POLA PEMBERDAYAAN TRANSMIGRASI NELAYAN GASAN GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh : Eni Kamal1), Suardi ML1), Hasan Basri Nst1), Irman 2) dan Sriwidiyas Tuti1) 1)
Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Padang Jl. Sumatera Ulak Karang Padang 2) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Barat
Abstrak Wilayah pesisir memiliki arti strategis dengan potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu pengelolaan wilayah pesisir saat ini mendapat perhatian dengan skala prioritas tinggi, salah satunya kawasan Gasan Gadang yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman, dimana wilayah ini merupakan salah satu unit permukiman transmigrasi nelayan (UPTN). Seharusnya, secara normatif masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang sejahtera karena potensi sumberdaya alamnya yang cukup besar. Namun pada kenyataannya hingga saat ini sebagian masyarakat pesisir masih merupakan bagian dari masyarakat tertinggal, dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, yang memberikan dampak eksploitasi yang kurang terkendali. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam di kawasan pesisir semaksimal mungkin, sekaligus melindunginya dari eksploitasi yang berlebihan diperlukan suatu program yang terencana dan terarah dengan tujuan akhir adalah untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Salah satu program yang dilakukan pemerintah adalah program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Dalam pelaksanaan program pengembangan dan pemberdayaan transmigrasi nelayan Gasan Gadang yang meliputi pengembangan sumberdaya manusia, kelembagaan, sumberdaya alam dan pemanfaatan ruang perlu dilakukan pendampingan dan pengawasan guna mencapai tujuan yang optimal.
PENDAHULUAN Sumatera Barat dengan garis pantai sepanjang 375 Km dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sampai batas 200 mil laut, memiliki potensi yang cukup besar akan sumberdaya kelautannya (BKPPMD, 2002). Salah satu potensi kelautan ini terdapat di Kabupaten Padang Pariaman, tepatnya di daerah Gasan Gadang yang merupakan salah satu daerah unit pemukiman transmigrasi nelayan (UPTN). Secara administratif Unit Pemukiman Transmigrasi Nelayan (UPTN) Gasan Gadang termasuk dalam wilayah Jorong Mandailing, Kenagarian Gasan Gadang, Kecamatan Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman. Status lahan UPTN Gasan Gadang telah ditetapkan sebagai
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
lokasi pemukiman dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 475/095/Tapem –2001 Tanggal 24 Januari 2001. Lokasi ini merupakan tanah ulayat Kenagarian Gasan Gadang. Jorong Mandailing Kenagarian Gasan Gadang merupakan kawasan pantai di Kecamatan Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman, daerah ini sebelumnya termasuk dalam Kecamatan Sungai Limau. Secara geografis daerah ini terletak pada koordinat 00°25’53,7’’ 00°26’14,6’’ LS dan 99°57’43,6’’ 99°58’31,5’’ BT. Kenagarian Gasan Gadang sebelah Utara berbatasan dengan Jorong Gasan Kecil (Kabupaten Agam), sebelah Selatan dengan Jorong Tanjung dan Sungai
7
Gasan Gadang sementara di bagian Timur dan Barat masing-masing Jorong Piliang dan Samudera Hindia. Memperhatikan lokasi Unit Pemukiman Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang yang berhubungan langsung dengan laut akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan nelayan bila dilakukan pembangunan dan pengembangan yang terintegrasi. Sejalan dengan otonomi daerah yang diiringi dengan menguatnya tuntutan demokratisasi, peningkatan partisipasi masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta perhatian pada potensi dan keanekaragaman daerah, maka pembangunan kelautan harus memperhatikan upaya peningkatan kemampuan pemerintah daerah, dan percepatan pembangunan ekonomi daerah yang ditopang oleh upaya-upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat seperti yang telah diamanatkan GBHN 1999. Pemberdayaan diharapkan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pengawasan pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir. Dengan demikian akan lebih menjamin kesinambungan peningkatan pendapatan masyarakat dan pelestarian sumberdaya pesisir dan laut.
langsung dengan penduduk. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai pihak yang terkait dan dilanjutkan dengan analisis SWOT. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis SWOT Untuk dapat mewujudkan perumusan pola pemberdayaan transmigrasi nelayan Gasan Gadang, terlebih dahulu dilakukan tinjauan dan analisis lingkungan strategis baik unsur internal maupun unsur eksternal dari berbagai aspek yang relevan. Analisis yang biasa digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). Pada analisis ini diperlukan tiga tahap yaitu : pengumpulan data, analisis, dan pengambilan keputusan Rangkuti (2000). Analisis ini didasarkan pada pertimbangan logika untuk dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), dan pada waktu yang sama secara bersamaan meminimalkan ataupun mengeliminir kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Pemberdayaan transmigrasi nelayan Gasan Gadang merupakan kombinasi faktor internal dan eksternal. Hasil analisis data UPTN Gasan Gadang dicantumkan pada Tabel. 1 dan 2.
MATERI DAN METODE TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Unit Pemukiman Transmigrasi/UPT Nelayan Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman. Dimulai pada awal Oktober sampai dengan akhir Desember 2002.
Tahap terakhir dari analisis SWOT adalah pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil merupakan bagian dari upaya pemberdayaan nelayan transmigrasi. Keputusan yang diambil setelah memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa strategi hasil SWOT seperti terlihat pada Tabel 3. yakni strategi SO, strategi WO, Strategi ST dan strategi WT.
METODA PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data pimer didapat dengan melakukan survey, observasi dan wawancara
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
2. Sumberdaya Manusia Jumlah keseluruhan pemukim UPT nelayan Gasan Gadang adalah 277 orang. Rata – rata tanggungan tiap keluarga
15
adalah 5 orang (1 istri dengan 4 anak). Keadaan ini menunjukkan keluarga nelayan peserta transmigrasi belum mengikuti keluarga berencana. Bila distribusi penduduk kenagarian Gasan Gadang rata – rata 77,98/km2 maka kerapatan penduduk UPT nelayan Gasan Gadang adalah 277 orang/10 Ha atau
2.770 orang/km2. Suatu pemukiman yang cukup ramai.
Tabel 1. Faktor Strategi Internal UPTN Gasan Gadang Faktor Strategi Internal Kekuatan • Potensi sumberdaya perikanan/kelautan besar • Transportasi darat lancar • Tradisi dan kebiasaan turun temurun sebagai nelayan • Memiliki ketrampilan untuk penangkapan • Terbuka untuk inovasi, perubahan dan pembangunan Kelemahan • Kualitas dan kuantitas sarana penangkapan terbatas • Kualitas sumberdaya manusia terbatas • Visi bisnis hanya untuk kehidupan sehari – hari • Koperasi belum berfungsi, HNSI/Organisasi nelayan belum terbentuk • Tanggungan kepala keluarga rata – rata 5 orang Total
Bobot
Rating
Skor
0,19 0,16 0.09 0,09 0,12
4 4 4 1 2
1,76 0,64 0,36 0,09 0,24
0,08 0,07 0,05 0,07
2 2 1 1
0,16 0,14 0,05 0,07
0,08
1
0,08
1
3,59
Tabel 2. Faktor Strategi Eksternal UPTN Gasan Gadang Faktor Strategi Eksternal Peluang • Pasar lokal/regional/international untuk produk perikanan relatif meningkat • Potensi perikanan cukup besar • Harga produk perikanan cukup tinggi • Tersedia teknologi penangkapan, budidaya dan pengolahan • Dukungan pemerintah/Otonomi Daerah kemitraan dan pariwisata Ancaman • Penangkapan illegal yang beroperasi diperairan Sumatera barat • Teknologi penangkapan pencuri ikan lebih maju • Dilokasi transmigrasi tidak mungkin dibangun pelabuhan • Nelayan belum mempunyai akses kelembagaan keuangan • Belum disentuh jaringan informasi Total
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
Bobot
Rating
Skor
0,19
4
0,76
0,15 0,17 0,12 0,10
4 4 3 3
0,60 0,68 0,36 0,30
0,07
1
0,07
0,04 0,05 0,03 0,08
1 2 1 2
0,04 0,10 0,03 0,16
1
3,10
15
Tabel 3. Matrik SWOT UPTN Gasan Gadang IFAS
Strength (S)
Weakness (W)
•
• Kualitas dan kuantitas sarana penangkapan terbatas • Kualitas sumberdaya manusia terbatas • Visi bisnis hanya untuk kehidupan sehari – hari • Koperasi belum berfungsi, HNSI/Organisasi nelayan belum terbentuk • Tanggungan kepala keluarga rata – rata 5 orang Strategi WO
• • EFAS
• •
Opportunities (O) • Pasar lokal/regional/internasional untuk produk perikanan relatif meningkat • Potensi perikanan cukup besar • Harga produk perikanan cukup tinggi • Tersedia teknologi penangkapan, budidaya dan pengolahan • Dukungan pemerintah/Otonomi Daerah kemitraan dan pariwisata Threats (T) • Penangkapan illegal yang beroperasi diperairan Sumatera barat • Teknologi penangkapan pencuri ikan lebih maju • Di lokasi transmigrasi tidak mungkin dibangun pelabuhan • Nelayan belum mempunyai akses kelembaga keuangan • Belum disentuh jaringan informasi
Potensi sumberdaya perikanan/kelautan besar Transportasi darat lancar Tradisi dan Kebiasaan turun temurun sebagai nelayan Memiliki ketrampilan untuk penangkapan Terbuka untuk inovasi, perubahan dan pembangunan
Strategi SO • •
•
Memaksimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan/kelautan yang ada Meningkat pemasaran produk perikanan/kelautan antara lain dengan memanfaatkan jalur transportasi Pariaman – Agam – Pasaman Memanfaatkan kemajuan teknologi penangkapan, budidaya dan pengolahan untuk meningkatkan produksi
Strategi ST • Meningkatkan teknologi, ketrampilan, sarana dan prasarana penangkapanyang dimiliki nelayan sehingga dapat menjelajahi Fishing ground yang lebih luas. Dengan demikian berfungsi sebagai security belt dari pencuri ikan. • Menggunakan teknologi pendaratan yang sesuai, dan perahu penangkap yang lebih ringan. • Melengkapi sarana pemukiman nelayan dengan jalan aspal dan memasukkan jaringan listrik
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
• Pengadaan sarana dan prasarana penangkapan yang jumlahnya memadai • Mengadakan pelatihan/pendidikan ketrampilan maupun teknologi • Membuka akses nelayan kelembagaan keuangan • Meintensifkan penyuluhan keluarga berencana Strategi WT • Membentuk tim pendamping, meningkatkan peranan kelembagaan dan kemitraan. • Meningkatkan motivasi dan etos kerja nelayan
15
Kalau dilihat dari pendidikan penduduk, terlihat bahwa jumlah kepala keluarga peserta transmigrasi yang tidak tamat SD 2%, tamat SD 62%, tamat SLTP 28%, tamat SLTA 4% dan Eks mahasiswa 2%. Istri peserta transmigrasi yang tamat SD 72%, tamat SLTP 18% dan tamat SLTA 10%. Seluruh kepala keluarga dan istrinya tidak pernah mengikuti pendidikan ketrampilan, disamping sebagai nelayan usaha yang pernah mereka lakukan adalah bertani dan berkebun serta kedai minum kecil – kecilan. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa kualitas pendidikan penduduk, masih tergolong rendah. Sebagian besar penduduk hanya menamatkan pendidikannya sampai SD.
Pemberdayaan Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang Jorong Mandailing hakekatnya adalah upaya untuk memerangi kemiskinan dan keterbelakangan nelayan. Pemberdayaan harus ditinjau dari sudut pandang yang lebih luas. Tidak terbatas pada masalah teknik, sosial ataupun kultural saja. Tetapi lebih luas dari itu pada aspek politik dan berbagai kebijakan publik lainnya. Pengaruh dan interelasi kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang memerlukan pendekatan sistem, metoda dan gerakan pembangunan masyarakat desa, hubungan dan faktornya seperti tertera pada Gambar 1.
Sumberdaya Alam
Sumberdaya Manusia
Teknologi Kemiskinan Fungsional/Struktural
Pendidikan
Lapangan Pekerjaan/Skill
Kebijakan
Permodalan/Pasar
Kelembagaan/Budaya
Gambar 1. Hierarki SDA, Kemiskinan dengan Kelembagaan
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
15
Untuk meningkatkan kualitas SDM, upaya pemberdayaan yang perlu dilakukan adalah : -
Upaya peningkatan kemandirian, dengan jalan penajaman nalar, peningkatan pendidikan melalui pendidikan formal maupun informal, peningkatan ketrampilan dan kualitas teknologi / IPTEK yang didukung oleh semangat dan etos kerja yang tinggi, disiplin dan tanggung jawab serta peningkatan kemampuan kewirausahaan.
-
Peningkatan pendapatan. Peningkatan keterampilan akan mendorong ke arah peningkatan pendapatan. Tetapi ini saja belum cukup, masih diperlukan upaya membuka akses nelayan ke lembaga keuangan. Nelayan membutuhkan dana untuk pengadaan sarana produksi yang diperlukan. Tahap pertama bantuan pemerintah masih diperlukan.
-
Pembentukan Kelompok Swadaya/Kelompok Mandiri
-
Peningkatan Kesehatan
-
Kemitraan. Terutama antara sesama nelayan.
-
Pembentukan Tim Pendamping. Tim asistensi/tim pendamping perlu dibentuk untuk membimbing, membina dan mengawasi kegiatan transmigrasi nelayan dalam mengelola usahanya.
2. Kelembagaan Masalah kemiskinan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama, sehingga memerlukan keterlibatan tidak saja pemerintah sampai jajarannya ke desa/kelurahan, tetapi lembaga swadaya masyarakat maupun perguruan tinggi setempat dan kelompok sosial
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
kemasyarakatan lainnya (Supriyatna, 2000).
juga
terlibat
Dengan demikian dalam pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan, lembaga yang dapat berperan untuk melakukannya adalah : lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga swasta lainnya, perguruan tinggi, dan masyarakat itu sendiri. Untuk lebih efisiennya upaya yang dilakukan diperlukan koordinasi dan kerjasama antar lembaga tersebut. Sehingga dana dan tenaga maupun energi yang digunakan dapat lebih berhasil guna. Koordinasi dan kerjasama antar lembaga untuk memberdayakan masyarakat akan lebih efektif bila dilakukan dalam bentuk pola kemitraan. Di pemukiman transmigrasi nelayan Gasan Gadang selain lembaga pemerintahan yang berperan antara lain lembaga kemasyarakatan seperti LKMD, KAN, ninik mamak dan pemuka agama. Koperasi memang sudah terbentuk, tapi belum berfungsi. HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) belum membentuk unit organisasi di lokasi ini. Kelembagaan yang sudah berperan baru lembaga sosial, sedangkan kelembagaan ekonomi yang diharapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan nelayan belum menunjukkan aktivitas. Jika kelembagaan yang diharapkan bekerja sama dalam rangka produksi belum melakukan sesuatu, apalagi kelembagaan yang akan bergerak dalam kegiatan pasca produksi tentu belum bisa dimulai. Kelembagaan lain yang juga diharapkan dapat dibentuk/muncul dari swadaya nelayan sendiri adalah kelompok yang bergerak dalam bidang pemasaran. Untuk menganalisa kegiatan-kegiatan diatas tahapan pertama yang diperlukan adalah terbentuknya kelompok-kelompok mandiri di lingkungan nelayan peserta transmigrasi Gasan Gadang. Sebagai motivator untuk segala kegiatan yang diharapkan muncul, maka aktivitas tim
15
pendamping yang sudah dibentuk sebelumnya sangat menentukan.
3. Sumberdaya Alam Pemaanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut yang baik harus berorientasi pada pemanfaatan yang optimal dan lestari. Sumberdaya alam yang berada di daerah pesisir meliputi mangrove, estuaria, pantai dan sumberdaya perikanan (ikan, kerangkerangan, udang dan kepiting bakau) dapat dimanfaatkan secara optimal melalui kegiatan penangkapan dan budidaya sumberdaya perikanan, pariwisata serta konservasi. Konservasi dapat dilakukan terhadap mangrove, estuaria dan pantai. Sumberdaya laut pemanfaatannya dititik beratkan pada pengembangan penangkapan ikan di perairan pantai dan lepas pantai melalui pengadaan sarana penangkapan ikan yang memadai bagi peserta transmigrasi nelayan. Dan bila memungkinkan dalam jangka panjang dapat dilakukan pengembangan penangkapan ikan di perairan laut dalam.
dan budidaya sumberdaya perikanan, konservasi, pariwisata dan basis kegiatan perikanan secara umum. b. Laut Laut kawasan transmigrasi nelayan Gasan Gadang yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang relatif besar akan dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang, udang dan sebagainya. Agar tercapai tujuan dan sasaran yang optimal dalam program kegiatan perikanan dalam rangka pemberdayaan transmigrasi nelayan, maka bimbingan dan pembinaan terhadap nelayan peserta transmigrasi perlu dilakukan dengan terencana dan berkesinambungan.
4. Pemanfaatan Ruang
Laut di sekitar kawasan Gasan Gadang selain sebagai daerah penangkapan ikan dalam jangka panjang, pengembangan kawasan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai kawasan wisata bahari seperti “diving” dan sebagainya mengingat laut di kawasan ini mengandung beberapa hamparan Gosong Karang.
a. Pesisir
5. Pendampingan dan Pengawasan
Pemanfaatan ruang pesisir di kawasan transmigrasi Gasan Gadang harus dapat dilakukan seoptimal mungkin mengingat di daerah ini selain terdapat fasilitas pemukiman transmigrasi nelayan terdapat juga beberapa ekosistem pesisir seperti mangrove, estuaria, dan pantai. Ketiga ekosistem ini akan memberikan kontribusi yang relatif besar terhadap pengembangan pengelolaaan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam pelaksanaan program pengembangan transmigrasi nelayan Gasan Gadang yang meliputi pengembangan kelembagaan sumberdaya alam dan ruang perlu dilakukan pendampingan dan pengawasan guna mencapai tujuan yang optimal.
Kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan pesisir transmigrasi nelayan Gasan Gadang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan pesisir, adalah penangkapan
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
Pendampingan dan pengawasan untuk mengoptimalkan dan mengeliminasi penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan program pengembangan transmigrasi nelayan Gasan Gadang. Pola pengembangan transmigrasi nelayan Gasan Gadang selengkapnya disajikan pada Gambar 2.
15
SDA
Kelembagaan
SDM (nelayan)
• Pesisir - Mangrove, coral - estuaria - pantai - perikanan • Laut - perikanan Pemanfaatan Ruang
Pendampingan/ Pengawasan
-
Pasar Optimal Lestari Kebijakan
• Pesisir - pemukiman - basis perikanan - konservasi - wisata - dll • Laut - daerah penangkapan - wisata bahari - konservasi
Gambar 2. Basis dan Pola Pengembangan SDA dan SDM Pada Transmigrasi Nelayan di Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam rangka terlaksananya dan terarahnya program kegiatan pemberdayaan transmigrasi nelayan Gasan Gadang, maka setiap langkah pelaksanaan kegiatan perlu dilakukan bimbingan, pembinaan, pengawasan, dan evaluasi secara terus menerus. Sehingga dengan adanya bimbingan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi dari instansi terkait, pelaksanaan kegiatan pemberdayaan nelayan transmigrasi dapat berjalan secara optimal dan terpadu.
direkomendasikan program pemberdayaan transmigrasi nelayan dengan rekomendasi sebagai berikut : -
-
Dengan memperhatikan potensi, kelemahan, peluang dan kendala yang dimiliki pemukim kawasan transmigrasi nelayan Gasan Gadang yang telah dikaji dengan menggunakan analisis SWOT,
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
Peningkatan kualitas SDM dengan jalan meningkatkan pendidikan formal dan keterampilan, pembentukan kelompok swadaya/kelompok mandiri, bantuan bahan pokok, peningkatan kesehatan, dan kemitraan. Peningkatan kualitas pemukiman, dengan melengkapi sarana dan prasarana seperti jalan masuk, listrik, sarana ibadah, dan sarana olahraga. Program di bidang perikanan seperti pembinaan nelayan, pengembangan sarana perikanan, pengembangan perikanan budidaya, pengembangan pengolahan hasil perikanan, pengembangan pemasaran hasil.
15
-
-
Program dibidang konservasi seperti pembinaan masyarakat pesisir, konservasi pesisir dan laut, dan pemantauan lingkungan. Program penunjang seperti di bidang pariwisata, peternakan dan holtikultura yang tidak terlepas dari pembinaan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Barat, atas pembiayaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD). 2002. Peluang Investasi Dalam Pemberdayaan Otonomi Daerah Propinsi Sumatera Barat. BKPPMD, Pemerintah Propinsi Sumatera Barat.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2001. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003
PKMKP. 2002. Studi Pola Transmigrasi Nelayan di Kawasan Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2002. Kerjasama Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Barat dengan Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta. Padang. Rangkuti, F., 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Supriatna, Tjahya, S.U. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
15