PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI KEISLAMAN DI SMAIT NURHIDAYAH SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh : HERU UTOMO NIM. Q. 100090002
PROGRAM PASCA SARJANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2012
1
2
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI KEISLAMAN DI SMAIT NUR HIDAYAH SUKOHARJO Oleh : Heru Utomo, Muinudinillah Basri dan Sofyan Anif Mahasiswa Pasca Sarjana UMS, Staf Pengajar Pasca Sarjana UMS, Staf Pengajar Pasca Sarjana UMS
Abstract This research is reasonable to be investigated, because character education based Islamic values is very strong effect to the students’achievement in academic and others, that is shown by behaviour that refected Islamic values in his life. The goal of this research is (1) To know the implementasion process of character education based Islamic values in SMAIT Nur Hidayah. (2) To know what kind of approach that can be done in the implementation of character education n based Islamic values in SMAIT Nur Hidayah. The kind of this research is Qualitative research. The subject of this research is the head master, vicehead master, teachers, students, the parents of the students of SMAIT Nur Hidayah. The methode to collect the data is by interview, observation and documentation. The trial of data validity by trianggulasi source and methode. Data analysis by flowing analysis methode. Conclusion that could be taken from this research is, (1) the process of the implementasion process of character education based islamic values in SMAIT Nur Hidayah started by making concept of character education based islamic values that includes vision, mision and the goal of the school based Al qur’an and Sunnah. Then school work programme is made and it is realized in building Islamic school environtment, development of teachers and students throught mentoring model and included in curriculum that integrated in all lesson materials (2) the approach that be done in realizing the programme of character education based islamic values is curriculum approach and learning by model approach and accustomed process. All aproach model mentioned, packed in islamic fondation accustomed with Al Qur’an and Assunah teaching’s Key words : student achievement, character education, Islamic values Pendahuluan Indonesia memiliki warisan nilai-nilai budaya luhur, dengan mayoritas penduduk beragama Islam, didadalamnya terdapat syariat Islam seharusnya menjadi modal utama bangsa Indonesia untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia yang handal berkarakter kuat dan berakhlaq mulia, sehingga di masa yang akan datang bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat, kuat dan menjadi pemimpin dunia.
Namun sungguh disayangkan modal utama tersebut belum dapat
dimaksimalkan sehingga yang terjadi adalah moral bangsa Indonesia semakin hari semakin rusak. Rusaknya moralitas tersebut tidak saja terjadi di kalangan masyarakat bawah namun telah merambah keranah profesional, tokoh masyarakat, terpelajar, pendidik, elit politik, hingga para pemimpin negara baik eksekutif, legislatif, yudikatif, lalu yang tersisa apa dari bangsa yang bermoral ? Sangatlah layak untuk direnungkan tentang pendidikan karakter untuk membentuk moralitas bangsa.
3
Bila diperhatikan dengan cermat, konstitusi Indonesia telah mengamanatkan pentingnya pendidikan karakter, seperti bunyi pasal 31 ayat 3 yaitu “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Untuk menjalankan amanah itu maka UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Tujuan pendidikan tersebut diatas sangat sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam maka sangat jelas peran institusi pendidikan harus mampu mewujudkan amanah konstitusi dan tujuan pendidikan itu sendiri untuk menyelenggarakan pendidikan karakter yang mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam. Pendidkan karakter akhir-akhir ini menjadi sorotan publik, pemerintahpun melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional berupaya merealisasikannya dengan berbagai macam metode, kebijakan-kebijakan baru, seminar dan penelitian. Merujuk pada apa yang disampaikan Prof Bambang Setiaji bahwa “Pendidikan karakter tidak mungkin dapat terlaksana di sekolah tanpa ada percontohan dari publik dan sekolah hanya sebagai pelestari karakter yang sudah ada” (dalam seminar pengembangan keprofesian berkelanjutan di Auditorium Muh Djasman UMS tgl 31-12-11) hal tersebut dapat dilakukan dengan menghadirkan publik itu sendiri ditengah-tengah bangsa, kemudian pertanyaan yang timbul adalah, publik manakah yang bisa dihadirkan untuk membuat desain pendidikan karakter ? jawabanya sudah ada sejak dulu yaitu menghadirkan, menggali kembali kasanah nilai-nilai keislaman. Apa itu karakter? Karakter adalah sesuatu yang baik atau Fitroh yang melekat pada individu manusia yang tercermin dalam kehidupanya secara Pribadi. Sedangkan pendidikan karakter adalah paradigma konstelasi teori, pendekatan serta, prosedur untuk mewujudkan pendidikan karakter itu sendiri (Fakih,2002: 19), adalah suatu system penamaan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau, kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan 4
mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana pembiayaan dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Dalam merealisasikan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di sekolah perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : yang pertama adalah menyiapkan perangkat pendukung berupa kurikulum, hal ini sebagaimana pendapat dari doni koesumo “ Pendidikan karakter di dalam sekolah dapat semakin efektif dan menjadi terstruktur jika kurikulum yang dipakai oleh lembaga sekolah yang memiliki jiwa pendidikan karakter” (Doni Koesuma, 2011:263 Disamping hal tersebut SDM yang Islami diramu dalam sebuah program kerja jangka panjang dan program kerja tahunan juga harus menjadi perhatian. Yang kedua adalah menentukan model pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman antara lain pendekatan kurikulum dan pembelajaran, pendekatan keteladanan dan pendekatan pembiasaan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Zubaidi dalam bukunya menyebutkan bahwa “Efektivitas proses pendidikan karakter dipengaruhi oleh ketepatan pendekatan yang dipilih guru dalam mengajarkan materi tersebut. Secara teoritis, setidaktidaknya ada delapan pendekatan yang dapat digunakan dalam mengajarkan pendidikan karakter/budi pekerti yaitu evocation, inculation, moral reasoning, value clarification, value lysis, moral awareness, commitment approach, dan union approach.” Berdasarkan kajian pustaka dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan karakter digali dari nilainilai luhur berupa nilai Agama, tradisi dan budaya dan akan terealisasikan dengan baik apabila terkonsep dan fleksibel sesuai dengan nilai-nilai luhur dimasyarakat. Dimasukkan dalam kurikulum serta adanya evaluasi dan administrasi yang baik akan menunjang penyelenggaraan pendidikan karakter yang baik. Fokus penelitian ini adalah, untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMA IT Nur Hidayah, selanjutnya fokus penelitian secara umum tersebut dapat penulis jabarkan menjadi fokus penelitian yang lebih khusus sebagaimana berikut: Bagaimana Proses Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah? Pendekatan apa saja yang digunakan dalam penyelenggaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah. Selanjutnya tujuan ini di jabarkan menjadi beberapa tujuan khusus 1) Untuk mengetahui proses penyelenggaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah 2) Untuk mengetahui pendekatan apa saja yang dilakukan dalam penyelenggaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah?
5
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritas maupun praktis bagi dunia pendidikan. Secara teoritis, penelitian ini di harapkan untuk memberikan bahan bagi pengembang teori tentang pendidikan karakter, memberikan masukan bagi pengembangan keilmuan terutama yang berkenaan dengan pengembangan peserta didik yang berkarakter Islami. Secara praktis penelitian ini di harapkan untuk memberikan informasi tentang pendidikan karakter di SMAIT dalam kesesuaian dengan nilai-nilai keislaman serta peranannya dalam membentuk manusia yang berkarakter Islami, bahan kajian bagi pengelola, dan seluruh Sekolah Islam Terpadu khususya dan sekolah lain pada umumnya dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan sekolah.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. pemaparan yang dilakukan menguraikan suatu proses yang terjadi bukan hasil proses terjadi tanpa control dan interaksi peneliti. Melainkan dikumpulkan berupa sifat alamiah berlangsung apa adanya (Margono,2000:40). Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, catatan lapangan, dan bukan semata-mata berupa angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong,2000:6). Pendekatan kualitatif pada umumnya merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak diperlukan rumusan hipotesis
(Arikunto,2002:11). Penelitian
kualitatif yang digunakan bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu. Dengan demikian penelitian ini berusaha mengungkap dan berusaha memaparkan tentang peranan sekolah Islam dalam pendidikan karakter. Berdasarkan pemaparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena dalam mengkaji masalah, peneliti tidak membuktikan atau menolak hipotesis yang diuat sebelum penelitian tetapi mengolah data dan menganalisi suatu masalah secara non numerik. Berdasarkan rangkaian teori tentang penelitian kualitatif tersebut, peneliti berkeyakinan untuk menggunakan jenis peneliatian deskriptif, karena jenis penelitian ini memusatkan pada deskripsi data yang berupa kalimat-kalimat yang mempunyai arti mendalam yang berasal dari informan dan perilaku yang diamati. Desain penelitian adalah Etnografi. Menurut mantja (2005:2) menyatakan bahwa : “etnografi merupakan rekonstruksi budaya sekolompok manusia atau hal-hal yang dianggap budaya dalam berbagi kancah kehidupan manusia (Preissle-Goetz dan lecompte,1991) atau, secara singkat sebagaimana dikemukakan oleh spradley (1980) etnografi adalah budaya tentang perian (deskripsi) kebudayaan”. Lebih lanjut Mantja (2005:5), menyatakan kajian etnografi bersifat holistik artinya, bahwa penelitian ini 6
tidak hanya mengarahkan perhatian pada salah satu atau beberapa variabel tertentu yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu pengkajian. Bentuk holistic ini didasarkan pada pandangan bahwa budaya merupakan keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dalam penelitian kualitatif, etnolgrafi merupakan bentuk yang menonjol, sehingga dalam banyak kepustakaan istilah etnohrafi digunakan sebagai salah satu bentuk penelitian (disamping sebagai desain atau rancangan penelitian) yang meliputi penelitian kualitatif, penelitain studi kasus, penelitian kancah, ataupun penelitian antropologi. Lokasi penelitian ini diadakan di SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo, tepatnya pada penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman. SMAIT telah menyelenggarakan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman dan berdasarkan informasi yang didapatkan penulis bahwa pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman telah berhasil membawa SMAIT berprestasi baik dalam bidang akademik maupun sisi akhlak siswanya. Data dan Sumber data dalam penelitian ini. Menurut Margono (2000:38), Manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpul data. Penelitian kualitatif menghendaki peneliti dengan bantuan orang lain sebagai alat utama pengumpul data. Menurut Sutopo (2002:50-54), sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia dengan prilakunya. Peristiwa atau aktifitas, dokumen, benda, beragam gambar, dan dokumen. Jenis data dalam penelitian ini mencangkup sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari informan yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal, yaitu Kepala sekolah, Waka kurikulum, Waka kesiswaan, Organisasi siswa , Linkungan internal yang lain : Kepala Admin, Guru, Siswa, Karyawan dan Orang tua/Wali siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rencana penelitian ini meliputi :Wawancara adalah pembicaraan teratur antara dua atau lebih orang yang diajukan oleh salah satu dari mereka untuk mendapatkan informasi. Penelitian kualitatif yang menjadi pewawancara adalah peneliti. Wawancara dilakukan secara mendalam guna mendapat kedalaman informasi (Sutopo, 2002 :58).Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen tentang sejarah, kurikulum kegiatan siswa, catatan khusus dan data data lain yang sesuai kebutuhan peneliti, Observasi langsung adalah untuk mendapatkan data tentang kegiatan belajar mengajar dan metodenya. Observasi langsung disebut juga observasi partisipatif. Peneliti mengobservasi secara langsung, baik secara formal maupun informal.
Pengamatan ini difokuskan pada kegiatan pembinaan yang terkait dengan
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran data mengenai penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo
7
Teknik Analisis Data menurut Males dan Huberman (1992:15-18), komponen utama dalam proses analisis, penelitian kualitatif meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi. Sesuai dengan penelitian kualitatif yaitu kerja detektif (tidak diketahui orang) maka proses analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan bersamaan dengan proses pengumpulan data, atau menggunakan proses analisis mengalir (flow model analysis). Reduksi data dilakukan sejak dimulainya proses pengumpulan data, diteruskan pada waktu pengumpulan data berikutnya, dan bersamaan terjalin dengan sajian data dan verifikasi data. Tiga komponen ini mengalir dan tetap saling menjalin sampai kegiatan pengumpulan data berakhir atau sampai proses penulisan laporan selesai. Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan-catatan lapangan yang berhubungan dengan peranan SMAIT Nur Hidayah dalam pengembangan kecerdasan spiritual. Rangkuman catatan-catatan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila data diperlukan dan mengurangi data yang tidak diperlukan, sajian data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik dalam bentuk matrik mauapun dalam bentuk pengkodean.
Dari hasil reduksi dan sajian data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik suatu
kesimpulan dan memferifikasi sehingga menjadi kebermaknaan data, penarikan kesimpulan, untuk menetapkan kesimpulan lebih grounded (beralasan) dan tidak lagi bersifat tentatif (coba-coba) maka penarikan kesimpulan dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan membercheek, triangulasi, dan audittrail, sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi, yaitu pemeriksakan kebenaran data yang diperoleh kepada pihak lain. Trianggulasi yang digunakan peneliti adalah trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2000:178).
Dalam mengumpulkan data peneliti juga menggunakan beragam
sumber data yang tersedia (trianggulasi metode). Artinya data yang sama atau sejenis akan mantap kebenarannya jika digali dari berbagai sumber data yang berbeda. Begitu pula sumber data yang sama akan semakin mantap keabsahan informasinya jika digali dengan metode yang berbeda (triangulasi sumber). Dengan demikikan, untuk menjamin derajat kepercayaan, cara yang ditempuh oleh peneliti adalah : (1). Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan sebaliknya, (2). Membandingkan data hasil dokumentasi dengan data hasil wawancara dan sebaliknya, (3). Membandingkan data hasil angket santri dengan data hasil wawancara, dan hasil observasi, dan data hasil dokumentasi.
8
Hasil Penelitian Dapat dipaparkan bahwa dalam Penyelenggaraan Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah sebagai berikut: 1) SMAIT Nur Hidayah meletakkan dasar nilai-nilai keislaman sebagai landasan filosofis dalam menyelanggarakan pendidikan karakter. 2) Visi, misi dan tujuan sekolah SMIT Nur Hidayah berorientasi pada pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman. 3) Dalam melakukan pembinaan SDM SMAIT Nur Hidayah melakukan pendekatan berbasis nilai-nilai keislaman untuk mewujudkan SDM yang Islami. 4) SMAIT Nur Hidayah menjadikan Guru sebagai figur dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. 5) Dalam membuat program kerja, SMAIT memasukkan nilai-nilai keislaman dalam setiap program kerja tahunan Pendekatan dalam Penyelengaraan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Keislaman di SMAIT Nur Hidayah sebagai berikut: Pendekatan Kurikulum dan Pembelajaran. 1) SMAIT Nur Hidayah menginternalisasikan nilainilai keislaman dalam semua materi pelajaran. 2) SMAIT Nur Hidayah melakukan Islamisasi pada perangkat pembelajaran dan dalam proses pembelajaran Pendekatan Keteladanan 1) SMAIT Nur Hidayah melakukan pembinaan guru untuk merealisasikan program keteladanan. 2) SMAIT Nur Hidayah menjadikan Guru sebagai figur dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. 3)Guru SMAIT Nur Hidayah menunjukkan sikap dan prilaku Islami sebagai teladan bagi para siswa. 4) Kepala sekolah SMAIT Nur Hidayah mampu menjadi figur yang baik bagi seluruh stok holder di lingkungan sekolah Pendekatan pembiasaan 1) SMAIT Nur Hidayah menerapkan pola pembiasaan Islami dalam setiap aktifitas kegiatan sekolah. 2) SMAIT Nur Hidayah menerapkan reward and panismen dalam merealisasikan program pembiasaan karakter keislaman. 3) Nilai-nilai keislaman pada siswa SMAIT Nur Hidayah ditunjukkan dengan perilaku siswa yang berkarakter Islami. 4) SMAIT Nur Hidayah perlu melibatkan orang tua siswa lebih intensif lagi dalam implementasi pendidikan karakter berbasis nilainilai keislaman
PEMBAHASAN Proses Penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah Penyelenggaraan pendidikan karakter di SMAIT Nur Hidayah dimulai dengan meletakkan dasardasar landasan awal yaitu Al Quran dan Assunnah yang selanjutnaya diaplikasikan kedalam visi, misi dan tujuan. Setiap kegiatan sekolah harus benar-benar bernilai keislaman atau tidak menyalahi aturan Islam yang sejalan dengan Al Qur`an dan Assunnah. Misalnya berkaitan dengan materi pelajaran umum maka 9
dalam proses awal pembuatan perangkat pembelajaran sampai dengan proses pembelajaran di kelas dikemas dengan nilai-nilai keislaman. Tujuan penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah adalah untuk membentuk pribadi yang soleh yang berlandaskan Al Qur`an dan Assunnah serta dilaksanakan berdasarkan kondisi lingkungan sekolah dengan mengakomodir budaya lokal yang tidak menyalahi nilai-nilai keislaman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chang Lee Hoon (2010) dalam penelitiannya yang berjudul an appraisal on the implementation of moral education for schools in Malaysia menyatakan bahwa Chang lee hoon menyatakan bahwa Tujuan aktual pendidikan moral adalah untuk membangun karakter yang bertanggung jawab, masyarakat demokrasi dan masyarakat sipil. Kemudian memberikan kesimpulan dari hasil penelitiannya bahwa belajar tentang Pendidikan Moral merupakan keharusan formal bagi siswa muslim dan harus memiliki tujuan berupa nilai-nilai mulia masyarakat Malaysia diambilkan dari nilai-nilai agama, tradisi dan budaya dari berbagai grup etnik di Malaysia yang sesuai dengan nilai-nilai moral secara universal. Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Chang lee hoon dengan penelitian yang dilakukan di SMAIT Nur Hidayah keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Dua penelitian tersebut sama-sama membahas tentang pendidikan karakter. Hanya saja dalam penelitian yang dilakukan oleh Chang lee hoon lebih bersifat umum dimana pendidikan karakter diambil dari seluruh nilai-nilai yang ada dimasyarakat, sedangkan penelitian di SMAIT Nur Hidayah lebih terfokus pada nilai-nilai keislaman. Namun demikian keduanya memiliki kesamaan dalam tujuan pendidikan karakter adalah agar siswa menjadi manusia yang bermoral atau berakahlak karimah. Hal yang jelas berbeda adalah lokasi penelitian dimana penelitian Chang lee hoon berlokasi dimalaysia yang sangat berpengaruh terhadap hasil karena masing-masing tempat memiliki karakteristik dan budaya yang berbeda. Dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di SMAIT Nur Hidayah sangat memperhatikan sisi kurikulum dimana proses penyusunan kurikulum ditekankan pada intergrasi pendidikan karakter kedalam seluruh materi pelajaran. Hal itu tersirat kedalam perangkat pembelajaran silabus, RPP yang teraplikasikan kedalam proses pembelajaran dikelas dan sangat membantu guru dalam memahamkan siswa berkaitan dengan pendidikan karakter di sekolah. Hal tersebut sesuai dengan kesimpulan oleh Lynn Revell dan James Arthur (2007) dalam penelitaannya yang berjudul Character education in schools and the education of teachers menyatakan bahwa Pendidikan karakter yang dimasukkan dalam kurikulum akan sangat membantu guru dalam memahamkan karakter terhadap siswa. Kurikulum menjadi perhatian awal dalam proses penyelenggaraan pendidikan karakter di SMIT Nur Hidayah. Dalam proses tersbut dibentuk tim kusus yang menangani Islamisasi materi pelajaran yang 10
kemudian dilakukan kajian secara intensif oleh pakar-pakar yang berpengalaman. misal dalam memasukkan materi Al Qur`an diharuskan mengetahui tafsir dan kaidah yang berhubungan dengannya maka diadakan kajian oleh ahli tafsir yang diakui keilmuannya. Contoh lain dalam pelajaran bahasa Indonesia apabila terdapat kisah asmara antara dua orang remaja maka bab tersebut dianulir dan diganti dengan kisah-kisah Islami yang sama bahasannya. Berkaitan dengan hal tersebut Menurut Zubaidi (2011: 269) “secara teoritis, ada dua pendekatan yang ditawarkan dalam menerapkan karakter di sekolah. Pertama pendidikan karakter diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Kedua pendididkan karakter diintregasikan kedalam setiap mata pelajaran”. SMAIT Nur Hidayah menerapkan model kedua yaitu diintegrasikannya kedalam setiap materi pelajaran. SMAIT Nur Hidayah telah menyiapkan konsep pendidikan karakter secara istiqomah dan menjadi program tahunan yang secara terus menerus diadakan evaluasi. Melalui proses dalam kurikulum, SMAIT Nur Hidayah menyelenggarakan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman dengan melibatkan semua pihak, guru, karyawan, siswa, orangtua wali dan seluruh lingkungan internal sekolah. Konsep pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah membuat mata rantai yang satu sama lain berhubungan, dari persiapan awal sampai dengan pelaksanaan dan semua melibatkan seluruh komponen sekolah. Kebersamaan dalam menyelenggarakan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman terlihat dalam proses awal dalam menciptakan kultur Islami di SMAIT Nur Hidayah. Menurut Andrianto (2011: 99) “...sekolah yang memahami proses pendidikan akan memanfaatkan setiap waktu selama anak berada di Sekolah sebagai proses pembelajaran” karakter harus dibentuk bukan saja melalui aspek kurikulum namun aspek lingkungan harus menjadi perhatian serius, sekolah harus dapat membuat sebuah budaya pendidikan karakter di luar kelas dengan sebaik-baiknya…” Merujuk pada apa yang disampaikan Andrianto SMAIT Nur Hidayah dalam proses awal penyelenggaraan pendidikan karakter dimulai dengan melakukan pembinaan SDM melalui model mentoring. Model tersebut sangat baik dan memberikan hasil yang maksimal, hal itu terlihat dari kultur keseharian sekolah yang mampu menjaga hubungan harmonis antara guru maupun siswa dan orangtua wali. Harapan dari pembinaan guru model mentoring adalah supaya tercipta iklim yang Islami dan guru mampu menjadi figur teladan yang baik bagi siswa. SMAIT Nur Hidayah berusaha melibatkan seluruh elemen sekolah, selain melibatkan guru dengan pembinaan mentoring pihak sekolah juga melibatkan orang tua wali siswa. Orang tua wali siswa dilibatkan dalam berbagai macam kegiatan yang menunjang program pendidikan karakter berbasis nilai11
nilai keislaman, antara lain dengan adanya kegiatan bersama dalam pembinaan siswa. Sekolah berusaha memberikan kesempatan orang tua wali siswa untuk bersama-sama dalam penanganan siswa. Sebagai contoh ketika siswa melakukan pelanggaran terhadap aturan sekolah maka pihak sekolah melalui wali kelas segera memberikan informasi dan membuat agenda pertemuan bersama untuk membahas persoalan siswa. Pelibatan orang tua wali siswa juga dilakukan dalam pembinaan mentoring siswa yang dilakukan setiap sepekan sekali. Terdapat jadwal mentoring siswa yang terkadang dilakukan di rumah siswa sehingga orang tua dapat ikut memantau sekaligus ikut mengaji. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lynn Revell dan James Arthur (2007) dalam Matthew Wilks Keefer (2006) yang berjudul A critical comparison of classical and domain theory: some implications for character education menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan berkarakter adalah tersedianya konsep yang baik dan lebih fleksibel disesuaikan dengan kondisi masyarakat tertentu, serta melibatkan seluruh komponen penyelenggara pendidikan. Penelitian Lynn Revell dan James Arthur (2007) dalam Matthew Wilks Keefer (2006) telah memberikan kesimpulan bahwa konsep yang baik dan fleksibel dengan melibatkan seluruh komponen penyelenggara pendidikan. Hasil penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian di SMAIT Nur Hidayah, bahwa SMAIT Nur Hidayah telah menyiapkan konsep pendidikan karakter dengan baik dan melibatkan seluruh komponen sekolah. Perbedaan terhadap hasil dari penelitian antara yang dilakukan oleh Lynn Revell dan James Arthur (2007) dalam Matthew Wilks Keefer (2006) dan penelitian di SMAIT Nur Hidayah adalah pada konsep keislaman, bahwa di SMAIT Nur Hidayah meletakkan dasar konsep nilai-nilai keislaman berupa Al Qur`an dan Assunnah yang menjadi dasar dan pedoman dalam membuat konsep penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman daris sisi kurikulum, pembinaan SDM dan Lingkungan sekolah. Kegiatan ektrakurikuler di SMAIT Nur Hidayah sangat beragam, misalnya kegiatan pramuka, dalam kegiatan tersebut diarahkan pada pembentukan karakter siswa yang Islami. Nilai- nilai keislaman menjadi bahan untuk diajarkan sebagai contoh nilai kedisiplinan adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada perturan disekolah termasuk kedisiplinan dalam menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Siswa SMAIT Nur Hidayah belajar tepat waktu ketika datang kesekolah dan tepat waktu ketika melaksanakan perintah ibadah sholat. Kedisiplinan juga terlihat dari cara berbaris ketertiban dalam dalam berpakaian. Kegiatan pramuka juga mengajarkan etika yang selaras dan sejalan dengan nilai keislaman, siswa belajar bagaimana menghormati guru, bergaul dengan sesama teman dan juga pegaulan yang sesuai dengan norma Islam.
12
Kegiatan lainnya adalah mentoring siswa. Dilakukan setiap sepekan sekali yang bertempat disekolah dan terkadang di rumah siswa atau guru Pembina. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota maksimal 10 siswa. Dibina oleh masing-masing guru yang ditunjuk kepala sekolah. Dalam kegiatan tersebut selain materi-materi yang berkaitan dengan peningkatan spiritual siswa juga dilakukan diskusi tentang materi pelajaran. Suasana penuh kekeluargaan menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa. Model mentoring dalam pembinaan siswa di SMAIT Nur Hidayah sangatlah efektif untuk menujang terlaksananya pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai keislaman. Guru lebih dapat memahami kondisi siswa secara lebih mandalam karena model mentoring memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dari hati-kehati apapun pemasalahan yang dihadapi, baik permasalahan berkenaan dengan kepribadian maupun pelajaran. Proses penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan sekAolah, namun perlu dilakukannya pengumpulan data secara sistemis dan konsisten. Pengarsipan data secara sistemis dan konsisten akan sangat membantu sekolah dalam menyikapi hal-hal yang berhubungan dengan perilaku siswa dikemudian hari apabila terjadi penyimpangan atau kenakalan siswa. Sebagaimana kesimpulan oleh Gary Skaggs Nancy Bodenhorn (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Relationships Between Implementing Character Education, Student Behavior, and Student Achievement menyatakan bahwa pengumpulan data perilaku siswa secara sitematis dan konsisten akan sangat bermanfaat terhadap keberhasilan pendidikan karakter. Penelitian Gary Skaggs Nancy Bodenhorn (2006) memberikan gambaran pentingnya administrasi dalam penyelenggaraan pendidikan karakter yang akan sangat bermanfaat pada waktu-waktu yang akan datang. Pengelola sekolah khususnya wali kelas akan dengan sangat mudah menemukan trik atau metode yang pas dalam penanganan siswa bermasalah. Namun demikian hal tersebut tidaklah mutlak harus dilakukan dengan instan, diperlukan waktu dan keistiqomahan dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan karakter secara tertib administrasi.
Pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah SMAIT Nur Hidayah melakukan empat pendekatan dalam merealisasikan penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman. Pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dalam mewujudkan pendidikan karakter 13
itu sendiri. Pendekatan yang dilakukan SMAIT Nur Hidayah adalah
pendekatan kurikulum dan
pembelajaran, pendekatan keteladanan dan Pembiasaan Pendekatan kurikulum dan pembelajaran Dalam penelitian Lynn Revell dan James Arthur 2007 yang berjudul Character education in schools and the education of teachers menyatakan bahwa Pendidikan karakter yang dimasukkan dalam kurikulum akan sangat membantu guru dalam memahamkan karakter terhadap siswa. SMAIT Nur Hidayah menerapkan pendidikan katakter berbasis nilai-nilai keislaman ke dalam jalinan kurikulum yang saling terkait, diintegrasikan ke dalam semua materi pelajaran dituangkan dalam RPP, dan silabus kemudian diaplikasikan kedalam proses pembelajaran Penelitian Lynn Revell dan James Arthur sangat sinkron dengan penelitian di SMAIT Nur Hidayah, dapat diketahui bahwa pendidikan karakter lebih tepat apabila dimasukkan ke dalam kurikulum dan akan sangat efektif dalam memberikan pemahaman siswa tentang karakter yang Islami. Sedangkan dalam proses pembelajaran beberapa pendekatan dilakukan untuk menunjang keberhasilan proses tersebut. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru SMAIT Nur Hidayah adalah Pertama pengetahuan, dalam setiap memulai proses pembelajaran guru-guru senantiasa memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai keislaman, adakalanya dengan membacakan ayat maupun hadis yang disesuaikan dengan konteks materi pelajaran ataupun menceritakan tarikh (sejarah Islam) untuk memotifasi semangat menjalankan hidup yang sesuai dengan aturan Agama. Pendekatan pengetahuan dalam setiap awal pembelajaran sangat efektif untuk menumbuhkan semangat hidup yang Islami. Nilai-nilai keislaman menjadi hal yang tidak asing lagi karena pengetahuan keislaman diberikan setiap awal proses pembelajaran. Pendekatan yang kedua adalah dengan memberikan kesempatan kepada setiap masing-masing individu siswa untuk memberikan tanggapan ataupun pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan nilai-nilai keislaman tersebut. Siswa begitu antusias dengan model pendekatan tesebut. Pertanyaan dan tanggapan dari berbagai macam sudut pandang keluar, maka model pendekatan selanjutnya adalah dengan memberikan rangsangan agar terjadi diskusi yang menarik antara siswa dengan guru bahkan guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi. Pendekatan pembelajaran di SMAIT Nur Hidayah tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Zubaidi (2010) “Ada Tiga tahap penalaran moral itu, yaitu : (1) fase pengetahuan moral, (2) fase perasaan moral, dan (3) fase bertindak secara moral.” Penalaran moral adalah proses sistematis untuk mengevaluasi kebajikan dan mengembangkan pribadi yang konsisten dan tidak memihak serangkaian prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk hidup. Tahap pertama 14
adalah pengetahuan moral yang merupakan fase kognitif yang belajar tentang isu-isu moral dan bagaimana mengatasinya. Tahap kedua adalah menghargai atau perasaan moral, yang merupakan dasar dari apa yang diyakini tentang dirinya sendiri dan orang lain. Tahap ketiga adalah bertindak secara moral, yaitu bagaimana orang-orang bertindak secara nyata berdasar nilai dan apa yang diketahui. Pendekatan keteladanan Dalam penerapan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah pendekatan selajutnya adalah dengan keteladan. Keteladan diperlukan agar peserta didik dapat melihat contoh dalam kehidupan nyata tentang perbuatan yang berkarakter Islami. SMAIT Nur Hidayah memandang pentingnya keteladanan dalam merealisasikan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman. Seluruh guru dan karyawan diberikan pembinaan intensif untuk menunjang program tersebut. Antara lain pembinaan tersebut adalah dengan adanya mentoring yang diwajibkan bagi seluruh guru dan karyawan yang dilakukan satu minggu sekali, pengajian bulanan dan beberapa agenda rutin yang menunjang proses pembentukan karakter Islami. Selain kegiatan penunjang pembentukan karakter Islami tersebut SMAIT Nur Hidayah mengadakan evaluasi pembinaan SDM yang dititik beratkan pada aspek perilaku keseharian guru karyawan di lingkungan sekolah dengan melalui mekanisme yang sudah ditetapkan. Harapannya agar guru dapat menjadi figur Islami sehingga dapat dicontoh oleh peserta didik di lingkungan sekolah. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Furqon (2010: 41) “Keteladanan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mendidik karakter.” Keteladanan lebih mengedepankan aspek tindakan, akhlak, dan perilaku pengajar sehingga peserta didik akan berusaha meniru apa yang telah dicontohkan pengajar. Lebih lanjut furqon menyatakan (2010 : 41) “Keteladanan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam bentuk tindakan nyata dari pada banyak bicara tanpa aksi.” dan sebagaimana pendapat Koesoemo (2011: 215) berpendapat bahwa “adanya keteladanan dalam pendidikan karakter terdapat model peran dalam diri insan pendidik.” keteladan sangat berdampak pada pembentukan karakter peserta didik mereka dapat memahami tentang nilai-nilai kebajikan lebih dekat dan lebih mengena. Pendekatan pembiasaan Beberapa pembiasaan yang dilaksanakan di SMAIT Nur Hidayah adalah pembiasaan menjalankan ibadah yang wajib dan sunah, tilawah Al Qur`an, berpakaian yang Islami dan berperilaku Islami. Hal lainnya adalah siswa dibiasakan berperilaku sopan santun baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa, senantiasa menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri dengan tidak membuang sampah sembarangan. Selain hal tersebut pihak SMAIT Nur Hidayah berupaya menerapkan pembiasaan terhadap ketaatan pada aturan sekolah dan penerapan kredit poin berupa reward and punishment. Hal tersebut 15
dilakukan dengan harapan siswa terbiasa dengan aturan sekolah dan dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik. Sebagaimana pengamatan penulis dengan diterapkannya pembiasaan reward and punisment sangat mendukung pembentukan karakter siswa. Pendekatan pembiasaan di SMAIT Nur Hidayah sesuai dengan pendapat Furqon (2010: 52) “kegiatan pembiasaan secara spontan dapat dilakukan misalnya saling menyapa, baik antar teman, antar guru maupun antara guru dengan murid.” Sedangkan Mustakim (2011: 96) memberikan contoh lain dalam program pembiasaan di sekolah “sekolah menjadikan kebersihan sebagai spririt utama. Program penghijauan, mengolah kembali limbah sampah organik, kampanye sekolah tanpa plastik dll. Programprogram seperti itu akan melahirkan budaya sekolah yang berkarakter.” Pembiasaan lainnya adalah kejujuran, SMIT Nur Hidayah menekankan aspek kejujuran tersebut pada semua aktifitas kegiatan termasuk diantaranya adalah kegiatan ujian sekolah maupun UN. Pihak sekolah melakukan banyak terobosan untuk betul-betul kejujuran menjadi harga mati dari sekolah, sebagai misal dipasangnya sepanduk besar di depan gapura sekolah dan beberapa tempat lainnya yang isinya adalah berkenaan dengan UN yang jujur. Sebagaimana pendapat Adian Husaini (2011:1) Pembiasaan, dilakukan untuk menumbuhkan kultur yang baik di sekolah, kultur yang baik tersebut akan berdampak baik pada proses penyelenggaraan pendidikan karakter. Pendidikan karakter memerlukan pembiasan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang. Kesimpulan Setelah memperhatikan uraian yang telah penulis sampaikan, memperhatikan hasil temuan dan pembahasan dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1) Nilai-nilai keislaman adalah hal yang pokok dalam pendidikan karakter, nilai yang sempurna karna diciptakan oleh yang maha sempurna, sedangkan merealisasikan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari adalah karakter yang terbaik karena berdasarkan Al Qur`an dan Assunnah. Sekolah yang baik adalah yang mampu menghasilkan generasi yang berakhlak karimah dan hal tersebut hanya dapat direalisasikan dengan menerapkan nilai-nilai keislaman dalam setiap aktifitas kegiatan sekolah atau tidak menyalahi nilai-nilai keislaman itu sendiri. Proses penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo dimulai dengan membuat konsep pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman, di dalamnya terdapat visi, misi, tujuan sekolah yang berlandaskan Alqur`an dan Assunnah. Kemudian dibuat sebuah program kerja sekolah yang selanjutnya direalisasikan dalam pembentukan lingkungan sekolah yang Islami, pembinaan guru dan siswa melalui model mentoring dan dimasukkan dalam kurikulum yang terintegrasi kedalam semua mapeteri pelajaran. Sedangkan pendekatan yang dilakukan 16
dalam penyelenggaraan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman di SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo dalam merealisasikan program pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman adalah pendekatan kurikulum dan pembelajaran, pendekatan keteladanan dan pendekatan pembiasaan. Semua model pendekatan tersebut dikemas dalam bingkai keislaman disesuaikan dengan Al Quran dan Assunnah. Saran Bagi kepala sekolah Kepala sekolah agar berupaya untuk terus melakukan perbaikan dan inovasi yang mengarah kepada realisasi tujuan sekolah yang Islami dan senantiasa memberikan motivasi kepada seluruh warga sekolah untuk istiqomah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Bagi guru 1) Agar terus berupaya lebih maksimal dalam mewujudkan integrasi nilai-nilai keislaman pada setiap materi pelajaran yang diwujudkan kedalam perangkat pembelajaran dan direalisasikan dalam proses pembelajaran. 2) Agar terus melakukan inovasi-inovasi pendekatan dalam meralisasikan pendidikan karakter, serta berupaya terus menggali khasanah nilai-nilai keislaman lebih mendalam lagi sebagai bahan integrasi nilai-nilai keislaman kedalam meteri pelajaran. Bagi orang tua Berupaya melakukan pembinaan selama siswa dirumah dan lebih memberikan prioritas pada kajian keislaman serta lebih intensif dalam menjalin hubungan dengan sekolah Bagi praktisi pendidikan Berupaya melakukan kajian yang intensif tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang digali dari Al Qur`an dan Assunnah dan tarikh Islam, sehingga harapannya dapat tercipta konsep pendidikan karakter yang sempurna karena diambil dari kitab yang sempurna. (Al Qur`an dan Assunnah) Bagi penelitian berikutnya Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan, yaitu ditemukannya banyak factor diantaranya pembinaan Guru dan siswa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan karkter berbasis nilai-nilai keislaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pihak terkait yang peduli terhadap pendidikan karakter dan kepada penelitian selanjutnya untuk menelaah kembali berkaitan dengan topik yang baru saja diteliti, seperti peranan orang tua atau wali dalam mewujudkan pendidikan karakter Islami, peranan masyarakat, input, output dalam perspektif pendidikan karakter Islami dan strategi guru dalam merealisasikan nilai-nilai keislaman.
DAFTAR PUSTAKA 17
Arikunto, Suharsimi (2002) Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka Cipta Hollingshead, Barbara (2009). “The concern-based adoption model : a framework for examining implemetation of a character education program”, NASSP Bulletin, Vol. 93, No. 3, Sep 2009. P. 166 Koesoema, Doni (2011). Pendidikan Karakter: strategi mendidik anak di zaman global. Jakarta : Grasindo Lee Hoon, Chang (2010). an appraisal on the implementation of moral education for schools in Malaysia Majid, Adullah & Andayani, Dian (2011). Pendidikan Karakter
persepektif Islam, Bandung : Remaja
Rosda Karya Margono (2000). Metodologi penelitian pedidikan, Jakarta: Rineka Cipta Meleong, Lexy J (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Miles, Mathew B & Huberman, A Michael (1992). Analisis Data Kualitatif, (terj Tjetjep Rohendi Rosidi), Jakarta : UI Press Muslich, Mansur (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta; Bumi Aksara Revell, Lynn dan James Arthur (2007). “A critical comparison of classical and domain theory: some implications for character education”, Journal of Moral Education, Vol. 35, No. 3, September 2006. P. 369–386 Skaggs, Gary Nancy Bodenhorn (2006). “Relationships Between Implementing Character Education, Student Behavior, and Student Achievement”, journal of advanced academics, Volume 18, No. 1, P. 82-144.
18
Sutama (2011). Metode Penelitian Pendidikan: kuantitatif, kualitatif, PTK, R & D. Surakarta : Fairuz Media Matthew Wilks Keefer (2006). “Character education in schools and the education of teachers”, Journal of Moral Education, Vol. 36, No. 1, March 2007, P. 79–92 Zubaedi (2011). Desain Pendidikan Karakter: konsepsi dan aplikasinya dalam lembaga pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Curriculum Vitae Peneliti Peneliti bernama lengkap Heru Utomo lahir di Jombang Jawa Timur pada tanggal 19 Agustus 1982. Menyelesaikan pendidikan strata I di UMS FAI Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2007. Menikah dengan Susmiasih dan dikaruniai anak bernama Muhammad Azka Utama. Memiliki visi dan misi “menciptakan generasi Islami yang siap memimpin negri pada 2030 dan memimpin dunia pada 2050”. Aktifitas dalam dunia pendidikan dimulai pada tahun 2006 sebagai pengajar di TK Alfirdaus, selanjutnya berturut-turut sebagai pengajar khusus tahajji di SD plus Alfirdaus, pengajar di SMP dan SMA Adh Dhuhaa sampai dengan sekarang. Organisasi yang saat ini digeluti penulis adalah menjabat
19
sebagai kepala bidang SDM LPPAS Surakarta, ketua FORJASI (Forum Pekerja Sosial Indonesia), kepala sekolah SMA Adh Dhuhaa Sukoharjo, Pimpinan Pondok Pesantren Adh Dhuhaa Sukoharjo, pendiri dan ketua Yayasan Syamsu Dhuhaanaa serta aktif melakukan kegiatan kemasyarakatan dalam bidang social, Agama dan Pendidikan.
20