PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
NAMA : NI LUH PUTU KEMALA DEWI N. 011114039 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
NAMA : NI LUH PUTU KEMALA DEWI N. 011114039 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Doa Yabes (1 Tawarikh 4:9)
”Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku dan melindungiku daripada malapetaka sehingga kesakitan tidak menimpa aku”.
Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Kedua orangtuaku yang telah memberikan doa, materi, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Someone, atas segala pengorbanan, semangat dan motivasi, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah diberikan. 3. Sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya sehingga aku dapat menyelesaikan skripsiku ini.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama Nomor Mahasiswa
: NI LUH PUTU KEMALA DEWI N. : 011114039
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 April 2008 Yang menyatakan
ABSTRAK PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
Ni Luh Putu Kemala Dewi N. Bimbingan dan Konseling 2008
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Masalah penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa- siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun Ajaran 2007/2008?. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 42 orang. Angket penelitian ini merupakan modifikiasi kuesioner penyesuaian diri yang disusun oleh Agnes Dwi Eryani (2006). Modifikasi kuesioner yang dilakukan peneliti yaitu penambahan empat item pertanyaan pada bagian aspek lingkungan sekolah secara umum. Angket ini terdiri atas lima aspek yaitu peraturan akademik, peraturan administratif, peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan kegiatan sekolah, dan peraturan lingkungan sekolah secara umum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa putra dengan penyesuaian diri baik berjumlah 11 orang (26,19%) dan penyesuaian diri kurang baik berjumlah 13 orang (30,95%). Sedangkan siswi putri penyesuaian diri baik berjumlah 13 orang (30,95%) dan penyesuaian diri kurang baik berjumlah 5 orang (11,90%). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah siswa dan siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 (X 2 empiris = 2,8326, taraf signifikan 5 % dengan db = 1).
vi
ABSTRACT THE DISTINCTION OF THE SELF-ADJUSMENT ON SCHOOL’S REGULATION AMONG THE SEVENTH GRADE STUDENTS OF BOPKRI II JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2007/2008 Ni Luh Putu Kema la Dewi N. Guidance and Counseling 2008 This research used descriptive research type that aimed to get the description of the distinction level of self-adjustment on school’s regulation among the seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008. The problem in this study was whether is a distinction level of self-adjusment on school’s regulation among the seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008?. The subjects of this research were 42 students of the seventh grade of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008. The questio n of this study was the modification of self-adjustment questionnaire which was assembled by Agnes Dwi Eryani (2006). The modification of questionnaire which was undertaken by the researcher was the addition of four items of questi on the part of environmental aspect of school in general. This questionnaire consisted of five aspects academic regulation, administrative regulation, maintenance and student’s self- treatment regulation, school activity regulation and school environment regulation in general. The result of this research that the male students with the good self-adjustment were 11 persons (26,19 %) and the not-good-enough self-adjustment were 13 persons (30,95%). While the female students with the good self-adjustment were 13 persons (30,95%) and the not- good-enough self-adjustment were 5 persons (11,90%). The result of showed that there was no distinction of self-adjustment on school’s regulation among the seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008 (empirical of X² = 2,8326, significant level of 5 % with db = 1)
vii
KATA PENGANTAR
Penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kebaikan, bimbingan dan penyertaan-Nya selama penulisan skripsi ini. Didalam penyertaan dan bimbingan-Nya, penulis mendapatkan kekuatan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan selaku sebagai dosen tamu.
2.
Drs. Puji Purnomo,M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.
Drs. J. Sumedi, sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan banyak masukkan- masukkan yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bekal dan bantuan pada penulis dalam menjalani tugas studi.
5.
Kepala Sekolah dan keluarga besar SMP Kanisius Sumber Muntilan yang telah membantu penulis untuk memberikan ijin mengadakan uji coba.
6.
Kepala Sekolah dan keluarga besar SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, yang telah membantu penulis untuk memberikan ijin mengadakan penelitian.
viii
7.
Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan doa, semangat dan materi.
8.
Lek Nano dan Lek Nani yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan selama uji coba penelitian berlangsung.
9.
Someone, yang selalu memberikan semangat, dukungan doa, kesabaran.
10.
Sahabat penulis Rani, Pri, Arny, Indira, Bety, Lia, Mas Bayu, Astri, Barnas, Bertus, Nur, dan semua teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat kepada penulis, terima kasih atas segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.
Kepada berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan sumbangan saran kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Tetapi penulis
berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia bimbingan di sekolah dan bagi para pembaca.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................................
v
ABSTRAK.......................................................................................................
vi
ABSTRACT....................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR................................................................................... .
viii
DAFTAR ISI...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xiii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................
1
Latar Belakang Masalah....................................................................
2
B. Perumusan Masalah............................................................................
3
C. Tujuan Masalah..................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian..............................................................................
3
E. Batasan Istilah.....................................................................................
4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA.........................................................................
5
A. Penyesuaian Diri.................................................................................
5
1. Pengertian Penyesuaian Diri...................................................
5
2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri.......................................................
5
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi proses Penyesauian Diri............
10
C. Kriteria Penyesuaian Diri Yang Baik.................................................
12
D. Penyesuaian Diri di Sekolah...............................................................
13
E. Penyesuaian Diri Siswa Laki- laki dan Perempuan.............................
15
1. Penyesuaian Diri Pada Anak Laki- laki...................................
15
2. Penyesuaian Diri Pada Anak Perempuan...............................
16
F. Tata Tertib Sekolah............................................................................ .
17
1. Pengertian Tata Tertib Sekolah...............................................
17
2. Tata Tertib bagi Siswa.............................................................
17
x
A.
3. Bidang-bidang Tata tertib......................................................
18
4. Penyesuaian Diri terhadap Tata Tertib..................................
20
5. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Laki- laki dan Siswi Perempuan Terhadap Tata Tertib Sekolah..................
22
G. Hipotesis............................................................................................
24
BAB III. METODE PENELITIAN.........................................................
25
A. Jenis Penelitian..................................................................................
25
B. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................
25
C. Alat Pengumpul Data........................................................................
26
D. Alat Pengumpulan Data....................................................................
28
E. Teknis Analisis Data.........................................................................
29
1. Reliabilitas............................................................................
29
2. Validitas................................................................................
31
F. Uji Hipotesis.....................................................................................
34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................
35
A. Hasil Penelitian..................................................................................
36
1. Penyesuaian Diri Siswa Keseluruhan dan Jenis Kelamin.....
35
2. Bidang Penyesauian Diri dan Jenis Kelamin........................
35
3. Chi Kuadrat...........................................................................
40
B. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................
41
BAB V. PENUTUP......................................................................................
44
A. Kesimpulan.......................................................................................
44
B. Saran.................................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
46
LAMPIRAN.................................................................................................
48
xi
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Rincian aspek dan nomer- nomer item untuk uji coba penelitian..........
26
2. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu tes..........
31
3. Rincian aspek dan nomer- nomer item untuk penelitian.......................
32
4. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin.........................
36
5. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin per aspek........
38
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Angket penyesuaian diri siswa SMP terhadap tata tertib sekolah............
49
2. Hasil perhitungan reliabilitas dan validitas angket penyesuaian diri.......
54
3. Hasil perhitungan chi-kuadrat secara keseluruhan...................................
57
4. Data mentah uji coba angket penyesuaian diri siswa...............................
58
5. Data hasil pengolahan kedalam bentuk diskrit uji coba angket penyesuaian diri siswa...................................................
60
6. Data mentah per aspek angket penyesuaian diri siswa...........................
62
7. Tabel data uji coba validitas angket angket penyesuaian diri siswa.......
64
8. Data mentah penelitian angket penyesuaian diri siswa...........................
67
9. Data mentah penelitian per aspek angket penyesuaian diri siswa..........
69
10. Data hasil pengolahan penelitian kedalam bentuk diskrit Angket penyesuaian diri siswa.................................................................
74
11. Surat ijin permohonan penelitian.............................................................
76
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan antara masa kanak-kanak kemasa dewasa. Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kirakira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Djiwandono, 2002: 93-94). Mahmud (1990: 42) mengatakan bahwa masa remaja, disebut juga masa adolesensi berlangsung kira-kira antara umur dua belas tahun sampai dengan delapan belas tahun, usia sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas. Remaja awal mengalami masa transisi dari setelah tamat sekolah dasar ke sekolah menengah pertama. Ketika siswa melakukan transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, mereka mengalami top-dog phenomenon, keadaan bergerak dari posisi teratas (di sekolah dasar, mereka adalah murid- murid yang paling tua, paling besar, dan paling berkuasa di sekolah) ke posisi terendah (di sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, menjadi murid- murid yang paling muda, paling
1
2 kecil, dan paling lemah di sekolah) (Santrock, 2002:16). Pada saat itu remaja harus menyesuaiakan diri lagi di sekolahnya yang baru, guru, teman sebaya. Disini peneliti ingin meneliti penyesuaian diri terhadap tata tertib di sekolah. Tata tertib memuat beberapa aturan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Seperti siswa harus meminta ijin terlebih dahulu kepada guru yang sedang mengajar apabila siswa hendak mau keluar dari kelas, siswa dilarang buang sampah sembarangan, siswa harus memakai kaos kaki putih dan sepatu hitam, dan lain- lain. Apabila siswa tidak dapat mematuhi tata tertib di sekolah maka siswa akan mendapatkan sanksi dari sekolah, mulai dari sangsi ringan hingga berat. Siswa yang dapat menyesuaikan diri di sekolah maka akan diterima oleh teman-temannya di lingkungan sekolah. Sedangkan siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri maka akan cenderung bersifat pasif terhadap perubahan yang terjadi sehingga akan menghambat perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya. Bagi siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan maka akan mengalami hambatan sehingga membutuhk an bimbingan dari konselor sekolah. Siswa ada yang penyesuian dirinya cepat dan lambat. Bagi siswa yang penyesuaian dirinya cepat maka tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangan dalam hal belajar maupun perkembangan kepribadiannya. Sedangkan bagi siswa yang lambat penyesuian dirinya akan merasa canggung dan akan mengalami hambatan dalam perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya. Salah satu faktor penyebab siswa kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah faktor peran gender. Menurut Atkinson (1996:126) mengatakan bahwa di masyarakat anak laki- laki selalu identik dengan berperan aktif,
3 berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Sedangkan anak perempuan identik dengan lebih pasif, menghindari situasi berbahaya, gampang menyerah, feminism, dan lain- lain. Dari permasalahan tersebut sehingga peneliti ingin mengetahui penyesuain diri siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap tata tertib sekolah.
B. Perumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun Ajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru pembimbing SMP dan pengelola studi Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan pelayanan bimbingan, khususnya mengenai penyesuaian diri di sekolah.
4 E. Batasan Istilah Ada istilah- istilah yang perlu dipertegas : 1) Penyesuaian diri siswa adalah kemampuan untuk dapat berperilaku dan bersikap yang sesuai dengan tuntutan yang berlaku di sekolah pada lima aspek peraturan, yang berhubungan dengan pengalaman siswa dalam mengikuti kegiatan di sekolah, yaitu: a) Peraturan akademik adalah yang menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, seperti kegiatan belajar- mengajar, waktu belajar, dan pelaksanaan ujian; b) Peraturan administratif adalah yang menyangkut peraturan perijinan masuk dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran SPP, dan peraturan mengenai sangsi-sangsi; c) Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa adalah menyangkut pemeliharaan dan merawat tubuh dan kerapian dalam berpakian selama di lingkungan sekolah; d) Peraturan kegiatan sekolah adalah yang menyangkut peraturan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah seperti ekstrakulikuler, upacara bendera, peringatan hari raya besar nasional dan keagamaan; e) Peraturan lingkungan sekolah secara umum adalah yang berhubungan siswa dengan perangkat sekolah dan sesama siswa dalam menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah. 2) Jenis kelamin adalah laki- laki dan perempuan. 3) Tata tertib atau peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari- hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Sebagai mahluk sosial, remaja dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Menurut ahli psikologi istilah adjustment adalah penyesuaian pada berbagai macam kondisi atau hubungan-hubungan inter-personal dalam lingkungan sosial masyarakat. Dalam penyesuaian sosial manusia melakukan
reaksi
terhadap
tuntutan-tuntutan
dan
tekanan-tekanan
lingkungan sosial yang mengenai dirinya. Tuntutan-tuntutan ini dapat dari luar dan dari dalam diri manusia, kepada siapa manusia atau individu harus beraksi. Penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan dan kondisikondisi luar, itulah tuntutan-tuntutan dari luar. Sedangkan tuntutantuntutan dari dalam misalnya menghadapi lapar, haus, dan lain- lain. Jika mereka tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dari dalam tersebut,maka ia merasa tidak enak dan tidak nyaman (Fudyartanta, 2002:296). Penyesuaian diri menurut Hurlock (1997) adalah perilaku yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan kelompok. Hal ini mencerminkan kemauan individu untuk menyesuaikan perilaku, sikap, dan nilainya sesuai dengan tuntutan kelompok. Melalui teman sebaya remaja belajar berpikir
5
6 secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima pandangan dan nilai- nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka dan mempelajari pola perilaku yang diterima kelompok. Menurut Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa kemampuan penyesuian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah meninjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan akan sangat menentukan. Pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif dan negatif. Pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya pada masa remaja sebagian berasal dari keinginan remaja untuk dapat diterima oleh kelompok dan sebagian lagi dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu lebih banyak dengan teman sebaya. Penerimaan dari teman-teman sebaya atau kelompoknya membuat remaja merasa nyaman. Remaja juga mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya seperti geng atau kelompok besar. Nilai ini didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota kelompok. Remaja, segara mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain. Penerimaan bergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yaitu sindroma penerimaan yang disenangi remaja dan dapat menambah gengsi dari kelompok besar yang diidentifikasinya. Demikian pula, tidak ada satu sifat atau pola perilaku yang menjauhkan remaja dari teman-teman sebayanya. Namun ada
7 pengelompokan sifat-sindroma aliensi- yang membuat orang lain tidak menyukai dan menolaknya (Hurlock, 1994:216). Setiap remaja ingin menjadi populer. Ada dua macam tipe anak-anak yang populer dimata teman-teman sebayanya: anak-anak yang diabaikan dan anak-anak yang ditolak (Santrock, 2002:347). Anak-anak yang diabaikan (neglected children) menerima sedikit perhatian dari temanteman sebaya mereka, tetapi tidak berarti mereka tidak disukai oleh temanteman sebaya mereka. Anak-anak yang ditolak (rejected children) adalah anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. Mereka cenderung lebih bersifat mengganggu dan agresif dibandingkan anak-anak yang diabaikan. Anak-anak yang ditolak seringkali mengalami masalah penyesuian diri yang lebih serius dikemudian hari dalam hidupnya dibandingkan anak-anak yang diabaikan. Dari beberapa pendapat ahli tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa penyesuaian diri sangat penting bagi remaja karena disana akan menentukan apakah dia diterima oleh teman-teman sebayanya atau tidak. Remaja yang sulit menyesuaikan dirinya didalam kelompoknya atau teman sebayanya maka akan bersifat pasif terhadap perubahan yang terjadi sehingga akan menghambat perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya. Sedangkan bagi remaja yang cepat menyesuaikan diri tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadiannya.
8 2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri Ali (2005: 176) mengatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri baik jika mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok antar individu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya. Bahkan dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah gambaran karakteristik yang paling menonjol untuk melihat atau menentukan bahwa suatu penyesuaian diri itu dikatakan baik. Sedangkan menurut Warga (1983:24) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang penyesuaian diri baik adalah a.) Memperlakukan orang lain sebagai individu. b.) Bekerja dengan kemampuan penuh. c.) Produktif dalam masyarakat. d.) Mampu menikmati banyak hal. e.) Mampu memecahkan masalah internal dan eksternal. f.) Mengenal, menerima dan memahami orang lain. Selain itu Hurlock (1999) menyebutkan ciri-ciri orang yang berpenyesuaian baik adalah a.) Mampu dan bersedia menerima tanggung jawab yang sesuai dengan usia. b.) Berpartisipasi dengan gembira dalam kegiatan yang sesuai untuk tiap tingkat usia.
9 c.) Bersedia menerima tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mereka yang hidup. d.) Segera menangani masalah yang menuntut penyelesaian. e.) Senang memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan yang mengancam kebahagiaan. f.) Mengambil keputusan dengan senang, tanpa konflik dan tanpa banyak meminta nasehat. g.) Tetap pada pilihannya sampai diyakinkan bahwa pilihan itu salah. h.) Lebih banyak memperoleh kepuasan dari prestasi yang nyata ketimbang dari prestasi yang imajiner. i.) Dapat menggunakan pikiran sebagai ala t untuk merencanakan cetak biru tindakan, bukan sebagai akal untuk menunda atau menghindari suatu tindakan. j.) Belajar
dari
kegagalan
dan
tidak
mencari-cari
alasan
untuk
menjelaskan kegagalan. k.) Tidak membesar-besarkan keberhasilan atau menerapkannya pada bidang yang tidak berkaitan. l.) Mengetahui bagaimana bekerja bila saatnya bekerja dan bermain bila saatnya bermain. m.) Dapat mengatakan “Tidak” dalam situasi yang membahayakan kepentingan sendiri. n.) Dapat
mengatakan
“Ya”
dalam
situasi
yang
pada
akhirnya
menguntungkan. o.) Dapat menunjukkan amarah secara langsung bila tersinggung atau bila hak-haknya dilangar.
10 p.) Dapat menunjukkan kasih sayang secara langsung dengan cara dan takaran yang sesuai. q.) Dapat menahan sakit dan frustasi emosional bila perlu. r.) Dapat berkompromi bila menghadapi kesulitan. s.) Dapat memusatkan energi pada tujuan yang penting. t.) Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak kunjung berakhir. Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa yang dapat menyesuaikan diri adalah siswa yang dapat menempatkan dirinya pada lingkungan sekitarnya seperti pergaulan dengan teman sebayanya, bagaimana siswa dapat berinteraksi dengan keadaan sekitarnya, dan lain- lain.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri Scneiders (Ali, 2005:181) mengatakan bahwa setidaknya ada lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja yaitu 1. Kondisi fisik Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat daripada yang tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesauian diri. Sebaliknya kondisi fisik yang tidak sehat dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kurang percaya diri, atau bahkan menyalahkan diri sehingga akan berpengaruh kurang baik bagi proses penyesuian diri.
11 2. Kepribadian Penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan karakteristik sejenis lainnya. Oleh sebab itu, semakin kaku dan tidak adanya kemauan serta kemampuan
untuk
merespon
lingkungan,
semakin
besar
kemungkinannya untuk mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Kemauan dan kemampuan untuk berubah ini akan berkembang melalui proses belajar. 3. Proses belajar Kemauan belajar merupakan unsur penting dalam penyelesaian diri individu karena pada umumya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi penyelesaian diri diperoleh dan menyerap kedalam diri individu melalui proses belajar. 4. Lingkungan Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Di lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri individu. Unsurunsur didalam keluarga seperti interaksi orangtua dengan anak, interaksi antaranggota keluarga, peran sosial didalam keluarga, dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu anggotanya. Sedangkan di lingkungan sekolah juga dapat menjadi
kondisi
yang
memungkinkan
berkembangnya
terhambatnya proses perkembangan penyesuaian diri.
atau
12 Pada umumnya, sekolah dipandang sebagai media yang sangat berguna
untuk
mempengaruhi
kehidupan
dan
perkembangan
intelektual, sosial, nilai- nilai, sikap, dan moral siswa. Dan di lingkungan masyarakat juga dapat menjadi berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri. Konsistensi nilai- nilai, sikap, aturanaturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses perkembangan penyesuaian diri. 5. Agama serta budaya Agama
berkaitan
erat
dengan
faktor
budaya.
Agama
memberikan sumbangan nilai- nilai, keyakinan, praktek-praktek yang memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu.
C. Kriteria Penyesuaian Diri Yang Baik: Heuken (1992:49) mengatakan bahwa mengajak kita untuk menyadari beberapa petunjuk penyesuaian diri sebagai berikut: 1. Seseorang memenuhi kebutuhan penyesuaian diri yang baik dengan mempelajari perbuatannya sendiri. 2. Rintangan dalam mencapai kebutuhan penyesuaian diri adalah sesuatu hal yang wajar. 3. Orang akan merasa gelisah dan tegang jika mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan penyesuain diri.
13 4. Rintangan dalam penyesuaian diri yang muncul perlu dihadapi dengan tenang agar tidak timbul kesulitan lebih besar pada rintangan yang baru. 5. Setiap cara memecahkan masalah penyesuaian diri entah benar dan entah tidak yang cenderung diulang akan menjadi suatu kebiasaan.
D. Penyesuaian Diri di Sekolah Setiap awal tahun ajaran baru, siswa baru dihadapkan pada MOS (Masa Orientasi Siswa). Dimana siswa diperkenalkan pada lingkungan baru sekolahnya. Siswa diberi kesempatan untuk beradaptasi pada lingkungan barunya meliputi kadaan lingkungan sekolah, tata tertib sekolah, dan pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah serta relasi dengan guru dan teman sebaya. Prayitno (2004) mengatakan bahwa penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah berarti meliputi siswa di lingkungan sekolah seperti sikap terhadap sekolah, tata tertib, fasilitas sekolah, interaksi dengan teman sebaya. Kegiatan akademik meliputi belajar perorangan, belajar kelompok. Pelaksanaan belajar di kelas meliputi terhadap guru, terhadap mata pelajaran dan persiapan ulangan. Penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah yaitu mengenal seluk beluk gedung sekolah, menggunakan fasilitas sekolah untuk mendukung semua kegaitan belajar siswa serta memelihara keindahan, keamanan, dan ketenangan lingkungan sekolah sehingga siswa dapat belajar dengan baik. Penyesuaian diri siswa dengan tata tertib sekolah berarti siswa mampu memahami dan berusaha untuk mentaati peraturan-peraturan sekolah yang
14 berlaku. Seperti mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok, pembayaran iuran sekolah tepat pada waktunya, siswa harus memakai atribut sekolah sesuai dengan peraturan sekolah. Siswa menggunakan fasilitas sekolah seperti siswa menggunakan ruang laboratorium sekolah, menggunakan lapangan basket, menggunakan lapangan sepakbola, dan lain- lain untuk kegiatan siswa dan bagaimana siswa menjaga kebersihan fasilitas sekolah. Di sekolah, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya dan guru. Penyesuaian diri siswa terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah yaitu siswa perlu menyesuaikan dan mengikuti kegaitan pendidikan di sekolah, baik kegiatan kurikuler maupun kegaitan ekstrakulikuler. Kegiatan kurikuler mencakup penguasaan mata pelajaran yang menuntut pemahaman dan pengetahuan siswa. Kegiatan ekstrakulikuler mencakup keterampilanketerampilan dan pelatihan diluar jam belajar formal seperti kegiatan pramuka olah raga, dan kesenian. Nasution (1983:79) mengatakan bahwa pada kegiatan akademik, meliputi bagaimana siswa mengikuti pelajaran di dalam kelas, mendengarkan guru saat mengajar, mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan penuh tanggung jawabnya, berlaku jujur dalam ulangan, membaca ulang pelajaran di sekolah ketika telah usai pulang dari sekolah, siswa tidak diperbolehkan bercakap-cakap dalam kelas atau berjalan mondar- mandir karena mengganggu jalan pelajaran, dan lain- lain. Penyesuaian diri terhadap guru adalah siswa berusaha menerima serta memahami cara guru mengajar, cara guru memperlakukan siswa selama di kelas ataupun dalam lingkungan sekolah dan cara guru mengatasi persoalan yang berkaitan dengan interaksi guru dan siswa, sehingga siswa akan mampu
15 dan memahami apa yang diberikan oleh guru. Penyesuaian diri dengan teman sebaya berarti siswa mampu bergaul dengan teman di sekolah dengan tidak memandang asal, suku, agama, budaya, tingkat sosial dan mampu mengembangkan sikap tenggang rasa, setia kawan, dan bisa memahami orang lain.
E. Karakteristik Siswa Laki-laki dan Perempuan 1. Karakteristik Anak Laki-laki Pada umumnya jenis kelamin laki- laki berbeda dengan jenis kelamin perempuan. Perbedaan ini dapat kita lihat dari fisik, harapan- harapan orangtua, serta kebiasaan-kebiasaan yang harus menunjukkan bahwa dia adalah seorang pria. Hurlock (1999:159) mengatakan bahwa pria mempunyai tubuh yang lebih besar, otot yang lebih kua t, dan kekuatan otot yang lebih besar. Sehingga pria mampu melakukan hal- hal yang menuntut tenaga yang lebih besar. Harapan- harapan orangtua kepada anak laki- laki adalah supaya anaknya kelak menjadi figur ayah yang mampu mengayomi seluruh keluarganya dan menjadi seorang manusia yang berkualitas (Winarti, 2005:24).
Sedangkan
Atkinson
(1996:129)
berpendapat
bahwa
dimasyarakat anak laki- laki selalu identik dengan berperan aktif, berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Dalam Winarti (2005:24) menyatakan lagi bahwa kebiasaankebiasaan yang ditanamkan orangtua kepada anak laki- lakinya sejak kecil adalah bahwa anak laki- laki harus tegar, tidak boleh cenggeng, tidak boleh
16 cepat menyerah dalam mengerjakan sesuatu, dalam bekerja lebih menggunakan otak daripada perasaan, tegas dalam mengambil setiap keputusan serta menjadi pribadi yang mandiri. Ini berarti pria lebih mampu mengendalikan emosi dari wanita. Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anak lakilaki dituntut untuk bersikap tegar, maskulin, bertanggung jawab, pemberani. Sehingga anak laki- laki akan cenderung dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan lingkungan daripada anak perempuan.
2. Karakteristik Anak Perempuan Peran anak perempuan terhadap anak laki- laki sangat berbeda didalam kehidupan sehari- hari. Perbedaan tersebut meliputi bidang penampilan, fisik, emosional, dan tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan. Hurlock (1999:158) menyatakan bahwa pakaian yang melambangkan keterbatasan seperti ketidak mampuan untuk berjalan jauh karena tumit yang tinggi atau melakukan pekerjaan yang mudah robek dianggap sesuai bagi wanita. Di masyarakat pada umumnya anak perempuan mempunyai tubuh yang lebih kecil, otot yang lebih kecil, kurang bertenaga. Anak perempuan menggunakan perasaan sehingga anak perempuan lebih sensitif daripada anak laki- laki. Tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan seperti anak perempuan tidak boleh agresif, feminim, menghindari sesuatu yang berbahaya. Dari kenyataan yang telah diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila anak perempuan sudah menginjak masa remaja
17 dikemudian hari dan anak tersebut dituntut untuk cepat menyesuaikan diri dilingkungan sekolahnya. Maka anak tersebut akan mengalami hambatan. Karena peran anak perempuan yang menuntut mereka untuk lebih feminim, pasif, dan mempunyai kedudukan dibawah pria.
F. Tata Tertib Sekolah 1. Pengertian Tata Tertib Sekolah Setiap sekolah mempunyai tata tertib yang beda-beda satu dengan lainnya. Subroto (1984:65) mengatakan bahwa tata tertib atau peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari- hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarannya. Sangsi yang diberikan mulai dari sangsi ringan hingga berat. Sangsi tersebut diberikan apabila siswa telah melanggar tata tertib yang sudah berlaku di sekolahnya.
2. Tata Tertib Bagi Siswa Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 1 Mei 1974, No.14/U/1974 (dalam Subroto, 1984:65), tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut : a.) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan Intra Sekolah: 1.) Murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai. 2.) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran dimulai. 3.) Murid tidak dibenarkan tinggal didalam kelas pada saat jam istirahat kecuali jika keadaan tidak mengijinkan misalnya hujan. 4.) Murid boleh pulang jika pelajaran telah selesai.
18 5.) Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah. 6.) Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah. 7.) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakulikuler seperti : kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan lain- lain. b.) Larangan- larangan yang harus diperhatikan : 1.) Meninggalkan sekolah/ jam pelajaran tanpa ijin kepala sekolah/ guru yang bersangkutan. 2.) Merokok di sekolah. 3.) Berpakaian tidak senonoh/ bersolek yang berlebihan. 4.) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran. c.) Sangsi bagi murid dapat berupa: 1.) Peringatan lisan secara langsung. 2.) Peringatan tertulis dengan tembusan pada orangtua. 3.) Diberhentikan sementara. 4.) Dikeluarkan dari sekolah
3. Bidang-bidang Tata Tertib Peraturan-peraturan yang terdapat pada lingkungan sekolah dibagi menjadi 2 bagian yaitu peraturan akademik dan peraturan non-akademik (Bernadus, 2001). Yaitu: a. Peraturan Akademik Adalah yang menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seperti kegiatan belajar- mengajar, waktu belajar, dan pelaksanaan ujian.
19 b. Peraturan Non-Akademik Menurut
Ali
memberikan
(2005:
170)
kesempatan
mengatakan
melaksanakan
bahwa
sekolah
perlu
kegiatan-kegiatan
non-
akademik melalui berbagai perkumpulan, misalnya perkumpulan penggemar olahraga sejenis, kesenian, dan lain- lain Dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1.) Peraturan administratif. Adalah yang menyangkut peraturan perijinan masuk dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran SPP, dan peraturan mengenai sangsi-sangsi bagi siswa. 2.) Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa. Adalah yang menyangkut tentang perihal pemeliharaan dan merawat tubuh dan perihal tentang kerapian dalam berpakaian selama di lingkungan sekolah seperti aturan tidak boleh berambut panjang dan memakai anting-anting untuk siswa putra, dan lainlain. 3.) Peraturan kegiatan sekolah. Adalah yang menyangkut peraturan yang berhubungan dengan kegiatan
sekolah
seperti
ekstrakulikuler,
upacara
bendera,
peringatan hari raya besar nasional/keagamaan. 4.) Peraturan lingkungan sekolah secara umum. Adalah yang berhuungan siswa dengan perangkat sekolah dan dengan sesame siswa dalam menjaga kebersihan dan kerapian lingkngan sekolah.
20 4. Penyesuaian Diri Terhadap Tata Tertib Ketika siswa kelas 1 baru memasuki sekolah menengah pertama. Siswa harus menyesuaikan diri terhadap sekolahnya yang baru. Penyesuaian diri siswa salah satunya adalah penyesuaian diri terhadap tata tertib atau peraturan sekolah. Karena ketika siswa melakukan transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, mereka mengalami top-dog phenomenon, keadaan bergerak dari posisi teratas (di sekolah dasar, mereka adalah murid- murid yang paling tua, paling besar, dan paling berkuasa di sekolah) ke posisi terendah (di sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, menjadi murid-murid yang paling muda, paling kecil, dan paling lemah di sekolah) (Santrock, 2002:16). Sekolah terikat dengan beberapa peranan dan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Tetapi biasanya peranan yang diharapkan guru, murid, dan staf administrasi sekolah tertulis dalam peraturan sekolah. Sedangkan dalam keluarga tidak ada peraturan yang tertulis, namun harapan orangtua terhadapnya adalah supaya anaknya sukses (Bahar, 1989). Prayitno (2004:16) mengatakan bahwa penyesuian diri terhadap tata tertib sekolah artinya siswa mampu memahami dan berusaha untuk mentaati peraturan-peraturan sekolah yang berlaku. Peraturan-peraturan tersebut seperti mengikuti jadwal pelajaran sekolah, aturan ijin masuk dan keluar selama pelajaran sekolah, membuat surat ijin tidak masuk sekolah, ketentuan seragam sekolah, dan pembayaran.. Dari beberapa pendapat ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa masa transisi setelah tamat dari sekolah dasar ke sekolah menengah
21 pertama memerlukan penyesuaian diri di sekolahnya yang baru. Diamna penyesuian tersebut meliputi penyesuaian diri terhadap tata tertib atau peraturan sekolah. Tata tertib atau peraturan sekolah dari sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya berbeda-beda. Apabila siswa tidak mematuhi tata tertib tersebut, maka siswa akan dikenai sangsi yang berlaku di sekolah tersebut. Untuk itu siswa harus menyesuaikan dirinya di sekolahnya yang baru.
5. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Laki-laki dan Siswi Perempuan Terhadap Tata Tertib Sekolah Setiap sekolah memiliki tata tertib sekolah dimana semua siswa wajib mematuhinya. Tata tertib sekolah mengandung tugas dan kewajiban, larangan- larangan, dan sangsi bagi siswa yang melanggar tata tertib tersebut. Siswa kelas satu membutuhkan penyesuaian diri di lingkungan sekolahnya yang baru. Penyesuaian diri tersebut meliputi tata tertib, pergaulan dengan teman sebaya, lingkungan sekolah seperti gedung sekolah, ruangan kelas, dan guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut. Atkinson (1996:129) mengatakan bahwa dimasyarakat anak laki- laki selalu diidentikkan dengan peran aktif, berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Harapanharapan orangtua terhadap anak laki- laki adalah supaya kelak anaknya menjadi figure ayah dan dapat mengayomi seluruh keluarganya. Hurlock (1992:230) mengatakan bahwa penguasaan tugas perkembangan yang berkaitan dengan belajar bergaul dengan lawan jenis lebih dikarenakan
22 peran seks. Belajar melakukan peran seks yang diakui lebih mudah bagi laki- laki daripada bagi perempuan. Pertama, sejak awal masa kanak-kanak, laki- laki telah disadarkan akan perilaku seksual yang patut dan didorong, didesak atau bahkan dipermalukan sebagai upaya penyesuaian diri dengan standart-standart yang diakui. Kedua, dari tahun ke tahun laki- laki mengetahui bahwa peran laki- laki memberi martabat yang lebih terhormat daripada peran perempuan. Sedangkan anak perempuan identik dengan lemah lembut, tidak boleh agresif, feminim, me miliki perasaan lebih sensitif daripada laki- laki, dan sebagainya. Dari beberapa pendapat diatas tersebut maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu ruang gerak dan lingkup siswa laki- laki lebih banyak daripada siswi perempuan. Siswa laki- laki identik dengan pemberani, maskulin, mandiri, dan sedangkan siswi perempuan identik dengan lemah lembut, feminim, tidak boleh agresif dan lain- lain. Oleh karenanya, siswi perempuan tidak banyak memiliki kesempatan untuk berkembang. Karakteristik tersebut dapat berpengaruhi pada penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah antara siswa laki- laki dengan perempuan. Pada siswa laki- laki disebutkan di atas memiliki sifat pemberani, maskulin, dan lainlain. Dari sifat tersebut dapat mendorong siswa laki- laki untuk lebih mudah bergaul dengan guru-guru maupun teman-teman sebayanya sehingga mereka menjadi lebih cepat menyesuaikan dirinya di lingkungan sekolah. Mereka tidak segan bertanya kepada guru-guru maupun temanteman mereka apabila mereka ingin menanyakan sesuatu hal. Oleh karena kedekatan dengan guru-guru ini, maka penyampaian informasi mengenai tata tertib sekolah menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa laki- laki.
23 Sedangkan pada siswi perempuan, mereka dikatakan lebih penurut, pemalu, feminim, dan lain- lain. Oleh karena sifat pemalunya, maka hal itu membuat ruang gerak siswi untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya menjadi lembih sempit. Penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah berarti siswa mampu memahami dan mentaati aturan-aturan sekolah. Aturan-aturan yang dimaksud antara lain mengikuti jadwal pelajaran sekolah, aturan ijin masuk dan keluar kelas pada jam-jam pelajaran sedang berlangsung, menyerahkan surat ijin tidak masuk sekolah, mengikuti ketentuan mengenakan pakaian seragam sekolah. Untuk siswa putra tidak diperbolehkan memakai anting, kalung dan gelang, untuk siswa putri tidak diperkenalkan memakai make- up dan perhiasan yang berlebihan. Aturanaturan lain adalah pembayaran administrasi sekolah, aturan parkiran bagi siswa yang membawa kendaraan sepeda, menjaga nama baik sekolah serta siswa
harus
bersedia
menerima
sangsi
bila
ternyata
melakukan
pelanggaran tata tertib di lingkungan sekolah (Sarmento, 2000). Tata tertib atau peraturan sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya berbeda. Vembriarto (1993) mengatakan bahwa tiap-tiap sekolah mempunyai kebudayaannya sendiri yang bersifat unik. Tiap-tiap sekolah mempunyai aturan tata tertib, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, mars/ hymne sekolah, pakaian seragam dan lambang-lambang yang memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan. Dari situlah maka penyesuaian diri antara siswa laki- laki dan siswi perempuan terdapat perbedaan.
24 G. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah Ada perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa – siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 .
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan termasuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan dan diarahkan untuk menerapkan sifat suatu situasi pada waktu penelitian dilakukan (Furchan, 1982). Dalam kaitan ini penelitian ini dirancang untuk memperleh gambaran tingkat penyesuaian diri siswa-siswi kelas VII terhadap kehidupan sekolah di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
B. Populasi dan Sample Penelitian Jenis pene litian ini adalah penelitian populasi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas satu SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Siswa & siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta terdiri dua kelas yaitu kelas VII A dan kelas VII B, dengan jumlah 42 orang siswa. Rincian subjek penelitian yaitu siswa kelas VII A terdiri atas 21 orang dan siswa kelas VII B terdiri atas 21 orang. Untuk uji coba angket penelitian dilakukan di SMP Kanisius Sumber Muntilan, mengambil dua kelas VII A dan VII B. Rincian subjek uji coba yaitu siswa kelas VII A sebanyak 28 orang tetapi yang masuk hanya 27 orang dan siswa kelas VII B sebanyak 27 orang.
25
26 Subjek penelitian dipilih kelas satu dengan alasan kelas satu dianggap sedang dalam proses penyesuaian diri, terutama penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya.
C. Alat Pengumpul Data Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa angket penyesuaian diri siswa. Angket ini merupakan pemodifikasian dari kuesioner yang telah disusun oleh Agnes Dwi Eryani (2006). Isi angket yang semula berjumlah 70 item diubah menjadi 74 item karena peneliti menambahkan 4 pertanyaan pada aspek peraturan lingkungan sekolah secara umum. Angket terdiri dari dua bagian yaitu identitas, petunjuk pengisian dan bagian pertanyaan tentang penyesuian diri siswa di sekolah, angket tersebut berdasarkan kelima bidang aspek tata tertib sekolah/ peraturan sekolah yang sudah ditentukan. Pernyataan dipusatkan pada bidang-bidang peraturan akademik, peraturan administratif, peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan kegiatan sekolah, dan peraturan lingkungan sekolah se cara umum. Tabel 1 : Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk uji coba penelitian.
No.
1.
Aspek
No. Item
Jumlah
Positif
Negatif
Item
1,2,3
4,5,6
6
7,8
9,10
4
11,12
13,14
4
Peraturan akademik : a. Kegiatan belajar b. Penggunaan waktu belajar c. Pelaksanaan ujian
27 2.
3.
Peraturan administratif
Peraturan
pemeliharaan
15,16,17,18,
22,23,24,25,
19,20,21
26,27,28
29,30,31
32,33,34,
14
dan
perawatan diri siswa : a. Pemeliharaan dan perawatan tubuh b. Kerapian berpakaian 4.
35,36
8
37,38,39,40
41,42
6
43,44
45,46
4
47,48,49
50,51,52
6
53,54
55,56
4
57,58,59
60,61,62
6
63,64
65
3
66,67,71,72
68,69,70,
9
Peraturan kegiatan sekolah : a. Kegiatan ekstrakulikuler b. Upacara bendera c. Kegiatan hari besar nasional dan keagamaan
5.
Peraturan
lingkungan
sekolah
secara umum : a. Kebersihan dan kerapian b. Hubungan dengan aparatur sekolah c. Hubungan dengan siswa
73,74
Total
74
Masing- masing item dilengkapi 5 kemungkinan jawaban: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Pernyataan-pernyataan yang disajikan ada yang positif dan ada yang negatif. Item positif adalah pernyataan yang berisi tentang perilaku siswa yang diharapkan sedangkan item ne gatif
28 adalah pernyataan yang berisi tentang perilaku siswa yang tidak diharapkan. Pada saat mengisi kuesioner, siswa diminta memilih satu dari lima alternatif pilihan jawaban untuk tiap item. Setiap alternatif jawaban diberi skor yang besarnya berbeda-beda berdasarkan sifat item. Skor pernyataan positif :
Skor pernyataan negatif :
Selalu
=4
Selalu
=1
Sering
=3
Sering
=2
Kadang-kadang
=2
Kadang-kadang
=3
Tidak pernah
=1
Tidak pernah
=4
D. Alat Pengumpulan Data Dalam pengambilan data peneliti melakukan tiga tahapan : 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan ini penulis melakukan berbagai persiapan untuk melakukan penelitian yang sebenarnya. Persiapan yang dilakukan peneliti adalah memodifikasi angket yang diadaptasi dari Agnes Dwi Eryani dengan mengkonsultasikan pada dosen pembimbing, kemudian peneliti memberitahukan kepada kepala sekolah SMP Kanisius Sumber Muntilan bahwa peneliti ingin mengadakan uji coba penelitian. 2. Tahap Uji Coba Peneliti mengadakan uji coba angket untuk menentukan validitas dan reliabilitas angket penelitian. Uji coba dilakukan di SMP Kanisius Sumber Muntilan dengan mengambil dua kelas dengan 54 responden. Angket uji coba ini dilaksanakan di kelas VII A dan VII B pada tanggal 20 Agustus 2007, pengisian angket mengambil pada jam mata
29 pelajaran fisika dengan didampingi oleh Ibu Sri Rahayu dan pengisian ini berlangsung kurang lebih 45 menit. Dari hasil uji coba tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan item- item yang gugur atau valid. 3. Pelaksanaan Penelitian Peneliti meminta ijin kepada Bapak Kepala Sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Peneliti mengadakan penelitian di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, pada tanggal 22 Oktober 2007. Penelitian ini menggambil dua kelas dengan 42 responden. Pengisian angket penelitian ini dilakukan di kelas VII A dan kelas VII B dengan mengambil jam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan jam mata pelajaran matematika dengan didampingi oleh Ibu Win. Pengisian angket ini berlangsung kurang lebih 45 menit.
E. Teknik Analisis Data 1. Reliabilitas dan Validitas Angket Penyesuaian Diri Reliabilitas Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995: 209). Untuk mengukur tingkat reliabilitas, peneliti menggunakan metode belah dua atau metode gasal- genap. Menurut Masidjo (1995: 218) mengatakan bahwa metode ini dipakai untuk suatu tes pada sekelompok siswa. Dimana hasil dari suatu tes dibagi atau dibelah menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama yang dapat berupa hasil atau skor yang berasal dari
30 item- item bernomer gasal dan bagian kedua berupa hasil atau skor yang berasal dari item- item bernomor genap. Hasil angket penyesuaian diri terhadap tata tertib ini disusun dalam bentuk skala diskrit. Skala diskrit adalah skor angka 1 dan 2 diubah menjadi 0 dan skor angka 3 dan 4 diubah menjadi 1. Reliabilitas angket penyesuaian diri siswa ditentukan dengan cara. Langkah 1 : Menghitung koefisien korelasi skor item ganjil dan skor item genap dengan teknik korelasi Product-Moment dari Pearson dengan rumus :
rxy =
{N ∑ x
N ∑ xy − (∑ x )(∑ y ) 2
}{
− (∑ x ) N ∑ y 2 − (∑ y ) 2
2
}
Keterangan : rxy
= Koefisien ganjil- genap
N
= Jumlah subjek
X
= Belahan ganjil
Y
= Belahan genap
Langkah II : Menghitung reliabilitas skor item ganjil dan skor item genap angket penyesuaian diri dengan rumus Spearman-Brown sebagai berikut : rtt =
2 xrgg 1 + rgg
Keterangan : rtt = Koefisien reliabilitas rgg = Koefisien korelasi ganjil- genap
31 Tabel 2 : Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu tes
Koefisien korelasi
Klasifikasi
± 0,91 − ±1,00
Sangat Tinggi
± 0,71 − ±0,90
Tinggi
± 0,41 − ±0,70
Cukup
± 0,21 − ±0,40
Rendah
Negatif - ± 0,20
Sangat Rendah
Sumber : Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Hal 209.
Validitas Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat pengukur tersebut (Masidjo, 1995: 244). Untuk mencari validitas butir setiap item dengan mengkorelasikan skor setiap butir item dengan skor total peraspek. Selanjutnya proses menghitung validitas setiap item menggunakan rumus koefisien validitas. Rumus koefisien validitas yaitu :
rxy =
{N ∑ x
N ∑ xy − (∑ x )(∑ y ) 2
}{
− (∑ x ) N ∑ y 2 − (∑ y ) 2
2
}
32 Keterangan : rxy
= Koefisien Korelasi antara X dan Y
N
= Jumlah Subjek
X
= Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya
Y
= Skor total dari item per aspek
Sebagai kriteria pemilihan item berdasar korelasi item total, biasanya menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Apabila jumlah item yang lolos ternyata masih
tidak
mencukupi
jumlah
yang
diinginkan,
kita
dapat
mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batasan rix ≤ 0,30 (Azwar, 1999: 65). Setelah dilakukan uji coba penelitian di SMP Kanisius Sumber, Muntilan pada tanggal 20 Agustus 2007. Maka didapatkan item- item yang valid dan gugur. Jumlah item- item yang valid terdapat 52 buah. Sedangkan jumlah item- item yang gugur dari 74 item yang diuji cobakan, terdapat 22 buah. Dan dari 22 buah item- item yang gugur, peneliti mengambil 10 buah item yang gugur untuk revisi. Rinc ian aspek dan nomer-nomer item untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 7 halaman 64. Tabel 3 : Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk penelitian.
No.
1.
Aspek
No. Item
Jumlah
Positif
Negatif
Item
1,2,3
4,5,6
6
7,8
9
3
Peraturan akademik : a. Kegiatan belajar b. Penggunaan waktu belajar
33
2.
3.
c. Pelaksanaan ujian
10,11
12,13
4
Peraturan administratif
14,15,16,
20,21,22,
12
17,18,19
23,24,25
26,27,28
29
Peraturan
pemeliharaan
dan
perawatan diri siswa : a. Pemeliharaan dan perawatan
4
tubuh b. Kerapian berpakaian 4.
30,31,32
3
Peraturan kegiatan sekolah : a. Kegiatan ekstrakulikuler b. Upacara bendera c. Kegiatan hari besar nasional
33,34
35,36
4
37,38,39
40,41,42
6
43,44
45,46
4
47,48
49,50,51
5
52
53
2
54,55,
56,57,58,
9
59,60
61,62
dan keagamaan 5.
Peraturan
lingkungan
sekolah
secara umum : a. Kebersihan dan kerapian b. Hubungan dengan aparatur sekolah c. Hubungan dengan siswa
Total
62
34 F. Uji Hipotesis Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik chi-kuadrat. Teknik chi-kuadrat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara frekuensi berbagai subjek, objek, kejadian, dan lain- lainnya yang termasuk dalam berbagai kategori (Furchan, 1982). Tetapi sebelum menguji hipotesis maka peneliti harus menempuh langkah pertama yaitu mencari mean. Langkah 1 : Rumus Mean
∑X
=
N
Keterangan :
∑ X = Jumlah keseluruhan total skor N
= Jumlah seluruh subjek
Langkah 2 : Rumus chi-kuadrat adalah sebagai berikut
N {ad − bc} 2 X = ( a + b)( c + d )( a + c)( b + d ) 2
Keterangan: X 2 = Chi-kuadrat X 2 = Jumlah seluruh objek a = Jumlah pada kolom 1 baris 1 b = Jumlah pada kolom 2 baris 1 c = Jumlah pada kolom 1 baris 2 d = Jumlah pada kolom 2 baris 1
35 Langkah 3 : Besarnya derajat kebebasan diketahui dengan rumus df = ( C − 1)( R − 1) Keterangan : df
= Jumlah derajat kebebasan
C
= Jumlah kolom
R
= Jumlah baris
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian secara sistematis guna untuk menjawab rumusan masalah yang dibuat peneliti yaitu “Apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri antara siswa putra dan siswi putri kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007-2008 terhadap tata tertib sekolah?”. A. Hasil Penelitian 1. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin Pada penyesuaian diri terhadap tata tertib ini dibagi menjadi dua kategori yaitu penyesuaian diri yang baik dan penyesuaian diri yang kurang baik. Siswa dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik apabila memperoleh skor sama dengan atau lebih tinggi dari rata-rata skor total. Dan sedangkan siswa dikatakan penyesuaian diri yang kurang baik apabila siswa memperoleh skor dibawah rata-rata skor total. Dari hasil mean secara keseluruhan maka didapat rata-rata skor total pada angket tersebut adalah 209. Data hasil penyesuaian diri siswa secara keseluruhan dapat disajikan dalam tabel 4 dibawah ini : Tabel 4 Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin Jenis
Penyesuaian diri
kelamin
Baik
Kurang baik
Total
Putra
11 (26,19%)
13 (30,95%)
24 (57,14%)
Putri
13 (30,95%)
5 (11,90%)
18 (42,86%)
Total
24 (57,14%)
18 (42,86%)
42 (100%)
36
37 Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan : a. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik [11(26,19%)] lebih sedikit daripada jumlah siswa yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [13(30,95%)] . b. Jumlah siswa putri yang menyesuaiakan diri dengan baik [13(30,95%)] lebih banyak daripada jumlah siswa putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [5(11,90%)] . c. Secara keseluruhan jumlah siswa yang menyesuaiakan diri dengan baik
[24(57,14%)] lebih banyak daripada jumlah siswa yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [18(42,86%)] .
2. Bidang penyesuaian diri dan jenis kelamin Penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah terdiri atas lima aspek yaitu aspek peraturan akademik, aspek peraturan administratif, aspek pemeliharaan dan perawatan diri siswa, aspek peraturan kegiatan sekolah, aspek peraturan lingkungan sekolah. Peneliti ingin menguraikan perbedaan penyesuaian diri terhadap pada tata tertib yaitu dengan cara mencari nilai total skor secara keseluruhan dan kemudian nilai total skor peraspek, setelah itu peneliti mencari nilai rata-rata mean secara keseluruhan dan nilai rata-rata mean peraspek. Kemudian peneliti mencari hasil penelitian dengan cara mencari chi-kuadrat keseluruhan dan chi-kuadrat peraspek. Dari hasil penelitian tersebut maka peneliti dapat menjawab semua pertanyaan rumusan masalah.
38 Data hasil penyesuaian diri siswa secara keseluruhan dapat disajikan dalam tabel 5 dibawah ini : Jenis
Penyesuaian diri
kelamin
Putra
Putri
Bidang penyesuaian diri
Baik
Kurang baik
Total
peraturan akademik
9 (21,43%)
15 (35,71%)
24 (57,14%)
peraturan administratif
15 (35,71%)
9 (21,43%)
24 (57,14%)
pemeliharaan dan perawatan
14 (33,33%)
10 (23,81%)
24 (57,14%)
kegiatan sekolah
11 (26,19%)
13 (30,95%)
24 (57,14%)
lingkungan sekolah
13 (30,95%)
11 (26,19%)
24 (57,14%)
peraturan akademik
11 (26,19%)
7 (16,67%)
18 (42,86%)
peraturan administratif
10 (23,81%)
8 (19,05%)
18 (42,86%)
pemeliharaan dan perawatan
15 (35,71%)
3 (7,14%)
18 (42,86%)
kegiatan sekolah
14 (33,33%)
4 (9,52%)
18 (42,86%)
lingkungan sekolah
14 (33,33%)
4 (9,52%)
18 (42,86%)
diri siswa
diri siswa
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa : a. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap peraturan akademik [9(21,43%)] lebih sedikit daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [15(35,71%)] . b. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap peraturan administratif [15(35,71%)] lebih banyak daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [9(21,43%)] . c. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap pemeliharaan dan perawatan diri siswa [14(33,33%)] lebih banyak
39 daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [10(23,81%)] . d. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap kegiatan sekolah [11(26,19%)] lebih sedikit daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [13(30,95%)] e. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekolah [13(30,95%)] lebih banyak daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [11(26,19%)] . f. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap peraturan akademik [11(26,19%)] lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [7(16,67%)] . g. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap peraturan administratif [10(23,81%)] lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [8(19,05%)] . h. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap pemeliharaan dan perawatan diri siswa [15(35,71%)] lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [3(7,14%)] . i.
Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap kegiatan sekolah [14(33,33%)] lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [4(9,52%)] .
40 j. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekolah [14(33,33%)] lebih banyak daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik [4(9,52%)] .
3. Chi kuadrat Setelah peneliti mencari chi-kuadrat secara keseluruhan, maka peneliti dapat menjawab hipotesis penelitian ini. Hasil dari chi-kuadrat secara keseluruhan adalah 2,8326. Hasil tersebut selengkapnya dapat dilihat pada lembaran lampiran halaman 57 Hipotesis penelitian : Ada perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Hipotesis statistika : Ada perbedaan frekuensi penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Hipotesis nol : Tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Nilai X2 empiris = 2,8326 taraf signifikan 5 % dengan db = 1. Nilai X 2 tabel = 3,841. Jadi hipotesis nol diterima dan hipotesis statistik ditolak. Berarti tidak adanya perbedaan penyesuaian diri
41 terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Peneliti akan membahas hasil penelitian, angket penyesuaian diri tersebut terdiri atas lima aspek. Dimana kelima aspek tersebut meliputi aspek peraturan akademik, aspek peraturan administratif, aspek pemeliharaan dan perawatan diri siswa, aspek kegiatan sekolah, aspek peraturan lingkungan sekolah secara umum. Dari hasil penelitian tersebut dapat menjawab semua hipotesis yang dibuat oleh peneliti. Dari hasil kelima aspek tersebut diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Hal tersebut tidak sejalan dengan hipotesis peneliti selama ini. Tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib pada siswasiswi disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, letak lokasi sekolah dimana tempat peneliti mengadakan penelitian. Letaknya yaitu berada di tengah kota Yogyakarta. Dimana cara berpikir masyarakatnya sudah mulai terbuka. Seiring dengan modernisasi dan banyaknya informasi di masyarakat, maka hal tersebut dapat membuka wacana dan pemikiran masyarakat selama ini. Sehingga peran gender antara laki- laki dan perempuan yang berlaku selama ini semakin hari semakin berkurang. Dahulu dimasyarakat anak laki- laki selalu identik dengan berperan aktif, berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Dan harapan- harapan orangtua terhadap anak laki- laki adalah supaya kelak anaknya menjadi figure ayah dan dapat mengayomi seluruh keluarganya (Atkinson 1996:129).
42 Sedangkan anak perempuan dimasyarakat pada umumnya anak perempuan mempunyai tubuh yang lebih kecil, otot yang lebih kecil, kurang bertenaga. Anak perempuan menggunakan perasaan sehingga anak perempuan lebih sensitif daripada anak laki- laki. Sedangkan Byrne (2003:193) mengatakan bahwa laki- laki seharusnya kuat, dominan, asertif, sementara perempuan seharusnya perhatian, sensitif, dan apresif secara emosional. Tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan seperti anak perempuan tidak boleh agresif, feminim, menghindari sesuatu yang berbahaya. Kedua, Berkembangnya media seperti film dan iklan yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat akhir-akhir ini. Byrne (2003:201) mengatakan bahwa saat ini anak-anak dapat membaca cerita tentang pahlawan perempuan yang berani dan cerdas berperang, kalau perlu menyelamatkan laki- laki yang berada dalam bahaya. Selain itu juga didalam film- film dan program-program TV, perempuan semakin ditemui dalam peran yang aktif, asertif, dan terkadang agresif. Dari pernyataan tersebut dapat membuat masyarakat menjadi sadar bahwa perempuan mempunyai hak yang sama seperti laki- laki dan perempuan pun dapat berperan didalam masyarakat. Ketiga, Memperoleh pendidikan yang sama antara laki- laki dan perempuan. Menurut Hurlock (1999: 162) mengatakan bahwa sejak pendidikan yang sama telah menggantikan ”pendidikan anak laki- laki” dan ”pendidikan anak perempuan” sejak taman kanak-kanak sampai universitas, nampak bahwa bilamana perempuan diberikan kesempatan pendidikan yang sama, mereka dapat mencapai hasil akademik yang sama dengan laki- laki. Pada kelima aspek dalam kehidupan sekolah menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang terlalu menonjol antara siswa putra dan siswa putri
43 dalam hal penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah. Siswa putra penyesuaian diri baik lebih sedikit daripada siswa putra ya ng penyesuaian dirinya kurang baik. Begitu pula sebaliknya siswi putri penyesuaian dirinya baik lebih banyak daripada siswi putri peyesuaian dirinya kurang baik. Dengan demikian jelas sudah bahwa perempuan mempunyai kesempatan yang sama seperti laki- laki, hal ini dapat kita lihat dari banyaknya perempuan yang memperoleh pendidikan dan kesempatan yang sama sehingga hal tersebut berdampak pada banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dimasuki oleh perempuan dan mereka dapat menunjukkan prestasi ditempat kerja mereka dan disegala bidang. Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa seiring dengan perkembangan jaman, orangtua mulai sadar bahwa tidak ada lagi perbedaan antara anak laki- laki dan anak perempuan dalam segala hal. Sehingga anak perempuan mendapatkan hak yang sama seperti anak laki- laki.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat hasil penelitian sedangkan pada bagian saran memuat saran-saran untuk SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.
A. Kesimpulan Hasil penelitian adalah 1. Penyesuaian diri ini berdasarkan jenis kelamin yaitu putra dan putri secara keseluruhan, pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah antara siswa putra dan siswa putri. 2. Uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah antara siswa putra dan siswi putri.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah, maka peneliti akan menyampaikan beberapa saran-saran yaitu : 1. Kepala sekolah agar tetap meningkatkan pelayanan bimbingan di sekolah yaitu dengan mengadakan program khusus bimbingan klasikal bagi siswa kelas tujuh mengenai sosialisasi tata tertib sekolah yang berlaku. Sehingga siswa diharapkan agar siswa mematuhi dan mentaati tata tertib yang
44
45 berlaku di sekolah tersebut. Dan siswa dapat mengurangi melakukan kesalahan di sekolah tersebut. 2.
Program Konseling akademik perlu ditingkatkan dalam rangka membantu para siswa yang bermasalah dalam penyesuaian dirinya terhadap tata tertib sekolah. Dengan cara pemberian konseling individual maupun kelompok bagi siswa yang bermasalah.
3. Para pendidik dan guru pembimbing dapat mempergunakan angket penelitian ini untuk membantu mengetahui sejauhmana siswa memahami tata tertib yang sudah berlaku di sekolah tersebut Sehingga sekolah dapat terus meningkatkan mutu dan kualitas sekolah.
Daftar Pustaka
Akinson, Rita L & Richard C. 1996. Pengantar Psikologi 1. Jakarta : Erlangga. Ali & Asrori, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta : PT Bumi Aksara. Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bahar, Drs. H. Aswandi. 1989. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Bernadus, D. 2002. Perilaku Menyimpang Para Siswa Di Lingkungan Sekolah SMU Sanjaya XIV Naggulan Kulon Progo Tahun Ajaran 2001/2002. Yogyakarta: Skripsi. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Fudyartanta, Ki RBS. 2002. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Global Pustaka Utama. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Hadi, S. (1981). Statistik jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas UGM. Hartono. (2004). Statistika untuk penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahmud. Drs. M. Dimyati. 1990. Pikologi Pendidikan. Yogyakarta : BPFEYogyakarta. Masijo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius. Mu’tadin, Zainun. 2002. Mengembangkan Ketrampilan Sosial Pada Remaja. Jakarta : www.e-psikologi.com Nasution, Dr.S. 1983. Sosiologi Pendidikan. Bandung : Jemmars Bandung. Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan. (Terjemahan). Jakarta : Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak (Jilid 1). (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
46
47 Hurlock, Elizabeth B. 1999. Perkembangan Anak (Jilid 2). (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Prayitno, Yohanes. 2004. Deskripsi Penyesuaian Diri Siswa Kelas Satu SMU Sanjaya Tahun Ajaran 2003/2004 Pada Kehidupan Sekolah Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Status Ekonomi Keluarga. Yogyakarta : Skripsi. Santrock, John W. 2002. Life-span development (Perkembangan Masa Hidup Jilid 1). Jakarta : Erlangga. Santrock, John W. 2002. Life-span development (Perkembangan Masa Hidup Jilid 2). Jakarta : Erlangga. Sarmento, Rosa Bruno. 2000. Deskripsi Penyesuaian Siswa Terhadap Kehidupan Di Sekolah Studi Pada Siswa I SMU Tiga Maret (GAMA). Yogyakarta : Skripsi. Vembriarto, St. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo. Warga, Richard G. 1983. Personal Awarness A. Psichology of Adjustment . (Terjemahan). Buston : Houghton Mifflin Company. Winarti, Ratna. 2005. Perbedaan Penyesuaian Diri Dalam Kehidupan Sekolah Pada Siswa Dan Siswi Kelas 1 SMU Negri 1 Gamping Tahun Ajaran 2005/2006 Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Status Ekonomi. Yogyakarta : Skripsi.
LAMPIRAN
49
50
51
52
53
54
55
56
57
DATA UJI COBA
58
59
60
61
62
63
64
65
66
DATA PENELITIAN
67
68
69
70
71
72
73
Lampiran 14
74
75
76
77