PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Kimia
Oleh: SEPTI APRILIA S831008052
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i
commit to user
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh : SEPTI APRILIA (S831008052) Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan
Nama
Pembimbing I
Prof.Dr.H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001
Pembimbing II
Tanda Tangan
Tanggal
………………
……………
Prof. Dr. H. Ashadi NIP. 195101021975011001
………………. ……………
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001
ii
commit to user
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA perpustakaan.uns.ac.id (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil digilib.uns.ac.id Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) Disusun oleh : SEPTI APRILIA (S831008052) Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji : Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
Tanggal
NIP. 195209151976032001 Sekretaris
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 196811241994031001
Anggota Penguji : 1.
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001
2.
Prof. Dr. H. Ashadi NIP 195101021975011001 Surakarta,
Oktober 2011
Mengetahui, Direktur Program Pascasarjana,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. NIP. 195708201985031004
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001
iii
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Septi Aprilia perpustakaan.uns.ac.id NIM : S831008052
digilib.uns.ac.id
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Laboratorium Real dan Laboratorium Virtual ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2011 Yang membuat pernyataan,
Septi Aprilia NIM. S831008052
iv
commit to user
MOTTO
“Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat, sementara esok adalah cita-cita yang indah dan sekarang adalah kenyataan yang sedang terjadi” perpustakaan.uns.ac.id
(Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni)
Yakinlah bahwa segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita adalah yang terbaik. (Septi Aprilia)
v
commit to user
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada: Ã Teristimewa untuk papa dan mamaku tercinta, terimakasih yang telah membesarkanku, mendidikku, mendoakanku, memberiku semangat, cinta dan kasih sayang, serta mengajariku arti hidup. Segala perjuangan dan pengorbanan yang telah kalian lakukan tak akan terlupakan dan semoga Allah SWT membalas semua jasamu. Ã Kedua Adikku Tersayang, Lita Andes Clara dan Adi Guna Aji W yang selalu memberikanku keceriaan dan semangat. Ã Guru-guruku yang telah membimbingku, mengajariku dan memberikanku ilmu yang insya Allah sangat bermanfaat. Ã Seluruh keluarga besar yang turut membantu keberhasilanku.
Almamaterku tercinta............
vi
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Laboratorium Real dan Laboratorium Virtual ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) dengan baik. Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu pada Program Pascasarjana UNS ini. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas dan dukungannya dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana. 3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan dan tesis ini.
vii
commit to user
4.
Prof. Dr. H. Ashadi, sebagai pembimbing II penyusunan tesis atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mencurahkan segala ilmunya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6. Kepala SMAN 1 Boja, guru beserta karyawan yang telah memberikan ijin tempat dalam penelitian ini. 7. Dinas Pendidkan Kabupaten Boja, yang telah memberikan rekomendasi penelitian. 8. Kepala SMAN 1
Limbangan,
yang telah memberikan tempat untuk
melaksanakan uji coba instrumen penelitian. 9. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya dalam menghadapi perkuliahan dan penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini
masih
banyak
kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan tesis ini kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Oktober 2011 Penulis
viii
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii PERNYATAAN..................................................................................................... iv MOTTO .................................................................................................................. v PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii ABSTRAK ........................................................................................................... xix ABSTRACT ............................................................................................................ xx BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 8 C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 9 D. Perumusan Masalah ................................................................................. 10 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11 F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
ix
commit to user
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS .......... 14 A. Kajian Teori .............................................................................................. 14 1. Pembelajaran Kimia ............................................................................ 14 2. Teori Belajar ....................................................................................... 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Problem Based Learning (PBL) ......................................................... 21 4. Media Pembelajaran ............................................................................ 28 5. Laboratorium Real .............................................................................. 30 6. Laboratorium Virtual .......................................................................... 31 7. Kemampuan Matematik ...................................................................... 33 8. Gaya Belajar ........................................................................................ 34 9. Prestasi Belajar Kimia ......................................................................... 37 10. Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ....................................... 40 B. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 48 C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 52 D. Hipotesis ................................................................................................... 61 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 62 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 62 B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................. 63 C. Metode Penelitian .................................................................................... 65 D. Variabel Penelitian ................................................................................... 67 1. Variabel Bebas .................................................................................... 67 2. Variabel Moderator ............................................................................. 68 3. Variabel Terikat .................................................................................. 68
x
commit to user
E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 69 F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 69 G. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................................. 70 1. Uji Coba Instrumen Tes ...................................................................... 70 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Uji Coba Instrumen Angket ................................................................ 79 H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 82 1. Uji Prasarat Analisis............................................................................ 82 2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 84 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 92 A. Deskripsi Data .......................................................................................... 92 1. Data Kemampuan Matematik Siswa ................................................... 92 2. Data Gaya Belajar Siswa..................................................................... 96 3. Data Prestasi ...................................................................................... 101 B. Pengujian Persyaratan Analisis .............................................................. 108 1. Uji Normalitas ................................................................................... 108 2. Uji Homogenitas ............................................................................... 111 C. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 113 1. Uji Anava .......................................................................................... 113 2. Uji Lanjut Anava ............................................................................... 116 D. Pembahasan ............................................................................................ 122 E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 136 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 138 A. Kesimpulan ............................................................................................ 138
xi
commit to user
B. Implikasi Hasil Penelitian ....................................................................... 142 1. Implikasi Teoritik.............................................................................. 142 2. Impliksi Praktis ................................................................................. 142 C. Saran ....................................................................................................... 143 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 145 LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 149
xii
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Daftar Nilai Prestasi Siswa Tahun 2009-2010 ........................................ 2 Tabel 2.1 Bentuk Masalah PBL ............................................................................ 23 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 2.2 Sintak untuk PBL .................................................................................. 24 Tabel 2.3 Tahapan Problem Based Learning ....................................................... 25 Tabel 3.1 Jadual Penelitian .................................................................................. 62 Tabel 3.2 Hasil Uji Kesamaan Rerata .................................................................. 65 Tabel 3.3. Tata Letak Rancangan Data Penelitian ................................................ 66 Tabel 3.4 Kategori Validitas Butir Soal ............................................................... 71 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrument Tes ..................................................... 72 Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas Butir Soal ............................................................ 74 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrument Tes ................................................... 74 Tabel 3.8 Kategori Indeks Kesukaran .................................................................. 75 Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes .......................................... 76 Tabel 3.10 Kategori Indeks Daya Pembeda ................................................ 78 Tabel 3.11 Hasil Uji Coba Indeks Daya Beda Instrument Tes ........................... 78 Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Angket ...................................... 80 Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket ............................................. 82 Tabel 3.14 Desain Data Prestasi Kognitif ............................................................. 84 Tabel 3.15 Desain Data Prestasi Afektif .............................................................. .86 Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Matematik Siswa ................................... 93 Tabel 4.2 Distribusi Data Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah .............. 93
xiii
commit to user
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunkan Laboratoium Real ........................................................... 94 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunkan Laboratoium Virtual ....................................................... 95 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.5 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa ..................................................... 96 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Laboratorium Real .. 97 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Laboratorium Virtual 98 Tabel 4.8 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ........................................................ 101 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium Real .................................................................................................... .101 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium Virtual ...................................................................... .102 Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Kemampuan Matematik ................................................................. 103 Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar Siswa ................................................................................... 103 Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa ................................................................... 104 Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media, Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa ................................................. 104 Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif ......................................................... 105 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif pada Kelas Laboratorium Real .................................................................................................. 105
xiv
commit to user
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif pada Kelas Laboratorium Virtual. ............................................................................................. 106 Tabel 4.18 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Kemampuan Matematik ........................................................................................... 107 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar Siswa................................................................................................... 107 Tabel 4.20 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa ...................................................................... 107 Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media, Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa ................................................... 108 Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif ............................................. 109 Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif ............................................... 110 Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif.......................................... 112 Tabel 4.25 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Afektif............................................ 112 Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA untuk Data Prestasi Kognitif ......................... 113 Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA untuk Data Prestasi Afektif ........................... 115 Tabel 4.28 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 1 ................................................... 117 Tabel 4.29 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 2 ................................................... 118 Tabel 4.30 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Kognitif ............... 118 Tabel 4.31 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Afektif ................. 119 Tabel 4.32 Tabel Hasil Uji Lanjut Anava Scheffe Prestasi Kognitif ................. 120 Tabel 4.33 Tabel Hasil Uji Rata-Rata Hipotesis 5 ............................................. 121
xv
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Larutan Jenuh Basa ........................................................................... 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 4.1 Histogram Kemampuan Matematik pada Kelas Laboratorium Real 94 Gambar 4.2.Histogram Kemampuan Matematik pada Kelas Laboratorium Virtual ................................................................................................ 95 Gambar 4.3. Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Laboratorium Real ............................................................................. 99 Gambar 4.4. Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Laboratorium Real ............................................................................ 99 Gambar 4.5 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Laboratorium Virtual .............................................................................................. 100 Gambar 4.6 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Laboratorium Virtual ....................................................................... 100 Gambar 4.7 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Real .................. 102 Gambar 4.8 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Virtual .............. 103 Gambar 4.9 Histogram Prestasi Afektif Kelas Laboratorium Real .................... 105 Gambar 4.10 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Virtual ............ 106
xvi
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Silabus…………………………………………………….
150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 2 Rpp Laboratorium Real………………………………………. 152 Lampiran 3
Rpp Laboratorium Virtual…………………………………….
172
Lampiran 4
Lks Laboratorium Real……………………………………….
192
Lampiran 5
Lks Laboratorium Virtual……………………………………
215
Lampiran 6
Kunci Jawaban Evaluasi Lks…………………………….
235
Lampiran 7
Kisi-Kisi Tes Prestasi Kognitif…………………………...
244
Lampiran 8
Lambar Soal Tes Prestasi Kognitif……………………….. 249
Lampiran 9
Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif………………………... 256
Lampiran 10
Kisi-Kisi Penyusunan Angket Afektif……………………. 257
Lampiran 11
Pedoman Penskoran Penilaian Afektif ………………....... 259
Lampiran 12
Angket Penilaian Aspek Afektif………………………….
Lampiran 13
Kisi-Kisi Kemampuan Matematik Siswa………………… 264
Lampiran 14
Petunjuk Penilaian Kemampuan Matematik Siswa………
266
Lampiran 15
Lembar Tes Kemampuan Matematik Siswa……………...
267
Lampiran 16
Kunci Jawaban Kemampuan Matematik Siswa…………..
271
Lampiran 17
Kisi-Kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar………………… 272
Lampiran 18
Pedoman Penskoran Angket Gaya Belajar……………….
274
Lampiran 19
Angket Gaya Belajar……………………………………...
275
Lampiran 20
Analisis Hasil Uji Coba Tes Kognitif…………………….
281
xvii
commit to user
260
Lampiran 21
Analisis Hasil Uji Coba Tes Afektif……………………...
283
Lampiran 22
Analisis Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Matematika…..
285
Lampiran 23
Analisis Hasil Uji Coba Gaya Belajar Siswa……………..
287
Lampiran 24 Uji T (Kesamaan Rerata)…………………………………. 289 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 25 Data Induk Penelitian…………………………………….. 292 Lampiran 26
Uji Normalitas Prestasi Kognitif………………………….
296
Lampiran 27
Uji Normalitas Prestasi Afektif…………………………...
299
Lampiran 28
Uji Homogenitas Prestasi Kognitif……………………….
302
Lampiran 29
Uji Homogenitas Prestasi Afektif………………………...
305
Lampiran 30
Hasil Pengujian Hipotesis………………………………...
308
Lampiran 31
Uji lanjut ANAVA………………………………………..
310
Lampiran 32
Foto Penelitian……………………………………………. 313
Lampiran 33
Surat Ijin Uji Coba Instrumen…………………………….
Lampiran 34
Surat Ijin Penelitian………………………………………. 321
Lampiran 35
Surat Keterangan Uji Coba Instrumen ................................ 322
Lampiran 36
Surat Keterangan Penelitian ................................................ 323
320
[
xviii
commit to user
ABSTRAK Septi Aprilia, S831008052, 2011, “Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Laboratorium Real dan Virtual ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa” (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA Semester II SMA N 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011). digilib.uns.ac.id Pembimbing I: perpustakaan.uns.ac.id Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Ashadi. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual, kemampuan matematik, gaya belajar siswa dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 2 kelas, kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 yang diberi pembelajaran dengan media laboratorium virtual dan real. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif dan kemampuan matematik siswa, sedangkan angket untuk prestasi belajar afektif dan gaya belajar siswa. Pengujian hipotesis menggunakan Anova tiga jalan sel tak sama dengan desain faktorial 2x2x2. Dari hasil olah data disimpulkan: 1) ada pengaruh penggunaan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada pengaruh penggunaan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar afektif siswa, 2) ada pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar afektif siswa, 3) ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 4) tidak ada interaksi antara media dan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 5) ada interaksi antara media dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada interaksi antara media dan gaya belajar terhadap prestasi belajar afektif siswa, 6) tidak ada interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 7) tidak ada interaksi antara media, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.
Kata Kunci :Metode PBL dengan Media Lab. Real dan Virtual, Kemampuan Matematik, Gaya Belajar, Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
xix
commit to user
ABSTRACT
Septi Aprilia, S831008052, 2011, "Problem Based Chemistry Learning Using Real and Virtual Laboratory Viewed from Mathematical Ability and Student Learning Styles" (Case Study on Solubilities and Solubility Products of ChemicalLearning in the class of XI IPA of Semester II State of Senior High School 1 Boja Academic Year 2010/2011). Advisor 1: Prof. Dr. H. Widha digilib.uns.ac.id Sunarno,M.Pd., perpustakaan.uns.ac.id Advisor 2 : Prof. Dr. H. Ashadi. Thesis: Science Education Program, Postgraduate program, Surakarta Sebelas Maret University. The purposes of the research were to know the effect of Problem Based Learning method using real and virtual laboratory, mathematical ability, student learning styles and their interaction toward student achievement. The research used experimental method. The population was all of the students in grade XI IPA, SMAN 1 Boja Academic Year 2010/2011. The Sample was obtained by cluster random sampling and consisting of two classes, XI IPA 1 and XI IPA 2, which used virtual and real media respectively. The data of students’ cognitive achievement and mathematical ability were collected using achievement tests method. The data of affective students’ achievement and student learning style were collected using questionnaire. The data was analyzed using three ways Anova with 2x2x2 factorial design. Based on the results of data analysis can be concluded that: 1) there was an effect of real and virtual laboratory toward students’ cognitive achievement but there was not effect of real and virtual laboratoty toward students’ affective achievement, 2) there was an effect of mathematics ability toward students’ cognitive achievement but there was no effect of mathematical ability toward students’ affective achievement, 3) there was the effect of learning style toward students’ cognitive and affective achievement, 4) there was no interaction between media and mathematical ability toward student’s cognitive and affective achievement, 5) there was an interaction between media and learning styles toward students' cognitive achievement but there was no interaction between media and learning styles toward students' affective achievement, 6) there was no interaction between mathematical ability and learning style toward students’ cognitive and affective achievement, 7) there was no interaction among media, mathematical ability, and learning styles toward students’ cognitive and affective achievement.
Keywords: Problem Based Learning with Real and Virtual Laboratory, Mathematical Ability, Learning Styles, Cognitive and Affective Achievement, Solubilities and Solubility Products.
xx
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan. Di dalamnya terdapat kegiatan pembelajaran yang merupakan kegiatan pokok dari seluruh rangkaian proses pendidikan di sekolah.
Menurut Syaiful Sagala (2008:3) ” Pendidikan ialah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, dan umumnya pengajaran dilakukan disekolah sebagai lembaga formal”. Jadi, kualitas pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil agar bisa bersaing secara terbuka di era global. Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek subtansif yang mendukungnya, yaitu kurikulum dan tenaga profesional yang melaksanakan kurikulum tersebut yaitu guru. Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Kurikulum yang digunakan untuk saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau biasa disebut dengan KTSP. Dengan sistem ini diharapkan penilaian dapat menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mancakup ranah afektif dan psikomotor. Berdasarkan KTSP, siswa harus memiliki kompetensi dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Materi kimia merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa, terutama materi kimia yang bersifat hitungan seperti : termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, akan tetapi diantara prestasi yang didapatkan tersebut yang paling dianggap sulit adalah materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Hal tersebut terbukti dari prestasi
belajar siswa yang masih rendah, salah satunya terjadi di SMAN 1 Boja. Prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun pelajaran 20082009 masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa mencapai nilai ≥ 70, yang ditunjukkan pada tabel. 1.1. di bawah ini : Tabel 1.1. Daftar Nilai Prestasi Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2008-2009 No
Kelas
Nilai rata-rata
nilai ≤ KKM (%)
1.
XI IPA 1
67,24
47,62
2.
XI IPA 2
68,47
52,38
3.
XI IPA 3
61,02
90,24
Salah satu penyebab belum tercapainya ketuntasan belajar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, dikarenakan kegiatan pembelajaran kimia yang berlangsung di kelas masih menitikberatkan kepada guru sebagai pemeran utama dalam pembelajaran. Guru lebih banyak menjelaskan dan memberi informasi, sedangkan peserta didik hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Sofan Amri (2010:139) : Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi pendidikan Indonesia saat ini adalah berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang dipandang masih belum efektif, guru masih terjebak dalam praktik mengajar yang cenderung membosankan. Dalam berinteraksi dengan siswa, posisi guru terasa masih sangat dominan, sementara siswa berada pada posisi yang tidak berdaya, pendekatan dan metode yang digunakan tampak kurang bervariasi, biasanya hanya mengandalkan bentuk ceramah. Metode yang seperti ini, dapat mengakibatkan siswa cenderung malas dan tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka lebih terbiasa menerima informasi tanpa berusaha untuk mengembangkan
potensi diri yang mereka miliki.
Sementara, orientasi pembelajaran kimia perlu lebih ditujukan kepada peran aktif siswa untuk belajar dan guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Hal ini berarti harus ada perubahan dalam proses pembelajaran kimia, yakni dari yang semula guru menetapkan apa yang akan dipelajari (teacher centered) menjadi bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman siswa (student centered). Selain itu, di SMAN 1 Boja sudah memiliki laboratorium yang lengkap, seperti laboratorium kimia, fisika, biologi, bahasa, dan lain-lain. Namun, laboratorium tersebut khususnya laboratorium kimia jarang dipergunakan dalam proses pembelajaran, dengan alasan alat dan bahan yang dipergunakan untuk media pembelajaran tidak lengkap, bahkan banyak alat-alat yang sudah rusak karena usia yang sudah terlalu tua atau kurangnya perawatan. Oleh karena itu, perlu diadakan penanganan secara nyata dari guru agar laboratorium yang ada dapat dimanfaatkan dan dipergunakan dengan baik, karena kegiatan pembelajaran di laboratorium memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran commit to user kimia. Dengan proses belajar yang dilakukan di laboratorium, siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
melakukan dan mengamati percobaan secara langsung sehingga diharapkan siswa akan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menemukan sendiri konsepkonsep materi yang sedang mereka pelajari. Di samping pemanfaatan laboratorium IPA yang kurang maksimal disekolah, fasilitas lain seperti laboratorium komputer (labkom) juga belum dipergunakan secara maksimal dalam proses pembelajaran. Fasilitas elektronik canggih ini kebanyakan baru dipergunakan sebagai media pembelajaran salah satu mata pelajaran tertentu seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saja. Jika kita lihat faktanya, ilmu pengetahuan dan teknologi itu mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin maju, untuk itu siswa perlu dibekali kompetensi yang memadai supaya siswa dapat menyesuaikan diri dengan perubahan atau inovasi dalam memasuki dunia teknologi. Pada beberapa tahun terakhir, tidak sedikit materi pembelajaran yang dapat disampaikan dengan menggunakan media komputer. Arysad (2006:15)
Menurut Azhar
”pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa”.
Dengan menggunakan komputer siswa
menjadi lebih termotivasi karena penggunaan komputer mempunyai tampilan yang menarik seperti gambar, warna, dan musik. Selain itu, media komputer dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Penggunaan media commit to user komputer dalam proses pembelajaran mengajarkan tentang konsep-konsep yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
abstrak yang kemudian dikonkretkan dalam bentuk audio dan visual, dan pada akhirnya penggunaan komputer dapat menjadi pilihan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif dikelas untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran kimia. Berdasarkan beberapa uraian permasalahan di atas, dalam proses pembelajaran strategi maupun metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, guru harus memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, dan fasilitas-media yang tersedia, karena memang dalam membelajarkan konsep kimia yang kompleks, sangat penting bagi guru untuk memperhatikan sifat dan karakteristik materi bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Ada banyak pilihan metode pembelajaran kimia inovatif untuk membelajarkan konsep kimia yang bersifat abstrak, namun belum banyak dipraktikkan oleh para guru di kelas, antara lain: metode eksperimen, demonstrasi, Problem Based Learning (PBL) Inkuiri, CTL, peer tutoring (tutor sebaya), jigsaw, STAD, TGT, dan lain-lain. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah dengan menggunaan metode Problem Based Learning (PBL).
PBL merupakan salah satu pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Melalui PBL diharapkan prestasi belajar kimia siswa dapat lebih baik dan meningkat. Hal tersebut mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Johannes Strobel & Angela van Barneveld (2009: 53-55) yang menyatakan bahwa siswa yang diajar to user dengan cara tradisional. Hasil dengan PBL mengungguli siswacommit yang diajarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
penelitian tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa lebih baik apabila menggunakan metode PBL. Selain penggunaan metode, agar lebih efektif dan menarik perhatian siswa dapat menggunakan berbagai media antara lain animasi, modul, peta konsep, komik, laboratorium real, laboratorium virtual dan lain-lain. Media pembelajaran yang digunakan tentu saja harus memperhatikan kondisi siswa dan kondisi sekolah.
Guru sebagai fasilitator harus dapat menentukan
media pembelajaran apa yang sesuai. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media laboratorium real dan laboratorium virtual. Dengan menggunakan kedua media ini maka fasilitas laboratorium seperti laboratorium IPA dan laboratorium komputer dapat dimanfaatkan dengan baik dan prestasi siswa akan lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Cengiz Tuysuz (2010:3753), yaitu menyebutkan bahwa “dengan menggunakan laboratorium virtual mengakibatkan dampak positif terhadap prestasi dan sikap siswa dibandingkan dengan menggunakan metode tradisional”. Keberhasilan dalam pembelajaran kimia, selain dipengaruhi metode dan media pembelajaran, juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal yang mempunyai pengaruh dalam proses belajar mengajar. Faktor internal siswa antara lain adalah kreativitas, kemampuan matematik, sikap ilmiah, gaya belajar, motivasi belajar, dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk melihat dari kemampuan matematik siswa, karena kemampuan matematik sangat diperlukan dalam mempelajari kimia terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
kebanyakan bersifat hitungan. Namun, sejauh ini guru sangat jarang memperhatikan aspek-aspek tersebut. Guru hanya fokus pada penyampaian materi tanpa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi kimia. Selain kemampuan matematik, tingkatan daya serap siswa dalam menerima pembelajaran sudah pasti berbeda-beda, ada siswa yang menerima pelajaran dengan cepat, sedang dan ada yang lambat.
Sebagian siswa dapat
menerima pelajaran dengan mudah ketika guru menulis dipapan tulis dengan demikian siswa dapat membaca dan memahaminya, tetapi ada siswa yang lebih suka guru mereka dengan lisan, karena mereka dapat mendengarkan untuk bisa memahaminya, tetapi ada pula siswa yang cenderung melakukan gerakan pada saat guru memberikan pelajaran. Dengan kata lain, setiap siswa memiliki gaya belajar tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran hingga menghasilkan suatu bentuk pengetahuan. Gaya belajar tersebut berupa gaya belajar visual, gaya belajar audio dan gaya belajar taktual atau kinestetik, dan selama ini guru kurang memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Bertolak dari uraian di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar kimia siswa baik aspek kognitif, maupun aspek afektif bagi siswa yang mempunyai kemampuan matematik dan gaya belajar yang berbeda-beda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
B. Identifikasi masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang dianggap sulit oleh siswa, hal itu ditunjukkan dengan rata-rata nilai prestasi belajar siswa yang rendah, dan masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa mendapat nilai ≥ 70. 2. Prestasi belajar kimia siswa yang belum optimal, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Proses pembelajaran kimia yang berlangsung di kelas saat ini masih menitik beratkan kepada guru sebagai pemeran utama dalam pembelajaran. 4. Pada proses pembelajaran di kelas guru masih menggunakan metode yang konvensional (metode ceramah). 5. Pada faktanya banyak sekolah yang mempunyai fasilitas laboratorium lengkap terutama laboratorium IPA, namun laboratorium tersebut masih jarang dipergunakan pada proses pembelajaran. 6. Pemanfaatan fasilitas lain seperti laboratorium komputer juga belum dipergunakan
secara
maksimal
pada
proses
pembelajaran
terutama
pembelajaran kimia. 7. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran kimia yang belum tepat, inovatif, dan kreatif. 8. Ada banyak pilihan metode pembelajaran kimia inovatif untuk membelajarkan commit to user oleh para guru di kelas, antara konsep kimia namun belum banyak dipraktikkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
lain: metode eksperimen, demonstrasi, Problem Based Learning (PBL), inkuiri, CTL, peer tutoring (tutor sebaya), jigsaw, STAD, TGT, dan lain-lain. 9. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang memberikan peluang yang luas kepada siswanya, sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan guru hanyalah sebagai fasilitator. Metode pembelajaran tersebut adalah metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, tetapi guru kurang memperhatikan pemilihan metode yang tepat dan masih menggunakan metode konvensional. 10. Keberhasilan dalam pembelajaran kimia, selain ditentukan oleh metode dan media pembelajaran juga ditentukan oleh kemampuan matematik yang dimiliki siswa, namun guru kurang dalam mengembangkan sikap tersebut. 11. Selain kemampuan matematik, guru belum memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka agar lebih jelas dan terarah pembahasan dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode Problem Based Learning (PBL). 2. Proses pembelajaran dibatasi pada pengamatan langsung (laboratorium real) dan pengamatan melalui komputer (laboratorium virtual) yang sudah dipersiapkan oleh guru disertai lembar kerja siswa. 3. Kemampuan matematik siswa dibatasi pada kemampuan matematik tinggi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
dan rendah yang diperoleh dengan pemberian tes sebelum proses belajar mengajar berlangsung. 4. Gaya belajar siswa dalam menerima informasi pelajaran dibatasi pada gaya belajar visual dan kinestetik, gaya belajar audiotorial tidak dilibatkan dalam penelitian ini karena metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, siswa tidak banyak mendengar informasi dari pendengaran. 5. Prestasi belajar berupa tes hasil belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan aspek afektif. 6. Pembelajaran kimia dibatasi pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
\
D. Perumusan Masalah
Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Adakah pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab real dan lab virtual terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
2. Adakah pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 3. Adakah pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
4. Adakah interaksi metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab real dan lab virtual dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 5. Adakah interaksi metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab real dan lab virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 6. Adakah interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan? 7. Adakah
interaksi
antara
metode
Problem
Based
Learning
(PBL)
menggunakan lab real dan lab virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
E. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh penggunaan Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 2. Pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
4. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 5. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 6. Interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.. 7. Interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
F. Manfaat Penelitian [[[[[[[[[
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai guru: Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih metode dan pembelajaran yang sesuai dengan siswanya. b. Bagi sekolah: Sebagai referensi untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran khususnya kimia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
c. Bagi perkembangan pembelajaran kimia: Sebagai bahan kajian bagi penelitian lain yang menggunakan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan virtual.
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa: memberikan pengalaman kepada siswa tentang pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan virtual. b. Bagi guru : 1. Memberikan pengalaman kepada guru tentang pelaksanaan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan media laboratorim real dan virtual 2. Sebagai masukan bagi guru dalam mendesain model pembelajaran yang berorentasi pada guru sebagai fasilitator. 3. Sebagai
bahan masukan
guru dalam
melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan media komputer. 4. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar agar memperhatikan kemampun matematik yang berbeda pada siswanya. 5. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar agar memperhatikan gaya belajar yang berbeda pada siswanya. c. Bagi Sekolah : Memaksimalkan fasilitas pembelajaran kimia sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
A/
1.
Pembelajaran Kimia Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:11) belajar dapat
didefinisikan sebagai “suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Menurut Slameto (2003:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri melalui pemecahan masalah serta dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan belajar jika telah mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan atau pemahaman (kognitif), sikap atau nilai (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Oleh karena itu,
kegiatan
pembelajaran
perlu:
(1).
berpusat
pada
peserta
didik;
(2). mengembangkan kreativitas peserta didik; (3). menciptakan kondisi menyenangkan, (4). menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science. Menurut
Sastrawijaya
(1988:33),”Pembelajaran
kimia harus
memberikan
to user wawasan mengenai cara berpikir commit ilmiah dan memberikan pengalaman kerja kimia
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
nyata dan merangsang siswa berpikir ilmiah melalui kerja praktek di laboratorium”. Berati dalam proses pembelajaran kimia tidak cukup hanya dengan menghafal materi saja, tetapi lebih menekankan keterampilan dan teknik pemecahan masalah dengan cara melakukan praktek di laboratorium, sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung, dan siswa akan lebih mengerti tetang materi yang sedang dipelajari.
2. Teori Belajar Teori belajar yang relevan dengan penelitian ada beberapa teori belajar,antara lain : a. Teori Belajar Konstruktivisme Teori konstruktivisme sangat berpengaruh dalam pembelajaran kimia. Teori belajar menurut pandangan Konstruktivisme menyatakan bahwa anak tidak menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi anak secara aktif membangun pengetahuannya. Menurut Slavin dalam Trianto (2007:13) Teori belajar konstruktivis ini menyatakan bahwa “siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai”. Jadi, dalam proses belajar seorang siswa harus berusaha mendapatkan pengetahuan sendiri. Menurut teori kontruktivis untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan menyesuaikan informasi commit to user baru atau pengalaman yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
dimilikinya melalui interaksi dengan peserta didik lain atau dengan gurunya. Melalui metode PBL dengan menggunakan laboratorium real dan virtual siswa belajar secara berkelompok dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi melalui proses praktikum sehingga siswa dapat membangun konsep sendiri berdasarkan pada pembelajaran yang mereka lakukan. b. Teori belajar kognitif menurut Piaget Jean Piaget adalah seorang psikolog Swiss (1896-1980) yang dikenal sebagai pelopor aliran kontruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang perkembangan individu. Menurut Jean Piaget dalam Syaiful Sagala (2008 : 24) terdapat dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak yaitu: (1). proses assimilation dimana dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu; (2). proses accomodation yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik. Pemikiran lain dari Jean Piget dalam Ratna Wilis (1989:152) menemukakan bahwa perkembangan individu meliputi empat tahap, yaitu (1). sensory motor (0-2 tahun) yaitu anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan; (2). pre operational (2-7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan commit to user operasi matematika seperti menambah mengurangi dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
(3). concrete operational (7-11 tahun) tahap ini merupakan permulaan anak mulai berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materimateri abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini
sifat egosentris berubah
menjadi sensioenris; dan (4). formal operational (11 tahun keatas) anak pada periode ini dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berfikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwaperistiwa yang konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak. Kaitan teori belajar Piaget dengan penelitian ini adalah dalam sampel, metode dan media pembelajaran yang digunakan, dimana sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI dengan rata-rata berumur 15-17 tahun. Pada usia ini anak mengalami tahapan perkembangan operasional formal, dimana siswa sudah mampu bekerja secara sistematis, menganalisis hasil, dan menarik kesimpulan. Sementara metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode berbasis masalah dengan laboratorium real dan virtual, dimana siswa dapat bekerjasama secara efektif dan sistematis, serta dapat menganalisis dan membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan secara berkelompok. Berdasarkan uraian tersebut, maka metode PBL sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget. Laboratorium real dan virtual yang digunakan dapat membantu siswa dalam proses menemukan konsep dan informasi yang sesuai dengan pola berfikir anak yang sudah mampu berfikir abstrak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id 18
Teori Belajar Menurut Gagne Robert M. Gagne adalah
seorang
ahli
psikologi
yang
telah
mengembangkan suatu pendekatan perilaku yang elektik mengenai psikologi belajar. Menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (1998:17) “belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas disebabkan : (1). stimulus yang berasal dari lingkungan; (2). proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar”. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan yang telah melewati proses informasi dan menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut Gagne terdapat tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu: (1). motivasi; (2). pengenalan ; (3). pemerolehan; (4). penyimpanan; (5). ingatan kembali; (6). generalisasi; (7). perlakuan dan (8). umpan balik (Ratna Wilis,1989:134) . Pembelajaran kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam
penelitian
pembelajaran,
ini
pada
dimulai setiap
dengan menganalisa
pembelajaran
tujuan
siswa harus
instruksional
aktif.
Metode
pembelajaran yang digunakan adalah PBL menggunakan laboratorium real dan virtual dengan harapan siswa dapat mengerti tentang konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dipelajari secara langsung melalui langkah demi langkah
proses pembelajaran dengan
bimbingan
lembar
kegiatan
siswa,
sehingga siswa dapat menghubungkan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dipelajari sebagai hasil belajar pada kemampuan kognitif siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
d. Teori Belajar David Ausubel Ratna Wilis Dahar (1989: 112) menyatakan bahwa “Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1968)”. Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel dan juga Novak (1977) dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 115), ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, antara lain: a) informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat; b) informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip; c) informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi “lupa”. Selanjutnya, dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 116) dikemukakan bahwa “Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel (1963), ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu”. Prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna adalah materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial dan anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna (meaningful learning set). Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor, yaitu materi itu harus memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
materi yang nonarbitrer dan substantif. Yang dimaksud dengan materi yang nonarbitrer ialah materi yang ajek (konsisten) dengan apa yang telah diketahui. Sedangkan yang dimaksud dengan materi tersebut harus substantif berarti materi itu dapat dinyatakan dalam berbagai cara, tanpa mengubah arti. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna jika guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Pada penelitian ini menggunakan metode PBL dengan media real dimana dengan media yang digunakan tersebut siswa dapat mengenal obyek yang diamati secara langsung dalam mendapatkan konsep yang bermakna. Jika dilihat dari karateristiknya, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan, sehingga guru dalam menyajikan materi pelajaran tentang kelarutan dan
hasil kali kelarutan dapat menghubungkannya dengan konsep
kemampuan matematik yang relevan dalam struktur kognitif siswa.
e. Teori Belajar Sosial Teori Belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku, Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada prosesproses mental internal.
Jadi dalam teori belajar sosial kita dapat memahami
bagaimana kita dapat belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial commit to user “ manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam, tetapi jjuga tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
“dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang continue dan timbal balik dari determinan-determinan pribadi dan determinan-determinan lingkungan” (Bandura dalam Ratna Wilis (1989:27). Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa implikasi dari teori Bandura dalam pembelajaran adalah upaya menciptakan tatanan pembelajaran dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar dengan tingkat kemampuan berbeda. Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama antar individu.
3. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata, Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa adalah model Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Dutch dalam Taufiq Amir (2010 : 21) memberi definisi bahwa “PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata”. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa. Sementara pengertian metode PBL menurut Arends (2008 : 41) adalah “Suatu metode yang memiliki esensi yang melibatkan presentasi situasi-situasi yang autentik dan bermakna, yang berfungsi sebagai landasan bagi investogasi dan penyelidikan siswa”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Dari kedua pengertian di atas, Problem Based Learning (PBL) dapat didefinisikan sebagai suatu metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal untuk memperoleh pengetahuan baru. Dalam metode Problem Based Learning (PBL), fokus pembelajaran terletak pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah.
a. Hakikat Masalah dalam PBL Masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya, jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, PBL memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping itu, tingkat kesukaran masalah juga harus disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh David H. Jonassen & Woei Hung (2008: 21-22), menyatakan bahwa “tingkat kesukaran masalah memainkan peran penting dalam efektivitas hasil pembelajaran siswa di semua jenis metode pembelajaran yang menggunakan masalah”. Masalah dengan tingkat kesulitan yang tepat pada peserta didik akan sesuai dengan kesiapan kognitifnya, commit to user sementara tingkat kesukaran masalah yang tidak tepat dapat melebihi kesiapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
pembelajar dan menyebabkan kegagalan. Tujuan dari menilai tingkat kesukaran masalah adalah untuk membantu peneliti mengidentifikasi jenis masalah yang paling efektif digunakan dalam PBL. Metode PBL dalam penelitian ini menekankan siswa untuk dapat memecahkan masalah yang dimunculkan oleh guru pada awal pembelajaran. Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut antara lain dengan laboratorium real dan virtual. Masalah yang diangkat juga disesuaikan dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari, yakni tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan. Menurut Taufik Amir ( 2010 : 34) mengemukakan bentuk masalah dalam PBL, antara lain terdapat pada Tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1. Bentuk masalah dalam PBL Fitur dari masalah Karakteristik
· · · · · · · · ·
Lingkungan belajar · dan sumber materi · · Pelaporan dan presentasi
· ·
Hal-hal yang perlu diperhatikan Seperti apa relevansinya terhadap siswa? Seperti apa relevansinya terhadap dunia nyata? Seperti apa tingkat kompleksivitas dan kesulitannya? Apakah penyelesaiannya hanya menurut pemahan satu topik, atau penyelesaiannya menurut integrasi multitopik atau bahkan multidisiplin ilmu? Seberapa terbuka solusi masalahnya? Apakah masalah cukup “mengembang” (illstructured)? Apakah cukup mengundang rasa ingin tahu? Apakah cukup menantang dan menciptakan motivasi? Apakah cukup membuat pemelajar harus memanfaatkan pengetahuan terdahulunya dan mendapatkan informasi baru? Sejauh mana masalah yang dapat menstimulasi kerjasama kelompok? Apakah perlu tuntutan mendapatkan sumber materi? Data/ informasi seperti apa yang dituntut dari sumber materi? Adakah sekenario dari penyelesian masalah? Sejauh mana rincian laporan dan presentasi yang harus dibuat? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
b. Tahapan-tahapan PBL Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan PBL. Arends (2008: 57) menjelaskan sintak PBL yang tersaji / dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah ini : Tabel 2.2. Sintak untuk PBL Fase Fase 1
Perilaku Guru Memberikan orientasi
Guru
membahas
tujuan
pelajaran,
tentang permasalahannya
mendeskripsikan
berbagai
kebutuhan
kepada siswa
penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan untuk mengatasi masalah.
Fase 2
Mengorganisasikan
siswa Guru
untuk meneliti
membantu
siswa
untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.
Fase 3
Membantu investigasi
Guru
mendorong
mandiri dan kelompok
mendapatkan
siswa
informasi
yang
untuk tepat,
melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi. Fase 4
Mengembangkan dan
Guru
membantu
mempresentasikan
merencanakan dan menyiapkan seperti laporan,
dan
membantu
siswa
model-model mereka
dalam
dan untuk
menyampaikannya kepada orang lain. Fase 5
Menganalisis dan
Guru membantu siswa untuk melakukan
mengevaluasi proses
refleksi terhadap proses-proses yang
mengatasi masalah
mereka gunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Tabel 2.2 menjelaskan tahapan PBL melalui lima sintak atau langkah. Masing-masing langkah dijabarkan sesuai dengan pengertiannya. Sementara itu, Tabel 2.3 berikut ini menjelaskan tahapan PBL melalui enam langkah menurut pendapat John Dewey dalam Wina Sanjaya (2007: 217) menjelaskan 6 langkah PBL, yaitu: Tabel 2.3 Tahapan Problem Based Learning Tahapan 1. Merumuskan masalah
Keterangan Langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis masalah
Langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis
Langkah
siswa
kemungkinan
merumuskan
pemecahan
sesuai
berbagai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. 4. Mengumpulkan data
Langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis
Langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
Langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Secara umum, kedua pendapat tersebut tidak jauh berbeda atau hampir commit to user sama. Pada penelitian ini, tahapan PBL yang digunakan disarikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
menggabungkan kedua pendapat yang ada. Dari kedua pendapat ahli mengenai langkah-langkah PBL tersebut maka secara umum PBL dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini : (1). memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, guru menyajikan tujuan pembelajaran dalam bentuk masalah atau pertanyaan, siswa mengemukakan pendapat atau opini dari masalah itu; (2). mengorganisasikan siwa untuk meneliti permasalahan, Guru membantu siswa untuk
mengorganisasikan
permasalahannya;
(3).
tugas-tugas
mengumpulkan
belajar data
dan
yang
terkait
menganalisisnya,
dengan Guru
mengarahkan siswa untuk melakukan pengumpulan data dari eksperimen/ pekerjaan siswa untuk mencari penjelasan dan solusi dari permasalahan, kemudian data yang didapatkan tersebut di Tabelkan; (4). mengembangkan dan menyajikan hasil penyelesaian masalah, data yang didapatkan tersebut dianalisis dengan mengacu pada tujuan penyelesaian masalah, lalu mengambil kesimpulan dan melakukan presentasi dari hasil penyelesaian masalah; (5). melakukan evaluasi, guru melakukan evaluasi hasil dari suatu proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan oleh siswa.
c. Keunggulan dan kelemahan PBL Sebagai suatu strategi pembelajaran, PBL memiliki beberapa keunggulan, antara lain: (1). pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran; (2). pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa; (3). pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas commit to user pembelajaran siswa; (4). pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata; (5). pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah tersebut juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya; (6). melalui pemecahan masalah dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; (7).
pemecahan
masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa; (8). pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru; (9). pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata;
(10). pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terusmenerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Disamping keunggulan, PBL juga memiliki kelemahan, antara lain: (1). manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; (2). keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; (3). tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Kelemahan pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat diatasi dengan cara selalu membangkitkan semangat, minat, dan motivasi siswa pada awal pembelajaran. Guru perlu menekankan kepada siswa bahwa setiap masalah yang ada, pasti ada jalan keluarnya dan dapat dipecahkan bersama-sama dengan kelompoknya. Untuk itu, perlu adanya variasi kegiatan awal pembelajaran yang menarik bagi siswa. Disamping itu, agar PBL dapat berjalan dengan baik maka perlu persiapan yang cukup oleh guru.
4. Media Pembelajaran Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode dan media pembelajaran, kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode pembelajaran tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Menurut Shofyan, “ media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna”, (http://forum.upi.edu, diakses tanggal 31 Oktober 2010). Maka dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian media adalah komponen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun ciri-ciri umum media pembelajaran adalah : (1). media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera;
(2).
media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal
sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa; (3).
penekanan
media
pembelajaran
terdapat
pada
visual
dan
audio;
(4). media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas; (5). media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran; (6). media pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP) atau perongan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video, recorder);
(7). sikap,
perbuatan, organisasi, strategi, dan manjemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. Manfaat positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pengajaran di kelas adalah sebagai berikut: (1). penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama; (2). proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan commit to user memperhatikan; (3). pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan; (4). lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa; (5). kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan; (6). pengajaran dapat diberikan kapanpun dan dimanapun; (7). sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan; (8). peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif,dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran pada penelitian ini menggunakan Media pembelajaran dengan laboratorium real dan virtual.
5. Laboratorium Real Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan percobaan untuk melakukan pengamatan secara langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat : Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari jadi suatu laboratorium sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu serta sistem pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)”, (http://smileboys.blogspot.com/2008/05/ pengertian – laboratorium . html, diakses tanggal 1 november 2010). Jadi, dalam pengertian yang khusus laboratorium adalah suatu ruangan tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan agar siswa dapat mendapatkan konsep berdasarkan pengalaman siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga laboratorium mempunyai peranan yang sangat penting commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sementara pengertian laboratorium real adalah laboratorium khusus atau ruangan khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan nyata untuk melakukan percobaan, dalam laboratorium real ini siswa benar-benar dihadapkan dengan benda-benda yang nyata. Peranan laboratorium sudah lama dikembangkan dan dipergunakan dalam pembelajaran IPA untuk mendukung proses pembelajaran, karena dengan melakukan percobaan dilaboratorium dapat melibatkan siswa dalam pengalaman yang konkret terhadap benda-benda dan konsep-konsep. Kelebihan dari laboratorium nyata antara lain : (a). membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya; (b). dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia; (c). hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Sedangkan Kekurangannya : (a). metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi; (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal; (c). metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabaha; (d). setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
6. Laboratorium Virtual Laboratorium virtual berbeda dengan laboratorium real, pada laboratorium virtual alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan praktikum commit to user adalah seperangkat komputer lengkap dengan software yang dirancang khusus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
untuk kegiatan eksperimen. Software ini berisi animasi- animasi alat bahan dan desain untuk kegiatan eksperimen, dengan menggunakan media komputer sebagai media pembelajaran, harus direncanakan secara sistematik agar pembelajaran dan penggunaan komputer dapat berjalan dengan efektif. menggunakan
komputer
perlu
direncanakan
Pembelajaran dengan
dengan
baik
agar
:
(1). menumbuhkan minat peserta didik; (2). menyampaikan materi baru; (3). melibatkan peserta didik secara aktif; (4). mengevaluasi tingkat pemahaman siswa; (5). menetapkan tindak lanjut. Kelebihan dari laboratorium virtual, antara lain: (1). lebih efisien dan efektif tidak menggunakan gedung dan alat-alat laboratorium yang rumit; (2). siswa dapat mengulang kembali praktikum di rumah masing-masing jika belum mengerti; (3). pengadaan laboratorium maya lebih murah dari pada sebuah laboratorium nyata. Sedangkan kekurangan laboraorium virtual : (1). siswa tidak dapat dapat meraba alat-alatnya secara nyata, sehingga psikomotor siswa kurang terlatih dalam merangkai alat-alat praktikum; (2). keterampilan guru saat ini dalam menggunakan IT masih kurang; (3). ketersediaan alat-alat IT di sekolah masih kurang. Berkenaan dengan masalah biaya, bagi sekolah penggunaan laboratorium virtual tidaklah mahal, hal itu akan sangat terasa apabila alat dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan eksperimen di laboratorium real mahal (tidak terjangkau). Untuk dapat mengaplikasikanya hanya dibutuhkan seperangkat komputer dan softwarenya. Sedangkan menurut Bekir Bayrak (2007) mengatakan bahwa “tidak ada perbedaan hasil belajar yang nyata antara arahan laboratorium commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
dengan arahan komputer”, artinya belajar dengan menggunakan komputer pada laboratorium virtual sama efektifnya dengan belajar menggunakan laboratorium real. [[
7.
Kemampuan Matematik Menurut Yulia Kovas (2007), ada tiga kategori kemampuan matematik
(mathematical ability), yaitu : (1). understanding number, kemampuan tentang pengoperasian angka dan proses aljabar untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan hitungan; (2). non-numerical processes, kemampuan dalam memahami proses matematika yang bukan angka dan memahami konsep-konsep seperti perputaran atau pencerminan simetris dan operasi spasial lainnya; (3). computation and knowledge, kemampuan untuk melakukan perhitungan sederhana menggunakan metode kertas-pensil dan mengingat kembali fakta matematika dan istilah-istilahnya. Penelitian yang dilakukan John W Adam (2007) perbedaan kemampuan
matematik
mengkaji tentang
individu pada aspek : (1). genetics,
kemampuan matematik individu memiliki kaitan kuat dengan faktor genetic; (2). cognition, perbedaan tingkat kemampuan matematik dapat dilihat dari ketepatan penghitungan, individu yang tingkat ketepatan penghitungannya rendah maka kaitan antar konsep dalam memori jangka panjangnya akan lemah; (3). behavioral, tingkat rasa takut terhadap matematika akan mempengaruhi kapasitas kerja otak. dan sikap terhadap matematika. Dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa kemampuan matematik bersifat individual, artinya tiap individu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
memiliki kemampuan matematik yang berbeda-beda. Kemampuan matematik dapat dijadikan variabel dalam penelitian. Dalam pembelajaran kimia SMA, kemampuan matematik sangat diperlukan, terlebih yang terkait dengan kemampuan menyelesaikan perhitungan dan pengoperasian angka (understanding number) yaitu kemampuan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, operasi perkalian dan pembagian, operasi hitung aljabar, operasi dalam bentuk akar, dan kesebandingan. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan. Siswa agar mampu menyelesaikan soal hasil kali kelarutan tidak hanya dituntut paham konsep, namun juga memiliki kemampuan berhitung yang baik.
8. Gaya Belajar Pengertian gaya belajar menurut Bobi DePorter (2008 :112), “ gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang itu menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”.
Jadi, setiap siswa memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda. Terdapat tiga modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”. Adapun karakteristik masing-masing gaya belajar antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id 35
Gaya belajar visual Bagi siswa yang mempunyai gaya belajar visual, yang memegang peranan
penting adalah mata / penglihatan (visual), dalam hal ini metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan kepada peragaan / media, antara lain menggunakan materi-materi visual seperti gambar, diagram, gunakan warna untuk mengingat hal-hal penting, menggunakan multimedia (contoh: komputer dan video). Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual antara lain: bicara agak cepat, lebih mengingat yang dilihat daripada yang didengar, lebih suka membaca daripada dibacakan, memiliki masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis. b. Gaya belajar auditori (mendengar) Bagi siswa yang mempunyai gaya belajar auditori, yang memegang peranan penting adalah telinga/pendengaran (audio) dan lebih cepat dalam menerima pelajaran dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakana. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar auditori antara lain: mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat.
Strategi untuk
mempermudah belajar siswa auditori antara lain: ajak anak untuk ikut berpartisipasi baik dalam kelas maupun dalam keluarga, dorong anak untuk mempelajari materi pelajaran dengan keras, gunakan music untuk mengajarkan anak, diskusikan ide dengan anak secara verbal dan biarkan anak merekam materi pelajarannya kedalam kaset. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
c. Gaya belajar kinestetik Anak
yang
mempunyai
gaya
belajar kinestetik
belajar melalui
bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri
gaya
belajar kinestetik
antara lain: berbicara perlahan,
penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai permainan yang menyibukkan, dan
menyentuh
orang
untuk
mendapatkan perhatian mereka menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Strategi untuk mempermudah
proses belajar anak kinestetik adalah :
jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru), izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar dan gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan, izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik. Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
9. Prestasi Belajar Kimia Setelah melakukan proses belajar mengajar kimia di kelas, untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Winkel (2007:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”, Jadi dengan adanya nilai dari guru dapat diketahui apakah prestasi belajar siswa itu baik atau tidak. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan. Hasil belajar terdiri dari tiga domain, yaitu: a. Domain kognitif, berhubungan dengan kemampuan intelektual Ada enam tingkatan domain kognitif dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks, yaitu: (1). Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2). Pemahaman (comprehention,
understanding),
seperti
menafsirkan,
menjelaskan,
atau
meringkas; (3). Penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan atau commit to user menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau
perpustakaan.uns.ac.id
konkret;
(4).
Analisis
digilib.uns.ac.id 38
(analysis),
yaitu
kemampuan
menguraikan
atau
menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti; (5). sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan; (6). evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. b. Domain afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, dan nilai Domain ini mempunyai lima tingkatan dari yang sederhana sampai kepada yang lebih kompleks, yaitu: (1). penerimaan (receiving), merupakan kepekaan menerima
rangsangan
(stimulus)
baik
berupa
situasi
maupun
gejala;
(2). penanggapan (responding), berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang; (3). penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang; (4). organisasi (organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi; (5). karakteristik nilai (characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Domain psikomotor, meliputi keterampilan motorik dan gerak fisik Domain psikomotor mempunyai enam tingkatan dari yang sederhana hingga yang lebih kompleks, maliputi: (1). persepsi (perception), berkaitan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan; (2). kesiapan melakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
pekerjaan (set), berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan, baik secara mental, fisik, maupun emosional; (3). mekanisme (mechanism), berkaitan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari; (4). respons terbimbing (guided respons), yaitu mengikuti atau mengulang perbuatan yang diperintahkan oleh orang lain; (5). kemahiran (complex overt respons), berkaitan dengan keterampilan yang sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pola gerakannya; (6). keaslian (origination), merupakan kemampuan menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah belajar dan mengikuti proses pembelajaran, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik pula. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: (1). prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; (2). prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu siswa; (3). prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; (4). prestasi belajar sebagai indikator produktivitas suatu institusi pendidikan; (5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan siswa. Jadi, prestasi belajar tidak hanya berfungsi sebagai indikator keberhasilan dalam belajar bidang tertentu saja tetapi juga berfungsi sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Dalam penelitian ini, prestasi belajar kimia ditunjukkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
dengan penilaian formatif, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kalil kelarutan. Alat penilaian yang dalam bentuk tes maupun non-tes. Penilaian non-tes digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek afektif, sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam aspek kognitif umumnya dilakukan dengan tes. “Alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua
hal,
yakni
ketepatannya
atau
validitasnya
dan
keajegannya
atau
reliabilitasnya”, (Nana Sudjana, 1996: 12). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar dilakukan evaluasi atau penilaian. Bentuk penilian berupa tes maupun non tes. Tes yang baik harus memenuhi kriteria tertentu dan juga harus sesuai dengan tujuan peruntukannya.
10. Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan a. Pengertian Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Untuk zat yang tergolong mudah larut, kelarutannya dinyatakan dalam gram per 100 gram air, untuk zat yang tergolong sukar larut dinyatakan dalam mol L-1 sama dengan kemolaran. Perak kromat (Ag2CrO4) merupakan contoh garam yang sukar larut dalam air. Jika kita memasukkan sedikit saja Kristal garam itu kedalam segelas air kemudian diaduk, kita akan melihat bahwa sebagian besar dari garam tidak larut (mengendap di dalam gelas). Larutan perak kromat mudah sekali jenuh. Apakah setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut berhenti? Ternyata tidak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Kesetimbangan dalam larutan jenuh perak kromat terdapat pada gambar 1 dibawah ini sebagai berikut : 2Ag+ (aq)
Ag2CrO4(s)
+
CrO42-(aq)
Ag+ + CrO4Ag2CrO4(s)
Gambar 1. Larutan Jenuh Perak Kromat Tetapan kesetimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut disebut tetapan hasil kali kelarutan dan dinyatakan dengan lambang Ksp. Persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk Ag2CrO4, sesuai dengan persamaan berikut ini : Ksp = [Ag+]2 [CrO42-] Secara umum, persamaan kesetimbangan larutan garam AxBy sebagai berikut : AxBy(S)
xAy+(aq) + yBx-(aq) Ksp = [Ay+]2 [Bx-]y
b. Hubungan Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Pada reaksi kesetimbangan Ag2CrO4(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CrO42-(aq) konsentrasi
kesetimbangan ion Ag+ dan ion CrO42- dalam larutan jenuh dapat dikaitkan to userstoikiometri reaksi (perbandingan dengan kelarutan Ag2CrO4 , yang commit sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
koefisien reaksinya). Jika kelarutan Ag2CrO4 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi Ag+ dalam larutan sama dengan 2 s dan konsentrasi ion CrO42- sama dengan s. Ag2CrO4(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CrO42-(aq) s
2s
s
Dengan demikian, nilai tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat dikaitkan dengan nilai kelarutannya (s) sebagai berikut: Ksp = [Ag+]2[CrO42-] = (2s)2 (s) = 4s3 Secara umum, hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut: AxBy(s) ⇌ xAy+(aq) + y Bx- (aq) s
xs
ys
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y = (xs)x (ys)y = xxyys(x+y)
c.
Pengaruh Ion Senama terhadap kelarutan Contoh pengaruh ion senama pada larutan elektrolit adalah pada larutan
jenuh Ag2CrO4, apakah yang akan terjadi apabila kedalam larutan jenuh itu kita tambahkan larutan AgNO3 atau larutan K2CrO4? Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion-ion Ag+ dan ion-ion CrO42-. Ag2CrO4
2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar ion 2Ag+ atau ion CrO42- dalam larutan. AgNO3(aq)
Ag+(aq)
+ NO3-(aq)
K2CrO4(aq)
2K+(aq)
+ CrO42-(aq)
Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan ion Ag+ atau ion CrO42- akan menggeser kesetimbangan kekiri. Akibat dari pergeseran itu, jumlah Ag2CrO4 yang larut mulai berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama akan memperkecil kelarutan. Akan tetapi sebagaimana halnya kesetimbangan pada umumnya, ion senama tidak mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan selama suhu tidak berubah.
d. Pengaruh pH terhadap kelarutan Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
1) pH dan kelarutan basa Sesuai dengan efek ion senama, suatu basa akan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa daripada larutan yang bersifat netral. Contoh : Membandingkan kelarutan basa dalam air dan dalam larutan yang bersifat basa. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukanlah kelarutan Mg(OH)2 dalam: a) akuades (air murni) b) larutan dengan pH = 12 Jawab: a) dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh dimana: [Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1 Mg(OH)2(s) ⇌ Mg2+(aq) + 2OH-(aq) s
s
2s
[Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (s)
(2s)2 = 2 x 10-12 4s3 = 2 x 10-12 s = 7,94 x 10-5 mol. L-1
jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 7,94 x 10-5 mol. L-1 b) dalam larutan dengan pH = 12 pH = 12 → pOH = 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
[OH-] = 1 x 10-2 mol. L-1 Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh, misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol. L-1 Mg(OH)2(s) ⇌ Mg2+(aq) + 2OH-(aq) x
x
2x
konsentrasi ion OH- dalam larutan = 1 x 10-2 + 2x mol. L-1. Substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan konsentrasi Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai berikut: [Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 (x) (1 x 10-2 + 2x) = 2 x 10-12 Oleh karena dapat diduga bahwa x << 1 x 10-2 , maka 1 x 10-2 + 2x ≅ 1 x 10-2. Persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: (x) (1 x 10-2)2 = 2 x 10-12 x = 2 x 10-8 jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 108 mol. L-1. Kelarutan ini kira-kira 4.000 kali lebih kecil daripada kelarutan Mg(OH)2 dalam akuades. 2) pH dan Kelarutan Garam Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan HCl. Fakta ini dapat diterangkan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan sebagai berikut: CaCO3(s) ⇌ Ca2+(aq) + CO32-(aq)
Dalam larutan asam, ion CO32- akan diikat oleh H+membentuk HCO3- atau H2CO3. H2CO3 selanjutnya akan terurai membentuk CO2 dan H2O. Hal ini akan menggeser kesetimbangan ke arah kanan. Dengan kata lain CaCO3 melarut. 3) pH dan kelarutan garam Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan HCl. Fakta ini dapat diterangkan sebagai berikut, dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan : Ca2+(aq) + CO32-(aq)
CaCO3(s)
Dalam larutan asam, ion CO32- akan diikat oleh ion H+ membentuk HCO3- atau H2CO3. H2CO3 selanjutnya akan terurai membentuk CO2 dan H2O. Hal ini akan menggeser kesetimbangan diatas kekanan.
Dengan kata lain, menyebabkan
CaCO3 melarut.
e.
Reaksi Pengendapan Kita dapat mengeluarkan suatu ion dalam larutannya melalui reaksi
pengendapan.
Misalnya ion kalsium (Ca2+) dalam air sudah dapat dengan
menambahkan larutan Na2CO3. Dalam hal ini, ion Ca2+ akan bergabung dengan ion carbonat (CO32-) membentuk CaCO3, suatu garam yang sukar larut, sehingga mengendap. Ca2+(aq) + CO32-(aq)
CaCO3(s) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Contoh lainnya yaitu mengendapkan ion Cl- dari air laut dengan menambahkan larutan perak nitrat (AgNO3). Ion Cl- akan bergabung dengan ion Ag+ membentuk AgCl yang sukar melarut. Cl- (aq) + Ag+(aq) ⇌ AgCl(s)
Proses terjadinya pengendapan AgCl ketika larutan yang mengandung ion Cl- ditetesi dengan ion Ag+. Apakah endapan AgCl langsung terbentuk begitu ada ion Ag+ memasuki larutan? Kita ingat kembali bahwa AgCl dapat larut dalam air, meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Artinya ion Ag+ dan ion Cl- dapat berada secara bersama dalam larutan sehingga larutan itu jenuh, yaitu sampai hasil kali [Ag+][Cl-] sama dengan nilai Ksp AgCl. Apabila penambahan ion Ag+ dilanjutkan hingga hasil [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl maka kelebihan ion Ag+ dan ion Cl- akan bergabung membentuk endapan AgCl. Jadi pada penbahan larutan Ag+ ke dalam larutan Cl- dapat terjadi tiga hal sebagai berikut: Jika [Ag+][Cl-] < Ksp AgCl, larutan belum jenuh. Jika [Ag+][Cl-] = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh. Jika [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan). Sebagai mana telah dipelajari ketika membahas kesetimbangan kimia, hasil kali konsentrasi seperti dirumuskan dalam rumus tetapan kesetimbangan (bukan konsentrasi kesetimbangan) kita kenal dengan Qc. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa: Jika Qc < Ksp, larutan belum jenuh. Jika Qc = Ksp, larutan tepat jenuh. commit to user Jika Qc > Ksp, larutan terjadi pengendapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
B. Penelitian yang relevan Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, di antaranya adalah : 1.
Judul : Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah melalui Metode Proyek dan Inkuiri ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa. Peneliti : Septa Krisdiyanto, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar siswa, kesamaan antara penelitian yang akan dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan penerapan pembelajaran berbasis masalah tetapi pada penelitian ini membandingkan antara dua metode dan memperhatikan
kreativitas dan sikap ilmiah.
Perbedaannya terletak pada media pembelajaran yang digunakan, penulis membandingkan media pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan matematik dan gaya belajar siswa. 2.
Judul
: Pembelajaran kimia menggunakan
eksperimen
laboratorium
dan
pendekatan CTL dengan
eksperimen
virtual
dengan
mempertimbangkan sikap ilmiah siswa pada materi pokok asam, basa dan garam siswa kelas VII SMP N 3 Karanganyar.
Peneliti : Titin Catur
Winarti, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Maret Surakarta, 2009. Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa
prestasi
belajar
siswa
dengan
menggunakan
eksperimen virtual lebih baik jika dibandingkan prestasi belajar siswa dengan eksperimen laboratorium. Kesamaan antara yang dilakukan penulis dengan penelitian di atas adalah penulis juga menerapkan pembelajaran dengan laboratorium riil dan virtual dalam pengajaran kimia. Perbedaannya terletak pada pendekatan pembelajaran dan materi pelajaran yang diajarkan yaitu asam basa dan garam, sedangkan penulis menggunakan materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. 3.
Judul : Pembelajaran Biologi Metode Inkuiri Terbimbing menggunakan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar. Peneliti : Supi Iswari, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa Pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dapat menunjukkan perbedaan prestasi belajar.
Dalam proses pembelajaran
konsep teoritis yang abstrak memerlukan media untuk memvisualisasikan materi menjadi konkret.
Sikap ilmiah dan gaya belajar siswa sangat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kesamaan antara yang dilakukan penulis dengan penelitian di atas adalah penulis juga menerapkan pembelajaran dengan laboratorium real dan virtual dalam pengajaran kimia, sama-sama membahas gaya belajar siswa. Perbedaannya terletak pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
metode pembelajaran yaitu penulis menggunakan metode Problem Based Learning (PBL).
4.
Judul
: Pembelajaran Kimia melalui Metode TAI dan GI ditinjau dari
Kemampuan Awal dan Kemampuan Matematik Siswa. Peneliti : Mawan Akhir Riwanto, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap prestasi belajar siswa, berarti dari analisa data dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pengaruh pembelajaran dengan metode TAI dan GI yang disertai kemampuan awal dan kemampuan matematik siswa tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal dan kemampuan matematik yang rendah. Kesamaan antara penelitian yang akan dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur kemampuan matematik siswa, sementara perbedaannya terletak pada metode pembelajajaran yang digunakan.
Hasil penelitian lain yang dipublikasikan secara internasional dalam bentuk jurnal internasional menurut David H. Jonassen & Woei Hung yang berjudul “All Problems are not Equal: Implications for Problem-Based Learning, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesukaran masalah memegang peran penting dalam efektivitas hasil pembelajaran siswa di semua jenis metode pembelajaran yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
menggunakan masalah. Masalah dengan tingkat kesulitan yang tepat pada peserta didik akan sesuai dengan kesiapan kognitifnya, sementara tingkat kesukaran masalah yang tidak tepat dapat melebihi kesiapan pembelajar dan menyebabkan kegagalan. Penelitian yang lain menurut Lucilia Domingues, tahun 2010 yang berjudul ” Virtual laboratories in (bio) chemical engineering education”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Informasi dan Komunikasi (ICT) telah mendorong terciptanya gaya belajar baru dengan menggunakan laboratorium virtual sebagai pelengkap atau pengganti sesi laboratorium, dengan laboratorium virtual dapat mengatasi beberapa keterbatasan dari percobaan yang konvensional. Kedua hasil penelitian yang dipublikasikan secara internasional di atas menekankan pada proses penyelesaian masalah dalam pembelajaran. Tujuan akhirnya yaitu untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berbasis pada masalah. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti berusaha untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi belajar siswa namun dengan tidak mengabaikan hakikat kimia sebenarnya yang merupakan satu kesatuan yang meliputi proses, produk, dan sikap.
C. Kerangka Berfikir Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapatlah disusun suatu kerangka pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang commit to user dikemukakan, adapun kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
1. Pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) baik dengan laboratorium real maupun virtual terhadap prestasi belajar siswa. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan suatu materi yang sebagian besar materinya bersifat abstrak. Pada umumnya siswa dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) cendrung belajar dengan hafalan dari pada memahami konsep materi tersebut. Hal ini menyebabkan sebagian besar materi ini menjadi lebih abstrak, sehingga siswa tidak dapat mengenali konsep-konsep atau hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahaminya, sehingga, siswa tidak memiliki pemahaman konsep kimia yang bersifat dasar pada awal mereka mempelajari ilmu kimia. Akibatnya siswa tidak mampu berpikir ilmiah terhadap peristiwa sehari-hari yang terjadi dalam dunia nyata siswa. Hal ini tentu tidak sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran kimia yaitu memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka dapat digunakan suatu metode Problem Based Learning (PBL) yang dilengkapi dengan media laboratorium real dan virtual. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan laboratorium berarti memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan percobaan dan meningkatkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan prestasinya, karena dengan kegiatan laboratorium siswa dapat melakukan peragaan, simulasi, pengukuran, dan pengamatan secara langsung untuk menggali potensi sesuai dengan tuntutan dari standar kompetensi maupun kompetensi dasar yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
ditentukan dalam kurikulum. Guru dapat memfokuskan peranannya untuk memfasilitasi, membimbing, mengarahkan, dan memotivasi siswanya untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang dituangkan pada lembar kerja siswa. Menurut Ausebel ”Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna”. Penggunaan laboratorium real dalam pembelajaran kimia memiliki keunggulan obyek yang diamati merupakan obyek yang nyata berada dalam lingkungan sehari-hari, dengan demikian siswa dapat lebih mengenal obyek dan mendapatkan konsep yang bermakna. Sedangkan kelemahan penggunaan laboratorium real adalah ketersediaan peralatan laboratorium yang terbatas jumlahnya dan perlu persiapan yang lama untuk melakukan pengamatan baik persiapan alat dan bahan, selain itu siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam menggunakan alat dan bahan percobaan. Sementara siswa yang pembelajarannya menggunakan laboratorium virtual, dalam melakukan percobaan tidak dihadapkan dengan alat dan bahan yang nyata tetapi melalui komputer yang telah dilengkapi dengan software yang didesain khusus untuk melakukan percobaan.
Keunggulan dari penggunaan
laboratorium virtual adalah siswa lebih dapat menekuni materi yang disajikan, karena siswa dapat dengan cepat mendapatkan materi yang diinginkan. Pada media laboratorium virtual dapat dilakukan secara berulang-ulang tanpa menghabiskan waktu untuk mempersiapkan pengulangan sehingga siswa dapat mengulang praktikum hingga mereka merasa paham. Akan tetapi kelemahan penggunaan laboratorium virtual adalah tidak semua siswa dapat mengoperasikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
komputer dengan baik, sehingga siswa tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. SMAN 1 Boja sudah mempunyai fasilitas laboratorium kimia yang lengkap tetapi fasilitas tersebut jarang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran, sehingga apabila kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan laboratorium siswa akan merasa kesulitan, karena tidak terbiasa melakukannya, sehingga dimungkinkan memerlukan waktu yang lama untuk melakukan peercobaan. Sementara laboratorium komputer yang tersedia di SMAN 1 Boja memiliki jumlah komputer yang memadai untuk proses pembelajaran kimia, dimana dengan jumlah komputer yang banyak siswa lebih dapat berkonsentrasi dalam melakukan percobaan, dan jika melihat keadaan siswa di SMAN 1 Boja rata-rata sudah mempunyai kompetensi yang memadai untuk mengoperasionalkan komputer sehingga siswa dapat dengan lancar melakukan percobaan. Disamping itu pula, siswa akan merasa lebih semangat karena media pembelajaran laboratorium virtual mempunyai tampilan yang menarik, yang dilengkapi dengan animasi-animasi dan gambar. Dari pemikiran di atas diduga bahwa siswa yang pembelajarannya melalui Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual memperoleh prestasi belajar baik kognitif maupun afektif yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan laboratorium real.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id 55
Pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kimia. Ausebel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna bila guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkan dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan. Sementara itu kemampuan matematik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam mengoperasikan bilangan
dalam
penjumlahan,
pengurangan,
perkalian,
pembagian,
dan
kesebandingan. Siswa dengan struktur kognitif perhitungan yang baik, dapat menghubungkan persoalan hitungan kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan konsep perhitungan yang telah ada pada struktur kognitifnya. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan dapat melakukan perhitungan matematik dengan cepat dan tepat. Kemampuan matematik yang tinggi dimungkinkan akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal hitungan yang ada dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan , harapannya prestasi kognitif makin baik. Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan merasa senang dalam melakukan perhitunganperhitungan dalam soal kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini dapat mendorong sikap positif terhadap pelajaran. Berbeda dengan siswa yang memiliki kemamapuan matematik rendah, akan merasa terbebani dengan persoalan commit to user perhitungan. Orientasi perasaan dan sikap ini akan mempengaruhi perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
afektif siswa selama pembelajaran. Dari pemikiran di atas, diduga siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi akan memiliki
prestasi belajar ranah
kognitif dan afektif yang lebih baik dibanding siswa dengan kemampuan matematik rendah.
3.
Pengaruh Gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kimia. Siswa memiliki kecenderungan dalam menerima dan mengolah informasi
selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Siswa yang memiliki gaya belajar visual cenderung melakukan proses belajar dengan penglihatan (visual), siswa yang seperti ini biasanya lebih mengingat daripada yang didengar. Sementara siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh dan melakukan. Biasanya siswa yang seperti ini cenderung lebih aktif pada saat proses pembelajaran. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan suatu materi yang bersifat hitungan, jadi dalam mempelajari materi tersebut diperlukan latihan soal secara terus menerus. Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai kegiatan seperti menulis sehingga ketika mereka mengerjakan soal-soal mereka lebih bersemangat, dan lebih mengingat materi pelajaran yang sedang dipelajari sehingga diduga bahwa siswa yang memiliki gaya belajar yang kinestetik akan memperoleh prestasi kognitif dan afektif yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Interaksi metode Problem Based Learning (PBL)
digilib.uns.ac.id 57
dengan menggunakan
media laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar siswa. Pembelajaran metode PBL menggunakan media pembelajaran dengan kemampuan matematik sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi membutuhkan suatu media permbelajaran yang sesuai untuk lebih mengasah kemampuannya tersebut. Oleh karena itu pembelajaran dengan media laboratorium real dan virtual merupakan salah satu media yang tepat untuk memfasilitasi siswa dengan karakteristik tersebut di atas. Hal ini disebabkan karena prinsip dasar dari media pembelajaran dengan menggunakan laboratorium real dan virtual menekankan pada pengalamanpengalaman belajar yang mendorong siswa untuk dapat menemukan konsepkonsep ataupun membuktikan konsep-konsep dan prinsip melalui proses praktikum sehingga dapat menghubungkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan awal yang dimiliki, sementara itu karateristik materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan. Ditinjau dari kemampuan matematiknya, siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi jika diberikan perlakuan menggunakan media laboratorium virtual akan mendapatkan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dengan menggunakan media laboratorium real, Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah memiliki prestasi yang sama-sama rendah ketika diberikan perlakuan dengan laboratorium real maupun virtual, karena karakteristik materi kelarutan dan hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
kali kelarutan bersifat hitungan, jadi kemampuan matematik sangat mendukung dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas diduga bahwa terdapat interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.
5. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL)
dengan menggunakan
laboratorium real, laboratorium virtual dan gaya belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Media pembelajaran dan gaya belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, siswa yang menggunakan media laboratorium real dengan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual. Sedangkan, siswa yang menggunakan laboratorium virtual dengan gaya belajar visual memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Jika dilihat dari gaya belajar siswa, siswa yang memiliki gaya belajar visual jika diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual akan mendapatkan pretasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium real, karena siswa yang mempunyai gaya belajar visual cenderung lebih menyukai belajar dengan melihat to user virtual akan lebih bersemangat. sehingga ketika diberikan mediacommit laboratorium
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Sedangkan, siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik jika diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium real akan mendapatkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual, karena siswa yang mermiliki gaya belajar kinestetik cenderung banyak bergerak, sehingga akan lebih bersemangat ketika diberikan praktikum secara langsung di laboratorium. Berdasarkan uraian ini diduga bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa.
6. Interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa Kemampuan matematik dan gaya belajar merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan matematik siswa menunjukkan kemampuan dalam memecahkan persoalan dalam bentuk hitungan sedangkan gaya belajar siswa menunjukkan kemampuan untuk menerima dan menyerap informasi. Dari uraian tersebut, maka siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar kinestestetik akan memperoleh prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual. Sedangkan, siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dengan gaya belajar visual maupun kinestetik akan memperoleh prestasi yang sama-sama rendah, dengan gaya belajar apupun tanpa didukung dengan kemampuan matematik yang baik akan mendapatkan hasil yang kurang baik karena materi kelarutan dan hasil kali kelarutan commit bersifat to hitungan. user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Berdasarkan uraian ini diduga bahwa terdapat interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
7. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real dan virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Media memberikan
pembelajaran kesempatan
dengan
yang
menggunakan
luas
kepada
laboratorium
siswa
untuk
virtual
melakukan
penyelidikannya dengan inderanya sehingga siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya. Jika siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi, gaya belajar kinestetik dan diberikan pembelajaran dengan menggunakan
laboratorium
virtual
maka
prestasinya
akan
lebih
baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dan gaya belajar visual. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dan diberikan pembelajaran dengan menggunakan laboratorium real maupun virtual dengan gaya belajar apapun akan memiliki prestasi yang samasama rendah. Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
melalui
laboratorium virtual dan real dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa. 2. Ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. 3. Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. 4. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL)
menggunakan
laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 5. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 6. Ada interaksi antara kemampuan matematik dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 7. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL)
dengan
laboratorium real dan virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA N 1 Boja pada tahun pelajaran 2010/2011 yang dilaksanakan pada semester 2 (genap), dengan jadual penelitian pada Tabel 3.1. dibawah ini : Tabel 3.1. Jadual Penelitian Bulan / Tahun 2010-2011 No
Kegiatan 9
10
11
12
X
X
X
1
2
X
X
3
1
Penyusunan proposal
2
Pembimbingan proposal
3
Penyusunan instrument
4
Seminar proposal
X
5
Penyempurnaan
X
4
5
6
7
X
X
9
10
X
X
proposal 6
Analilsis Uji Coba
X
instrument 7
Pelaksanaan penelitian
8
Pembimbingan
X
X
pengolahan data 9
Penulisan laporan BAB
X
X
IV dan V 10
Ujian tesis
X
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Berdasarkan Tabel 3.1. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut : a. Tahap persiapan, meliputi : pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing, pembuatan proposal, perizinan penelitian, dan konsultasi instrument penelitian. b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian, meliputi : uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMAN 1 Boja tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompokkelompok yang ada dalam populasi. Masing-masing kelas dari keseluruhan kelas XI IPA dipandang sebagai kelompok-kelompok yang akan dipilih dua kelas secara random (acak) untuk dijadikan sebagai kelompok sampel. Setelah diundi secara acak, terpilihlah kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai kelompok sampel dalam penelitian ini. Kelas XI IPA 1 diberikan perlakuan menggunakan media laboratorium virtual dan pada siswa kelas XI IPA2 diberikan perlakuan menggunakan media laboratoriumcommit real. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Diperlukan untuk dilakukan pengujian kesamaan rerata, agar hasil eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan yang dibuat, bukan karena pengaruh yang lain. Untuk menguji kesamaan rerata kedua kelompok sampel digunakan uji t (t-test) dua pihak, berdasarkan hasil prestasi MID semester sebelumnya. Adapun langkah-langkah uji t dua pihak adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan adalah: H0
= Tidak ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dua sebelum diberikan perlakuan.
H1
= Ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara
siswa
kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dua sebelum diberikan perlakuan.
2. Uji Statistik Statistik uji t menggunakan compare mean dengan pendekatan Independent-Samples T test. Ketentuan pengambilan kesimpulan yaitu H0 diterima ketika P-value (2-tailed) > nilai a. Tingkat signifikansi (a) yang digunakan 0,05. Untuk menghitung uji kesamaan rerata dilakukan dengan menggunakan software program SPSS 15. Berikut ini hasil uji kesamaan rerata yang ditunjukkan oleh Tabel 3.2. dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Tabel 3.2. Hasil Uji Kesamaan Rerata Levene's Test
Prestasi kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2
t-test for Equality of Means
F
T
P value (2-tailed)
0.778
0,253
0.801
Sebelum dilakukan uji kesamaan rerata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas, ternyata kedua sampel ini menunjukkan uji tidak normal dan homogen sehingga untuk pengambilan keputusan uji kesamaan rerata digunakan equal variance assumed, dimana besarnya sig.(2-tailed) > 0,05 sehingga Ho diterima. Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan rerata dapat dilihat bahwa P value (2-tailed) = 0,801 > t = 0,253 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dua sebelum diberikan perlakuan.
C. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen (experimental research). Dalam penelitian ini ada dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan dengan metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan kelompok kedua diberi perlakuan dengan metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium virtual. Untuk kelompok pertama dan kelompok kedua diasumsikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan media pembelajaran, kemampuan matematik dan gaya belajar. Suatu penelitian yang baik diperlukan rancangan yang baik dan tepat, baik sasaran penelitian, instrument penelitian, serta faktor-faktor yang mungkin akan mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan, artinya penelitian ini diharapkan tidak menimbulkan kerancuan dan masalah dalam penetapan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian benar-benar menggambarkan apa adanya tidak dibuat-buat atau dimanipulasi. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan factorial 2 x 2 x 2 dengan teknik analisis varians (Anova) yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk meneliti perbedaan perlakuan pembelajaran yang menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real dan metode Problem Based Learning (PBL) yang menggunakan laboratorium virtual yang dihubungkan dengan kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. Tata letak rancangan data penelitian disajikan dalam Tabel 3.3. di bawah ini : Tabel. 3.3. Tata Letak Rancangan Data Penelitian Metode PBL (A) Lab. real (A1) Kem.Matematik
Tinggi (B1)
(B)
Rendah (B2)
Gaya Belajar
Visual ( C1)
(C)
Kinestetik (C2) commit to user
Lab. virtual (A2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Keterangan : A
= Metode pembelajaran
A1 = Laboratorium real A2 = Laboratorium virtual B
= Kemampuan matematik
B1
= Kemampuan matematik tinggi
B2 = Kemampuan matematik rendah C
= Gaya belajar
C1 = Gaya belajar visual C2 = Gaya belajar kinestetik
D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu : 1. Variabel bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual. a. Definisi Operasional : Metode pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang dilakukan guru dalam usahanya untuk membelajarkan siswa atau peserta didik guna meningkatkan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran commit to kimia user dengan metode Problem Based dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Learning (PBL) adalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
b. Simbol : A.
2. Variabel Moderator Variabel Moderator pada penelitian ini adalah kemampuan matematik dan gaya belajar siswa, yang dibatasi pada kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah dan gaya belajar siswa yang dibatasi pada gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. a. Definisi Operasional Kemampuan matematik adalah keadaan internal seseorang dalam menyelesaikan perhitungan dan pengoperasian angka. Sedangkan gaya belajar adalah
kombinasi dari bagaimana seseorang itu menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pelajaran di kelas. b. Simbol : B untuk Kemampuan matematik, dan C untuk gaya belajar.
3. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi (hasil) belajar kimia untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari proses pembelajaran dikelas pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, yang mengakibatkan perubahan diri commit to user siswa yang disimbolkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
meliputi dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, dan mengaplikasi.
Sementara,
aspek afektif adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang merupakan aktualisasi pengalaman, perasaan, minat, sikap, dan emosi seseorang yang muncul saat terjadi proses interaksi. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran Pada penelitian ini penulis menggunakan silabus Silabus, Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa. 2. Instrumen Pengambilan Data Dalam pengambilan data instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar kognitif dan angket prestasi belajar afektif, tes kemampuan matematik siswa, dan angket gaya belajar.
F. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah tes dan angket. 1. Metode tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar commit to user kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan data kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
matematik siswa, pada kelas XI IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Boja tahun pelajaran 2010/2011. 2.
Metode Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung
dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data gaya belajar siswa dan nilai prestasi belajar afektif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
G. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Coba Instrumen Tes a. Validitas Butir Soal Penghitungan validitas tes dimaksudkan untuk mengetahui keabsahan atau ketepatan suatu tes. Menurut Suharsimi (2001: 65), sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur sesuatu yang hendak diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir soal/item. Pada validitas item sebuah soal dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Suharsimi, 2001: 76). Validitas butir soal dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment Pearson, sebagai berikut:
¢⫨Ƽ
∑
∑
∑
∑ 2 ∑ 2 ∑ commit to user
2
∑
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan N = jumlah soal X = skor tiap butir soal Y = skor total Koefisien korelasi product momen pearson menunjukkan validitas item dari tes bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut rhitung. Selanjutnya hasil perhitungan dengan korelasi product momen pearson dapat dikonsultasikan ke Tabel r Tabel. Item dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rTabel. Kategori interpretasi derajat validitas berdasarkan interpretasi yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (1999 : 75) adalah : Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal Nilai
Kategori
0,80< r11 ≤ 1,00
sangat tinggi
0,60< r11 ≤ 0,80
tinggi
0,40< r11 ≤ 0,60
cukup
0,20< r11 ≤ 0,40
rendah
r11 ≤ 0,20
sangat rendah
Untuk menghitung validitas butir soal tes kemampuan matematik dan tes prestasi kognitif dilakukan dengan menggunakan software program ANATES pilihan ganda Versi 4.0.9. Berikut ini hasil uji coba instrumen untuk commit to user mengetahui validitas butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.5.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Tidak
Instrumen
Jumlah
Valid
Tes prestasi kognitif
30
21
9
7,9,14,17,19,20,24,25,28
Tes Kemampuan
30
23
7
1,3,12,18,22,24,28
valid
No item tidak valid
Matematik Dari Tabel 3.5 terlihat bahwa pada prestasi belajar kognitif, terdapat 9 soal yang tidak valid. Soal-soal yang tidak valid tersebut tidak dipakai dalam penelitian, sedangakan soal yang valid ada 21 butir soal.
Jumlah soal yang
dipakai untuk pengambilan data penelitian sebanyak 20 soal, jadi terdapat 1 butir soal yang valid tidak digunakan dalam penelitian, dengan asumsi bahwa sudah ada indikator soal yang mewakili, yaitu soal nomor 13. Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20. Pada tes kemampuan matematik, ada 7 item soal yang tidak valid dan soal yang valid ada 23 soal. Soal-soal yang tidak valid tersebut tidak dipakai dalam penelitian. Jumlah soal tes kemampuan matematik yang dipakai pada saat penelitian adalah 20 soal, sehingga terdapat 3 item soal yang valid juga didrop yaitu dengan nomor soal 10,19,dan 29. Hasil uji validitas tes kemampuan matematik secara lebih rinci terdapat pada lampiran 22.
c. Uji Reliabilitas Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau keajegan yang tinggi jika dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
untuk meramalkan (predictability). Dengan demikian, alat ukur tersebut akan memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan hasil yang serupa apabila digunakan berkali-kali. Suatu alat ukur atau instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur tersebut selalu memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali, baik oleh peneliti yang sama maupun oleh peneliti yang berbeda. Oleh karena itu, pengujian reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi atau keajegan hasil pengukuran yang digunakan. Pengukuran reliabilitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus
KR-20.
¢ژژ
Keterangan :
ژ
Ǵ
r11 = koefisien reliabilitas n
= banyaknya soal
S
= simpangan baku
p
= proporsi subjek yang menjawab benar
q
= proporsi subjek yang menjawab salah
pq = jumlah hasil pekalian antara p dan q (Suharsimi Arikunto, 1999: 102) Kategori interpretasi derajat reliabilitas terdapat pada Tabel 3.6 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Tabel 3.6. Kategori Reliabilitas Butir Soal Batasan
Kategori
0,80< r11 ≤ 1,00
sangat tinggi (sangat baik)
0,60< r11 ≤ 0,80
tinggi (baik)
0,40< r11 ≤ 0,60
cukup(sedang)
0,20< r11 ≤ 0,40
rendah (kurang)
r11 ≤ 0,20
sangat rendah (sangat kurang)
Dibawah ini merupakan Tabel uji reliabilitas instrumen secara keseluruhan. Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes No.
Instrumen
Reliabilitas
Kriteria
1.
Prestasi Kognitif
0,79
tinggi
2.
Kemampuan Matematika
0,83
sangat Tinggi
Tabel 3.7. menunjukkan bahwa instrumen Prestasi kognitif memiliki kriteria uji reliabilitas tinggi, sedangkan kemampuan matematika memiliki kriteria uji reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian, kedua instrumen pengambilan data tersebut memenuhi syarat uji coba reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.
C. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal Soal yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur adalah soal yang mempunyai derajat kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan :
Tingkat Kesukaran =
S A + SB x100% IA + IB
Keterangan : SA = Jumlah Skor Kelompok Atas SB = Jumlah Skor Kelompok Bawah IA = Jumlah Skor Ideal Kelompok atas IB = Jumlah Skor Ideal Kelompok Bawah Untuk menghitung daya pembeda atau indeks kesukaran tes prestasi kognitif dan tes kemampuan matematik dilakukan dengan menggunakan software program ANATES pilihan ganda Versi 4.0.9. Kategori interpretasi nilai indeks kesukaran menurut Karno To adalah: Tabel 3.8. Kategori Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran 0 – 15 %
Kriteria sangat sukar, sebaiknya dibuang
16 % – 30 %
sukar
31 % – 70 %
sedang
71 % – 85 %
mudah
86 % – 100 %
sangat Mudah, sebaiknya di buang
Uji taraf kesukaran hanya diujikan pada instrumen yang berbentuk tes karena instrumen tes ini akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Dengan demikian, perlu adanya gambaran dari hasil uji taraf kesukaran ini untuk mengetahui distribusi tingkat kesukaran soal. Suatu instrumen tes dikatakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan kategori sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sulit dan mudah. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Kognitif dan Kemampuan Matematik terangkum dalam Tabel 3.9 dibawah ini : Tabel 3.9. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen tes No. 1.
2.
Instrumen Tes Prestasi Kognitif
Kemampuan Matematik
Tingkat Nomor Soal Kesukaran Sukar 7,9,15,28 Sedang 3,4,5,6,8,10,11,12,13,14,16, 17,18,19,20,21,22,23,24,25, 26,27,29 Mudah 1,2,30 Sukar 12,22,28 Sedang 5,6,7,8,9,11,13,14,15,18,25, 26,27,30 Mudah
1,2,3,4,10,16,17,19,20,2, 23,2429
Jumlah 4 23
3 3 14
13
Pada instrument tes kognitif diatas yang mempunyai tingkat kesukaran sukar terdapat pada nomor 7,9 dan 8, dari ketiga soal diatas tidak valid, tetapi pada soal nomor 15 valid sehingga digunakan untuk penelitian, sedangkan nomor soal dengan kategori soal sedang yang tidak valid berdasarkan Tabel diatas adalah soal nomor 13,14,17,19,20,24,25 soal tersebut tidak dipakai untuk penelitian, dan nomor soal dengan kategori mudah semuanya valid sehingga digunakan pada saat penelitian. Pada instrument tes kemampuan matematik diatas yang mempunyai tingkat kesukaran sukar terdapat pada nomor 12,22 dan 28, dari ketiga soal diatas tidak valid sehingga soal tersebut tidak digunakan untuk penelitian, sedangkan nomor soal dengan kategori soal sedang commit yang tidak valid berdasarkan Tabel diatas adalah to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
soal nomor 18, dan nomor soal dengan kategori soal mudah yang tidak valid berdasarkan Tabel diatas nomor 1,3,24, soal yang tidak valid tersebut tidak digunakan untuk penelitian, tetapi pada soal nomor 10,15,29 valid tetapi tidak digunakan pada saat penelitian. Berdasarkan hasil uji instrumen kognitif dan kemampuan matematik diatas menunjukkan hasil instrumen tes yang memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik, karena kategori sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sulit dan mudah. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20.
d. Uji Daya Pembeda Butir Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda atau indeks diskriminan dilakukan dengan membagi tiga subjek menjadi 27% kelompok atas, 46% kelompok sedang dan 27% kelompok bawah. Pembagian kelompok ini dengan cara mengurutkan nilai siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dalam menentukan daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus berikut:
Daya Pembeda =
SA - SB x100 % IA
Keterangan: S A = Jumlah Skor Kelompok Atas SB = Jumlah Skor Kelompok Bawah IA = Jumlah Skor Ideal salahcommit satu kelompok to user pada butir soal yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Kategori Indeks daya pembeda soal menurut Suharsimi Arikunto dapat diklasifikasikan pada Tabel 3.10. sebagai berikut : Tabel 3.10. Kategori Indeks Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda negatif – 20 % 21 % – 40 % 41 % – 70 % 71% - keatas
Kriteria Jelek Cukup Baik Sangat baik
Penghitungan daya pembeda atau indeks diskriminan tes kemampuan awal dan prestasi kognitif dilakukan dengan menggunakan software program ANATES pilihan ganda Versi 4.0.9. Berikut ini rangkuman hasil uji coba instrumen untuk mengetahui indeks daya beda butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.11. dibawah ini : Tabel 3.11. Hasil Uji Coba Indeks Daya Beda Instrumen Tes No. 1.
2.
Instrumen Tes Prestasi Kognitif Kemampuan Matematik
Kualifikasi Daya Beda Jelek Cukup Baik Jelek Cukup Baik
Nomor Soal
Jumlah
7,17,19,20,24,25,28 2,4,9,12,14,15,18,21,26,30 1,3,5,6,8,10,11,13,16,22,23,27,29 1,3,18,24,28 2,4,6,10,12,15,17,19,20,21, 22,26,29,30 5,7,8,9,11,13,14,16,23,25,27
7 10 13 5 14 11
Tabel 3.11 di atas menunjukkan bahwa instrumen tes prestasi kognitif dengan kualifikasi daya beda jelek hanya berjumlah tujuh soal atau sebesar 16,67% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang ada, yang mana soal yang mempunyai daya beda jelek terdapat pada soal 7,17,19,20,24,25,28, keseluruhan soal tersebut tidak valid dan tidak digunkan dalam penelitian. Sementara itu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
instrumen tes kemampuan matematik dengan kualifikasi daya beda jelek hanya berjumlah lima soal atau sebesar 13,33% dari keseluruhan soal kemampuan matematik yang ada, terdapat pada nomor soal 1,3,18,24,28. Sementara itu untuk instrument tes prestasi kognitif yang mempunyai daya beda cukup dan tidak valid terdapat pada nomor 9,14 dan pada instrumen tes kemampuan matematik terdapat pada nomor 12,22, keseluruhan soal tersebut tidak digunkan dalam penelitian. Secara umum dapat disimpulkan kedua instrumen tes tersebut telah memenuhi uji daya beda sehingga cukup untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
2. Uji Coba Instrumen Angket Validasi tidak hanya dilakukan pada instrumen tes, instrumen yang berupa angketpun harus divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Analisis instrumen angket sebagai berikut: a. Validitas angket Validasi terhadap butir-butir soal dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan skor total. Validasi terhadap butir-butir soal angket dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment Pearson, sebagai berikut:
¢
∑
∑
∑
∑
commit to user
∑
∑
∑
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan N = jumlah soal X = skor tiap butir soal Y = skor total (Suharsimi Arikunto, 2001:72) Koefisien korelasi product momen pearson menunjukkan validitas item angket yang selanjutnya disebut rhitung. Selanjutnya hasil perhitungan dengan korelasi product momen pearson dapat dikonsultasikan ke tabel r tabel. Item dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rTabel. Penghitungan validitas item angket dilakukan dengan menggunakan software program ANATES Uraian Versi 4.0.5. Kategori validitas instrumen angket sama halnya dengan kategori validitas instrumen tes pada Tabel 3.4. Berikut ini hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas angket yang disajikan dalam Tabel 3.12. Tabel 3.12. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket
No 1.
Instrumen Pengambilan Data Gaya Belajar Visual
Gaya Belajar Kinestetik 2.
Prestasi Afektif
Nomor Soal yang Valid
Jumlah
1,2,4,6,7,9,10, 20 11,12,13,14,16,17, 18,19,20,21,22,23, 24 2,3,4,5,6,7,8,10, 19 11,12,13,15,16,17, 18,20,21,22,23 1,3,4,5,6,7,9,10,11, 36 12,13,15,16,17,19, 20,21,22,24,25,26, 28,29,30,31,32,35, 36,37,38,39,40,42, commit to user 45,46,50
Nomor Soal yang Tidak Valid
Jumlah
Jumlah soal yang dipakai 22 2 revisi
3,5,8,15
4
1,9,14,19,24
5
22 2 revisi
2,8,14,18,23,27, 33,34,41,43,44, 47,48,49
14
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Pada angket gaya belajar visual , ada 4 item soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 3,5,8 dan 15. Untuk soal nomor 5 dan 15 tidak dipakai dalam penelitian, sedangkan pada soal nomor 3 dan 8 direvisi dengan cara memperbaiki atau mengubah redaksi kalimat soal. Sedangkan untuk angket kinestetik terdapat 5 butir soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 1,9,14,19,24. Untuk soal nomor 14 dan 24 tidak dipakai dalam penelitian, sedangkan pada soal nomor 1,9 dan 19 direvisi dengan cara memperbaiki atau mengubah redaksi kalimat soal. Soal- soal tersebut direvisi untuk memenuhi kebutuhan indikator soal karena hanya terdapat satu soal pada indikator. Hasil uji validitas angket gaya belajar secara lebih rinci terdapat pada lampiran 23. Pada angket prestasi afektif terdapat 14 soal yang tidak valid, dan soal-soal yang tidak valid tersebut didrop selebihnya soal yang valid dipakai pada saat penelitian. Hasil uji validitas prestasi afektif secara lebih rinci terdapat pada lampiran 21. b. Reliabilitas instrumen angket Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Pengukuran reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha.
¢ژژ
Keterangan : n ∑ .
ژ
1
∑
= jumlah soal
2
2
= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Tabel 3.13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket No. 1.
2.
Instrumen
Reliabilitas
Kriteria
Gaya Belajar Visual
0,85
Sangat tinggi
Gaya Belajar Kinestetik
0,76
Tinggi
Prestasi Afektif
0,92
Sangat tinggi
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis varian (anava) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan variabel bebas, media , kemampuan matematik dan gaya belajar. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar, kemampuan matematik dan gaya belajar berdistribusi normal atau tidak. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Menentukan hipotesis Hipotesis nol (H0) adalah sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Menetapkan uji statistik Uji normalitas terhadap prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan commit to user program SPSS 15,0.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
3) Menentukan taraf signifikansi α Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α) ditetapkan = 0,05 atau 5%. 4) Menetapkan keputusan uji Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol, jika p value > 0,05.
b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dihitung menggunakan software program SPSS 15. Adapun langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut: 1) Penentuan Hipotesis H0 = sampel berasal dari populasi tidak homogen H1 = sampel berasal dari populasi homogen 2) Uji Statistik Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol, jika p value > 0,05.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan dan uji lanjut anava jika antar metode pembelajaran, kemampuan matematik, dan gaya belajar terdapat pengaruh yang signifikan. a. Uji Anava Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan ditolak atau diterima. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga variabel bebas yang meliputi metode pembelajaran, kemampuan matematika dan gaya belajar.
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Problem
Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real (A1) dan menggunakan laboratorium virtual (A2). Kemampuan matematik dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B1) dan kategori rendah (B2). Gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori visual (C1) dan kategori kinestetik (C2). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia siswa pada aspek kognitif dan afektif. Desain data prestasi kognitif dengan uji anava 3 jalan 2x2x2 terdistribusi seperti pada Tabel 3.14. dibawah ini : Tabel 3.14 Desain Data Prestasi Kognitif Kemampuan Matematik ( B )
Metode PBL (A)
Gaya Belajar (C)
Tinggi ( B1 ) Visual Kinestetik (C1 ) (C2 )
Rendah ( B2 ) Visual Kinestetik (C1 ) (C2 )
Lab.Real (A1 )
A1 B1 C1
A1 B1 C2
A1 B2 C1
A1 B2 C2
Lab.Virtual ( A2 )
A2 B1 C1
A2 B1 C2
A2 B2 C1
A2 B2 C2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Keterangan : A
= Metode pembelajaran
A1 = Laboratorium real A2 = Laboratorium virtual B
= Kemampuan matematik
B1
= Kemampuan matematik tinggi
B2 = Kemampuan matematik rendah C
= Gaya belajar
C1 = Gaya belajar visual C2 = Gaya belajar kinestetik
Desain penelitian tersebut terbentuk matrik yang terdiri dari 8 sel. Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut : A1B1C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real. A1B1C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real. A1B2C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem commit to user laboratorium real. Based Learning (PBL) menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
A1B2C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real. A2B1C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual. A2B1C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual. A2B2C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual. A2B2C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual. Tabel 3.15. Desain Data Prestasi Afektif Kemampuan Matematik ( B )
Metode PBL (A)
Gaya Belajar (C) Lab.Real (A1 ) Lab.Virtual ( A2 )
Tinggi ( B1 ) Visual Kinestetik (C1 ) (C2 ) A1 B1 C1
Rendah ( B2 ) Visual Kinestetik (C1 ) (C2 )
A1 B1 C2
A1 B2 C1
A1 B2 C2
A2 B1 C1 A2 B1 C2 commit to user
A2 B2 C1
A2 B2 C2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Seperti pada Tabel 3.14, masing-masing sel atau kotak pada Tabel 3.15. juga berisi lambang yang berbeda-beda. Lambang-lambang tersebut menunjukkan interaksi antar ketiga variabel terhadap prestasi afektif. Sel pertama dengan lambang A1 B1 C1 menunjukkan interaksi antar metode pembelajaran PBL, kemampuan matematik, dan gaya belajar terhadap prestasi afektifnya. Artinya, pada sel tersebut terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode PBL dengan menggunakan laboratorium real (A1), memiliki kemampuan matematika kategori tinggi (B1), dan gaya belajar visual (C1). Sel kedua dengan lambang A2 B1 C1 mengandung pengertian bahwa pada sel tersebut terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode PBL dengan menggunakan laboratorium virtual (A2), memiliki kemampuan matematika kategori tinggi (B1), dan gaya belajar visual (C1). Begitu pula dengan sel-sel yang lainnya. Pengujian hipotesis prestasi kognitif dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis Dari analisis data penelitian, dapat ditentukan H0 sebagai berikut : a)
H0A : Tidak
ada pengaruh penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual terhadap prestasi belajar siswa. H1A : Ada pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual terhadap prestasi belajar siswa. b)
H0A : Tidak ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi commit to user dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
H1A : Ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. c)
H0A :Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. H1A : Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa.
d)
H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan
kemampuan
matematik terhadap prestasi belajar siswa. H1 A
: Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan
kemampuan
matematik terhadap prestasi belajar siswa. e)
H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan
gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa. H1A : Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan
gaya
belajar
terhadap prestasi belajar siswa. f)
H0A : Tidak ada
interaksi antara kemampuan matematik dengan
gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. H1A : Ada interaksi antara kemampuan matematik dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
g)
H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual , kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. H1A : Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual , kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
2) Menentukan statistik uji Statistik uji menggunakan Tests of Between-Subjects Effects atau uji F. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika P-value < 0,05. Tingkat signifikansi (a) yang digunakan 0,05. 3) Uji lanjut Anava Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda dilakukan apabila terdapat Ho yang ditolak. Uji lanjut yang dilakukan menggunakan Uji mean dan Uji Scheefe. Uji mean (uji rata-rata) dilakukan untuk mengetahui perbedaan mana yang lebih baik dari suatu variabel, sedangkan hipotesis Uji Scheefe digunakan untuk pengujian hipotesis interaksi dari suatu variabel. Apabila terdapat perbedaan maka setelah dilakukan uji scheffe dilanjutkan dengan uji mean agar mengetahui bentuk interaksinya.
b.
Uji Prestasi Afektif
Pengujian hipotesis prestasi afektif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
1) Menentukan hipotesis a) Hipotesis nol (H0) H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan lab real dan virtual terhadap prestasi afektif siswa. H02: Tidak ada pengaruh kemampuan matematik kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif siswa. H03: Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi afektif siswa. b) Hipotesis alternatif (H1) H11: Ada pengaruh penggunaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dengan lab real dan virtual terhadap prestasi afektif siswa. H12: Ada pengaruh kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap prestasi afektif siswa. H13: Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi afektif siswa.
2) Menentukan statistik uji Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15 dan statistik uji menggunakan Tests of Between-Subjects Effects atau uji F. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika P-value < 0,05.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Pada prinsipnya sama dengan pengambilan keputusan pada pengujian hipotesis prestasi kognitif. Apabila (H0) ditolak yang berarti hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji mean dan uji Scheffe sama dengan pengujian hipotesis pada prestasi kognitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data-data yang terkumpul pada penelitian ini meliputi : data kemampuan matematik, data gaya belajar dan data prestasi siswa. Data tersebut diperoleh dari hasil tes dan angket siswa kelas XI IPA 2 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan metode Problem Based Learning (PBL) dengan media laboratorium real dan siswa kelas XI IPA 1 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan metode Problem Based Learning (PBL) dengan media laboratorium virtual di SMA Negeri 1 Boja tahun pelajaran 2010/2011. 1. Data Kemampuan Matematik Siswa Data ini diperoleh melalui tes kemampuan matematik siswa sebanyak 20 butir soal. Data kemampuan matematik dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kemampuan matematik tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan matematik ≥ rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh kelas dan kategori kemampuan matematik rendah bagi siswa yang mempunyi nilai kemampuan matematik ≤ rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh kelas. Dengan kriteria tersebut diperoleh data kemampuan matematik siswa yang menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan media laboratorium real dan laboratorium virtual yang dideskripsikan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut: commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Matematik Siswa Jumlah Nilai Nilai data Tertinggi Terendah 36 95 45
Kelompok Media Lab.real Media Lab.Virtual
36
100
35
Ratarata 70
Standar Deviasi 15,86
67,64
19,51
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa pada kelas yang menggunakan media laboratorium real nilai tertinggi untuk kemampuan matematik adalah 95, nilai terendah adalah 45, nilai rata-ratanya adalah 70 dan nilai standar deviasinya adalah
15,86, sedangkan pada kelas yang menggunakan media laboratorium
virtual nilai tertinggi untuk kemampuan matematik adalah 100, nilai terendah adalah 35, nilai rata-ratanya adalah 67,64 dan nilai standar deviasinya adalah 19,51. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa kemampuan matematik siswa pada kelas yang menggunakan laboratorium real dan kelas yang menggunakan laboratorium virtual relatif sama. Untuk mengetahui distribusi frekuensi siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dan rendah pada setiap kelas ditunjukkan oleh Tabel 4.2. dibawah ini : Tabel 4.2 Distribusi Data Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah Kemampuan Matematik
Jumlah
Tinggi Rendah Jumlah
36 36 72
Kelas XI IPA 2 Lab. Real Frekuensi Persentase 20 55,56% 16 44,44% 36 100%
Kelas XI IPA 1 Lab. Virtual Frekuensi Persentase 16 44,44% 20 55,56% 36 100%
Berdasarkan Tabel di atas terdapat 36 siswa yang dikategorikan mempunyai kemampuan matematik tinggi dan 36 siswa dikategorikan mempunyai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
kemampuan
matematik
rendah.
Pada kelas
yang menggunakan
media
laboratorium real terdapat 20 siswa dengan kemampuan matematik tinggi dan 16 siswa dengan kemampuan matematik rendah. Distribusi frekuensi siswa pada kelas yang menggunakan media laboratorium real berdasarkan kemampuan matematik siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.3. dibawah ini : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunakan Media Laboratorium Real Interval Kelas 45-54 55-64 65-74 75-84 85-94 95-104 Jumlah
Frekuensi 6 7 4 8 8 3 36
Frekuensi (%) 16,67 19,44 11,11 22,22 22,22 8,33 100
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbanyak yaitu dengan nilai frekuensi 8 berada pada nilai kemampuan matematik 85-92. Untuk
frekuensi
lebih jelas maka disajikan gambar histogram yang ditunjukkan oleh gambar 4.1. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 45-54
55-64
65-74 75-84 interval
85-94
95-104
Gambar 4.1 Histogram Kemampuan commit to user Matematik Siswa pada Kelas Laboratorium Real
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat 16 siswa pada kelas yang menggunakan media laboratorium virtual dengan kemampuan awal tinggi dan 20 siswa dengan kemampuan awal rendah. Distribusi frekuensi siswa pada yang menggunakan media laboratorium real berdasarkan kemampuan matematik siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.4. dibawah ini : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunakan media Lab. Virtual Interval Kelas
Frekuensi
35-45 46-56 57-67 68-78 79-89 90-100 Jumlah
3 16 1 1 6 9 36
Frekuensi (%) 8,33 44,44 2,78 2,78 16,67 25,00 100
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbanyak yaitu dengan nilai frekuensi 16 berada pada nilai kemampuan matematik 46-56. Untuk lebih jelas maka disajikan gambar histogram yang ditunjukkan oleh gambar 4.2. 18 16
frekuensi
14 12
35-45
10
46-56
8
57-67
6
68-78
4
79-89
2
90-100
0 35-45
46-56
57-67 68-78 interval
79-89
90-100
Gambar 4.2 Histogram Kemampuan Matematik Siswa pada Kelas commit to user Laboratorium Virtual
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
2. Gaya Belajar Siswa Data gaya belajar siswa dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu kategori gaya belajar visual dan kategori gaya belajar kinestetik. Kategori gaya belajar visual yaitu siswa yang memiliki nilai angket gaya belajar visual ≥ nilai angket gaya kinestetik dan kategori gaya belajar kinestetik yaitu siswa yang memiliki nilai angket gaya belajar visual ≤ nilai angket gaya belajar kinestetik. Deskripsi data gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.5. dibawah ini : Tabel 4. 5 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa
Kategori Visual Kinestetik
Kategori
Media Laboratorium Real RataN St.Dev Max rata 56,42 5,07 36 65 36
55,97
4,66
66
Media Laboratorium Virtual RataN StDev Max rata
Min 47 48
Min
Visual
36
56,06
4,66
68
48
Kinestetik
36
55,39
5,28
70
46
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat skor rata-rata gaya belajar visual baik pada kelas yang menggunakan media laboratorium real dan kelas media laboratorium virtual yaitu 56,42 dan 56,06, sedangkan pada gaya belajar kinestetik baik pada kelas yang menggunakan media laboratorium real dan kelas media laboratorium virtual yaitu 55,97 dan 55,39. Distribusi frekuensi siswa pada kelas
yang menggunakan media
laboratorium real ditunjukkan oleh Tabel commit to 4.6, user dan frekuensi siswa pada kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
yang menggunakan media laboratorium virtual ditunjukkan oleh Tabel 4.7. dibawah ini : Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Lab.Real Visual Nilai interval
Frekuensi
Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek. Relatif
47-49
4
48
4
11,11
50-52
4
51
8
11,11
53-55
8
54
16
22,22
56-58
8
57
24
22,22
59-61
6
60
30
16,67
62-64
4
63
34
11,11
65-67
2
66
36
5,56
jumlah
36
100%
Kinestetik Nilai interval 48-50
Frekuensi
Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek. Relatif
3
49
3
8,33
51-53
9
52
12
25,00
54-56
10
55
22
27,78
57-59
5
57
27
13,89
60-62
4
61
31
11,11
63-65
4
64
35
11,11
66-68
1
67
36
2,78
jumlah
36
100%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Virtual Visual Nilai Nilai interval Frekuensi Tengah
Frek. Kum
Frek. Relatif
48-50
5
49
5
13,89
51-53
6
52
11
16,67
54-56
9
55
20
25,00
57-59
11
58
31
30,56
60-62
2
61
33
5,56
63-65
1
64
34
2,78
66-68
2
67
36
5,56
Nilai Nilai Frek. interval Frekuensi Tengah Kum
Frek. Relatif
Kinestetik
46-49
4
47,5
4
11,11
50-53
9
51,5
13
25,00
54-57
11
55,5
24
30,56
58-61
8
59,5
32
22,22
62-65
2
63,5
34
5,56
66-69
1
67,5
35
2,78
70-73
1
71,5
36
2,78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
frekuensi
99
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 47-49
50-52
53-55
56-58 interval
59-61
62-64
65-67
Gambar 4. 3 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Media Lab. Real
12
frekuensi
10 8 6 4 2 0 48-50
51-53
54-56
57-59 interval
60-62
63-65
66-68
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Media Lab.Virtual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
12
frekuensi
10 8 6 4 2 0 48-50
51-53
54-56
57-59 interval
60-62
63-65
66-68
Gambar 4. 5 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Media Lab.Virtual
12 10
frekuensi
8 6 4 2 0 46-49
50-53
54-57
58-61 interval
62-65
66-69
70-73
Gambar 4. 6 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Media Lab.Virtual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
3. Data Prestasi a. Prestasi Belajar Kognitif Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil prestasi belajar kognitif dan afektif. Berikut ini disajikan Tabel 4.8. untuk mengetahui deskripsi data prestasi kognitif terhadap media pembelajaran. Tabel 4.8 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Jumlah
Kelompok
data
Nilai
Nilai
Rata-
Standar
rata
Deviasi
Tertinggi Terendah
Media Lab.real
36
75
40
58,75
9,44
Media Lab.Virtual
36
85
55
71,25
8,31
Distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa pada kelas yang menggunakan media laboratorium real ditunjukkan oleh Tabel 4.9.dibawah ini : Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium Real Interval Kelas
Frekuensi
40-46
5
Frekuensi (%) 13,89
47-53
3
8,33
54-60
14
38,89
61-67
8
22,22
68-74
3
8,33
75-81
3
8,33
Jumlah
36
100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
16 14
frekuensi
12 10 8 6 4 2 0 40-46
47-53
54-60 61-67 Laboratorium Real
68-74
75-81
Gambar 4.7. Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Real
Distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa pada kelas yang menggunakan media laboratorium virtual ditunjukkan oleh Tabel 4.10.dibawah ini Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium Virtual [p
Interval Kelas 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 Jumlah
Frekuensi 2 3 7 7 8 6 3 36
commit to user
Frekuensi (%) 5,56 8,33 19,44 19,44 22,22 16,67 8,33 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
9 8
frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 55-59
60-64
65-69 70-74 75-79 Laboratorium Virtual
80-84
85-89
Gambar 4.8. Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Virtual
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari media dan kemampuan matematik ditunjukkan oleh Tabel 4.11. Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Kemampuan Matematik N
Variabel Media Lab.real Media Lab.virtual
Kem. Matematik tinggi Kem. Matematik rendah Kem. Matematik tinggi Kem. Matematik rendah
20 16 16 20
Ratarata 61,25 55,62 75,62 68
SD 8,56 9,81 5,74 8,33
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari media dan gaya belajar ditunjukkan oleh Tabel 4.12. dibawah ini : Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar Siswa
Media Lab.real Media Lab.virtual
Variabel Gaya belajar visual Gaya belajar kinestetik Gaya belajar visual commit to user Gaya belajar kinestetik
N 20 16 23 13
Rata-rata 53,75 65 71,08 71,92
SD 7,93 7,3 8,11 8,55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari kemampuan matematik dan gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.13 Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa N
SD
Kemampuan
Gaya Belajar Visual
18
Ratarata 65,56
Matematik Tinggi
Gaya Belajar Kinestetik
18
69,72
8,31
Kemampuan
Gaya Belajar Visual
25
61,2
11,66
Matematik Rendah
Gaya Belajar Kinestetik
11
65,45
8,5
Variabel
11,87
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari media, kemampuan matematik dan dan gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.14. Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media, Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa N
Variabel Media Lab.Real
Media Lab Virtual
KM Tinggi KM Rendah KM Tinggi KM Rendah
GB Visual GB Kinestetik GB Visual GB Kinestetik GB Visual GB Kinestetik GB visual GB Kinestetik
9 11 11 5 9 7 14 6
Ratarata 56,11 65,45 51,28 64 75 76,43 68,57 66,67
SD 7,81 6,87 7,83 8,94 5,34 5,56 8,42 8,76
b. Prestasi Afektif Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil prestasi belajar afektif. Berikut ini disajikan Tabel 4.15. untuk mengetahui deskripsi data prestasi afektif terhadap media pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif c.
Jumlah
Kelompok
data
Nilai
Nilai
Tertinggi Terendah
Rata-
Standar
rata
Deviasi
Media Lab.real
36
121
81
104,25
10
Media Lab.Virtual
36
115
81
100,64
8,85
d.
Distribusi frekuensi prestasi afektif siswa pada kelas yang menggunakan media laboratorium real ditunjukkan oleh Tabel 4.16.dibawah ini : Tabel 4. 16 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Laboratorium Real Interval Kelas
Frekuensi
81-87 88-94 95-101 102-108 109-115 116-121 Jumlah
3 2 10 10 5 6 36
Frekuensi (%) 8,33 5,56 27,78 27,78 13,89 16,67 100
12 10
frekuensi
8 6 4 2 0 81-87
88-94
95-101 102-108 Laboratorium real
109-115
116-121
user Laboratorium Real Gambar 4.9. Histogram Prestasicommit Afektifto Kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa pada kelas yang menggunakan media laboratorium virtual ditunjukkan oleh Tabel 4.17.dibawah ini : Tabel 4. 17 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif pada Kelas Laboratorium Virtual Interval Kelas Frekuensi 81-85 1 86-90 3 91-95 7 96-100 9 101-105 4 106-110 5 111-115 7 Jumlah 36
Frekuensi (%) 2,78 8,33 19,44 25,00 11,11 13,89 19,44 100
10 9 8 frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 81-85
86-90
91-95 96-100 101-105 106-110 111-115 laboratorium virtual
Gambar 4.10. Histogram Prestasi Afektif Kelas Laboratorium Virtual
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi afektif ditinjau dari media dan commit to user4.18 di bawah ini : kemampuan matematik ditunjukkan oleh Tabel
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Tabel 4.18. Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Kemampuan Matematik N
Variabel
Lab.real
Lab.virtual
Rata-
SD
rata
Kemampuan Matematik Tinggi
20
103,9
8,49
Kemampuan Matematik Rendah
16
104,69
11,9
Kemampuan Matematik Tinggi
16
100.06
8,36
Kemampuan Matematik Rendah
20
101,1
9,41
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi afektif ditinjau dari media dan gaya belajar ditunjukkan oleh Tabel 4.19 dibawah ini : Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar Siswa Variabel
Lab.real
Lab.virtual
N
Rata-
SD
rata
Gaya belajar visual
20
103
10,69
Gaya belajar kinestetik
16
105,81
9,17
Gaya belajar visual
23
98,39
8,47
Gaya belajar kinestetik
13
104,62
8,37
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi afektif ditinjau dari kemampuan matematik dan gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.20 dibawah ini : Tabel 4.20. Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa Variabel Kemampuan Matematik Tinggi Kemampuan Matematik Rendah
Gaya belajar visual Gaya belajar kinestetik Gaya belajar visual Gaya belajar kinestetik commit to user
N 18 18 25 11
Ratarata 99,83 104,56 101,04 106,45
SD 6,75 9,46 11,52 7,17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi afektif ditinjau dari media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.21 dibawah ini : Tabel 4.21. Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media, Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa N
Variabel KM Tinggi Lab.real KM Rendah KM Tinggi Lab.virtual KM Rendah
GB Visual GB Kinestetik GB Visual GB Kinestetik GB Visual GB Kinestetik GB Visual GB Kinestetik
9 11 11 5 9 7 14 6
Ratarata 102 105,45 103,82 106,6 97,67 103,14 98,86 106,33
SD 4,58 10,69 14,01 5,37 8,08 8,25 8,98 8,94
B. Pengujian Persyaratan Analisis Untuk pengujian prasyarat dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut dijelaskan pengujian prasyarat tersebut : 1. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika di dapat signifikansi > 0,05, maka H0 (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Nilai signifikansi yang digunakan mengacu pada rumus Kolmogorov-Smirnova. Hasil uji normalitas dilakukan menggunakan SPSS 15, data lengkap mengenai uji normalitas terdapat pada lampiran 26 dan 27. Berikut adalah rangkuman hasil uji normalitas yang ditunjukkan oleh Tabel 4.22 dan Tabel 4.23. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Tabel 4.22 Uji Normalitas Prestasi Kognitif No 1
Variabel Media
2
K.MTK
3
GB
4
Interaksi 1
5
6
7
Interaksi 2
Interaksi 3
Interaksi 4
Komponen P-value Lab.Real 0,096 > 0,05 Lab.Virtual 0,060 > 0,05 KM Tinggi 0,183 > 0,05 KM Rendah 0,2 > 0,05 GB Visual 0,091 > 0,05 GB Kinestetik 0,179 > 0,05 Real * KM Tinggi 0,135 > 0,05 Real * KM Rendah 0,051 > 0,05 Virtual * KM Tinggi 0,2 > 0,05 Virtual * KM Rendah 0,055 > 0,05 Real * GB Visual 0,174 > 0,05 Real * GB Kinestetik 0,136 > 0,05 Virtual * GB Visual 0,2 > 0,05 Virtual * GB Kinestetik 0,2 > 0,05 KM Tinggi* GB Visual 0,2 > 0,05 KM Tinggi* GB 0,2 > 0,05 Kinestetik KM Rendah* GB 0,071 > 0,05 Visual KM Rendah* GB 0,2 > 0,05 Kinestetik Real * KM Tinggi * 0,123 > 0,05 GB Visual Real * KM Tinggi * 0,2 > 0,05 GB Kinestetik Real * KM Rendah * 0,2 > 0,05 GB Visual Real * KM Rendah * 0,2 > 0,05 GB Kinestetik Virtual * KM Tinggi * 0,2 > 0,05 GB Visual Virtual * KM Tinggi * 0,2 > 0,05 GB Kinestetik Virtual * KM Rendah * 0,168 > 0,05 GB Visual Virtual * KM Rendah * 0,168 > 0,05 GB Kinestetik commit to user
Keputusan H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
Kesimpulan Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
H0 ditolak
Data normal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Tabel 4.22 diatas menunjukkan pengujian normalitas data prestasi kognitif memiliki P-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Dengan demikian sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Dibawah ini merupakan uji normalitas pada prestasi afektif siswa. Tabel 4.23 Uji Normalitas Prestasi Afektif No 1
2
3
4
Variabel Media
K.MTK
GB
Interaksi 1
Komponen
6
Interaksi 2
Interaksi 3
Keputusan
Kesimpulan
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
Lab.Virtual
0,117
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
KM Tinggi
0,135
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
KM Rendah
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
GB Visual
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
GB Kinestetik
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
Real * KM Tinggi
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
Real * KM Rendah
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,124
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
Virtual * KM Rendah Real * GB Visual
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
Real * GB Kinestetik Virtual * GB Visual
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
Lab.Real
Virtual * KM Tinggi
5
P-value
0,2 Virtual * GB Kinestetik 0,2 KM Tinggi* GB Visual 0,2 KM Tinggi* GB Kinestetik 0,2 KM Rendah* GB Visual 0,173 KM Rendah* GB Kinestetik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
No
Variabel
Komponen
7
Interaksi 4
Real * KM Tinggi * GB Visual Real * KM Tinggi * GB Kinestetik Real * KM Rendah * GB Visual Real * KM Rendah * GB Kinestetik Virtual * KM Tinggi * GB Visual Virtual * KM Tinggi * GB Kinestetik Virtual * KM Rendah * GB Visual Virtual * KM Rendah * GB Kinestetik
P-value
Keputusan
Kesimpulan
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,077
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
0,2
> 0,05
H0 ditolak
Data normal
Tabel 4.23 menunjukkan pengujian normalitas data prestasi afektif memiliki P-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Dengan demikian sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sampel berdistribusi homogen atau tidak. Uji homogenitas menggunakan SPSS 15. Selengkapnya mengenai uji homogenitas terdapat pada lampiran 28 dan 29. Berikut adalah rangkuman hasil uji homogenitas yang ditunjukkan oleh Tabel 4.24.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif No Variabel Terikat 1 Media
P-value 0,405 > 0,05
Keputusan H0 ditolak
Kesimpulan Homogen
2
Kemampuan Matematik
0,768
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
3
Gaya Belajar
0,078
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
4
Media * KM
0,427
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
5
Media * GB
0,831
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
6
KM * GB
0,157
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
7
Media* KM* GB
0,794
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
Tabel 4.24. menunjukkan bahwa pengujian homogentitas pada data prestasi kognitif mendapatkan P-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak, dengan kata lain bahwa sampel mempunyai varians yang sama atau homogen. Tabel 4.25 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Afektif No
Variabel Terikat
P-value
Keputusan
Kesimpulan
1
Media
0,718
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
2
Kemampuan Matematik
0,142
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
3
Gaya Belajar
0,731
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
4
Media * KM
0,357
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
5
Media * GB
0,815
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
6
KM * GB
0,147
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
7
Media* KM* GB
0,051
> 0,05
H0 ditolak
Homogen
Tabel 4.25. menunjukkan bahwa pengujian homogentitas pada data prestasi afektif mendapatkan P-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dengan kata lain bahwa sampel mempunyai varians yang sama atau commit to user homogen.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Anava Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama (Uji ANAVA). Pengujiian dilakukan menggunakan program SPSS 15 dan analsisis komputasinya dapat dilihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama yang ditunjukkan oleh Tabel 4.26. dibawah ini : Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA untuk Data Prestasi Kognitif No
Terhadap prestasi kognitif
P-value
Sig.
Keputusan
1
Media
0,000
< 0,05
H0 ditolak
2
Kemampuan Matematik
0,005
< 0,05
H0 ditolak
3
Gaya Belajar Siswa
0,007
< 0,05
H0 ditolak
4
Media*Kemampuan Matematik
0,170
> 0,05
H0 diterima
5
Media* Gaya Belajar
0,005
< 0,05
H0 ditolak
6
Kemampuan Matematik * Gaya Belajar
0,948
> 0,05
H0 diterima
7
Media* Kemampuan Matematik*GB
0,416
> 0,05
H0 diterima
Kesimpulan : 1.
P-value media = 0,000 < 0,05 maka H0 (Tidak ada pengaruh penggunaan media terhadap prestasi belajar siswa) ditolak, berarti terdapat pengaruh media terhadap prestasi kognitif.
2. P-value kemampuan matematik = 0,005 < 0,05 maka H0 (tidak terdapat pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif) ditolak, berarti terdapat pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
3. P-value aktivitas siswa = 0,007 < 0,05 maka H0 (tidak terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif) ditolak, berarti terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif. 4. P-value interaksi media dan kemampuan matematik = 0,170 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi media dan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi media dan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif. 5. P-value interaksi metode dan aktivitas siswa = 0,005 < 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi media dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif) ditolak, berarti terdapat interaksi media dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif. 6. P-value interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa = 0,948 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif. 7. P-value interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa = 0,416 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Data Prestasi Afektif No
Terhadap prestasi afektif
P-value
Sig.
Keputusan
1
Media
0,213
> 0,05
H0 diterima
2
Kemampuan Matematik
0,439
>0,05
H0 diterima
3
Gaya Belajar Siswa
0,046
< 0,05
H0 ditolak
4
Media*Kemampuan Matematik
0,881
> 0,05
H0 diterima
5
Media* Gaya Belajar
0,479
> 0,05
H0 diterima
6
Kemampuan Matematik * Gaya Belajar
0,889
> 0,05
H0 diterima
7
Media* Kemampuan Matematik*Gaya
0,778
> 0,05
H0 diterima
Belajar
Kesimpulan : 1. P-value media = 0,213 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat pengaruh media terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak terdapat pengaruh media terhadap prestasi afektif 2. P-value kemampuan matematik = 0,439 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak terdapat pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi afektif 3. P-value aktivitas siswa = 0,046 < 0,05 maka H0 (tidak terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif) ditolak, berarti terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif 4. P-value interaksi metode dan kemampuan awal = 0,881 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi media dan kemampuan matematik terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi media dan kemampuan matematik terhadap prestasi afektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
5. P-value interaksi media dan gaya belajar siswa = 0,479 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi media dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi media dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif 6. P-value interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa = 0,889 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif 7. P-value interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa = 0,778 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif.
2.
Uji Lanjut Anava Setelah uji Anava diatas, maka untuk hipotesis yang diterima, baik prestasi
kognitif dan afektif dilakukan uji lanjut dengan uji compare means (uji rata-rata) dengan menggunakan SPSS 15, tetapi untuk uji lanjut pada hipotesis kelima dimana terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dilakukan uji scheffe, untuk uji lanjut yang dilakukan secara rinci dijelaskan pada Tabel dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
a. Uji lanjut hipotesis 1 Bunyi hipotesis 1 adalah terdapat pengaruh media terhadap prestasi kognitif, untuk mengetahui media mana yang lebih baik maka dilakukan uji lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 1 ditunjukkan pada Tabel 4.28. dibawah ini : Tabel 4.28. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 1 media real virtual Total
Ratarata 58,75 71,39 65,07
N 36 36 72
Std. Deviation 9,440 8,160 10,828
Berdasarkan Tabel 4.28. diatas dapat diketahui bahwa rata-rata prestasi kognitif siswa dengan menggunakan media laboratorium real = 58,75 lebih kecil dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang menggunakan media laboratorium virtual = 71,25. Dari rata-rata kedua media diatas dapat disimpulkan bahwa siswa menggunakan media laboratorium virtual lebih baik memiliki prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa menggunakan media laboratorium real.
b. Hasil uji lanjut hipotesis 2 Bunyi hipotesis 2 adalah terdapat pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif, untuk mengetahui kemampuan matematik mana yang lebih baik maka dilakukan uji lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 2 ditunjukkan pada Tabel 4.29. dibawah ini : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Tabel 4.29. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 2 kemmpuan mtk Tinggi rendah Total
Ratarata 67,64 62,50 65,07
N 36 36 72
Std. Deviation 10,315 10,856 10,828
Berdasarkan Tabel diatas, rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi = 67,64 lebih besar dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah = 62,5. Hal tersebut berarti siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi lebih baik prestasi kognitifnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah.
c. Uji lanjut hipotesis 3 pada prestasi kognitif Bunyi hipotesis 3 adalah terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi kognitif, untuk mengetahui gaya belajar mana yang lebih baik maka dilakukan uji lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 3 ditunjukkan pada Tabel 4.30. dibawah ini : Tabel 4.30. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Kognitif gaya belajar visual kinestetik Total
Ratarata 63,02 68,10 65,07
N 43 29 72
Std. Deviation 11,809 8,495 10,828
Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 4.30, rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai gaya belajar visual = 63,02 lebih kecil dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik = 68,10. Hal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
tersebut berarti siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih baik prestasi kognitif dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
d.
Hasil uji lanjut hipotesis 3 pada prestasi afektif Bunyi hipotesis 3 adalah terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi
afektif, untuk mengetahui gaya belajar mana yang lebih baik maka dilakukan uji lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 3 ditunjukkan pada Tabel 4.31. dibawah ini : Tabel 4.31. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Afektif gaya belajar Visual kinestetik Total
Ratarata 100,53 105,28 102,44
N 43 29 72
Std. Deviation 9,728 8,689 9,552
Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 4.31, rata-rata prastasi afektif siswa yang mempunyai gaya belajar visual = 100,53 untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual dan 105,28 untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Hal tersebut berarti siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih baik prestasi afektifnya dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
e. Hasil uji lanjut hipotesis 5 Bunyi hipotesis 4 adalah terdapat interaksi antara media dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif. Uji lanjut ini dilakukan untuk mengetahui media pembelajaran dan gaya belajar manakah yang memiliki perbedaan rerata dan memberikan pengaruh yang signifikan. Dengan bantuan SPSS 15, dengan menggunakan Uji Scheffe diperoleh hasil seperti commit to user pada Tabel 4.32.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Tabel 4.32. Tabel Hasil Uji Lanjut ANOVA Scheffe Prestasi Kognitif Interaksi Media Real-Gaya Belajar Visual
Media Real-Gaya Belajar Kinestetik
Media-GB Siswa
Sig.
Kesimpulan
Real- Gaya Belajar Kinestetik
0,001 Ada perbedaan
Virtual -Gaya Belajar Visual
0,000 Ada perbedaan
Virtual - Gaya Belajar Kinestetik
0,000 Ada perbedaan
Real- Gaya Belajar Visual
0,001 Ada perbedaan
Virtual- Gaya Belajar Visual
0,149 Tidak ada perbedaan
Virtual -Gaya Belajar Kinestetik
0,155 Tidak ada perbedaan
Media Virtual-Gaya Real- Gaya Belajar Visual Belajar Visual Real- Gaya Belajar Kinestetik Virtual- Gaya Belajar Kinestetik Media Virtual-Gaya Real- Gaya Belajar Visual Belajar Kinestetik Real- Gaya Belajar Kinestetik Virtual- Gaya Belajar Visual
0,000 Ada perbedaan 0,149 Tidak ada perbedaan 0,993 Tidak ada perbedaan 0,000 Ada perbedaan 0,155 Tidak ada perbedaan 0,993 Tidak ada perbedaan
Berdasarkan hasil uji lanjut scheffe pada Tabel 4.32 di atas, didapatkan hasil bahwa pada media real dengan gaya belajar kinestetik dengan gaya belajar visual terdapat perbedaan prestasi belajar. Hal serupa juga terjadi pada media virtual dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual dengan media laboratorium real memiliki perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang menggunakan laboratorium virtual, sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik dengan media laboratorium real memiliki perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang menggunakan laboratorium virtual. Karena terdapat perbedaan prestasi belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
berdasarkan hasil uji scheffe, maka dilakukan uji rata-rata untuk mengetahui bentuk interaksinya, hasil uji rata-rata terdapat pada Tabel 4.33 dibawah ini : Tabel 4.33. Data Hasil Uji Rata-rata Hipotesis 5
interaksi 2 real-GB V real-GB K virtual-GB V virtual-GB K Total
Ratarata 53,75 65,00 71,09 71,92 65,07
N 20 16 23 13 72
Std. Deviation 7,926 7,303 8,112 8,549 10,828
Berdasarkan hasil uji lanjut rata-rata pada Tabel 4.33 di atas, didapatkan hasil bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik selalu mendapatkan prestasi yang lebih baik ketika diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual
jika dibandingkan dengan prestasi
siswa yang menggunakan media laboratorium real. Sedangkan siswa yang menggunakan media laboratorium real dengan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi belajar yang lebih baik dengan nilai rata-rata 65,00 dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan rata-rata 53,75, Sedangkan tidak ada perbedaan rata-rata prestasi siswa antara siswa yang menggunakan media virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata 71,09 dan 71,92. Hal inilah yang menunjukkan adanya interaksi antara media dengan gaya belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
D. Pembahasan 1. Hipotesis Pertama Pengujian hipotesis pertama mengenai pengaruh media terhadap prestasi kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,000, pada prestasi afektif menunjukan P-value bernilai 0,213,. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak pada prestasi kognitif, sedangkan Ho diterima pada prestasi afektif. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh penggunaan media Laboratorium real dan laboratorium virtual terhadap prestasi kognitif, dan tidak terdapat pengaruh penggunaan media Laboratorium real dan laboratorium virtual terhadap prestasi afektif. Berdasarkan Hasil Uji lanjut Tabel 4.24, rata-rata prestasi kognitif siswa dengan menggunakan media laboratorium real = 58,75 lebih kecil dari pada ratarata prestasi kognitif siswa yang menggunakan media laboratorium virtual = 71,25. Dari rata-rata kedua media diatas dapat disimpulkan bahwa siswa menggunakan media laboratorium virtual lebih baik memiliki prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa menggunakan media laboratorium real. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zeynep Tatli dan Alipasa Ayas pada tahun 2010 yang berjudul “Virtual Laboratory Aplications in Chemistry Education”, Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah bahwa pada saat pelaksanaan praktikum dengan menggunakan virtual lab lebih efektif, menarik dan lebih bermanfaat serta dapat memungkinkan siswa untuk mengulang percobaan.
Sementara pada real lab tidak semua siswa aktif dalam proses
eksperimen di laboratorium nyata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Penyebab keadaan ini adalah pada pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual menggunakan media berbentuk simulasi praktikum dan animasi yang dijalankan sendiri oleh siswa sehingga memungkinkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu dengan media laboratorium virtual dapat dilakukan secara berulang-ulang tanpa menghabiskan waktu untuk mempersiapkan pengulangan sehingga siswa dapat mengulang praktikum hingga mereka merasa paham. Media yang efektif adalah media yang dapat mengakomodasi siswa mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi, dan disukai oleh siswa. Pada saat proses pembelajaran siswa yang menggunakan media laboratorium virtual lebih antusias dan bersemangat dibandingkan siswa yang menggunakan laboratorium real, hal ini ditandai dengan lebih banyak pertanyaan yang muncul ketika diskusi setelah melakukan praktikum di laboratorium yang menandakan bahwa siswa berada dalam proses memahami materi yang disampaikan. Program komputer yang digunakan merupakan bentuk simulasi dari laboratorium real yang dapat menampilkan konsep secara visual dengan gerakan dan gambar, dan dapat menampilakan proses secara nyata sehingga siswa merasa melakukan praktikum yang sebenarnya. Media laboratorium virtual dapat menyesuaikan
dengan
tingkat
kecepatan
belajar siswa sehingga dapat
mengakomodasi siswa yang lamban belajar. Dengan laboratorium virtual dapat menghindarkan dari kegagalan percobaan dan kesalahan konsep. Berbeda
dengan
siswa
yang
melakukan
pembelajaran
dengan
menggunakan media laboratorium real rata-rata nilai prestasinya lebih rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
dibanding kelas dengan Siswa yang menggunakan media laboratorium virtual dikarenakan siswa
dalam melakukan praktikum masih banyak bermain-main
sehingga ada bagian tahapan tetentu yang terlewatkan dan mereka tidak memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari, dan pada saat pelaksanaan praktikum di laboratorium tidak semua siswa dapat berpartisipasi aktif untuk proses eksperimen di laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukuan, pada saat proses pembelajaran dilaboratorium masih banyak sekali siswa yang belum paham cara menimbang NaCl dan CaCO3 dengan menggunakan neraca Ohauss dan mereka masih binggung menentukan garam yang sukar larut berdasarkan hasil percobaan dan pada saat diskusi tidak banyak pertanyaan yang muncul. Selain itu, praktikum secara nyata di laboratorium memerlukan waktu yang lama sehingga dengan alokasi waktu yang sama dengan laboratorium virtual mereka tidak dapat mengulangi percobaan yang telah dilakukan. Oleh karena itu kegagalan praktikum mungkin saja terjadi dan data-data yang diperoleh belum pasti sesuai dengan teori. Guru dalam hal ini harus mengerti dan paham serta memiliki kemampuan yang cukup agar tidak terjadi kesalahan konsep dalam proses belajarnya. Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media laboratorium virtual lebih efektif dibandingkan laboratorium real, hal ini dapat dilihat dari proses dan hasil pembelajaran siswa. Pada prestasi afektif, siswa yang menggunakan media laboratorium real dan virtual memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif. Kesimpulan ini diperkuat oleh data Tabel 4.13 yang menunjukkan bahwa rata-rata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
siswa yang menggunakan media laboratorium real relatif sama dengan siswa yang menggunakan media laboratorium virtual yaitu 104,25 untuk siswa yang menggunakan media laboratorium real
dan 100,64 untuk siswa yang
menggunakan media laboratorium virtual.
Siswa yang menggunakan media
laboratorium real senang saat mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan karena mereka dapat melakukan percobaan secara langsung, sehingga akan lebih mudah membentuk pemahaman. Sementara itu pada siswa dengan menggunakan media laboratorium virtual mereka juga dapat melakukan percobaan secara langsung dengan menggunakan computer yang telah didesain menggunakan software khusus, dimana percobaan yang dilakukan sama dengan percobaan pada laboratorium real. Sehingga baik siswa yang menggunakan media laboratorium real maupun siswa yang menggunakan media laboratorium virtual memiliki prestasi afektif yang relatif sama. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) baik dengan laboratorium real maupun virtual terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena siswa sama-sama senang dalam melakukan pembelajaran baik dengan laboratorium real maupun virtual, penyebab lain mungkin disebabkan karena keterbatasan pengukuran prestasi afektif dengan menggunakan angket, peneliti tidak bisa menjamin jawaban siswa benar-benar jujur seperti apa yang ada dalam pertanyaan dan pernyataan angket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
2. Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis kedua mengenai pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,005 dan pada prestasi afektif menunjukan P-value bernilai 0,439. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak pada prestasi kognitif. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif. Namun berdasarkan keputusan uji pada aspek prestasi afektif maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif. Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 4.25, rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi = 67,64 lebih besar dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah = 62,5. Hal tersebut berarti siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi lebih baik prestasi kognitifnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan. Pada saat proses pembelajaran, siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi melakukan perhitungan matematik dengan lebih cepat dan tepat, karena dengan kemampuan matematik yang tinggi memungkinkan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal hitungan yang ada dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, sehingga siswa mendapat prestasi kognitif yang lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Pada prestasi afektif, kemampuan matematik siswa baik tinggi maupun rendah memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif. Kesimpulan ini diperkuat oleh data Tabel 4.13 yang menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi relatif sama dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah yaitu 102,72 untuk siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dan 102,17 untuk siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi menjadi senang saat mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang bersifat hitungan karena mereka merasa telah mempunyai kemampuan dasar yang cukup yaitu keterampilan dalam mengoperasikan angka-angka, sehingga akan lebih mudah membentuk pemahaman. Sementara itu pada siswa dengan kemampuan matematik rendah yang terjadi adalah kemauan yang keras dalam belajar untuk mengejar keterbatasan mereka dalam hal penguasaan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sehingga baik siswa dengan kemampuan matematik tinggi maupun rendah memiliki prestasi afektif yang relatif sama. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kimia. Pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena siswa dengan kemampuan matematik apapun sama-sama senang dalam melakukan pembelajaran dikelas, penyebab lain mungkin disebabkan karena pada penelitian ini kemampuan matematik siswa hanya dikategorikan ke dalam dua kelompok saja, yaitu tinggi dan rendah, peneliti tidak melibatkan kategori sedang, hal ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil penelitian. Selain itu penyebab lainnya mungkin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
karena
terdapat
keterbatasan
pada
pengukuran
prestasi
afektif
dengan
menggunakan angket, peneliti tidak bisa menjamin jawaban siswa benar-benar jujur seperti apa yang ada dalam pertanyaan dan pernyataan angket.
3. Hipotesis Ketiga Pengujian hipotesis ketiga mengenai pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,007, pada prestasi afektif menunjukan P-value bernilai 0,046. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak pada prestasi kognitif dan prestasi afektif.
Hal ini berarti bahwa terdapat
pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif dan prestasi afektif. Menurut Murat Peker & Seref Mirasyedioglu (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pree-Service Elementary School Teacher’s Learning Style and Attitudes Toward Mathematics”, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa gaya belajar berpengaruh dalam proses pembelajaran. Maka dapat disimpulakan bahwa dengan guru memperhatikan gaya belajar siswa pada saat proses pembelajaran, dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 4.26, rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai gaya belajar visual = 63,02 lebih kecil dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik = 68,10. Sementara rata-rata prestasi afektif siswa ditunjukkan pada Tabel 4.27. rata-rata prastasi afektif siswa yang mempunyai gaya belajar visual = 100,53 untuk siswa commit to user yang memiliki gaya belajar visual dan 105,28 untuk siswa yang memiliki gaya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
belajar kinestetik. Hal tersebut berarti siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih baik prestasi kognitif dan afektifnya dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual. Pada saat proses pembelajaran, siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik cenderung lebih aktif pada proses pembelajaran. Mereka tampak lebih bersemangat dalam melakukan praktikum dikelas dan selalu mengekspresikan sesuatu yang didengar dengan mencatat, aktivitas mencatat inilah yang membuat siswa menjadi lebih cepat menangkap dan mengingat materi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Jadi, hal inilah yang mengakibatkan prestasi kognitif dan afektif belajar siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
4. Hipotesis Keempat Pengujian hipotesis keempat mengenai Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real, laboratorium virtual dan kemampuan
matematik
terhadap
prestasi
belajar
kognitif
siswa
yang
menunjukkan P-value bernilai 0,170. Pada prestasi afektif menunjukan P-value bernilai 0,881. kognitif dan
Berdasarkan keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi afektif. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi metode
Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real, laboratorium virtual dan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. Berdasarkan Tabel 4.9, untuk media laboratorium real memiliki rata-rata commit to user prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi sebesar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
61,25 dan rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah sebesar 55,62. Sedangkan untuk siswa yang menggunakan media laboratorium virtual rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi sebesar 76,25 dan rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah sebesar 68. Sedangkan pada prestasi belajar afektif pada Tabel 4.14, untuk siswa yang menggunakan media laboratorium real yang memiliki kemampuan matematik tinggi dan rendah berturut turut rata-rata 103,9 dan 104,69, dan untuk siswa yang menggunakan media laboratorium virtual dengan kemampuan matematik tinggi dan rendah memiliki rata-rata berturut-turut 100,06 dan 101,1. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rataan yang signifikan antara siswa dengan kemampuan matematik tinggi yang diberikan perlakuan media laboratorium real maupun yang diberi perlakuan media laboratorium virtual, begitu juga untuk siswa dengan kemampuan matematik rendah, tidak terdapat perbedaan nilai rataan yang signifikan yang diberikan perlakuan kedua media tersebut. Hal tersebut berarti tidak ditemukan interaksi antara media laboratorium real dan laboratorium virtual dengan kemampuan matematik tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif. Pengaruh yang diberikan media laboratorium real dan laboratorium virtual terhadap prestasi kognitif dan afektif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan matematik tinggi dan rendah. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh kemampuan matematik tinggi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif media laboratorium real dan laboratorium virtual. Berdasarkan kenyataan dilapangan diketahui bahwa siswa yang menggunakan laboratorium real dengan kemampuan matematik tinggi maupun rendah tetap dapat melakukan pengamatan dengan bantuan alat-alat yang ada pada laboratorium real. Mereka sama-sama dapat membangun konsep dengan metode dan media yang digunakan. Demikian juga pada siswa yang menggunakan media laboratorium virtual, siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi maupun yang rendah mereka tetap dapat mengoperasikan komputer untuk mendapatkan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada interaksi metode
Problem
Based
Learning
(PBL)
dengan
menggunakan
media
laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitf dan afektif siswa . Pengaruh yang sama terhadap prestasi kognitif dan afektif disebabkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. Misalnya faktor metode pembelajaran, media pembelajaran, kemampuan matematik, dan gaya belajar yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.
5. Hipotesis Kelima Pengujian hipotesis kelima mengenai Interaksi metode Problem Based commit to user Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real, laboratorium virtual
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
dan gaya belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa menunjukkan P-value bernilai 0,005 dan pada prestasi afektif menunjukan P-value bernilai 0,479. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak pada prestasi kognitif dan Ho diterima pada prestasi afektif. Hal ini berarti bahwa terdapat interaksi antara media laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan Ho diterima pada prestasi afektif. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara media laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar afektif. Berdasarkan hasil uji lanjut scheffe pada Tabel 4.28, didapatkan hasil bahwa pada media real dengan gaya belajar kinestetik dengan gaya belajar visual terdapat perbedaan prestasi belajar. Hal serupa juga terjadi pada media virtual dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual dengan media laboratorium real memiliki perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang menggunakan laboratorium virtual, sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik dengan media laboratorium real memiliki perbedaan prestasi belajar dengan
siswa yang menggunakan
laboratorium virtual. Berdasarkan hasil uji lanjut rata-rata pada Tabel 4.33 di atas, didapatkan hasil bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik selalu mendapatkan prestasi yang lebih baik ketika diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual
jika dibandingkan dengan prestasi
commit to user real. Sedangkan siswa yang siswa yang menggunakan media laboratorium
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
menggunakan media laboratorium real dengan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi belajar yang lebih baik dengan nilai rata-rata 65,00 dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan rata-rata 53,75, Sedangkan tidak ada perbedaan rata-rata prestasi siswa antara siswa yang menggunakan media virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata 71,09 dan 71,92. Hal inilah yang menunjukkan adanya interaksi antara media dengan gaya belajar siswa. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara media dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif. Pengaruh yang diberikan media terhadap prestasi afektif
merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak
berhubungan dengan gaya belajar siswa. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan media pembelajaran. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada metode PBL dengan menggunakan media laboratorium real dan laboratorium virtual memiliki langkah yang sama, hanya berbeda pada saat melakukan praktikum dimana untuk media laboratorium virtual menggunakan komputer dan animasi-animasi yang dirancang khusus sesuai dengan praktikum pada laboratorium yang sebenarnya. Jadi siswa dengan gaya belajar apapun
senang dalam mengikuti pelajaran baik yang
menggunakan laboratorium real maupun virtual. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada interaksi metode
Problem
Based
Learning
(PBL)
dengan
menggunakan
media
commit user terhadap prestasi afektif siswa . laboratorium real dan virtual dengan gayatobelajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena siswa dengan gaya belajar apapun sama-sama senang dalam melakukan pembelajaran baik dengan laboratorium real maupun virtual, penyebab lain mungkin disebabkan karena pengukuran gaya belajar pada penelitian ini hanya dikategorikan ke dalam dua kelompok saja, yaitu visual dan kinestetik, peneliti tidak melibatkan kategori gaya belajar auditorial, hal ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil penelitian.
6. Hipotesis Keenam Pengujian hipotesis keenam mengenai Interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa menunjukkan Pvalue bernilai 0,948 dan pada prestasi afektif menunjukan P-value bernilai 0,889. Berdasarkan keputusan uji maka Ho pada prestasi kognitif dan Ho pada prestasi afektif diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Berdasarkan Tabel 4.11, rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dengan gaya belajar visual dan kinestetik berturutturut adalah 65,56 dan 69,72, dan untuk siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dengan gaya belajar visual dan kinestetik berturut-turut adalah 61,2 dan 65,45. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif ditunjukkan pada Tabel 4.16, siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dengan gaya belajar visual dan kinestetik berturut- turut memiliki rata-rata 99,83 dan 104,56, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
untuk siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dengan gaya belajar visual dan kinestetik memiliki rata-rata berturut-turut 101,04 dan 106,45. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual maupun kinestetik dengan kemampuan matematik tinggi ataupun rendah dapat membentuk konsep yang sama pada diri siswa, yang ditunjukkan dengan sikap siswa pada saat proses pembelajaran. Siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dengan gaya belajar apapun tetap dapat mengikuti proses belajar dikelas dengan baik, begitu pula siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dengan gaya belajar apapun tetap dapat menguikuti proses belajar dengan baik. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada interaksi metode
Problem
Based
Learning
(PBL)
dengan
menggunakan
media
laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar terhadap prestasi afektif siswa . Pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dari dalam maupun dari luar diri siswa.
Misalnya faktor metode pembelajaran, media
pembelajaran, kemampuan matematik, dan gaya belajar yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar mengajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
7. Hipotesis Ketujuh Pengujian Hipotesis ketujuh mengenai interaksi antara metode media laboratorium real dan media laboratorium virtual, kemampuan matematik tinggi dan rendah serta gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,416, pada prestasi afektif menunjukan P-value bernilai 0,778.
Berdasarkan keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi
kognitif dan afektif . Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara media laboratorium real dan laboratorium virtual, kemampuan matematik tinggi dan rendah dan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada interaksi metode
Problem
Based
Learning
(PBL)
dengan
menggunakan
media
laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar terhadap prestasi afektif siswa . Pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dari dalam maupun dari luar diri siswa.
Misalnya faktor metode pembelajaran, media
pembelajaran, kemampuan matematik, dan gaya belajar yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.
E. Keterbatasan Penelitian Meskipun penelitian ini telah direncanakan dengan optimal dan telah commit to user melalui proses evaluasi namun tetap tidak dapat luput dari keterbatasan. Adapun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini antara lain: (1). kemampuan matematik siswa hanya dikategorikan ke dalam dua kelompok saja, yaitu
tinggi dan rendah. Peneliti tidak melibatkan kategori
sedang. Hal ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil penelitian; (2). gaya belajar siswa hanya dikategorikan ke dalam dua kelompok saja, yaitu visual dan kinestetik, untuk siswa yang mempunyai gaya belajar auditory lebih cenderung memilih salah satu gaya belajar, sehingga hal ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil penelitian; (3) penelitian ini hanya melibatkan sebagian faktor dari keseluruhan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar kimia siswa, meliputi metode pembelajaran, media, kemampuan matematik siswa, gaya belajar terhadap prestasi belajar; (4). instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi afektif siswa hanya berupa angket. Penggunaan angket menunutut adanya kejujuran dalam pengisian untuk mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Peneliti hanya bisa mengantisipasi jawaban siswa tidak berasal dari jawaban temannya atau kerjasama. Peneliti tidak bisa menjamin jawaban siswa benarbenar jujur seperti apa yang ada dalam pertanyaan dan pernyataan angket. (5). pada saat pelaksanaan praktikum di laboratorium real, kebanyakan siswa belum bisa menggunakan alat dan bahan percobaan sehingga waktu percobaan yang dibutuhkan menjadi lebih lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real dan virtual dapat membantu dan memberikan semangat dalam diri siswa dalam memecahkan persoalan pembelajaran kimia tentang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan secara berkelompok. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) yang menggunakan media loaboratorium real dan virtual terhadap prestasi kognitif. Berdasarkan rata-rata data prestasi kognitif diketahui bahwa siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual memperoleh prestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakuan menggunakan media laboatorium real, hal itu disebabkan karena siswa lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan dapat
dilakukan
berulang-ulang
tanpa
menghabiskan
waktu
untuk
mempersiapkan pengulangan sehingga mereka dapat mengulangi praktikum sampai merasa paham. Pada prestasi afektif, siswa yang menggunakan media laboratorium real dan virtual memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif. Siswa yang menggunakan media laboratorium real senang saat mempelajari materi commit to user
138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
kelarutan dan hasil kali kelarutan karena mereka dapat melakukan percobaan secara langsung, sementara siswa dengan menggunakan laboratorium virtual mereka
juga
dapat
melakukan
percobaan
secara
langsung
dengan
menggunakan computer yang telah didesain menggunakan software khusus, dimana percobaan yang dilakukan sama dengan percobaan pada laboratorium real. Sehingga baik siswa yang menggunakan media laboratorium real maupun siswa yang menggunakan media laboratorium virtual memiliki prestasi afektif yang relatif sama. 2. Kemampuan matematik merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui kemampuan matematik siswa digunakan tes kemampuan matematik. Pada uji hipotesis menunjukkan ada pengaruh kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap prestasi afektif. Berdasarkan rata-rata data prestasi kognitif diketahui bahwa siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi memperoleh prestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah, karena siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dapat lebih cepat dan tepat dalam menyelesaikan persoalan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang bersifat hitungan. Sedangkan untuk prestasi afektif, dinyatakan tidak ada perbedaan prestasi siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dan matematik rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
3. Siswa memiliki kecenderungan dalam menerima dan mengolah informasi selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Kerja laboratorium dapat memberikan rangsangan kepada para siswa yang memiliki gaya belajar visual maupun kinestetik. Oleh karena itu, terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif dan afektif. Berdasarkan rata-rata data prestasi kognitif dan afektif diketahui bahwa siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih baik prestasinya dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual. Hal itu disebabkan karena siswa yang mempunyai gaya belajar kinestestetik cenderung lebih aktif pada proses pembelajaran. 4. Semua siswa baik yang mempunyai kemampuan matematik tinggi maupun rendah tertarik terhadap pembelajaran kimia dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual.
Bagi siswa yang mempunyai kemampuan
matematik tinggi maupun rendah mempunyai semangat yang sama dalam mengikuti pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan. Oleh karena itu, tidak terdapat interaksi antara laboratorium real, laboratorium virtual dan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. 5. Penggunaan media laboratorium real dan virtual dalam pembelajaran kimia berpengaruh terhadap prestasi siswa yang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Hal itu ditunjukkan dengan adanya interaksi antara media laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kognitif. Berdasarkan hasil uji lanjut yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada media real dengan gaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
belajar kinestetik memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual, sedangkan tidak ada perbedaan rata-rata pretasi siswa antara siswa yang menggunakan media virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Hal inilah yang menunjukkan adanya interaksi antara media dengan gaya belajar siswa. Namun, tidak terdapat interaksi antara media laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar afektif. 6. Semua siswa baik yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dengan gaya belajar visual maupun kinestetik mempunyai ketertarikan yang sama dalam mengikuti pembelajaran kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal itu ditunjukkan dengan tidak terdapat interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Sehingga pengaruh yang diberikan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan gaya belajar siswa. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan matematik siswa. 7. Penggunaan media laboratorium real dan virtual dalam pembelajaran kimia sangat menarik bagi semua siswa. Dikaitkan dengan kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap media yang digunakan mempunyai ketertarikan yang hampir sama. Oleh karena itu, tidak terdapat interaksi antara media commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
laboratorium real dan laboratorium virtual, kemampuan matematik tinggi dan rendah dan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif dan afektif.
B. Implikasi Hasil Penelitian. 1. Implikasi teoritik Implikasi teoritik dari penelitian ini yaitu bahwa siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan lebih mudah memahami konsep yang disampaikan oleh guru, daripada siswa dengan kemampuan matematik rendah. Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Penggunaan media laboratorium real menuntut siswa untuk menemukan suatu konsep dengan melakukan percobaan langsung. Sedangkan penggunaan media laboratorium virtual proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan komputer, percobaan dilakukan dengan menggunakan software yang telah rancang sesuai dengan percobaan pada laboratorium yang sebenarnya.
2. Implikasi praktis Dengan diperolehnya kesimpulan dari penelitian ini sebagai implikasi praktisnya terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa adalah: a. Hendaknya guru menggunakan media laboratorium virtual pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan agar siswa mendapatkan prestasi kognitif dan afektif yang lebih baik. b. Hendaknya guru mengukur kemampuan matematik siswa agar guru lebih to user mengetahui kemampuan siswacommit dalam mengerjakan soal kelarutan dan hasil kali
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
kelarutan yang bersifat hitungan, serta melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan matematik siswa tersebut dengan memberikan latihan soal matematik yang sesuai dengan indikator soal yang ingin diukur. c. Hendaknya guru mengukur dan mengetahui gaya belajar siswa agar pembelajaran yang diberikan sesuai dengan memperhatikan media yang digunakan.
C. Saran 1. Bagi Guru a. Penggunaan media laboratorium virtual hendaknya digunakan oleh guru dalam upaya memberikan variasi pembelajaran dan meningkatan prestasi belajar siswa, khususnya pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. b. Guru sebaiknya melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan matematik siswa dengan memberikan latihan soal matematik yang sesuai dengan indikator soal kemampuan matematik yang ingin diukur, karena dengan kemampuan matematik yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi kimia yang bersifat hitungan. c. Gaya belajar siswa hendaknya diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran karena dengan mengetahui gaya belajar siswa guru lebih mehami dalam pemilihan metode dan media yang tepat agar prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
2. Bagi Peneliti Berikutnya a. Hendaknya metode dan media yang digunakan dalam penelitian dicoba terlebih dahulu agar kita mengetahui kelemahan dan mengetahui kesiapan dalam menyampaikan materi. b. Hendaknya peneliti tidak hanya mengukur kemampuan matematik tinggi dan rendah saja, siswa yang mempunyai kemampuan matematik sedang sebaiknya diukur supaya peneliti benar-benar mengetahui kemampuan siswa. c. Hendaknya peneliti tidak hanya mengukur gaya belajar visual dan kinestetik, siswa yang mempunyai gaya belajar auditori sebaiknya diukur supaya benar-benar mengetahui gaya belajar siswa, sehingga dapat meninggkatkan prestasi belajar siswa. d. Hendaknya untuk prestasi afektif tidak hanya menggunakan angket, tetapi sebaiknya
peneliti
melakukan
observasi
dan
wawancara
untuk
mencocokkan jawaban siswa dengan angket, agar mengetahui kejujuran siswa. e. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acauan untuk penelitian yang sejenis dengan pokok bahasan yang lain seperti materi laju reaksi, asam dan basa, koloid, dan materi kimia yang lainnya yang sebagian besar materinya dapat disampaikan dengan praktikum di laboratorium. f.
Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah variabel yang lain, misalnya: sikap ilmiah, motivasi belajar, kemampuan awal dan lain sebagainya.
commit to user