BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta benda maupun material cukup besar. Bencana alam dapat dipicu oleh adanya penggundulan hutan, pembukaan lahan usaha di lereng-lereng pegunungan, dan pembuatan sawah-sawah basah pada daerah-daerah lereng lembah yang curam. Menurut Sutikno (1995), Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam karena terletak pada daerah yang aktif tektonik dan vulkanik sebagai akibat pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng India-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana banjir. Banjir adalah bagian dari permasalahan lingkungan fisik di permukaan bumi yang mengakibatkan kerugian dan dapat diartikan suatu keadaan di mana air sungai melimpah, menggenangi daerah sekitarnya sampai kedalaman tertentu hingga menimbulkan kerugian (Sigit, 1994). Banjir memang bukan hal yang aneh, karena banjir terjadi dibelahan bumi manapun. Banjir bisa terjadi karena curah hujan tinggi, karena es mencair, karena tsunami, badai laut dan lain-lain. Banjir dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain faktor iklim dan faktor fisik wilayah tersebut. Faktor utama terjadinya banjir adalah faktor iklim, yaitu hujan. Hujan merupakan sumber air untuk terjadinya banjir. Banjir tidak akan terjadi bila permukaan yang terkena hujan mampu meresapkan air dengan baik, sehingga menurunkan jumlah air hujan yang langsung mengalir melalui permukaan (Adiningsih, 1998 dalam Sariwulan et al., 2000). Ini menunjukkan bahwa selain faktor utama berupa faktor iklim, faktor fisik wilayah juga mempengaruhi.
1
Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam serta persoalan banjir yang disebabkan oleh aktifitas penduduk. Kondisi dan peristiwa alam yang dimaksud, antara lain curah hujan yang tinggi; jumlah aliran permukaan yang besar; melimpasnya air sungai; dan pembendungan muara sungai akibat air pasang dari laut. Faktor aktifitas penduduk berpengaruh terhadap kejadian banjir, seperti tumbuhnya daerah budidaya di daerah dataran banjir; penimbunan daerah rawa atau situ atau reklamasi pantai; menyempitnya alur sungai akibat adanya pemukiman di sepanjang sempadan aliran sungai; dan pengendalian pemukiman di sepanjang sempadan sungai tidak dilaksanakan dengan baik. Fenomena banjir yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia masih didominasi oleh adanya curah hujan yang tinggi dan luapan air sungai. Seperti halnya yang terjadi di Bengawan Solo, ketika curah hujan tinggi dan Bengawan Solo tidak dapat menampung air yang berasal dari air hujan, maka terjadi luapan dan mengakibatkan banjir. Luapan air Bengawan Solo, menggenangi daerah-daerah pinggir sungai, terutama yang dilalui oleh Bengawan Solo, salah satunya di Kabupaten Sragen. Maka dari itu dengan adanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zonasi kerentanan banjir di Kabupaten Sragen agar dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut atau kepentingan dalam hal mitigasi bencana. Kerentanan dikatakan sebagai suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidak mampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Semakin besar bencana terjadi, maka kerugian akan semakin besar apabila manusia, lingkungan dan infrastruktur semakin rentan (Himbawan, 2010). Mengingat bencana banjir dapat merugikan penduduk, maka perlu adanya pengkajian mengenai wilayah yang rentan terhadap banjir sehingga upaya penanggulangannya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Peta zonasi kerentanan banjir merupakan bagian dari sistem peringatan dini dari bahaya banjir sehingga daerah-
2
daerah yang terkena banjir dapat diperkirakan dan pada akhirnya dapat dipetakan. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) sangatlah penting, dimana kurangnya aplikasi SIG yang bisa menjelaskan, mempresentasikan objek daerah rentan banjir dari dunia nyata yang digunakan di dalam bentuk digital. Bahaya akan banjir merupakan salah satu masalah yang telah menjadi prioritas yang harus diantisipasi dan ditanggulangi, namun demikian belum mencapai hasil yang diinginkan. Dengan adanya zonasi daerah rentan banjir ini akan ada informasi dini untuk mengetahui daerahdaerah mana yang rentan banjir, yang dapat dilihat nantinya dari peta kerentanan banjir. Dimana diharapkan dengan adanya peta kerentanan banjir, bisa dilakukan evaluasi untuk meminimalisir terjadinya banjir di daerah yang termasuk zona rentan banjir seperti perbaikan drainase permukaan. Citra ALOS digunakan dalam melakukan interpretasi dalam hal ini untuk mengidentifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Sragen. Hasil identifikasi penggunaan lahan nantinya akan dapat digunakan sebagai parameter kerentanan banjir dan dapat diketahui hasil akhir yaitu peta zonasi kerentanan banjir.
1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini antara lain : 1.
Bagaimana menganalisis tingkat kerentanan banjir berdasarkan parameter-parameter
kerentanan
banjir
di
Kabupaten
Sragen
menggunakan data penginderaan jauh dan pengolahan dengan SIG 2.
Bagaimana zonasi persebaran daerah rawan banjir di Kabupaten Sragen?
3.
Bagaimana karakteristik kerentanan dan daerah rawan banjir di Kabupaten Sragen?
3
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Membuat pemetaan zonasi kerentanan banjir Kabupaten Sragen dengan Aplikasi Penginderaan Jauh Sistem Informasi Geografi
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.
Ilmiah Memiliki
kegunaan
dalam
perkembangan
aplikasi
teknik
penginderaan jauh dalam pemanfaatan citra satelit dan sistem informasi geografi sebagai sarana untuk memetakan zonasi kerentanan banjir 1.4.2.
Praktis Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang zonasi kerentanan banjir di Kabupaten Sragen sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk meminimalisir terjadinya banjir di daerah yang termasuk zona rentan banjir seperti perbaikan drainase permukaan.
4
Daerah Hulu Sungai
Kerusakan daerah hulu sungai yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan yang tidak tepat
Terjadi erosi di sekitar sungai dan pendangkalan dasar sungai
Permasalahan : - Tingginya curah hujan di hulu sungai sehingga debit sungai meningkat - Pendangkalan sungai menyebabkan air meluap jika debit sunggai tinggi - Terjadilah banjir
Parameter Kerentanan Banjir : a. Kemiringan Lereng b. Penggunaan Lahan c. Infiltrasi Tanah d. Kerapatan Drainase e. Curah Hujan
Aplikasi SIG untuk zonasi kerentanan banjir banjir Zonasi Kerentanan Banjir
Gambar 1.1.1. Kerangka Pemikiran
5