1
POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER KAFEIN DAN ANALISIS DAMPAKNYA BERDASARKAN PERSEPSI MAHASISWA TPB-IPB TAHUN AJARAN 2007/2008
FEBRIANA IRA DEWI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
2
ABSTRACT FEBRIANA IRA DEWI. Consumption Pattern Of Caffeine Sources And Analyze Its Effects Depend On Perception Students Of TPB-IPB Period 2007/2008. Under Direction Of Prof. Dr. Ir. FAISAL ANWAR, MS dan LEILY AMALIA, STP, MSi. Caffein is the world’s most popular as stimulant which found in coffee, tea, cocoa, cola drinks, chocolate, energy drinks, and drug. Caffeine is strong stimulant on the central nervous system and skeletal muscle. It consumption exceed cause adverse health effects in healthy teenager’s. Habitual of consumption can impact consumption pattern on their pleasure. Consumption caffeine must be limited maximum 100 mg per daily especially for teenager’s to keep healthy. Design of this research is cross sectional study, location in around Bogor Agricultural Institute especially in students of TPB-IPB. Methods used a simple random sampling proportional on each groups both male or female. A total of 354 samples that teenager’s group. Primary data consist of caffeine consumption (frequency, consumption, time, and condition of consumption), analyze positive and negative effects depend on perception at them. Secondary data are total of students TPB-IPB period 2007/2008. FFQ (Food Frequency Questionnaires) used to estimate intake caffeine sources per daily and frequency consumption per week. Criteria sample are consumption caffeine sources such as coffee, tea, chocolate, cola drinks, and energy drinks the fewest once a week, able to interview or answer the questions in questionnaires. All analyses performed with Microsoft Excel for Windows 2003 later analyses data used to Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 13.0 for Windows. Results of research show that caffeine consumption in sample commonly come from tea, chocolate, and coffee. The most of sample are scarce of consumption coffee, tea, chocolate, cola drinks, and energy drinks only 1-3 once per week. Average daily coffee, tea, chocolate, cola drinks, and energy drink intakes of about 20.4 gram, 1.93 gram, 49.5 gram, 123.8 ml, and 59.5 ml per daily. Coffee usually consume of sample in the night. Whereas, tea is consumed in the morning. Cola drinks, chocolate, and energy drinks are consumed in the afternoon. Condition of consumption coffee to enhances alertness so their tasks or examine can reduced as well. Tea, chocolate, and cola drinks are consumed when condition of relax. Energy drink have consumed for exercising in sports. Research has also that the samples feel positive and negative effects after consumption of coffee, tea, chocolate, cola drinks, and energy drinks such us sleepless, decreased fatigue, to feel fresh, addicted, diuresis, and cardiac arrhythmias occur in samples particularly sensitive to caffeine. Commonly the results analyses was found some factors that were corelation with intake coffee, tea, chocolate, cola drinks, and energy drinks such us delay on sleep, decreased fatigue, easy to concentration, increased wellbeing, addicted, diuresis, to feel fresh. Even though, there was no significant corelation intake energy drinks with feel positive and negative effects. KEY WORDS: Caffeine, Food Frequency Questionnaires, coffee, tea, chocolate, cola drinks, energy drinks, diuresis, cardiac arrhythmias
3
RINGKASAN FEBRIANA IRA DEWI. Pola Konsumsi Pangan Sumber Kafein dan Analisis Dampaknya Berdasarkan Persepsi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Ajaran 2007/2008. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. FAISAL ANWAR, MS dan LEILY AMALIA, STP, MSi. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan sumber kafein dan analisis dampaknya berdasarkan persepsi pada mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008. Tujuan khususnya adalah untuk: (1) mengetahui karakteristik individu; (2) mengidentifikasi keragaan dan pola konsumsi pangan sumber kafein (kopi, teh, coklat, kola, dan minuman berenergi) pada mahasiswa TPB-IPB; (3) menganalisis perbedaan jumlah dan frekuensi konsumsi pangan sumber kafein antara responden putra dan putri; (4) mengetahui dampak positif dan negatif yang dirasakan berdasarkan persepsi; (5) menganalisis hubungan karakteristik individu dengan pola konsumsi pangan sumber kafein (jumlah dan frekuensi); (6) menganalisis hubungan antara jumlah konsumsi pangan sumber kafein dengan dampak positif dan negatif yang dirasakan berdasarkan persepsi. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor yaitu pada mahasiswa putra dan putri TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008. Berdasarkan rumus Slovin, diperoleh jumlah responden 354 orang dengan rincian jumlah responden putra maupun putri masing-masing yaitu 138 dan 216 orang. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) secara proporsional berdasarkan jumlah populasi mahasiswa putra dan putri. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah mengkonsumsi pangan sumber kafein (kopi, teh, coklat, kola, dan minuman berenergi) minimal satu kali dalam seminggu terakhir dan bersedia mengisi kuesioner. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik individu (usia, besar uang saku, pengetahuan gizi dan kafein), keragaan dan pola konsumsi pangan sumber kafein (jumlah konsumsi dalam satu hari dan frekuensi konsumsi dalam satu minggu), analisis dampak positif dan negatif yang dirasakan berdasarkan persepsi. Data sekunder yang digunakan berupa jumlah populasi mahasiswa TPB-IPB baik putra maupun putri. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel for Windows 2003 dan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 13.0 for Windows. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada pertanyaan pengetahuan gizi dan kafein diperoleh nilai Alpha Cronbach yaitu 0.649 sedangkan nilai r tabel dengan taraf 5 persen sebesar 0.325. Instrument pertanyaan dinyatakan reliable jika r Alpha Cronbach positif dan lebih besar dari angka kritik dalam tabel nilai r (Singarimbun & Effendi 1989). Berdasarkan hal tersebut, maka instrument pertanyaan pengetahuan gizi dan kafein dinyatakan reliabel. Hasil penelitian menunjukkan responden putra (67.4%) maupun putri (74.1%) umumnya berusia 17-18 tahun dengan besar uang saku rata-rata Rp 533 065.00. Responden putra (74.6%) maupun putri (78.7%) umumnya memiliki pengetahuan gizi dan kafein pada kategori sedang. Umumnya mahasiswa putra maupun putri (84.6%) biasa mengkonsumsi pangan sumber kafein minimal satu kali dalam seminggu terakhir dengan persentase terbesar secara berturut-turut yaitu teh (73.7%), coklat (67.5%), kopi (44.1%), kola (18.1%) dan minuman berenergi (12.7%). Responden putra maupun putri umumnya terkategori jarang (1-3 kali/minggu) mengkonsumsi kopi,
4
teh, coklat, kola, maupun minuman berenergi dengan masing-masing jumlah konsumsi yaitu < 20.4 gram, <1.93 gram, <49.5 gram, <123.8 ml dan <59.5 ml per hari. Responden putra dan putri memiliki perbedaan dalam frekuensi dan jumlah konsumsi kopi (p<0.01). Namun demikian, tidak terdapat perbedaan frekuensi dan jumlah konsumsi teh, coklat, kola, dan minuman berenergi pada responden putra maupun putri (p>0.05). Dampak positif yang paling banyak dirasakan responden setelah mengkonsumsi beberapa jenis pangan sumber kafein yaitu rasa kantuk berkurang pada kopi (92.3%), lelah berkurang pada teh (52.1%), lebih tenang pada coklat (74.1%) dan merasa lebih bugar setelah mengkonsumsi kola ataupun minuman berenergi (34.4% dan 91.1%). Adapun Dampak negatif yang paling banyak dirasakan responden setelah mengkonsumsi beberapa jenis pangan sumber kafein yaitu merasa ketagihan pada kopi dan coklat (42.9% dan 41.8%), sering buang air kecil pada teh dan kola (33.3% dan 28.1%), jantungnya berdetak lebih cepat pada minuman berenergi (37.8%). Hasil uji statistik antara karakteristik responden dengan konsumsi beberapa jenis pangan sumber kafein pada umumnya menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05). Meskipun demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan kafein dengan konsumsi kopi (p<0.05) yaitu semakin tinggi pengetahuan gizi dan kafein, maka jumlah dan frekuensi konsumsi kopi semakin rendah. Hasil uji statistik menunjukkan adanya beberapa korelasi yang signifikan (p<0.05) antara konsumsi beberapa jenis pangan sumber kafein dengan dampak positif dan negatif tertentu yang dirasakan. Semakin tinggi jumlah konsumsi kopi, maka responden merasa lelahnya semakin berkurang, merasa mudah konsentrasi dan merasa lebih tenang. Hasil uji statistik juga menunjukkan terdapat hubungan jumlah konsumsi kopi dengan dampak negatif yang dirasakan yaitu semakin tinggi jumlah konsumsi kopi, maka responden semakin merasa ketagihan. Semakin tinggi jumlah konsumsi coklat, maka responden merasa lebih bugar. Semakin tinggi jumlah konsumsi kola, maka responden merasa lebih bugar, lebih tenang, dan merasa semakin jarang buang air kecil.
5
POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER KAFEIN DAN ANALISIS DAMPAKNYA BERDASARKAN PERSEPSI MAHASISWA TPB-IPB TAHUN AJARAN 2007/2008
FEBRIANA IRA DEWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
6
Judul Skripsi
: Pola Konsumsi Pangan Sumber Kafein dan Analisis Dampaknya Berdasarkan Persepsi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Ajaran 2007/2008
Nama
: Febriana Ira Dewi
NRP
: A54104042
Disetujui:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
(Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS) NIP 130 934 378
(Leily Amalia, STP, MSi) NIP 132 311 722
Diketahui: Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP : 131 124 019
Tanggal Lulus :
7
PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Konsumsi Pangan Sumber Kafein dan Analisis Dampaknya Berdasarakan Persepsi Mahasiswa TPB-IPB Tahun 2007/2008”. Selama menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih atas kesediaan dan keikhlasan atas bantuan yang telah diberikan yaitu kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS dan Leily Amalia, STP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pemandu seminar atas segala bimbingan, perhatian dan dorongan yang diberikan sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama ini. 3. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen penguji skripsi atas arahan dan saran yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu, Adikku “Adit”, dan “kakakku “Mas Candra” atas kasih sayang, doa, arahan dan semangat yang diberikan selama ini kepada penulis. 5. Teman seperjuanganku ”Aklesta Leni Firna” dan Doni atas kerjasama dan dukungannya selama ini. 6. Sahabatku, Any, Venny, Norma, Eka, Sri, Ima, Angel, Ahma, Liam, Pipin, Dekus, Yuli, dan teman-teman GMSK 41 lainnya atas dukungan dan bantuannya selama ini. 7. Sahabatku ”Banjarnese” (Nyun, Yesy, Heni, Ika, Siti, Dian, Isni, Reni, Agustina, Lintang) atas kekompakan, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 8. Semua teman-teman ”Wisma Eky” atas keceriaan, persahabatan, dorongan dan semangat yang diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Amin.
Bogor, Juli 2008
Febriana Ira Dewi
8
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 8 Februari 1986 dari ayah Hartoyo HS, SH dan ibu Nuryati. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Penulis
menyelesaikan
pendidikan
di
SDN
Krandegan
IV
Banjarnegara pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 2 Banjarnegara. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Semasa kuliah, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan Bina Desa dan Badan Konsultasi Gizi (BKG). Selain itu, selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Gizi pada tahun ajaran 2007/2008.
9
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ 11 DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 13 DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 14 PENDAHULUAN............................................................................................... 15 Latar Belakang ......................................................................................... 15 Perumusan Masalah ................................................................................. 16 Tujuan ....................................................................................................... 16 Hipotesis ................................................................................................... 17 Kegunaan Penelitian ................................................................................. 17 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 18 Pola Konsumsi Pangan ............................................................................. 18 Frekuensi Pangan (Food Frequency) ........................................................ 18 Kafein (1,3,7-Trimetilxanthin) .................................................................... 19 Beberapa Jenis Pangan Sumber Kafein.................................................... 21 Kopi (Coffea sp) ................................................................................... 21 Teh (Camelia sinensis)
.................................................................... 22
Coklat (Theobroma cacao l) ............................................................. 23 Kola (Cola nitida) ................................................................................ 24 Minuman Berenergi ............................................................................. 24 Konsumsi Pangan Sumber Kafein ........................................................... 25 Persepsi .................................................................................................. 27 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...................................... 28 Remaja dan Mahasiswa TPB IPB ............................................................ 28 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 31 METODE PENELITIAN..................................................................................... 34 Desain, Tempat dan Waktu .............................................................................. 34 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ................................................... 34 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ......................................................... 35 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 36 Penelitian Pendahuluan ........................................................................... 38 Uji Reliabilitas .......................................................................................... 40 Definisi Operasional ................................................................................. 40
10
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 44 Karakteristik Individu ................................................................................. 44 Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ...................................................... 48 Keragaan Konsumsi Pangan Sumber Kafein ............................................ 51 Jenis Pangan Sumber Kafein yang DiKonsumsi................................ 52 Pola Konsumsi Pangan Sumber Kafein .................................................... 55 Kopi ................................................................................................... 55 Teh.................................................................................................... 56 Coklat ................................................................................................ 57 Kola ................................................................................................... 59 Minuman Berenergi ........................................................................... 60 Kondisi Konsumsi Pangan Sumber Kafein ........................................ 61 Waktu Konsumsi Pangan Sumber Kafein .......................................... 62 Analisis Dampak Konsumsi Pangan Sumber Kafein ................................ 64 Analisis Dampak Positif ..................................................................... 64 Analisis Dampak Negatif ................................................................... 66 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pola Konsumsi Pangan Sumber Kafein (Jumlah dan Frekuensi) ........................................... 69 Hubungan Jumlah Konsumsi Pangan Sumber Kafein dengan Dampak Positif dan Negatif yang Dirasakan .................................... 70 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 73 Kesimpulan .............................................................................................. 73 Saran ....................................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 75 LAMPIRAN ....................................................................................................... 79
11
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Kandungan kafein dalam berbagai minuman .......................................... 20
2.
Komposisi kimia daun teh segar.............................................................. 22
3.
Cara pengkategorian variabel penelitian ................................................. 38
4.
Analisis korelasi antar variabel................................................................ 39
5.
Analisis uji beda antar variabel ............................................................... 40
6.
Sebaran responden berdasarkan umur ................................................... 44
7.
Sebaran responden berdasarkan besar uang saku ................................. 45
8.
Sebaran responden berdasarkan pengetahuan gizi dan kafein............... 45
9.
Sebaran responden menurut jawaban tentang pengetahuan gizi dan kafein ...................................................................................................... 46
10. Sebaran responden berdasarkan pendidikan orang tua .......................... 48 11. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua ........................... 49 12. Sebaran responden berdasarkan pendapatan orang tua ...... ................. 50 13. Sebaran responden berdasarkan besar keluarga ................ .................. 50 14. Sebaran mahasiswa yang mengkonsumsi pangan sumber kafein .......... 51 15. Sebaran responden yang mengkonsumsi pangan sumber kafein ........... 51 16. Sebaran responden berdasarkan konsumsi pangan sumber kafein ........ 52 17. Kandungan kafein pada beberapa produk pangan.................................. 52 18. Sebaran responden berdasarkan jenis/bentuk pangan sumber kafein yang dikonsumsi .......................................................................... 54 19. Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi kopi ..................... 55 20. Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi kopi ......................... 56 21. Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi teh....................... 57 22. Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi teh........................... 57 23. Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi coklat .................. 58 24. Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi coklat ...................... 59 25. Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi kola ..................... 59 26. Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi kola ......................... 60 27. Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi minuman berenergi ............................................................................................... 60 28. Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi minuman berenergi ................................................................................................ 61 29. Sebaran responden berdasarkan kondisi konsumsi pangan
12
sumber kafein ......................................................................................... 62 30. Sebaran responden berdasarkan waktu konsumsi pangan sumber kafein ........................................................................................ 63 31. Sebaran responden berdasarkan dampak positif konsumsi pangan sumber kafein yang dirasakan .................................................. 66 32. Sebaran responden berdasarkan dampak negatif konsumsi pangan sumber kafein yang dirasakan .................................................. 68
13
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Struktur molekul kafein........ ................................................................... 19 2. Skema kerangka pemikiran ................................................................... 33 3. Skema cara penarikan sampel ............................................................... 35
14
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi menurut umur ....... 80
2.
Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi menurut besar uang saku .................................................................................. 81
3.
Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi menurut pengetahuan gizi dan kafein ................................................................ 82
4.
Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi menurut umur ... 83
5.
Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi menurut besar uang saku .................................................................................. 84
6.
Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi menurut pengetahuan gizi dan kafein ............................................................... 85
7.
Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi kopi menurut dampak yang dirasakan ....................................................................... 86
8.
Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi teh menurut dampak yang dirasakan ....................................................................... 87
9.
Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi coklat menurut dampak yang dirasakan ....................................................................... 88
10.
Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi kola menurut dampak yang dirasakan ...................................................................... 89
11.
Sebaran responden berdasarkan jumlah konsumsi minuman berenergi menurut dampak yang dirasakan ......................................... 90
15
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut BPS (2007) perkembangan jumlah produksi kopi robusta mengalami peningkatan 4.80 persen yaitu 15 583.48 ton pada tahun 2002 menjadi 16 331.45 ton pada tahun 2003. Jumlah produksi teh juga mengalami peningkatan pada tahun 2002 sampai 2003 yaitu 120 421 ton menjadi 127 523 ton. Kafein tergolong jenis alkaloid yang dikenal sebagai trimetilsantin yang terdapat pada minuman kopi, teh, kola, coklat, minuman berenergi maupun obatobatan (IFIC 2007). Kafein dapat meningkatkan kewaspadaan, menurunkan perasaan lelah, meningkatkan suasana hati, dan kepercayaan diri. Meskipun demikian, kafein dapat memberikan dampak negatif bagi penggunanya seperti dapat memacu detak jantung, bersifat diuretik, dan meningkatkan tekanan darah (FKM UI 2007). Kafein merupakan salah satu stimulan yang paling luas penggunaannya, termasuk di kalangan remaja (Santrock 2003). Semakin maraknya iklan pangan sumber kafein dengan beragam merek, diduga juga berimplikasi terhadap makin tingginya minat dalam mengkonsumsi pangan sumber kafein. Hal tersebut dapat membawa pengaruh terhadap pola konsumsi pangan sumber kafein yang cenderung berorientasi pada kesenangan saja. Remaja cepat sekali terpengaruh oleh keadaan lingkungan terutama dalam pemilihan jenis makanan atau minuman. Kebiasaan konsumsi dapat membentuk suatu pola sikap yang dapat terjadi berulang-ulang dalam mengkonsumsi pangan tertentu. Remaja cenderung mempunyai kebiasaan yang kurang baik yaitu lebih menyukai minuman ringan, teh, dan kopi dengan frekuensi lebih sering (Hurlock 1996, diacu dalam Puri 2007). Menurut ADF (2003), anak-anak dan remaja biasanya mengkonsumsi kafein yang bersumber dari coklat, minuman kola, dan minuman berenergi. Konsumsi kafein harus dibatasi yaitu tidak lebih dari 100 mg/hari untuk menjaga kesehatan tubuh. Konsumsi kafein harus berhati-hati terutama bagi seseorang yang sensitif atau beresiko tinggi menderita gangguan fungsi jantung/ginjal. Konsumsi kafein lebih sering dimanfaatkan untuk menghasilkan efek stimulan. Pengaruh kafein pada tiap-tiap orang memberikan hasil yang berbeda-beda dalam keadaan sehat. Penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 4000 orang di Costa Rica. Setengah dari responden tersebut memiliki faktor genetika khusus dalam tubuhnya. Faktor tersebut menyebabkan tubuh mereka tidak kuat apabila mengkonsumsi kafein
16
karena tubuhnya lambat dalam memetabolisme kafein. Seseorang yang termasuk dalam kelompok antikopi/antikafein memiliki risiko lebih besar terkena gangguan jantung (Anonim 2007). Mahasiswa TPB-IPB berdasarkan kategori umurnya termasuk dalam kelompok remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikis, maupun intelektual. Mahasiswa TPB-IPB adalah mahasiswa yang masih berada di semester satu dan dua yang berasal dari berbagai suku dengan karakteristik individu dan keadaan sosial yang berbeda. Potensi yang dimiliki merupakan salah satu aset bangsa yang turut ambil bagian dalam mewujudkan pembangunan nasional sehingga perlu mendapat perhatian agar memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas dan produktif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pola konsumsi pangan sumber kafein dan analisis dampaknya berdasarkan persepsi pada mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008. Mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008 dipilih sebagai calon responden karena merupakan representasi remaja yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pola konsumsi pangan sumber kafein (kopi, teh, coklat, kola, dan minuman berenergi) yang meliputi jumlah, frekuensi, waktu dan kondisi? 2. Pangan sumber kafein apa yang paling banyak dikonsumsi oleh responden? 3. Dampak positif dan negatif apa saja yang dirasakan responden berdasarkan persepsinya setelah mengkonsumsi pangan sumber kafein? Tujuan Tujuan Umum Mengetahui pola konsumsi pangan sumber kafein dan analisis dampaknya berdasarkan persepsi pada mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik individu dan keluarga meliputi usia, besar uang saku, pengetahuan gizi dan kafein, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, dan besar keluarga. 2. Mengidentifikasi keragaan dan pola konsumsi pangan sumber kafein (kopi, teh, coklat, kola, minuman berenergi) pada mahasiswa TPB-IPB.
17
3. Menganalisis perbedaan jumlah dan frekuensi konsumsi pangan sumber kafein antara responden putra dan putri. 4. Mengetahui dampak positif dan negatif yang dirasakan responden berdasarkan persepsinya setelah mengkonsumsi pangan sumber kafein. 5. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan pola konsumsi pangan sumber kafein (jumlah dan frekuensi). 6. Menganalisis hubungan antara jumlah konsumsi pangan sumber kafein dengan dampak positif dan negatif yang dirasakan berdasarkan persepsi. Hipotesis 1. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan pola konsumsi pangan sumber kafein (jumlah dan frekuensi). 2. Tidak terdapat hubungan antara jumlah konsumsi pangan sumber kafein dengan dampak positif dan negatif yang dirasakan berdasarkan persepsi. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam mengkonsumsi pangan sumber kafein. Penelitian ini dapat menggambarkan pola konsumsi pangan sumber kafein dan analisis dampaknya berdasarkan persepsi pada mahasiswa TPB-IPB. Jika ternyata diketahui pola konsumsi pangan sumber kafein sudah melebihi batas maksimal yang dianjurkan maka diperlukan tindakan antisipatif sehingga diharapkan akan tercipta pola hidup sehat terutama untuk mendukung kegiatan perkuliahan. Jika pola hidup sehat sudah tertanam sejak dini maka mahasiswa dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien. Selain itu, dapat dijadikan sebagai masukan atau bahan pertimbangan ketika mengkonsumsi pangan sumber kafein. Semoga dengan adanya penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai penambah wawasan bagi responden khususnya agar lebih memperhatikan konsumsi kafein sesuai dengan batas yang dianjurkan.
18
TINJAUAN PUSTAKA Pola Konsumsi Pangan Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan. Konsumsi pangan (makanan) dipengaruhi oleh kebiasaan makan, perilaku makan dan keadaan ekonomi (Almatsier 2003). Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi maupun jumlah pangan yang dikonsumsi. Susunan jenis pangan yang dikonsumsi berdasarkan kriteria tertentu disebut pola konsumsi pangan (Hardinsyah & Martianto 1992). Kebiasaan (habit) adalah pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan makannya meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan dapat bersumber pada nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan (alam, sosial, budaya) dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Kepercayaan terhadap makanan berkaitan dengan nilai kognisi baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses psikomotor untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaan (Khumaidi 1989). Frekuensi Pangan (Food Frequency) Food frequency questionnaire (FFQ) dikenal sebagai metode frekuensi pangan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi pola konsumsi pangan seseorang. Oleh karena itu, diperlukan kuesioner yang terdiri dari dua komponen yaitu daftar jenis pangan dan frekuensi konsumsi pangan (Riyadi 2004). Frekuensi konsumsi makanan dan minuman pada responden dapat dilihat dalam satu hari atau minggu atau bulan atau dalam satu tahun. Kuesioner FFQ dapat terdiri dari list jenis makanan dan minuman (FKM UI 2007): a. Simple atau non-quantitative FFQ, tidak memberikan pilihan tentang porsi yang biasa dikonsumsi sehingga mengunakan standar porsi. b. Semiquantitative FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi misalnya sepotong roti, secangkir kopi. c. Quantitative FFQ, memberikan pilihan porsi yang biasa dikonsumsi responden seperti kecil, sedang atau besar.
19
Penggunaan metode frekuensi pangan bertujuan untuk memperoleh data konsumsi pangan secara kualitatif dan informasi deskriptif tentang pola konsumsi. Metode ini tidak digunakan untuk memperoleh data kuantitatif pangan maupun intik konsumsi zat gizi (Gibson 1990, diacu dalam Kusharto & Yayah 2006). Metode frekuensi konsumsi pangan juga dapat digunakan untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif selama kurun waktu yang spesifik (misalnya per hari, minggu, bulan, tahun). Hal ini tergantung dari tujuan studi yang akan dilakukan. Kuesioner mempunyai dua komponen utama yaitu daftar pangan dan frekuensi penggunaan pangan (Kusharto & Yayah 2006). Pengukuran frekuensi konsumsi dapat dilakukan pada tiap periode (per hari, per minggu, per bulan, per tahun). Pencatatannya dilaksanakan melalui proses interview/wawancara dan dapat menggunakan kuesioner. Keterbatasan dan kegunaan frekuensi konsumsi ini antara lain hanya menggambarkan data secara deskriptif saja, tidak dapat menghitung kandungan gizi dari kelompok pangan yang dikonsumsi, menggunakan teknik employed cross-validation (recall 24 jam atau dietary history), meningkatkan kualitas kontrol data dan bermanfaat secara klinik dalam pengukuran konsumsi zat gizi (Sanjur 1982). Kafein (1,3,7-Trimetilxantin) Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang dapat dijumpai secara alami dalam makanan contohnya pada biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (Cola nitida), guarana dan mate. Kafein mempunyai rasa yang pahit, dan mampu merangsang saraf pusat, jantung dan pernafasan. Selain itu, kafein juga bersifat diuretik (mempercepat proses urinasi). Kafein berbentuk serbuk putih yang mengandung gugus metil dengan rumus kimia C8H10N4O2 (Wikipedia 2007).
Gambar 1 struktur molekul kafein Menurut Wikipedia (2007) mekanisme kerja kafein pada sel saraf memberikan kontribusi pada efek kafein. Aktivitas sel saraf dipengaruhi oleh senyawa adenosin. Adenosin adalah senyawa nukleotida yang berfungsi mengurangi aktivitas sel saraf saat menempel pada sel tersebut. Menurut Ikrawan (2002) kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor
20
adenosin dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra. Kafein diserap di bagian perut kemudian dimetabolisme dalam hati dan dikeluarkan dari tubuh selama 2-10 jam. Pada umumnya perokok mempunyai metabolisme kafein lebih cepat daripada bukan perokok. Penambahan kafein pada obat-obatan dapat meningkatkan sistem kerja dengan cara menstimulasi sistem saraf. Kadar pengaruh konsumsi kafein dalam tubuh dipengaruhi oleh laju metabolisme kafein dalam tubuh (Prehati 2001). Pengaruh fisiologis kafein terhadap tubuh adalah bersifat stimulasi pernafasan dan jantung. Selain itu, kafein juga dapat memberikan efek samping berupa rasa gelisah, tidak dapat tidur, dan denyut jantung yang tidak beraturan (Soemardji et al. 1984, diacu dalam Julita 1992). Sebesar 150-250 mg kafein dapat menstimulasi cortex, mengurangi kelelahan, stimulasi organ sensory dan dapat meningkatkan aktivitas motorik tubuh. Sebesar 200-500 mg kafein dapat menyebabkan sakit kepala, tubuh gemetar dan merasa gelisah/gugup. Dosis kafein 100 mg dapat menunda tidur meskipun dampak yang dirasakan tiap individu dapat berbeda-beda (Apgar & Tarka 1999). Menurut Barone & Roberts (1996); Frary et al. (2005), diacu dalam IFIC (2007) jumlah kafein dalam produk makanan bervariasi tergantung pada ukuran penyajian, tipe produk, dan metode penyiapan. Adapun kandungan kafein dalam berbagai minuman dijelaskan secara rinci pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan kafein dalam berbagai minuman Kandungan Kafein dalam Satu Cangkir (mg) Menurut Asia Fit (2000), Menurut IFIC Jenis Minuman Satuan* diacu dalam Hardinsyah (2007) (2005) Kopi biasa diendapkan Cangkir 20 – 30 Kopi biasa tidak diendapkan Cangkir 60 – 120 65-120 Kopi instan Cangkir 60 – 80 60-85 Kopi dekafeinasi** Cangkir 2–5 2-4 Teh biasa Cangkir 10 – 30 Teh celup Cangkir 40 – 70 Teh instant Cangkir 24-31 Teh hijau Cangkir 50 – 80 Teh herbal Cangkir 0 Coca Cola biasa Kaleng 30 – 60 30-60 Coca Cola diet Kaleng 40 – 60 Susu coklat biasa Cangkir 20 1-15 Minuman berenergi Botol kecil 40 – 60 50-160 Keterangan: *Satu cangkir setara dengan setengah gelas **Kopi dekafeinasi (kopi dengan kadar kafein rendah)
21
Beberapa Jenis Pangan Sumber Kafein Kopi (Coffea sp.) Kopi merupakan bahan penyegar yang biasanya disajikan dalam bentuk minuman yang dipersiapkan dari biji tanaman kopi yang telah dipanggang. Tanaman kopi terbagi menjadi dua spesies yaitu arabika dan robusta. Arabika adalah kopi tradisional yang memiliki rasa paling enak. Sedangkan robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dan memiliki rasa pahit dan asam (Wikipedia 2007). Menurut Wijaya (2006) keberadaan kafein dalam secangkir kopi tergantung varietas kopi, misal robusta (2.18-2.61%) lebih tinggi daripada arabika (1.32%). Kopi bubuk terbuat dari biji kopi yang disangrai kemudian digiling dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu tidak membahayakan bagi kesehatan. Kopi gula susu dalam kemasan yaitu produk berbentuk bubuk yang terdiri dari campuran kopi instant, gula putih serta susu dan derivasinya dengan atau tanpa tambahan pangan lain yang diijinkan dan dikemas secara hematis. Kopi mix merupakan produk berbentuk serbuk, mudah larut dalam air, yang diperoleh dengan campuran kopi dengan atau tanpa bahan tambahan makanan lain yang diijinkan (SNI 2002). Kopi espresso merupakan kopi pekat dan memiliki rasa yang kuat. Kopi latte merupakan kopi dengan kombinasi sepertiga espresso dan dua per tiga susu. Sedangkan kopi matte merupakan kopi dengan kombinasi susu dan sari nabati (Anonim 2008). Caffeol merupakan minyak esensial yang bersifat volatil yang dapat mempengaruhi karakteristik flavor dan aroma pada kopi. Asam organik dan caramel yang terdapat pada biji kopi juga menentukan flavor dan warna minuman kopi (Miller 1960). Senyawa terpenting yang terdapat dalam kopi adalah kafein. Kafein dalam kopi berfungsi sebagai senyawa perangsang yang bersifat bukan alkohol, rasanya pahit dan dapat digunakan untuk obat-obatan. Senyawa kafein dalam kopi dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, otot dan ginjal. Pengaruhnya terhadap sistem saraf pusat adalah membuat keadaan untuk mencegah rasa kantuk, menaikkan daya tangkap panca indera, mempercepat daya pikir dan mengurangi rasa lelah (Muchtadi & Sugiyono 1989). Menurut Miller (1960) efek fisiologis minuman kopi yaitu bersifat diuretic, dapat mengiritasi sistem pencernaan dan menstimulasi sistem saraf (overstimulate) jika dikonsumsi secara berlebihan.
22
Konsumsi kafein sebanyak 1000 mg per hari yang terdapat dalam 10 cangkir kopi dapat menimbulkan kafeinisme. Kafeinisme yaitu sekumpulan gejala yang ditimbulkan oleh keracunan kafein seperti insomnia, tubuh menjadi gelisah, kepala pusing, tubuh gemetar, mudah tersinggung (Hutapea 1996). Berdasarkan hasil penelitian Julita (1992), hasil ekstraksi kopi diperoleh dari rendemen kafein sebanyak 13-14 persen (w/w). Remaja wanita biasa mengkonsumsi 0.04-0.05 mg kafein tiap ml dalam 150 ml seduhan kopi. Sedangkan remaja pria biasa mengkonsumsi 0.08-0.1 mg kafein tiap ml dalam 150 ml seduhan kopi. Selain itu, diperoleh hasil bahwa sebanyak 20-25 gram kopi dalam 150 ml seduhan kopi dianggap sebagai formulasi yang biasa digunakan untuk membuat minuman kopi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Oglesby Paul (Dosen Fakultas Kedokteran Northern University di Chicago) selama lima tahun membuktikan bahwa kopi dapat meningkatkan angka risiko penyakit jantung koroner. Selain itu, Boston Colloborative Drug Surveillance Program juga membuktikan bahwa lima cangkir kopi sehari atau lebih akan meningkatkan risiko serangan jantung sebesar dua kali lipat (Hutapea 1996). Teh (Camelia sinensi) Teh merupakan bahan penyegar yang mengandung kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat dan protein yang mendekati nol persen. Teh dapat digunakan sebagai minuman dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camelia sinensis dengan air panas (Wikipedia 2007). Kandungan kafein dalam teh dapat memberikan rasa kesegaran dan ketagihan (Julita 1992). Tabel 2 Komposisi kimia daun teh segar Zat
Persen Bahan Kering
Selulosa dengan serat kasar Protein Klorofil dan pigmen Tanin Pati Kafein Asam amino Gula Abu Sumber: Harler 1964, diacu dalam Muchtadi & Sugiyono 1989
34 17 1.5 25 0.5 4 8 3 5.5
Teh dibagi menjadi tiga kelas yaitu teh hitam (telah mengalami proses fermentasi), teh hijau (tidak mengalami proses fermentasi) dan teh oolong (mengalami proses semi fermentasi). Adapun perbedaan ketiga teh tersebut
23
yaitu dalam hal proses pembuatannya, umur daun yang digunakan dan kondisi pertumbuhan daun. Semua teh yang dibuat akan melalui proses pelayuan, pengeringan, penggulungan dan pemanggangan (Miller 1960). Sedangkan teh wangi (jasmine tea) yaitu teh hijau yang telah mengalami pengolahan lebih lanjut, termasuk pewangian dengan menggunakan bunga melati, bunga melati gambir dan atau bunga cula (SNI 2002). Komponen yang terdapat dalam teh antara lain kafein (memberi efek stimulan), tanin (karakterisitk astringent dan warna), dan minyak esensial (flavor dan aroma) (Miller 1960). Sensitifitas seseorang terhadap kafein dari teh dapat berbeda-beda, misalnya satu cangkir teh (60 mg) dapat mengakibatkan seseorang terjaga dari tidur atau bahkan tidak mempunyai pengaruh apapun (Wiseman 2002). Salah satu komponen penting dalam teh yaitu tanin yang dapat memberikan kesegaran (astringent). Teh dapat mengakibatkan ketidaknyamanan perut karena dapat menstimulasi sekresi asam hidroklorik (hydrochloric acid). Saat susu (protein) dikombinasikan dengan tanin dalam teh maka dapat mengurangi sifat astringent pada teh. Selain itu, susu tidak berpengaruh terhadap reaksi kafein dalam tubuh. konsumsi teh yang mengandung kafein dapat menjadi suatu kebiasaan namun tidak menimbulkan bahaya seperti ketagihan obat (Wiseman 2002). Efek fisiologis kafein dalam teh dapat mempercepat pengeluaran urin (diuresis), menstimulasi sistem saraf dan mengiritasi sistem pencernaan (Miller 1960). Coklat (Theobroma cacao L) Coklat merupakan sumber pangan yang kaya lemak (30%), karbohidrat (60%), protein, dan mineral seperti magnesium, kalium, natrium, kalsium, besi, tembaga, fosfor dan berbagai jenis flavonoid seperti epikatekin, epigalokatekin, dan prosianidin serta komponen bioaktif lainnya (Yulianto 2007). Konsumsi coklat dalam jumlah yang dianjurkan (moderate) dinyatakan aman bagi kesehatan. Coklat susu merupakan coklat yang terbuat dari penambahan gula dan padatan susu. Sedangkan susu coklat bubuk merupakan produk makanan olahan berbentuk bubuk dibuat dari susu bubuk, kakao bubuk dan gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain yang diijinkan, tidak termasuk susu formula (SNI 2002). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kris-Etherton dan Mustad (1994), konsumsi coklat susu (milk chocolate) sampai 280 gram per hari
24
ternyata tidak meningkatkan konsentrasi kolesterol ”jahat” low density lipoprotein dan total kolesterol plasma. Kadar flavonoidnya yang tinggi yang terdapat pada coklat dapat menjaga kesehatan jantung (Yulianto 2007). Senyawa alkaloid metilxantin yang terdapat pada coklat diantaranya kafein dan theobromin. Kafein bekerja pada sistem saraf pusat dan jantung. Stimulasi jantung akan meningkatkan aliran darah dan pernafasan. Efek psikologis yang dirasakan biasanya meningkatnya aktivitas mental dan tetap terjaga atau melek. Sedangkan pengaruh theobromin dari hasil studi dengan menggunakan hewan percobaan dilaporkan memiliki efek stimulasi lebih rendah dan memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai puncak efek farmakologis dibandingkan dengan kafein (Yulianto 2007). Menurut Apgar & Tarka (1999) sebesar 1-5 persen dosis kafein dan 11-17 persen dosis theobromin diekskresikan melalui urin. Kafein dapat bertahan dalam tubuh kira-kira 2.5-4.5 jam dan theobromin kira-kira 10 jam. Theobromin, kafein, dan theophylin dalam coklat dapat menstimulasi sistem saraf pusat, diuretik bagi tubuh, serta menstimulasi otot jantung. Kafein dapat meningkatkan kerja otak dan otot rangka, theophypilin mempengaruhi kerja hati, bronkhia, dan ginjal, sedangkan theobromin memberikan pengaruh fisiologis yang lebih rendah dibandingkan dengan kafein dan theophylin. Kola (Cola nitida) Kola merupakan sejenis minuman manis berkarbonasi yang biasanya mengandung pewarna karamel dan mengandung kafein. Minuman kola yang beredar dipasaran adalah campuran dari lemon, kayu manis dan vanila. Namun kandungan utama kola berasal dari biji tumbuhan yang disebut kola (dari nama pohon inilah nama minuman ini berasal). Beberapa merek kola yang dikenal di Indonesia adalah Coca cola dan pepsi (Wikipedia 2007). Rata-rata kandungan kafein dalam coca cola yaitu 45.6 mg dalam 354.84 ml sedangkan pada pepsi yaitu 38.4 mg dalam 354.84 ml (Balentine et al. 1998). Kafein yang ditambahkan dalam minuman ringan jenis ini hanya digunakan sebagai agen penambah rasa (Drewnowski 2001, diacu dalam IFIC 2007). Minuman Berenergi (Energy drink) Minuman berenergi (energy drink) adalah minuman yang mengandung kafein dan gula dengan tambahan asam amino atau vitamin di dalamnya. Menurut ensiklopedia wikipedia, definisi energy drink adalah minuman yang mengandung stimulan yang diijinkan, vitamin (terutama vitamin B) dan mineral
25
yang bertujuan memberikan tambahan energi dengan cepat bagi peminumnya (Evelin 2006). Kafein dalam minuman berenergi dapat diserap sempurna selama 30-60 menit setelah dikonsumsi. Maksimal efek yang terjadi di otak akan muncul dalam dua jam. Oleh karena itu, kafein tidak memberikan pengaruh langsung bagi peminumnya. Kombinasi kafein dan asam amino taurin dalam minuman berenergi akan merangsang sistem saraf pusat untuk memicu reaksi katabolisme yang menghasilkan energi di otot. Mekanismenya adalah melalui pengaktifan kerja saraf yang menghasilkan percepatan denyut jantung untuk memompa darah dan oksigen serta menstimulasi peningkatan kadar gula darah. Kerja taurin dan kafein berfungsi sebagai perangsang (stimulan) dalam pembentukkan energi (Evelin 2006). Berdasarkan keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan no HK.00.05.23.3644 batas maksimal kadar kafein yang diperbolehkan dalam makanan termasuk suplemen dan minuman berenergi adalah 150 mg per hari. Batas aman yang diperbolehkan untuk kandungan kafein dalam minuman penambah energi tidak boleh melebihi 50 mg per satu kali minum dengan frekuensi konsumsi tiga kali sehari (Evelin 2006). Konsumsi Pangan Sumber Kafein Istilah konsumsi memiliki arti yang luas dan arti ini terkait dengan jenis atau kategori produk dan jasa yang dibeli atau dipakai. Jenis produk atau jasa berupa minuman, obat-obatan memiliki arti konsumsi untuk diminum sedangkan makanan berarti dimakan. Penggunaan suatu produk atau konsumsi produk dapat diketahui melalui tiga hal yaitu (1) frekuensi konsumsi, (2) jumlah konsumsi dan, (3) tujuan konsumsi. Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk dipakai atau dikonsumsi. Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas
produk
yang
digunakan
konsumen.
Tujuan
konsumsi
sering
menggambarkan situasi pemakaian oleh konsumen (Sumarwan 2003). Konsumsi kafein tidak boleh melebihi 50 mg per satu kali minum. Jika mengkonsumsi tidak sesuai anjuran maka dalam jangka panjang peminumnya bisa terkena risiko penyakit jantung koroner, darah tinggi, ginjal hingga penyakit gula.
Konsumsi
kafein
harus
berhati-hati
terutama
pada
orang
yang
sensitif/beresiko tinggi seperti individu dengan gangguan fungsi jantung/ginjal. Biasanya, konsumsi kafein lebih sering dimanfaatkan untuk menghasilkan efek stimulan (Evelin 2006).
26
Menurut Drewsnowki (2001), diacu dalam IFIC (2007) konsumsi kopi dan minuman lain yang mengandung kafein secara teratur dapat mengalami beberapa efek ringan yang tidak diinginkan. Gejala jangka pendek akan terasa jika menghentikan kebiasaan konsumsi kafein terutama jika tidak mengkonsumsi secara tiba-tiba. Konsumsi kafein dalam jumlah wajar (moderate intake) sekitar 300 mg per hari (± tiga cangkir kopi per hari) tidak meyebabkan gangguan kesehatan pada orang dewasa meskipun pada beberapa kelompok penderita hipertensi dan kelompok lansia menjadi lebih beresiko terkena penyakit tersebut. Menurut Knight (2004), diacu dalam IFIC (2007) konsumsi kafein pada anak dan remaja biasanya berupa kola dan teh. Minum kopi secara reguler dapat mengakibatkan tubuh menjadi kurang sensitif terhadap adanya kafein dalam tubuh. Konsumsi kopi merangsang lambung untuk mengeluarkan asam lambung lebih banyak dari jumlah normal. Asam lambung yang berlebihan akan mempercepat pembentukan penyakit maag serta penyakit lambung lainnya. Dr. Roth dari Fakultas Kedokteran University of Pennsylvania menyatakan bahwa dua cangkir kecil kopi dapat merangsang pengeluaran asam lambung selama lebih dari satu jam. Kopi juga dapat merangsang ginjal untuk membentuk dan membuang air seni lebih banyak dari jumlah air yang diminum. Kopi yang diminum sewaktu makan akan mengurangi penyerapan besi sebanyak 40 persen dan meningkatkan pembuangan kalsium dari dalam tubuh (Hutapea 1996). Konsumsi teh dan kopi dengan ukuran sedang berpengaruh kecil terhadap
tekanan
darah.
Hasil
studi
di
Inggris
dan
Amerika Serikat
menyimpulkan bahwa konsumsi teh dan kopi dengan ukuran sedang (1-6 cangkir per hari) tidak signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung maupun stroke. Selain itu, kafein juga dapat mengurangi gejala batu ginjal/batu dalam kandung empedu. Penelitian yang dilakukan pada 81000 perempuan yang diberikan perlakuan minum kopi 200 ml (satu cangkir) per hari menunjukkan berkurangnya risiko batu ginjal sebanyak 10 persen (Prehati 2001). Konsumsi kafein secara berlebihan dapat menyebabkan intoksikasi kafein (yaitu mabuk akibat kafein). Gejala penyakit ini adalah keresahan, kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, sering buang air kecil (diuresis), dan masalah gastrointestial. Gejala-gejala ini bisa terjadi walaupun hanya mengkonsumsi 250 mg kafein per hari. Jika lebih dari satu gram kafein dikonsumsi dalam satu hari, gejala yang ditimbulkan adalah kejang otot (muscle twitching), kekusutan pikiran
27
dan perkataan, aritmia kardium (gangguan pada denyutan jantung) dan bergejolaknya psikomotor (psychomotor agitation). Intoksikasi atau keracunan kafein juga bisa mengakibatkan kepanikan (Wikipedia 2007). Di Australia menunjukkan adanya kecenderungan ditambahkannya kafein pada kola dan minuman berenergi dimaksudkan sebagai efek pemacu aktivitas seseorang. Kebiasaan seseorang dalam mengkonsumsi kopi atau teh tidak hanya karena merasa haus namun adanya kenikmatan pengaruh kafein di dalamnya (Wiseman 2002). Persepsi Persepsi
merupakan
proses
yang
mendorong
seseorang
dalam
menyeleksi, mengorganisasi dan menginterpretasikan stimuli dari lingkungan (Solomon 2001). Persepsi dimulai dengan adanya tanggapan terhadap rangsangan yang berupa suara, sentuhan, rasa, aroma dan penglihatan. Persepsi terhadap informasi yang disampaikan tergantung kepada individu yang menerimanya. Cara individu menafsirkan informasi tergantung pada pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan kerangka pikirnya. Proses persepsi seseorang juga dipengaruhi oleh frekuensi stimulus yang sampai pada panca indera (Samovar & Porter 1994, diacu dalam Hidayati 1999). Menurut
Cohen
(1981)
sensasi/proses kompleks dimana
persepsi
merupakan
seseorang
interpretasi
menyeleksi,
mengatur
dari dan
menafsirkan tanggapan terhadap rangsangan sensory untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Persepsi ditentukan oleh rangsangan yang mengenai pancaindera dan merupakan suatu reaksi yang mengatur pancaindera dalam menghasilkan suatu pengalaman. Faktor lain yang mencerminkan persepsi antara lain status psikologi dan sejarah individu. Proses terjadinya persepsi yaitu individu
mengatur
dan
menafsirkan
stimuli
dari
pancainderanya
dan
mengembangkan pemahaman (interpretasi terhadap makna stimulus) pada lingkungan sekitar. Persepsi dibentuk saat impuls elektrik diproses di otak. Sensory receptors merupakan sumber impuls elektrik yang bertanggung jawab dalam menerima rangsangan dari indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa. Rangsangan tersebut kemudian diterjemahkan di sistem pusat (otak) (Galler 1984). Persepsi ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat
28
indera, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengaruh kelompok dan pengalaman masa lalu (Surata 1993, diacu dalam Farohah 2003). Setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menghadapi situasi yang sama karena informasi yang diterima oleh pancaindera kemudian diterjemahkan secara pribadi masing-masing (Martias 1997, diacu dalam Farohah 2003). Manfaat negatif yang dirasakan seseorang disebut sebagai risiko yang didapat akibat mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu produk. Seseorang seringkali merasakan manfaat negatif berdasarkan persepsinya mengenai manfaat tersebut. Inilah yang disebut sebagai persepsi risiko (perceived risk). Risiko fisik (physical risk) yaitu dampak negatif yang akan dirasakan seseorang karena menggunakan/mengkonsumsi jenis pangan tertentu (Sumarwan 2003). Menurut Mowen (1998), diacu dalam Sumarwan (2003) menyatakan bahwa persepsi meliputi berbagai tahap meliputi pemaparan stimulus, perhatian (kapasitas pengolahan terhadap stimulus yang masuk) dan pemahaman. Cara konsumen melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya biasa disebut dengan persepsi seorang konsumen. Konsumen seringkali membeli suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Myers & Reynold 1967, mengemukakan bahwa persepsi dapat dipengaruhi oleh dua faktor: 1. Faktor stimulus (eksternal) terdiri dari karakteristik suatu objek seperti warna, ukuran, tekstur dan atribut yang terdapat dalam produk. 2. Faktor individu (internal) terdiri dari karakteristik seseorang, kemampuan dasar proses penginderaan, pengalaman yang telah dimilikinya, motivasi dan pengaruh keadaan yang dialami individu (baik senang maupun depresi). Remaja dan Mahasiswa TPB IPB Remaja merupakan masa transisi anak dan dewasa yang berawal pada usia 12 – 13 tahun dan berakhir di usia 19 tahun atau 20 tahun. Pada tahap ini, remaja terjadi pertumbuhan fisiologis dengan cepat dimana fungsi organ reproduksi dan organ seks primer telah terjadi kematangan serta karakteristik organ seks sekunder mulai muncul (Papalia & Olds 1978). Periode remaja
29
merupakan periode kritis dimana terjadi perubahan fisik, biokimia dan emosional yang cepat (FKM UI 2007). Menurut Syamsu (2007) masa remaja meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun, (b) remaja madya: 16-18 tahun, (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Remaja belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif dan psikososial. Remaja sangat mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan karena dalam masa pencarian identitas. Teman (akrab) sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan. Kebiasaan makan remaja juga dapat dipengaruhi oleh keluarga dan media (terutama iklan di televisi) (Arisman 2004). Menurut Santrock (2003) remaja pada umumnya tidak memiliki informasi yang memadai mengenai berbagai topik kesehatan dan memiliki kesalahan persepsi yang signifikan mengenai kesehatan. Masalah gizi pada remaja perlu mendapat perhatian khusus karena berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Saat ini populasi remaja didunia telah mencapai 1200 juta jiwa atau sekitar 19 persen dari total populasi dunia (WHO 2003, diacu dalam FKM UI 2007). Di Indonesia, persentase populasi remaja yaitu mencapai 21 persen dari total populasi penduduk atau sekitar 44 juta jiwa (BPS 2003, diacu dalam FKM UI 2007). Mahasiswa adalah pengguna jasa layanan perguruan tinggi, sekolah, maupun lembaga diklat sekaligus juga merupakan masukan (input) di dalam sistem ini. Kualitas masukan ini akan mempengaruhi kualitas hasil karena di dalam proses ini ada perlakuan-perlakuan khusus yang akan menangani kelompok-kelompok mahasiswa yang berbeda. Kemampuan awal mahasiswa beragam meskipun telah disaring melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi dan Penelusuran Bakat dan Minat (PMDK), ternyata variasi didalamnya memerlukan penanganan khusus. Secara logika mahasiswa mengalami defisit kemampuan awal, di dalam proses harus memperoleh perlakuan secara lebih intensif agar kualitas keluaran relatif sama atau bahkan berada pada kurva sisi positif (Suparno 2001). Mahasiswa
TPB
(Tingkat
Persiapan
Bersama)
IPB
merupakan
mahasiswa IPB yang berada pada semester satu dan dua yang termasuk dalam kelompok remaja. Mahasiswa TPB IPB diwajibkan tinggal di Asrama TPB selama satu tahun sebagai cara untuk mempermudah dalam proses adaptasi terhadap lingkungan yang baru. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan rasa aman dan
30
peningkatan kesejahteraan mahasiswa. Penerimaan mahasiswa baru angkatan 2007 menunjukkan proporsi jumlah mahasiswa putri lebih besar (61%) dibandingkan dengan mahasiswa putra (39%) (TPB dalam Angka 2006).
31
KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Konsumsi pangan sumber kafein pada mahasiswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur, uang saku, pengetahuan gizi dan kafein, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga. Faktor eksternal meliputi ketersediaan di pasaran, iklan, peer group, dan sumber informasi. Menurut ADF (2003) pengaruh kafein pada tiap orang berbeda-beda tergantung pada umur, ukuran tubuh, dan kondisi kesehatan. Pada usia tertentu kebutuhan dalam mengkonsumsi pangan sumber kafein diduga meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas fisik. Namun, tingkat sensitifitas kafein akan berbeda seiring dengan pertambahan umur. Biasanya laki-laki cenderung lebih
sering
mengkonsumsi
pangan
yang
mengandung
kafein
karena
beragamnya aktivitas yang dilakukan. Pengetahuan merupakan hasil dari rasa tahu seseorang yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan gizi dan kafein merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Komponen tersebut juga merupakan faktor pribadi yang akan berkaitan dengan dampak dan kebiasaan seseorang dalam mengkonsumsi pangan sumber kafein. Semakin tinggi aktivitas yang dijalani kemungkinan semakin meningkat pula kebutuhan tubuh terhadap kafein sebagai stimulan. Hal ini dapat berimplikasi terhadap keinginan dalam mengkonsumsi kafein. Pangan sumber kafein dapat mempertahankan keadaan tubuh tetap bugar sehingga aktivitas yang dijalani mahasiswa dapat terselesaikan dengan baik. Konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan (Almatsier 2003). Kebiasaan (habit) adalah pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang (Khumaidi 1989). Kebiasaan konsumsi yang telah terbentuk pada diri individu dapat membentuk suatu pola konsumsi. Susunan jenis pangan yang dikonsumsi berdasarkan kriteria tertentu disebut pola konsumsi pangan (Hardinsyah & Martianto 1992). Pola konsumsi yang dianalisis meliputi jumlah, frekuensi, kondisi, dan waktu.
32
Pola konsumsi pangan sumber kafein dalam kurun waktu tertentu dapat menimbulkan persepsi berupa dampak positif dan negatif yang dirasakan. Unsur penilaian individu terhadap jenis pangan sumber kafein dan pengalaman dalam mengkonsumsinya
akan
menimbulkan
suatu
persepsi.
Persepsi
dalam
mengkonsumsi beberapa jenis pangan sumber kafein diawali dengan adanya tanggapan terhadap rangsangan yang berupa rasa, aroma, dan penglihatan (Samovar 1994, diacu dalam Hidayati 1999). Persepsi juga akan mempengaruhi seseorang untuk mengkonsumsinya berdasarkan rangsangan dari apa yang diterima pancaindera. Gangguan tubuh terhadap keberadaan kafein dalam pangan tertentu tidak hanya dipengaruhi oleh dosis (banyaknya kafein yang dikonsumsi) tetapi juga tingkat kesensitifan seseorang atau lebih bersifat individual.
33
Faktor eksternal: Karakteristik lingkungan Sumber informasi Iklan Ketersediaan dipasaran Peer group
Faktor internal: Karakteristik sosial ekonomi keluarga Pekerjaan orang tua Pendidikan orang tua Pendapatan orang tua Besar keluarga Faktor internal: Karakteristik individu Umur Besar uang saku Pengetahuan gizi dan kafein Persepsi:
Konsumsi pangan sumber kafein
Pola Konsumsi: Jumlah Frekuensi Kondisi Waktu
Dampak positif: Rasa kantuk berkurang Lebih bugar Merasa lelah berkurang Mudah konsentrasi Merasa lebih tenang Dampak negatif: Sakit kepala Merasa jantung berdetak lebih cepat Ketagihan Sering buang air kecil Gangguan lambung Mudah lapar (dalam kondisi setelah makan)
Gambar 2 Skema kerangka penelitian Keterangan : = Variabel yang diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti
34
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini dilakukan secara cross sectional study. Penelitian dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor yaitu pada mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008. Lokasi yang dipilih didasarkan pada pertimbangan bahwa belum terdapat penelitian mengenai pola konsumsi pangan sumber kafein dan analisis dampaknya berdasarkan persepsi pada mahasiswa TPB-IPB serta kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian karena lokasinya dapat dijangkau dengan mudah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 – Juni 2008. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Sampel populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra dan putri TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008. Jumlah populasi mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 3013 orang terdiri dari 1180 mahasiswa putra (39%) dan 1833 mahasiswa putri (61%). Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) secara proporsional berdasarkan populasi mahasiswa putra maupun putri. Jumlah unit populasi dalam penelitian ini tidak sama dan responden yang diambil representatif berdasar jumlah populasi mahasiswa putra maupun putri. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah mengkonsumsi pangan sumber kafein minimal satu kali dalam seminggu terakhir, bersedia mengisi kuesioner yang telah disiapkan peneliti dan mempunyai kesanggupan untuk diwawancarai. Jumlah responden diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus ini digunakan untuk menentukan jumlah minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui. Rumus Slovin (Umar 2003) adalah sebagai berikut: n= Keterangan
N 1 + N e2
:
n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir (5 %)
35
Formula yang digunakan dalam menentukan proporsi responden tiap kelompok yaitu ni =
Ni N
n
keterangan i = 1. Putra 2. Putri Sebanyak 525 mahasiswa putra maupun putri dipilih secara acak untuk mengetahui keragaan konsumsi pangan sumber kafein. Berdasarkan rumus Slovin, diperoleh jumlah responden yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 354 orang. Persentase mahasiswa putra maupun putri dalam populasi terdiri dari 61 persen mahasiswa putri dan 39 persen mahasiswa putra sehingga diperoleh jumlah responden putra maupun putri masing-masing sebanyak 138 dan 216 orang. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: Populasi mahasiswa TPB IPB tahun 2007/2008 yaitu 3013 orang
1180 mahasiswa putra
1833 mahasiswa putri
525 mahasiswa putra maupun putri
354 responden
138 responden putra
216 responden putri
Gambar 3 Skema cara penarikan sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik individu dan keluarga (usia, besar uang saku, pengetahuan gizi dan kafein, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua,
36
pekerjaan orang tua dan besar keluarga), keragaan dan pola konsumsi pangan sumber kafein (jumlah, frekuensi, kondisi dan waktu), analisis dampak positif dan negatif yang dirasakan berdasarkan persepsi setelah mengkonsumsi pangan sumber kafein. Sedangkan data sekunder yang digunakan yaitu berupa jumlah populasi mahasiswa putra dan putri TPB-IPB tahun ajaran 2007/2008. Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket (kuesioner) yang telah disiapkan peneliti. Food frequency pangan sumber kafein digunakan untuk mengetahui jumlah konsumsi pangan sumber kafein dalam satu hari, sedangkan frekuensi konsumsi pangan sumber kafein dilihat dalam kurun waktu satu minggu terakhir. Persepsi berupa dampak positif dan negatif yang dirasakan merupakan bagian dari anggapan responden. Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel for Windows 2003 dan dilanjutkan dengan menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 13.0 for Windows. Proses pengolahan meliputi verifikasi, coding, entry, editing, dan analyzing. Data yang diolah secara deskriptif meliputi karakteristik individu dan keluarga (usia, besar uang saku, pengetahuan gizi dan kafein, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan besar keluarga), pola konsumsi pangan sumber kafein (jumlah, frekuensi, kondisi dan waktu), analisis dampak positif dan negatif yang dirasakan berdasarkan persepsi setelah mengkonsumsi beberapa jenis pangan sumber kafein. Hubungan karakterisitik individu dengan pola konsumsi pangan sumber kafein (jumlah dan frekuensi) dan hubungan jumlah konsumsi pangan sumber kafein dengan dampak positif dan negatif yang dirasakan berdasarkan persepsi setelah mengkonsumsi pangan sumber kafein dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Sedangkan uji beda yang digunakan yaitu uji beda U Mann Whitney. Pengkategorian karakteristik responden meliputi umur, besar uang saku (Rp/bulan), dan pengetahuan gizi dan kafein. Umur dikategorikan menjadi dua berdasarkan Syamsu (2007) yaitu remaja madya (17-18 tahun) dan remaja akhir (19-20 tahun). Besar uang saku dikategorikan menjadi tiga berdasarkan standar deviasi yaitu rendah (