HUBUNGAN KEMATANGAN BERAGAMA DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STAIN SALATIGA ANGKATAN 2007/2008 SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Arunia Hidayati NIM: 111 07 084
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
ii
iii
iv
MOTTO “Dasari apapun yang kita lakukan dengan keikhlasan, agar yang kita lakukan terasa menyenangkan” “Dengan senyum membuat hidup ini lebih indah”
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1. Ayahku tercinta (Alm, bapak Maryono) yang semasa hidupnya telah memberikan kasih sayang dan motivasi penuh
dengan
kesabaran
selama
studi
serta
membiayaiku selama ini dengan penuh cucuran air keringat. Sungguh jasa dan pengorbanan beliau amat besar dan tak terbalaskan. Ibuku
tercinta
(ibu
Siti
Rohmi),
yang
telah
mencurahkan kasih sayang dan motivasi dengan penuh ketegasan, yang telah membiayaiku selama ini dengan penuh
cucuran
keringat.
Sungguh
jasa
dan
pengorbanan kalian amat besar dan tak terbalaskan. 2. Keluargaku, kakak dan adikku (mbak Habibah Sahara dan dik Naili Mahmidah) yang aku sayangi 3. Bapak Imam Sutomo yang telah meluangkan waktunya dan
memberikan
bantuan
dengan
legowo
meminjamkan buku-buku yang saya butuhkan, serta memberi contoh pelajaran berharga tentang perilaku altruisme.
vi
4. Bapak ibu dosen yang telah mendidik dan member pelajaran berharga selama perkuliahan. 5. Ibu
Djamiatul
waktunya
Islamiyah
dan
dengan
yang sabar
telah
meluangkan
membimbing
dan
memberikan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi. 6. Teman-temanku sekelas PAI C angkatan 2007, sungguh indah bersahabatan bersama kalian, penuh canda dan tawa. 7. Teman-teman Idawati,
akrabku
Siska
(Anis
Zurtha
Khoiriyah,
Farida,
Umi
Ika
Laila
Nur
Kasun,
Dinasty Umayah, Qumi laila, Humaidi dsb) yang tak bias ku sebutkan satu persatu, kalian telah mengisi hari-hariku dengan canda dan tawa. Terimakasih atas semuanya. Tetap semangat n sukses selalu..!!!! 8. Temanku yang baik hati, sepasang suami istri (Imam Turmudi
dan
Dwi
andreani)
yang
telah
mengfasilitasiku dengan suka rela meminjamkan laptop untuk menyelesaikan tugas ini. Maaf kalo aku sering ngrepotin kalian. Terimakasih atas semua ini.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT, Yang Maha Mengetahui segala apa yang tamapak dan tersembunyi, atas segala rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat beriring salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, beliaulah teladan sempurna bagi seluruh umat manusia, terutama umat islam. Skripsi ini penulis susun dalam memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana jurusan tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, program studi Pendidikan Agama Islam. Dengan terselesaikannya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga yang telah banyak berjasa dan berkenan memberikan persetujuan dan pengesahan terhadap skripsi ini. Serta telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah memberikan banyak bimbingan serta motivasi dalam pengambilan judul skripsi ini. 3. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. sebagai dosen pembibing yang telh dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta telah berkenan meluangkan waktunya dalam upaya menyelesaikan tugas ini.
viii
membimbing penulis
untuk
4. Bapak dan ibu dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi. 5. Bapak, ibu, kakak, adik, dan seluruh keluargaku dirumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 6. Seluruh mahasiswa angkatan 2007/2008 yang telah ikhlas menjadi responden dan memberikan jawaban dari angket yang penulis ajukan. Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan menabah khasanah keilmuan serta dapat mengambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari.
Salatiga, 8 Agustus 2011 penulis
ix
ABSTRAK Hidayati, Arunia. 2011. Hubungan Kematangan Beragama Dengan Perilaku Altruistik Pada Mahasiswa. Skripsi, jurusan Tarbiyah. Program Study Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag. Kata Kunci: Hubungan Kematangan Beragama Dengan Perilaku Altruistik Pada Mahasiswa Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008 pertanyaan utama yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat kematangan beragama pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. (2) Bagaimana tingkat perilaku altruistic pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. (3) Adakah hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. Penelitian ini mengguanakan metode angket, dokumetasi dan observasi. Subyek penelitian ini sebanyak 50 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data x dan y. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menunjukan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. Hal ini dilihat dari angket tingkat kematangan beragama yang memperoleh nilai tinggi (A) sebanyak 46%, kategori sedang (B) sebanyak 44%, kategori rendah (C) sebanyak 10%, hasil angket perilaku altruistik yang memperoleh kategori nilai tinggi (A) sebanyak 46%, kategori sedang (B) sebanyak 44%, kategori rendah (C) sebanyak 10%. Setelah data berhasil, kemudian data tersebut dikonsultasikan dengan r table, dengan jumlah subyek penelitian 50 responden dengan taraf signifikasi 5% diperoleh 0,361, pada taraf signifikasi 1% diperoleh 0,279, dan hasil rxy diperoleh signifikasi 0,995, maka dapat berarti bahwa nilai rxy lebih besar daripada nilai r tabel yakni (0,361 <0,995> 0,279). Jadi hipotesis yang mengatakan ada hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008 diterima.
x
DAFTAR ISI
JUDUL .........................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN.................................................................... iii PERTANYAAN KEASLIAN TULISAN...................................................... iv MOTTO........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................. viii ABSTRAK ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B. Fokus Penelitian ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
6
D. Hipotesis ................................................................................
6
E. Manfaat Penelitian .................................................................
7
F. Penegasan Istilah ...................................................................
7
G. Metodologi Penelitian ............................................................ 10 H. Sistematika Penyusunan Skripsi ............................................. 12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Beragama
xi
1. Pengertian Kematangan Beragama ................................... 14 2. Karakteristik Kematangan Beragama ............................... 15 B. Perilaku Altruisme ................................................................. 22 C. Hubungan Kematangan Beragama Dengan Perilaku Altruistik 24 BAB III
LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya STAIN Salatiga .................................. 32 2. Asas, Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga......................... 42 3. Visi dan Misi STAIN Salatiga .......................................... 43 4. Organisasi STAIN Salatiga .............................................. 44 B. Penyajian Data Penelitian 1. Daftar Responden............................................................. 47 2. Data Tentang Jawaban Angket Kematangan Beragama .... 50 3. Data Tentang Jawaban Angket Perilaku Altruistik ............ 53
BAB IV
ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ............................................................. 57 B. Analisis Uji Hipotesis ............................................................ 79 C. Analisis Lanjutan ................................................................... 90
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................ 92 B. Saran-Saran ........................................................................... 93 C. Penutup.................................................................................. 94
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel.I.
Daftar Nama Responden ..................................................... 48
2. Tabel.II.
Daftar Jawaban Angket Kematangan Beragama Mahasiswa 50
3. Tabel.III.
Daftar Jawaban Angket Perilaku Altruistik Mahasiswa ....... 53
4. Tabel.IV.
Nilai Angket Tingkat Kematangan Beragama ..................... 58
5. Tabel.V.
Interval Tingkat Kematangan Beragama ............................. 63
6. Tabel.VI.
Nilai Nominasi Tingkat Kematangan Beragama .................. 63
7. Tabel.VII.
Ditribusi Frekuensi Jawaban Kematangan Beragama .......... 68
8. Tabel.VIII. Daftar Jawaban Angket Perilaku Altruistik ........................ 68 9. Tabel.IX.
Interval Perilaku Altruistik Mahasiswa................................ 73
10. Tabel.X.
Nominasi Perilaku Altruistik Mahasiswa............................. 74
11. Tabel.XI.
Distribusi Frekuensi Variabel Y .......................................... 78
12. Tabel.XII.
Persiapan Tingkat Kematangan Beragama Dengan Perilaku Altruistik .............................................................. 80
13. Tabel.XIII. Tabel Frekuensi Yang Diperoleh ......................................... 83 14. Tabel.XIV. Tingkat Kematangan Beragama dan Perilaku Altruistik Pada Mahasiswa ................................................................. 86 15. Tabel.XV.
Tabel Kerja Penghitungan Chi Kuadrat .............................. 87
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi. Pada saat ini semakin berkembang pula aktivitas sehingga menguras pikiran dan perhatian induvidu itu sendiri dan mengakibatkan berkurangnya rasa tolong menolong antar sesama. Hal ini menjadikan manusia bersikap modern (kekinian) yang cenderung
individualis
yang
mengarah
pada
pribadi
yang
egois,
mementingkan diri sendiri sehingga mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi. Dengan ini agama sangat penting dan seharusnya dapat berperan aktif demi terciptanya insan yang berjiwa altruistik. Seperti yang dikemukakan oleh Izetbegovic: Kemajuan ilmu pengetahuan, tak peduli betapa besar dan spektakuler, tetap saja tidak bisa membuat moralitas dan agama menjadi tidak penting. Ilmu pengetahuan tidak mengajarkan manusia bagaimana hidup, tidak pula menancapkan standar nilai-nilai. Nilai-nilai yang bisa mengangkat manusia dari kehidupan biologis ketingkat kehidupan manusia tetap merupakan materi dan tidak terpahami tanpa agama. Agama adalah „‟pemahaman‟‟ terhadap sifat alam lain yang lebih tinggi, dan moralitas adalah makna dari hal itu. (Aliyah,1992:135-136) Tentunya atas dasar kesatuan asal-usul dan kesamaan derajat dihadapan Allah SWT, tiap-tiap individu harus menyadari tanggung jawab yang telah ditentukan Allah. Tanggung jawab dapat diartikan berbagai macam, tapi yang paling penting adalah upaya untuk menciptakan kesejahteraan bersama dalam lingkungan masyarakat. Seseorang yang tergolong mampu secara fisik atau
1
2
mampu secara harta maka dianjurkan untuk menolong orang yang tidak mampu. Sebaliknya seorang yang tidak mampu, misalnya, karena berusaha sehingga dapat dikatakan mampu, maka dia diajurkan juga untuk memberi bantuan kepada orang lain yang tidak mampu atau dalam kesusahan. Setiap orang harus memahami fungsi masing-masing. Seorang muslim hendaklah mengunjungi saudara muslimnya yang sakit, meringankan beban orang yang mendapat kesulitan, menciptakan rasa cinta kasih, persaudaraan dan solidaritas antara satu dan lainya, ia juga hendaknya memberikan hak-hak orang sekelilingnya, seperti hak untuk mendapat kehidupan dan perlakuan yang layak. Islam menganjurkan, hendaklah diciptakan rasa kebersamaan dalam masyarakat dan saling membantu orang–orang yang sedang mengalami kesusahan, karena Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang mau membantu sesama dengan iklash. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ali „Imron (3:134)
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Eysenck H.J dan Arnold.W. 1972:234. Maturitas adalah kondisi kondisi kematangan yakni satu kondisi
3
dimana differensiasi dan integrasi antara badan, jiwa dan mental telah sempurna dan terkonsolidasi, dan ketika telah ada kesiapan dari individu dalam menghadapi tuntutan kehidupan (Djamiatul Islamiyah,2006:17). Mengingat masih banyak orang-orang yang hidup didalam kesusahan dan membutuhkan pertolongan dan sebagian besar diantaranya adalah orang– orang yang beragama islam, maka menjadi sebuah kewajiban bagi umat islam untuk memberikan bantuan kepada orang-orang tersebut yaitu dhuafa, fuqara dan masakin atau orang-orang yang sedang tertimpa musibah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dengan itu agama mendorong manusia yang berkedudukan sebagai makhluk sosial
untuk melakukan sebuah tindakan atau sikap
keberagamaan sesuai dengan kadar ketaatanya terhadap agama. Sepertihalnya sikap altruistik/itsar adalah salah satu akhlak yang mulia, yang pengertianya menurut Ibnu Qoyyim adalah mendahulukan orang lain (Dr. Hasan bin Ali Alhijazy,2001:220). Dan altruism adalah memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dalam kondisi tertentu. Pada altruism salah satu yang penting adalah sifat empati untuk merasakan perasaan orang lain disekitar kita. Dalam kehidupan bermasyarakat sebagai makhluk sosial pengaruh keyakinan membentuk altruisme dalam dirinya dan hendaknya menampakan pola tingkahlaku sebagai realisasi dari keyakinan tersebut. Sedangkan dalam kehidupan beragama keyakinan dan pola tingkahlaku dapat mendorong manusia untuk melahirkan norma-norma dan pranata keagamaan sebagai
4
pedoman dan sarana kehidupan. Seperti halnya yang telah diajarkan dalam agama islam yang mengajarkan Khablumminannas dimana tujuan utamanya untuk mengatur hubungan antar sesama. Seperti yang telah dikemukakan oleh Th. Sumartana, 2002:24. Nilai keutamaan adalah tergantung pada wawasan-wawasan utama mengenai nilainilai kebaikan dan kemanusiaan, atau perbuatan yang benar secara moral. Umpamanya, banyak pemikiran bahwa kita dapat menentukan apa yang merupakan sifat yang baik hanya jika kita yang mengetahui macam-macam perbuatan yang bersifat baik yang cenderung dilakukan masyarakat. Namun dewasa ini sikap altruistik yang dimaksud dari uraian-uraian diatas kian berubah, dan menjadi hal yang lumprah. Karena sikap altruistik hanya dipakai oleh para penyelenggara jasa. Dan ironisnya tidak semua penyelenggara jasa memiliki sikap altruistik. Misalnya, seorang suster yang mencurahkan perhatian dan perawatanya untuk pasien, Seorang kuli panggul yang mengorbankan sekuat tenaganya untuk juragan, atau Seorang supir taxi yang seharian penuh meluangkan waktunya untuk mengantarkan penumpang sampai ketujuan, dan semuanya semata-mata untuk duit/imbalan. Akan tetapi yang penulis maksud disini adalah sikap altruistik yang murni tanpa pamrih, baik berupa hadiah, imbalan ataupun pujian. Melainkan sepenuhnya keikhlasan untuk mengharap ridlo Allah SWT. Jelas dapat diketahui, sikap mengutamakan orang lain diatas kepentingan diri sendiri adalah sesuatu yang tidak datang dengan sendirinya. Orang-orang yang memiliki sikap mulia ini berjuang dengan penuh ketegaran hingga harus
5
merasakan pahit getir kesabaran dalam memboikot kedunian yang fana. Misalnya seorang mahasiswa yang rela mengabdikan hidupnya demi pendidikan sepertihalnya pengajar TPA tanpa honor, atau seorang mahasiswa yang rela memberikan uang jajan bulananya untuk mendonasikan kepada anak yatim. Yang kesemuanya itu bisa pula dimulai dari hal-hal yang paling sederhana tetapi bermakna untuk sesamanya yang tersirat dalam sikap, tindaktanduk, ucapan atau bahkan sampai pada tindakan yang ekstrim dalam berkorban demi sesama. Seperti yang dikemukakan oleh Djamiatul islamiyah,2006:25 dalam tulisanya bahwa pendapat Allport tentang fungsional outonomy agama pada orang-orang yang matang agamanya. Artinya agama menjadi motivasi tersendiri bagi seluruh gerak aktivitas kehidupanya. Dari uraian di atas penulis ingin mengetahui korelasi antara kematangan beragama dengan sikap altruistik pada kehidupan mahasiswa. Maka penulis tertarik mengangkat sebuah skripsi yang berjudul: HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA DENGAN SIKAP ALTRUISTIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STAIN SALATIGA ANGKATAN 2007/2008
B. Fokus Penelitian Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengambil suatu pokok masalah yang penulis rumuskan sebagai berikut:
6
1. Bagaimana tingkat kematangan beragama pada mahasiswa program studi PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. 2. Bagaimana tingkat perilaku altruistik mahasiswa program studi PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. 3. Adakah hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik mahasiswa program studi PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008.
C. Tujuan Penelitian Dengan melihat fokus masalah diatas yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kematangan beragama pada mahasiswa program studi PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. 2. Untuk mengetahui perilaku altruistik pada mahasiswa program studi PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. 3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa program studi PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008.
D. Hipotesis Hipotesis yaitu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1991 : 67). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kematangan beragama dengan sikap altruistik, artinya bilamana seseorang
7
tersebut telah matang agamanya maka seseorang tersebut akan cenderung bersikap altruistik. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, diharapkan mampu memberikan informasi tentang korelasi antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa serta dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis
: Mengembangkan wacana tentang variabel religiusitas korelasinya dengan variabel altruistik.
Manfaat praktis
: Penenlitian ini diharapkan mampu mengembangkan wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya kematangan beragama dan sikap altruistik.
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul skripsi tersebut diatas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut yaitu 1. Kematangan beragama Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kematangan beragama adalah kedewasaan seseorang dalam cara berfikir dan bertindak dalam mematuhi perintah agama. Dalam studi psikologis kematangan beragama bisa disebut dengan religious maturity atau maturitas beragama. Maturitas adalah kondisi
8
kematangan yakni suatu kondisi dimana differensiasi dan integrasi antara badan, jiwa dan mental telah sempurna dan berkonsolidasi dan ketika telah ada kesiapan dari individu yang dalam menghadapi tuntunan kehidupan, jadi maturitas agama atau kematangan beragama dapat dipahami sebagai suatu kondisi ideal dari perkembangan keagamaan seseorang sebagai hasil dari proses penghayatan terhadap agamanya (Djamiatul, 2006:17 ) 2. Perilaku altruistik Dalam kamus filosofi, menurut Lorens Bagus (1996 :42) berasal dari bahasa Inggris: altruism; dari latin alter (lain, yang lain): kata ini diangkat oleh auguste comre, filusuf Perancis, istilah ini menyiratkan penghargaan dan perhatian terhadap pengorbanan kepentingan pribadi Dalam kamus psikologi, menurut James Drever (1986:12). Altruism adalah pemikiran/keprihatinan terhadap kesejahteraan orang lain (tanpa mengharapkan imbalan) Sementara untuk mengukur kematangan beragama, penulis merujuk pada pendapat Allport, yang membentuk beberapa karakteristik tentang kematangan beragama. Menurut Allport kematangan kepribadian menjadi prasyarat dari kematangan beragama. Adapun ciri kematangan kepribadian adalah sebagai berikut : a. Memiliki wawasan yang luas, tidak egois, yang tidak hanya sekedar material oriented. b. Memiliki kecakapan pemahaman terhadap diri sendiri secara objektif serta mampu mempertahankan harmonisasi terhadap sesama.
9
c. Memiliki filsafat hidup yang konsisten (menyatu).
Adapun indikator dari kematangan beragama menurut Allport adalah sebagai berikut : a. Memiliki alasan tertentu ketika ditanya tentang, mengapa dia memilih islam.(Motivasi memeluk agama) b. Agama menjadi motivasi tersendiri dalam aspek kehidupan. (Bersikap muttaqien) c. Memiliki moral yang konsisten dengan agama. (Berakhlak mulia sesuai dengan syariat agama) d. Mengutamakan sikap islam dalam seluruh aspek kehidupan. e. Selalu berusaha menambah pengetahuan tentang ajaran agamanya. Untuk mengukur seseorang tersebut dikatakan bersikap altruistik (Emile Durkheim :1961, 150-167) digunakan indikator sebagai berikut: a. Menolong sesama tanpa pamrih b. Tidak egois c. Bersedia berkorban d. Peka dan siap bertindak demi membantu sesama yang kesusahan e. Menpunyai rasa belas kasihan f. Murah hati g. Tidak tegaan h. Penuh kasih sayang i.
Empati
10
Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud judul kematangan beragama dengan perilaku altruistiik mahasiswa adalah untuk mengetahui adakah hubungan diantara keduanya
G. Metode Penelitian Metode adalah jalan atau cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sedang penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berupa mengumpulkan, mengelola dan mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah (Arikunto, 1996 :115). 1. Metode Penelitian Subjek a. Populasi Populasi adalah seluruh subjek penelitian (Arikunto, 1996 : 115). Adapun populasi dari penelitian ini adalah semua Mahasiswa Jurusan Tarbiyah PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1996 : 117). Adapun yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Tarbiyah PAI STAIN Salatiga program S1 semester VIII angkatan 2007/2008 yang berjumlah 50 orang mahasiswa. 2. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode antara lain :
11
a. Metode dokumentasi Yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1996 : 236). Metode ini penulis gunakan untuk menggali data tentang segala hal yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti data tentang mahasiswa yang mengikuti kuliyah ilmu jiwa perkembangan. b. Angket Adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan oleh seorang peneliti kepada responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain (Hadi, 1989 : 158). Metode ini digunakan untuk mengolah data tentang kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. c. Observasi Adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomenafenomena yang diselidiki (Hadi, 1989 : 136). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi sekolah dan pada saat pelaksanaan pengisian angket. 3. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
12
a. Untuk menjawab permasalahan penelitian yang pertama dan yang kedua menggunakan rumus persentase sebagai berikut : P
F x100% N
Keterangan : P = Prosentase skor F = Frekuensi N = Jumlah Responden b. Untuk menjawab masalah yang ketiga digunakan analisis statistik
rumus product moment yaitu : KK =
x2 x2 n
Keterangan: KK = Koefisien Kontingensi X2
= Chi Kuadrat
n
= Jumlah Sampel (Hadi,1981:276)
H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi, maka penulis perlu menyusun sistematika sebagai berikut : BAB I. Pendahuluan. Pembahasanya meliputi : latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika penyusunan skripsi.
13
BAB II. Kajian Pustaka. Pembahasanya meliputi: kematangan beragama dan perilaku altruistik pada mahasiswa. BAB III. Laporan Penelitian. Pembahasanya meliputi : gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data penelitian, dan daftar responden. BAB IV. Analisis Data. Pembahasanya meliputi : analisis data tentang kematangan beragama pada mahasiswa, analisis data tentang sikap altruistik pada mahasiswa, dan analisis data tentang hubungan kematangan beragama dengan sikap altruistik pada mahasiswa. BAB V. Penutup. Pembahasanya meliputi: kesimpulan dan saran.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kematangan Beragama 1. Pengertian Kematangan Beragama Agama merupakan sesuatu hal yang sulit untuk didefinisikan, karena merupakan suatu hal yang sangat kompleks. Orang kemudian mengurai agama bukan dari definisinya namun dari aspek dimensi-dimensinya. Betapapun banyak dan beragamnya definisi maupun dimensi agama telah dikemukakan orang pada dasarnya apa yang disebut orang sebagai agama tidak lepas dari dua komponen penting yaitu iman dan amal. Iman sering sisebut sebagai dimensi vertikal, sementara amal bisa disebut dengan dimensi horizontal keberagamaan (Islamiyah, 2006:14). Menurut Clark, ada tiga alasan mengapa agama sulit untuk didefinisikan. Pertama karena pengalaman agama merupakan pengalaman yang subyektif dan bersifat batini orang, orang akan cenderung mengartikan agama sesuai dengan pengalamanya masing-masing. Kedua, agama bagi setiap orang merupakan sesuatu yang suci dan luhur, setiap ingin dikatakan sebagai orang yang beragama dan yang ketiga konsepsi tentang agama seringkali dipengaruhi oleh tujuan-tujuan dari orang-orang yang mendefinisikan agama (Islamiyah,2006: 15) Sedangkan William james mengemukakan pengertian agama dengan, “religion is the feelings, acts, and experiences of individual men in their
14
15
solitude, so far as they apprehend themselves to stand in relation to whatever they may consider the devine”. Agama adalah sebagai pengalaman individual ketika seseorang dalam kesendirianya merasa berkomunikasi
dengan
sesuatu
yang
dipandang
sebagai
Tuhan.(Islamiyah,2006:15) Dalam studi psikologis kematangan beragama bisa disebut dengan religious maturity atau maturitas agama. Seperti yang dikemukakan oleh Djamiatul Islamiyah dalam Jurnal Attarbiyah (2006:17) maturitas adalah “the state exiting when somatic, psychic and mental differentiation and integration are complete and consolidated, and when there is readness to fuilfial tasks facing the individual at any given time and to cope with the demans made by life”. Kondisi kematangan yakni satu kondisi dimana differensiasi dan integrasi antara badan, jiwa dan mental telah sempurna dan berkonsolidasi, dan ketika telah ada kesiapan dari individu dalam mengahadapi tuntutan kehidupan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa maturitas agama dapat dipahami sebagai suatu kondisi ideal dari perkembangan
keagamaan
seseorang
sebagai
hasil
dari
proses
penghayatan terhadap ajaran agamanya.
2. Karakteristik Kematangan Beragama Menentukan kriteria kematangan beragama bukanlah suatu yang mudah. Oleh karena itu menurut Allport, kriteria kematangan beragama akan
lebih
objektif
digambarkan berdasarkan teori
yang
dapat
16
dipertahankan tentang kepribadian seseorang. Dia menggambarkan kepribadian sebagai “the dynamic organization with in the individual of those psycophysical system that determine his characteristic behavior and thought”. Artinya kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikophistik yang menentukan karakteristik perilaku dan pola pikirnya (Islamiyah,2006:18) Seperti yang dikemukakan oleh Allport dalam jurnal Attarbiyah oleh Djamiatul Islamiyah. Kepribadian yang matang ditandai oleh tiga hal: a. The Explanding self Kepribadian yang matang memiliki kemampuan untuk memperluas interes pribadi, tidak hanya bersifat
egosentris tapi mampu
mengembangkan interes pribadinya pada obyek-obyek dari nilai-nilai ideal di atas keinginan materi belaka. b. Self Objectivication Artinya memiliki kemampuan untuk memahami dirinya sendiri secara objektif. Pada pribadi-pribadi yang matang dia akan mampu melihat dirinya sendiri seperti orang lain melihat dirinya (kemampuan insight) dan mampu mempertahankan hubungan secara positif dengan objek-objek di luar dirinya. Sekalipun dia menyadari akan adanya ketidak harmonisan. c. Unifying Philosophy of life Kepribadian yang matang ditandai oleh filsafat hidup yang menyatu dalam kehidupannya secara praktis.
17
Dari teorinya tentang kepribadian tersebut. Allport menggambarkan beberapa kriteria kematangan beragama sebagai berikut: a. Well-differentiated dan self critical Allport menyebut beraneka ragam interes yang ada dalam sentimen keberagamaan sebagai „differentiation‟, misalnya sentimen keagamaan yang tertuju pada Tuhan, pada kebaikan dan lain-lain, sedang apa yang disebut sentimen adalah pikiran dan perasaan yang terorganisasi dan terarah pada suatu objek tertentu. Mereka yang berkembang pada suatu „differentiated
sentiment‟
seringkali
menunjukan
suatu
sikap
penyerahan diri yang tidak kritis. Sedang self critical dimaksudkan bahwa agama yang matang mampu melahirkan sikap diri yang kritis terhadap agama, pada saat yang sama ketika dia tetap loyal pada agamanya. Singkatnya, sentimen keagamaan pertama kali adalah dibedakan hal-hal yang baik atau kritik terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain, orang mulai sadar bahwa bertahan ketika agama dikritik. b. Dynamic in character Agama yang matang memiliki kekuatan motivasi tersendiri atau sering disebut sebagai „fungsional outonomy‟ hingga terbebas dari dorongan-dorongan yang semata-mata bersifat organis seperti rasa takut, keleparan, atau keinginan-keinginan yang bersifat jasmaniah. Karenanya maka pada pribadi-pribadi yang matang agamanya, agama
18
menpunyai karakter motivasional yang autentik dan dapat merupakan sandaran-sandaran penting dalam hidupnya. c. Productive of a consistent morality Agama yang matang biasanya ditandai oleh moralitas yang konsisten. Dalam konteks ini, perkembangan logika dipengaruhi oleh motivasi agama yang memiliki kekuatan terhadap perilaku seseorang. d. Comprehensive Yang berhubungan dengan konsistensi kematangan beragama adalah comprehensive sebagai filosofi kehidupan. Dalam konteks ini, Allport hendak mengatakan bahwa point penting dari keyakinan yang komprehensif salah satunya adalah mengedepankan sikap toleransi. e. Integral Dalam artian orang yang memiliki kematangan beragama pasti dalam hidupnya akan menemukan keharmonisan dan kedamaian sesuai dengan tujuan awalnya untuk dekat dengan Tuhan. f. Fundamentally heuristic Pada pribadi-pribadi yang matang agamanya akan selalu berusaha mencari hal-hal yang dapat menjelaskan kepercayaannya dan memantapkan untuk mencari kebenaran yang diajarkan agama. Dengan demikian wawasan keagamaan seseorang akan semakin luas dan berkembang (Islamiyah, 2006:19-21) Menurut Allport keenam karakteristik tersebut diatas pada dasarnya merupakan aplikasi dari tiga kriteria kematangan kepribadian. Oleh
19
Karena itu dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang matang agamanya pastilah orang-orang yang matang kepribadianya. Sementara William james kematangan beagama dalam pandanganya lebih menitik beratkan pada pengalaman keagamaan yang telah direngkuh seseorang dalam rangka mencari jati diri dan makna hidup yang sebenarnya. James menggambarkan orang-orang yang matang agamanya memiliki empat kriteria (Islamiyah,2006:21-22): a. A Feeling of being a wide life than that of this world‟s selfish little interests: and a conviction, not merely intellectual, but as it were sensible, of the existence of an ideal power. Artinya merasakan makna kehidupan lebih luas lebih dari interes-interes kehidupan yang rendah dan merasakan adanya suatu keyakinan tentang eksistensi ideal power (Tuhan) bukan semata bersifat intelektual tetapi keyakinan itu dapat dirasakan. Kondisi batin semacam ini akan melahirkan kehidupan yang astetik dengan ciri utamanya adanya perasaan senang “berkurban” sebagai loyalitasnya kepada Tuhan. b. A sense of the friendly continuity of the ideal power with our own life, and a willing self surrender to its control. Dengan kata lain orang yang matang agamanya memiliki peasaan secara kontinu yang begitu dekat dengan Tuhan dan kehidupanya, dan suatu penyerahan diri pada pengawasannya. Kondisi batin seperti ini akan memunculkan strength of soul, sehingga jauh dari ketakutan dan kecemasan.
20
c. An immense relation and freedom as the outlines of the confining self hood melt down. Orang-orang yang matang agamanya akan merasa bahagia dan perasaan bebas yang luar biasa karena batas-batas keakuan diri telah melebur. Konsistensinya akan muncul sikap „purity‟ dengan salah satu cirinya adalah semakin bertambahnya perasaan peka terhadap hal-hal yang bertentangan dengan semangat spiritual. Singkatnya yaitu memberi pengaruh signifikan terhadap stabilitas dan konsistensi emosi seseorang, sehingga perubahan emosi tersebut dapat terkontrol dengan sempurna dan tanpa mengedepankan ego yang berlebihan. d. A shifting of the emotional centre towards loving and harmonious affections, toward „yes‟ and away from „non‟, where the claims of the non ego are concerned. Artinya perubahan pusat-pusat emosi kearah cinta kasih dan keharmonisan atau menurut istilah james dari emosi „no‟ menjadi „yes‟, yang berkenaan dengan klaim yang bersifat nonego. Kondisi semacan ini akan menbentuk sikap „charity‟ yaitu kedermawanan dan cinta terhadap sesama makhluk. Sedangkan Wiemans menggambarkan satu kesatuan norma atau standar untuk mengukur perkembangan agama seseorang. Standar ini adalah merupakan standar ideal: a. Memiliki daya guna secara objektif bagi kemanusiaan. b. Memiliki loyalitas yang menyeluruh. c. Sensitif dalam merasakan dan membedakan nilai.
21
d. Memiliki loyalitas yang berkembang. e. Mempunyai efektifitas sosial (Islamiyah,2006:22) Berbeda dengan Allport, James, Wiemans, Clark menyusun 10 pertanyaan untuk menilai kematangan beragama seseorang. a. Apakah agama seseorang merupakan kebutuhan primer ataukah hanya semata imitatif? b. Apakah agama bagi seseorang cukup fres? Artinya apakah agama dapat menimbulkan perasaan keingin tahuan yang segar? c. Apakah agama dapat menimbulkan sikap self critical? Artinya apakah agama dapat membentuk seseorang untuk bersikap kritis terhadap „kelemahan‟ agamanya pada saat yang sama ketika dia tetap loyal pada agama tersebut. d. Apakah agama bebas dari magic? Artinya apakah agama bagi seseorang dipandang sebagai cara
untuk mengharmonisasikan
kehidupan dengan Tuhan? Ataukah agama tersebut bersifat a genuine religion? e. Apakah agama cukup memberi makna dinamis? Artinya apakah agama memberikan arti yang penuh bagi kehidupannya dan membawa suatu perubahan bagi sikap dan tingkah lakunya? f. Apakah agama bagi seseorang cukup terintegrasi? Artinya agama dapat meliput seluruh aspek kehidupan sehingga menimbulkan konsistensi moral.
22
g. Apakah agama bagi seseorang memiliki efektifitas sosial? Dengan kata lain apakah agama bagi seseorang cenderung memperkuat rasa kemasyarakatan seseorang dengan orang lain dan tanggung jawab pada masyarakat secara luas. h. Apakah agama bagi seseorang mampu melahirkan sikap rendah hati? i.
Apakah agama bagi seseorang berkembang? Adakah kepercayaan terhadap agama seseorang mengalami perkembangan baik dalam hal pencarian kebenaran yang lebih maupun pada progresivitas yang lebih luas.
j.
Apakah agama bagi seseorang melahirkan sikap kreatif? Artinya apakah agama bagi seseorang memperkembangkan nilai yang dimilikinya dan menunjukan karakteristik dirinya sendiri? Ataukah hanya sekedar merupakan pengulangan yang berasal dari orang lain (Islamiyah,2006:23)
B. Perilaku Altruisme 1. Pengertian altruisme Kata altruisme merupakan turunan dari kata Alter yang berarti loving others as one self (mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri). Altruisme sendiri dalam kajian bahasa arab dikenal dengan istilah „al-itsar‟ yang memberi pengutamaan atau tafdhil. Dalam kamus filosofi, menurut Lorens Bagus (1996 :42) kata altruisme diangkat oleh auguste comre, filusuf Perancis, istilah ini
23
menyiratkan
penghargaan
dan
perhatian
terhadap
pengorbanan
kepentingan pribadi. Dalam kamus psikologi, menurut James Drever (1986:12). Altruism adalah pemikiran/ keprihatinan terhadap kesejahteraan orang lain (tanpa mengharapkan imbalan). Altruisme termasuk sebuah dorongan untuk berkorban demi sebuah nilai yang tinggi, tanpa memandang apakah nilai tersebut bersifat manusiawi atau kebutuhan. Kehendak yang dilakukan oleh seorang altruis berfokus pada motivasi untuk menolong sesama atau niat melakukan sesuatu untuk orang lain tanpa pamrih. Terdapat tiga makna yang dapat mewakili dari kata altruisme, yaitu: a. Loving others as oneself, Mencintai orang lain seperti diri sendiri b. Behavior that promotes the survival chances of others at a cost to ones own, Tingkah laku itu mempromosikan mempertahankan kehidupan harapan orang lain berharga untuk diri sendiri c. Self-sacrifice for the benefit of others, Pengorbanan diri untuk kebaikan orang lain (Sutomo:75) Titik tekan pada ketiga makna altruisme di atas adalah suatu kecenderungan tingkah laku sebagai guna untuk mendapatkan kesenangan bagi sesama di luar diri si pelaku (Durkheim,1973 : 151). Lain halnya dengan sikap egois, yang merupakan lawan dari sikap altruisrik. Egoistic merupakan suatu hal yang hasilnya dapat dirasakan hampir sama dengan atruisme, tetapi disini beda motifnya-lah yang bergeser. Dimana seseorang yang melakukan sebuah tindakan cenderung mengambil guna sebagai
24
kepentingan dirinya sendiri. Seperti dalam istilah psikologi social yang di kenal dengan egoistic helping,yaitu “a form of helping in which the ultimate goal of the helper is to increase his or her own welfare” (Sutomo:76), yaitu suatu bentuk bantuan yang tujuan utama dari orang yang membantu adalah kebaikan bagi dirinya sendiri. Ada juga altruistik helping, yaitu “a form of helping in which the ultimate goal of the helper is to increase another‟s welfare without expecting anything in return” (Sutomo:76) dimana sebagai tujuan utamanya adalah untuk kebaikan orang lain tanpa mengaharapkan apapun sebagai balasan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku altruisme adalah tindakan yang diberikan atau ditujukan kepada orang lain dan memberi manfaat secara positif bagi orang lain atau orang yang dikenai tindakan tersebut dan dilakukan suka rela tanpa menharap imbalan apa pun.
C. Hubungan Kematangan Beragama Dengan Perilaku Altruistik Dapat kita ketahui bahwa kematangan beragama merupakan sebuah pengalaman puncak dari spiritualis yang terdapat dalam konsep keagamaan. Dimana ketika orang mencapai kematangan beragama yang taat dan pasrah sepenuhnya kepada Tuhan. Pikiran dan batin orang yang mencapai kematangan beragama biasanya jauh dari hal-hal yang kotor. Begitupun dalam tindakan seperti yang telah dikemukakan oleh Allport mengenai enam hal karakteristik yang dapat menunjukan seseorang telah matang agamanya (Islamiyah,2006:20-21). Yaitu:
25
1. Well-differentiated dan self critical Dimana sentiment pertamakali adalah dibedakan hal-hal yang baik atau kritik terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, orang mulai sadar dan bertahan ketika agamanya dikritik. 2. Dynamic in character Allport mengemukakan bahwa kematangan beragama terkait dengan tekanan emosi yang sangat kuat. Konsep ini dikembangkan melalui “funngtional outonomy” sebagai motivasi karakter 3. Productive of a consistent morality Kematangan beragama adalah konsistensi dari konsekuensi moral. Dalam konteks ini, perkembangan logika dipengaruhi oleh motivasi agama yang memiliki kekuatan terhadap perilaku seseorang. 4. Comprehensive Yang berhubungan dengan konsistensi kematangan beragama adalah comprehensive sebagi filosofi kehidupan. Dalam konteks ini, Allport hendak
mengatakan
bahwa
poin
penting
dari
keyakinan
yang
komprehensif salah satunya adalah mengedepankan sikap toleransi. 5. Integral Salah satu indikasi kematangan beragama dalam pandangan Allport adalah bersifat integral. Dalam artian orang yang memiliki kematangan beragama pasti dalam kehidupanya akan menemukan keharmonisan dan kedamaian sesuai dengan tujuan awalnya untuk dekat dengan Tuhan
26
6. Fundamentally heuristic Seseorang
yang
matang
agamanya
selalu
berusaha
untuk
memperluas tentang pengetahuan agamanya. Sedangkan Ibnul Qoyyim Ulama abad ke 7 dalam bukunya Al-Fikrut Tarbawi „inda Ibnil Qoyyim Dr.Hasan bin Ali bin Hasan Al-Hajjaji Darul Hafidz Jeddah menyebutkan 9 kriteria bagi orang yang matang beragama Islam, yaitu: 1. Dia terbina keimananya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah kualitasnya. 2. Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah SWT serta segala yang dijanjikan di akhirat kelak sehingga dia menyibukan diri untuk meraihnya. 3. Dia terbina pikiranya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayatayat Allah SWT. Al-kauniyah dan Al-Qur‟aniyah 4. Dia terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan kepada Allah SWT senang atau benci, marah atau rela semuanya karena Allah SWT. 5. Dia terbina akhlaknya dimana kepribadianya dibangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia. 6. Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk social dia harus memperhatikan lingkungan sehingga dia berperan aktif
27
menyejahterakan
masyarakat
baik
intelektualitasnya,
ekonominya,
kegotongroyongannya, dan lain-lain. 7. Dia terbina kemauanya sehingga tidak mengumbar kemauannya kearah yang distruktif tetapi justru diarahkan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Kemauannya yang mendorongnya selalu beramal sholeh. 8. Dia terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak badannya untuk ketaatan kepada Allah karena Rasulalloh SAW bersabda “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah”. 9. Dia terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang dihalalkan Allah SWT sehingga dapat menghasilkan keturunan yang sholeh
dan
bermanfaat
bagi
Agama
dan
Negara.
http://www.google.co.id/search?q=9kriteriaorangyangmatangagamanya Seperti yang dikemukakan oleh Djamiatul Islamiyah, (2006:25). Perlu juga digaris bawahi bahwa keberagamaan dalam bentuknya yang matang mencakup paling tidak adanya suatu sumber motivasi dan dorongan personal yang sangat kuat yang dengan jelas mempunyai konsistensi dalam moralitas personal. Dengan kata lain pada pribadi yang matang agamanya terdapat keseimbangan antara dimensi vertical dan dimensi horizontal dalam kehidupan keagamanya. Terkait dengan hal ini hadis nabi mengatakan “yang paling sempurna imanya diantara orang-orang muknin adalah mereka yang paling baik budi pekertinnya”. Tentu saja budi pekerti dalam arti dan cakupan yang sangat luas. Sementara Al Qur‟an menjelaskan kepribadian seorang
28
muslim yang paling tinggi (muttaqien) ditandai paling tidak tiga hal, yaitu al birru fil aqidah, al birru fil amal, al birru fil khuluq. (Q.S.Al Baqarah:17) Sedangkan
altruisme
adalah
suatu
sikap
untuk
mementingkan
kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi dan golongan dengan semangat berkorban yang penuh keikhlasan. Dalam aplikasinya altruisme terkandung dua nilai yang saling terkait satu sama lainya. Yaitu penerapan nilai agama dan penerapan nilai kemanusiaan itu sendiri. Dimana keduanya dapat merujuk pada berbuatan muttaqien. Dari sini, dapat dikatakan kematangan beragama dan perilaku altruistik dapat berjalan bersamaan. Karena, indikasi dari keduanya adalah untuk mewujudkan perilaku yang salih. Sikap saling menghormati dan menghargai akan tercipta dan terealisasi sebagai modal dasar terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis, nyaman dan tentram. Karena setiap individu berusaha memberikan manfaat dari apa yang ia miliki kepada yang lainya. Rasa rakus akan harta dan gila pangkat akan sedikit terkontrol dan mereda. Karena setiap individu berusaha menerapkan sikap ini dalam perilakunya sehari-hari sehingga si kaya akan hidup tenang karena telah menunaikan kewajibannya dan si miskin merasa diperhatikan karena kebutuhanya terpenuhi. Dengan seperti itu tidak akan ada lagi kasus kriminalitas karena semuanya telah berjalan bergandengan dan saling memperhatikan. Seperti yang diserukan dalam (Q.S Ali Imron:133-135)
29
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. (Yunus, 1989 : 61) Yang di dalamnya terdapat kandungan dari pokok-pokok seorang muttaqien yaitu: 1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit 2. Orang-orang yang menahan amarahnya 3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain 4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji dan zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada Allah SWT dan memohon ampun atas dosadosanya 5. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu Altruisme itu sendiri sudah pernah dicontohkan oleh kaum Anshor di Madinah yang merelakan harta dan tempat tinggal mereka diberikan untuk
30
kaum Muhajirin yang hijrah ke daerah mereka. Walau mereka sebetulnya masih membutuhkan itu namun didasari rasa sepenanggungan dan demi tegaknya agama Allah SWT maka dengan senang hati mereka merelakanya. Seperti halnya sikap altruis yang terdapat dalam kisah berikut ini: Pada suatu hari Rasul kedatangan seorang tamu di masjid, senja hari. Tamu itu ikut berjamaah Maghrib dan Isya. Setelah selesai shalat Isya‟ Rasulullah bertanya siapa diantara sahabat beliau yang sudi membawa tamu itu kerumahnya. Abu Thalhah (bukan Abu Thalhah yang mendermakan kebun) menyanggupi, lalu membawa tamu kerumahnya. Setiba dirumah terus diberitahukannya kepada istrinya. Dengan terus terang istrinya memberitahukan, bahwa persediaan makanan malam yang ada hanyalah untuk Abu Thalhah saja. Tetapi kedua suami istri itu, dalam kesanggupanya yang tebatas ingin juga mengamalkan ayat “lan tanalu”. Mereka menyediakan makanan itu dan Abu Thalhah mengajak tamunya yang terhormat itu makan bersama-sama. Istrinya sangat sibuk menyediakannya dan dia sendiri yang menambahkan makanan itu. Mulailah tamunya makan dan istri Abu Thalhah terus sibuk mengambil tambahan makanan lagi. Tiba-tiba sebuah pelita yang ada ditangan istri Abu Thalhah padam, sedangkan api tiada ada. Ini telah diatur oleh kedua suami istri itu. Tamu meneruskan makan dan Abu Thalhah pun seperti orang makan pula, kedengaran mulutnya mengunyah-ngunyah padahal dia tidak makan, sebab semua hidangan diberikan kepada tamu. Istri Abu Thalhah pun tidak ikut makan. Sampai waktu subuh suami istri itu tidak makan, sebab semua makanan telah diberikan kepada tamu. Selesai makan dipersilakan tamu itu tidur. Pada waktu subuh dibangunkannya tamu itu dan diajaknya shalat subuh ke masjid. Sesampai di masjid bertemulah dia dengan Rasul saw yang berkata: “Tuhan Allah amat kagum melihat perbuatanmu menyelenggarakan tamumu tadi malam, wahai Abu Thalhah,” Inilah sebabnya turun ayat dalam surat Al-Hasyr (59:9). “Mereka utamakan (mereka itu) diatas diri mereka sendiri, walaupun ada dalam diri mereka kepapaan.” (HAMKA, 1966:14) Sepenggal kisah diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa seseorang yang berperilaku altruistik merupakan seorang yang beriman (matang agamanya) karena mengharap keridhoaan dari Tuhan dengan berbuat penuh ikhlas dan tanpa pamrih tanpa mengiraukan diri mereka sendiri dan bahkan jauh dari material orientated yaitu kecenderungan untuk mendapat sanjungan dari sesama atau pun mendapat reward sebagai imbalanya.
31
Disamping itu terdapat suatu landasan normatif melalui sabda nabi SAW dalam hadis yang berbunyi
“Dari Anas ra. dari Nabi Saw., beliau bersabda :‟tidak beriman salah seorang diantaramu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhori) (Sunarto, 1992 : 20) Hadis tersebut secara eksplisit menyimpulkan tentang hubungan kesempurnaan iman (kematangan beragama) seseorang dengan sikap altruistik.
32
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya STAIN Salatiga a. Pendirian Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan telah mengalami beberapa kalibperubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini bermula dari citacita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikan Fakultas Ilmu Pendididkan (FPI) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan Pesantren Luhur, yang berlikasi di jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga, yang berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini berubah nama yang semula FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersama dengan persiapan berdirinya IAIN Walisong Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuk panitia pendirian yang diketuai oleh ulama kharismatis K.H Zubair dan sekaligus diangkat sebagai dekannya.
32
33
Pada waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegrikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan kepada IAIN Walisongo Semarang. Keputusan ini didasarkan pada surat Menteri Agama c.q Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69tanggal 31 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapat status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970. b. Bergabung dengan IAIN Walisongo Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi cabang IAIN Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat untuk bisa sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Sarana dan prasarana yang belum memadai, terutama belum tersedianya gedung milik sendiri. 2) Jumlah tenaga profesinal edukatif maupun administrasi yang masih kurang.
34
3) Animo mahasiswa yang masih sedikit. 4) Masyarakat Jawa Tengah banyak yang belum tahu bahwa Salatiga ada sebuah Perguruan Tinggi Islam Negeri Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di salatiga dapat dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai perguruan Tinggi Negeri, terutama dari segi sarana dan prasarana yang dimilinya. Oleh karena itu pernah berkembang isu bahwa lembaga ini akan ditutup. Mengingat kendala pengembangan lembaga ini, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk menjawab berbagi tantangan yang ada. Jalan satu-satunya yang harus ditempuh adalah memberi areal tanah kampus, mengingat untuk mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah daerah belum memungkinkan. Perkembangan selanjutnya, ada seorang warga Muhamadiyah Salatiga H. Asrori Arif yang menaruh perhatian terhadap keberedaan Fakultas Tarbiah IAIN Walisongo Salatiga. Beliaw menawarkan tanah pekaranganya seluas 0,75 ha, yang berlokasi di Jl. Caranggito [sekarang Jl. Tentara Pelajar] lengkap dengan bangunanya yang letaknya cukup strategis untuk penyelenggaraan pendidikan. Dalam rangka menangkap tawaran tanah dan rencana pengembangan Fakultas Tarbiah IAIN Walisongo Salatiga, maka bapak Drs. Achmadi mengajukan surat permohonan lepada Menteri
35
Agama RI (bapak H. Alamsyah Ratu Prawiranegara). Surat tersebut bernomor 031/A-a/FT-WS/I/1979. Bapak Drs. Achmadi memohon dukungan pula pada bapak Moh. Natsir (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) untuk pengembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo salatiga tersebut. Bapak Moh. Natsir memberikan respon positif dengan cara mengkomunikasikan rencana Bapak Drs. Achmadi kapada Menteri Agama. Dukungan bapak Moh. Natsir pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sangat terasa bila dibaca dalam surat-suratnya kepada bapak Drs. Achmadi misalnya dalam surat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Nomor 274/B/DDII/79 perihal balasan surat tertanggal 29 Rab. Awwal 1399 H/ 26 Februari 1979 dan surat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Nomor 349/B/DDII/79 perihal Rencana Pembelian Tanah tertanggal 20 ra. Tsani 1399 H/19 Maret 1979. Atas perhatian Menteri Agama RI, maka Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga dapat membeli tanah yang ditawarkan oleh bapak H. Asrori Arif. Gedung pun dibangun dengan menggunakan dana DIP Pusat tahun anggaran 1980/1981 dan 1981/1982. Diantaranya dasar pengembanganya adalah surat Dirjen Bimbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828 tertanggal 10 Agustus 1982. Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbah IAIN walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya di Jl. Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi Jalan Tentara
36
Pelajar 2). Kampus baru ini dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rencana rasioanlisasi yang digelindingkan oleh pemerintah pada waktu itu. Kampus baru tersebut dirasakan puka sebagai inspirator, optimism, dan antusiasme sebagaimana pesan bapak Moh. Natsir, “..dalam pada itu Sdr. Achmadi sendiri perlu mengusahakan segera IAIN yang pasif seperti banyak IAIN yang lain. Perlu dinammis dan kreatif. Kalau tidak seperti yang orang lain punya di Salatiga itu”. Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana mulai bertambah, antara lain gedung kuliah, perpustakaan, dan kantor secretariat. Pemerintah Daerah pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan tambahan tanah kampus seluas 3000 m2 dengan cara tukar guling yang waktunya bersamaan dengan pembangunan masjid kampus bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila. Secara administratif masjid tersebut milik PEMDA, tetapi secara fungsional menjadi tanggung jawab Fakltas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Seiring dengan bertambah fasilitas akademik, bertambah pula tenaga edukatif dan mahasiswa. Jika pada masa decade pertama Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hanya memiliki 7 (tujuh) orang dosen tetap, pada decade kedua menjadi 30 (tiga puluh) orang. Fenomena yang hampir sama terjadi pula pada perkembangan jumlah mahasiswa. Pada tahun 1987 tercatat 940 orang. Jika disbanding
37
dengan jumlah mahasiswa tahun 1983, maka peningkatanya sudah lebih dari 300%. Disimak dari sisi akademis, ekstensi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga juga semakin mantap, sebab mulai tahun akademik1983/1984 sudah diberi kewenangan menyelenggarakan program Pendidikan Srata satu (S1) dengan sisten Satuan Kredit Semester (SKS). Sebelum Perguruan Tinggi ini hanya berhak menyelenggarakan Program Pendidikan Sarjana Muda. Disamping itu secara yurisdis juga semakin kokoh dengan diberlakukanya Peraturan Pemerintahan Nomor 33 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi IAIN yang
mana
Fakultas
Tarbiyah
Walisongo
Salatiga
termasuk
didalamnya. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1987 tentang status IAIN/ Fakultas merupakan justifikasi yurisdis yang amat mengokohkan eksistensi lembaga pendidikan tinggi Islam ini. Pada fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sendiri sebenarnya tengah terjadi pula proses penguatan institusional, baik berupa sarana fisik maupun sumber daya tenaga kependidikannya. Di atas tanah hasil tukar guling dengan PEMDA didirikan gedung kuliah, laboraturium bahasa, ruang micro teaching dan ruang computer. Pada tahun 1991 dibangun pula sebuah gedung auditorium yang amat
bermakna bagi proses pendidikan. Perkembangan
selanjutnya dibagun sarana kegiatan mahasiswa seperti POSKO
38
MENWA, sekretariat RACANA, sekretariat Teater dan Kantor Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang menyatu dengan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang diresmikan pada tahun 1995. Adapun peningkatan sumber daya insani tampak pada upaya serius lembaga ini dalam mendorong tenaga edukatif dan administrasi untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Pada awal tahun 1997 Fakultas Tarbiyah telah memiliki 44 orang dosen tetap. Dari jumlah itu 1 orang telah bergelar Doktor, 22 orang telah bergelar Magister, dan 10 orang sedang menyelesaikan program S2 alam berbagai bidang keilmuan baik di dalam maupun di luar negeri. Diantara tenaga administrasi ada 2 orang yang sedang nenyelesaikan program S1. Dengan menyimak pada proses pengembangan tersebut, maka Fakultas TArbiyah IAIN Walisongo Salatiga sebenarnya tampak semakin mapan secara akademik untuk memberdayakan mahasiswa yang berjumlah 1337 orang. Adapun para pejabat yang pernah memimpin Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sejak berdirinya pada tahun 1970 hingga beralih status menjadi STAIN adalah sebagai berikut: Dekan Fakultas Tariyah IAIN Walisongo Di Salatiga Drs. H. Machbub Masqudi
: (1971-1973 dan 1973-1976)
Drs. Cholid Narbuko
: (1976-1979)
Drs. H. Achmadi
: (1979-1982,1985-1988 & 1988-1992)
39
Drs. Imam Buwaity
: (1982-1983)
Drs. H.M Banany
: (1983-1985)
Drs. H.A Noerhadi Djamal
: (1992-1995 dan 1995-1997)
Pembantu Dekan Drs. Khomsun Taruno
: (1971-1973 dan 1973-1976)
Drs. Imam Buwaity
: (1971-1973 dan 1973-1976)
Drs. Achmadi
: (1976-1979)
Drs. H.A Noerhadi Djamal
: (1985-1988 dan 1988-1992)
Drs. Chudlori, MA
: (1985-1988)
Drs. H.M Banany
: (1988-1992)
Drs. H. Anwar Kusnan Riyanto : (1985-1988) Drs. M. Zulfa
: (1996-1997)
c. Alih Status Menjadi STAIN Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1997, maka secara yurisdis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan ini STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau professional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki
40
kedudukan dan fungsi yang sama dengan institute maupun universitas negeri lainnya. Alih status Fakultas Tarbiyah menjadi STAIN Salatiga telah membawa berbagai peningkatan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Peningkatan fisik meliputi penambahan tanah dan gedung sekretariat. Pada tahun 1997 STAIN Salatiga telah menambah tanah seluas 15.500 m2 yang terletak tidak jauh dari kampus sekarang. Kemudian pada tahun 2001, STAIN Salatiga telah membagun gedung sekretariat berlantai tiga dengan luas bangunan seluruhnya 900 m2, yang dibangun di atas tanah bekas KUA seluas 871 m2. Sedangkan peningkatan non fisik meliputi peningkatan jumlah dan pendidikan bagi dosen dan pegawai tetap STAIN Salatiga. Hingga tahun 2009, jumlah dosen tetap STAIN Salatiga sebanyak 102 orang. Dari jumlah tersebut 5 orang bergelar Profesor (guru besar), 6 orang bergelar Doktor, 81 orang bergelar Magister, 10 orang bergela Sarjana yang sedang menempuh S2. 15 dosen bergelar Magister sedang menyelesaikan studi S3. Diantara tenaga administrasi 3 orang bergelar Magister, 27 orang orang bergelar Sarjana, 4 orang sedang menyelesaikan studi program S1, 1 orang sedang menyelesaikan studi S2, dan lainya tamat SMA. Adapun dosen yang pernah menjabat pemimpin STAIN Salatiga adalah sebagai berikut:
41
Periode 1997-1998 (peralihan) Ketua
: Drs. H.A. Noerhadi Djamal
Pembantu Ketua I
: Dr. Muh Zuhri, MA
Pembantu Ketua II
: Drs. H. Komari Alwan
Pembantu Ketua III
: Drs. H.M Zulfa Machasin
Periode 1998-2002 Ketua
: Prof. Dr.H. Muh Zuhri, MA
Pembantu Ketua I
: Drs. H.M Zulfa Machasin
Pembantu Ketua II
: Drs. H. Sukari Tamrin, M.Pd
Pembantu Ketua III
: Drs. Badwan, M.Ag
Periode 2002-2006 Ketua
: Drs. Badwan, M. Ag
Pembantu Ketua I
: Drs. Imam Sutomo, M. Ag
Pembantu Ketua II
: Drs. Imam Baihaqi, M. Ag
Pembantu Ketua III
: Drs. H. Nasafi
Periode 2006-2011 Ketua
: Drs imam Sutomo. M. Ag
Pembantu Ketua I
: Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag
Pembantu Ketua II
: Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Pembantu Ketua III
: Drs. Miftahuddin, M. Ag
42
2. Asas, Fungsi dan Tujuan Dalam menyusun dan membangun program. STAIN Salatiga berasakan Pancasila dan dasar oprasionalnya adalah: a. Undang-undang Dasar 1945. b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalis. c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi. d. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997 tentang Pendirian STAIN. e. Status Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga. f. Peraturan-peraturan lain yang terkait. Keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi: a. Merumuskan kebijakan dan perencanaan program. b. Menyelenggarakan prndidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam. c. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu keIslaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam. d. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. e. Melaksanakan pembinaan kemahasiswaaan. f. Berdasarkan kegiatan civitas akademik dan hubungan dengan lingkunganya. g. Melaksanakan kerja dengan Perguruan Tinggi dan atau lembagalembaga lain.
43
h. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan. i.
Melaksanakan penelitian prestasi dan proses penyelanggaraan kegiatan serta penyusunan laporan. Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga adalah:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu-ilmu keIslaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam b. Mengembangkan dan memperkuat ilmu-ilmu keIslaman dan atau teknologi serta seni yang bernafaskan Islam dan mengupayakan pengguanaanya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
3. Visi dan Misi STAIN Salatiga Visi lembaga sebagai berikut: “menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual”. Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga diuraikan sebagai berikut: a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, kelihuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan. b. Memberikan layanan kedapa civitas akademik dan msyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
44
c. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal. d. Mengembangkan college basedmenegement dengan melibatkan stake holder dan masyarakat. e. Mewujudkan tempatrujukan dalam keteladanan nilai-nilai dan budaya bangsa.
4. Organisasi STAIN Organisasi STAIN terduri dari: a. Unsur pimpinan yaitu: Ketua, Pembantu Ketua, dan Kabag Administrasi. b. Senat STAIN Salatiga. c. Unsur pelaksana akademik: Jurusan dan Program Studi, Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Unit Pelayanan Bahasa, Unit Pengembangan Sumber Belajar, Unit Pengembangan Mutu Akademik, Pusat Ilmiah dan Penerbitan, Pusat Sistem Informasi Manajemen, Pusat Pengembangan Praktikum, dan Kelompok Dosen. d. Unsur pelaksanaan administratif, Bagian Administrasi, Sub Bagian Akademik dan Kemahasiswaan, Sub Bagian Kepegawaian dan Keuangan, dan Sub Bagian Umum. e. Unsur penunjang: Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan, Komputer, dan Laboratorium.
45
f. Unsur badan non struktural: Pusat Studi, Yayasan Kerjasama Alumni, Orang Tua dan Mahasiswa (YAKAOMI), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Daftar nama pimpinan STAIN Salatiga Periode 2011 – 2014 a. Ketua
: Drs. Imam Sutomo, M. Ag
b. Pembantu Ketua I
: Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd
c. Pembantu II
: Drs. Miftahuddin, M. Ag
d. Pembantu Ketua III
: H. Agus Waluyo, M. Ag
Daftar nama pejabat STAIN Salatiga Periode 2011- 2014 1. Ketua Jurusan Tarbiyah
: Suwardi, S.Pd
2. Sekretaris Jurusan Tarbiyah
: Benny Ridwan, M. Hum
3. Ketua Jurusan Syariah
: Drs. Mubassirun, M. Ag
4. Sekretaris Jurusan Syariah
: Dra. Siti Zumrotun
5. Ketua Progran Studi PAI
: Dra. Siti Asdiqoh, M.Ag
6. Ketua Program Studi PBA
: Muh Hafidz, M. Ag
7. Ketua Tadris PBI
: Maslihatul Umami, M.A
8. Ketua Program S1 PGMI
: Drs. Sumarmo Widjadipa, M. Pd
9. Sekretaris PGMI
: Miftachurrif‟ah, M. Ag
10. Ketua Program Ekstensi
: Drs. Djoko Sutopo
11. Ketua Program Studi AS
: Ilya Muhsin, S. HI., M. Si
12. Ketua Program Studi MKS
: Faqih Nabhan, S.E. M.M
13. Ketua Program DIII Perbankan Syariah : Abdul Azis NP, S.E. M.M
46
14. Kepala UPB
: Hanung Triyoko, M. Hum., M. Ed
15. Sekretaris UPB
: Yahya, S. Ag
16. Sekretaris UPB
: Seta Rini, S.pd., M. Pd
17. Kepala UPMA
: Drs. Bahroni, M. Pd.
18. Sekretaris UPMA
: Rovi‟in, M. Ag.
19. Sekretaris UPMA
: Fatchurrahman, S. Ag., M.Pd.
20. Kepala PPP
: Achmad Maemun, M. Ag
21. Sekretaris PPP
: M. Ghufron, M. Ag
22. Kepala PPSB
: Drs. H.A, Sultoni, M. Pd.
23. Sekretaris PPSB
: Ari Setiawan, S. Pd., M.Pd.
24. Kepala UPK
: Ali, S. Ag., Hum.
25. Kepala PSIM
: Hikmah Endraswati, M.Si.
26. Sekretaris PSIM
: Haryo Aji Nugroho, S. Sos., M.A.
27. Kepala P3M
: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.
28. Sekretaris P3M
: Jaka Siswanta, M. Pd.
29. Sekretaris P3M
: Moh. Khusein, M. Ag., M.A
30. Kepala PIP
: Drs. Abdul Syukur, M. Si.
31. Sekretaris PIP
: Mochlisin, M. Ag.
32. Direktur PSGK
: Maslihah, M. Si.
33. LKBHI
: Farkhani, S. HI
47
34. Jurnal Mudarisa
: Yedi Eferiadi, M. Ag.
35. Jurnal Inferensi
: Anton Bawono, M.M
36. Jurnal Register
: Nurwanto, M. Hum.
37. Jurnal At Tarbiyah
: Djuz‟an, M. Hum.
38. Jurnal Ijtihad
: Nafis Ilhami, M. Ag.
39. Direktur PSPPI
: Dra. Nur Hasanah, M. Pd.
40. Kepala LAB
: Winarno, S. Si
41. Jurnal Muqtasyid
: A Mifdlol Muthohar
B. Penyajian Data Penelitian 1. Daftar Responden Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama yang dijadikan obyek penelitian yakni mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. Untuk lebih jelas peneliti sajikan dalam bentuk table sebagi berikut:
TABEL I DAFTAR NAMA RESPONDEN No.
NIM
Responden
Responden
001
11107006
Yuli Yanti F.N
2007
2
002
11107014
Muhammad Fatkhul Munif
2007
3
003
11107022
Andi Wibowo
2007
4
004
11107038
Hurotul A‟yuni
2007
No
1
Nama Responden
Angkatan
48
5
005
11107041
Khotamul Muslihin
2007
6
006
11107066
Zakaria
2007
7
007
11107120
Titin Andriastuti
2007
8
008
11107074
Agus Sulistiyanto
2007
9
009
11107072
Firman Hakim
2007
10
010
11107073
Siska Zurtha Farida
2007
11
011
11107101
Lutfil Chakim
2007
12
012
11107078
Nur Huda
2007
13
013
11107079
Siti Umi Hania Maria
2007
14
014
11107032
Widodo Ari Badi Santoso
2007
15
015
11107081
Wuri Handayani
2007
16
016
11107110
Maimunaturrohmah
2007
17
017
11107083
Widayanti
2007
18
018
11107085
Anis Khoiriyah
2007
19
019
11107086
Ida Khaizah
2007
20
020
11107087
Widayanti
2007
21
021
11107090
Maflahah
2007
22
022
11107092
Fatonah Desy Anna
2007
23
023
11107093
Krisniati
2007
24
024
11107095
Oktafiani
2007
25
025
11107097
Lismia Nur Zain
2007
26
026
11107099
Ika Nur Idawati
2007
49
27
027
11107100
Eni Susilowati
2007
28
028
11107102
Yuni Riyati
2007
29
029
11107103
Nafi‟ah
2007
30
030
11107104
Ulil Absor
2007
31
031
11107106
Siti Mursidah
2007
32
032
11107107
Umi Wahidatul Mubarok
2007
33
033
11107108
Qumi Laila
2007
34
034
11107109
Umi Laila Kasun
2007
35
035
11107111
Dinasti Umayah
2007
36
036
11107112
Siti Khotijah
2007
37
037
11107115
Muh Zaini
2007
38
038
11107116
Muhammad Zainal Arifin
2007
39
039
11107128
Muhibatul Wahyuni
2007
40
040
11107130
Nurul Fitriani
2007
41
041
11107134
Ziyad Ridho
2007
42
042
11107135
Muqodimah
2007
43
043
11107141
Inayah
2007
44
044
11107143
Masrury Sayfurrohman
2007
45
045
11107145
Nawiroh Rahmawati
2007
46
046
11107150
Muhammad Agus Yusuf
2007
47
047
11107155
Anis Thohiroh
2007
48
048
11107156
Aminatul Badi‟ah
2007
50
49
049
11107161
Kurnia Rahman
2007
50
050
11107170
Asep Sofyana
2007
2. Data Tentang Jawaban Angket Kematangan Beragama Dalam pengumpulan data tentang kematangan beragama, penulis mendistribusikan angket yang berisi 10 item pertanyaan. Setiap soal terdiri dari tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut : a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Adapun hasil penyebaran angket kematangan beragama dapat dilihat dari table sebagai berikut: TABEL II DAFTAR JAWABAN ANGKET KEMATANGAN BERAGAMA Jawaban No
Nilai
No. Responden
Jumlah A
B
C
3
2
1
1.
001
7
3
0
21
6
0
27
2.
002
3
5
2
9
10
2
21
3.
003
5
5
0
15
10
0
25
4.
004
6
3
1
18
6
1
25
5.
005
4
5
1
12
10
1
23
6.
006
7
3
0
21
6
0
27
51
7.
007
4
4
2
12
8
2
22
8.
008
7
3
0
21
6
0
27
9.
009
8
2
0
24
4
0
28
10.
010
6
4
0
18
8
0
26
11.
011
3
4
3
9
8
3
20
12.
012
7
3
0
21
6
0
27
13.
013
6
3
1
18
6
1
25
14.
014
6
3
1
18
6
1
25
15.
015
6
3
1
18
6
1
25
16.
016
4
6
0
12
12
0
24
17.
017
7
3
0
21
6
0
27
18.
018
8
2
0
24
4
0
28
19.
019
7
0
21
6
0
27
20.
020
5
5
0
15
10
0
25
21.
021
5
3
2
15
6
2
23
22.
022
7
3
0
21
6
0
27
23.
023
7
3
0
21
6
0
27
24.
024
8
2
0
24
4
0
28
25.
025
4
3
3
12
6
3
21
26.
026
5
4
1
15
8
1
24
27.
027
8
2
0
24
4
0
28
28.
028
6
4
0
18
0
26
3
8
52
29.
029
8
2
0
24
4
0
28
30.
030
5
4
1
15
8
1
24
31.
031
4
5
1
12
10
1
23
32.
032
7
3
0
21
6
0
27
33.
033
5
5
0
15
10
0
25
34.
034
5
5
0
15
10
0
25
35.
035
6
4
0
18
8
0
26
36.
036
5
5
0
15
10
0
25
37.
037
1
9
0
3
18
0
21
38.
038
5
5
0
15
10
0
25
39.
039
6
4
0
18
8
0
26
40.
040
4
5
1
12
10
1
23
41.
041
7
3
0
21
6
0
27
42.
042
6
3
1
18
6
1
25
43.
043
6
3
1
18
6
1
25
44.
044
8
1
1
24
2
1
27
45.
045
8
2
0
24
4
0
28
46.
046
6
2
0
18
4
0
24
47.
047
8
2
0
24
4
0
28
48.
048
7
3
0
21
6
0
27
49.
049
5
5
0
15
10
0
25
50.
050
4
5
1
12
10
1
23
53
Demikian angket tentang kematangan beragama yang penulis himpun dari 50 mahasiswa dengan cara menyebar angket. 3. Data Tentang Jawaban Angket Perilaku Altruistik Dalam
pengumpulan
data
tentang
perilaku
altruistik
penulis
mendistribusikan angket yang berisi 10 item pertanyaan. Setiap soal terdiri dari tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut : a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Adapun hasil penyebaran angket kematangan beragama dapat dilihat dari table sebagai berikut: TABEL III DAFTAR JAWABAN ANGKET PERILAKU ALTRUISTIK
Jawaban No
Nilai
No. Responden
Jumlah A
B
C
3
2
1
1.
001
4
5
1
12
10
1
23
2.
002
6
3
1
18
6
1
24
3.
003
5
5
0
15
10
0
25
4.
004
6
2
2
18
4
2
24
5.
005
7
3
0
21
6
0
27
6.
006
8
2
0
24
4
0
28
54
7.
007
5
4
1
15
8
1
24
8.
008
7
3
0
21
6
0
27
9.
009
7
2
1
21
4
1
26
10.
010
6
4
0
18
8
0
26
11.
011
5
5
0
15
10
0
25
12.
012
7
3
0
21
6
0
27
13.
013
6
2
2
18
4
2
24
14.
014
8
2
0
24
4
0
28
15.
015
7
3
0
21
6
0
27
16.
016
4
6
0
12
12
0
24
17.
017
6
3
1
18
6
1
25
18.
018
7
3
0
21
6
0
27
19.
019
5
1
15
8
1
24
20.
020
8
1
1
24
2
1
27
21.
021
5
4
1
15
8
1
24
22.
022
6
3
1
18
6
1
25
23.
023
7
2
1
21
4
1
26
24.
024
7
3
0
21
6
0
27
25.
025
3
5
2
9
10
2
21
26.
026
5
5
0
15
10
0
25
27.
027
6
4
0
18
8
0
26
28.
028
4
4
2
12
2
22
4
8
55
29.
029
6
4
0
18
8
0
26
30.
030
8
2
0
24
4
0
28
31.
031
5
5
0
15
10
0
25
32.
032
6
4
0
18
8
0
26
33.
033
7
3
0
21
6
0
27
34.
034
5
4
1
15
8
1
24
35.
035
3
5
2
9
10
2
21
36.
036
6
2
2
18
4
2
24
37.
037
5
4
1
15
8
1
24
38.
038
3
4
3
9
8
3
20
39.
039
6
3
1
18
6
1
25
40.
040
6
4
0
18
8
0
26
41.
041
6
4
0
18
8
0
26
42.
042
4
5
1
12
10
1
23
43.
043
8
2
0
27
2
0
28
44.
044
7
1
2
21
2
2
25
45.
045
6
4
0
18
8
0
26
46.
046
6
2
2
18
4
2
24
47.
047
8
2
0
24
4
0
28
48.
048
6
4
0
18
8
0
26
49.
049
5
5
0
15
10
0
25
50.
050
3
5
2
9
10
2
21
56
Demikian angket tentang perilaku altruistik yang penulis himpun dari 50 mahasiswa dengan cara menyebar angket.
57
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Dalam menganalisa data ini penulis menggunakan statistik dengan
maksud
untuk
memperoleh
jawaban
dari
permasalahan
yang
dipertanyakan, yaitu: 1. Bagaimana variasi tingkat kematangan beragama Mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008 2. Bagaimana variasi tingkat perilaku altruistik Mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008 3. Sebarapa besar hubungan tingkat kematangan beragama terhadap perilaku altruistik Mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008 Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa ini disusun berdasarkan data hasil penelitian yang telah terkumpul. Berikut ini adalah uraian tentang analisis terhadap kumpulan data. A Analisis Pendahuluan 1. Analisis data tentang tingkat kematangan beragama berdasarkan skor atau nilai. Untuk
mengetahui
tingkat
kematangan
beragama
penulis
menggunakan instrumen berupa angket yang terdiri dari 10 item 57
58
pertanyaan. Sedangkan untuk mengetahui perilaku altruistik mahasiswa, penulis juga menggunakan angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan. Dari masing-masing pertanyaan dalam angket, tersedia 3 alternatif jawaban dengan ketentuan sebagai berikut: a. Mahasiswa yang menjawab A diberi nilai 3 b. Mahasiswa yang menjawab B diberi nilai 2 c. Mahasiswa yang menjawab C diberi nilai 1 Nilai angket tingkat kematangan beragama dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel.IV Nilai Angket Tingkat Kematangan Beragama Jawaban No
Nilai
No. Responden
Jumlah A
B
C
3
2
1
1.
001
7
3
0
21
6
0
27
2.
002
3
5
2
9
10
2
21
3.
003
5
5
0
15
10
0
25
4.
004
6
3
1
18
6
1
25
5.
005
4
5
1
12
10
1
23
6.
006
7
3
0
21
6
0
27
59
7.
007
4
4
2
12
8
2
22
8.
008
7
3
0
21
6
0
27
9.
009
8
2
0
24
4
0
28
10.
010
6
4
0
18
8
0
26
11.
011
3
4
3
9
8
3
20
12.
012
7
3
0
21
6
0
27
13.
013
6
3
1
18
6
1
25
14.
014
6
3
1
18
6
1
25
15.
015
6
3
1
18
6
1
25
16.
016
4
6
0
12
12
0
24
17.
017
7
3
0
21
6
0
27
18.
018
8
2
0
24
4
0
28
19.
019
7
0
21
6
0
27
20.
020
5
5
0
15
10
0
25
21.
021
5
3
2
15
6
2
23
22.
022
7
3
0
21
6
0
27
3
60
23.
023
7
3
0
21
6
0
27
24.
024
8
2
0
24
4
0
28
25.
025
4
3
3
12
6
3
21
26.
026
5
4
1
15
8
1
24
27.
027
8
2
0
24
4
0
28
28.
028
6
4
0
18
0
26
29.
029
8
2
0
24
4
0
28
30.
030
5
4
1
15
8
1
24
31.
031
4
5
1
12
10
1
23
32.
032
7
3
0
21
6
0
27
33.
033
5
5
0
15
10
0
25
34.
034
5
5
0
15
10
0
25
35.
035
6
4
0
18
8
0
26
36.
036
5
5
0
15
10
0
25
37.
037
1
9
0
3
18
0
21
38.
038
5
5
0
15
10
0
25
8
61
39.
039
6
4
0
18
8
0
26
40.
040
4
5
1
12
10
1
23
41.
041
7
3
0
21
6
0
27
42.
042
6
3
1
18
6
1
25
43.
043
6
3
1
18
6
1
25
44.
044
8
1
1
24
2
1
27
45.
045
8
2
0
24
4
0
28
46.
046
6
2
0
18
4
0
24
47.
047
8
2
0
24
4
0
28
48.
048
7
3
0
21
6
0
27
49.
049
5
5
0
15
10
0
25
50.
050
4
5
1
12
10
1
23
Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus:
I=
R 1 K
Keterangan: i : interval
62
R : Range atau batas nilai tertinggi dikurangi nilai terendah K : Jumlah kelas Dari data terlihat nilai tertinggi adalah 28 dan nilai terendah adalah 20. Dengan memasukkan angka tersebut dalam rumus, maka dapat dicari lebar interval sebagai berikut:
I=
28 20 1 3
=3 Tabel. V Interval Tingkat Kematangan Beragama No
Nilai Interval
Jumlah Mahasiswa
Nominasi
1
26-28
23
A
2
23-25
22
B
3
20-22
5
C
Jumlah
50
Dengan demikian maka: a. Nominasi antara 26-28 berarti nilai tingkat kematangan beragama mahasiswa dikatakan tinggi (A) sebanyak 23 mahasiswa.
63
b. Nominasi antara 23-25 berarti nilai tingkat kematangan beragama dikatakan sedang (B) sebanyak 22 mahasiswa. c.
Nominasi antara 20-22 berarti nilai tingkat kematangan beragama mahasiswa dikatakan rendah (C) sebanyak 5 mahasiswa Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), dan C (rendah), untuk mengetahui masing-masing nominasi tingkat kematangan beragama mahasiswa sebagai berikut : Tabel.VI Nilai Nominasi Tingkat Kematangan Beragama
No Responden
Skor
Nilai Nominasi
Keterangan
1
25
B
Sedang
2
29
A
Tinggi
3
24
B
Sedang
4
26
B
Sedang
5
28
A
Tinggi
6
26
B
Sedang
7
27
A
Tinggi
8
29
A
Tinggi
64
9
27
A
Tinggi
10
24
B
Sedang
11
25
B
Sedang
12
29
A
Tinggi
13
29
A
Tinggi
14
29
A
Tinggi
15
29
A
Tinggi
16
26
B
Sedang
17
29
A
Tinggi
18
29
A
Tinggi
19
27
A
Tinggi
20
23
C
Rendah
21
25
B
Sedang
22
29
A
Tinggi
23
27
A
Tinggi
24
26
B
Sedang
65
25
29
A
Tinggi
26
28
A
Tinggi
27
29
A
Tinggi
28
26
B
Sedang
29
28
A
Tinggi
30
28
A
Tinggi
31
29
A
Tinggi
32
26
B
Sedang
33
29
A
Tinggi
34
26
B
Sedang
35
26
B
Sedang
36
26
B
Sedang
37
26
B
Sedang
38
29
A
Tinggi
39
25
B
Sedang
40
21
C
Rendah
66
41
25
B
Sedang
42
28
A
Tinggi
43
26
B
Sedang
44
28
A
Tinggi
45
27
A
Tinggi
46
26
B
Sedang
47
24
B
Sedang
48
26
B
Sedang
49
26
B
Sedang
50
26
B
Sedang
Setelah diketahui berapa banyak mahasiswa yang berada pada kategori tinggi, sedang dan rendah, kemudian dicari prosentase masingmasing kategori dengan rumus sebagai berikut:
P=
F x100% N
Keterangan: P = Prosentase
67
F = Frekuensi N = Jumlah total sampel Sehingga diketahui hasilnya sebagai berikut: a. Untuk kategori tinggi tentang kematangan baragama Mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008, ada 23 responden : P
23 x100% 46% 50
b. Untuk kategori sedang tentang kematangan baragama Mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008, ada 22 responden : P
22 x100% 44% 50
c. Untuk kategori rendah tentang kematangan baragama Mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008, ada 5 responden: P
5 x100% 10% 50
Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang kematangan baragama Mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008
68
Tabel. VII DITRIBUSI FREKUENSI JAWABAN KEMATANGAN BERAGAMA Jumlah No.
Kriteria
Interval
Prosentase Responden
1
Tinggi
26-28
23
46%
2
Sedang
23-25
22
44%
3
Rendah
20-22
5
10%
50
100%
JUMLAH
2. Analisis Data tentang Perilaku Altruistik Tabel. VIII Daftar Jawaban Angket Perilaku Altruistik
Jawaban No
Nilai
No. Responden
Jumlah A
B
C
3
2
1
1.
001
4
5
1
12
10
1
23
2.
002
6
3
1
18
6
1
24
69
3.
003
5
5
0
15
10
0
25
4.
004
6
2
2
18
4
2
24
5.
005
7
3
0
21
6
0
27
6.
006
8
2
0
24
4
0
28
7.
007
5
4
1
15
8
1
24
8.
008
7
3
0
21
6
0
27
9.
009
7
2
1
21
4
1
26
10.
010
6
4
0
18
8
0
26
11.
011
5
5
0
15
10
0
25
12.
012
7
3
0
21
6
0
27
13.
013
6
2
2
18
4
2
24
14.
014
8
2
0
24
4
0
28
15.
015
7
3
0
21
6
0
27
16.
016
4
6
0
12
12
0
24
17.
017
6
3
1
18
6
1
25
18.
018
7
3
0
21
6
0
27
70
19.
019
5
20.
020
8
21.
021
22.
4
1
15
8
1
24
1
1
24
2
1
27
5
4
1
15
8
1
24
022
6
3
1
18
6
1
25
23.
023
7
2
1
21
4
1
26
24.
024
7
3
0
21
6
0
27
25.
025
3
5
2
9
10
2
21
26.
026
5
5
0
15
10
0
25
27.
027
6
4
0
18
8
0
26
28.
028
4
4
2
12
2
22
29.
029
6
4
0
18
8
0
26
30.
030
8
2
0
24
4
0
28
31.
031
5
5
0
15
10
0
25
32.
032
6
4
0
18
8
0
26
33.
033
7
3
0
21
6
0
27
34.
034
5
4
1
15
1
24
8
8
71
35.
035
3
5
2
9
10
2
21
36.
036
6
2
2
18
4
2
24
37.
037
5
4
1
15
8
1
24
38.
038
3
4
3
9
8
3
20
39.
039
6
3
1
18
6
1
25
40.
040
6
4
0
18
8
0
26
41.
041
6
4
0
18
8
0
26
42.
042
4
5
1
12
10
1
23
43.
043
8
2
0
27
2
0
28
44.
044
7
1
2
21
2
2
25
45.
045
6
4
0
18
8
0
26
46.
046
6
2
2
18
4
2
24
47.
047
8
2
0
24
4
0
28
48.
048
6
4
0
18
8
0
26
49.
049
5
5
0
15
10
0
25
50.
050
3
5
2
9
10
2
21
72
Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus:
i=
R 1 K
Keterangan: i = interval R = Range atau batas nilai tertinggi dikurangi nilai terendah K = Jumlah kelas Dari data terlihat nilai tertinggi adalah 28 dan nilai terendah adalah 20. Dengan memasukkan angka tersebut dalam rumus, maka dapat dicari lebar interval sebagai berikut:
I=
28 20 1
=3
3
73
Tabel. IX INTERVAL PERILAKU ALTRUISTIK MAHASISWA Jumlah No.
Kriteria
Interval Responden
1
Tinggi
26-28
23
2
Sedang
23-25
22
3
Rendah
20-22
5
JUMLAH
50
Dengan demikian maka: a. Nominasi antara 26-28 berarti nilai perilaku altruistik dikatakan tinggi (A) sebanyak 23 mahasiswa b. Nominasi antara 23-26 berarti nilai perilaku altruistik dikatakan sedang (B) sebanyak 22 mahasiswa c. Nominasi antara 15-19 berarti nilai perilaku altruistik dikatakan rendah (C) sebanyak 5 mahasiswa Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), dan C (rendah) untuk mengetahui masing-masing nominasi perilaku altruistik mahasiswa
74
Tabel.X Nominasi Perilaku Altruistik Mahasiswa Nomor Skor
Nominasi
Keterangan
1
23
B
Sedang
2
29
A
Tinggi
3
28
A
Tinggi
4
29
A
Tinggi
5
25
A
Tinggi
6
26
A
Tinggi
7
29
A
Tinggi
8
26
A
Tinggi
9
27
A
Tinggi
10
22
B
Sedang
11
29
A
Tinggi
12
20
B
Sedang
13
29
A
Tinggi
Responden
75
14
29
A
Tinggi
15
29
A
Tinggi
16
25
A
Tinggi
17
28
A
Tinggi
18
26
A
Tinggi
19
22
B
Sedang
20
28
A
Tinggi
21
23
B
Sedang
22
23
B
Sedang
23
26
A
Tinggi
24
27
A
Tinggi
25
27
A
Sedang
26
26
A
Tinggi
27
26
A
Tinggi
28
22
B
Sedang
29
29
A
Tinggi
76
30
29
A
Tinggi
31
26
A
Tinggi
32
29
A
Tinggi
33
29
A
Tinggi
34
27
A
Tinggi
35
24
B
Sedang
36
24
B
Sedang
37
20
B
Sedang
38
28
A
Tinggi
39
26
A
Tinggi
40
28
A
Tinggi
41
26
A
Tinggi
42
25
A
Tinggi
43
15
C
Rendah
44
29
A
Tinggi
45
28
A
Tinggi
77
46
28
A
Tinggi
47
22
B
Sedang
48
29
A
Tinggi
49
29
A
Tinggi
50
27
A
Tinggi
Setelah diketahui berapa banyak mahasiswa yang berada pada kategori tinggi, sedang dan rendah, kemudian dicari prosentase masingmasing kategori dengan rumus sebagai berikut:
P=
F x100% N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah total sampel Sehingga diketahui hasilnya sebagai berikut: 1. Untuk kategori tinggi tentang perilaku altruistik mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008, ada 23 responden :
78
P
23 x100% 46% 50
2. Untuk kategori sedang tentang perilaku altruistik mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008, ada 22 responden : P
22 x100% 44% 50
3. Untuk kategori rendah tentang perilaku altruistik mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan tahun 2007/2008, ada 5 responden: P
5 x100% 10% 50
Tabel.XI Distribusi Frekuensi Variabel Y No
Nominasi variable
Interval
Frekuensi
Prosentase %
y 1
Tinggi
26-28
23
46%
2
Sedang
24-26
22
44%
3
Rendah
20-23
1
10%
50
100%
Jumlah
79
B Analisa Uji Hipotesis Setelah dilakukan analisis terhadap kedua variabel berdasarkan nilai atau skor dan berdasarkan item-item pertanyaan angket, langkah berikutnya adalah melakukan uji hipotesis untuk menguji kebenarannya. Adapun untuk mengetahui adakah hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. ditempuh dengan analisa data yang menggunakan rumus koefisien kontingan sebagai berikut
KK =
x2 x2 n
Keterangan: KK
= Koefisien Kontingensi
X2
= Chi Kuadrat
n
= Jumlah Sampel
Langkah-langkah yang penulis tempuh adalah: 1. Menyusun tabel persiapan Tabel persiapan dibuat dengan memberikan kategori pada masing-masing skor responden. Adapun datanya adalah sebagai berikut:
80
Tabel.XII Tabel Persiapan Tingkat Kematangan Beragama Dengan Perilaku Altruistik No. Responden
Variabel X
Variabel Y
Skor
Nominasi
Skor
Nominasi
001
27
A
23
B
002
21
C
24
B
003
25
B
25
B
004
25
B
24
B
005
23
B
27
A
006
27
A
28
A
007
22
C
24
B
008
27
A
27
A
009
27
A
26
A
010
26
A
26
A
011
20
C
25
B
012
27
A
27
A
81
013
25
B
24
B
014
25
B
28
A
015
25
B
27
A
016
24
B
24
B
017
27
A
25
B
018
28
A
27
A
019
27
A
24
B
020
25
B
27
A
021
23
B
24
B
022
27
A
25
B
023
27
A
26
A
024
28
A
27
A
025
21
C
21
C
026
24
B
25
B
027
28
A
26
A
028
26
A
22
C
82
029
28
A
26
A
030
24
B
28
A
031
23
B
25
B
032
27
A
26
A
033
25
B
27
A
034
25
B
24
B
035
26
A
21
C
036
25
B
24
B
037
21
C
24
B
038
25
B
20
C
039
26
A
25
B
040
23
B
26
A
041
27
A
26
A
042
25
B
23
B
043
25
B
28
A
044
27
A
25
B
83
045
28
A
26
A
046
24
B
24
B
047
28
A
28
A
048
27
A
26
A
049
25
B
25
B
050
23
B
21
C
1. Membuat tabel frekuensi yang diperoleh (fo) Berdasarkan tabel di atas dan klasifikasinya, maka dapat dibuat tabel frekuensi yang diperoleh sebagai berikut: Tabel.XIII Tabel Frekuensi yang Diperoleh No
Tingkat
Perilaku Altruistik
Kematangan
Tinggi
Sedang
Jumlah
Rendah
Beragama 1
Tinggi
15
6
2
23
2
Sedang
8
12
2
22
3
Rendah
0
4
1
5
84
Jumlah
23
22
5
50
2. Membuat tabel frekuensi yang diharapkan (fh) Untuk menghitung frekuensi yang diharapkan (fh) pertama-tama dihitung berapa persen dari masing-masing sampel yang memiliki intensitas tinggi, sedang, dan rendah, dari sini dapat dihitung persentase sebagai berikut: a. Sampel yang memiliki tingkat kematangan beragama tinggi adalah: P=
15 6 2 x100% 50
= 46 % = 0,46 b. Sampel yang memiliki tingkat kematangan beragama sedang adalah: P=
8 12 2 x100% 50
= 44% = 0,44 c. Sampel yang memiliki tingkat kematangan beragama rendah adalah: P=
0 4 1 x100% 50
= 10%
85
= 0,1 Selanjutnya masing-masing fh (frekuensi yang diharapkan) kelompok yang mempunyai tingkat kematangan beragama dan perilaku altruistik mahasiswa dapat dihitung: a. Yang memiliki tingkat kematangan beragama tinggi: 1) Tingkat kematangan beragama tinggi
= 0,46 x 15
= 6,9
2) Tingkat kematangan beragama sedang
= 0,46 x 6
= 2,76
3) Tingkat kematangan beragam rendah
= 0,46 x2
= 0,92 + = 10,58
b. Yang memiliki tingkat kematangan beragama sedang: 1) Tingkat kematangan beragama tinggi
= 0, 44 x 8
= 3,52
2) Tingkat kematangan beragama sedang
= 0, 44 x 12 = 5,28
3) Tingkat kematangan beragama rendah
= 0, 44 x 2
= 0,88+ = 9,68
c. Yang memiliki tingkat kematangan beragama rendah: 1) Tingkat kematangan beragama tinggi
= 0,1 x 0
=0
2) Tingkat kematangan beragama sedang
= 0,1 x4
= 0,4
3) Tingkat kematangan beragama rendah
= 0,1 x 1
= 0,1 + = 0,5
86
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dimasukkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel.XIV Tingkat Kematangan Beragama dan Perilaku Altruistik Mahasiswa No
Tingkat
Perilaku altruistik mahasiswa
kematangan
Tinggi
Sedang
Rendah
beragama mahasiswa
Fo
Fh
Fo
Fh
fo
Fh
1
Tinggi
15
6,9
6
2,76
2
0,92
2
Sedang
8
3,52
12
5,28
2
0,88
3
Rendah
0
0
4
0,4
1
0,1
d. Membuat tabel kerja chi kuadrat Berdasarkan kedua tabel di atas maka penulis dapat menghitung chi kuadratnya dengan rumus :
x²=
f
o
fh
fh
Keterangan: x2 = chi kuadrat
x100%
87
fo = frekuensi yang diperoleh fh = frekuensi yang diharapkan Hasil perhitungannya dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel. XV Tabel Kerja Penghitungan Chi Kuadrat Tingkat
Perilaku
kematangan Altruistik
(fo-fh )² Fo
Fh
fo-fh
(fo-fh )² fh
beragama
Tinggi
Tinggi
15
6,9
8.1
65,61
9.5086
Sedang
6
2,76
3,24
10,49
3.8034
Rendah
2
0,92
1.08
1,16
1,2678
Jumlah
Tingkat
14,58
Perilaku
kematangan Altruistik
(fo-fh )² Fo
Fh
fo-fh
(fo-fh )² fh
beragama
Sedang
Tinggi
8
3,52
4,48
20,07
5,7017
88
Sedang
12
5,28
6,72
45,15
8,5511
Rendah
2
0,88
1,12
1,25
1,4204
Jumlah
Tingkat
15,6732
Perilaku
kematangan Altruistik
(fo-fh )² Fo
Fh
fo-fh
(fo-fh )² fh
beragama
Rendah
Tinggi
0
0
0
0
0
Sedang
4
0,4
3,6
12,96
32,4
Rendah
1
0,1
0,9
0,81
8,1
Jumlah
x²=
f
h
fh
fh
40,5
x100%
x² = 70,753 Setelah mengetahui harga chi kuadratnya, langkah selanjutnya adalah menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
89
db = (b – 1) (k – 1) Keterangan: db : derajat kebebasan K : banyaknya baris K : banyaknya kolom Sehingga diperoleh hasil: db = (b – 1) (k – 1) = (3-1) (3– 1) =4 Setelah mengetahui db-nya penulis mengadakan tes signifikansi terhadap nilai kritik chi kuadrat dengan cara mengkonsultasikan pada nilai chi kuadrat dengan taraf signifikasi 5 % dan db sebesar 4 adalah 9,49 Dalam
perhitungan
ditemukan
chi
kuadrat
hitung=70,75.
Selanjutnya harga ini dibandingkan dengan harga chi kuadrat tabel dengan db 4. Berdasarkan tabel chi kuadrat, dapat diketahui bahwa jika db = 4 dan kesalahan yang ditetapkan = 5%, maka harga chi kuadrat tabel =9,49. Karena harga chi kuadrat hitung (70,75) lebih besar dari harga chi kuadrat tabel (9,49), maka distribusi data nilai statistik 30 mahasiswa tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal.
90
e. Menghitung koefisien kontingensi Langkah ini merupakan tahap pemasukan harga chi kuadrat dalam rumus koefisien kontingensi:
KK =
KK =
x2 x2 n
5005,56 5005,56 50
KK = 0,995
C Analisa Lanjutan Untuk membuktikan signifikansi penelitian, berdasarkan db = 9 dan kesalahan 5%, diperoleh harga chi kuadrat tabel = 9,49. Ternyata harga chi kuadrat hitung lebih besar dari harga chi kuadrat tabel, maka Ho ditolak. Ini berarti hubungan antara kematangan beragama tidak berpengaruh dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. Dan setelah besarnya koefisien kontingensi dikonsultasikan dengan r product moment dari Pearson dengan N = 50 pada taraf signifikansi 5 % yaitu 0,361 dan taraf signifikansi 1 % yaitu 0,297 ternyata harga koefisien kontingensi (KK) berada jauh di atas r product moment atau 0,995 > 0,361 dalam taraf signifikansi 5 % dan bertanda positif dan harga KK berada jauh di atas r product moment atau 50 > 0,297 dalam taraf signifikasi 1 % juga bertanda positif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil uji dinyatakan sangat
91
signifikan bila dihubungkan dengan hipotesis. Artinya, ada hubungan yang signifikan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. Selanjutnya, dengan nilai KK sebesar memberikan arti bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat pengaruh yang pasti dan berarti, dimana semakin tinggi kematangan beragama mahasiswa, semakin baik pula perilaku altruistiknya. Sedangkan untuk mengetahui besar variasi pengaruhnya dapat dicari dengan menggunakan rumus koefisien penentu (KP) yaitu: KP
= KK2x 100 % = (0,995)2 x 100 % = 99 % Nilai KP sebesar 99 % memberikan pengertian bahwa variasi naiknya
perilaku altruistik pada mahasiswa disebabkan oleh kematangan beragama sekitar 99 % dan selebihnya disebabkan oleh faktor lain.
92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data yang terkumpul tentang hubungan antara kematangan beragama terhadap perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat kematangan beragama pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008: kategori tinggi dari kematangan beragama, dinyatakan dengan 23 responden (46%) kategori sedang berjumlah 22 responden (44%), dan kategori rendah berjumlah 5 responden (10%). 2. Untuk mengetahui tingkat perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008: kategori tinggi dari kematangan beragama, dinyatakan dengan 23 responden (46%) kategori sedang berjumlah 22 responden (44%), dan kategori rendah berjumlah 5 responden (10%). 3. Untuk mengetahui hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008, dari hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistik diperoleh hasil akhir yang menunjukkan bahwa ada pengaruh positif kematangan beragama terhadap perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis
93
diterima kebenarannya. Hal ini terbukti dengan koefisien korelasi product moment, hasil penelitian r table pada taraf signifikasi 5%=0,361 dan 1%=0,279, dengan N=50, maka diperoleh hasil 0,361 <0,995> 0,279, dengan demikian hasilnya signifikan. Dengan demikian hipotesis yang telah penulis ajukan dapat diterima, bahwa ada hubungan positif antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008. Artinya semakin tinggi kematangan beragama semakin tinggi pula perilaku altruistiknya.
B. Saran-Saran Sehubungan dengan hasil penelitian yang penulis ajukan, kiranya penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Lembaga a. Sebagai lembaga pendidikan Islam di Salatiga, STAIN merupakan dambaan setiap umat dalam membentuk insane yang berakhlak mulia yang menjadi penerus perjuangan agama Islam, mengacu pada hal tersebut
penulis
mengharapkan kepada
lembaga
untuk
lebih
meningkatkan kualitas STAIN Salatiga secara menyeluruh b. Mengingat dari hasil penelitian yang menunjukkan hasil yang signifikan akan adanya hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruisme, maka penulis mengharapkan agar lembaga meningkatkan eksistensinya dalam mengembangkan dan senantiasa
94
memperhatikan
pendidikan
Islam.
Lembaga
STAIN
Salatiga
diharapkan tidak hanya mencetak mahasiswa Islam yang hanya pandai dari sgi intelektualnya saja tapi juga mahasiswa yang memiliki perilaku altruisme. c. Lembaga diharapkan mengembangkan kurikulum dan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dihadapi mahasiswa dalam kehidupan di masyarakat sehingga kurikulum tersebut dapat member manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa. 2. Bagi Dosen Dosen dalam dunia pendidikan adalah merupakan orang tua bagi mahasiswa. Maka figure seorang dosen merupakan hal penting dalam dunia kampus. Oleh karena itu penulis lebih mengharapkan dosen lebih meningkatkan profesionalitas dalam mengajar dan memberi uswatun hasanah kepada para mahasiswa. 3. Bagi Mahasiswa Begitu pentingnya perilaku altruisme dalam kehidupan, maka penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat berusaha menerapkan dalam segala perbuatan. Karena altruisme akan mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan maslahatnya besar bagi orang lain.
C. Penutup Alhamdulillahirobbil alamin, berkat rahmat Tuhan pencipta semesta alam, penulis bersyukur pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis
95
merasa wajib untuk mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berdo‟a semoga amal kebaikannya tertulis oleh pena Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Atas partisipasi pembaca, penulis ucapkan terima kasih. Penulis tidak berhenti berharap kajian skripsi ini untuk terus dikaji, sehingga memperoleh kesempurnaan dan manfaat kehidupan sekarang dan mendatang.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan Al-Hijazy, Hasan. 2001. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyyim. Jakarta: Pustaka Alkautsar Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Bagus, Lorens.1996. Kamus Filsafat. Jakarta. Gramedia Drever, James. 1986. Kamus Psikologi. Jakarta. PT Bina Aksara Durkheim, Emile. 1990. Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Anggota IKAPI Hadi, Sutrisno. 1989. Metodology Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM http://www.google.co.id/search?q=9kriteriaorangyangmatangagamanya Islamiyah, Djamiatul. 2006. Jurnal Attarbiyah: Studi Psikologis Tentang Kematangan Beragama. Salatiga Izetbegovic, ‟Aliya‟Ali. 1992. Membangun Jalan Tengah: Islam Antara Timur dan Barat, terj. Nurul Agustina dan Farid Gaban. Bandung. Mizan Junus, Mahmud. 1989. Terjemah Al Quran Al Karim. Bandung: Alma‟arif Sunarto, Ahmad. 1992. Shokhih Bukhori. Semarang. Cv. Asy-syifa Sutomo, Imam. Diseratasi Zulfa, M. 2005. Asas-asas Metodologi Penelitian. IAIN Walisongo
97
INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET PENILAIAN MENGENAI KEMATANGAN BERAGAMA HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANKATAN 2007/2008
Identitas Responden Nama
: ……………………………………………
NIM
: ……………………………………………
Petunjuk mengerjakan
Sebelum menjawab terlebih dahulu isi identitas anda
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan tanda silang (X) pada huruf a, b, atau c
Pilihlah jawaban dengan jujur dan sesuai dengan apa yang anda lakukan
Kerahasiaan data anda dijamin peneliti
A. Angket kematangan beragama 1. Jika di kampung anda membutuhkan tenaga pengajar Al-Qur‟an, namun tidak ada HR-nya, bagaimana sikap anda ? a. Saya akan menerima, karena itu berkaitan dengan peningkatan kualitas membaca Al-Qur‟an b. Saya akan menerima jika ada waktu c. Menerima jika dibayar 2. Jika suatu ketika ada teman anda yang mengkritik sikap anda, apa yang anda lakukan ? a. Saya akan menerima sebagai bahan introspeksi diri b. Saya akan terima jika sesuai sacara subjektif c. Saya akan mengacuhkannya 3. Jika anda bekerja dalam sebuah PT yang mengharuskan anda untuk membuka aurat, apa yang anda lakukan ? a. Saya lebih memilih mencari pekerjaan lain
98
b. Saya akan menerima jika tidak ada pilihan lain c. Saya terima 4. Apa yang memotivasi Anda memeluk agama Islam? a. Karena saya melihat bahwa Islam merupakan agama yang benar yang diridloi Allah SWT melalui ajarannya baik dalam Al-Qur‟an dan hadis b. Karena saya melihat bahwa islam mengajarkan kebaikan c. Karena Islam merupakan agama turun-temurun keluarga saya 5. Suatu ketika anda menjadi pemimpin rapat dalam sebuah organisasi, ketika telah masuk waktu solat dan terdengar adzan berkumandang, apa yang akan anda lakukan ? a. Mendengarkan adzan dan mengajak peserta rapat mengerjakan solat terlebih dahulu b. Mendengarkan adzan kemudian meneruskan rapat c. Meneruskan rapat 6. Suatu ketika anda menemukan dompet dimasjid, padahal disaat itu anda terbelit hutang, Apa yang anda lakukan ? a. Saya
akan
mencari
identitas
pemilik
dompet
tersebut
dan
mengembalikanya. b. Saya akan menggunakan uang tersebut, apabila tidak ada yang mencari c. Saya akan langsung menggunakan uang tersebut, mungkin itu rezki saya 7. Jika anda menjadi orang yang telah lama sulit. Apa yang akan anda pilih? a. Saya menjadikan kehidupan saya lebih bernilai di mata Tuhan b. Saya akan bekerja keras semaksimal mungkin c. Saya bersedia melakukan apapun agar hidup saya lebih baik dan layak 8. Suatu ketika di STAIN ada pameran buku agama, apa yang anda lakukan? a. Saya akan membeli b. Saya akan membeli jika ada uang c. Saya kurang tertarik
99
9. Dalam kehidupan tentunya manusia memiliki keinginan ataupun cita-cita. Bagaimana anda menggapai cita-cita tersebut ? a. Saya akan berusaha dan bertawakal b. Saya akan berusaha dengan semaksimal mungkin c. Saya akan bertawakal saja karena apa yang terjadi sudah menjadi takdir Tuhan 10. Suatu ketika di STAIN ada kajian Islami. Apa yang anda lakukan? a. Saya akan mengikuti b. Saya akan mengikuti jika tidak sibuk c. Kurang tertarik B. Angket tentang perilaku altruistik 1. Apa yang mendasari diri anda untuk menolong seseorang? a. Karena dapat membantu merupakan suatu hal yang menyenangkan b. Karena Tuhan akan membalas setiap perbuatan baik yang kita lakukan c. Karena mempunyai hubungan yang dekat dengan seseorang yang akan saya tolong 2. Manakah yang anda pilih a. Anda menjadi pribadi yang besar manfaatnya dalam kehidupan didunia demi pelayanan anda terhadap Tuhan melalui sesama b. Anda menjadi pribadi yang besar manfaatnya dalam membangun keindahan perilaku antar sesama c. Anda
menjadi pribadi yang
besar
manfaatnya dalam hidup
bermasyarakat demi menjaga nama baik Anda 3. Apa yang akan anda lakukan jika teman anda sangat membutuhkan uang sementara uang yang anda miliki hanya cukup untuk keperluan anda sendiri? a. Saya akan menolongnya, karena teman saya lebih membutuhkan b. Saya akanmeminjami sedikit dari uang yang saya miliki c. Saya tidak menolongnya karena uang tersebut hanya cukup untuk diri saya sendiri
100
4. Suatu ketika di jalan anda melihat kecelakaan. Apa yang akan anda lakukan? a. Saya menolongnya dan membawanya ke Rumah Sakit b. Saya akan menolong orang tersebut jika mengenalnya c. Tidak peduli 5. Suatu ketika anda menjumpai seorang tua renta yang berjualan dengan berjalan kaki, apa yang anda rasakan? a. Merasa iba dan saya akan mengurangi bebannya dengan membeli dagangannya b. Merasa iba c. Merasa biasa-biasa saja 6. Jika anda memilih ? a. Menjadi pelayan masyarakat dengan keikhlasan anda b. Menjadi orang yang disegani karena kebaikan anda c. Menjadi orang yang dihormati dan ditakuti banyak orang 7. Suatu ketika anda melihat anak kecil yang berangkat ke sekolah dengan memakai sepatu rusak dikakinya, apakah anda akan membiarkan saja? a. Tidak, saya akan menggantinya dengan yang lebih baik b. Kalau ada uang lebih, saya akan menggantinya dengan yang lebih baik c. Pura-pura tidak tahu saja 8. Jika ada teman anda yang cinta dengan anda, akan tetapi anda tidak dapat membalas cintanya, bagaimana sikap anda ketika dia sedang sesusahan dan meminta tolong kepada anda? a. Membantunya dengan senang hati b. Membantunya demi nama baik saya c. Tidak membantunya karena tidak ada untungnya buat saya 9. Ketika ada seseorang yang tidak anda kenal meminta bantuan, bagaimana sikap anda? a. Dengan senang hati menbantunya b. Membantunya jika ada imbalan c. Pura-pura mempunyai kesibukan lain
101
10. Teman anda meminta kepada anda untuk menjelaskan materi kuliah yang belum ia fahami sementara anda juga sedang mengerjakan tugas kuliah, apa yang akan anda lakukan? a. Saya akan membantu menjelaskan b. Saya akan menyuruh dia mencari buku tentang materi yang belum dipahami c.
Saya tidak akan membantunya karena saya sendiri sedang ada tugas
Terima Kasih Atas Kerjasamanya Semoga Niat Baik Anda Diterima Disisi-Nya Good Luck
102
LAPORAN SKK Nama
: Arunia Hidayati
Nim
: 11107084
Jurusan/Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam No 1.
Jenis Kegiatan Ospek 2007
2.
Basic Traning (LK) 1 Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga “Optimalisasi Pengkaderan Dalam Mewujudkan Mission HMI Seminar Kemahasiswaan “Paradigma Berfikir dan Aktualisasi Mahasiswa dalam Pengabdian Masyarakat” Seminar Pembiayaan Pendidikan Kota Salatiga “Efektifitas dalam Mengaplikasikan Anggaran Pendidikan dari APBD Kota Salatiga” Seminar Nasional “Kajian Gender dalam Prespektif Islam, Demokrasi dan Budaya” Seminar Nasional dan Sarasehan Gubernur Jateng “Memberdayakan Ekonomi Syari‟ah di Jawa Tengah” Pembina Pramuka di Pangkalan SMP Negeri 2 Susukan Pendidikan dan Pemantapan Calon Dewan Penggalang Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Kwartir Cabang Kota Salatiga Tahun 2009 Kursus Mikro Teknik “Autocad 2D & 3D” Bedah Buku “Rekonstuksi system pendidikan berbasis kebangasaan” Sarasehan Bela Negara & Buka Bersama “Memelihara Keutuhan Bangsa dari Ancaman Disintegrasi dan Sektarianisme Agama” Dialog Interaktif “Bela Negara untuk Mahasiswa” dan buka bersama Diskusi Ramadhan “Meraih Kesempurnaan Diri Di Bulan Yang
3.
4.
5.
6.
7. 8. 9.
10. 11. 12.
13.
14.
Pelaksanaan 18-31 Agustus 2007 18 November 2008
Status Peserta
Nilai 3
Peserta
3
15 april 2009
Panitia
3
25 Maret 2009
Peserta
3
24 Januari 2009
Peserta
2
17 Oktober 2008
Peserta
6
14 Februari 2010
Pembina
6
26-28 Juni 2009
Pembina Pelatih Pembina Pramuka Mahir Peserta
4
Peserta
2
24 September 2007
Peserta
2
524 September 2008
Peserta
2
21 September 2007
Peserta
2
9-14 februari 2009 Desember 2009 – Juni 2010 30 Juni 2008
4
3
103
15. 16.
17. 18.
19. 20.
Suci” Bedah buku “Buktikan Cintamu” Bedah Film Laskar Pelangi Dan Penggalangan Dana Untuk Korban Situ Gintung Talk Show “Tampil Gaul Syar‟i dan Trendy” Praktikum Pelatihan Ikhtibar Al Lughah Al Arabiyah ka Lughah Ajnabiyah Bedah buku “Jalan Cinta Para Pejuang” Bedah Buku “Deadline Your Life”
21. Seminar dan Silaturahmi Nasional Aliansi Dewan Pimpinan Daerah 22. Lingkar Nisa‟ “The Power Of Triple (Brain Behaviour And Beauty) 23. Kuliah Umum dan Dialog “Perkembangan Kerjasama ASEAN” 24. Diskusi Ramadhan dan Buka Bersama “Islamisasi Ilmu Pengetahuan” 25. Seminar Nasional Pendidikan “Aktualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Karakter dan Budaya Bangsa Jumlah
22 Maret 2008 04 April 2009
Peserta Peserta
2 2
14 April 2009
Peserta
2
11-26 februari 2011
Peserta
3
24 April 2010
Peserta
2
14 April 2009
Peserta
2
15-17 Desember 2008 30 Mei 2008
Peserta
6
Peserta
2
10 Februari 2009
Peserta
2
26 September 2007
Peserta
2
2 Juni 2010
Panitia
7
76
Salatiga, 8 Agustus 2011 Pembantu Ketua
104
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Arunia Hidayati
Tempat, tanggal lahir
: Kab. Semarang, 11 Maret 1989
Jenis kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Kepundung RT 02/IV Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Dersansari 01 lulus tahun 2000 2. SMP Negeri 2 Susukan lulus tahun 2003 3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Suruh lulus tahun 2007
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Salatiga, 10 Agustus 2011 Penulis
Arunia Hidayati NIM. 11107084