Buletin Pelaut Federasi Buruh Transport Internasional
no.22/2008
Berjudidengan hak-hakkami
Ind on es ia
ITFdatang menolong
Paul Carter/reportdigital.co.uk
Menolongandauntuktetapsurvivedilaut KampanyeITFmelawankapal-kapalFOC Aktivitas ITF dalam industri maritime dipelopori dengan kampanye yang dilaksanakan oleh Serikat-Serikat Buruh Pelaut dan Buruh B/M diseluruh dunia melawan pengalihan kapal-kapal kedalam Bendera Kemudahan (FOC) yang oleh pemilik kapal dilakukan untuk menghindari peraturan-peraturan nasional, ketentuan ketenagakerjaan dan pengawasan serikat-serikat buruh. Kampanye tersebut mempunyai dua sisi kepentingan, yaitu : secara politis, ITF berjuang bersama pemerintah berbagai Negara dan lembaga-lembaga internasional untuk memastikan adanya “hubungan langsung”antara pemilik kapal dan bendera/kebangsaan suatu kapal; dari sisi industrial, serikat-serikat buruh afiliasi ITF berupaya untuk diterapkannya ketentuan upah minimum dan standar sosial yang layak disemua kapal-kapal FOC. Hal itu berarti bahwa serikat-serikat buruh yang ada dinegara-negara dimana pemilik kapal yang sesungguhnya berada harus membuat persetujuan menyangkut kondisi pengerjaan yang minimal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Komite Kebijakan ITF – suatu lembaga kerjasama antara pelaut dan buruh B/M yang mensupervisi kampanye-kampanye industrial. Dalam beberapa tahun ini, ITF telah mengupayakan negosiasi suatu perjanjian kolektif
internasional dengan para pemilik kapal, baik dalam kelompok diskusi terbatas maupun besar yang dilaksanakan dalam Forum Perundingan Internasional (International Bargaining Forum/IBF), guna membuat suatu standar yang tidak hanya berimbang tetapi juga fleksibel. Para pelaut yang bekerja dikapal-kapal FOC selalu ditekan dan diinstruksikan untuk tidak berhubungan dengan ITF. Demikian juga halnya mereka menandatangani kontrak yang tidak dipahami isinya. Bahkan ada juga beberapa pengusaha kapal yang sebelumnya telah menandatangani perjanjian ITF kemudian melakukan penipuan dan membayar awak kapalnya dengan upah yang lebih rendah – praktek ini dikenal dengan nama pembukuan ganda (double bookkeeping). Para pelaut dikapal-kapal FOC yang menghadapi masalah pengupahan, kondisi kerja atau berbagai keluhan lainnya menyangkut perlakuan-perlakuan yang mereka alami dapat langsung menghubungi ITF (lihat alamat dan nomor telepon kami di halaman 21) atau anda dapat menghubungi salah satu inspektur kami dipelabuhan manapun diseluruh dunia (lihat peta dan rincian alamatnya dihalaman tengah).
www.itfglobal.org/flags-convenience
Q Q Q Q
Buletin Pelaut ITF no. 22/2008
4-13
KilasBerita Aneka berita termasuk kampanye ITF melawan pelayaran dibawah standard dan kapal-kapal FOC
14-17 Ceritasampul Cerita tentang Fiesta Casino dan pemiliknya yang mempermainkan hak-hak pelaut 18-19 ParaPelautPilipina Hasil penelitian akademik membuktikan jumlah mereka menurun tapi tidak banyak 20
PelautPerikanan Mereka diperlakukan seperti budak bukannya sebagai pelaut, kata Inspektur ITF di Skotlandia
21-24 ParaInspekturITF 4 halaman panduan untuk menghubungi Inspektur ITF diseluruh dunia 25
Tidakadatempatuntukmenghindar Poster panduan untuk mengenal bendera kemudahan (FOC)
26
Faktadandata Data armada dunia
27-29 Pengorganisasian Studi kasus bagaimana ITF membantu pembentukan serikat buruh pelaut nasional 30
Formulir fax Simpanlah dan kirimkan kepada kami apabila anda membutuhkan pertolongan
31
Saran-saranseputarkontrak Bacalah ini sebelum anda menandatangani kontrak
32-34 KonvensiPekerjaMaritim Upaya yang dilakukan untuk meyakinkan pemerintah-pemerintah guna meratifikasi “Seafarers’Bill of Rights”
35-36 Kesejahteraan Apakah fasilitas untuk pelaut dipelabuhan-pelabuhan sudah sesuai dengan perubahan dalam industri pelayaran?
37-39 Lintasbudaya Tradisi maritim, bahasa dan legenda dari seluruh dunia 40
Surat Seorang Nakhoda menyesal tidak bergabung dengan aksi-aksi ITF
40-42 Sehatdilaut Menghadapi penyakit yang kambuh
Dipublikasi dibulan Januari 2008 oleh ITF, 49/60 Borough Road, London SE1 1DR, United Kingdom Telepon: +44 (0) 20 7403 2733 Fax: +44(0) 20 7357 7871 Email:
[email protected]
Website: www.itfglobal.org
Buletin Pelaut ini dipublikasikan dalam bahasa Inggris, Arab, Cina, Jerman, Indonesia, Jepang, Polandia, Rusia, Spanyol, Tagalog dan Turki. Anda bisa memperolehnya dengan menghubungi kantor ITF sesuai alamat diatas.
Foto halaman depan adalah Eddy Gomez, Nakhoda Fiesta Casino, oleh Ana Lilia Perez. Ceritanya dihalaman 14-17.
Awak kapal ikan Enxembre berterima kasih kepada ITF setelah mereka mendapatkan pembayaran kekurangan gaji. Cerita lengkapnya “Apakah kami ini budak atau Pelaut?”dihalaman 20.
Federasi Buruh Transport Internasional
Q Gaji Pelaut
Kenaikan besar-besaran terjadi mulai 1 Januari
Federasi Buruh Internasional (ITF) adalah suatu federasi internasional dari serikatserikat buruh transport, yang mewakili 4,5 juta buruh sektor transportasi yang ada di 148 negara didunia. ITF didirikan tahun 1896 dan mengorganisir para buruh dari delapan seksi industri transportasi, yaitu : pelaut, kereta api, angkutan jalan raya, penerbangan sipil, buruh pelabuhan, pelayaran pedalaman, perikanan dan pariwisata. ITF juga mewakili buruh transport ditingkat dunia dan mempromosikan kepentingan-kepentingan mereka melalui kampanye global dan aksi solidaritas. ITF juga adalah salah satu dari 10 Federasi Buruh Global yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Buruh Internasional (ITUC) dan yag merupakan bagian dari kelompok serikat buruh global.
Tujuh puluh ribu pelaut akan segera merasakan dampak kenaikan upah besar-besaran dan perubahan kontrak secara signifikan setelah tercapainya persetujuan dalam pertemuan IBF (International Bargaining Forum) beberapa waktu lalu. IBF, yang terdiri dari perwakilan ITF dan kelompok perwakilan pemilik kapal yang tergabung dalam Joint Negotiating Group (JNG), bertemu di London pada September 2007. Semua perwakilan pada pertemuan tersebut menyetujui adanya perubahan kondisi dan gaji pelaut yang akan berlaku pada 1 Januari 2008. Persetujuan IBF mencakup sekitar 70.000 orang pelaut dari seluruh negara yang bekerja di lebih dari 3.500 kapal. Persetujuan ini mencakup kenaikan upah 8 persen dan perubahan kontrak yang selaras dengan konvensi ILO dibidang perburuhan maritime – dikenal dengan sebutan ILO MLC (Maritime Labour Convention). Baik perwakilan ITF maupun pemilik kapal berpendapat bahwa perubahan kontrak awak kapal untuk memenuhi ketentuan konvensi merupakan sebuah keberhasilan besar. Mereka memandang, kontrak IBF akan menjadi ujung tombak dalam menjadikan industri ini sesuai dengan standar perburuhan internasional terbaru dan terbaik bagi pelaut. Juru bicara ITF, Brian Orrell, mengungkapkan kepuasannya atas hasil perundingan lainnya yaitu persetujuan untuk membentuk suatu lembaga pendanaan berskala kecil yang akan dikembangkan oleh IBF. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk menawarkan pekerjaan kepada pelaut dari negara maritim tradisional yang kehilangan banyak pekerjaan selama dua dekade terakhir. ”Hal ini menunjukkan bahwa IBF dapat menciptakan solusi inovatif dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan standar keseluruhan di industri ini bagi semua pihak,”ungkapnya, Juru bicara JNG, Ian Sherwood, menyatakan bahwa ada beberapa hal yang disetujui IBF juga adalah merupakan keinginan anggotanya. Persetujuan untuk menerapkan kontrak IBF secara lebih efektif dan fleksibel merupakan yang paling penting dan paling disambut.
Seruan aksi ITF
Kecaman terkait hilangnya sebuah kapal
ITF terpanggil untuk bereaksi pada Oktober 2007 terkait laporan hilangnya sebuah kapal setelah meninggalkan Dubai pada bulan Juni, dengan tujuan Seychelles. 14 orang kru dilaporkan berada diatas kapal tersebut. Reef Azaria, yang terdaftar di St Vincent dan Grenadine serta dioperasikan oleh
Berita singkat
perusahaan Zanbezi Shipping Agency yang berbasis di Uni Emirat Arab berlayar dari Dubai pada 18 Juni. Diperkirakan, kontak terakhir antara agen dengan kapal terjadi pada 24 Juli saat kapal tersebut berada di lepas pantai Somalia. Di atas kapal tersebut terdapat delapan orang Tanzania, dua warga Myanmar, dua India, dan dua orang Pakistan. Untuk menindaklanjuti laporan yang disampaikan oleh afiliasi ITF, Pakistan Merchant Navy Officers’ Association (PMNOA), maka ITF segera menghubungi perusahaan pelayaran dan meminta ”kerjasama dan keterbukaan”. ITF juga menuntut agar setiap perkembangan mengenai pencarian kapal tersebut agar terus diinformasikan kepada kepada keluarga awak kapal. Finlay Mcintosh, dari ITF Action Unit, mengatakan, ”Masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab dan kami menuntut hal itu dijawab oleh perusahaan. Keluarga para pelaut yang hilang menderita karena mereka tidak mengetahui apa yang terjadi pada orang yang mereka cintai. Perhatian utama kami adalah mencari tahu lokasi para pelaut tersebut saat ini serta hal apa saja yang telah dilakukan untuk menemukan mereka.”
➡
Inspektur ITF Shwe Tun Aung (kedua dari kiri) bersama awak Safmarine Texas
Negosiasi di AS
40,000 dolar AS kekurangan gaji diperoleh kru Pilipina Inspektur ITF dari SIU, afiliasi ITF di Amerika Utara, berhasil mendapatkan uang kekurangan gaji sebesar 40.000 dolar AS untuk delapan pelaut Pilipina yang bekerja dikapal Safmarine Texas. Kapal berbobot 18.030 dwt ini dibangun tahun 1987 dan dimiliki oleh Swiss Marine asal Piraeus, Yunani. Meskipun kapal ini telah memiliki perjanjian ITF, awaknya hanya dibayar dengan upah standar domestik Pilipina dan bukan dengan upah sesuai standar ITF.
melakukan negosiasi dan kedelapan kru tersebut menerima kekurangan gaji mereka sebesar 27.548 dolar AS. Selain itu, dua dari mereka, yang telah menjalani 2 kali kontrak dikapal tersebut, memperoleh tambahan 12.889 dolar AS sebagai kompensasi kontrak sebelumnya. Safmarine Texas diizinkan kembali ke Houston di mana uang kekurangan tersebut telah menanti para kru.
Rutin Saat melaksanakan inspeksi rutin di Houston, Inspektur ITF, Shwe Tun Aung menemukan adanya perbedaan tersebut. Dikarenakan kapal tersebut akan segera berlayar menuju Baltimore, ia meminta agar Inspektur ITF disana, Arthur Petitpas
Buletin Pelaut ITF 2008
5
Berita singkat Kampanye FOC
Daftar perusahaan pemilik kapal-kapal berbendera kemudahan yang tidak dilindungi dengan perjanjian ITF. Pemilik kapal
Tidewater Pemerintah Republik Demokratik Rakyat Korea Archirodon Construction Overseas Seacor Holdings Ofer Brothers Group Rickmers Reederei Peter Dohle Schiffahrts-KG Transocean Bernhard Schulte Group Mitsui OSK Lines Pemerintah Republik Rakyat Myanmar Groupe Bourbon China Ocean Shipping Group Egon Oldendorff KG Government of the People’s Republic of China Smit International Carnival Laskaridis Shipping Lamnalco Group Jan de Nul NV
Negara
jml kapal tanpa perjanjian ITF
Amerika Serikat Korea Utara UAE Amerika Serikat Israel Jerman Jerman Amerika Serikat Jerman Jepang Birma Perancis China Jerman China Belanda Amerika Serikat Yunani UAE Belgia
270 161 106 77 66 66 63 62 59 56 54 54 52 51 49 49 46 46 44 42
Sumber: ITF, 2007
➡ Sejauh ini tidak ada bukti apakah kapal tersebut tenggelam atau telah menjadi korban pembajakan. Laporan kapal hilang yang kedua, Infinity Marine 1 yang berbendara Panama, milik Infinity Marine Services di Dubai, juga telah dilaporkan oleh PMNOA. Dua puluh tiga pelaut diperkirakan berada di atasnya. Sekretaris Jenderal PMNOA, Sheikh Mohammad Iqbal mengatakan, ”Pemilik kapal berbendera kemudahan (flag of convenience) tersebut enggan menyampaikan informasi apapun. Mereka sepertinya lebih memikirkan bagaimana cara mencairkan klaim asuransi daripada membantu keluarga pelaut dengan mencari tahu apa yang telah terjadi.”
Rapelan Gaji
Pelaut yang terdampar menerima upah mereka Dua puluh lima pelaut yang bekerja dikapal dan luntang lantung di pelabuhan Santander, Spanyol, telah memperoleh uang rapel gaji mereka. Para kru kapal kargo Meugang 1 yang berbendara Panama telah menerima upah mereka yang tertunda sejak Oktober 2006
6
Buletin Pelaut ITF 2008
setelah ITF dan dua afiliasinya di Spanyol, ELA-hainbat dan CCOO cabang setempat melakukan intervensi. Pemilik kapal yang baru telah membayar secara utuh klaim para pelaut – 187.000 Euro (264.000 dolar AS) sebagai pembayaran upah hingga 11 September. Dua puluh empat pelaut telah dipulangkan kembali ke negara asalnya – Kamerun dan Ghana. Sedangkan Nakhodanya tetap tinggal di Seafarers’ Centre di
” Pemilik kapal berbendera kemudahan (flag of convenience) tersebut enggan menyampaikan informasi apapun. Mereka sepertinya lebih memikirkan bagaimana cara mencairkan klaim asuransi daripada membantu keluarga pelaut dengan mencari tahu apa yang telah terjadi.”
Santander karena masih harus menjalani perawatan medis sebelum ia dipulangkan. ”Kami berharap hal itu sebagai pelunasan atas kondisi buruk yang mereka alami selama bekerja kapal ini,”kata Inspektur ITF, Mohammed Arrachedi.
Pembajakan
ITF mendukung penindakan di lepas pantai Somalia ITF mendukung gerakan untuk mengatasi insiden pembajakan dan perampokan bersenjata yang banyak menimpa kapal di lepas pantai Somalia. ITF mendukung penuh proposal untuk mengangkat masalah pembajakan dan perampokan bersenjata di lepas pantai Somalia ke Dewan Keamanan PBB. Proposal yang dibuat oleh Sekjen IMO mendapat dukungan dari Dewan IMO dalam sidangnya yang ke-98 pada tanggal 25-29 Juni 2007 di London, Inggris. Hal ini lebih dimaksudkan sebagai permintaan kepada pemerintah federal transisi Somalia untuk mengambil tindakan guna mencegah pembajakan dan perampokan bersenjata. Tindakan ini mencakup izin bagi kapal untuk memasuki perairan wilayahnya menghindari aksi pembajakan atau perampokan bersenjata yang mengancam keselamatan awak kapal. Proposal tersebut secara lebih khusus ditujukan bagi kapal yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Somalia. Sejumlah insiden penyerangan dilaporkan terjadi terhadap kapal-kapal akibat ketidakstabilan pemerintahan di Somalia. Jon Whitlow, Sekretaris ITF Seafarers’ Section, mengatakan, ”ITF menyambut baik inisiatif IMO dan kami mendukung hal itu di hadapan Dewan IMO. Tindakan segera diharapkan akan dilakukan dan para pelaut tidak lagi menjadi korban serangan dan disandera demi memperoleh uang tebusan.
Pelaut Perikanan
Kemenangan bagi para petarung ITF menyambut hangat pemungutan suara di ILO yang berhasil mengadopsi konvensi terbaru khusus untuk pekerja di sektor perikanan (Work on Fishing Sector ILO Convention), dimana konvensi tersebut telah lama dikampanyekan oleh ITF dan serikat-serikat pekerja afiliasinya. Pemungutan suara yang diumumkan pada Juni 2007 menghasilkan 437 suara setuju, 2 menolak, dan 22 abstain. Sekretaris ITF Seafarers Section, Jon Whitlow, mengatakan, ”Dua tahun lalu
➡
Awak kapal Marybelle bergembira saat menerima rapel gaji mereka.
Aksi di Liverpool
Pemilik dipaksa membayar untuk lima kapal Oleh Tommy Molloy, Inspektur ITF di Liverpool, Inggris Maryville Maritime dari Yunani adalah perusahaan yang tahun lalu disambut baik di Liverpool tapi mengalami kesulitan saat kapalnya hendak keluar sebelum para pelaut yang dipekerjakannya memperoleh pembayaran gaji mereka. Kapal pertama perusahaan yang diperiksa pada 2007 adalah Smart. Total tunggakan gaji sejumlah 46.000 dolar AS diklaim oleh para kru dan perusahaan langsung membayar lunas. Saya juga menyelesaikan kontrak ITF untuk semua kru karena ternyata hal itu belum pernah dibuat. Kontrak yang ada di kapal lebih kecil dibanding skala upah ITF yang telah disetujui perusahaan untuk diterapkan. Beberapa bulan kemudian kapal Evangelist mengunjungi pelabuhan dan masalah yang sama kembali terungkap. Kali ini tunggakan gaji sebesar 160.000 dolar AS berhasil diperoleh. Kapal berikutnya yang datang bernama Princess 1 dan saat me naikinya saya disambut oleh port captain perusahaan yang terbang dari Yunani khusus untuk menghadapi pemeriksaan saya. Kali ini dokumen di atas kapal sangat berbeda. Hampir seluruhnya sesuai dengan persyaratan persetujuan ITF untuk kapal tersebut. Ada masalah kecil karena mempekerjakan dua deck boy dan dua mess boy yang semuanya berumur di atas 21 tahun (salah satunya berusia 30 tahunan) sehingga mau-tidak-mau kontrak kerja ITF yang baru
harus dibuat dengan mempromosikan mereka masing-masing sebagai ordinary seamen dan mess room steward. Sekitar 3000 dolar AS dihitung dan diberikan kepada salah seorang mess room steward sedangkan ketiga orang lainnya tidak memperoleh apa-apa karena baru bergabung di kapal beberapa hari sebelumnya. Beberapa hari kemudian saya menaiki kapal Renuar. Sekali lagi saya disambut oleh port captain itu lagi yang terbang lagi ke Liverpool guna memastikan semuanya berjalan baik. Namun demikian saya menemukan jika waktu lembur belum dicatat dengan baik maupun dibayar sesuai dengan persetujuan. Saya menghitung ada 13.504 dolar AS yang belum dibayar. Klaim ini bisa lebih besar jika sebagian besar kru tidak memperoleh bayaran beberapa hari sebelumnya. Perusahaan segera melakukan pengaturan untuk membayar kekurangan gaji tersebut. Sang port captain mengatakan kepada saya bahwa dua kapal perusahaan lainnya akan datang ke Liverpool pada bulan April dan meskipun ia lebih suka menghabiskan waktu liburannya bersama keluarga, dapat dipastikan ia akan diminta terbang kembali ke Liverpool. Beberapa hari setelah Paskah, kapal Marybelle tiba di Liverpool. Ketika sampai di gangway kapal, port captain meyakinkan saya bahwa kali ini segala sesuatunya di atas kapal sudah beres dan tidak akan ada masalah yang ditemukan. Sayangnya, bukti-bukti dikapal ini
”Sayangnya, bukti-bukti dikapal ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya perusahaan secara sistematis telah mencurangi hak upah krunya”.
menunjukkan bahwa pada kenyataannya perusahaan secara sistematis telah mencurangi hak upah krunya. Saya menerima daftar pembayaran seluruh kru tertanggal 31 Desember 2006 sebesar 89.000 dolar AS. Ini adalah perbedaan antara apa yang telah dibayar perusahaan dengan apa yang harus mereka bayar sesuai dengan persetujuan ITF. Masing-masing kru telah membubuhkan tandatangan bukti penerimaan serta pernyataan di bawah daftar pembayaran yang menerangkan bahwa mereka tidak memiliki klaim yang belum ditagih. Ada lagi daftar serupa tertanggal 31 Maret sebesar 53.000 dolar AS yang juga telah ditandatangani sebagai bukti tanda terima para kru. Saya mengatakan kepada port captain itu bahwa saya tidak percaya jika para kru telah menerima jumlah yang dinyatakan atau bahwasanya perhitungan upah pada bulan Januari, Februari, dan Maret benar-benar asli. Ia mengatakan kepada saya akan segera membayar jika saya bisa menemukan satu kru yang mengatakan belum menerima uang pembayaran. Apa yang tidak disadarinya adalah saya telah menemukan beberapa perhitungan upah yang asli dan ketika saya menunjukkan hal itu kepadanya lalu memanggil kru Pilipina satu persatu, mereka dengan berani mengatakan belum menerima upah yang telah mereka tandatangani. Tidak ada lagi yang dapat dilakukan kecuali menyetujui perhitungan saya mengenai upah terhutang yang kali ini berjumlah 96.000 dolar AS. Sejauh ini, perusahaan telah membayar lebih dari 300.000 dolar AS untuk kapalkapal mereka yang singgah dipelabuhan Liverpool dalam waktu satu tahun lebih sedikit. Namun satu sen pun tidak ada kelebihan pembayaran selain yang telah disetujui.
Buletin Pelaut ITF 2008
7
➡
Federico Arogante (kanan) dan Inspektur ITF, Ulf Christiansen, di luar rumah sakit di Hamburg tempat pelaut Pilipina tersebut menerima perawatan pada tangannya.
Kecelakaan dilaut
Lebih dari sekedar menolong Seorang pelaut Pilipina hampir kehilangan karirnya setelah mengalami kecelakaan dilaut sampai akhirnya ia mendapat pertolongan dari ITF yang memberinya perawatan medis sebagaimana mestinya. Federico Arogante, oiler di kapal berbendara Yunani, mengontak Ulf Christiansen Inspektur ITF yang berkantor di Hamburg pada Februari 2007 karena sangat khawatir ia tidak dapat lagi berkarir sebagai pelaut akibat kecelakaan yang dialaminya. Ia baru mengalami kecelakaan pada tangan kirinya empat minggu sebelumnya setelah jatuh dari tangga di ruang mesin saat kapal singgah di pelabuhan Promorsk, Rusia. Ia dikirim ke rumah sakit di Primorsk di mana tangannya kemudian diplester. Ketika kapalnya tiba di Hamburg untuk melaksanakan dry-dock empat minggu kemudian, pelaut berusia 36 tahun itu dikirim ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Dokter di Hamburg menemukan bahwa Arogante menerima perawatan yang salah di Rusia – seharusnya tangan kirinya dioperasi bukan sekedar diplester. Kesalahan ini telah mempengaruhi tangannya dan mobilitasnya kini terganggu. ”Tn. Arogante sangat cemas akan kehilangan kemampuannya untuk bekerja sebagai pelaut dan menghubungi kantor ITF di Hamburg untuk meminta bantuan,”jelas Ulf Christiansen.
ITF meminta dokter rumah sakit umum di Hamburg untuk mengirim Arogante ke sebuah klinik khusus di kota bagi korban kecelakaan kerja. Mereka setuju dengan pemindahan ini, begitu pula dengan nakhoda kapal Propontis. ITF juga memberitahu agen lokal mengenai rencana pemindahan tersebut. ”Saya menemani Tn Arogante ketika ia menerima sejumlah pemeriksaan di rumah sakit,”kata Christiansen. ”Ia diperiksa oleh dokter spesialis luka lengan, yang memutuskan untuk mengoperasi tangannya guna menghindari cacat permanen.” Arogante berhasil dioperasi, dan dirawat dirumah sakit selama dua setengah bulan, termasuk terapi ekstensif untuk tangan kirinya. ”Tn. Arogante dikunjungi secara reguler oleh mantan teman-teman sekapalnya, petugas dari Seafarers’ Mission dan saya sendiri,”kata Christiansen. ”Perusahaan Yunani yang mempekerjakannya mengatur agar isterinya dapat tinggal di Hamburg selama beberapa minggu.” Setelah perawatan rumah sakit yang lama, Arogante akhirnya dapat bergerak dan bekerja dengan tangannya, dan dokter optimis bahwa ia akan dapat melanjutkan karirnya sebagai pelaut. Ia dikirim kembali ke Pilipina untuk perawatan lebih lanjut pada bulan Mei dan harus kembali ke Hamburg pada akhir 2007 guna mengangkat plat di tangannya. Sebelum meninggalkan Hamburg pada bulan Mei, Arogante mengirim kartu ucapan ke kantor ITF. ”Saya ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk semua waktu yang telah Anda berikan untuk saya,” katanya kepada Christiansen. ”Anda telah menjadi bagian dari hidup saya; saya bisa mengatakan jika Anda adalah pahlawan saya. Saya dan seluruh keluarga mengucapkan terima kasih.”
“ Ia sangat khawatir tidak dapat lagi berkarir sebagai pelaut akibat kecelakaan yang dialaminya”.
8
Buletin Pelaut ITF 2008
Konvensi Perikanan ILO gagal diadopsi karena masalah teknis, yakni kurang satu suara guna mencapai kuorum. Sejak saat itu kami melipat-gandakan usaha untuk memperoleh perlindungan bagi kru perikanan melalui dialog sosial dengan pemilik perusahaan yang bertanggungjawab serta pemerintah yang menaruh perhatian. ”Voting ini merupakan langkah besar guna memperoleh pekerjaan yang layak bagi pelaut dan menciptakan sebuah standar minimum internasional untuk sektor ini. Konvensi ini juga menyediakan perangkat untuk mencegah praktek IUU (Illegal, Unreported & Unregulated) serta mencegah beberapa pelanggaran terburuk yang kami tahu terjadi di sektor ini. Pekerjaan ini tidak akan berakhir hanya sampai di sini – kami harus memastikan bahwa konvensi ini diratifikasi dan diterapkan serta menghasilkan perbedaan nyata bagi pelaut di tempat kerjanya.” Sebelumnya pada bulan yang sama, Sekjen ITF David Cockroft berbicara di depan Konferensi Perburuhan Internasional. Guna menyatakan dukungannya kepada konvensi, ia mengatakan kepada majelis, “Pelaut sangat membutuhkan konvensi ini karena kegiatan perikanan merupakan industri paling berbahaya di dunia. Kondisi kerja disektor ini juga sangat buruk. Kami telah mendokumentasikan contoh mengenai sejumlah pemilik kapal ikan yang menjawab setiap upaya pelaut untuk menghubungi organisasinya dengan jalan melemparkan mereka yang dianggap sebagai motornya ke laut”.
“Kegiatan perikanan merupakan industri paling berbahaya di dunia. Kondisi kerja disektor ini juga sangat buruk”.
Berita singkat Kesejahteraan
Kelanjutan proyek Asia Tenggara Proyek besar guna memperbaiki fasilitas kesejahteraan pelaut secara total di seluruh Asia Tenggara akan terus dilanjutkan. Delegasi yang mewakili organisasi kesejahteraan pelaut yang menghadiri pertemuan Komisi Internasional Kesejahteraan Pelaut (International Commitee on Seafarers’ Welfare/ICSW) pada September 2007 di Singapura mengungkapkan dukungannya atas program tersebut. Sebagai bagian dari inisiatif ini, pendanaan selama empat tahun akan disediakan untuk memeriksa, memperbaharui, dan memperluas persiapan kesejahteraan di wilayah tersebut. Pembicara utama, Capt. Derrick Atkinson, dari BW Shipping Singapura menunjukkan bukti jika kebanyakan pelaut di Asia Tenggara sama sekali tidak memiliki kontak dengan pekerja kesejahteraan. Dua orang pelaut Myanmar menceritakan pengalaman pribadinya tentang hal serupa. Laporan terbaru dari Pusat Penelitian Internasional Pelaut (Seafarers’ International Research Centre) mengenai layanan kesejahteraan dipelabuhan-pelabuhan mendukung kesimpulan ini. Perwakilan pemilik kapal, serikat pekerja, organisasi keagamaan, pejabat pelabuhan, dan pemerintahan kini akan membentuk sebuah komisi kesejahteraan regional untuk memulai program tersebut. Diharapkan, inisiatif yang mencontoh program serupa di Eropa Timur, Afrika, dan Amerika Latin ini, akan didanai oleh ITF Seafarers’ Trust dan diawasi oleh ICSW. Tom Holmer dari ITF Seafarers Trust, mengatakan, ”Di wilayah lain, program ini telah membantu mengembangkan sebuah jaringan kerja Seafarers’ Centre dan pelayanan pelaut yang memenuhi kebutuhan paling penting yang dapat dimanfaatkan oleh pelaut itu sendiri. Kami yakin hal yang sama akan juga bisa terlaksana wilayah ini.
Pelaut Perikanan
Protes terhadap ‘ kekejaman’ di laut ITF memberi label ”eksploitasi kejam buruh migran”dalam pernyataan yang dikeluarkannya terkait kematian 39 pelaut Myanmar yang bekerja dikapal-kapal ikan Thailand. Mereka dibiarkan kelaparan tanpa makanan dan air selama 75 hari. Pemilik dan Nakhoda kapal diduga telah memerintahkan untuk membuang mayat mereka dari atas kapal. Pernyataan yang dikeluarkan oleh ITF
Pemogokan di Turki
Pemilik diusir dari kapal sampai awaknya dibayar Pemogokan di pelabuhan Tuzla, Turki oleh awak kapal Sky Sea (atas) berakhir dengan kemenangan pada November tahun lalu berkat bantuan yang diberikan afiliasi ITF disana, yaitu Dad-Der. Kesepuluh orang pengunjuk rasa – dari 12 orang kru yang ada dikapal – mendapat uang kekurangan gaji mereka sebesar 50.612 dolar AS. Para awak telah bekerja di kapal selama lima bulan dan tidak memperoleh bayaran. Bahkan dua di antara mereka tidak dibayar sembilan bulan. Dad-Der dimintai bantuan pada bulan Oktober. Kapal tersebut memuat potongan besi dan akan segera berlabuh. Pada mulanya, sang pemilik menolak bekerjasama untuk mencapai kesepakatan. Karenanya, para kru – kecuali Nakoda dan KKM – mengikuti nasihat Dad-Der dengan menolak berlayar dari tempat lego jangkar ke pelabuhan. Mereka mengangkat tangga akomodasi Fisheries Section Committee pada April 2007 mengungkapkan keprihatinan yang mendalam atas kekejaman yang dialami sejumlah pelaut yang bekerja di enam kapal trawl di perairan Indonesia. Mereka tidak memiliki akses kemanapun untuk memenuhi kebutuhan mereka saat menunggu proses pembaharuan izin mereka. Keluarga para pelaut yang tewas maupun yang selamat telah memulai upaya hukumnya pada 26 Maret dalam rangka memperoleh keadilan. Salah seorang korban selamat, Soe Moe, mengatakan dalam sidang pengadilan di Mahachai, Thailand, ”Saat itu tidak ada makanan, tidak ada sayuran, hanya nasi yang berbau busuk, dan ada mayat di dekat
ke atas kapal dan tidak membolehkan siapapun naik ke atas kapal selain ITF. Bahkan, sang pemilik kapal terpaksa berbalik saat mencoba menaiki kapal. Dad-Der memperingatkan agen dan pemiliknya bahwa kapal akan ditahan jika uang tidak dibayar dalam waktu satu minggu. Sang agen menerima dan bersedia melakukan pembayaran secara penuh dalam waktu beberapa hari.
”Mereka mengangkat tangga akomodasi ke atas kapal dan tidak membolehkan siapapun naik ke atas kapal selain ITF”. saya. Saya takut tapi tidak tahu harus berbuat apa atau apakah saya akan mati, karena saya begitu lemah sehingga tidak dapat berjalan.” ITF menyatakan, ”Kami berharap, kasus pengadilan ini akan membongkar praktek perbudakan moderen terhadap buruh dan harus dipidanakan. Selain itu, komisi juga meminta pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan guna mencegah tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang dahsyat ini terjadi lagi di perairannya, begitu juga bagi pejabat Thailand untuk
➡ Buletin Pelaut ITF 2008
9
Berita singkat
➡
Seruan ITF
Pelaut Pilipina jatuh sakit setelah menghirup asap diruang mesin Ketika awak Pilipina di kapal Evangelia yang berbendera Yunani berlabuh di Hamburg, Jerman, pada Agustus 2007, mereka menemui ITF untuk membantu menghadapi kondisi buruk di atas kapal. Sebagian besar pelaut sakit dan membutuhkan pemeriksaan medis, dan beberapa orang diminta untuk dipulangkan karena kondisi di kapal yang tidak sehat - terutama di ruang mesin. Di samping luka, nereka juga tidak dibayar sesuai dengan persetujuan ITF/PNO (Pan-Hellenic Seamen’s Federation) yang telah ditandatangani oleh pemilik kapal dan tidak ada satu orangpun yang memiliki kontrak ITF. Perusahaan Yunani, Hellas Marine, mengambil alih kapal ini di Malta pada Februari 2007, dan masalah di ruang mesin dimulai dua bulan kemudian. Timbul asap permanen di ruang mesin akibat kebocoran pipa. Para awak menghirup asap ini selama empat bulan hingga kapal merapat di Hamburg. Di sana, para pelaut mengirim pesan ke kantor ITF – ”manifold mesin induk terus mengeluarkan karbon monoksida saat mesin berjalan. Hal itu menyebabkan awak mesin mengalami kesulitan bernafas.” ITF segera menghubungi petugas PSC dan otoritas kesehatan pelabuhan di Hamburg guna melaporkan kondisi buruk ini. Pada saat PSC menerima informasi kapal dari pelabuhan terakhirnya, Amsterdam, mereka menahannya—dan menemukan lebih dari 40 kekurangan. Otoritas kesehatan pelabuhan mengunjungi kapal pada pagi hari setelah ITF menyampaikan peringatan dan memeriksa sebagian besar kru. Mereka merekomendasikan agar beberapa orang kru segera diperiksa dokter karena telah mengalami: ”radiasi asap, batuk, sakit tenggorokan, air liur menghitam, sakit dada.”Dokter menyimpulkan empat awak dinyatakan tidak fit bekerja dan semuanya dipulangkan dari Hamburg ke Manila, Pilipina, dengan biaya pemilik kapal. Inspektur ITF, Ulf Christiansen, mengatakan ada lebih banyak lagi kru
10
Buletin Pelaut ITF 2008
yang membutuhkan perhatian medis, tapi ”nampak sebagian besar dari mereka tidak ingin mendapatkan pemeriksaan medis, karena takut dinyatakan tidak fit dan kemudian dipulangkan.” Kapal tersebut ditahan di Hamburg setelah selesai melakukan bongkar muat, dan selanjutnya diadakan perbaikan ekstensif diruang mesin. Pemeriksaan final PSC tidak lagi menemuan asap di ruang mesin. Seluruh anggota kru diperiksa dua kali oleh otoritas kesehatan pelabuhan selama kapal bersandar di pelabuhan. Pada saat Evangelia berada di Hamburg, ITF juga menemukan jika awaknya tidak dibayar berdasarkan persetujuan ITF yang berlaku dan meminta perusahaan untuk membayar kekurangan gaji kepada para kru selama kapal di pelabuhan. Setelah pembahasan yang lama, perusahaan akhirnya setuju dengan hal itu, dan jumlah yang diminta segera dikirim ke rekening bank agennya di Hamburg untuk disampaikan ke kapal. Total kekurangan gaji sebesar 28.336 dolar AS untuk bulan Juni dan Juli 2007 dibayar kepada para kru saat mereka berada di Hamburg. ITF meminta pemilik kapal untuk seterusnya membayar para kru sesuai dengan persetujuan ITF/PNO yang berlaku, dan nakhoda juga setuju untuk mengisi dan membagikan kontrak kerja ITF kepada para kru.
” Nampaknya sebagian besar dari mereka tidak ingin mendapatkan pemeriksaan medis, karena takut dinyatakan tidak fit dan kemudian dipulangkan.”
memberikan sanksi tegas terhadap semua warga negaranya yang terlibat dalam eksplotasi kejam terhadap buruh migran.” Pernyataan ini juga merujuk pada kondisi banyaknya pelaut Myanmar yang diturunkan dari kapal berbendera Thailand di Tual, Indonesia, tanpa dibekali dokumen perjalanan. Meskipun akhirnya menetap di wilayah tersebut, tidak adanya status pengungsi membuat mereka rentan menjadi korban pemerasan pejabat imigrasi dan keamanan setempat. ITF karenanya meminta pemerintah Indonesia untuk memberikan status pengungsi kepada mereka.
Kebijakan maritim
‘ Kebijakan Eropa yang sia-sia’ ITF wilayah Eropa, ETF, telah mengkritisi proposal kebijakan maritim Uni Eropa (UE) terkait kegagalan mereka dalam menjawab berbagai persoalan kunci yang menimpa para pelaut di sana. Diadopsi oleh Komisi Eropa pada 10 Oktober 2007, Kebijakan Maritim Terpadu untuk Uni Eropa, yang dikenal sebagai ”makalah biru”, dipandang ETF telah menjadi kesempatan yang tersia-siakan. Proposalnya tidak berhasil menjawab krisis ketenaga-kerjaan dramatis yang menimpa para pelaut UE dengan mendukung dikuranginya peraturan dan ditingkatkannya peraturan mandiri tanpa melakukan tindakan untuk mengurangi dampak kompetisi ketenaga-kerjaan. ETF menyambut baik adanya gerakan konsultasi dengan rekanan sosial terkait proposal untuk menilai kembali landasan yang mengecualikan pelaut dari sejumlah arah kebijakan sosial UE, namun mengungkapkan keprihatinannya tentang sejumlah masalah lain yang tetap tidak terselesaikan. Hal ini mencakup minimnya referensi pada diskriminasi yang dialami pelaut di atas kapal berbendera Negaranegara anggota UE berdasarkan domisili atau kewargangeraan mereka, serta kegagalan untuk menyinggung dampak pelayaran sub-standar dan kapal berbendera kemudahan terhadap para pelaut.
AS
Permintaan untuk kemudahan mendarat Sebuah komisi maritim swasta meminta pemerintah AS untuk mempermudah akses mendarat bagi para pelaut, sesuai dengan kewajiban negara yang dijabarkan dalam aturan kemaritiman. Dalam pertemuan yang diadakan pada bulan April oleh Merchant Marine Personnel Advisory Commitee dibuatlah rekomendasi
guna meningkatkan akses mendarat bagi para pelaut. Peserta pada acara di Seattle tersebut mencakup perwakilan dari serikat pekerja dan organisasi Apostleship of the Sea yang menyediakan layanan pastoral bagi para pelaut melalui jaringan pendeta, juga menekankan kebutuhan untuk mempermudah kunjungan pendeta dan perwakilan serikat pekerja ke atas kapal. Rekomendasi tersebut yang dibuat berdasarkan informasi yang tercantum dalam laporan ITF, ”Access denied”yang memaparkan bahwa kewajiban negara untuk memfasilitasi akses mendarat bagi pelaut sebagaimana telah dijabarkan dalam IMO ISPS Code. Rekomendasi ini meliputi permintaan agar cakupan aturan ISPS dikaji ulang, dan selanjutnya, bagi pemilik kapal atau operator agar memastikan awak kapalnya memiliki akses mendarat dan kunjungan kekapal – termasuk perwakilan organisasi buruh dan pelayan kesejahteraan pelaut. Rekomendasi lainnya adalah meminta US Coast Guard untuk tidak melaksanakan aturan keamanan fasilitas pelabuhan yang tidak memasukkan prosedur izin mendarat bagi para pelaut dan akses pengunjung ke kapal. Jeff Engels, Koordinator ITF di Seattle, yang menghadiri pertemuan mengatakan, ”Semoga US Coast Guard mempertimbangkan rekomendasi ini. Sangatlah penting untuk menghormati hak mendarat para pelaut, sehingga mereka dapat mengunjungi fasilitas kesejahteraan di daratan, termasuk pusat kesehatan.”
Eropa
Aksi seminggu menghasilkan ‘ perbedaan selamanya’ Aksi seminggu oleh ITF yang mengangkat tema kondisi kerja di bawah standar pada kapal yang beroperasi di Eropa Utara diklaim membawa hasil yang besar dan akan memberikan dampak permanen terhadap kehidupan para pelaut. Selama aksi satu minggu ITF, yang berakhir pada 8 Juni 2007, Inspektur ITF,
“Aktivis serikat buruh di Heysham, Inggris, tengah bersiap untuk melaksanakan ITF’s Northern Europe Week of Action pada 4 – 8 Juni dengan target utama adalah kapal-kapal FOC dan sub-standard”.
serikat buruh pelaut dan buruh B/M memeriksa kapal berbendera FOC maupun berbendera nasional untuk memastikan kondisi kerja yang baik diatas kapal. Aksi satu minggu ini dilangsungkan di Belgia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Irlandia, Latvia, Lithuania, Belanda, Norwegia, Polandia, Rusia, Swedia, dan Inggris. Keberhasilan utama dari aksi ini adalah tercapainya 12 perjanjian baru pada kapal di Jerman, yang beberapa di antaranya dicapai setelah aksi pemboikotan di atas kapal CMA CGM Iguacu dan MSC Bremen di Hamburg, keduanya terdaftar di Liberia. Aksi solidaritas juga dilaksanakan di Cherbourg, Perancis, di mana pemboikotan terhadap kapal Normandia dihentikan setelah Irish Ferries dan Celtic Link setuju untuk mulai membicarakan perjanjian kerja bersama. Sementara itu di Polandia, pembahasan tentang persetujuan ITF dilakukan antara serikat pekerja dan pemilik kapal berbendera Panama, Eleni K, dan pemilik kapal, Columbia Shipmanagement, berjanji akan menandatangani perjanjian kolektif ITF untuk kapal Cape Fulmar yang terdaftar di Kepulauan Marshall. Koordinator seksi Maritim ITF, Steve
”Sangatlah penting untuk menghormati hak mendarat para pelaut, sehingga mereka dapat mengunjungi fasilitas kesejahteraan di daratan, termasuk pusat kesehatan”.
Cotton, menerangkan peristiwa tersebut sebagai ”istimewa.”Ia mengatakan, ”Ratusan kapal telah diperiksa di seluruh benua dan sejumlah masalah seperti keselamatan, kekurangan gaji, dan kondisi kerja yang buruk berhasil diatasi. Kami melihat adanya dukungan luar biasa dari rekan pekerja pelabuhan dan serikat pekerja, di seluruh negara.” ”Aksi ini telah membuat perbedaan yang akan bertahan jauh melampaui minggu ini.”
Penanganan muatan
ITF memprotes kegiatan B/M yang dilakukan oleh Pelaut ITF menyampaikan protes terkait digunakannya pelaut untuk melaksanakan kegiatan B/M - yang semestinya menjadi hak buruh B/M - setelah terjadi insiden di Port Kembla, Australia, pada Mei 2007. Kapal Capo Noli milik Italia yang berbendera Malta menjadi pusat protes masyarakat lokal dan internasional setelah awaknya diperintahkan menjalankan crane kapal untuk membongkar muatan gypsum. Capo Noli tengah melakukan kunjungan pertamanya ke Port Kembla setelah dicarter oleh Canada Steamship Lines (CSL) untuk menggantikan kapal berbendera dan berawak Australia yang tidak memiliki peralatan bongkar muat sendiri. Awak Pilipina diminta untuk melakukan bongkar muat menggunakan peralatan kapal yang jelas-jelas melanggar ketentuan perjanjian kerja ITF yang menyatakan bahwa kru dan siapapun di atas kapal tidak boleh diperintahkan melakukan penanganan kargo tanpa ada persetujuan sebelumnya dari serikat buruh B/M setempat. Afiliasi ITF di Australia, MUA (Maritime Union of Australia), secara tradisional telah mengerjakan tugas ini. Pelanggaran
➡
Buletin Pelaut ITF 2008
11
Kampanye ITF melawan pelayaran dibawah standar dan kapal-kapal FOC
Fakta dan data tahun 2007 ²Para inspektur ITF telah mengunjungi total 9.545 kapal dalam tahun 2007 – rata-rata lebih dari satu kapal setiap jamnya dalam setahun.
²Inspeksi dilaksanakan di 657 pelabuhan diseluruh dunia.
²Kampanye FOC ITF telah menghasilkan total lebih dari 16,6 juta US Dollar sebagai pembayaran kekurangan gaji dan kompensasi untuk awak kapal dalam tahun 2007.
²82% inspeksi dilakukan oleh ITF dikapalkapal FOC (lihat daftar FOC dihalaman 25) dengan perhatian khusus terhadap berbagai kekurangan dikapal-kapal tersebut.
12
Buletin Pelaut ITF 2008
²ITF mempunyai 120
²Jumlah pelaut yang
petugas Inspektur dipelabuhan-pelabuhan yang ada di 43 negara diseluruh dunia.
dilindungi dengan perjanjian kolektif ITF ditahun 2007 sejumlah 209.950 (ditahun 2006 berjumlah 193.325)
²Dalam tahun 2007, pelaut-pelaut anggota serikat buruh afiliasi ITF dan awak kapal dikapalkapal FOC melakukan aksi industrial untuk mendukung kampanye ITF di 21 negara di empat benua.
²Total 9.105 kapal yang didaftarkan dibawah FOC telah dilindungi dengan perjanjian ITF dalam tahun 2007 (ditahun 2006 berjumlah 8.161)
Berita singkat
➡ persetujuan lainnya adalah tidak diberikannya akses kepada Inspektur ITF untuk bertemu dengan para kru. Beberapa warga masyarakat muncul untuk memberikan dukungan kepada serikat buruh dan pesan solidaritas kepada buruh B/M Port Kembla berdatangan dari seluruh Australia, meskipun ada kekuatiran terjadinya insiden ini yang akan merusak kestabilan yang ada dipelabuhanpelabuhan Australia selama ini. ”Serikat buruh afiliasi ITF di seluruh dunia terkejut dengan insiden ini,”ungkap Sekjen ITF David Cockroft. ”Pekerja pelabuhan memiliki peran penting dalam mendukung hak para pelaut – tapi mereka juga memiliki hak akan kondisi aman dan pekerjaan yang pantas. ITF berdiri teguh di belakang MUA serta masyarakat di Port Kembla dalam perjuangan mereka mendapatkan perlakuan adil terhadap para pekerja pelabuhan dan pelaut.”
AP Moller-Maersk
ITF menyambut dialog dengan operator global Pertemuan antara raksasa pelayaran Denmark, AP Moller-Maersk dengan serikat pekerja afiliasi ITF yang mewakili para pekerjanya di 22 negara ditutup pada bulan April 2007 di Kopenhagen, Denmark, setelah menghasilkan apa yang digambarkan oleh ITF sebagai ”langkah awal sebuah perjalanan yang kami harap akan menguntungkan perusahaan dan pekerjanya.” Perwakilan dari 32 serikat pekerja menghadiri konferensi dua hari yang diselenggarakan oleh serikat pekerja Denmark, 3F. Knud Pontoppidan, Senior Vice President AP Moller-Maersk, berbicara pada pertemuan tersebut dan selanjutnya menghadiri konferensi pers sebagai penutup. Berbicara dalam konferensi pers berikutnya, Presiden ITF Randall Howard mengatakan, ”Kami percaya bahwa di era ekonomi yang mengglobal ini, serikat pekerja perlu berkoordinasi lebih efektif seraya mengembangkan hubungan yang konstruktif dengan perusahaan besar seperti AP Moller-Maersk yang siap memulai dialog yang dapat memberi manfaat bagi pekerja dan perusahaan.”
lAnda dapat mengakses berita-berita terbaru tentang aktivitas ITF dan serikat-serikat buruh afiliasinya dalam memperjuangkan kepentingan pelaut melalui : www.itfglobal.org/seafarers/index.cfm
Estonia
Dua kru memperoleh 648.236 dolar AS menyusul penahanan dua kapal Oleh Jaanus Kuiv, Inspektur ITF di Tallinn Pada bulan Juli 2006, saya menerima keluhan dari para pelaut yang ada di atas kapal berbendera Malta, Isis, terkait upah mereka yang tertunda. Saya menghubungi perusahaan Janifeld Shipping Company yang berbasis di Estonia, memberitahu mereka tentang kekurangan gaji pelaut dan tanggung-jawab mereka. Perusahaan menjawab dengan mengatakan bahwa upah para kru akan dibayar lunas setelah mereka menjual salah satu kapalnya. Namun demikian tidak ada kelanjutannya. Sejak Agustus hingga Oktober 2006, saya kembali menerima keluhan mengenai hal tersebut. Lalu pada bulan Oktober kami memperoleh informasi jika kapal telah dijual kepada pemilik baru, Nordic Shipping Group. Perusahaan ini selanjutnya menandatangani perjanjian ITF di Perancis yang juga meliputi kapal Fiona, yang sama-sama terdaftar di Malta, dan membayar kekurangan upah dan gaji para kru kepada keluarga mereka di Estonia hingga Oktober 2006 senilai total 97.161 dolar AS. Kami mengadakan pertemuan dengan para kru di kapal Fiona dan Isis serta perwakilan perusahaan, Oleg Balabanov, yang memberitahu kami tentang
kepemilikan dan pembayaran ganti rugi dari 4 Oktober 2006. Selama bulan November 2006, kami mengadakan pertemuan lebih lanjut dengan Balabanov. Kami juga menandatangani memorandum persetujuan di mana kami menyetujui penjadwalan pembayaran kepada para kru. Selanjutnya, Bank juga diberitahu mengenai tunggakan upah dan perjanjian kami. Akan tetapi pada akhir bulan November kami mendengar dari bank bahwa kredit yang akan diberikan kepada Balabanov untuk membeli kapal ternyata tidak disetujui. Segera kami meminta kepada pengacara untuk menahan kapal. Fiona ditahan pada 15 Desember 2006 untuk mengamankan klaim 11 pelaut senilai sekitar 100.000 dolar AS dalam bentuk ganti rugi. Isis ditahan tiga hari kemudian untuk kepentingan 27 pelaut yang memiliki piutang sekitar 150.000 dolar AS. Kami mengangkat kasus ini ke pengadilan dan pada 18 Januari 2007 pengadilan memenangkan gugatan kami. Kedua kapal selanjutnya dilelang. Pada 23 April dan 4 Juni, Isis dan Fiona dijual kepada Evir Shipping Company. Total tunggakan upah hingga Juni 2007 setelah dihitung dan dibayar kepada para kru adalah sebesar 333.966 dolar AS untuk Isis dan 314.270 dolar AS untuk Fiona.
“ Pada akhir bulan November kami mendengar dari bank bahwa kredit untuk membeli kapal ternyata tidak disetujui”.
Jaanus Kuiv berdiri samping lambung salah satu kapal yang ditahan.
Buletin Pelaut ITF 2008
13
Pemberitahuan kepadasemua bekasawakkapal EnchantedCapri (IMOno.7359474) ITF telah berhasil memenangkan uang milik para awak kapal berbendera Bahama, Enchanted Capri, sesuai keputusan pengadilan di Amerika Serikat. Jika anda bertugas di Enchanted Capri antara tahun 2000/2001, dan belum mendapatkan gaji silahkan menghubungi ITF secepatnya untuk memperoleh uang yang menjadi hak anda. Silahkan hubungi kami sesuai alamat dibawah ini : Head of Action Unit ITF ITF House 49-60 Borough Road London SE1 1DR United Kingdom
Awak dari sebuah kapal kasino yang bertambat di Teluk Meksiko dibiarkan terlantar akibat korupsi yang menyebabkan pemiliknya tidak lagi mengoperasikannya; ANA LILIA PEREZ melaporkan.
F
iesta Casino, yang dimiliki konsorsium AS, Fiesta Cruise Line, merupakan kapal pertama di jenisnya yang beroperasi di Teluk Meksiko. Namun kini kapal tersebut dibiarkan membusuk di Teluk Meksiko, setelah awaknya ditinggalkan tanpa bahan bakar, air minum atau makanan. 15 orang kru – kebanyakan warga Meksiko – ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya dan harus tetap berada di atas kapal yang sebenarnya tercatat sebagai ”kapal mati” dalam daftar kapal Organisasi Maritim Internasional, bersama dengan Eddy Narciso Gomez, sang Nakhoda berkebangsaan AS. Mereka semua merupakan korban pejabat Meksiko yang korup. Kondisi ini terungkap setelah para kru mengajukan keluhan terhadap Fiesta Cruise Line dan anak perusahaannya, Trident Gaming Development, MHD Enterprise LLC dan MHD Mexicana, karena tidak membayar gaji mereka selama berbulan-bulan. Ketika kapal tersebut menjadi barang bukti dipengadilan, kapal tersebut tidak bisa berlayar dan awaknya tidak bisa meninggalkannya.
Pembajakan zaman modern
Tel: +44 (0) 20 7403 2733 Fax: +44 (0) 20 7357 7871 Email:
[email protected] Internet:www.itfglobal.org
Jaring korupsi telah membelit Fiesta Casino sejak awal kedatangannya di perairan Mexico lebih dari dua tahun lalu. Menteri Dalam Negeri saat itu berjanji memberi izin kepada Fiesta Cruise Line untuk mengoperasikan kapal kasino di perairan
Cerita sampul Capt. Eddy Gomez (kiri) yang bekerja dikapal Fiesta Casino. Bersama kru yang lain, ia diterlantarkan oleh pemilik kapal dan otoritas pelabuhan.
Kasino
yang malang Meksiko. Selanjutnya, saat kapal itu kapal oleh MHD akan dilayarkan pada Agustus 2005, pihak perusahaan memberikan dokumen palsu yang dikeluarkan oleh Communication and Transport Secretariat (SCT) dan izin berlayar yang dikeluarkan oleh Merchant Navy Administration (DGMM). Meskipun Syahbandar pelabuhan Puerto Juarez
mengetahui dokumen tersebut palsu, ia tetap mengizinkan kapal tersebut berlayar ke Cozumel dan Playa del Carmen, di mana kapal tersebut mulai beroperasi sebagai kasino. Pada saat itu, menurut Enrique Lozano, Inspektur ITF di Meksiko, pemiliknya tidak membayar kru yang ketika itu mayoritas warga Pilipina selama berbulan-bulan, dan
“ Jaring korupsi telah membelit Fiesta Casino sejak awal kedatangannya di perairan Mexico lebih dari dua tahun lalu”.
tidak menyediakan bahan bakar, makanan atau air untuk mereka, padahal sebagai orang asing, mereka tidak diperkenankan untuk turun ke daratan. Setelah mendapat tekanan dari ITF, perusahaan akhirnya membayar para kru, yang memenangkan ganti rugi lebih dari 81.000 dolar AS pada Januari 2006. Namun, tiga bulan kemudian, setelah ditinggal Nakhodanya, kondisi terus memburuk. Syahbandar menolak ikut campur meskipun Undang-Undang Pelayaran dan aturan internasional memberinya kewenangan untuk melakukan hal itu. ITF sekali lagi melakukan intervensi dan awaknya pun diperbolehkan meninggalkan kapal. Kapal selanjutnya dipindahkan ke Progreso, Yucatan, di mana di sana ia diperbolehkan berlabuh dan merekrut awak warga Meksiko. Pada Agustus 2006, Syahbandar mengizinkan kapal berlabuh di Veracruz dimana bendera Panama pada kapal diganti dengan bendera Belize. Kapal kemudian berlabuh di dekat Isla de Sacrificios, setelah menempuh pelayaran sejauh 12.000 mill laut dan mengoperasikan kasino secara gelap. Selama empat minggu, kasino dibuka hanya untuk ”tamu khusus”– para pejabat pemerintah dan SCT. Dimana Tortola, kapal ferry cepat berpenumpang 280 orang milik perusahaan yang sama digunakan untuk mengangkut para penjudi dari pelabuhan
➡
Buletin Pelaut ITF 2008
15
l Mau melakukan mogok l Baca dulu ini! ITF berkomitmen untuk membantu para pelaut yang bekerja dikapalkapal FOC guna memperoleh upah yang layak dan dilindungi oleh perjanjian kolektif. Kadangkala para pelaut disuatu tempat harus melakukan suatu tuntutan hukum dipengadilan setempat. Dilain waktu dapat juga melakukan boikot terhadap suatu kapal. Setiap aksi yang dilakukan harus sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Tindakan yang dibenarkan disuatu Negara, dapat saja dipersalahkan dinegara lain. Hal pertama yang harus anda lakukan adalah menghubungi perwakilan ITF setempat. Anda dapat menghubunginya melalui alamat email dan nomor telepon yang ada pada halaman tengah buletin ini. Anda membutuhkan saran dan petunjuk mengenai situasi setempat sebelum melakukan tindakan apapun. Hukum dibeberapa Negara tidak memperbolehkan anda maupun teman-teman anda melakukan mogok dan untuk kasus demikian maka perwakilan ITF setempat akan menjelaskan kepada anda. Dibanyak Negara, kunci untuk memenangkan perselisihan adalah dengan pemogokan. Namun sekali lagi, anda harus memperhatikan petunjuk dari perwakilan ITF setempat. Anda berhak melakukan pemogokan dimanapun selama kapal anda berada dipelabuhan dan bukannya dilaut. Dalam aksi pemogokan maka yang paling pokok adalah semua orang harus tetap disiplin, teratur dan kompak. Dan ingat, hak untuk mogok adalah hak asasi setiap orang yang dijamin dibanyak Negara, baik oleh hukum maupun konstitusi Negara tersebut. Apapun yang anda pilih untuk dilakukan, jangan lupa berbicara terlebih dahulu dengan wakil ITF setempat sebelum anda melakukannya. Dengan bekerja sama kita dapat memenangkan perjuangan demi keadilan dan hakhak kita.
➡ Kasino yang malang kelokasi Fiesta Casino. Pada tanggal 14 Oktober 2006, saat ferry itu sedang berlabuh karena nakhodanya cuti. Dalam waktu 15 menit, dua kapal angkatan laut Meksiko datang dan mengumpulkan para ”tamu khusus”tersebut. Awak ferry (lima kelasi, dua awak mesin, dan satu jurumudi) dibiarkan di atas kapal selama 15 hari tanpa makanan, air, atau kamar. Jurumudi Carlos Anaya mengatakan bahwa pemiliknya dengan tidak berperikemanusiaan meninggalkan mereka menanggung nasib sendirian. ”Kami tidak memiliki apapun. Kami tidur di atas kursi. Terkadang mereka membawakan air dan makanan tapi semuanya itu hampir tidak berarti.” Setelah insiden dramatis di ferry itu, pemerintah mengakui kehadiran kapal kasino di perairan Veracruz. Deputi Direktur Perkapalan Raymundo Mata Contreas, meminta Capt. Gomez untuk meninggalkan kapal. Kru pun mendarat dan pemerintah membawa ferry ke pelabuhan terpisah. Gubernur memerintahkan Fiesta Casino dicat, mengganti bendera Belize dengan bendera Meksiko, dan mengganti namanya. Kapal ini sekarang digunakan untuk acara khusus.
Awak kapal diterlantarkan Pada 22 Februari 2007, agen pelayaran Rojas Vela and Associates, menolak untuk terus bertindak sebagai perantara MHD Mexicana. 15 kru Fiesta Casino, termasuk yang berasal dari ferry yang ditahan, dibiarkan menanggung nasib sendiri, ketika kapal mereka ditambatkan di Gulf Naval Workshop (TNG) untuk menjalani perbaikan. Eddy Gomez meminta dukungan dari
Syahbandar setempat, namun sang pejabat menyatakan tidak dapat ikut campur. Menurut sang nakhoda, ketidakpedulian otoritas pelabuhan tersebut telah memperberat masalah yang dialami awak kapalnya. Pada 4 Mei, para pelaut berhasil mendapat pengakuan dari Dewan Arbitrase dan Konsiliasi Federal untuk ”menahan”kapal hingga kasusnya sampai di pengadilan. Akan tetapi mereka harus membayar mahal untuk tindakan pencegahan tersebut. Mereka tidak dapat mendarat karena kalau itu mereka lakukan sama artinya mereka ”meninggalkan kapal”dan karenanya akan kehilangan hak gajinya selama berbulan-bulan. Hingga 15 Juni, ketika akhirnya mereka bisa pergi, para awak harus bertahan tanpa
“Awak kapal harus bertahan tanpa pasokan makanan, kecuali minuman ringan dan roti yang dikirim kepada mereka oleh serikat buruh setempat , dan mereka harus hidup dalam gelap gulita dikapal”.
Informasi online gratis tentang kapal lApakahandainginmengetahuilebihbanyaktentangkapal tempatandabekerja? lApakahandainginmengetahuibenarkahkapalandadilindungi denganperjanjiankolektifITF? pasokan makanan, kecuali minuman ringan dan roti yang dikirim oleh serikat buruh setempat dan mereka harus hidup dalam gelap gulita dikapal. Meskipun mengalami hidup yang sulit, para awak bekerja keras memelihara karpet, lampu, dan bar kapal yang dulunya mewah yang dibangun di Norwegia pada 1986 dan digunakan sebagai kasino di pantai Florida hingga 2004. Namun Fiesta Casino kini telah menjadi kapal mati. Sang nakhoda menerangkan situasinya dengan mengatakan, ”Hari kemarin sama dengan hari-hari lainnya yang kami habiskan di sini, penuh dengan kecemasan, kegelisahan, dan penderitaan. Angin meningkat hingga 80 km/jam, menerpa kuat kapal kami, yang sudah tidak memiliki listrik sejak 14 Maret...Sejak November 2006, kami tidak memiliki setetes bahan bakar pun. Air dan persediaan nol. Kami belum dibayar selama berbulan-bulan. Syahbandar telah diberitahu tapi tidak tidak menjawab. TNG dan pemilik kapal telah melanggar dan mengabaikan aturan-aturan ISPS Code”. Enrique Lozano menyalahkan hal ini pada pejabat SCT. ”Pengabaian dan pelepasan tanggung-jawab SCT menjadikannya turut bertanggung-jawab dalam kejahatan ini.” Meski telah berkarir sebagai nakhoda selama 30 tahun, termasuk tujuh tahun di konsorsium Cruise Line, Gomez mengatakan ia juga telah diabaikan oleh kedutaan negaranya saat berusaha meminta bantuan. Ia telah berusaha kembali ke Florida pada Februari, tapi dua hari sebelum terbang, pejabat Migrasi menahan paspornya. Gomes mengatakan, perselisihan mengenai kapal telah bercampur dengan korupsi pejabat negara bagian dan federal. ”Menyedihkan sekali,”katanya. ”Kasino yang sangat malang.” Ana Lilia Perez adalah jurnalis yang bekerja untuk majalah investigasi Meksiko, Contralinea. Ini adalah versi artikel yang muncul di Contralinea yang telah diedit. Saat ini Capt. Eddy Gomez telah kembali ke Miami.
lApakahandainginmengetahuisecarajelastentangdata keselamatankapalanda? Jika ya maka anda dapat mengunjungi www.equasis.org untuk mendapatkan informasi online gratis tentang kapal. Diwebsite ini anda bebas mencari informasi tentang kapal termasuk data pemiliknya dan pemeriksaan PSC terakhir. Website ini juga mencakup informasi tentang ITF, terutama menyangkut perjanjian-perjanjian kerja ITF yang masih berlaku dikapal, ringkasan data awak kapal dan tanggal maupun lokasi terakhir kapal diperiksa oleh ITF. Untuk mengakses informasi tersebut, anda harus mendaftar terlebih dahulu dan pendaftaran tersebut gratis serta mudah. Cara mendaftar l Gketik www.equasis.org . pilih ‘ Registration’ pada bagian sebelah kiri menu l Jika anda setuju dengan aturan dan persyaratannya, pilih ‘ Accept’ yang ada pada bagian bawah halaman l Setelah format pendaftaran muncul, masukkan username dan password anda dan masukkan nama, alamat, email dan data lainnya. l Apabila proses ini sudah anda selesaikan, maka anda akan menerima konfirmasi pendaftaran yang lengkap, sesudah itu anda dapat menggunakan layanan untuk mencari data kapal. Bagaimana cara menggunakan layanan Anda dapat mencari nama, call sign atau nomor IMO suatu kapal. Apabila anda mencari data suatu kapal maka yang pertama kali muncul adalah : l Informasi kapal – nama, type, bendera, tahun pembangunan. l Manajemen – data-data pemilik kapal. l Biro Klasifikasi l Manajemen keselamatan. l Informasi tentang asuransi P&I. Anda dapat memilih pada tampilan menu sebelah atas: l Sertifikasi kapal. l Data Inspeksi dan pengawakan – inspeksi PSC, PSC tentang awak kapal, ILO, ITF dll. l Sejarah kapal – Bendera, sejarah kepemilikan dll.
Steve McKay
Pelaut Pilipina
Kesanselama berlayar denganpara profesional
Oleh STEVEN McKAY (menulis tentang pelaut Pilipina yang diringkas di bawah ini) ”Menjadi seorang pelaut sama seperti menjalani hukuman penjara sambil dibayar namun kemungkinan besar mati tenggelam.” Ungkapan ini mungkin sudah menjadi klise di antara para pelaut, tapi ketika pertama kali mendengar seorang pelaut menerangkan kehidupannya di atas kapal seperti itu, saya terkejut betapa sederhananya ia menangkap keunikan hidup dan bekerja di lautan. Sebagai peneliti, saya tinggal di atas kapal hanya selama dua setengah bulan. Namun begitu, saya merasakan kondisi sepi, terpencil dan seringkali berbahaya, baik ketika
berada di atas dek sendiri maupun saat mendengarkan cerita para pelaut tentang kehidupan, keluarga, dan pekerjaan mereka. Salah satu alasan mengapa para pelaut sepertinya antusias menceritakan kisahnya adalah karena saya selalu mengisahkan kepada mereka jika ayah saya sendiri merupakan pensiunan pelaut kapal niaga yang telah berlayar selama lebih dari 35 tahun, dari mulai menjadi wiper sampai menjadi Masinis II. Berbagi kenangan saat saya tumbuh dengan ayah nun jauh di sana telah membantu mengorek kisah para pelaut tersebut. Sepertinya, hal yang paling banyak dikeluhkan adalah adanya satu ironi kejam di mana di satu sisi mereka terpaksa berlayar untuk
membantu keluarga, namun di sisi lain, pilihan yang sama juga telah membuat mereka harus kehilangan banyak momen penting keluarga – sapaan dipagi hari dari anak laki-lakinya, pernikahan anak perempuannya, serta kematian orang tua. Namun, meskipun kehidupan mereka sangat keras, para pelaut ini menemukan cara untuk memperoleh arti sejati kehidupan dan pekerjaan mereka di atas kapal. Apakah saat tengah berlayar menembus badai berkekuatan 11 mill/jam, mengatasi persoalan mesin, atau sekedar membuat hidangan lezat yang sederhana, mereka selalu bersikap profesional dan dengan sedikit bangga menyebut diri mereka sebagai ”Pelaut Pilipina”.
Sedikit menurun S
atu dari tiga orang pelaut pasti orang Pilipina. Orang Pilipina merupakan kelompok warga negara terbesar di lingkungan pelaut, yaitu lebih dari 1/4 juta orang Pilipina yang bekerja di industri ini. Penelitian akademis terbaru oleh Steven McKay, Asisten Profesor Sosiologi di Universitas California, Santra Cruz, melihat bagaimana pelaut Pilipina memandang diri mereka sendiri. Dilakukan berdasarkan wawancara 100 jam dengan para pelaut Pilipina pada tahun 2003, penelitian tersebut mengandung beberapa pemahaman yang mencerahkan tentang bagaimana para pelaut membangun identitas mereka. Sejarah panjang Penelitian oleh McKay merujuk pada sejarah panjang pelaut Pilipina yang dimulai sejak mereka menjadi buruh paksa di atas kapal galleon Spanyol pada abad ke-16. Bangsa Pilipina secara virtual hilang dari pelayaran komersial internasional setelah pada tahun 1936 AS melarang orang asing bekerja di kapal mereka. Namun, bangsa Pilipina mulai banyak kembali memasuki pasaran tenaga kerja pada 1970-an, berkat banyaknya kapal-kapal yang beralih bendera ke bendera kemudahan yang menggunakan tenaga kerja murah. Menurutnya, perusahaan pelayaran tertarik dengan orang Pilipina karena memiliki sertifikasi dan pelatihan bahasa Inggris berdasarkan standar Amerika.
18
Buletin Pelaut ITF 2008
Sebuah studi akademik tentang bagaimana para pelaut Pilipina menjawab pandangan yang menyebut mereka ”pahlawan” rendahan. Di era 1980-an, orang Pilipina yang bekerja dikapal-kapal Eropa naik dari 2.900 menjadi 17.057 orang dalam setahun. Jumlah mereka di seluruh dunia terus meningkat hingga mencapai 255.000 pada 2001. Warga Pilipina kini menjadi kelompok nasional terbesar di industri ini, yaitu sekitar 28,1%, dan uang 2 miliar dolar yang mereka kirim ke rumah setiap tahunnya hampir mencakup 30% dari keseluruhan penerimaan resmi yang dikirim pekerja Pilipina yang bekerja di luar negeri. Namun demikian, betapapun pentingnya jumlah dan kontribusi ekonomi mereka, dalam hal jenjang karir, para pelaut Pilipina tetap berada di peringkat yang rendah. Pada 2000, hanya 15 persen di antaranya yang menjadi perwira. Pandangan sebagai ”Warga terbaik Pilipina” Masyarakat Pilipina dan pemerintahnya telah berupaya keras membedakan pelaut Pilipina dari warga negara lainnya, terang McKay. Negara mengakui dan menyambut peran para pekerja di luar negeri, termasuk para pelaut,
sebagai Bagong Bayani atau ”pahlawan baru” bangsa, dan keberadaan para pelaut telah diakui dengan diadakannya Hari Pelaut Nasional sejak 1995. Negara dan para pengusaha jasa tenaga kerja telah membentuk pandangan sebagai ”Warga terbaik Pilipina”guna memperkuat peran pekerja di luar negeri dan meneruskan aliran penerimaan devisa yang sangat dibutuhkan negeri, demikian menurut McKay. Bagi para pelaut, titik beratnya ada pada ”rasa kekeluargaan”tradisional Pilipina dan peran mereka sebagai laki-laki. Pada saat yang sama, untuk memainkan sifat maskulinitas yang lebih agresif, negara menekankan adanya sifat pengorbanan, sabar menunggu penghargaan, dan kemampuan untuk tetap bertahan tanpa mengeluh. Sementara itu, para pelaut Pilipina sendiri telah berhasil melampaui pandangan ini, dengan membentuk identitas diri mereka sendiri sehingga keberadaan mereka dapat menjadi nomor dua di kapal dan di pasaran tenaga kerja.
Memandang diri sendiri Pelaut Pilipina yang diwawancarai menolak jika sikap yang diambil mereka disebut sebagai merendahkan diri atau tunduk. Sebaliknya, mereka mengungkapkan rasa bangga pada pekerjaannya, menunjukkan pengalaman, ketulusan dan improvisasi yang dimilikinya. Setiap sedang memperbaiki sesuatu ia selalu
memegang buku dan memberikan perintah sesuai dengan yang dibacanya. Orang Pilipina pasti menertawakannya, karena masalahnya begitu sederhana sedang ia harus merujuk pada buku. Mereka terlalu mengandalkan buku dan tidak menggunakan peralatan dengan semestinya.” Kebanyakan responden menekankan manfaat yang dibawa oleh para pelaut ke rumahnya. Salah seorang pelaut mengatakan,”Kami disebut Bagong Bayani karena kami berkorban, kami memikirkan orang lain. Dan kami bahagia telah membantu keluarga. Kami juga membantu pemerintah karena kiriman yang kami berikan kepada negara.” Meskipun banyak yang senang dengan pengakuan masyarakat, beberapa orang memiliki pandangan yang sinis terhadap sebutan patriot oleh negara. Salah seorang pelaut mengatakan, ”...pemerintah tidak membantu kami...Mereka hanya memuji para pelaut dan mengatakan kami berguna bagi orang lain.” Namun demikian, para pelaut yang diwawancarai bisa juga memetik keuntungan dari pandangan sebagai pelaut ”patriot”dengan menjadi petualang handal, memperoleh rpengalaman seksual, pemberi nafkah dan pelindung, ayah dan suami yang baik untuk meningkatkan status mereka. Salah seorang berkata, ”Orang di sekitar anda cenderung mengidolakan anda karena anda memiliki banyak kisah untuk diceritakan, tentang pengalaman tertentu, wanita-wanita, dan
sebagainya...Sebagai contoh, bertahan saat badai di tengah laut adalah cerita menggentarkan yang dapat anda ceritakan kepada orang lain.” Kecukupan materi juga telah meningkatkan posisi mereka. Salah seorang mengatakan dengan bangga, ”Saya bangga, karena bekerja di lautan membuat saya dapat membangun rumah, membeli kendaraan, dan membeli semua barang di dalam rumah.” Bekerja di laut juga membuat seorang laki-laki menjadi calon pasangan menikah yang baik. Seorang pemuda Mualim-III yang baru menikah mengatakan, ”Wanita sekarang mencari keamanan dan mereka tahu, bersama para pelaut, mereka akan aman.” Wawancara di atas menemukan bahwa para pelaut Pilipina telah membentuk arti di sekitar pekerjaan mereka yang menantang promosi negara Pilipina yang menyebut mereka sebagai ”pahlawan baru”, yang meskipun berkesan simbolis tapi merendahkan, terang McKay. Namun demikian, meskipun taktik ini membantu mereka menjalani posisi nomor dua dengan baik, mereka secara tidak langsung menantang hubungan eksploitatif dan rasisme terang-terangan di atas kapal atau di pasaran tenaga kerja.
“Kami bahagia telah membantu keluarga. Kami juga membantu pemerintah karena kiriman yang kami berikan kepada negara”.
“Filipino Sea Men: Constructing Masculinities in an Ethnic Labour Niche” karya Steven C McKay terbit di Journal of Ethnic and Migration Studies (vol. 33 no. 2, May 2007: 617-633).
Buletin Pelaut ITF 2008
19
Pelaut perikanan
Kami pelaut atau budak? Sejumlah pekerja di laut mengalami kondisi perbudakan, seperti yang ditemukan oleh NORRIE McVICAR, Koordinator ITF di Skotlandia.
K
asus awak yang dipekerjakan di kapal penangkap ikan Enxembre yang barubaru ini berlabuh di Ullapool, Skotlandia, memiliki cirri-ciri yang sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) untuk perbudakan ”pekerja paksa dan wajib. “ Enam pelaut Indonesia bergabung dengan kapal milik Spanyol berbendera Inggris Atalaya dengan nakhoda Chili pada Oktober 2006 setelah membayar agennya di Jakarta sebanyak US$500 agar mendapatkan pekerjaan. Meskipun praktek ini lazim di Indonesia, hal ini jelas merupakan pelanggaran terhadap Konvensi ILO tentang Perekrutan dan Penempatan Pelaut (C179) tahun 1996, yang sayangnya, belum diratifikasi oleh pemerintah Inggris. Para kru menandatangani kontrak kerja di Indonesia, tapi tidak pernah melihatnya lagi karena sang agen menolak memberikan salinannya kepada mereka. Namun demikian, mereka sempat melihat sehingga tahu akan dibayar 800 Euro per bulan untuk kontrak selama 18 bulan, yang menjadi faktor motivasi mereka bergabung dengan kapal di Spanyol. Akan tetapi, selama 10 bulan selanjutnya, mereka masing-masing hanya dibayar 241 Euro per bulan (sekitar 320 dolar AS). Pada Juli 2007, para kru diberitahu jika Atalaya telah dijual kepada pemilik baru, Elcon Leisure yang berbasis di Inggris, diberi nama baru Enxembre, dan didaftarkan di bawah
bendera St Kitts and Nevis. Saat itu, para kru mulai merasa ketakutan. Ketika berusaha mencari informasi lebih lanjut, mereka diberi pilihan untuk tetap tinggal di kapal atau membayar biaya perjalanan pulang dan biaya pengganti mereka, karena dianggap melanggar kontrak. Pada saat kru Enxembre berada di Ullapool pada Agustus 2007, ITF menyelidiki klaim mereka dan bertanya kepada agen setempat dan perusahaan mengenai perhitungan upah dan salinan kontrak kerja. Permintaan kami tidak mendapat jawaban. Para kru memberitahu ITF bahwa mereka bekerja rata-rata 20 jam sehari saat menangkap ikan, dengan hanya tidur dua jam sesekali dan istirahat paling banyak empat jam. Perjalanan menangkap ikan mereka berlangsung tiga bulan dengan hanya beberapa hari istirahat di pelabuhan pada waktu tersebut. Tidak ada simpanan catatan mengenai jam kerja. KKM juga mengatakan jika dirinya dikenakan potongan bulanan dari upahnya sejumlah 1.450 dolar AS selama lebih dari 23 bulan, untuk ”asuransi perusahaan.”Hal ini tidak tercantum dalam kontrak. Pada 16 Agustus, agen perusahaan berusaha memaksa para kru untuk masuk ke dalam taksi dan membawanya ke bandara tanpa memberi uang atau menyelesaikan masalah upah mereka. Pemilik kapal juga menempatkan tiga pelaut Portugis di atas kapal dengan tujuan memberangkatkannya ke Spanyol dengan atau tanpa kru yang sekarang.
D
i karenakan tindakan dan intimidasi dari agen dan perusahaan, kami membantu para kru dengan menahan kapal pada
17 Agustus. Pemilik kapal masih menolak bertanggung-jawab atas upah kru serta biaya pemulangan kembali mereka. Namun, pada 29 Agustus, sang pemilik akhirnya mengirim 75.000 dolar AS ke rekening bersama pengacara pemilik/ITF, sehingga penahanan kapal dapat dibatalkan dan negosiasi klaim para pelaut dapat terus berjalan. Ketika saya masih berada di Ullapool dan menangani keluhan para kru Enxembre, saya didekati oleh tiga orang Indonesia lain dari kapal berbendera Inggris, Atlantic E, dengan laporan yang sama. Perbedaan di sini adalah para kru menandatangani kontrak dengan upah totalnya sebesar US$315 per bulan. Salah seorang pelaut Atlantic E dipulangkan ke Indonesia padahal baru dua bulan kerja di kapal, karena dianggap tidak mampu bekerja 20 jam sehari. Dikarenakan gagal menyelesaikan kontrak 18 bulannya, ia dikenai biaya ongkos pemulangannya dan harus membayar tiket penggantinya. Ia juga telah membayar 600 dolar AS untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Hal yang paling menjijikan tentang cerita ini adalah perbudakan zaman modern ini dilakukan di perairan Eropa di depan hidung Komisi Perikanan Uni Eropa. Komisi ini bertanggung-jawab memberi izin kepada kapal penangkap ikan. Hal ini mencakup ukuran kapal, kapasitas mesin, ukuran jala ikan, ukuran hasil tangkapan, dan peralatan teknis—tapi tidak ada dukungan apapun untuk hak asasi manusia dan serikat buruh pelaut, demikian juga tidak ada usaha UE untuk menghilangkan praktek kerja paksa atau wajib sebagaimana prinsip-prinsip ILO.
“Para kru memberitahu ITF bahwa mereka bekerja rata-rata 20 jam sehari saat menangkap ikan, dengan hanya tidur dua jam sesekali dan istirahat paling banyak empat jam”. Kru Enxembre di Ullapool setelah ITF berhasil mengamankan kekurangan upah mereka.
20
Buletin Pelaut ITF 2008
Q
4 halaman panduan bagi anda untuk menghubungi ITF
Inspektur ITF KANTOR PUSAT 49/60 Borough Road, London SE1 1DR, United Kingdom Tel: +44(0)20 7403 2733 Fax: +44(0)20 7357 7871 Telex: 051 8811397 ITF LDN G Email:
[email protected] Website: www.itfglobal.org KANTOR REGIONAL AFRIKA PO Box 66540, Nairobi, Kenya Tel: +254(0)20 444 80 19 Fax: +254(0)20 444 80 20 Email:
[email protected] KANTOR AFRIKA BARAT 1450 Avenue Kwame Nkrumah, 11 BP 832, CMS Ouagadougou 11, Burkina Faso Tel: +226(0)50 30 19 79 Fax: +226(o)50 33 31 01 Email:
[email protected] KANTOR WILAYAH ARAB PO Box 925875, Amman 11190, Jordan Tel/Fax: +962(0)6 569 94 48 Email:
[email protected] KANTOR REGIONAL ASIA/PASIFIK Tamachi Kotsu Building 3-2-22, Shibaura, Minato-ku, Tokyo 108-0023, Japan Tel: +81(0)3 3798 2770 Fax: +81(0)3 3769 4471 Email:
[email protected] KANTOR SUB-REGIONAL ASIA 12D College Lane, New Delhi 110001, India Tel: +91(0)11 2335 4408/7423 Fax: +91(0)11 2335 4407 Email:
[email protected] KANTOR REGIONAL EROPA European Transport Workers’ Federation (ETF), Rue du Midi 165, B-1000 Brussels, Belgium Tel: +32(0)2 285 4660 Fax: +32(0)2 280 0817 Email:
[email protected] KANTOR SUB-REGIONAL EROPA 21/1 Sadovaya Spasskaya, Office 729, 107217 Moscow, Russia Tel: +7 495 782 0468 Fax: +7 095 782 0573 Email:
[email protected] Website: www.itf.ru KANTOR REGIONAL AMERIKA TENGAH Avenida Rio Branco 26-11 Andar, CEP 20090-001 Centro, Rio de Janeiro, Brazil Tel: +55(0)21 2223 0410/2233 2812 Fax: +55(0)21 2283 0314 Email:
[email protected] Website: www.itf-americas.org KANTOR SUB-REGIONAL KARIBIA 198 Camp Street, Cummingsburg, Georgetown, Guyana Tel: +592(0)22 71196/54285 Fax: +592(0)22 50820 Email:
[email protected]
Segera hubungi salah satu inspektur kami jika anda memerlukan bantuan dan jika anda bekerja dikapal berbendera kemudahan atau kapal asing lainnya yang tidak dilindungi dengan perjanjian kerja dengan serikat buruh anda. Jika ditempat tersebut tidak ada Inspektur ITF, segera hubungi Action Unit dikantor pusat ITF atau hubungi kantor-kantor perwakilan ITF terdekat (lihat disebelah kiri). ARGENTINA Buenos Aires lRoberto Jorge Alarcón* Tel/Fax: +54(0)11 4331 4043 Mobile: +54(0)911 4414 5687 Email:
[email protected] Rosario lRodolfo Vidal Tel/Fax: +54(0)341 425 6695 Mobile: +54(0)911 4414 5911 Email:
[email protected] AUSTRALIA Fremantle lAdrian Evans Tel: +61(0)8 9335 0500 Fax: +61(0)8 9335 0510 Mobile: +61(0)401 692 528 Email:
[email protected] Melbourne lMatt Purcell Tel: +61(0)3 9329 5477 Fax: +61(0)3 9328 1682 Mobile: +61(0)418 387 966 Email:
[email protected] Sydney lDean Summers* Tel: +61(0)2 9267 9134 Fax: +61(0)2 9267 4426 Mobile: +61(0)419 934 648 Email:
[email protected] Townsville lGraham Bragg Tel: +61(0)7 4771 4311 Fax: +61(0)7 4721 2459 Mobile: +61(0)419 652 718 Email:
[email protected] BELGIUM Antwerp lJoris De Hert* Tel: +32(0)3 224 3413 Fax: +32(0)3 224 3449 Mobile: +32(0)474 842 547 Email:
[email protected] lMarc Van Noten Tel: +32(0)3 224 3419 Fax: +32(0)3 224 3449 Mobile: +32(0)475 775 700 Email:
[email protected] Zeebrugge lChristian Roos Tel: +32(0)2 549 1103 Fax: +32(0)2 549 1104 Mobile: +32(0)486 123 890 Email:
[email protected] BRAZIL Paranaguá lAli Zini Tel/Fax: +55(0)41 3422 0703 Mobile: +55(0)41 9998 0008 Email:
[email protected] Rio de Janeiro lLuiz Fernando Duarte de Lima* Tel: +55(0)21 2233 2812 Fax: +55(0)21 2283 0314 Mobile: +55(0)21 9480 5336 Email:
[email protected] lAirton Vinicius Broto Lima Tel: +55(0)21 2233 2812 Fax: +55(0)21 2283 0314 Mobile: +55(0)21 9480 5337 Email:
[email protected] Santos lRenialdo Donizete Salustiano de Freitas Tel/Fax: +55(0)13 3219 1843 Mobile: +55(0)13 9761 0611 Email:
[email protected]
CANADA Halifax lGerard Bradbury Tel: +1(0)902 455 9327 Fax: +1(0)902 454 9473 Mobile: +1(0)902 441 2195 Email:
[email protected] Hamilton lMike Given Tel: +1(0)905 227 5212 Fax: +1(0)905 227 0130 Mobile: +1(0)905 933 0544 Email:
[email protected] Montreal lPatrice Caron Tel: +1(0)514 931 7859 Fax: +1(0)514 931 0399 Mobile: +1(0)514 234 9962 Email:
[email protected] Vancouver lPeter Lahay* Tel: +1(0)604 251 7174 Fax: +1(0)604 251 7241 Mobile: +1(0)604 418 0345 Email:
[email protected] CHILE Valparaiso lJuan Luis Villalon Jones Tel: +56(0)32 221 7727 Fax: +56(0)32 275 5703 Mobile: +56(0) 9250 9565 Email:
[email protected]
COLOMBIA Cartagena lMiguel Sánchez Tel: +57(0)5 666 4802 Fax: +57(0)5 658 3496 Mobile: +57(0)3 10 657 3399 Email:
[email protected]
CROATIA Dubrovnik lVladimir Glavocic Tel: +385(0)20 418 992 Fax: +385(0)20 418 993 Mobile: +385(0)98 244 872 Email:
[email protected] Rijeka lPredrag Brazzoduro* Tel: +385(0)51 325 343 Fax: +385(0)51 213 673 Mobile: +385(0)98 211 960 Email:
[email protected] Sibenik lMilko Kronja Tel: +385(0)22 200 320 Fax: +385(0)22 200 321 Mobile: +385(0)98 336 590 Email:
[email protected] ESTONIA Tallinn lJaanus Kuiv Tel/Fax: +372(0)6 116 390 Mobile: +372(0)523 7907 Email:
[email protected] FINLAND Helsinki lSimo Nurmi* Tel: +358(0)9 615 202 55 Fax: +358(0)9 615 202 27 Mobile: +358(0)40 580 3246 Email:
[email protected] lIlpo Minkkinen Tel: +358 (0)9 615 202 53 Fax: +358 (0)9 615 202 27 Mobile: +358 (0)40 728 6932 Email:
[email protected]
Turku lJan Ö rn Tel: +358(0)9 613 110 Fax: +358(0)9 739 287 Mobile: +358(0)40 523 3386 Email:
[email protected]
FRANCE Dunkirk lPascal Pouille Tel: +33(0)3 28 66 45 24 Fax: +33(0)3 28 21 45 71 Mobile: +33(0)6 80 23 95 86 Email:
[email protected] Le Havre lFrançois Caillou* Tel: +33(0)2 35 26 63 73 Fax: +33(0)2 35 24 14 36 Mobile: +33(0)6 08 94 87 94 Email:
[email protected] Marseille lYves Reynaud Tel: +33(0)4 91 54 99 37 Fax: +33(0)4 91 33 22 75 Mobile: +33(0)6 07 68 16 34 Email:
[email protected] St Nazaire lGeoffroy Lamade Fax: +33(0)2 40 22 70 36 Mobile: +33(0)6 60 30 12 70 Email:
[email protected] Sète lStéphanie Danjou Fax: +33(0)1 48 51 59 21 Mobile: +33(0)6 27 51 35 78 Email:
[email protected] GERMANY Bremen lAli Memon* Tel: +49(0)421 330 3333 Fax: +49(0)421 330 3366 Mobile: +49(0)171 571 2388 Email:
[email protected] Hamburg lUlf Christiansen Tel: +49(0)40 2800 6811 Fax: +49(0)40 2800 6822 Mobile: +49(0)171 641 2694 Email:
[email protected] lUdo Beyer Tel: +49(0)40 2800 6812 Fax: +49(0)40 2800 6822 Mobile: +49(0)172 971 0254 Email:
[email protected] Rostock lHartmut Kruse Tel: +49(0)381 670 0046 Fax: +49(0)381 670 0047 Mobile: +49(0)171 641 2691 Email:
[email protected]
GREECE Piraeus lStamatis Kourakos* Tel: +30(0)210 411 6610 / 6604 Fax: +30(0)210 413 2823 Mobile: +30(0)69 77 99 3709 Email:
[email protected] lAntonios Maounis Tel: +30(0)210 411 6610 / 6604 Fax: +30(0)210 413 2823 Mobile: +30(0)69 44 57 0910 Email:
[email protected] ICELAND Reykjavik lBergur Thorkelsson Tel: +354(0)551 1915 Fax: +354(0)562 5215 Mobile: +354(0)860 9906 Email:
[email protected]
INDIA Calcutta lChinmoy Roy Tel: +91(0)332 459 7598 Fax: +91(0)332 459 6184 Mobile: +91(0)98300 43094 Email:
[email protected] Chennai lK Sree Kumar Tel: +91(0)44 2522 3539 / 5983 Fax: +91(0)44 2526 3343 Mobile: +91(0)44 93 8100 1311 Email:
[email protected] Haldia lNarain Chandra Das Adhikary Tel: +91(0)32 2425 2203 Fax: +91(0)32 2425 3577 Mobile: +91(0)94 3451 7316 Kandla lML Bellani Tel: +91(0)28 3622 6581 Fax: +91(0)28 3622 0332 Mobile: +91(0)98 2522 7057 Email:
[email protected] Kochi lThomas Sebastian Tel: +91(0)484 233 8249 / 8476 Fax: +91(0)484 266 9468 Mobile: +91(0)98950 48607 Email:
[email protected] Mumbai lKersi Parekh Tel: +91(0)22 2261 6951 / 6952 Fax: +91(0)22 2265 9087 Mobile: +91(0)98205 04971 Email:
[email protected] lHashim Sulaiman Tel: +91(0)22 2261 8368 / 8369 Fax: +91(0)22 2261 5929 Mobile: +91(0)9967 218893 Email:
[email protected] Tuticorin lDM Stephen Fernando Tel: +91(0)461 2326 519 / 2339 195 Fax: +91(0)461 2311 668 Mobile: +91(0)94431 59137 Email:
[email protected] Visakhapatnam lBV Ratnam Tel: +91(0)891 2502 695 / 2552 592 Fax: +91(0)891 2502 695 Mobile: +91(0)98481 98025 Email:
[email protected]
IRELAND Dublin lKen Fleming Tel: +353(0)1 874 3735 Fax: +353(0)1 874 3740 Mobile: +353(0)87 647 8636 Email:
[email protected]
ISRAEL Haifa lMichael Shwartzman Tel: +972(0)4 852 4289 Fax: +972(0)4 852 4288 Mobile: +972(0)544 699 282 Email:
[email protected]
ITALY Genoa lPiero Luigi Re Tel: +39(0)10 25 18 675 Fax: +39(0)10 25 18 683 Mobile: +39(0)335 707 0988 Email:
[email protected] Leghorn/Livorno lBruno Nazzarri Tel: +39(0)58 68 25 251 Fax: +39(0)58 68 96 178 Email:
[email protected] Naples lPaolo Serretiello Tel/Fax: +39(0)81 26 50 21 Mobile: +39(0)335 482 706 Email:
[email protected] Palermo lFrancesco Saitta Tel/Fax: +39(0)91 32 17 45 Mobile: +39(0)338 698 4978 Email:
[email protected]
➡ bersambung sesudah peta
Inspektur ITF Menolong pelaut diseluruh dunia
Federasi Buruh Transp
is Reykjavik +354(0)551 1915 U
kantor sub-reg
R
cdn
R
gb
kantor pusat itf Vancouver +1(0)604 251 7174 U Hamilton +1(0)905 227 5212 UMontreal +1(0)514 931 7859 Seattle U U Halifax +1(0)902 455 9327 U +1(0)206 633 1614 usa Portland U U New York +1(0)718 832 6600 (ext 240) +1(0)503 347 7775 U Baltimore +1(0)410 882 3977 Los Angeles U +1(0)562 493 8714
New Orleans U Morehead City +1(0)252 726 3033 +1(0)504 581 3196 Houston U U +1(0)713 TampaU 659 5152 +1(0)321 UMiami 784 0686 +1(0)321 783 8876 mex
Manzanillo +52(0)314 332 8834 U
U Veracruz +52(0)229 932 1367
Haifa U +972(0)4 852 4289 il
R hkj kantor wil
e
Las Palmas +34(0)928 467 630 U
U San Juan +1787(0)783 1755
bf R
pr
Panama City pa +507(0) 264 5101 U
U Cartagena +57(0)5 666 4802
R kantor sub-regional karibia
co
gu
Rb
kantor regional eropa (etf)
kantor afrika barat ngr
Lagos U +234(0)1 793 6150
eak
kantor regionaal afrika
R
U Mombas +254(0)41
ITF HEAD OFFICE london +44 (0)20 7403 2733
br
kantor regional interamerika Santos R +55(0)13 3219 1843U U Rio de Janeiro +55(0)21 2233 2812 U Paranaguá +55(0)41 3423 5005
KANTOR REGIONAL AMERIKA TENGAH rio de janeiro +55 (0)21 2223 0410 KANTOR SUB-REGIONAL KARIBIA georgetown +592 (0)22 71196
ra
Valparaiso U +56(0)32 221 7727 rch
Rosario +54(0)341 425 6695 U U Buenos Aires +54(0)11 4331 4043
za
Cape TownU +27(0)21 461 9410
U Durban +27(0)31 909 1087
KANTOR REGIONAL EROPA brussels +32 (0)2 285 4660 KANTOR SUB-REGIONAL EROPA moscow +7 495 782 0468
Data kontak secara lengkap dari para inspektur ITF, kunjungilah www.itfglobal.org/seafarers/msg-contacts.cfm
Q Q Q rus
Mosjøen U
s
fin
Gä vle U Turku U St Petersburg Oslo U U U Stockholm U Helsinki Tallinn Porsgrunn U est U Gothenburg U Stavanger U Aberdeen U lv URiga Helsingborg U U Klaipeda lt Liverpool Rostock U irl Gdynia U U Hamburg USzczecin DublinU gb U nl U Bremen pl BristolU Tilbury U Rotterdam U UZeebrugge U U ua Dunkirk b Antwerp d Le HavreU Odessa U USt Nazaire n
port Internasional
f
Trieste ro hr U Constanta RavennaUURijeka U U Sibenik Bilbao U Marseille Genoa U U Dubrovnik U i Sète U U Livorno U Istanbul p Rome e U U Lisbon Barcelona Naples U tr U Taranto U Valencia U gr U Piraeus PalermoU U Algeciras Vigo U
rus
gional eropa
Vladivostock +7(0)423 251 2485 U
Aberdeen +44(0)1224 582 688
kantor regionl asia/pasifik RUChiba +81(0)50 1291 7326 Tokyo +81(0)35 410 8330 j UU Seoul+82(0)2 716 2764 Yokohama +81(0)45 451 5585 UU U Inchon rok U Osaka +81(0)66 612 1004 +82(0)32 881 9880 Pusan +82(0)51 469 0401/0294
layah arab
R
Naples +39(0)81 26 50 21
kantor sub regional asia
Kandla +91(0)28 3622 6581 U
U ind Mumbai +91(0)22 2261 6951
Chennai +91(0)44 2522 3539 U Kochi U UTuticorin +9(0)484 233 8249 +91(0)461 2326 519
Algeciras +34(0)956 657 046
Odessa +380(0)482 429 901
Antwerp +32(0)3 224 3413
Oslo +47(0)22 825 835
Barcelona +34(0)93 481 2766
Palermo +39(0)91 32 17 45
Bilbao +34(0)94 493 5659
Taipei U +886(0)2251 50302rc U Calcutta +91(0)332 459 7598 Taichung U +886(0)2658 4514 UHaldia +91(0)32 2425 2203
UVisakhapatnam +91(0)891 2502 695
Bremen +49(0)421 330 3333
U Manila +63(0)2 536 82 87 U Cebu City +63(0)32 256 16 72 rp
sa 1 2495 244
Constanta +40(0)241 618 587
Riga +371(0)7 073 436
Dublin +353(0)1 874 3735
Rijeka +385(0)51 325 343
Dubrovnik +385(0)20 418 992
Rome +39(0)64 42 86 317
KANTOR AFRIKA BARAT ouagadougou +226 (0)50 30 19 79 KANTOR REGIONAL ASIA/PASIFIK tokyo +81 (0)3 3798 2770 KANTOR SUB-REGIONAL ASIA new delhi +91 (0)11 2335 4408/7423
aus
Rotterdam +31(0)10 215 1166
Gdynia +48(0)58 661 60 96
St Nazaire +33(0)2 40 22 54 62
Hamburg +49(0)40 2800 6811 Helsingborg +46(0)31 42 95 31
Fremantle +61(0)8 9335 0500 U
Rostock +49(0)381 670 0046
Gä vle +46(0)10 480 37 62
Gothenburg +46(0)10 480 31 21
U Townsville +61(0)7 4771 4311
Porsgrunn +47(0)35 548 240
Ravenna +39(0)54 44 23 842
Genoa +39(0)10 25 18 675
KANTOR REGIONAL AFRIKA nairobi +254 (0)20 444 80 19
Piraeus +30(0)210 411 6610
Bristol +44(0)151 427 3668
Dunkirk +33(0)3 28 66 45 24
KANTOR WILAYAH ARAB amman +962 (0)6 569 94 48
Mosjøen +47(0)75 175 135
Helsinki +358(0)9 615 202 55
St Petersburg +7(0)812 718 6380
Sète +33(0)6 27 51 35 78
Sibenik +385(0)22 200 320
Stavanger +47(0)51 840 549 Stockholm +46(0)8 791 4100
Szczecin +48(0)91 423 97 07
Melbourne +61(0)3 9329 5477 U
U Sydney +61(0)2 9267 9134
Istanbul +90(0)216 347 3771 Tallinn +372(0)6 116 390 Klaipeda +370(0)46 410 447 Taranto +39(0)99 47 07 555
nz
Wellington +64(0)4 801 7613 U
Le Havre +33(0)2 35 26 63 73
Tilbury +44(0)20 8989 6677
Lisbon +351 (0)21 391 8150
Trieste +39(0)40 37 21 832
Liverpool +44(0)151 639 8454
Turku +358(0)9 613 110 Valencia +34(0)96 367 1263
Livorno +39(0)58 68 25 251 Vigo +34(0)986 221 177 Marseille +33(0)4 91 54 99 37
Zeebrugge +32(0)2 549 1103
Q
4 halaman panduan bagi anda untuk menghubungi ITF
Inspektur ITF
➡
Ravenna lGiovanni Olivieri* Tel: +39(0)54 44 23 842 Fax: +39(0)54 45 91 852 Mobile: +39(0)335 526 8464 Email:
[email protected] Rome lCarla Marchini Tel: +39(0)64 42 86 317 Fax: +39(0)64 40 29 91 Mobile: +39(0)335 644 9980 Email:
[email protected] Taranto lGianbattista Leoncini Tel/Fax: +39(0)99 47 07 555 Mobile: +39(0)335 482 703 Email:
[email protected] Trieste lPaolo Siligato Tel/Fax:+39(0)40 37 21 832 Mobile: +39(0)348 445 4343 Email:
[email protected]
JAPAN Chiba lShigeru Fujiki Tel: +81(0)50 1291 7326 Fax: +81(0)3 3733 2627 Mobile: +81(0)90 9826 9411 Email:
[email protected] Osaka lMash Taguchi Tel: +81(0)66 612 1004 / 4300 Fax: +81(0)66 612 7400 Mobile: +81(0)90 7198 6721 Email:
[email protected] Tokyo lShoji Yamashita* Tel: +81(0)35 410 8330 Fax: +81(0)35 410 8336 Mobile: +81(0)90 3406 3035 Email:
[email protected] Yokohama lFusao Ohori Tel: +81(0)45 451 5585 Fax: +81(0)45 451 5584 Mobile: +81(0)90 6949 5469 Email:
[email protected]
KENYA Mombasa lJuma Khamis Tel: +254(0)41 2495 244 Fax: +254(0)41 2495 117 Mobile: +254(0)721 738053 Email:
[email protected]
KOREA Inchon lKwang-Jo Ko Tel: +82(0)32 881 9880 Fax: +82(0)32 884 3228 Mobile: +82(0)11 440 4611 Email:
[email protected] Pusan lSang Gi Gim Tel: +82(0)51 469 0401 / 0294 Fax: +82(0)51 464 2762 Mobile: +82(0)11 585 2401 Email:
[email protected] lBae Jung Ho Tel: +82(0)51 463 4828 Fax: +82(0)51 464 8423 Mobile: +82(0)11 832 4628 Email:
[email protected] Seoul lHye Kyung Kim* Tel: +82(0)2 716 2764 Fax: +82(0)2 702 2271 Mobile: +82(0)11 441 1232 Email:
[email protected]
LATVIA Riga lNorbert Petrovskis Tel: +371(0)7 073 436 Fax: +371(0)7 383 577 Mobile: +371(0)29 215 136 Email:
[email protected] LITHUANIA Klaipeda lAndrey Chernov Tel/Fax: +370(0)46 410 447 Mobile: +370(0)699 28198 Email:
[email protected]
MEXICO Manzanillo lHonorio Alberto Galván Aguilar Tel: +52(0)314 332 8834 Fax: +52(0)229 931 6797 Mobile: +52(0)1 314 122 9212 Email:
[email protected] Veracruz lEnrique Lozano Tel/Fax: +52(0)229 932 1367 / 3023 Mobile: +52(0)1 229 161 0700 Email:
[email protected]
NETHERLANDS Rotterdam lRuud Touwen* Tel: +31(0)10 215 1166 Fax: +31(0)10 423 3933 Mobile: +31(0)65 331 5072 Email:
[email protected] lEd Booister Tel: +31(0)10 215 1166 Fax: +31(0)10 423 3933 Mobile: +31(0)65 331 5073 Email:
[email protected] lDebbie Klein Tel: +31(0)10 215 1166 Fax: +31(0)10 423 3933 Mobile: +31(0)65 318 2734 Email:
[email protected] lAswin Noordermeer Tel: +31(0)10 215 1166 Fax: +31(0)10 423 3933 Mobile: +31(0)65 333 7522 Email:
[email protected] NEW ZEALAND Wellington lKathy Whelan* Tel: +64(0)4 801 7613 Fax: +64(0)4 384 8766 Mobile: +64(0)21 666 405 Email:
[email protected]
NIGERIA Lagos lHenry Akinrolabu Tel/Fax: +234(0)1 793 6150 Email:
[email protected]
NORWAY Mosjøen lPål Aanes Tel: +47(0)75 175 135 Fax: +47(0)75 176 558 Mobile: +47(0)48 246 633 Email:
[email protected] Oslo lNils Pedersen* Tel: +47(0)22 825 835 / 425 872 Fax: +47(0)22 423 056 Mobile: +47(0)90 148 487 Email:
[email protected] lAngelica Gjestrum Tel: +47(0)22 825 824 Fax: +47(0)22 423 056 Mobile: +47(0)97 729 357 Email:
[email protected] Porsgrunn lTruls M Hellenes Tel: +47(0)35 548 240 Fax: +47(0)35 548 023 Mobile: +47(0)90 980 487 Email:
[email protected] Stavanger lAage Baerheim Tel: +47(0)51 840 549 Fax: +47(0)51 840 501 Mobile: +47(0)90 755 776 Email:
[email protected] PANAMA Panama City lLuis Fruto Tel: +507(0) 264 5101 Fax: +507(0) 269 9741 Mobile: +507(0)66 178 525 Email:
[email protected] PHILIPPINES Cebu City lJoselito O Pedaria Tel: +63(0)32 256 16 72 Fax: +63(0)32 253 25 31 Mobile: +63(0)920 970 0168 Email:
[email protected]
Manila lRodrigo Aguinaldo Tel: +63(0)2 536 82 87 Fax: +63(0)2 536 82 86 Mobile: +63(0)917 811 1763 Email:
[email protected] POLAND Gdynia lAndrzej Koscik Tel: +48(0)58 661 60 96 Fax: +48(0)58 661 60 53 Mobile: +48(0)602 233 619 Email:
[email protected] Szczecin lAdam Mazurkiewicz Tel: +48(0)91 423 97 07 Fax: +48(0)91 423 93 30 Mobile: +48(0)501 539 329 Email:
[email protected] PORTUGAL Lisbon lJoão de Deus Gomes Pires Tel: +351 (0)21 391 8150 Fax: +351 (0)21 391 8159 Mobile: +351 (0)91 936 4885 Email:
[email protected] PUERTO RICO San Juan lFelipe García-Cortijo Tel: +1787(0)783 1755 Fax: +1787(0)273 7989 Mobile: +1787(0)410 1344 Email:
[email protected] ROMANIA Constanta lAdrian Mihalcioiu Tel: +40(0)241 618 587 Fax: +40(0)241 616 915 Mobile: +40(0)722 248 828 Email:
[email protected] RUSSIA St Petersburg lSergey Fishov* Tel/Fax: +7(0)812 718 6380 Mobile: +7(0)911 096 9383 Email:
[email protected] lVictor Soloviov Tel/Fax: +7(0)812 714 9732 Mobile: +7(0)812 965 5224 Email:
[email protected] Vladivostock lPetr Osichansky Tel/Fax: +7(0)423 251 2485 Mobile: +7(0)423 270 6485 Email:
[email protected]
SOUTH AFRICA Cape Town lCassiem Augustus Tel: +27(0)21 461 9410 Fax: +27(0)21 462 1299 Mobile: +27(0)82 773 6366 Email:
[email protected] Durban lSprite Zungu* Tel/Fax: +27(0)31 909 1087 Mobile: +27(0)82 773 6367 Email:
[email protected]
SPAIN Algeciras lJosé M Ortega Tel: +34(0)956 657 046 Fax: +34(0)956 632 693 Mobile: +34(0)699 436 503 Email:
[email protected] Barcelona lJoan Mas García Tel: +34(0)93 481 2766 Fax: +34(0)93 298 2179 Mobile: +34(0)629 302 503 Email:
[email protected] Bilbao lMohamed Arrachedi Tel: +34(0)94 493 5659 Fax: +34(0)94 493 6296 Mobile: +34(0)629 419 007 Email:
[email protected] Las Palmas lVictor Conde Tel: +34(0)928 467 630 Fax: +34(0)928 465 547 Mobile: +34(0)676 057 807 Email:
[email protected]
Valencia lGermán Arias Tel: +34(0)96 367 1263 / 0645 Fax: +34(0)96 367 1263 Mobile: +34(0)605 189 125 Email:
[email protected] Vigo lLuz Baz Tel/Fax: +34(0)986 221 177 Mobile: +34(0)660 682 164 Email:
[email protected] SWEDEN Gä vle lPeter Lövkvist Tel: +46(0)10 480 37 62 Fax: +46(0)87 23 18 03 Mobile: +46(0)70 626 77 89 Email:
[email protected] Gothenburg lGöran Nilsson Tel: +46(0)10 480 31 21 Fax: +46(0)31 13 56 77 Mobile: +46(0)76 100 65 12 Email:
[email protected] lGöran Larsson Tel: +46(0)10 480 31 14 Fax: +46(0)31 13 56 77 Mobile: +46(0)70 626 77 88 Email:
[email protected] Helsingborg lSven Save Tel: +46(0)31 42 95 31 Fax: +46(0)42 37 43 45 Mobile: +46(0)70 57 49 713 Email:
[email protected] Stockholm lCarl Tauson* Tel: +46(0)8 791 4100 Fax: +46(0)8 212 595 Mobile: +46(0)70 59 26 896 Email:
[email protected] lAnnica Barning Tel: +46(0)8 454 8405 Fax: +46(0)8 411 6940 Mobile: +46(0)70 57 49 714 Email:
[email protected] TAIWAN Taichung lSanders Chang Tel: +886(0)2658 4514 Fax: +886(0)2658 4517 Mobile: +886(0)955 415 705 Email:
[email protected] Taipei lHuang Yu-Sheng* Tel: +886(0)2251 50302 Fax: +886(0)2250 61046 / 78211 Mobile: +886(0)933 906 398 Email:
[email protected] TURKEY Istanbul lMuzaffer Civelek Tel: +90(0)216 347 3771 Fax: +90(0)216 347 4991 Mobile: +90(0)535 663 3124 Email:
[email protected] UKRAINE Odessa lNataliya Yefrimenko Tel: +380(0)482 429 901 / 902 Fax: +380(0)482 429 906 Mobile: +380(0)503 366 792 Email:
[email protected] UNITED KINGDOM Aberdeen lNorrie McVicar* Tel: +44(0)1224 582 688 Fax: +44(0)1224 584 165 Mobile: +44(0)7768 652 257 Email:
[email protected] lNeil Keith Tel: +44(0)1224 582 688 Fax: +44(0)1224 584 165 Mobile: +44(0)7748 841 939 Email:
[email protected] Bristol lBill Anderson Tel/Fax: +44(0)151 427 3668 Mobile: +44(0)7876 794 914 Email:
[email protected]
Liverpool lTommy Molloy Tel: +44(0)151 639 8454 Fax: +44(0)151 346 8801 Mobile: +44(0)7764 182 768 Email:
[email protected] Tilbury lChris Jones Tel: +44(0)20 8989 6677 Fax: +44(0)20 8530 1015 Mobile: +44(0)7921 022 600 Email:
[email protected] UNITED STATES Baltimore lArthur Petitpas Tel: +1(0)410 882 3977 Fax: +1(0)410 882 1976 Mobile: +1(0)443 562 3110 Email:
[email protected] Houston lShwe Tun Aung Tel: +1(0)713 659 5152 Fax: +1(0)713 650 8629 Mobile: +1(0)713 447 0438 Email:
[email protected] Los Angeles lStefan Mueller-Dombois Tel: +1(0)562 493 8714 Fax: +1(0)562 493 7190 Mobile: +1(0)562 673 9786 Email:
[email protected] Miami lHans Saurenmann Tel: +1(0)321 783 8876 Fax: +1(0)321 783 2821 Mobile: +1(0)305 360 3279 Email:
[email protected] Morehead City lTony Sacco Tel/Fax: +1(0)252 726 9796 Mobile: +1(0)252 646 2093 Email:
[email protected] New Orleans lDwayne Boudreaux* Tel: +1(0)504 581 3196 (ext 7) Fax: +1(0)504 568 9996 Mobile: +1(0)504 442 1556 Email:
[email protected] New York lEnrico Esopa* Tel: +1(0)718 832 6600 (ext 240) Fax: +1(0)718 832 8870 Mobile: +1(0)201 417 2805 Email:
[email protected] Portland lMartin Larson Fax: +1(0)503 286 1223 Mobile: +1(0)503 347 7775 Email:
[email protected] Puerto Rico See separate listing for Puerto Rico Seattle lLila Smith Tel: +1(0)206 533 0995 Fax: +1(0)206 533 0996 Mobile: +1(0)206 818 1195 Email:
[email protected] lJeff Engels* Tel: +1(0)206 633 1614 Fax: +1(0)206 675 1614 Mobile: +1(0)206 331 2134 Email:
[email protected] Tampa lTony Sasso Tel: +1(0)321 784 0686 Fax: +1(0)321 784 0522 Mobile: +1(0)321 258 8217 Email:
[email protected] *sebagai koordinator ITF
ANTIGUA AND BARBUDA
BAHAMAS
BARBADOS
BELIZE
BERMUDA
BOLIVIA
BURMA/MYANMAR
CAMBODIA
CAYMAN ISLANDS
COMOROS
CYPRUS
EQUATORIAL GUINEA
FRANCE (second register)
GEORGIA
GERMANY (second register)
LEBANON
LIBERIA
GIBRALTAR
HONDURAS
MALTA
MARSHALL ISLANDS
JAMAICA
Bendera Kemudahan MAURITIUS
MONGOLIA
NETHERLANDS ANTILLES
NORTH KOREA
PANAMA
SÃO TOMÉ & PRÍ NCIPE
SRI LANKA
ST. VINCENT & THE GRENADINES
TONGA
VANUATU
Ini adalah bendera-bendera kebangsaan kapal yang oleh Federasi Buruh Internasional disebut BENDERA KEMUDAHAN Sebagai tambahan, ada negara-negara tertentu tempat pendaftaran kapal yang melaksanakan pendaftaran dari kapal ke kapal yang beroperasi dibawah bendera kemudahan. KANTOR ITF, 49-60 BOROUGH ROAD, LONDON SE1 1DR TEL: +44 (0)20 7403 2733 FAX: +44 (0)20 7357 7871 EMAIL:
[email protected] INTERNET: WWW.ITFGLOBAL.ORG
Armada kapal se-dunia 35 negara bendera kapal ranking atas (ranking berdasarkan tonase, 1 Januari 2007)
Jumlah kapal (diatas 1o0gt)
35 negara pemilik kapal rangking atas
Gross tonase GT (m) (jutaan) 1Januari 2006
Usia rata-rata kapal
(berdasarkan tonase 1 Januari 2007)
Jumlah kapal (diatas 1,000gt)
Gross Tonase (jutaan)
Usia rata-rata (kapal)
1
Panama*
7,183
155.0
141.8
18
1
Greece
3,084
100.6
17
2
Liberia*
1,907
68.4
59.6
12
2
Japan
3,330
99.8
9
3
Bahamas*
1,402
40.8
38.4
15
3
Germany
2,965
62.1
8
4
Marshall Islands*
853
32.8
29.2
10
4
China
3,184
44.9
20
5
Hong Kong (China)
1,179
32.7
29.8
12
5
United States
1,763
39.1
18
6
Singapore
2,079
32.2
31.0
11
6
Norway
1,810
34.6
16
7
Greece
1,455
32.0
30.1
23
7
Hong Kong (China)
689
27.7
13
8
Malta*
1,294
24.8
23.0
17
8
South Korea
1,041
20.9
17
9
China
3,695
23.5
22.2
23
9
United Kingdom
856
20.1
14
971
19.0
19.0
14
10
Denmark
783
17.1
12
10 Cyprus* 11
617
14.8
14.2
16
11
Taiwan
574
16.5
13
12 Japan
Norway (NIS second register)
6,731
12.8
12.8
15
12
Singapore
794
15.8
15
13 Italy
1,566
12.6
11.6
22
13
Russia
2,157
14.0
23
14 United Kingdom
1,598
12.1
11.2
20
14
Italy
739
13.2
16
15 Germany
894
11.4
11.5
21
15
Switzerland
370
10.7
15
16 United States
6,437
11.1
11.0
26
16
India
456
8.8
18
17 South Korea
2,820
10.5
9.3
25
17
Belgium
226
7.4
14
18 Isle of Man (United Kingdom)
360
8.6
8.4
9
18
Turkey
874
7.1
19
19 Bermuda* (United Kingdom)
136
8.4
7.3
13
19
Saudi Arabia
150
6.7
16
1,181
8.4
8.1
19
20
Netherlands
739
6.5
13
421
8.2
7.8
17
21
Sweden
346
6.4
15
20 India 21 Denmark (DIS second register) 22 Russia
3,656
8.0
8.3
23
22
Malaysia
357
6.2
16
23 Antigua and Barbuda*
1,086
7.9
7.2
11
23
France
309
5.8
11
24 Malaysia
1,101
6.4
5.6
16
24
Iran
184
5.8
16
25 St Vincent*
1,064
6.1
5.9
25
25
United Arab Emirates
366
5.0
22
26 Netherlands
1,258
5.8
5.7
17
26
Indonesia
793
5.0
23
475
5.2
5.3
22
27
Canada
340
4.6
25
1,840
5.1
5.2
29
28
Spain
349
3.5
18
29 Turkey
1,184
4.8
5.0
25
29
Kuwait
68
3.1
18
30 Indonesia
4,271
4.3
4.3
22
30
Brazil
151
2.9
21
31 Sweden
564
3.9
3.8
32
31
Croatia
110
2.7
37
32 Norway
1,461
3.4
3.3
26
32
Australia
85
2.5
16
33 Cayman Islands* (United Kingdom)
157
2.9
2.8
15
33
Philippines
256
2.2
24
34 Thailand
789
2.9
3.0
25
34
Ukraine
445
2.2
25
35 Taiwan
628
2.8
3.2
25
35
Thailand
298
1.9
23
94,936
721.9
675.1
22
39,209
703.3
22
27 Iran 28 Philippines
Total armada dunia
Sumber: Lloyd’s Register of Shipping. * Tercatat sebagai bendera kemudahan
26
Buletin Pelaut ITF 2008
Total armada dunia
Sumber: Lloyd’s Register of Shipping.
Lebih terorganisir Bagaimana Anda mendirikan serikat pekerja di wilayah yang sulit? MARK DAVIS ITF International Seafarer Union Development Programme (ISUDP) melaporkan bagaimana ITF membantu mendirikan serikat pekerja pelaut di empat negara yang sebelumnya belum terorganisir. Di halaman sebelah, AHMET DEMIRSAR menerangkan bagaimana hal itu dilakukan di Turki.
Diatas : kampanye yang dilakukan secara terbuka oleh aktivis Dad-Der di Turki.
S
erikat pekerja sangat penting untuk melindungi pekerja di industri maritim— lebih-lebih pada saat ini dibandingkan masa-masa sebelumnya. ITF telah menempatkan ”terorganisir secara global” sebagai titik sentral pekerjaannya. Namun bagaimana Anda bisa mulai mendirikan serikat pekerja pelaut di tempat yang sebelumnya tidak pernah ada? Tidak ada rumus universal bagi keberhasilan pengembangan sebuah organisasi serikat pekerja yang baru. Setiap negara memiliki kerangka kerja hukum nasional dan kondisi politik yang berbeda. Akan tetapi ada pendekatan yang sama (lihat kotak di halaman sebelah), yang muncul pada keberhasilan Program Pengembangan Serikat Pekerja Pelaut Internasional ITF dalam mendirikan afiliasi maritim baru di Malaysia, Sri Lanka, Timor Leste dan Turki.
Pekerja Pelaut Nasional Semenanjung Malaysia (MSU/Malaysian Seafarers Union) didaftarkan pada akhir 1997. MSU adalah contoh langka sebuah serikat pekerja nasional yang berdiri di negara di mana serikat pekerjanya menurut hukum disana harus berbasis diperusahaan. Serikat pekerja, yang berafiliasi dengan ITF
➡
”Ada pendekatan yang sama dalam pembentukan afiliasi maritim yang baru di Malaysia, Sri Lanka, Timor Leste dan Turki”.
Malaysia Pada tahun 1997, ada sekitar 10.000 pelaut Malaysia, tapi tidak ada serikat pekerja pelaut di sana—meskipun kondisi kerja dan upah di kapal berbendera Malaysia relatif buruk. Namun demikian, sudah tersedia dasar yang baik untuk menjadi lebih terorganisir. Ada Koordinator afiliasi ITF yang berfungsi dan cukup berpengaruh di pusat serikat buruh nasional (MTUC/Malaysian Trade Union Confederation) dan beberapa afiliasi ITF yang ada di Malaysia bersedia membantu mendirikan serikat pekerja pelaut. Dengan dukungan MTUC dan Serikat Pekerja Transportasi Semenanjung Malaysia serta Serikat Pekerja Pelabuhan Port Kelang, Serikat
Buletin Pelaut ITF 2008
27
Lebih terorganisasi Langkahpertama…… l Gambaran secara menyeluruh tentang situasi global dan nasional, koordinasi dan organisir proyek untuk mengisi kekosongan sdm, rumuskan jenis pendidikan, kumpulkan ide-ide dan pastikan bahwa semuanya bisa berjalan lancar. Peran organisasi-organisasi serikat buruh nasional tergantung pada kemampuan dan kesediaan sdm mereka untuk berkomitmen terhadap kelangsungan proyek.
l Pastikan bahwa para aktivis nasional yang dilatih sudah mahir sebagai organiser dan tenaga pengajar. l Mengetahui potensi-potensi nasional
dan inisiatif-inisiatif pendidikan dalam lingkup sub-regional yang menguntungkan untuk dapat diterapkan.
l Bina hubungan kerja dengan serikatserikat buruh yang lain atau meminta arahan melalui hubungan relasi dengan serikat buruh sejenis guna memastikan bahwa serikat buruh yang baru dibentuk dapat berkembang secara positif.
“Tidak pernah ada serikat buruh pelaut yang khusus, meskipun jumlah pelautnya 14.000 orang, banyak bermunculan serikat-serikat buruh sektor maritim, dan eksploitasi kapalnya sangat signifikan”.
➡ pada tahun 2003 ini, sekarang mengorganisir sekitar 800 pelaut, dan memiliki Sekretaris Organisasi yang tetap, Rafiq Ramoo. Rafiq selalu berada di garis depan aksi-aksi solidaritas di Malaysia untuk kampanye ITF melawan kapal berbendera kemudahan, dan baru-baru ini ia telah menjalani pelatihan sebagai Inspektur ITF. MSU memiliki hubungan yang baik dengan Departemen Maritim Malaysia, sehingga perselisihan yang terjadi kapal dapat diselesaikan dengan memuaskan. Proyek untuk mendirikan serikat pekerja ini didanai oleh ITF, dan MSU berharap dapat mulai membiayai dirinya sendiri pada akhir 2007.
Sri Lanka Seperti di Malaysia, di Sri Lanka juga tidak pernah ada serikat buruh pelaut yang khusus, meskipun jumlah pelautnya 14.000 orang, banyak bermunculan serikat-serikat buruh sektor maritim, dan eksploitasi kapalnya sangat signifikan. Sebelumnya usaha ITF untuk menyatukan mereka dalam satu wadah serikat buruh pelaut mengalami kegagalan. Pada Oktober 2005, JSS yang merupakan afiliasi ITF menawarkan untuk mengorganisir serikat pekerja pelaut. Dikarenakan JSS telah mengorganisir pekerja pelabuhan, anggota pekerja pelabuhannya memiliki izin keamanan untuk memasuki pelabuhan dan mengunjungi kapal, dan Ranjan Perera, mantan aktivis pelaut, diserahi tugas untuk mengorganisir pelaut-pelaut. Selama tahun 2006 tiga kali seminar tentang pengembangan serikat buruh dilakukan bagi para pelaut perwira maupun bawahan serta beberapa anggota eksekutif serikat buruh yang potensial. Para peserta bersikap tegas yakni menginginkan adanya serikat buruh pelaut yang mandiri, dan bukan merupakan bagian didalam serikat buruh multi sektor. JSS menghormati keinginan ini, dan sebuah komite kerja langsung menyusun konstitusinya. Serikat Buruh Pelaut Nasional Sri Lanka (NUSS) didaftarkan pada 2006. NUSS diterima sebagai afiliasi ITF pada April 2007 dan sekarang memiliki sekitar 1000 anggota, di mana JSS terus berperan sebagai mentor. Ranjan Perera sekarang telah mengikuti pelatihan Inspektur ITF.
Timor Leste Ketika Timor Timur merdeka dari Indonesia pada tahun 2000, Serikat Pekerja Kelautan Australia (MUA) menganggap sangatlah penting kehadiran serikat buruh maritim. Sebelum merdeka, industri minyak/gas di Laut Timor yang kaya sumberdaya diatur guna memastikan partisipasi eksklusif Timor Timur Indonesia dan Australia. Namun, industri ini dideregulasi oleh pemerintah Australia. MUA menyadari bahwa pengorganisiran pekerja offshore di Timor Leste yang baru merdeka akan menjadi rekan berharga di utara guna
28
Buletin Pelaut ITF 2008
melakukan regulasi ulang di zona tersebut, mempromosikan pelatihan dan pekerjaan, dan lebih penting lagi, untuk menekankan adanya pembagian yang adil dari pendapatan minyak/gas guna mempercepat pembangunan di negara baru tersebut. MUA menempatkan aktivis organisasi, Mick Killick, di Dili pada 2002, dan ISUDP mengkoordinasikan proyek MUA/ITF untuk mendirikan serikat buruh. Pada 2003, dengan bantuan pusat serikat pekerja nasional KSTL, UMTTL (Uniaun Maritime no Transporte Timor Lorosa’e) melakukan kongres perdananya. Ia berafiliasi dengan ITF pada 2004 dengan sekitar 80 anggota. Pada 2004-05, Organisasi Buruh Internasional menyediakan pendanaan untuk mengkonsolidasikan UMTL. Sejak 2005, pusat LO/TCO nasional Swedia telah membiayai kegiatan-kegiatan serikat pekerja di tengahtengah kondisi kerusuhan sipil yang penuh tantangan, dan akan terus mendanainya hingga 2009. Di bawah kepemimpinan Sekretaris Paulino da Costa, keanggotaan UMTTL telah meningkat hingga 350 orang. Setelah kematian tragis sejumlah anggota UMTTL di perairan Dili, serikat pekerja mengadakan seminar pada Juli 2007 tentang kesehatan dan keselamatan pekerja pelabuhan, dengan masukan khusus dari afiliasi ITF di Indonesia, Serikat Pekerja Jakarta Internasional Container Terminal (SPJICT). UMTTL kini dapat berpaling pada SPJICT dan MUA guna memperoleh solidaritas dan dukungan setelah kini menjadi lebih terorganisir.
Turki Dengan lebih dari 1000 kapal berbendera Turki dan 60.000 pelaut di industri kelautan yang didominasi sektor swast, cukup mengejutkan jika Turki tidak memiliki serikat pekerja pelaut. Namun demikian, perubahan telah dimulai pada 2001 ketika dosen kelautan universitas dan sejumlah besar tim yang terdiri dari aktivis serikat pekerja pelaut sektor swasta bertemu ITF dengan maksud mendirikan sebuah badan perwakilan. Pada April 2002, ITF setuju agar afiliasi pelaut Swedia, SEKO, mensponsori pendirian pusat komunikasi pelaut Turki di Istanbul sebagai kendaraan dalam mengembangkan organisasi serikat pekerja. Pusat komunikasi ini menyediakan inisiatif pendidikan dan organisasi, yang menyerukan agar memasukkan pendidikan serikat pekerja dalam kurikulum kelautan profesional, dan pendirian Dad-Der (Asosiasi Solidaritas Pegawai Maritim). Dad-Der berafiliasi dengan ITF pada 2006. Kerangka kerja intensif selama 2006-07 menghasilkan perjanjian kerja bersama untuk lebih dari 80 kapal dan 1.500 pelaut, di samping jaringan yang menyediakan solidaritas dan bantuan bagi pelaut yang mengalami perselisihan di pelabuhan Turki. Seko tetap menjadi penasihat penting dan berperan dalam dukungan politis kepada serikat pekerja baru ini.
Pelatihan serikat pekerja bagi anggota dan aktivis menjadi kunci keberhasilan serikat pekerja pelaut Turki Dad-Der.
Mimpi menjadi kenyataan K
ami mendirikan Dad-Der pada 2004, setahun setelah perubahan hukum Turki yang memungkinkan kami untuk berorganisasi dan berasosiasi, dan kami menjadi anggot ITF pada 2006. Namun demikian, sebelumnya kami telah bekerja membangun solidaritas di antara pelaut Turki selama sekitar 10 tahun. Kami memulainya dengan 16 orang sahabat yang bertemu saat belajar di universitas maritim. Kami bermimpi membentuk serikat pekerja bagi pelaut. Namun setelah kudeta militer tahun 1980, hukum menjadi penghambat besar bagi serikat pekerja, dan pembentukan serikat pekerja baru sangat dibatasi. Kini kami memiliki lebih dari 1.800 anggota. Sedikitnya 400 orang di antaranya adalah aktivis. Mereka berhubungan dengan kami secara permanen, memperoleh informasi tentang situasi aktual, memberitahu kami tentang situasi di atas kapal mereka dan mendapatkan instruksi tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Mereka merekrut anggota baru untuk organisasi kami, dan mereka membuat klaim terhadap pemilik kapal kepada kami. Kekuatan utama kami adalah sukarelawan dan para aktivis digaris depan, yang telah bekerja untuk kami selama bertahun-tahun. Kepemimpinan kami, yang kami sebut ”tim” benar-benar diabdikan bagi kepentingan kami, muda dan enerjik (yang paling tua berusia 38 tahun). Kami memiliki pengalaman luas di laut, kami terdidik dengan baik, dan masing-masing kami memiliki jaringan kontak yang luas di sektor ini. Kami berusaha memperbaiki posisi pelaut dengan segala cara. Kami melaksanakan pelatihan guna meningkatkan kesadaran di kalangan pelaut tentang hak mereka dan tentang gerakan buruh internasional. Kami melatih sebanyak mungkin aktivis guna memperbaiki dukungan dan kekuatan kami. Kuncinya di sini adalah menjadikan pelaut muda cukup sabar guna bertindak dalam cara yang benar sebagai bagian dari kerangka yang lebih besar, sambil memastikan bahwa kesabaran tidak mematikan api di hati mereka. Saya percaya bahwa kami sangat beruntung memiliki aktivis muda di kalangan para dosen universitas, yang tanpa mereka tidak mungkin meraih hal ini. Setiap orang yang bekerja di serikat pekerja
AHMET DEMIRSAR, Sekjen Dad-Der, Asosiasi Solidaritas Pekerja Maritim Turki, menerangkan bagaimana para sukarelawan berhasil mewujudkan serikat pekerja maritim yang baru di Turki dari hanya sekedar mimpi di kalangan teman menjadi sebuah kekuatan solidaritas.
”Kekuatan utama kami adalah sukarelawan dan aktivis garis depan kami, yang telah bekerja untuk kami selama bertahun –tahun.”
program pelatihan di atas kapal untuk kapal yang sudah punya perjanjian kerja; 30 menit pembekalan tentang peraturan ILO bagi otoritas pelabuhan di wilayah Marmara; dan seminar bagi perwakilan pemilik kapal mengenai persetujuan nasional yang baru. Salah seorang rekan kami (KKM) mengkoordinasikan tim pengawas lokal dan kelompok aktivis kami. Wilayah Laut Hitam sangat problematis dalam hal pelayaran substandar, dan tim pengawasan kami menghabiskan sebagian besar waktunya menangani masalah pemogokan dan klaim upah yang belum dibayar. Sejak Januari hingga Agustus 2007, tim ini telah mengumpulkan lebih dari 800.000 dolar AS uang kekurangan upah.
K
terlibat dalam hampir semua kegiatan, tapi kami telah melakukan reorganisasi untuk menjadi lebih profesional dalam operasional kami. Tugas kami terbagi ke dalam empat wilayah utama, yakni pengelolaan, perjanjian, pelatihan, dan pengawasan. Sejak November 2006 sampai September 2007, unit perjanjian kami telah menandatangani sekitar 90 persetujuan. Pada periode itu kami berhasil menurunkan kasus double book-keeping hingga 20 persen, dan upah telah meningkat rata-rata 70 persen untuk kelasi dan 30 persen untuk perwira di 90 kapal yang telah membuat perjanjian kerja. Kami tengah merancang perjanjian kerja DadDer/ITF yang akan menjadi langkah penting bagi kami. Kami berharap, hal ini akan membantu kami memperbaiki hak pelaut Turki yang bekerja di kapal berbendera kemudahan, dengan melakukan pendekatan yang lebih sistematis untuk mengatasi masalah yang biasa timbul. Tim pelatihan kami telah melakukan serangkaian program. Pada 2007, hal itu mencakup pelatihan internal bulanan untuk aktivis; dua seminar terbuka untuk pelaut;
ami memastikan anggota kami mengetahui situasi di atas kapal sebelum menandatangani kontrak, di samping situasi tentang masing-masing pemiliknya, dan mereka akan dilindungi dari tindakan melanggar hukum pemiliknya saat bekerja di atas kapal. Secara umum, kami percaya bahwa berkat pekerjaan serikat pekerja, kondisi dan upah kini menjadi lebih baik, dan ini tidak hanya terjadi pada kapal yang telah menjalin perjanjian. Kami saat ini belum menyediakan layanan kesejahteraan, tapi pada kwartal pertama 2008, kami berencana membuka kafe kecil dengan fasilitas internet di wilayah Tuzla, di mana fasilitas kesejahteraan pelaut sangat dibutuhkan. Aspek kunci yang kami butuhkan sekarang adalah agar lebih banyak lagi sukarelawan kami yang menjadi profesional. Saat ini kami hanya membayar lima orang karyawan dikantor serikat pekerja. Pada awalnya sangat mudah bekerja dengan para sukarelawan; namun ekspetasi begitu rendah sehingga apapun yang dicapai dipandang sebagai keberhasilan dibanding tidak sama sekali. Kini kami perlu memprofesionalkan organisasi kami tanpa menghilangkan hasrat sukarelawan kami.
Buletin Pelaut ITF 2008
29
Federasi Buruh Transport Internasional
Anda butuh bantuan? Jika ya, kirimkan fax ini kepada kami … Kepada : ITF Actions Unit Hal : Mohon bantuan Data-data anda/Your details Nama lengkap/Your name (will be treated in confidence) Tel/HP/Your contact number(s) Posisi dikapal (contohnya: AB)
Kewarganegaraan
Your position on board (for example, AB)
Your nationality
Data-data kapal/Details of the ship Nama kapal/Ship name
Type kapal/Type of ship
Bendera/Flag
Nomer IMO/IMO number
Lokasi terakhir kapal/Current location of the ship Pelabuhan tujuan + ETA/Next port of call + ETA Jumlah & Kewarganegaraan awak kapal Number of crew/nationalities
Jenis & jumlah muatan Type of cargo/quantity on board
Nama pemilik/operator kapal Name of shipowner/operator
Apa masalahnya?/What is the problem? Uraikan masalah anda dengan jelas Describe the problem (giving as much detail as possible)
Berapa lama masalah ini sudah anda alami? How long have you been experiencing this problem?
Apakah anda pernah mengalami masalah yang sama? (tolong jelaskan) Are there others experiencing similar problems on board? (Please give details)
Sudah berapa lama anda dikapal? How long have you been on board this ship?
Bantuan apa yang anda inginkan? (contohnya : gaji yang belum terbayar, pemulangan dll) What kind of help are you looking for? (for example, recovery of wages, repatriation etc)
Steve McKay
Q
Hati-hati sebelum tandatangan kontrak : saran dari ITF apabila akan bekerja dilaut.
Jaminan terbaik bagi kejelasan kondisi kerja dilaut semata-mata hanya dengan menandatangani kontrak sesuai perjanjian kolektif ITF. Apabila tidak bisa, maka berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu diperhatikan.
A A
Jangan bekerja disuatu kapal tanpa kontrak tertulis.
Jangan pernah menandatangani blanko kontrak kosong atau suatu kontrak yang nantinya akan mengikat anda dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratanpersyaratan yang tidak lazim atau tidak dimengerti oleh anda.
A
Periksalah apakah kontrak yang anda tandatangani telah sesuai dengan PKB. Jika ya, pastikan bahwa anda mengetahui dengan jelas ketentuan-ketentuan dari PKB, dan simpanlah sebuah salinannya bersama dengan kontrak anda.
A A
Pastikan bahwa masa kontrak anda telah tercantum dengan jelas.
Jangan menandatangani suatu kontrak yang dapat memberikan kewenangan kepada pemilik kapal untuk merubahnya secara sepihak selagi anda masih terikat dengan kontrak yang lama. Apapun yang telah disetujui dalam kontrak hanya dapat dirubah dengan persetujuan bersama.
A
Harus selalu memastikan bahwa kontrak tersebut dengan jelas menyatakan upah pokok yang menjadi hak anda dan pastikan pula bahwa dasar jam kerja anda ditulis dengan jelas (misalnya 40, 44 atau 48 jam per minggu). ILO menyatakan bahwa jam kerja dasar harus maksimum 48 jam per minggu (208 jam per bulan).
A
Pastikan bahwa kontrak yang ditandatangani dengan jelas mengatur tentang waktu lembur yang dibayarkan dan berapa nilainya. Bisa saja jumlah pembayaran lembur yang dihitung per-jamnya secara keseluruhan lebih besar dari upah pokok anda. Atau mungkin ada pembayaran lembur tetap sebagai suatu jaminan lembur bulanan, dalam hal ini maka besarnya untuk jam kerja yang dilaksanakan melampaui waktu lembur yang telah dijamin, harus dengan jelas dinyatakan. ILO menetapkan bahwa semua jam kerja lembur harus dibayar minimum 1,25x pembayaran normal per-jamnya.
A
Pastikan bahwa kontrak anda dengan jelas menyatakan berapa jumlah hari cuti yang dibayarkan yang harus anda terima setiap bulan. ILO menetukan pembayaran hari cuti tidak boleh kurang dari 30 hari per-tahun (2,5 hari per-bulan kalender).
A A
Pastikan bahwa pembayaran upah pokok, lembur dan cuti tertera dengan jelas dan terperinci dalam kontrak.
Jangan pernah menandatangani kontrak yang menyatakan bahwa anda bertanggung jawab atas sebagian/seluruh biaya penempatan atau pemulangan anda.
A
Jangan menandatangani kontrak yang memungkinkan pemilik kapal menahan atau menerima sebagian dari upah anda selama masa kontrak. Anda berhak sepenuhnya atas pembayaran upah yang diperoleh pada setiap akhir bulan kalender.
A
Jangan menandatangani kontrak yang memungkinkan pemilik kapal menahan atau menerima sebagian dari upah anda selama masa kontrak. Anda berhak sepenuhnya atas pembayaran upah yang diperoleh pada setiap akhir bulan kalender.
A
Sadarilah bahwa setiap kontrak pekerjaan tidak selalu mencantumkan rincian tunjangan tambahan. Karena itu anda harus mencoba untuk mendapatkan konfirmasi/kepastian (lebih baik dalam perjanjian tertulis atau hak kontrak) tentang besarnya kompensasi yang dibayarkan kepada anda apabila: • Sakit atau kecelakaan selama masa kontrak • Meninggal dunia (jumlah yang harus dibayarkan kepada ahli waris) •Tenggelamnya kapal • Kehilangan barang pribadi akibat tenggelamnya kapal. • PHK sebelum selesai kontrak.
A
Pastikan bahwa anda diberi dan menerima sebuah salinan kontrak yang anda tandatangani.
A
Ingat …apapun ketentuan dan persyaratanya sebuah kontrak/perjanjian yang secara suka rela anda setujui, secara hukum akan dianggap sah dan mengikat. ITF Seafarers’ Bulletin 2008
31
P
ada bulan Februari tahun 2006, dunia Maritim menyambut kesepakatan bersejarah satu-satunya Konvensi Organisasi Buruh Internasional yang terdiri dari hampir semua standard minimum yang diperlukan guna memastikan kondisi tenaga kerja yang memuaskan bagi para pelaut dunia. Dalam konvensi ini telah ditulis dengan jelas mengenai “Rancangan Hak-hak pokok” bagi para pelaut dan menghasilkan pembaharuan atas lebih dari 54 standar internasional, sambil memperkenalkan sebuah sistem sertifikasi dan pemeriksaan guna pelaksanaan hak-hak ini. Rancangan ini juga memuat beberapa amandemen prosedur yang lebih disederhanakan mengenai peranan teknis sebuah konvensi, yang artinya bahwa rancangan ini akan lebih mudah mengubah dan sekaligus tetap mengupayakan perkembangan. Akan tetapi, seperti halnya setiap Konvensi ILO, MLC juga tidak dapat secepatnya dilaksanakan, namun harus menunggu sejumlah persyaratan pengesahan oleh negara-negara penandatangan – dalam hal ini paling sedikit 30 negara, yang menguasai sedikitnya 33% dari tonase dunia. Pada bulan September tahun 2007, hanya Liberia dan Kepulauan Marshall (negara bendera kemudahan yang mengendalikan lebih dari 10% dari tonase dunia) yang telah mengesahkannya, meskipun banyak negara lainnya yang sebenarnya telah jauh lebih siap. Pada bulan Maret Parlemen Eropa telah membuat usulan yang mendesak Negaranegara Uni Eropa (UE) untuk meratifikasi konvensi tersebut di2008, walaupun hal ini tidak dapat dijamin kepastiannya. Mitra kerja ILO, yang terdiri dari pemerintah, pengusaha dan serikat buruh yang dipimpin oleh ITF, telah mempertahankan semangat ini guna memastikan ratifikasi dilaksanakan segera dan berkesempatan menciptakan hal baru mengenai “Komponen yang sebelumnya tidak ada dalam standar mutu pelayaran”, sebagaimana pernyataan Direktur Standar Perburuhan ILO, Cleopatra Doumbia Henry, tidak hilang. Mereka telah mengupayakan serangkaian misi “tingkat tinggi”terutama ke negara-negara maritim terbesar selain berbagai seminar yang bersifat regional yang diselenggarakan oleh negara-negara yang memiliki kepentingan, dan telah mengadakan pembicaraan resmi dengan beberapa pejabat senior dari lembaga pemerintah dan pengusaha dalam setiap kesempatan. Begitu sejumlah persyaratan pengesahan telah diperoleh, maka tidak akan ada lagi “dispensasi”bagi kapal-kapal yang negaranya belum mengesahkan konvensi. Kapal-kapal dari semua negara, yang tidak meratifikasi, akan diperiksa dipelabuhan-pelabuhan pada setiap negara yang telah meratifikasi, dan kemungkinan adanya penahanan jika mereka dianggap tidak memenuhi standar yang telah ditentukan. Sejalan dengan proses ratifikasi dari masing-masing negara, ITF dan organisasi sayapnya di Eropa, ETF, telah berupaya mengadakan negosiasi dengan European Community Shipowners’ Association (ECSA) dalam upaya mencapai persetujuan mengenai
32
Buletin Pelaut ITF 2008
Harus segera diratifikasi Serikat-serikat buruh-lah yang telah bekerja keras guna memastikan bahwa Maritime Labour Convention (MLC) – Hak Asasi Pelaut – memberikan manfaat nyata bagi pelaut dan guna memperbaiki kehidupan para pelaut di dunia, dilaporkan oleh KAY PARRIS. penerapan aspek-aspek penting konvensi yang belum tercakup dalam peraturanperaturan UE. Setiap persetujuan yang dicapai akan dijadikan panduan aturan UE, memberinya kekuatan hukum untuk wilayah Eropa, bahkan dipelabuhan-pelabuhan yang ada dinegara anggotanya yang belum meratifikasinya.
Potensi terhadap perubahan Usaha-usaha untuk membawa konvensi ini pada tahap di mana ia dapat dilaksanakan dengan sepenuhnya, menggambarkan pemahaman dari semua stakeholder dalam dunia maritim bahwa konvensi ini memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk mengubah industri pelayaran menjadi lebih baik. Direktur Jenderal ILO, Juan Somalvia, menyambut konvensi ini sebagai “suatu perkembangan yang penting dalam dunia kerja”. Dierk Lindemann dari ECSA memberi
komentarnya: “Konvensi ini akan menghilangkan gap yang ada dalam peraturan internasional mengenai kondisi kerja para buruh. Kepentingan-kepentingan buruh merupakan hal yang pokok.” Bagi Efthimios E. Mitropoulos, Sekertaris Jenderal IMO, konvensi ini sepenuhnya menyangkut unsur-unsur kemanusiaan dan menjadi “Pilar Keempat”dalam sistem operasional pelayaran internasional, bersama dengan ketiga pilar konvensi IMO yang mencakup keselamatan, standar pelatihan dan profesional, dan masalah lingkungan.* Berdasarkan sistem sertifikasi, para pemilik kapal akan diminta untuk memenuhi prosedur untuk mendapatkan “Sertifikat Perburuhan Maritim/Maritime Labour Certificate”dan sebuah “Pernyataan Pemenuhan Aturan Perburuhan Maritim/Declaration of Maritime Labour Compliance”yang dikeluarkan oleh Negara bendera kapal. Yang disebut terakhir harus menjelaskan rencana dari pemilik kapal
Ketentuan-ketentuanpokokkonvensibaru l Perjanjian kerja yang dibuat harus memberikan jaminan terhadap kehidupan dan kondisi kerja yang layak diatas kapal, dan harus ditandatangani secara bersama-sama oleh pelaut dan pemilik kapal atau wakil pemilik kapal. l Upah bulanan harus dibayar penuh sesuai dengan perjanjian kerja dan perjanjian kerja bersama. .Jam kerja dibatasi untuk 14 jam dalam setiap periode 24 jam dan 72 jam seminggu. l Pemilik kapal diwajibkan menanggung biaya
pemulangan pelaut dalam hal : menderita sakit, kecelakaan kerja, kecelakaan kapal, kapal digadai, kapal dijual dll. l Ketentuan-ketentuan khusus yang berhubungan dengan akomodasi tempat tinggal dan fasilitas hiburan termasuk ukuran minimum kamar, pemanas ruangan, ventilasi, fasilitas MCK, penerangan dan fasilitas perawatan. l Akses yang mudah untuk mendapat perawatan dikapal maupun dipelabuhan.
l Memastikan bahwa pelaksanaan dan pemenuhan ketentuan konvensi dilaksanakan secara efektif termasuk sistim sertifikasi standar perburuhan. Maritime Labour Certificate dan Declaration of Maritime Labour Compliance harus dikeluarkan oleh Negara bendera kapal dan dokumen-dokumen tersebut harus berada diatas kapal pada saat diperiksa dinegara tempat singgahnya kapal.
Rob Bremner/reportdigital.co.uk
Hak-hak para pelaut
Maritime Labour Convention mewajibkan pelaut yang dipekerjakan harus dengan perjanjian kerja yang memberikan jaminan kondisi kerja yang layak.
untuk memenuhi ketentuan peraturan nasional yang berlaku aturan-aturan konvensi selama pelayaran. Hal ini berarti bahwa para pemberi kerja harus memiliki catatan yang membuktikan bahwa mereka mematuhi ketentuan-ketentuan pokok yang ada dalam konvensi. Juga terdapat prosedur keluhan di atas kapal atau didarat dengan maksud mendapatkan penyelesaian dari suatu masalah dengan cepat. Brian Orrell, Sekretaris Jenderal Nautilus UK, dan juga adalah ketua ITF Seafarers’ Section, merupakan orang pertama yang menyatakan konvensi ini sebagai suatu “Undang-Undang Hak Asasi Pelaut”. Ia berkomentar: “Kami ingin para pelaut mengerti hak-hak mereka, mengetahui bagaimana mereka akan dipekerjakan, dan mengerti jika mereka tidak dipekerjakan dengan semestinya maka mereka mempunyai hak untuk mendapat ganti rugi. Kami sedang membicarakan hak untuk mendapatkan bayaran secara teratur, hak untuk pulang bilamana perlu, hak mendarat yang layak dan akses untuk berkomunikasi, dan hak untuk menyampaikan keluhan.”
Dimensi Eropa Setelah negosiasi terakhir dengan ECSA mengenai draft kesepakatan UE, Brian Orrell melaporkan bahwa kedua belah pihak sekarang telah berjanji untuk membuat perjanjian utama, yang terdiri dari berbagai aspek pokok MLC, yang selanjutnya akan menjadi naskah resmi Buku Pedoman UE. Buku Pedoman UE dipersiapkan sebagai konvensi ekstra laksana “cengkraman kuat”di Eropa, khususnya bagi negara-negara anggota UE yang tidak meratifikasi MLC, walaupun sebenarnya kalangan serikat buruh sangat mengharapkan bahwasanya Buku Pedoman UE tidak akan berlaku sampai MLC itu sendiri diratifikasi dan menjadi dasar hukum untuk diberlakukan.
Orrell menjelaskan: “Para negara anggota UE boleh merasa bahwa mereka telah cukup berupaya dengan cara memiliki Buku Pedoman UE yang harus dipatuhi dan menganggap tidak perlu meratifikasi konvensi. Akan tetapi, di banyak negara UE, sebagian besar para pelaut dipekerjakan di kapal-kapal berbendera asing, yang tidak dilindungi oleh Buku Pedoman tersebut. Orrell percaya, naskah yang dirancang sebagai pedoman tersebut jelas-jelas akan memperkokoh pemahaman dan pemberdayaan hal-hal penting dari konvensi MLC di Eropa. Selain itu ia berkata: “konvensi ini memberikan tanda yang terang kepada berbagai negara anggota UE bahwa masyarakat menginginkan dimuatnya ketentuan ini.”
Perkembangan ratifikasi Untuk sementara waktu, fokus dari semua pihak terkait dititikberatkan kepada ratifikasi konvensi itu sendiri. Salah satu kunci pokok yang ada di balik konvensi ini adalah mengatasi kesulitan yang dihadapi pemerintah dalam meratifikasi dan memberlakukan berbagai ketentuan maritim yang ada saat ini. Konvensi ini dimaksudkan untuk mengatasi persoalan ini dengan menentukan hak-hak para pelaut yang paling dasar, sementara itu juga memberikan kemungkinan kepada berbagai negara yang sedang melakukan proses ratifikasi dalam melakukan pendekatan mereka untuk menerapkan standar global bagi pekerjaan yang layak dalam hukum nasional mereka. Tentu saja, hal ini tidak mudah disebabkan sistem hukum dari negara-negara yang akan meratifikasi masih harus diatasi. Sebelum kapal diizinkan untuk berlayar, sebagai contoh, maka perlu diterbitkannya sertifikat nasional yang menyatakan pemenuhan kapal terhadap ketentuan-ketentuan standar minimum mengenai upah para pelaut, akomodasi, fasilitas istirahat dan kriteria
lainnya, yang menjadi pertanyaan adalah siapa/lembaga mana yang berwenang menerbitkan sertifikat ini dari negara bendera kapal? Dan lembaga dari negara pelabuhan tempat kunjungan kapal yang diberi wewenang untuk melakukan pemeriksaan? Negara yang telah memulai proses ratifikasi memiliki sejumlah besar tantangan hukum untuk diatasi. Masyarakat diwajibkan untuk memberikan dukungan dan dorongan kepada mereka, khususnya kepada negara-negara yang memiliki armada kapal yang besar. Untuk tujuan tersebut, para wakil sektor maritim ITF telah ikut sebagai delegasi dalam beberapa misi ke negara-negara tertentu, termasuk Pilipina, Panama, dan Rusia, selain menghadiri berbagai seminar regional di Jepang, Argentina dan Bulgaria. Berbagai misi tersebut sedang berlangsung dan sejauh ini sebagian besar dinyatakan berhasil, dengan sikap pemerintah di setiap negara yang menunjukkan keinginan mereka untuk menerapkan perubahan hukum yang diperlukan.
Menjaga Momentum Salah satu misi yang pertama, pada bulan Februari 2007, adalah Panama, negara bendera kapal yang terbesar dengan jumlah kapal terdaftar sebanyak 7.000 buah. Setelah misi tersebut, pemerintah berjanji akan menerapkan sebuah rencana langkah-langkah yang melibatkan perubahan hukum, administrasi dan cara kerja dalam rangka memastikan ratifikasi yang cepat di negara itu. ILO menjanjikan bantuannya dengan menawarkan bantuan teknis dalam menyusun norma-norma dan “menciptakan mekanisme untuk konsultasi dan pelatihan”. Tampak jelas bahwa Panama telah lebih dulu termotivasi untuk mendukung konvensi ini. Antonio Fritz, Sekertaris ITF America, yang berperan serta dalam misi, mengamati bahwa motivasi tidak hanya datang dari ketertarikan Panama sebagai negara registrasi kapal terbesar di dunia namun juga karena serikat buruh pelaut di negara itu melihat hal penting untuk menghargai pelaut dengan jalan meningkatkan standar buruh yang bekerja dilapangan. “Industri maritim perlu memberikan sikap secara umum yang tujuannya adalah untuk menghindari persaingan yang tidak sehat“, komentar Fritz. “Isu perburuhan biasanya seputar upaya pengusaha untuk menurunkan biaya operasional yang seringkali mengorbankan keselamatan, namun pejabat pemerintah Panama sepertinya telah mengerti bahwa sistem yang mengeksploitasi para pelaut sudah saatnya berubah. “Serikat pelaut Panama melihat MLC sebagai suatu kesempatan untuk meningkatkan jumlah para pelaut Panama untuk bisa bekerja dikapal berbendera Panama, kondisi yang tidak diutamakan oleh para pejabat maritim negara tersebut dimasa lalu.” Pertanyaan mengenai bagaimana konvensi tersebut memberikan dampak ekonomi nampak sangat besar di negara pemasok
➡
Buletin Pelaut ITF 2008
33
Hak-hak para pelaut ”Argumen kami adalah bahwa, pada saat dimana kapal-kapal masih membutuhkan orang Pilipina, sementara pemerintah Pilipina sendiri belum meratifikasi konvensi tersebut saat konvensi itu sudah diberlakukan secara penuh diseluruh dunia maka pasti para pemilik kapal akan lebih mengutamakan pelaut yang dipekerjakannya adalah dari negara yang telah meratifikasi”.
➡ Harus segera diratifikasi buruh terbesar dunia – Pilipina.
Hak-hak para pelaut Hal ini bukanlah merupakan dampak nyata dari konvensi itu, yang utamanya dirancang untuk menghilangkan praktek-praktek para pemilik dan operator kapal yang ceroboh dan membela para pelaut yang mereka pekerjakan. Sebagai bagian dari misi ILO ke negara Pilipina, bagaimana pun, Brian Orrell mampu membantu menjelaskan maksud dari pelaksanaan standar buruh minimum untuk sebuah negara pemasok pelaut terbesar terhadap industri global. Orrell menjelaskan: ”Argumen kami adalah bahwa, pada saat dimana kapal-kapal masih membutuhkan orang Pilipina, sementara pemerintah Pilipina sendiri belum meratifikasi konvensi tersebut saat konvensi itu sudah diberlakukan secara penuh diseluruh dunia maka pasti para pemilik kapal akan lebih mengutamakan pelaut yang dipekerjakannya adalah dari negara yang telah meratifikasi”. “Tanggung jawab berada pada negara bendera kapal untuk mengeluarkan sebuah sertifikat dan mereka harus menjamin bahwa prosedur telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Mereka akan sampai pada tahap dimana mereka merasa lebih baik pergi ke negara lain yang telah meratifikasi, dimana mekanisme telah sesuai dengan prosedur yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan MLC, dan kemudian Pilipina dapat menyimpulkan mulai kehilangan posisinya. Pilipina memperlihatkan komitmen yang jelas terhadap proses ILO dengan memastikan bahwa semua pejabat dari Departemen Transportasi negara itu berperan serta dengan para delegasi misi. Misi ini meninggalkan pemerintah dalam posisi yang jauh lebih kuat untuk menolak lobi para pemilik kapal dalam negeri, yang merasa prihatin bahwa armada mereka tidak akan mampu memenuhi standar baru yang ditentukan oleh konvensi. Orrell berkata: “Kenyataannya, kami mampu menjelaskan bahwa konvensi ini sebagian besar berkaitan dengan pelayaran internasional (meskipun beberapa dari pelayaran domestik akan disertakan) dan bahwa banyak armada dalam negeri, termasuk kapal-kapl kayu, tidak diikutsertakan. Hal ini menghilangkan rintangan utama.”
Misi di Rusia Di Rusia, delegasi ILO menangkap tanda yang jelas mengenai komitmen politis terhadap ratifikasi MLC selama pertemuan tingkat tinggi dengan wakil pemerintah, termasuk Sekertaris Negara untuk urusan transportasi, direktur Departemen Kerjasama Koperasi dan Hubungan Internasional dan seorang staf ahli kantor Presiden. Akan tetapi, penerapan konvensi ini berhadapan dengan sejumlah tantangan, yang membutuhkan waktu untuk
34
Buletin Pelaut ITF 2008
mengatasinya sampai dengan lima (5) tahun. Langkah persiapan telah disetujui oleh Kementrian Transportasi namun menimbulkan berbagai masalah politis, termasuk kebutuhan pertama untuk menempatkan dengan tepat struktur pelaksana konvensi ILO yang akan disahkan oleh negara itu. Dalam kasus Konvensi 179 (Perekrutan dan Penempatan Pelaut) contohnya, tidak ada agen perekrutan yang diwajibkan harus bertanggung jawab melaksanakan konvensi tersebut. Itu artinya pemenuhannya bersifat sukarela dan bahwa para agen tenaga kerja tidak diawasi dengan benar – situasi yang perlu diperhatikan secara serius guna memastikan diterimanya aturanaturan yang ada dalam MLC. Dalam konteks ini perlu diperhatikan bahwa Federasi Rusia merupakan negara bendera kapal, negara pelabuhan dan negara pemasok buruh yang penting. Sangat jelas bahwa tantangan lainnya adalah kebutuhan akan pelatihan yang diperlukan dalam sistem pemeriksaan dinegara pelabuhan dan negara bendera kapal. Meskipun demikian, pemilik kapal Rusia menawarkan dukungan mereka untuk konvensi, dan mayoritas anggota Parlemen Federal (the State Duma) memberikan komitmen yang kuat. Setelah pertemuan dengan Komite kebijakan perburuhan dan sosial Duma, anggota komite ini membuat konsep sebuah rekomendasi untuk pengesahaan dan pelaksanaan MLC dengan cepat, untuk disampaikan kepada Presiden Rusia. Jon Withlow dari ITF yang berpartisipasi dalam misi, mengatakan: “Ini merupakan misi yang berguna dan produktif. Misi ini telah membuka sejumlah pintu, yang akan membantu kita mengamati proses ratifikasi oleh Rusia, dan petunjuk yang diberikan mengenai langkah-langkah yang diambil oleh Federsi Rusia untuk menerapkan Konvensi ILO 185 (dokumen identitas pelaut/SID) hampir mengesankan. Serikat-serikat buruh global diindustriindustri lain memperhatikan perkembangan pelaksanaan MLC guna melindungi sistem peraturan yang efektif dan cukup keras untuk melindungi 1,2 juta tenaga kerja yang menangani 90% perdagangan dunia. Jika harapan dari masyarakat menjadi kenyataan, maka akan banyak serikat buruh yang akan belajar mengenai seluk-beluk yang memudahkan pelaksana MLC ditingkat nasional seperti halnya sistem global yang ambisius yang sungguh-sungguh menempatkan hak-hak buruh pada bagian utama agenda ekonomi. *Safety of Life at Sea (SOLAS) Convention, Standard of Training, Certification and Watchkeeping (STCW) Convention dan Marine Prevention of Pollution (MARPOL) Convention. Sampai Desember 2007 Kay Parris adalah editor Majalah Transportasi Internasional ITF.
Pelayanan kesejahteraan
Kehidupan para pelaut Pelayanan kesejahteraan yang ada dipelabuhanpelabuhan tidak dapat lagi memenuhi perubahan kebutuhan karena para pelaut menghabiskan lebih banyak waktu di laut, kata seorang reporter berita ITF Seafarer’s Trust.
Survey yang dilakukan ITF membuktikan bahwa kesempatan mendarat sangat dibatasi dengan pola kerja yang baru dan kurangnya sarana pengangkutan.
K
ompetisi yang semakin meningkat dalam industri pelayaran berarti pula terjadinya perubahan yang sangat cepat, awak kapal yang lebih sedikit dan kurangnya kesempatan turun kedarat meningkatkan tekanan pada para pelaut, terlebih lagi pelayanan kesejahteraan yang mereka terima sangat terbatas. TGambaran suram ini muncul dari penyelidikan yang dilaksanakan selama setahun oleh Pusat Riset Internasional bagi Pelaut di Universitas Cardiff, yang diperuntukkan kepada ITF Seafarer’s Trust. Laporan berjudul “Pelayanan yang ada diPelabuhan-pelabuhan bagi para Pelaut” (lengkapnya dapat dibaca di: www.itfglobal.org/seafarers.trust/welfarerpt. cfm) disusun berdasarkan jawaban dari 4.000 responden yang disurvey terkait kebutuhan kesejahteraan para pelaut. Penelitian itu menemukan bahwa fasilitas kesejahteraan yang secara tradisionil ada di pelabuhan-pelabuhan (seperti Seafarers’ Centre) kini mulai dihindari karena semakin banyak para pelaut yang menghabiskan waktunya dilaut dengan hanya sedikit waktu yang bisa digunakan dipelabuhan. Pada waktu yang sama, para pemberi kerja telah gagal mengembangkan layanan kesejahteraan yang berbasis pada perusahaan mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan yang berubah. Antara tugas dan Kebutuhan Kesejahteraan Sebagian besar para pelaut – 72% – mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat petugas Kesejahteraan bagi pelaut datang kekapal mereka selama kontrak kerja saat ini, dan hanya sedikit orang yang
berkunjung kekapal. Harapan dan kebutuhan mereka akan layanan tersebut sulit didapat saat ini. Sebagian besar, 82%, memberikan sambutan positif atas gagasan adanya mobile seafarers’ centre dengan fasilitas seperti email dan toko kecil yang ditempatkan disamping tangga kapal. Para responden bekerja dilebih dari 100 perusahaan, dengan kebijakan aturan kesejahteraan yang berbeda-beda. Perusahaan pada umumnya hanya memiliki sedikit pada kesejahteraan para pelaut, sebagian besar hanya berupa penyediaan fasilitas hiburan yang terbatas. Sementara satu perusahaan setiap bulannya menyediakan dana kesejahteraan sejumlah US$ 150 untuk peralatan olah raga dan DVD kapal dan lain-lain, perusahaan lainnya secara sengaja memungut iuran dana kesejahteraan dikapal yang dipotong dari pembayaran uang lembur atau pendapatan ekstra. Analisa studi dari kebijakan perusahaan, dan wawancara dengan para pemilik dan wakil manajemen perusahaan, menunjukkan kepada: “keseimbangan yang baik antara ketentuan biaya kesejahteraan dan laba perusahaan”.
Fasilitas di Pelabuhan
Sebagian besar para pelaut menghargai adanya pusat-pusat kegiatan pelaut dipelabuhan-pelabuhan, namun dengan bahayanya berjalan diareal pelabuhan dan prosedur keamanan yang ketat maka mereka menginginkan transportasi gratis menuju pusat kegiatan tersebut. Pusat kegiatan yang terbaik untuk para pelaut menurut mereka adalah yang secara umum terdapat dipelabuhan-pelabuhan di Inggris dan bagian lainnya Eropa Barat dan Amerika Utara. Yang paling buruk adalah yang ada dipelabuhan Laut Hitam dan India. Para pelaut yang pergi kepusat-pusat perbelanjaan seperti toko, karaoke dan bar pelaut, khususnya yang menyediakan transportasi gratis semakin bertambah.
Tetap berkomunikasi
Persoalan terbesar adalah masih tidak diperbolehkannya menggunakan email ketika berada di laut, sehingga kehilangan jalur komunikasi yang vital dengan keluarga dan teman-teman. Hanya 16 persen dari para pelaut mengatakan mereka bisa mengakses email saat di kapal – 3%nya adalah bawahan. Dan bahkan ketika mereka diperbolehkan mengakses, mereka tetap dibatasi dengan jumlah dan waktu email yang dapat mereka kirim, tidak adanya privasi dan kadangkala dipungut biaya untuk email yang diterima maupun yang dikirim. Walaupun surat merupakan pilihan yang termurah, banyak yang mengatakan waktu mereka yang terbatas, dan waktu yang diperlukan untuk surat, menjadikan menulis surat kurang menarik perhatian.
➡
Buletin Pelaut ITF 2008
35
Pelayanan kesejahteraan
Kehidupan para pelaut
➡
Wawancara dengan wakil perusahaan mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan lebih menyukai awak kapal mereka tetap dalam keadaan tidak mengetahui kabar dari rumah daripada memiliki akses langsung melalui email di atas laut. “Mereka akan mencemaskan mengenai apa yang terjadi di rumah,”kata salah satu perwakilan itu.
Mendarat
Mendarat – hal yang begitu penting bagi kesehatan mental dan fisik para pelaut – adalah yang secara langsung terkena imbas dari perubahan kondisi dalam industri pelayaran, dimana dalam laporan menyebutkan 64% pelaut mengatakan bahwa sudah lama mereka tidak atau belum pernah mendapatkannya, dan 36% dari mereka yang telah mendapatkannya mengatakan izin mendarat tersebut rata-rata hanya 2 jam saja. Alasan utama kurangnya kesempatan mendarat bukan hanya karena beban kerja selagi berada dipelabuhan dan jadwal pelayaran yang sering berubah, namun para pelaut juga kekurangan transportasi, informasi mengenai pelabuhan, dan dibatasi oleh aturan ISPS. Pembatasan yang terakhir tersebut juga telah disinggung oleh wakil perusahaan, yang sepakat mengenai pentingnya kesempatan mendarat untuk kesejahteraan para pelaut.
Apa yang diinginkan para pelaut
Banyak diantara para pelaut yang mengatakan kesejahteraan mereka akan membaik dengan: transportasi gratis ke fasilitas kesejahteraan yang berada di darat (termasuk komunikasi, belanja dan tempat beribadat); kunjungan ke kapal oleh petugas kesejahteraan; informasi mengenai pelabuhan di mana mereka kunjungi; keseimbangan antara penerapan aturan ISPS dan kebutuhan akan kesejahteraan mereka; dan akses terhadap fasilitas e-mail di kapal. David Cockroft, Sekertaris Jenderal ITF, yang juga sekertaris ITF Seafarer’s Trust, menjelaskan bahwa Yayasan ini telah ”berubah dari pendanaan untuk proyek bangunan yang sifatnya besar keproyekproyek kecil berupa pelayanan mobile yang setiap saat dapat berkunjung kekapal secara lebih intensif”. Yayasan ini juga bertujuan meningkatkan program-program kesejahteraan untuk para pelaut melalui berbagai proyek yang menyediakan fasilitas komunikasi diatas kapal, dan layanan telpon gratis melalui International Seafarers’ Assistance Network. Laporan selengkapnya (dalam Bahasa Inggris) dapat dilihat di : www.itfglobal.org / seaferers-trust/welfarerpt.cfm
36
Buletin Pelaut ITF 2008
²”KeberadaanSeafarers’ Centredi pelabuhansangatlah
penting; disamping keperluan lainnya anda dapat menggunakan fasilitas untuk menelpon. Anda juga dapat bertemu dengan pelaut-pelaut dari kapal lainnya”.
²”Kalau saya berkomunikasi menggunakantelepon
satelit akan sangat mahal. Kami punya email dikapal tapi itu hanya bisa digunakan untuk urusan yang ada hubungannya dengan keperluan kapal-dimana selain Mualim-I saya tidak bisa menggunakannya untuk keperluan pribadi”
²”Turun kedarat sangatpenting untuk bisa
menghilangkan stress. Kami seperti orang yang dipenjara dikapal. Kami perlu berinteraksi dengan orang lain suasana yang berbeda”.
²”Apabilakamime-lashingcontainer,kamidibayar1US
dollar per-kontainer; setiap bulannya 10% dari uang lashing dipotong untuk dana kesejahteraan dikapal”.
²”Secara umum pelaut-pelautmembutuhkankonseling.
Bukan semua pelaut, tapi khususnya pelaut-pelaut Pilipina. Ini terkait dengan keyakinan agama kami”.
²”Kamiinginadaorangyangdatang danmelihat
kenyataan betapa terisolasinya kami. Ada yang dating kepada kami dan bertanya ‘ Apa kabar? Kamu tinggal disini? Kamu baik-baik saja?”.
²”…Dibanyakpelabuhan tidaktersediateleponumum.
Sebelum ISPS diberlakukan ada yang datang kepelabuhan dengan membawa HP dengan tafif 1 US Dollar per-menit tapi sekarang anda tidak bisa lagi menemukan mereka….Komunikasi dengan keluarga sangat sulit bagi kami, yang bisa kami lakukan hanya menunggu saja dipelabuhan selama beberapa jam”.
²”Hanya sedikitorangyangmemahamikehidupankami dilaut…..tidak ada kebahagiaan yang bisa dibeli selain mendengar suara dari anggota keluarga mu”.
Illustrations by Clive Wakfer
Lintas budaya Jika anda bekerja dilingkungan industri maritim, anda mungkin akan bertemu dengan para pelaut dari berbagai negara dengan budaya dan latar belakang yang berbeda. Faktanya seperti: cerita, ucapan dan kebiasaankebiasaan lainnya memberi gambaran kepada anda menyangkut beberapa tradisi pelaut dari negaranegara maritim tertentu, seperti pelaut-pelaut dari : China, negara-negara yang berbahasa Inggris, Pilipina, Islandia dan Rusia. YASMIN PRABHUDAS melaporkan.
Cina China memiliki tradisi maritim yang panjang sejak 7.000 tahun lampau, dan mencapai puncaknya mada masa Dinasti Ming dari 13681644. Kini pelaut China berjumlah sekitar setengah juta pelaut. Legenda pahlawan samudera berbangsa Cina, Zheng He (Cheng Ho). Zheng He hidup pada zaman Dinasti Ming. Armadanya terdiri lebih dari 300 kapal, mempekerjakan 27.000 pelaut dan ia dikatakan telah berlayar mengunjungi lebih dari 30 negara dan wilayah di Asia dan Afrika antara tahun 1405 dan 1433. Diyakini bahwa rute yang diambil melewati Lautan India dan Pasifik bagian Barat, berlayar jauh kebarat menuju Teluk Persia dan Madagaskar. Perjalanannya tercatat 87 tahun lebih dahulu daripada penemuan Columbus atas Amerika. Beberapa Pepatah para Pelaut bangsa Cina l Naikkan layarmu satu kaki dan kamu akan mendapatkan angin sepuluh kaki. l Kapal besar sering berlayar dengan hutang yang besar pula l Jangan membangun kapal baru selain terbuat dari kayu tua. l Hati-mu, selain pantai ditepi laut, merupakan duniamu. l Kamu tidak dapat memuati perahu kecil dengan muatan berat.
Pilipina Pilipina merupakan bangsa pelaut yang terbesar di dunia dengan jumlah sekitar 250,000 pelaut Pilipina yang aktif bekerja pada semua jenis kapal. Walaupun mereka hanya sebesar 15 persen dari jumlah orang Pilipina yang bekerja di luar negeri, mereka membawa pulang lebih banyak uang dolar daripada kelompok lain di negerinya.
Hiburan Pelaut Pilipina pada umumnya lebih suka: l Bola basket daripada sepak bola lBilyar daripada Snooker (permainan yang dimainkan di atas meja bilyar dengan menggunakan tongkat bilyar dengan 15 bola merah dan enam bola warna lain dan satu bola putih) Mitos Orang Pilipina Dahulu kala, bumi, laut, dan langit diperintah oleh tiga Dewa yang berbeda. TDewa Matahari, yang mengatur langit memiliki anak perempuan yang cantik, bernama Luna, yaitu Bulan. Satu hari ia berjalan menuju jalan yang membawanya ke luar dari kerajaannya. Ia mengembara sampai ia mencapai tempat dimana langit bertemu dengan laut. Ketika ia sedang mengagumi halhal yang indah di sekitarnya, ia dikejutkan oleh sebuah suara. Ia bertanya, “Dari mana asalmu, cantik?” Ketika membalikkan badan ia melihat seorang pria muda. Pria itu tersenyum kepadanya. Ia menjawab, “Saya Luna, puteri Dewa Matahari”. Lalu sang pria menjawab, “Saya Mar, putera Dewa Laut. Selamat datang di kerajaan kami”. Kemudian keduanya segera menjadi teman baik. Mereka mempunyai banyak cerita yang menarik untuk saling diceritakan kepada masing-masing. Ketika sudah waktunya tiba untuk Luna pergi, mereka berjanji untuk bisa bertemu sesering mungkin. Mereka terus bertemu. Lama kelamaan mereka saling jatuh cinta. Suatu hari, setelah melakukan pertemuan secara rahasia, Luna kembali ke surga dengan penuh gembira. Ia begitu sangat bahagia dan dia menceritakan rahasianya kepada para sepupunya. Sang sepupu, merasa iri karena kecantikan dan kebahagiaannya, menceritakan rahasia itu kepada Dewa
➡ Buletin Pelaut ITF 2008
37
Lintas budaya “Para Nelayan percaya bahwa setiap kali Luna, sang bulan, nampak, maka laut membuat ulah. ‘ Itu adalah Mar yang mencoba melarikan diri dari guanya’, kata mereka”.
➡ Matahari. Sang Dewa sangat marah mengetahui ketidakpatuhan puterinya terhadap hukum alam. Ia menguncinyadi taman dan mengirimkan pesan kepada Dewa Laut dan menceritakan kepadanya bahwa puteranya Mar telah melangar hukum alam juga. Dewa Laut mengurung puteranya dalam salah satu gua laut miliknya. Luna rindu untuk bertemu kembali dengan Mar. Suatu hari ia berhasil melarikan diri dari taman. Ia bergegas menuju tempat pertemuan mereka. Mar melihat bayangan Luna di dalam air dari bagian dalam gua laut. Ia mencoba untuk meninggalkan gua yang menyebabkan laut menjadi murka. Luna menunggu dan menunggu namun Mar tidak muncul. Ia kembali ke rumah dengan sangat sedih. Ia mencoba beberapa kali menemuinya lagi dan pergi ke tempat pertemuan, namun Mar tidak pernah datang. Para Nelayan percaya bahwa setiap kali Luna, sang bulan, nampak, maka laut membuat ulah. “Itu adalah Mar yang mencoba melarikan diri dari guanya”, kata mereka. Beberapa istilah umum orang Pilipina Apat = Nakhoda Hepe= Ketua Hepe kubierta = Mualim I Hepe maskinista = KKM Maestro amo = bosun Makina = mesin Kubierta = geladak Pabor = pelabuhan Estrebor = sebelah kanan kapal Tali = tali Baldeyo = cuci geladak/palka Kargada = kargo Kain = makan Puerto = pelabuhan/sandar Kaibigan = teman Kabayan/kababayan = teman sebangsa Kumusta = apa khabar? Halo! Maalon = ombak besar/cuaca buruk Walang sahod = tidak ada upah
38
Buletin Pelaut ITF 2008
Walang pera = tidak ada uang Yosi = rokok Alak = semangat/anggur/alkohol
Islandia Ada tradisi yang mengakar dalam masyarakat Islandia yaitu perayaan tahunan yang disebut Hari Pelaut, yang merupakan ungkapan penghormatan kepada para pelaut sebagai pahlawanyang turut memberikan sumbangan dalam pembangunan negaranya. Hari Pelaut di Islandia ditetapkan pada tahun 1937, ketika serikat buruh pelaut di ibu kota, Reykjavik, dan kota tetangganya, Hafmarfjorfdur, mendirikan Dewan Hari Pelaut. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan “Perayaan bagi para pelaut Islandia atas dedikasi mereka yang dilaksanakan sehari dalam setahun”. Hari para pelaut pertama dirayakan pada tahun berikutnya, tahun 1938, dan sejak itu diadakan pada Minggu pertama setiap bulan Juni, perayaan ini telah menjadi bagian perayaan kemasyarakatan yang tidak terpisahkan yang kemudian dibuat undang-undangnya pada tahun 1987 dan merupakan salah satu dari 11 “hari nasional”di Islandia. Pada hari tersebut rakyat Islandia memberi penghargaan kepada industri-industri pendiri negeri. Perayaan dilaksanakan dikota-kota dan desa-desa di sepanjang pesisir pantai Islandia termasuk membuat pameran-pameran tentang para pelaut dan pekerjaannya sehari-hari, dan merupakan suatu penghormatan yang pantas diberikan kepada mereka yang meninggal dilaut, para pensiunan pelaut dan pelaut-pelaut senior. Singkatnya ada kontes mengayuh perahu, pertunjukkan keahlian dan menyanyi serta dansa. Semua kapal nelayan bertambat di pelabuhan pada hari itu, karena para pelaut ini bergabung dengan kawan-kawannya, keluarga mereka dan masyarakat dalam perayaan itu. Dewan pengurus Hari Pelaut memperluas perannya pada tahun 1939. Dewan Pengurus ini ingin mendukung para pelaut dengan segala upaya untuk memperoleh hak-haknya dengan
mempertimbangkan bahwa karena pekerjaan para pelaut yang penuh resiko menjadikan kehidupan sosial mereka amat terbatas. “Untuk mengurangi beban tersebut, dewan pengurus ini memulai membangun dan mengusahakan sebuah panti untuk para orang tua di Reykjavik dan Rumah bagi Pelaut senior telah dibuka pada tahun 1957.”Kata Gudmundur Hallvardsson, Ketua Dewan Pengurus Hari Pelaut, “Rumah lainnya telah dibuka di Lafnarfjordur pada tahun 1977. Sekitar 700 orang tinggal di panti-DAS ini, yang adalah merupakan pasien-pasien pendahulu yang dirawat di tempat yang disediakan untuk para orang tua di Islandia saat ini”.
Rusia Tradisi maritim Rusia diawali pada zaman Peter Agung di akhir abad ke-17. Saat ini terdapat lebih dari 120.000 pelaut Rusia. Hari Libur khusus Rusia Pada tanggal 16 Juni, orang Rusia merayakan Hari Neptune. Menurut tradisi, para pelaut yang melintasi ekuator untuk pertama kalinya harus dirayakan. Para pemula harus mandi di laut atau orang lain akan melemparkannya ke kolam renang. Pelaut yang tidak beruntung kemudian harus merangkak melalui lorong-lorong kamar yang ada dikapal yang sebelumnya telah dengan sengaja dilumuri oli mesin. Setelah pelaut itu menjalani upacara ini, ia akan menerima cap “Neptune”dan sertifikat pelantikan. Kali berikutnya saat ia melintasi equator, ia dapat terhindar dari ritual ini dengan memperlihatkan sertifikat yang dimilikinya! Para pelaut kapal-kapal niaga dan pelautpelaut dikapal-kapal penyeberangan juga memiliki perayaan yang dilaksanakan dihari Minggu pertama dalam bulan Juli. Toast kepada para Pelaut Merupakan hal yang umum bagi bangsa Rusia untuk mengadakan minum penghormatan kepada para pelaut dalam suatu acara. Hal ini biasanya dilakukan setelah “toast”utama dari acara tersebut. Pepatah bangsa Rusia Minum bir tanpa Vodka sama saja dengan melemparkan uang pada angin. Beberapa ungkapan dan kalimat bangsa Rusia yang umum Privet = halo Rossila = Rusia Kak dela? = apa kabar? Droog = teman Do svidaniia = selamat tinggal Kapitan = Kapten Shef = ketua Port = pelabuhan Poidiom vypiem = ayo minum yuk. Vodka = vodka Pivo = bir Baksy = dolar Yasmin Prabhudas adalah editor berita online ITF.
Percakapan Bahasa Inggris antar pelaut... Bahasa gaul para pelaut. Para pelaut dari negara-negara yang berbahasa Inggris seperti Australia, Inggris, Selandia Baru and Amerika Serikat membuat bahasa gaul bagi pelaut, termasuk sajak berbahasa gaul. Beberapa contoh sebagai berikut : • oold man = nakhoda •Harry Tate = mualim / perwira dek •ginger beer = masinis • leckie = juru listrik •sparky = perwira radio •babbling brook = koki •crumb catcher = pelayan •scalyback = AB / kelasi dek •donkeyman = mandor mesin • firemen = kelasi mesin • channels = sebagai ungkapan perasaan pelaut dalam menjalani hidup keseharian setelah mereka sempat mendarat sebentar • starboard list = sebagai ungkapan situasi dimana seorang pelaut terlalu banyak minum (sehingga tidak mungkin bisa bersajak yang indah) • pump the bilges = kalau mau ke kamar kecil • going ashore gear = jaket untuk turun kedarat • pit = tempat tidur/istirahat • doebie = tukang cuci •job and knock = sebagai ungkapan saat anda akan istirahat setelah melaksanakan tugas •bell to bell = jam kerja normal sesuai jadwal •ringbolt = penumpang atau barang gelap dikapal •docking bottle = botol minuman keras •black pan = makan malam diatas jam 10 malam
•cowboy hitch = salah mengikat simpul Sea shanties Ini adalah sebuah lagu yang sering dinyanyikan oleh para pelaut untuk membuat pekerjaan menjadi lebih ringan. Merupakan lagu tradisional dari kebudayaan orang-orang Anglo-Irlandia dan Afrika-Karibia. Lagu ini diperkenalkan oleh para pelaut dari budaya lain dengan mencampurkannya dengan melody khas Irlandia dan irama Afrika dan Polinesia, yang bercampur dengan cerita rakyat Amerika. Jenis shanty yang dinyanyikan tergantung pada pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Contohnya …. Short drag or short haul shanty – lagu ini dinyanyikan ketika para pelaut sedang mengerjakan pekerjaan yang harus cepat selesai, seperti menggulung atau membentangkan layar. Long drag shanty – lagu ini dinyanyikan saat melakukan pekerjaan yang berat dan membutuhkan waktu lama seperti memasang layar. Dinyanyikan setiap selesai memasang satu tali dan dimanfaatkan untuk istirahat. Capstan shanty – dinyanyikan saat melaksanakan pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lama dalam suatu irama tertentu, contohnya saat memutar rantai jangkar saat menurunkan atau menaikkan jangkar. Forecastle shanty – tdinyanyikan disore hari saat pekerjaan sudah selesai. Biasanya lagu-lagu cinta, petualangan, perjuangan atau humor. Whaling shanty – dinyanyikan saat berhasil menangkap ikan paus.
Buletin Pelaut ITF 2008
39
Surat Saya keliru tidak meminta pertolongan ITF Saya adalah mantan nakhoda kapal Captain Kharlamov (sebelumnya bernama Strelets). Pada akhir Juli saat kami bersandar di Niigata, Jepang, ITF datang kekapal kami. Saya tidak ikut melapor sebagaimana yang dilakukan oleh para awak kapal saya, malangnya, saya percaya pada janji perusahaan, Drakar Marine, dan pemilik kapal, SVS Shipping& Trading. Kapal meninggalkan Niigata pada tanggal 30 Juni 2007 dengan bahan bakar solar yang minim dan persediaan makanan yang sangat sedikit. Namun saya memutuskan untuk berlayar dengan mempertimbangkan kerugian pemilik kapal setelah tertahan di Niigata selama 25 hari yang dikarenakan adanya kekurangan-kekurangan serius yang ditemukan oleh PSC menyusul dilakukannya pergantian nama dan bendera kapal. Saya sepakat dengan pihak pemilik, SV Strokulya, dari Petropavlovsk-Kamchatskly (walaupun perusahaan ini terdaftar di Belize), bahwa kapal itu akan mengisi bahan bakar di Kepulauan Kuril Selatan atau di Sakhalin disebabkan oleh harga bahan bakar bensin dan solar yang mahal di Jepang. Ketika kapal berada diwilayah utara timur laut Hokkaido, pemilik kapal mengajukan dua pilihan kepada saya: . - berlayar terus dengan arah menuju Kepulauan Kurit Utara dan menerima solar dari tongkang; - meneruskan perjalanan ke teluk Aniva, Kepulauan Sakhalin, walaupun ini artinya menambah waktu berlayar 2.5 hari. Saya menolak opsi pertama, mengingat pilihan tersebut terlalu berisiko – tidak seorang pun yang diizinkan membawa tongkang ke laut dalam cuaca buruk – dan tetap berlayar menuju teluk Aniva untuk pengisian bahan bakar. Menurut pendapat saya, pemilik kapal pasti berpikir saya tidak keberatan melakukan perjalanan yang lebih panjang. Pada tanggal 3 Juli, saya mengirimkan permohonan berhenti ke Petropavlovsk, Kamchatskly, kepada pemilik kapal karena kesehatan saya yang tidak baik. Mengenai pengisian bahan bakar, saya ternyata benar. Kapal mengalami cuaca buruk ketika hampir mencapai Kepulauan Kurit Utara dan harus mencari perlindungan selama 3.5 hari. Ketika tiba di PetropavlovskKamchatskly pada malam hari tanggal 13 Juli, kami telah menghabiskan BBM kapal sebanyak 8 mt solar dari 15 mt yang diterima di Teluk Aniva dan perjalanan dilakukan selama 14 hari, menyimpang dari rencana semula yang hanya 8 hari. Kami kekurangan persediaan makanan dan air bersih.
40
Buletin Pelaut ITF 2008
Antara tanggal 14 atau 15 Juli, dilakukan pergantian nakhoda. Janjijanji pemilik kapal untuk membayar upah semua awak kapal setelah tiba di Petropsvlovsk-Kamchatskly ternyata tidak dipenuhi, walaupun ada janji tertulis dari perusahaan, begitu juga tidak ada perubahan kontrak. Pemilik sering menelpon saya sewaktu di Jepang, namun sekarang tidak pernah sekalipun ia menelpon saya setibanya kami di PetropavlovskKamchatskly. Nampaknya bahwa, setelah penggantian nakhoda, saya tidak lagi dipedulikan dan dia telah benar-benar melupakan saya dan janjijanjinya mengenai gaji saya. Saya diterima kerja pada PetropavlovskKamchatskly dalam proses waktu hanya satu hari dan tidak ada waktu untuk melaksanakan semua formalitas karena kapal akan segera berangkat. Dalam keadaan seperti ini, saya menyetujui persyaratan gaji secara lisan dengan pemilik kapal. Selanjutnya, Drakar Marine mengirimkan kepada saya sebuah kontrak untuk ditandatangani pada saat kami tiba di Pohang, Korea. Saya merasa kecewa mengenai hal ini dan memutuskan tidak menandatanganinya. Saya berencana membicarakannya dengan pemilik kapal setelah kapal kembali ke Petropavlovsk-Kamchatskly. Namun perjalanan ternyata berakhir tiga bulan bukannya seperti yang direncanakan semula. Semua upaya saya untuk bertemu dengan pemilik kapal untuk membicarakan kontrak dan gaji mengalami kegagalan. Saya mengerti bahwa ITF tidak dapat membantu saya dalam situasi seperti ini karena saya telah begitu bodoh dan tidak bergabung dengan para awak kapal saya dan meminta bantuan ITF lebih awal. Saya menyadari sekarang bahwa selama ini telah berurusan dengan pemilik dan operator kapal yang tidak jujur. (Nama ada pada ITF) Eks-Nakhoda kapal Captain Kharlamov
“ Saya mengerti bahwa ITF tidak dapat membantu saya dalam situasi seperti ini..... Saya menyadari sekarang bahwa selama ini telah berurusan dengan pemilik dan operator kapal yang tidak jujur”.
esuatu seringkali kambuh tiba-tiba! Banyak jenis penyakit yang berciri-ciri demikian. Suka atau tidak suka kita harus menjalaninya – dengan mengubah perilaku kita, menjalani perawatan atau siap dengan episode lain. Kondisi seperti itu dapat memberi dampak pada kemampuan seseorang bekerja di laut. Sakit-sakitan dapat merusak kemampuan kita dalam memenuhi tuntutan kerja. Dalam beberapa sebab maka seorang pelaut yang mengalami kondisi seperti itu kemungkinan besar kegiatannya akan dibatasi oleh dokter yang berwenang dibidang maritim. Apabila risikonya adalah jatuh mendadak, maka bekerja di laut kemungkinan akan dilarang. Seringkali risiko akan berkurang seiring dengan jalannya waktu setelah episode awal. (misalnya beberapa bentuk serangan jantung). Dalam hal ini, seseorang yang ditugaskan pada bagian tertentu yang beresiko tinggi dikapal kemungkinan besar tidak akan diizinkan untuk selamanya, atau dibatasi untuk waktu yang lebih lama daripada yang lainnya, dengan maksud untuk mencegah dia mengalami kolaps sewaktu-waktu. Banyak kondisi besar lain seperti halnya sakit gigi, ginjal atau batu pada kandung empedu atau kendung kemih, komplikasi dari hernia atau sakit lambung yang berlangsung lebih dari beberapa jam. Bekerja dikapal dengan rute pelayaran yang lama kemungkinan besar akan dilarang sampai kondisi tersebut mendapat perawatan, namun tugas-tugas terbatas di pelayaran dekat mungkin masih dimungkinkan. Contoh umum dari keadaan seperti itu termasuk berikut ini...
S
Serangan mendadak atau hilangnya kesadaran Serangan penyakit mendadak atau serangan epilepsi yang tiba-tiba di laut dapat merupakan risiko besar di laut bagi orang yang menderitanya dan dapat menciptakan kesulitan yang berat bagi anggota awak kapal lainnya dalam menjaga orang yang telah mendapat serangan dan yang akan terserang lagi. Bagi seseorang yang di tugaskan pada bagian yang rawan keselamatan akan menyebabkan kapal berada dalam keadaan bahaya. Serangan sebelumnya merupakan satu dari yang paling utama diperkirakan dari keadaan sakit kambuhan, walau pun risikonya juga akan bertambah setelah kelebihan alkohol, luka kepala, stroke, operasi otak dan karena mendapatkan beberapa pengobatan. Salah satu masalah umum adalah ketika seseorang hilang kesadaran, tidak seorang pun yang melihatnya dan tidak ada tanda-tanda apapun. Penyebabnya dapat saja berupa sakit
Sehat dilaut
Hati-Hati Dengan Berbagai Penyakit Yang Suka Kambuh TIM CARTER, penasehat medis United Kingdom Maritime and Coastguard Agency, menjelaskan bahwa bahaya akibat sering kambuhnya penyakit dapat dikurangi dengan pemeriksaan medis yang tepat, penanganan yang baik dan tindakan pencegahan yang efektif. yang sederhana, masalah jantung atau serangan jantung. Pemeriksaan klinis yang lengkap sangat penting dan, kecuali penyakit yang mudah diobati dan jelas dapat diketahui, maka masa istirahat dari kerja dikapal sangatlah penting dilakukan terhadap penyakit-penyakit yang sering kambuh. Diabetes Kemampuan untuk menangani pekerjaan yang rawan terhadap keselamatan pada setiap orang yang memiliki penyakit diabetes sangat rumit. Hormon insulin mengatur pemasukan glukosa ke dalam sel tubuh. Pada sakit diabetes terdapat kekurangan insulin dan ini artinya bahwa sel benar-benar memerlukan nutrisi penting. Hal ini dapat menyebabkan masalah jangka pendek dan jangka panjang. Kekurangan dalam jumlah banyak dapat terjadi di awal kehidupan, namun beberapa kasus muncul secara relatip dari kekurangan pada usia pertengahan. Yang pertama hampir selalu membutuhkan pengganti insulin melalui injeksi. Yang terakhir seringkali dapat diupayakan dengan perawatan, paling tidak pada awalnya, melalui kontrol berat badan dan diet – namun hal ini akan memerlukan pemberian makanan tambahan berupa tablet atau injeksi insulin. Kedua jenis diabetes ini sendiri dan perawatan dengan insulin dapat menimbulkan komplikasi. Dalam jangka pendek, diabetes yang tidak mendapat pengobatan yang intensif dapat menyebabkan pingsan selama berjam-jam atau
Kiri : Pemeriksaan gigi secara teratur sewaktu didarat dapat membantu mengatasi masalah sakit pada gigi dan gusi selama dilaut.
dalam hitungan hari. Yang benar-benar ringan, glukosa yang tidak dapat digunakan oleh sel mereka akan hilang dalam urin – menyebabkan seringkali buang air kecil dan seringkali merasa haus. Untuk jangka waktu panjang, maka akan terjadilah kerusakan pada pembuluh darah – meningkatkan risiko pada jantung dan penyakit pada pembuluh darah, kesemutan pada jemari kaki dan menyebabkan kebutaan. Pengobatan yang efektip dapat mencegah masalah jangka pendek dan memperlambat atau mengurangi kerusakan serius untuk jangka panjang, namun dalam hal pengobatan dengan insulin biayanya sangat mahal. Pengawasan yang baik terhadap glukosa darah meningkatkan kemungkinan ketidakseimbangan yang menyebabkan kekurangan glukosa yang beredar. Hal ini dapat memberikan dampak yang mendadak pada otak, yang merupakan pengguna glukosa terbanyak dan mempunyai sedikit persediaan. Pingsan dapat saja terjadi jika kekurangannya sangat serius, namun kekurangan yang tidak begitu banyak dapat berdampak pada fungsi otak – artinya bahwa sikap dan pemahaman akan berubah. Kekurangan ini dapat diperbaiki dengan glukosa atau dengan menyuntikkan hormon yang dibentuk dalam prankeas (glucagon) yang dapat memecahkan glycogen, yang bertentangan dengan dampak insulin. Apa dampak dari kondisi yang rumit ini terhadap kemampuan pelaut? Secara umum, mereka yang membutuhkan pengobatan insulin dipertimbangkan tidak mampu untuk bekerja di laut dikarenakan oleh konsekuensi yang
mendadak dan mengarah ke pada berat dari (gula darah yang sangat rendah diakibatkan dari hasil pemberian insulin yang berlebih (hypoglycaumia) dalam situasi di mana persediaan darurat tidak ada. Perusakan atas pemahaman dan perilaku dengan terlalu banyak insulin yang sedikit keras dapat menyebabkan penilaian pada mereka yang melakukan tugas rawan keselamatan. Selain itu, keseimbangan yang cermat harus tetap dijaga antara makanan dan insulin dan hal ini akan menjadi sulit jika dalam keadaan sakit, dengan jadwal kerja yang beragam dan dalam keadaan darurat. Mereka yang mendapat perawatan melalui diet, dengan atau tanpa tablet, biasanya dipertimbangkan mampu namun perlu untuk lebih sering berobat, kapan pun mungkin dengan dokter yang sama, sehingga kemajuannya dapat diawasi. Juga penting untuk memperhatikan kaki, mata dan jantung untuk memastikan bahwa tidak ada komplikasi yang memengaruhi organ-organ ini. Batu Batu terbentuk dalam kandung kemih air empedu, ginjal dan kandung kemih saluran kencing dapat memengaruhi episode kesakitan (kolik) mendadak ketika terbentur pada pembulu kecil yang berasal dari organ-organ ini. Mereka dapat juga menjadi sumber diberinya suntikan. Mekanisme pembentukan batu di dalam kantong empedu dan kandung kemih urin caranya berbeda. Jadi hanya pembentukan batu saluran air kencing yang dapat dikurangi dengan minum banyak dan oleh karenanya itu merupakan persoalan yang paling besar di daerah yang beriklim panas dimana dehidrasi merupakan hal yang umum. Pasen di darat dengan kondisi seperti ini seringkali dicermati dalam satu kali apakah masalah tersebut terus menerus atau perlu dioperasi. Pendekatan ini mungkin tepat untuk beberapa pelaut yang hanya bekerja di pelabuhan rumah mereka, namun tidak untuk mereka yang jauh dari perawatan medis. Kadangkala dihadapkan pada keadaan di mana sangat penting untuk memastikan perawatan definitif diberikan pada tahap awal jika kemampuan yang tidak terbatas diperlukan sebagaimana jika mengalami kekurangan dalam waktu yang lama, bebas dari gejala sangat penting sebelum sertifikat seperti itu dapat dikeluarkan. Hernia dan radang usus Kriteria yang hampir sama terjadi pada mereka yang menderita batu. Baik ahernia maupun radang dinding lambung, jarang namun dapat ditebak dan komplikasi yang kemungkinan besar berat dapat saja terjadi. Penanganan yang terlambat di darat dimana keadaan darurat ini dapat diatasi bisa diterima, namun hal ini bukan pilihan untuk para pelaut dimana pembatasan yang sangat ketat umum dikenakan sampai pengobatan lengkap tercapai. Gigi Kesehatan gigi yang baik dapat merupakan masalah sepele, namun sakit gigi dan jenis sakit gigi yang menyertainya merupakan alasan umum untuk penanganan medis darurat di laut dan dapat menyebabkan pilihan yang mahal.
➡
Kanan : Pengetesan diabetes.
Buletin Pelaut ITF 2008
41
➡ Penyakit yang kambuh
Kegiatan olah raga di Georgia Diatur oleh Serikat Buruh Pelaut Georgia, Festival Olahraga Internasional ke-3 telah diselenggarakan di pelabuhan Georgia pada tanggal 24 Oktober 2007. Di Akademi Maritim Batumi, para kadet, para buruh pelabuhan dari Batumi dan awak kapal Ukraina dari Zografia berbendera-Malta turut serta dalam perayaan ini, dengan permainan sepak bola dan tenis meja yang sangat populer. Pertandingan sepak bola antara tim buruh pelabuhan dan awak kapal Zografia berakhir dengan 7-2 kemenangan untuk pada buruh pelabuhan. Kontak ITF dipelabuhan, Merab Chijavadze, melaporkan bahwa awak kapal walaupun begitu diberi penghargaan dengan kemeja sepakbola, suvenir dan sepatu olah raga yang disumbangkan oleh serikat buruh. Dan mereka diundang untuk hadir pada pesta kecil yang diadakan di klub pelaut setempat untuk mencicipi bir Georgia yang nikmat.
Pada waktu tertentu sakit gigi ini merupakan alasan yang paling umum terjadi yang membutuhkan evakuasi medis pada industri lepas pantai Laut Utara Eropa. Pemeriksaan terhadap gigi secara teratur dengan perawatan terhadap setiap masalah dapat sangat mengurangi frekuensi darurat. Hal ini merupakan sesuatu yang menjadi tanggung jawab para pelaut secara pribadi, namun standar medis yang dikaji ulang saat ini memerlukan pernyataan tertulis bahwa para pelaut telah menemui dokter gigi dan mendapatkan perawatan yang diperlukan dalam waktu 12 bulan terakhir dibanding dengan pemeriksaan gusi dan gigi sebelumnya oleh dokter yang disetujui. Hal ini perlu direncanakan selama menjalani cuti dan kurangnya pemeriksaan dapat menimbulkan masalah besar jika hal ini baru diketahui pada saat mulai bergabung kekapal. Semua ini hanya beberapa contoh cara membuat suatu keputusan dalam keadaan dimana terdapat risiko kambuhnya suatu penyakit yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Dengan mengingat kondisi medis dan kemampuan, beberapa aspek harus dipertimbangkan. Beberapa hal berkaitan dengan keselamatan kapal dan awak kapal – penglihatan yang buruk atau kehilangan kontrol yang mendadak selagi bertugas di anjungan, kemampuan untuk menangani keadaan darurat, risiko menyebarnya infeksi - berkaitan dengan biaya dan risiko penyimpangan rute pelayaran atau penyelamatan dimana perawatan di darat harus dilakukan segera. Pada akhirnya, upaya pencegahan yang baik dapat mengurangi risiko penyakit yang terjadi di masa mendatang pada para pelaut – sehingga dapat meningkatkan kesempatan karir secara penuh dan mengurangi kemungkinan terjadinya serangan penyakit secara mendadak sewaktu berada di laut. Sebuah versi dari artikel ini pertama muncul dalam The Telegraph, jurnal Serikat Buruh Pelaut afiliasi ITF di Inggris, Nautilus UK.
“Upaya pencegahan yang baik dapat mengurangi risiko penyakit yang terjadi di masa mendatang pada para pelaut – sehingga dapat meningkatkan kesempatan karir secara penuh dan mengurangi kemungkinan terjadinya serangan penyakit secara mendadak sewaktu berada di laut”.
42
Buletin Pelaut ITF 2008
KECELAKAAN s u r a h KAPAL t u Para pelagetahuinya! men
Jika kapal anda mengalami kecelakaan, anda harus tahu bahwa ada aturan internasional yang mengatur tentang bagaimana anda harus diperlakukan secara wajar dalam suatu penyidikan dan/atau ditahan oleh penyidik akibat kecelakaan tersebut. Aturan tersebut merupakan petunjuk bersama IMO/ILO tentang Penanganan yang layak terhadap pelaut dalam peristiwa kecelakaan kapal. Aturan tersebut mengatur bahwa pelaut harus diperlakukan secara layak oleh pemerintah setempat dimana kecelakaan terjadi, negara bendera kapal, negara asal pelaut dan pemilik kapal. Sangat penting bagi anda untuk memahami hakhak anda yang diatur dalam petunjuk ini sehingga jika anda disidik atau ditahan akibat suatu kecelakaan kapal, anda sudah paham apa yang harus anda perbuat dan apa keinginan anda.
Jika anda disidik tentang suatu kecelakaan yang menimpa kapal anda : Apabila anda menganggap perlu, mintalah didampingi pengacara sebelum anda menjawab setiap pertanyaan atau membuat pernyataan apapun kepada para penyidik baik itu dari pemerintah dimana kecelakaan itu terjadi atau dari negara bendera kapal, sehingga anda tidak membuat suatu kesalahan yang nantinya akan dipakai melawan anda dengan tuduhan criminal atau dalam proses hukum lainnya. Hubungi perusahaan anda dan/atau serikat buruh anda untuk mendapatkan saran-saran atau bantuan.
Pastikan bahwa anda memahami betul semua yang anda katakan.
Informasi lengkap tentang Fair Treatment Guidelines dapat diakses di : www.itfglobal.org/fairtreatment atau www.marisec.org/fairtreatment
Jika anda merasa tidak mengerti sesuatu apapun : • mintalah kepada penyidik untuk menghentikan pertanyaannya. • mintalah bantuan penerjemah apabila anda membutuhkan.
Sangat penting bagi anda untuk pertama-tama melindungi diri anda. Selanjutnya ikutilah saran-saran yang diberikan oleh perusahaan, serikat buruh atau pengacara anda, dan yang paling penting, keterangan yang anda berikan kepada para penyidik harus berdasarkan sukarela.
Lindungi kepentingan anda dalam suatu kejadian kecelakaan kapal Bacalah panduan tentang perlakuan yang layak bagi anda Pahami hak-hak anda Jika tidak mungkin, mintalah bantuan!
Buletin Pelaut ITF no. 22/2008
Federasi Buruh Transport Internasional
Ikuti perkembangan kampanye-kampanye ITF seperti perjuangan menentang Bendera Kemudahan dan peningkatan kesejahteraan para pelaut diatas kapal. Perhatikan juga bagaimana cara memobilisasi dukungan solidaritas buruh untuk menghadapi setiap tantangan yang ditujukan kepada mereka dan hak-hak serikat buruh. Informasi tentang ITF Seafarers’ Trust, masalah-masalah wanita dan layanan pendidikan serta bantuan hukum ITF tersedia secara online. Sebagai saran, untuk mendapatkan informasi maupun berita tentang kegiatankegiatan ITF dalam industri pelayaran dan tentang gerakan serikat buruh transport global, silahkan kunjungi ……...
Steve McKay
www.itfglobal.org