3
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keong Macan 2.1.1 Klasifikasi dan identifikasi Klasifikasi dan identifikasi Babylonia spirata, menurut Abbot dan Boss (1989), adalah sebagai berikut: Filum: Moluska; Kelas: Gastropoda; Subkelas: Prosobranchia; Ordo: Neogastropoda; Super famili: Muricoidea; Famili: Buccinidae; Genus: Babylonia; dan Spesies: Babylonia spirata (Linnaeus 1758).
2.1.2 Morfologi Keong macan (Babylonia spirata) adalah hewan gastropoda yang memiliki cangkang berbentuk lonjong, tebal, berat dan berwarna putih dengan bintik-bintik coklat jingga tidak teratur. Menurut Naja (2004), bentuk kepala keong macan terlihat jelas, dan mempunyai tentakel, mata serta radula. Adapun bentuk kakinya lebar dan datar. Jumlah cangkang satu buah dan melingkar karena torsi (proses perputaran yang berlawanan dengan arah jarum jam dengan sudut 180o sampai pada bagian kepala dan kaki). Isi perut juga mengikuti gerakan melingkar ke arah belakang. Babylonia spirata merupakan biota laut yang berasal dari kelas Gastropoda. Apex adalah bagian puncak dari keong macan, berbentuk kerucut dan berjumlah satu buah. Apex merupakan bagian tertua dari cangkang keong macan. Gelung terbesar disebut body whorl, sedangkan gelung-gelung kecil di atasnya disebut spire. Letak spire bertingkat dengan sebuah apex pada ujungnya. Setiap ulir pada spire disebut sebagai suture. Semakin ke arah bawah cangkang, ukuran suture
akan semakin membesar. Antara bibir dalam (inner lip) dan gelung
terbesar (body whorl) terdapat umbilicus, yaitu ujung columella yang berupa celah
4
yang dalam (bisa berupa celah sempit maupun lebar). Sumbu kerucut disebut dengan columella (Suwigno et. al. 1997). Cangkang yang tebal dan kuat merupakan pelindung bagi tubuh keong macan dan sekaligus sebagai pemberat agar dapat bertahan di dasar perairan. Selain itu, keong macan juga mempunyai operculum atau penutup mulut yang berfungsi untuk mempertahankan kadar air dan juga sebagai pelindung tubuh dari predator. Keong macan yang ditemukan di Teluk Palabuhanratu hidup pada dasar perairan berpasir dengan kedalaman 15-20 meter (Yulianda dan Danakusumah 2000). Cangkang keong macan dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada Gambar 1.
Apex Suture
Body-whorl Umbilicus Aperture Siphonal canal
Gambar 1. Morfologi cangkang keong macan (Babylonia spirata, L.). (Sumber: Yulianda et al., 2000) Keong macan dengan ukuran panjang cangkang 38,47-42,75 mm merupakan keong macan yang siap melakukan pemijahan. Oleh karena itu agar proses penangkapan tidak mengganggu kelangsungan populasi keong macan, maka sebaiknya dilakukan penangkapan pada ukuran panjang cangkang lebih dari 42,75 mm (Firdaus 2002).
2.1.3 Ekologi Distribusi spesies tergantung dari sejarah hidup, kemampuan untuk menyebar, adaptasi terhadap berbagai variabel lingkungan dan tipe pergerakan mereka (Purchon 1968 diacu dalam Zein 2003). Umumnya pergerakan siput
5
gastropoda lambat dan bukan merupakan binatang yang berpindah-pindah dan merupakan kelompok molusca yang paling berhasil hidup di berbagai habitat, seperti di darat, di air tawar, dan yang terbanyak di laut. Gastropoda yang hidup di dasar perairan disebut sebagai benthos dan sebagian kecil hidup di darat. Umumnya gastropoda hidup di permukaan dasar substrat dan menempel pada berbagai jenis substrat seperti batu, batang atau akar pohon bakau, karang, pasir, lumpur atau menempel pada biota laut lainnya. Gastropoda juga mempunyai kemampuan mengubur dalam substrat yang lunak, meskipun tidak dalam, yaitu hanya beberapa milimeter. Kemampuan gastropoda untuk hidup di berbagai lingkungan menunjukkan tingginya kemampuan adaptasi dari hewan ini. Sekitar 55.000 spesies gastropoda hidup di perairan laut dangkal (Yulianda 1999). Keong macan (Babylonia spirata L) termasuk organisme bentik. Sabelli (1979) diacu dalam Martanti (2001) menyatakan bahwa organisme bentik merupakan organisme yang hidup di dasar laut atau dekat dasar perairan. Organisme bentik merupakan penghuni laut terbesar. Penyebaran gastropoda subkelas prosobranchia di laut melimpah, terutama di daerah pasang surut, daerah littoral sampai tebing paparan benua (Hyman 1967). Habitat Babylonia spirata seperti halnya famili Buccinidae yang lain adalah dasar perairan bersubstrat pasir atau lumpur yang terletak di zona infralitoral (Sabelli 1979).
2.1.4. Makanan dan cara makan Keong macan adalah jenis prosobranchia pemakan daging bangkai selektif. Dengan kata lain keong ini lebih menyukai daging bangkai segar sebagai makanannya dibandingkan dengan daging bangkai yang telah membusuk. Ruppert dan Barnes (1991) menyatakan bahwa Prosobranchia adalah kelompok hewan karnivor yang menggunakan radula sebagai alat bantu makan. Radula pada prosobranchia mengalami berbagai modifikasi bentuk, antara lain berupa alat untuk memotong, memegang, mencabik dan membawa mangsa. Pola adaptasi pada prosobranchia karnivor adalah probosis panjang yang digunakan untuk mencapai dan menembus bagian tubuh mangsa yang mudah diserang. Probosis sendiri adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri dari esofagus, buccal cavity, dan radula. Protein khas yang dikeluarkan oleh mangsa atau daging
6
bangkai dideteksi osphradium dan pencarian lokasi mangsa dilakukan dengan probosis.
2.2 Perangkap Jodang 2.2.1 Unit penangkapan perangkap jodang Perangkap jodang adalah alat tangkap pasif dan tergolong trap (perangkap). Satu unit perangkap jodang terdiri atas perahu, perangkap, dan nelayan (Zein 2003). 1) Perahu Perahu yang digunakan dalam pengoperasian perangkap jodang terbuat dari bahan kayu sengon dengan dimensi 6,0 × 0,6 × 0,7 (m). Tenaga penggerak utamanya adalah mesin tempel berkekuatan 5,5 HP. Selain itu, sebagai tenaga penggerak tambahan dipakai 2 dayung. Pada kiri dan kanan perahu dilengkapi dengan kayu penyeimbang (katir) yang terbuat dari bambu dan kayu. 2) Perangkap Bentuk perangkap jodang adalah limas terpancung yang konstruksinya dibentuk oleh 8 batang besi berdiameter 5-7 mm. Kerangka besi ini juga berfungsi sebagai pemberat agar perangkap dapat tenggelam di dasar perairan. Seluruh dinding perangkap – kecuali dinding atas – ditutupi oleh jaring waring yang memiliki ukuran mata 0,2-0,4 inci. Perangkap jodang dilengkapi dua tali, yaitu tali utama dan tali cabang. Tali utama sebagai tempat untuk merangkai perangkap jodang yang satu ke perangkap jodang yang lain. Panjangnya antara 200-350 m. Tali ini terbuat dari bahan polyethylene (PE) multifilament nylon dengan diameter 5-10 mm. Berikutnya tali cabang yang berfungsi sebagai tempat dipasangnya perangkap jodang. Panjangnya 1,5 m dan terbuat dari bahan polyethylene (PE) multifilament nylon dengan diameter 2 mm. Sebanyak 60 perangkap jodang dirangkai dengan tali. Dalam satu rangkaian, jarak antara perangkap jodang 5 meter. Pada masingmasing ujung tali utama dilekatkan sebuah batu seberat 0,2 kg. Pada setiap pengoperasian perangkap jodang digunakan umpan daging bangkai segar berupa potongan kecil ikan. Jenis ikan yang sering dijadikan umpan
7
adalah jenis-jenis ikan rucah, seperti tembang, kakap, cucut, pari, dan kepala hiu. Umpan diikatkan pada tali atau karet yang terdapat pada bagian dasar perangkap jodang. 3) Nelayan Jumlah nelayan yang mengoperasikan unit penangkapan perangkap jodang sebanyak 2 orang. Pembagian tugasnya adalah seorang nelayan sebagai juru kemudi merangkap pengoperasi perangkap. Nelayan lainnya bertugas memasang umpan dan mengoperasikan perangkap.
2.2.2 Operasi penangkapan Operasi penangkapan keong macan menggunakan perangkap jodang terdiri atas 3 tahapan. Masing-masing tahapan tersebut adalah: 1)
Persiapan alat tangkap Persiapan pengoperasian alat tangkap perangkap jodang dimulai sejak dari
fishing base. Aktifitasnya berupa persiapan-persiapan yang meliputi pembelian umpan dan bahan bakar serta pemeriksaan kesiapan perahu. Setelah selesai, perahu berangkat menuju fishing ground. Sepanjang perjalanan, nelayan mempersiapkan umpan dengan memotong-motong umpan yang berukuran besar menjadi sekitar 4 × 5 (cm) (Naja 2004). 2)
Pemasangan alat tangkap Sebelum ditenggelamkan ke dalam laut, umpan dipasang pada bagian dalam
perangkap jodang. Selanjutnya, satu demi satu perangkap jodang dilempar ke laut, sementara juru mudi tetap menjalankan perahunya dengan kecepatan rendah. Dalam satu trip dipasang 2-4 rangkaian perangkap jodang (Zein 2003). 3) Pengangkatan alat tangkap Setelah alat tangkap terpasang, perangkap jodang direndam selama setengah sampai satu hari. Proses pengangkatan dimulai dengan mengangkat salah satu perangkap jodang paling ujung. Pada saat perangkap jodang telah berada di atas perahu, nelayan mengeluarkan hasil tangkapan dan dimasukkan ke dalam keranjang (Zein 2003).
8
2.2.3 Musim dan daerah penangkapan Penangkapan keong macan tidak mengenal musim. Pada musim barat (November-April) yang ditandai dengan adanya hujan dan gelombang laut yang besar, jumlah keong macan yang ditangkap sedikit. Tetapi, pada musim timur yang tejadi antara bulan Juni-Oktober (pada periode ini ditandai dengan angin yang lemah, laut tenang dan curah hujan sedikit) hasil tangkapan lebih banyak. Daerah penangkapan jaring jodang di sepanjang pantai pada kedalaman 5-20 m dengan tipe substrat pasir atau lumpur dan biasanya dekat dengan muara sungai (Zein 2003).
2.3 Selektivitas Alat Tangkap Fridman (1986) menyatakan bahwa selektivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk menangkap organisme dengan ukuran atau spesies tertentu dari suatu sebaran populasi. Sifat ini terutama dipengaruhi oleh prinsip penangkapan dan juga parameter desain alat tangkap tersebut, seperti ukuran mata jaring (mesh size), bahan dan ukuran benang, rasio penggantungan jaring dan kecepatan penarikan alat. Dari kelima parameter desain tersebut, ukuran mata jaring sangat besar pengaruhnya terhadap selektivitas. Ukuran mata jaring didefinisikan sebagai jarak antar simpul yang berlawanan dengan keadaan jaring ditarik penuh. Adapun bentuk dari mata jaring ditentukan oleh penggantungannya pada rangka. Untuk mengubah bentuk mata jaring dapat dilakukan dengan mengubah rasio penggantungan primer (E1), dan rasio penggantungan sekunder (E2) (Fridman 1986). Rasio penggantungan primer (E1) dirumuskan sebagai: E1 =
L Lo
Keterangan : L : Panjang jaring tergantung pada tali rangka atau panjang tali ris (m); dan Lo : Panjang jaring teregang sempurna (m).
9
Rasio penggantungan sekunder (E2) dapat ditentukan dengan membandingkan tinggi tergantung (H) dari jaring dengan tinggi jaring bila ditarik penuh (Ho). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: E2 =
H Ho
Besarnya nilai rasio penggantungan dapat juga diketahui dari setengah sudut mata jaring λ (Gambar 1) (Fridman 1986). Hubungan E1 dengan λ dapat dilihat dalam ilustrasi berikut: Bm mL Am
λ λ
Cm
0
Keterangan : mL : mW : mH : Λ :
mH Dm
E1 =
Panjang mata direntangi penuh Lebar mata tergantung Tinggi mata tergantung Sudut mata jaring
A B C O L = m m = m = sin α L0 2 B m C m B m C m
mW
Gambar 2 Konstruksi mata jaring.
Menurut Reiger dan Robson (1966) diacu oleh Suharyanto (1998), penentuan pengaruh ukuran mata jaring terhadap selektivitas dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu langsung, tidak langsung dan interaktif. Metode langsung memerlukan data komposisi ukuran dari populasi dan kemudian mengestimasi selektivitas dengan membandingkan komposisi organisme yang tertangkap dengan komposisi populasi. Pendekatan metode ini dapat dilakukan jika komposisi organisme dalam suatu populasi diketahui. Metode tidak langsung membutuhkan asumsi matematika untuk kurva elektivitas, yaitu ketergantungan antara selektivitas dengan mata jaring. Data hasil tangkapan yang dipergunakan terdiri atas beberapa kelas ukuran organisme yang tertangkap oleh mata jaring yang berbeda ukuran. Asumsi yang digunakan adalah semua kelas ukuran ikan mempunyai peluang yang sama untuk tertangkap. Metode interaktif memerlukan asumsi matematika tertentu yang berbasiskan pada data yang diperoleh pada interval panjang ikan.
10
Selektivitas merupakan perbandingan antara hasil tangkapan dan populasi (Yokota 2000). Rumus yang digunakan untuk menentukan selektivitas adalah: Sij =
C ij Nj
Keterangan : Nj : Jumlah populasi cangkang keong pada selang kelas panjang ke-j; Cij : Jumlah cangkang keong yang tertahan pada selang kelas panjang ke-j dengan ukuran alat tangkap ke-i; dan Sij : Selektivitas alat tangkap ke-i pada selang ke-j. Model logistik digunakan luas untuk mengolah data dari 2 (dua) nilai variabel acak. Seperti halnya ikan yang lolos ataupun tertangkap dengan jaring juga satu dari dua nilai variabel acak. Dalam model logistik, variabel panjang ikan digunakan sebagai gambaran selektivitas jaring (Tokai 1997). Pertimbangan S (l) ini sebagai fungsi selektivitas jaring dalam hubungannya dengan panjang ikan, seperti diterangkan oleh persamaan berikut ini, S (l) = 1/ [1+exp (αl + β)] Keterangan : S(l) : Fungsi selektivitas jaring terhadap panjang cangkang keong macan; l : Panjang cangkang keong macan; dan α,β : Parameter dari model logistik. Nilai 50% retention length atau 50% selection length (L50) digunakan sebagai indeks yang mengindikasikan karakteristik selektivitas jaring. Selection length (L50) ditunjukkan sebagai akibat dari α dan β dari parameter-parameter model logistik. Persamaan dari L50 adalah sebagai berikut: L50 = -β/α Keterangan : L50 : Selection length; dan α,β : Parameter dari model logistik.