Sapa Redaksi SUSUNAN PENGURUS LAZIS AL HAROMAIN Dewan Pembina: KH. M. Ihya’ Ulumiddin Indra Djati Sidi, Ph.D Drs. Arif Wibowo, M.Si Drh. H. Mukrom Drs. H. Junaidi Sahal Dewan Pengawas: Prof. DR. H. Nizarul Alim dr. H. Anas Mahfudz, Sp.An. Drs. H. Soehardjoepri, M.Si Dewan Pengurus: Direktur : Handaka Indra S., S.Si Wakil Direktur Penghimpunan : Muji Sampurno, S.Pd Wakil Direktur Distribusi : Siswo Widodo, S.Pd Wakil Direktur Media dan Informasi : Bahtiar HS, S.Com Administrasi : Tanti Agustin Keuangan: Imroatul Imamah Marketing : Luky Mardianto Penghimpunan : M. Ismail, A.Md; Ir. M. Ghozali Gilang Dana; Junaidi Redaksi : M. Qosim Layout & Design : M. Musta’in Staf Ahli : Eko Prasetyo, MT.; R. Utomo, SE. Samelan, AMd.; M. Anshor, ST Nuril Asyhuri, C.Ht; Masitha AS.,M.Hum Siti Djamilah, SE., M.Si; Agus Ulum, MT.
Assalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Hamidan lillâhi tabâraka wa ta’âlâ wa musholliyan ‘alâ rasûlillâhi Shollallôhu ‘alaihi wa sallam. Ammâ ba’du. Bulan Mei adalah bulan pendidikan. Dan tidak ada aspek pendidikan yang paling mengemuka hari-hari ini kecuali pendidikan akan “kejujuran”. Apa lagi biang-keroknya kalau bukan UNAS. Ujian Nasional. Sebuah perhelatan nasional, melibatkan ribuan tenaga pendidik, bahkan personil keamanan untuk mengawal naskah soal UNAS hingga ke tangan peserta. Juga menelan biaya yang tidak sedikit, diwarnai berbagai isu tentang berbagai kecurangan, dan SMS bocoran jawaban. Semua menuju pada dipertaruhkannya nilai “kejujuran”. Begitu pentingnya kejujuran hingga baginda Rosululloh Saw. bersabda, “Jujurlah kalian karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur.” (HR. Muslim) Pada edisi ini kami sampaikan Laporan Keuangan 2011 LAZIS AL HAROMAIN sebagai bagian dari pertanggungjawaban kami kepada para donatur khususnya dan masyarakat pada umumnya. Jika halaman edisi ini lebih banyak dari biasanya, berikut adanya tambahan rubrik baru, semata-mata upaya kami untuk memberikan yang lebih baik dan semakin lebih baik kepada Anda sekalian, para pembaca Al Haromain yang budiman. Kritik dan Saran para pembaca tetap kami tunggu untuk perbaikan majalah ini. Bisa disampaikan via email di redaksi.alharomain@ gmail.com atau alharomainlazis @yahoo.co.id Wassalâmu’alaikum Warahmatullôhi Wabarakâtuh, Redaksi
Rekening an. Lazis Al Haromain
LAZIS AL-HAROMAIN
BSM Darmo 008 006 7259 Bukopin Syariah 880 0329 036
BRI Syariah 1002882112
BCA Syariah 0110006666 Bank Muamalat 0166115107
call center : 031-70518810
SK Dinsos No. 460/1178/436.5.13/2008 VISI: Menjadi lembaga pengelola dana Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf dan sosial yang terpercaya, transparan, dan akuntabel dalam mewujudkan kesejahteraan umat. MISI: 1. Melakukan gerakan penyadaran ZIS, wakaf dan dana sosial untuk kesejahteraan umat. 2. Melakukan optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan ZIS, wakaf, dan dana sosial untuk berbagai kegiatan pendidikan dan dakwah . TUJUAN: 1. Memberikan daya dukung pendanaan dakwah, pemberdayaan ekonomi umat, dan peningkatan kualitas sumber daya umat. 2. Membangun dan membina kemandirian pesantren, yatim dan duafa . 3. Mewujudkan lembaga pengelola ZISWAFSOSIAL yang mengedepankan manajemen peningkatan mutu.
al Haromain online www.lazisalharomain.com lazis Haromain
22471A86
@Peduli_Dai
[email protected]
3 semuakatanyakatanya.blogspot.com
Salam Pembaca
serambi ... 5 Mengenal Lebih Dekat Program Lazis Al Haromain: Bina Pendidikan (Bidik) fokus utama ... 6 Menimang Kejujuran, Menjunjung Martabat Bangsa mutiara hadits ... 9 Tarbiyah Sifat Sabar alkayyis ... 11 Segerakan Jangan ditunda Lagi profil ... 13 Syaikhina KH. Abdullah Faqih refleksi ... 17 SMS untuk Fulanah serba-serbi ... 19 Jalinan Kesetiaan antara Guru dan Murid mutiara alqur’an ... 22 Berdakwah dengan Lapang Dada technopreneur ... 24 Bidang Apa Saja Menuju Sukses (Bag. 2) auladi ... 26 Waspadai Si Feminin vs Si Maskulin (Bag2) tombo ati ... 28 Menyongsong Bahagia dengan Ketaatan kajian niswiyah ... 30 Tak Selamanya Mendung Itu Kelabu Konsultasi Syariah ... 32 Konsultasi Kesehatan ... 33 laporan keuangan tahunan ... 35 Jadwal Kajian KH Ihya Ulumiddin ... 36 Liputan ... 37 Laporan keuangan ... 41
KALENG TAUBAT MANTAB! Assalamualaikum wr.wb Saya sudah satu tahun menjadi donatur LAZIS AL HAROMAIN. Alhamdulillah sekarang perkembangannya sangat bagus. Saya sangat terkesan dengan program Kaleng TAUBAT (Tabungan untuk Akhirat). Menurut saya program itu sangat inovatif dan membantu saya selaku guru untuk mengajarkan anak untuk selalu berinfaq dan peduli sesame. Nama programnya juga bagus. Keren. Semoga selalu ada program yang inovatif dan bermanfaat untuk ummat. Khusnul – Gresik Wassalamualaikum wr.wb Terima kasih telah menjadi bagian dari komunitas dakwah ini. LAZIS AL HAROMAIN tidak hanya sekedar menyalurkan dana ZIS, tapi lebih dari itu kita berusaha menjadi solusi untuk masyarakat muslim dengan mendirikan pusat dakwah di berbagai tempat mulai dari pesantren, madrasah, lembaga pendidikan Islam dan sentra dakwah, serta secara kontinyu mengirim dai-dai untuk ditempatkan sebagai tugas dakwah di daerah minus. Sesuai dengan misi LAZIS AL HAROMAIN yaitu penyadaran masyakat tentang ZIS, kita mengadakan program KALAENG TAUBAT. Tujuan nya untuk mengajarkan anak-anak kita selalu berinfaq dan gemar bershodaqoh. Jazakumullah khair atas atensi dan apresiasinya. Pembaca Al Haromain bisa mengirimkan saran dan lain-lain ke redaksi Al Haromain via email:
[email protected] atau lewat SMS ke 085230169991 atau melalui BlackBerry PIN: 22471A86 atau follow twitter resmi Lazis Al Haromain: @Peduli_Dai
KANTOR PUSAT KOMPLEKS SENTRA DAKWAH AL HAROMAIN : Jl. Ketintang Barat I/27 Surabaya; Kantor Operasional LAZIS Al Haromain Pusat, Perum Ketintang Permai AB-5 Surabaya Telp. 031-81111841, 031-70518810 CABANG LAZIS AL HAROMAIN; Kab. Malang : Ma’had Nurul Haromain, Jl. Brigjend Abd. Manan Wijaya 141 Pujon Malang, telp. 0341-524152 (a.n Ust. Hazmi Imad, HP. 081 803 812 234); Kab. Tulungagung : Pesantren Darussalam, Jl. Panglima Sudirman VII/36L Tulungagung (a.n Ust. Miftahul Falah, Hp. 0857 303 00 117); Kab. Jombang : Pesantren Al Washoya, Jl. Raya kertorejo, Ngoro Jombang Telp. 0321-4115728 (a.n Ust. Nasta’in, Hp. 081 515 642 315); Kota Malang : Pesantren Al Qoyyim, Jl. Mandalawangi No. 9 Malang (a.n Ust. Jauhar, Hp. 0857 556 524 97); Kota Batu : Pesantren Al Manhall, Kotamadya Batu (a.n. ust. Yalik, Hp. 0856 465 498 99); Kab. Kediri : Pesantren Al Minhaj Wates Kediri (a.n. Ust. Habib, Hp. 0857 366 279 33); Kota Kediri : Jl. Penanggungan 47B Kediri (a.n. Ust. Hadi Nurrohman, HP. 081 2599 758 18); Kab. Gresik : Jl. Taman Angsana V/16 Taman pohon, Perum Kota damai Kedamean Gresik (a.n. Ust. Sulisman, Hp. 031 816 419 66); Kab. Pamekasan : Pesantren Darul Hijrah, Pamekasan Madura (a.n. Ust. Muzammil, Hp.081 805 0833 43); Kab. Bangkalan : Arosbaya Bangkalan (a.n. Ust. Fahd Abdurrohman, Hp. 0852 3158 9277) Dan Pesma Al Kayyis Jl.Raya Telang Kamal Bangkalan Hp.08123157406; Yogyakarta : Pesantren Alawiyah, Jl. Raya Solo Km 9, kembang Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, telp. 0274 7483 780 (a.n. Ust. Syaiful, Hp. 081 550 333 98) UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) LAZIS AL HAROMAIN; UPZ Kras Kediri : Jl. Raya Krass Kediri (a.n. Ust. Hadlirin, Hp. 081 3355 894 19); UPZ Lamongan : Ds. Guyangan Sugiyo Lamongan (a.n. Ust. Muhyiddin, Hp. 0322 77 35 736); UPZ Tuban : LPI Wildani, Ds. Kenanti Tambakboyo Tuban (a.n. Ust. Widi, Hp. 0821 436 243 97); UPZ Ngawi : MT. Al Haromain Mantingan Ngawi (a.n. Ust. Chumaidi, Hp. 081 335 462 005); UPZ Magetan : YPI Ulil Albab Parang Magetan, Telp. 0351 77 40 424 (a.n. Ust. Munir, Hp. 0812 596 7912); UPZ Pasuruan : Tumpuk Sambisirah, Wonorejo Pasuruan (a.n. Us. Mu’thi, Hp. 081 334 142 567); UPZ Banyuwangi : Jl. Kyai Ach. Cholil 4, Canga’an Genteng Wetan, genteng banyuwangi (a.n. Ust. Muhajir, Hp. 081 803 456 281); UPZ Solo : MT AL Haromain, Teras Boyolali Solo (a.n. Ust. Akhmad Syarifuddin, Hp. 081 393 518 933); UPZ Bojonegoro : LPI At Tibyan, Tulungrejo, trucuk Bojonegoro (a.n. Ust. Muhibbulloh, Hp. 0812 333 060 95)
4
serambi
Mengenal Lebih Dekat Program Lazis Al Haromain:
Bina Pendidikan (Bidik)
R
asanya tidak ada yang tidak sepakat bahwa terhadap 700 siswa SMP di Surabaya (sumber: pendidikan haruslah berkualitas. Berkualitas Jawa Pos 21 April 2012, Kartini Muda dalam dalam perencanaan, proses, monitor, dan Pornografi): 45% siswa menyatakan boleh evaluasinya. Berkualitas SDMnya dan berkualitas berhubungan intim dengan lawan jenis dan 14% pula peserta didik dan lulusannya. Pendidikan siswa menyatakan telah berhubungan intim berkualitas menjadi hak semua orang, kaya atau dengan lawan jenis. Bahkan, kondisi tersebut miskin, di kota atau di desa, normal atau yang diperburuk lagi dengan perusakan moral melalui berkebutuhan khusus, dan seterusnya. hubungan seks dengan sesama jenis yang Akan tetapi, ketika ada sebuah upaya dikembangkan melalui organisasi berkedok mendunia untuk mewujudkan pendidikan untuk memperjuangkan hak asasi manusia. semua atau ‘education for all’, apalagi kemudian Dengan kondisi bangsa yang sangat dilengkapi dengan tambahan kata memprihatinkan tersebut, i’tikad dan ‘berkualitas’ pada frase tersebut upaya meningkatkan kualitas sehingga menjadi ‘pendidikan pendidikan untuk menghasilkan berkualitas untuk semua’, agaknya generasi yang berkualitas perlu kesepakatan dalam berupaya secara mendapat perhatian khusus, terutama maksimal untuk mewujudkan hal bagi lembaga zakat, infaq, dan tersebut masih jauh panggang dari shodaqoh. Hal itu dikarenakan upaya api. mengembangkan pendidikan yang ikut Handaka Indra S. Upaya untuk mewujudkan mencerdaskan hati dan pikiran anak Direktur ‘pendidikan berkualitas untuk semua’ bangsa melahirkan rangkaian LAZIS al Haromain memiliki berbagai bentuk. Salah satu konsekuensi yang membutuhkan daya bentuk upaya yang dilakukan Yayasan dukung pendanaan yang relatif tinggi. Al Haromain melalui Divisi Pendidikan atau Divisi Betapa tidak, sekolah-sekolah itu lahir dan Tarbiyah wa Taklim adalah menyelenggarakan dan berproses dengan kondisi yang cukup mengembangkan lembaga pendidikan dan atau memprihatinkan, terlebih dalam saranasekolah-sekolah Islam yang bermutu dan prasarananya, ‘penyeka keringat’ para guru yang terjangkau. Hal itu dilakukan dengan menyadari jauh dari standar gaji UMR, dan belum lagi para sepenuhnya bahwa sejatinya pendidikan harus pengelola yang harus utang kesana-kemari untuk dikembangkan secara sadar dan terencana untuk mendirikan dan melengkapi sarana sekolah. membentuk peserta didik yang secara aktif LAZIS AL HAROMAIN melalui program BIDIK mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki (Bina Pendidikan) berupaya keras untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, mendukung program pendidikan formal di kepribadian, akhlaq mulia, keilmuan dan lingkungan Al Haromain yang berorientasi pengetahuan tentang dunia, serta keinginan melahirkan generasi robbani, generasi yang untuk belajar sepanjang hidup. berakhlak dan berprestasi. Kegiatan yang Pendidikan berbasis keimanan kepada Rabb dilakukan antara lain berbagai hibah kompetisi yang Maha Tinggi tersebut sangat diperlukan di untuk lembaga dan riset pendidikan serta tengah pendidikan nasional yang terus lokakarya/pelatihan untuk peningkatan kualitas berkembang mencari bentuk untuk menghasilkan manajerial, pedagogis, dan produktivitas SDM manusia yang seutuhnya. Ironisnya, moral (guru, pengelola pendidikan, tenaga edukasi dan generasi yang dihasilkan ternyata kian merosot. nonedukasi), hingga pemilihan kepala sekolah, Korupsi meraja lela. Narkoba kian tak guru, dan siswa serta tenaga edukasi dan terbendung. Kekerasan yang berakhir dengan nonedukasi berprestasi. InsyaAlloh, program ini kebiadaban mulai bergentayangan (lihat saja ulah akan memberi kontribusi dalam menyelesaikan Geng Motor). Seks bebas pun menggerogoti persoalan bangsa, khususnya pendidikan untuk remaja. Simak hasil penelitian yang dilakukan anak bangsa. Amiin. Wallohu a’lam.
5
fokus utama
Masitha Achmad Syukri Staf Pengajar Fak.Ilmu Budaya Unair Kadiv. Pendidikan Yayasan Al Haromain
Memotret Kejujuran Saat Ini aat ini, jujur saja bahwa potret kejujuran sangat mengenaskan di negeri ini. Kejujuran menjadi barang langka dan bahkan kejujuran dianggap aneh alias tidak wajar. Akibatnya, yang tersisa adalah daftar panjang ketidakjujuran atau kecurangan di negeri ini. Sebut saja di antaranya 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang tahun 2004-2011, 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011, dan berbagai kasus korupsi lainnya yang terjadi di berbagai lembaga negara seperti KPU, KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM. Sementara itu, dunia pendidikan yang seharusnya menjadi ladang yang subur untuk menumbuhkembangkan kejujuran juga tidak luput dari bahaya kecurangan, misalnya saja pada saat perhelatan ujian nasional (UN) pada tahun 2011, terjadi kebocoran soal di percetakan, instruksi kepala sekolah kepada guru untuk membuat ‘kunci’ UN bagi para siswa yang dilakukan di rumah singgah pada saat perjalanan soal UN dari Mapolsek ke sekolah, hingga contek masal siswa yang diamini oleh guru, misalnya dengan modus telepon genggam, dan sebagainya. Di sisi lain, telah terjadi sebuah pelajaran kejujuran yang sangat berarti bagi bangsa ini. Rasanya masih teringat jelas perjuangan atas nama dan untuk kejujuran yang telah dilakukan oleh ibu Siami, seorang mantan buruh pabrik sepatu, dan buah hatinya yang cukup cerdas, Alif. Karena sang ibu mendidik
S
6
si anak untuk selalu berbuat jujur, ibu Siami protes kepada pihak sekolah dan komite sekolah setelah si anak bercerita bahwa dia diminta gurunya untuk memberi contekan pada teman-temannya pada saat UN. Namun, tidak ada respon dari pihak sekolah sampai kasus ini tercium media massa dan menarik perhatian Walikota Surabaya. Akibatnya, sanksi dijatuhkan kepada kepala sekolah dan dua guru SD tersebut. Akan tetapi, masalahnya tidak berhenti sampai di situ karena ternyata warga Gadel tetap marah besar pada Siami dan keluarganya. Mereka memaksa ibu Siami untuk meminta maaf atas kejujurannya itu dan tetap mengusir pergi keluarga tersebut dari kampung Gadel. Inilah potret kejujuran di negeri ini saat ini. Kejujuran dibidik sebagai hal yang aneh dan dianggap sok pahlawan dan tidak punya hati nurani. Pelaku kejujuran bagai memegang bara api. Dipegang panas, dilepas hilang. Memaknai Kejujuran Tampaknya, bangsa ini tengah mengalami krisis kejujuran. Pertanyaan yang mungkin singgah dibenak kita adalah apakah telah terjadi pergeseran pemikiran, sikap, dan tindakan dalam memaknai kejujuran? Apakah kejujuran masih dipandang sebagai sebuah keharusan, atau sebatas keperluan (ya jika menguntungkan dan tidak jika merugikan), atau bahkan sebuah ketidakmungkinan? Berikut kisah sebuah perusahaan liberal dalam memaknai kejujuran. Kisah ini bermula
dari pengalaman seorang teman ketika studi lanjut di negeri kanguru. Dia bercerita tentang upayanya dalam mencari makanan yang halal di negeri tersebut. Salah satunya adalah ketika dia singgah dan makan siang di sebuah rumah makan yang memberi label halal untuk makanan yang dijual yang sebenarnya merupakan produk franchise. Yang menarik adalah tidak lama setelah itu, perusahaan pusat tempat rumah makan tersebut melakukan franchise mengumumkan di surat kabar bahwa perusahaan tersebut menyatakan tidak menjual makanan halal dan bahkan menegur rumah makan tersebut. Pernyataan perusahaan tersebut jelas merupakan sebuah bentuk kejujuran. Mereka tentu sudah berhitung untung dan ruginya dengan memberi pernyataan tersebut, misalnya kehilangan pelanggan mereka dari kalangan muslim. Namun, hal terpenting bagi mereka untuk sebuah kepentingan jangka panjang adalah membangun kepercayaan publik terhadap perusahaan mereka. Untuk itu, kejujuran adalah bagian dari tanggung jawab mereka terhadap publik. Bagi mereka, bagian profesionalitas adalah memberikan layanan yang terbaik untuk pelanggannya dan kejujuran adalah bagian dari layanan terbaik tersebut. Satu hal yang bisa kita garisbawahi di sini adalah bahwa kejujuran adalah nilai atau norma luhur yang bersifat universal. Artinya, di belahan bumi manapun, kejujuran atau integritas telah disepakati sebagai karakter yang menjadi salah satu modal utama untuk meraih martabat dan atau kredibilitas yang tinggi. Karakter menjadi kunci keberhasilan individu dalam hidupnya. Setidaknya, sebuah penelitian di Amerika menunjukkan bahwa 80% keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh karakter atau kecerdasan emosinya dan sebaliknya pada penelitian yang lain ditunjukkan bahwa 90% pemutusan hubungan kerja disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Menanamkan Kejujuran untuk Membangun Karakter Bangsa Derasnya arus informasi di seluruh aspek kehidupan saat ini seolah menunjukkan bahwa perubahan dunia akan terus terjadi. Bagi yang
tidak siap menghadapi perubahan akan tertinggal dan bahkan bisa menjadi korban perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu landasan dan pandangan hidup yang kokoh dan bersifat konstan alias tidak mudah berubah untuk menghadapi perubahan tersebut. Anak-anak kita harus siap menjadi warga dunia yang bersaing dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan negara di dunia. Mereka harus tampil menjadi bagian sumber daya manusia yang berkualitas dengan karakter yang prima, sehingga tidak akan mudah larut atau terseret dampak arus perubahan. Kualitas SDM tidak hanya berkutat pada aspek kognitif atau intelektualnya saja, tetapi juga merambah ranah aspek afektif atau emosi dan bahkan ranah spiritual. Karena kedua ranah terakhir berujung pada arti penting pembentukan karakter. Pendidikan karakter tentu menjadi bagian yang penting dan mendasar dalam menyiapkan SDM yang berkualitas. Untuk itu, pendidikan karakter harus dilakukan secara sungguh-sungguh, sistematik, dan berkelanjutan untuk melahirkan generasi yang berkarakter atau berkepribadian yang mulia untuk masa depan yang lebih baik. Kejujuran adalah salah satu karakter mendasar yang harus ditanamkan sejak dini. Urgensi kejujuran harus ada pada semua komponen bangsa. Pendidikan harus menjadi agen kejujuran, sehingga pendidikan kejujuran harus ditegakkan bagi seluruh pihak pelaksana dan atau pemangku kepentingan pendidikan sampai kejujuran menjadi karakter bangsa ini. Islam dan Prinsip Kejujuran Kejujuran atau integritas adalah karakter yang menunjukkan bahwa seseorang itu benar dan bersih, sehingga ia andal atau dapat dipercaya. Kejujuran menjadi salah satu dasar utama dari agama dan juga kehidupan. Islam sangat menjunjung tinggi kejujuran dan mengancam para pelaku kecurangan. Kejujuran menjadi karakter unggulan para nabi dan rasul dalam menyampaikan risalah kebenaran (baca: Islam). Kendati nilai kejujuran dipahami urgensinya secara universal, Islam tetap memiliki perangkat dasar yang berbeda dalam
7
mengatur kejujuran. Islam mengatur kejujuran sebagai sebuah karakter yang harus dilandasi dengan iman kepada Alloh. Artinya, pilihan untuk berbuat jujur bagi seorang muslim didasari oleh ketaatan terhadap perintah dari Tuhannya untuk berbuat jujur, sehingga kontrol atau pengawasan kejujuran juga dicukupkan pada Alloh SWT. sebagai Yang Maha Mengawasi dan Maha Pemberi Rezeki. Jika kejujuran dibangun di atas fondasi ini, tentu untuk jujur tidak butuh biaya besar dan tidak melahirkan kekhawatiran untuk rugi. Seorang yang jujur pada dasarnya menghormati dan menjaga hak orang lain. Abang tukang bakso tidak perlu khawatir rugi jika menjual bakso tanpa mencampurnya dengan bahan pengawet mayat agar kekenyalan baksonya terjaga dan si pembeli pun merasa aman karenanya. Abang penjual buah juga yakin akan rezeki yang akan diperolehnya tanpa harus mengurangi timbangan. Sementara itu, pelaksanaan Unas di sekolah juga tidak perlu memakan biaya yang cukup besar karena harus menyewa polisi dan dosen serta ‘menginapkan’ soal Unas semalam di Mapolres dan semalam di Mapolsek. Bahkan, mungkin juga tidak diperlukan lagi guru yang secara khusus mengawasi ujian karena kejujuran sudah menjadi komitmen para siswa dan itu adalah ibadah bagi mereka. Mereka sudah merasakan kehadiran pengawas pada diri mereka masingmasing. Warung-warung kejujuran yang mulai digalakkan di sekolah-sekolah juga patut mendapat apresiasi. Warung-warung ini memang tidak menjual kejujuran, tetapi ia menjadi tempat melatih kejujuran para siswa. Mereka mengambil barang dan membayarnya dengan meletakkan uang di tempat yang disediakan, meskipun tidak ada penjual yang melayani. Uang kembalian juga disediakan dalam satu tempat. Hanya saja, dalam praktik
8
semacam itu, perlu ditanamkan kepada para siswa agar tidak menjadi sekadar rutinitas. Agar juga bernilai ibadah, Islam mengajarkan hendaknya kejujuran yang dilakukan tetap merupakan implementasi keimanan kepada Alloh Yang Suci lagi Maha Tinggi. Islam dan Teladan Kejujuran Secara umum, pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk anak bangsa yang berkepribadian atau berakhlak mulia. Untuk itu, pendidikan karakter termasuk kejujuran membutuhkan kurikulum, praktik, dan keteladanan. Secara khusus, karena sungguh telah melekat akhlak yang mulia pada diri Rasululloh SAW., sekolah-sekolah Islam dalam melaksanakan pendidikan karakter harus menjadikan keteladanan pada Rasululloh SAW. sebagai bagian utama kurikulum, praktik, dan keteladanan dalam pendidikan karakter. Misalnya, dalam membangun kesungguhan untuk berbuat jujur, perlu ditanamkan pada diri anak tentang kejujuran Rasululloh. Berkat kejujurannya, Rasululloh SAW. mendapat predikat yang sangat prestisius, yakni Al-Amin yang artinya orang yang kredibel atau dapat dipercaya. Kemudian, model dapat dikembangkan dengan menampilkan akhlak para sahabat Rasululloh SAW. Upaya-upaya tersebut tentu harus sinergis dengan sikap dan perilaku guru dan orang tua secara khusus serta masyarakat secara umum agar pendidikan karakter berhasil guna. Dengan demikian, pada dasarnya pendidikan karakter adalah pendidikan yang holistik. Artinya, tidak hanya anak yang didorong untuk memiliki karakter jujur misalnya, tetapi guru, orang tua, dan masyarakat juga diharapkan melakukan hal yang sama. Jika kejujuran ini melekat pada setiap komponen bangsa, martabat bangsa juga akan terjunjung tinggi dengan sendirinya, yakni, menjadi bangsa yang besar dan bersih. InsyaAlloh. Wallohu a’lam.
mutiara hadits
Oleh | Ust. Abdul Fatah Pembina MT Al Isyroq Gresik
Tarbiyah Sifat Sabar Rosululloh bersabda:
Artinya: “Tidak ada pemberian yang lebih baik dan lapang bagi seseorang yang melebihi dari kesabaran.” (HR. Bukhori)
Keterangan: Sahabat Umar bin Khottob r.a. pernah berkata: “Kehidupan yang terbaik yang pernah kami rasakan adalah dengan kesabaran.” (Ibnu Mubarok) Sabar adalah menahan jiwa dari kerisauan dan kemarahan, menjaga lisan dari keluh kesah, dan menahan anggota badan dari kekacauan perbuatan, seperti mencakar wajah dan menyobek pakaian ketika terkena musibah. Sabar itu terjadi atas pertolongan Alloh SWT. Dia semata-mata yang memberikan pertolongan terhadap kesabaran. Alloh berfirman:
Artinya: “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Alloh.” (QS. An-Nahl: 127) Sabar juga karena Alloh, maksudnya kecintaan kepada Alloh, mengharapkan keridloan Alloh, dan kedekatan dengan Alloh adalah motif yang memancarkan kesabaran sebagaimana firman Alloh:
Artinya: “ Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridloan Tuhannya…” (QS. ArRo’du: 22) Maksudnya adalah segala amalan, pekerjaan seorang hamba sesuai dengan kehendak Alloh dan hukum-hukum syariat, selalu bersabar menjalaninya, konsisten,
komitmen di atasnya dan mengikutinya kemanapun ia pergi. Dia menjadikan dirinya selaras dengan perintah Alloh dan kecintaanNya. Kesabaran adalah separuh dari pada iman. Iman adalah bahtera sikap sabar dan syukur sebagaimana ungkapan ulama’ salaf: “Iman itu terbagi dua, setengah untuk sifat sabar dan sebagian lainnya untuk sikap syukur.” (Ibnu Qayyim) Ketahuilah bahwa sabar diperumpamakan sebagai kepala bagi badan. Tidak ada kehidupan bagi orang yang tidak punya kepala. Begitu juga tidak ada keimanan bagi orang orang yang tidak punya kesabaran. Ada sebuah kisah: Konon pada zaman pemerintahan Harun Ar-Rosyid, ada seorang perdana menteri yang berburu. Tiba-tiba di tengah perjalanan dia kehabisan bekal dan merasa kehausan. Ia juga merasa letih dan lemah. Maka dia bergumam, sambil menengok kanan dan kiri, “Bagaimana ini?” Tiba-tiba dia melihat dari kejauhan ada sebuah gubuk yang kecil. Lalu ia mendatangi gubuk tersebut. Ternyata di gubuk tua itu ada seorang wanita yang sangat cantik lagi muda nan mempesona. Maka perdana menteri berkata: “Wahai putri, bolehkah aku meminta air minum? Aku telah kehabisan bekal dan sangat haus.” Jawab si wanita, “Mohon maaf tuan, saya tidak punya air kecuali satu gelas susu untuk persediaan saya sendiri. Tapi bila tuan sangat membutuhkan, maka silahkan tuan meminumnya.”
9
Wanita itu mengulurkan tangannya sambil memegang satu gelas susu. Kemudian perdana menteri menerima dan langsung meminumnya. Dalam sekejap minuman itu habis seketika. Tiba-tiba perdana menteri mendengar suara langkah kaki kuda. Lalu ia menoleh ke arah datangnya suara derap kaki tersebut, yang ternyata menuju ke gubuk tua yang didiami oleh wanita cantik itu. Perdana menteri melihat kuda yang dinaiki seorang lelaki yang tua, hitam, dan perangainya tidak menyenangkan (wajahnya cemberut). Tiba tiba si wanita itu segera menyambutnya dengan membawa air satu timba, untuk mencuci kaki si tua yang baru datang. Lelaki itu sambil membentak-bentak si wanita tadi berkata, “Cepat! Cepat!” Kemudian lelaki tua itu turun dari kudanya dan langsung masuk kedalam gubuk. Perdana menteri langsung bertanya kepada si wanita cantik itu, “Siapa lelaki itu?” Wanita itu menjawab, “Beliau adalah suami saya tuan.” Perdana menteri menimpali jawaban wanita itu dengan wajah jengkel, “Aku sangat kecewa datang ke sini. Kenapa kamu mau dinikahi lelaki itu? Kau ambil apanya? Apa kau ambil ketampanannya? Dia jelek rupa. Apa kau ambil mudanya? Dia sudah tua. Apa kau ambil kekayaannya? Dia miskin. Apa kau ambil keramahannya? Dia kasar. Apa kau ambil pangkatnya? Dia orang rendahan.” Lalu wanita itu menjawab dengan tegas, “Saya lebih kecewa lagi kepada tuan. Bukankah Nabi pernah mentarbiyah bahwa agama kita mengajarkan dua hal, yaitu sabar dan syukur. Ketahuilah, wahai tuan, jika kedua hal tersebut dapat kita terapkan dalam kehidupan kita, maka kita akan mendapatkan kesempurnaan iman. Saya berusaha agar mendapat kesempurnaan iman, maka saya bersabar menghadapi suami saya tersebut, dan bersyukur atas anugerah Alloh, di antaranya kecantikanku untuk menghibur dan menyenangkan hati suamiku itu.” Kemudian perdana menteri beranjak meninggalkan tempat itu tanpa pamit dan permisi, karena merasa malu terhadap wanita cantik tersebut. Subhanalloh! Sungguh luar biasa si wanita cantik tersebut. Konon namanya adalah
Asma’. Kisah Asma’ ini jangan sekedar buat bacaan saja, akan tetapi mari kita jadikan sebagai ibrah atau pelajaran agar kita tidak mudah putus asa dalam menghadapi kenyataan hidup. Terutama bagi ibu-ibu rumah tangga, yaitu dengan penuh kesabaran dan tawakkal kepada Alloh SWT. Sebagai kesimpulan dalam tulisan ini, Imam Ahmad rohimahulloh berkata: “Dalam AlQur’an kata-kata ‘sabar’ disebutkan sebanyak 90 tempat. Ia merupakan kewajiban, kesepakatan ulama’. Ia merupakan separuh keimanan. Iman terbagi menjadi dua: separuh sifat sabar dan separuh sifat syukur dan pahala, serta balasan bagi orang yang sabar adalah pahala tanpa batas. Sebagaimana firman alloh dalam surat Az-Zumar ayat 10:
Artinya: “Hanya orang yang bersabarlah yang dicukupkan (oleh Alloh) pahalanya tanpa batas.” Maka mari kita camkan baik-baik. 1. Jika kita merenungi bahwa kesempurnaan iman seseorang dalam kehidupan ini, maka akan didapatkan bahwa semua tergantung pada kesabaran. 2. Jika kita merenungi tentang kekurangan dan cela kita, maka akan didapatkan semua itu karena hilangnya sifat kesabaran. 3. Jika kita ingin meraih keberanian, kesucian, kedermawanan, tidak egois, dan ketenangan serta kesuksesan dunia akhirat, maka semua itu ditempuh dengan kesabaran. 4. Kebanyakan penyakit jasmani dan rohani pemicunya adalah ketidaksabaran. Cukuplah motivasi terkuat, bahwa Alloh bersama orang-orang yang sabar. Alloh mencintai dan menolong orang-orang yang sabar. Sungguh kemenangan bersama orangorang yang sabar. Semoga Alloh senantiasa memberi sifat kesabaran dalam langkah dakwah kita. Amin. Wallohu a’lamu bisshowab. Referensi: 1. 2.
10
Ash-shobru wa atsaruhu fi hayatil muslim, Abdulloh alJarulloh bin ibrahim al-Jarulloh. Majalah Sabili.
al kayyis
D
kesempatan itu. Anda tak melakukannya, alam sebuah kelas pelatihan, trainer akan banyak orang lain yang melakukannya”. mengambil selembar kertas polos Ini terkadang yang kita alami. Soal rezeki kemudian menggunting-guntingnya menjadi beberapa bagian. Ada guntingan besar misalnya, kita percaya ia tak pernah datang sendiri menghampiri orang-orang ada juga yang kecil. Tapi jumlahnya yang lelap tertidur meski matahari sengaja dibuat tak sama dengan sudah terik. “Bangun pagi, (kalau jumlah peserta dalam kelas itu. tidak) rezekinya dipatok ayam tuh!” Kemudian diminta kepada Orang tua dulu sering berucap peserta untuk mengambil masingseperti itu. Dan entah kenapa hingga masing satu guntingan kertas yang detik ini kita tak pernah bisa tersedia di meja depan. “Silahkan Muji Sampurno menyanggah ucapan orangtua perihal ambil satu!” demikian instruksi yang Sekretaris Umum rezeki itu. Kita percaya bahwa diberikan. Yayasan Al Haromain orang-orang yang lebih cepat Dapat diduga, ada yang antusias berupaya meraihnyalah yang memiliki maju dengan gerak cepat dan mengambil kesempatan untuk mendapatkan rezeki yang bagiannya, ada yang berjalan santai, ada juga lebih banyak. Sementara mereka yang yang meminta bantuan temannya untuk mengambilkan. Dua tiga orang bahkan terlihat bersantai-santai atau bahkan bermalasbermalasan untuk mengambil, mereka berpikir malasan, terdapat kemungkinan kehabisan rezeki. toh semuanya kebagian guntingan kertas Contoh kecil lagi, ketika kita datang tersebut. terlambat dari jam kantor kita yang Hasilnya? Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas. Delapan orang semestinya. Perusahaan atau tempat kita kerja tidak hanya akan mengurangi gaji kita pertama ke depan mendapatkan guntingan akibat keterlambatan, bahkan kinerja kita besar-besar, yang berjalan santai dan yang dianggap minus dan itu mempengaruhi meminta diambilkan harus rela mendapatkan penilaian perusahaan terhadap kita. Bisa jadi yang kecil. kita tidak mendapatkan promosi tahun ini, Lalu dikatakan oleh trainer kepada mereka, “Inilah hidup. Anda ambil kesempatan sementara rekan kita yang tak pernah terlambat lebih berpeluang. yang tersedia atau Anda akan kehilangan
11
Sekarang kita kaitkan dengan urusan ibadah. Kita tidak berhak mengatakan bahwa orang yang lebih tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih besar, karena itu hak Alloh dan juga tergantung dengan kualitas ibadahnya itu sendiri. Tapi bukankah setiap orang tua akan lebih menyukai anaknya yang tanggap dan cepat menghampiri ketika dipanggil ketimbang anak lainnya yang menunda-nunda? Jika demikian, buatlah Alloh suka kepada kita. Alloh SWT. dengan keadilan-Nya memberikan peluang amal kepada masingmasing hamba-Nya. Baik orang miskin maupun kaya, masing-masing memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kebajikan dan mendapatkan ridha Alloh. Lebih dari itu, suatu amal tidak dilihat dari kuantitasnya, tetapi dilihat dari motivasi dan niatnya. Kualitas amal seseorang tergantung kepada motivasi dan niatnya. Boleh jadi infak seorang buruh sebesar 1000 rupiah itu sama nilainya dengan infak seorang direktur sejumlah 1.000.000.000 rupiah. Seorang murid barangkali lebih mulia dengan seorang gurunya, karena si murid lebih sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sementara sang guru merasa cukup dengan ilmunya. Menyegerakan amal kebajikan tentu akan memberi nilai tambah bagi pelakunya sendiri. Menyegerakan berbuat baik berarti mempercepat dirinya mendapatkan ampunan (maghfirah) dari Alloh. Kenapa? Sebab, kita telah berupaya menutup pintu-pintu kemungkaran dan kebatilan. Dengan demikian pula, Alloh akan membukakan kebahagiaan, yakni, surga. Itu semua hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bertaqwa. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133) Mengapa kita mesti menyegerakan amal? Karena aset waktu yang kita miliki hanyalah saat ini. Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak tahu. Kemarin bukan lagi milik kita, ia telah berlalu dan tidak akan kembali lagi. Kebaikan dan keburukan yang kita kerjakan kemarin tidak bisa kita ulang
12
lagi. Ia menjadi kenangan saat ini. Jika kebaikan, bersyukurlah kita, dan jika keburukan menyesallah bersama orang-orang yang menyesal. Masih beruntung jika kita bersyukur hari ini, bukan saat di mana penyesalan tidak ada artinya lagi. Esok hari juga belum menjadi milik kita, ia ada di alam gaib yang hanya Alloh SWT. yang tahu. Kita tidak tahu apakah esok hari masih bisa menghirup udara pagi? Karena amal kita tidak mungkin dikerjakan orang lain. Masing-masing orang akan datang kepada Alloh dengan amal perbuatan yang dikerjakannya sendiri di dunia. Keshalihan orang tua tidak bisa diandalkan anaknya. Kita boleh bangga terhadap pemimpin, orang tua, anak, guru, dan suami atau istri kita karena keshalihan mereka. Tapi kebanggaan kita tidak bisa berbicara banyak di hadapan pengadilan Alloh SWT. Karena kemuliaan derajat seseorang di sisi Alloh disebabkan oleh kesungguhannya dalam merespon seruan kebajikan dan mengamalkannya. Orang tua akan senang jika menyuruh anaknya mengerjakan sesuatu lalu dikerjakan segera. Sebaliknya ia akan marah jika si anak menunda-nunda mengerjakannya. Demikian pula Alloh Ta’ala. Seruan kebajikan dikumandangkan untuk segera diamalkan. Karena setiap waktu ada momentnya sendiri. Setiap waktu ada tuntutan amalnya. Banyak sekali amal perbuatan yang sangat terkait dengan waktu. Yang ketika waktunya berakhir, berakhir pula kesempatan untuk mengerjakannya. Seperti shalat, puasa, haji, berkurban, dan lain sebagainya. Kesempatan beramal juga diberikan kepada seseorang pada waktu-waktu tertentu. Orang kaya diberi kesempatan beramal dengan kekayaannya. Orang berilmu diberi kesempatan beramal dengan ilmunya. Seorang pimpinan diberi kesempatan beramal dengan kekuasaannya. Jangan sampai Alloh SWT. mencabut kesempatan itu dan tidak bisa lagi berbuat. Kesehatan, waktu luang, hidup, masa muda, dan kekayaan adalah kesempatan untuk beramal. Tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Saat inilah waktumu. Segeralah beramal sesuai dengan tuntutan waktunya. Kejarlah kebajikan sampai ke liang lahat. Semoga kita termasuk orang–orang al-kayyis. Wallohu a’lam.
profil
Syaikhina KH. Abdullah Faqih:
U
mat Islam kehilangan lagi tokoh ulama terbaiknya. Syaikhina KH. Abdullah Faqih (sering dipanggil Kyai Faqih), pengasuh pondok pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Beliau telah wafat mendahului kita, Rabu, 29 Februari 2012 usai shalat maghrib sekitar pukul 18.30 WIB. Keluarga tidak menyangka akan secepat itu, karena sehari sebelumnya Kyai Faqih berkunjung ke rumah putra-putra dan mengumpulkan sanak kerabat dengan memberi hadiah yang tidak kecil kepada semua putra, cucu, dan abdi ndalem. Beliau juga mengutarakan telah benar-benar sehat dan ingin segera berziarah kepada Rosululloh Muhammad SAW., sosok mulia yang pernah mendatangi beliau. Bumi berduka karena perginya ulama penuh kharisma ini, meninggalkan jutaan umat. Beliau dimakamkan pada Kamis, 1 Maret 2012, sekira pukul 12.30 WIB, di antara pusara para pendahulu pengasuh pesantren Langitan. Semenjak malam hingga siang hari puluhan ribu ulama, umara, dan masyarakat berbondong-bondong menyampaikan salam perpisahan tokoh spiritual bangsa menuju peristirahatan terakhir.
terjadi lantaran ayahanda beliau, Kyai Rofi’i (adik Kiai Abdul Hadi) wafat saat Abdullah Faqih masih kecil, sekira umur tujuh tahun. Ibunya, Nyai Khodijah lalu dinikahi oleh KH. Abdul Hadi Zahid. Semenjak itulah KH. Abdul Hadi yang mengarahkan kehidupan, mulai mondok hingga berkeluarga mereka. Setelah belajar pada Ayahanda, Abdullah Faqih muda pindah dari satu tempat ke tempat lain guna mencari ilmu dan kalam hikmah. Beliau hanya mondok selama 4 tahun. Beliau menjalani masa-masa di medan ilmu dengan segala kekurangan dan
Masa Kecil dan Mencari Ilmu Abdullah Faqih lahir di Mandungan, Widang, Tuban, Jawa Timur pada Sabtu, 2 Mei 1932 atau 1 Muharram 1351 H. Beliau lahir dari pasangan Kyai Rofi’i dan Nyai Khodijah. Bersaudarakan tiga orang, yaitu: Abdullah Faqih, Khozin, dan Hamim. Namun semenjak kecil, pengasuhan mereka berada di bawah KH. Abdul Hadi Zahid, pengasuh pondok pesantren Langitan generasi ke empat. Ini
13
profil
keprihatinan. Beliau pernah bercerita, “Saya belajar di Lasem kurang lebih dua tahun setengah, kebanyakan bekal teman-teman saat itu bisa dapat 24-40 kg beras. Tapi bekal saya dapat dibelikan 6 kg beras. Saya tidak pernah meminta tambahan kiriman. Saya niati tirakat meski awalnya terpaksa. Makan ketela saja pernah. Sementara yang paling sering sehari makan nasi ketan satu lepek dan kopi satu cangkir. Bahkan pernah dalam bulan Ramadhan tidak sahur dan buka, tapi cuman minum sebanyak-banyaknya.” Selama empat tahun, Faqih muda telah mengambil ilmu dari para guru yang utama. Mereka pakar ilmu keislaman dan selalu istiqomah menjalankannya. Selama di Lasem beliau belajar kepada beberapa kyai, di antaranya: KH. Baidowi, KH. Ma’shum, KH. Faturrohman, KH. Maftuhin, KH. Mansur, dan
14
KH. Masduqi. Sementara di Bangilan beliau belajar di antaranya kepada KH. Fadhal. Kemudian beliau melanjutkan pengembaraan dengan bertabarruk ke pondok-pondok lain, di antaranya di pesantren Watu Congol yang diasuh oleh KH. Dalhar. Dari beberapa guru di atas, KH. Ma’sum merupakan tokoh penting dalam pembentukan karakter beliau. Bahkan KH. Ma’shum disebutsebut satu dari tiga tokoh yang berpengaruh dalam penempaan beliau, disamping KH. Abdul Hadi Zahid dan Kiai Bisri (mertuanya). Ada beberapa kesamaan prinsip antara Kyai Ma’shum dan Kyai Faqih. Pertama dari sisi wirainya. Kyai Ma’shum dikenal sangat hatihati dalam menerima rizki, terutama yang dikonsumsi. Sehari-hari beliau hanya makan nasi lauk tempe dengan parutan kelapa, bahkan tidak jarang belai makan nasi hangat
profil saja. Bedanya, Kyai Faqih sehari-hari makan nasi dan sambal korek. Kedua, masalah pakaian yang sama, bahwa beliau tidak pernah memiliki sarung lebih dari tiga. Kalau beliau punya yang baru, pasti yang lainnya diberikan pada orang lain. Kyai Faqih demikian juga. Sampai wafatnya beliau memiliki sarung tidak lebih dari tiga, padahal jika menghitung hadiah dari tamu-tamu, berapa saja jumlahnya. Beliau menerima tapi tidak pernah menyimpannya. Menerima dan langsung diberikan kepada yang lain. Ketiga masalah kepekaan sosial. Jika Kyai Ma’shum saat itu berada dalam masa disintegrasi bangsa, berhadapan dengan penjajah dan G30S PKI, maka Kyai Faqih berada dalam pergolakan teritorial wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan maraknya liberalisme, fundamentalisme, trans nasional, dan faham sesat. Kedua tokoh ini sama-sama berada dalam garda depan. Adapun kiai utama lain beliau adalah KH. Fadhal Senori. Beliau dikenal alim allamah. Terkenal dengan kedisiplinannya. Tidak segansegan santri dihardik ketika terlambat mengaji meski hanya empat menit. “Nek gak niat ngaji mbalek wae” (kalau tidak niat mengaji balik saja), demikian ucapannya. Mungkin saja kedisiplinan Kyai Faqih dalam mendidik dipengaruhi oleh sikap gurunya ini. Pinangan Kyai Ma’shum Selama mondok di Lasem, KH. Ma’shum memiliki perhatian lebih kepada Abdullah Faqih muda. Puncaknya beliau dipinang menjadi menantu mendapatkan Nyai Hunainah, putri persusuan sekaligus kemenakan KH. Ma’shum. Nasab Nyai Hunainah adalah binti Bisyri bin Martosuro bin Sumijo yang merupakan saudara Warijo (yang menurunkan KH. Maimun Zubair). Mendapat lamaran sang kyai, Abdullah faqih muda tidak langsung bersedia. Beliau masih ragu menerima pinangan itu. Bahkan di tengah-tengah suasana seperti ini sempat pulang ke Langitan. Sesampai di rumah beliau malah mendapat dawuh dari KH. Abdul Hadi Zahid, “Ojo pilih-pilih tebu. Manuto opo sing didhawuhno kyaimu.” (Jangan pilih-pilih, ikutilah petunjuk kyaimu). Mendengar wejangan sang Ayah, barulah Faqih muda merasa mantap dan menerima pinangan. Pada awal-awal pernikahan kehidupan
masih berat. Maklum ketika menikah beliau masih berstatus sebagai santri dan belum tentu memiliki persediaan nafkah keluarga. Namun kondisi ini dijalani dengan tabah dan sabar. Baru setelah punya beberapa anak kondisinya mulai tertata. ‘Gus’ yang Cerdik Dan Energik Setelah kembali ke Langitan dengan memboyong keluarga, Abdullah Faqih muda langsung ikut mengabdi ke pesantren. Saat itu beliau dikenal dengan Gus Faqih. Beliau aktif mengajar dan mulai ikut menata keberadaan pondok. Dalam pengabdiannya, beliau pernah menjadi lurah pondok dan banyak memberikan warna dalam pemikiran serta pengembangan pesantren. Gus Faqih dikenal disiplin. Rajin dan terjun langsung ke kamar-kamar asrama untuk mengajak belajar, musyawarah dan sholat malam. Begitu pula dengan ketertiban suasana, beliau cinta kebersihan sehingga kondisi pondok yang tidak bersih akan mendapat perhatian serius beliau. Demikian juga beliau sangat perhatian terhadap masalah ketertiban dan keamanan. Selain mendapat tugas dalam, KH. Abdul Hadi mengutus kepadanya untuk berdakwah keluar, mengisi pengajian-pengajian agama kepada masyarakat. Dengan bekal ilmu dakwah dan retorika secara aotudidak, gaya pidato beliau banyak disukai masyarakat. Beliau memiliki bahasa yang santun dan berisi. Beliau berdakwah secara totalitas, tidak pernah merasa patah semangat meski kondisi saat itu sangat berat. Jika berangkat terkadang naik sepeda pancal dan jika pulang dinaiki sepeda pancal, karena medan yang becek habis hujan. Waktu demi waktu Gus Faqih berkibar di atas mimbar dan dikenal luas. Namun semua berubah ketika datang nasihat dari salah satu gurunya. “Hidup ini pilihan, Qih (maksudnya Abdullah Faqih). Jika engkau memilih jadi da’i kemungkinan engkau akan menjadi orang yang tenar dan dikenal banyak orang, tapi tak punya generasi. Setelah mati, maka sirnalah engkau. Namun jika engkau mau merawat pesantren, meski tidak begitu terkenal, namun akan memiliki banyak generasi. Hidup adalah pilihan.” Ungkapan sang guru di atas sangat
15
profil membekas di hati Kyai Faqih muda, sehingga beliau mulai menjaga jarak dengan mimbar. Beliau banyak mencurahkan tenaga dan pemikirannya di pesantren Langitan. Dan puncaknya adalah tahun 1971 ketika Ayahanda tercintanya kapundut. Beliau hampir tidak pernah menerima undangan pidato kecuali pada acara-acara penting dan berada di luar jam mengajar pesantren. Peka Dinamika Sosial Meski memiliki pesantren besar dengan berbagai kegiatan namun tidak menghalangi syaikhina untuk melakukan perbuatan sosial. Pada krisis ekonomi 1998, Kyai Faqih tergerak hati mengumpulkan para ulama guna menyikapinya. Saat itu beliau menggandeng Rabithah Ma’ahid Islami (RMI) dengan rumusan meminta dengan hormat kepada Presiden Republik Indonesia Soeharto untuk turun dari jabatan. Bola panas terus menggelinding dan puncaknya pada 1999, saat pemilihan umum, terjadi benturan dua kekuatan besar, yaitu partai pemenang pemilu dan partai yang berkuasa. Masing-masing partai mengklaim akan terjadi prahara jika tidak dari partai mereka yang menjadi presiden. Lalu muncul poros tengah yang mengusulkan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) menjadi presiden. Untuk menerima lamaran itu, Gus Dur meminta restu kepada Kyai Faqih dan kyai sepuh lain yang bergabung dalam “Poros Langit”. Awalnya beliau merasa berat untuk melepaskannya, namun karena kondisi yang menuntut demikian, maka dengan segala pertimbangan Kyai Faqih pun memberikan restu. Syaifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur (saat ini) membuka tabir politik, bahwa sebenarnya sosok di balik majunya Gus Dur adalah Kyai Faqih. Dalam perkembangan selanjutnya, fatwa-fatwa Kyai Faqih menjadi rujukan penting bagi Presiden RI yang saat itu dijabat oleh Gus Dur. Tokoh Spritual Bangsa Banyak yang merasa kehilangan atas kepergian Syaikhina KH Abdullah Faqih. Bukan hanya kalangan santri dan warga Nahdliyin, tapi Bangsa Indonesia secara umum. Menurut pimpinan pusat muslimat NU, Khofifah Indar Parawansah, Syaikhina merupakan salah satu
16
pilar penyangga kekuatan spiritual Bangsa Indonesia. Beliau mulai “berperan” terhadap bangsa Indonesia pada awal-awal reformasi, sebagai salah satu kyai yang berjasa memecah kebuntuan dalam konflik politik yang berkecamuk saat itu. Sedangkan, KH. Musthofa Bisri menyebut Syaikhina KH. Abdullah Faqih sebagai salah satu dari tiga penyangga Tanah Jawa. Dua yang lain (sudah meninggal lebih dulu) yaitu Kyai Abdullah Salam (wafat 2001) dari Krajen, Pati, Jawa Tengah dan kyai Abdullah Abbas (wafat 2007) dari Cirebon, Jawa Barat. Sebutan itu tak terlalu berlebihan. Kita tahu, ketiga kiai itu sama-sama memiliki pesantren, dikenal luas sebagai pribadi yang ikhlas dan istiqomah, juga memiliki keilmuan dan kebijaksanaan tinggi. Bahkan ketokohan Kyai Faqih tidak saja dikenal di dalam negeri. Banyak ulama’ yang menjalin hubungan dengan beliau dari Negara lain, seperti: Syekh Yasin Al-Fadani (asli Indonesia namun bermukim di Mekkah Mukharromah), Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Habib Salim As-Satiri (Yaman), Habib Umar bin Muhammad bin Salim (Hadramaut), Syaikh Prof. Dr. Solahuddin Kaftaru (Syiria), Habib Zain bin Ibrahim bin Smith (Madinah), Habib Baharun (Yaman), dan lain sebagainya. Kyai Faqih sangat hormat kepada para ahli ilmu. Diriwayatkan, Sayyid Muhammad bin Alawi pernah berkata, “Aku tidak pernah melihat ahlu Jawa yang hormatnya melebihi Syaikh Abdullah Faqih. Dan begitu pulalah sebaliknya aku. Dia memiliki posisi tersendiri di hatiku.” Demikianlah seorang kyai yang low profile telah pergi. Beliau banyak berkiprah di balik layar daripada di garda depan. Hanya dalam kondisi-kondisi darurat beliau muncul dan cepat-cepat kembali ke pangkuan pesantren jika kadar darurat itu telah diurai. Beberapa media datang silih berganti ingin menulis profil beliau, namun selalu gagal karena semasa hidup beliau memang tak mau ditulis. Hingga beliau wafat tidak ada satupun keterangan media yang mengungkap profil beliau panjang lebar. Selamat jalan, Kyai Faqih. Doa kami menyertai Syaikhina. Disarikan oleh: Bahtiar HS/Dwi dari buku: Potret dan Teladan Syaikhina KH. Abdullah Faqih, Kakilangit Book
refleksi
Oleh : Mishad Khoiri Pembina Pesma Al Mukmin Malang
W
ajah Fulanah tampak muram, sepertinya ada sesuatu yang dipikirkannya. Hari yang mestinya diliputi rasa bahagia berubah menjadi duka. Seperti tak terbendung, butiran air terus menetes dari mata nanar Fulanah. Tampak sebagian tamu undangan dalam “momen sakral” itu buru-buru pamitan pulang. Mereka seolah tahu telah terjadi “sesuatu” di antara mempelai berdua. Hujan deras yang mengguyur lokasi perhelatan resepsi pernikahan Fulan dan Fulanah menambah suasana acara menjadi semakin “hampa”. Malam sudah tiba, setelah seluruh tamu sudah pulang. Hanya kerabat dekat yang tampak meramaikan suasana. Sepasang pengantin sudah turun dari pelaminan menuju ruang peraduan untuk istirahat. Aneh, Fulanah yang mestinya menuju ke kamar pengantin mendadak membelokkan arah jalannya ke ruang keluarga. Sembari berkaca-kaca, Fulanah
langsung bersimpuh di pangkuan Maimunah, ibundanya. “Ada apa, Nak?” tanya ibundanya kepada Fulanah. Pertanyaan Maimunah hanya dijawab dengan isak tangis oleh Fulanah. Maimunah tidak tinggal diam. Malam itu dia berusaha mengorek keterangan tentang apa yang terjadi pada Fulanah. Tidak berapa lama terkuaklah sudah apa yang menjadi pemicu kegalauan Fulanah. Ternyata hanya karena sebuah kalimat SMS. “Fulan suamimu itu sudah tidak perjaka lagi”. Begitu bunyi kalimat SMS yang tidak jelas pemilik nomor pengirimnya itu. Maimunah dan Abdullah, suaminya, sontak punya ide untuk melacak sejatinya siapa sebenarnya pengirim SMS itu? Malam itu juga dikontaklah nomor HP pengirim tersebut. Setelah beberapa saat menunggu, kontak ke pemilik nomor HP itu pun terhubung. Sebut saja si A. Setelah ditanya perihal SMS itu, dia bilang jika SMS
17
itu adalah pesanan temannya; sebut saja si B. Sepertinya keluarga Fulanah ingin tahu siapa sebenarnya otak pengirim SMS tersebut. Dikontaklah lagi nomor si B yang memesan pengirim SMS itu. Setelah terhubung, dia juga mengatakan hal yang sama, bahwa dia juga dipesan temannya (sebut saja si C) untuk mengirim pesan itu. Setelah tahu nomor HP si C, Maimunah mengontaknya lagi. Tidak lama kemudian kontak terhubung. Setelah mengucapkan salam, Maimunah langsung menanyakan apakah benar dia yang memesan agar si B mengirim SMS itu ke Fulanah? Sambil terbata-bata, Si C menjawab ii..ii…iiya. Apa benar informasi tentang Fulan yang kamu beritakan lewat SMS itu? Pertanyaan ke dua dari Maimunah dijawab panjang lebar oleh Si C. Intinya si C merasa bersalah dan mau menjelaskan bahwa berita lewat SMS yang dikirimnya itu tidak benar. Si C juga berterusterang kalau ia mengirimkan pesan bohong itu lantaran iri hati pada Fulanah yang memenangkan perebutan untuk mendapatkan Fulan sebagai suami tercinta mereka. Alhamdulillah, tersingkaplah sudah tabir gelap yang hampir saja menghancurkan bahtera keluarga yang baru saja diarungi oleh keluarga Fulanah. Maimunah menjelaskan delik asal muasal terkait dengan bunyi SMS si C kepada kepada Fulanah. Untuk meyakinkan kebenaran informasi ibunya, Fulanah langsung mengontak Si C. Setelah kontak terhubung, dia terlibat dalam pembicaraan serius dengan Si C. Ternyata benar jika Si C yang menyebar pesan bohong lewat SMS ke Fulanah. Si C juga mengaku jika dia dengki pada Fulanah yang menjadikan Fulan berpaling darinya. Fulanah tidak sanggup menahan marah, sehingga dia sempat memaki Si C yang juga menjadi teman akrabnya itu. Makian Fulanah yang pedas hanya dijawab si C dengan permohonan maaf. Seperti orang haus yang sudah meminum air, wajah Fulanah tampak segar kembali. Pikirannnya yang sudah ingin minta cerai berubah menjadi permintaan maaf pada Fulan, suaminya, yang sempat dikecewakan dengan sikap dinginnya. Bahtera keluarga dua pengantin itu pun dapat diselamatkan dari gangguan riak-riak gelombang, berupa iri dan dengki seorang teman yang hampir saja menenggelamkan biduk rumah tangganya.
18
Ternyata rasa iri dan dengki menjadi pemicu keberanian si C untuk memfitnah dan menghancurkan masa depan teman akrabnya sendiri. Rasululloh memberikan peringatan keras terhadap orang yang punya sifat iri hati (hasad). Beliau menegaskan, bahwa keimanan dan kedengkian tidak bisa berjalan bersamasama. Sabda beliau, “Keimanan dan kedengkian tidak bisa menyatu bersama dalam hati seorang hamba”. Damurah bin Tsa’labah r.a. berkata, Rasululloh bersabda, “Seorang akan menjadi baik selama dia tidak iri hati kepada orang lain”. Salah satu jiwa seorang muslim adalah bahwa jiwanya bebas dari sikap curang, iri hati, khianat, dan benci. Kesucian hati ini akan mengantarkannya kepada kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Hati yang bersih dari sifat iri, dengki, dan perbuatan buruk lainnya dapat mengangkat derajat kita dalam pandangan Alloh Ta’ala. Karena kesucian hati akan menjadikan orang lain selamat dari sikap kita. Meski ibadah kita sedikit tapi kita seperti batu bata yang utuh dan kuat dalam struktur masyarakat Islam. Sementara orang yang hatinya dipenuhi kebencian, iri hati, curang, dan khianat kepada orang lain, dia tidak akan sukses sekalipun ibadahnya banyak. Seorang muslim harus mengkombinasikan antara ibadah, kesucian hati, dan perlakuan yang baik terhadap orang lain, sehingga karakter batinnya sesuai dengan penampilan luarnya dan perbuatannya sesuai dengan kata-katanya. Dengan keadaan seperti ini, maka struktur masyarakat Islam akan kuat dan kokoh. Apa yang dilakukan si C pada Fulanah adalah contoh nyata perbuatan iri dan dengki. Andaikan si C berhasil menghancurkan rumah tangga Fulanah, niscaya bukan berarti menjadikan hidup si C akan sukses. Tapi yang terjadi adalah si C akan dihinggapi rasa kegalauan dan dihantui perasaan bersalah, mungkin sepanjang hidupnya. Adapun kepuasan untuk membalas dendam karena rasa iri hati hanya akan menjadikan kita kian terpuruk lantaran hidup kita tidak produktif. Aktivitas dan pikiran kita akan habis hanya untuk menjatuhkan dan mengalahkan orang yang kita iri. Alhasil hidup kita akan semakin jauh dari kebaikan dan kesuksesan, Na’udzubillah. Wallohu’a’lam.
serba serbi
A
dakah kini anak didik (murid, siswa, Umar. “Mbah Kyai, beberapa murid tidak bisa santri, dan mahasiswa) mendoakan diatur… membandel… aturan-aturan mereka gurunya? Lalu bapak-ibu guru (ustadz, langgar…,” begitu kira-kira isi laporan kepala dosen, atau kyai) apakah juga merajut doa pengurus. buat anak-anak didiknya? Dalam perspektif Mbah Kyai termenung beberapa saat lalu khazanah Islam, hubungan keilmuan (rabithah berujar, “Siapa saja mereka?! Sebutkan namailmiyah) tidaklah sebatas hubungan fisiknamanya, catat, dan bawa ke mari material, namun juga mengharuskan catatannya!” hubungan ruhiyah-batiniah. Konon Dengan prigel, dewan pengurus Imam Asy-Syafii menyatakan: bergegas mencatat nama-nama santri Al-ilmu luhmatun ka luhmatin nakal yang telah dibidik dan nasabi. menyerahkannya pada Kyai. Mereka “Hubungan keilmuan merupakan berpikir nama-nama santri itu akan darah daging laksana darah daging Ahmad Syarifuddin* dihukum berat mengingat kebandelan hubungan kekerabatan.” mereka selama ini, bahkan bisa-bisa Alkisah di pesantren Al-Muayyad dikembalikan kepada orangtuanya. Tapi, satu Mangkuyudan Solo, ada beberapa santri nakal. dua hari mereka menunggu, belum ada sikap Mereka selalu melanggar peraturan-peraturan apapun dari Kyai Umar. Mereka terus yang ditetapkan. Mereka sudah dinasihati, menunggu, dan belum ada respon, hingga diperingatkan, juga berkali-kali diberi sanksi telah berjalan sebulan dua bulan tiga bulan… tetapi tidak diinsafi. Hal ini membuat gerah Para pengurus kemudian memberanikan matur para pengurus. Mereka lalu sowan melapor kembali kepada Kyai. “Bagaimana Kyai, apa kepada pengasuh saat itu, yakni Mbah Kyai hukuman yang diberikan kepada santri-santri
19
nakal tempo hari? Biar mereka jera?!” “Anak-anakku, para pengurus, aku minta kalian mencatat nama-nama mereka, anakanak yang paling bandel di pesantren ini, bukan untuk menghukum mereka, ataupun memulangkan mereka, tapi mereka aku doakan, aku doakan nama-nama itu satu per satu… di tahajudku… kuminta pada Allah, agar mereka sadar, dan kelak menjadi orang yang benar.” Subhanallah! KH. Nuril Huda, salah satu pendiri PMII yang juga alumni pesantren tersebut menceritakan sosok Kyai Umar Mangkuyudan bahwa melihat dan mendengar santri-santri yang nakal, menggoda, beliau hanya menangis mengadu kepada Allah, mendoakan mereka, didoakannya mereka satu per satu, tidak ada dendam, tidak ada kekerasan dan kemurkaan, justru untaian belas kasih dan sayang. Waktu beliau habis antara mengajar dan beribadah. Sementara di pintu kamarnya tertulis, “Arrizqu ‘ala Alloh…,” (rezeki menjadi tanggungan Allah). Demikianlah sosok guru teladan kita. Sementara di Semarang, ada sosok murid yang kini menjadi kyai sepuh. Dahulu dia berguru kepada Syeikh Nawawi Al-Bantani (1813-1897) di Makkah Al-Mukarramah. Tiap kali ia mengajar dan mengingat sang guru agung tersebut, ia berhenti, menundukkan kepala, dan menangis… Ia lantunkan sejenak doa buat mahagurunya yang mulia tersebut. Sosok guru besar, yang meski alim, tetap sederhana, meski terkenal, namun tetap bersahaja. Beliaulah yang digelari ‘Sayyid Ulama Al-Hijaz’ (Tokoh Ulama Negeri Hijaz), penulis Tafsir Al-Munir li Ma’alim At-Tanzil atau yang dikenal juga dengan nama Marah Labid Tafsir An-Nawawi, guru dari KH. Kholil Bangkalan dan KH. Hasyim Asy’ari Jombang. Saya pernah juga melihat, sosok orang yang sudah sepuh, setiap tahun rela jauh-jauh datang ke almamaternya. Rutin. Ia hormati tempat di mana ia menimba ilmu, meski gurugurunya sudah wafat mendahului. Sebagai dharma bakti. Tanda kesetiaan (wafa’). Kesetiaan keilmuan. Ia datang, tanpa harus diundang. Bahkan ada seorang muallim terkenal di Jakarta, saya dengar, begitu hormatnya dengan guru, kala berkendaraan dan lewat di kampung gurunya, setiap kali lewat tersebut
20
ia haturkan salam dan ia hadiahkan Fatihah untuk sang guru tersebut. Sebuah jalinan hubungan keilmuan yang terus terpatri tiada henti. Sayidina Ali bin Abi Thalib yang dikenal sebagai “Pintu Ilmu” menyatakan, “Aku adalah hamba orang yang mengajarku, walaupun satu huruf. Jika mau dia bisa menjualku. Dia bisa juga memerdekakanku atau kembali menjadikan aku budak…” Ungkapan semacam ini juga dituturkan oleh Syu’bah. Ia mengatakan, “Dahulu jika aku mendengar satu hadits dari seseorang, maka aku jadikan diriku budak sahaya baginya, selama hidupku.” Simak pula riwayat yang disampaikan oleh Imam Abu Hanifah. Ia menuturkan, “Tidak pernah aku menselonjorkan kaki ke arah kediaman guruku, Hammad, demi mengagungkannya. Tidaklah aku shalat semenjak meninggalnya Hammad, kecuali aku memohonkan ampunan untuknya beserta dengan kedua orangtuaku. Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan untuk orang yang aku pernah menimba ilmu darinya atau dia pernah mengajarkan ilmu kepadaku suatu ilmu.” Konon Syeikh Abul Hasan Ali An-Nadwi awalnya seorang murid yang paling bebal dan susah memahami sesuatu. Suatu ketika orangtua gurunya sakit sehingga pengajian hendak diliburkan. Melihat hal itu, An-Nadwi berkata kepada gurunya, “Syaikh ngajar saja…. Persoalan orangtua biar saya yang menangani.” Kemudian An-Nadwi merawat orangtua guru tersebut. Di saat pengajian selesai dan si guru masuk ruangan, ia melihat An-Nadwi membersihkan kotoran orangtuanya yang sedang buang air. Sang syeikh meneteskan air mata dan mengucapkan: “Baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahimu) dan mendoakannya panjang. Akhirnya, sejak itu pikirannya terbuka (futuh). Para ulama Mesir terkagum-kagum dengan karya-karyanya, padahal ia masih berumur 19 tahun. Di antara tokoh yang mengaguminya adalah Syeikh Yusuf AlQaradhawi, Syeikh Mutawalli Asy-Sya’rawi, dan Sayyid Qutub. Perihal ilmu, para pencari ilmu dahulu memobilisasi fisik, dana, dan doa buat ilmu.
Bukan memobilisasi ilmu untuk dana dan fisik, alias jual-beli ilmu. Dan setahu saya, di pondok-pondok pesantren, tradisi khidmah, pengabdian, atau dedikasi, itu masih lestari hingga kini. Dharma bakti. Tenaga, pikiran, dan perjuangan dalam medan pendidikan tidak semata-mata dinilai dengan materi (uang). Ada fase-fase di mana pengorbanan harus diletakkan di depan, khususnya di arena pendidikan dan di lapangan perjuangan. Hingga tetes-tetes keberkahan ilmu dapat teraih. KH. Ihya’ Ulumuddin ketika kami di Pondok Pesantren Nurul Haromain Pujon Malang menuturkan bahwa ada 3 (tiga) bagian sentral di mana kami harus berkhidmah dan berdharma-bakti, yaitu (1) dharma bakti kepada sesama santri, (2) dharma bakti kepada guru/kyai, dan (3) dharma bakti kepada lembaga/pesantren. Dan ketika keluar dari pondok pesantren nantinya, diharapkan kami bisa berdharma bakti kepada masyarakat. Sahabat besar, Abdullah bin Abbas radliyallahu anhuma, menuturkan, “Aku dulu telah menghinakan diri sebagai pencari ilmu, maka kini aku mulia sebagai orang yang dicari ilmunya.” Konon sosok ilmu berkata kepada orangorang yang menginginkannya: A’thini kullaka a’thika ba’dhi. “Kerahkanlah kepadaku semua yang kau miliki, niscaya aku berikan kepadamu sebagian kecilku.” Kini, saya berkeyakinan bahwa Kitab Ta’limul Mutaallim karya Syeikh Az-Zarnuji yang kerap digugat beberapa kalangan, masihlah perlu diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan dasar Islam. Apalagi muatan isinya ketika saya komparasikan dengan kitab soal metode belajar-mengajar yang lebih komprehensif, seperti Kitab Tazkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil Alim wal Mutaallim (Mengingatkan pendengar dan pembicara, perihal etika guru dan murid) karya Imam Ibnu Jama’ah Al-Kinani, hampir sama isinya, hanya saja yang satu menekankan pembahasan lengkap disertai dengan dalil, sedang lainnya banyak memaparkan ulasan pengalaman. Hal ini mungkin dimaksudkan agar kalangan pemula lebih mudah dan praktis memahaminya. Bukan berarti tidak berdalil.
Kritik bahwa isi Kitab Ta’limul Mutaallim tidak ada dasarnya adalah keliru dan tidak benar. Gegabah. Di antara isi kitab popular ini yang selalu terpatri di masyarakat nusantara adalah baitbait syair tentang 6 (enam) kunci sukses mencari ilmu, yaitu: 1. Cerdas (otak encer) 2. Semangat 3. Tabah (tidak mudah putus-asa) 4. Bekal 5. Bimbingan dan arahan guru 6. Jangka waktu yang lama. Kita tidak ingin generasi penerus kita tercerabut karakternya, justeru di saat pendidikan diklaim semakin modern. Ada guru dilaporkan ke polisi oleh muridnya. Ada muridmurid serentak mendemo guru mereka. Ada guru mempersepsikan murid sebagai input bisnis. Murid diasumsikan sebagai bahan baku proses industri. Zaman telah menggilas peradaban. Lulus sekolah, lulus (putus) pula hubungan antara guru dan murid. Tidak ada jalinan doa dan kesetiaan di antara mereka. Tidak ada dedikasi di antara mereka. Mungkin mereka saling alpa, atau malah bisa saling cerca. “Dia itu (bekas) guruku dulu,” begitu kata sang murid bila kini menjadi orang besar, tokoh, dan sukses seraya menunjuk sosok orang yang mendidiknya di masa kecil. Tidak lagi diindahkan adab dan etika keilmuan. Sementara dahulu seperti dituturkan oleh Imam Ibnu Sirin, generasi sahabat mempelajari etika, sebagaimana halnya mereka mempelajari ilmu. Nilai etika berada di atas ilmu. Sungguh suatu bencana bila ada orang berilmu tapi tidak beretika. Negeri tidak dapat berdiri tegak hanya dengan ilmu, melainkan negeri tegak berdiri dengan ilmu plus yang ditopang dengan etika dan budaya, alias karakter. Dan jika dihubungkan dengan kata bijak yang disampaikan oleh Imam Asy-Syafii di muka, maka hal ini adalah bagian dari fenomena “qothiaturrahim” yakni memutus jalinan hubungan kekerabatan, karena hubungan keilmuan adalah ibarat pertalian darah daging nasab. Dan kita tahulah karma dari memutus hubungan kekerabatan itu dalam tinjauan khazanah Islam. Wallohu a’lam. *Pembina Al-Ghazali Islamic Study Club Solo
21
mutiara alqur’an
Oleh:
K.H. M. Ihya Ulumiddin Ketum Hai’ah Ash Shofwah Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Malang
Berdakwah dengan Lapang Dada QS. As Syarh: 1
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” Makna Ayat Rosululloh shollallohu alaihi wasallam seperti diketahui dan diyakini adalah makhluk termulia dan penghulu para nabi. Di dalam Alqur’an ada banyak sekali ayat yang secara tersirat maupun tersurat menyatakan realitas ini. Seorang alim ahli tafsir ahli hadits ahli ushul fiqih Syekh Abdulloh bin Shiddiq al-Ghimari alHasani dalam bukunya Dilalatul Qur’an alAzhim alaa annan nabiyya afdholul aalamin menyebutkan 65 surat dalam Alqur’an terkait masalah ini, termasuk di antaranya surat Alam Nasyrah. Bentuk dari keutamaan di sini adalah firman Alloh bahwa Dia telah melapangkan dada Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ini berbeda dengan kondisi Nabi Musa alaihissalam yang memperoleh kelapangan dada dari-Nya karena permintaan terlebih dahulu; “Wahai Tuhanku lapangkanlah untukku dadaku.” (QS. Thoha: 25). Dalam konsep kewalian ada namanya Wali Murid dan Wali Murod. Wali Murid adalah seorang wali yang memperoleh derajat kewaliaan dengan cara melakukan perjuangan yang sangat luar biasa (Mujahadah). Berbeda dengan Wali Murod yang memang telah dikehendaki oleh Alloh sejak awal kelahirannya sebagai wali-Nya. Mengapa Rosululloh shallallohu alaihi wasallam harus dilapangkan dadanya oleh Alloh? Mengapa Nabi Musa alaihissalaam memohon kelapangan dada kepada Alloh? Tentu hal ini sangat terkait keberadaan lapang dada ini sendiri yang menjadi dasar dari sekian banyak sifat-sifat dan sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah untuk bekal menghadapi medan dakwah yang pasti begitu
22
sulit, penuh resiko, dan tantangan. Lapang dada membuat seorang juru dakwah mampu eksis bersikap dan bertahan dalam aktivitas dakwah, meski sedikit ada orang yang akan memberikan bantuan. Ya, dakwah adalah sebuah keutamaan sangat besar dan seperti disebutkan dalam kata hikmah;
Ketika sasaran-sasaran itu besar, maka sedikitlah orang yang mau membantu. Sedikit orang yang mau mendukung dan memberikan bantuan, artinya seorang juru dakwah ketika sudah mewakafkan dirinya untuk berdakwah harus rela mendapati dirinya terasing. Ia akan mendapati bahwa mayoritas manusia di sekitarnya adalah abna’ dunya, anak-anak dunia, hanya sibuk memikirkan urusan dunia, yang akhirnya mayoritas orang mungkin sekali lebih banyak memiliki aset dan harta benda terlebih dahulu daripada dirinya. Karena inilah juru dakwah harus rela hati dan yakin sepenuhnya bahwa dengan berdakwah dan terus berdakwah secara ikhlash karena Alloh, kehidupan dunianya pasti kelak akan diatur oleh Alloh azza wajalla. Ini sesuatu yang pasti, karena juru dakwah adalah manusiamanusia terasing (ghuroba’) dan aqibah, kondisi terakhirnya adalah thuubaa (sungguh sangat beruntung); sehingga ada benarnya ketika seorang mengatakan berdakwahlah, maka Anda menjadi kaya. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:
“Islam mulai dalam keadaan asing, kelak akan kembali menjadi asing, maka beruntunglah bagi orang-orang yang terasing.” (HR. Muslim Ibnu Majah dari Abu Huroiroh r.a.) Lapang dada menjadi dasar bagi seseorang untuk tabah, tetap berani, dan tidak ciut nyali, meski pada mulanya dalam berdakwah sedikit mendapatkan simpati, dijauhi, tidak disukai, dan bahkan dimusuhi. Ketika Waraqah bin Naufal mengatakan: “Andaikan saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu,” Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam bertanya: “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab dengan mantap: “Ya, tidak pernah seseorang datang dengan membawa seperti yang engkau bawa kecuali ia dimusuhi….” Dalam hikmah dikatakan:
Manusia cenderung memusuhi sesuatu yang tidak mereka mengerti. Lapang dada membuat seorang da’i mudah saja mengesampingkan, tidak menghiraukan omongan dan komentar jelek, caci maki, penghinaan dan pelecehan dari orang-orang bodoh. Siapapun orangnya, setinggi apapun ilmu dan gelarnya, akan tetapi jika menolak dan melecehkan suatu kebenaran, maka saat itulah dia masuk dalam kategori orang bodoh. Jika Rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan para nabi alaihimussalaam terdahulu pernah dilecehkan dan diberikan stigma sebagai orang gila, tukang sihir, dll., maka hal serupa meski dalam bentuk lain pasti juga akan diterima oleh seorang yang berjalan di jalan mereka, jalan dakwah kepada Alloh. Alloh azza wajalla berfirman:
“… dan hamba-hamba Tuhan yang Maha
Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan: 63). Dalam hikmah dikatakan pula: “Ketika orang bodoh berkata, maka jangan menanggapinya, karena diam lebih baik daripada menanggapi mereka.” Lapang dada juga menjadi dasar utama seorang juru dakwah untuk bersabar menerima perlakuan obyek dakwah yang tidak jarang sangat menyakitkan dan bahkan secara fisik membahayakan keselamatan jiwanya. Sehingga betapapun buruk dan jahat perlakuan yang diterima tetap tidak memunculkan perasaan membalas dendam. Betapa luas dan lapang dada Rosululloh shollallohu alaihi wasallam ketika penduduk Thaif melempari beliau dengan batu sehingga membuat kedua kaki beliau yang mulia berdarah-darah. Bahkan hingga malaikat gunung pun menawarkan untuk menimpakan gunung kepada mereka. Akan tetapi segera Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mencegah seraya mengatakan: “Sungguh aku sangat berharap dari tulang iga mereka Alloh melahirkan orang-orang yang menyembah Alloh dan tidak sedikitpun menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” (HR. Bukhari Muslim dari Aisyah r.a.) Lapang dada juga membuat seorang juru dakwah bisa bersikap mengalah dan memaafkan kesalahan-kesalahan obyek dakwah sebagaimana diajarkan Rosululloh shollallohu alaihi wasallam dalam kisah perjanjian Hudaibiyyah: “Jangan ditulis Muhammad Rosululloh, tapi Muhammad bin Abdillah!” Permintaan Suhail bin Amar dari duta Quraisy inipun diterima oleh beliau. Juga bagaimana saat pembebasan kota Makkah, Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Makkah:
“Pergilah, kalian semua bebas.” Jadi lapang dada adalah modal besar yang darinya akan terlahir sifat dan sikap positif yang harus ada dan dimiliki oleh seorang juru dakwah. Wallohu a’lam.
23
technopreneur
Oleh: Drs. Soehardjoepri, M.Si. Direktur Rabwa Production
Bidang Apa Saja Menuju Sukses (bagian 2)
Pada tulisan yang lalu telah disampaikan bahwa keberhasilan seseorang ditentukan oleh kemampuannya menguasai berbagai keterampilan yang berhubungan dengan kecerdasan emosi. Orang tidak akan sukses dalam bidang apa pun kecuali jika ia senang dengan apa yang digelutinya itu. Berikut ini lanjutannya. ~Redaksi
B
aiklah! Sekarang kita kembali ke masamasa kita sekolah atau kuliah. Coba, pernahkah Anda tidak menyukai sebuah mata pelajaran atau kuliah tertentu atau tidak suka dengan guru atau dosennya? Saya dapat pastikan bahwa Anda tidak akan memperoleh nilai bagus untuk mata pelajaran itu. Lagi-lagi hal ini menunjukkan bahwa emosi biasanya memicu seseorang untuk berprestasi. Oleh karena itu, kecerdasan emosi menjadi lebih penting dibandingkan dengan kecerdasan intelektual atau prestasi akademik. Kecerdasan emosional merupakan senjata ampuh bagi seseorang untuk memotivasi diri sendiri dalam bertahan menghadapi frustrasi. “Hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati tahu hal-hal yang tidak, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerjasama, memimpin, dan melayani.” ~Robber K Cooper, Ph.D. Fisik dan Kesehatan “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
24
dan janganlah kamu mengikuti langkahlangkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. AlBaqarah: 168). Ada satu pertanyaan yang sering kali saya tanyakan kepada para peserta seminar saya, “Siapa di antara Anda yang hadir di sini yang ingin punya uang 10 Miliar?” Atas pertanyaan tersebut ratusan orang mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi. Kemudian saya lanjutkan kembali dengan ungkapan, “Tapi setiap hari tiga kali cuci darah!” Anda sudah bisa membayangkan, bagaimana reaksi mereka atas pernyataan susulan itu. Memang tidak akan ada artinya uang yang banyak bila kesehatan kita terampas. Sedikit demi sedikit harta yang kita miliki akan habis hanya untuk urusan cuci darah. Sekarang, menjadi jelas bagi kita semua betapa kesehatan adalah salah satu harta yang paling berharga yang kita miliki. Dengan badan yang sehat, kita bisa mencari uang untuk mencukupi kebutuhan hidup kita dan keluarga. Dengan badan yang sehat, kita nikmat beribadah menyembah Alloh Sang Maha Pencipta. Dengan badan yang sehat, kita dapat berkumpul dan bercengkrama dengan anak, istri, suami, dan keluarga kita. Dan dengan badan yang sehat, kita dapat membantu dan memberikan manfaat untuk orang lain. Ya, kesehatan adalah bagian dari kehidupan kita yang tidak bisa kita abaikan. “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, kayamu sebelum miskinmu, lapangmu sebelum sempitmu, sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Bukhari-Muslim)
Pikiran Sehat Ada Pada Fisik yang Sehat Di sebuah kantor akuntan publik, ada seorang auditor yang bernama Pak Bisiman. Ia adalah orang yang selalu sibuk di kantornya (sesuai dengan namanya dari bahasa Jawa yang diartikan ke bahasa Inggris). Pak Bisiman adalah orang selalu mengambil lembur dan berusaha bekerja sebaik-baiknya. Tujuannya agar cepat dipromosikan sehingga gajinya naik. Pak Bisiman berangkat pukul 05.00 pagi dan pulang sampai di rumah pukul 23.00. Bisa dikatakan, Pak Bisiman adalah orang yang workaholic. Pada akhir tahun, Pak Bisiman biasanya begadang dua hari tanpa tidur untuk menyelesaikan laporan auditnya. Sekitar
sepuluh tahun bekerja, akhirnya ia mendapatkan posisi yang baik dengan gaji di atas 20 juta sebulan. Posisi ini adalah posisi yang diidam-idamkannya. Namun akhir-akhir ini, kesehatan Pak Bisiman menurun. Pak Bisiman mudah letih dan mukanya mulai dipenuhi jerawat. Pada akhirnya, Pak Bisiman mulai mengunjungi dokter untuk memeriksa gejala yang dialaminya. Ternyata Pak Bisiman mengalami penyakit liver yang sudah cukup parah. Kebiasaan merokok dan makan makanan instan yang berpengawet juga memperparah kondisi livernya. Pak Bisiman akhirnya perlu dirawat di rumah sakit dan biaya perawatannya cukup banyak. Untungnya, asuransi kantor bisa menutup biaya perawatannya. Tetapi kondisinya saat ini tidak memungkinkan lagi Pak Bisiman untuk
melakukan pekerjaannya. Dokter memerintahkan agar Pak Bisiman membatasi jam kerjanya. Dengan kondisi seperti ini, posisi Pak Bisiman akhirnya diambil oleh orang lain. Pak Bisiman mulai sadar akan arti pentingnya kesehatan dibanding dengan uang yang ia dapatkan. Ia berpikir, buat apa uang banyak tapi sakit-sakitan. Untungnya tidak cuci darah, atau apalah yang membuat pengeluaran rutin bulanannya meningkat. Akhir-akhir ini, Pak Bisiman mulai memperhatikan kesehatannya dan mulai mendekatkan diri kepada Alloh karena ia tahu peluang hidupnya sudah tidak sekuat pada saat sehat. Pak Bisiman mungkin sebuah potret yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Bekerja dengan giat memang bagus. Namun jika dilakukan secara berlebihan menjadi tidak bagus. Pola kerja yang tidak sehat bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Pekerjaan yang menumpuk bisa menyebabkan stress berkepanjangan. Kalau sudah begitu, akan berpengaruh pada pola makan, pola tidur, bahkan pola ibadah. Tidak hanya itu, pikiran kita akan menjadi buruk sehingga timbul sifat mudah marah, sakit hati, dan dengki. “Mens sana in corpore sano”. Pikiran yang sehat ada di dalam tubuh yang sehat. Pernahkah terpikirkan oleh kita, ginjal yang tidak mampu lagi menyaring racun dengan baik, paru-paru kesulitan memompa udara, jantung sangat berat terasa dalam memompa darah, makanan yang harus ditakar kadar gula, garam, dan gizi lainnya. Lalu apakah uang yang kita miliki sampai bermiliar-miliar berguna apabila kesehatan diri kita sangat buruk? Bisakah kita berpikir dengan arif apabila tubuh kita sakit? Tindakan Konkrit Mulai hari ini saya akan: 1. Makan dan minum hanya yang bergizi dan menghindari junk food 2. Berolah raga tiga kali seminggu 3. Hanya memikirkan, berkata-kata, dan bertindak yang baik dan positif. (Sumber: catatan Valentino Dinsi)
25
auladi
Waspadai Si Feminin vs Si Maskulin (Bagian 2) Perilaku gender yang menyimpang pada anakanak tidak dapat diabaikan dan perlu diwaspadai. Pada tulisan yang lalu telah disampaikan tanda-tanda yang perlu diwaspadai serta penyebabnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki yang feminin dapat berubah menjadi lebih maskulin sesuai dengan perlakuan orang tua terhadap mereka. Berikut tulisan lanjutannya. ~Redaksi
Oleh: Ulinnuha M, S.Psi Guru SDIT Ghilmani Surabaya
PENCEGAHAN Adalah tanggung jawab orang tua membimbing anak dalam membangun identitas gender mereka, yaitu saat anak bersikap dan berperilaku yang secara kultural dapat diterima, dan tentunya sesuai dengan aturan Alloh melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adanya identitas gender inilah yang membuat anak dapat menggolongkan dirinya sendiri ke dalam klasifikasi gender yang sesuai, yaitu laki-laki atau perempuan. Proses belajar peran ini berlangsung pada masa kanak-kanak dan minat terhadap peran gender tertentu sudah muncul kira-kira pada usia tiga tahun. Oleh karenanya, meluruskan kembali identitas gender yang “salah” setelah berusia di atas tiga tahun butuh waktu dan penanganan khusus. Seiring dengan perkembangan anak, setiap anak memiliki berbagai macam kebutuhan, termasuk yang berkaitan dengan masalah identitas gender ini adalah kebutuhan seksual. Namun kebutuhan seksual anak berbeda dengan kebutuhan seksual orang dewasa. Kebutuhan seksual anak lebih menitik beratkan pada kebutuhan akan pendidikan, bimbingan dan pengawasan orang tua untuk mengembangkan sikap dan perilaku seksual yang sehat. Islam sebagai agama yang sempurna mengatur semua hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, termasuk di antaranya adalah tentang pendidikan seks. Pendidikan ini adalah upaya pengajaran, penerangan, dan penyadaran tentang masalah-masalah yang
26
berkenaan dengan seks, naluri, dan pernikahan. Sehingga, jika anak telah tumbuh dewasa, ia dapat memahami urusan-urusan kehidupan dan dapat mengetahui masalahmasalah yang diharamkan dan dihalalkan. Bahkan mampu menerapkan tingkah laku Islami sebagai akhlak dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak akan mengikuti syahwat dan cara-cara hedonis yang dilakukan oleh budaya barat. Di antara aturan Islam yang berkaitan dengan masalah ini adalah perintah menutup aurat, tata cara berpakaian, larangan bagi laki-laki menyerupai perempuan, begitu juga sebaliknya larangan bagi perempuan menyerupai laki-laki, adab minta ijin pada tiga waktu yang dilarang (sebelum subuh, setelah dhuhur, dan setelah isya’), adab memandang (lawan jenis), dan lain-lainnya. PENANGANAN · Meningkatkan ketaqwaan kepada Alloh SWT. Sebagai seorang muslim, ketika kita diuji dengan anak yang berperilaku “menyimpang”, tentunya perlu instrospeksi diri (apakah ada yang salah dalam mendidik anak kita) dan menambah kedekatan diri pada Alloh. Karena segala permasalahan/kesulitan pasti ada kemudahan/jalan keluarnya (QS. Alam Nasyrah: 5-6). Dan bagi siapa yang bertaqwa kepada-Nya, Alloh akan memberi jalan keluar, dan memberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. (QS. Ath-Tholaq: 2-3) · Menjelaskan perbedaan laki-laki dan perempuan dari sisi bentuk, peran, dan fungsi serta hukum yang berkaitan dengan keduanya Ketika kita menemui anak laki-laki yang berperilaku feminin atau anak perempuan yang maskulin, maka kita perlu mengajak dialog mereka dan memberi penjelasan tentang perilaku mereka yang salah dengan cara yang bijaksana dan tentunya sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. · Kembangkan relasi yang lebih akrab dengan orang tua berjenis kelamin sama
Dalam upaya mengembangkan identifikasi yang lebih layak, orang tua berjenis kelamin sama harus menyediakan lebih banyak waktu bagi anak dan memberi contoh pola perilaku alternatif. Misalnya saja, satu sampai dua jam setiap minggu seorang ayah mengajak anak laki-lakinya pergi berdua saja; bisa diajak sholat berjama’ah di masjid, berenang, bermain sepak bola, dan kegiatan lainnya yang positif. Bila karena satu dan lain hal orang tua yang diharapkan bisa menjadi contoh tidak ada, bisa dicarikan model orang tua dari kalangan keluarga, misalnya paman, kakek, atau dari luar keluarga, seperti guru di sekolah, atau terapis. Untuk anak laki-laki yang feminin, anakanak SMA atau mahasiswa bisa kita mintakan bantuannya sebagai big brother, yang aktif
mengajak anak bermain bola atau permainanpermainan lain yang bersifat maskulin. Anak juga bisa dirangsang maskulinitasnya dengan cerita-cerita petualangan, kepahlawanan Rosululloh SAW. beserta sahabat-sahabatnya. Problem akan muncul bila minat anak dengan orang tua tidak sama, sehingga sulit bagi orang tua untuk mengajak anak berada dalam satu “gelombang” yang sama. Bila hal ini terjadi, orang tualah yang harus tekun berusaha, pantang berputus asa dalam membangun relasi dengan anaknya. Kadangkadang suatu kelompok hobi yang melibatkan anak dan orang tua dapat membantu meningkatkan motivasi orang tua untuk membangun keakraban dengan anak. · Perkuat perilaku yang diharapkan Kapan saja, ketika anak menampilkan perilaku yang sesuai dengan harapan, orang tua harus secara terbuka memuji dan mendukung perilakunya. Dalam hal ini, si buyung perlu dipuji untuk keberaniannya mendaki bukit, jungkir balik, berlari atau menendang bola. Pujian juga perlu diperkuat dengan ucapan-ucapan yang positif, misalnya
saja: “Anak laki-laki Bapak yang hebat”, “Anak ibu yang pemberani”, “InsyaAlloh kamu akan menjadi laki-laki yang hebat nanti”. Sistem pemberian poin nilai juga bisa dilakukan. Misalnya, anak akan mendapat nilai satu sampai lima untuk setiap perilaku maskulinnya, tergantung tingkat maskulinitas yang ditampilkannya. Contohnya, bermain bola dengan teman sebaya mendapat nilai lima, untuk itu ia berhah mendapat hadiah beberapa permen atau snack kesukaannya, atau diperbolehkan sekian menit membaca buku cerita kesukaannya. Setelah program ini berlangsung beberapa minggu, tambahkan sistem pemberian hukuman untuk perilaku yang tidak diharapkan. Jadi, ia akan mendapat poin nilai tertentu untuk perilaku yang diharapkan dan akan kehilangan poin nilai tersebut bila berperilaku yang tidak diharapkan. Dengan cara ini diharapkan perilaku femininnya sedikit demi sedikit akan berkurang. Seyogyanya, cara ini berlaku di dalam kelas. Guru akan memberi hadiah pada perilaku yang diharapkan dan hukuman pada perilaku yang tidak diharapkan · Ketidaksetujuan yang diungkapkan secara verbal Perilaku yang menyimpang harus betulbetul tidak diberi kesempatan untuk berkembang. Jadi sah saja bila kita berkata pada si Buyung, “Hei, larinya jangan seperti perempuan, dong!” atau pujian semacam, “Nah, sekarang kamu tidak seperti pramugari lagi, tapi pilot kapal tempur”. Dengan cara spesifik perlu menekankan kepadanya mana yang menjadi minat anak laki-laki dan perempuan. Bila si buyung kembali mengajak kita untuk membicarkan topik-topik yang feminin, jangan beri mereka perhatian. Lakukanlah sesuatu yang lain. Kita bisa langsung mengalihkan pembicaraan atau terus terang menyatakan ketidakberminatan kita. Misalnya saja, “Ibu tidak mau membicarakan hal itu denganmu”. Wallohu a’lamu bishshowaab Referensi: · Terjemahan Al Qur,an · Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Abdulloh Nasih Ulwan, 1993 · Psikologi Pendidikan, John W. Santrock, Cetakan I, Kencana Media Group, Jakarta, 2007 · Seri Ayah Bunda: Problem Anak Sehari-hari, Gramedia Group, 1997 · Majalah Auladi, Agustus 2006
27
tombo ati
D
bahkan jauh lebih hina daripadanya. Seperti ua ekor berperilaku berbeda dalam bahasa Alqur’an: bal hum adhallun…(QS. almenikmati kelezatan sepotong ikan A’rof: 179). Merekalah orang-orang yang perlu asin. Yang satu duduk tenang melahap dikasihani dan diberi santunan. Hakekatnya cepat-cepat, yang lain sambil gelisah bahkan mereka hidup tidak tenang, resah, dan lari terbirit ketakutan jika berpapasan dengan menderita, namun tak menyadarinya. manusia, hingga tak dapat menikmati dengan Persoalan yang dihadapi manusia bukan nyaman. Kenapa demikian? Musababnya, kucing pertama merasa dirinya tidak bersalah. sebatas sepotong ikan asin. Dampaknya pun tidak sekejap sebagaimana kesalahan seekor Ia memakan sepotong ikan asin pemberian kucing yang memang tak harus tuannya. Sementara kucing kedua, gelisah mempertanggungjawabkan dosanya, karena ikan asin yang ia bawa lari baik di dunia maupun di akhirat. adalah hasil curian. Tindakan dosa seorang manusia akan Kucing tak memiliki kecerdasan berakibat fatal bagi dirinya dan bagi akal dan jiwa layaknya manusia. orang lain. Ia juga harus Namun ia masih memiliki naluri yang mempertanggungjawabkan sehat, yakni merasa tak tindakannya itu di dunia dan tentram manakala melakukan Oleh: Ayub Syafii tindakan salah. Lebih-lebih Kepala SMK Nurul Haromain Malang akhirat. Kesengsaraannya itu bisa berlangsung abadi. manusia! Persoalan yang dihadapi manusia Dengan anugerah Allah Swt. berupa berhubungan tugas kehambaan dan kepekaan jiwa, manusia akan dengan mudah dan segera meyadari apa yang dirasakan salah kekhalifahan, abdulloh dan khalifatulloh. Bukankah dua hal itu merupakan sesuatu yang dalam tingkahnya, untuk kemudian beralih tidak pernah lepas dari benak ingatan kita kepada yang benar. Amatlah disayangkan setiap saat? Bukankah peran abdulloh dan manusia yang tak segera mengubah khalifah sudah menjadi takdir Ilahi di zaman langkahnya padahal menyadari kekeliruannya. azali sebagai maksud dan tujuan Allah Dan lebih disayangkan lagi mereka tidak menciptakan manusia dimuka bumi? sempat mengasah kepekaannya, sehingga Semua itu demi kepentingan manusia tidak mampu menyadari kekhilafannya. Orang yang demikian kalah unggul di hadapan kucing, semata. Demi kebahagian manusia, bukan
28
kebahagian Allah. Allah tidak butuh dibahagiakan manusia. Justru manusia itu yang wajib merasa butuh dibahagiakan Allah. Dialah sumber kebahagian. Sudah sepantasnya Allah bertakabur diri sesumbar kepada seluruh makhluk alam bahwa Dia tak sedikitpun punya kepentingan dan ambisi pribadi terhadap keberadaan seluruh alam semesta. Ada dan tidak adanya alam tak mempengaruhi keagungan-Nya. Tunduk dan tidaknya alam untuk sujud kepada-Nya tidak sedikitpun menambah atau mengurangi kebesaran-Nya. Jika Allah memberikan tugas kepada masingmasing alam, semuanya demi kebahagiaan alam itu sendiri, khususnya alam yang berupa manusia. Kalau toh terpaksa kita menyebut Allah mempunyai kepentingan dalam penciptaan alam semesta, maka kita barangkali akan menyebut bahwa kepentinganNya ialah untuk kebahagiaan manusia. Kenapa Allah terkesan punya ambisi membahagiakan manusia? Sebaiknya kita menjawab: “Allahu a’alamu bish-shawab,” hanya Allah yang tahu tentang hakekat kebenaran. Yang jelas semua itu hanya karena rahmat-Nya belaka. Bukti kasih sayang-Nya membuat kita kewalahan mencatatnya. Manusia dituntun menuju bahagia dunia dan akhirat. Di saat manusia enggan pun, Allah masih sabar melimpahkan kasih sayang-Nya berupa kesempatan bertaubat atas kesalahannya mendurhakai Tuhannya. Allah juga menyediakan saat-saat istimewa, bahkan bulan istimewa, Ramadhan misalnya, sebagai kesempatan tambahan bagi manusia. Namun masih banyak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Bagi yang berbahagia lantaran memfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya, hingga berhak meraih idul fitri, hendaklah mempertahankan sekuat tenaga. Mempertahankan fitrah berarti mempertahankan kebahagiaan. Tentu tidak ringan dan butuh pengorbanan yang besar. Sebab syaitan dengan segenap jamaahnya yang terdiri dari jin dan manusia akan senantiasa tekun merongrong dan menggoda. Kita mencoba melangkah ke depan menuju hadirat Allah dengan langkah pasti. Kita hindari gerakan monoton statis, yaitu mengulang rute perjalanan persis dengan tahun-tahun lampau. Pasca idul fitri misalnya hendaknya kita tinggalkan dosa tradisional dalam bentuk
sembrono menjalankan tugas abdulloh dan khalifahtulloh. Akan lucu jadinya bila sampai ajal tiba pekerjaan kita hanya itu ke itu, idul fitri mengulang dosa lagi, idul fitri lagi, dosa lagi, dan seterusnya. Insya Allah hari depan kita cerah gemilang. Secerah mentari menyinari bumi dan rembulan. Di siang hari bumi terang, di malam hari rembulan memantulkan sinar untuk kita. Langit pun dihiasi milyaran bintang. Bumi, rembulan, matahari, dan segenap bintang adalah makhluk Allah. Mereka menjalin hubungan silaturrahim, persaudaraan, dan kekeluargaan begitu mesranya. Betapa rukun dan bahagianya mereka. Tak pernah bertengkar, saling membenci, hasud, berperang, dan lain-lain. Apa resep dan konsepnya? Konsepnya jelas. Mereka mau tunduk kepada tata aturan alam yang berasal dari Pencipta alam itu sendiri, bukan tunduk pada aturan ciptaan mereka sendiri. Tunduk dan taat kepada-Nya berarti menyongsong bahagia.
29
Kajian Niswiyah
Oleh | Ummu Najwa Ketua Niswiyah Persyadha Kota Kediri
M
enembus pekatnya malam, berselimut hawa dingin, dan menguatkan diri membawa beban yang tak ringan adalah hari-harinya. Lelah dan sakit tidaklah menjadikannya perempuan pengeluh. Demi ketujuh anaknya, buah pernikahan perjodohan. Perjodohan yang mengharuskan dia hidup bersama laki-laki yang tidak dicintainya dan selalu memberinya pahit kehidupan. Namun, sekali lagi tidak ada keluh kesah. Dia jalani kehidupannya, mencari nafkah untuk anak-anaknya, karena suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap dan tidak mampu memberinya nafkah. Dilayaninya suaminya, walau tidak hanya sekali dia di”duakan” dengan perempuan lain. Sekian puluh tahun dia hidup dalam kepahitan lahir batin sebagai penjual jajanan pasar di pasar malam kota Batu. Kini saat semua anaknya sudah dewasa dan memiliki pekerjaan yang mapan, dia nikmati hariharinya di rumah untuk melayani suaminya yang telah mengajari arti pahitnya kehidupan dan merawat ibunya yang sudah tua renta. Beban hidup itu belum berakhir! Namun dia tak jua mengeluh dan menyerah. Itu adalah potret nyata seorang perempuan di sekitar kita. Andai kita mau lebih membuka mata, maka akan kita lihat potret-potret lain yang serupa. Mereka adalah perempuanperempuan yang tetap tegar di tengah pahitnya kehidupan. Mereka perempuan yang bangkit dari keterpurukannya. Dunia tidaklah harus berakhir karena beban hidup. Segudang permasalahan tidaklah menjadikan mereka putus asa. Bagaimana dengan kita, wahai perempuan muslimah? Masing-masing dari kita pasti memiliki masalah kehidupan. Bahkan mungkin salah
30
satunya pernah menjadikan kita terpuruk. Tapi bukankah Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan jaminan bahwa Dia tidak akan pernah membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya? Alangkah naifnya jika mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi pilihan untuk menghilangkan beban hidup; sebagaimana yang sering kita lihat di media massa. Seorang ibu membakar diri beserta anaknya, ibu dan anak tewas setelah minum racun, anak diracun ibu gantung diri. Mayoritas dilatarbelakangi masalah ekonomi dan asmara. Astaghfirulloh… sebegitu rendahnya penghargaan akan anugerah kehidupan ini. Mungkin permasalahan hidup akan selesai jika bunuh diri, tetapi permasalahan di kehidupan selanjutnya justru lebih mengerikan. Sidang pertanggungjawaban di hadapan Sang Kholiq! Hidup tidak pernah sepi dari masalah. Namun besar kecilnya masalah tergantung penyikapan kita dan kepada siapa kita bersandar. Menjadi perempuan dewasa, masalah jodoh mungkin menempati peringkat pertama dalam daftar galau kita. Tak jua bertemu lelaki idaman atau justru bingung memilih di antara sekian laki-laki yang mendaftarkan diri. Lalu apakah kegalauan itu akan melupakan kita pada aktivitas lain yang berguna? Apakah dunia harus berhenti berputar gara-gara kita merasa minder sebagai perempuan “yang belum laku”? Seorang perempuan cerdas pasti tidak
akan berlaku seperti itu, karena dia yakin banyak hal yang bisa dilakukannya sampai saat indah itu tiba. Kadang jodoh itu datang justru saat kita sudah pada tingkatan pasrah tanpa syarat. Kalaupun pada akhirnya pernikahan menjadi sebuah kenyataan, bukan berarti sudah tidak ada lagi masalah. Hilang satu masalah, muncul seribu masalah…. Mungkin suami yang tidak seideal yang kita bayangkan, atau ketidakcocokan dengan mertua, bisa jadi tidak segera dikaruniai keturunan, atau
Hanya satu, katakan pada semua masalah itu bahwa kita masih punya Alloh Subhanahu wa Ta’ala! Dialah tempat kita bergantung, tempat kita meminta pertolongan.
perekonomian rumahtangga yang belum mapan. Saat kehidupan mulai dirasa nyaman dan mapan, tiba-tiba suami menemukan tambatan hati baru dan meminta kelapangan dada kita untuk berbagi suami dengan perempuan kedua. Hal itu bisa menjadi masalah jika kita belum siap untuk berbagi. Yah, tidak akan pernah satu fase kehidupan kita lepas dari masalah. Dan masalah itu ada untuk dihadapi bukan dihindari. Menghindari satu masalah berarti kita berlari menuju masalah yang lain. Tidak bisa tidak! Bagaimana seharusnya kita bersikap bijak menghadapi setiap permasalahan yang hadir? Hanya satu, katakan pada semua masalah itu
bahwa kita masih punya Alloh Subhanahu wa Ta’ala! Dialah tempat kita bergantung, tempat kita meminta pertolongan. Tidak ada yang lebih hebat dari Dia dalam memberikan solusi. Dan hanya Dialah pendengar yang tak pernah lelah mendengar curhat kita. Kalau misalnya sebagai ibu rumahtangga kita merasa lelah dengan pekerjaan di rumah dan pusing memikirkan cara memutar uang belanja, Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam mengajarkan agar kita membaca tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing 33x sebelum tidur, sebagaimana yang beliau sampaikan pada putri beliau Sayyidah Fathimah. Apakah amalan itu sulit? Sebenarnya tidak, tetapi kita kadang lalai mengamalkan. Jika kita selalu menyandarkan diri pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada ceritanya kita terpuruk dalam kubangan masalah. Yang ada adalah ketika terjatuh kita segera bangkit dan tegar kembali melangkah, karena kita yakin Alloh selalu bersama kita dan akan selalu ada jalan keluar dari setiap masalah. Sesungguhnya bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Tidakkah kita, kaum perempuan, menyadari bahwa kekuatan kita mampu menguatkan suami dan anak-anak kita? Jika kita tegar dan tidak mudah putus asa, maka anak-anak kita pun akan tumbuh menjadi anak-anak yang kuat dan pantang menyerah. Sebagaimana kisah perempuan di atas, ketujuh anaknya berjuang tanpa menyerah walau hidup dalam keterbatasan ekonomi yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada keberhasilan pendidikan dan karir. Kita juga ingat seorang sahabat perempuan yang seluruh anaknya syahid di medan perang karena dorongannya dan dia justru bersenandung ketika dikabarkan akan kesyahidan putra-putranya. Subhanalloh! Di balik kelemahlembutannya, sesungguhnya perempuan dianugerahi kekuatan yang luar biasa. Ayo, perempuan-perempuan Islam! Bangkit dan tegarlah menjalani setiap peran yang tak pernah sepi dari masalah. Jangan pernah masalah menjadikan terpuruk dengan berputus asa dari rahmat-Nya. Wallohu a’lam.
31
Konsultasi Syariah
Diasuh oleh Lajnah Syariah Persyadha
Masalah Taat Antara Kepada Suami dan Orang Tua
Assalamualaikum wr.wb Pertanyaan: Mohon penjelasan ayat atau hadist yang menyatakan bahwa kalau seorang wanita yang sudah bersuami wajib lebih taat suami daripada ibu, Selama ia taat pada suami yg sholeh, ancaman/ sumpahnya ibu tidak akan sampai. Tina - Jakarta Jawab: Kebenaran yang sebagaimana Anda tuturkan, selama suami membawa istri ke jalan yang diridloi Alloh SWT. dan mengirimnya kepada ketaatan, bukan kepada kema’siatan, maka istri wajib mentaati suami, mengalahkan ketaatannya kepada ibu atau bapaknya sendiri. Hal ini disebabkan, seorang laki-laki mulai detik mengatakan qobiltu nikahaha (aku terima nikahnya) dan sejak itu dia menempuh hidup baru dengan istri, maka dia telah menjadi raja, pemimpin, penguasa dan kepala rumah tangga istri dan anaknya. Dalam kata lain, kekuasaan kedua orang tua kepada si perempuan mulai sejak itu telah pindah ke tangan suami. Dan mulai detik itu dia telah menjadi tanggung jawab penuh sang suami. Maksud dari semua ini, bukan berarti si perempuan boleh membangkang dan tidak taat kepada kepada orang tua. Bukan! Akan tetapi ketika kedua pihak antara orang tua dan suami bersamaan memiliki kebutuhan, keperluan, dan perintah pada si perempuan, maka dia wajib mengutamakan kebutuhan, keperluan, dan perintah sang suami. Firman Alloh SWT. dalam QS: An-Nisa’: 34 mengatakan: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang
32
taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Andaikata Rosululloh SAW. mendapat izin dari Alloh SWT. untuk memerintah dan memperbolehkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya baginda Nabi Muhammad SAW. menyuruh istri bersujud kepada suaminya, disebabkan hak seorang suami sangat besar dan agung di mata seorang istri dan menjadi hal yang sangat wajib baginya. (HR At-Tirmidzi, Kitab: Al-Rodlo’, Bab Ma Ja’a Fi Haqqi Al Zawji ‘Ala al Mari’ati: 3/465. Kata Imam Al-Tirmidzi: hadist ini adalah hadis Hasan Ghorib). Semacam hadist ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal: 3/158, Imam AlBazzar: 3/151-152 no: 2454, akan tetapi di akhirnya terdapat tambahan tentang penyebab bersujud tersebut yaitu, “Karena besar dan agungnya hak seorang lelaki dari istrinya”. Imam Ahmad bin Hanbal berkata, ketika beliau ditanya soal seseorang wanita telah bersuami, dimana ibu wanita tersebut sakit, apakah dia ta’at pada suami kalau tidak mengizinkan dia menjenguk ibunya, atau dia menjenguk ibunya, melanggar larangan suaminya? Imam Ahmad berkata: “Taat pada suami lebih wajib daripada taat kepada ibunya, kecuali jika suaminya memberi izin kepadanya.” Kejadian serupa pernah terjadi jauh lebih awal daripada kejadian ini, yaitu kejadian di zaman Rosululloh SAW., zaman perintisan
Bersambung ke hal 34
Konsultasi Kesehatan Oleh: dr. Nurhadji Kabid Organisasi PDUI Cabang Jatim
Pertanyaan Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bagaimana dampak bagi anak-anak bila mengkonsumsi mie instan secara terus menerus? Mohon penjelasannya. Muslim, Surabaya Jawaban Wa’alaikum Wr. Wb. Mie instan tidak baik kalau dikonsumsi secara terus menerus, apalagi untuk anakanak. Kenapa? Untuk orang dewasa pun, mie instan tidak disarankan untuk dikonsumsi secara terus menerus, apalagi untuk anakanak. Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan cepat, sudah barang tentu memerlukan kebutuhan gizi yang sesuai dengan prinsip gizi seimbang. Mie instan hanya dianjurkan sebagai makanan pendamping saja. Kandungan nutrisi dalam mie instan sangatlah kurang untuk pemenuhan kebutuhan gizi seimbang. Walaupun di dalam mie instan terdapat kandungan karbohidrat dalam jumlah besar, dan juga lemak, tetapi kandungan vitamin, mineral maupun protein yang ada di dalamnya sangat sedikit. Apabila mengkonsumsi mie instan, untuk memperkaya kandungan nutrisinya, sebaiknya
ditambahkan sumber mineral, vitamin, dan sumber protein, seperti yang ditunjukkan dalam iklan-iklan produk tersebut. Yaitu disajikan dengan penambahan sayuran seperti wortel, sawi, tomat dan lain-lain; serta telor, ikan, tempe, daging, dan sebagainya. Bandingkan dengan cara kebanyakan orang yang mengkonsumsi mie instan selama ini, yang hanya dengan merebusnya atau menambahkan air panas saja apa-apa yang ada dalam kemasannya, karena rasanya sudah enak dan lumayan kenyang. Cara konsumsi yang seperti ini tentu sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan secara terus-menerus. Rasa gurih pada mie instan (sehingga banyak disukai) tidak lepas dari kandungan natrium (= sodium) atau turunannya yang cukup tinggi. Biasanya dalam bentuk mono natrium glutamate atau mono sodium glutamate (MSG). Kandungan natrium yang tinggi berefek yang kurang menguntungkan bagi penderita gangguan lambung dan hipertensi, sehingga pada penderita kedua penyakit itu harus dibatasi konsumsinya. Bagi yang keseringan mengkonsumsi (terus-menerus) mie instan tentu juga bisa berakibat munculnya kedua penyakit tersebut. Kandungan natrium yang tinggi akan meningkatkan sekresi asam lambung yang lebih banyak. Keadaan asam lambung yang tinggi bisa berakibat pada pengikisan dinding lambung dan menyebabkan rasa perih. Sedangkan bagi penderita hipertensi, natrium akan meningkatkan tekanan darah, karena ketidak seimbang antara natrium dan kalium
33
(Na dan K) di dalam darah. Karenanya kadar air dalam plasma darah meningkat, berakibat volume dalam pembuluh darah naik. Hal ini membuat kondisi tekanan darah yang meningkat. Belum lagi risiko yang masih menjadi perdebatan akibat mengkonsumsi MSG dalam jumlah tinggi, yaitu risiko terjadinya kanker. Hal ini sangat mungkin ketika MSG yang direbus pada suhu tinggi. Peringatan bagi kita semua bahwa Mie Instan tidak boleh dimasak bersamaan dengan bumbunya, karena MSG yang terkandung di dalamnya bila dimasak di atas suhu 120°C akan berpotensi menjadi Karsinogen pembawa kanker. Perhatikan prosedur penyajian pada bungkus mie instan. Semua menganjurkan agar masak mie dulu baru ditaburi bumbu atau bumbunya ditaruh di mangkok. Berikut adalah langkah-langkah yang
dianjurkan bila harus mengkonsumsi mie instan: · Rebuslah mie instan dua kali terutama untuk mie kuah. Buang air rebusan yang pertama. · Jangan menggunakan keseluruhan bumbu yang disediakan dalam kemasan, lebih baik bila Anda menggantinya dengan bumbu buatan sendiri. · Tambahkan sayur-sayuran dan lauk pauk untuk mengurangi dampak buruk mie instan. · Jangan meminum soft drink setelah makan mie, minumlah banyak-banyak air putih, supaya terhindar dari gangguan lambung maupun hipertensi. · Jangan mengkonsumsi mie instan terlalu sering, dan gunakan hanya sebagai makanan selingan (sementara) saja. Wallohu a’lam.
Sambungan Konsultasi Syariah .... hal 32 hukum-hukum Islam. Sebagaimana dalam HR. ath-Thobaroni pada kitab Awsath-nya yang dituturkan oleh Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma’ al-Zawa’id, kitab al-Nikah: 4/411, dan Imam Ibnu Baththoh dalam Ahkam alNisa’, yang dituturkan oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni-nya. Mereka meriwayatkan hadist kejadian ini dari Sayyidina Annas bin Malik r.a. dari Rosululloh SAW.: bahwa ada seorang laki-laki bepergian dan memerintah istrinya untuk tidak keluar rumah selama dia tidak ada di rumah. Bapak si istri ini berada di lantai bawah rumah dan dia dengan suaminya berada di lantai atasnya. Lalu sang Bapak sakit parah. Dia pun mengirim surat kepada Rosululloh SAW. menghaturkan hal tersebut, sembari meminta izin untuk menjenguk bapaknya yang bertempat tinggal sangat dekat, yakni ada di bawah lantainya. Akan tetapi baginda Rosululloh SAW. mengatakan: “Patuhilah suamimu”. Dalam riwayat lain beliau bersabda: “Takutlah kamu kepada Alloh dan jangan durhakai suamimu.” Lalu sang bapak meninggal dunia. Dia pun
34
yang kedua kalinya mengirim surat kepada Rosululloh SAW. dengan tujuan seperti tadi. Baginda Rosululloh menjawab: “Takutlah kamu kepada Alloh dan jangan durhakai suamimu.” Kemudian Baginda SAW mengirim surat balik sembari memberi kabar baik. “Sesungguhnya Alloh telah mengampuni dosa bapaknya, sebab taat dia kepada suaminya.” Dalam kitab Tuhfat Al-Asyrof karya Imam Al-Mizzi: 12/377, dengan sanadnya beliau meriwayatkan hadist, dimana Sayyidah Aisyah r.a berkata: “Aku bertanya kepada Nabi SAW: Siapakah yang memiliki hak paling agung atas perempuan di antara manusia? Beliau berkata: “Suaminya.” Saya bertanya: “Lalu siapakah yang memiliki hak yang paling agung atas lelaki di antara manusia?” Beliau menjawab: “ Ibunya”. Wallohu a’lam.
1. 2.
Daftar Pustaka Tuhfata al-‘Arusain, karya: Al-Habib Ahmad bin Yusuf bin Muhammad Al-Ahdal. ‘Isyroh Al-Nisa’, karya: Imam Al-Nasa’i.
35
Lazis Al Haromain membuka kesempatan bagi Anda yang berjiwa semangat, optimis dan percaya diri untuk bergabung dengan kami di bagian Marketing dan Penghimpunan Segera daftarkan diri Anda, dan kirim CV Anda melalui email :
[email protected] Atau kirim lewat pos ke : Kantor Operasional Lazis Al Haromain Komplek Perum.Ketintang Permai Blok.Ab No .5 Surabaya Telp : 031-81111841 atau 031-70518810
36
Liputan
L
AZIS AL HAROMAIN selalu berkomitmen untuk menjadi lembaga zakat yang profesional dan selalu bermanfaat untuk masyarakat umum melalui program-programnya. Salah satunya adalah program layanan dan kemitraan dengan beberapa perusahaan dan instansi, baik instansi pemerintah maupun swasta. Program DASI (Dai untuk Instansi) yang sudah 1 tahun ini digulirkan ternyata mendapat dukungan yang positif dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak perusahaan yang mengajukan untuk mengadakan program yang unik dan bermanfaat itu. Untuk program DASI ini LAZIS AL HAROMAIN bekerjasama dengan beberapa lembaga Training dan para motivator yang sudah menguasai di bidangnya untuk memberikan kajian, motivasi spiritual, dll. “Alhamdulillah pada April kemarin kita diundang untuk mengadakan program DASI di Graha Amerta Surabaya, di SD Plus Darul Ulum Jombang, dan juga di Yayasan Pendidikan Islam Ulul Albab Magetan,” ungkap pak Handaka selaku direktur LAZIS AL HAROMAIN (MQ)
Ust Junaidi Sahal ketika memberi ceramah di Graha Amerta Surabaya
Kak Ronni, SD Plus Darul Ulum Jombang
P. Soehardjoepri, di YPI Ulul Albab Magetan
Suasana Program DASI, di RM Biyung Surabaya
37
Liputan
Buta Boleh, Tapi Jangan Buta Aksara, Apalagi Nurani
menepis anggapan bahwa tuna netra hidupnya selalu merepotkan dan menjadi beban masyarakat serta tidak bisa berkreasi layaknya orang awas, hanya karena di antara cacat tubuh yang paling membutuhkan pertolongan dan bimbingan adalah tuna netra. GNM mengajak penyandang tuna netra untuk tidak berputus asa dengan kondisi dan tetap berkreasi sebagai wujud syukur dan sabar. GNM juga mengajak kepada orang awas untuk lebih bersyukur dengan keadaannya dengan ikut membantu dan mewujudkan kemandirian Tuna Netra. Terang dunia tak dapat dipandanginya Indahnya dunia tak dapat dinikmatinya Terang bagi orang gelap bagi kita Indah bagi orang suram bagi kita Tanpa penglihatan dilalui hidup ini Tongkat yang di tangan menjadi teman abadi Begitu derita nasib orang buta Hidup di dunia di dalam gulita Suara, cuma dengan suara dia mengenal orang sekelilingnya Meraba, cuma meraba-raba dia menyusuri jalan hidupnya
B
erawal dari siaran Radio dalam acara Tahsinul Qur’an yang selama ini hanya menggunakan media pendengaran tanpa bisa menyimak secara langsung Al-Qur’an, terbesitlah keinginan untuk memiliki AlQur’an Braile agar dalam mengikuti siaran bisa lebih paham. Kondisi mata yang buta bukan penghalang semangat belajar dan mendalami Al-Qur’an. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan niat mulia ini, mulai dari membentuk lembaga hingga pendekatan secara personal kepada para dermawan baik saudara maupun teman. “Banyak hal, Mas, yang telah kita lakukan, namun belum optimal dari sisi usaha kami dan hasilnya. Tapi kami bertekad meski kami buta mata, tapi jangan sampai buta aksara apalagi nurani,” tutur Ki Heru. Kegiatan belajar baca al-Qur’an dilakukan dengan berbagai keterbatasan kurangnya Al-Qur’an Braile dan tenaga pengajar. Selain belajar baca, ada keinginan untuk lebih mendalami makna alQur’an. Oleh karena sering kami mengikuti berbagai pengajian namun terkendala transportasi, menunggu yang peduli untuk mengajak kami ngaji. Bahkan semangat dakwah pun tak kalah dengan orang awas melalui dongeng dan syair-syair lantunan lagu kami suarakan syiar Islam. Wadah untuk mewujudkan keinginan tersebut pun telah terwujud, yaitu GNM (Gema Netra Mandiri) dengan harapan mampu
Syair lagu tersebut mungkin tidak asing bagi sebagian kita. Memang itulah fakta yang dialami oleh tuna netra. Akankah ratapan itu terus berlanjut tanpa ujung? Tuna netra juga sangat ingin bisa menikmati hidup layak, tidak mau menjadi beban orang lain, mereka ingin hidup mandiri dengan segala kemampuan dan kreativitas yang dimiliki. Untuk mewujudkan kemandirian tersebut, dengan ini kami menggugah nurani orang awas untuk bersyukur dan mampu berproses untuk belajar arti kehidupan. (MQ) Innalillahi Wainna ilaihi roojiuun >
> >
>
Ibu Suminah Istianah Tanggal 16 Maret 2012 Ibunda dari Doi Pristanom dan Mas Inyonk Muhammad Abid (putra ketiga) Muhammad Afif ( putra ke empat) Putra dari Dr.Abdi khairi dan Fitriana pada hari Kamis 12 April 2012 M. Syukron Abdillah (santri Pesma Al Kayyis Bangkalan) Pada hari Senin 23 April 2012 Semoga amal ibadahnya di terima Alloh
38
Liputan
Menegakkan Syariat Islam Lewat Pendirian Pesantren
D
alam rangka meningkatkan penyebaran agama Islam secara luas, pada tanggal 30 Maret 2012 telah dilakukan peletakan batu pertama pendirian Pesantren di desa Tengklet Arosbaya, Bangkalan Madura. Pesantren yang merupakan binaan dari Persyarikatan Dakwah Al Haromain ini peletakan batu pertamanya dilakukan langsung oleh Abina KH. M. Ihya’ Ulumiddin selaku ketua dewan Pembina Persyarikatan Dakwah Al Haromain. Acara tersebut dihadiri juga oleh warga sekitar pesantren yang berjumlah sekitar 50 orang. Sampai saat ini da’i yang bertugas di daerah tersebut, Ust. Fahd Abdurrohman, yang juga alumni Abuya Sayyid Muhammad Alwi Al
Maliky, Mekkah Al Mukarromah, telah memiliki santri sekitar 70 orang, meski bukan santri mukim. Hal ini dikarenakan belum ada tempat untuk menampung santri yang mengaji setiap hari. Pembangunan pesantren ini dibantu oleh LAZIS AL HAROMAIN dan diharapkan akan dapat meningkatkan menampung para santri yang selama ini mengaji lepas kepada beliau, dan juga diharapkan akan dapat meningkatkan aktivitas santri. Dalam kesempatan ini pula Abina KHM. Ihya’ ulumiddin memberikan nama untuk pesantren ini “AL IMAD” yang berarti menegakkan. Diharapkan keberadaan pesantren ini nantinya akan dapat menegakkan syariat Islam serta meningkatkan aktivitas keislaman di Kelahiran : wilayah sekitar > Syauqi Ahmada Abu Nida‘ - Putra ke Enam dari Ayyub Syafii pesantren. Amin. (Kepala Sekolah SMK Nurul Haromain Malang ) dan Nur Jannah >
Pada hari Kamis 10 April 2012 Nabilla Khoirotun Nisa - Putri kedua dari Ligia P. dan Nanang FR (Donatur Kota Malang) tgl 1 Maret 2011
Semoga menjadi anak yang sholih dan menjadi generasi Robbani
39
40
LAPORAN PENERIMAAN DAN PENYALURAN DANA LAZIS AL HAROMAIN
BULAN MARET 2012 SALDO DANA AWAL MARET PENERIMAAN DANA 1. INFAQ TIDAK TERIKAT RUTIN 2. INFAQ TIDAK TERIKAT INSIDENTAL 3. INFAQ TERIKAT a. Infaq Yatim dan dhuafa b. Infaq Pembangunan Sentra Dakwah c. Infaq Beasiswa Pendidikan d. Infaq Beasiswa GOTAS e. Infaq Dana Da’I (D-3) 4. ZAKAT 5. WAQAF 6. HASIL INVESTASI 7. DANA NON HALAL 8. KOREKSI SALDO DANA TOTAL TOTAL DANA PENYALURAN DANA 1. DAKWAH a. Media dakwah c. Dana dakwah Da’i Daerah SUB TOTAL 2. PENDIDIKAN a. Beasiswa pendidikan b. Beasiswa Santri pesantren SUB TOTAL 3. YATIM DAN DHUAFA a. Beasiswa yatim b. Bantuan Pesantren yatim dan Dhuafa c. Bantuan Sosial Yatim dan Dhuafa SUB TOTAL 5. PENYALURAN ZAKAT a. Ghorim b. Sabilillah c. Amil d. Muallaf SUB TOTAL 6. BIAYA OPERASIONAL a. Bisyaroh Karyawan b. Operasional kantor SUB TOTAL 7. DANA SOSIAL KEMANUSIAAN a. Santunan Kesehatan b. Program kegiatan sosial SUB TOTAL 8. PENGGUNAAN DANA NON HALAL a. Biaya Administrasi Bank TOTAL PENYALURAN SALDO DANA AKHIR MARET
Rp
100,270,024
Rp Rp
26,405,000 4,449,819
Rp
3,091,100
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2,020,000 1,590,000 3,500,000 575,000 5,667,000 16,402,500 5,050,000 122,851 10,444,729 79,317,999 179,588,023
Rp Rp Rp
11,998,000 150,000 12,148,000
Rp Rp Rp
1,522,000 3,200,000 4,722,000
Rp
500,000
Rp
425,000
Rp Rp
330,000 1,255,000
Rp Rp Rp Rp Rp
20,000,000 13,685,000 659,435 46,000 34,390,435
Rp Rp Rp
8,218,044 2,875,300 11,093,344
Rp Rp Rp
250,000 2,128,000 2,378,000
Rp Rp
81,500 66,068,279
Rp
113,519,744
Ralat Laporan keuangan Bulan Pebruari 2012 : *) Saldo Awal tertulis Rp. 76.936.425, Seharusnya Rp. 108.881.645 *) Total Dana Rp. 160.597.578, Seharusnya Rp. 159.282.675 *) setelah dikurangi penyaluran dana Rp. 59.012.651, sehingga Saldo Akhir Pebruari Rp. 100.270.024
Percayakan iklan usaha Anda di Majalah Al Haromain Hubungi :
085230169991 Khusus donatur dan pelanggan Al Haromain GRATIS* * Syarat dan ketentuan berlaku
41
FORMULIR DONATUR Nama Alamat Rumah
Kantor / Instansi Nomor Telepon / HP Tempat / Tanggal Lahir Kelurahan & Kecamatan
Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohiim, saya bersedia menjadi DONATUR TETAP Nilai Infaq bulanan *) Rp. 20.000,-
Rp. 50.000,-
Rp.100.000,-
Rp. .......................
Alamat Pengambilan
*) Rp. 5.000,- untuk pembelian majalah
Manfaatkan Layanan transfer zakat infaq dan shodaqoh melalui rekening a/n Lazis Al Haromain sebagai berikut : BSM Darmo 008 006 7259 Bukopin Syariah 880 0329 036 BRI Syariah 1002882112
BCA Syariah 0110006666 Bank Muamalat 0166115107
konfirmasi transfer ke
031-70518810 42