PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBICARA SISWA, KELAS VII SMP N 5 SUKOHARJO, TAHUN AJARAN 2011/2012
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S S-1 PendidikanBahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Diajukan Oleh: LUCY PRASETYO SIWI A. 310 080 106
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 3
Surakarta ss
ii
2
ABSTRAK PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA, KELAS VII SMP N 5 SUKOHARJO, TAHUN AJARAN 2011/2012 Lucy Prasetyo Siwi. A.310080 106. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012. 83 halaman. Ada dua tujuan yang dicapai dalam penelitian ini,(1) Mengetahui peningkatan kemampuan keterampilan berbicara peserta didik kelas VII A SMP N 5 Sukoharjo dalam menceritakan tokoh Pandawa dengan menggunakan media wayang. (2) Mengetahui tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran berbicara atau bercerita dengan menggunakan media wayang.Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan tiga siklus. Setiap siklus dimulai dengan perencanaan tindakan berupa penyusunan rpp, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi untuk tindakan berikutnya. Teknik pengumpulan data diambil dari observasi, wawancara, angket, dokumentasi dan praktek berbicara. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang penggunaan media wayang untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas VIISMP Negeri 5 Sukoharjo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Pada siklus 1 diketahui nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 75, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2335 dan 64,88. Pada silus II diketahui nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir siklus 3 diketahui nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2860 dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus 1 ke siklus II dan 10,64 % dari siklus II ke siklus III. Setelah menggunakan media wayang, siswa menjadi mudah dalam menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih banyak beraktifitas karena dianggap media wayang adalah media yang menyenangkan sambil belajar budaya Indonesia. Selain itu dengan adanya media wayang, peserta didik juga dapat belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh Pandawa. Penggunaan media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta didik karena peserta didik dapat berlatih berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa harus malu maupun grogi. Kata kunci: media wayang, kemampuan berbicara.
iii
1
A. PENDAHULUAN Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat berbicara dan sebagai pengembang kebudayaan. Fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, baik komunikasi secara lisan maupun komunikasi secara tulis. Manusia di dalam kehidupan sehari-hari selalu mengadakan hubungan dengan manusia lainnya. Peranan bahasa di dalam kehidupan manusia sangat penting sebab bahasa selalu diperlukan oleh masyarakat untuk berkomunikasi antaranggotanya ( Nasucha, 2008: 4). Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan. Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi peserta didik
karena memang
masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian potensinya dapat disaring dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Kesadaran pentingnya penggunaan bahasa Indonesia merupakan suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa serta sikap positif terhadap pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang bertujuan mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu (a) aspek lisan aktif berupa kegiatan berbicara (speaking skills), (b) aspek lisan pasif berupa kegiatan mendengar/menyimak (listening skills), (c) aspek tulis aktif berupa kegiatan menulis (writing skills), (d) aspek tulis pasif berupa kegiatan membaca (reading skills) (Nasucha, 2008:4). Berbicara merupakan kegiatan lisan yang melibatkan organ fisik, seperti gerakan bibir, tangan, mata dan yang lainnya (Nasucha, 2008:5). Setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran berbicara seharusnya
2
mendapat perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa, karena dengan pembelajaran berbicara peserta didik dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang peserta didik akan mampu mengembangkan kemampuan berbicara, membaca, menulis, dan menyimak. Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi. Kedudukan media pengajaran dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi antara guru dan peserta didik. Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar bagi guru. Penggunaan media diharapkan dapat mempertinggi proses belajar dan kualitas hasil belajar sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Media wayang merupakan seni kerajinan yang masih erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia. Media wayang digunakan karena sangat menarik bagi peserta didik untuk proses pembelajaran, selain melestarikan budaya khususnya Jawa dan memelihara kebudayaan tradisional dengan baik. Media wayang juga dapat memotivasi siswa dalam belajar. Sedangkan wayang yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh pandawa (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, sadewa) (Nanda, 2010: 5)
3
Banyak peneliti menggunakan media dalam proses belajar mengajar, tetapi sebagian besar belum menggunakan media wayang. Penulis merasa tertarik dan berkeinginan untuk meneliti tentang penggunaan media wayang. Penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Penggunaan Media Wayang untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa, dalam Bahasa Indonesia Kelas VII SMP N5 Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012”. B. METODE PENELITIAN Bentuk penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunta (2007:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas dilakukan beberapa tahap yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observising), dan refleksi (reflecting). Objek penelitian ini adalah proses pembelajaran peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan media wayang. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A SMP N 5 Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012. Data dalam penelitian ini berupa kemampuan berbicara dengan menceritakan tokoh Pandawa, sedangkan sumber data meliputi aktivitas peserta didik kelas VII A SMP N 5 Sukoharjo, dalam menggunakan media wayang dan dokumen yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat peneliti dan dokumentasi yang berupa foto dalam kegiatan proses belajar mengajar. Prosedur dalam penelitian ini, Peneliti menyusun beberapa tindakan dan mengaplikasikannya dalam beberapa siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 kegiatan yaitu: perencanaan (planning), tindakan (implementing), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Proses Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan menjadi tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III.
4
Pengambilan data dalam Penelitian tindakan kelas ini meliputi: wawancara yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, observasi merupakan pengumpulan data dengan aktivitas yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan sebuah penelitian, dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara membaca, mengambil gambar, menulis, merekam dan lain-lain, angket merupakan sumber data yang
komperhensif
bila
dilakukan
pengukuran
terhadap
suatu
kebutuhan.dan praktek berbicara merupakan melihat kemampuan peserta didik dalam berbicara baik secara kelompok maupun individu selama proses pembelajaran berlangsung (Sarwono, 2006: 225-226). C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini penulis berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dengan metode wayang. Siswa menjadi lebih aktif di dalam kelas ketika pelajaran berlangsung. Media wayang dapat menarik minat siswa untuk belajar berbicara, sehingga peneliti dapat dengan mudah menyampaikan materi bahasa Indonesia kepada siswa. Keberhasilan siswa dalam berbicara dapat dilihat melalui peningkatan nilai siswa setiap siklusnya. Pada pra siklus mencapai nilai dan jumlah rata-rata 2070 dan 57,50. Pada siklus 1 tercapai nilai dan jumlah rata-rata 2335 dan 64,88. Pada silus II tercapai nilai dan jumlah rata-rata 2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir siklus 3 tercapai nilai 2860 dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus 1 ke siklus II dan 10,64 % dari siklus II ke siklus III. Aktivitas observasi pada siklus I dalam mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh yang diidolakan. Nama : Anita Utaminingsih No : 8 Kelas : VII A Yudistira Anak pertama atau tertua dari Dewi Kunthi dan ayahnya Pandudewanata. Dia memiliki sifat yang baik yaitu
5
pandai, jujur, baik hati, tabah, rajin, dan pandai memainkan senjata tombak dan menjinakkan hewan dengan cara menaruhkan tanganya dikepala hewan itu. Dia juga berasal dari negara Amarta. Alasan mengidolaknnya, karena dia bijaksana, pandai, tabah dan suka menolong. Dia memimpin negara Amarta dengan bijaksana dan adil, tidak membedakan yang satu dengan yang lain. Setelah siswa selesai dengan prakteknya, maka peneliti meminta siswa untuk mengulang kembali tentang pandawa tanpa ada pengulangan materi dari peneliti. Peneliti pada awalnya tidak memaksakan mereka dengan menunjuk, tetapi memberi kesempatan kepada mereka untuk berani aktif. Tetapi karena mereka masih teringat dengan kegiatan mereka apalagi dengan bentuk dan ciri khas wayang yang telah dijelaskan oleh peneliti, ada beberapa siswa yang berani angkat tangan, dan berbicara tentang tokoh pandawa tersebut berdasarkan apa yang telah mereka pelajari. Pada observasi di siklus I ternyata siswa memang terlihat kurang begitu minat dengan pelajaran bahasa Indonesia, karena banyak bahasa-bahasa baru yang belum begitu dikenal oleh siswa. Kemampuan siswa pada siklus pertama dapat dilihat dengan nilai rata-rata adalah 65 nilai meningkat dari sebelum observasi hingga observasi siklus pertama. Siklus berikutnya (siklus II), Aktivitas peserta didik dalam menceritakan tokoh pandawa yang diidolakan. Nama No Kelas
: Muh. Irfan k : 25 : VII A Arjuna Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan Pandudewnata, ia merupakan penjelmaan dari dewa Indra ( sang dewa perang), tinggal di Negara madukara. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai satria terbaik. Kemahiran dalam peperangannya menjadikan sebagai tumpuan para pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Kurushetra. Arjuna mempunyai segudang istri dan kekasih karena dia tampan dan berhati lembut. Berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup didunia sedangkan Arjuna
6
petualangan cintanya memukau sehingga para putri dan dayang banyak yang mengejar cintanya. Arjuna berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira di angkat menjadi raja. Ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama dengan saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupannya. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, pa meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga. Karena itulah saya mengiidolakan Arjuna, semua orang di dunia ini sebenarnnya banyak yang mengidolakannya, ketampananannyza menbuat para wanita jatuh cinta. Setelah siswa selesai dengan prakteknya, maka peneliti meminta siswa untuk mengulang dengan menceritakan kembali tantang pandawa secara keseluruhan dari yang mereka tahu tak terlepas dari tokoh yang mereka sukai. Peneliti mulai menunjuk satu-satu siswa sesuai dengan aktifitas yang mereka lakukan saat pemberian materi dan praktek. Siswa mulai terbiasa dengan peneliti sebagai guru dan metode pembelajaran yang berganti topik, membuat siswa lebih fresh di tiap kali pertemuan. Pada siklus II materi sedikit lebih sulit dan lebih banyak jadi akan membuat siswa lebih fokus. Siswa merasa sedikit kesulitan dengan beberapa kata-kata baru dalam dunia perwayangan karena ada kata yang menggunakan bahasa jawa, hingga peneliti harus lebih hati-hati dan lebih banyak bertanya tentang penguasaan siswa. Pada siklus II ini mencapai keberhasilan dalam nilai, terlihat dari rata-rata nilainya adalah 73. Peningkatan nilai antara siklus I dan siklus 2 adalah
10% hingga dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan hasil pembelajaran yang baik, perlu adanya pengajaran yang bertahap. Siklus berikutnya (siklus III), Aktifitas peserta didik dalam berdialog. Anita : Hai Dika, menurut kamu dari kelima tokoh pandawa siapa yang kamu idolakan? Dika : Kalau aku lebih mengidolakan si kembar Nakula dan Sadewa, tapi lebih mengidolakan Sadewa. Lha kamu siapa? Anita : Aku jelas mengidolakan tokoh Pandawa yang paling tua, hayo kamu tahu tidak siapa?
7
Dika : Jelas tahulah, Yudistira kan?memangnya apa kelebihan Yudistira sehingga kamu mengidolakannya? Anita : Betul sekali. Yudistira merupakan anak tertua dari Dewi Kunthi dan Prabu Paudu Dewanata. Dia memiliki sifat pandai, rajin, tabah, dan pandai menjinakkan hewan dengan mudah. Itulah mengapa aku sangat mengidolakan Yudistira. Sifat-sifatnya yang baik hati dan tabah dapat menjadi tauladan bagi kita semua. Kamu sendiri mengapa mengidolakan Sadewa, Dika? Dika : Kalau aku jelas mengidolakan Sadewa. Sadewa merupakan anak dari Dewi madrim dan Prabu Pandu Dewanata. Dia ahli dalam memainkan lembing dan dia merupakan titisan dari Dewa Aswin (dewa Pengobatan), sifatnya juga patut dicontoh,karena tidak sombong dan suka menolong. Alasan utama aku mengidolakan sadewa, karena dia ahli dalam bidang pengobatan. Karena hanya dia yang ahli dalam pengobatan dibandingkan anggota Pandawa yang lain. Anita : Jadi dari tokoh Pandawa kita mendapatkan pelajaran yang berarti, yakni kita harus mencontoh semua sifat-sifat Pandawa Dika : Iya benar katamu Anita Pada praktek siklus terakhir ini siswa lebih terbiasa dengan peneliti sebagai guru dan metode pembelajaran yang berganti topik dan diskusi (kooperatif) yang berubah-ubah pula membuat siswa lebih fresh di tiap kali pertemuan. Pada siklus III materi sedikit lebih meningkat tingkat kesulitannya karena perlu penggabungan semua hal yang berhubungan dengan berbicara yaitu, suara, lafal, intonasi, gestur dan mimik untuk menyelesaikan tugas praktek, itu akan membuat siswa lebih fokus. Tetapi karena siswa sudah terbiasa dengan kata-kata baru tersebut hingga tidak terjadi
permasalahan
pada
penggunaan
kata-kata
sulit
di
bidang
pewayangan. Pada siklus III ini mencapai keberhasilan dalam nilai, terlihat dari jumlah nilai tertinggi yaitu 90 atau dengan persentase siswa 94,44%. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada sesi berbicara dengan media wayang, maka yang dapat diperoleh dari data keadaan siswa dan guru selama pembelajaran adalah: 1. Guru lebih menguasai materi. 2. Guru akan lebih terlibat dalam aktifitas siswa
8
3. Adanya kesan bermain oleh siswa 4. Pada saat pembelajaran siswa memiliki antusias tinggi. 5. Siswa akan memiliki motivasi yang tinggi. 6. Melatih siswa mengeluarkan pendapat. 7. Melatih siswa untuk bekerja sama 8. Membiasakan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang diperoleh selama pembelajaran. 9. Akan melatih tanggung jawab siswa. Adapun kelemahan dan pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran: 1. Efisien waktu kurang dapat dicapai. 2. Siswa terkadang kurang memperhatikan penjelasan guru, tetapi lebih memperhatikan media yang dibawa oleh peneliti. 3. Guru sulit mengontrol kelas karena suasana ramai. 4. Guru terasa sulit mengelokasikan waktu. Berdasarkan data penelitian tersebut, tindak belajar mengajar yang dilakukan melalui media wayang dapat mendorong siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran. Siswa juga lebih semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru terutama ketika dilaksanakannya praktek pada tiap-tiap siklus. Tanggapan peserta didik sesudah menggunakan media wayang siswa mempunyai beberapa pandangan berbeda dengan metode pengajaran yang dilakukan oleh peneliti, dimana mereka merasa bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menyenangkan. Seperti dikatakan oleh beberapa siswa: “Sangat menyenangkan, setelah belajar berbicara dengan menggunakan media wayang lebih mudah dalam menyampaikan sesuatu (Isnaini/19/17 Mei 2012)”
9
“Sangat mendukung karena pada jaman sekarang banyak sekali orang yang mengabaikan seni pewayangan dan dengan cerita wayang kita dapat memahami budaya adat kuno (Khoirul Putri/20/17 Mei 2012)”
“Menggunakan media wayang itu asik, karena kita dapat berlatih berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa harus malu (Hanifan Juliyanti/17/17 Mei 2012)”
Media yang digunakan oleh penulis adalah media wayang untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa, karena memang berbicara adalah salah satu kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa kelas VII A SMP N 5 Sukoharjo. Setelah penerapan dengan media wayang, siswa menjadi mudah dalam menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih banyak beraktifitas karena dianggap media wayang adalah media yang menyenangkan sambil belajar budaya Indonesia. Selain itu dengan adanya media wayang, peserta didik juga dapat belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh Pandawa. Penggunaan media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta didik karena peserta didik dapat berlatih berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa harus malu maupun grogi. Penggunaan media wayang cukup efektif sebagai media pembelajaran berbicara, hasil dari wawancara bahwa peserta didik merasa menggunakan media wayang cukup menarik sehingga mampu membangkitkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. D. SIMPULAN Terjadi peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 5 Sukoharjo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media wayang dari setiap siklus. Pada siklus 1 diketahui nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 75, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2335 dan 64,88. Pada silus II diketahui nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir siklus 3 diketahui nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90, dengan jumlah
10
nilai dan rata-rata 2860 dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus 1 ke siklus II dan 10,64 % dari siklus II ke siklus III. Setelah menggunakan media wayang, siswa menjadi mudah dalam menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih banyak beraktifitas karena dianggap media wayang adalah media yang menyenangkan sambil belajar budaya Indonesia. Selain itu dengan adanya media wayang, peserta didik juga dapat belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh Pandawa. Penggunaan media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta didik karena peserta didik dapat berlatih berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa harus malu maupun grogi. DAFTAR PUSTAKA -------. 2010. Bercerita. (http://www.organisasi.org, diakses Selasa 26 Oktober 2011 pukul 11.00 WIB). Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Larasati. 2004. “Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Teknik Debat pada Siswa Kelas III PS SMKN 8 Semarang Tahun Ajaran 2003/2004”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. (http://www.diglib.unnes.ac.id. Diakses pada kamis 8 Desember 2011 pukul 15.00) Nasucha, Yakup. 2008. Teori Berbicara Untuk Terampil. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nanda. 2010. Ensiklopedi Wayang. Jogjakarta: Absolut. Pradikta. 2009. “ Peningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Kegiatan Bermain Peran Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Srengat Kabupaten Blitar dengan Menggunakan Media Rekaman Iklan Televisi”. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastraindonesia/article/view/4824). Diakses pada kamis 8 Desember 2011 pukul 15.00).
11
Sufanti, Main. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Suprapti. 2009. “Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Penggunaan metode Role Playing: Penelitian Tindakan kelas pada Siswa Kelas VIII B MTs Negeri Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta. Suwandi, Sarwiji. 2009. Modul Penilaian Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Pengembangan Profesi Guru Praktis dan Mudah. Bandung: Alfabeta. Wahyuningsih. 2009. “Upaya Peningkatan keterampilan Bercerita Siswa dengan metode Problem Based Learning pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri I Kutowinangun Kebumen”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yuliatun. 2010. “Peningkatan Kemampuan Bercerita Menggunakan Media Film Kartun Siswa Kelas VII F SMP N 1 Mandiraja Banjarnegara”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. (http://www.google.com/urlpeningkatan_kemampuan_bercerita_). Diakses pada kamis 8 Desember pukul 15.00.