14/06/2013
Penyebab Banjir Indonesia: Iklim/curah hujan Gelobang pasang/Rob Limpasan sungai
OLEH: Alif Noor Anna Suharjo Yuli Priyana Rudiyanto
Penyebab Utama Banjir di Surakarta: Iklim dengan curah hujan tinggi Alih Fungsi lahan Morfologi Sungai
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tujuan
Penelitian
Menganalisis
pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu Metode
Penelitian
Survei
dengan analisis data skunder, berupa data potensi limpasan permukaan, data penggunaan lahan, dan data morfologi sungai
Gambar 1. Peta Administrasi Daerah Penelitian
1
14/06/2013
Grafik Curah Hujan Rerata Bulanan Tahun 2004-2008 500 400 CH
300
CH
200 100
ei M
Ju ni
0 Ag us tu Se s pt em be r O kt ob er No ve m De be r se m be r Ja nu a Fe ri br ua ri M ar et Ap ril
atas penentuan iklim dengan Schmidt dan Ferguson dari 5 stasiun, diperoleh bahwa daerah penelitian mempunyai iklim agak kering sampai sedang.
Ju li
Didasarkan
Bulan
Artinya
Debit Sungai Bengawan Solo (Pengukuran di Jurug) 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 -
Debit
J Ag uli u 08 Se stu pt s 0 em 8 be r O kt 08 o N be ov r em 08 b D es er em 0 8 be Ja r 0 nu 8 a Fe ri 0 9 br ua ri M 09 ar et 0 Ap 9 ril 09 M ei 09 Ju ni 09
Debit
daerah penelitian termasuk daerah yang mempunyai jumlah bulan hujannya kurang mencukupi bulan kering, sampai yang jumlah bulan hujannya setara dengan bulan kering
Bulan
Peta Perubahan Penggunaan Lahan
Terjadi Alih Fungsi Lahan di Daerah Penelitian
Penggunaan Lahan Hutan Kebun Lahan Kering Permukiman Sawah Daerah Berair Jumlah
1989 216.842.624,64 385.804.095,54 1.371.238.737,90 405.896.735,54 1.308.204.097,86 86.008.417,08 3.773.994.708,56
Luas (m²) % 2002 5,75 95.364.768,39 10,22 1.011.058.458,59 36,33 835.809.514,07 10,76 678.769.872,10 34,66 1.066.983.678,33 2,28 86.008.417,08 100 3.773.994.708,56
Selisih (m2) % 2,53 -121.477.856.25 26,79 +625.254.363.05 22,15 -535.429.223.83 17,99 +272.873.136.56 28,27 -241.220.419.53 2,28 0 100 0
2
14/06/2013
Peningkatan Debit Puncak Sungai
40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
1989
W ad uk /D ae rah
Be ra ir
h
an
Sa wa
Pe rm uk im
La ha n
Ke bu n
Ke rin g
2002
Hu tan
Luas (%)
Grafik Penggunaan Lahan 1989 dan 2002
Penggunaan Lahan
Perubahan Potensi Air Permukaan (Co)
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sub Sub DAS
Alang Unggahan Bambang Dengkeng Jlantah Walikun Ds Keduang Mungkung Pepe Samin Wiroko Temon Waduk/Daerah Berair
Cover 1989 12,908 15,377 15,214 15,468 13,674 13,811 13,957 15,867 12,193 2,500
Co (%) 1989 49,147 31,673 38,836 44,211 46,288 41,752 37,463 43,936 52,347 37,643
Paleomorfologi Sungai Bengawan Solo
Cover Co (%) 2002 2002
Selisih Co
13,998 16,142 15,205 14,996 13,090 12,453 12,845 15,055 12,529 2,500
+1,090 +0,765 -0,009 -0,472 -0,584 -1,358 -1,112 -0,812 +0,336 0
50,237 32,438 38,827 43,739 45,704 40,394 36,351 43,124 52,683 37,643
Sungai Bengawan Solo awalnya arah aliran mengalir ke arah selatan bermuara ke Samudra Indonesia. Akibat tenaga paleo tektonik dari Australia yang menunjam ke Pulau Jawa maka bagian pinggir (bagian Selatan Pulau Jawa) berangsur-angsur terangkat sehingga aliran air tidak dapat mengalir ke Selatan dan berbalik ke Utara yang lebih rendah. Bekas-bekas yang ditinggal sebagai bukti bahwa Sungai Bengawan Solo pernah mengalir ke Pantai Selatan Jawa yaitu morfologi sungai, struktur perlapisan sedimen, ukuran butir sedimen, dan asal sedimen terbentuk.
Sumber: Hasil pengolahan data primer
3
14/06/2013
Morfologi Sungai Bengawan Solo Masa Sekarang Penampang sungai yakni dasar sungai merupakan hasil morfologi masa sekarang. Hal ini disebabkan karena adanya penumpukan atau sedimentasi material-material yang terbawa oleh aliran air sungai. Hasil analisa kemencengan data ukuran butir (2010) didapatkan angka kemencengan positif. Hal ini berarti material tersebut merupakan hasil proses fluvial bukan marin. Arah aliran menuju ke Utara yaitu ke Pantai Utara Jawa yang lebih rendah
No 1 2 3 4 5 6 7 8
No Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8
Skewness + 0.0358 + 0.00585 + 0.00414 + 0.00578 + 2.0535 + 0.07147 + 0.0114 + 0.0883
Sumber: Analisa Data Ukuran Butir, 2010
Gambar 3. Profil Material Sedimen
Tabel Ketinggian Permukaan Sungai Bengawan Solo Titik
Ketinggian Air (mdpal)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
118 118 118 118 117 109 107 106 106 105 114 108 103 105 103 103 95 94 96 83 85
Ketinggian Permukaan (mdpal) 128 128 128 125 124 116 116 116 116 115 116 121 108 110 114 106 102 100 107 105 108
Sumber: Cek Lapangan, 2010 Gambar 4. Peta Profil Melintang dan Sebaran Sampel Sungai Bengawan Solo
4
14/06/2013
Pelurusan Sungai Bengawan Solo Pelurusan Sungai Bengawan Solo Hulu, menyebabkan laju air dan debit meningkat, yang menyebabkan erosi tebing dan sedimentasi
Model Pengendalian berdasarkan Parameter Curah Hujan Sumur Resapan
Model Pengendalian Banjir Berdasarkan Parameter Utama Penyebab Banjir
Kolam Konservasi
Areal Perlindungan Air Tanah
River Side Polder
Metode Biopori
5
14/06/2013
Model Pengendalian berdasarkan Morfologi Sungai Model Pengendalian berdasarkan Alih Fungsi Lahan Mengaktifkan Oxbow
Re-vegetasi Bantaran dan Tebing Sungai
Evaluasi Perda Kabupaten / Kota Program pembangunan infrastruktur jalan raya yang ada di wilayah Surakarta, Klaten, Boyolali, Wonogiri dan Sukoharjo selama ini cenderung mengabaikan prinsip-prinsip lingkungan
Evaluasi RTRW/K UU No 26 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang Pasal 17, yakni Pemerintah harus mengupayakan agar luas area hutan di wilayah aliran Sungai Bengawan Solo mencapai angka 30% dari luas total seluruh DAS tersebut, namun pada kenyataannya berdasarkan penelitian yang dilakukan luas area hutan yang ada di kawasan Sungai Bengawan Solo tidak mencapai 30%, yakni hanya 2,53% dari luas total seluruh DAS
Reboisasi dan Penghijauan Pada daeah hulu Program penghijauan dan reboisasi di daerah hulu penting karena setiap aktivitas yang dilakukan pada daerah hulu akan berdampak pada keseimbangan ekosistem wilayah hilir
Model Pengendalian Banjir Terpadu Salah satu bentuk terpadu dalam penelitian adalah adanya bentuk kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Partisipasi masyarakat mempunyai arti penting dalam suksesnya suatu proyek atau kegiatan sumber daya air. Tingkatan partisipasi masyarakat akan berdampak secara signifikan terhadap laju konflik yang timbul akibat adanya proyek atau kegiatan
Perubahan tata guna lahan dapat meningkatkan potensi air permukaan akibat luasan vegetasi di daerah penelitian berkurang. Hal ini juga didukung oleh penelitian Kodatie, dkk., (2005) yang menyatakan bahwa adanya perubahan tata guna lahan akan berdampak pada perubahan debitnya. Selain penggunaan lahan faktor kondisi morfologi sungai juga berpengaruh signifikan terhadap kejadian banjir di Kota Surakarta. Hal ini dikarenakan Sungai Bengawan Solo Hulu yang telah mengalami pelurusan, menyebabkan laju air dan debit meningkat, yang menyebabkan erosi tebing dan sedimentasi.Curah hujan yang jatuh di daerah penelitian umumnya pada bulan basah yang terjadi antara Bulan Oktober hingga April (musim penghujan). Debit aliran sungai pada musim kemarau umumnya menurun sesuai dengan distribusi curah hujan yang rendah (bulan kering) dan sebaliknya.
Model pengendalian banjir yang dapat diterapkan di daerah penelitian berdasarkan parameter curah hujan meliputi: metode sumur resapan, metode river side polder, metode kolam konservasi, metode perlindungan areal airtanah, dan metode biopori; berdasarkan parameter tata guna lahan meliputi: evaluasi RTRW/RTRK, evaluasi Perda Lingkungan Hidup, pengadaan program penghijauan, dan reboisasi pada daerah hulu; berdasarkan parameter morfologi sungai meliputi: mengaktifkan oxbow, re-vegetasi daerah bantaran dan tebing sungai, dan melakukan pelebaran daerah bantaran sungai
Adapun model pengendalian banjir terpadu yang harus dilakukan adalah dengan mengikutsertakan peran masyarakat dalam upaya pengelolaan sumber daya air. Hal ini dibutuhkan untuk memperkecil terjadinya konflik pengelolaan sumber daya air
Gambar 14. Peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan SDA
6
14/06/2013
Sekian dan terimakasih
7