Sapa Redaksi SUSUNAN PENGURUS LAZIS AL HAROMAIN Dewan Pembina: KH. M. Ihya’ Ulumiddin Indra Djati Sidi, Ph.D Drs. Arif Wibowo, M.Si Drh. H. Mukrom Drs. H. Junaidi Sahal Dewan Pengawas: Prof. DR. H. Nizarul Alim dr. H. Anas Mahfudz, Sp.An. Drs. H. Soehardjoepri, M.Si Dewan Pengurus: Direktur : Handaka Indra S., S.Si Wakil Direktur Penghimpunan : Muji Sampurno, S.Pd Wakil Direktur Distribusi : Siswo Widodo, S.Pd Wakil Direktur Media dan Informasi : Bahtiar HS, S.Com Administrasi : Tanti Agustin Keuangan: Imroatul Imamah Marketing : Luky Mardianto Penghimpunan : M. Ismail, A.Md; Ir. M. Ghozali Gilang Dana; Junaidi Redaksi : M. Qosim Layout & Design : M. Musta’in Staf Ahli : Eko Prasetyo, MT.; R. Utomo, SE. Samelan, AMd.; M. Anshor, ST Nuril Asyhuri, C.Ht; Masitha AS.,M.Hum Siti Djamilah, SE., M.Si; Agus Ulum, MT.
Assalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Hamidan lillâhi tabâraka wa ta’âlâ wa musholliyan ‘alâ rasûlillâhi Shollallôhu ‘alaihi wa sallam. Ammâ ba’du. Menjelang Kiamat tiba, waktu seperti terasa cepat. Setahun serasa sebulan, sebulan serasa sepekan, sepekan serasa sehari, sehari serasa sesaat. Bahkan sesaat pun serasa seperti nyala api. Kini bulan Rajab 1433 H pun telah tiba. Sebentar lagi tamu agung itu datang. Padahal, rasanya baru kemarin kita meninggalkan Ramadhan. Segenap pimpinan dan staf redaksi Al-Haromain tidak lupa mengucapkan: “Allôhumma bâriklanâ fî rojaba wa sya’bâna wa ballighnâ romadhôna.” Semoga kita diberikan barakah di bulan Rajab dan Sya’ban, serta diberikan umur yang panjang hingga bisa menemui Ramadhan nanti. Amin. Jika edisi ini redaksi mengangkat topik tentang kerukunan dan toleransi agama, itu semata hanya ingin menegaskan kembali betapa Islam dan umat Islam sudah begitu “mengalah” dalam urusan ini. Betapa sebagai umat mayoritas di negeri ini kita justru menjadi tertuduh jika sebuah intoleransi terjadi; apalagi jika itu berbentuk perbuatan teror yang menimpa agama lain. Jari langsung diacungkan ke muka umat Islam, bahkan sebelum investigasi ditegakkan. Karena itu, dalam Fokus kali ini kami sajikan tulisan Dr. Adian Husaini, pakar di bidang pluralisme dan persoalan antarumat beragama, mengenai toleransi dan kerukunan yang ditunjukkan Islam dibandingkan agama lain. Semoga bisa memberikan wawasan dan perspektif yang tepat dan berimbang bagi kita semua. Kritik dan Saran para pembaca tetap kami tunggu untuk perbaikan majalah ini. Bisa disampaikan via email di redaksi.alharomain@ gmail.com atau alharomainlazis @yahoo.co.id Wassalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Redaksi
Rekening an. Lazis Al Haromain
LAZIS AL-HAROMAIN
BSM Darmo 008 006 7259 Bukopin Syariah 880 0329 036
BRI Syariah 1002882112
BCA Syariah 0110006666 Bank Muamalat 0166115107
call center : 031-70518810
SK Dinsos No. 460/1178/436.5.13/2008 VISI: Menjadi lembaga pengelola dana Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf dan sosial yang terpercaya, transparan, dan akuntabel dalam mewujudkan kesejahteraan umat. MISI: 1. Melakukan gerakan penyadaran ZIS, wakaf dan dana sosial untuk kesejahteraan umat. 2. Melakukan optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan ZIS, wakaf, dan dana sosial untuk berbagai kegiatan pendidikan dan dakwah . TUJUAN: 1. Memberikan daya dukung pendanaan dakwah, pemberdayaan ekonomi umat, dan peningkatan kualitas sumber daya umat. 2. Membangun dan membina kemandirian pesantren, yatim dan duafa . 3. Mewujudkan lembaga pengelola ZISWAFSOSIAL yang mengedepankan manajemen peningkatan mutu.
al Haromain online www.lazisalharomain.com lazis Haromain
22471A86
@Peduli_Dai
[email protected]
3 semuakatanyakatanya.blogspot.com
Salam Pembaca Pembinaan untuk calon mahasiswa baru serambi ... 5 Mengenal Lebih Dekat Program Lazis Al Haromain: Infaq Barang Bekas Untuk Sabilillah (Inbuks) fokus utama ... 6 Menjalin Kerukunan, Menjamin Keyakinan mutiara hadits ... 10 10 Wasiat Rosululloh profil ... 13 Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi: Dari Gontor Mengusung Peradaban Islam refleksi ... 18 Atas Nama Toleransi alkayyis ... 20 Masalah dan Berlapang Dada mutiara alqur’an ... 22 Berdakwah dengan Keteladanan technopreneur ... 24 Jika Gagal, Bangkit Lagi!!! konsultasi syariah ... 25 Dzikir dengan Ritme Cepat auladi ... 26 Umi, Aku Nggak Mau Sekolah (Bila Anak Mogok Sekolah) kajian niswiyah ... 29 Tegar di Tengah Ombak serba-serbi ... 31 Asal-usul Berdirinya Masjid Baiturrahim di Istana Negara zona pendidikan ... 33 Membangun Tradisi Ilmu (1): Menyibukkan Diri Dengan Membaca konsultasi kesehatan ... 35 Dampak Minum Es pengembangan pesantren ... 36 Liputan ... 37 Laporan keuangan ... 41
Assalamualaikum wr.wb Saya pernah membaca majalah Al Haromain edisi bulan Mei 2012, disitu ada program penerimaan santri untuk pesantrean mahasiswa yang menjadi binaan Lazis Al Haromain. Dan terus terang saya baru tau kalo Lazis Al Haromain mempunyai binaan Pesantren Mahasiswa. Dan itu sangat membantu saya karena kebetulan ada saudara yang ingin kuliah dan masih bingung untuk tempat tinggalnya, insyaAlloh saya lebih tenang apabila tinggal di pesantrean , karena pergaulan anak muda sekarang sangat mengkhawatirkan, karena saudara saya ini masih baru mau masuk perguruan tinggi, mohon infonya untuk pembinaan bagi calon mahasiswa yang ingin belajar dan mengikuti pembinaan yang di adakan oleh Lazis Al Haromain, terima kasih Taufiq – Surabaya Wassalamualaikum wr.wb Alhamdulillah memang benar kita ada program pembinaan bagi calon mahasiswa yang ingin mengikuti ujian UMPTN, tidak hanya membahas soal-soal ujian tapi kita juga menekan kan pembinaan spiritualnya, dengan qiyamullail, tadarrus, dan mudzakaroh.untuk penerimaan santri baru kita lebih mengutamakan bagi mahasiswa baru dan semester 3. karena memang ada kurikulum pesma yang harus ditempuh oleh santri baru yang ingin tinggal dan belajar di pesantren mahasiswa binaan kami. Untuk info lebih lanjut silahkan hubungi call centre Lazis Al Haromain : 031 70518810 atau Cabang Lazis Al Haromain di kota Anda. Pembaca Al Haromain bisa mengirimkan saran dan lain-lain ke redaksi Al Haromain via email:
[email protected] atau lewat SMS ke 085230169991 atau melalui BlackBerry PIN: 22471A86 atau follow twitter resmi Lazis Al Haromain: @Peduli_Dai
KANTOR PUSAT KOMPLEKS SENTRA DAKWAH AL HAROMAIN : Jl. Ketintang Barat I/27 Surabaya; Kantor Operasional LAZIS Al Haromain Pusat, Perum Ketintang Permai AB-5 Surabaya Telp. 031-81111841, 031-70518810 CABANG LAZIS AL HAROMAIN; Kab. Malang : Ma’had Nurul Haromain, Jl. Brigjend Abd. Manan Wijaya 141 Pujon Malang, telp. 0341-524152 (a.n Ust. Hazmi Imad, HP. 081 803 812 234); Kab. Tulungagung : Pesantren Darussalam, Jl. Panglima Sudirman VII/36L Tulungagung (a.n Ust. Miftahul Falah, Hp. 0857 303 00 117); Kab. Jombang : Pesantren Al Washoya, Jl. Raya kertorejo, Ngoro Jombang Telp. 0321-4115728 (a.n Ust. Nasta’in, Hp. 081 515 642 315); Kota Malang : Pesantren Al Qoyyim, Jl. Mandalawangi No. 9 Malang (a.n Ust. Jauhar, Hp. 0857 556 524 97); Kota Batu : Pesantren Al Manhall, Kotamadya Batu (a.n. ust. Yalik, Hp. 0856 465 498 99); Kab. Kediri : Pesantren Al Minhaj Wates Kediri (a.n. Ust. Habib, Hp. 0857 366 279 33); Kota Kediri : Jl. Penanggungan 47B Kediri (a.n. Ust. Hadi Nurrohman, HP. 081 2599 758 18); Kab. Gresik : Jl. Taman Angsana V/16 Taman pohon, Perum Kota damai Kedamean Gresik (a.n. Ust. Sulisman, Hp. 031 816 419 66); Kab. Pamekasan : Pesantren Darul Hijrah, Pamekasan Madura (a.n. Ust. Muzammil, Hp.081 805 0833 43); Kab. Bangkalan : Arosbaya Bangkalan (a.n. Ust. Fahd Abdurrohman, Hp. 0852 3158 9277) Dan Pesma Al Kayyis Jl.Raya Telang Kamal Bangkalan Hp.08123157406; Yogyakarta : Pesantren Alawiyah, Jl. Raya Solo Km 9, kembang Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, telp. 0274 7483 780 (a.n. Ust. Syaiful, Hp. 081 550 333 98) UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) LAZIS AL HAROMAIN; UPZ Kras Kediri : Jl. Raya Krass Kediri (a.n. Ust. Hadlirin, Hp. 081 3355 894 19); UPZ Lamongan : Ds. Guyangan Sugiyo Lamongan (a.n. Ust. Muhyiddin, Hp. 0322 77 35 736); UPZ Tuban : LPI Wildani, Ds. Kenanti Tambakboyo Tuban (a.n. Ust. Widi, Hp. 0821 436 243 97); UPZ Ngawi : MT. Al Haromain Mantingan Ngawi (a.n. Ust. Chumaidi, Hp. 081 335 462 005); UPZ Magetan : YPI Ulil Albab Parang Magetan, Telp. 0351 77 40 424 (a.n. Ust. Munir, Hp. 0812 596 7912); UPZ Pasuruan : Tumpuk Sambisirah, Wonorejo Pasuruan (a.n. Us. Mu’thi, Hp. 081 334 142 567); UPZ Banyuwangi : Jl. Kyai Ach. Cholil 4, Canga’an Genteng Wetan, genteng banyuwangi (a.n. Ust. Muhajir, Hp. 081 803 456 281); UPZ Solo : MT AL Haromain, Teras Boyolali Solo (a.n. Ust. Akhmad Syarifuddin, Hp. 081 393 518 933); UPZ Bojonegoro : LPI At Tibyan, Tulungrejo, trucuk Bojonegoro (a.n. Ust. Muhibbulloh, Hp. 0812 333 060 95)
4
serambi
Mengenal Lebih Dekat Program Lazis Al Haromain:
Infaq Barang Bekas Untuk Sabilillah (Inbuks)
K
ita yang tinggal di perkotaan sering dibuat akan menjadikan barang-barang bekas tersebut pusing dengan keberadaan barang-barang bermanfaat untuk sabililllah (kegiatan-kegiatan bekas yang sudah tidak terpakai. Barang- dakwah fi sabilillah), sekaligus menjadi media bekas tersebut acap kali menjadi pemandangan pemberdayaan anak-anak remaja sehingga yang jorok dan kotor pada sudut-sudut ruangan bakat dan ketrampilannya tereksplorasi dan rumah kita, sering kali juga menjadi sarang tikus tersalurkan. dan hewan-hewan melata. Bentuk barang bekas Aneka barang bekas yang diterima, akan tersebut beraneka ragam bentuknya, mulai yang dipilah sesuai dengan jenis dan keadaan barang. berupa kertas, koran bekas, kipas angin, Misalnya kertas akan dipilah menjadi kertas komputer, perabot rumah tangga dan lain-lain. koran, kertas putih dan campur, kemudian dijual. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan Masing masing mempunyai harga yang berbeda. tekhnologi yang begitu cepat Untuk barang elektronik, seperti tape masyrakat sekarang cederung recorder, komputer, kipas angin dan konsumtif dan mudah jemu (waleh lain-lain, jika keadaan barang masih kata orang jawa) terhadap suatu bagus, barang tersebut barang. Komputer misalnya, lima didistribusikan pada da’i, pesantren tahun yang lalu umumnya masih dan atau lembaga pendidikan di dalam bentuk dekstop dengan monidaerah. Jika keadaan barang rusak tor dan cpu yang besar bentuknya, akan diperbaiki atau diservis terlebih Handaka Indra S. Direktur tapi saat ini sudah tersedia dengan dahulu sehingga laik pakai, yang LAZIS al Haromain bentuk yang kecil, sederhana dan kemudian didistribusikan atau dijual ringan, tekhnologinya pun lebih dan dana hasil penjualannya akan canggih dengan harga terjangkau, digunakan untuk membantu maka kita belilah model dan tipe yang baru pendanaan dakwah di berbagai daerah. tersebut. Hal semacam ini terjadi pula pada Untuk perbaikan barang-barang elektronik berbagai macam kebutuhan kita yang lain, dan alat listrik yang rusak, dilakukan secara apakah itu Hp, tape recorder, kendaraan mandiri melalui program pembinaan anak- anak bermotor, perabot rumah tangga dan lain putus sekolah, yatim dan duafa yang dilatih sebagainya. Pertanyaannya mau dikemanakan berbagai ketrampilan servis barang-barang barang-barang yang sudah tidak terpakai elektronika dan alat-alat listrik, sehingga INBUKS tersebut? Padahal tidak jarang barang tersebut mempunyai multi fungsi yaitu menerima barangmasih laik pakai, kalau toh rusak mungkin masih barang bekas, mengolah memilah dan menjual bisa diperbaiki dan bermanfaat bagi yang lain. barang bekas, mendistribusikan, dan sekaligus Di sisi lain, saat ini Lazis Al Haromain pemberdayaan anak-anak yatim dan duafa. Al menerima permintaan cukup banyak dari para hamdulillah pada saat ini, tidak hanya menerima da’i, pesantren dan lembaga pendidikan di barang bekas tapi juga menerima servis berbagai daerah akan kebutuhan komputer, hp, berbagai peralatan rumah tangga seperti: kipas dan alat transportasi. Mereka bilang walau angin, mikrowave, mesin cuci, kulkas, pompa barang tersebut bekas tidak apa, asal masih bisa air dan lain-lain. Sayangnya program ini masih dipakai. terbatas di Kantor Pusat Perum. Ketintang permai Untuk itu, Lazis Al Haromain memberikan AB 5 dan Cabang Malang raya Komplek Masid solusi alternatifnya melalui program Infaq Barang Sayyidah Mu’minah Jl. Mandalawangi Malang. Bekas Untuk Sabilillah (INBUKS). Dengan program Mengingat begitu besarnya kebutuhan tersebut, Lazis Al Haromain siap menerima pendanaan dakwah, kami berharap segera bisa barang-barang bekas tersebut sehingga si pemilik mengembangkan program ini untuk beberapa tidak dipusingkan lagi karenanya, dan bahkan kota di Jawa Timur dan daerah lain. InsyaAlloh.
5
fokus utama
Oleh: Dr. Adian Husaini karya Hanung Bramantyo yang diawali dengan penusukan seorang pastor di depan Gereja Katolik, seperti menggiring penonton untuk berimajinasi, kasus itu merupakan visualisasi kasus penusukan pendeta di Ciketing, Bekasi, beberapa waktu lalu. Adegan itu tentu saja berlebihan, meskipun tidak menyebutkan dengan jelas siapa pelakunya, sebab adegan itu dimunculkan bukan dalam “ruang yang kosong”. Logikanya, umat beragama tentu menginginkan hidup rukun dan damai. Tetapi, harus diakui, dalam kehidupan antar manusia, potensi-potensi konflik itu pasti selalu ada. Dalam kehidupan suami-istri yang seagama saja, banyak potensi terjadinya konflik. Hidup manusia tidak ada yang sepi dari konflik. Manusia bukan Malaikat. Apalagi dalam hubungan antaragama, di mana masingmasing memiliki keyakinan yang berbeda. Konflik yang lebih keras juga sering terjadi dalam kehidupan internal umat beragama. Di kalangan umat Islam, ada kelompok yang mengkafirkan orang lain yang berada di luar kelompoknya. Beberapa waktu yang lalu, ada
foto submitlist.info
“Menjalin Kerukunan, Menjamin Keyakinan.” Itulah judul makalah yang saya sampaikan dalam acara dialog lintas agama dan Sosialisasi Peraturan-Peraturan Kerukunan Umat Beragama, yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Wilayah DKI Jakarta, Senin, 18/4/2011, di Cipayung Bogor. Kepada para peserta, saya menekankan, bahwa meskipun terjadi sejumlah kasus dalam soal hubungan antar-umat beragama, dan juga internal umat beragama, sebenarnya secara umum, wajah kerukunan umat beragama di Indonesia tetaplah “cantik.” Kasus-kasus yang terjadi adalah ibarat “jerawat” di wajah yang cantik, yang perlu diselesaikan dengan baik; tetapi jangan sampai jerawat-jerawat itu terus-menerus dipelototi dan diekspose, untuk menutupi “wajah cantik” secara keseluruhan. Cara pandang semacam ini jelas tidak proporsional. Pengungkapan kasus-kasus konflik antarumat beragama yang berlebihan, bukannya akan menyelesaikan masalah, melainkan justru memperparah kondisi. Film “?”
6
beberapa orang yang bertanya kepada saya tentang kelompok NII (Negara Islam Indonesia). Seorang Ibu bercerita, seorang temannya mengajaknya untuk “bersyahadat ulang”, karena syahadat yang sudah dilafalkannya sehari-hari, dianggap belum sah. Si Ibu masih diharuskan melafalkan syahadat di depan seorang imam. Ajaran seperti ini mengingatkan saya pada suatu kisah di tahun 1980-an, saat masih kuliah di IPB. Suatu ketika, teman serumah, membawa seorang Ustad ke rumah kos. Sang Ustad menjelaskan, bahwa selama ini syahadat saya tidak sah, karena belum disaksikan. Dia membacakan sejumlah ayat al-Quran tentang persaksian, seperti “Isyhaduu bi-anna muslimuun.” Saya tanya, ayat mana yang menunjukkan bahwa “syahadat ulang di depan imam itu hukumnya wajib?” Sedangkan beberapa ayat al-Quran yang secara tegas berbentuk perintah (fi’il amar) dari Allah, jatuhnya justru mubah; bukan wajib. Misalnya, ayat “faidzaa qudhiyatish-shalaatu fantashiruu fil-ardhi” (jika setelah ditunaikan shalat Jumat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi). Saya katakan pada Sang Ustad, jika perintah yang jelas saja, bisa jatuh mubah hukumnya, bagaimana dengan status hukum suatu tindakan yang tidak jelas-jelas diperintahkan dalam al-Quran dan Sunnah, seperti hukum melafalkan “syahadat ulang”? Tampaknya Sang Ustad belum belajar atau tidak mau menggunakan Ilmu Ushul Fiqih dalam menentukan status hukum suatu perbuatan. Metode istinbath Sang Ustad adalah buatan kelompoknya sendiri. Ujungnya, diskusi itu berakhir tanpa hasil. Sang Ustad pergi berlalu. Sejak itulah, saya semakin yakin, pentingnya kalangan mahasiswa Islam memahami berbagai macam Ulumuddin (Bahasa Arab, Ilmu Tafsir, Ilmu Ushul Fiqih, dan sebagainya), agar tidak mudah menafsir-nafsirkan al-Quran secara sembarangan. Konflik-konflik internal umat beragama juga terjadi di dalam Kristen, Hindu, Budha, dan sebagainya. Perbedaan dan konflik adalah bagian dari hidup manusia. Karena itu, untuk mewujudkan kerukunan, bukan berarti harus menghilangkan perbedaan. Termasuk dalam soal klaim kebenaran. Kerukunan justru
menjadi indah, tatkala terwujud di tengahtengah berbagai perbedaan. Kerukunan umat beragama, baik intern atau antar umat beragama, adalah kondisi ideal yang diinginkan setiap umat beragama. Satu hal yang penting dicatat dalam soal pembangunan kerukunan umat beragama adalah, bahwa upaya mewujudkan kerukunan umat beragama tidak boleh dilakukan dengan cara mengorbankan keyakinan masing-masing agama. Sebab, agama-agama itu ada berdiri di atas keyakinannya masing-masing. Dalam istilah sekarang: masing-masing agama memiliki truth claim (klaim kebenaran) masing-masing. Islam memiliki ajaran-ajaran pokok yang berpijak atas dasar syahadat: “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Islam mengakui Allah, sebagai satu-satunya Tuhan. Dan Muhammad adalah utusan Allah. Dalam Islam, Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir. Beliau (saw) mendapatkan wahyu yang kemudian terhimpun dalam al-Quran. “Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah — jika engkau berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim). “Sesungguhnya agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam.” (QS 3:19). “Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan akan diterima dan di akhirat nanti akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS 3:85). Inilah keyakinan Islam. Keyakinan yang khas semacam ini juga ada pada agama lain. Kaum Kristen juga memiliki apa yang mereka juga sebut sebagai “syahadat” (Nicene Creed), yang dirumuskan tahun 325 M: “Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah
7
Benar, dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa…” (Norman P. Tanner, Konsili-konsili Gereja). Kaum Kristen yakin bahwa Yesus mati di tiang salib. Yesus adalah salah satu dari “Tiga Oknum” dalam Trinitas. Ini sangat berbeda dengan konsep Islam yang menyatakan bahwa Isa a.s. adalah utusan Allah. Al-Quran menjelaskan: “Dan ingatlah ketika Isa Ibn Maryam berkata, ‘Wahai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan apa yang ada padaku, yaitu Taurat, dan menyampaikan kabar gembira akan datangnya seorang Rasul yang bernama Ahmad (Muhammad)’.” (QS 61:6). Paus Yohanes Paulus II menyatakan: “
Islam bukanlah agama penyelamatan (Islam is not a religion of redemption). Dalam Islam, kata Paus, tidak ada ruang untuk salib dan kebangkitan Yesus. Yesus memang disebut, tetapi hanya sebagai nabi yang mempersiapkan kedatangan Nabi terakhir. Karena itulah, simpul Paus, bukan hanya dalam teologi, tetapi dalam antropologi, Islam sangat berbeda dengan Kristen (not only the theology but also the anthropology of Islam is very distant from Christianity). Dan tentang al-Quran, Paus menyebutkan, bahwa siapa pun yang membaca Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan kemudian membaca alQuran, maka akan menemukan bahwa Kitab
8
ini (al-Quran) mereduksi kedua Kitab itu.” (Crossing The Threshold of Hope (New York: Alfred A. Knopf, 1994)). Tahun 2006, Penerbit Media Hindu, menerbitkan buku berjudul Hindu Agama Terbesar di Dunia, yang membuat pernyataan tegas tentang keunggulan agama Hindu (hal.xi-xii): “Agama Hindu melayani keperluan setiap orang. Ialah satu-satunya yang memiliki keluasan dan kedalaman seperti itu. Agama Hindu mengandung Dewa-dewa, Pura-Pura yang suci, pengetahuan esoteric dari inti kesadaran, yoga dan disiplin meditasi. Ia memiliki kasih yang tulus dan toleransi dan apresiasi yang murni terhadap agama-agama lain. Ia tidak dogmatik dan terbuka untuk diuji….Dan ingat Hindu bukanlah agama missi yang agresif seperti Kristen atau Islam…” Jadi, klaim-klaim yang khas pada tiap-tiap agama adalah sesuatu yang wajar, sehingga tidak mungkin dihilangkan. Upaya untuk menghapus truth claim pada tiap agama, untuk membangun satu teologi bersama yang membenarkan semua teologi agama, dikenal sebagai konsep “Teologi Abu-abu” (Pluralisme Agama). Dr. Stevri Lumintang, seorang pendeta Kristen di Malang, dalam bukunya, Theologia Abu-Abu: Tantangan dan Ancaman Racun Pluralisme dalam Teologi Kristen Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2004), menulis, bahwa Teologi Abu-Abu adalah posisi teologi kaum pluralis; bahwa teologi ini sedang meracuni, baik agama Kristen, maupun semua agama, dengan cara mencabut dan membuang semua unsur-unsur absolut yang diklaim oleh masing-masing agama. Ditegaskan dalam buku ini: ‘’Inti Teologi Abu-Abu (Pluralisme) merupakan penyangkalan terhadap intisari atau jatidiri semua agama yang ada. Karena, perjuangan mereka membangun Teologi Abu-Abu atau teologi agama-agama, harus dimulai dari usaha untuk menghancurkan batu sandungan yang menghalangi perwujudan teologi mereka. Batu sandungan utama yang harus mereka hancurkan atau paling tidak yang harus digulingkan ialah klaim keabsolutan dan kefinalitas(an) kebenaran yang ada di masingmasing agama.’’ Demikianlah, kerukunan umat beragama, tidak mungkin dibangun di atas konsep menghapus klaim kebenaran pada tiap-tiap
agama. Biarlah keyakinan masing-masing tetap terjamin, sementara kerukunan harus terjalin. Justru itulah hakekat “Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda keyakinan tetapi tetap merupakan satu bangsa. Menghormati keyakinan masing-masing bukan berarti mencampuradukkan atau merusak keyakinan agama-agama. Justru, kerukunan akan terasa lebih indah dan bermakna, saat kerukunan itu terwujud di atas perbedaan klaim-klaim kebenaran. Klaim terhadap kebenaran pada masing-masing agama perlu dihormati, dan tidak bisa dipaksa untuk dihapuskan. Islam melarang umatnya untuk memaksa orang lain memeluk Islam, sebab telah jelas, mana yang haq dan mana yang bahil. Kristenisasi dan Islamisasi Tidak dapat dimungkiri, ada dua isu sentral yang menjadi “wacana panas” dalam soal kerukunan umat beragama di Indonesia, khususnya antara umat Islam dan kaum Kristen. Masalah ini sebaiknya dibicarakan secara fair dan terbuka agar tercapai satu kesepakatan bersama. Tentu sangatlah tidak mudah memecahkan masalah ini. Pada tahun 1969, acara Musyawarah antar Umat Beragama juga gagal menyepakati satu Piagam Kerukunan tentang masalah penyebaran agama. Bagi kaum Kristen, misi Kristen dipandang sebagai satu kewajiban asasi. Tokoh Protestan, Dr. AA. Yewangoe, menegaskan: “Agama tanpa misi bukanlah agama… Tanpa misi, gereja bukan lagi gereja.” (Suara Pembaruan, 26/12/2005). Dalam buku “Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini” (1964), tokoh Kristen Indonesia, Dr. W.B. Sidjabat, menulis bab khusus tentang tantangan Islam bagi misi Kristen di Indonesia: “Pekabaran Indjil di Indonesia, kalau demikian, masih akan terus menghadapi ‘challenge’ Islam di negara gugusan ini… (W.B. Sidjabat, Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini, Badan Penerbit Kristen, 1964, hal. 133135). Dalam ‘Dokumen Keesaan GerejaPersekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DKGPGI) yang diputuskan dalam Sidang Raya XIV PGI di Wisma Kinasih, 29 November-5 Desember 2004, pada bagian ‘’Bab IV : Bersaksi dan Memberitakan Injil Kepada
Segala Makhluk’’, ditegaskan: “Gereja Harus Memberitakan Injil Kepada Segala Makhluk”. Disebutkan dalam bagian ini: “Gereja-gereja di Indonesia menegaskan bahwa Injil adalah Berita Kesukaan yang utuh dan menyeluruh, untuk segala makhluk, manusia dan alam lingkungan hidupnya serta keutuhannya: bahwa Injil yang seutuhnya diberitakan kepada manusia yang seutuhnya... “ Misi Katolik Tahun 1990, induk Gereja Katolik di Indonesia, yaitu KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) menerjemahkan dan menerbitkan naskah imbauan apostolik Paus Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern (Evangelii Nuntiandi), yang disampaikan pada 8 Desember 1975. Di dalam dokumen ini disebutkan: “Pewartaan pertama juga ditujukan kepada bagian besar umat manusia yang memeluk agama-agama bukan Kristen….Agama-agama bukan kristen semuanya penuh dengan “benih-benih Sabda” yang tak terbilang jumlahnya dan dapat merupakan suatu “persiapan bagi Injil” yang benar... Kami mau menunjukkan, lebih-lebih pada zaman sekarang ini, bahwa baik penghormatan maupun penghargaan terhadap agama-agama tadi, demikian pula kompleksnya masalah-masalah yang muncul, bukan sebagai suatu alasan bagi Gereja untuk tidak mewartakan Yesus Kristus kepada orang-orang bukan Kristen. Sebaliknya Gereja berpendapat bahwa orang-orang tadi berhak mengetahui kekayaan misteri Kristus.” Dalam pidatonya pada 7 Desember 1990, yang diberi judul Redemptoris Missio (Tugas Perutusan Sang Penebus), yang juga diterbitkan KWI tahun 2003, Paus Yohanes Paulus II mengatakan: “Tugas perutusan Kristus Sang Penebus, yang dipercayakan kepada Gereja, masih sangat jauh dari penyelesaian. Tatkala Masa Seribu Tahun Kedua sesudah kedatangan Kristus hampir berakhir, satu pandangan menyeluruh atas umat manusia memperlihatkan bahwa tugas perutusan ini masih saja di tahap awal, dan bahwa kita harus melibatkan diri kita sendiri dengan sepenuh hati…Kegiatan misioner yang secara khusus ditujukan “kepada para bangsa” (ad gentes) tampak sedang menyurut, dan kecenderungan ini tentu saja
9
tidak sejalan dengan petunjuk-petunjuk Konsili dan dengan pernyataan-pernyataan Magisterium sesudahnya. Kesulitan-kesulitan baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari luar, telah memperlemah daya dorong karya misioner Gereja kepada orangorang non-Kristen, suatu kenyataan yang mestinya membangkitkan kepedulian di antara semua orang yang percaya kepada Kristus. Sebab dalam sejarah Gereja, gerakan misioner selalu sudah merupakan tanda kehidupan, persis sebagaimana juga kemerosotannya merupakan tanda krisis iman.” Jadi, bagi kaum Kristen, menjalankan misi Kristen adalah satu kewajiban asasi yang menurut mereka wajib ditunaikan. Hal yang senada juga ada pada ajaran dakwah dalam Islam. Umat Islam wajib berdakwah, menyeru muslim dan non-Muslim untuk berpegang kepada kebenaran. (QS 3:104). Nabi Muhammad saw juga sangat aktif dalam berdakwah kepada non-Muslim, mengajak mereka untuk kembali kepada Tauhid, yakni hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan Allah dengan yang lain (QS 3:64). Nabi Muhammad saw pernah berkirim surat kepada Heraclius (Kaisar Romawi), yang isinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasul Allah untuk Heraclius Kaisar Romawi yang agung. Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Selain itu, sesungguhnya aku mengajak Tuan untuk masuk Islam. Masuklah Tuan ke dalam Islam, maka Tuan akan selamat dan hendaklah Tuan memeluk Islam, maka Allah memberikan pahala bagi Tuan dua kali dan jika Tuan berpaling, maka Tuan akan menanggung dosa orang orang Romawi.” Jadi, bisa dikatakan, adalah bisa dimengerti jika orang Kristen berusaha melakukan Kristenisasi dan orang Muslim melakukan Islamisasi. Dalam konteks seperti inilah, untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, maka diperlukan sikap saling memahami dan adanya kesepakatan akan satu tata aturan main atau kode-etik dalam penyebaran agama, agar tidak terjadi benturan yang merusak kerukunan umat beragama. Kesepakatan dan
10
kesepahaman ini membutuhkan dialog yang terus-menerus, sebab masalah penyiaran agama ini merupakan hal yang sensitif. Kristenisasi, misalnya, bukan hanya sangat sensitif bagi orang Muslim, tetapi juga bagi umat agama lain. Tokoh Hindu India, Mahatma Gandhi, juga dikenal sangat kritis terhadap gerakan misi Kristen di India. Pada bulan April 1931, dia pernah melontarkan komentar soal misi asing di India: “If instead of confining themselves purely to humanitarian work and material service to the poor they limit their activities, as at present, to proselytising by means of medical aid, education, etc. then I would certainly ask them to withdraw. Every nation’s religion is as good as any other’s.
Certainly India’s religions are adequate for her people. We need no converting spirituality.” (John C.B. Webster, ‘Gandhi and the Christians: Dialogue in the Nationalist Era’, in Harold Coward (ed.), Hindu-Christian Dialogue: Perspectives and Encounters, (New York: Orbis Book, 1989), hal. 80-88). Jadi, kerukunan umat beragama memang membutuhkan usaha yang serius. Perbedaan antar agama tidak mungkin dihapuskan, sebab agama-agama itu ada memang karena adanya klaim atas kebenaran masing-masing. Kerukunan umat beragama bisa tetap terjalin, dengan tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing. Justru, itulah indahnya sebuah kerukunan. Berbeda-beda tetapi tetapi rukun jua. Wallohu a’lam.
viitaarea.blogspot.com
al kayyis
Oleh | Ust. Abdul Fatah Pembina MT Al Isyroq Gresik
Dari Mu’ad bin Jabal r.a. berkata, “Rosululloh Saw. telah berwasiat kepadaku dengan sepenuh kalimat (perkara). Beliau bersabda: Janganlah engkau menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun walaupun kau akan dibunuh atau dibakar. Jangan kau durhaka kepada orang tua, walaupun mereka menyuruhmu untuk berpisah dengan seluruh keluarga dan hartamu. Janganlah kau meninggalkan sholat wajib dengan sengaja, maka dia akan terlepas dari pertanggungjawaban Alloh. Janganlah kau minum khomr, karena ia adalah pangkal kekejian. Dan jauhilah maksiat, karena sesunggunya kemaksiatan itu menyebabkan kemarahan Alloh. Janganlah kau lari dari medan perang walaupun seluruh temanmu telah meninggal dunia, tetaplah berada di tempat tinggalmu, walaupun penyakit yang mematikan menimpa seluruh manusia. Berikan nafkah kepada keluargamu sesuai dengan kemampuanmu. Janganlah tinggalkan tongkatmu dalam mendidik mereka dan jadikanlah mereka takut kepada Alloh Swt. (HR. Ahmad dan at-Thobaroni)
11
Keterangan Dengan bergulirnya zaman yang semakin memprihatinkan di mana mayoritas manusia disibukkan dengan aktivitas duniawi serta dihadapkan dengan problematika yang multi komplek, maka mereka semakin jauh dari kebenaran, jauh dari norma-norma agama, banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya mereka hindari dan jauhi. Kenapa manusia muslim semakin lama dalam meniti kehidupan ini semakin jauh dari Allah dan ajaran Rosululloh? Di antara jawabannya adalah karena mereka jauh dari pendidikan Islam, jauh dari Al-Quran, jauh dari As-Sunnah, jauh dari ulama, jauh dari orang-orang sholeh, dan seterusnya. Hadits di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwasanya shahabat Rosululloh Saw. yang bernama Mu’ad bin Jabal r.a. yang termasuk salah satu sahabat yang pernah diutus oleh Rosululloh SAW ke negeri (Yaman) untuk berdakwah, merupakan salah satu shahabat Rosululloh yang pilihan. Sudah barang tentu beliau memiliki aqidah yg kuat, wawasan ilmu yang cukup, dan kesholehan yang tidak meragukan. Kenapa demikian? Karena beliau selalu dalam bimbingan dan pengawasan Nabi. Di antara pesan atau wasiat Nabi kepada shahabat Mu’ad bin Jabal r.a. adalah 10 perkara untuk membentengi keimanan dan akhlaq. Di antaranya. 1. Jangan sekali-kali berbuat syirik, walaupun nyawa kita harus kita korbankan demi keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. 2. Jangan durhaka kepada orang tua, walaupun harus mengorbankan keluarga dan harta. 3. Jangan sekali-kali meninggalkan sholat fardhu atau sholat wajib dengan sengaja, karena meninggalkan sholat wajib adalah resikonya sangat besar di hadapan Alloh. 4. Jangan minum khomr (minuman yang memabukan) karena itu pangkal dari segala kekejian. 5. Jauhilah maksiat, karena perbuatan maksiat akan mendatangkan murka Alloh. 6. Janganlah lari dari medan perang, sekalipun seluruh pasukan telah gugur: maksudnya (semangat dan sungguhsungguh tidak lemah dan putus asa) dalam menegakkan kalimat Alloh.
12
7. Tetaplah berada di tempat tinggalmu walaupun harus menghadapi penyakit yang mematikan. 8. Berikan nafkah kepada keluargamu sesuai dengan kemampuan (tanggung jawab terhadap keluarga) 9. Jangan meninggalkan tongkatmu dalam mendidik mereka. Maknanya adalah perhatikan pendidikan anak-anak kalian, jangan sampai disia-siakan, karena itu merupakan tanggung jawab sebagai orang tua. 10. Jadikan anak-anak atau keluargamu agar takut kepada Alloh. Artinya, anak-anak dan keluarga agar dibimbing dan dididik menjadi orang-orang yang selalu tunduk, patuh, dan ta’at kepada Alloh Swt. sehingga menjadi anak yang sholeh dan sholihah sebagai warisan amal sholeh yang tidak pernah terputus sampai masuk ke liang lahat. Wallohu a’lam. Maraji’: Fadlhoilul amal, Maulana Muhammad Zakaria al-Kandhahlawi.
profil
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi:
Dari Gontor Mengusung
Peradaban Islam
B
elakangan ini, nama Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi mulai banyak dikenal oleh para sarjana Indonesia, khususnya mereka yang bergelut dalam bidang pemikiran Islam. Gebrakan yang dilakukan bersama rekanrekannya di INSISTS (Institut for the Study of Islamic Thought and Civilization), memang tergolong berhasil menghalau laju pemikiranpemikiran Islam liberal yang dijajakan oleh para pengekor orientalis. Ada sebuah gagasan yang senantiasa ia dengung-dengungkan dalam setiap forum dan tulisannya, yaitu membangun kembali peradaban Islam. Substansi yang terpenting
dari wujudnya sebuah peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan. Cikal bakal konsep ilmu pengetahuan dalam Islam adalah konsep-konsep kunci dalam wahyu yang ditafsirkan ke dalam berbagai bidang kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh. Namun ilmu pengetahuan tidak akan mungkin hidup tanpa adanya komunitas yang aktif mengembangkannya. Dalam tradisi Islam, perkembangan ilmu pengetahuan digerakkan pertama kali oleh sebuah institusi pendidikan yang disebut al-Suffah dan komunitas intelektualnya disebut Ashab alShuffah. Dari sinilah dan dari murid-murid ashab al-Suffah kemudian lahir generasi ulama dan cendekiawan, baik kalangan sahabat dan tabi’in yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Dengan modal ini, tidak heran jika peradaban Islam mampu berdialog dengan peradaban lain dan menguasai peraban dunia selama berabad-abad. Untuk menghidupkan kembali peradaban Islam, tidak lain haruslah menghidupkan kembali tradisi ilmu pengetahuan dalam Islam. Masalahnya, di zaman sekarang ilmu pengetahuan modern sudah tidak sejalan lagi dengan worldview Islam, sehingga perlu kerja tambahan bagi kaum muslimin untuk mengislamkan ilmu tersebut agar sesuai dengan nilai-nilai Islam. Islamisasi ilmu pengetahuan modern inilah yang kini menjadi fokus gerakan Doktor lulusan Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) ini beserta timnya, baik di INSISTS, CIOS (Center of Islamic and Occidental Studies), InPAS (Institut Pemikiran dan Peradaban Islam), dan PKU (Program Kaderisasi Ulama). Masa Kecil Hamid, sapaan akrab Hamid Fahmy Zarkasyi, adalah putera ke-9 pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Imam Zarkasyi. Sejak usia 6 tahun sudah ditinggal
13
profil wafat oleh ibunya tercinta sehingga praktis sejak saat itu tidak merasakan kasih sayang ibunya. Sementara, Bapak beliau yang seorang pengasuh pesantren harus membagi waktu antara mengurus santri dan anak-anaknya. Dengan kondisi tersebut, tidak heran jika Hamid kecil sangat merindukan belaian kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tapi, rupanya tipe Bapak beliau tidak suka dengan anaknya yang suka bermanja-manja dan pemalas sehingga diterapkanlah pembagian tugas dan jadwal yang diawasi langsung olehnya. Masamasa kecil Hamid dilewati dengan tugas-tugas menjaga kedua adiknya dan membersihkan rumah bergantian dengan para saudaranya. “Bapak tidak segan-segan menghukum kami jika lalai dengan tugas atau melanggar aturan”, tuturnya. Di usia sekolah dasar, Hamid merasakan ketatnya pengawasan bapaknya dalam belajar. Di samping mempelajari Al-Qur’an dan dasardasar agama Islam kepada Bapak dan
14
Kakaknya, ia juga diwajibkan mengulang pelajaran sekolahnya pada jam-jam tertentu. Ketika menginjak kelas enam, tiap hari ia harus belajar di tempat les bersama para santri Gontor yang baru mulai ba’dha Maghrib hingga jam 10 malam. Jerih payah Hamid kecil ini terbalaskan ketika ia mendapatkan nilai tertinggi se-Kabupaten Ponorogo pada saat itu. Menjadi Santri Gontor Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Hamid diwajibkan tinggal di pesantren sebagaimana saudara-saudaranya yang lain. Hal ini sudah menjadi kewajiban bagi putera dan puteri KH Imam Zarkasyi. Di pesantren, tidak ada perlakuan istimewa bagi Hamid, termasuk tidak boleh pulang ke rumah dengan seenaknya. Bapak beliau tidak segan-segan menghukumnya jika ketahuan berada di rumah pada jam-jam kegiatan. Pernah beliau dihukum gundul bersama santri lainnya karena melanggar aturan pesantren.
profil tersebut juga dibelikan beberapa tanah oleh KH Imam Zarkasyi. Usaha percetakan ini dijalankan Hamid hingga lulus dari Fakultas Tarbiyah, Institut Pendidikan Darussalam (IPD), Pondok Modern Gontor pada tahun 1982. Setelah itu beliau diminta melanjutkan kuliah ke Lahore, Pakistan.
Masa-masa di pesantren inilah yang mendewasakan dan mengembangkan potensi Hamid muda. Dalam beberapa pelajaran, ia terlihat menonjol dibandingkan santri lainnya. Namun, yang paling mengagumkan adalah kefasihannya dalam berkomunikasi bahasa Inggris. Rupanya bakat ini tetap terlihat hingga sekarang. Atas pertimbangan itu pula KH Imam Zarkasyi menyuruhnya untuk melanjutkan kuliah di luar Timur Tengah. Selain tugas belajar di pesantren, Hamid muda juga mulai dilatih berwirausaha. Bapak beliau menyuruhnya untuk membantu usaha percetakan keluarganya. Pada masa itu, sumber penghasilan utama keluarga KH Imam Zarkasyi adalah melalui percetakan yang diberinama TRIMURTI. Percetakan ini biasanya mencetak buku-buku karya KH Imam Zarkasyi atau buku-buku pelajaran Pesantren Gontor. Di percetakan ini, awalnya Hamid diminta untuk membantu melipat buku-buku yang sudah dicetak. Kemudian beliau masuk di bagian pembelanjaan bahan-bahan hingga pada akhirnya pernah menjabat sebagai pimpinan utama percetakan ini. Rupanya di tangan Hamid usaha percetakan mulai nampak hasilnya. Pada masa itu, Hamid sudah mampu membeli mesin percetakan baru yang lebih canggih teknologinya dari mesin sebelumnya. Di samping itu, hasil keuntungan percetakan
Kuliah di Luar Negeri Hamid mengawali kuliahnya di luar negeri pada Institute of Education and Research (IER), University of the Punjab, Lahore Pakistan. Di kampus ini, beliau berhasil lulus dengan tepat waktu dan mendapat gelar Master of Education (M.Ed.) pada tahun 1986. Beliau menulis tesis dengan judul “Al-Ghazzali Thought on Education” (Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan). Selanjutnya tesis beliau ini diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia pada tahun 1996. Setelah kuliah di Pakistan,beliau sempat mengabdi selama beberapa tahun di Gontor, tapi setelah itu mendapatkan beasiswa kuliah master lagi di Faculty of Art, Dept. Theology Unversity of Birmingham, United Kingdom. Di Inggris, ia selesaikan kuliah dengan cepat, tahun 1996-1998, dengan menulis tesis Ibn Taymiyyah Critique of Philosophy (Kritik Ibnu Taimiyyah terhadap Filsafat) dan mendapat gelar Master of Philosophy (M.Phil). Pelabuhan terakhir masa perkuliahannya di luar negeri adalah di Institute of Islamic Thought and Civilization – International Islamic University of Malaysia (ISTAC-IIUM) Kuala Lumpur, Malaysia. Di kampus inilah beliau bertemu dengan Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendiri ISTAC. Sosok Al-Attas inilah yang memberikan warna tersendiri terhadap pemikiran Hamid hingga sekarang. Dari Al-Attas beliau belajar banyak hal tentang peradaban Islam, peradaban Barat, Islamic Worldiew, Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan lain-lainnya. Saking asyiknya beliau berguru kepada AlAttas, waktu delapan tahun tidak terasa lewat dengan cepat. Di saat-saat itulah ia mendapat sindiran dari seorang koleganya, “Ente ini belajar terus. Kapan berjuangnya?” Pertanyaan sindiran ini begitu terngiang dalam benak Hamid hingga ia bergegas menyelesaikan studinya untuk berjuang mengamalkan ilmunya.
15
profil
Pembuktiannya, pada 29 September 2006, bertepatan dengan 6 Ramadhan 1426, Hamid Fahmy Zarkasyi dinyatakan lulus doktor. Di depan tim penguji ISTAC-IIU Malaysia, yang terdiri dari Prof Dr Osman Bakar, Prof Dr Ibrahim Zein, Prof Dr Torlah, dan Prof Dr Alparslan Acikgence, Hamid Fahmy berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: “Al-Ghazzali’s Concept of Causality”. Prof Alparslan memuji kajian Hamid sebagai memberi sumbangan penting pada kajian sejarah pemikiran Islam. Sebab pendekatan Hamid terhadap konsep kausalitas al-Ghazzali telah menjelaskan sesuatu yang selama ini telah dilewatkan oleh kebanyakan cendekiawan pengkaji al-Ghazzali. Masa Berdakwah Masa-masa belajar di Malaysia menumbuhkan semangat berdakwah Hamid, khususnya dakwah yang berbasis intelektual. Apalagi di Indonesia sedang terjadi upaya liberalisasi dan sekularisasi besar-besaran yang dilakukan oleh para pengasong ide-ide orientalis. Belum lagi munculnya gagasangagasan aneh dan menyimpang dari para intelektual di Indonesia yang menyebabkan kebingungan umat. Hal ini membuat semangat Hamid untuk berjuang semakin membara. Untuk mempertajam kemampuan intelektualnya, Hamid mengajak temantemannya di ISTAC yang seide dengannya untuk berdiskusi seputar problem-problem pemikiran Islam di Indonesia. Pada saat itu,
16
berkumpullah beberapa orang diantaranya Adian Husaini, Adnin Armas, Ugi Suharto, Anis Malik Thoha, dan Syamsuddin Arif. Hasil diskusi di kediaman Hamid ini ditulis dan dicetak menjadi buletin ISLAMIA. Dari buletin inilah cikal-bakal lahirnya Majalah ISLAMIA yang terbit hingga saat ini. Sementara kelompok diskusi ini kemudian diberi nama INSISTS Malaysia yang kemudian dipindah ke Jakarta. Banyak hal yang didiskusikan dalam INSISTS yang dirasa perlu untuk diketahui oleh umat Islam. Maka dengan gerak cepat INSISTS melakukan lokakarya di berbagai daerah hingga ke kota-kota di Timur Tengah yang menjadi tujuan studi mahasiswa Indonesia, seperti di Kairo dan Arab Saudi. Mereka juga menerbitkan buku, menulis artikel di media massa, hingga menerbitkan Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam ISLAMIA. Di jurnal ini, Hamid berposisi sebagai pemimpin redaksi. Selain itu, INSISTS juga membidani kelahiran lembaga-lembaga kajian baru sebagai institusi satelit bagi INSISTS di berbagai kota. Di Surabaya ada InPAS, di Malang ada It-CON, di Bandung ada PIMPIN, di Solo ada PKPPI, di Ponorogo ada CIOS dan di Jogja ada Al-Insan. Karya-Karyanya Sebelum dikenal seperti sekarang, Hamid sudah mempunyai beberapa karya berupa buku yang tidak bisa dianggap remeh, misalnya: 1. Pemikiran Pendidikan al-Ghazzali, Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia, 1992. 2. Reorientasi Filsafat Islam, Trimurti Press,
profil Gontor, 1992. 3. Filsafat dan Praktek Pendidikan al-Attas, Mizan 2003 (terjemahan) 4. Tantangan Sekularisasi dan Liberalisasi Di Dunia Islam, Penerbit Kyairul Bayan, Jakarta, 2004 Selama tahun 2004, masyarakat sudah mulai mengenal pemikiran Hamid melalui rubrik Prolog dan Epilog di Jurnal (Majalah) ISLAMIA. Dalam catatan Redaksi ISLAMIA, kolom Hamid merupakan kolom yang paling banyak diminati pembaca. Kemudian, sejak tahun 2009, INSISTS menjalin kerjasama degan Harian Republika untuk menerbitkan Jurnal Pemikiran Islam, Islamia-Republika, yang terbit bulanan, setiap hari Kamis pekan ketiga. Di Jurnal Islamia versi koran yang terbit empat halaman ini, Hamid juga menulis kolom tetap yang diberi nama MISYKAT. Gagasangagasannya tentang de-sekularisasi, dewesternisasi, dan Islamisasi, secara konsisten mewarnai berbagai tulisannya. Uniknya, kolom MISYKAT Hamid di Harian Republika ini tercatat sebagai kolom yang paling diminati pembaca. Survei Litbang Harian Republika tahun 2010 menunjukkan, Jurnal IslamiaRepublika, merupakan rubrik non-berita yang paling banyak dibaca oleh pembaca Republika. Tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa saat ini, Hamid merupakan salah satu dari deretan kolomnis terbaik saat ini. Dan kini, kumpulan artikel dan berbagai tulisannya yang tersebar di beberapa media, telah dihimpun dalam satu buku berjudul “MISYKAT: ISLAM, WESTERNISASI, DAN LIBERALISASI (JAKARTA: INSISTS, 2012). Sebelumnya, buku beliau diterbitkan oleh CIOS Gontor, yaitu Liberalisasi Pemikiran Islam (2009) dan Membangun Peradaban Islam (2011). Membaca beberapa karya Hamid, khususnya buku Misykat ini, tidaklah berlebihan jika kita berkesimpulan, bahwa Era Sekularisasi dan liberalisasi sudah memasuki masa senja. Kini, insyaAllah, dunia pemikiran Islam Indonesia sedang memasuki gairah dan era baru, yaitu Era Islamisasi Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, putera mahkota Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Aktivitasnya Tidak mudah menemui beliau, karena
kesibukannya yang super sibuk. Hingga sekarang aktivitas beliau adalah 1. Pembantu Rektor III, Institut Studi Islam Darussalam (ISID), 1990-1996 / 2005sekarang 2. Direktur CIOS (Center for Islamic and Occidental Studies) ISID Gontor, 2006Sekarang 3. Direktur dan peneliti INSISTS, 2002sekarang 4. Pemimpin Redaksi Majalah Ilmiyah ISLAMIA, Jakarta. 5. Direktur Program Kaderisasi Ulama Gontor (PKU), 2008-Sekarang 6. Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), 2012 –Sekarang Jika diperhatikan dari sekian kesibukannya tersebut, ada sebuah garis besar yang diperjuangkan beliau dengan seabrek aktivitas tersebut, tidak lain adalah membangun tradisi intelektual Islam sebagai prasyarat membangun peradaban Islam. Dengan CIOS ia berharap bisa menjadi pusat studi ilmiah Islam dan Barat, dengan INSISTS ia berambisi membangun organisasi atau komunitas keilmuan yang ber worldview Islam, dengan Jurnal ISLAMIA ia berharap bisa menyebarkan ilmu-ilmu dan sains keislaman, dengan PKU ia berharap bisa mengkader ulama-ulama islam yang kompeten, dan dengan MIUMI ia berharap menjadi wadah pengkajian dan memfatwakan hukum-hukum Islam yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang tekstual dan kontekstual. Penutup / Ibrah Menurut penuturannya, nama Hamid Fahmy Zarkasyi yang diberikan orang tuanya adalah gabungan dari beberapa nama. Hamid adalah nama seseorang yang sangat rajin dan ulet bekerja,sedangkan Fahmy adalah seorang penulis yang menghasilkan beberapa karya buku. Keduanya adalah kenalan KH Imam Zarkasyi, Bapak beliau. Nama-nama tersebut adalah harapan dan doa Bapaknya terhadap Hamid Fahmy Zarkasyi di masa mendatang. Rupanya harapan dan doa Bapak beliau telah tercapai dengan mengantarkan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi yang sekarang. Semoga kita termasuk orang seperti beliau. Masykur
17
refleksi
Atas Nama
Toleransi
indonesia.ucanews.com
Oleh : Mishad Khoiri Pembina Pesma Al Mukmin Malang
B
eberapa waktu lalu saya hadir di acara simposium nasional bertema “Deradikalisasi Agama” yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama (LDNU). Acara tersebut diselenggarakan di aula gedung rektorat UIN Malang. Hadir sebagai keynote speaker: Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj, MA. (Ketua PBNU) dan Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro (Menteri Pertahanan RI). Acara yang dibuka oleh Wagub Jawa Timur, Drs. Saifullah Yusuf ini dihadiri mayoritas da’i Nahdiyin dari seluruh penjuru nusantara. Simposium itu juga dihadiri oleh narasumber yang sangat relevan, yaitu komandan Densus 88 POLRI, Kombes Drs. H. Herwan Chaidir, Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Drs. Ansyad Mba’i, MM., dan lain-lain. Mayoritas peserta sepakat, bahwa munculnya terorisme di Indonesia lebih dipicu oleh problem kesejahteraan (finansial), pemahaman yang dangkal tentang agama, serta rasa ketidakadilan akibat kebijakan standar ganda yang sering dipraktikan oleh negeri adidaya, Amerika Serikat. Panelis yang menyampaikan materi
18
tentang deradikalisasi agama itu selalu mengarahkan, bahwa Islam itu harus toleran. Para panelis seolah mengarahkan pemikiran peserta simposium, bahwa teroris yang tidak toleran itu adalah teman kita sendiri. Menurut mereka aksi teror di Indonesia dilakukan oleh oknum muslim garis keras. Bahkan menurut Basri Zain, MA. Ph.D., salah seorang pemateri, disinyalir bahwa Islam radikal tersebut lahir dari ajaran Wahabi. Mungkin benar apa yang disampaikan mereka, bahwa terorisme yang lahir dari oknum muslim adalah produk dari Islam radikal. Tetapi mereka lupa jika pemicu utamanya adalah “ketidakadilan global” terutama standar ganda yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Negara super power itu seringkali menganakemaskan sekutunya di teluk, siapa lagi kalau bukan zionis Israel. Saya yang waktu itu menjadi peserta simposium mendapat kesempatan bertanya kepada panelis. Saya katakan, bahwa terorisme oleh oknum muslim lahir lantaran “akibat” bukan “penyebab”. Sedangkan “penyebab” terorisme adalah “ketidakadilan global”. Saya katakan juga bahwa terorisme sejati adalah aksi biadab Israel yang dengan seenaknya membombardir warga Palestina. Kemudian yang saya tanyakan, apa peran pemerintah Indonesia menyikapi ketidakadilan ini? Ansyad Mba’i, Herwan Chaidir, dan Prof. Dr. Budi Susilo (Dirjen Politik Pertahanan Kemenhan RI) menjawabya dengan bias. Mereka seolah “tidak berani” menyebut nama Amerika Serikat dan Israel sebagai dalang “penyebab” terorisme. Pembicaraan selalu diarahkan agar muslim itu toleran terhadap pemeluk agama lain dan menghindari aksi kekerasan. Apakah atas dasar toleransi juga kita tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Israel ketika mereka dengan brutalnya membantai muslim Palestina? Makna toleransi diterjemahkan beragam oleh umat muslim di dunia, termasuk toleransi terhadap bangsa yahudi, Israel. Sebagian besar muslim Indonesia menginginkan tidak perlu berhubungan apapun termasuk diplomatik dengan mereka. Tetapi ada juga tokoh masyarakat muslim Indonesia
yang berkunjung ke sana dan disinyalir menjalin komunikasi aktif (mudah-mudahan bertujuan baik). Tapi pemerintah kita masih cukup bijak, hingga kini demi menghargai keinginan mayoritas muslim, masih tetap konsisten tidak berhubungan diplomatik dengan negara Israel. Sikap muslim terhadap muslim dan sikap muslim terhadap non muslim sesungguhnya sangat tegas diatur dalam Al Qur’an surat alFath ayat 29, yaitu “Nabi Muhammad Saw, ialah Rasul Alloh; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaliknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan sesama sendiri (umat islam)…” Bukankah bangsa Yahudi Israel itu benar-benar telah memusuhi umat muslim, terutama Palestina? Berarti menghadapi Israel, dan pihak-pihak yang jelas-jelas memusuhi Islam, kita harus bersikap keras dan tegas. Bagi muslim toleransi dengan non muslim hanya diperuntukkan bagi orang non muslim yang “dzimmi” (tidak memusuhi Islam) bukan non muslim yang “harbi” (memusuhi). Jika toleransi dalam hal ibadah, maka batasannya adalah sesuai dengan firman Alloh Ta’ala dalam surat Al Kaafirun ayat 6, yaitu “untukmu agamamu dan untukkulah agamaku”. Artinya agama dan ajaran Islam adalah untuk umat muslim sedangkan agama dan ajaran Yahudi, Nasrani, serta agama/ ajaran lainnnya adalah untuk pemeluknya. Hal tersebut juga berlaku dalam hal ritual ibadah kita dan ibadah mereka. Islam tidak mengenal “sinkritisme” dan “passing over” atau mencampuradukkan ajaran agama, termasuk dalam hal ibadah. Fenomena do’a bersama antar umat beragama, nikah beda agama, dan aksi-aksi bersama antar umat beragama yang tidak jelas batasannya adalah fakta baru yang muncul di Indonesia atas nama kerukunan dan toleransi. Apabila toleransi diterjemahkan dengan gerakan-gerakan tersebut, maka yang terjadi adalah proses pendangkalan aqidah dan kesyirikan yang terselubung. Munculnya Jaringan Islam Liberal (JIL) yang seringkali memunculkan gagasan-gagasan kontroversial merupakan manifestasi dari gerakan toleransi yang salah kaprah, terutama terlalu “sembrono” dalam menafsirkan isi Al Qur’an dan Hadits. Menghadapi fenomena tersebut, umat
Islam tidak cukup menghadapinya dengan marah dan melakukan kekerasan fisik. Marah dan kekerasan fisik harus dihindari dan lebih mengutamakan tindakan pencegahan dan diplomasi. Bagaimanapun juga, jika kekerasan yang kita dahulukan, maka yang akan lahir adalah kekerasan juga. Maka akan besar kerugian dan resikonya. Tapi kita tidak boleh lari jika kekerasan dan ketegasan itu memang terpaksa harus dilakukan. Tapi tetap itu adalah “senjata pamungkas” ketika langkah pencegahan dan diplomasi sudah mengalami jalan “buntu”. Sebagai realisasi dari tindakan meluruskan kekeliruan yang selama ini dipahami oleh sebagian umat Islam tentang toleransi, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk memberikan pemahaman yang benar kepada umat. Langkah-langkah tersebut bisa dilakukan dengan cara mensosialisasikan tentang makna toleransi yang benar melalui forum-forum pengajian dari lingkup kecil sampai yang besar. Tren pengajian umum atau pengajian rutin yang akhir-akhir ini begitu semarak bisa dijadikan media yang efektif melakukan gerakan ini. Petuah kyai sebagai tokoh panutan sangat efektif untuk dapat diikuti dan dilaksanakan oleh jama’ahnya. Pemahaman yang benar tentang toleransi hendaknya juga dilakukan oleh Majelis Ulama’ Indonesia (MUI). Fatwa MUI sebagai wadah formal para ulama’ sangat penting disampaikan kepada masyarakat muslim. Hanya saja perlu didorong agar eksistensi MUI benar-benar diakui oleh masyarakat. Jika MUI eksis dan memiliki “taring”, maka fatwafatwanya, termasuk fatwa pemahaman tentang toleransi yang benar akan sangat efektif. Jika semua berperan mendukung MUI, maka tidak menutup kemungkinan fatwa MUI akan efektif sebagaimana fatwa mufti di Arab Saudi misalnya. Sebagai masyarakat, orang tua, dan pendidik muslim, kita harus memperhatikan pendidikan anak-anak kita. Jika bekal agama yang dimiliki oleh anak anak didik kita cukup dan benar, maka pemahaman mereka juga akan benar, termasuk ketika mereka memaknai dan bertindak atas nama toleransi. Pemahaman mereka akan tetap lurus (wasathon: ditengahtengah/Islam ahlussunah wal jama’ah) tidak akan membelok ke barat/ke kanan (islam garis keras) atau ke timur/ke kiri (islam liberal), La Syarqiyyah Wala Ghorbiyyah. Wallohu a’lam
19
al kayyis
S
uatu ketika, hiduplah seorang tua yang itu. bijak. Pada suatu pagi, datanglah Pak Tua itu lalu kembali menaburkan seorang anak muda yang sedang segenggam garam,. Tetapi kali ini ke dalam dirundung banyak masalah bertamu ke telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya rumahnya. Langkahnya gontai dan air gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak mukanya kusut. Anak muda itu tampak seperti air, mengusik ketenangan telaga itu. orang yang tak bahagia. “Coba ambil air dari telaga ini, dan Tanpa membuang waktu, anak minumlah,” pintanya pada muda itu menceritakan semua tamunya. masalahnya. Pak Tua yang bijak Saat tamu itu selesai hanya mendengarkannya dengan meneguk air itu, Pak Tua berkata seksama. Setelah mendengar lagi, “Bagaimana rasanya?” panjang lebar cerita anak muda “Segar,” sahut tamunya. itu, ia lalu mengambil segenggam “Apakah kamu merasakan garam dan meminta tamunya garam di dalam air itu?” tanya Pak untuk mengambil segelas air. Tua. Ditaburkannya garam itu ke dalam “Tidak,” jawab si anak muda. Muji Sampurno gelas, lalu diaduknya perlahan. Dengan bijak, Pak Tua itu Sekretaris Umum “Coba minum ini!” ujar Pak menepuk-nepuk punggung anak Yayasan Al Haromain tua itu. “Katakan bagaimana muda itu. Ia lalu mengajaknya rasanya?” duduk berhadapan, bersimpuh di samping “Pahit. Pahit sekali!” jawab sang tamu, telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya sambil meludah kesamping. kehidupan adalah layaknya segenggam garam, Pak Tua itu tersenyum. Ia lalu mengajak tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di pahit itu adalah sama, dan memang akan dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua tetap sama. orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya “Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
20
Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.” Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.” **** Kita semua pasti pernah mendapatkan masalah atau musibah. Setiap musibah yang kita hadapi pasti ada hikmahnya. Sebab, setiap yang melanda dalam hidup kita pasti menuju kepada arah kehidupan yang lebih baik. Ingatlah, Allah tidak akan memberikan cobaan yang berat di luar batas kemampuan hamba-Nya. Bersikaplah sabar, karena dengan bersabar, insya Allah hidup ini akan tenang dan kita mampu menjadi pemenang. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqoroh: 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo‘a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. Menyelesaikan masalah tidak harus dengan emosi atau beradu otot. Pemenang bukanlah yang terkuat, melainkan seseorang yang mampu menyikapi masalah dengan bersabar, menahan diri dari godaan yang menimbulkan kebencian dan emosi. Kesabaran merupakan
ciri orang yang kuat. Rasulullah pernah menggambarkan dalam sebuah hadits, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari) Sabar bukan berarti pasrah dalam cobaan. Sabar berarti mampu berlapang dada atas musibah dan cobaan yang menimpa, dan memahaminya sebagai takdir yang harus dijalani sambil terus berusaha mencari pemecahannya. Ketika ujian datang, sabar adalah sikap paling utama, karena sikap inilah yang bisa mengantarkan kita pada ridha Allah. Rasulullah Saw. dalam salah satu haditsnya telah memuji seorang mukmin karena kesabarannya. “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Hal yang demikian itu tidak akan ada kecuali hanya pada orang mukmin: yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim). Sabar itu indah. Allah sayang terhadap orang-orang yang bersabar. “Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146). Oleh sebab itu, jangan memvonis setiap problem kehidupan ini tidak ada jalan keluarnya. Sekalipun pada saat cobaan selesai, lalu datang lagi dan lagi, tetaplah bersabar. Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran. Kita diperintahkan untuk bersabar dalam menghadapi segala bentuk ujian tujuannya tidak lain agar kita mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Jadikanlah kesabaran kunci bagi kehidupan kita. Insya Allah kita memperoleh kesuksesan, keseimbangan jiwa, juga mendapatkan kemuliaan, hingga menjadi hamba yang disayangi Allah Swt. Pada akhirnya, kita menjadi seorang pemenang sejati yang sesungguhnya. Bukankah demikian wahai para Al-Kayyis? []
21
mutiara alqur’an
Oleh:
K.H. M. Ihya Ulumiddin Ketum Hai’ah Ash Shofwah Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Malang
Berdakwah dengan Keteladanan QS. Alam Nasyroh:2-3 Alloh azza wajalla berfirman:
“Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu yang memberatkan punggungmu.”
Analisa Ayat Ayat ini menceritakan kepada kita kondisi psikis yang dialami oleh Rosululloh shallallohu alaihi wasallam dalam mengemban misi Risalah. Merasa berat dan begitu terbebani, sehingga digambarkan dengan bahasa anqadha yang memiliki arti “membuat punggung bersuara kretek ketika memikul beban yang berat”. Beban yang berat ini oleh para ahli tafsir dikarenakan beberapa faktor: 1) kondisi umat jahiliyah di sekitarnya yang sama sekali tidak sesuai dengan karakter alamiah beliau yang memang dicetak oleh Alloh sebagai seorang pribadi yang penuh dengan nilai tinggi dan norma yang mulia, sementara mau tidak mau harus bergaul dengan mereka. Maka perasaan berat seperti ini kemudian dihilangkan oleh Alloh ketika Alloh telah mengangkatnya sebagai seorang utusan yang harus berdakwah, melakukan perbaikan tanpa melihat kondisi sekitar sebagai sebuah beban psikologis (atTahrir wat Tanwir: 15/410) 2) perasaan Rosululloh shallallohu alaihi wasallam yang masih saja memikirkan hal-hal yang pernah dilakukan sebelum diangkat sebagai seorang nabi. Dan ketika sudah diangkat menjadi nabi, maka datang wahyu bahwa hal tersebut diharamkan sehingga beliau merasa telah
22
melakukan dosa-dosa (Tafsir al-Khazin: 4/441). Dengan demikian, maka ayat ini adalah pernyataan bahwa Alloh telah menghapuskan seluruh kesalahan beliau sebelum menjadi seorang nabi. 3) Rosululloh shallallohu alaihi wasallam melihat dosa-dosa umat sebagai bagian dari dosa-dosanya, sehingga beliau merasa berat hati. Ini memang bagian dari sifat beliau: “...berat baginya sesuatu yang memberatkanmu...” 4) Beban yang dimaksudkan di sini adalah meninggalkan sesuatu hal yang lebih utama di mana oleh Rosululloh shallallohu alaihi wasallam dinilai sebagai sebuah dosa sebagaimana dikatakan:
“Keburukan-keburukan yang dilakukan oleh kelompok al-abror (para nabi) adalah masuk dalam ketegori kebaikan jika dilakukan oleh kelompok al-muqarrabin (para wali).” Ada pula pendapat dari para ahli tafsir bahwa ayat ini merupakan penegasan tentang status Ishmah (kemakshuman) bagi Rosululloh shallallohu alaihi wasallam (Tafsir al-Khazin: 4/441)
Terlepas dari berbagai macam makna ayat ini, bagi kita harus bisa mengambil pelajaran inti dari ayat ini, yaitu agar seorang da’i tidak merasa berat dan terbebani oleh dakwah yang dilakukan. Seorang da’i harus percaya diri ketika tampil menyuarakan dan memikul dakwah, tidak perlu terganggu oleh bayang-bayang apapun; baik status sosial yang rendah karena tidak berharta dan tidak pula memiliki kedudukan, masa lalu yang hitam, dan hal apapun yang secara umum bisa menjatuhkan mental. Bayang-bayang masa lalu yang kelam harus dihapuskan karena secara riil menjadi batu sandungan dalam pribadi seorang da’i. Inilah yang sangat mungkin merupakan salah satu hikmah dari sabda Rosululloh shallallohu alaihi wasallam yang memberikan bimbingan kepada para sahabat:
“Matikanlah urusan jahiliyah.” (HR. Dailami dalam Musnadul Firdaus) Hal ini agar para sahabat tidak terbayang-bayangi masa lalu mereka yang tidak sedikit merupakan masa lalu yang kelam, penuh dengan kemaksiatan dan kerendahan, dan pembangkangan kepada Alloh dan Rosul-Nya. Kepada Amar bin Ash r.a. beliau shallallohu alaihi wasallam juga bersabda:
“Islam menghapuskan apa-apa (dosa dan kesalahan) sebelumnya.” (HR. Muslim) Bimbingan Rosululloh shallallohu alaihi wasallam ini begitu efektif membuat para sahabat berdakwah secara total begitu percaya diri. Mereka begitu bersemangat menyebarkan dakwah, meski sebelumnya adalah seorang yang paling keras dalam menjegal langkah dakwah. Kita pun harus demikian; dalam berdakwah tidak perlu lagi
Sikap tawadhu’ diyakini sebagai sesuatu yang akan membuat derajat seseorang terangkat, sikap ini harus pula diketahui sebagai sikap yang akan menuntun seseorang pada rasa percaya diri terganggu oleh bayang-bayang masa lalu sebelum mengenal dakwah, sebelum mengikuti dan beriman dengan dakwah. Berdakwah dengan tanpa merasa terbebani dan dengan penuh percaya diri sangat terkait pula dengan sikap tawadhu’. Selain karena sikap tawadhu’ diyakini sebagai sesuatu yang akan membuat derajat seseorang terangkat, sikap ini harus pula diketahui sebagai sikap yang akan menuntun seseorang pada rasa percaya diri. Sikap tawadhu’ juga akan menuntun seorang da’i untuk selalu mengedepankan amal sebelum ilmu serta membuatnya lebih banyak memberikan teladan daripada hanya sekedar pesan-pesan. Dalam bahasa lain, sikap tawadhu’ akan menampilkan seorang da’i sebagai seorang yang lebih banyak menampakkan suluk (akhlak) daripada ilmunya. Selain agar tidak merasa terbebani oleh masalah pribadi, salah satu makna ayat tersebut di atas adalah juga memberikan bimbingan agar seorang da’i berusaha sekuat tenaga untuk tidak terjatuh dalam dosa-dosa atau terlibat dalam masalahmasalah yang justru membuatnya terjebak hingga melupakan dakwah sebagaimana kasus para da’i yang terlibat dalam masalah politik praktis. Wallohu a’lam.
23
technopreneur
Oleh: Drs. Soehardjoepri, M.Si. Direktur Rabwa Production
J
Jika Gagal, Bangkit Lagi!!!
angan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Ukurlah ia dengan berapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ, dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi. Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna panduan ini tidak sempurna. “Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakat pun tidak; banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusan pun tidak; jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikan pun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.” Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk ke sekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dengan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan, tetapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bang-kit kembali. Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda. Thomas Alfa Edison, suatu saat ditanya bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan
24
kali gagal. Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric, ini menjawab, “Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.” Sungai Colorado mengalir tabah terusmenerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven mengisi dunia dengan musik inspiratif. John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati. Perempuan tunanetra yang tegar, Helen Keller, memberikan harapan kepada semua or-ang cacat. Ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi Presiden. Dan tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi. “Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil,” Dr. Napoleon Hill. Mari kita renungkan. “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allohlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhmahfuz).” (QS. Huud [11]:6). “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm [53]:39). Wallohu a’lam.
konsultasi syariah
Dzikir dengan Ritme Cepat Pertanyaan; Assalaamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Segenap dewan redaksi majalah alHaromain yang terhormat. Realita yang ada di kalangan ulama kan ada sebagian yang berdzikir kalimat Tahlil dengan ritme yang cepat dan sebagian lain dengan ritme pelan. Apakah ada riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi Saw. suatu ketika berdzikir dengan cepat dan suatu ketika berdzikir dengan pelan atau apakah soal cepat dan pelan itu hanya sekedar Ijtihadi? Ibnu Zainuri Kediri
Jawaban; Dzikir pada prinsipnya adalah ibadah yang luas tanpa batas, “... berdzikirlah kepada Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring ...” (QS. An-Nisaa’: 103). Artinya bisa dilakukan sesuai dengan kehendak dan mood hati. Bisa dengan suara pelan dan juga dengan suara keras. Dan seperti yang Anda pertanyakan; juga bisa dilakukan secara cepat dan bisa pula dengan ritme lambat. Hal yang terpenting sebisa mungkin dzikir cepat (dalam lisan) tidak sampai melalaikan hati dari merenungi salah satu tatakrama berdzikir, yaitu merenungi makna bacaan dzikir. Secara khusus, dzikir Tahlil, Laa ilaaha illallah, adalah dzikir yang paling utama. “Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallah.” (HR. at-Turmudzi). Dzikir ini memiliki keutamaan dibandingkan dengan dzikir lain dari sisi keberadaannya sebagai nyawa kehidupan dunia. Jika dzikir ini sudah
tidak diucapkan, maka kiamat pasti datang. “Kiamat tidak datang sehingga di bumi tidak diucapkan Laa ilaaha illallah.” (HR. Muslim). Imam Nawawi dalam al-Adzkaar menyebutkan bahwa dzikir Tahlil, Laa ilaaha illallah, sebaiknya (disunnahkan) dibaca dengan memanjangkan Laaa ilaaaha illalloooh. Mengikuti standar ini, berarti dzikir tahlil memang sebaiknya dilakukan dengan ritme pelan/lambat. Jika melakukannya dengan cepat, maka bolehboleh saja karena, sekali lagi, dzikir tidak boleh dibatasi dengan aturan dan tata cara tertentu kecuali memang yang telah ditentukan; sebagaimana tidak boleh berdzikir di tempat-tempat seperti dalam kakus dan tempat kemaksiatan. Dalam riwayat hadits sejauh ini yang kami ketahui bahwa pada suatu saat Rosululloh Saw. berdzikir dengan suara pelan dan kadang dengan keras. Terkait ritme apakah lambat atau cepat, jelas jika membaca Alqur’an Nabi Saw. sangat menganjurkan supaya dibaca secara tartil, terutama dalam shalat. Cepat jelas menghilangkan tartil yang ditekankan ini. Adapun dzikir selain Alqur’an, maka riwayat yang ada justru bisa difahami keabsahan melakukan dzikir denga ritme cepat sebagaimana tersirat dari hadits; “Perbanyaklah berdzikir kepada Allah, sehingga mereka mengatakanmu sebagai orang gila!” (HR. Ibnu Hibban dalam Tuhfatudz Dzaakirin, hal 24). Wallohu a’lam.
25
auladi
Umi, Aku
Nggak Mau Sekolah
(Bila Anak Mogok Sekolah) Oleh: Ulinnuha M, S.Psi Guru SDIT Ghilmani Surabaya
Pagi yang cerah. Sinar mentari pagi terasa hangat menerpa anak-anak yang sedang bermain dengan riang di halaman, disertai dengan alunan lagu anak muslim. Di tengahtengah canda tawa anak-anak yang sedang bermain, ada beberapa anak yang masih memegang erat tangan mamanya. Bel berbunyi tanda kegiatan pembelajaran akan dimulai. Beberapa guru membantu menata
26
barisan anak-anak yang baru hari pertama masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak (KB/TK). Setelah melakukan senam pagi dan beberapa kegiatan di halaman, satu persatu anak masuk ke kelas masing. Beberapa anak yang tadinya masih berpegangan tangan mamanya, mulai tertarik dengan kegiatan dan mau masuk ke dalam kelas setelah didekati oleh gurunya. Namun masih ada dua anak berada di luar, dan bahkan menangis ketika diajak masuk. Dimdim menangis sambil berteriak, “Aku ndak mau sekolah. Aku mau sama Umi aja.” Sementara Fathur hanya menangis dengan berpegangan erat pada badan mamanya. Akhirnya Dimdim dan Fathur mau mengerjakan kegiatan di luar kelas dengan ditunggui oleh mamanya, sedangkan anak-anak yang lain sudah ditinggal orang tuanya ketika mereka masuk kelas. Fenomena di atas biasa terjadi pada awal tahun pelajaran baru yang mana masih ada anak-anak yang rewel, bahkan mogok, tidak mau masuk sekolah, terutama untuk anak-anak di jenjang KB/TK. Tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada anak di jenjang Sekolah Dasar (SD). Bentuk perilaku yang biasanya Nampak: mengisap jempol, menangis, berpegang erat pada orang tua atau pengasuhnya, dan juga ngompol bahkan ngebrok (buang air besar di celana). Penyebab Anak Mogok Sekolah Semua anak pada dasarnya memiliki semangat belajar tanpa harus disuruh, sebagai wujud pemenuhan rasa ingin tahunya. Apalagi saat melihat beragam mainan dan fasilitas
yang menarik di KB/TK, tentu saja hati anak akan tertarik. Lantas, mengapa beberapa anak malah mogok sekolah? Penyebab anak mogok sekolah sangat beragam, di antaranya: Anak usia prasekolah seringkali mengalami ketakutan berpisah dengan ibu atau pengasuhnya. Guru dan teman-teman baru dianggap sebagai orang asing, sehingga ia membutuhkan waktu untuk membangun kedekatan. Untuk anak usia SD, mogok sekolah seringkali terjadi pada anak-anak yang adaptasinya membutuhkan waktu yang lama, atau faktor dari luar, misalnya ketergantungan pada orang tua/ pengasuhnya tinggi, kehadiran adik baru (yang menimbulkan kecemburuan bagi sang kakak), masalah dengan teman sebaya, bahkan mungkin ada ketakutan dengan gurunya. Faktor pola asuh orang tua pun dapat menjadi penyebab anak mogok sekolah. Orang tua yang over protective (terlalu melindungi) membuat kemampuan bersosialisasi anak berkurang. Upaya Agar Anak Senang Bersekolah Setelah mengetahui penyebab anak mogok sekolah, orang tua dan guru perlu melakukan beberapa upaya agar anak atau anak didik mereka menjadi senang bersekolah. Yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah atau guru: 1. Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang memenuhi syarat dari sisi keamanan, kesehatan, dan kenyamanan untuk anak didik. Misalnya, alat-alat permainan yang tidak tajam atau mengandung toksin yang berbahaya bila terhirup oleh anak. Kamar mandi yang didisain sesuai dengan ukuran anak, sehingga bisa melatih anak untuk mandiri ketika ke kamar mandi 2. Menyiapkan seluruh yang terlibat dalam proses pembelajaran, membudayakan 5 S (Senyum , Sapa, Salam, Sopan, dan Santun), mulai dari pimpinan sekolah, guru sampai petugas kebersihan dan satpam. Sehingga dengan 5 S, semua anak didik yang berada di lingkungan sekolah merasa
aman dan nyaman, seperti berada di lingkungan keluarga mereka sendiri. 3. Menyiapkan masa orientasi untuk anak didik dengan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, di antaranya meliputi: · Pengenalan lingkungan sekolah. Anak didik dikenalkan dengan seluruh ruangan/tempat dan fasilitas yang ada di sekolah. Diharapkan dengan pengenalan ruangan dan fasilitas ini anak tidak canggung lagi bila ingin buang air kecil ke kamar mandi, ketika ingin ke kantin, saat akan bermain, dan seterusnya. · Pengenalan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah, mulai dari pimpinan sekolah, guru yang mendampingi mereka di kelas, guruguru lain, satpam, dan seterusnya · Pengenalan tata tertib sekolah. Misalnya: pukul berapa mereka mulai masuk, istirahat, bermain, dan pulang sekolah. Anak didik juga dikenalkan dengan adab atau tata cara menghormati guru, teman serta orang yang lebih tua, adab ketika bermain, makan, minum, dan lain-lain. · Perkenalan dengan sesama teman melalui kegiatan kelompok disertai dengan game (permainan) 4. Memperkenalkan sekolah dengan kegiatan open house atau free trial. Program Free Trial yang mulai banyak ditawarkan beberapa sekolah nampaknya bisa untuk dicoba. Selama Free Trial beberapa hari, orang tua dapat mengamati sejauh mana anak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya, sebelum mereka memasuki tahun pelajaran baru. 5. Guru mempersiapkan materi pembelajaran dengan metode yang menyenangkan, sehingga anak dapat dengan mudah menyerap materi pelajaran dan melakukan kegiatan dengan hati yang riang dan senang bersekolah. Yang Perlu Dilakukan oleh Orang Tua Orang tua dapat membantu putra-putrinya untuk mengatasi kecemasan yang akan muncul ketika pertama kali masuk sekolah,
27
dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut (Smart Parents for Smart Students, Miftahul Jinan): 1. Sejak jauh-jauh hari, katakan kepada si anak rencana kita memasukkannya ke sekolah. Ungkapkan bahwa sekolah itu tempat yang menyenangkan. Misalnya, ceritakan bahwa di sekolah nanti ia akan mendapatkan banyak teman dan bisa mengikuti berbagai macam permainan 2. Membiasakan anak mengenal lingkungan lain di luar lingkungan keluarganya. Misalnya dengan sering membawa si kecil bermain dengan anak-anak tetangga atau membawanya pergi ke tempat bermain atau shilaturrahim ke rumah saudara. 3. Bila si kakak sudah bersekolah, sesekali ajaklah si adik mengantarkan kakaknya ke sekolah. Di sana si kecil bisa melihat langsung kegiatan di sekolah, dan juga bisa melihat bahwa anak-anak yang bersekolah tak perlu ditunggui orang tua/ pengasuhnya 4. Tak ada salahnya memasukkan si anak ke taman bermain atau mengajaknya mencoba kelas-kelas percobaan yang sudah mulai banyak ditawarkan beberapa taman bermain. 5. Memilih sekolah yang menurut kita paling nyaman untuk anak kita. Lalu, ajak anak mendaftar sambil bermain dan berkenalan dengan guru-guru di sekolah tersebut. Diharapkan si kecil dapat memiliki pandangan positif mengenai gurunya. 6. Libatkanlah si kecil saat berbelanja keperluan sekolahnya seperti tempat air minum, tas, atau peralatan menggambar. Cara ini bisa menumbuhkan antusiasme anak untuk memulai sekolah. 7. Perkenalkan jadual harian baru kepada si kecil. Misalnya, anak kita yang tadinya baru bangun tidur pukul 06.00, dengan bersekolah, kini harus dibiasakan untuk bangun sekitar pukul 05.30. Perubahan jadual harian ini jangan dilakukan mendadak. 8. Berkunjung ke rumah calon siswa di sekolah yang sama akan sangat membantu anak dalam berinteraksi dengan teman, karena anak lebih mudah berinteraksi dengan sedikit anak daripada dengan banyak anak.
28
9. Meski ada perasaan takut dan khawatir melepas anak, sebaiknya jangan pernah berbagi perasaan yang tidak mengenakkan ini kepada anak. Karena kecemasan itu bisa ‘menular’. Lebih baik persiapkan perlengkapan dan bekal si kecil dan buatlah suasana berangkat ke sekolah itu tidak tegang atau terburu-buru agar anak merasa mantap ke sekolah. 10. Ketika anak beraksi menolak pergi sekolah, sebaiknya lakukan pendekatan personal. Karena anak akan merasa orang tua maupun gurunya memperhatikan dan menghargai dirinya. Demikianlah beberapa hal yang dapat kita lakukan ketika anak mogok sekolah. Keberhasilan dalam menangani anak mogok sekolah terletak pada: 1. Kerjasama antara orang tua dan guru 2. Kesabaran dan ketelatenan orang tua dan guru untuk meyakinkan anak bahwa sekolah itu menyenangkan dan banyak manfaatnya. 3. Kepercayaan orang tua terhadap kemampuan guru dalam menangani sang anak. 4. Konsistensi orang tua dalam menerapkan kesepakatan dengan anak. Misalnya, bila anak tidak mau sekolah, maka fasilitas yang ada di rumah seperti bermain game, menonton TV/CD dikurangi, sehingga diharapkan anak merasa tidak nyaman berada di rumah, kemudian muncul keinginan lebih baik sekolah. 5. Bila segala upaya sudah kita lakukan, namun belum menunjukkan hasil, ternyata anak masih rewel, maka berdo’a dan sikap tawakkal lebih kita tingkatkan. InsyaAlloh seiring berjalannya waktu, anak-anak yang mogok sekolah tersebut akan dapat melewati masa sulit dalam beradaptasi, dan kemudian menjadi senang dan rajin sekolah. Walloohu a’lamu bishshowaab. · · ·
Referensi: Seri Ayah Bunda: Problem Anak Sehari-hari, Gramedia Group, 1997 Majalah Auladi, edisi 19 Desember 2006 Miftahul Jinan, Smart Parents for Smart Students, cetakan 3, Sygma Publishing, 2010
Kajian Niswiyah
Oleh | Ummu Najwa Ketua Niswiyah Persyadha Kediri
“Apa salahnya menjadikan dia teman istimewa? Kalau nanti bisa disamakan ya lanjut, kalau tidak bisa, ya tak tinggal! Aku kan juga ingin punya imam.” Jawaban seorang gadis remaja kelas XI ketika kutanya kenapa berpacaran dengan seorang nonmuslim keturunan. Diskusi panjang itu belum mampu menyadarkannya untuk putus dari pacarnya tersebut. Padahal kedua orangtua si gadis juga sudah melarang keras dia untuk berpacaran dengan laki-laki itu. Bahkan sang ayah sempat menamparnya. Namun dia tetap bersikeras untuk melanjutkan hubungan dengan harapan cowoknya suatu saat akan masuk Islam. Ah, aku jadi berpikir apakah dia korban “demam Korea”? Mengidolakan personil SUJU (super junior-boyband asal korea), berangan-angan bisa punya pacar seperti mereka. Akhirnya jatuh cinta pada laki-laki keturunan yang berwajah oriental walaupun dia nonmuslim. Ironis, kan? Lebih ironis lagi gadis ini adalah gadis berkerudung! Fenomena yang sedang trend saat ini adalah demam Korea. Begitu banyak penggila
artis Korea dan drama Korea di negeri ini. Lihatlah peminat konser SUJU beberapa waktu yang lalu di Jakarta. Konser 3 hari tiket ludes terjual habis. Bahkan masih banyak yang ingin nonton tidak kebagian karcis. Dan… 90% dari penggila ini adalah perempuan! Bahkan banyak di antara mereka adalah putri para aktifis pembinaan. Mereka lebih mengenal seluk-beluk kehidupan para artis Korea dibanding kepribadian Sayyidah ‘Aisyah, Sayyidah Fathimah, Ummu Salamah, Sayyidah Hafshah, maupun perempuan-perempuan mulia lainnya. Astaghfirulloh… bagaimana nasib generasi putri kita jika idola mereka adalah artis-artis nonmuslim? Ah, sekedar mengidolakan kan tidak apaapa? Yang penting putri kita tetap muslim yang sholat. Itu kan cuma untuk seru-seruan saja. Mungkin ada jawaban semacam itu. MasyaAlloh! Ini bukan sekedar masalah masih sholat atau tidak! Karena tidak ada masalah yang berdiri sendiri, setiap masalah pasti memiliki keterkaitan dengan masalah lainnya. Coba tengok kasus yang menimpa Ariel Peterpan! Ketika dia divonis penjara karena kasus video porno, ternyata banyak fansnya yang tetap mendukung seolah-olah perbuatan zina itu bukan sesuatu yang serius. Lalu
29
dimana letak kemuliaan seorang muslim ketika tidak lagi peduli dengan perbuatan munkar? Contoh kasus di awal cukup menjadi ilustrasi bahwa kecintaan remaja putri kita pada idola mereka menjadikan mereka terbiasa dengan kehidupan dan kepribadian nonmuslim. Mereka akan terbiasa memaklumi atau mentolerir perbuatan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Hati mereka tidak lagi peka dengan perbuatan munkar. Pacaran tidak apa-apa (bahkan seperti harus), cipikacipiki dengan lawan jenis biasa, kumpul kebo terserah, hamil di luar nikah tidak usah resah! Yang penting mereka tidak ganggu kita, ngapain kita ngurusi pribadi orang? Jawaban itu yang akan sering kita dengar. Atau, kita saling toleransi-lah! Dia tidak ganggu kita, kita tidak ganggu dia! Jawaban yang seolaholah bijaksana, tapi sebenarnya menjerumuskan. Jika makna toleransi seperti itu, maka tidak akan ada lagi amar ma’ruf nahi munkar di dunia ini. Lalu agama ini akan dibawa kemana jika salah tiangnya sudah tidak lagi ditegakkan? Bagaiman sikap kita sebagai orangtua jika salah satu putri kita menjadi salah satu dari mereka yang terjebak pada makna toleransi keblinger itu? Membiarkan? Atau memarahi sampai menampar mereka? Tunggu dulu, jika selama ini kita biarkan putri kita menjadi penonton setia drama Korea dan penikmat setia lagu-lagu Korea, ya jangan salahkan mereka kalau akhirnya mereka menjadi pengikut artis Korea! Jika fasilitas telepon seluler atau laptop kita berikan pada putri kita, sedang kita tidak menyempatkan diri untuk mengecek aktivitas mereka melalui kedua alat itu, ya jangan salahkan kalau mereka menjadi artis di Facebook dengan status-status plus foto-foto menggodanya. Atau mereka asyik berchatting ria dengan teman laki-lakinya. Sesungguhnya semua berawal dari kita, para orangtua (terutama ibu)! Ibu adalah sosok yang secara alamiah memang memiliki kedekatan lebih dengan anak-anaknya. Karena ibulah yang mengandung, melahirkan, dan menyusui. Karakter dan kepribadian anak juga lebih banyak dipengaruhi pola pendidikan seorang ibu. Ketika ibu membiasakan “serba boleh” pada anaknya, maka anaknya bisa menjadi orang yang permisif juga atau justru menjadi orang yang selalu ingin menang. Jika ibu biasa mengikuti trend untuk anaknya, ya anaknya pasti akan terbiasa ikut trend juga. Misalnya,
30
ibu selalu membelikan baju-tas-sepatu-sandal yang sedang mode saat itu walau sebenarnya bukan kebutuhan, ibu selalu merayakan ulangtahun anaknya dengan ritual tiup lilin dan potong kue atau potong tumpeng, hal itu secara tidak langsung mendidik anaknya untuk selalu mengikuti mode dan selalu mengidentikkan ulangtahun dengan perayaan tiup lilin. Dan secara tidak langsung mendidik anaknya untuk selalu ikut arus atau kebiasaan orang kebanyakan tanpa melihat sisi nilai sesuai atau tidak dengan norma agama. Dan jadilah anak itu generasi yang mudah terbawa arus dan mudah terpengaruh. Beda kondisinya jika sejak dini anak diajarkan untuk punya prinsip. Bahwa tidak perlu kita membeli barang yang sedang mode kalau memang kita tidak membutuhkannya walau teman-temannya sudah banyak yang membeli. Kita tekankan bahwa hakikat ulang tahun adalah doa agar umur kita berkah, bukan perayaan dengan tiup lilin. Saat Kartinian, walau banyak temannya yang lepas jilbab agar bisa berbusana daerah, kita jelaskan bahwa menutup aurot itu wajib (walau sebenarnya belum untuk mereka yang belum baligh). Kita yakinkan bahwa tetap bisa berbusana daerah dengan berjilbab. Saat rekreasi, ketika teman-temannya asyik bermain kemudian lelah sehingga tidak sholat, kita ajak anak kita tetap sholat atau bahkan kita ajari enaknya menjama’ dan mengqoshor sholat saat bepergian. Semua itu beberapa contoh tindakan yang mungkin dianggap sepele, tapi sebenarnya merupakan proses pembelajaran untuk anak-anak kita agar mereka selalu punya prinsip hidup dan tidak mudah tergoda dengan lingkungan sekitar yang tidak sesuai dengan agama. Dari hal kecil kita bisa mengajari anak-anak makna toleransi yang berprinsip. Dan mungkin hasilnya baru bisa kita lihat ketika mereka beranjak remaja dan dewasa. Sekali lagi, ibu adalah sosok yang dominan dalam proses pembelajaran tersebut. Karena ibu bisa menjadi sosok yang paling tidak tegaan atau menjadi sosok yang paling kereng dalam keluarga. Jangan sampai terjadi hal sebagaimana peribahasa jawa: anak polah bapa kepradah…… orangtua menjadi susah karena perbuatan anak. Yuk, ibu dan bapak yang cerdas! Biarlah ombak kehidupan ini keras menerjang kita, namun kita dan keturunan kita selalu tegar menghadapinya. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keturunan kita agar istiqomah di jalan-Nya.
serba-serbi
Asal-usul Berdirinya Masjid Baiturrahim di Istana Negara
P
ada tanggal 2-7 Maret 1954, sejumlah Alim Ulama Indonesia (umumnya dari kalangan Pesantren) menyelenggarakan konferensi di Cipanas Jawa Barat. Untuk maksud apakah konferensi itu diadakan? Jawabannya dituturkan sendiri oleh sang pemrakarsa sekaligus Menteri Agama dari unsur NU (saat itu NU berstatus sebagai Partai Politik), yaitu KH. Masykur. Sebagai suatu kesaksian sejarah, dia menuturkan maksud pertemuan tersebut dalam suatu wawancara dengan Majalah AMANAH Edisi Pebruari 1989. Anggota BPUPKI dan PPKI yang juga Alumnus Pondok Pesantren Jamsaren Solo ini mengatakan, “… Kita memang ekstra hatihati, karena masalah ini menyangkut masalah fanatisme agama. Dari sudut ini saja Kartosuwiryo (yakni Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, bergelar Imam Negara Islam Indonesia) dapat dukungan atau simpati masyarakat awam yang tahunya hanya Negara Islam (Darul Islam). Bahkan Negara-negara Arab, Ahmad Syarifuddin ketika itu secara langsung Pembina Al-Ghazali memberikan simpatinya dan Islamic Study Club Solo mempersoalkannya pada pemerintah Indonesia. Karena itu dalam upaya menghadapinya harus digunakan tata cara keIslam-an. Dalam prinsip ke-Islam-an, negara dapat dianggap sah dan dituruti bila pemimpinnya memenuhi syarat Waliyul Amri. Yaitu ia seorang yang jujur, mempunyai kekuatan dan kewibawaan. Dan dia muslim yang taat. Apabila negara dipimpin oleh seorang Waliyul Amri, lalu ada pihak lain yang menentang dan memberontak, maka hukumnya bughat, wajib dibasmi. Persoalannya, apakah Soekarno memenuhi syarat sebagai Waliyul Amri? Ketika hal ini saya kemukakan pada Bung Karno dan apakah ia sanggup diuji? Bung Karno menjawab sanggup.”
Panglima Markas Tertinggi Sabilillah (19451947) ini melanjutkan keterangannya, “… Maka, selama tiga hari tahun 1954, para ulama (NU) seluruh Indonesia berkumpul di Cipanas membawa Kitab-kitab Kuning membicarakan soal ini. Dari pertemuan Ulama itu dan dialog dengan Bung Karno, akhirnya disimpulkan bahwa Bung Karno memang seorang yang jujur, berwibawa, dan seorang muslim. Tapi, Bung Karno shalat Jum’at di mana? Mendapat pertanyaan demikian, Bung Karno lalu mendirikan masjid di istana negara. Sebelumnya memang masjid tersebut belum ada. Dari penilaian tersebut Bung Karno dianggap memenuhi syarat ditetapkan sebagai: “Waliyyul Amri Ad-dharuri bisy Syaukah” (Waliyul Amri dalam kondisi darurat dengan kuasa penuh). Dengan demikian, usaha Kartosuwiryo dengan Darul Islam-nya dan pemberontakan lainnya dianggap sebagai bughat, harus diperangi dan dibunuh…” Demikianlah keterangan dari Menteri Agama Orde Lama, KH. Masykur, yang memprakarsai penyelenggaraan konferensi tersebut. Menyinggung soal shalat Jum’at, dari berbagai sumber yang dapat dipercaya menerangkan, bahwa Soekarno diketahui memang tidak pernah shalat Jum’at, kecuali saat pembukaan dan peresmian masjid
31
“Baiturrahim” yang terletak di komplek Istana Jakarta. Soekarno dan SM. Kartosuwiryo kiranya dua pribadi yang unik. Ada apakah? Duaduanya adalah anak asuh sekaligus anak didik (kader) dari satu tokoh Syarikat Islam, yakni HOS. Cokroaminoto. Soekarno sempat diambil menantu olehnya, sedang Kartosuwiryo pernah diangkat sebagai Asisten Pribadinya. Duaduanya dekat bahkan amat lekat dengan HOS. Cokroaminoto. Keduanya sama-sama menyerap gagasan besar dari sang tokoh legendaris pergerakan nasional berjuluk Raja Tanpa Mahkota ini. Keduanya mengaplikasikan ide besar dan lalu mengembangkannya sesuai dengan pemahaman dan kecenderungan masing-masing. Soekarno cenderung mengambil sisi nasionalisme dari HOS. Cokroaminoto, sementara Kartosuwiryo cenderung mengambil semangat religiusitas dan gairah ke-Islam-an dari Sang Guru itu. Ketika Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Kartosuwiryo beberapa hari sebelumnya telah lebih dahulu menebar aroma deklarasi kemerdekaan. Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara menyatakan bahwa Kartosuwiryo pernah datang ke Jakarta pada awal Agustus 1945 bersama pasukan Hizbullah dan Sabilillah. Mereka bertemu dengan beberapa elit pergerakan untuk memperbincangkan peluang yang mesti diambil guna mengakhiri sekaligus mengubah determinasi sejarah rakyat Indonesia. Mereka mengumpulkan massa dan memaparkan rancangan konsep proklamasi kepada masyarakat. Sebagaimana ketinggian daya Soekarno menarik massa, hal ini tidaklah sulit bagi Kartosuwiryo sebagai tokoh nasional yang pernah dipilih sebagai Sekretaris Umum Masyumi, dan juga pernah ditawari sebagai Menteri Pertahanan Muda tapi ditolaknya. Termasuk massa yang ikut dalam pertemuan dengannya ini adalah pemuda Sukarni dan Ahmad Subarjo. Mengetahui banyaknya dukungan terhadap sosialisasi ini, SoekarnoHatta diculik para pemuda ke Rengasdengklok agar mempercepat proklamasi RI sehingga negara Islam Indonesia tidak jadi tegak berdiri. Holk H. Dengel menyebutkan bahwa pada tanggal 14 Agustus 1945, Negara Islam Indonesia telah diproklamasikan.
32
Kembali pada gelar “Waliyyul Amri Addharuri bisy Syaukah”. Pemberian gelar kepada Presiden Soekarno ini tak ayal mendapat kecaman dari beberapa tokoh dan organisasi Islam selain NU. Mereka menuduh itu sebagai sikap oportunis dan menjual agama. Sebaliknya, sebagian yang lain memujinya sebagai suatu keberanian karena mencantumkan status “dharuri” (kondisi darurat) yang berarti menilai Presiden Soekarno belum sempurna memenuhi syarat, baik secara agama maupun politik. Terbukti, musyawarah para rektor seIndonesia memutuskan bahwa Presiden Soekarno adalah Waliyul Amri. Titik. Tanpa ada tambahan “dharuri”. Berawal-mula dari situ akhirnya berdiri satu masjid di komplek istana negara yang dapat disaksikan hingga kini. Begitu banyak masjid di negeri ini, ratusan ribu mungkin, dengan latar belakang sejarah pendirian yang bisa jadi beraneka ragam. Berbagai masjid tumbuh dan berdiri dengan segala ceritanya. Dulu mungkin satu desa satu masjid, lalu menjadi ada masjid di setiap dusun, dan kini agaknya kerap dijumpai ada masjid di setiap RW. Di terminal dan di kampus berdiri masjid, demikian pula di sekolah-sekolah, kantorkantor, komplek-komplek perumahan baru, dan di SPBU-SPBU. Alhamdulillah. Sehingga peluang untuk berdakwah melalui basis masjid demikian terbuka dan semakin terbuka. Bayangkan jika ada 500.000 masjid di Indonesia, berapa Khatib dibutuhkan saat shalat Jum’at, Idul Fitri, dan Idul Adha; berapa Imam Shalat Rawatib diperlukan, serta berapa Pembina dan Pengurus Takmir yang dicakupi. Hakikat masjid awalnya adalah dibangun di atas pondamen takwa. Masjidlah satu tempat yang dibina untuk menggemakan ketinggian asma Allah. Kedekatan hati dengan masjid merupakan pertanda keimanan dalam dada. Masjidlah tempat 90% penduduk Indonesia mengekspresikan keyakinannya kepada Allah, Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa. Akan tetapi, dibanding masjid, pertumbuhan gereja sebetulnya jauh lebih pesat. Menurut Badan Litbang Kementerian Agama, pada periode 1977-2004, masjid meningkat 64.22%, sedangkan gereja Protestan meningkat 131.38% dan gereja Katolik 152%. (Republika, 18 Pebruari 2006). Wallahu A’lam.
zona pendidikan
Membangun Tradisi Ilmu (1):
Menyibukkan Diri Dengan Membaca Masitha Achmad Syukri Staf Pengajar Fak.Ilmu Budaya Unair Kadiv. Pendidikan Yayasan Al Haromain
I
slam sangat menjunjung tinggi tradisi keilmuan, artinya Islam sangat menghargai ilmu (‘ilm) sehingg orang-orang yang berilmu (‘alim), orang-orang yang mengajarkan ilmu (mu‘allim) dan orang-orang yang mencari ilmu (muta’allim) juga sangat dihargai. Dengan ilmu, sebuah peradaban akan berkembang, termasuk peradaban Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah yang mengubah masyarakat Arab jahiliah menjadi masyarakat beradab dan bermartabat karena tradisi keilmuan yang tinggi yang dipimpin oleh Rasulullah SAW.
Wahyu pertama (lima ayat pertama QS. Al ‘Alaq) yang disampaikan malaikat Jibril kepada nabi Muhammad SAW merupakan kerangka dasar tradisi keilmuan dalam Islam. Perintah pertama adalah justru perintah untuk ‘membaca’ dan bukan perintah untuk menyembah atau bekerja, ataupun untuk berperilaku yang baik. Akan tetapi, perintah tersebut dilandasi dengan dasar keimanan karena perintah pada ayat tersebut langsung disandingkan dengan konsep dasar keimanan, yakni membaca dengan menyebut nama Rabb (Dzat yang mengurusi/mengatur manusia)
yang telah menciptakan manusia (ayat 1-2) dari alaq (ayat 3). Yang menarik, perintah membaca diulang lagi pada awal ayat ketiga yang disandingkan dengan kemulyaan Allah sebagai Rabb yang mengajar manusia dengan ‘qolam (ayat 4) sehingga manusia berubah dari kondisi tidak tahu menjadi tahu (ayat 5). Allah Yang Maha Mulya menjadi Maha Guru yang menggerakkan pikiran, mata dan mata hati manusia dalam memahami suatu ilmu. Sungguh indah sekali fondasi tradisi keilmuan dalam Islam yang telah ditetapkan Allah SWT tersebut, yakni tradisi yang diawali dengan aktifitas membaca yang akan menghantarkan pada tumbuhnya keimanan dan semangat beribadah pada diri seseorang. Apakah membaca itu? Menurut ilmu psikolinguistik, secara mendasar, membaca adalah proses memahami bahasa yang ditulis. Jadi, membaca merupakan proses mental yang terkait dengan aspek pemahaman terhadap sesuatu yang tertulis dengan melibatkan koordinasi yang sangat rapi antara otak (terutama bagian otak yang disebut lobus occipital yang terkait dengan fungsi visual), syaraf motorik dan mata (untuk pembaca normal teks bahasa tertulis) dan atau tangan untuk pembaca tuna netra pada saat membaca teks yang ditulis dengan huruf braille. Untuk pemahaman tingkat lanjut,
33
membaca melibatkan pemikiran yang menyeluruh sehingga bagian otak yang bernama lobus frontal yang terkait dengan fungsi berpikir juga akan terlibat secara aktif. Sementara itu, pelaku aktifitas membaca atau pembaca di dalam perintah membaca tersebut tidak dibatasi oleh dimensi ruang, waktu, gender dan kelas sosial ekonomi tertentu. Artinya dimanapun, kapanpun, dan siapapun–baik perempuan maupun laki-laki, kaya ataupun miskin—harus ‘membaca’. Kemudian, apa yang dibaca? Sesuatu yang dibaca bisa berupa tulisan, situasi, peristiwa atau kejadian dan bahkan alam semesta bisa menjadi objek yang dibaca sehingga dapat dikatakan bahwa membaca melibatkan dua mata, yakni kedua belah mata dan mata hati. Dengan demikian, aktifitas membaca memiliki makna yang luas dan menjadi aktifitas mendasar dan utama dalam mencari ilmu.
Guru: Mengajak Menyibukkan Diri dengan Membaca. Salah satu hikmah dari perintah membaca tersebut adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Membaca merupakan alat utama bagi SDM untuk mengetahui dan menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan informasi. Untuk itu, perlu dibangun budaya baca, yakni budaya menyibukkan diri dengan membaca. Upaya membangun budaya baca tidaklah mudah untuk dilakukan karena perkembangan tehnologi telah memanjakan bahkan cenderung melalaikan siapapun baik orang dewasa maupun anak dengan berbagai off-line dan on-line games misalnya sehingga motivasi untuk membaca menjadi rendah. Dalam hal ini, tentu guru menjadi salah satu
34
motivator dalam upaya membangun budaya baca tersebut. Membacakan buku pada murid merupakan salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dan akan membuahkan hasil yang sangat signifikan dalam membangun budaya baca tersebut jika dilakukan secara istiqomah (pada dasarnya, hal ini juga dapat dilakukan oleh orang tua murid di rumah). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekerapan membacakan buku cerita kepada anak terutama selama masa-masa prasekolah berkorelasi secara positif dengan perkembangan bahasa anak dan bahkan dengan kemajuan akademik mereka di sekolah. Aktifitas membacakan buku pada murid tersebut dapat dilakukan dengan membacakan teks narasi atau cerita keteladanan Rasulullah SAW, para sahabat, pejuang-pejuang Islam, Wali Songo dan sebagainya sehingga mental pejuang juga terbangun pada diri murid. Modifikasi aktifitas bisa dilakukan dengan memerintahkan murid-murid yang sudah mampu membaca untuk membacakan buku pada teman-temannya. Langkah awal dengan membacakan buku pada murid tersebut akan membuat murid suka membaca dan cinta buku. Selanjutnya, guru dapat mengajak murid untuk menyibukkan diri dengan membaca. Sungguh betapa mulyanya guru yang mengajari murid-muridnya agar dapat membaca sehingga murid memiliki bangunan ilmu pada diri dan pikirannya. Kepayahan guru dalam mengajarkan membaca pada murid akan membuahkan derajat kemulyaan yang lebih tinggi ketika si murid mampu membaca Al Qur’an dan mampu pula membaca tandatanda kebesaran Allah Yang Maha Pencipta. Entah berapa derajat kemulyaan lagi yang akan diperoleh guru ketika mampu membuat murid semakin bertambah imannya karena sibuk dengan membaca buku-buku, berita, peristiwa dan atau kejadian alam tersebut. Dan sekali lagi, entah berapa derajat kemulyaan lagi yang akan diperoleh guru ketika mampu membuat muridnya semakin bertambah imannya dan memperbagus ibadahnya kepada Allah SWT karena aktifitas membaca tersebut. Inilah puncaknya: ilmu berbuah amal.
konsultasi kesehatan
Dampak Minum Es Oleh: dr. Nurhadji Kabid Organisasi PDUI Cabang Jatim
Pertanyaan: Dok selama ini saya sering minum es, apa dampaknya bagi kesehatan? Kenapa kalau ke dokter kok selalu dikasih tau jangan banyak minum es. (Djamilah, Yogya). Jawab: Air es atau air dingin tidak menjadi masalah untuk diminum manakala tubuh kita dalam kondisi tidak sedang menderita penyakit tertentu, atau pada saat kita sedang fit. Hanya saja kualitas air yang didinginkan atau dijadikan es batu tetap harus memenuhi standar atau kualitas air layak minum. Kenapa anda setiap datang ke dokter mesti diberi tahu supaya tidak minum air es? Bisa jadi karena anda datang berobat dengan penyakit yang bisa susah disembuhkan atau bahkan akan menjadi lebih parah manakala anda minum air es. Misalnya ketika anda sedang menderita sakit batuk pilek atau radang tenggorokan. Demikian pula bila anda menderita Gangguan lambung. Pada penderita radang tenggorokan dan infeksi saluran pernafasan bagian atas yang lainnya, (gejalanya: batuk, pilek – hidung buntu, nyeri tenggorokan dan seringkali disertai demam dan nyeri otot / badan), juga pada anak-anak yang mengalami pembesaran kelenjar tonsil (awam=amandel), air es tidak dianjurkan dikonsumsi. Kenapa? Pada kondisi penyakit tersebut, air es akan mempengaruhi kemampuan kelenjar leher untuk memproduksi kekebalan tubuh, yang pada akhirnya penyakit yang diderita menjadi lebih lama bahkan lebih parah. Belum lagi kalau ternyata kualitas air yang dijadikan es batu, bukanlah air dengan kualitas layak minum. Bakteri dan terutama virus banyak yang sanggup bertahan tidak mati pada proses pembekuan air es, yaitu
bertahan dalam kondisi dorman. Akan hidup lagi bila lingkungan sekitarnya memungkinkan, misalnya karena nempel pada tenggorokan kita yang hangat (optimal untuk bangkit dari kondisi dorman tadi). Bila saat itu kita sedang menderita radang tenggorokan, maka hal ini akan memperparah penyakit yang sudah ada. Air es atau air dingin yang kita minum terutama setelah makan, akan membuat proses pengosongan lambung menjadi lebih lambat. Kenapa? Gerakan peristaltik lambung akan terhambat bila lambung terisi makanan atau minuman yang bersuhu rendah (air es). Sehingga air es tidak dianjurkan dikonsumsi saat terjadi Gangguan lambung terutama yang keluhannya perut terasa penuh, mual dan muntah. Sebaliknya yang akan terjadi bila kita mengkonsumsi makanan atau minuman panas (sup hangat atau air hangat), peristaltik lambung akan meningkat. Dikhawatirkan juga air es akan membekukan makanan berminyak / berlemak yang baru kita makan, sehingga juga akan melambatkan proses pencernaan kita. Pada ibu hamil kadang kala dokter juga menasehatkan supaya tidak minum air es. Tentu untuk menjaga supaya ibu hamil tidak mudah terkena penyakit terutama infeksi saluran pernafasan bagian atas. Dan karena kebiasaan kita mengkonsumsi es dengan aneka rasa terutama rasa manis. Ibu hamil yang sering minum manis, apalagi ternyata ada riwayat (keturunan) penyakit kencing manis. Bila ibu seperti ini hamil dan sering mengkonsumsi minuman dan makanan ( jadi tidak hanya minuman) manis, pertumbuhan janin di dalam kandungan bisa menjadi lebih cepat, sehingga bayinya akan besar, yang berakibat susah untuk lahir normal, sehingga harus dengan operasi. Jadi dalam kasus ini bukan karena air esnya, tetapi lebih dikarenakan makanan atau minuman manisnya yang lebih berdampak negative. Demikian pengaruh minum air es atau air dingin terhadap beberapa Gangguan kesehatan yang bisa dan biasa dialami masyarakat kita. Semoga bermanfaat untuk menjaga kesehatan kita semua. Aamiin.
35
pengembangan pesantren
Pondok Pesantren dan Perguruan Islam NURUL HAROMAIN Teras Boyolali
“Berdiri untuk Generasi” Pondok Pesantren (Perintis) Nurul Haromain Teras Boyolali adalah lembaga di bawah naungan Yayasan Al-Haromain (Akte Notaris Trining Ariswati SH, No. 87 tanggal 15 Mei 1991). Kelahirannya yang juga dimaksudkan sebagai Perguruan Islam dan Pos Dakwah ini dilandasi asa keteladanan pancaran sinar Darul Arqom dan Shuffah di masa kenabian yang kemudian dilanjutkan keberadaannya oleh Walisongo di nusantara. Berdiri pada tahun 2011, melalui legalitas Kementerian Agama Nomor: Kd.11.09/5/PP/00.7/1209/2011. Peletakan batu pertama dilakukan oleh KH. Ihya’ Ulumuddin beserta para habaib, pejabat Kementerian Agama Kabupaten Boyolali, serta tokoh-tokoh mewakili berbagai komponen masyarakat. Visi dan Misi: — Membina generasi berkarakter Islam — Menghidup-hidupkan keilmuan Islam — Menjadi bagian pos pertahanan umat — Membangun kemanfaatan sebesar-besarnya bagi masyarakat — Menampilkan cita Islam Rahmatan lil Alamin. Saat sekarang ini merupakan tahap pembangunan asrama dan sarana-prasarana kelengkapannya. Tahap ini akan berlangsung hingga dirasa cukup untuk dapat memulai proses pembinaan di wahana kaderisasi tersebut. Untuk itu, kami menerima partisipasi sumbangan Bp/Ibu/ Sdr dalam bentuk apapun. Kami juga menerima wakaf, dan Zakat Maal Bp/Ibu/Sdr sebagai atas nama Ghorim dan Sabilillah. Salurkan sumbangan Anda melalui: 1. Wesel/cek/giro, dengan alamat: PP Nurul Haromain 2, Desa Teras RT 5 RW 1 Kec. Teras Kab. Boyolali Jawa Tengah 57372. 2. Transfer melalui rek. BRI no. 6654-01-014254-53-3, a/ n. PP Nurul Haromain 2 Boyolali. Atau rekening Bank MUAMALAT no. 9225766926 a/n. Widhi Budiarto CQ. AlHaromain Solo. 3. Datang langsung ke lokasi pembangunan pesantren. Kontak person: H. Herman Wibowo, SH (081 229 743 73) Lazis Al-Haromain/Qosim (0852 301 699 91) Ahmad Syarifuddin (081 393 518 933) Didik NC (0856 471 419 83) Email:
[email protected] Atas dukungan Bp/Ibu/Sdr, kami ucapkan Jazakumullah Khairan Katsiro.
36
Liputan
Basic Islamic Training (BAITI)
P
esma Al-Mukmin kedatangan tamu satu bus pada Kamis siang (3 Mei). Mereka adalah rombongan para ikhwan dari ma’had Nurul Haromain Pujon yang hendak melakukan dauroh ilmiyah di Pesma tersebut. Beberapa ikhwan dari ma’had cabang juga ikut serta dalam acara ini. Tercatat ada tiga ikhwan dari ma’had Al-Urwatul Wustqo, Ngantang, dan empat ikhwan dari ma’had alInshof, Pujon. Total peserta 27 ikhwan. Dauroh ilmiyah ini diberi nama BAITI atau Basic Islamic Training. Mulai Kamis siang sampai Ahad pagi para ikhwan tersebut akan digembleng dalam dauroh ini. Dauroh yang diselenggarakan oleh ma’had NH bekerjasama dengan beberapa ma’had cabang ini merupakan pendalaman dari kitab “Min Aina Nabda’?” yang disusun oleh murobbi tercinta Abi Ihya’ Ulumiddin. Dalam dauroh tiga hari ini kitab kecil nan berbobot tersebut dikaji lagi secara mendalam. Pembina dan pemateri dalam dauroh ini
juga kader-kader senior jama’ah dakwah alHaromain. Di antara mereka ada yang sampai naik sepeda motor dari Tulung Agung untuk membina dan mengkader para santri kader dakwah ini. Acara dibuka dengan dzikir jama’i dan pembacaan Alquran, kemudian dilanjutkan dengan pengarahan dari Ust. Hasan Sholeh. Selain sebagai sarana mengenalkan dasardasar agama untuk membentuk kepribadian Islam, acara ini juga bertujuan untuk mewujudkan tauhidul fikroh (kesamaan pemikiran) dan ta’liful qulub (mempertautkan hati), dua hal penting yang harus ada pada anggota jama’ah dakwah. Tidak hanya itu, acara dauroh ini juga diisi dengan senam perkasa yang dipimpin oleh Ust. Hazmi Abu Hizam. Pembacaan wirid, qiyamulllail, dan maulid semakin menambah lengkap menu dauroh ini. Dengan menu-menu ini diharapkan para kader dakwah telah terbina akal, fisik, dan ruhiyahnya. Semoga bermanfaat. I’tishom Abu Kayyis
37
Liputan
Alhamdulillah di bulan Mei Program INBUKS mendapat keparcayaan dari donatur dan berhasil mengumpulkan barang untuk fii sabilillah, yaitu berupa satu unit sepeda motor, peralatan masak (magic com, dll) serta puluhan pasang sepatu.
Sepeda: Kuda Perang Taklukkan Karang
S
epeada motor bermerk Yupiter MX 07, diperoleh dari donatur jamaah Majlis Ta’lim al Kayyis. Sepeda tersebut akan diberikan untuk menopang dakwah Ust. Muhyidin Mahalli da’i tugas dari AL HAROMAIN. Beliau mengembangkan dan mengelola masjid wakaf di daerah terpencil Kampung Laut Cilacap. Daerah tersebut merupakan perkampungan baru akibat pendangkalan laut dan sangat sulit dijangkau oleh kendaraan roda 4. Kondisi jalan berlumpur dan di bagian lain berkarang terjal. “Alhamdulillah semoga dengan adanya bantuan sepeda ini bisa semakin menumbuhkan semangat dakwah dan menebar manfaat lebih banyak. Bantuan sepeda ini laksana kuda perang bagi kami,” ujar Ust. Muhyidin.
Semakin Semangat Bersekolah
P
eralatan dapur (magic com, dll) bagi sebagian orang mungkin manfaatnya biasa. Tetapi beda halnya bagi anak di panti asuhan al-Ghoni Ketintang Barat. Setelah mendapatkan bantuan peralatan masak (magic com) melalui program INBUKS mereka merasa sangat terbantu. Selain mendapatkan bantuan peralatan masak, anak panti asuhan Al-Ghoni juga mendapat bantuan sepatu dari majlis ta’lim salah satu distro di Surabaya. “Dengan bantuan ini kami jarang terlambat dan kebutuhan logistik (makan) lebih mudah dan lebih cepat. Apalagi setelah menerima bantuan sepatu dari LAZIS AL HAROMAIN, kami lebih percaya diri dan semangat bersekolah,” ujar Imam, salah satu santri. Kami sampaikan ucapan terima kasih teriring doa Jazakumullohu khoiron katsiroo kepada semua donatur. Semoga partisipasi donatur melalui program INBUKS ini bisa semakin dirasakan manfaatnya oleh banyak kalangan. Jika pembaca ingin ikut berpartisipasi dalam program ini, kami dengan tangan terbuka siap melayani.
38
Liputan
Forum Silaturrohim
Nasional
Dai PERSYADHA, moment kuatkan ukhuwah
B
ertempat di Lembaga Pendidikan Islam Al Azhar Tulung agung, acara Forum Silaturrohim Nasional Dai Persyadha berlangsung, di hadiri oleh ratusan peserta dan puluhan dai dari berbagai daerah di Indonesia.menurut Ust Imam Mawardi selaku panitia mengungkapkan bahwa acara ini adalah kegiatan rutin yang di laksanakan setiap tahun, tujuan nya untuk menjalin ukhuwah, dan sharing antar para dai yang mendapat amanah tugas dakwah dari Persyarikatan Dakwah Al Haromain (PERSYADHA) di pelosok daerah.”kegiatan semacam ini sangat penting untuk terus kontinu dilakukan sebagai salah satu untuk Ihyaul Qulub (menghidupkan hati) diantara kita semua “ tutur KH.Ihya Ulumiddin dalam salah satu tausiyahnya. Pada acara yang berlangsung selama 3 hari , Jumat-Ahad tanggal 18-20 Mei 2012 hadir juga masyarakat tulungagung yang tergabung dalam jamaah rowatib. Masyarakat mengaku sangat mendukung dengan dijadikannya Tulungagung sebagai lokasi acara ini, mereka sangat antusias
untuk membantu baik tenaga maupun materi pelaksanaan Forum Silaturrohim Nasional Dai Persyadha yang ke 13 ini.selain di hadiri oleh KH.Ihya Ulumiddin dari Mahad Nurul Haromain Malang, juga hadir sebagai pembicara Rektor UIN Malang Bapak Prof.Imam Suprayogo beliau memaparkan teori praktis bagaimana penddikan berkarakter menurut pria yang sudah 15 tahun menjabat di lingkungan UIN Malang ini adalah seorang peserta didik yang diajarkan dekat dengan ulama`, lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat tempat ibadah atau pesantren itulah yang di namakan pendidikan berakakter yang sesungguhnya. Tamu pembicara yang juga hadir mengisi di acara kali ini adalah bapak jaya setiabudi dan pakar pemikiran Islam Dr.Adian Husaini.Acara Forum Silaturrohim Nasional Dai Persyadha ke 13 di tutup pada hari Ahad tanggal 20 Mei 2012 dengan sebelumnya para peserta di ajak senam sehat oleh dr.Anas dari RS.Muhammadiyah Lamongan.semoga membawa berkah dan di Ridloi Alloh (MQ)
39
40
LAPORAN PENERIMAAN DAN PENYALURAN DANA LAZIS AL HAROMAIN
BULAN APRIL 2012 SALDO DANA AWAL MARET PENERIMAAN DANA 1. INFAQ TIDAK TERIKAT RUTIN 2. INFAQ TIDAK TERIKAT INSIDENTAL 3. INFAQ TERIKAT a. Infaq Yatim dan dhuafa b. Infaq Pembangunan Sentra Dakwah c. Infaq Beasiswa Pendidikan d. Infaq Beasiswa GOTAS e. Infaq Dana Da’I (D-3) 4. ZAKAT 5. WAQAF 6. HASIL USAHA 7. DANA NON HALAL TOTAL TOTAL DANA PENYALURAN DANA 1. DAKWAH a. Media dakwah b. Kegiatan Dakwah c. Pembangunan Sentra Dakwah d. Dana Dakwah Da’I Daerah SUB TOTAL 2. PENDIDIKAN a. Beasiswa pendidikan b. Beasiswa Santri pesantren SUB TOTAL 3. YATIM DAN DHUAFA a. Beasiswa yatim b. Bantuan Pesantren yatim dan Dhuafa SUB TOTAL 5. PENYALURAN ZAKAT a. Sabilillah b. Amil SUB TOTAL 6. BIAYA OPERASIONAL a. Bisyaroh Karyawan b. Operasional kantor SUB TOTAL 7. DANA SOSIAL KEMANUSIAAN a. Santunan Kesehatan 8. PENYALURAN DANA WAKAF a. Pemb. Pesantren Mahasiswa 8. PENGGUNAAN DANA NON HALAL a. Biaya Administrasi Bank TOTAL PENYALURAN SALDO DANA AKHIR APRIL
Rp
113,519,744
Rp Rp
37,974,500 5,210,773
Rp
3,974,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2,783,600 1,710,000 2,150,000 260,000 11,177,000 2,700,000 8,485,500 57,140 76,482,513 190,002,257
Rp Rp Rp Rp Rp
25,936,800 8,320,000 1,117,600 1,292,300 36,666,700
Rp Rp Rp
2,023,500 2,500,000 4,523,500
Rp
700,000
Rp Rp
425,000 1,125,000
Rp Rp Rp
20,700,000 659,536 21,359,536
Rp Rp Rp
10,321,787 3,870,600 14,192,387
Rp
300,000
Rp
6,384,000
Rp Rp
35,351 84,586,474
Rp
105,415,783
Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun TGL 22 MEI 2012 - Bapaknya Ust Dhoifi (Dai PERSYADHA yang bertugas di Batam). Alamat duka : Masjid Cangkreng timur Kwanyar Bangkalan. Telah berpulang ke rahmatulloh Ibu Sa’adah (donatur lazis alharomain) Ahad 6 Mei 2012 Kelahiran Alhamdulillah telah lahir generasi Robbani; FAIHAH SHITA UMMI FEIDL putri dari Ust Arif Mu’tashim billah dan Ustadzah Iin semoga menjadi anak yg sholihah
Percayakan iklan usaha Anda di Majalah Al Haromain Hubungi :
085230169991 Khusus donatur dan pelanggan Al Haromain GRATIS* * Syarat dan ketentuan berlaku
41
FORMULIR DONATUR Nama Alamat Rumah
Kantor / Instansi Nomor Telepon / HP Tempat / Tanggal Lahir Kelurahan & Kecamatan
Spesifikasi buku : Terdiri dari 10 jilid hard cover, berisi sekitar 3000 halaman, dilengkapi dengan lebih dari 2.500 gambar dan ilustrasi berwarna, kertas matt paper 150 gram, kemasan eksklusif. Telah terdaftar di Dep.Hukum dan HAM RI Nomor D.002008019968 Tanggal 03 Juni 2008.
Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohiim, saya bersedia menjadi DONATUR TETAP Nilai Infaq bulanan *) Rp. 20.000,-
Rp. 50.000,-
Rp.100.000,-
Rp. .......................
Alamat Pengambilan
*) Rp. 5.000,- untuk pembelian majalah
Manfaatkan Layanan transfer zakat infaq dan shodaqoh melalui rekening a/n Lazis Al Haromain sebagai berikut : BSM Darmo 008 006 7259 Terdiri dari 13 Jilid Buku yaitu:
Bukopin Syariah 880 0329 036 BRI Syariah 1002882112
BCA Syariah 0110006666 Bank Muamalat 0166115107
konfirmasi transfer ke
031-70518810
• • • • • • • • • • • • •
Aku Tahu Biologi Ilmuwan, Aku Bisa Seperti Mereka Teknologi Terkini Keajaiban Bumi dan Penduduknya Cerdas Matematika Keajaiban Ilmu Super Fisika Kehebatan Seni Dunia Keindahan Sastra Dunia Tonggak Sejarah Dunia Aku Pasti Bisa Kamus Cerdas Petunjuk Orang Tua
Bonus: Boardgame Pemburu Buku
Bekerjasama dengan Lembaga Pelatihan SDM “Wealth Institute” (www.outboundtrainingmotivasi.com) memberikan Seminar Parenting & Motivasi bagi Perusahaan & Lembaga Pendidikan secara GRATIS*
Pemesanan buku hubungi :
38
031-71907919 atau 087 771111597
(Qosim)