beragam komponen dengan pengemasan yang berbeda karena mempunyai fungsi yang berbeda. o Dengan mengurangi pengemas ini, maka akan mengurangi sampah yang harus ditangani serta akan mengurangi biaya pengangkutan. Namun dermikian, tidak semua pengemas otomatis akan menghasilkan limbah yang harus ditangani, karena beberapa di antaranya berupa kemasan yang dapat dipakai berulang-ulang, seperti botol minuman.
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah o Pengemas yang diinginkan adalah yang mudah dipisahkan satu dengan lain. Pengemas yang sulit dipisah misalnya bahan polyethylene yang dilapis karton, disatukan dengan lem secara kuat dan sebagainya, yang sulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya. o Dengan demikian dalam konsep reduksi sampah, tingkatan pengemas yang diinginkan adalah: • Tanpa packaging • Minimal packaging • Consumable, returnable, reusable packaging • Recyclable packaging
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah o UU-18/2008 menggaris bawahi bahwa pengurangan sampah dilakukan sebelum sampah tersebut terbentuk, misalnya melalui penghematan penggunaan bahan. o Kewajiban pengurangan sampah ditujukan bukan saja bagi konsumen, tetapi juga ditujukan pada produsen produk. Di Indonesia, upaya mereduksi sampah masih belum mendapat perhatian yang baik karena dianggap rumit dan tidak menunjukkan hasil yang nyata dalam waktu singkat. o Upaya mereduksi sampah sebetulnya akan menimbulkan manfaat jangka panjang seperti: • Mengurangi biaya pengelolaan dan investasi. • Mengurangi potensi pencemaran air dan tanah. • Memperpanjang usia TPA. • Mengurangi kebutuhan sarana sistem kebersihan. • Menghemat pemakaian sumber daya alam.
7
14/10/2014
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah • Terkait dengan pengemas produk yang dibahas di atas, maka peran produsen yang menggunakan pengemas untuk memasarkan produknya menjadi mata rantai awal yang diatur oleh UU tersebut.
APA ITU Extended Producer Responsibility?
• Dikenal konsep Extended Producer Responsibility (EPR), yaitu strategi yang dirancang dengan menginternalkan biaya lingkungan ke dalam biaya produksi sebuah produk, tidak terbatas pada produk utamanya, tetapi termasuk pula pengemas dari produk utama tersebut. Dengan demikian biaya lingkungan, seperti biaya penangan residu atau limbah yang muncul akibat penggunaan produk tersebut menjadi bagian dari komponen harga produk yang dipasarkan tersebut.
Pihak produsen mengambil tanggung jawab lebih atas produknya
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah
o Langkah EPR yang diterapkan di Jepang, melalui beberapa langkah: • Langkah 1: penghematan bahan baku di proses produksi • Langkah 2: memproduksi barang yang berumur panjang, mendorong reparasi pada barang yang rusak, termasuk servis bergaransi
• Langkah 3: menerima pengembalian produk bekas termasuk pengemas, menggunakan bahan baku atau menghasilkan produk yang berasal dari hasil daur-ulang serta mengupayakan penggunaan dan pengembangan teknologi daur-ulang. o Disamping mendorong produsen untuk menerapkan EPR, di beberapa negara maju, peran dan tanggung jawab produsen dimasukkan dalam pengelolaan limbah secara menyeluruh yang dikenal sebagai internalisasi biaya lingkungan dalam biaya produk. Dengan demikian, biaya penanganan limbah dan dampaknya sudah termasuk di dalamnya.
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah
MENGAPA EPR? • • • • •
Mengurangi dampak lingkungan & kesehatan Menstimulus desain produk yang lebih ramah lingkungan Mengurangi laju konsumsi Meningkatkan competitive advantage Menciptakan pekerjaan baru & lingkungan kerja yang aman
Gambar : Kaitan 3R dengan extended producer responsibility (EPR)
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah o Bila di Indonesia baru tersedia sebuah UU yang mengatur pengelolaan sampah, maka di Jepang tersedia paling tidak 9 (sembilan) UU yang terkait dengan sampah, yaitu Undang-undang tentang: − Masyarakat bebasis daur-bahan (material-cycle society) − Pengelolaan limbah dan kebersihan − Penggunaan secara efektif sumberdaya − Recycling wadah dan pengemas − Recycling peralatan rumah tangga − Recycling sisa makanan − Recycling puing bangunan − Recycling end-of-life Kendaraan − Promosi produk hijau
8
14/10/2014
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah
o 60% sampah kota di Jepang merupakan wadah dan pembungkus. Berdasarkan UU-tentang Recycling Wadah dan Pengemas, maka yang diatur untuk didaurulang adalah: • Gelas/botol (tidak berwarna, coklat dan hijau) • Botol PET (untuk minuman beralkohol dan non alkohol, serta botol saus kedele) • Wadah dan pembungkus dari kertas • Wadah dan pembungkus dari plastik.
o Dalam hal alat-alat elektronik rumah tangga, berdasarkan UU-tentang peralatan rumah tangga, maka setiap pengusaha yang memproduksi atau menjual mempunyai kewajiban untuk mendaur-ulang paling tidak 60% AC, 55% TV set, 50% refrigerataor dan 50% mesin cuci untuk di-reproduksi. Mekanisme yang diterapkan adalah sebagai berikut: • Konsumen membayar biaya pengumpulan barang bekasnya: TV (2.835 Yen), AC (3.675 Yen), kulkas (4.830 Yen) dan mesin cuci (2.520 Y). Kurs 1 Yen = ± Rp. 100 • Pengusaha retailer yang menjual barang tersebut sebelumnya bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mengangkut menuju titik pengumpulan yang telah ditentukan • Pabrik dan importir bertanggung jawab mendaur-ulang barang yang mereka buat atau import yang telah dikumpulkan oleh retailer.
o Mekanisme EPR di Jepang untuk wadah dan pengemas adalah sebagai berikut: • Pemerintah kota bertanggung jawab untuk membiaya pengumpulan, pemilahan dan penyimpanan, sedang pengusaha bertanggung jawab untuk biaya recycling dan pemrosesan • Pengusaha bertanggung jawab terhadap pengemas atau wadah yang mereka buat atau mereka jual bersama produknya • Untuk melaksanakan kewajiban tersebut, Pemerintah Jepang menugaskan Japan Containers and Packaging Recycling Association (JCPRA) untuk melaksanakan aktivitas daur-ulang atas nama pengusaha yang membayar recycling-fee kepada JCPRA.
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah
Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah
Hal lain yang diatur dalam tanggung jawab EPR antara lain: • PC yang mempunyai label, maka bila PC tersebut sudah tidak berfungsi akan bebas biaya recycling, sedang yang tidak mempunyai label harus membayar • Pemilik kendaraan bermotor membayar antara 10.000Y- 65.000Y untuk setiap kendaraan yang 'dibuang' atau yang menurut inspeksi dianggap tidak layak jalan. • Salah satu upaya EPR yang biasa diterapkan terhadap produk yang dipasarkan adalah pencantuman eco-labeling, yang menandakan bahwa produk tersebut dibuat dengan memperhatikan aspek lingkungan. Sampai saat ini Indonesia belum mempunyai simbol tentang eco-labeling.
Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah o Daur-ulang limbah pada dasarnya telah dimulai sejak lama. Di Indonesia pun, khususnya di daerah pertanian, masyarakat sudah mengenal daur ulang limbah, khususnya limbah yang bersifat hayati, seperti sisa makanan, daun-daunan dsb. o Dalam pengelolaan persampahan di Indonesia, upaya daurulang memang cukup menonjol, walaupun umumnya baru melibatkan sektor informal, seperti pedagang sampah (tukang loak), tukang servis alat-alat elektronika, petugas sampah, pemulung, bandar/lapak dsb. o Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa pendekatan teknologi, di antaranya penanganan pendahuluan. Penanganan pendahuluan umumnya dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur-ulang yang lebih baik dan memudahkan penanganan yang akan dilakukan. o Penanganan pendahuluan yang umum dilakukan saat ini adalah pengelompokan limbah sesuai jenisnya, pengurangan volume dan pengurangan ukuran. Usaha penanganan pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan memudahkan dan mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur-ulang. o Dalam pengelolaan sampah, upaya daur-ulang akan berhasil baik bila dilakukan pemilahan dan pemisahan komponen sampah mulai dari sumber sampai ke proses akhirnya.
Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah o Upaya pemilahan sangat dianjurkan dan hendaknya diprioritaskan sehingga termasuk yang paling penting didahulukan. Persoalannya adalah bagaimana meningkatkan keterlibatan masyarakat. o Pemilahan yang dianjurkan adalah pola pemilahan yang dilakukan mulai dari level sumber atau asal sampah itu muncul, karena sampah tersebut masih murni dalam pengertian masih memiliki sifat awal yaitu belum tercampur atau terkontaminasi dengan sampah lainnya. o Terminologi daur-ulang di Indonesia sudah cukup lama digunakan, namun selama ini pengertiannya bukan hanya identik dengan recycle, tapi digunakan juga untuk menjelaskan aktivitas lain, seperti reuse dsb. o Jadi terminologi ’daur-ulang’ di Indonesia biasanya digunakan untuk seluruh upaya pemanfaatan kembali. Sebelum terminologi 3R menjadi acuan umum dalam penanganan sampah dikenal beragam terminologi yang menggunakan ”R”, seperti recovery, reduce, reuse, recycle, refurbishment, repair, sampai kepada rethinking dan masih banyak lagi.
9
14/10/2014
Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah
Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah
Dari sebuah literatur, masing-masing kosakata tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, yang intinya adalah upaya pemanfaatan limbah, dengan penekanan pada: • •
•
•
•
Reduce: upaya mengurangi terbentuknya limbah, termasuk penghematan atau pemilihan bahan yang dapat mengurangi kuantitas limbah serta sifat bahaya dari limbah Recovery: upaya untuk memberikan nilai kembali limbah yang terbuang, sehingga bisa dimanfaatkan kembali dalam berbagai bentuk, melalui upaya pengumpulan dan pemisahan yang baik. Reuse: upaya yang dilakukan bila limbah tersebut dimanfaatkan kembali tanpa mengalami proses atau tanpa transformasi baru, misalnya botol minuman kembali menjadi botol minuman Recycle: misalnya botol minuman dilebur namun tetap dijadikan produk yang berbasis pada gelas. Bisa saja terjadi bahwa kualitas produk yang baru sudah mengalami penurunan dibanding produk asalnya. Kosa kata inilah yang paling sering digunakan. Mungkin dalam bahasa Indonesia kosa kata yang sepadan adalah daur-ulang. Reclamation: bila limbah tersebut dikembalikan menjadi bahan baku baru, seolah-olah sumber daya alam yang baru. Limbah tersebut diproses terlebih dahulu, sehingga dapat menjadi input baru dari suatu kegiatan produksi, dan dihasilkan produk yang mungkin berbeda dibanding produk asalnya.
Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah o Semua pihak di Indonesia sepakat bahwa program 3R dinilai sangat bermanfaat, tetapi sampai saat ini upaya-upaya nyata belum terlihat. Perlu kemauan semua pihak, bukan hanya penghasil sampah, tetapi juga stakeholders lainnya, termasuk pemerintah untuk secara nyata menerapkan konsep ini. o Manfaat dari upaya tersebut dalam jangka panjang antara lain adalah: • • • •
•
Berkurangnya secara drastis ketergantungan terhadap tempat pemrosesan akhir. Lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sarana dan prasarana persampahan. Terciptanya peluang usaha bagi masyarakat dari pengelolaan sampah (usaha daur ulang dan pengomposan). Terciptanya jalinan kerjasama antara pemerintah kabupaten/kota dan antara pemerintah dan masyarakat/swasta dalam rangka menuju terlaksananya pelayanan sampah yang lebih berkualitas. Adanya pemisahan dan pemilahan sampah baik di sumber timbulan maupun di tempat pembuangan akhir dan adanya pemusatan kegiatan pengelolaan akan lebih menjamin terkendalinya dampak lingkungan yang tidak dikehendaki.
Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah
Gambar : Konsep daur-ulang sampah
Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah • Daur-ulang limbah tidak selalu harus diartikan bahwa upaya ini adalah yang paling baik, sehingga harus selalu dilaksanakan. Pilihan daur-ulang hendaknya disertai alasan yang rasional seperti bagaimana aspek biaya, enersi, dan kualitas produk yang dihasilkan. • Dari sudut permasalahan sampah di suatu kota atau daerah, maka harus dilihat bahwa sekian ratus atau ribu ton sampah harus ditangani setiap tahun, sebagian besar penanganannya hanya dengan pengurugan sederhana, dan hanya sebagian kecil saja yang didaur-ulang atau dikompos. Daur-ulang akan merupakan salah satu solusi bersama solusi yang lain yang perlu dipertimbangkan.
Pengelolaan Terpadu
Secara sederhana, daur-ulang adalah upaya untuk mendapatkan sesuatu yang berharga dari sampah, seperti kertas koran diproses agar tinta-nya disingkirkan (deink), atau repulping yang akan dihasilkan bahan kertas baru. Dikenal terminologi lain, seperti :
• Reuse • Direct recycling • Indirect recycling
10
14/10/2014
Pengelolaan Sampah Terpadu
Pengelolaan Sampah Terpadu
o Secara historis, pengelolaan limbah berangkat dari fungsi kerekayasaan. Hal ini terkait dengan evolusi masyarakat teknologi, yang memanfaatkan kemampuan berproduksi secara massal. o Aliran bahan baku, enersi dan fluida dalam masyarakat modern dan produk ikutannya yang berupa limbah ditunjukkan dalam Gambar berikut ini.
Gambar: Skema teknik operasional pengelolaan sampah
Gambar : Aliran bahan baku dan limbah dalam masyarakat industri
Pengelolaan Sampah Terpadu o Pengelolaan sampah pada masyarakat modern bertambah lama bertambah kompleks sejalan dengan kekomplekan masyarakat itu sendiri. o Pengelolaan sampah pada masyarakat modern membutuhkan keterlibatan beragam teknologi dan beragam disiplin ilmu. Termasuk di dalamnya teknologi-teknologi yang terkait dengan bagaimana mengontrol timbulan (generation), pengumpulan (collection), pemindahan (transfer), pengangkutan (transportation), pemrosesan (processing), pembuangan akhir (final disposal) sampah yang dihasilkan pada masyarakat tersebut. o Pendekatannya tidak lagi sesederhana menghadapi masyarakat non-industri, seperti di perdesaan. Seluruh proses tersebut hendaknya diselesaikan dalam rangka bagaimana melindungi kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, namun secara estetika dan juga secara ekonomi dapat diterima.
Pengelolaan Sampah Terpadu
Pengelolaan Sampah Terpadu o Beragam pertimbangan perlu dimasukkan, seperti aspek adminsitratif, finansial, legal, arsitektural, planning, kerekayasaan. Semua disiplin ini diharapkan saling berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam hubungan interdipliner yang positif agar sebuah pengelolaan persampahan yang terintegrasi dapat tercapai secara baik. o Pengelolaan sampah terpadu dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan teknik-teknik, teknologi, dan program-program manajemen yang sesuai, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang spesifik dari pengelolaan sampah. USEPA di Amerika Serikat mengidentifikasi 4 (empat) dasar pilihan manajemen strategi, yaitu: a. Reduksi sampah di sumber b. Recycling dan pengomposan c. Transfer ke enersi (waste-to-energy) d. Landfilling
Konsep Pengurangan dalam PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 18 (1) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b dilakukan oleh: a. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; dan b. pemerintah kabupaten/kota. (2) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dalam melakukan pengumpulan sampah wajib menyediakan: a. TPS; b. TPS 3R; dan/atau c. alat pengumpul untuk sampah terpilah.
Gambar : Pengelolaan sampah permukiman secara terintegrasi
11
14/10/2014
Konsep Pengurangan dalam PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Definisi sesuai PP 81/2012
Pasal 18 (lanjutan...) (3) Pemerintah kabupaten/kota menyediakan TPS dan/atau TPS 3R pada wilayah permukiman. (4) TPS dan/atau TPS 3R sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus memenuhi persyaratan: a. tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah; b. luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan; c. lokasinya mudah diakses; d. tidak mencemari lingkungan; dan e. memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis pengumpulan dan penyediaan TPS dan/atau TPS 3R diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
• Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan. • Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
Konsepsi Integrasi 3R SKALA SUMBER 1943 - 1945
ALGORITMA PEMILIHAN METODE PENANGANAN SAMPAH
SKALA KOTA/ 1984 – 1988 REGIONAL REPELITA IV
SKALA KAWASAN
SUMBER SAMPAH
SUMBER
KAWASAN
PRODUK
Pemilahan
KOTA
PRODUK RESIDU
• Sistem RT/RW
Pengurangan /Penggunaan kembali/ Pendaurulangan (3R)
REGIONAL
PRODUK
Pengurangan/ Pengolahan (3R)
Pengurangan/ Pengolahan (3R)
RESIDU
RESIDU 3R SKALA KAWASAN
3-R
Y KEPADATAN PENDUDUK
> 50 JIWA/Ha
Y
SIAP PROGRAM 3R
T
Terpadu Composting Recycling WTE
PENGOLAHAN SKALA KOTA
Y T PENGUMPULAN
ADA LAHAN UNTUK 3R
PENGANGKUTAN Depo/Transfer Load Haul Langsung
Door to door Komunal
T
ADA FASILITAS PENGOLAHAN
T
ADA LAHAN TPA
Y TPA KOTA
T TPA REGIONAL
DALAM WILAYAH PERKOTAAN
Y
ADA POTENSI ON-SITE
T DAUR ULANG + ON- SITE
Pengumpulan
Pengangkutan
Y
Pengolahan Akhir
Dr. I Made Wahyu Widyarsana
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) TPST atau Material Recovery Facility (MRF) : tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan dan pengolahan sampah secara terpusat. Kegiatan pokok di TPST : 1. Pengolahan lebih lanjut sampah yang telah dipilah di sumbernya 2. Pemisahan & pengolahan langsung komponen sampah kota 3. Peningkatan mutu produk recovery/recycling. 1. 2. 3. 4.
Penerapan TPST, perhatikan : Lokasi Emisi ke lingkungan Kesehatan & keamanan masyarakat Kesehatan & keselamatan kerja
Proses TPST Rancangan TPST
1. 2. 3. 4.
Proses pengolahan
Pre processing Pemilahan Pengolahan fisik Komposting/ RDF
1.
1. 2. 3.
Fisik Biologi Kimia termal
2. 3. 4.
Peran TPST Jenis Komponen Bentuk sampah Pengemasan & penyimpanan Pencacahan Pemilahan densitas Pemilahan magnetik Pemilahan transmitansi
1. Anaerobik 2. Aerobik 1.
Perancangan TPST
1. 2. 3. 4. 5.
Analisis Keseimbangan Material Pemanfaatan material balance Hitung akumulasi sampah Hitung material loading rate Layout & design
2. 3. 4. 5.
Pengeringan Pirolisis Gasifikasi Insenerasi Plasma gasifikasi
12
14/10/2014
Pemilahan di sumber
TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH (TPS) 3R Kompos
Residu Diangkut dgn Motor/ sepeda/gerobak
TPA
Sampah dapat dimanfaatkan/jual sebagai nilai tambah
Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat o Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, yang direncanakan, dilaksanakan (jika layak), dipantau dan dievaluasi bersama masyarakat o Pemeran utama dalam pengelolaan sampah adalah masyarakat o Pemerintah dan Lembaga lainnya seperti LSM hanya berfungsi sebagai motivator dan fasilitator. 3 R Telaga Bestari – Tangerang (Replikasi Best Practice)
13