REPUBLIK INDONESIA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002
Mengawali tahun 2002, kepercayaan masyarakat kembali meningkat seperti yang tercermin dari penguatan kurs rupiah dan meningkatnya IHSG. Ini membantu upaya meningkatkan stabilitas moneter antara lain dalam mengendalikan peredaran uang, laju inflasi, dan suku bunga. Meskipun demikian kepercayaan masyarakat yang meningkat sifatnya masih jangka pendek. Kepercayaan yang sifatnya jangka panjang belum pulih. Ini terlihat dari masih rendahnya minat investasi, terjadinya arus modal keluar, dan menurunnya pembentukan modal tetap bruto di Indonesia. Percepatan pemulihan ekonomi pada tahun 2002 sangat tergantung pada upaya untuk mendorong investasi, mempertahankan kepercayaan konsumen, dan meningkatkan daya saing ekspor. Iklim investasi yang kondusif perlu terus ditingkatkan terutama dengan menyederhanakan prosedur, meningkatkan kepastian hukum, serta menjamin stabilitas politik dan keamanan. Restrukturisasi utang perlu dipercepat dan fungsi intermediasi perbankan perlu dipulihkan untuk mendorong investasi dalam negeri. Selanjutnya stabilitas moneter perlu dipertahankan agar membantu perwujudan ketahanan fiskal (fiscal sustainability) dan sekaligus memelihara daya saing terutama dalam perekonomian dunia yang masih berada pada tahap pemulihan.
2
PERKEMBANGAN SINGKAT PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2001 Secara singkat kinerja ekonomi tahun 2001 dipengaruhi oleh berkurangnya ketidakpastian politik berkaitan dengan perubahan kepemimpinan nasional dan meningkatnya ketidakpastian global berupa melambatnya perekonomian dunia yang kemudian diperburuk oleh tragedi WTC, 11 September 2001.
Secara singkat kinerja ekonomi Indonesia tahun 2001 dipengaruhi oleh dua faktor penting. Pertama, berkurangnya ketidakpastian politik berkaitan dengan perubahan kepemimpinan nasional pada Sidang Istimewa MPR Juli 2001. Kedua, meningkatnya ketidakpastian global karena melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang kemudian diperburuk oleh tragedi WTC, New York, 11 September 2001. Tragedi WTC berpengaruh terhadap hampir semua bursa saham terkemuka di dunia. Indeks saham Dow Jones (New York), Nikkie (Tokyo), London, dan St. Times (Singapura) pada akhir Triwulan III/2001 turun antara 10 – 25% dibandingkan dengan akhir triwulan II/2001 [lihat lampiran Tabel 11]. Dalam tahun 2001 perekonomian dunia hanya tumbuh 2,5%; lebih rendah dari tahun 2000 yang mencapai 4,7% (World Economic Outlook, IMF, April 2002). Pertumbuhan negara industri maju (major advanced economies) melambat dari 3,5 % menjadi 1,1 % dalam periode yang sama. Perekonomian AS, Jepang, dan Singapura sebagai negara tujuan ekspor terbesar dalam tahun 2001 berturut-turut melambat dengan pertumbuhan sekitar 1,4%, –0,4%, dan −2,1% [lihat lampiran Tabel 11].
Dalam tahun 2001 perekonomian Indonesia tumbuh 3,3% didorong oleh konsumsi masyarakat dan pemerintah.
Secara keseluruhan perekonomian Indonesia pada tahun 2001 tumbuh 3,3%; lebih rendah dari tahun 2000 yang mencapai 4,9%. Dari sisi produksi, sektor industri dan pertanian hanya tumbuh masing-masing sekitar 4,3% dan 0,6%; lebih rendah dari yang dicapai tahun 2000 masing-masing sekitar 6,1% dan 1,7%. Adapun dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahun 2001 didorong oleh konsumsi pemerintah dan masyarakat yang masing-masing tumbuh sebesar 8,2% dan 5,9%; sedangkan pembentukan tetap domestik bruto melambat menjadi 4,0% [lihat lampiran Tabel 1].
Pertumbuhan ekonomi tahun 2001 sebesar 3,3% tidak cukup untuk mengurangi jumlah pengangguran terbuka.
Pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah pada tahun 2001 tersebut tidak memadai untuk mengurangi pengangguran. Jumlah pengangguran terbuka meningkat dari 5,7 juta (6,1% dari total angkatan kerja) pada tahun 2000 menjadi 8,1 juta (8,0% dari total angkatan kerja) pada tahun 2001 [lihat lampiran Tabel 5].
Dengan perkiraan jumlah penduduk sekitar 206,5 juta pendapatan per kapita tahun 2001 sekitar Rp 7,1 juta atau sekitar 697 US$.
Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan sekitar 206,5 juta pada tahun 2001, pendapatan nominal per kapita masyarakat meningkat menjadi Rp 7,1 juta atau naik 14,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Diukur dalam dolar AS dengan nilai tukar yang melemah pada tahun 2001 yang lalu, pendapatan per kapita turun dari US$ 742 dalam tahun 2000 menjadi US$ 697 dalam tahun 2001. Adapun dengan harga konstan tahun 1993,
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
3
pendapatan per kapita tahun 2001 sekitar Rp 2,0 juta; masih lebih rendah dibandingkan sebelum krisis yang mencapai Rp 2,2 juta (1997) [lihat lampiran Tabel 1 dan grafik di bawah ini].
8000
2500
6400
2000
4800
1500
3200
1000
1600
500
0
1996
Nominal
1997
1998
1999
2000
2001
Riil (Rp. Ribu)
Nominal (Rp. Ribu)
PENDAPATAN PER KAPITA
0
Riil (tahun dasar 1993)
PEREKONOMIAN DUNIA TRIWULAN I/2002 Dalam triwulan I/2002, perekonomian dunia menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Ekonomi AS tumbuh 5,6% (y-o-y), indeks pada bursa saham terkemuka mulai pulih, beberapa harga komoditi ekspor menunjukkan peningkatan.
Memasuki tahun 2002, perekonomian dunia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Dalam triwulan I/2002, perekonomian AS tumbuh sekitar 5,6% (y-o-y). Pengaruh dari dampak lanjutan Tragedi WTC juga mulai berkurang. Indeks pada beberapa bursa saham terkemuka di dunia juga mulai pulih mendekati tingkat sebelum tragedi WTC September 2001 [lihat lampiran Tabel 11].
Meskipun demikian pengaruhnya terhadap perekonomian nasional belum terasa. Nilai ekspor masih 13,8% lebih rendah dibandingkan triwulan I/2001.
Meskipun terdapat tanda-tanda bahwa perekonomian dunia membaik, pengaruhnya pada perekonomian nasional belum terasa. Secara kumulatif total penerimaan ekspor dalam triwulan I/2002 hanya mencapai US$ 12,8 miliar atau lebih rendah sekitar 13,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-o-y). Penerimaan ekspor migas dan non-migas turun masing-masing sebesar 26,9% dan 9,4%.
Harga komoditi ekspor di pasaran internasional juga mulai menunjukkan peningkatan. Harga rata-rata ekspor karet, kayu lapis, minyak sawit, kopi robusta, dan alumunium dalam triwulan I/2002 meningkat antara 4 – 16% dibandingkan triwulan IV/2001 [lihat lampiran Tabel 6].
Berdasarkan penggolongan komoditi, dalam triwulan I/2002 penerimaan ekspor komoditi pertanian; komoditi pertambangan (tanpa migas); dan komoditi industri turun masing-masing sebesar 7,4%; 21,6%; dan 8,4% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya [lihat lampiran Tabel 7]. Sejalan dengan itu total nilai impor dalam triwulan I/2002 turun menjadi US$ 6,6 miliar atau sekitar 28,5% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya; disebabkan oleh penurunan impor non-migas sebesar 35,3%; sedangkan impor migas mengalami peningkatan sebesar 18,0%.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
4
Berdasarkan penggolongan komoditi, nilai impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal berturutturut sekitar 27,6%, 26,6%, dan 38,0% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2001 [lihat lampiran Tabel 7].
KEPERCAYAAN MASYARAKAT MENINGKAT Dalam bulan Maret 2002 diambil 2 keputusan penting yaitu tetap mempertahankan pola lama PKPS dan divestasi BCA.
Pada pertengahan bulan Maret 2002, pemerintah mengambil dua buah keputusan penting yaitu tetap mempertahankan pola lama Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham (PKPS) bagi debitor eks Bank Beku Operasi, Bank Beku Kegiatan Usaha, dan Bank Take Over; serta menetapkan pemenang tender divestasi saham BCA (Farallon). Ketiga pola lama PKPS tersebut adalah Master of Settlement and Acquisition Agreement (MSAA) yang merupakan penyelesaian kewajiban BLBI dengan jaminan asset; Master Of Refinancing and Note Issuance Agreement (MRNIA) yang merupakan perjanjian penyelesaian kewajiban BLBI dengan tambahan jaminan pribadi; dan Akta Pengakuan Utang (APU).
Selanjutnya pada bulan April 2002 telah dijadwal ulang utang pokok dan bunga utang luar negeri yang jatuh tempo pada periode April 2002 – Desember 2003.
Selanjutnya pada bulan April 2002, melalui pertemuan Paris Club III pemerintah telah berhasil menjadwal ulang utang pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo pada periode April 2002 sampai Desember 2003. Dari total utang luar negeri pemerintah senilai US$ 8,1 miliar yang diusulkan untuk dijadwal ulang, US$ 5,4 miliar dianggap layak (eligible). Pokok utang dan bunga pinjaman lunak Official Development Assistance (ODA) dijadwal ulang dengan masa pelunasan 20 tahun dan masa tenggang selama 10 tahun; sedangkan pokok serta bunga pinjaman non-ODA dijadwal ulang dengan masa pelunasan 18 tahun termasuk masa tenggang 5 tahun. Sementara sisanya sekitar US$ 2,7 miliar dibayar dalam periode April 2002 – Desember 2002.
Keputusan PKPS, divestasi BCA, dan keberhasilan Paris Club III telah memberi sentimen positif.
Keputusan tentang PKPS dan divestasi BCA serta keberhasilan Paris Club III, telah memberikan sentimen positif terhadap kepercayaan masyarakat. Survei yang dilakukan oleh Danareksa Research Institute pada bulan April 2002, menunjukkan peningkatan indeks kepercayaan konsumen (IKK) menjadi 98,8 dibandingkan bulan Januari 2002 yang mencapai 86,8; didorong oleh membaiknya indeks situasi sekarang (ISS) dan indeks ekspektasi (IE) dari masing-masing 69,3 dan 100,0 menjadi 81,3 dan 119,9 dalam periode yang sama. Demikian pula indeks kepercayaan bisnis (IKB) pada periode Februari/Maret 2002 yang meningkat menjadi 110,2; didorong oleh membaiknya indeks situasi sekarang (ISS) dan indeks ekspektasi (IE) masing-masing menjadi 100,2 dan 120,2. Perkembangan IKK dan IKB dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
5
IN D EK S K EP ER C A Y A A N K O N S U M EN 160 140 120 100 80 60 O k t -9 9 M a r -0 0 A g u -0 0 J a n -0 1 IK K
J u n -0 1 N o v -0 1 A p r -0 2
IS S
IE
INDEKS KEPERC A YA A N BISNIS 140 130 120 110 100 90 80 O k t-N ov 99
Jun-Jul 00 IKB
Feb-M ar 01 ISS
O k t-N ov 01 IE
Keberhasilan Paris Club III memberi pengaruh yang beragam bagi lembaga pemeringkat internasional. Standard and Poor's (S&P) menurunkan lagi peringkat utang jangka panjang Pemerintah RI (sovereign rating) dari "CCC" menjadi "Selective Default" (SD) pada bulan April 2002. Penurunan peringkat ini diperkirakan hanya bersifat sementara dan tidak akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri. Sementara itu lembaga pemeringkat Moody's justru menaikkan prospek (outlook) utang pemerintah dalam mata uang asing dari stabil menjadi positif. Penilaian Moody’s didasarkan atas hubungan yang terjaga baik antara pemerintah dengan negara kreditor setelah penjadwalan utang.
STABILITAS EKONOMI MENINGKAT Meningkatnya kembali kepercayaan masyarakat ikut mendorong penguatan rupiah dan IHSG.
Meningkatnya kembali kepercayaan masyarakat tersebut ikut mendorong penguatan rupiah. Selama triwulan I/2002 pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil dengan kecenderungan terus menguat. Pada akhir bulan Maret 2002 nilai tukar rupiah ditutup pada Rp 9.655,- per US$, menguat sekitar 7,2% dibandingkan dengan akhir bulan Desember 2001. Selanjutnya pada akhir bulan April dan Mei 2002, kurs rupiah menguat berturut-turut menjadi
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
6
Rp 9.316,- dan Rp 8.785,- per US$ [lihat Laporan Perkembangan Ekonomi Makro Bulan Mei 2002]. Pergerakan kurs harian rupiah Juli 2001 - Mei 2002 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. PERGERAKAN KURS HARIAN RUPIAH (% perubahan thd kurs hari sebelumnya) 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8
02-Jul-01
14-Aug-01
25-Sep-01
07-Nov-01
21-Dec-01
06-Feb-02
21-Mar-02
07-May-02
Sejalan dengan penguatan nilai tukar rupiah, kinerja pasar modal selama triwulan I/2002 mengalami peningkatan. Pada akhir bulan Maret 2002 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) meningkat menjadi 481,8. Selanjutnya pada akhir bulan April 2002, IHSG meningkat menjadi 534,1 kemudian sedikit menurun menjadi 530,8 pada bulan Mei 2002. Seiring dengan itu, nilai kapitalisasi pasar pada akhir Maret dan April 2002 meningkat menjadi Rp 315,2 triliun dan Rp 344,8 triliun; kemudian menurun menjadi Rp 332,6 triliun pada akhir Mei 2002 [lihat lampiran Tabel 4]. Meningkatnya kepercayaan masyarakat juga membantu upaya untuk mengendalikan peredaran uang.
Meningkatnya kepercayaan masyarakat membantu upaya untuk mengendalikan peredaran uang. Sejak awal tahun 2002, laju pertumbuhan uang primer dapat dikendalikan di bawah 15%. Perkembangan laju pertumbuhan uang primer Januari 2000 – Mei 2002 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. % perub thd bln y g sama thn sebelumny a
PERTUMBUHAN UANG PRIMER
Dalam dua bulan pertama tahun 2002 laju inflasi cukup tinggi didorong oleh kenaikan harga BBM dan TDL. Dalam tiga bulan berikutnya laju inflasi cenderung terkendali.
y ear-on-y ear, Jan 2000 - Mei 2002
25 20 15 10 5 0 Jan' 00 Apr Jul
Okt Jan' 01
Apr Jul
Okt Jan' 02
Apr
Melambatnya laju pertumbuhan uang primer yang didukung oleh stabil dan menguatnya nilai tukar rupiah tidak cukup kuat untuk mengendalikan kenaikan harga selama dua bulan pertama tahun 2002.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
7
Pada bulan Januari dan Februari, laju inflasi masing-masing mencapai 1,99% dan 1,50% didorong oleh kenaikan harga BBM dan TDL yang diberlakukan pada bulan Januari masing-masing sebesar 22% dan 6%. Laju inflasi yang tinggi dalam dua bulan pertama tahun 2002 tersebut juga didorong oleh bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di Indonesia sehingga menimbulkan gangguan distribusi barang khususnya bahan makanan. Dalam bulan Maret dan April 2002 terjadi inflasi negatif (deflasi) masing-masing sekitar 0,02% dan 0,24%, terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan dan sandang. Dalam bulan Mei 2002, laju inflasi mencapai 0,80% didorong oleh kenaikan harga BBM. Dalam lima bulan pertama tahun 2002, laju inflasi mencapai 4,08%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2001 yang mencapai 3,73%. Adapun selama setahun (yearon-year, Juni 2001 - Mei 2002), laju inflasi mencapai 12,93%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 10,82%. Meskipun sampai bulan Mei 2002 masih di atas 10%, laju inflasi tahunan menunjukkan kecenderungan menurun. Perkembangan laju inflasi Januari 1999 – Mei 2002 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. PERKEM BANGAN LAJU INFLASI 25
2
20
1,5
15
1
10
0,5
5
0
0 -5
-0,5 -1
Jan '99
Jul
Jan' 00 Bulanan
Jul
Jan' 01
Tahunan (y-o-y, % )
Bulanan (% )
Januari 1999- M ei 2002 2,5
-10
Y-O-Y
Kecenderungan menurunnya laju Kecenderungan menurunnya laju inflasi memudahkan Bank inflasi melonggarkan upaya Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Secara bertahap suku menurunkan suku bunga. bunga rata-rata tertimbang SBI 1 bulan menurun dari 17,6% pada bulan Desember 2001 menjadi 15,5% pada bulan Mei 2002 [lihat Laporan Perkembangan Ekonomi Makro Bulan Mei 2002]. Perkembangan suku bunga Januari 2000 – Mei 2002 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
8
PERKEMBA NG A N SUKU BUNG A Januari 2000 - M ei 2002 18 16
[%] 14 12 10
Jan' 00 A pr
Jul O k t
Jan' 01 A pr
SBI (1 bulan)
Jul
O k t Jan' 02 A pr
Deposito 1 Bulan
Dalam triwulan I/2002, beberapa sektor riil menunjukkan peningkatan seperti penjualan mobil dan motor, semen, serta listrik.
Selama triwulan I/2002, beberapa indikator ekonomi makro menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penjualan mobil dan motor meningkat menjadi 73,2 ribu unit dan 514,1 ribu unit atau naik masingmasing sebesar 6,6% dan 50,7%; penjualan semen, salah satu indikator pertumbuhan sektor properti, meningkat sebesar 9,1% menjadi 6,1 juta ton; serta konsumsi listrik mengalami kenaikan sebesar 4,7% menjadi 20,8 miliar KWH [lihat lampiran Tabel 3].
Meskipun terjadi peningkatan, kepercayaan masyarakat belum pulih pada tingkat yang mampu mempercepat pemulihan ekonomi. Ini tercermin antara lain dari rendahnya minat investasi dan arus modal swasta yang masih negatif.
Meskipun terjadi peningkatan dalam triwulan I/2002, kepercayaan masyarakat belum pulih pada tingkat yang mampu mempercepat pemulihan ekonomi. Ini antara lain terlihat dari minat investasi yang masih rendah serta arus modal swasta (neto) yang masih negatif. Sampai dengan empat bulan pertama tahun 2002, total proyek PMDN yang disetujui baru berjumlah 55 proyek dengan nilai sebesar Rp 7,5 triliun; turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2001. Adapun jumlah proyek PMA yang disetujui berkurang dari 446 proyek menjadi 287 proyek serta nilai investasinya turun dari US$ 3,4 miliar menjadi US$ 1,4 miliar [lihat lampiran Tabel 4]. Dalam triwulan I/2002, arus modal swasta (neto) diperkirakan masih mengalami defisit sekitar US$ 1,2 miliar; sedangkan arus modal pemerintah (neto) surplus sekitar US$ 0,1 miliar. Dengan demikian neraca arus modal masih mengalami defisit sekitar US$ 1,0 miliar. Dalam periode yang sama surplus neraca transaksi berjalan sekitar US$ 0,9 miliar sehingga dalam triwulan I/2002 neraca pembayaran diperkirakan masih mengalami defisit. Cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I/2002 mencapai US$ 28,0 miliar; relatif sama dengan akhir tahun 2001; cukup untuk membiayai sekitar 5,8 bulan impor. Ringkasan neraca pembayaran sampai dengan triwulan I/2002 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
9
NERACA PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 (US$ miliar) 2001 1999 2000 2001 Twl. I Twl. II Twl. III Twl. IV
2002 Twl. I
Transaksi Berjalan
5,8
8,0
6,5
2,1
1,3
2,5
0,6
0,9
Neraca Modal Modal Pemerintah Modal Swasta
-4,6 5,4 -9,9
-6,8 3,2 -10,0
-9,4 -0,8 -8,6
-3,2 -0,1 -3,1
-2,7 -0,2 -2,5
-2,7 -0,2 -2,5
-0,7 -0,2 -0,6
-1,0 0,1 -1,2
Cadangan Devisa
27,1
29,4
28,0
28,7
28,6
29,0
28,0
28,0
Sumber: Bank Indonesia; per Maret 2002
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat adalah beban utang terutama utang dalam negeri.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terutama dalam pertumbuhan ekonomi yang rendah adalah beban utang khususnya utang dalam negeri. Sampai dengan akhir Mei 2002, total utang dalam negeri mencapai Rp 659,9 triliun; sedikit meningkat dari posisi akhir tahun 2001 yaitu sekitar Rp 659,0 triliun.
Sampai dengan akhir Mei 2002, posisi utang dalam negeri mencapai Rp 659,9 triliun.
Rincian utang dalam negeri sampai dengan Mei 2002 adalah sebagai berikut: (a) utang dalam rangka rekapitalisasi perbankan sebesar Rp 431,6 triliun, (b) penjaminan sebesar Rp 218,3 triliun, dan (c) KLBI sebesar Rp 10,0 triliun. Upaya pengelolaan utang dalam negeri ini perlu mendapat perhatian yang sungguhsungguh.
Utang luar negeri baik pemerintah maupun swasta menunjukkan kecenderungan menurun.
Sementara itu posisi utang luar negeri pemerintah pada akhir Maret 2002 mencapai US$ 69,5 miliar atau naik 0,1% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2001. Sedangkan posisi utang swasta pada akhir Maret 2002 mencapai US$ 61,8 miliar atau turun sekitar 3,0% dari posisi akhir Desember 2001. Dengan kurs rata-rata tertimbang tahun 2001 sebesar Rp 10.238,- per US$, total utang pemerintah (dalam dan luar negeri) pada akhir tahun 2001 mencapai 91,9% PDB [lihat lampiran Tabel 8]. Secara keseluruhan posisi utang luar negeri pemerintah dan swasta menunjukkan kecenderungan menurun seperti dapat dilihat pada grafik di bawah ini. POSISI UTANG LUAR NEGERI Januari 1999 - Maret 2002 85
US$ miliar
80 75 70 65 60 55
Jan '99 Apr
Jul
Okt Jan' 00 Apr Jul
Pemerintah
Okt
Jan' 01 Apr
Swasta
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
Jul
Okt Jan' 02
10
PENGHIMPUNAN MASYARAKAT Pada akhir triwulan I/2002 posisi dana yang berhasil dihimpun dari dan disalurkan kepada masyarakat turun masing-masing 1,8% dan 1,6% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2001.
DAN
PENYALURAN
DANA
Pada akhir bulan Maret 2002 dana masyarakat yang berhasil dihimpun tercatat sebesar Rp 794,9 triliun, atau turun sekitar 1,8% dibandingkan akhir bulan Desember 2001. Dalam periode yang sama jumlah kredit yang disalurkan juga turun sekitar 1,6% menjadi sekitar Rp 302,8 triliun. Penurunan terjadi pada kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 2,5% dan 4,8%; sedangkan kredit konsumsi meningkat 5,3%. Lebih lanjut loaddeposit ratio (LDR) juga menurun dari 33,1% pada akhir Desember 2001 menjadi 23,2% pada akhir Maret 2002 [lihat lampiran Tabel 10]. Melambatnya laju penyaluran dana perbankan ini menunjukkan fungsi intermediasi perbankan yang masih belum sepenuhnya pulih. Laju pertumbuhan kredit Januari 1999 – Maret 2002 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. PERTUMBUHA N KREDIT PERBA NKAN y ear-on-y ear, Jan 1999 - Maret 2002
40 20 0 % -20 -40 -60 -80
Jan '99
Jul
Jan' 00
Jul
Jan' 01
Jul
Jan' 02
Pada bulan Maret 2002, rasio kecukupan modal (CAR) 4 (empat) bank BTO meningkat menjadi 26,3%, naik dibandingkan dengan akhir tahun 2001 (sekitar 23,2%). Sedangkan jumlah kredit yang disalurkan sedikit mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya rasio kredit terhadap simpanan (LDR) dari 26,7% bulan Desember 2001 menjadi 29,0% pada bulan Maret 2002. Penanganan restrukturisasi utang khususnya pada 21 obligor terbesar mengalami sedikit kemajuan. Sampai dengan akhir April 2002, BPPN telah berhasil menyelesaikan restrukturisasi utang sebesar Rp 77,6 triliun atau sekitar 87,0% dari total keseluruhan portfolio bulan April 2002 yang berjumlah sebesar Rp 89,2 triliun dengan perincian sekitar Rp 62,5 triliun atau 70,0% utang tersebut diselesaikan melalui proses restrukturisasi serta sekitar Rp 15,2 triliun atau 17,0% diselesaikan melalui proses hukum. Dari kriteria terbayar penuh, restrukturisasi kredit berjalan lambat antara lain karena lemahnya penegakan hukum di dalam penyelesaian perkara.
Namun dilihat dari yang sudah terbayar penuh, proses restrukturisasi kredit masih berjalan lambat. Sampai dengan awal April 2002, total restrukturisasi kredit yang terbayar penuh baru mencapai Rp 14,5 triliun (4,6% dari total kredit yang direstrukturisasi) atau hanya naik Rp 2,4 triliun dari akhir tahun
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
11
2001. Secara kumulatif, total setoran debitur sampai April 2002 mencapai Rp 44,2 triliun. Perkembangan restrukturisasi kredit dapat dilihat pada grafik berikut ini. PERKEMBANGAN RESTRUKTURISASI 5 April 2002, dalam Rp Miliar Lain-lain Dlm Proses Hukum Dlm Proses Hukum - Blm Dimulai Disposal Terbayar Penuh Implementasi Usulan Restrukturisasi Penandatanganan MoU Finalisasi Usulan Retrukturisasi Negosiasi Restrukturisasi Due Dilligence Advisory Agreement Standstill Creditor's Agreement Negosiasi Awal Belum Mulai/Teridentifikasi 0 Total
10000
20000
30000
40000
50 Obligor Terbesar
50000
60000
70000
80000
21 Obligor Terbesar
Lambatnya proses restrukturisasi kredit antara lain disebabkan oleh lemahnya kepastian hukum dalam penyelesaian perkara. Sampai dengan akhir April 2002 sebanyak 122 perkara masih dalam proses; 726 perkara masih dalam eksekusi; 275 perkara menang; dan 203 perkara kalah dalam pengadilan. Sampai dengan akhir Maret 2002, BPPN telah menyetorkan 13% target yang harus dipenuhi tahun 2002 kepada kas negara.
Sampai dengan 31 Maret 2002, penerimaan tunai BPPN tercatat sebesar Rp 5,8 triliun atau 15% dari target penerimaan tahun ini. Dari total penerimaan tersebut, BPPN telah menyetorkan ke kas negara sebesar Rp 5 triliun atau 13% dari target setoran tunai yang harus dipenuhi dalam tahun 2002.
PEREKONOMIAN DALAM TRIWULAN I/2002 TUMBUH SEKITAR 2,5% (Y-O-Y) Dalam triwulan I/2002, perekonomian tumbuh 2,5% (yo-y) terutama didorong oleh kenaikan konsumsi masyarakat dan pemerintah.
Dibandingkan dengan triwulan I/2001 (y-o-y), perekonomian Indonesia tumbuh 2,5% didorong oleh kenaikan pada hampir semua sektor kecuali sektor pertanian dan sektor pertambangan yang masing-masing turun sebesar 1,8% dan 0,9%. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I/2002 didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 9,9% dan 10,3%. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) serta ekspor barang dan jasa menurun masing-masing sekitar 6,1% dan 6,7% bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Ringkasan pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan I/2002 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
12
RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I/2002 (dalam persen, y-o-y) 2001 Triwulan Triwulan I/2001 I/2002 PDB 3,3 4,8 2,5 PDB Nonmigas 4,0 5,5 2,6 Konsumsi Rumah Tangga 5,9 4,0 9,9 Konsumsi Pemerintah 8,2 6,0 10,3 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,0 18,9 -6,1 Ekspor Barang dan Jasa 1,9 18,4 -6,7 Impor Barang dan Jasa 8,1 50,7 -25,8 Pertanian 0,6 3,7 -1,8 Industri 4,3 4,2 4,3 Industri Nonmigas 5,2 5,7 4,8 Lainnya 3,6 5,4 2,9 Sumber: BPS
Secara ringkas pada triwulan I/2002 kepercayaan masyarakat meningkat tercermin dari menguatnya rupiah dan IHSG, serta menurunnya kecenderungan laju inflasi dan suku bunga. Meskipun demikian kepercayaan yang sifatnya jangka panjang belum pulih.
UPAYA POKOK YANG PERLU DITINGKATKAN Sampai dengan triwulan I/2002 perkembangan ekonomi makro secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, memasuki tahun 2002 terjadi peningkatan kepercayaan masyarakat seperti yang tercermin antara lain dalam penguatan kurs rupiah dan meningkatnya IHSG. Ini membantu upaya meningkatkan stabilitas moneter antara lain dalam mengendalikan peredaran uang, laju inflasi, dan suku bunga. Kedua, meskipun demikian, kepercayaan masyarakat yang meningkat sifatnya masih jangka pendek. Kepercayaan yang sifatnya jangka panjang belum pulih. Ini terlihat dari rendahnya minat investasi, masih terjadinya arus modal keluar, dan menurunnya pembentukan modal tetap bruto di Indonesia. Pertumbuhan investasi [pembentukan modal tetap bruto] secara riil terus melambat sejak triwulan I/2001 bahkan negatif sejak triwulan III/2001 [lihat lampiran Tabel 1]. Kecenderungan ini perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh.
Dalam kaitan itu percepatan pemulihan ekonomi tahun 2002 perlu didorong dengan investasi dengan tetap memelihara kepercayaan konsumen dan daya saing ekspor.Upaya ini tetap harus didukung oleh stabilitas moneter yang terkendali.
Dalam kaitan itu, upaya percepatan pemulihan ekonomi dalam tahun 2002 ini perlu didorong dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, permintaan domestik perlu diperkuat yaitu dengan memelihara kepercayaan konsumen dan mendorong investasi. Meskipun perekonomian dunia menunjukkan gejala puih namun tetap rentan terhadap ketidakpastian global. Perekonomian dunia masih sangat bergantung pada perekonomian AS; sementara itu perekonomian Jepang belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari resesi.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
13
Kedua, selain melalui percepatan restrukturisasi utang perusahaan dan pemulihan fungsi intermediasi perbankan, upaya untuk meningkatkan investasi perlu didorong dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif terutama dengan menyederhanakan prosedur perijinan, meningkatkan kepastian hukum, serta menjamin terciptanya stabilitas politik dan keamanan yang memadai. Upaya ini sangat perlu untuk meningkatkan daya tarik investasi dalam situasi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian dan persaingan yang ketat untuk menarik investasi. Ketiga, percepatan pemulihan ekonomi harus didukung oleh stabilitas moneter agar tidak mengganggu program percepatan restrukturisasi utang perusahaan dan pemulihan fungsi intermediasi perbankan yang pada gilirannya dapat mengganggu ketahanan fiskal (fiscal sustainability) dan menimbulkan gejolak baru yang menghambat pemulihan ekonomi. Stabilitas moneter juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing komiditi ekspor nasional dalam situasi perekonomian dunia yang masih dalam tahap pemulihan.
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002 Dengan stabilitas keamanan dan politik yang terpelihara serta upaya yang sungguhsungguh untuk mendorong investasi, dalam keseluruhan tahun 2002, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sekitar 4%.
Dalam keseluruhan tahun 2002, stabilitas politik dan keamanan diharapkan tetap terjaga. Meskipun sejak triwulan II/2002 hingga triwulan IV/2002 konsumsi masyarakat diperkirakan melambat, namun secara keseluruhan konsumsi masyarakat dalam tahun 2002 diperkirakan tetap tumbuh relatif sama dengan tahun 2001 yaitu sekitar 5,7%. Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sekitar 6,3% dalam keseluruhan tahun 2002. Dengan upaya sungguh-sungguh untuk mendorong investasi, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diperkirakan tumbuh sekitar 6,1% dalam keseluruhan tahun 2002. Mulai pulihnya perekonomian dunia akan mendorong ekspor barang dan jasa sejak triwulan III/2002. Dalam keseluruhan tahun 2002, ekspor barang dan jasa secara riil diperkirakan tumbuh sekitar 5,5%. Seiring dengan itu, impor barang dan jasa secara riil tumbuh sekitar 3,2%. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2002 diperkirakan sekitar 4%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2002 dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
14
PROYEKSI EKONOMI TAHUN 2002 12
30
10,5
25
9
20
7,5
15
6
10 4,5
5
3 0
0 1,5
-5 2000:1
2000:3
Investasi
2001:1
2001:3
2002:1
Konsumsi RT
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
2002:3
PDB
-10
Pertumbuhan Investasi (%)
Pertumbuhan PDB, Konsumsi RT (%)
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002 Y-O-Y I/2002*) II/2002 III/2000 IV/2002 Konsumsi Rumah Tangga 9,9 5,6 3,9 3,8 Konsumsi Pemerintah 10,3 3,5 4,0 7,4 PMTB **) -6,1 -0,8 11,8 20,5 Ekspor Barang dan Jasa -6,7 -2,4 13,1 20,0 Impor Barang dan Jasa -25,8 -11,8 19,4 45,2 PDB 2,5 3,5 4,6 5,5 *) realisasi; **) tidak termasuk perubahan stok
2002 5,7 6,3 6,1 5,5 3,2 4,0