1
PREFERENSI DAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN SUMBER KAFEIN PADA MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007/2008
AKLESTA LENI FIRNA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
i
ABSTRACT AKLESTA LENI FIRNA. Preference and the Consuming Behaviour of Caffeine-Based Food at First Grade (General Preparation Grade) University Student, Bogor Agriculture Institute in 2007/2008. Under direction of RETNANINGSIH and LEILY AMALIA The objective of this research is to identify preference and the consuming behavior of caffeine-based food at First Grade (General Preparation Grade) University Student, Bogor Agriculture Institute in 2007/2008. The amount of samples has been taken are 354 people. Cross sectional study is the design of this research. The analysis that being used in preference measurement is Conjoin Analiysis whereas to test the correlation between characteristic an individual and preference with consuming behavior are Chi-Square and Rank-Spearman test. The most considerable attribute in choosing tea, chocolate, and coffee is type attribute meanwhile, the most considerable attribute choosing cola is the package size, and the most considerable attribute choosing energy drink is package attribute.The frequency of consuming caffeine-based food at samples, mostly in infrequently category ( 3 times/week). The combination which most boys sample like in choosing tea product is “black tea-dipping variant-sachet packaging” combination, whereas the girls sample like “flavoured tea-liquid variant-bottle/tetrapack packaging” combination most. The combination which most boys sample like in choosing chocolate product is “milk chocolate-compact/stick variant-sachet/cardboard packaging” combination, whereas most girls sample like “wafer chocolate-compact/stick variant-sachet/cardboard packaging”. The attribute combination which either boys sample or girls sample like most in choosing coffee product is “coffee milkpowder variant-sachet packaging” combination. The attribute combination of cola product which samples like most is “tin plate packaging-250 ml”. the combination which most boys sample like in choosing energy drink product is “powder variant-sachet packaging” combination, whereas the girls sample like “liquid variant-bottle packaging” combination. There is a negative correlation between samples knowledge about caffeine and the frequency of tea consumption. There is no correlation between individual characteristic and caffeine-based food preference. There is no correlation between individual characteristic and the consumption behavior of caffeine-based food. There is no correlation between preference and the consuming behavior of caffeine-based food. Keywords: caffeine, preference, consuming behavior, conjoin analysis.
ii
RINGKASAN AKLESTA LENI FIRNA. Preferensi dan Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Kafein pada Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun 2007/2008. Dibimbing oleh RETNANINGSIH dan LEILY AMALIA. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi preferensi dan perilaku konsumsi pangan sumber kafein pada mahasiswa TPB IPB tahun 2007/2008. Tujuan khususnya meliputi (1) mengidentifikasi karakteristik contoh, (2) mengidentifikasi perilaku konsumsi pangan sumber kafein contoh kafein contoh, (3) mengidentifikasi atribut yang mempengaruhi contoh dalam memilih pangan sumber kafein, (4) mengidentifikasi preferensi pangan sumber kafein contoh, (5) mengidentifikasi sumber informasi, tempat pembelian, dan cara pembelian pangan sumber kafein pada contoh, dan (6) menganalisis hubungan karakteristik individu dan preferensi contoh dengan perilaku konsumsi pangan sumber kafein contoh. Disain penelitian ini adalah cross sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa TPB IPB angkatan 2007/2008. Jumlah contoh ditetapkan dengan menggunakan rumus Slovin dan diperoleh sebanyak 354 orang yang terdiri dari 138 putra dan 216 putri. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 12.0 for Windows. Perhitungan preferensi menggunakan analisis Konjoin, dan analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dan Rank-Spearman. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar contoh berusia 18 tahun (64,4%), beragama Islam (90,4%), dan berasal dari Jabodetabek (46,6%). Ratarata contoh memperoleh uang saku sebesar Rp 536.064,00. Hampir separuh contoh (48%) mengeluarkan uang untuk makan per bulan sebesar Rp 334.000,00Rp 567.000,00 dan sebanyak 45% contoh mengeluarkan uang untuk pangan sumber kafein Rp 15.000,00 - Rp 40.000,00 per bulan. Tingkat pengetahuan gizi dan pengetahuan kafein sebagian besar contoh berada pada golongan sedang. Contoh paling banyak mengkonsumsi teh, kopi, coklat, kola, dan energy drink dengan frekuensi jarang ( 3 kl/mg). Persentase contoh terbanyak mengkonsumsi teh di pagi hari dengan alasan kesenangan, dan contoh terbanyak yang mengkonsumsi coklat mengkonsumsi coklat di siang hari karena rasanya enak. Sebagian besar contoh mengkonsumsi kopi di malam hari dengan alasan menghilangkan kantuk. Contoh mengkonsumsi kola dan energy drink di siang hari dengan alasan kesenangan dan meningkatkan stamina. Dalam memilih produk teh, contoh putra lebih mementingkan atribut bentuk daripada jenis dan kemasan, sedangkan contoh putri lebih mementingkan jenis daripada bentuk dan kemasan. Atribut produk coklat yang paling dipertimbangkan oleh kedua kelompok contoh adalah jenisnya. Jenis kopi merupakan atribut yang paling dipertimbangkan dalam memilih produk kopi pada contoh putra dan putri. Atribut yang paling dipertimbangkan oleh contoh putra dan putri dalam memilih produk kola adalah ukuranya. Atribut kemasan dan bentuk produk energy drink sama-sama dipertimbangkan oleh contoh putra dalam memilih produk energy drink, sedangkan contoh putri lebih mementingkan kemasannya.
iii
Kombinasi atribut teh yang paling disukai oleh contoh putra adalah kombinasi “teh hitam - bentuk celup - kemasan sachet/box”, sedangkan contoh putri paling suka terhadap kombinasi “teh flavor - bentuk cair - kemasan tetrapack. Kombinasi atribut coklat yang paling disukai oleh contoh putra adalah kombinasi “coklat susu - bentuk padat/batang - kemasan sachet/box”, sedangkan contoh putri paling menyukai kombinasi “coklat wafer - bentuk padat/batang kemasan sachet/kardus”. Kombinasi atribut kopi yang paling disukai oleh contoh putra dan putri sama yaitu kombinasi “kopi susu - bentuk bubuk - kemasan sachet . Kombinasi atribut kola yang paling disukai oleh contoh putra dan putri adalah kombinasi “kemasan kaleng - ukuran 250 ml”. Kombinasi atribut energy drink yang paling disukai oleh contoh putra adalah kombinasi “bentuk serbuk, kemasan sachet”, sedangkan yang disukai oleh contoh putri adalah kombinasi “bentuk cair, kemasan botol”. Sumber informasi yang paling banyak digunakan contoh untuk memperoleh informasi menganai pangan sumber kafein adalah TV dan majalah/koran. Pada umumnya contoh membeli pangan sumber kafein di minimarket, dan sebagian besar contoh membeli pangan sumber kafein secara eceran. Sebagian contoh (50%) masuk ke dalam kelompok konsumen yang tidak loyal dimana jika merek yang biasa mereka beli tidak ada maka mereka akan membeli merek lain. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu, pengetahuan gizi, pengetahuan kafein, dan preferensi terhadap frekuensi konsumsi pangan sumber kafein baik pada, kopi, coklat, kola, maupun energy drink. Pada teh terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pengetahuan kafein dengan frekuensi konsumsi, sedangkan karakteristik individu dan preferensi menunjukan hasil yang tidak berhubungan terhadap frekuensi konsumsi teh. Sebaiknya dilakukan penyuluhan kepada mahasiwa mengenai mineral mikro dan sumbernya. Bagi pengusaha yang hendak memasarkan produknya dengan segmentasi mahasiswa, sebaiknya memperhatikan jenis kelamin karena jenias kelamin yang berbeda akan mempunyai kesukaan yang berbeda. Selain itu, sebaiknya pengusaha memperhatikan preferensi mahsiswa dalam memilih pangan sumber kafein seperti dalam memasarkan teh, mahasiswa paling menyukai teh flavor, mahasiswa paling menyukai coklat susu, kopi yang paling disukai adalah susu kopi, kola yang paling banyak disukai adalah ukuran 250 ml, dan energy drink yang paling disukai adalah yang berbentuk serbuk.. Untuk penelitian selanjutnya yang akan menggunakan Analisis Konjoin sebaiknya kombinasi atribut produk jangan terlalu banyak karena akan menyulitkan contoh dalam mengisi kuesioner.
iv
PREFERENSI DAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN SUMBER KAFEIN PADA MAHASISWA TPB IPB TAHUN 2007/2008
AKLESTA LENI FIRNA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
v
Judul
: Preferensi dan Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Kafein pada Mahasiswa Tingkat persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun 2007/2008
Nama
: Aklesta Leni Firna
NIM
: A54104055
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Retnaningsih ,M.Si NIP 131 861 467
Leily Amalia, S.TP. M.Si NIP 132 311 722
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019
Tanggal Lulus:
i
PRAKATA Alhamdulillahirrobil alamin. Puji dan Syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT dengan karunia dan rahmat-Nya yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga dan hanya dengan pertolongan-Nya, skripsi dengan judul ”Preferensi dan Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Kafein pada Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun 2007/2008” dapat diselesaikan. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada: 1. Ir. Retnaningsih, M.Si dan Leily Amalia, S.TP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, atas segala bimbingan, kesabaran, perhatian, dan dorongan yang diberikan kepada penulis sejak penyusuann proposal hingga terselesaikanya penulisan skripsi ini. 2. Ir. M.D. Djamaludin, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji atas masukanya untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Lilik Kustiyah, M.S selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahanya selama ini. 4. Staf pengajar dan karyawan program studi GMSK atas bantuan dan arahanya selama ini kepada penulis. 5. Bapak, Ibu, dan kakak-kakakku (Mas Hepi, Mas Udin, Mbak Anik, Mbak Ium) atas kasih sayang, doa, keikhlasan, dan perhatiannya kepada penulis. 6. Teman satu penelitian Febriana Ira Dewi atas kerjasamanya selama ini. 7. Dhony Erfanto atas bantuan, dukungan, dan perhatiannya kepada penulis. 8. Sahabat-sahabatku Sri, Noorma, Liam, Yuli, Nining atas kebersamaanya selama ini. 9. Whindhy’s Crew (Dewi, endang, Mba Lina, Sari, Ika, Angga, Dhia, Mba Gading, Femi, Ruby, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu) atas keceriaan, kegaduhan, dan kebersamaannya selama ini. 10. Rena, Ibnu, dan Lola sebagai pembahas seminar atas masukannya. 11. Teman-teman GAMASAKERS 41 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas kebersamaannya selama ini.
ii 12. Mahasiswa TPB angkatan 44 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 13. Pihak Asrama TPB yang telah memberikan informasi mengenai kondisi asrama TPB IPB 14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu Semoga kebaikan semua mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Amin
Bogor, Agustus 2008
Aklesta Leni Firna
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 27 Agustus 1986 dari ayah Anang Yusron dan ibu Umniyah Nur’aini. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelasaikan pendidikan di SDN 2 Wonosobo pada tahun 1998, SLTPN 1 Wonosobo tahun 2001, SMAN 1 Wonosobo tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan penulis diterima pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Selama kuliah, penulis pernah aktif dalam organisasi Forum keluarga Mushola GMSK (FKMG), HIMAGITA, dan Ikatan Mahasiswa Wonosobo (Ikamanos).
iv
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 Latar Belakang................................................................................... 1 Perumusan Masalah ........................................................................... 3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 Hipotesis............................................................................................ 4 Kegunaan penelitian .......................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 5 Preferensi........................................................................................... 5 Perilaku Konsumsi ........................................................................... 13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi dan Perilaku Konsumsi......................................................................................... 14 Kafein dan Pangan Sumber Kafein................................................... 17 Remaja dan Mahasiswa.................................................................... 21 KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................... 23 METODE PENELITIAN .......................................................................... 25 Desain, Tempat, dan Waktu ............................................................. 25 Cara Penarikan contoh ..................................................................... 25 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................... 26 Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 26 Definisi Operasional ........................................................................ 35 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 37 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................... 37 Karakteristik Contoh ........................................................................ 38 Karakteristik Orangtua ..................................................................... 42 Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan Kafein ...................................... 44 Sumber Informasi ............................................................................ 47 Perilaku dan Preferensi Pangan Sumber Kafein................................ 48 Tempat Pembelian dan Cara Pembelian ........................................... 71
v Halaman Loyalitas terhadap Merk .................................................................. 72 Hubungan Karakteristik Individu, Preferensi, dengan Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Kafein .................................................... 76 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 84
vi
DAFTAR TABEL Halaman 1
Kandungan kafein pada berbagai jenis pangan ....................................... 18
2
Peubah, pengkategorian peubah, dan analisis data ................................... 28
3
Kombinasi atribut produk kopi ................................................................ 30
4
Kombinasi atribut produk teh .................................................................. 31
5
Kombinasi atribut produk coklat ............................................................. 31
6
Kombinasi atribut produk kola ................................................................ 32
7
Kombinasi atribut produk energy drink ...................................................32
8
Sebaran contoh berdasarkan usia ............................................................. 38
9
Sebaran contoh berdasarkan asal daerah .................................................. 39
10 Sebaran contoh berdasarkan uang saku, pengeluaran untuk makan, pengeluaran untuk pangan sumber kafein .................................... 41 11 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orangtua ............. 42 12 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita keluarga .................... 43 13 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ............................................. 44 14 Persentase contoh yang menjawab benar pertanyaan pengetahuan gizi ..................................................................................... 45 15 Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi ............................................... 46 16 Persentase contoh yang menjawab benar pertanyaan pengetahuan kafein ..................................................................................................... 46 17 Sebaran contoh menurut pengetahuan kafein ........................................... 47 18 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi teh ............. 50 19 Sebaran contoh berdasarkan merek teh yang dikonsumsi ......................... 51 20 Sebaran contoh berdasarkan jenis teh yang dikonsumsi ........................... 51 21 Sebaran contoh berdasarkan waktu dan alasan mengkonsumsi teh ......... 52 22 Nilai kegunaan dan nilai relatif penting karkteristik produk teh ............... 53 23 Kombinasi atribut produk teh yang paling disukai contoh berdasarkan peringkat ............................................................................. 54 24 Sebaran contoh berdasarkan jumlah dan frekuensi konsumsi coklat ......... 55 25 Sebaran contoh berdasarkan waktu dan alasan mengkonsumsi coklat ...... 56 26 Sebaran jumlah contoh berdasarkan merek coklat yang dikonsumsi ........ 57 27 Nilai kegunaan dan nilai relatif penting atribut produk coklat .................. 58
vii Halaman 28 Kombinasi atribut produk coklat yang paling disukai contoh berdasarkan peringkat ............................................................................. 59 29 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi kopi ........... 60 30 Sebaran contoh berdasarkan pemilihan merek kopi ................................. 60 31 Sebaran contoh berdasarkan jenis kopi yang dikonsumsi ......................... 61 32 Sebaran contoh berdasarkan waktu dan alasan mengkonsumsi kopi ......... 61 33 Nilai kegunaan dan nilai relatif penting karakteristik produk kopi ........... 62 34 Kombinasi atribut produk kopi yang paling disukai contoh berdasarkan peringkat ............................................................................. 64 35 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi kola ........... 65 36 Sebaran contoh berdasarkan merek kola yang sering dikonsumsi............. 66 37 Sebaran contoh berdasarkan waktu dan alasan konsumsi kola ................. 67 38 Nilai kegunaan dan nilai relatif penting atribut produk kola ..................... 68 39 Kombinasi atribut produk kola yang paling disukai contoh berdasarkan peringkat ............................................................................. 68 40 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi energy drink ............................................................................................ 68 41 Sebaran contoh berdasarkan waktu dan alasan mengkonsumsi energy drink ............................................................................................ 69 42 Sebaran contoh berdasarkan merek energy drink yang dikonsumsi .......... 69 43 Nilai kegunaan dan nilai relatif penting atribut produk energy drink ........70 44 Kombinasi atribut produk energy drink yang paling disukai contoh berdasarkan peringkat ............................................................................. 71 45 Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian pangan sumber kafein ..... 71 46 Sebaran contoh berdasarkan cara pembelian pangan sumber kafein ......... 72 47 Sebaran contoh berdasarkan loyalitas dan alternatif pembelian terhadap produk teh ................................................................................ 73 48 Sebaran contoh berdasarkan loyalitasnya dan alternatif pembelian terhadap produk coklat ............................................................................ 73 49 Sebaran contoh berdasarkan loyalitasnya dan alternatif pembelian terhadap produk kopi .............................................................................. 74 50 Sebaran contoh berdasarkan loyalitasnya dan alternatif pembelian terhadap produk kola .............................................................................. 75 51
Sebaran contoh berdasarkan loyalitasnya dan alternatif pembelian terhadap produk energy drink ................................................................. 75
viii Halaman 52 Hubungan antara usia dengan jenis pangan yang dikonsumsi .................. 76 53 Hubungan antara agama dengan jenis pangan sumber kafein yang di konsumsi ................................................................................................. 77 54 Hubungan antara asal daerah dengan jenis pangan yang dikonsumsi ....... 77 55 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan jenis pangan yang dikonsumsi .............................................................................................. 78 56 Hubungan antara pengetahuan kafein dengan jenis pangan yang dikonsumsi .............................................................................................. 78 57 Hubungan antara alasan konsumsi dengan jenis pangan yang dikonsumsi.............................................................................................. 78
ix
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Struktur Kafein ......................................................................................... 17 2 Kerangka pemikiran penelitian .................................................................. 24 3
Cara pengambilan contoh ......................................................................... 26
4 Sebaran contoh berdasarkan agama ........................................................... 39 5 Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi .......................................... 48 6 Sebaran contoh berdasarkan jenis pangan sumber kafein yang dikonsumsi ................................................................................................ 49
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia meningkat 1,49 persen atau bertambah 3-3,5 juta jiwa tiap tahunnya (BKKBN, 2006). Hingga tahun 2006 jumlah penduduk Indonesia mencapai 220.953.634 orang. Namun sayangnya peningkatan jumlah penduduk Indonesia tidak diiringi dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Menurut data dari UNDP, salah satu indikator kualitas SDM adalah indeks kualitas hidup (Human Development Index = HDI) yang ditentukan oleh tiga faktor yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Kualitas sumberdaya
manusia (SDM) Indonesia pada tahun 2006 berada pada urutan ke-108 dari 177 negara di dunia (www.wikipediaIndonesia.com). Untuk dapat menciptakan SDM yang berkualitas tentunya banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain faktor pangan (gizi), kesehatan, pendidikan, kondisi ekonomi, informasi, teknologi, dan jasa pelayanan lainnya. Dari sekian banyak faktor, unsur gizi dan kesehatan memegang peranan yang penting. Orang tidak akan dapat hidup sehat dan berumur panjang jika kekurangan gizi karena akan mudah terkena infeksi dan jatuh sakit, produktivitas kerja dan akhirnya sosial ekonomi.
sehingga akan menurunkan
akan berakibat pada memburuknya kondisi
Penurunan produktivitas kerja dapat disebabkan karena
terjadinya malabsorbsi zat gizi dalam tubuh. Malaborbsi zat gizi dalam jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, stroke, kolesterol tinggi, hipertensi, dan diabetes mellitus. Malabsorbsi gizi dapat disebabkan karena perilaku konsumsi yang kurang baik seperti mengkonsumsi bahan pangan yang mempunyai sifat antinutrisi atau menghambat penyerapan zat gizi yang penting bagi tubuh. Kafein merupakan salah satu zat antinutrisi yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Di Indonesia berdasarkan keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. HK. 00.05.23.3664, batas maksimum untuk konsumsi kafein adalah 150 mg per hari dan dibagi dalam tiga kali konsumsi, dengan kata lain batas yang diizinkan adalah 50 mg per satu kali konsumsi (Evelin et al., 2006). Konsumsi kafein yang berlebihan atau lebih dari 400 mg kafein sehari atau setara dengan 6-7 gelas kopi dapat menyebabkan tubuh
2 kehilangan vitamin B6 hingga 21 persen (Anonymous, 2007). Kafein juga akan menghambat penyerapan zat besi jika dikonsumsi satu sampai dua jam setelah makan. Kafein banyak terdapat pada minuman yang biasa dikonsumsi sehari-hari seperti kopi, teh, coklat, kola, dan energy drink. Kandungan kafein pada setiap pangan berbeda-beda. Kandungan kafein dalam satu cangkir kopi 137 mg. Satu kaleng soft drink kola mengandung 46 mg, satu cangkir teh mengandung sekitar 47 mg, dan satu ons cokelat mengandung 20 mg kafein (Departemen Pertanian Amerika Serikat dalam Michels et al., 2005).
Kandungan kafein dalam satu cangkir kopi adalah 80-125 mg, satu
cangkir ekspresso, kopi tubruk atau kopi saring sekitar 80 mg, satu cangkir kopi instan 65 mg. Satu kaleng soft drink cola mengandung sekitar 40 mg, sedangkan satu ons coklat mengandung 20 mg kafein (Anonymous, 2004). Menurut Spilane (1995), sekitar 40 persen penduduk dunia senang mengkonsumsi kafein.
Berdasarkan pantauan lembaga riset PT AC Nielsen
Indonesia, pada tahun 2007 produksi pangan sumber kafein di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar. Pertumbuhan kopi mencapai 29 persen, coklat 21,9 persen, dan teh meningkat 14,7 persen (Susilo, 2007). Usia dewasa dan remaja diduga merupakan salah satu konsumen terbesar yang mengkonsumsi kafein di Indonesia. Umumnya masyarakat mengkonsumsi kafein dengan alasan untuk meningkatkan kesegaran dan mencegah kantuk agar tetap dapat bekerja dan berpikir dengan tubuh yang segar dan bugar. Menurut Rahendra (2002) mengacu dalam hasil survei Saing (2000) di daerah Darmaga dan Babakan, konsumen golongan mahasiswa cukup potensial dalam pemasaran kopi bubuk dan kopi serbuk (instan). Tiga puluh empat persen yang biasa membeli kopi adalah mahasiswa. Mahasiswa biasa mengkonsumsi kopi khususnya pada saat ujian.
Para mahasiswa sangat percaya dengan
meminum kopi sebelum belajar dapat meningkatkan daya ingatnya (Anonymous, 2006). Berdasarkan umurnya, mahasiswa tergolong ke dalam dua kategori, yaitu remaja dan dewasa. Usia remaja pada umumnya adalah mahasiswa tingkat I dengan umur 16-18 tahun, sedangkan usia dewasa berada pada tingkat II sampai dengan IV dengan umur 19-24 tahun (Sumarwan, 2004).
Mahasiswa TPB
(Tingkat Persiapan Bersama) tergolong pada usia remaja, pada tingkat ini
3 mahasiswa sedang dididik untuk mempersiapkan diri ke tingkat selanjutnya. Mahasiswa TPB umumnya merasa kaget dengan metode pendidikan di perguruan tinggi yang jauh berbeda dengan sekolah menengah. Umumnya mahasiswa akan berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan kesegaran tubuhnya. Hal-hal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa antara lain mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, atau cokelat.
Perilaku konsumsi kafein yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan berbagai efek yang berbahaya bagi tubuh. Selain itu, dalam memilih makanan atau minuman yang mengandung kafein biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor baik jenis, bentuk, kemasan, ataupun tujuan mengkonsumsinya. Dengan adanya beragam jenis dan bentuk pangan sumber kafein, diduga masyarakat khususnya mahasiswa memiliki preferensi dan sikap tertentu terhadap pangan sumber kafein, sehingga dinilai perlu adanya penelitian tentang preferensi dan perilaku konsumsi pangan sumber kafein pada mahasiswa TPB IPB.
Perumusan Masalah 1. Bagaimana preferensi mahasiswa terhadap pangan sumber kafein (jenis, bentuk, dan kemasan produk)? 2. Atribut
produk
apa
saja
yang
dipertimbangkan
mahasiswa
dalam
mengkonsumsi pangan sumber kafein? 3. Bagaimana perilaku konsumsi (frekuensi, jumlah, alasan, dan waktu konsumsi) pangan sumber kafein pada mahasiswa? 4. Sumber informasi pangan sumber kafein apa saja yang digunakan mahasiswa? 5. Apakah preferensi mahasiswa terhadap pangan sumber kafein berhubungan dengan perilaku konsumsi?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
preferensi dan perilaku
konsumsi pangan sumber kafein pada mahasiswa TPB IPB tahun 2007/2008.
4 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, asal daerah, jumlah uang saku, pengeluaran per bulan untuk makan, pengeluaran untuk pangan sumber kafein, karakterisrtik orang tua contoh, pengetahuan gizi, dan pengetahuan kafein). 2. Mengidentifikasi perilaku konsumsi pangan sumber kafein pada mahasiswa TPB IPB (frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi, alasan, dan waktu konsumsi). 3. Mengidentifikasi atribut produk yang mempengaruhi mahasiswa TPB IPB dalam memilih pangan sumber kafein. 4. Mengidentifikasi preferensi pangan sumber kafein pada mahasiswa TPB IPB (jenis, bentuk, kemasan pangan sumber kafein yang disukai). 5. Mengidentifikasi sumber informasi, tempat pembelian, dan cara pembelian mahasiswa TPB IPB terhadap pangan sumber kafein. 6. Menganalisis hubungan karakteristik contoh dan preferensi dengan perilaku konsumsi pangan sumber kafein. Hipotesis Tidak ada hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku konsumsi pangan sumber kafein. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik contoh dengan preferensi pangan sumber kafein. Tidak ada hubungan antara preferensi dengan perilaku konsumsi pangan sumber kafein. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi konsumen agar lebih bijak dalam mengkonsumsi pangan sumber kafein. Bagi produsen hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap produknya dan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kualitas produknya. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya para pengambil kebijakan mengenai potret kondisi mahasiswa dalam hal preferensi dan perilaku konsumsi pangan sumber kafein.
5
TINJAUAN PUSTAKA Preferensi Menurut Assael (1992) preferensi terbentuk dari persepsi terhadap suatu produk. Preferensi adalah derajat kesukaan, pilihan, atau sesuatu hal yang lebih disukai oleh konsumen.
Pilgrim (1957) dalam Suhardjo (1989) menyatakan
bahwa preferensi terhadap makanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya seseorang terhadap suatu jenis pangan. Menurut Kardes (2002), preferensi merupakan proses evaluasi pada dua atau lebih objek. Preferensi selalu membandingkan antar objek baik dari segi atribut atau fitur suatu produk. Preferensi dibedakan menjadi dua yaitu preferensi yang berdasarkan sikap (attitude-based preferences) dan preferensi yang berdasarkan atribut (attribute-based preferences).
Preferensi yang berdasarkan sikap
merupakan preferensi yang terbentuk oleh kebiasaan dalam memilih beberapa produk. Sedangkan preferensi berdasarkan atribut merupakan preferensi yang terbentuk berdasarkan perbandingan atribut dari dua atau lebih produk, sebagai contoh perbandingan fitur dan harga produk. Preferensi yang berdasarkan sikap terbentuk dari perilaku yang berulang-ulang dan menjadi memori jangka panjang. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa preferensi pangan diasumsikan sebagai sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka yang akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Oleh sebab itu, penting untuk mempelajari makanan yang disukai dan tidak disukai. Sanjur (1982) juga menjelaskan bahwa fisiologi, perasaan, dan sikap, terintegrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membenuk perilaku konsumsi pangan. Preferensi juga dapat diartikan sebagai tingkatan kesukaan. Maksudnya, tingkat kesukaan secara kualitas dan atau bila dibandingkan dengan tingkat kesukaan terhadap sesuatu yang lain (Martiani, 2000).
Preferensi konsumen
didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 1999). Lyman (1989) menyatakan bahwa preferensi dipengaruhi oleh waktu dan kondisi makanan yang disediakan, seperti kondisi lapar, perasaan dan saat terakhir mengkonsumsi. Suatu makanan tidak akan disukai bila belum pernah dicoba.
6 Selain itu, suatu makanan bisa tidak disukai jika setelah dicoba terasa membosankan, terlalu biasa dikonsumsi, menyebabkan alergi atau reaksi fisiologis, dan berhubungan dengan efek penyakit setelah mengkonsumsinya. Sikap suka atau tidak suka terhadap pangan hanyalah salah satu alasan yang membentuk preferensi pangan. Preferensi pangan lebih menunjuk pada keadaan ketika seseorang harus melakukan pilihan terhadap pangan dengan menunjukan reaksi penerimaan hedonik atau rasa makanan yang dapat diukur secara verbal, dengan skala atau dengan ekspresi wajah (Rozin & Volmecke, 1986 dalam Prasatya, 1998). Preferensi terhadap makanan dipengaruhi oleh karakteristik individu, lingkungan, dan karakteristik produk pangan (Ellis, 1976 dalam Sanjur, 1982). Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan gizi.
Karakteristik produk meliputi rasa, warna, aroma, dan
kemasan. Sedangkan lingkungan meliputi keluarga, tingkat sosial, musim, dan mobilitas. Semua variabel tersebut saling mempengaruhi dan berkaitan satu sama lain (Sanjur, 1982). Menurut Suhardjo (2003), jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selain dipengaruhi oleh hasil budaya setempat, juga dipengaruhi preferensi terhadap makanan tersebut. Makanan dianggap memenuhi selera atau tidak , tidak hanya bergantung pada pengaruh sosial budaya. Selain pengaruh reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi makin dipengaruhi oleh pendekatan melalui media massa seperti radio, TV, pamflet, dan iklan. Harper, Deaton, dan Driskel (1985) juga mengemukakan bahwa preferensi terhadap makanan tidak hanya bergantung pada pengaruh sosial dan budaya, tetapi juga dari sifat fisik makanan itu sendiri. Pengukuran preferensi dapat menggunakan skala (sangat tidak suka, suka, netral, suka, sangat suka). Contoh ditanya untuk mengidentifikasi seberapa besar contoh menyukai makanan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Skala
hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur derajat suka atau tidak suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap makanan yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur 1982). Menurut Drewnowski and Clayton (1999), preferensi dapat digunakan sebagai tolok ukur perbandingan produk dan dapat digunakan untuk
7 memprediksi pembelian konsumen. bahwa
preferensi
terhadap
Studi klasik riset pemasaran menyatakan
makanan
dapat
diprediksi
dari
frekuensi
mengkonsumsi makanan tersebut. Pengukuran Preferensi Skala likert Menurut Rangkuti (1997), dalam skala likert, kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar “setuju” dan “tidak setuju”, melainkan dibuat dengan lebih banyak kemungkinan jawaban. Cara mengerjakan skala likert, yaitu: 1. mengumpulkan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia, kemudian setiap jawaban diberi skor tertentu. 2. Membuat skor total untuk setiap orang dengan menjumlahkan skor untuk tiap jawaban. 3. Menilai kekompakan antar pertanyaan. 4. Pernyataan yang kompak dijumlahkan untuk membentuk variabel baru dengan menggunakan teknik summated rating. Pengukuran preferensi makanan dapat menggunakan skala (sangat tidak suka,
tidak suka,
netral,
suka,
sangat
suka).
Contoh ditanya untuk
mengidenifikasikan seberapa besar dia menyukai makanan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur derajat suka atau tidak suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap makanan yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur, 1982). Maximum Difference Scaling (Maxdiff) Maximum Difference Scaling (Maxdiff) adalah teknik pengukuran yang menggunakan jarak maksimum (maximum difference) antar peubah. Penerapan metode
maxdiff
dalam
pengukuran
preferensi
dilakukan
dengan
mengkombinasikan peubah-peubah yang akan dievaluasi menjadi paket-paket (subsets) peubah dengan banyaknya peubah dalam satu paket lebih sedikit dari total peubah yang akan dievaluasi . Paket-paket yang telah terbentuk dikelompokan menjadi beberapa kelompok dengan kendala tertentu, dimana setiap kelompok paket-paket ini yang kemudian membedakan versi kuisioner,
8 kemudian responden diminta untuk memilih satu peubah yang paling penting (the most) dan satu peubah yang paling tidak penting (the least) untuk setiap paket. Jarak antar peubah yang paling penting dengan peubah yang paling tidak penting dalam satu paket ini disebut sebagai jarak maximum (maxdiff) (Cohen, 2003 dalam Prihandiah, 2006). Analisis Konjoin Analisis Konjoin adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur preferensi konsumen terhadap atribut-atribut suatu produk (Aaker, Kumar, & Day, 1995). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk menduga tingkat kepentingan atribut. Nilai kepentingan atribut yang tertinggi menunjukan atribut tersebut relatif lebih diperhatikan konsumen daripada atribut-atribut lain yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk (Simamora, 2005). Analisis Konjoin merupakan suatu teknik riset konsumen untuk mengukur preferensi dengan menitikberatkan pada evaluasi alternatif suatu konsep atau tipe produk yang diterima oleh konsumen. Metode ini mengasumsikan bahwa semua utility atau kepuasan konsumen diperoleh dari kontribusi masing-masing atribut dan dapat dihitung dari preferensi rangking dan rangking tersebut dapat digunakan untuk mendesain suatu produk alternatif (Gerhardy dan Mitchell, 1995). Selain itu, Analisis Konjoin juga dapat digunakan untuk menduga tingkat kegunaan setiap atribut. Semakin besar perbedaan antara nilai kegunaan tinggi dan nilai kegunaan rendah dari taraf suatu atribut, semakin besar peranan atribut tersebut. Nilai kegunaan ini menunjukan preferensi konsumen terhadap taraf suatu atribut dimana nilai kegunaan yang tertinggi dari suatu taraf cenderung disukai konsumen (Contoh atribut rasa, tarafnya manis, asam, tawar). Hasil utama Analisis Konjoin berupa suatu bentuk (desain) produk yang diinginkan oleh sebagian besar responden. Ciri khas analisis konjoin adalah : 1. Bobot atribut diperoleh melalui analisis preferensi seseorang terhadap suatu produk dengan kombinasi atribut tertentu, 2. Dapat dianalisis bahkan untuk satu responden saja, 3. Lebih realistis sebab setiap orang dihadapkan dengan produk yang memang memiliki berbagai atribut yang akan dipertimbangkan ketika hendak melakukan pembelian (Mutiara Statistical Consultant, 2004 diacu dalam Putri, 2005).
9 Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur preferensi adalah analisis conjoin. Berikut ini rumus perhitungan Analisis Konjoin: Penggunaan
Model. Model Analisis Konjoin yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penjumlahan. U (x) = Uj + Ub + Uk Dimana: U (x) Uj Ub Uk
= total utility sebuah kombinasi terkait dengan preferensi = utility atau sumbangan taraf tertentu dari faktor jenis = utility atau sumbangan taraf tertentu dari faktor bentuk = utility atau sumbangan taraf tertentu dari faktor kemasan
Menghitung nilai kegunaan atribut (utility) pada masing-masing contoh. Penghitungan ini dilakukan dengan mengetahui preferensi tiap-tiap contoh sehingga bisa dibandingkan dengan perilaku konsumsinya. Sebelumnya dilakukan coding terhadap atributnya. Berikut contoh coding untuk atribut kopi: Atribut Jenis: Taraf Koding atribut J1 J2 J3
X1 1 0 0
X2 0 1 0
Keterangan: J1 J2 J3
= Jenis kopi tubruk = Jenis kopi instant = Jenis kopi susu
B1 B2
= Bentuk bubuk = Bentuk cair
K1 K2 K3
= Kemasan sachet = Kemasan tetrapack = Kemasan kiloan
Atribut Bentuk: Taraf Koding atribut X3 1 0
B1 B2
Atribut Kemasan: Taraf Koding atribut K1 K2 K3
X4 1 0 0
X5 0 1 0
Pengkodingan input data
10
J X1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
Tingkat atribut B K X2 X3 X4 X5 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1
Rangking 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Penghitungan rata-rata rangking secara global u (x) = 1+2+3+4+5+6+7+8+9 = 5 9 2. Penghitungan rangking rata-rata tiap faktor uj1 uj2 uj3 ub1 ub2 uk1 uk2 uk3
= rata-rata rangking tiap faktor J yang berkode 10 = rata-rata rangking tiap faktor J yang berkode 01 = rata-rata rangking tiap faktor J yang berkode 00 = rata-rata rangking tiap faktor B yang berkode 10 = rata-rata rangking tiap faktor B yang berkode 01 = rata-rata rangking tiap faktor K yang berkode 10 = rata-rata rangking tiap faktor K yang berkode 01 = rata-rata rangking tiap faktor K yang berkode 00
3. Penghitungan utility tiap faktor berdasarkan selisihnya terhadap rangking ratarata (global) Uj1
= uj1-u(x)
Ub2
= ub2-u(x)
Uj2
= uj2-u(x)
Uk1
= uk1-u(x)
Uj3
= uj3-u(x)
Uk2
= uk2-u(x)
Ub1
= ub1-u(x)
Uk3
= uk3-u(x)
Dari utility ini diperoleh taraf yang lebih disukai pada tiap faktor, yaitu yang terendah dari nilai utility-nya, karena makin kecil rangking yang dibuat contoh mencerminkan tingkat kesukaan yang makin besar.
11 Menghitung nilai kegunaan atribut (utility) semua contoh. Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui preferensi contoh secara umum, sehingga diketahui kombinasi atribut yang paling disukai. 1. Penghitungan rata-rata rangking masing-masing kombinasi x1
= Jumlah rangking pada kombinasi 1 Jumlah sampel
x2
= Jumlah rangking pada kombinasi 2 Jumlah sampel
... ... X9 = Jumlah rangking pada kombinasi 9 Jumlah sampel
2. Penghitungan rata-rata rangking secara global Y (x) = rata-rata semua kombinasi = x1+x2+x3+x4+x5+x6+x7+x8+x9 9
3. Coding input data J X1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
Tingkat atribut B K X2 X3 X4 X5 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0
Rangking x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9
12 4. Penghitungan utility tiap faktor uj1 uj2 uj3 ub1 ub2 uk1 uk2 uk3 Dari
= x1+x2+x3 3 = x4+x5+x6 3 = x7+x8+x9 5 = x1+x2+x4+x5+x7+x8 6 = x3+x6+x9 3 = x1+x4+x7 3 = x3+x6+x9 3 = x2+x5+x8 3 utility ini diperoleh taraf yang lebih disukai pada
Uj1 = uj1-y(x) Uj2 = uj2-y(x) Uj3 = uj3-y(x) Ub1 = ub1-y(x) Ub2 = ub2-y(x) Uk1 = uk1-y(x) Uk2 = uk2-y(x) Uk3 = uk3-y(x) tiap faktor, yaitu yang
terendah nilai utility-nya, karena semakin kecil rangking yang dibuat contoh mencerminkan tingkat kesukaan yang makin besar. 5. Penentuan nilai relatif penting (importance) tiap faktor Range Ub = Ubmax - Ubmin Range Uj = Ujmax - Ujmin Range Uk = Ukmax-Ukmin Total Range
= Range Ub + Range Uj + Range Uk
Ij
= Range Uj Total Range
Ib
= Range Ub Total Range
Ik
= Range Uk Total Range
Nilai relatif penting yang tertinggi merupakan atribut yang paling penting dan paling mempengaruhi contoh. 6. Prediksi rangking Nilai total utility terendah pada suatu kombinasi atribut diberikan rangking 1 yang berarti merupakan tingkat kesukaan (preferensi) tertinggi karena semakin kecil rangking yang dibuat contoh mencerminkan tingkat kesukaan yang semakin besar. Perhitungan dengan rumus yang sama juga dilakukan terhadap produk teh, coklat, dan kola untuk mengetahui preferensi atribut dari masingmasing produk.
13 Perilaku Konsumsi Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Menurut Loudon dan Dellabitta (1984), perilaku konsumen adalah suatu proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu yang berhubungan dengan menilai, memperoleh, dan menggunakan barang dan jasa. Menurut Drewnowski and Clayton (1999), suatu perilaku makan diawali dengan adanya preferensi atau kesukaan terhadap suatu produk dan akan menjadi kebiasaan. Engel et al. (1994) menyebutkan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk yaitu faktor lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologi. Adapun Kotler (1999) membagi faktor tersebut ke dalam empat faktor yaitu faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Pendapat lain dikemukakan oleh Dharmmesta dan Handoko (2000) bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi seseorang adalah faktor eksternal (kebudayaan dan kebudayaan khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan kelompok referensi, serta keluarga) dan faktor internal (motivasi, pengamatan, dan belajar). Kebiasaan makan dibentuk karena dipelajari, artinya proses belajar adalah proses yang berlangsung dalam diri seseorang dengan mempertimbangkan manfaat dan resiko yang akan diperoleh dari mengkonsumsi suatu jenis makanan tertentu. Jika manfaat itu kemudian nyata dirasakan maka kegiatan yang sama akan diulangi di lain waktu. Dengan demikian proses kebiasaan konsumsi pangan sumber kafein dapat dibentuk melalui proses belajar baik secara internal maupun eksternal (Sanjur, 1982). Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1986) ada empat faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan, yaitu (1) produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, (2) pengeluaran uang untuk pangan rumah tangga, (3) pengetahuan gizi, dan (4) tersediannya pangan. Selain faktor-faktor tersebut konsumsi pangan seseorang juga dipengaruhi oleh cara penyimpanan pangan, tersediannya bahan bakar, beban pekerjaan (waktu yang tersedia untuk menyiapkan dan menyediakan pangan), cara penyiapan pangan baik jumlah dan ragamnya, dan kebiasaan makan tradisional.
14 Pengukuran perilaku konsumsi dapat dilakukan dari berbagai aspek, Sari (2003) mengukur perilaku konsumsi berdasarkan aspek merek yang dikonsumsi, bentuk, frekuensi dan jumlah konsumsi, tempat pembelian, atribut utama, manfaat dan alasan mengkonsumsi, dan sumber informasi. Sedangkan Kurniati (2005) mengukur perilaku konsumsi berdasarkan aspek jenis, frekuensi konsumsi, jumlah yang
dikonsumsi,
cara
memperoleh,
tempat
pembelian,
dan
alasan
mengkonsumsi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi dan Perilaku Konsumsi Karakteristik Individu Karakteristik individu, karakteristik produk, dan karakteristik pembelian produk dapat mempengaruhi sikap konsumen.
Karakteristik individu seperti
umur, pendidikan, pendapatan, status pekerjaan, dan pengetahuan gizi akan mempengaruhi perilaku konsumsi.
Hampir semua produk yang dipasarkan
dipengaruhi oleh karakteristik demografi (Assael, 1992). Umur. Kotler (1999) menyebutkan bahwa umur akan mempengaruhi selera seseorang terhadap barang dan jasa. Umur juga akan memepengaruhi kecukupan gizi seseorang. Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencegah terjadinya defisiensi zat gizi (Almatsier, 2001). Pendapatan. Keadaan ekonomi seseorang besar pengaruhnya terhadap pilihan produk . Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatanya, kestabilanya, dan pola waktu), tabungan dan milik kekayaan (termasuk persentase yang mudah diuangkan ), kemampuan meminjam, dan sikapnya terhadap pengeluaran (Kotler, 1999). Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor dari diri seseorang yang mempengaruhi perilaku. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi perilaku konsumsi pangan melalui bahan makanan yang dipilih seseorang, dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki perilaku konsumsi pangan lebih baik dalam jumlah dan mutunya dibanding dengan orang yang berpendidikan rendah
15 (Hardinsyah&Soehardjo, 1987).
Meskipun demikian tingkat pendidikan yang
cukup tinggi tanpa disertai dengan pengetahuan gizi yang baik tidak akan berpengaruh terhadap pemilihan pangan yang baik Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berfikir, cara berpandangan bahkan persepsinya terhadap suatu masalah.
Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat
responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pemilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen juga berbeda (Sumarwan, 2004). Pengetahuan Gizi. Pengetahuan gizi merupakan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang mengenai gizi dan kesehatan. Harper, Deaton, dan Driskel (1985) menyatakan bahwa pengetahuan gizi adalah penting.
Kurangnya
pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya gangguan gizi. Faktor pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang mengenai kebutuhan tubuh akan gizi dan kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai. Jadi seseorang akan memilih pangan yang akan dibeli juga berdasarkan atas pengetahuan gizi yang dimiliki (Hidayati, 1999). Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang akan membuat orang tersebut lebih mementingkan kualitas makanan daripada kuantitasnya (Nugraha, 2000). Menurut Khomsan (2000), pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice). digunakan.
Instrumen ini merupakan bentuk tes objektif yang paling sering Penyajiannya dapat berbentuk pertanyaan ataupun melanjutkan
pernyataan yang belum selesai, tingkat pengetahuan gizi ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu baik, sedang, dan kurang. Atribut Produk Suatu produk pada dasarnya adalah sekumpulan atribut-atribut dan setiap produk yang baik maupun jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan
16 atributnya (Limbong & Sitorus, 1987). Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen.
Keunikan ini terlihat dari atribut yang
dimiliki oleh suatu produk. Mengevaluasi produk memiliki dua sasaran penting, yaitu
(1)
mengidentifikasi
kriteria
evaluasi
yang
mencolok,
dan
(2) memperkirakan saliensi relatif dari masing-masing atribut produk. Kriteria evaluasi yang mencolok ditentukan dengan menentukan atribut-atribut yang menduduki peringkat tertinggi, sedangkan saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan, yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi. Ukuran evaluasi atribut menunjukan kepentingan atribut (Engel et al., 2000). Harga. Harga adalah atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi produk. Untuk sebagian besar konsumen Indonesia yang masih berpendapatan rendah, maka harga adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam memilih produk maupun jasa (Sumarwan 2004). Gerhardy dan Mitchell (1995) juga menyatakan bahwa konsumen menginginkan produk dengan kualitas yang tinggi dan dengan harga yang rendah. Harga dan kualitas sangat mempengaruhi keputusan untuk membeli suatu produk. Flavor. Flavor merupakan faktor penting dalam pemilihan pangan. Flavor meliputi bau, tekstur, dan suhu. Penampilan yang meliputi warna dan bentuk juga mempengaruhi sikap konsumen terhadap pangan (Suhardjo, 2003).
Sumber Informasi Pengolahan informasi pada diri seorang konsumen terjadi ketika salah satu pancaindera konsumen menerima input dalam bentuk stimulus. Stimulus bisa berbentuk produk, nama merek, kemasan, iklan, dan nama produsen.
Proses
pengolahan informasi pada konsumen terdiri dari lima tahap, yaitu pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan, dan retensi. Informasi dapat datang dari berbagai sumber termasuk teman, anggota keluarga, dan media masa. Engel et al. (1994) membagi sumber informasi ke dalam personal (teman dan keluarga) dan impersonal (media masa dan informasi dalam toko). Selain itu, bahasa dapat mempengaruhi pilihan media, dan informasi yang terkandung di dalamnya memberikan dampak pada kualitas dan kuantitas informasi yang diterima.
17 Kafein dan Pangan Sumber Kafein Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang terdapat pada tumbuhan. Kafein dapat disebut juga sebagai tein. Kafein termasuk salah satu derifat xantin yang mengandung gugus metil. Kafein atau 1, 3, 7-trimetilxantin dengan rumus molekul C8 H10N4O2 yang terdapat pada gambar 1. Kafein memiliki sifat fisik seperti berbentuk kristal, dengan warna putih, memiliki titik leleh 234oC, larut dalam air (15 mg/ml) dan kloroform, serta memiliki rasa agak pahit (Wikipedia, 2007). CH 3 .
N
N
O N
N
CH 3
CH 3 O Gambar 1 Struktur Kafein. Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem saraf. Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang terutama terdapat dalam teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%), dan biji kola (2,7-3,6%) (Coffefag, 2001).
Kafein memiliki efek farmakologis sebagai perangsang sistem syaraf
pusat, jantung, dan pernapasan. Kafein sebagai stimulan merupakan zat yang dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis, dimana konsumen dapat tetap terjaga untuk jangka waktu tertentu.
Efek lain yang mungkin terjadi adalah
mampu mengendurkan otot halus, merangsang otot jantung, dan merangsang diuresis (pengeluaran urin berlebihan). Kafein diserap dengan sempurna dalam sistem pencernaan tubuh selama 30-60 menit kemudian. Maksimum efek yang terjadi di otak akan muncul dalam dua jam (Evelin et al., 2006). Berdasarkan efek farmakologis tersebut seringkali kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu pada minuman suplemen. Efek samping dari penggunaan kafein secara berlebihan (overdosis) dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor (tangan gemetar), insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang (Farmakologi FKUI, 2002 dalam Nersyanti, 2003).
18 Selain dampak negatif, konsumsi kafein juga mempunyai dampak positif terhadap kesehatan. Berdasarkan penelitian Michels et al. (2005) konsumsi kafein empat gelas atau lebih dapat mengurangi risiko terjadinya kanker kolon dan rektal. Intensitas efek kafein berbeda untuk setiap organ. Berdasarkan FDA (Food Drug Administration), diacu dalam Nersyanti (2003), kombinasi kafein yang diizinkan antara 100-200 mg. Gsianturi (2003), menyatakan dosis aman untuk konsumsi kafein adalah sekitar 300 mg atau setara dengan 3-4 cangkir kopi giling, lima cangkir kopi instan, lima cangkir teh, enam kaleng minuman berkola, dan 10 tablet obat pereda rasa nyeri. Kandungan kafein pada setiap pangan berbeda-beda. Kandungan kafein dalam satu cangkir kopi 137 mg. Satu kaleng soft drink kola mengandung 46 mg, satu cangkir teh mengandung sekitar 47 mg, dan satu ons cokelat mengandung 20 mg kafein (Departemen Pertanian Amerika Serikat dalam Michels et al. 2005). Kandungan kafein pada berbagai jenis pangan berdasarkan berbagai sumber dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan kafein pada berbagai jenis pangan Produk Pangan Kopi*: Kopi murni Kopi instant Teh**: Teh hitam Teh hijau Coklat***: Coklat susu Wafer coklat Susu coklat Kola****: Coca cola Pepsi cola Energy drink*****
Ukuran
Kandungan kafein (mg)
100 g 100 g
257 227
100 g 100 g
3280 3660
100 g 100 g 100 g
25 12,5 12,5
100 ml 100 ml 1 sachet/250 ml
13 11 50
Sumber: * IFIC ( International Food Information Council Foundation) 2007 ** Hicks (1996), diacu dalam Soraya (2008) *** Apgar & Tarka (1999) **** Balentine et al. (1998) ***** Eveline et al. (2006)
Kopi (Coffea sp.) Kopi merupakan bahan penyegar yang biasanya disajikan dalam bentuk minuman yang dipersiapkan dari biji tanaman kopi yang telah dipanggang.
19 Tanaman kopi terbagi menjadi dua spesies yaitu arabika dan robusta. Arabika adalah kopi tradisional yang memiliki rasa paling enak.
Sedangkan robusta
memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dan memiliki rasa pahit dan asam. Sejenis kopi robusta di Indonesia yang sangat mahal dan memiliki rasa yang unik adalah kopi luwak (Wikipedia 2007). Berabad-abad lamanya kopi telah dikenal sebagai minuman yang menggairahkan tubuh hal ini disebabkan karena kopi mengandung kafein yang cukup tinggi. Kafein dalam kopi dapat bermanfaat untuk mencegah pembentukan batu ginjal karena kafein dapat melancarkan pembuangan urin dan memurnikan konsentrasinya (Khomsan, 2002). Minuman kopi dapat diperoleh dengan mudah di pasar, toko, warung, maupun supermarket dalam beberapa bentuk antara lain: (1) Kopi bubuk lepas, yaitu kopi yang dijual menurut daerah asal seperti Kopi Lampung, (2) Kopi bubuk dalam kemasan, dijual dalam kemasan yang beragam dari bahan kertas sampul, bahan plastik, sampai aluminium foil dengan berbagai merek seperti kopi Merak, kopi Kapal Api, kopi Torabika, dan lain-lain, (3) Kopi serbuk atau instan coffee, dijual dalam kemasan plastik maupun botol dengan merek seperti Nescafe, Indocafe, Super, dan lain-lain, (4) Bubuk kopi, jahe, dan gula dijual dalam kemasan, dan (5) Coffee mix, yaitu campuran bubuk kopi dengan gula dan atau susu seperti kopi Kapal Api, Torabika, ABC, dan lain-lain (Rahendra, 2002). Teh (Camelia sinensis) Teh merupakan bahan penyegar yang mengandung kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat dan protein yang mendekati nol persen. Teh dapat digunakan sebagai minuman dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camelia sinensis dengan air panas (www.wikipediaindonesia.com). Secara umum, teh dibagi menjadi dua jenis yaitu teh hijau dan teh hitam. Teh hijau adalah teh yang berasal dari pucuk daun teh yang sebelumnya mengalami pemansan dengan uap air untuk menonaktifkan enzim-enzim yang terdapat dalam daun teh, kemudian digulung dan dikeringkan. Minuman teh hijau berwarna kuning hijau dan terasa lebih sepat dibandingkan teh hitam. Teh hijau identik dengan simbol minuman kesehatan.
Teh hijau bermanfaat untuk
20 menyegarkan tubuh, kaya akan vitamin C dan vitamin B terutama tiamin (150-600 mg) dan riboflavin (1,3-1,7 mg) (Khomsan, 2002). Teh hitam dibuat dari pucuk daun teh segar yang dibiarkan menjadi layu sebelum digulung, kemudian dipanaskan dan dikeringkan. Teh hitam disebut juga teh fermentasi. Sebagian besar (98%) teh yang beredar di pasaran adalah teh hitam. Daun teh mengandung tiga komponen penting yang mempengaruhi mutu minuman yaitu kafein yang memberikan efek stimulan, tanin yang memberi kekuatan rasa (ketir), dan polifenol (Khomsan, 2002). Coklat (Theobroma cacao L) Kata coklat berasal dari bahasa Aztec, xocolatl yang berarti minuman pahit, dalam bahasa Indian Meksiko, Choco berarti busa dan ate berarti air. Dalam perkembangannya, coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai remaja maupun orang dewasa. Selain rasanya enak coklat ternyata memiliki banyak khasiat karena di dalam coklat selain memiliki kandungan gizi, coklat juga mengandung beberapa zat yang berguna bagi tubuh, diantaranya coklat mempunyai kemampuan menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat mencegah penyakit jantung koroner. Selain itu, coklat mengandung teobromin dan kafein yang memberikan efek terjaga bagi yang mengkonsumsinya (Khomsan, 2002). Proses pengolahan bubuk coklat menjadi jenis makanan lain dapat disertai pencampuran dengan berbagai macam bahan tambahan seperti gula, susu, lemak susu, dan bahan lain yang sesuai dengan tujuan akhir pengolahan (Surotani, 1980 diacu dalam Pranowo, 2001).
Sebagai contoh makanan coklat (Chocolate)
batangan yang biasa dikonsumsi, terbuat dari bahan utama gula, susu bubuk, lemak coklat, coklat bubuk, lesitin, dan vanili. Kola (Cola nitida) Kola merupakan sejenis minuman manis berkarbonasi yang biasanya mengandung pewarna karamel dan mengandung kafein. Minuman kola yang beredar dipasaran adalah campuran dari lemon, kayu manis dan vanila. Namun kandungan utama kola berasal dari biji tumbuhan yang disebut kola (dari nama pohon inilah nama minuman ini berasal). Beberapa merek kola yang dikenal di Indonesia adalah Coca Cola dan Pepsi Cola (www.wikipediaindonesia.com)
21 Minuman Energi (Energy drink) Minuman energi adalah minuman yang mengandung stimulan yang diizinkan , vitamin (terutama vitamin B), dan mineral yang bertujuan memberikan tambahan energi dengan cepat bagi peminumnya. Umumya kafein digunakan sebagai pembangkit tenaga ekstra, sedangkan gula digunakan sebagai sumber energi tambahan . Beberapa minuman energi ada yang mengandung gula dengan kadar tinggi atau glukosa, dan beberapa lainya menggunakan pemanis buatan yang telah diizinkan penggunaanya oleh BPOM (Wikipedia 2007). Berdasarkan keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) kandungan kafein yang diizinkan dalam energy drink tidak boleh melebihi 50 mg per satu kali minum (Eveline et al, 2006). Kombinasi kafein dan asam amino taurin dalam minuman energi akan merangsang sistem syaraf pusat untuk memicu reaksi katabolisme (yaitu reaksi untuk menghasilkan energi) di otot. Mekanismenya melalui pengaktifan kerja syaraf yang menghasilkan percepatan denyut jantung untuk memompa darah dan oksigen sembari menstimulasi peningkatan kadar gula darah. Pada saat ini sudah banyak ditemukan produk minuman energi beredar di pasar baik dalam bentuk tablet effervescent dalam kemasan tube, bentuk serbuk effervescent dalam kemasan sachet, dan bentuk cair dalam kemasan botol, plastik, cup atau kaleng (Evelin et al., 2006). Remaja dan Mahasiswa Sumarwan (2004) membagi masa remaja dalam dua tahap, yaitu (1). 13-15 tahun disebut sebagai remaja awal, dan (2). 16-18 tahun disebut sebagai remaja lanjut. Periode remaja merupakan periode kritis dimana terjadi perubahan fisik, biokimia dan emosional yang cepat. Selain itu, remaja juga dikategorikan pada kelompok yang rawan karena remaja memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh (Arisman, 2002). Mahasiswa adalah pengguna jasa layanan perguruan tinggi, sekolah, maupun lembaga diklat sekaligus juga merupakan masukan (input) di dalam sistem ini. Kualitas masukan ini akan mempengaruhi kualitas hasil karena di dalam proses ada perlakuan-perlakuan khusus yang akan menangani kelompokkelompok mahasiswa yang berbeda. Kemampuan awal mahasiswa beragam
22 meskipun telah disaring melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi dan Penelusuran Bakat dan Minat (PMDK), ternyata variasi didalamnya memerlukan penanganan khusus. Secara logika mahasiswa mengalami defisit kemampuan awal di dalam proses harus memperoleh perlakuan secara lebih intensif agar kualitas keluaran relatif sama atau bahkan berada pada kurva sisi positif (Suparno 2001).
23 KERANGKA PEMIKIRAN Kafein merupakan zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem syaraf. Kafein banyak ditemukan dalam kopi, teh, kola, coklat, minuman berenergi, maupun obat-obatan. Seperti halnya pangan lain, tentunya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang, khususnya mahasiswa TPB untuk mengkonsumsi pangan sumber kafein. Faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi terhadap makanan meliputi karakteristik individu, karakteristik produk, dan sumber informasi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan sumber kafein meliputi karakteristik individu dan preferensi terhadap makanan tersebut. Preferensi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan analisis konjoin. Karakteristik individu yang mempengaruhi preferensi dan perilaku pangan sumber kafein meliputi umur, jenis kelamin, jumlah uang saku per bulan, jumlah pengeluaran per bulan, pengetahuan gizi, dan pengetahuan kafein. Unsur yang termasuk atribut produk adalah harga, aroma, kemasan, dan merek. Sedangkan sumber informasi yang dapat mempengaruhi preferensi individu antara lain televisi, radio, media cetak, atau sumber informasi melalui personal (teman dan keluarga). Hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku konsumsi di analisis menggunakan uji Chi-Square dan Rank-Spearman, sedangkan uji hubungan antara preferensi dan perilaku konsumsi menggunakan uji Chi-Square. Secara lengkap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perilaku konsumsi pangan sumber kafein disajikan pada Gambar 2.
24
Atribut Produk • Jenis • Bentuk • Kemasan • Ukuran
Sumber Informasi • Televisi • Radio • Media cetak • Informasi personal
Analisis Conjoin
Karakteristik Individu • Umur • Jenis kelamin • Jumlah uang saku per-bulan • Jumlah pengeluaran untuk makan dan Chi Square pangan sumber kafein Rank- Spearman per-bulan • Pengetahuan Gizi dan kafein
Preferensi terhadap pangan sumber kafein • Kombinasi atribut produk yang disukai • Jenis pangan sumber kafein yang disukai • Bentuk pangan sumber kafein yang disukai • Kemasan pangan sumber kafein yang disukai Chi Square
Aspek Psikis Individu
Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti
Perilaku Konsumsi • Frekuensi Konsumsi • Jumlah Konsumsi • Waktu Konsumsi • Alasan Konsumsi • Cara Pembelian
= Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian.
25
METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Disain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Lokasi yang dipilih didasarkan pada pertimbangan bahwa belum terdapat penelitian mengenai preferensi dan perilaku konsumsi pangan sumber kafein pada mahasiswa TPB IPB tahun 2007/2008, serta kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian karena lokasinya dapat dijangkau dengan mudah. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari 2008 hingga Maret 2008. Cara Penarikan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa TPB IPB angkatan 2007/2008. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin karena jumlah populasi mahasiswa TPB sudah diketahui, yaitu 3013 orang yang terdiri dari 1180 mahasiswa (39%) dan 1833 mahasiswi (61%). Berikut rumus perhitungan Slovin (Umar, 2003) : n =
N 1 + N e2
Keterangan: n = ukuran contoh N = ukuran populasi E = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, dalam penelitian ini menggunakan e = 5%.
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh 354 contoh yang terdiri dari putra dan putri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara simple random sampling dimana sampel diacak dengan menggunakan undian. Untuk memperoleh jumlah sampel yang proporsional, sampel dihitung berdasarkan proporsi jumlah mahasiswa dan mahasiswi TPB-IPB
antara putra dan putri.
Berdasarkan cara tersebut diperoleh sampel sebanyak 216 orang mahasiswi dan 138 orang mahasiswa. Cara pemilihan sampel secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.
26
3013 Mahasiswa (1180 Laki-laki dan 1833 Perempuan) Rumus Slovin 354 contoh
Simple Random Sampling
Jumlah proporsional Laki-laki 39%
Perempuan 61%
138 contoh
216 contoh
Gambar 3 Cara pengambilan sampel. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil meliputi karakteristik individu (umur, jumlah uang saku, jumlah pengeluaran untuk makan per bulan,pengeluaran untuk pangan sumber kafein per bulan, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi, dan pengetahuan kafein), preferensi konsumsi pangan sumber kafein (jenis pangan, bentuk pangan, dan kombinasi atribut produk yang disukai), dan perilaku konsumsi pangan sumber kafein (frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi, alasan konsumsi waktu konsumsi, dan cara pembelian).
Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari AJMP IPB untuk mengetahui jumlah mahasiswa TPB IPB angkatan 2007/2008. Pengolahan dan Analisis Data Uji Reliabilitas Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan Kafein Sebelum kuesioner dibagikan kepada contoh, terlebih dahulu dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan gizi dan pengetahuan kafein. Reliabel
27 adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun & Effendi 1989). Uji reliabilitas ini dilakukan terhadap pertanyaan pengetahuan gizi sebanyak 15 pertanyaan dan pengetahuan kafein sebanyak 10 pertanyaan. Pengujian reliabilitas pertanyaan pengetahuan gizi dan pengetahuan kafein dilakukan pada 37 orang mahasiswa TPB yang bukan responden penelitian. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan melihat besarnya nilai Alpha Cronbach yang kemudian dibandingkan dengan koefisien r-tabel dengan taraf alpha 5 persen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besarnya nilai Alpha Cronbach untuk pengetahuan gizi adalah sebesar 0,689 dan untuk pengetahuan kafein sebesar 0,671. Jumlah sampel yang digunakan untuk menguji reliabilitas ini yaitu 37 orang, maka derajat bebasnya yaitu N-2=37-2=35 sehingga diperoleh nilai r tabel dengan taraf 5 persen sebesar 0.325. Instrument pertanyaan dinyatakan reliable jika r Alpha Cronbach positif dan lebih besar dari angka kritik dalam tabel nilai r (Singarimbun & Effendi 1989). Berdasarkan hal tersebut, maka instrument pertanyaan mengenai pengetahuan gizi dan pengetahuan kafein dinyatakan reliabel. Data yang terkumpul dianalisis secara statistik deskiptif dan inferensia. Analisis secara deskriptif yaitu dengan menghitung sebaran contoh berdasarkan umur, jenis kelamin, jumlah uang kiriman per bulan, jumlah pengeluaran untuk makan per bulan, jumlah pengeluaran untuk pangan sumber kafein per bulan, pengetahuan gizi, pengetahuan kafein, dan perilaku konsumsi pangan sumber kafein.
Sedangkan untuk preferensi terhadap pangan sumber kafein diukur
menggunakan analisis Konjoin. Analisis konjoin dipilih karena analisis konjoin dapat diterapkan untuk satu contoh saja dan lebih realistis untuk mengukur preferensi karena setiap orang dihadapkan dengan produk yang memang memiliki berbagai atribut yang akan dipertimbangkan ketika hendak melakukan pembelian. Uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu (umur, asal daerah), preferensi terhadap pangan sumber kafein, dan frekuensi konsumsi pangan sumber kafein.
Uji Statistik Rank-
Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara jumlah uang saku, jumlah pengeluaran untuk makan per bulan, pengeluaran untuk pangan sumber kafein per bulan, pengetahuan gizi, dan pengetahuan kafein terhadap frekuensi
28 konsumsi pangan sumber kafein. Peubah, pengkategorian peubah, pengolahan dan analisis data disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Peubah, pengkategorian peubah, dan analisis data
Karakteristik Individu
Peubah
Kategori peubah
Pengolahan dan analisis data
Umur
16-18 19-24
Deskriptif
Agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindhu, Budha Bali, Nusa Tenggara Jabodetabek Jawa (Selain Jabodetabek) Kalimantan Maluku, Papua Sulawesi Sumatra < Rp. 483.000,00 Rp. 483.000,00 Rp. 600.000,00 >Rp. 600.000,00 < Rp. 334.000,00 Rp.334.000-Rp. 567.000 >Rp. 567.000 < Rp. 15.000,00 Rp. 15.000- Rp. 40.000 > Rp. 40.000
Deskriptif
Rendah ( skor < 60) Sedang (skor 60-80) Tinggi (skor >80) Rendah ( skor < 60) Sedang (skor 60-80) Tinggi (skor >80) SD, SMP, SMA, PT
Asal daerah
Jumlah Uang Saku
Jumlah pengeluaran untuk makan Jumlah pengeluaran untuk pangan sumber kafein
Pengetahuan Gizi Pengetahuan kafein Karakteristik Keluarga
Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan keluarga Besar keluarga
Perilaku Konsumsi
Frekuensi konsumsi
PNS, BUMN, Wiraswasta, Pegawai swasta, Rp. 166.697,00 kap/bl > Rp. 166.697,00 kap/bl Kecil, jika 4 orang Sedang, jika 5-7 orang Besar, jika 8 orang Jarang ( 3 kali/mg) Cukup sering (4-6 kali/mg) Sering ( 7 kali/mg)
Deskriptif
Dasar Pengkategorian Sumarwan (2004) Sebaran contoh Sumarwan (2004)
Deskriptif
Persentil
Deskriptif
Persentil
Deskriptif
Persentil
Deskriptif
Khomsan (2000)
Deskriptif
Khomsan (2000)
Deskriptif
Sebaran contoh Sebaran contoh
Deskriptif
Deskriptif
BPS (2007)
Deskriptif
Hurlock (1991)
Deskriptif
(Suhardjo, Hardinsyah & Riyadi 1988)
29 Peubah
Kategori peubah
Pengolahan dan analisis data
Jumlah konsumsi
Rendah (1 uks/mg) Sedang (2-6 uks/mg) Tinggi ( 7 uks/mg) Loyal Tidak loyal Supermarket Warung/Toko Minimarket Pasar Teman Promosi Koran/majalah TV Radio Jenis Bentuk Kemasan Ukuran
Deskriptif
Loyalitas Tempat Pembelian
Sumber Informasi
Preferensi
Hubungan karakteristik individu, dan preferensi terhadap perilaku konsumsi Hubungan karakteristik individu dengan frekuensi konsumsi
Deskriptif
Dasar Pengkategorian mean±standar deviasi Sebaran Responden Sebaran Responden
Deskriptif
Deskriptif
Sebaran Responden
Analisis Konjoin
Uji statistik ChiSquare
Uji korelasi RankSpearman
Analisis Preferensi terhadap Atribut Produk Pangan Sumber Kafein Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan Analisis Konjoin dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel.
Dalam analisis ini,
contoh diminta untuk melakukan trade-off judgement, yaitu memilih suatu atribut yang disukai dengan mengorbankan atribut lain pada saat yang bersamaan. Dengan demikian contoh akan membuat urutan kombinasi atribut mulai dari yang paling disukai sampai yang paling tidak disukai. Berikut ini tahapan dalam melakukan Analisis Konjoin: 1. Menentuan Kombinasi Produk Produk yang diteliti dalam penelitian ini ada lima (5), yaitu kopi, teh, coklat, kola, dan energy drink. Setiap produk memiliki atribut yang berbeda. Berikut ini cara penentuan kombinasi produk tiap pangan:
30 Kopi. Atribut kopi yang diteliti meliputi jenis (kopi tubruk, kopi instan, dan kopi susu), bentuk (bubuk, cair), dan kemasan (sachet, tetrapack, dan kemasan kiloan). Kombinasi atribut yang mungkin terbentuk pada kopi adalah 3x2x3 = 18 kombinasi, namun dari 18 kombinasi terdapat kombinasi yang tidak mungkin ada yaitu bentuk cair dengan kemasan sachet atau kemasan kiloan, dan bentuk bubuk dengan kemasan tetrapack. Kombinasi-kombinasi yang tidak mungkin ada ini dihilangkan sehingga kombinasi produk yang dipakai hanya 9. Berikut ini kombinasi atribut produk kopi yang mungkin terjadi. Tabel 3 Kombinasi atribut produk kopi No Profil 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Kopi susu Kopi susu Kopi susu Kopi instan Kopi instan Kopi instan Kopi tubruk Kopi tubruk Kopi tubruk
Tingkat atribut Bentuk Bubuk Bubuk Cair Bubuk Bubuk Cair Bubuk Bubuk Cair
Kemasan Sachet Kiloan Tetrapack Sachet Kiloan Tetrapack Sachet Kiloan Tetrapack
Teh. Atribut produk pada teh yang diteliti yaitu jenis (teh hitam, teh hijau, teh flavor), bentuk (bubuk, cair, dan celup), dan kemasan (sachet/box dan tetrapack/botol). Pada produk teh kombinasi yang mungkin terjadi 3x3x2 = 18 kombinasi. Kombinasi atribut pada teh yang tidak mungkin yaitu teh cair kemasan sachet/box atau teh celup dan bubuk kemasan tetrapack/botol, jika kombinasi yang tidak mungkin ada ini dihilangkan akan diperoleh 9 kombinasi. Pada Tabel 4 dapat dilihat kombinasi produk teh yang mungkin terjadi.
31 Tabel 4 Kombinasi atribut produk teh No Profil 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Teh hitam Teh hitam Teh hitam Teh hijau Teh hijau Teh hijau Teh flavor Teh flavor Teh flavor
Tingkat atribut Bentuk Bubuk Celup Cair Bubuk Celup Cair Bubuk Celup Cair
Kemasan Sachet/box Sachet/box Tetrapack/botol Sachet/box Sachet/box Tetrapack/botol Sachet/box Sachet/box Tetrapack/botol
Coklat. Atribut produk coklat yang diteliti yaitu jenis (coklat susu, dark coklat, coklat wafer, dan susu coklat), bentuk (bubuk, cair, dan padat/batang) dan kemasan (sachet/kardus dan kaleng/tetrapack). Untuk coklat kombinasi yang mungkin terjadi 4x2x3 =24 dan jika kombinasi yang tidak mungkin ada dihilangkan akan diperoleh 8 kombinasi. Kombiansi-kombinasi yang mungkin terjadi pada produk coklat dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kombinasi atribut produk coklat No Profil 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Coklat susu Coklat susu Coklat susu Dark coklat Coklat wafer Susu coklat Susu coklat Susu coklat
Tingkat atribut Bentuk Bubuk Cair Padat/Batang Padat/Batang Padat/Batang Bubuk Cair Cair
Kemasan Sachet/kardus Kaleng/tetrapack Sachet/kardus Sachet/kardus Sachet/kardus Sachet/kardus Sachet/kardus Kaleng/tetrapack
Kola. Atribut produk untuk kola yang diteliti yaitu kemasan (kaleng dan botol), ukuran (200 ml, 250 ml, 330 ml, 500ml, 1500 ml). Untuk kola, kombinasi yang mungkin yaitu 2x4 =8 dan jika kombinasi yang tidak mungkin ada seperti kemasan kaleng dengan ukuran 1500 ml dihilangkan maka akan diperoleh 5 kombinasi. Kombinasi kola dapat dilihat pada Tabel 6.
32 Tabel 6 Kombinasi atribut produk kola No Profil 1 2 3 4 5
Tingkat atribut Kemasan Ukuran Kaleng 250 ml Kaleng 330 ml Botol 200 ml Botol 500 ml Botol 1500 ml
Energy Drink. Atribut yang diteliti pada produk energy drink yaitu bentuk (serbuk, cair, effervescent), dan kemasan (sachet, botol/kaleng, gelas, dan tube). Kombinasi yang mungkin terjadi pada produk energy drink adalah 3x4 =12 dan jika kombinasi yang tidak mungkin ada dihilangkan maka akan diperoleh 4 kombinasi. Berikut kombinasi yang mungkin terjadi pada produk kola. Tabel 7 Kombinasi atribut produk energy drink No Profil 1 2 3 4
Tingkat atribut Bentuk Kemasan Serbuk Sachet Cair Botol/kaleng Cair Kemasan gelas Tablet effervescent Tube/sachet
2. Penggunaan Model Model Analisis Konjoin yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjumlahan. Berikut ini rumus penjumlahan untuk produk kopi: U (x) = Uj + Ub + Uk Dimana: U (x) Uj Ub Uk
= total utility sebuah kombinasi terkait dengan preferensi = utility atau sumbangan taraf tertentu dari faktor jenis = utility atau sumbangan taraf tertentu dari faktor bentuk = utility atau sumbangan taraf tertentu dari faktor kemasan
2.1. Menghitung nilai kegunaan atribut (utility) semua contoh untuk produk kopi Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui preferensi contoh secara umum terhadap atribut produk kopi, sehingga diketahui kombinasi atribut yang paling disukai.
33 1.
Penghitungan rata-rata rangking masing-masing kombinasi x1
= Jumlah rangking pada kombinasi 1 = 2,31 Jumlah sampel
x2
= Jumlah rangking pada kombinasi 2 = 4,8 Jumlah sampel
... ... X9 = Jumlah rangking pada kombinasi 9 = 7,2 Jumlah sampel 2. Penghitungan rata-rata rangking secara global Y (x) = rata-rata semua kombinasi = x1+x2+x3+x4+x5+x6+x7+x8+x9 = 5 9 3.
Coding input data J X1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
4.
X2 0 0 0 1 1 1 0 0 0
Tingkat atribut B X3 1 1 0 1 1 0 1 1 0
Rata-rata Rangking
K X4 1 0 0 1 0 0 1 0 0
X5 0 0 1 0 0 1 0 0 1
2,3 4,8 3,7 2,9 5,4 5,1 5,8 7,7 7,2
Penghitungan utility tiap faktor uj1 uj2 uj3 ub1 ub2 uk1 uk2 uk3
= x1+x2+x3 3 = x4+x5+x6 3 = x7+x8+x9 5 = x1+x2+x4+x5+x7+x8 6 = x3+x6+x9 3 = x1+x4+x7 3 = x3+x6+x9 3 = x2+x5+x8 3
Uj1 = uj1-y(x) = -1,39 Uj2 = uj2-y(x) = -0,50 Uj3 = uj3-y(x) = 1,89 Ub1 = ub1-y(x) = -0,17 Ub2 = ub2-y(x) = 0,34 Uk1 = uk1-y(x) = -1,31 Uk2 = uk2-y(x) = -0,52 Uk3 = uk3-y(x) = 0,34
34 Dari utility ini diperoleh taraf yang lebih disukai pada tiap faktor, yaitu yang terendah nilai utility-nya, karena semakin kecil rangking yang dibuat contoh mencerminkan tingkat kesukaan yang makin besar. 5.
Penentuan nilai relatif penting (importance) tiap faktor Range Ub
= 1,89 – (-1,39) = 3,28
Range Uj
= 0,34 – (-0,17) = 0,51
Range Uk
= 0,34 – (-1,31) = 1,65
Total Range = 3,28 + 0,51 + 1,65 = 5,44 Ij = 3,28 x 100% = 60,3% 5,44
Ik = 1,65 x 100% =30,3% 5,44
Ib = 0,51 x 100% = 9,4% 5,44 Nilai relatif penting yang tertinggi merupakan atribut yang paling penting dan paling mempengaruhi contoh. 6.
Prediksi rangking Nilai total utility terendah pada suatu kombinasi atribut diberikan rangking 1 yang berarti merupakan tingkat kesukaan (preferensi) tertinggi karena semakin kecil rangking yang dibuat contoh mencerminkan tingkat kesukaan yang semakin besar. Berikut ini contoh hasil perhitungan pada atribut produk kopi, dimana kombinasi yang paling disukai adalah kombinasi “kopi susu-bentuk bubuk-kemasan sachet” yaitu dengan total utility sebesar -2,87. Perhitungan dengan rumus yang sama juga dilakukan terhadap produk teh, coklat, dan kola untuk mengetahui preferensi atribut dari masing-masing produk. Putra Kombinasi 1. Kopi susu, bentuk bubuk, kemasan sachet 2. Kopi susu, bentuk bubuk, kemasan kiloan 3. Kopi susu, bentuk cair, kemasan tetrapack/kaleng 4. Kopi instan, bentuk bubuk, kemasan sachet 5. Kopi instan, bentuk bubuk, kemasan kiloan 6. Kopi instan, bentuk cair, kemasan tetrapack/kaleng 7. Kopi tubruk, bentuk bubuk, kemasan sachet 8. Kopi tubruk, bentuk bubuk, kemasan kiloan 9. Kopi tubruk, bentuk cair, kemasan tetrapack/kaleng
Total utility -2,87 -2,08 -0,71 -1,99 -1,19 0,17 0,41 1,20 2,57
Predict range* 1 2 5 3 4 6 7 8 9
35
Definisi Operasional Atribut produk adalah jenis, bentuk, kemasan, dan ukuran pangan sumber kafein. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Cara pembelian adalah pembelian pangan sumber kafein contoh secara eceran atau grosiran. Coklat susu adalah produk olahan coklat yang terdiri dari adonan kasar coklat manis, cocoa butter, gula, dan ditambahkan susu. Coklat wafer adalah produk coklat dengan komposisi gula, susu bubuk, minyak nabati, dan tepung terigu yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik crispy. Contoh adalah mahasiswa TPB IPB angkatan 2007/2008 dan tinggal di asrama. Dark coklat adalah coklat alami yang mengandung 43% padatan coklat dan biasanya rasanya manis dan agak pahit Frekuensi konsumsi
pangan sumber kafein adalah berapa kali contoh
mengkonsumsi pangan sumber kafein dalam satu minggu. Jumlah konsumsi adalah banyaknya pangan yang dikonsumsi dalam satu kali konsumsi (gelas/botol/kotak). Jumlah uang saku adalah jumlah uang yang diperoleh mahasiswa per bulannya (Rp/bl), bisa diperoleh dari orangtua/keluarga dan atau dari beasiswa dan lainnya. Kafein adalah zat kimia sejenis alkaloid yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem syaraf. Kola
adalah minuman yang terbuat dari ekstrak biji kola nitida, manis berkarbonasi yang biasanya mengandung pewarna karamel dan mengandung kafein.
Kopi tubruk adalah kopi hitam tanpa campuran gula, susu, ataupun kreamer. Kopi instan adalah produk kopi dengan campuran kreamer biasanya sudah dalam bentuk satu paket sehingga penyiapannya dapat dilakukan secara instan yaitu hanya dengan menambahkan air baik hangat maupun dingin. Kopi susu adalah produk kopi yang dicampur dengan susu biasanya sudah dalam bentuk satu paket sehingga penyiapannya dapat dilakukan secara instan
36
Mahasiswa TPB-IPB adalah mahasiswa putra dan putri tingkat pertama di IPB. Minuman berenergu (Energy drink) adalah minuman yang mengandung stimulant yang diizinkan, vitamin, dan mineral yang bertujuan memberikan tambahan energi dengan cepat bagi peminumnya. Pangan sumber kafein adalah bahan pangan yang mengandung kafein, yaitu antara lain teh, kopi, coklat, kola, dan minuman energi. Pengeluaran pangan adalah jumlah uang yang dikeluarkan contoh untuk membeli makan per bulannya (Rp/bl). Pengetahuan gizi adalah kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang diajukan yang berhubungan dengan zat gizi. Pengetahuan kafein adalah kemampuan contoh untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kafein. Perilaku konsumsi pangan sumber kafein adalah jumlah, frekuensi, waktu konsumsi, alasan konsumsi, dan cara pembelian pangan sumber kafein yang dilakukan oleh contoh. Preferensi adalah tingkat kesukaan mahasiswa terhadap pangan sumber kafein atas dasar atribut produknya. Susu coklat adalah produk susu dengan tambahan flavor coklat Teh flavor adalah produk teh hitam atau teh hijau yang diberi tambahan flavor tertentu seperti yasmin atau essence buah-buahan untuk menambah citarasa. Teh hitam adalah teh yang mengalami fermentasi sempurna Teh hijau adalah teh yang sebelumnya mengalami pemanasan dengan uap air untuk menonaktifkan enzim-enzim yang terdapat di dalamya. Waktu konsumsi pangan sumber kafein adalah waktu konsumsi pangan sumber kafein yang sering dilakukan oleh mahasiswa, yaitu bisa di pagi hari, siang hari, sore hari, atau malam hari.
37
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Mulai tahun 2002, mahasiswa yang baru masuk IPB diwajibkan untuk tinggal di asrama. Asrama TPB IPB bertujuan untuk meningkatkan disiplin, kebersamaan, dan juga kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan sosial budaya. Asrama TPB IPB menyediakan fasilitas asrama untuk mahasiswa TPB dengan kapasitas penghuni sekitar 3410 mahasiswa dengan sarana yang tersedia mencakup sarana untuk keperluan belajar, makan, tidur, cuci, setrika, ruang rekreasi, TV, serta sarana olahraga ringan. Asrama TPB terdiri dari dua kompleks yaitu asrama putra dan asrama putri. Asrama putra terletak di Jalan Pinus, dan asrama putri terletak di Jalan Meranti. Asrama TPB memiliki enam gedung, yaitu tiga gedung untuk putra dan tiga gedung untuk putri. Setiap gedung terdiri dari dua lantai dan setiap lantai terdiri dari 56 kamar dan 32 kamar mandi. Setiap kamar berisi empat tempat tidur dan dua meja belajar. Tiap kamar tidur berukuran 3,7 x 3,9 m2 sedangkan kamar mandi berukuran 0,75 x 1,75 m2. Selain itu, tersedia juga kantin, cafeteria, rumah makan, wartel, rental komputer, apotik dan kios/toko untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Asrama tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi merupakan wahana program pembinaan akademik dan multibudaya. Program ini bertujuan untuk mempermudah mahasiswa beradaptasi dengan kehidupan kampus, dunia kemahasiswaan,
dan
mengasah
kemampuan
soft
skill,
seperti
dalam
berkomunikasi, berorganisasi, dan memahami kemajemukan. Kegiatan perkuliahan mahasiswa TPB dimulai pada hari senin hingga jumat, mulai dari jam 08.00 hingga jam 17.00. Kegiatan perkuliahan terdiri dari nkuliah di kelas dan praktikum di Laboratorium. Kegiatan pembinaan dan multibudaya di asrama yang wajib diikuti oleh mahasiswa TPB meliputi berbagai ranah seperti ranah sosial budaya dan kekeluargaan, ranah akademik dan wawasan, dan ranah mental spiritual. Kegiatan pada ranah sosial budaya dan kekeluargaan meliputi welcome party, lets right against drug, be new family, social gathering, asrama berhias, bakti sosial, food fair, dan farewell party. Jenis-jenis kegiatan pada ranah akademik dan wawasan meliputi campus tour dan mahasiswa cinta perpustakaan.
38
Kegiatan pada ranah mental dan spiritual biasa dilakukan setiap minggu sekali yang meliputi kegiatan pembinaan rohani, apel pagi, dan fit n fun. Karakteristik Contoh Usia, Agama, dan Asal Daerah Usia seseorang akan mempengaruhi selera seseorang terhadap barang dan jasa (Kotler, 1999). Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Berdasarkan klasifikasi umur menurut Sumarwan (2004), usia mahasiswa TPB berada pada kategori remaja lanjut (16-18 tahun) dan dewasa awal (19-24 tahun).
Mahasiswa yang menjadi contoh penelitian ini
memiliki usia berkisar antara 16-20 tahun dengan rata-rata usia 18,2 tahun. Lebih dari separuh contoh putra (61,6%) dan putri (66,2%) berusia 18 tahun (Tabel 18). Usia mahasiswa yang bervariasi mungkin disebabkan karena jalur masuk IPB yang bervariasi juga. Mahasiswa yang berusia 16 tahun diduga merupakan mahasiswa akselerasi sedangkan mahasiswa yang berusia 20 tahun diduga merupakan mahasiswa yang masuk IPB melalui jalur ujian masuk perguruan tinggi (UMPTN) setelah setahun sebelumnya menganggur atau pindahan dari jurusan atau universitas lain. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan usia Usia (Th) 16 17 18 19 20 Total
Putra n 1 7 85 43 2 138
% 0,7 5,1 61,6 31,2 1,4 100,0
Putri n
%
0 17 143 53 3 216
0 7,9 66,2 24,5 1,4 100
Total n % 1 0,3 24 6,8 228 64,4 96 27,1 5 1,4 354 100,0
Menurut Suhardjo (1989) agama atau kepercayaan seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku konsumsinya. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar (90,4%) contoh dalam penelitian ini beragama Islam (Gambar 4). Mahasiswa yang beragama Kristen dan Katolik masing-masing sebesar 6,5 persen dan 2,0 persen. Sedangkan mahasiswa yang beragama Hindhu
39
dan Budha masing-masing sebesar 0,3 persen dan 0,8 persen. Hal ini terjadi karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam.
Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan agama.
Menurut Suhardjo (1989), budaya (culture) mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsipprinsip ilmu gizi. Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbedabeda terhadap pangan atau makanan. Selain itu, Harper, Deaton, dan Driskel (1986) menyatakan bahwa kebudayaan tidak hanya menentukan pangan apa, tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana makanan tersebut dimakan. Oleh sebab itu, karakteristik asal daerah juga diidentifikasi dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, contoh terbanyak berasal dari daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) yaitu sebanyak 46,6 persen (Tabel 9). Hal ini diduga karena letak IPB berada di Bogor sehingga warga di daerah Jabodetabek memiliki akses yang lebih mudah untuk masuk IPB daripada warga di luar Jabodetabek. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan asal daerah Asal daerah Bali dan Nusa Tenggara Jabodetabek Jawa Kalimantan Maluku dan Irian Jaya Sulawesi Sumatra Total
n 6 165 113 4 4 5 57 354
% 1,7 46,6 31,9 1,1 1,1 1,4 16,1 100,0
40
Besar Uang Saku, Pengeluaran untuk Makan, dan Pengeluaran untuk Pangan Sumber Kafein Besar Uang Saku. Besarnya uang saku yang diperoleh contoh akan menetukan daya beli contoh tersebut yang selanjutnya akan mempengaruhi pola konsumsinya. Uang saku per bulan yang diterima contoh putra dan putri pada penelitian ini berkisar antara Rp 200.000,00 hingga Rp 1.500.000,00 dengan ratarata uang saku sebesar Rp 533.064,00. Lebih dari separuh contoh (50,3%) baik putra maupun putri dalam penelitian ini memiliki uang saku sebesar
Rp
483.000,00 sampai Rp 600.000,00 (Tabel 10). Hasil Uji t (Independent Sample tTest) menunjukan bahwa rata-rata uang saku contoh putra dan contoh putri tidak berbeda (p>0,05). Berdasarkan uji korelasi Rank-Spearman terdapat hubungan positif yang signifikan (r=0,363, p<0,01) antara besar uang saku contoh dengan pendapatan orang tua. Perbedaan besar uang saku contoh bukan disebabkan karena jenis kelamin namun disebabkan karena perbedaan pendapatan orang tua, semakin besar pendapatan orang tua maka semakin tinggi pula uang saku contoh. Pengeluaran untuk Makan. Contoh dalam penelitian ini mengeluarkan 3093,3 persen uang sakunya utuk makan dengan rata-rata 73,4 persen untuk putra dan 68,6 persen untuk putri. Berdasarkan hasil Uji beda t, terdapat perbedaan antara rata-rata persentase pengeluaran untuk makan pada contoh putra dan putri (p<0,05). Hal ini diduga karena kebutuhan pribadi mahasiswa putri lebih beragam daripada putra. Berdasarkan hasil penelitian, contoh mengeluarkan uang untuk makan per bulan antara Rp 100.000,00 dan Rp 800.000,00 dengan rata-rata Rp 365.240,00. Sebanyak 40,6 persen contoh putra dan 47,2 persen contoh putri mengeluarkan uang untuk makan kurang dari Rp 300.000,00. Sebaran contoh berdasarkan jumlah pengeluaran untuk makan dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil uji beda t menunjukan tidak ada perbedaan antara rata-rata jumlah pengeluaran untuk makan pada contoh putra dan putri (p>0,05). Hasil uji RankSpearman menunjukan hubungan yang positif antara jumlah uang saku dengan besar pengeluaran untuk makan per bulan (r=0,72, p<0,01). Suhardjo (1989) menyatakan
bahwa
dengan
meningkatnya
pendapatan
seseorang
dapat
mempengaruhi pola konsumsi pangannya, tetapi pengeluaran yang banyak untuk konsumsi pangan tidak menjamin beragamnya pangan yang dikonsumsi.
41
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan uang saku, pengeluaran untuk makan, pengeluaran untuk pangan sumber kafein Dasar Pengelompokan
Putra n
Besar Uang Saku •