II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Sate Sop Kambing Sate adalah sejenis makanan yang dibuat dari potongan-potongan daging berupa daging ayam atau daging kambing yang ditusuk dengan lidi atau tusuk sate, kemudian dibakar dan diberi bumbu sebagai penyedap. Sate menurut kamus Bahasa Indonesia sebuah jenis makanan yang dibuat dari daging hewan ternak yang ditusuk dengan kayu atau bambu yang disajikan setelah dibakar atau panggang di atas bara. Mengkonsumsi sate biasanya menggunakan bumbu yang terbuat dari kacang atau kecap dan dimakan bersama dengan nasi, lontong bahkan ketupat, resep pembuatan bumbunya berbeda-beda setiap daerah.1 Proses pengolahan sate kambing ataupun sate lainnya secara umum mulai dari persiapan sampai dengan siap saji sangatlah sederhana dan mudah, bahan baku daging kambing dipotong kecil-kecil sesuai selera. Selanjutnya potonganpotongan daging tersebut ditusukan kedalam tusukan sate dan sate setengah jadi siap untuk dibakar. Sate ini dibakar di atas bara yang menggunakan arang dari batok kelapa atau arang kayu dengan suhu antara 60oC-80oC sampai dagingnya tampak kecoklatan. Dalam mengkonsumsinya sate tersebut menggunakan bumbu yang terbuat dari kacang ataupun kecap. Bumbu kacang terbuat dari kacang tanah yang melalui proses pengolahan dan dicampur dengan bumbu-bumbu dapur, sedangkan untuk bumbu kecap pengolahannya juga cukup mudah yaitu irisanirisan bawang merah, tomat dan cabe rawit dicampur merata dengan kecap yang berkualitas sehinggga mendapatkan rasa bumbu yang sesuai dengan selera. Sate sop kambing adalah salah satu jenis sate yang berbahan baku utama daging kambing selain penyajiannya dalam bentuk sate juga disajikan dalam bentuk sop kambing, yang membedakannya dengan usaha dagang sate lainnya yaitu cara penyajiannya karena bahan baku untuk sate sop kambing berupa daging kambing yang sudah dibersihkan dipasang di etalase tempat pemotongan daging kambing agar menarik bagi konsumen serta konsumen dapat mengetahui kondisi daging yang dikonsumsi masih dalam keadaan segar.
1
Http ://www.id-wikipedia.com/2009. (27 Juli 2009)
2.2 Usaha Informal Usaha infomal merupakan usaha yang dijalankan oleh satu orang atau banyak orang yang tidak terikat oleh suatu badan hukum atau usaha sekalipun. Usaha kecil menengah informal adalah adalah usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Berdasarkan kriteria Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi yang termasuk ke dalam kelompok informal adalah mereka yang bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, bekerja dengan buruh tidak tetap, bekerja dengan bantuan pekerja keluarga dan mereka yang bekerja sebagai pekerja keluarga. Menurut penelitian Hidayat (1978) terdapat sebelas ciri pokok sektor informal yaitu : 1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik. 2. Unit usaha tidak mempunyai ijin usaha. 3. Pola kegiatan usaha yang belum teratur dengan baik. 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah yang kurang berpihak pada usaha sektor informal. 5. Unit usaha mudah keluar masuk. 6. Teknologi yang digunakan masih sederhana. 7. Modal usaha yang relatif kecil. 8. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak perlu pendidikan formal karena pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sambil bekerja. 9. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan milik perorangan dan kalau mengerjakan buruh berasal dari keluarga. 10. Sumber dana modal usaha yang umumnya berasal dari tabungan sendiri atau lembaga keuangan yang tidak resmi. 11. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh kelas golongan masyarakat desa-kota
berpenghasilan
rendah
dan
kadang-kadang
juga
yang
berpenghasilan menengah.2 Sektor informal berfungsi sebagai penyedia barang dan jasa terutama bagi kelas golongan menengah. Pelaku sektor informal pada umumnya berasal dari daerah dengan pendidikan dan keterampilan rendah serta sumber-sumber terbatas karena kegiatan ekonominya tidak memerlukan sumber daya manusia dengan pendidikan formal dan keterampilan yang tinggi. 2
Http ://www.id-jurnal.blogspot.com/2009/07/artikel-usaha-kecil.html (02 Juli 2009).
2.3 Usaha Kecil dan Menengah Usaha kecil dapat digolongkan ke dalam usaha informal, menurut undangundang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil menyatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan atau hasil penjualan, dengan kriteria yaitu : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta rupiah, dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah. 3. Milik warga negara Indonesia. 4. Berdiri sendiri. 5. Berbentuk usaha orang perseorangan. Ciri-ciri usaha kecil yaitu sudah melakukan pembukuan manajemen keuangan yang masih sederhana, keuangan perusahaan sudah dipisahkan dengan keuangan keluarga, membuat neraca usaha dan umumnya sudah memiliki izin Usaha Menengah adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil. Berdasarkan undang-undang No. 20 Tahun 2008 usaha menengah adalah usaha dengan kriteria : 1.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak lima puluh milyar rupiah. Menurut BPS dan Depnaker usaha kecil dan menengah dikategorikan
berdasarkan jumlah tenaga kerjanya. Untuk usaha kecil jumlah tenaga kerjanya lima sampai sembilan belas tenaga kerja sedangkan usaha menengah jumlah tenaga kerjanya dua puluh sampai sembilan puluh sembilan tenaga kerja.
2.4 Tinjauan Studi yang Terdahulu Dian (2006), meneliti tentang analisis strategi pemasaran usaha warung tenda pecel lele di sepanjang jalan Pajajaran Bogor. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menganalisis pendapatan serta memformulasikan strategi
pemasaran, menentukan strategi pemasaran yang paling baik untuk usaha warung tenda pecel lele. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis penerimaan dan analisis SWOT berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa usaha ini menguntungkan dengan nilai ratio R/C rata-rata 1,31 atau 31 % sedangkan dari analisis SWOT untuk strategi ST yaitu mengembangkan fasilitas antar, strategi WO yaitu melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru, meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha, strategi ST yaitu mempertahankan hubungan kerja yang baik, dan strategi WT yaitu pembinaan terhadap kemampuan manajerial oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2008) yang berjudul strategi pengembangan usaha restoran mie ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V Kabupaten Tanggerang, metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah menggunkan matrik IFE, EFE dan matrik IE untuk digunakan Analisis SWOT. Berdasarkan matrik IE posisi perusahaan pada kuadran V yaitu posisi Jaga dan Pertahankan strategi yang sesuai diterapkan pada perusahaan yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk, sedangkan dari analisis SWOT diperoleh berapa alternatif strategi yaitu melakukan promosi melalui internet dan surat kabar, memperhatikan kualitas produk, melakukan ekspansi dengan memperluas wilayah jangkauan, melakukan diversifikasi, menggunakan kembali label kemasan produk, meningkatkan kualitas dan sumberdaya manusia, melakukan efisiensi dan efektifitas produksi. Elmi (2005) penelitian tentang analisis pendapatan dan nilai tambah industri kecil keripik dan sale hasil produk olahan pisang, kasus industri kecil keripik dan sale pisang di Desa Sawarna Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Alat analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis R/C dan analisis nilai tambah. Berdasarkan alat analisis yang digunakan tersebut maka hasilnya rata-rata penerimaan pengrajin keripik pisang di Desa Sawarna perbulan sebesar Rp. 20.670.000,- dengan kapasitas produksi sebesar 1.950 kg keripik. Rata-rata total pengeluaran pengrajin Rp.17.237.630,- sehingga pendapatan pengrajin keripik selama sebulan sebesar Rp.3.432.370,-. Rata-rata penerimaan pengrajin sale pisang selama sebulan sebesar Rp.4.561.440,- dengan kapasitas produksi sebesar 1.786,9 kg sale. Rata-rata pengeluaran total sebesar
Rp.3.922.249,5 perbulan, sehingga pendapatan yang diterima pengrajin atas total pengeluaran perbulan sebesar Rp.771.970,5. Pada kegiatan pengolahan keripik pisang, rasio R/C atas biaya tunai sebesar 1,22 dan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,3 dan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,2. Nilai R/C rasio dari kedua kegiatan pengolahan bernilai lebih besar dari satu maka dapat dikatakan bahwa kedua kegiatan pengolahan sudah efisien, menguntungkan, dan layak untuk dilaksanakan. Siahaan (2008), meneliti tentang analisis strategi pengembangan usaha Restoran Rice Bowl (studi kasus pada Restoran Rice Bowl Botani Square, Bogor). Tujuan penelitian yang dilakukan tersebut untuk mengkaji strategi usaha yang telah dilakukan oleh Restoran Rice Bowl Botani Square, menganalisis faktor eksternal dan internal Restoran Rice Bowl Botani Square serta mengkaji alternatif strategi yang paling tepat untuk mengembangkan usaha. Metode analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis SWOT analisis ini diperoleh dari matriks IFE, matriks EFE serta matriks IE. Sedangkan untuk proses pemilihan keputusan strategis menggunakan metode QSPM. Dari hasil penelitian didapat bahwa alternatif strategi Restoran Rice Bowl dalam mengembangkan usahanya dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Urutan prioritas strategi adalah menjaga kualitas produk makanan dan layanan konsumen, melakukan evaluasi dan kajian kemampuan restoran dalam menghadapi persaingan, mengoptimalkan kegiatan promosi melalui iklan, media, website, mensponsori event dan exhibition di Botani Square, menyediakan layanan pesan antar dan paket menu khusus, membuka outlet baru lain di Kota Bogor, mempertahankan strategi penetapan harga, dan menjaga hubungan baik dengan pemasok untuk menjaga kualitas bahan baku. Syukron (2009), meneliti tentang analisis keuntungan pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor, dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat analisis keuntungan yang merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Analisis keuntungan untuk usaha martabak ini dianalisis peneliti pada saat terjadinya kenaikan dan sebelum terjadinya kenaikan tepung terigu sebagai bahan bahan baku martabak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat nilai R/C ratio sebesar 1,56 sebelum terjadinya
kenaikan harga tepung terigu dan terjadinya penurunan R/C ratio yang didapat nilai sebesar 1,34 yaitu pada saat terjadi kenaikan harga tepung terigu. Analisis tersebut menunjukan bahwa secara keseluruhan usaha martabak tersebut menguntungkan secara ekonomi karena memilih nilai R/C ratio lebih besar dari pada satu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada fokus komoditas, strategi serta lokasi penelitiannya. Penelitian terdahulu tentang manajemen strategi yang lebih banyak pada strategi pemasaran dengan produk agribisnis non peternakan sedangkan pada penelitian ini difokuskan pada strategi pengembangan usahanya dengan komoditi produk olahan peternakan, selain itu penelitian ini juga belum pernah dilakukan pada lokasi yang menjadi objek penelitian. Persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada alat analisis yang digunakan, penelitian ini menggunakan alat analisis untuk menjawab tujuan dari penelitian, penelitian menggunakan alat analisis pendapatan untuk mengetahui pendapatan dari pelaku usaha, dan analisis SWOT untuk mendapatkan formulasi strategi pengembangan usaha.
Tabel 4. Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama
Judul
Dian Anggraini (2006)
Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor
Liska Fransiska (2008)
Strategi Pengembangan Usaha Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V Kabupaten Tanggerang
Siahaan (2008)
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Rice Bowl (Studi Kasus pada Restoran Rice Bowl Botani Square, Bogor)
Elmi (2005)
Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Kecil Keripik dan Sale Hasil Produk Olahan Pisang, Kasus Industri Kecil Keripik dan Sale Pisang di desa Sawarna Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Analisis keuntungan pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor
Syukron (2009)
Metode
Hasil
Analisis Penerimaan dan Matrik IFE, EFE Analisis SWOT
• Penelitian menunjukan bahwa R/C Ratio atas biaya total sebesar 1,31 yang artinya setiap rupiah biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan Rp. 1,31 rupiah. • Berdasarakan matrik IFE dan EFE posisi usaha berada pada sel V dan strategi yang sesuai adalah pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan poduk. • Berdasarkan matrik SWOT diperoleh strategi yaitu meningkatkan kualitas produk, fasilitas pesan antar, promosi yang lebih baik lagi, hubungan yang baik dengan pemasok. Matrik IFE, • Berdasarakan matrik IFE dan EFE posisi usaha Matrik EFE, berada pada sel V dan strategi yang sesuai adalah Matrik SWOT pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan poduk. • Berdasarkan matrik SWOT diperoleh strategi yaitu promosi melalui internet dan surat kabar, memperhatikan kualitas produk, melakukan ekspansi dengan memperluas wilayah jangkauan, melakukan diversifikasi, menggunakan kembali label kemasan produk, meningkatkan kualitas dan sumberdaya manusia, melakukan efisiensi dan efektifitas produksi. Matrik IFE, • Berdasarakan matrik IFE dan EFE posisi usaha Matrik EFE, berada pada sel V dan strategi yang sesuai adalah Matrik SWOT pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat dan QSPM diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan poduk. • Berdasarkan matrik QSPM diperoleh strategi yang menjadi prioritas utama yaitu menjaga kualitas produk makanan dan layanan konsumen. Analisis Penerimaan, analisis R/C dan analisis nilai tambah
• Penelitian menunjukan bahwa R/C Ratio atas biaya total sebesar 1,3 yang artinya setiap rupiah biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan Rp. 1,3 rupiah. • Penelitian menunjukan bahwa R/C Ratio atas biaya tunai sebesar 1,22 yang artinya setiap rupiah biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan Rp. 1,22 rupiah.
Analisis Penerimaan, analisis R/C
• Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat nilai R/C ratio sebesar 1,56 sebelum terjadinya kenaikan harga tepung terigu dan terjadinya penurunan R/C ratio yang didapat nilai sebesar 1,34 yaitu pada saat terjadi kenaikan harga tepung terigu, bedasarkan analisis menunjukan bahwa secara keseluruhan usaha martabak tersebut menguntungkan secara ekonomi karena memili nilai R/C ratio lebih besar dari pada satu.