perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA (Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Pendidikan Fisika
Oleh : Bambang Siwiharjo S830809204
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL (Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh : Bambang Siwiharjo S830809204
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
.......................
...............
........................
...............
Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA. Ph.d NIP. 19520915 197603 2 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd commit to user NIP. 19520116 198003 1 001 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL (Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011) Disusun oleh : Bambang Siwiharjo S830809204
Telah disetujui oleh Tim Penguji Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
: Prof. Dr. H. Ashadi NIP.
.......................
...............
: Drs. Cari, M.Sc, MA, Ph.D. NIP.
........................
...............
Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001 .......................
...............
2. Dra. Suparmi, MA. Ph.d NIP. 19520915 197603 2 001
...............
Ketua
Sekretaris
........................
Mengetahui, Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.A, Ph.D NIP NIP
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Bambang Siwiharjo
NIM
: S830809204
Menyatakan
dengan
PEMBELAJARAN
FISIKA
sesungguhnya DENGAN
bahwa
METODE
tesis
STUDENT
berjudul TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL (Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan
Bambang Siwiharjo commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ” PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL (Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011). Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Drs. Suranto, M.A, Ph.D yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah memberikan arahan selama penulisan tesis ini. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pembimbing kedua Dra. Suparmi, M.A, Ph.D yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. 5. Segenap dosen pengampu mata kuliah Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis. 6. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis. 7. Istri tercinta (B. Dwi Kristiani M) dan anak pertama kami tersayang (Galatia Vega Raharjo) yang rela mengijinkan untuk terus belajar. 8. Rekan-rekan pascasarjana angkatan paralel September 2009, utamanya Bu Agin dan suami (Pak Aris), Bu Sumiati, Bu Pudji dan Bu Yayuk, yang senasib sepenanggungan. 9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis mendoakan semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat di sisi Allah SWT. Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam pemanfaatan penelitian ini.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
vi
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ..........................................................................................................
i
PERSETUJUAN ..........................................................................................
ii
PENGESAHAN ............................................................................................
iii
KATA-KATA MUTIARA...........................................................................
iv
PERNYATAAN............................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
DAFTAR ISI.................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xv
ABSTRAK .................................................................................................... xvi ABSTRACT .................................................................................................. xvii BAB I. PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................
11
C. Pembatasan Masalah .................................................................
12
D. Perumusan Masalah ..................................................................
13
E. Tujuan Penelitian .......................................................................
13
F. Manfaat Penelitian .....................................................................
14
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II.
digilib.uns.ac.id
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ................................................................................
16
A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran Fisika .................................................
16
a. Teori Belajar .....................................................................
17
b. Teori Belajar Konstruktivisme ...........................................
18
c. Teori Belajar Kognitif ........................................................
25
1). Teori Belajar Piaget ......................................................
26
2). Teori Belajar Ausubel ..................................................
30
3). Teori Belajar Gagne .....................................................
32
d. Teori Belajar Sosial............................................................
33
e. Pembelajaran Kooperatif ....................................................
35
1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif............................
35
2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ................................
37
3). Tujuan Pembelajaran Kooperatif ................................
40
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division(STAD) ....................................................................
42
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ...................................................................................
45
4. Motivasi Belajar ...................................................................
45
5. Interaksi Sosial .....................................................................
50
a. Definisi Interaksi Sosial ...................................................
50
b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ........................................ commit to user
51
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Pengertian Prestasi Belajar dan Penilaian Hasil Belajar ......
52
7. Mata Pelajaran Fisika ...........................................................
57
a. Konsep Gaya ....................................................................
57
b. Hukum-hukum Newton tentang Gerak ............................
58
c. Penerapan Hukum-hukum Newton ..................................
60
B. Penelitian yang Relevan ..........................................................
65
C. Kerangka Berpikir ..................................................................
69
D. Pengajuan Hipotesis................................................................
75
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................
76
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
76
1. Tempat Penelitian .................................................................
76
2. Waktu Penelitian...................................................................
76
B. Metode Penelitian......................................................................
77
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .............
77
1. Penetapan Populasi Penelitian ..............................................
77
2. Penetapan Sampel Penelitian ................................................
78
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................
78
D. Variabel Penelitian ...................................................................
78
1. Variabel Bebas ......................................................................
78
2. Variabel Terikat ....................................................................
80
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
81
1. Metode Tes ...........................................................................
81
2. Metode Angket ..................................................................... commit to user
81
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Metode Dokumentasi ............................................................
81
F. Instrumen Penelitian..................................................................
82
1. Instrumen Pembelajaran .......................................................
82
2. Instrumen Pengambilan Data................................................
82
G. Uji Coba Instrumen Penelitian ..................................................
82
1. Istrumen Penilaian Kognitif..................................................
82
a. Uji Validitas .....................................................................
82
b. Uji Reliabilitas .................................................................
84
c. Uji Tingkat Kesukaran Soal .............................................
85
d. Uji Daya Beda Soal ..........................................................
87
2. Istrumen Penilaian Motivasi dan Interaksi Sosial ................
88
a. Uji Validitas .....................................................................
89
a. Uji Reliabilitas .................................................................
90
H. Teknik Analisis Data ................................................................
91
1. Uji Prasyarat Analisis ...........................................................
92
a. Uji Normalitas ..................................................................
92
b. Uji Homogenitas ..............................................................
92
2. Uji Hipotesis .........................................................................
93
a. Uji Anava .........................................................................
93
a. Uji Lanjut Anava ..............................................................
97
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................
99
A. Deskripsi Data ...........................................................................
99
1. Data Prestasi Belajar Fisika .................................................. commit to user
99
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Data Motivasi ....................................................................... 102 3. Data Interaksi Sosial ............................................................. 105 B. Pengujian prasyarat analisis ...................................................... 107 1. Uji Normalitas ...................................................................... 107 2. Uji Homogenitas ................................................................... 111 C. Pengujian Hipotesis ................................................................... 113 1. Hasil Uji Hipotsis ................................................................. 113 2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan ..................... 116 D. Pembahasan ............................................................................... 119 E. Keterbatasan Penelitian............................................................. 131 BAB V. KESIMPILAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................. 132 A. Kesimpulan ............................................................................... 132 B. Implikasi .................................................................................... 134 1. Implikasi Teoritis .................................................................. 134 2. Implikasi Praktis ................................................................... 135 C. Saran .......................................................................................... 136 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 138 LAMPIRAN.................................................................................................. 140
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL halaman Tabel 1.1 Nilai rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009 ..............
2
Tabel 1.2 Pendidikan Orang Tua ...................................................................
5
Tabel 1.3 Pekerjaan Orang Tua .....................................................................
6
Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky ...................
23
Tabel 2.2 Perkembangan Kognitif Piaget ......................................................
28
Tabel 2.3 Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi ................................
56
Tabel 2.4 Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan ......
56
Tabel 3.1 Tahap Penelitian ............................................................................
74
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian.....................................................................
75
Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ...
82
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrument Tes prestasi belajar 83 Tabel 3.5 Tabel Indeks Kesukaran…………………………………………
84
Tabel 3.6. RangkumanTaraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ...............
85
Tabel 3.7 Tabel Nilai Daya Pembeda Soal ....................................................
86
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestsi Belajar ...........
86
Tabel 3.9 Rancangan Komputasi Data Statistik ............................................
93
Tabel 3.10 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan .....................................
95
Tabel 4.1 Diskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika ..................................
98
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika ................................
99
Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mempunyai Motivasi Tinggi dan Rendah .... 101 Tabel 4.4. Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ..................... 102 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 5 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ....................... 102 Tabel 4.6 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Interaksi Sosial Tinggi dan Rendah………………………………………………………... 103 Tabel 4.7 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ...................... 104 Tabel 4.8 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ........................ 104 Tabel 4.9 Jumlah Siswa dengan Motivasi Tinggi Rendah dan Interaksi Sosial Tinggi Rendah ............................................................................... 105 Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan ..................................................... 113 Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linear Model .. 113 Tabel 4.12 Rangkuman Uji Hasil Komparasi Ganda (Uji Scheffe’) ............. 115
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 2.1 Balok ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α ................ 61 Gambar 2.2 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin ................................... 61 Gambar 2.3 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin dan tergantung .......... 62 Gambar 2.4 Balok meluncur pada bidang miring yang membentuk sudut α
63
Gambar 2.5 Orang berada di dalam lift ......................................................... 63 Gambar 4.1 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ............. 100 Gambar 4.2 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ............... 100 Gambar 4.3 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika ...................................... 107 Gambar 4.4 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ................. 108 Gambar 4.5 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT .................... 109 Gambar 4.6 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Metode ........ 110 Gambar 4.7 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Motivasi ...... 111 Gambar 4.8 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Interaksi Sosial…………………………………………………………
114
Gambar 4.9 Diagram ANOM pengaruh metode terhadap prestasi belajar .... 116 Gambar 4.10 Diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar 117 Gambar 4.11 Diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi Belajar ....................................................................................... 118
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1. Silabus ....................................................................................... 138 Lampiran 2. Skenario Pembelajaran (RPP) ................................................... 140 Lampiran 3. LKS ........................................................................................... 162 Lampiran 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa ............................................... 174 Lampiran 5. Angket Motivasi siswa .............................................................. 175 Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Interaksi Sosial ............................................... 180 Lampiran 7. Angket Interaksi Sosial ............................................................. 181 Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif .................................................. 188 Lampiran 9. Tes Prestasi Kognitif ................................................................. 190 Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Penilaian Afektif .......................................... 197 Lampiran 11. Angket Penilaian Afektif ......................................................... 198 Lampiran 12. Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................ 202 Lampiran 13. Data Induk Penelitian .............................................................. 213 Lampiran 14. Hasil Olah Data Minitab 15..................................................... 215 Lampiran 15. Hasil Analisis Variansi ............................................................ 224 Lampiran 16. Hasil Uji Scheffe’ .................................................................... 228 Lampiran 17. FotoKegiatan ........................................................................... 232 Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian ................................................................. 236
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011, ”Pembelajaran Fisika dengan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Motivasi dan Interaksi Sosial Siswa” (Studi kasus pada materi Hukum-hukum Newton untuk kelas X SMK Negeri Jenawi Semester 1 Tahun Pelajaran 2010-2011). Tesis: Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd; 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT, 2) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah, 3) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah, 4) Interaksi antara metode dan motivasi terhadap prestasi belajar siswa, 5) Interaksi antara metode dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 6) Interaksi antara motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 7) Interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2010, dengan populasi siswa SMK N Jenawi I tahun pelajaran 2010/2011. Populasinya kelas X, XI dan XII, sampel penelitian menggunakan sampel acak mengambil 2 kelas. Kelas pertama (X TKJ 1) yang diberi metode STAD dan kelas kedua (X TKJ 2) yang diberi metode NHT. Tes soal diberikan untuk prestasi belajar aspek kognitif, dan angket untuk motivasi, interaksi sosial siswa dan prestasi belajar aspek afektif. Hipotesis menggunakan Anava tiga jalan 2x2x2 dan uji lanjut menggunakan uji schefee’. Hasil uji ANAVA yang menggunakan taraf signifikasi 5% dan Ftabel = 3,98, menunjukkan : 1) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode STAD dan NHT (Fobs = 4,56), 2) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah (Fobs = 12,60), 3) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah (Fobs = 7,58), 4) tidak ada interaksi antara metode dan motivasi terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,16), 5) tidak ada interaksi antara metode dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,01), 6) tidak ada interaksi antara motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,01), 7) tidak ada interaksi antara media, keingintahuan, dan gaya berpikir terhadap prestasi belajar (Fobs = 3,21). Kata Kunci : STAD, NHT, Motivasi, Interaksi Sosial, hukum-hukum Newton, Prestasi Belajar.
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011,”Science Learning Using Student Teams Achievement Division (STAD) and Numbered Heads Together (NHT) Methods Over Viewed from Student Motivation and Sosicial Interaction” (A case study on Newton Laws for grade X SMKN Jenawi 1st Semester Academic Year 2010/2011). Thesis: Science Education Post Graduate Program, Sebelas Maret Univercity, Surakarta, 2011. Advisors: 1) Prof. Dr. H. Widha sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D. The purposes of this research were to know : 1) the difference of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods, 2) the difference of student achievement between student who had high and low motivation, 3) the difference of student achievement between student who had high and low social interaction, 4) the interaction between mothods and motivation toward student achievement, 5) the interaction between methods and social interaction toward student achievement, 6) the interaction between motivation and social interaction toward student achievement, 7) the interaction between mothods, motivation and social interaction toward student achievement. The research used experimental method and was conducted on November 2010, the population was all student of SMK N Jenawi academic year 2010/2011. The population were grade X, XI and XII. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 classes. The first class (XTKJ I) treaded using STAD method and the second class (X TKJ 2) treaded using NHT method. The data was taken using test for student achievement; and questionere for motivation and social interaction. The hypotheses were tested using Anava with 2x2x2 factorial design and unegual cell member, continued by scheffe’. From the data analysis can be concluded that : 1) there was differencess of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods (Fobs = 4,56), 2) there was differences of student achievement between student who had high and low motivation(Fobs = 12,60), 3) there was difference of student achievement between student who had high and low social interaction (Fobs = 7,58), 4) there was no interaction between methods and motivation toward student achievement (Fobs = 0,16); 5) there was no interaction between methods and social interaction toward student achievement (Fobs = 0,01); 6) there was no interaction between motivation and social interction toward student achievement (Fobs = 0,01); 7) there was no interaction between methods, motivation and social interaction toward the student achievement (Fobs = 3,21). Key words: STAD, NHT, motivation, social interaction, Newton Laws, student achievement.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam yang terjadi di sekitar kita, juga mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. Kemudian digeneralisasikan ke dalam konsep atau prinsip-prinsip. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada era globalisasi ini pengetahuan manusia semakin banyak dan maju dengan pesat. Akibatnya pengetahuan seseorang akan cepat usang, tidak relevan lagi, dan kehilangan nilai dan utilitas. Agar pengetahuan semakin mutakhir, maka harus dikembangkan dengan cara-cara belajar baru, misalnya bagaimana mencari, mengolah,
memilih
informasi
yang
demikian
banyak
sesuai
dengan
kebutuhannya. Menyadari hal di atas maka penyempurnaan kurikulum termasuk kurikulum
fisika
SMK
mutlak
harus
dilaksanakan
secara
dinamis.
Penyempurnaan kurikulum harus dilaksanakan melalui prosedur yang benar, yaitu: evaluasi kurikulum yang lama atau yang sedang berjalan uji coba kurikulum baru, sosialisaai kurikulum baru, maupun menetapkan kurikulum yang baru. Kedinamisan perubahan kurikulum juga harus diikuti perubahan paradigma guru dalam mengajar. Namun sebagian besar guru masih mengajar commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan menganggap bahwa guru adalah yang paling hebat di kelas, guru sebagai sumber pokok di kelas. Guru adalah subyek dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Sebagai akibatnya adalah aktifitas siswa dalam proses pembelajaran rendah atau kurang. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah. Data prestasi belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1.1: Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009 Nilai Rata-rata No
Kelas
KK M
Prosentase
Prosentase
Prosentase
Ulangan
di atas
Mid
di atas
Ujian
di atas
Harian
KKM
Semester
KKM
Semester
KKM
1
XTMO
65
50
14,8 %
57
18,5 %
56
33,3 %
2
XTKJ 1
65
57
42,5 %
59
35 %
61
40 %
3
XTKJ 2
65
56
32,4 %
57
30 %
60
31,5 %
Sumber: Data Guru Rendahnya kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah “ belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Hal tersebut lebih dipersulit lagi oleh kondisi yang turun menurun, dimana guru mendominasi kegiatan pembelajaran” (Mulyasa E 2002 : 47). Dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) maupun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) peranan guru tidak berlaku sebagai subyek dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran bisa dilakukan dari berbagai sumber belajar. Dan guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK sebagai perwujudan dari commit to user kirikulum pendidikan menengah dikembangkan sesuai dengan relevensinya oleh xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setiap kelompok keahlian atau satuan pendidikan. Merujuk Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Permendiknas No. 24 tentang Pelaksanaan Standar Isi SKL , untuk mata pelajaran fisika di SMK beban belajarnya adalah 192 jam / 3 tahun yang kemudian dijabarkan menjadi 3 jam tatap muka per minggu. Materi fisika yang diajarkan pada semester I kelas X adalah Besaran dan Pengukuran (meliputi besaran fisis, dimensi dan pengukuran), Gerak (meliputi kerangka acuan, perpindahan, kecepatan, percepatan, gerak lurus dan gerak melingkar), Gaya dan Hukum-Hukum Newton (meliputi vektor, gaya, hukumhukum Newton dan penerapan hukum-hukum Newton) dan Rotasi Benda Tegar (meliputi gerak rotasi, momentum sudut dan keseimbangan benda tegar). Materi hukum-hukum Newton merupakan materi yang banyak dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kekadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari banyak yang merupakan penerapan hukum-hukum Newton yang sering kali tidak dipahami oleh siswa. Sebagai contoh ketika seseorang sedang naik bis dan tiba-tiba bis tersebut direm mendadak, maka kita menerapkan hukum I Newton. Ketika mendorong mobil yang mogok, sebenarnya kita sedang menerapkan hukum II Newton. Ketika kita memukul meja dengan kepalan tangan atau mendorong tembok dengan kaki sambil duduk, sebenarnya kita sudah menerapkan hukum aksi reaksi atau hukum III Newton. Dengan melihat/memperhatikan kurikulum di atas, maka guru sebagai pengajar dan pendidik dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan juga materi yang diajarkannya. commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun kenyataannya, belum semua guru mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan metode pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa. SMA Negeri Jenawi berdiri berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 211 Tahun 2002 dan berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 421.5/769 Tahun 2009 mengalami alih fungsi dan berubah menjadi SMK Negeri Jenawi. Hal ini disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dan juga atas dasar kajian bahwa hanya ada sekitar 10 % lulusan SMA Negeri Jenawi yang melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Visi SMK Negeri Jenawi adalah mencetak lulusan yang terampil, cerdas dan berbudi pekerti luhur. Sejalan dengan visi tersebut maka para guru dituntut untuk mampu mengembangkan kompetensi siswa di bidang/ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Kebutuhan tenaga kerja di masyarakat menuntut siswa untuk memiliki kompetensi kognitif, psikomotor dan afektif yang optimal. Metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh para guru di SMK Negeri Jenawi adalah metode konvensional, seperti mengajar dengan ceramah, pemberian tugas/pekerjaan rumah (PR), merangkum dan mencatat. Bahkan tidak jarang seorang guru berceramah secara terus-menerus selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga metode pembelajaran yang diterapkan bersifat teacher centered atau pembelajaran berpusat pada guru. Guru seolah-olah sebagai satusatunya sumber belajar di kelas, orang yang paling pandai di kelas, orang yang paling hebat di kelas. Banyak guru di SMK Negeri Jenawi belum menggunakan metode pembelajaran kooperatif sebagai alternatif dari metode konvensional. commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prestasi belajar siswa ditentukan oleh banyak hal, yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut adalah IQ, motivasi, interaksi sosial siswa, kondisi fisik, kesehatan, kreatifitas dan lain-lain. Faktor eksternal tersebut antara lain guru, sarana dan prasarana, lingkungan keluarga dan masyarakat, perkembangan teknologi, metode pembelajaran, dan lain-lain. Para guru di SMK Negeri Jenawi dalam melaksanakan pembelajaran belum memperhatikan faktor-faktor tersebut, khususnya motivasi dan interaksi sosial (faktor internal). Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar orang tua atau wali murid dari siswa SMK Negeri Jenawi berpendidikan SD, hal ini bisa dilihat dari tabel berikut: Tabel 1.2: Pendidikan Orang Tua Pendidikan Orang Tua No
Tahun
SD
SMP
SMA
Diploma
S1
1.
2006
71,34 %
16,66 %
14,06 %
1,56 %
-
2.
2007
70,31 %
15,62 %
9,37 %
3,12 %
1,56 %
3.
2008
56,66 %
21,66 %
18,33 %
3,33 %
-
4.
2009
63,46 %
21,15 %
15,38 %
-
-
Kondisi pendidikan orang tua/wali murid ini sudah barang tentu juga berpengaruh pada prestasi siswa, karena jika siswa mengalami kesulitan dalam belajar di rumah (saat mengerjakan pekerjaan rumah) maka orang tua tidak bisa membantu dalam memecahkan soal yang dihadapi oleh siswa tersebut. commit to user
xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar pekerjaan orang tua/wali murid dari siswa SMK Negeri Jenawi adalah petani, hal ini bisa dilihat dari tabel berikut: Tabel 1.3: Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Orang Tua No
Tahun
Petani
Buruh
Wiraswasta
PNS
1.
2006
57,5 %
10 %
35 %
7,5 %
2.
2007
58,33 %
5,55 %
27,77 %
11,11 %
3.
2008
41,93 %
6,45 %
41,93 %
6,45 %
4.
2009
73,07 %
7,69 %
34 %
16,66 %
Kondisi ini sudah barang tentu juga berpengaruh terhadap prestasi siswa, karena dengan penghasilan yang tidak tentu orang tua/wali murid tidak mampu untuk memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anaknya. Pelajaran tambahan tersebut misalnya mengikuti bimbingan belajar atau memanggil guru privat. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang kita jumpai di daerah perkotaan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa dampak positif dan negatif bagi siswa. Salah satu dampak positifnya adalah dengan tersedianya fasilitas internet di setiap sekolah maka siswa mampu mengakses banyak informasi sebagai bahan dalam belajar. Salah satu dampak negatif dari perkembangan
teknologi
tesebut
adalah
semakin
meningkatnya
sifat
individualisme para siswa. Semakin banyaknya permainan di komputer maupun di hand phone menjadikan siswa untuk suka berkompetisi, yang sayangnya commit to user
xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kompetisi tersebut kadang-kadang tidak sehat. Sehingga siswa ketika menghadapi tes/ujian akan mencontek jawaban dari teman atau dari buku. Siswa di kelas X SMK merupakan siswa yang akif, interaktif dan mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka memiliki kelompok-kelompok sosial tertentu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kelompok siswa yang suka bermain sepak bola, bermain bola voli. Mereka terlibat secara emosional di dalam kelompok tersebut. Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, karakteristik siswa, sarana dan prasarana dan juga penguasaan kompetensi guru. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga mampu membangkitkan motivasi siswa dan mengembangkan interaksi sosial siswa selama pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan cara berdiskusi dengan teman-temannya, saling membantu teman yang belum menguasai materi pelajaran, mampu menyampaikan ide-ide yang membangun dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugasnya masing-masing. Sehingga paradigma pembelajaran yang berlaku selama ini yaitu teacher centered akan berubah menjadi paradigma pembelajaran yang baru yaitu student centered. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang merujuk pada bermacam-macam metode pembelajaran dimana para siswa bekerja/belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 commit to user
xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang. Disini, siswa diharapkan dapat saling membantu dalam memahami materi pelajaran, saling berdiskusi dan berargumentasi dan mampu menyampaikan ide/gagasan. Pada model pembelajaran kooperatif, siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk berlangsung. pembelajaran
Guru
saling bekerja sama selama proses pembelajaran berperan
kooperatif
sebagai
merupakan
fasilitator model
dan
motivator.
pembelajarn
yang
Model mampu
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih bersemangat, tangguh, dan bergairah selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, model pembelajaran kooperatif juga akan membuat siswa untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya. Sehingga mereka mampu menerima perbedaan terhadap teman yang mempunyai kemampuan akademik lemah, teman yang berbeda jenis kelamin, kondisi ekonomi orang tuanya, mengembangkan hubungan antar siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan juga meningkatkan rasa percaya diri siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam metode pembelajaran, diantaranya adalah Jigsaw, Group Investigation (GI), Students Teams Achievement Division (STAD), Think-Pair-Share (TPS), Nubmbered Heads Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS) dan lain-lain. Langkah-langkah pembelajaran pada metode Students Teams Achievement Division (STAD) adalah: 1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2) Menyajikan informasi. 3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 4) Membimbing kelompok kerja dan belajar. 5) Evaluasi. 6) Penghargaan kelompok. Pada metode STAD ini dalam satu tim/kelompok siswa akan saling membantu, berdiskusi dan commit to user
xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa yang kurang dalam pemahaman materi tidak akan malu untuk bertanya kepada teman yang lain karena usia mereka relatif sama (tutor sebaya), sehingga siswa dalam satu tim/kelompok mampu memecahkan dan memahami semua masalah/soal yang diberikan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran pada metode NHT adalah: 1) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok lalu masingmasing siswa diberi nomor. 2) Guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. 3) Siswa saling berdiskusi untuk menemukan jawaban atas pertanyaan atau permasalahan tersebut. 4) Guru memanggil sebuah nomor dan siswa yang memiliki nomor tersebut memberikan jawabannya, dan seterusnya hingga pertanyaan atau permasalaham habis. Pada metode NHT ini seorang siswa akan memberikan jawaban yang diterima oleh seluruh siswa di kelas tersebut, sehingga siswa yang mempunyai tanggung jawab terhadap soal tersebut juga akan mengetahui jawabannya dan mampu memahami materi pembelajaran. Menurut Mohammad Asrori (2007:183), motivasi diartikan sebagai: “(1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang, yang disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Suatu proses pembelajaran memiliki tujuan akhir yaitu memiliki prestasi belajar yang tinggi. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka dorongan dari pihak lain maupun dari diri sendiri sangat penting agar setiap langkah yang diambil tepat atau sesuai. Dengan adanya motivasi belajar , siswa akan memiliki gairah belajar yang tinggi yang akan memberikan semangat untuk belajar. Semangat belajar yang tinggi commit to user
xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan membawa siswa untuk terus-menerus mengasah diri sehingga tumbuh rasa percaya diri dan kemadirian pada diri siswa. Hingga akhirmya terbentuk karakter siswa yang tangguh, sabar, berdaya juang tinggi dan berprestasi. Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga diperlukan sikap saling membantu antar siswa ketika sedang belajar. Pada model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari berbagai macam sifat heterogenitas siswa. Sifat heterogenitas tersebut santara lain kepandaian, jenis kelamin, latar belakang sosial dan lain-lain. Model pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan baik jika para siswa saling berinteraksi sehingga mereka mampu menerima setiap perbedaan yang ada. Ketika mereka berinteraksi dengan teman-teman sebaya, interaksi ini akan berkembang menjadi kelompok persahabatan . Dalam kelompok persahabatan ini mereka akan merasa aman, tumbuh dengan baik, menyalurkan perasaan, mengembangkan ketrampilan, rasa ingin tahu dan bersikap lebih dewasa. Sehingga siswa dalam kelompok tersebut akan saling membantu, siswa yang lebih pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam memahami materi pembelajaran dan siswa yang kurang pandai tidak akan malu untuk bertanya kepada yang lebih pandai karena usia mereka relatif sama. Akibatnya mereka akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Bertolak dari uraian di atas, maka pada penelitian ini diangkat judul sebagai berikut: “Pembelajaran Fisika dengan Metode Student TeamsAchievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Motivasi dan Interaksi Sosial .(Studi Kasus pada Materi Fisika commit to user
xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X Semester I SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011).
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang ada sebagai berikut : 1. Rendahnya kualitas pembelajaran di SMK Negeri Jenawi Kabupaten Karanganyar karena guru mengajar secara konvensional dan monoton. 2. Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan pada mata pelajaran fisika, misalnya: STAD, NHT, GI, Jigsaw, TPS, TSTS dan lain-lain. Namun guru belum menerapkan metode yang bervariasi. 3. Ada beberapa faktor internal siswa yang mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya: motivasi, kreativitas, interaksi sosial, sikap ilmiah, IQ, gaya belajar dan lain-lain. Namun guru belum memperhatikan faktor-faktor tersebut. 4. Ada beberapa bentuk interaksi sosial, antara lain: kerja sama, persaingan, pertentangan, persesuaian dan perpaduan. Namun guru belum memperhatikan bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut. 5. Guru belum memperhatikan semua aspek pembelajaran yang meliputi aspek/ranah kognitif, psikomotor dan afektif. 6. Ada beberapa materi pembelajaran yang disajikan pada kelas X semester 1 antara lain Besaran dan Pengukuran, Gerak, Gaya dan Hukum-hukum Newton dan Rotasi Benda Tegar, namun dalam proses pembelajaran guru belum commit to user
xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjukkan saling keterkaitan konsep-konsep tersebut sehingga proses pembelajarannya belum bermakna. 7. Sumber belajar yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru. 8. Tingkat pendidikan orang tua/wali murid sebagian besar adalah SD. 9. Pekerjaan orang tua/wali murid sebagian besar adalah petani .
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut : 1.
Metode pembelajaran yang diterapkan adalah STAD dan NHT.
2.
Faktor internal dibatasi pada motivasi dan interaksi sosial.
3.
Aspek yang dinilai meliputi prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa.
4.
Materi pelajaran fiska dibatasi pada bahasan hukum-hukum Newton.
5.
Subyek yang diteliti adalah siswa-siswi kelas X SMK Negeri Jenawi tahun pelajaran 2010 /2011.
D. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berkut : 1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode STAD dan NHT ? 2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ? commit to user
xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa mempunyai yang interaksi sosial tinggi dan rendah ? 4. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ? 5. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ? 6. Apakah ada interaksi antara motivasi dengan gaya interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa ? 7. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT, motivasi, dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa ?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode STAD dan NHT . 2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah . 3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah . 4. Interaksi antara metode STAD dan NHT dengan motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa . 5. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT dengan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa . commit to user
xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Untuk mengetahui interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa . 7. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT, motivasi dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa .
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat praktis : a) Memberikan masukan kepada guru fisika untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. b) Memberikan masukan bagi peneliti, bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan metode pembelajaran yang serupa pada pokok pembelajaran yang lain. c) Memberikan bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum dalam rangka pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada masa yang akan datang. 2. Manfaat teoritis : a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang dapat
meningkatkan
prestasi belajar. b) Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta acuan bagi penelitian selanjutnya.
commit to user
xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran Fisika Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi kemampuan baru sebagai upaya menguasai materi pelajaran. Menurut Syiful Sagala (2008:61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Corey (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:61) menyatakan bahwa, “pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinka ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi
tertentu,
pembelajaran
merupakan
penddidikan. commit to user
xxxii
subset
khusus
dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Kirk dan Gustafson (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:64), pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi secara seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dan pembelajaran fisika adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru fisika untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. a. Teori Belajar Banyak definisi tentang belajar. Sesungguhnya masalah belajar sangatlah kompleks, sehingga apa bila orang menganggap beberapa macam kegiatan yang berbeda , dapat diistilahkan secara umum sebagai belajar. Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut: Travers dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan “Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Cronbach dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Harold Spears dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “ Learning is to commit to user
xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. (Dengan kata lain, belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). Geoch dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is change performance as aresult of practice”. (Belajar adakah perubahan performance sebagai hasil latihan). Morgan dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permenen sebagai hasil dari pengalaman). Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku untuk mendapatkan pengetahuan sebagai hasil dari latihan. Proses ini berlangsung di sekolah dan masyarakat. “Proses belajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal” (Agus Suprijono, 2009:3). Sehingga peserta didik sudah belajar jika sudah hafal hal-hal yang telah mereka pelajari. Satu hal yang harus dipahami bahwa perolehan pengetahuan maupun upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. b. Teori Belajar Konstruktivisme Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseoran terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Paul Suparno (2008 : 25) menyatakan kaum “Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konsturksi manusia”. Teori – teori pembelajaran kognitif commit to user
xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
dalam
psikologi
digilib.uns.ac.id
pendidikan
dapat
dikelompokkan
dalam
pandangan
konstuktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “ siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya apabila aturan – aturan itu tidak lagi sesuai” (Mohammad Nur dan Muchlas Samani 1996 : 2). Menurut teori ini berarti guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide – ide merekan sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Wadsworth dalam Suparno (2008 : 35) menyatakan “ bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual dan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri – ciri tertentu dalam mengkonstruksi pengetahuan :. Jadi belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi berupa teks, dialog atau pengalaman fisik. Belajar merupakan suatu proses yang menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Belajar merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda. Siswa dalam belajar harus mempunyai pengalaman dengan membaut hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan , mencari jawaban, menggambar, meneliti, mengadakan refleksi, commit to user
xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengungkapkan pertanyaan dan mengekpresikan gagasan untuk membentuk konstruksi baru. Baru menurut kaum konstruktif merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi pikirnya. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Piaget dalam Suparno ( 2008 : 38 ) menyatakan bahwa “ Semua pengetahuan
adalah
suatu
konstruksi
(bentukan)
dari
kegiatan/tindakan
seseorang.” Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Penganut konstruktivisme ini menyakini bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang belajar. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seorang guru kepada murid, sehingga murid sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman – pengalaman mereka. Menurut pandangan ini seorang anak membangun melalui berbagai jalur yakni membaca, mendengarkan, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen terhadap lingkungannya. Piaget
dalam
pengkonstruksian pengetahuan fisis,
Agus
pengetahuan
Suprijono
(2009:31)
dikategorisasikan
menyatakan
menjadi
tiga
bahwa yaitu:
“
pengetahuan matematis logis dan pengetahuan sosial”.
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi maupun penggunaan commit to user
xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
obyek. Pengetahuan ini dibentuk dari perbuatan berpikir seseorang terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan yang didapat dapat disimbolkan menjadi suatu logika matematika murni. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang dibentuk melalui interaksi seseorang dengan orang lain. Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:32), “konstruksi pengetahuan Piaget bersifat personal”. Asumsi dari Piaget adalah dalam bahasa setiap individu terdapat egosentris. Dengan menggunakan bahasanya sendiri individu membentuk skema dan mengubah skema. Jadi individu sendiri yang mengkonstruksi pengetahuan ketika beriteraksi dengan pengalaman dan obyek yang dihadapi. Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah bahasa merupakan aspek social . Vigotsky dalam Agus Suprijono (2009:32) menyatakan bahwa “pembicaraan egosentrik merupakan permulaan dari pembentukan inner speech (kemampuan bicara yang pokok) yang akan digunakan sebagai alat dalam berpikir”. Inner speech berperan dalam pembentukan pengertian spontan. Pengertian spontan mempunyai dua segi suatu pengertian dalam dirinya sendiri dan pengertian untuk orang lain. Dua pengertian tersebut membentuk ketegangan dialktik sejak awal. Individu teus berusaha untuk mengungkapkan
pengertian
mereka dengan
simbol
yang sesuai
untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Konstruktivisme Vygotsky memandang bahwa pengetahuan dikostruksi secara kolaboratif antar individu dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan melalui adaptasi intelektual commit to user
xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam konteks sosial; budaya. Proses penyesuaian itu ekuivalen dengan pengkonstruksian pengetahuan secraa intra individual yakni melalui proses regilasi diri internal. Dalam hubungan ini , para konstruktivis vygotskian lebih menekankan kepada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial yang dimulai proses pencanderaan terhadap tanda, sampai pada tukar menukar informasi dan pengetahuan; serta zone of proximal development. Guru sebagai mediator memiliki peran mediator pendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan , pengertian dan kompetensi Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Inti teori ini adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori ini, fungsi kognitif manusia berasal dari interasi sosoal masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi pada saat siswa menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan kemempuannya atau tugas tersebut berada dalam zone of proximal development mereka. Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:34) menyatakan bahwa “Kedua perspektif itu sama-sama mengimplikasikan keaktifan peserta didik dalam belajar. Keduanya menekankan pada tindakan terhadap obyek. Hanya saja yang satu menekankan pentingnya keaktifan individu dalam melakukan tindakan terhadap obyek, sedangkan yang lain lebih commit to user
xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menekankan pentingnya lingkungan social-kultural dalam melakukan tindakan terhadap obyek. “ Belajar menurut model konstruktivisme merupakan proses aktif siswa untuk
mengkonstruksi
pikirannya.
Belajar
juga
merupakan
proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya. Perbandingan antara teori Piaget dan Vygotsky menurut Santrok dalam Agus Suprijono (2009:34-35) adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky TOPIK KONTEKS SOSIOKULTURAL KONSTRUKTIVISME TAHAPAN
PROSES KONSTRUKSI PERAN BAHASA
PIAGET Sedikit penekanan
VYGOTSKY Penekanan Kuat
Konstruktivis kognitif Penekanan perkembangan kognitif (sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal) Skemata, asimilasi, akomodasi, equilibirasi Perkembangan kognitif menentukan bahasa
Konstruktivis Sosial Kurang menekankan perkembangan kognitif
PERAN PENDIDIKAN
Pendidika memperbaiki ketrampilan peserta didik
IMPLIKASI PENGAJARAN
Guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk menemukan pengetahuan
Sumber:
Zo-Ped, bahasa, dialog adalah alat ukur Bahasa memainkan peranan kuat dalam membentuk pemikiran Pendidikan memainkan peran sentral, membantu peerta didik mepelajari alatalat ukur Guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didikuntuk belajar berama guru, teman dan para ahli
Santrok,
John
W.,
Psikologi
Pendidikan.
Proses belajar dalam model konstruktivisme bercirikan sebagai berikut : (Suparno, 2008 : 61 ) a) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh awal dari apa yang mereka lihat, dengar , rasakan dan alami. Konstruksi commit to user berarti dipengaruhi oleh pengertian yang dipunyai, b) Konstruksi arti adalah
xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atrau persoalan yang baru, diadakan konstruksi baik secara kuat atau lemah, c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pangertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan , melainkan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menurut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang, d) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemaseseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium ) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar, e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, f) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar : konsep-konsepn tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaaksi dengan bahan yang dipelajari. Tujuan belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaiakan masalah yang dihadapi. Kurikulum yang berlaku dirancang agar sesuai dengan kondisi yang memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Menurut Mohammad Asrori (2007:28-29), ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme adalah: a).Menekankan pada proses belajar, bukan mengajar.b) Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.c) Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.d) Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil. e) Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan. f) Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar. g) Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. h) Penilaian belajar lebih commit to user siswa. i) Mendasarkan proses menekankan pada kinerja dan pemahaman
xl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif. j) Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran; seperti: prediksi, kreasi dan analisis. k) Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar. l) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. m) Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. n) Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata. o) Menekankan pentingnya konteks dalam belajar. p) Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. q) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata. Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Orientasi, merupakan fase untuk member kesempatan kepada peserta didik memperhatikan
dan
mengembangkan
motivasi
terhadap
topik
materi
pembelajaran. 2) Elicitasi, merupakan fase untuk membantu peserta didik menggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh peserta didik. 3) Restrukturisasi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan cara mengkontraskan id-idenya dengan ide orang lain melalui diskusi. 4) Aplikasi ide, dalam langkah ini idea atau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan dalam bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan peserta didik lebih lengkap bahkan lebih rinci. 5) Reviu, dalam fase ini peserts didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapinya sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah satu keterangan atau dengan mrngubahnya menjadi lebih lengkap. c. Teori Belajar Kognitif Menurut Ratna Wilis Dahar (1996 : 19) “ belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua keluarga , yaitu keluarga perilaku ( behavioristik ) yang meliputi commit to user
xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
stimulus-stimulus respon conditioning dan keluarga Gestald-field yang meliputi teori- teori kognitif”. Jadi secara umum teori belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu teori perilaku dan teori Gestalt (kongitif). Teori kognitif dipelopori oleh Piaget, Ausubel dan Gagne. C.Asri Buduningsih (2005 : 51) menyatakan bahwa pengertian “belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur “. Jadi setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Prases belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru mampu menyesuaikan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Menurut Agus Suprijono (2009:22) “Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap belajar”. Perilaku indiviu bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai , mengingat dan menggunakan pengatahuan. Belajar adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. 1). Teori Belajar Piaget commit to user
xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Piaget dalam Mohamad Surya (2003 :56) “Perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana kemajuan ivdividu melalui suatu rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh dalam satu peringkat merupakan dasar bagi peringkat berikutnya “. Dan menurut Piget dalam C. Asri Budiningsih (2005 : 35) “ Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf “. Perkembangan kognitif yang terbentuk adalah melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkunngannya sehingga terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga dikenal oleh individu. Sedangkan adaptasi merupakan proses terjadinya penyesuaian antara individu dan lingkungannya. Adaptasi terjadi dalam dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses menerima dan mengubah dengan dirinya, sedangkan akomodasi adalah proses individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa yang diterima dari lingkungannya. Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau sesuatu ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Interaksi individu dengan lingkungan dikendalikan oleh adanya prinsip keseimbangan yaitu upaya individu agar memperoleh keadaan seimbangan antara keadaan dirinya dengan yang datang dari lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh pengetahuan dengan asimilasi, akomodasi dan dikendalikan oleh prinsip keseimbangan. Pada masa bayi dan anak – anak pengetahuan bersifat subyektif commit to user
xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan akan berkembang menjadi obyektif apabila sudah mencapai perkembangan remaja dan dewasa. Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989) dan Asri Budiningsih ( 2005 ) membagi tahap – tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat, yaitu: 1). Tahap Sensori-Motor (umur 0-2 tahun), 2). Tahap Pra-operasional (umur 2-7/8 tahun), 3). Tahap Operasional Konkret (umur 7/8-11/12 tahun) dan 4). Tahap Operasional Formal (umur 11/12-18 tahun). Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:23) menggambarkan perkembangan kognitif Piaget adalah sebagai berikut : Tabel 2.2. Perkembangan Kognitif Piaget TAHAP SENSORIMOTOR
UMUR
CIRI POKOK PERKEMBANGAN
0-2 tahun
Berdasarkan tindakan langkah demi Langkah
PRAOPERASIONAL
2-7 tahun
Penggunaan symbol/bahasa Tanda Konsepintuitif
OPERASI KONKRET
8-11 tahun
Pakai aturan jelas/logis Reversible dan kekekalan
OPERASI FORMAL
11 tahun ke atas
Hipotesis Abstrak Deduktif dan induktif Logis dan Probabilitas
Menurut Piaget, pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerakgerakkannya. Pada tahap pra-operasional anak mengendalikan diri pada persepsi commit to user
xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong-golongkannya. Pada tahap operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti pikiran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and error . Ia dapat mengerti setiap langkah dari transformasi secara keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Ia sudah dapat mengerti adanya konsep kekekalan dari sutu obyek. Anak menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, masih mengalami kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak variable. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti orang dewasa. Anak dapat berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis serta dapat mengambil kesimpulan yang umum dari kejadian –kejadian yang khusus. Ia dapat berpikir fleksibel dan efektif, mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Mampu berpikir secara abstraksi rafleksif yaitu abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan matematis logis. Perkembangan kognitif yang digambarkan Piaget merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif berupa ide, konsep dan gagasan. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Akomodasi adalah proses penyesuain struktur kognitif ke dalam situasi baru. Equlibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur commit to user
xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang. Siswa SMK termasuk dalam tahap perkembangan kognitif operasional formal. Beberapa karakteristik perkembangan kognitif pada tahap ini adalah: 1). Siswa sudah dapat berfikir adolensi, yaitu masa dimana ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, tetapi ia belum mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. 2). Siswa sudah mulai mampu berpikir secara proporsional yaitu berpikir yang tidak hanya terbatas pada peristiwa – peristiwa konkret saja, 3). Siswa mampu berpikir kombinatorial, yaitu yang meliputi kombinasi benda – benda, gagasan – gagasan yang abstrak dan konkret dengan menggunakan pola pikir kemungkinan. 4). Siswa mampu berpikir reflektif, yaitu berpikir kembali pada satu seri operasional mental, atau sudah mampu berpikir tentang berikutnya. 2). Teori Belajar Ausubel Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 112) “menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada kosep – konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang”. Menurut Ausubel, Novak dan Hanesian dalam Suparno (2005 : 53) “ Belajar ada dua jenis yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning)”. Ausubel dalam Agus Suprijono (2009:25) “mengemukakan belajar sebagai reception learning . Reception learning merupakan pembelajaran commit to user
xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
deduktif. Salah satu konsep penting dalam reception learning adalah advance organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari individu”. Advance organizer adalah statement perkenalan yang menghubungkan antara skematayang sudah dimiliki oleh individu dengan informasi baru yang akan dipelajarinya. Fungsi advance organizer adalah memberi bimbingan untuk memahami informasi baru. Advance organizer dapat menjadi jembatan antara informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki individu. Pemberian advance organizer bertujuan: (1) member arah bagi individu mengetahui apa yang terpenting dari materi yang dipelajarinya ; (2) memberi penguatan terhadap pengetahuan yang diperoleh/dipelajari. Belajar bermakna merupakan suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah ada pada diri seseorang yang sedang belajar. Dalam belajar bermakna siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan yang ada, serta kesiapan dan niat dari anak didik untuk belajar dari kebermaknaan materi pelajaran secara potensial. Hal ini dapat berlangsung apabila melalui belajar konsep dan perubahan konsep yang telah ada akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah ada atau dimiliki siswa. Belajar menghafal diperlukan apabila dalam struktur kognitif siswa belum ada konsep/informasi baru yang dipelajari. Jika konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada dalam struktur kognitif siswa, maka konsep/informasi baru tersebut harus dipelajari dengan belajar menghafal. commit to user
xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ausubel lebih lanjut menegaskan bahwa pentingnya belajar dengan mengasosiasikan konsep/fenomena baru ke dalam skema yang dimiliki siswa. Dalam proses ini siswa dapat mengembangkan skema yang ada atau bahkan dapat mengubahnya sehingga dalam kegiatan belajar siswa mengkontruksi apa yang dipelajari oleh siswa sendiri. Pembelajaran fisika sesuai dengan teori belajar Ausubel harus memiliki pola tertentu yang khas. Pola ini sebaiknya diawali dengan menampilkan sesuatu yang pernah dipelajari siswa sebelumya, tetapi juga mampu menumbuhkan konflik kognitif. Adanya konflik kognitif akan menumbuhkan permasalahan yang harus dipecahkan. Jika akhir pembelajaran mampu memecahkan permasalahan yang muncul
diawal
pembelajaran,
ini
akan
menumbuhkan
kebermaknaan
pembelajaran fisika yang lebih mendalam . 3). Teori Belajar Gagne Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan bahwa “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas yang baru. commit to user
xlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pendapat Gagne ini dapat disimpulkan bawa kemampuan yang dicapai seseorang didapatkan melalui usaha yang sengaja dirancang, direncanakan dan dilaksanakan agar seseorang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Bukan sesuatu yang terjadi secara otomatis bersama-sama dengan pertambahan umur seseorang. d. Teori Belajar Sosial Albert Bandura dalam Mohammad Asrori ( 2008:23 ) berpandangan bahwa “individu dalam mengembangkan tingkah laku positif dilakukan dengan meniru tingkah laku yang diterima masyarakat (sosially accepted behavior). Demikian juga tingkah laku negatif dapat berkembang dengan meniru tingkah laku yang tidak diterima oleh msyarakat”. Tingkah laku yang diterima masayarakat tersebut adalah : (a) Berbeda satu budaya dengan budaya lain; (b) Berbeda antara individu satu dengan yang lain; (c) Berbeda menurut situasi. Dengan demikian, pembelajaan sosial tidak hanya melibatkanmempelajari tingkah laku yang diterima masyarakattetapi juga tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat. Bandura dalam Agus Suprijono (2009:26) berpendapat
“walaupun
prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memerhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme”. Pertama, manusia dapat berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi obyek pengaruh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua, banyak aspek kepribadian interaksi orang satu dengan orang lain. commit to user
xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri/berpikir (self-regolation/cognition). Determinasi resiprokal adalah pendekatan yang menjelaskan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbale-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan menngontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Mencermati Teori Belajar Sosial ini nampak semakin jelas bahwa betapa pentingnya seorang guru mampu menunujukkan perilaku yang berkualitas di hadapan para siswanya. Perilaku yang berkualitas tersebut antara lain : menguasai materi pelajran dengan baik, mampu mengajar dengan menarik, berperilaku sopan, bertutur kata santun dan perilaku lain yang sejenis. Ini sangat penting karena menurut sudut pandang teori ini perilaku guru tersebut akan menjadi model bagi parasiswanya dan akan cenderung ditiru. Jadi, guru harus bisa menjadi model bagi siswanya. Jika guru justru menunujukkan perilaku yang sebaliknya, yaitu perilaku yang tidak berkualitas, maka akan sangat membahayakan perkembangan para siswanya. Menurut Teori Belajar Sosial ini nampak bahwa dalam proses pembelajaran, siswa akan mencontoh perilaku/tindakan dari teman-temannya. Mereka akan mengamati perilaku, sikap dan raksi emosi orang lain. Disini perilaku seorang siswa akan menjadi model bagi siswa yang lain. commit to user
l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterkaitan teori belajar Bandura dalam penelitian ini adalah bahwa dalam pembelajaran kooperatif STAD dan NHT, siswa belajar dalam kelompokkelompok.
Mereka
pembelajaran
saling
berinteraksi
dengan
teman-temannya
berlangsung.
Diharapkan
perilaku-perilaku
positif
selama seperti
bersemangat, tangguh, menerima perbedaan akan berkembang.
e. Pembelajaran Kooperatif 1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktifisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota keompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa sebagai anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Sejalan dengan itu menurut Johnson “struktur tujuan koperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih
tujuan
pribadi
mereka
jika
kelompok
mereka
bisa
sukses”
(Slavin:2008:34). Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka adalah satu tim. 2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab pada diri sendiri dalam menuasai commit to user
li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
materi pelajaran. 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama. 4) Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara para anggota kelompok. 5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh dalam evaluasi kelompok. 6) Para siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasam selama belajar. 7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual yang ditangani oleh kelompok kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok yang saling membantu satu dengan yang lainnya. Jumlah kelompok di dalam kelas disusun berdasarkan jumlah materi yang akan diajarkan oleh guru. Jumlah anggota tiap kelompok merupakan hasil pembagian jumlah siswa dengan jumlah kelompok. Anggota tiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen. Artinya bahwa anggota tiap kelompok terdiri dari berbagai kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa agar dapat menerima perbedaan an siswa dapat bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Deutsch (1949) dan Thomas (1957) ”Ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang baik
dalam
melakukan
apapun
yang
diperlukan
untuk
keberhasilan
kelompok”(Slavin:2008:35). Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik. Siswa diberi lembar kegiatan yang berisi commit to user
lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertanyaan yang sudah direncanakan untuk diajarkan. Selama belajar / kerja kelompok, tugas setiap anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan jika model ini tidak dikelola dengan baik, yaitu dominasi kelompok oleh siswa yang pandai dan tidak mempunyai kepedulian terhadap siswa yang kurag pandai. Masalah ini disebut sebagai “difusi tanggung jawab”(Slavin:2008:41). Difusi tanggung jawab ini dapat ditekan dengan cara: setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok dan membuat setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab secara individu atas pembelajaran mereka. Dengan kedua cara ini pembelajaran kooperatif dapat dijalankan dengan baik dan akan menghasilkan hasil yang maksimal. 2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah: setiap anggota kelompok mempunyai peran yang penting, terjadi interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman dalam kelompoknya, guru membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interpersonal kelompok dan guru berinteraksi dengan kelompok belajar siswa bila diperlukan saja. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif adalah: penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok commit to user
liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas criteria yang telah ditentukan. Keberhasilan kelompok juga ditentukan oleh penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli. Keberhasilan kelompok tergantung
dari
pembelajaran
Pertanggungjawaban individu
individu
dari
setiap
anggota
kelompok.
menitikberatkan pada aktivitas setiap anggota
kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban dari setiap anggota kelompok juga dijadikan modal untuk menghadapi tes dan tugastugas lainnyasecara mandiri tanpa bantuan teman dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiapsiswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya. Roger dan David Johson dalam Agus Suprijono (2009:58), menyatakan: Lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah: Positif interdepence (saling ketergantungan positif), Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), Face to face promotive interaction (interaksi promotif), Interpersonal skill (komunikasi antaranggota) dan Group processing (pemrosesan kelompok).
Unsur pertama adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang commit to user saling ketergantungan positif ditugaskan tersebut. Beberapa cara membangun
liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, mengusahakan agar setiap anggoata kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan, mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok mendapat sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya mereka belum dapat menyelesaiakan tugas sebelum mereka menyatukan tugas mereka menjadi satu. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas /peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok. Unsur kedua adalah tanggung jawab individual. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tanggung jawab individu adalah kunci untuk menjaminsemua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajr bersama. Artinya setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaiakan tugas yang sama. Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab individu adalah kelompok belajar jangan terlalu besar, melakukan assemen terhadap setiap siswa, memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik, mengamati setiap kelompok dan mencatat frukuensi individu dalam membantu kelompok , menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa dikelompoknya dan menugasi peserta didik mengajari temannya. Unsur ketiga adalah interaksi promotif. Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah: commit to user
lv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a.Saling membantu secara efektif dan efisien b. Saling member informasi dan sarana yang diperlukan c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien d. Saling mengingatkan e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi f. Saling percaya g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. (Agus Suprijono, 2009:60)
Unsur keempat adalah ketrampilan sosial. Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta dalam pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung serta mampu menyelesaikan secara konstruktif. Unsur kelima adalah pemrosesan kelompok. Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasikan dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang saling membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan. 3 ). Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang merupakan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting yaitu: “hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keagaman dan pengembangan ketrampilan sosial” (Ibrahim dkk, 2007 dalam Trianto:2007:44).
commit to user
lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penjelasan dari tiga jenis tujuan tersebut di atas adalah sebagai berikut: hasil belajar akademik.
Dalam pembelajarn kooperatif meskipun mencakup
beragam tujuan sosial juga memperbaiki prestasi belajar siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa ini unggul dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa struktur model penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan niali siswa pada pembelajaran akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah, menengah atau atas yang bekerja bersama-sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Penerimaan terhadap keragaman atau perbedaan individu. Tujuan kedua pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial dan kemampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. Pengembangan ketrampilan sosial. Tujuan pembelajaran kooperatif yang ketiga adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan untuk bekerja sama dengan teman-teman dalam kelompoknya dan saling berkolaborasi. Ketrampilanketrampilan sosial penting dimiliki oleh siswa karena pada saat ini banyak terdapat anak muda yang masih kurang ketrampilan sosialnya. commit to user
lvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan tersebut berlangsung. Ketrampilan kooperatif tingkat awal meluputi menggunakan kesepakatan. menghargai kontribusi, mengambil giliran dalam berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas,mendorong partisipasi dan menghormati perbedaan individu. Ketrampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain, mendengarkan dengan seksama dan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir dan mengurangi ketegangan. Ketrampilan tingkat mahir meliputi mengolaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams - Achievement Division (STAD) Pembelajarn kooperatif tipe Student Teams- Achievement Division (STAD) STAD merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran tipe
Student Teams- Achievement Division
(STAD) terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin : 2008:143). commit to user
lviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Presentasi kelas, merupakan pelajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru tetapi juga memasukkan presentasi audiovisual. Siswa harus benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas ini, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka ketika mengerjakan kuis dan skor kuis tersebut menentukan skor tim mereka. Tim, terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi tim ini adalah untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan presentasi kelas, tim berkumpul untuk mempelajari lembarlembar kegiatan. Tiap-tiap anggota tim membahas permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Kuis, setelah tim bekerja untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru para siswa mengerjakan kuis secara individual. Mereka tidak diperbolehkan uttuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individu untuk memahami materi pelajaran. Skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat commit to user
lix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari nilai sebelumnya. Rekognisi tim, guru memberikan penghargaan kepada tim yang memperoleh skor terbesar. Sehingga tim lain akan terpacu untuk bekerja lebih giat agar tim mereka bisa memperoleh skor yang terbaik untuk materi selanjutnya. Seperti halnya model pembelajaran yang lain, pembelajaran tipe Student Teams -Achievement Division (STAD) ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antar lain: a). Perangkat Pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perlengkapan pembelajrannya yang meliputi Silabus, Rencana Pembelajaran (RP), modul pembelajaran siswa, alat evaluasi. b). Membentuk Kelompok Kooperatif. Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu
kelompok
memungkinkan
dengan
kelompok
lainnya
relative
homogen.
Apabila
kelompok kooperatif perlu memperhatikan keragaman ras,
agama, jenis kelamin dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang sosial yang sama maka pembentukan kelompok didasarkan pada perbedaan prestasi akademik. c). Menentukan skor awal. Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor ini dapat berubah setelah adanya kuis, misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes individu dapat dijadikan skor awal. d). Pengaturan tempat duduk. Pengaturan tenpat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan commit to user
lx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk maka akan menyebabkan kegagalan pembelajaran di kelas. e). Kerja kelompok. Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipa STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok
3. Pembelajaran Numbered-head-together (NHT) Numberad-head-together adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) dalam Arends (2008 : 16) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Untuk mengarahkan pertanyaan kepada seluruh siswa di dalam kelas, guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan tiga sampai lima orang siswa dan memberi nomor sehingga masing-masing
siswa
memiliki
nomor
1
sampai
5,
mengajukan
pertanyaan/permasalahan kepada siswa, siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawaban dan memastikan semua siswa tahu jawabannya dan terakhir guru memanggil sebuah nomor dan siswa yang memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya kepada seluruh kelas secara bergantian hingga semua pertanyaan/permasalahan habis.
4. Motivasi Belajar commit to user
lxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutaman memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja” (Slavin,2008:34). Menurut Deutch dalam Slavin (2008:35) megidentifikasikan tiga unsur tujuannya yaitu: Kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan - anggota yang lain. Kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan - dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lain. Individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan - dari tiap individ tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota yang lain.
Dalam perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok mereka bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang didasarkan
pada
kinerja
kelompok
menciptakan
struktur
interpersonal dimana anggota kelompok akan memberikan
penghargaan
atau menghalangi
pemicu-pemicu sosial dalam merespon usaha yang berhubungan dengan tugas kelompok. Dalam kelompok kooperatif , pembelajaran menjadi sebuah aktivitas yang membuat para siswa lebih unggul dari teman sebayanya. Jadi teori motivasi dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untk melakukan tugas-tugas akademik. commit to user
lxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut John M. Keller dalam Angkowo (2007 : 39) prinsip motivasi yang dapat diterapkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran yaitu model ARCS (Attention, Relevance, Convidence, Satisfication ). A (Attention atau perhatian) artinya siswa mau belajar harus memiliki perhatian pada materi yang akan dipelajari. Perhatian siswa dapat bangkit antara lain karena dorongan rasa ingin tahu. Siswa cenderung belajar tentang apa yang ingin mereka pelajari dan akan mengalami kesulitan untuk mempelajari materi yang tidak menarik minat mereka. R (Relevance atau kegunaan) artinya motivasi belajar akan tumbuh bila siswa mengetahui bahwa materi pelajaran mempunyai manfaat langsung secara pribadi. Kata relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. C (Convidence atau kepercayaan diri) untuk belajar secara efektif perlu dihilangkan kekhawatiran dan ketidakmampuan dalan diri siswa. Siswa harus percaya bahwa ia mampu dan bias berhasil dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu dalam diri siswa perlu ditumbuhkan harapan posotif untuk berhasil. Siswa harus merasa diri kompeten atau mampu agar dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. S (Satisfication atau kepuasan) artinya motivasi belajar harus mampu menghasilkan rasa puas guna mendorong tumbuhnya keinginan untuk tetap belajar. Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan. Menurut Mc Donald dalam Wasty Soemanto (1983 : 191) motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam pribadi/diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi commit to user
lxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
motivasi ini berisi tiga hal, yaitu motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang, motivasi ditandai oleh dorongan afektif dan motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Beberapa pendapat tentang motivasi belajar: menurut Morgan dalam Wasty Soemanto (1983: 194) dikatakan bahwa motivasi bertalian dengan dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek daripada motivasi : keadaan yang mendorong tingkah laku (“motivating states ), tingkah laku yang didorong oleh motivasi tersebut (“motivated behavior”), dan tujuan dariupada tingkah laku tersebut (“goal or ends of such behavior”). Menurut McDonald dalam Wasty Soemanto (1993 : 194 ) dikatakan adalah motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksireaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan bagian dari learning. Proses timbul/tumbuhnya motivasi mengikuti pola berikut : Drives-----Needs----Motives----Motivasi kelakuan.
Menurut Mohammad Asrori (2007:183),
motivasi diartikan sebagai: dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; dan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan dorongan kepada seseorang (atau dapat juga pada diri sendiri) , untuk commit to user
lxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengambil tindakan atau berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh penghargaan. Menurut Mohammad Asrori (2007:184), indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran adalah: 1) Memiliki gairah yang tinggi. 2) Penuh semangat. 3) Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi. 4) Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu. 5) Memiliki rasa percaya diri. 6) Memiliki daya konsentrasi yang tinggi. 7) Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi. 8) Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Jika indikator-indikator ini muncul dan berkembang dalam proses pembelajaran di kelas, maka guru akan merasa enak dan antusias dalam menyelenggarakan proses pembelajarannya. Namun demikian , keadaan yang sebaliknya juga sangat boleh jadi kita temukan. Artinya ada sejumlah siswa yang bermotivasi rendah. Mohammad Asrori (2007:184), ada sejumlah indikator siswa yang memiliki motivasi rendah ini, yaitu: 1) Perhatian terhadap pelajaran kurang. 2) Semangat juangnya rendah. 3) Mengerjakan sesuatu seperti diminta membawa beban berat. 4) Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas. 5) Memiliki ketergantungan kepada orang lain. 6) Mereka bisa jalan kalau sudah “dipaksa”. 7) Daya konsentrasi kurang. Secara fisik mereka berada di dalam kelas, tapi pikirannya mungkin berada di luar kelas. 8) Mereka cenderung membuat kegaduhan. 9) Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan.
Jika indikator-indikator ini muncul dan berkembang dalam proses pembelajaran di kelas, maka guru
tidak akan enak, tidak nyaman dan tidak
antusias dalam menyelemggarakan proses pembelajaran. commit to user
lxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Interaksi Sosial a. Definisi Interaksi Sosial Menurut Slamet Santosa (2006 : 10), pada hakekatmya manusia memiliki sifat yang dapat dibagi menjadi tiga folongan, yaitu manusia sebagai makhluk individual; manusia sebagai makhluk sosial; dan manusia sebagai makhluk berketuhanan. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut melakukan hubugan sosial antar sesama dalam hidupnya disamping tuntutan untuk hidup berkelompok. Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, artinya bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain. Hal ini disebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu terhadap yang lain, ketika mereka saling berbuat, saling mengakui, dan saling mengenal. Menurut Soerjono Soekamto (2006 : 65), “interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang per orang, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara per orang dengan kalompok manusia”. Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi. Menurut Soerjono Soekamto (2006 : 65-66), “kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: antara orang per orang, dilakukan dalam proses sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat; antara individu dengan suatu kelompok sosial atau sebaliknya; dan antara kelompok sosial dengan kelompok commit topenafsiran user sosial lainnya”. Komunikasi memberikan pada perilaku manusia yang
lxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berwujud pembicaraan, gerak badaniah, sikap, dan tindakan. Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang (pengirim) baik secara langsung maupun melalui media kepada orang lain (penerima). Sejalan dengan itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses
berbagi bersama perasaan, gagasa, sikap, dan perilaku dalam meraih
tujuan yang diinginkan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara dua individu atau lebih ketika individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Menurut Merton Deuttah dalam Slamet Santosa (2006: 22-23), bentukbentuk interaksi sosial antara lain: 1) kerja sama (cooperation), yaitu suatu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu yang lain juga mencapai tujuan. Perlu disadari bahwa tujuan bersama tersebut merupakan perpaduan atau kepentingan masing-masing individu anggota kelompok sehinga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling member atau menerima pengaruh dari anggota lain; dan 2) Persaingan (competition), yaitu suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuan tersebut sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut. Persaingan dapat pula diartikan sebagai suatu proses sosial ketika individu / kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Persaingan memiliki fungsifungsi antara lain : menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok, menarik perhatian umum atau masyarakat, dan alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga tujuan kelompok lekas tercapai. commit to user
lxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Park dan Burgess dalam Slamet Santosa (2006 : 23-27), bentuk interaksi sosial dibagi menjadi : 1) Persaingan (competition); 2) pertentangan (conflict), yaitu merupakan proses interaksi sosial dimana individu-induvidu atau kelompok induvidu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan; 3) persesuaian (accommodation), yaitu “…a process of increasing mutual adaption or adjustment. Typecally accommodation is a kind of compromise by which conflict is halted, though often only temporarily”. Persesuaian merupakan usaha individu-individu atau kelompok individu saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Ada juga yang mendefinisikan usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi berarti proses ketika individu atau kelompok saling menyesuaikan diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan; dan perpaduan/asimilasi (assimilation) yaitu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara individu-individu atau kelompokkelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan atau tujuan bersama. Soerjono Soekamto (2006:71-90) mengemukakan bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi : 1). kerjasama; 2) akomadasi; 3) asimilasi, yaitu suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi adanya perbedaan yang terdapat pada tiap-tiapindividu atau kelompok manusia dengan meningkatkan kesatuan sikap, tindakan dan proses-proses mental sebagai upaya mencapai tujuan dan kepentingan bersama; 4) persaingan, yaitu suatu proses dimana individu atau kelompok yang bersaing berusaha mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian dan mempertajam prasangka yang telahada tanpa menggunakan kekerasanterhadap keputusan atau tindakan orang lain; 5) pertentangan / konflik, yaitu suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menantang pihk lain melalui ancaman atau kekerasan. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentukcommit to user bentuk interaksi sosial yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju kearah lxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kestabilan sosial) yang dilakukan melalui kerjasama, akamodasi, asimilasi, akulturasi dan bersifat dissosiatif demi persaingan, kontravensi dan pertentangan. Selanjutnya penulis menyimpulkan bahwa untuk mengetahui interaksi sosial yang terjadi pada siswa dapat ditinjau dari : 1) kerjasama (cooperation); 2) persaingan (competition); 3) pertentangan (conflict); 4) persesuaian (accommodation); dan 5) perpaduan (assimilation)
6. Pengertian Prestasi Belajar dan Penilaian Hasil Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar (Purwodarminto, 1986:56). Prestasi dinilai dan diukur dari usaha belajar yang dinyatakan dengan
simbol, angka, huruf maupun kalinat
yang dapat
mencerminkan hasl yang telah dicapai anak didik dalm periode tertentu (Tirtonegoro,1984:26 ) Prestasi didefinisikan sebagi kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin,1993:3). Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar (Syaiful Anwar,1987:13) atau bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai (Winkel,1993:24). Menurut Nana Sudjana (2005 : 2) belajar dan mengajar merupakan suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat di bedakan yaitu tujuan pengajaran (instruksional), pegalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari rangkaian proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan instruksional, sejauh mana tujuan instruksional telah dicapai siswa dapat dilihat dari hasil belajar, jadi hasil belajar dapat digunakan sebagai commit to user
lxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
umpan balik, guru dapat mengambil tindakan untuk menentukan metode dan media alternatif yang tepat sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas , maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang yang disebut dengan hasil belajar yang diukur dengan menggunakan tes atau evaluasi, dan ditunjukkan dengan nilai tes. Sehingga proses belajar adalah kegiatan yang paling pokok, yang artinya bahwa hasil belajar tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Dalam penelitian ini prestasi belajar yang akan diukur adalah dari sisi aspek kognitif dan afektif siswa. Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya adalah knowing , berarti mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah
kognitif
menjadi
popular
sebagai
salah
satu
domain/wilayah/ranah psikologis manisia yang meliputi setiap perilakuyang berhubungan
dengan
pemahaman,
pertimbangan,
pengolahan
informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera, khusunya oleh guru, yaitu strategi belajar memahami isi materi pelajaran dan strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri. Muhibbin Syah (1999 : 51), Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi upaya-upaya yang bersifat commit to user
lxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognitif atau pilihan-pilihan kebiasaan belajar ( cognitife preferences ) siswa. Pilihan kebiasaan belajar siswa secara garis besar terdiri atas menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam materi dan mengaplikasi prinsip-prinsip materi. Preferensi kognitif yang pertama pada umunya timbul karena dorongan luar ( motif ekstrinsik ) yang mengakibatkan siswa belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya pun menurut Dart & Clarke dalam Muhibbin Syah (1999 : 51), bukan ingin menguasai materi secara mendalam, melainkan sekedar lulus atau naik semata. Sebaliknya preferensi yang kedua timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri ( motif instrinsic ), artinya siswa memang tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan guru. Tugas guru dalam hal ini menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran.
Tabel 2.4. Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah Kognitif 1.Pengamatan
2.Ingatan
3.Pemahaman
Indikator 1.Dapat menunjukkan 2.Dapat membandingkan 3.Dapat menghubungkan 1.Dapat menyebutkan 2.Dapat menunjukkan kembali 1.Dapat menjelaskan 2.Dapat commit mendefinisikan to user dengan lisan sendiri
lxxi
Cara Evaluasi 1.Tes lisan 2.Tes tertulis 3.Observasi 1.Tes lisan 2.tes tertulis 3.Observasi 1.Tes tertulis 2.Tes tertulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.Aplikasi
1.Dapat memberi contoh 2.Dapat menggunakan secara tepat
5.Analisis (Pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)
1.Dapat menguraikan 2.Dapatmengklasifikan/memilah-milah
6.Sintesis (Membuat paduan baru dan utuh )
1.Dapat menghubungkan materimateri, sehingga menjadi kesatuan yang baru. 2.Dapat menyimpulkan
1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas 3.Observasi 1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas 3.Observasi
1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas
(Muhibbin Syah, 1999 : 214 ) Tabel 2.5. Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan
Ranah Afektif
Contoh Perolehan Keterangan Kemampuan Penerimaan Menunjukkan…. Sesuai jenis Partisipasi Mematuhi…. nilai, Penilaian/penentuan Menghargai…. norma dan sikap perilaku Organisasi Membentuk aturan Pembentukan pola Menunjukkan hidup kepercayaan diri (Dimyati dan Mudjiono, 2009:178) Indikator
1. 2. 3. 4. 5.
Suharsimi Arikunto (1988:1) menyatakan bahwa tujuan utama penilaian adalah menyiapkan informasi untuk pengambilan keputusan, tujuan khususnya untuk identifikasi bagian-bagian yang belum terlaksana, tujuan tambahan untuk mencoba mencari alternatif lebih lanjut, diteruskan, diubah dan dihentikannya suatu program. Penilaian selain untuk mengambil keputusan juga berfungsi untuk perbaikan dan prngembangan kegiatan yang sedang berlangsung atau penilaian formatif. Sedangkan fungsi penilaian adalah untuk pertanggungjawaban, seleksi dan keterangan merupakan fungsi sumatif. Sehingga adanya penilaian merupakan ide dasar dalam melakukan pengembangan, implementasi, perbaikan program, seleksi motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan (Toyibnapis,2000:4). commit to user
lxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Penilaian formatif berlangsung pada saat terjadinya proses pembelajaran dengan maksud memberi umpan balik kepada siswa” (Toyibnapis,2000:18 ). Sasaran pengamatan guru dalam penilaian formatif adalah apakah siswa telah bekerja secra maksimal dan efisein. Bila hasil pengamatan guru menunjukkan gejala positif, maka kegiatan pembelajaran dilangsungkan terus dan bila negatif maka pembelajaran mungkin perlu modifikasi. Pada penilaian formatif ini, siswa perlu
diinformasikan
mengenai
kemajuannya
serta
dimotivasi
untuk
mnggairahkan kegiatannya. Penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir semester, tahun atau program. Penilaian sumatif dapat dijadkan sebagai masukan untuk mermberikan penilaian yang komprehensif terhadap kesuksesan program atau kurikulum.
7. Mata Pelajaran Fisika Cakupan materi fisika di tingkat SMK meliputi : 1) Mekanika,yang memuat bahasan kinematika, dinamika, elastisitas dan fluida. 2) Kalor, yang memuat suhu, perpindahan kalor, pemuaian, perubahan wujud zat, teori kinetik gas
dan
thermodinaika.
3)
Getaran,
gelombang
mekanik,
gelombang
elektromagnetik dan gelombang bunyi. 4) Listrik yang meliputi listrik statis, listrik dinamis dan sumber arus searah. 5) Magnet yang meliputi medan magnet dan induksi elektromagnetik. 6) Arus dan tegangan bolak-balik. 7) Optik dan alatalat optik yang meliputi refleksi, difraksi, dispersi dan interferensi. 8) Fisika commit to user
lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
modern yang meliputi teori atom, teori relativitas, zat padat dan piranti semi konduktor. Dari sekian banyak cakupan materi fisika, peneliti mengambil materi pada bahasan dinamika gerak lurus yang diajarkan di kelas X semester 1 SMK yang berkaitan dengan Hukum-hukum Newton dan penerapannya. Adapun materi dinamika gerak lurus yang diajarkan adalah sebagai berikut: a. Konsep Gaya Jika seseorang mendorong sebuah meja, menarik sebuah balok dengan tali atau memukul sebuah kaleng maka meja dan balok tersebut akan bergerak sedangkan kaleng tersebut akan penyok (berubah bentuk). Jadi gaya adalah suatu dorongan atau tarikan yang menyebabkan suatu benda mengalami gerak atau berubah bentuk. Salah satu cara untuk mengukur besarnya gaya adalah dengan menggunakan neraca pegas. Gaya diberi notasi F dan satuan gaya adalah Newton (N). Gaya merupakan besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar dan arah. Fisikawan mengenal empat gaya di alam yang disebut gaya-gaya fundamental yaitu : 1) Gaya gravitasi. 2) Gaya elektromagnetik. 3) Gaya nuklir kuat. 4) Gaya nuklir lemah. Gaya gravitasi adalah gaya yang bekerja antara bumi dengan sebuah benda yang berada di dekat permukaan bumi, gaya ini disebut berat benda. Gaya gravitasi juga bekerja antara matahari dengan bumi dan planet planet yang lain. Gaya electromagnet meliputi gaya listrik dan gaya magnet. Gaya nuklir kuat dan lemah bekerja diantara partikel-partikel yang terpisah di dalam ruang. commit to user
lxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam mekanika dikenal empat gaya populer, antara lain berat benda, gaya gesek, tegangan tali dan gaya normal. Berat benda adalah gaya yang dialami oleh suatu benda karena pengaruh gaya tarik bumi yang arahnya menuju pusat bumi. Gaya gesek adalah gaya yang dialami oleh suatu benda yang bergerak di atas lintasan yang kasar, yang arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak benda. Tegangan tali adalah gaya yang bekerja pada tali jika suatu benda digantung dengan tali karena pengaruh dari gaya berat. Dan gaya normal adalah gaya yang arahnya selalu tegak lurus dengan bidang benda berada. b. Hukum-hukum Newton Tentang Gerak 1). Hukum I Newton (Hukum Kelembaman) Hukum
ini
menyatakan
bahwa
suatu
benda
akan
cenderung
mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut atau gaya total yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Atau dikatakan bahwa benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap akan tetap bergerak lurus dengan kecepatan tetap. Pernyataan Hukum I Newton ini secara matematis dapat dituliskan sebagai: ∑
F
=
0
…………………………………………………………………..(2.1) Persamaan (2.1) menyatakan bahwa jumlah dari semua gaya yang bekerja sama dengan nol. 2). Hukum II Newton commit to user
lxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hukum ini menyatakan bahwa resultan gaya yang bekerja pada suatu benda akan menghasilkan percepatan yang arahnya sama dengan arah resultan gaya tersebut dan berbanding lurus dengan besar gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda. Atau dapat dikatakan bahwa percepatan suatu benda dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan massanya. Secara matematis dituliskan sebagai : a = ∑ F / m atau ∑ F = m.a …………………………………………………………………..(2.2) Persamaan (2.2) menyatakan bahwa jika gaya dinyatakan dalam satuan Newton, massa dalam satuan kg dan percepatan dalam satuan meter per detik. Semakin besar massa benda maka semakin besar gaya yang diperlukan dan semakin besar percepatan suatu benda maka gaya yang diperlukan juga akan semakin besar Hukum II Newton ini dapat pula dinyatakan dengan laju perubahan momentum sebuah benda yang bergerak sebanding dan searah dengan gaya yang mempengaruhinya dan diformulasikan sebagai: F
=
d(mv)
/
………………………………………..………………(2.3) Persamaan
dt (2.3)
menyatakan bahwa gaya merupakan turunan dari fungsi momentum suatu benda terhadap waktu. Jika massa benda adalah tetap maka: F
=
m
dv/dt
…………………….……………………………………………..(2.4) Persamaan (2.4) menyatakan bahwa gaya merupakan hasil kali antara commit to user massa benda dengan turunan fungsi kecepatan suatu benda terhadap waktu.
lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3). Hukum III Newton Hukum III Newton disebut juga sebagai hukum aksi-reaksi, karena hukum ini membahas tentang gaya reaksi yang disebabkan oleh gaya aksi. Syarat berlakunya hukum III Newton ini adalah gaya aksi-reaksi harus bekerja pada dua benda yang berlainan dan arah kedua gaya tersebut adalah berlawanan. Hukum ini menyatakan jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang kedua ini akan mengerjakan gaya pada benda pertama yang besarnya sama dan arahnya berlawanan. Secara matematis dituliskan sebagai: Faksi = -Freaksi (2.5)
…………………………………………………………………………………….
Persamaan (2.5) menyatakan bahwa besarnya gaya reaksi sama dengan
besarnya gaya aksi. Tanda negatif menyatakan bahwa arah gaya reaksi berlawanan dengan arah gaya aksi. c. Penerapan hukum-hukum Newton 1) Benda di atas bidang datar licin, dipengaruhi gaya yang membentuk sudut tertentu terhadap arah gerak benda. F Percepatan sistem: ΣF
α
m
= ma
Fcos α = ma`
Gambar 2.1. Balok ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α.
a = F cos a ………………………………………………………..……(2.6) m Persamaan (2.6) menyatakan bahwa besarnya percepatan suatu benda yang commit to user ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α tergantung dari gaya dan massa
lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
benda. Semakin besar sudutnya maka percepatan benda akan semakin kecilkarena nilai cos sudut tersebut semakin kecil, semakin besar gaya maka percepatan akan semakin besar dan semakin besar massa benda maka nilai percepatan akan semakin kecil. 2) Dua buah benda dihubungkan dengan tali yang melalui katrol licin, dengan salah satu benda berada di atas bidang datar licin dan yang lainnya tergantung Percepatan sistem : ΣF
m1
= ma m2
W 2 – T – T = ( m1 + m2 ) a m2 g
= ( m1 + m2 ) a
Gambar 2.2. Dua balok dihubungkan oleh katrol licin
a =
m2 …………………………………………………………..(2.7) m1 + m2 Persamaan (2.7) menyatakan bahwa besarnya percepatan dari dua balok
yang dihubungkan oleh katrol licin, satu balok terletak pada bidang datar dan yang lain tergantung dapat ditentukan dengan membagi massa balok yang tergantung dengan jumlah
massa kedua balok.
Tegangan tali: Σ F = m1 a Untuk benda m1 T
=
…………………………………………………………….(2.8)
m1 a Persamaan
commit to user (2.8) menyatakan bahwa tegangan tali merupakan hasil kali antara massa balok lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang terletak pada bidang datar dengan percepatan. Tegangan tali dinyatakan dalam satuan Newton. 3) Dua buah benda dihubungkan dengan tali yang melalui katrol yang licin, kedua benda dalam keadaaan tergantung ( m2 > m1 ) m2 > m1
Percepatan sistem : ΣF
= ma
W2 – T + T – W1 = ( m1 + m2 ) a ( m2 – m1 ) g
= ( m1 + m2 )
m1 (2.9)
m2
Gambar 2.3. Dua balok dihubungkan oleh katrol licin dan tergantung
a
=
m2 - m1 g m1 + m2
……………………………………………………
(2.9) Persamaan (2.9) menyatakan bahwa percepatan kedua balok dapat ditentukan dengan membagi selisih massa kedua balok dengan jumlah massa kedua balok kemudian hasilnya dikalikan dengan percepatan gravitasi bumi. Percepatan gravitasi bumi dinyatakan dengan satuan m/det2.
Tegangan tali : untuk benda m1 ΣF
= ma
T – W1 = m1a T – m1 g = m1 T = m1 ( g + a) …………………………………………………. (2.10)
commit to user
lxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persaaan (2.10) menyatakan bahwa besarnya tegangan tali dapat ditentukan dengan mengalikan massa m1 dengan jumlah dari nilai percepatan gravitasi bumi dengan percepatan . 4) Benda berada di bidang miring licin yang membentuk sudut tertentu a
Percepatan benda :
m ΣF
= ma
W sin α W cos α
Wsinα = ma
α
mgsinα = ma
w
Gambar 2.4. Sebuah balok meluncur pada bidang miring yang membentuk sudut α
a
=
g sinα
…………………………………………………….
(2.11) Persamaan (2.11) menyatakan bahwa besarnya percepatan suatu balok yang meluncur pada bidang miring tergantung dari nilai sinus sudutnya dikalikan besarnya percepatan gravitasi bumi, semakin besar sudutnya maka percepatannya akan semakin besar. Percepatan balok tidak tergantung pada massa balok. 5) Gaya normal atau berat benda/orang yang berada di dalam lift. (a) Lift diam atau bergerak lurus beraturan ΣF
= ma
N–W =0 N – mg = 0 N = mg
Gambar 2.5. Orang
berada di dalam lift
………………………………………………………… (2.12)
Persamaan (2.12) menyatakan bahwa besarnya gaya normal orang atau berat orang sama dengan massa dikalikan percepatan gravitasi. Gaya normal orang atau berat orang dinyatakan dalam satuan newton. commit to user
lxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(b). Lift bergerak ke bawah dengan percepatan a Σ F = ma
a
N + mg = ma N = mg - ma N = ( g - a )m ……………………………………………………. (2.13) Persamaan (2.13) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di dalam lift yang bergerak ke bawah sama dengan selisih antara percepatan gravitasi dengan percepatan lift dikalikan massa. Semakin besar percepatan benda maka besarnya gaya normal akan semakin kecil. (c). Lift bergerak ke atas dengan percepatan a Σ F = ma
a
N – mg = ma N = mg + ma N =(g+a)m …………………………………………………………(2.14) Persamaan (2.14) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di dalam lift yang bergerak ke atas sama dengan jumlah percepatan gravitasi dengan percepatan lift dikalikan dengan massa. Semakin besar percepatan lift maka besarnya gaya normal akan semakin besar pula. (d). Tali lift putus atau lift bergerak ke bawah dengan percepatan g ΣF
= ma
g
N + mg = mg N
= 0 ………………………………………..……………… (2.15) commit to user
lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persamaan (2.15) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di dalam lift yang bergerak ke bawah dengan percepatan g adalah sama dengan nol, artinya terjadi gerak jatuh bebas.
B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Setiyani (2009) dengan judul “Pembelajaran Kooperatif Students Teams Achievement Division (STAD) dan Number Head Together (NHT) ditinjau dari orientasi bekerja sama dan kemampuan visual spasial” yang bertujuan untuk mengetahui: a) pengaruh metode pembelajaran STAD dan NHT terhadap prestasi belajar kimia, b) pengaruh orientasi bekerja sama tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia, c) pengaruh kamampuan visual spasial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kima, d) interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan orientasi bekerja sama terhadap prestasi belajar kimia, e) interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan kemampuan visual spasial terhadap prestasi belajar kimia, f) interaksi antara orientasi bekerja sama dengan kemampuan visual spasial terhadap prestasi belajar kimia dan g) interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT, orientasi bekerja sama serta kemampuan visual spasial terhadap prestasi belajar kimia. Kekurangan penelitian ini adalah penyampaian presentasi kelas dengan power point sehingga siswa kurang aktif selama proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penyampaian presentasi kelas dengan demonstrasi dilengkapi LKS sehingga siswa terlibat aktif dalam memahami commit to user
lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
materi yang diajarkan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penerapan metode STAD dan NHT. Sedangkan perbedaannya adalah pada mata pelajarannya, yaitu kimia dan yang diteliti oleh peneliti adalah fisika. Variable orientasi bekerja sama dan kemampuan visual spasial sedangkan yang diteliti oleh peneliti adalah motivasi dan interaksi sosial siswa. Dan juga populasinya yaitu siswa SMA N 5 Madiun dan yang diteliti oleh peneliti adalah siswa SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Harsoyo (2010) dengan judul “Pembelajaran Fisika melalui STAD (Students Teams Achievement Division) dan Jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur dan aktivitas belajar”, yang bertujuan: a) mengetahui pengaruh model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar, b) mengetahui pengaruh menggunakan alat ukur listrik tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar, c) menegtahui pengaruh aktivitas belajar tinggi da rendah terhadap prestaso belajar, d) mengetahui interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar, e) mengetahui interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar, f) mengetahui interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar dan f) mengetahui interaksi antar model pembelajaran STAD dan Jigsaw, kemampuan menggunaka alat ukur serta aktivitas belajr terhadap prestasi belajar. Persamaan antara penelitian ini dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah pada penerapan model pembelajaran STAD pada ranah kognitif siswa. commit to user
lxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini model Jigsaw sedang yang diteliti oleh peneliti adalah metode NHT, variable dalam peneliyian ini adalah menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar sedangkan yang diteliti oleh peneliti adalah motivasi dan interaksi social siswa. Populasinya SMA N 1 Surakarta dan yang diteliti oleh peneliti adalah SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Tulus Junianto dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD dan TPS Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Sikap Ilmiah” yang bertujuan untuk mengatahui: a) pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS terhadap prestasi belajar mahasiswa, b) pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa dan c) interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS dengan sikap ilmiah terhdap prestasi belajar mahasiswa. Pada penerapan metode TPS seorang siswa berpikir sendiri kemudian berbagi dengan pasangannya, sehingga sumbangan dari teman-teman yang lain di dalam kelas sangat kurang. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penerapan metode pembelajaran STAD. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode TPS dan yang diteliti oleh peneliti adalah metode NHT , sikap ilmiah dan yang diteliti oleh peneliti adalah motivasi dan interaksi social siswa serta populasinya yaitumahasiswa Akademi Analisis Kesehatan Nasional Surakarta dan yang diteliti oleh peneliti adalah siswa SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar. Penerapan metode NHT memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memberikan jawabannya commit to user
lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada seluruh kelas, mereka juga menerima jawaban dari semua teman di dalam kelas. Sehingga sumbangan dari teman-teman di dalam kelas lebih banyak. Interaksi sosial dengan teman juga menjadi lebih baik. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Mulyadi (2010) dengan judul “ Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Metode STAD dengan Media Kit dan Media Sederhana Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kemampuan Awal Siswa”. Penelitian ini telah membuktikan: a. Media berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, b. Kemampuan awal berpengaruh terhadap presyasi belajar siswa, c. Motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, d. Tidak ada interaksi antara media dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa, e. Tidak ada interaksi antara media dengan motivasi belajar terhadp prestasi belajar siswa, f. Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa, g. Tidak ada interaksi antara media, motivasi belajar dengan kemempuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penerapan metode STAD. Perbedaannya adalah pada penerapan metode NHT yang dilakukan oleh peneliti. Kelebihan dari penelitian ini adalah penggunaan media kit sehingga materi lebih mudah dipahami dan diingat karena bersifat riil. Kelemahan dari penelitian ini adalah penggunaan media sederhana yaitu media torso yang merupakan media yang bersifat tiruan. Penelitian yang dilakukan peneliti presentasi kelas dilakukan dengan demonstrasi dilengkapi LKS. commit to user
lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Penelitian yang dilakukan oleh Kamuran Tarim dan Fikri Adeniz tahun 2008 dengan judul “The effects of cooperative learning on Turkish elementary students’ mathematics achievement and attitude towards mathematics using TAI and STAD methods “. Peneliti dalam penelitian ini telah membuktikan adanya dampak positif dengan penerapan TAI dan STAD terhadap prestasi belajar matematika siswa SD. Penerapan metode TAI memberikan hasil yang lebih baik dari pada
metode STAD. Kelebihan dari penelitian ini adalah
penelitian berlangsung selama 14 minggu. Kelemahan dari penelitian ini adalah sampelnya siswa SD dengan umur 9-10 tahun. Menurut Piaget untuk usia tersebut siswa dalam tahap operasional konkret. Siswa belum mampu untuk berdiskusi, menarik kesimpulan maupun menyampaikan gagasan/ide dalam kelompoknya. Sampel pada penelitian yang dilakukan peneliti adalah siswa SMK yang usianya 15-16 tahun yang menurut Piaget termasuk dalam tahap operasional formal sehingga siswa mampu untuk berdiskusi, menarik kesimpulan, mengoreksi hasil jawaban maupun menyampaikan gagasan/ide dalam kelompoknya. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penerapan metode STAD. Perbedaannya adalah metode TAI diganti dengan NHT
C. Kerangka Berpikir commit to user
lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pegaruh Penggunaan Metode STAD dan NHT terhadap Prestasi Belajar Siswa Pembelajaran di SMK N Jenawi masih bersifat “teacher centered”, yang artinya pembelajaran yang berpusat pada guru. Para guru di SMK N Jenawi belum menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Gejala-gejala fisis dan aplikasi hukum-hukum Newton banyak diamati dan dirasakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik hukum I, II dan III Newton. Sehingga siswa sudah memahami konsep tentang hukum-hukum Newton. Mereka sudah bisa mempelajari secara mandiri, baik secara sendiri maupun bersama-sama, sehingga mereka sudah memahami materi hukum-hukum Newton meskipun masih sedikit. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini melibatkan proses skemata, asimilasi, akomodasi dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif yang berupa ide, konsep dan gagasan yang dimiliki seseorang. Asimilasi adalah proses perubahan yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh seseorang. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Equilibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Penerapan metode STAD dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bersama-sama dalam kelompok dalam memahami konsep yang diajarkan, sehingga penerapan metode STAD dan NHT dapat meningkatkan commit to user
lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
interaksi sosial siswa. Metode STAD adalah pembelajaran yang dilakukan dengan presentasi kelas, dalam hal ini guru memberikan motivasi dan tujuan pembelajaran. Kemudian mengelompokkan siswa, guru memberikan demonstrasi tentang materi yang diajarkan dengan dibantu oleh siswa jika diperlukan. Kemudian siswa melakukan kegiatan belajar (diskusi) bersama membahas materi tertentu. Sehingga siswa yang mempunyai kemampuan kurang akan terbantu oleh siswa yang mampu. Dilanjutkan dengan kuis, siswa mengerjakan soal-soal secara individual. Selanjutnya guru memberikan skor kemajuan individual. Terakhir rekognisi tim, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor terbesar. Penerapan metode NHT juga merupakan pembelajaran dengan mengelompokkan siswa. Pada penerapan metode NHT siswa dikelompokkan, kemudian setiap siswa dalam kelompok tersebut diberi nomor, guru memberikan demonstrasi tentang materi yang diajarkan dengan dibantu oleh siswa jika diperlukan. Siswa diberi materi untuk didiskusikan. Kemudian guru memanggil nomor tertentu dan setiap siswa dengan nomor tersebut menjawab soal dan seterusnya hingga soal habis. Adanya perlakuan yang berbeda ini, diduga penerapan metode STAD akan menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada penerapan metode NHT.
2. Pengaruh Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar Siswa Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu agar ia mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh commit to user
lxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penghargan. Tinggi rendahnya motivasi siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung akan memiliki gairah yang tinggi dalam belajar, penuh semangat, memiliki rasa penasaran atau rasa iungin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu, memiliki rasa percaya diri, memiliki daya konsentrasi yang tinggi, kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi, serta memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Mereka menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pembelajaran, memiliki buku pake lebih dari satu buah, sering pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi tentang materi yang diajarkan. Sehingga diduga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi rendah.
3. Pengaruh Interaksi Sosial Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar Siswa Interaksi sosial merupakan kemampuan seseorang untuk bersosial dalam kedudukannya ditempat ia berada. Siswa yang memiliki interaksi sosial yang tinggi akan lebih mudah bekerja sama saling membantu antar siswa dalam kelompok, menyukai persaingan tanpa kekerasan terhadap keputusan atau tindakan
orang
lain,
tidak
menyukai
konflik,
berusaha
untuk
meredakan/mengatasi pertentangan sehingga mencapai kestabilan, dan selalu berusaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan di antara individu-individu atau kelompok-kelompok serta mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental commit to user
lxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan memperhatikan kepentingan atau tujuan bersama. Sehingga siswa dengan kemampuan interaksi sosial yang tinggi lebih mudah berteman, bergaul ataupun hidup bersosial di lingkungannya. Ia tidak akan malu untuk bertanya, memberikan penjelasan kepada teman-temannya. Sehingga diduga siswa yang memilki interaksi sosial tinggi akan mendapatkan presatsi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki interaksi sosial yang rendah.
4. Interaksi antara Metode STAD dan NHT dengan Motivasi Belajar terhadap prestasi belajar Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa secara nyata berinteraksi satu faktor dengan faktor lainnya. Dalam penelitian ini, faktor metode pembelajaran yang berinteraksi dengan motivasi dapat mempengaruhi prestasi belajar. Bisa jadi siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih senang diajar dengan metode STAD karena metode ini lebih menantang dari pada metode NHT. Siswa harus lebih berkonsentrasi, lebih percaya diri, lebih bergairah dan berdaya juang yang tinggi. Siswa merasa tertantang untuk belajar mandiri karena peran guru yang sangat minim. Sedangkan dalam metode NHT peran guru lebih dominan dari pada metode STAD. Dengan demikian metode yang membuat siswa lebih tertantang selama proses pembelajaran berinteraksi dengan motivasi yang tinggi sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Demikian juga sebaliknya, maka akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah. Karena itulah , maka interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi diduga dapat memberikan perbedaan prestasi belajar siswa.
commit to user
xc
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Interaksi Antara Metode STAD dan NHT dengan Interaksi Sosial Metode pembelajaran yang baik dan berinteraksi dengan interaksi sosial yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula. Metode belajar yang baik tentunya dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar. Bisa jadi siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih senang diajar dengan metode STAD karena metode ini lebih memberikan ruang untuk setiap siswa dalam saling berdiskusi bersama dalam memecahkan semua soal yang diberikan oleh guru, siswa saling berinteraksi dengan siswa yang lain selama pembelajaran berlangsung. Metode STAD melibatkan siswa secara lebih aktif dalam belajar . Sedangkan dalam metode NHT peran guru lebih dominan dari pada metode STAD. Dengan demikian interaksi antara metode pembelajaran dengan interaksi sosial diduga akan memberikan perbedaan prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara Motivasi dengan Interaksi Sosial Motivasi yang tinggi dapat membuat siswa aktif dan bersemangat dalam dalam proses pembelajaran. Ia akan mengambil tindakan-tindakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yauitu tim/kelompok memperoleh penghargaan. Dengan demikian prestasi belajarnya juga tinggi. Interaksi sosial yang tinggi juga dapat membuat siswa aktif dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Ia akan lebih mudah bergaul, berteman . suka bertanya kepada siswa yang lain jika belum memahami materi tertentu. Dengan demikian prestasi belajarnya juga tinggi. Interaksi antara motivasi yang tinggi dan interaksi sosial commit to user
xci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tinggi menjadikan siswa benar-benar aktif dan bersemangat sehingga siswa benar-benar berpartisipasi dalam belajar. Sehingga diduga interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial akan memberikan perbedaan prestasi belajar siswa.
7. Interaksi antara Metode STAD dan NHT dengan Motivasi dan Interaksi Sosial Metode STAD dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok belajar. Mereka saling bekerja sama dalam memecahkan dan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Siswa yang belajar dengan metode yang membuat siswa aktif, ditunjang dengan motivasi yang tinggi dan disertai interaksi sosial yang tinggi, maka siswa akan bersemangat dalam belajar. Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu agar ia mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh penghargan. Tinggi rendahnya motivasi siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Interaksi sosial merupakan kemampuan seseorang untuk bersosial dalam kedudukannya ditempat ia berada. Siswa dengan kemampuan interaksi sosial yang tinggi lebih mudah berteman, bergaul ataupun hidup bersosial di lingkungannya. Ia tidak akan malu untuk bertanya, memberikan penjelasan kepada teman-temannya. Dengan demikian interaksi dari metode, motivasi dan interaksi sosial diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. D. Pengajuan Hipotesis commit to user
xcii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarka kajian teori dan kerangka berpikir yang telah disampaikan, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang diberi pembelajaran metode STAD dan NHT. 2. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah. 3. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki interksi sosial tinggi dan rendah. 4. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika. 5. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika. 6. Ada interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika. 7. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT, motivasi belajar, dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika.
commit to user
xciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di kelas X semester 1 SMK Negeri Jenawi untuk tahun pelajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Desember tahun 2010.. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap – tahap pelaksanaannya sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tahap Penelitian Bulan Kegiatan 5
6
7
8
Penyusunan Proposal Permohonan ijin Penyusunan instrumen uji coba instrumen Pengambilan data penelitian Penyusunan laporan dan konsultasi
commit to user
xciv
9
10
11
12
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Dengan menggunakan rancangan faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran STAD dan NHT . Faktor kedua adalah motivasi belajar, yaitu motivasi belajar tinggi dan rendah, sedang faktor ketiga adalah interaksi sosial, yaitu interaksi sosial tinggi dan rendah. Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Metode (A) Motivasi A1
A2
Belajar (B) B1
B2
B1
B2
Interaksi Sosial
C1
A1B1C1
A1B2C1
A2B1C1
A2B2C1
(C)
C2
A1B1C2
A1B2C2
A2B1C2
A2B2C2
Metode terdiri dari metode STAD (A1) dan NHT (A2), motivasi terdiri dari motivasi ringgi (B1) dan motivasi rendah (B2) sedangkan interaksi sosial terdiri dari interaksi sosial tinggi (C1) dan interaksi sosial rendah (C2). Sebagai contoh A1B1C1 artinya kelompok siswa yang diberi metode STAD, memiliki motivasi tinggi dan interaksi sosial tinggi. A2B2C2 artinya siswa yang diberi metode NHT, memiliki motivasi rendah dan interaksi sosial rendah.
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi Penelitian commit to user
xcv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa X, XI dan XII semester 1 SMK Negeri Jenawi tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 10 kelas. 2. Sampel Penelitian Dalam penelitian tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi, karena di samping membutuhkan biaya yang cukup besar, juga membutuhkan waktu yang relatif lama. Dengan penelitian dari sebagian populasi, kita harapkan bahwa hasil yang didapat sudah dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Sebagian populasi yang diambil disebut sampel. Pada penelitian ini tidak dilakukan terhadap semua anggota populasi, akan tetapi sampel yang diambil adalah tiga kelas dari populasi kelas X TKJ SMK Negeri Jenawi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini harus representatif karena hasil dari penelitian ini digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada. Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X TKJ 2 sebagai kelas eksperimen II. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara undian kelas (cluster random sampling). Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan dua kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai kelompok eksperimen I dan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan sebagai kelompok eksperimen II.
D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas commit to user
xcvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Variabel bebas dalam penelitian ini ada tiga, yaitu variabel bebas 1, variabel bebas 2, dan variabel bebas 3. Variabel bebas 1 adalah metode pembelajaran, variabel bebas 2 adalah motivasi belajar siswa, dan variabel bebas 3 adalah interaksi sosial siswa. 1. Variabel bebas 1 Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan konsep-konsep pada materi Hukum-hukum Newton dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran STAD dan NHT. Metode pembelajaran STAD adalah suatu metode pembelajaran yang dapat
mengembangkan
dan
melatih
keterampilan
berpikir
serta
mengembangkan potensi intelektual siswa yang meliputi langkah-langkah pemecahan masalah. 2. Variabel bebas 2 a.
Definisi Operasional Motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk adanya kebutuhan, dorongan dan usaha dari siswa dalam melakukan aktivitas atau kegiatan belajar sehingga tujuan belajar siswa tersebut dapat tercapai. Dalam penelitian ini motivasi belajar dibagi ke dalam dua kelompok yaitu motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah. b. Skala pengukuran: skala interval yang kemudian diubah ke skala nominal dengan cara mengelompokkan tinggi dan rendah. Pembuatan kategori ini commit to user
xcvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasarkan pada nilai rata-rata untuk keseluruhan skor yang dicapai siswa. Siswa dengan perolehan diatas atau sama dengan nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah. 3. Variabel bebas 3 a. Definisi Operasional Interaksi sosial siswa merupakan hubungan antara dua individu atau lebih ketika individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. b. Skala pengukuran: skala interval yang kemudian diubah ke skala nominal dengan cara mengelompokkan tinggi dan rendah. Penggolongan ini berdasarkan pada nilai rata-rata untuk keseluruhan skor yang dicapai siswa. Siswa dengan perolehan di atas atau sama dengan nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar fisika. a. Definisi operasional Prestasi belajar fisika adalah perolehan skor pada pengukuran dengan prestasi belajar fisika yang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsepcommit to user
xcviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsep pada materi pokok Hukum-hukum Newton setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar. b. Skala pengukuran: Interval
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes, teknik angket, dan teknik dokumentasi. 1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada materi pokok hukum – hukum Newton siswa kelas X SMK Negeri Jenawi tahun pelajaran 2010/2011. Metode tes juga digunakan untuk mengetahui prestasi siswa. 2. Metode Angket Angket yang digunakan adalah angket motivasi belajar siswa yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya motivasi belajar siswa, angket interaksi sosial siswa mengetahui kemampuan interaksi sosial siswa dan angket penilaian afektif untuk mengetahu prestasi belajar aspek afektif. Metode angket berupa sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang harus dijawab oleh siswa. Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti. Pemberian skor angket digunakan skala Likert 1 sampai 4. 3. Metode Dokumentasi commit to user
xcix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya yang merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya. Yang digunakan sebagai dokumen dalam penelitian ini adalah data nilai materi pokok sebelumnya.
F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini adalah Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). 2. Instrumen Pengambilan Data Instrumen pengambilan data dalam penelitian ini adalah tes prestasi kognitif, angket penilaian afektif, angket penilaian motivasi siswa dan angket penilaian interaksi sosial siswa.
G. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dalam penelitian ini terdiri dari atas penilaian kognitif dengan menggunakan tes prestasi , motivasi belajar siswa dan interasi sosial siswa dengan menggunakan angket. 1. Instrumen Penilaian Kognitif Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes objektif. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal. Uji commit to user
c
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
coba tes prestasi belajar dilakukan di SMK Negeri Sambirejo yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan SMK Negeri Jenawi.
a. Uji Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrument (Suharsimi, 1989: 160). Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Uji validitas butir dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut: rxy =
N å CU - (å C )(å U )
[N (å C ) - (å C) N (å U ) - (å U ) ] 2
2
2
……………(3.1)
2
Persamaan (3.1) menyatakan bahwa nilai validitas butir soal (rxy) ditentukan oleh jumlah sampel (N), skor item untuk masing-masing responden (X) dan skor total dari keseluruhan masing-masing responden. Kriteria item: jika rxy ≥ rharga
kritik
maka item tersebut valid, jika rxy < rharga
kritik
maka item tersebut invalid (Suharsimi Arikunto, 1998: 160). Hasil uji validitas tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.3: Tabel 3.3.Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Jumlah Kriteria
Nomor Soal
Soal 26
Valid : 22
commit to user
ci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,24 dan 25
Invalid : 4 9,12,23,dan 26
Tabel 3.3 menunjukkan hasil uji validitas instrument tes prestasi belajar, dari hasil analisis tersebut diperoleh 22 soal yang valid dan 4 soal yang invalid (lihat lampiran 12) b. Uji Reliabilitas Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut:
æ k öæç Vt - å pq ö÷ r11 = ç ÷ ÷ Vt è k - 1 øçè ø
………………………………………..(3.2)
Persamaan (3.2) menyatakan bahwa realibilitas instrumen (r11) ditentukan oleh banyaknya butir pertanyaan (k), varians total (Vt), proporsi subyek yang mendapat skor satu/menjawab betul (p) dan proporsi subyek yang mendapat skor nol (q). p=
Banyaknya subyek yangs kornya 1 N
q = proporsi subyek yang mendapat skor 0 =1–p (Suharsimi Arikunto, 1998: 180) commit to user
cii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut adalah reliabel. Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,81-1,00
: Sangat Tinggi
0,61-0,80
: Tinggi
0,41-0,60
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
0,00-0,20
: Sangat Rendah (Suharsimi Arikunto, 1998: 191)
Hasil uji realiabelitas instrumen tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.4 berikut ini: Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Variabel
Jumlah Soal
Reliabelitas
Kriteria
26
0,98650
Sangat Tinggi
Soal Materi Hukum-hukum Newton
Tabel 3.4 menyatakan hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar yang telah dihitung dengan persamaan (3.2), untuk jumlah soal 26 dengan nilai realibilitas 0,9869 kriteria sangat tinggi (lihat lampiran 12). Artinya soal-soal tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berbeda pada waktu yang berlainan. c. Uji Taraf Kesukaran Soal commit to user
ciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, dan untuk mengetahui apakah soal itu sulit, mudah ataukah sedang dilakukan dengan pengujian tingkat kesuitan soal. Hasil dari uji tersebut berupa bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal yang disebut indeks kesukaran. Indeks ini kemudian diinterpretasikan kedalam klasifikasi indeks kesukaran yang telah ditentukan. Untuk mengukur tingkat kesulitan soal digunakan rumus sebagai berikut: IK =
B N x Skor Maksimal
................ ...............................................(3.3)
Persaman (3.3) menyatakan bahwa indeks kesukaran (IK) ditentukan dengan mambagi jumlah siswa yang menjawab benar dari suatu item (B) dengan jumlah siswa (N) kali skor maksimal. Tabel 3.5 Tabel Ideks Kesukaran IK
Keterangan
0,81 – 1,00
Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80
Mudah (M)
0,41 – 0,60
Sedang/Cukup(Sd-C)
0,21 – 0,40
Sukar (SK)
0,00 – 0,20
Sukar Sekali (SS)
(Masidjo,2006:208) Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.6 berikut ini: Tabel 3.6. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar Jumlah Soal
Kriteria
26
Mudah : 12
Nomor Soal 1,2,3,5,6,7,8,10,11,13,15 dan 24 commit to user
civ
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedang : 10
4,9,12,14,17,19,21,23,25 dan 26
Sukar : 4
16,18,20 dan 22
Tabel 3.6 menyatakan hasil uji taraf kesukaran soal yang dihitung dengan persamaan (3.3) yang diperoleh soal dengan kriteria mudah: 12, sedang: 10 dan sukar: 4 (lihat lampiran 12). Penetapan: soal dengan kriteria sukar yaitu nomor 16, 18, 20 dan 22 dipakai. Soal dengan kriteria sedang yaitu nomor 4, 14, 17, 19, 21 dan 25 dipakai, sedangkan nomor 9,12,23 dan 26 tidak dipakai karena termasuk invalid (tabel 3.3). Soal dengan kriteria mudah yaitu nomor 1, 3, 5 dan 24 dipakai, sedangkan nomor 2, 6, 7, 8, 10, 11, 13 dan 15 diperbaiki.
d. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antar siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik, karena tidak mempunyai daya pembeda. Jika semua siswa pandai dan bodoh tidak dapat menjawa soal dengan benar maka soal tersebut juga tidak baik. Daya pembeda disebut indeks diskriminasi (ID). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah: Untuk mengetahui daya beda instrumen tes prestasi digunakan rumus: ID =
KA - KB NKA atau KB x Skor Maksimal
……….............................(3.4)
Persamaan 3.4 menyatakan bahwa indeks daya beda (ID) ditentukan dengan membagi selisih dari jumlah jawaban commit to user benar yang diperoleh dari siswa
cv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tergolong kelompok atas dikurangi jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok bawah dengan jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah.
Tabel 3.7 Tabel Nilai Daya Pembeda Soal ID - ID
Kualifikasi
0,80 – 1,00
Sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79
Lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59
Cukup membedakan (CM)
0,20 – 0,39
Kurang membedakan (KM)
Negatif
Tidak membedakan (TM)
Hasil uji daya pembeda soal tesprestasi belajar fisika yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.8: Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar Jumlah Soal
26
Kriteria
Nomor Soal
SM : 4
14,17,19,dan 25
LM : 9
6,7,8,10,15,16,18,21 dan 24
CM : 7
1,2,3,4,10,12,dan20
KM : 6
5,9,12,22,23,dan 26
commit to user
cvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.8 menyatakan hasil uji daya beda soal tes prestasi belajar yang telah dihitung dengan persamaan 3.4 (lihat lampiran 12), diperoleh soal dengan kriteria sangat membedakan sejumlah 4 nomor, lebih membedakan sejumlah 9 nomor, cukup membedakan sejumlah 7 nomor dan kurang membedakan sejumlah 6 nomor. 2. Instrumen Penilaian Motivasi Belajar dan Interaksi Sosial Siswa a. Penyusunan kisi-kisi angket Setelah aspek dan indikator dirumuskan kemudian disusun kisi-kisi angket yang memuat tentang ruang lingkup variabel bebas sesuai dasar teori. Kisi-kisi angket tersebut dijadikan pedoman pembuatan pertanyaan dan pernyataan. b. Penyusunan item angket Meliputi pembuatan item-item pertanyaan, alternatif jawaban dan petunjuk pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap item pernyataan adalah sebagai berikut: Pemberian skor skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut : Skor 4 untuk jawaban terbaik Skor 3 untuk jawaban baik Skor 2 untuk jawaban sedang Skor 1 untuk jawaban kurang baik commit to user
cvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Item yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut : Skor 1 untuk jawaban terbaik Skor 2 untuk jawaban baik Skor 3 untuk jawaban sedang Skor 4 untuk jawaban kurang baik Skor ≥ skor rata-rata kelas = tinggi Skor < skor rata-rata kelas = rendah
(Suharsimi Arikunto, 2002: 263-267)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabelitas item angket. a. Uji Validitas Validitas dari instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus (indikator). Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus sebagai berikut:
rxy =
N å XY - (å X)(å Y)
{Nå X - (å X) }{Nå Y - (å Y) } 2
2
2
2
commit to user
cviii
………………………(3.5)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persamaan 3.5 menyatakan bahwa koefisien validitas (rxy) ditentukan oleh jumlah sampel (N), skor item untuk masing-masing responden (X) dan skor total dari keseluruhan masing-masing responden. Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rxy): 0,91 – 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90
: Tinggi (T)
0,41 – 0,70
: Cukup (C)
0,21 – 0,40
: Rendah (R)
Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR) (Suharsimi Arikunto,2002: 222) Setelah dilakukan uji validitas dengan persamaan 3.5 diperoleh hasil bahwa untuk uji validitas angket motivasi dan interaksi sosial diperoleh nilai rxy > r tabel (0,32) (lihat lampiran 12). Sehingga 40 butir item instrumen angket motivasi dan interaksi sosial seluruhnya valid. b. Uji Reliabilitas Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0); yaitu sebagai berikut:
r11
2 é n ù é å s i ù ………..………………………………….(3.6) = ê ú ê1 - s 2 ú ë n - 1û êë úû commit to user t
cix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persaman 3.6 menyatakan bahwa reliabilitas instrumen (r11) ditentukan oleh banyaknya butir pertanyaan atau soal dan jumlah kuadrat masing-masing item. Kriteria : 0,91-1,00
: Sangat Tinggi
0,71-0,90
: Tinggi
0,41-0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
Negatif-0,20 : Sangat Rendah
(Masidjo, 1995 : 243)
Setelah dilakukan uji reliabelitas dan dihitung dengan persamaan 3.6 diperoleh hasil bahwa untuk uji reliabilitas angket motivasi diperoleh nial r11 = 0,984 dengan kriteria tinggi dan uji reliabelitas angket interaksi sosial dengan r11 = 0,9817 dengan kriteria tinggi (lihat lampiran 12). Sehingga 40 butir item instrumen angket motivasi dan interaksi sosial seluruhnya reliabel. Artinya jika dilakukan pengukuran kembali pada sampel dan waktu yang berbeda akan memberikan hasil yang relatif sama.
H. Teknik Analisis Data Untuk mengolah data dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama dan diakhiri dengan uji F. Untuk menguji hipotesis dengan uji F ini, sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji commit to user normalitas dan uji homogenitas. cx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan software minitab. 1)
Prosedur Penentuan Hipotesis: H0
: sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal
H1
: sampel
2)
berasal dari populasi yang terdistribusi normal
Statistik Uji Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan-Joiners. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value > 0,05. Artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika pvalue < 0,05 maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitaian berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan software minitab. 1)
2)
Prosedur Penentuan Hipotesis: H0
: sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
H1
: sampel berasal dari populasi yang homogen Statistik Uji commit to user
cxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value > 0,05. Artinya sampel berasal dari populasi yang homogen. Sebaliknya jika p-value < 0,05 berarti sampel tidak homogen. 2. Uji Hipotesis a.
Uji Anava Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek tiga varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. a. Uji Hipotesis: 1) H0A
: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
metode pembelajaran STAD dan NHT . H1A : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT . 2) H0B
: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
motivasi belajar siswa tinggi dan rendah. H1B
: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
motivasi siswa tinggi dan rendah . 3) H0C
: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
interaksi sosial siswa tinggi dan rendah. H1C
: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
interaksi sosial siswa tinggi dan rendah . commit to user
cxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) H0AB : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1AB : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. 5) H0AC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1AC : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. 6) H0BC : Tidak ada interaksi antara motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1BC : Ada interaksi antara motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. 7) H0ABC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT, motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. H1ABC : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD
dan NHT,
motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa. b. Statistik Uji Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value < 0,05 selain itu H1 akan diterima. Untuk melakukan uji anava dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: commit to user
cxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Penyajian data statistik Untuk kepentingan perhitungan data statistik adalah menggunakan format Rancangan Komputasi Data Statistik sebagai berikut: Tabel 3.9. Rancangan Komputasi Data Statistik N
B2
B1
Data Statistik
Total
C1
C2
C1
C2
A1B1C1
A1B1C2
A1B2C1
A1B2C2
A2B1C1
A2B1C2
A2B2C1
A2B2C2
n SX SX2 A1
S2 X n SX SX2
A2
S2 X
Tabel 3.9 menyatakan rancangan komputasi data statistik. Contoh A1B1C1 adalah kolom untuk penerapan metode STAD, motivasi tinggi dan interaksi social tinggi. Pada kolom tersebut akan dihitung banyaknya siswa (n), jumlah prestasi belajar siswa (SX), jumlah kuadrat prestasi belajar siswa (SX2), pengaruh simpangan varians (S2) dan rerata (`X). 2) Menghitung jumlah kuadrat (SX tot ) 2 N
JKtot
2 = SX tot -
JKant
=
JKdal
= DKtot – DKant
(SX 1 ) 2 (SX 2 ) 2 (SX m ) 2 (SX tot ) 2 + + ....... + n1 n2 nm N
3) Menghitung derajat kebebasan dktot
=N–1
dkant
=m–1
commit to user
cxiv
perpustakaan.uns.ac.id
dkdal
digilib.uns.ac.id
= dktot – dkant
4) Menghitung rata-rata kuadrat RK
=
JK db
RKant
=
JK ant dbant
RKdal
=
JK dal dbdal
5) Menghitung nilai F0 F0 =
RK ant RK dal
6) Menentukan Ftabel dengan derajat kebebasan dan taraf signifikansi 5% 7) Membuat rangkuman analisis varians tiga jalan 8) Menarik kesimpulan
(Budiyono, 2004:239).
Tabel 3.14 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Ftabel
p
A
JKA
p-1
RKA
Fa
F*
<α atau>α
B
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
<α atau>α
C
JKC
r-1
RKC
Fc
F*
<α atau>α
AB
JKAB
(p-1)(q-1)
RKAB
Fab
F*
<α atau>α
AC
JKAC
(p-1)(r-1)
RKAC
Fac
F*
<α atau>α
BC
JKBC
(q-1)(r-1)
RKBC
Fbc
F*
<α atau>α
ABC
JKABC
(p-1)(q-1)(r-1)
RKABC
Fabc
F*
<α atau>α
Galat
JKG
N-pqr
RKG
-
-
-
JKT
N-1
-
-
-
-
Total
Keterangan : p adalah probabilitas amatan; F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel
commit to user
cxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika F0 > Ftab 5%, maka H0 ditolak Jika F0 < Ftab 5%, maka H0 diterima Dalam penelitian ini semua perhitungan pada analisis data untuk menguji hipotesis menggunakan program Minitab 15. Pada program ini kriteria penolakan Ho terjadi jika nilai p (p-value) lebih kecil dari nilai taraf signifikansi (α = 0,05).
b. Uji Lanjut Anava Jika dari hasil pengujian hipotesis penelitian dengan analisis varian tiga jalan terdapat perbedaan (Ho ditolak) diteruskan dengan uji lanjut Anava dengan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe’. Rumus uji lanjut dengan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut: Fi - j =
(X
)
2
-Xj é1 1ù RKG ê + ú ëê n i n j ûú i
…………………………………….….(3.7)
Fi-j adalah nilai Fobs pada pembandingan perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j yang tergantung pada rerata pada sampel ke-i ( X i ),rerata pada sampel ke-j ( X j rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis varians (RKG), galat, ukuran sampel ke-i (ni) dan ukuran sampel ke-j (nj). Dengan daerah kritis DK = {F│F > (k – 1) Fα;k-1,N-k} atau Ho yang menyatakan bahwa rerata pada kedua sampel tidak berbeda secara signifikan ditolak jika Fobs > (k – 1) Fα;k-1,N-k.
commit to user
cxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini uji lanjut selain menggunakan metode Scheffe’ juga dengan memperhatikan pola grafik yang ditunjukkan oleh diagram analisys of means (ANOM) pada program Minitab 15.
commit to user
cxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi data prestasi belajar fisika, data motivasi siswa dan data interaksi sosial siswa. Data diperoleh dari kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen 1 dengan menerapkan metode STAD dan dari kelas X TKJ 2 sebagai kelas eksperimen 2 dengan menerapkan metode NHT. Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut: 1. Data Prestasi Belajar Fisika Data prestasi belajar fisika siswa pada aspek kognitif diperoleh dari tes prestasi belajar pada materi pokok hukum-hukum Newton yang diberikan kepada masing-masing kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan penerapan metode pembelajaran STAD dan NHT . Kelas eksperimen I dengan menerapkan metode pembelajaran STAD sedangkan kelas eksperimen II dengan metode pembelajaran NHT. Rangkuman data prestasi belajar fisika pada materi pokok hukum-hukum Newton yang diperoleh siswa pada masing-masing kelas disajikan dalam tabel 4.1:
Tabel 4.1. Diskripsi data nilai prestasi belajar fisika. Kelas
STAD
Jumlah
Nilai
Nilai
Data
Tertinggi
Terendah
36
80 commit to
cxviii
40 user
Rata-rata
Standar Deviasi
63,33
9,78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NHT
36
Total
72
80
40
58,33
9,71
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas STAD nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 63,33 dengan standar deviasi 9,78 . Prestasi belajar aspek kognitif pada kelas NHT nilai terendah 40 , nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 58,33 dengan standar devias 9,71 . Selanjutnya nilai tes prestasi belajar fisika dari masing-masing kelas dapat dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II
Metode STAD
NHT
Frekuensi
Frekuensi Relatif
Frekuensi
Frekuensi Relatif
36-42
1
2,8 %
2
5,6 %
43-49
1
2,8 %
3
8,3 %
50-56
6
16,7 %
12
33,3 %
57-63
9
25 %
7
19,4 %
64-70
12
33,3 %
10
27,8 %
71-77
5
13,9 %
1
2,8 %
78-84
2
5,6 %
1
2,8 %
Jumlah
36
100 %
36
100 %
Interval
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa untuk kelas ekperimen I dengan metode STAD nilai tertinggi pada interval 64-70 dengan frekuensi 12 dan frekuensi relatif 33,3 % sedangkan untuk kelas ekperimen II dengan metode NHT nilai tertinggi pada interval 50-56 dengan frekuensi 12 dan frekuensi relatif 33,3 %. commit to user
cxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perbandingan prestasi belajar fisika antara kelas eksperimen I yang menerapkan metode pembelajaran STAD dan kelas eksperimen II yang menerapkan metode NHT dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2:
Gambar 4.1 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD
Gambar 4.2 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika NHT
Dari tabel 4.2 maupun gambar 4.1 dan 4.2 perbandingan prestasi belajar fisika kelas STAD dan NHT dapat dilihat bahwa jumlah siswa kelas STAD yang mendapatkan nilai dengan frekuensi terbesar yaitu 12 kelas interval commit to user
cxx
64-70 dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa kelas NHT dengan frekuensi terbesar pada kelas interval 50-56. Berdasarkan rata-rata nilai tes prestasi belajar fisika juga terlihat bahwa rata-rata nilai kelas STAD (63,33) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas NHT (58,33) (lihat lampiran 14). 2. Motivasi Data motivasi siswa diperoleh dari isian angket tertulis motivasi. Berdasarkan data motivasi yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pembagian kategori motivasi tinggi dan rendah yang akan digunakan berdasarkan perolehan skor rata-rata. Skor di atas atau sama dengan skor rata-rata termasuk kategori tinggi dan di bawah skor rata-rata termasuk kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen I dengan menerapkan metode pembelajaran STAD dan 36 siswa kelas eksperimen II dengan metode pembelajaran NHT, terdapat 32 siswa mempunyai motivasi tinggi dan 40 siswa mempunyai motivasi rendah. Secara rinci data jumlah siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 4.3: Tabel 4.3. Jumlah siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah.
Gaya Belajar
Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II
STAD
NHT
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Motivasi Tinggi
16
44,4%
16
44,4%
Motivasi Rendah
20
55,6%%
20
55,6%
Jumlah
36
100 %
36
100 %
commit to user
cxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data prestasi belajar fisika pada materi pokok hukum-hukum Newton yang diperoleh siswa dengan motivasi tinggi dan rendah pada masing-masing kelas disajikan dalam tabel 4.4: Tabel 4.4. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas STAD. Motivasi
Jumlah
Nilai
Nilai
Rata-rata
Standar
Data
Tertinggi
Terendah
Tinggi
16
80
60
67,50
6,32
Rendah
20
80
40
60,00
10,88
Deviasi
Total
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas STAD dengan motivasi tinggi nilai terendah 60, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 67,50 dengan standar deviasi 6,32. Prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan motivasi rendah nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 60,00 dengan standar deviasi 10,00 . Sedangkan prestasi belajar siswa pada kelas NHT terangkum pada tabel 4.5: Tabel 4.5. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas NHT. Motivasi
Jumlah
Nilai
Nilai
Rata-rata
Standar
Data
Tertinggi
Terendah
Tinggi
16
80
45
62,81
8,94
Rendah
20
70
40
54,75
8,96
Total
36
Deviasi
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas NHT dengan motivasi tinggi nilai terendah 45, nilai tertinggi 80, nilai ratacommit rata 62,81 dengan standar deviasi 8,94to. user Prestasi belajar aspek kognitif siswa
cxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan motivasi rendah nilai terendah 40 , nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 54,75 dengan standar deviasi 8,96. 3. Data interaksi Sosial Data penelitian ini data interaksi sosial dari isian angket tertulis interaksi sosial. Berdasarkan data interaksi sosial yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pembagian kategori interaksi sosial tinggi dan rendah yang akan digunakan berdasarkan perolehan skor rata-rata. Skor di atas atau sama dengan skor rata-rata termasuk kategori tinggi dan di bawah skor rata-rata termasuk kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen I dengan menerapkan metode pembelajaran STAD dan 36 siswa kelas eksperimen II dengan metode pembelajaran NHT, terdapat 45 siswa mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan
27 siswa mempunyai
kemampuan kemempuan interaksi sosial rendah. Secara rinci data kemampuan interaksi sosial disajikan dalam table 4.6: Tabel 4.6. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Interaksi Sosial Tinggi dan Rendah.
Interaksi Sosial
Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II
STAD
NHT
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Tinggi
25
69,4%
20
55,6%
Rendah
11
30,6%
16
44,4%
Jumlah
36
100 %
36
100 %
commit to user
cxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data prestasi belajar fisika pada materi pokok hukum-hukum Newton yang diperoleh siswa dengan kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah pada masing-masing kelas disajikan dalam tabel 4.7: Tabel 4.7. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas STAD. Interaksi Sosial
Jumlah
Nilai
Nilai
Rata-rata
Standar
Data
Tertinggi
Terendah
Tinggi
25
80
45
65,60
8,93
Rendah
11
70
40
58,18
10,07
Total
36
Deviasi
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas STAD dengan interaksi sosial tinggi nilai terendah 45, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 65,60 dengan standar deviasi 8,93. Prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan interaksi sosial rendah nilai terendah 40, nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 58,18 dengan standar deviasi 10,07. Sedangkan prestasi belajar siswa pada kelas NHT terangkum pada tabel 4.8: Tabel 4.8. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas NHT. Interaksi Sosial
Jumlah
Nilai
Nilai
Data
Tertinggi
Terendah
Tinggi
20
80
45
61,25
9,16
Rendah
16
70
40
54,69
9,39
Total
36
commit to user
cxxiv
Rata-rata
Standar Deviasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas NHT dengan kemampuan interaksi sosial tinggi nilai terendah 45, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 61,25 dengan standar deviasi 9,16. Prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan kemampuan interaksi sosial rendah nilai terendah 40, nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 54,69 dengan standar deviasi 9,39. Berdasarkan pengelompokan dengan
menggunakan
kategori tersebut
dari 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen menggunakan metode STAD, terdapat 12 siswa mempunyai motivasi tinggi interaksi sosial tinggi, 13 siswa mempunyai motivasi rendah interaksi sosial tinggi, 4 siswa mempunyai motivasi tinggi interaksi sosial rendah, dan 7 siswa mempunyai motivasi rendah interaksi rendah rendah. Sedangkan untuk 36 siswa kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran NHT, terdapat 10 siswa mempunyai gaya motivasit tinggi interaksi sosial tinggi, 10 siswa mempunyai motivasi rendah interaksi sosial tinggi, 6 siswa mempunyai motivasi tinggi interaksi sosial rendah, dan 10 siswa mempunyai motivasi rendah interaksi sosial rendah. Secara rinci pembagian kelompok tersebut dapat disajikan dalam tabel 4.9: Tabel 4.9 : Jumlah siswa dengan motivasi tinggi interaksi sosial tinggi, motivasi rendah interaksi sosial tinggi, motivasi tinggi interaksi sosial rendah dan motivasi rendah interaksi sosial rendah. Metode Motivasi Belajar
STAD
NHT
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
12
13
10
10
Rendah
commit4to user
7
6
10
Interaksi Sosial
cxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9 menyatakan terdapat 12 orang siswa yang diberi metode STAD, motivasi tinggi dan interaksi sosial tinggi dengan nilai rata-rata 67,92, terdapat 13 orang siswa yang diberi metode STAD, motivasi rendah dan interaksi sosial tinggi dengan nilai rata-rata 63,46, terdapat 4 orang siswa yang diberi metode STAD, motivasi tinggi dan interaksi social rendah dengan nilai rata-rata 66,25, terdapat 7 orang yang diberi metode STAD, motivasi rendah dan interaksi sosial rendah dengan nilai rata-rata 53,57, terdapat 10 orang siswa yang diberi metode NHT, motivasi tinggi dan interaksi sosial tinggi dengan nilai rata-rata 66,50, terdapat 10 orang siswa yang diberi metode NHT, motivasi rendah dan interaksi sosial tinggi dengan nilai rata-rata 56,00, terdapat 6 orang yang diberi commit to user
metode NHT, motivasi tinggi dan interaksi sosial cxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rendah dengan nilai rata-rata 56,67 dan terdapat 10 orang siswa yang diberi metode NHT, motivasi rendah dan interaksi sosial rendah dengan nilai rata-rata 53,50 (lampiran15). B. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan beberapa uji persyaratan analisis antara lain uji normalitas dan uji homogenitas. Hasilnya akan disampaikan pada uraian berikut : 1. Uji Normalitas Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka harus normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah dipenuhi, maka dilakukan uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak (Sudjana, 1996: 291-292). Uji normalitas data prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan Ryan-Joiner normality test perhitungannya dengan bantuan software Minitab 15. Jika nilai P atau p-value lebih besar dari 0,100 (p-value > 0,100) maka Hipotesis nol (Ho) yang menyatakan sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal ditolak atau dengan kata lain hipotesis yang menyatakan bahwa sampel commit to user
cxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berasal dari populasi yang berdistribusi normal diterima. Hasil uji normalitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.3:
Probability Plot of Prestasi Belajar Normal 99,9
Mean StDev N RJ P-Value
99
Percent
95 90
60,83 10 72 0,999 >0,100
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
30
40
50
60 70 Prestasi Belajar
80
90
100
Gambar 4.3. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika
Gambar 4.3 menunjukkan uji normalitas prestasi belajar siswa secara keseluruhan. Titik-titik merah pada gambar tersebut nampak terletak di dekat garis biru, tidak ada titik merah yang letaknya jauh dari garis biru. Sebagai contoh pada prestasi belajar dengan nilai 40 terdapat tiga titik merah dengan persentase kurang dari 5 %. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai RJ = 0,999 dengan p > 0,100 yang lebih besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho (sample berdistribusi tidak normal) ditolak. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar fisika terdistribusi commit to user normal. Hasil tersebut dipertegas dengan pengujian normalitas data prestasi
cxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar pada masing-masing kelompok eksperimen yang hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.4 untuk kelas eksperimen I (kelas STAD) dan gambar 4.5 untuk kelas eksperimen II (kelas NHT).
Summary for Prestasi Belajar Metode =STAD Anderson-Darling Normality Test
40
50
60
70
A-Squared P-Value
0,59 0,118
Mean StDev Variance Skewness Kurtosis N
63,333 9,783 95,714 -0,349987 -0,293382 36
Minimum 1st Quartile Median 3rd Quartile Maximum
80
40,000 60,000 65,000 70,000 80,000
95% Confidence Interval for Mean 60,023
66,644
95% Confidence Interval for Median 60,000 95%Confidence Intervals
70,000
95% Confidence Interval for StDev 7,935
Mean
12,762
Median 60
62
64
66
68
70
Gambar 4.4. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD
Grafik pada gambar 4.4 terlihat bahwa diagram batang hampir mendekati garis normalitas dengan frekuensi terbesar pada nilai 60. Analisis dengan Anderson Darling Normality Test diperoleh nilai p = 0,118 yang lebih besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Jadi dapat diambil commit to user keputusan bahwa data prestasi belajar fisika kelas ekperimen 1 (kelas STAD)
cxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji normalitas prestasi belajar fisika kelas ekperimen 2 (kelasNHT) terlihat seperti gambar 4.5:
Summary for Prestasi Belajar Metode = NHT A nderson-Darling Normality Test
40
50
60
70
A -Squared P-V alue
0,43 0,296
Mean StDev V ariance Skewness Kurtosis N
58,333 9,710 94,286 0,055073 -0,429673 36
Minimum 1st Q uartile Median 3rd Q uartile Maximum
80
40,000 50,000 60,000 65,000 80,000
95% C onfidence Interv al for Mean 55,048
61,619
95% C onfidence Interv al for Median 55,000 95% Confidence Intervals
61,323
95% C onfidence Interv al for StDev 7,876
Mean
12,666
Median 55,0
57,5
60,0
62,5
Gambar 4.5. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT
Grafik pada gambar 4.5 tampak bahwa diagram batang hampir mendekati garis normalitas dengan frekuensi terbesar pada nilai 60. Analisis dengan Anderson Darling Normality Test diperoleh nilai p = 0,296 yang lebih besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Jadi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar fisika kelas NHT terdistribusi normal. commit to user
cxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji F dengan bantuan software minitab 15 dengan taraf signifikansi α = 0,05 atau taraf kepercayaan 95 %. Jika harga P – value data yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama α = 0,05 maka Hipotesis nol (Ho) yang menyatakan sampel berasal dari populasi yang tidak homogen ditolak atau dengan kata lain hipotesis yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen diterima. Artinya dapat dikatakan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi dengan variansi yang homogen. Hasil uji homogenitas telah terangkum sebagai berikut:
commit to user
cxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Test for Equal Variances for Prestasi Belajar F -Test Test Statistic P -Valu e
NHT
0,99 0,965
Metode
Lev ene's Test Test Statistic P -Valu e
STA D
7
8
9 10 11 12 13 9 5 % Bonferr oni Confidence Inter vals for StD evs
0,00 1,000
14
Metode
NHT
STA D
40
50
60 Prestasi Belajar
70
80
Gambar 4.6. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Metode
Dari grafik pada gambar 4.6 ini terlihat bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab diperoleh nilai p (p-value) 0,965 untuk F-test
dan 1,00 untuk
Levene’s test yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelas ekperimen 1 (kelas STAD) dan kelas ekperimen 2 (kelasNHT) homogen. T e s t f o r E q u a l V a r i a n c e s f o r P r e s t a s i B e l a ja r F - T e st T e st S ta tistic P - V a lu e
Motivasi
R en d ah
1 ,6 3 0,1 6 3
L e v e n e 's T e st T e st S ta tistic P - V a lu e
T in g g i
6
8 10 12 9 5 % B o n f e r r o n i C o n f id e n c e I n te r v a ls f o r S t D e v s
14
Motivasi
R en d ah
T in g g i
40
50
60 P r e s t a s i B e la j a r
commit to user
cxxxii
70
80
3 ,1 9 0,0 7 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.7. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Motivasi
Gambar 4.7 menunjukkan hasil uji homogenitas yang dihitung dengan F-Test dan Lavene’s Test. Nilai p untuk F-Test 0,163 dan Lavene’s Test 0,078 yang lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga Ho (data tidak homogen) ditolak. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah adalah homogen.
Sedangkan hasil uji homogenitas prestasi belajar menurut kemampuan interaksi sosial menggunakan minitab seperti tampak pada gambar 4.8 diperoleh nilai p untuk F-test 0,764 dan Lavene’s test 0,745 yang lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga Ho (data tidak homogen) ditolak. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah adalah homogen. Test for Equal Variances for Prestasi Belajar Interaksi Sosial
F-Test Test Statistic P-Value
Rendah
Levene's Test Test Statistic P-Value
Tinggi
7
Interaksi Sosial
1,10 0,764
8
9 10 11 12 13 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
14
Rendah
Tinggi
40
50
60 Prestasi Belajar
70
80
user Interaksi Sosial Gambar 4.8. Uji Homogenitas Prestasicommit Belajar to menurut
cxxxiii
0,11 0,745
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil uji homogenitas prestasi belajar di atas, untuk setiap uji homogenitas atau uji perbandingan dua varians diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho (data berasal dari populasi yang tidak homogen) ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini adalah homogen yang artinya mempunyai varians yang sama.
C. Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji Hipotesis Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama dan perhitungan menggunakan minitab dapat dilihat pada lampiran 14. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan disajikan sebagai berikut : Tabel 4.10. Rangkuman Anava Tiga Jalan Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Fα
p
keputusan
Efek Utama A
336,8087
1
336,8087
4,5621
3,9800
< 0.05
ditolak
B
930,2618
1
930,2618
12,6005
3,9800
< 0.05
ditolak
C
559,6670
1
559,6670
7,5808
3,9800
< 0.05
ditolak
Efek Interaksi AB
11,7872
1
11,7872
0,1597
3,9800
> 0.05
diterima
AC
0,5913
1
0,5913
0,0080
3,9800
> 0.05
diterima
BC
0,7769
1
0,7769
0,0105
3,9800
> 0.05
diterima
ABC
237,3191
1
237,3191
3,2145
3,9800
> 0.05
diterima
Galat
4724,9451
64
commit to user
73,8273
cxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
Total
6802,1571
digilib.uns.ac.id
71
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diambil keputusan hipotesis 1, 2 dan 3 tidak ditolak (Ho ditolak) karena dilihat dari harga Fobs yang lebih besar dari harga F tabel pada taraf signifikansi α = 0,05, yaitu F α = 3,9800. Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linier Model No.
Terhadap Prestasi Belajar
Fobs
P
Keputusan
1.
Metode
4,56
0,037
Ditolak
2.
Motivasi
12,60
0,001
Ditolak
3.
Interaksi Sosial
7,58
0,008
Ditolak
4.
Metode*Motivasi
0,16
0,691
Diterima
5.
Metode*Interaksi Sosial
0,01
0,929
Diterima
6.
Motivasi*Interaksi Sosial
0,01
0,919
Diterima
7.
Metode*Motivasi*Interaksi Sosial
3,21
0,078
Diterima
Keterangan : a. P-value metode 0,037 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT. b. P-value motivasi 0,001 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai motivasi tinggi dan rendah. commit to user
cxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. P-value interaksi sosial 0,008 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah. d. P-value interaksi antara metode dengan motivasi siswa 0,691 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak ada interaksi
antara
metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar fisika. e. P-value interaksi antara metode dengan interaksi sosial 0,929 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial siswa) diterima (P < 0,005 ditolak), berarti tidak terdapat interaksi antara interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika. f. P-value interaksi motivasi dengan interaksi sosial 0,919 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika. g. P-value interaksi antara metode, motivasi dengan interksi sosial 0,078 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode, motivasi dengan interksi sosial siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara metode, motivasi dengan interksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika. 2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan commit to user
cxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda (uji Scheffe’) diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat lihat lampiran 16. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan pada hipotesis keempat, kelima, keenam dan ketujuh tidak diperlukan uji komparasi ganda karena keputusan Ho tidak ditolak atau diterima.
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda (Uji Scheffe’) Ho
F obs
v1
v2
F tabel
DK
p
Keputusan
3,9800
3,9800
< 0.05
ditolak
3,9800
3,9800
< 0.05
ditolak
3,9800
< 0.05
ditolak
Komparasi Antar Kolom Metode (A1 Vs A2) µ 1 = µ2
83,7424
1
68
Komparasi Antar Kolom Motivasi (B1 Vs B2) µ 1 = µ2
228,4402
1
68
Komparasi Antar Baris Interaksi Sosial (C1 Vs C2) µ 1 = µ2
8,1535
1
68
3,9800
Berdasarkan rangkuman hasil uji komparasi ganda dengan menggunakan uji Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa metode (STAD dan NHT), motivasi dan interaksi sosial berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fobs yang masih lebih besar dari daerah kritik DK = 3,98 pada taraf signifikansi α = 0,05, sehingga Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara metode pembelajaran STAD dan NHT ditolak. Selanjutnya Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan motivasi tinggi dan rendah juga ditolak. Selanjutnya Ho yang menyatakan tidak ada commit to user
cxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan interaksi social tinggi dan rendah ditolak. Kesimpulan di atas dipertegas dengan paparan diagram analysis of means (ANOM) pada program Minitab 15 yang menunjukkan metode STAD berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar fisika dibandingkan dengan metode NHT. Hal itu terlihat pada gambar 4.9 berikut ini: O ne-W ay N ormal AN O M for P restasi Belajar A lpha = 0,05 64 6 3 ,1 2 4
63
Mean
62 61
6 0 ,8 3 3
60 59 5 8 ,5 4 2 58 57 NHT
ST A D M et o d e
Gambar 4.9. Diagram ANOM pengaruh metode terhadap prestasi belajar
Pada diagram di atas, garis vertikal biru untuk STAD mengarah ke atas mendekati garis merah, berarti metode STAD berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar fisika dibandingkan dengan metode NHT. Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar terlihat ada garis biru commit yang melewati batas garis merah. Hal ini to user
cxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar fisika. Motivasi tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan motivasi rendah.
O n e - W a y N o r m a l A N O M f o r P r e s t a s i B e l a ja r A lp h a = 0 , 0 5 66
Mean
64
6 3 ,6 3
62 6 0 ,8 3 60
5 8 ,0 4
58
56 Re n d ah
T in g g i M o t iv a s i
Gambar 4.10. Diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar
Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar terlihat ada garis biru yang melewati batas garis merah. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi sosial berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar fisika. Interaksi sosial tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan interaksi sosial rendah.
commit to user
cxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
O ne -W a y N o r ma l A N O M f o r P r e s ta s i B e l a ja r A lpha = 0 ,0 5 6 5 ,0
6 2 ,7 9
Mean
6 2 ,5
6 0 ,8 3 6 0 ,0 5 8 ,8 8 5 7 ,5
5 5 ,0 Re n d ah
T in g g i In t e ra k si S o sia l
Gambar 4.11. Diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar
D. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT, ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah, ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah. Ada atau tidaknya interaksi model metode pembelajaran STAD dan NHT terhadap prestasi belajar fisika belajar ditinjau dari motivasi dan interaksi sosial. Pengukuran
motivasi dan interaksi sosial siswa
dilakukan sebelum
pembelajaran berlangsung dengan mengerjakan angket motivasi dan interaksi sosial siswa. Setelah selesai dilakukan
pembelajaran materi hukum-hukum Newton
tes untuk mengukur prestasi belajar fisika.
Dalam penelitian ini
digunakan metode model pembelajaran STAD dan NHT, suatu metode commit to user pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang diorganisasikan cxl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif selama proses pembelajaran melalui diskusi kelompok sehingga siswa memperoleh pengetahuan dengan berinteraksi dengan siswa yang lain. 1. Hipotesis Pertama Dari anava tiga jalan dengan sel tidak sama prestasi belajar fisika aspek kognitif diperoleh harga F = 4,56 > Fα untuk faktor metode atau P-value 0,037 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT) ditolak, (P > 0,005 tidak ditolak). Berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT. Hal ini berarti penggunaan metode pembelajaran STAD dan NHT memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar fisika pada materi hukum-hukum Newton. Berdasarkan gambar 4.9 hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar siswa yang diberi metode STAD lebih tinggi dari pada rerata prestasi belajar siswa yang diberi metode NHT. Hal ini menunjukka bahwa metode STAD lebih baik pengaruhnya dari pada metode NHT terhadap prestasi belajar fisika siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Endah Setiyani (2009) yang salah satu kesimpulannya adalah bahwa Metode STAD memberikan pengaruh yang lebih baik dari pada metode NHT terhadap prestasi belajar kimia. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa metode pembelajaran merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang. Dua metode yang karakteristiknya berbeda akan memberikan pengaruh yang commit to user
cxli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbeda pula terhadap prestasi belajar. Meskipun landasannya sama yaitu kooperatif, akan tetapi metode yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar. Pada metode kooperatif STAD dan NHT guru memberikan informasi akademik
melalui demonstrasi di kelas untuk
memahami materi pelajaran. Pada metode STAD setiap siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk memecahkan semua masalah yang dihadapi atau yang ada di kalompok tersebut, sehingga setiap siswa dituntut untuk mampu memecahkan dan memahami soal yang diberikan oleh guru dalam kelompoknya. Pada metode NHT seorang siswa memecahkan dan memahami
masalah atau soal sesuai
dengan nomor kepalanya masing-masing. Jadi untuk siswa dengan nomor kepala 2 maka akan memecahkan dan memahami soal nomor 2 saja, kemudian ia akan memberikan jawaban atas soal tersebut setelah guru menunjuk nomornya dan didengarkan oleh semua siswa di kelas (lihat lampiran 17). Metode pembelajaran STAD adalah metode pembelajaran yang lengkap dimana terjadi interaksi antara siswa dan guru serta siswa dengan siswa. Kegiatan belajar dalam kelompok dan fungsi dari kelompok ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa yang memiliki nilai akademik rendah dengan cara berdiskusi, membandingkan jawaban dan mengoreksi jawaban jika ditemukan salah persepsi tentang materi pelajaran sehingga setelah proses pembelajaran ini semua siswa akan lebih mengerti mengenai materi yang diajarkan. Melalui diskusi dalam kelompok siswa ditintut untuk mampu berpikir kritis, memecahkan masalah bersama-sama, berkomunikasi antar pribadi, saling menukarkan gagasan, fakta commit to user
cxlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan opini di antara siswa sehingga belajar menjadi lebih dinamis. Sehingga siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung (lihat lampiran 17). Menurut hasil penelitian Amstrong dkk diungkapkan ”There will be a significant difference between treatment STAD and comparison groups (traditional) on academic achievement”. Ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang diberi pembelajarn tipe STAD dan metode konvensional terhadap prestasi akademik. Pada metode pembelajaran STAD dapat mengurangi dominasi guru (teacher centered) dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari skenario pembelajaran, pera guru hanya pada penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi dengan cara menggali pengetahuan siswa melalui kegiatan demonstrasi, selanjutnya tahap-tahap berikuntnya dilakukan oleh siswa, baik secara mandiri maupun kooperatif. Sehingga siswa dapat membangun konsep yang harus dipelajari. Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa (student centered) dan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Hipotesis kedua Dari
anava tiga jalan
dengan
sel tak sama untuk hipotesis kedua
diperoleh harga F = 12,6 > Fα untuk faktor motivasi atau P-value = 0,031 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah. Dari hipotesis kedua, disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa commit to user
cxliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah. Dari gambar 4.10 juga diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh nilai ratarata yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadloli (2010) yang menunjukkan adanya pengaruh motivasi tinggi,sedang dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripadayang memiliki motivasi sedang dan rendah. Menurut Mohammad Asrori (2008) “motivasi merupakan (1) Dorongan yang timbul pada diri sesseorang, secara disadari maupun tidak disadari, untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu (2) Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Secara alami, motivasi siswa sesungguhnya berkaitan erat dengan keinginan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran di kelas secara efektif. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi, akan mampu meraih keberhasilan baik dalam proses maupun output pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi tinggi, secara otomatis memiliki gairah yang tinggi, penuh semangat selama proses pembelajaran berlangsung, memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan sesuatu (misalnya tes), memiliki rasa percaya diri, memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi, mengannggap bahwa kesulitan commit to user
cxliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan tantangan yang harus dihadapi, memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Siswa tersebut akan meyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pembelajaran dari rumah, mereka akan mengerjakan soal-soal yang ada di dalam buku paket tanpa harus guru menyuruhnya mengerjakan sebagai pekerjaan rumah. Mereka akan tetap balajar meskipun besok ada ulangan (tes) maupun tidak. Sementara itu siswa yang memiliki motivasi rendah mereka akan kurang memperhatikan terhadap pelajaran, semangat juangnya rendah, mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat, sulit bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas, memiliki ketergantungan kepada orang lain, bias berjalan kalau sudah “dipaksa”, daya konsentrasi kurang, suka membuat gaduh dan mudah berkeluh kesah serta pesimis ketika menghadapai kesulitan. Hal ini akan berakibat pada prestasi belajar yang rendah. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar
fisika menunjukkan
F = 7,58 > Fα atau P-value
kemampuan berpikir abstrak 0,008 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua individu atau lebih dimana perilaku individu-individu tersebut saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku orang lain atau sebaliknya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hubungan sosial yang commit to user
cxlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimaksud dapat berupa hubungan antar individu, antar kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Data penelitian juga menunjukkan
bahwa rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang memiliki
interaksi sosial tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata nilai siswa yang memiliki interaksi sosial rendah baik untuk kelas eksperimen 1 (STAD) maupun kelas eksperimen 2 (NHT). Belajar merupakan aktivitas dari individu yang mengalami pendidikan dan pengajaran yang keberhasilannya banyak dipengaruhi oleh interaksi social di dalam kelas baik hubungan antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sangatlah penting untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar sehingga prestasi belajar yang diharpkan dapat tercapai. Kebutuhan ingin diperhatikan oleh orang-orang di sekitar kita akan terpengaruh apabila suasana kelompok atau kelas menuju pergaulan yang baik. Siswa yang mempunyai prestasi baik akan disenangi oleh teman-temannya, sehingga teman-temannya akan mencontoh perilaku dari siswa yang mempunyai prestasi yang lebih baik tadi. Hal ini sesuai dengan Teori Psikologi Sosial Bandura yang menyatakan bahwa perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil intaraksi antara lingkungan dengan skama kognitif individu itu sendiri. Mereka juga tidak akan sungkan, segan ataupun merasa malu untuk bertanya kepada commit to user
cxlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teman yang sudah mampu memahami materi bila ada materi yang belum atau kurang dipahami karena usia mereka relatif sama. 4. Hipotesis Keempat Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi metode dengan motivasi diperoleh harga F = 0,16 < Fα atau P-value 0,691 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa. Dari hipotesis keempat, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi, secara otomatis memiliki gairah yang tinggi, penuh semangat selama proses pembelajaran berlangsung, memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan sesuatu (misalnya tes), memiliki rasa percaya diri, memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi, mengannggap bahwa kesulitan merupakan tantangan yang harus dihadapi, memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Siswa tersebut akan meyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pembelajaran dari rumah, mereka akan mengerjakan soal-soal yang ada di dalam buku paket tanpa harus guru menyuruhnya mengerjakan sebagai pekerjaan rumah. Mereka akan tetap balajar meskipun besok ada ulangan (tes) maupun tidak. Mereka akan tetap menunjukkan indikator-indikator tersebut ketika diberi metode apapun, dalam hal ini STAD dan NHT. commit to user
cxlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sementara itu siswa yang memiliki motivasi rendah ketika mereka diberi metode pembelajaran tertentu mereka akan kurang memperhatikan terhadap pelajaran, semangat juangnya rendah, mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat, sulit bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas, memiliki ketergantungan kepada orang lain, bias berjalan kalau sudah “dipaksa”, daya konsentrasi kurang, suka membuat gaduh dan mudah berkeluh kesah serta pesimis ketika menghadapai kesulitan. Hal ini akan berakibat pada prestasi belajar yang rendah. 5. Hipotesis kelima Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode dengan interaksi sosial menunjukkan harga F = 0,01 < Fα atau P-value interaksi antara metode dengan interaksi sosial 0,929 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara metode dengan interaksi sosial. Dari hipotesis kelima, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial. Tidak adanya interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: berdasarkan hipotesis pertama, metode pembelajaran STAD memberikan pengaruh lebih baik daripada NHT terhadap prestasi belajar fisika. Sedangkan pada hipotesis ketiga interaksi sosial berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial tinggi akan mencapai prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah. Sehingga commit to user
cxlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
apapun metode pembelajaran yang digunakan, baik STAD maupun NHT, siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial tinggi tetap akan memperoleh nilai prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah. Sebaliknya baik yang mempunyai kemampuan interaksi tinggi maupun rendah, siswa yang diberi pembelajaran dengan metode STAD akan memiliki prestasi belajar fisika
lebih baik daripada siswa yang diberi
pembelajaran dengan metode NHT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan interaksi sosial siswa. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor metode pembelajaran dan kemampuan interaksi sosial siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.
6. Hipotesis keenam Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial menunjukkan harga F = 0,01 < Fα atau P-value interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial 0,919 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika. commit to user
cxlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Apapun interaksi sosial siswa, baik tinggi maupun rendah, siswa yang memiliki motivasi tinggi tetap akan memperoleh nilai prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki motivasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi tinggi sudah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Selama pembelajaran mereka tidak perlu harus bertanya kepada teman karena materi yang diajarkan sudah dipelajari dahulu dari rumah.
Mereka sudah mencoba
mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket dari rumah. Sementara itu siswa yang memiliki motivasi rendah akan cenderung membuat kegaduhan, mereka berinteraksi dengan teman yang lain tetapi tidak mendukung proses pembelajaran. Mereka membicarakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor motivasi dan interaksi sosial siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran. 7. Hipotesis Ketujuh Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa menunjukkan harga F = 3,21 < Fα atau Pvalue interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa 0,078 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak commit to user
cl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika. Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT, motivasi dengan interaksi sosial dijelaskan bahwa hasil statistik menunjukkan bahwa siswa diberi metode STAD memiliki prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang diberi metode metode NHT, siswa dengan motivasi tinggi memiliki prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi rendah dan siswa dengan interaksi social tinggi memiliki prestasi yang lebih baik dari pada interaksi sosial rendah. Hal ini berarti bahwa: (a) Baik untuk siswa dengan motivasi tinggi maupun rendah yang diberi pembelajaran dengan metode STAD memiliki prestasi yang lebih baik dari pada yang diberi metode NHT, (b) Baik untuk siswa dengan motivasi tinggi maupun rendah dan yang diberi metode pembelajaran STAD atau NHT prestasi belajar siswa dengan kemampuan interaksi sosial tinggi lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan sosial rendah, dan (c) Baik untuk siswa dengan kemampuan interaksi social tinggi maupun rendah dan di beri metode STAD atau NHT prestasi belajar siswa yang motivasinya tinggi lebih baik dari pada siswa yang motivasinya rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa. Hal ini dimungkinkan karena masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor metode, motivasi dan interaksi sosial siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga commit to user
cli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.
E. Keterbatasa Penelitian 1. Data angket motivasi dan interaksi sosial siswa yang diperoleh dengan berupa tes tulis dengan skor kategori tinggi dan rendah tidak jauh berbeda. 2. Soal tes kognitif yang digunakan belum mewakili kelima kriteria indek kesukaran yaitu mudah sekali, mudah, sedang, sukar dan sukar sekali. 3. Ada banyak faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun dalam penelitian ini peneliti hanya memperhatikan motivasi dan interaksi sosial saja. 4. Pada hasil uji coba tes prestasi belajar untuk uji indek kesukaran diperoleh soal dengan kategori mudah lebih banyak daripada kategori sedang dan sukar. 5. Mata pelajaran di SMK dibagi menjadi tiga kelompok yaitu produktif, adaptif dan normatif. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran adaptif yang tidak diujinasionalkan sehingga kurang mendapat perhatian baik dari siswa maupun kurikulum (jumlah jam pelajaran fisika di SMK lebih sedikit daripada di SMA dengan materi yang sama).
commit to user
clii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil analisis data yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Penerapan metode STAD dengan langkah-langkah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan penghargaan kelompok menuntut setiap siswa untuk
berdiskusi
dengan
teman-temannya
dalam
memecahkan
dan
memahami semua soal atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Penerapan metode NHT dengan langkah-langkah pembentukan kelompok dan penomoran siswa, guru mengajukan pertanyaan,
siswa menyatukan
“kepala” dan terakhir guru memenggil sebuah nomor dan siswa dengan nomor tersebut memberikan jawabannya kepada seluruh kelas sampai semua soal habis menuntut setiap siswa untuk memahami pertanyaan sesuai dengan nomor “kepalanya”. Prestasi belajar fisika siswa yang diberi pembelajaran dengan metode STAD lebih baik dari pada siswa yang diberi pembelajaran dengan metode NHT. b. Siswa dengan motivasi tinggi memiliki gairah yang tinggi, bersemangat, rasa ingin tahu tinggi, mampu “jalan sendiri”, percaya diri, daya konsentrasi tinggi dan berdaya juang yang tinggi. Mereka telah menyiapkan materi pelajaran dari rumah, rajin ke perpustakaan, soal-soal di buku paket atau modul sudah dikerjakan tanpa diperintah oleh guru. Sedangkan siswa dengan motivasi yang rendah memiliki perhatian yang rendah terhadap pelajaran, semangat commit to user
cliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juang rendah, mengerjakan sesuatu karena dipaksa, sulit “ jalan sendiri”, suka membuat kegaduhan dan mudah berkeluh kesah serta pesimis ketika menghadapi kesulitan. Prestasi belajar fisika siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi rendah. c. Siswa dengan interaksi sosial tinggi akan mudah bekerjasama, menyukai persaingan tanpa harus menjatuhkan pihak yang lain, tidak menyukai pertentangan, mudah meyesuaikan diri atau berakomodasi dengan lingkungan tempat ia berada dan menyukai perpaduan. Sedangkan siswa dengan interaksi sosial rendah akan sulit bekerjasama (egois), menyukai persaingan yang tidak sehat, menyukai pertentangan (mempertahankan pendapat meskipun salah), sulit menyesuaikan diri dan tidak menyukai perpaduan. Prestasi belajar fisika siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki interaksi sosial rendah. d. Siswa dengan motivasi tinggi diberi metode STAD ataupun NHT memiliki prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi rendah, sehingga tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar fisika. e.
Siswa dengan interaksi sosial tinggi diberi metode STAD ataupun NHT memiliki prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan interaksi sosial rendah, sehingga tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.
f. Siswa dengan motivasi tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah untuk interaksi social tinggi maupun commit to user
cliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rendah, sehingga tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika. g. Siswa dengan motivasi tinggi diberi metode STAD memiliki prestasi yang lebih baik daripada metode NHT, siswa dengan interaksi sosial tinggi diberi metode pembelajaran STAD dan NHT memilki prestasi yang lebih baik daripada interaksi sosial rendah untuk motivasi tinggi maupun rendah, siswa dengan motivasi tinggi diberi metode pembelajaran STAD dan NHT memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah untuk interaksi sosial tinggi maupun rendah. Sehingga tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT, motivasi dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis a. Efektifitas pembelajaran dapat diciptakan dengan merancang metode yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Penerapan metode STAD menghasilakan prestasi belajar yang lebih baik dari pada metode NHT. b. Motivasi merupakan faktor internal siswa yang mempunyai pengaruh terhadap presatsi belajar fisika. Dalam penelitian ini motivasi tinggi memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar fisika siswa. Untuk itu guru perlu untuk meningkatkan/membangkitkan motivasi belajar siswa agar prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. commit to user
clv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Interaksi sosial merupakan faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini kemampuan interaksi sosial tinggi memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar siswa. untuk itu untuk itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk senantiasa berinteraksi dengan teman-temannya selama proses pembelajaran belangsung.Sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
2. Implikasi Praktis a.
Diperoleh nilai rata-rata sebesar 63,33 untuk kelas yang diberi metode STAD dan 58,33 untuk kelas yang diberi metode NHT yang besarnya kurang dari KKM yaitu 65, dengan prosentase di atas KKM sebesar 52,7 % untuk kelas yang diberi metode STAD (lebih besar daripada sebelum penelitian) dan 36 % untuk kelas yang diberi metode NHT sehingga metode STAD disarankan untuk diterapkan pada mata pelajaran fisika khususnya pada materi hukum-hukum Newton.
b.
Penerapan metode STAD mendorong siswa lebih aktif dalam diskusi selama proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bersifat “student centered”.
c.
Pelayanan kepada siswa dengan memperhatikan motivasi, interaksi social dan metode yang tepat akan membantu menemukan cara dalam mempercepat pemrosesan informasi. commit to user
clvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian di atas maka penulis mengajukan saran sebagai berikut: 1.
Bagi Pendidik a. Dalam pembelajaran fisika, pendidik dan calon pendidik hendaknya memperhatikan pemilihan metode pembelajaran yang tepat yaitu yang melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan sesuai dengan karakter materi yang akan diajarkan. Penerapan metode STAD dilengkapi ekperimen akan menghasilkan prestasi yang lebih baik. b. Dalam proses pembelajaran fisika perlu memperhatikan motivasi dan interaksi sosial siswa. Motivasi dan ineraksi sosial yang dimiliki peserta didik, guru dapat menumbuhkan, mengarahkan dan membimbing peserta didik agar memiliki motivasi dan kemampuan interaksi sosial yang tinggi
2. Bagi Peserta Didik a. Setiap peserta didik mempunyai motivasi dan interaksi sosial yang berbeda-beda dan masing-masing dapat dikembangkan, karena motivasi dan interaksi sosial yang tinggi berpengaruh pada prestasi belajar. b. Peserta didik hendaknya mempunyai motivasi yang tinggi dan interaksi sosial yang tinggi pula. 3. Bagi Peneliti lain a. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang diperoleh adalah metode STAD dan NHT dengan memperhatikan motivasi dan intersksi sosial siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat melakukan commit to user
clvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian yang lain, yang mungkin dari metode yang akan digunakan dalam penelitian bahkan mungkin dengan memperhatikan faktor internal yang lainnya. b. Hasil penelitian ini terbatas pada materi hukum-hukum Newton peserta didik kelas X SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar, sehingga memungkinkan bisa diterapkan pada materi yang lain dan mungkin di sekolah yang lain. c. Harapan peneliti bagi peneliti yang lain adalah apa yang diteliti pada penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran peneliti maupun pendidik pada umumnya.
commit to user
clviii