8
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility merupakan suatu sikap atau pun kebijakan perusahaan yang dibuat untuk kemajuan perusahaan berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Berikut merupakan landasan teori CSR : 1.
Teori Legitimasi (legitimacy theory) Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam
rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik (Hadi, 2011). O’Donovan dalam Hadi (2011) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Gray et,al dalam Hadi (2011) bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusajaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah
individu
dan
kelompok
masyarakat.
Sebagai
sistem
yang
mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus sejalan dengan harapan masyarakat. 2.
Teori Stakeholder (stakeholder theory) Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang
memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan (Hadi, 2011). Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti : pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga diluar perusahaan, lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan dan lain sebagainya yang keberadaanya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Batasan stakeholder tersebut diatas mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder, karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas
9
aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder. Esensi teori stakeholder jika ditarik interkoneksi dengan teori legitimasi yang mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi expectation gap dengan masyarakat sekitar guna meningkatkan legitiasi masyarakat, ternyata terdapat benang merah. Untuk itu, perusahaan hendaknya menjaga reputasinya dengan menggeser pola orientasi yang semula semata-mata diukur dengan economic measurement kearah memperhitungkan faktor sosial (Hadi, 2011). 3.
Teori Kontrak Sosial (social contract theory) Social contract dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk
menjelaskan hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat. Perusahaan memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk memberi kemanfaatan bagi masyarakat setempat. Interaksi perusahaan dengan masyarakat akan selalu berusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sehingga kegiatan perusahaan dapat dipandang legitimat (Deegan dalam Hadi 2011). 2.1.2. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan komponen penting bagi para pengguna dan pengambil keputusan yang berkaitan dengan keuangan, baik untuk pemilik, manajemen, masyarakat maupun pemerintah, laporan keuangan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2009) : “laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
10
Pengertian laporan keuangan yang sederhana menurut Kasmir (2008) adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam pratiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti : 1.
Neraca
2.
Laporan laba rugi
3.
Laporan perubahan modal
4.
Laporan catatan atas laporan keuangan, dan
5.
Laporan kas. Pembuatan atau penyusunan laporan keuangan memiliki beberapa tujuan,
yaitu : 1.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan.
2.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan.
3.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
4.
Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5.
Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6.
Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.
7.
Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan
8.
Informasi keuangan lainnya. Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.
11
2.1.3. Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) Belum ada defenisi Corporate Social Responbility yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Menurut Suharto (2008), ada beberapa defenisi CSR, antara lain : •
Word Business Council for Sustainable Development : Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.
•
International Finance Corporation : Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.
•
Canadian Goverment : Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggungjawab
untuk
menciptakan
masyarakat
yang
sehat
dan
berkembang. •
European Commission : Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.
•
CSR Asia : Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders. Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga
memberikan defenisi CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan
12
hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Defenisi CSR yang dibuat oleh Lingkar Studi CSR Indonesia, yakni upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan agar mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan didalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya didalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA dalam Anggraini, 2006). Darwin dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa dalam pelaporan CSR terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial.
Sedangkan
Zhegal
dan
Ahmed
dalam
Anggraini
(2006)
mengidentifikasikan hal – hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan yaitu sebagai berikut: 1.
Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan
terhadap
kerusakan
lingkungan,
konservasi
alam
dan
pengungkapan lain yang berhubungan dengan lingkungan 2.
Energi, meliputi konservasi energi dan efisiensi energi
3.
Praktik bisnis yang wajar meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas dan tanggungjawab sosial
4.
Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas dalam kaitan dengan kesehatan, pendidikan dan seni
5.
Produk meliputi keamanan,pengurangan polusi dan lain - lain Peace dan Robinson dalam Budiartha (2008) mengelompokkan tanggung
jawab sosial menjadi empat, yaitu : 1.
Economic responsibility. Secara ekonomi tanggung jawab perusahaan adalah untuk menghasilkan barang dan jasa kepada masyarakat dengan
13
reasonable cost dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dengan menghasilkan barang dan jasa maka perusahaan diharapkan memberikan pekerjaan yang produktif terhadap masyarakat sekitarnya, menyumbangkan sebagian keuntungan dalam bentuk pajak kepada pemerintah. 2.
Legal responsibility. Di mana pun tempat operasi suatu perusahaan tidak akan dapat melepaskan diri dari aturan dan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur tentang kegiatan bisnis. Peraturan tersebut terutama yang terkait dengan usaha untuk mengontrol perubahan lingkungan dan keamanan konsumen. Untuk melindungi konsumen diperlukan peraturan tentang perlindungan konsumen. Untuk menjaga perubahan lingkungan maka perusahaan harus tunduk kepada undang-undang yang mengatur tentang lingkungan.
3.
Ethical responsibility. Perusahaan didirikan tidak hanya berperilaku legal secara hukum, tetapi juga memiliki etika. Sering kali terjadi perbedaan antara legal dan etika. Bisa jadi sesuatu yang dikatakan legal, tetapi tidak beretika untuk memasarkan agar semua penduduk merokok.
4.
Discretionary responsibility. Tanggung jawab ini sifatnya sukarela seperti public relation activities, menjadi warga negara yang baik, dan tanggung jawab perusahaan lainnya. Berdasarkan Wikipedia, setidaknya ada empat manfaat CSR terhadap
perusahaan, yaitu : 1.
Sumberdaya manusia Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan mempekerjakan masyarakat sekitar. Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon pelamar pekerjaan, terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya
"penyisihan
gaji",
"penggalangan
dana"
kesukarelawanan (volunteering) dalam bekerja untuk masyarakat.
ataupun
14
2.
Manajemen risiko Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahuntahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan--yang semuanya merupakan komponen CSR--pada perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya halhal negatif tersebut.
3.
Membedakan merek CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan yang juga merupakan nilai yang dianut masyarakat. Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee, setidaknya ada dua jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan terhadap merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan cause related marketing (CRM).
4.
Ijin usaha Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi. Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.
5.
Motif perselisihan bisnis Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan dimana akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan. Contohnya, ada kepercayaan bahwa program
15
CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan. Berdasarkan Radyati (2011), manfaat CSR bagi perusahaan adalah : 1.
Meningkatkan citra perusahaan. Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat mengenal lebih perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.
2.
Memperkuat brand perusahaan. Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan
3.
Mengembangkan kerjasama dengan para pemangku kepentingan. Dalam melaksanakan mengerjakan
kegiatan sendiri,
CSR, jadi
perusahaan
harus
dibantu
tentunya dengan
tidak para
mampu
pemangku
kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut. 4.
Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya. Jika CSR dilakukan sendiri oleh
perusahaan,
perusahaan
mempunyai
kesempatan
menonjolkan
keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama. 5.
Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan. Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.
6.
Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan. Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti perbankan, lebih memprioritaskan pemberian bantuan dana pada perusahaan yang melakukan CSR.
16
2.1.4. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan / CSR Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social atau corporate social disclosure. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi suatu organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., dalam Sembiring 2005). Menurut Gray et. al. dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan yang berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan melakukan pengungkapan informasi sosial dengan tujuan untuk membangun image pada perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Perusahaan memerlukan biaya dalam rangka untuk memberikan informasi sosial, sehingga laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan menjadi lebih rendah dan visibilitas politis yang tinggi akan cenderungan untuk mengungkapkan informasi sosial (Belkaoui & Karpik dalam Anggraini, 2006).
17
Menurut Wibisono (2007), secara umum alasan perusahaan melakukan pelaporan tentang tanggung jawab sosial yang mereka lakukan adalah: 1. Values driven approach (bersifat demosntratif) 2. Regulation driven (bersifat comply, keinginan untuk mentaati standar) 3. Business case/reputation driven (bersifat proteksi/membangun reputasi) 4. Stakeholder/trust driven (membangun reputasi) 5. Competition peer driven (keinginan untuk tampil beda) Menurut
Wibisono
(2007),
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial
perusahaan dalam laporan tahunan dimaksudkan untuk bahan evaluasi bagi perusahaan. Selain itu, laporan tersebut juga menjadi alat komunikasi dengan shareholder
dan
stakeholder.
Secara
historis,
perkembangan
pelaporan
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan pelaporan perusahaan Tipe Pelaporan Financial accounting dan reporting Financial aspects of corporate governance Environmental reporting Social accounting dan reporting Sustainable reporting (reporting on environmental, social and wider economic impact) Sumber: Wibisono (2007)
Waktu Sejak 1850-an Sejak awal 1990-an Sejak awal 1990-an Sejak awal 1990-an Sejak 2000
Menurut Gordon dalam Sukada dan Jalal (2007) beberapa standard pelaporan yang dikenal di dunia untuk mengimplementasikan CSR, di antaranya : 1.
Caux Principles for Business dikeluarkan pada tahun 1994, Principles disponsori oleh Caux Roundtable (yang terdiri dari pemimpin bisnis senior dari Eropa, Jepang dan Amerika). Caux Principles merupakan sekumpulan rekomendasi yang mencakup banyak wilayah dari corporate behavior. Rekomendasi-rekomendasi tersebut berupaya untuk mengekspresikan standar umum corporate behavior yang etis dan bertanggung jawab dan ditawarkan sebagai dasar untuk dibicarakan dan diimplementasikan oleh kalangan bisnis dan pemimpin di seluruh dunia. Tidak ada mekanisme formal bagi perusahaan untuk berkomitmen terhadap prinsip-prinsip ini.
2.
G3 Global Reporting. Guidelines yang paling banyak dipakai saat ini adalah Global Reporting Initiatives (GRI) yang berdiri tahun 1997 yang merupakan
18
inisiatif antara Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) dengan United Nation Environment Progamme (UNEP). G3 diterbitkan pada tahun 2006 dan merupakan pengembangan dari G2. G3 guidelines memberikan petunjuk yang universal mengenai laporan yang berkelanjutan. G3 guidelines dapat diterapkan baik di perusahaan kecil, menengah, besar serta di sektor umum.G3 guidelines terdiri dari 6 aspek, yang terdiri dari 79 komponen. Aspek tersebut diantaranya economic, environmental, human rights, labor practices, product responsibility, society. 3.
Global Sullivan Principles, merupakan standar yang dibangun dari masukan beberapa perusahaan multinasional. Standar ini dikeluarkan pada tahun 1999. Global Sullivan Principles merupakan standar yang dibangun dari masukan beberapa perusahaan multinasional. Ada delapan prinsip yang memberikan arahan secara umum di bidang perburuhan, etika bisnis dan praktikpraktik lingkungan dari perusahaan multinasional dan para mitra bisnis mereka. Prinsip-prinsip tersebut ditulis oleh Pendeta Leon Sullivan, dimana versi awal Sullivan Principles memberikan arahan bagi perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis di Afrika Selatan pada masa apartheid.
4.
OECD Guidelines for Multinational Enterprises, direvisi pada tahun 2000. Panduan OECD merupakan rekomendasi yang mencakup sembilan bidang dari business conduct yang diharapkan pemerintah dari perusahaan multinasional. Meskipun pelaksanaannya oleh perusahaan bersifat sukarela, pemerintah
negara-negara
yang
menyatakan
mengikuti
standar
ini
mengikatkan diri untuk berpartisipasi dalam implementasinya serta meningkatkan pengawasan mereka terhadap operasi perusahaan di dalam wilayahnya atau yang berasal dari wilayahnya 5.
Principles for Global Corporate Responsibility-Benchmarks, "Benchmarks" didesain untuk memberikan suatu "kerangka model" dimana para pemangku kepentingan dapat menilai codes of conduct, kebijakan dan praktik-praktik yang dijalankan perusahaan terkait dengan harapan pemangku kepentingan terhadap CSR. Prinsip-prinsip ini telah direvisi pada tahun 1998 untuk menyertakan masukan dari kelompok-kelompok HAM, lingkungan dan buruh, organisasi agama, serta perusahaan. Terdapat hampir 60 prinsip dalam
19
standar yang dipandang "fundamental bagi tindakan perusahaan yang bertanggung jawab". Standar ini juga memiliki "benchmarks" yang dapat digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai kinerja perusahaan terkait dengan kebijakan dan praktik-praktik yang direkomendasikan. 6.
SA 8000 diterbitkan oleh Social Accountability International pada tahun 2001 adalah standar sertifikasi sukarela dan berbasis pengawasan untuk menilai kondisi buruh pada operasi manufaktur global. SA 8000 dibangun berdasarkan proses audit kualitas dan lingkungan yang dibentuk International Standards Organization melalui standar ISO 9000 dan ISO 14000. SA 8000 bergantung pada para pengawas yang bersertifikasi untuk memverifikasi kepatuhan pabrik dengan standar.
7.
United Nation Global Compact, diumumkan pada Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) di Davos, Switzerland pada Januari 1999 dan secara resmi diluncurkan pada September 2000. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan mengimbau para pemimpin dunia untuk ”merangkul dan menetapkan” sembilan prinsip dalam praktik-praktik perusahaan masing-masing dan mendukung inisiatif kebijakan publik lainnya. Standar ini mencakup praktikpraktik spesifik yang diterapkan oleh perusahaan yang berkomitmen terhadap Global Impact. Selain ketujuh standard di atas, ISO (International Organization for
Standardization) mengeluarkan ISO 26000. Standar ini berisi pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung jawab sosial suatu organisasi yang mencakup semua sektor badan public ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara : •
Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya
•
Menyediakan pedoman tentang pengadaptasian prinsip-prinsip menjadi kegiatan yang efektif
•
Memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional
20
Di dalam ISO 26000 CSR dibagi ke dalam 7 isu pokok yaitu pengembangan masyarakat, konsumen, praktek kegiatan institusi yang sehat, lingkungan, ketenagakerjaan, hak asasi manusia dan organizational governance. 2.1.5. Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang disapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio keuangan. Menurut Arief Habib (2008) bahwa kinerja keuangan diukur dengan banyak indikator, salah satunya adalah analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan tersebut diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Dalam penelitian ini, kinerja keuangan ditinjau melalui 3 pendekatan yaitu kinerja likuiditas, profitabilitas dan leverage. Penjelasan dari masing-masing kinerja tersebut adalah sebagai berikut : a.
Likuiditas Rasio likuiditas mrupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan (Fred Weston dalam Kasmir 2011). Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat dari hasil rasio likuiditas, adalah : 1.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
2.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
3.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
21
4.
Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
5.
Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
6.
Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
7.
Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8.
Untuk melihat kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9.
Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya dengan melihat rasio likuiditas pada saat ini. Bagi pihak luar perusahaan, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai
kemampuan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Dalam penelitian ini, tingkat likuiditas ditunjukkan oleh rasio lancar (current ratio). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaandalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut : ..................... (1) b.
Profitabilitas Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas
dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham (Heinze, 1976 dalam Anggraini, 2006). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1978 dalam Anggraini, 2006). Hackston & Milne (1996) dalam Anggraini (2006) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui & Karpik (1989) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Vence (1975) dalam Anggraini
(2006)
mempunyai
pandangan
yang
berkebalikan,
bahwa
22
pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu : 1.
Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu perusahaan dalam satu periode tertentu
2.
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
3.
Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
4.
Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
5.
Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk :
1.
Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
2.
Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
3.
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
4.
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
5.
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri Profitabilitas atau rasio rentabilitas dibagi dua yaitu sebagai berikut :
1.
Rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan seluruh modal (modal sendiri dan asing)
2.
Rentabilitas usaha (sendiri), yaitu dengan membandingkan laba yang disediakan untuk pemilik dengan modal sendiri. Rentabilitas tinggi lebih penting dari keuntungan yang besar.
23
Dalam penelitian ini, tingkat profitabilitas ditunjukkan oleh rasio Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan, disamping itu rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari ROA dapat digunakan sebagai berikut : ...................... (2) ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari ROE dapat digunakan sebagai berikut : ...................... (3)
c.
Leverage Leverage rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang
digunakan
perusahaan
untuk
membiayai
kegiatan
usahanya
jika
dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Keuntungan dengan mengetahui rasio ini adalah : 1.
Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya;
2.
Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap;
3.
Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal;
4.
Guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana kedepan Dalam penelitian ini, tingkat leverage ditunjukkan dengan rasio debt to
equity (untuk perusahaan) dan capital adequacy ratio (untuk perbankan). Debt to Equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Rumus untuk mencari debt to equity dapat digunakan sebagai berikut :
24
...................... (4)
Untuk mencari Capital adequacy ratio (CAR) perlu terlebih dahulu diketahui besarnya estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan risiko yang akan terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga. Rumus untuk mencari CAR dapat digunakan sebagai berikut : ...................... (5)
2.1.6. Analisis Harga Saham Menurut Gumanti (2011), ekuitas perusahaan mewakili kepemilikan dalam suatu badan usaha. Jika ekuitas merupakan kepemilikan gabungan dalam suatu perusahaan atas sejumlah investor, maka ekuitas tersebut disebut sebagai saham. Ekuitas biasanya memberikan pembagian tunai kepada pemegangnya yang disebut sebagai dividen. Setidaknya dikenal ada dua analisis investasi atas saham yang paling umum dikathui, yaitu analisis fundamental (fundamental analysis) dan analisis teknikal (technical analysis). Alat analisis lain yang juga sering digunakan dalam mengevaluasi kelayakan saham adalah analisis risiko dan return (risk-return analysis). Investor juga ada yang menggunakan model analisis portofolio (portofolio analysis) yang merupakan analisis berbasis penentuan kombinasi sekuritas dalam rangka untuk mengoptimalkan return dan meminimalkan risiko pada level tertentu. Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden. 2.1.7. Indeks LQ45 Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997. Indeks LQ45 terdiri dari saham 45 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Masuk dalam ranking 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)
25
2) Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir) 3) Telah tercatat di Bursa Efek Jakarta minimal selama 3 bulan 4) Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler Menurut Bursa Efek Indonesia, Indeks LQ45 ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari sahamsaham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Penggantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks LQ45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. 2.1.8. Struktur Equition Modeling dengan Partial Least Square (PLS) Structural Equation Modeling (SEM) adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara kontrak laten dan indikatornya, kontrak laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. SEM merupakan keluarga statistik multivariate dependent. SEM memungkinkan dilakukannya analisis diantara beberapa variabel dependent dan independent secara langsung (Hair et al., 1995 dalam Yamin dan Kurniawan, 2009). Dua alasan yang mendasari digunakannya SEM adalah : Pertama, SEM mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antarvariabel yang bersifat multiple relationship. Kedua, SEM mempunyai kemampuan untuk menggambarkan pola hubungan antara kontrak laten dan variabel manifest. Dalam perkembangannya, pengolahan data untuk analisis SEM menjadi mudah dengan bantuan beberapa peranti lunak statistik, seperti Lisrel, AMOS dan Smart PLS. PLS adalah salah satu metode alternatif SEM yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam hubungan tersebut. PLS memiliki asumsi data
26
penelitian tidak mengacu pada salah satu distribusi tertentu (Yamin dan Kurniawan 2009). PLS merupakan metode alternatif dengan pendekatan berbasis varians atau komponen yang berorientasi pada prediksi model. PLS dapat bekerja untuk model hubungan konstrak laten dan variabel manifest yang bersifat reflektif dan formatif. PLS dikembangkan oleh Wold sebagai suatu metode umum untuk menaksir model jalur diantara hubungan konstraks laten yang secara tidak langsung diukur oleh berbagai indikator. PLS pada dasarnya didefenisikan oleh dua persamaan, yaitu inner model dan outer model. Inner model
menentukan spesifikasi
hubungan antara kontrak laten dan kontrak laten lainnya, sedangkan outer model menentukan spesifikasi hubungan antara kontrak laten dan indikatornya. Dalam PLS terdapat evaluasi model yang meliputi dua tahap, yaitu evaluasi model pengukuran dan evaluasi model struktural. Evaluasi terhadap model pengukuran dikelompokkan menjadi evaluasi reflektif dan formatif (Yamin dan Kurniawan 2011). a.
Evaluasi model reflektif, meliputi pemeriksaan individual sebagai berikut :
1).
Item reliability dengan melihat nilai standardized loading factor yang menggambarkan
besarnya
korelasi
antara
setiap
indikator
dengan
konstruknya. Nilai loading faktor diatas 0,7 dapat dikatakan valid suatu indikator mengukur konstruknya khususnya untuk model formatif. Menurut Chin (1998) angka 0,5 sampai dengan 0,6 masih dapat diterima untuk model yang sedang tahap pengembangan. Sedangkan untuk keperluan psikometri menurut Chuchill (1997) merekomendasikan angka 0,4 bisa digunakan untuk menghilangkan indikator reflektif. 2).
Internal consistency reliability
diukur dengan Cronbach Alpha dan
Composite Reliability. Nilai batas 0,7 ke atas dapat diterima. 3).
Average variance extracted (AVE) yang menggambarkan besarnya keragaman variabel manifes/indikator yang dapat dikandung oleh variabel laten/konstruk. Semakin besar variannya semakin besar representasi variabel manifes/indikator terhadap konstruk latennya.
27
4).
Discriminant
validity
dievaluasi
melalui
cross
loading
kemudian
membandingkan nilai AVE dengan kuadrat nilai korelasi antar konstruk. Jika korelasi antara indikator dengan sonstruknya lebih tinggi dari korelasi dengan konstruk tersebut memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dari blok lainnya. b.
Evaluasi model formatif, meliputi pemeriksaan sebagai berikut :
1).
Content specification menunjukkan peneliti menjamin dengan benar spesifikasi dari konstruk tersebut.
2).
Specification indicator harus jelas diperoleh melalui kajian pustaka.
3).
Reliability indicator dengan melihat tanda indikatornya sesuai dengan hipotesa dan weight indicatornya minimal 2.
4).
Collinearity indicator menyatakan antara indikator yang dibentuk tidak saling berhubungan dan diukur dengan Variance Inflated Factor (VIF). Jika nilai VIF di atas 10 menunjukkan adanya masalah multikolinier.
5).
External validity menjamin bahwa semua indikator yang dibentuk dimasukkan ke dalam model.
c.
Evaluasi Model Struktural. Beberapa tahapan untuk mengevaluasi model struktural :
1).
Path coefficient menunjukkan signifikansi teori harus sesuai dengan yang dihipotesakan dan dapat dilihat dari nilai t test (critical ratio) yang diproleh dari proses bootstrapping (resampling method).
2).
Mengevaluasi nilai R2 yaitu besarnya variability variabel endogen yang mampu dijelaskan oleh variabel eksogen. Menurut Chin (1998) kriteria nilai R2 0.67, 0.33, dan 0.19 sebagai substansial, moderat, dan lemah.
3). Mengukur effect size f2 untuk melihat apakah pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen memilik pengaruh yang substantif. 4). Memvalidasi model secara keseluruhan menggunakan Goodness of Fit (GoF) yang diperkenalkan Tenenhaus, et al. (2004) yang merupakan ukuran tunggal untuk memvalidasi performa gabungan antara model pengukuran dan model struktural.
28
2.2. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang digunakan sebagai review penelitian terdahulu, yaitu : Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) yang berjudul Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji beberapa faktor penentu sosial perusahaan tanggung jawab dalam pengungkapan perusahaan Indonesia. Tanggung jawab sosial perusahaan pengungkapan mencakup rincian, energi kesehatan lingkungan, karyawan dan keselamatan, karyawan lainnya, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Review sebelumnya
penelitian menunjukkan inkonsistensi.
Inkonsistensi ini berperan banyak pada keragaman hasil. Penelitian ini mencoba memperbaiki dengan menggunakan lima perusahaan karakteristik sebagai variabel penjelas. Mereka adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris, dan leverage. Sampel dalam penelitian ini diekstraksi dengan metode stratified random sampling. Populasi adalah 323 perusahaan, yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). 78 laporan tahunan perusahaan dianalisis sebagai sampel. Teknik untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 10.00 program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profil dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap sosial perusahaan pengungkapan tanggung jawab, tetapi profitabilitas dan leverage gagal menunjukkan signifikan efek. Hasil ini umumnya bertepatan dengan temuan penelitian sebelumnya pada perusahaan pengungkapan tanggung jawab sosial. Dalam penelitian Anggraini (2006) yang berjudul Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaanperusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyatuan data untuk tahun 1188 perusahaan. Penelitian ini menggunakan semua sektor yang dipublikasikan di Bursa Efek Jakarta 20002004. Kategori-kategori penelitian ini adalah kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Penelitian ini mengidentifikasi lima faktor yang dapat dipertimbangkan. Mereka adalah manajemen kepemilikan, leverage, ukuran, jenis
29
industri, dan profitabilitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir
semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonomi karena PSAK 57 telah diatur. Manajemen kepemilikan dan jenis industri dianggap oleh perusahaan untuk mengungkapkan akuntansi pertanggungjawaban sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Samsinar Anwar, Siti. Haerani, Gagaring Pagalung (2009) yang berjudul ‘Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Harga Saham’. Penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan industri yang go public di BEI pada tahun 2007-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh signifikan antara Return On Asset (ROA) Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA), dan CSR terhadap harga saham secara parsial diterima. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa, hipotesis yang menyatakan ada pengaruh signifikan antara Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA) dan CSR berpengaruh terhadap harga saham secara simultan diterima. Pengungkapan Corporate Social Responsibility memberi pengaruh positif terhadap hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan harga saham di pasar modal. Dalam penelitian Almilia, Dewi dan Hartono (2011) yang berjudul Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Dampaknya Terhadap Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan yang menerima ISRA dan perusahaan yang tidak menerima ISRA pada tahun 2007-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA mempengaruhi pengungkapan laporan tanggungjawab sosial perusahaan, sementara ROE tidak mempengaruhi pengungkapan laporan tanggungjawab sosial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan penerima ISRA lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menerima ISRA. Dalam penelitian Barus (2011) yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Corporate Sosial Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
30
Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari 408 perusahaan sebagai populasi, diambil sampel sebanyak 176 perusahaan yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan untuk tahun 2009 pada website BEI. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menujukkan bahwa total aset, ukuran dewan komisaris, dan profil perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi CSR pada laporan tahunan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengungkapan informasi CSR berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2009) yang berjudul Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi Makro Terhadap Return Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang tergabung dalam perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2007, total sampel yang digunakan berjumlah 36 sampel. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan tingkat signifikan 5 %. Penelitian ini menemukan bahwa secara simultasn ditemukan terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik perusahaan dan ekonomi makro terhadap return saham dimana Fhitung > Ftabel (3,558 . 2,25). Dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan anatara SIZE, EPS, ROA dan Laverage terhadap return saham, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara PBV, Inflasi dan kurs rupiah dengan return saham yang signifikannya dibawah 5 %. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Junaid (2009) yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan dengan menggunakan alat ukur rasio likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
31
2.3. Hipotesis Hubungan CSR terhadap kinerja keuangan (Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage) Likuiditas menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan liabilitas lancarnya. Syahrir dan Suhendra (2010) menemukan
bahwa
likuiditas
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
pengungkapan CSR. Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan memberikan sinyal kepada perusahaan lain bahwa mereka lebih baik daripada perusahaan dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosial. Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan ekuitas. Penelitian Almilia, Dewi dan Hartono (2011) dan penelitian Anwar, Haerani, Pagalung (2009) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin tinggi pula tingkat pengungkapan pengungkapan CSR. Tingkat profitabilitas yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga perusahaan mampu untuk meningkatkan CSR serta melakukan pengungkapan CSR lebih luas. Perusahaan dikatakan solvabel apabila memiliki aset dan kekayaan yang cukup untuk menutup liabilitasnya. Dengan demikian tingkat leverage perusahaan dapat dijadikan indikator dalam pengungkapan CSR. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi. Berdasarkan argumentasi diatas, penelitian ini menduga terdapat hubungan antara pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. H1
: Pengungkapan CSR di laporan tahunan berhubungan signifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan LQ45
Hubungan pengungkapan CSR dengan harga saham Penelitian oleh Anwar, Haerani dan Pagalung (2009) menemukan bahwa pengungkapan CSR memberikan pengaruh positif terhadap harga saham. Pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan memperkuat citra perusahaan dan menjadi salah satu pertimbangan yang diperhatikan oleh investor karena menganggap bahwa perusahaan tersebut memiliki tata kelola perusahaan (GCG) yang baik karena pengungkapan CSR merupakan bagian dari GCG.
32
Berdasarkan argumen tersebut, penelitian ini menduga terdapat hubungan antara pengungkapan CSR dengan harga saham. H2
: Pengungkapan CSR didalam laporan tahunan berhubungan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45
Hubungan kinerja keuangan dengan harga saham Penelitian Junaid (2009) menemukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan akan meningkatkan citra perusahaan tersebut sehingga para investor akan memperhitungkan untuk membeli saham tersebut, yang akan berdampak pada kenaikan harga saham. Berdasarkan argumen tersebut, penelitian ini menduga terdapat hubungan antara kinerja keuangan dengan harga saham. H3
: Kinerja keuangan berhubungan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45