MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA KEPINGAN CD (COMPACT DISK) BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR
(Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)
Disusun: CICA ANWAR 01150/2008
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGRI PADANG 2012
ABSTRAK Cica Anwar. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang ) Penelitian ini berawal dari hasil asesmen yang peneliti laksanakan di SDN 05 Kapalo Koto Padang, terdapat seorang anak laki-laki berumur 9 tahun dengan inisial X yang belum bisa mengenal konsep pecahan , secara optimal, dimana anak mengalami kesulitan dalam menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilagan. Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk). Jenis penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research dengan desain A-B dan dengan desain baseline jamak antar variabel yang bertujuan untuk membuktikan apakah media kepingan CD (compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Jenis ukuran target behaviornya adalah frekuensi dengan menghitung jumlah jawaban yang benar oleh anak. sedangkan data dianalisis menggunakan analisis visual data grafik yang terdiri dari dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil analisis data dalam kondisi dan hasil data antar kondisi terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan menggunakan Media kepingan CD (Compact Disk ) pada kondisi baseline, kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan adalah pada hari kedua baseline menyebutkan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. Kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan adalah pada hari ketiga baseline menunjukkan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan adalah pada hari kedua baseline mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. Kemampuan anak kesulitan belajar masih rendah, setelah diberi perlakuan kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan adalah pada hari ketigabelas sampai keenambelas intervensi menyebutkan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. Kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan adalah pada hari kesebelas sampai keenambelas intervensi menunjukkan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan adalah pada hari keduabelas sampai keenambelas intervensi mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. Kemampuan anak kesulitan belajar meningkat. Hal ini membuktikan Media kepingan CD (Compact Disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Untuk itu guru hendaknya memakai media kepingan CD (Compact Disk ) ini dalam proses belajar mengajar (PBM) bagi anak kesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang.
ABSTRAC Cica Anwar. 2012. Inprove Understanding Of The Concept Of Simple Fraections In The Learning Of Mathematics Through The Medium Of CD (Compact Disk) For Child With Learning Disability (Single Subject Research In Class III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) This Study begius with an assessment of research carried out in SDN 05 kapalo koto padang, there is a 9 year old boy with the initials X who can not recognize the concept of fractional , an optimal, where child have disability in naming fractions, indicating fractions, and fractions matching numbers with symbols. This research alms to improve understanding of the concept of simple fractions in the teartcing of mathemations through the medium of CD (Compact Disk). Type of study is Single Subject Research to design A-B and with baseline design among variables that aim to prove whether CD (Compact Disk) medium can enlance the ability of understanding to concept of simple fractions for child with learning disability tes. Type of the target size is the frequency of their behavior by counting the number of correct answers by child. With using visual analysis of grafik date cousisting of the condition and between conditions. Date analysis results in a condition and results of date between the condition seen that before treatment is given usin the medium CD (Compact Disk) on baseline conditions, children‟s ability to say fractions are one second dav baseline mention 2 pieces of children replied that fraction is , with a score of 4. Children‟s ability to demonstrate fractions are on the third day baseline shows 2 pieces of children replied fraction is , with a score of 4, children ability to match the fraction with the symbol number is on the second day baseline fraction matching number with symbols 2 pieces of children replied that , with a score of 4. Child with learning disability to learn is low, after being given treatment in a child‟s ability fractions mentioned is some one on the thirttreenth to the sixteenth day of the interventions to mention the child to answer the 5 piecess of children replied that , with a score of 10. Children‟s ability to demonstrate fractions are in the eleventh to the sixteenth day of the intervention showed children answer the 5 pieces of fragments is , with a score of 10. Children‟s ability to match the fractions with the symbol number is on the twelfth to the sixteenth day of the intervention match the fraction with the symbol number of children anwer the 5 pieces of fragments is , with a score of 10. Child‟s ability to increase learning disability. This proves medium CD (Compact Disk) can improve the ability of understanding the concept of fraction for the child‟s learning disability. For medium teachers should use there CD (Compact Disk) in the process of teaching and learning (PBM) for child learning disability at SDN 05 Kapalo Koto Padang.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan limpahan rahmat dan kasih sayang kepada hamba – hamba Nya. Salam dan do‟a ditunjukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kejalan yang diridhoi Allah SWT. Penelitian ini berjudul: “.Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar “ (Single Subject Research di kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat melengkapi tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Skripsi ini dipaparkan dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II membahas kajian teori yang mencakup konsep pecahan, media kepingan CD( Compact Disk ), anak kesulitan belajar, penelitian yang relevan, kerangka konseptual dan hipotesis. Bab III membahas metode penelitian yang mencakup jenis penelitian, variabel penelitian, devinisi operasional variabel, subjek penelitian, setting penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV membahas Deskripsi Pelaksanaan Penelitian, Analisis Data, Pembuktian Hipotesis, Pembahasan. Bab V Kesimpulan, Saran. Dalam penulisan penelitian ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis minta maaf jika selama ini
sering mengecewakan dan berbuat kesalahan terhadap orang – orang yang ada disekeliling penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi membangun kesempurnaan penulisan penelitian ini. Padang,
Juni 2012
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Syukur alhamdulilah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang )”. Dalam membuat skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan, arahan, dan motivasi dari semua pihak. Berkat bantuan tersebut peneliti dapat menyelasaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Drs. Tarmansyah, Sp. Th. M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Padang. 2. Bapak Drs. Ardisal M.Pd sebagai pembimbing I yang telah membimbing dan memberi arahan, saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mega Iswari sebagai pembimbing II yang telah memberi arahan, saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Rahmawati, S.Pd selaku kepala sekolah SDN 05 Kapalo Koto Padang yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. 5. Seluruh staf dosen dan karyawan yang telah membantu penulis dalam menyelasaikan skripsi ini. 6. Teristimewa kepada orangtua ku, kepada bapak (Anwar) dan kepada ibu (Marnis) yang telah mengorbankan semuanya untuk kelancaran skripsi ku. Terima kasih ya pak dan ibu ku. 7. Kepada kakakku (Cici Anwar , S.pd) yang telah membantu ku dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kakakku 8. Kepada adikku Desi Anwar. Terima kasih adikku atas doanya selama ini. 9. Kepada adikku Aprilia Fitria Dwi Guna angkatan 010 PLB…terima kasih doanya selama ini.
10. Kepada uni dan udaku yang telah membantuku clama ini kepada da pal, uni idel, bang ed, pajok, da adi, bang adit, tria, gunawan dan semua familyku terima kasih. Terima kasih atas doanya aku bisa menyelesaikan skripsi ini. Amin 11. Kepada une nani dan bang firman… 12. Kepada Syarini Ramadani dan kakak cici permata sari. Terima kasih atas doanya. 13. Kepada teman-teman PL ku yang senasip dan seperjuangan dengan ku, Nabila, Emi. Terima kasih atas doanya 14. Kepada rita dan lidia. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya teman ku. 15. Teman- teman 08. Terima kasih atas doanya. amin 16. Rekan- rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 tanpa terkecuali, saya ucapkan terima kasih banyak kepada saudara dan saudari. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang memebangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam khasanah Ilmu Pendidikan.
Padang, Juli 2012 Penulis
Cica Anwar Nim. 01150
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………………………….i KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….ii UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………………………...iv DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….vi DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………………………..viii DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………ix BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah...................................................................................................... 1 B. Identifikasi masalah ............................................................................................................ 5 C. Batasan masalah .................................................................................................................. 6 D. Rumusan masalah ............................................................................................................... 6 E. Tujuan penelitian ................................................................................................................ 6 F. Manfaat penelitian .............................................................................................................. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Anak kesulitan belajar......................................................................................................... 8 B. Matematika ........................................................................................................................ 13 C. Konsep pecahan ................................................................................................................. 15 D. Media pembelajaran ........................................................................................................... 18 E. Media kepingan CD (Compact Disk) ................................................................................. 22 F. Kerangka konseptual .......................................................................................................... 25 G. Hipotesis penelitian ............................................................................................................ 26 H. Kriteria pengujian hipotesis……………………………………………………………….26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ................................................................................................................... 28 B. Variable penelitian ............................................................................................................. 30 C. Definisi Operasional Variabel............................................................................................ 31 D. Subjek penelitian ................................................................................................................ 31 E. Tempat penelitian............................................................................................................... 32 F. Teknik dan alat pengumpulan data .................................................................................... 32 G. Teknik analisis data............................................................................................................ 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 40 B. Analisis Data ..................................................................................................................... 42 C. Pembuktian Hipotesis ...................................................................................................... 89 D. Pembahasan...................................................................................................................... 89 BAB V PENUTUP A . Kesimpulan ...................................................................................................................... 93 B. Saran ................................................................................................................................. 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan ............................................. 44 Grafik 4.2 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan .............................................. 45 Grafik 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ..................................................................................................... 48 Grafik 4.4 Kondisi intervensi kemampuan menyebutkan pecahan .......................................... 52 Grafik 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan ......................................... 55 Grafik 4.6 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan ..................................................................................................... 58 Grafik 4.7Data Tentang Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada Kondisi baseline A, intervensi B ........................................................................... 59 Grafik 4.8 Data Tentang Kemampuan menunjukkan Pecahan Pada Kondisi baseline A, intervensi B. ............................................................................ 60 Grafik 4.9Data Tentang Kemampuan mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Pada Kondisi baseline A, intervensi B …………………………………………….61 Grafik 4.10Kecendrungan Arah menyebutkan Pecahan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi baseline A, intervensi B ................................................................. 64 Grafik 4.11 Kecendrungan Arah menunjukkan Pecahan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi baseline A, intervensi B ………………………………………….65 Grafik 4.12 Kecendrungan Arah mencocokan Pecahan dengan lambang bilangan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi baseline A, intervensi B………………...66 Grafik 4.13Stabilitas Kecendrungan Kemampuan Menyebutkan Pecahan Dalam Kondisi baseline A, intervensi B …………………………………………70 Grafik 4.14 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan menunjukkan Pecahan Dalam Kondisi baseline A, intervensi B …………………………………………74 Grafik 4.15 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan mencocokkan Pecahan dengan lambang bilanganDalam Kondisi baseline A, intervensi B………………..78
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan.................................................. 44 Tabel 4.2 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan.................................................. 46 Tabel 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ....... 48 Tabel 4.4 Kondisi Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan ............................................. 52 Tabel 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan ............................................. 54 Tabel4.6 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan Lambang Bilangan........................................................................................................................ 57 Tabel 4.7 Panjang Kondisi Baseline ,Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan ................ 62 Tabel 4.8Panjang Kondisi Baseline ,Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan ................ 62 Tabel 4.9Panjang Kondisi Baseline ,Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan ........................................................................................... 63 Tabel 4.10 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menyebutkan Pecahan ........................ 65 Tabel 4.11 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menunjukkan Pecahan ....................... 66 Tabel 4.12 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan........................................................................................... 67 Tabel 4.13 : Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Menyebutkan Pecahan ............................... 68 Tabel 4.14: Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Menyebutkan Pecahan ............................. 69 Tabel 4.15 : Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ,Intervensi Pada Kemampuan Meyebutkan Pecahan ................................................................................................. 70 Tabel 4.16: Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Menunjukkan Pecahan ................................ 72 Tabel 4.17: Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Menunjukkan Pecahan ............................. 73 Tabel 4.18 : Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ,Intervensi Pada Kemampuan Menunjukkan Pecahan ............................................................... 74 Tabel 4.19 : Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Mencocokkan Pecahan
Dengan Lambang Bilangan ..................................................................................... 76 Tabel 4.20 : Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan ..................................................................................... 77 Tabel 4.21: Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ,Intervensi Pada Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambangbilangan……………………………………………………………………7 7 Tabel 4.22 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan.............................. 79 Tabel 4.23 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan ............................. 80 Tabel 4.24 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan ........................................................................................ 80 Tabel 4.25 : Level Stabilitas Dan Rentang ................................................................................. 81 Tabel 4.26: Level Perubahan Kemampuan Menyebutkan Pecahan ............................................. 82 Tabel4.27: Level Perubahan Kemampuan menunjukkan Pecahan .............................................. 82 Tabel4.28 : Level Perubahan Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ... 82 Tabel 4.29 : Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menyebutkan Pecahan ............................................................................................. 83 Tabel 4.30: Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menunjukkan Pecahan ............................................................................................ 83 Tabel 4.31 : Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan ............................................. 84 Tabel 4.32 : Banyaknya Variabel Yang Berubah ....................................................................... 85 Tabel 4.33 : Perubahan Kecendrungan Arah ............................................................................... 85 Tabel 4.34 : Perubahan Kecendrungan Stabilitas ........................................................................ 85 Tabel4.35: Perubahan Kecendrungan Stabilitas .......................................................................... 86 Tabel 4.36 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak
Dalam Menyebutkan Pecahan ................................................................................. 88 Tabel 4.37 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam menunjukkan Pecahan ................................................................................. 88 Tabel 4.38 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Pecahan ......................... 88
1
BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sebagaimana tertuang dalam (UU. NO 20 tahun 2003. Pasal 1 ayat 1). Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang mengalami kelainan fisik,mental,emosi, dan social agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Diantaranya adalah anak kesulitan belajar. Program pendidikan untuk anak kesulitan belajar memerlukan program pembelajaran yang dirancang khusus yang sesuai dengan kondisinya. Program pendidikan untuk anak kesulitan belajar disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak serta bermanfaat bagi anak di kemudian hari. Program pendidikan tersebut mencakup keterampilan 3 M yaitu (membaca, menulis, menghitung) serta pengetahuan tentang alam dan masyarakat. Dari semua keterampilan di atas, keterampilan berhitung tak kalah pentingnya bagi anak kesulitan belajar. Berhitung adalah salah satu bagian matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat moris kline (1981) dalam wirasto dan hidjan bahwa hampir semua cabang matematika yang berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada hitungan. Perlunya anak kesulitan belajar berhitung tidak perlu diragukan lagi, sebab hampir setiap kehidupan orang tidak terlapas
1
2
dari dimensi hitung menghitung. Sebelum anak dikenalkan dengan menghitung yang rumit maka terlebih anak di kenalkan konsep bilangan, karena konsep bilangan merupakan dasar dalam mengikuti proses pembalajaran matematika selanjutnya. Jenis bilangan dalam pembelajaran matematika adalah bilangan asli, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan genap, bilangan ganjil. Tujuan secara khusus pembelajaran matematika bagi anak kesulitan belajar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) 2006 adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, terutama pada bilangan pecahan. Bilangan pecahan ini terbagi atas 3 yaitu pecahan biasa, pecahan campuran dan pecahan desimal yang dapat menjelaskan serta menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari. Kurikulum anak kesulitan belajar Kelas III Semester 2. 3. Standar Kompetensi adalah : Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar adalah: 3.1 Mengenal pecahan sederhana. Antara lain menyebutkan nilai pecahan, menunjukkan nilai pecahan, mencocokkan nilai pecahan melalui media gambar. Anak Kesulitan belajar adalah istilah umum yang berhubungan dengan kelompok heterogen kelainan yang di tunjukkan dengan adanya kesulitan yang signifikan dalam memperoleh dan menggunakan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berpikir, dan kemampuan matematika. Tetapi mereka masih memiliki potensi yang di optimalkan dengan melalui pelayanan pendidikan khusus. Kurikulum pendidikan yang mereka ikuti sama dengan pendidikan pada umumnya. Salah satunya mata pelajaran yang dapat diikuti adalah matematika. Mata pelajaran matematika yang dapat diikutinya bertujuan untuk menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri.
3
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di lapangan Pada Bulan Desember 2011 di SDN 05 Kapalo Koto Padang terdapat seorang anak laki- laki berumur 9 tahun dengan inisial X yang sekarang berada dikelas III SD, bahwa anak tersebut belum bisa mengenal pecahan
,
Hasil asesmen yang dilakukan diketahui bahwa anak mengalami kesulitan dalam mengenal pecahan
,
, anak bisa menyebutkan pecahan secara lisan, tetapi anak tidak
bisa menyebutkan pecahan melalui media gambar dengan benar. Seperti contoh: pecahan dibaca anak
pecahan
pecahan dibaca anak
dibaca anak
pecahan
dibaca anak , pecahan
dibaca anak
.
Anak juga tidak bisa menunjukkan pecahan
,
yang diminta guru. Anak sering
memberikan jawaban yang salah terhadap pertanyaan guru. Anak juga tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Seperti contoh : Anak tidak bisa mencocokkan pecahan
dengan lambang bilangan
secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan
dengan lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan
dengan
dengan lambang
dengan lambang bilangan
secara benar.
Guna mendapat data yang lebih akurat peneliti malakukan wawancara dengan guru kelas dan asesmen ulang pada anak. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari guru kelas di
,
4
ketahui bahwa anak ini belum mengenal konsep pecahan menyebutkan pecahan
,
,
secara optimal. Anak bisa
lisan, tetapi melalui media gambar pecahan anak tidak
bisa menjawab dengan benar. Untuk menambah data peneliti melakukan asesmen mengenal pecahan
,
pada anak. tes yang dilakukan dalam asesmen yaitu dengan menyuruh anak
menyebutkan pecahan melalui media gambar, dalam tes ini anak tidak dapat menjawab dengan benar, selanjutnya peneliti menyebutkan nama pecahan menunjukkan pecahan ,
,
lalu anak disuruh untuk
media gambar tapi anak tidak bisa memberikan jawaban
yang benar. Disini guru harus menyesuikan media dengan karakteristik anak berkesulitan belajar karena anak kesulitan belajar ini sulit untuk menyelesaikan tugas- tugas akademik yang diberikan guru disekolah. untuk itu penulis harus memberikan layanan secara dini kepada anak agar nantinya anak tidak mengalami kesulitan belajar lagi di bidang mata pelajaran lainnya. Jadi disini guru harus memilih media yang cocok Agar permasalahan dalam konsep pecahan ini dapat di atasi sacara dini. Sebaiknya guru menggunakan media yang menarik agar anak tertarik dalam mengikuti pelajaran tentang konsep pecahan. Usaha guru dalam mengatasi masalah konsep pecahan ini adalah guru sudah menggunakan media asli seperti roti yang di potong – potong agar anak bisa mengerti konsep pecahan itu seperti apa. Disini usaha guru sudah banyak tapi belum berhasil juga. Untuk itu perlu media yang menarik agar anak mengerti tentang konsep pecahan tersebut seperti apa. dan media tersebut adalah media kepingan CD (compact disk ). Media kepingan CD (compact disk) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Media ini penulis potong – potong sesuai dengan bentuknya yang
5
terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. Tidak hanya itu media kepingan CD (compact disk) ini juga memiliki kelebihan: seperti : mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, dan berkilau sehingga anak tertarik melihat media yang penulis gunakan ini. Selain itu media ini mudah dicari dimana saja karena kepingan CD (compact disk) ini mudah di dapat. Media ini digunakan agar anak kesulitan belajar dapat memahami konsep pecahan tersebut dari potongan – potongan media kepingan CD (compact disk) ini. Sehubung dengan permasalahan ini penulis akan mencoba berbagai cara untuk meningkatkan Kemampuan pemahaman konsep pecahan melalui media kepingan CD(compact disk ) bagi anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Berdasarkan permasalahan mengenai konsep pecahan ini penulis tertarik untuk mengadakan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan BelajarDi SDN 05 Kapalo Koto Padang”. Harapan penulis untuk kedepannya agar anak kesulitan belajar memahami konsep pecahan dengan media yang penulis gunakan. Dan penulis juga berharap media ini dapat digunakan semua pihak. B . Identifikasi Masalah Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Anak belum bisa menyebutkan pecahan 2. Anak belum bisa menunjukkan pecahan
, ,
6
3. Anak belum bisa mencocokkan pecahan
,
dengan lambang bilangan
C . Batasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada konsep pecahan yaitu meningkatkan kemampuan menyebutkan,menunjukkan, dan mencocokkan pecahan
,
untuk anak kesulitan belajar.
D . Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah Kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana dapat ditingkatkan melalui Media kepingan CD (compact disk ) Bagi Anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang ?”. E . Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (CompactDisk ) Bagi Anak Kesulitan BelajarDi SDN 05 Kapalo Koto Padang.
7
F . Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak – pihak yang terkait di antaranya : 1. Bagi guru, Sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada anak kesulitan belajar dangan media yang penulis gunakan. 2. Bagi sekolah, Sebagai bahan kajian sekolah untuk
meningkatkan pembelajaran
matematika khususnya dalam konsep pecahan 3. Bagi peneliti, Untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar
8
BAB II KAJIAN TEORI A . Anak Kesulitan Belajar 1. Pengertian Anak Kesulitan Belajar Anak Kesulitan belajar adalah istilah umum yang berhubungan dengan kelompok heterogen kelainan yang di tunjukkan dengan adanya kesulitan yang signifikan dalam memperoleh dan menggunakan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berpikir, dan kemampuan matematika menurut(National Join Committee On Learning Disability:1998: 89). Menurut Munawir yusuf (2005 : 59) Anak kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas bidang akademik khusus maupun umum, baik itu disebakan oleh adanya disfungsi neorologi, proses psikologi dasar maupun sebab- sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak beresiko tinggal kelas. Menurut Osman, (1979: 5) kesulitan belajar adalah ketidakteraturan atau gangguan dalam pemahaman atau perasaan bahasa, termasuk di dalamnya kesulitan dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, atau matematika. Namun, jika kesulitan itu disebabkan oleh hambatan yang berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, motorik, cacat mental, gangguan emosi, atau kurang menunjang lingkungan, kesulitan tersebut tidak disebut dengan kesulitan belajar.
8
9
Menurut Hardman Drew, & Egan, (1984 :79) kesulitan belajar didefinisikan sebagai kelambatan atau penyimpangan dalam bidang akademik dasar ( berhitung, mengeja, menulis) serta gangguan bicara dan bahasa. Menurut Kauffman dan Lloyd ( 1985 : 14 ) kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Kesuitan belajar atau learning disability merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan- kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar (Internet). Kesulitan belajar merupakan peristilahan yang digunakan pada siswa- siswa yang mempunyai kesulitan tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar disebabkan karena kurangnya intelegensi, kelainan sensori, ketidakberuntungan dan ketidak cukupan budaya dan bahasa ( Bauer, Keefe And Shea, 2001 : 88 ) . Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003. Internet) 2. Klasifikasi Anak Kesulitan Belajar Secara garis besar klasifikasi kesulitan belajar terdiri dari tiga jenis kesulitan belajar akademik menurut (Munawir Yusuf, 2005 : 64-66) sebagai berikut :
10
a. Kesulitan Belajar Membaca ( Disleksia ) Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Kesulitan belajar membaca yang berat dinamakan aleksia. Kemampuan membaca tidak hanyamerupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat secara bersama. Gejala – gejala disleksia auditoris sebagai berikut : 1) Kesulitan dalam diskriminasi audiotoris dan persepsi sehingga mengalami kesulitan dalam analisis fonetik. Contoh : anak tidak bisa membedakan kata kakak, kapak, katak. 2) Kesulitan analisis dan sintetis audiotoris contohnya : „ibu‟ tidak dapat diuraikan menjadi „i-bu dan problem sintesanya :‟p-i-t-a menjadi „pita‟ b. Kesulitan Belajar Menulis ( Disgrafia) Kesulitan belajar menulis diseut juga disgrafia. Kesulitan belajar yang berat disebut juga agrafia. Ada 3 jenis kesulitan pelajaran menulis yaitu : menulis pemulaan, mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang anak adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagain besar tugas sekolah. oleh karena itu kesulitan belajar menulis harus dideteksi secara dini dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah. c . Kesulitan Belajar Berhitung (Diskalkulia) Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Kesulitan belajar berhitung berat disebut akalkulia. Ada tiga elemen pelajaran berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga elemen tersebut adalah konsep, komputasi, dan pemecahan masalah. Seperti halnya bahasa,
11
berhitung yang merupakan bagian dari matematika adalah sarana berpikir keilmuan. Oleh karena itu, seperti halnya kesulitan belajar bahasa, kesulitan belajar berhitung hendaknyadideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran lain di sekolah. Kirk & Ghallager (1986. Internet) Kesulitan belajar dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu developmental learning disabilities dan kesulitan belajar akademis. Komponen utama pada developmental learning disabilities antara lain perhatian, memori, gangguan persepsi visual dan motorik, berpikir dan gangguan bahasa. Sedangkan kesulitan belajar akademis termasuk ketidakmampuan pada membaca, mengeja, menulis, dan aritmatik. 1. Jenis - Jenis Anak Kesulitan Belajar Anak kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis Menurut (Munawir Yusuf, 2005 : 58) a. Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau diatas rata- rata tetapi hasil belajarnya rendah karena faktor eksternal, disebut sebagai anak yang mengalami hambatan belajar. b. Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau diatas rata- rata tetapi mengalami kesulitan dalam bidang akademik tertentu ( misalnya membaca, menulis dan berhitung ) tidak seluruh mata pelajaran, diduga karena faktor neorologis, disebut sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik atau spesific learning disability c. Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQnya sedikit dibawah rata- rata disebut anak yang lamban belajar atau slow learner
12
d. Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatan- hambatan komunikasi dan sosial, sedangkan IQnya jauh di bawah rata- rata, disebut sebagai retardasi mental atau tunagrahita. 4 . Faktor Penyebab Anak Kesulitan Belajar Penyebab terjadinya kesulitan belajar ( Geddes, 1981 : 113) adalah faktor organ tubuh, dan lingkungan. Dan ahli lain menyebutkan bahwa penyebab terjadi anak kesulitan belajar adalah disebabkan oleh tiga kategori yaitu factor organik dan biologis, faktor genetika, dan faktor lingkungan. Menurut smith ( 1998) membagi kemungkinan penyebab kesulitan belajar kedalam dua kategori : fisiologi dan lingkungan. a. Penyebab fisiologis Beberapa kemungkinan fisiologis yang menyebabkan kesulitan belajar telah berhasil diidentifikasi oleh para ahli pendidikan dan peneliti medis. Penyebab tersebut termasuk didalamnya : 1) Luka pada otak. Luka pada otak ini kemungkinan terjadi sebelum lahir (prenatal), ibu yang mengkonsumsi alcohol, obat-obatan, terkena virus atau merokok. 2) Keturunan. Para guru melaporkan bahwa banyak orang tua dari anak-anak dengan kesulitan belajar berkomentar “ dia hampir sama dengan bapak atau ibunya”. 3) Ketidakseimbangan kimia. Penyebab fisiologis kesulitan belajar ini adalah biokemikal. Penyebab tersebut mungkin berhubungan dengan kurangnya vitamin, masalah tyroid, atau hypoglycemia ( redah gula dalam darah). b. Penyebab lingkungan
13
Kesulitan belajar disebabkan karena situasi dimana dia hidup ( smith, 1998: 91) contoh: anak yang kekurangan gizi dapat mengakibatkan kesulitan belajar, anak kesulitan belajar disebabkan oleh karena racun yang ada dalam lingkungan. Anak- anak tersebut juga mungkin beresiko tinggi
mempunyai kesulitan belajar dikarenakan kurangnya perawatan medis atau
tungkat pendidikan orang tua rendah. B . Matematika 1.
Pengertian matematika Matematika sebagai suatu ilmu mengenai srtuktur dan hubunganya, memerlukan symbol
– symbol untuk membantu manipulasi aturan – aturan dengan operasi yang di tetapkan. Matematika menurut Johnson & Rising ( 1972 : 15 ) dalam tombokan runtukahu merupakan bahasa symbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah- istilah yang didefenisikan secara cermat, jelas, dan akurat. Seni dimana keindahan terdapat dalam keterurutan dan keharmonisan. Sementara itu Rey,dkk ( 1992 : 15 ) dalam tombokan
runtukahu mengemukakan
matematika adalah studi tentang pola dan hubungan antara elemen- elemen matematika. Keterkaitan antara berbagai elemen matematika dapat dikembangkan sehingga terjadi bagianbagian matematika yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur yang satu tidak dapat terlepas dari bagian yang lainnya. Sebuah topik matematika yang telah dipelajari tidak terdiri sendiri tetapi terkait dengan topik matematika yang mendahuluinya. Seandainya anak kesulitan belajar belum menguasai topik pertama, maka anak akan mengalami kesulitan belajar topic yang kedua dan seterusnya. Jadi pembelajarannya dimulai dengan hal yang lebih mudah terdahulu.
14
Pada pembelajaran matematika akan memuat tentang : bilangan,operasi, geometri, dan pengukuran. Jadi untuk dasar matematika anak kesulitan belajar akan diperkenakan dengan bilangan.
2. Pengertian Bilangan
Sedangkan menurut Firmanawaty Sutan ( 2004 : 2 ) bilangan adalah suatu yang bersifat abstrak dan menyatakan banyaknya anggota dari suatu kelompok. Sejalan dengan hal di atas wirasto dan hirdjan ( 1977: 36 ) juga menyatakan bilangan sebagai suatu ide, sesuatu yang abstrak yang memberi keterangan tentang banyaknya anggota.
Menurut Faris Akbar ( 2009 : internet) bilangan adalah kumpulan angka yang menempati urutan sebagai satuan, kumpulan, ratusan, ribuan, dan seterusnya. Bilangan juga merupakan angka yang menyatakan jumlah atau nilai suatu benda dalam matematika.
Bilangan merupakan dasar dalam mengikuti proses pembelajaran matematika selanjutnya. Bilangan merupakan menyatakan jumlah atau nilai suatu benda dalam matematika. Jenis bilangan dalam pembelajaran matematika adalah bilangan asli,contoh : (0, 1,2,3,4…), bilangan pecahan, contoh : (
) bilangan genap, contoh : (0,2,4,6,8….,) bilangan
ganjil, contoh : (1,3,5,7,9…..) bilangan cacah, contoh: ( 1,2,3…….) dan bilangan prima, contoh: (2,3, 5,7,11….).
C . Konsep Pecahan
15
1. Pengertian Pecahan Konsep dapat membantu pemahaman dan pemecahan masalah dalam hal- hal baru. Konsep merupakan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang persamaman dan perbedaan suatu benda, situasi, aktivitas yang di generalisasikan melalui bahasa dalam berinteraksi dengan orang lain. Menurut kamus beasar bahasa Indonesia ( 2002 : 588 ) konsep adalah rancangan, ide, gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal – hal lain.
Pemahaman konsep diperoleh melalui proses belajar. Sedangkan belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut adalah 1. Memperoleh informasi baru 2. Transformasi informasi dan 3. Menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan. ( Dahar, 1991 ).
Jadi dapat di maknai konsep merupakan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang persamaan dan perbedaan suatu benda, situasi, aktivitas yang digeneralisasikan melalui bahasa dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang didapatkan dari hasil proses pembelajaran kognitif.
Menurut Joala Ekaningsih Paimin (1998 : 111) pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, bagian dari suatu himpunan. Pecahan merupakan bagian dari bilangan, atau yang disebut juga dengan bilangan rasional. Menurut firmanawati sultan (2003 : 37) setiap bentuk pembagian a dengan b (a dan b adalah bilangan bulat) yang dinyatakan sebagai
dengan b = 0 dinamakan bilangan pecahan.
16
bentuk umum
dibaca a per b, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut. Bilangan
menyatakan bagian suatu keseluruhan yang di persoalkan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, dan bagian dari suatu himpunan. Untuk menentukan atau menggambarkan bagianbagian benda, bagian- bagian daerah, atau bagian – bagian himpunan kita memerlukan bilangan yang disebut bilangan pecahan. Bilangan pecahan adalah bilangan yang jumlahnya kurang atau lebih dari bilangan utuh.( Internet ) Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep pecahan merupakan suatu proses atau cara anak memahami secara abstrak gambaran bagian dari keseluruhan, bagian dari benda, bagian dari daerah, bagian dari himpunan yang dibagi sama besar. Yang dapat ditujukan melalui menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lamang bilangan. 2. Macam- Macam Pecahan Menurut Joala Ekaningsih Piamin (1998 : 110) pecahan dapat digolongkan sebagai berikut : a. Pecahan Biasa Bentuk pecahan , , dan atau “ setengah “,
disebut pecahan biasa.
dibaca “ dua per tiga “,
dibaca “ satu per dua “ “seperdua”
dibaca “ satu per empat “ suatu pecahan dapat
memiliki beberapa nama pecahan yang nilaianya sama, contohnya , dan
juga dapat dinamakan , ,
nama-nama lain tersebut bisa diperoleh dengan cara pengalikan pembilang dan
17
penyebutnya dengan bilangan yang sama. Sebaliknya penyederhanaan pecahan dilakukan dengan cara membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama. b. Pecahan Campuran Pecahan campuran adalah campuran suatu bilangan cacah dengan pecahan biasa. Contohnya :
a. b.
adalah pecahan biasa adalah pecahan campuran dari
c. 1 adalah bilangan cacah, adalah pecahan biasa c . Pecahan Desimal Jenis nama lain dari suatu pecahan adalah nama pecahan decimal. Bentuk umum pecahan umum a,b dibaca “a koma b”. a adalah bilangan bulat dan bilangan cacah. Pecahan decimal adalah bentuk ecahan yang penyebutnya adalah 10, 100, 1000, 10.000,….yang kemudian diubah ke bentuk a,b Contoh : adalah nama pecahan biasa. Nama biasa yang lain untuk decimal dari
adalah Nama
adalah 0, 75 dibaca “nol koma tujuh lima“0,75 disebut pecahan decimal.
d . Pecahan Persen ( perseratus ) Bentuk umum a % dibaca “ a persen “, a > 0 Contoh :
adalah
18
5 % dibaca “ lima persen” ( sama dengan
)
2, 5 % dibaca “dua setengah persen “ ( sama dengan
)
Nama persen untuk adalah
1%=
100= e. Pecahan Senilai Menurut Fimanawaty Sultan (2003 : 38) suatu pecahan yang senilainya sama dengan lain disebut pecahan setara atau pecahan senilai. Contohnya: , , , dan seterusnya
D . Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan istilah yang sering digunakan dalam dunia pendidikan. Media pendidikan disebut juga dengan istilah peraga, peragaan atau komunikasi peragaan. Leteheru (1988:14) menyatakan bahwa: “Media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa)”.
19
Jadi media pembelajaran adalah semua alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan, yang bertujuan agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Ciri –ciri media pendidikan secara umum Humalik (1989:11) sebagai berikut: Media pendidikan adalah identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga, lihat, didengar, dan diamati oleh panca indra. a. Tekanan utamanya terletak pada benda atau hal yang bisa dilihat dan didengar. b. Media pendidikan yang digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa. c. Media pendidikan semacam alat bantu belajar mengajar baik didalam maupun diluar sekolah. d. Berdasarkan 3 dan 4 maka pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan. e. Media pendidikan menggunakan aspek sebagai alat dan sebagai teknik yang sangat erat perkaliannya dengan metode mengajar. Berdasarkan pengertian dan ciri – ciri umum media diatas tergambar bahwa media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan, yang bertujuan agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Penggunaan media pendidikan secara kreatif dapat memungkinkan siswa belajar lebih baik sebab dengan menggunakan media membuat siswa memfungsikan lebih banyak indera dari pada verbalisme sehingga prestasi yang lebih baik dapat dicapai siswa. 2. Fungsi Media Pembelajaran
20
Menurut Humalik (1986:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motifasi dan ransangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Dan menurut Kemp dan Dayton (1985:28) media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya yaitu memotivasi minat dan tindakan, menyajikan informasi dan memberikan instruksi. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan guru. 3. Manfaat Media Pembelajaran Menurut Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar siswa, yaitu: a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata – mata komunikasi verbal melalui penuturan kata – kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila guru mengajar setiap jam belajar. d. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain lain.
21
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat media pembelajaran adalah untuk memotifasi siswa memperjelas bahan pelajaran dan melibatkan siswa secara aktif. 4. Pemilihan Media Pembelajaran Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dikcapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat – sifat khas media yang bersangkutan. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media menurut Soeparno (1988:10) yaitu: a. Media yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. b. Disesuaikan dengan metode yang digunakan. c. Memperhatikan kesesuaian media yang dipakai dengan pesan yang akan dikomunikasikan, kita hendaknya mengetahui keunggulan dan kelemahan setiap media yang digunakan. d. Media yang dipilih disesuaikan dengan media yang akan dikomunikasikan. e. Dalam pemilihan medika hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik anak serta tingkat kemampuannya. f. Menyesuaikan media yang dipilih dengan kreatifitas guru yang mempergunakannya. g. Media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat serta lingkungban tempat media digunakan. Dari kriteria pemilihan media yang disebutkan diatas terlihat bahwa baik buruknya media diukur sampai sejauh mana media itu dapat menyalurkan informasi sehingga dapat diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi dengan memperhatikan kriteria yang telah ada. E . Media Kepingan CD (compact disk )
22
1. Pengertian Media CD (compact disk ) a) Pengertian CD (compact disk ) CD ( Compact Disk ) merupakan media penyimpanan yang terbuat dari bahan plastik. Proses penyimpanan dan pembacaan data menggunakan system optik. CD berbentuk lingkaran dengan diameter 120 mm srta memiliki lubang di tengahnya yang berdiameter 15 mm. Kapasitas penyimpanan CD dapat mecapai 870 MB yang dapat menyimpan data hingga 99 menit. Menurut tim penyusun bahan ajar ( 2012 : 10 ) CD-ROM merupakan akronim dari “compact disc read-only memory” adalah sebuah piringan kompak dari jenis piringan optik (optical disc) yang dapat menyimpan data.( Internet) CD-ROM kepanjangan dari compact disk read only memori yang artinya bahhwa CD-ROM drive hanya bisa digunakan untuk membaca sebuah CD saja.(Internet) CD-ROM (Compact Disc Read Only Memory) adalah media untuk menyimpan data atau informasi lainnya dalam jumlah yang sangat besar (lebih dari 600 MegaByte). CD-ROM adalah disket optik berdiameter 4.75 inchi dengan kapasitas simpan sampai 1 gigabytes.(Internet) 2. Ciri – ciri Media kepingan CD (compact disk ) 1) Media penyimpanan optik 2) Mengunakan sinar laser untuk membaca 3) Kecepatan akses cepat. 4) Lebih tahan lama/tedak mudah rusak 3. Bentuk Media kepingan CD ( Compact Disk )
23
CD bentuknya berupa piringan CD berwarna perak. Proses pembuatannya adalah dengan cara menaruh selembar lapisan plastik yang telah disinari oleh sinar laser. Sinar laser itu akan membentuk semacam pit (lubang) berukuran mikro, yang sangat kecil sekali. Lubang-lubang itu akan membentuk deretan kode yang isinya berupa data. Sekali tercipta lubang, maka tidak bisa ditutup lagi. Lalu lapisan plastik itu akan dibungkus lagi oleh plastik cair yang berguna sebagai pelindung dan pemantul. Semua itu prosesnya dilakukan secara bertahap dalam suatu mesin cetakan. Alat cetakan CD bentuknya mirip cetakan kue martabak manis dan analogi pembuatannya juga mirip seperti itu. CD (compact disk ) ini di potong – potong sesuai dengan bentuknya yang terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan.
Gambar 1 : Media kepingan CD (compact disk ) yang akan digunakan untuk memahami konsep pecahan
Media kepingan CD (compact disk ) ini digunakan oleh kesulitan belajar dengan cara menentukan nilai potongan dari CD (compact disk )tersebut. dimana nilai
24
potongan tersebut akan membentuk pecahan yang sama besar, sama bentuk dan ukuran yang mempermudahkan anak kesulitan belajar untuk memahami konsep pecahan tersebut seperti apa.
4. Cara Menggunakan Media CD (compact disk )
Potongan CD (compact disk ) tersebut di potong sama besar, sama ukuranya. Yang terdiri dari 2,3,4,6,8 potongan yang sama besar dan bentuk. Setelah di potong sesuai dengan ukuranya barulah anak bisa menentukan nilai pecahan dari media kepingan CD (compact disk ) tersebut.
Gambar 2: media kepingan CD (compact disk ) pecahan dibaca “ satu per empat “
Gambar 3 : pecahan dibaca “ satu per dua “
25
F . Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir peneliti dalam pelaksanaan penelitian sehingga lebih memudahkan peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Adapun kerangka berfikir peneliti dalam penelitian ini di awali dengan adanya permasalahan yang peneliti temukan dilapangan. Yaitu seorang anak kesulitan belajar yang masih belum mengenal konsep pecahan. peneliti memberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (compact disk ) dalam upaya memberikan bimbingan dalam mengenal konsep pecahan. dengan menggunakan media kepingan CD(compact disk ) diharapkan anak kesulitan belajar mempunyai kemampuan mengenal konsep pecahan.Dengan ini anak dapat mengamalkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk lebih jelas dapat dilihat dibagan berikut:
Kondisi awal anak belum dapat mengenal konsep pecahan
Intervensi menggunakan media kepingan CD (compact disk ) dalam menggenal konsep pecahan
26
5.
Bagan : Kerangka Konseptual
G . Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara yang di buat oleh peneliti bagi permasalahan yang diajukannya dalam penelitiannya dan akan diuji kebenaranya dengan data yang dikumpulkan dalam penelitian. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu media kepingan CD(compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang. H . Kriteria Pengujian Hipotesis Berdasarkan hipotesis dalam BAB II penelitian ini bahwa media kepingan CD(compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Jadi hipotesis diterima apabila hasil analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi meningkat secara positif yang berarti media kepingan CD(compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang.
27
Hipotesis ditolak apabila hasil analisis dalam kondisi dan antar kondisi mengalami penurunan yang berarti media kepingan CD (compact disk ) tidak dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang.
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A . Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan metode SRR (single subject research) dengan desain baseline jamak antarvariable (multiple baseline cross variable). Eksperimen subjek tunggal (SRR) merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Menurut Juang Sunanto (2006 : 53) desain ini digunakan ”untuk megubah perilaku dengan suatu intervensi yang mana intervensi tersebut diperkirakan dapat memberikan efek terhadap dua atau lebih perilaku sasaran (target behavior)”. Pada multi baseline cross variabel efektifitas suatu intervensi dikontrol dengan kondisi baseline untuk masing-masing perilaku sasaran. Menurut Juang Sunanto (2006 : 52) prosedur dasar pegumpulan data multiple baseline cross variable pada kondisi baseline terdapat tiga atau lebih variabel yang berbeda adalah setelah data baseline dari ketiga variabel stabil intervensi mulai diberikan pada variabel yang pertama. Jika perilaku sasaran pertama telah stabil dan mencapai kriteria tertentu, intervensi kemudian diberikan pada variabel kedua sampai intervensi untuk variabel yang pertama tetap dilanjutkan dan pada variabel ketiga masih tetap dalam kondisi baseline. Setelah perilaku sasaran untuk variabel kedua juga mencapai kriteria tertentu dan stabil intervensi ketiga mulai dilaberikan. Begitu senjutnya samapi semua variabel mendapat itervensi. Pada penelitian ini yang terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah media kepingan CD (Compact Disk) sedangkan variabel terikatnya adalah menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan.
28
29
Desain penelitiannya sebagai berikut : Baseline(A)
intervensi (B)
Variabel 1
Baseline(A)
intervensi (B)
Variabel 2
Variabel 3
Baseline (A)
intervensi (B)
Keterangan : Baseline (A) merupakan tahap pengukuran pada variabel 1,2 dan 3 secara berkala berdasarkan ketentuan tertentu sebelum intervensi Intervensi (B) merupakan tahap pengukuran dan pengumpulan data selama pemberian perlakuan tertentu pada variabel ke 1, 2 dan 3 Terkait dengan penelitian ini, maka yang menjadi variabel 1 adalah menyebutkan pecahan ,
, , variabel 2 adalah menunjukkan pecahan ,
, dan variabel 3 adalah
30
mencocokkan pecahan ,
,
,. Baseline (A) adalah pengamatan mengenai pecahan
, yang di ukur dengan menghitung berapa banyak
(frekkuensi) anak yang bisa
menyebutkan, menunjukkan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan sebelum intervensi. Intervensi (B) adalah pengukuran target behavior selam pemberian intervensi yanitu kondisi dimana subjek penelitian diberikan perilakuan melalui media kepingan CD (Compact Disk ). B. Variabel Penelitian Menurut Juang Sunanto (2005:12) variable merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk penelitian dengan subjek tunggal dengan penelitian eksperimen biasanya menggunakan variable yang dipengaruhi oleh variable bebas dan variable terikat. Variable terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan target behavior (perilaku sasaran, sedangkan variable bebas dikenal dengan istilah intervensi (perlakuan). Adapun variable yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1. Variabel terikat dalam penelitian ini pengenalan pecahan
,
antarvariabel sebagai berikut : a. Variabel terikat 1 yaitu menyebutkan pecahan
,
b. Variabel terikat 2 yaitu menunjukkan pecahan
,
c. Variabel terikat 3 yaitu mencocokkan pecahan
,
2. Variabel bebas yaitu media kepingan CD (compact disk)
dengan jamak
31
C. Definisi operasional variablel. 1. Pengenalan pecahan Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, bagian dari suatu himpunan. Pecahan di ajarkan kepada anak kesulitan belajar melalui media kepingan CD (Compact Disk) dan dalam pelaksanaannya nanti perlu metode dan sarana lain yang mendukung proses berjalannya pembelajaran agar anak kesulitan belajar dapat mengenal pecahan. Anak Kesulitan belajar dapat dikatakan mengenal pecahan ,
,
apabila anak bisa menyebutkan, menunjukkan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan.
2. Variabel Bebas. Media kepingan CD (Compact Disk) merupakan sebuah media yang dirancang untuk mempermudah dan memberikan variasi bagi anak kesulitan belajar dalam proses pembelajaran mengenal konsep pecahan. Media kepingan CD (Compact Disk) ini merupakan media CD (Compact Disk) bekas yang penulis gunakan dalam mengenalkan konsep pecahan ini bukan media CD (Compact Disk) yang baru dibeli ditoko tetapi media CD (Compact Disk) yang bekas dan yang tidak digunakan lagi. Jadi
disini penulis memanfaat barang bekas dalam proses
pembelajaran mengenal konsep pecahan. Bentuknya berupa piringan yang dipotongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. D. Subjek Penelitian. Menurut. Suharsimi Arikunto (2000 : 1) menyatakan “single subjek research digunakan untuk subjek tunggal, dalam pelaksanaanya dapat dilakukan pada seorang subjek atau sekelompok subjek”. Dalam penelitian ini memakai subjek tunggal, yaitu satu orang anak
32
kesulitan belajar yang berinisial X yang berjenis kelamin laki- laki 9 tahun. Anak ini mengalami kesulitan dalam bidang matematika yaitu pecahan. di SDN 05 Kapalo Koto Padang. E. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Penelitian berlangsung selama 30 menit setiap kali pertemuannya. Penelitian dilakukan di jam kosong anak yaitu di sore hari setelah selesai melaksanakan semua kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan pada jam 15.00-15.30 Wib. F. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data dalam peneitian. Menurut tawney dan gast (1984 : 17) dalam juang sunanto, ada 3 macam prosedur pencatatan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pencatatan data secara otomatis, pencatatan data dengan produk permanen dan pencatatan data dengan observasi langsung. Terkait dengan prosedur pencatatan tersebut, data langsung dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menggunakan pencatatan observasi langsung. Data didapatkan dari pencatatan observasi langsung pada tes perbuatan yang diberikan pada anak. Bentuk data yang didapat yaitu menentukan jumlah atau frekuensi pecahan
,
yang bisa disebutkan, ditunjukkan dan mencocokkan pecahan
dengan lambang bilangan. 2. Alat Pengumpul Data. Data dikumpulkan langsung oleh peneliti sebelum dan sesudah anak diberikan intervensi alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes perbuatan. Dalam penelitian ini peneliti
33
memeperhatikan jumlah atau frekuensi pecahan
,
sebutkan, ditunjukkan,
dan dicocokkan subjek penelitian dengan lambang bilangan. G . Teknik Analisis Data 1. Analisis dalam kondisi
Analisis yang dimaksud analisis dalam penelitian ini adalah data dalam garfik masingmasing kondisi, Dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan panjang kondisi. Menurut Juang Sunanto (2006:68), panjang kodisi adalah banyaknya data dalam komponen tersebut. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan stabilitas dan arah yang jelas. b. Menentukan Estimasi Kecenderungan Arah. Menurut Juang Sunanto (2006:68), kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, pertama metode tangan bebas (freehand). Metode freehand adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap data point pada suatu kondisi kemudian menarik garis lurus yang membagi data point menjadi dua bagian. Dan yang kedua metode belah tengah (splitmiddle) yaitu kecenderungan arah grafik ditentukan berdasarkan nilai tengah (median) dari data point ordinalnya. c. Menentukan Kecenderungan Kestabilan (Trend Stability) Untuk menentukan kecenderungan kestabilan dapat dihitung dengan cara sebagi berikut :
34
1) Tentukan rentang stabilitas, yaitu menggunakan criteria stabilitas sebesar 15 % dengan rumus : Rentang Stabilitas = kriteria stabilitas x skor tertinggi 2) Mengitung mean level, yaitu semua skor dijumlahkan dan di bagi banyak poin. 3) Menentukan batas atas dengan cara mean level ditambah setengah rentang stabilitas. 4) Batas bawah dengan cara mean level dikurangi setengah rentang stabilitas, 5) Tentukan persentase stabilitas yang berada dalam rentang stabilitas dengan cara : Persentase stabilitas : banyaknya data poin yang ada dalam
rentang : banyaknya data poin.
Jika persentase stabilitas sebesar 85% sampai dengan 90% disebut stabil. Jika kurang dari 85% disebut tidak stabil. d. Menentukan Kecenderungan Jejak Data Menentukan kecenderungan jejak data sama dengan arah kecenderungan, yaitu dimasukkan hasil yang sama seperti kecenderungan arah, apakah meningkat (+), menurun (-) atau mendatar (=) sumbu x. e. Menentukan Level Stabilitas Dan Rentang Tingkat stabilitas (level stability) menunjukkan derajat variasi atau besar dan kecilnya rentang pada kelompok data tertentu. Jika rentang datanya kecil atau tingkat variasinya berkurang maka data dikatakan stabil. Secara umum 80%-90% data masih berada pada 15% di atas dan di bawah mean, data dikatakan stabil, sedangkan di bawah itu dikatakan tidak stabil (variabel). Menentukan tingkat dan rentang stabilitas yaitu sama dengan cara menentukan rata-rata tingkat yang dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai seluruh titik data dan membagi
35
jumlahnya dengan jumlah titik data. Kemudian dengan menggunakan Trend Stability Criterion Envelope di sekitar rata-rata (bagian atas dan bagian bawah). Range ditentukan dengan mengidentifikasi titik data pada koordinat yang paling tinggi dengan rumus : Jumlah titik data dalam range x 100% = % Stabilitas Jumlah total titik data f. Menentukan Tingkat Perubahan Menurut Juang Sunanto (2005) ”untuk menentukan tingkat perubahan atau level change yang menunjukkan seberapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi, dapat dihitung dengan cara: 1) Menentukan berapa besar data poin (skor) pertama dan terakhir dalam suatu kondisi. 2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil. 3) Tentukan apakah selisih menunjukkan arah yang membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajaran Sehingga level perubahan data dapat ditulis.
Persentase stabilitas = Data yang besar – Data yang kecil Tabel 3.1 level perubahan data Kondisi Level perubahan
A/1 Data yang besar – data yang kecil
B/2 Data yang besar – data yang kecil
Format rangkuman komponen analisis visual grafik (visual analisis of grafik data) dalam kondisi dapat dilihat pada table berikut:
36 Tabel 3.2 Format Rangkuman Analisis Visual Grafik Dalam Kondisi
Kondisi
A/1
B/2
1. Panjang kondisi 2. Estimate kecenderungan arah. 3. Kecenderungan stabilitas 4. Jejak data. 5. level stabilitas dan rentang 6. level perubahan.
2. Analisis Antar Kondisi Juang Sunanto (2005) mengetakan: Memulai menganalisa perubahan data antar kondisi , data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisa. Karena jika data bervarias (tidak stabil) maka akan mengalami kesulitan untuk menginterpretasi. Disamping aspek stabilitas ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan level dan besar kecilnya overlape yang terjadi antara dua kondisi yang dianalisis. Adapun komponen dalam analisis antar kondisi adalah: a) Menentukan banyak variabel yang berubah. Menentukan jumlah variabel yang berubah diantara kondisi baseline dan intervensi. Tabel 3.3 variabel yang berubah:
Perbandingan kondisi
B1/A1 (2:1)
Jumlah variabel yang akan berubah b) Menentukan perubahan kecenderungan arah, dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi yang berubah di atas.
37
c) Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas, dengan melihat kecenderungan stabilitas pada kondisi A dan B pada rangkuman analisis dalam kondisi. d) Menentukan level perubahan, Seperti yang dikemukakan (Juang Sunanto,2005) yaitu: 1) Melihat nilai terakhir pada kondisi A dan nilai pertama pada kondisi B. 2) Hitung selisih keduanya. 3) Mecatat apakah perubahan tersebut membaik atau memburuk, dan jika tidak ada perubahan maka ditulis 0. e) Menentukan persentase overlape data kondisi A dan B adapun caranya sebagai berikut: 1) Lihat kembali data pada kondisi A dan B yang berada pada rentang kondisi A. 2) Hitung berapa data poin pada kondisi B yang berada pada rentang A. 3) Perolehan pada langkah nomor 2 dibagi dengan banyaknya data poin dalam kondisi B, kemudian dikalikan 100, jika semakin kecil persentase overlape maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior atau variabel terikat. Setelah diketahui masng-masing komponen tersebut, maka dimasukkan dalam tabel format analisis antar visual grafik antar kondisi sebagai berikut
38 Tabel 3.2 Perubahan Analisis Antar Kondisi
Kondisi
B1: A1 2:1
1. Jumlah variable yang berubah 2. Perubahan kecenderunganarah. 3.Perubahankecenderunagn
stabilitas 4. Level perubahan. 5. Persentase overlap
39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN E. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada kondisi A (Baseline) tanpa menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan, subjek dikatakan mengenal pecahan apabila anak dapat menyebutkan pecahan ,
,menunjukkan pecahan ,
bilangan ,
pecahan dengan lambang
. Pelaksanaan pengamatan mengenal pecahan ini dilakukan tanpa
menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) dan fase ini peneliti tidak memberikan perlakuan terlebih dahulu pada anak. Pengamatan pada kondisi baseline untuk menyebutkan pecahan dilakukan sebanyak enam kali, dimulai pada tanggal 5 mai 2012 sampai 28 mai 2012, kondisi baseline untuk menunjukkan pecahan dilakukan sebanyak tujuh kali di mulai pada tanggal 5 mai 2012 sampai 30 mai 2012 dan kondisi baseline untuk mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dlakukan sebanyak Sembilan kali pada tanggal 5 mai 2012 sampai 4 juni 2012. 2. Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada kondisi B (Intervensi) dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk ) Kondisi intervensi untuk menyebutkan pecahan dilakukan sebanyak sepuluh kali ertemuan yaitu dimulai pada tanggal 30 mai 2012 sampai 14 juni 2012 kondisi intervensi untuk menunjukkan pecahan dilakukan sebanyak Sembilan kali pertemuan yaitu dimulai pada tanggal 1 juni 2012 sampai 14 juni 2012 kondisi intervensi untuk mencocokkan pecahan dengan
39
40
lambang bilangan dikalukan sebanyak tujuh kali pertemuan yaitu pada tanggal 6 juni sampai 14 juni 2012. Intervensi merupakan pemberian perlakuan kepada anak kesulitan belajar dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan
,
. Adapun langkah- langkah penggunaan media kepingan CD (Compact
Disk) dalam meningkatkan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan media kepingan CD (Compact Disk) dan peralatan lainnya seperti gambar media gambar pecahan yang dibuat dalam kertas HVS digunakan untuk mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan b. Membuat persiapan mengajar, materi tentang pengenalan pecahan
,
Merumuskan tujuan pembelajaran Langkah – langkah pelaksanaan 1 ) langkah – langkah penggunaan media CD (Compact Disk ) a. Sediakan alat b. Letakkan media CD (Compact Disk ) di depan anak dengan posisi yang baik dan benar c. Guru memperkenalkan media CD ( Compact Disk ) pada anak d. Guru menjelaskan media CD (Compact Disk) kepada anak bahwa media CD (Compact Disk) ini adalah media bekas. e. Menyebutkan pecahan dengan kertas HVS
,
dan memperlihatkan gambar pecahan yang dibuat
41
f. Menunjukkan pecahan
,
yang terdapat pada CD (Compact Disk) dan
menyebutkan nilai pecahan , g. Mencocokkan pecahan
pada media tersebut.
,
dengan lambang bilangan yang terdapat di kertas
HVS 2) Langkah – langkah pengajaran pengoperasian media CD(Compact Disk ) a. Guru memperkenalkan media kepada anak yaitu media CD (Compact Disk) b. Guru menjelaskan media CD (Compact Disk) kepada anak bahwa media CD (Compact Disk) ini adalah media bekas. c. Guru menjelaskan media CD (Compact Disk) kepada anak bahwa media CD (Compact Disk) dipotong- potong sesuai dengan bentuk dan ukranya sama besar sehingga mempermudah dalam mengajarkan pecahan. d. peneliti mengambil sejumlah kepingan pecahan CD (Compact Disk). Dan satu persatu anak menyebutkan pecahan tersebut. e. peneliti menyebutkan nama pecahan dari masing- masing pecahan dengan menunjukkan kepingan CD (Compact Disk). f. Peneliti mencocokkan pecahan
,
dengan lambang bilangan yang terdapat
dalam kertas HVS. 3) Evaluasi Evaluasi diberikan setelah anak mengetahui mana pecahan
,
dengan
memberikan tes perbuatan. Adapun tes perbuatan yang diberikan, dengan meminta anak melaksanakan instruksi yang peneliti berikan. Setiap kemampuan terdiri dari 5 soal. 5 soal untuk kemampuan menyebutkan pecahan, 5 soal untuk kemampuan menunjukkan pecahan, dan 5 soal
42
untuk kemammpaun mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Untuk penskoran setiap soal yang dijawab benar dikalian 2 Nilai = jumlah jawaban benar X F. Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan bagi anak kesulitan belajar melalui media CD ( Compact Disk ) yang dilaksanakan dengan metode single subject research. Penelitian ini menggunakan Desain Baseline Jamak Anatarvariabe ( multiple baseline cross variables) dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan anlisis visual data grafik ( visual analisis of grafik data ). Data dalam kondisi baseline ( A ) yaitu data yang diperoleh sebelum diberikan perlakuan dan data kondisi intervensi ( B ) yaitu data yang diperoleh setelah diberikan perlakuan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Kondisi baseline (sebelum diberi perlakuan) A . Kemampuan menyebutkan pecahan
,
Data diperoleh melalui tes perbuatan dengan meminta anak menyebutkan pecahan yang diperlihatkan oleh peneliti. Tes ini dilakukan setiap kali pengamatan masing – masing selama 30 menit. Pengukuran dilakukan dengan cara meminta anak untuk menyebutkan pecahan yang diperlihatkan kepada anak, dengan jenis ukuran target behavior. Frekuensi atau jumlah. Hasil jawaban diceklis dalam format pengumpulan data yang telah disediakan, kemudian dijumlahkan berapa banyak anak dapat menyebutkan dengan benar pecahan dilakukan sebanyak empat kali dengan data sebagai berikut :
,
.
Pengamatan
43
1) Hari pertama pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu 2) Hari kedua pengamatan anak bisa menyebutkan 2 buah pecahan yaitu , 3) Hari ketiga pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu 4) Hari keempat pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu , 5) Hari kelima pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu , 6) Hari keenam pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu , Berdasarkan data yang diperoleh pada hari pengamatan ketiga sampai keenam, maka peneliti menghentikan pengetesan karena data sudah menunjukkan hasil yang stabil. Dimana pada setiap pengetesan anak pada umumnya sudah bisa menyebutkan pecahan disebabkan karena anak belum memahami benar-benar pecahan
,
. Adapun kondisi
baseline dapat dilihat pada table dan garfik kondisi A dibawah ini. Tabel 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan Hari
Hari/ tanggal
Pengamatan
Jumlah jawaban yang benar
Skor
1
Sabtu/ 5 mai 2012
1
2
2
Selasa/ 15 mai 2012
2
4
3
Kamis/ 17 mai 2012
1
2
4
Minggu/ 20 mai 2012
1
2
5
Minggu/ 27 mai 2012
1
2
6
Senin/ 28 mai 2012
1
2
Data dapat dilihat pada grafik :
hal ini
44
Grafik 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa lamanya pengamatan awal kondisi baseline sebelum intervensi diberikan adalah enam kali pengamatan dan dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan
,
masih rendah. Peda
pengamatan yang ketiga sampai keenam data sudah stabil maka peneliti menghentikan pengamatan. B . Kemampuan menunjukkan pecahan bilangan
,
Data diperoleh melalui tes perbuatan, yang mana anak diminta untuk menunjukkan pecahan
,
yang disebutkan oleh peneliti. Data diperoleh dari hasil pengamatan, setiap
kali pengamatan dilakukan masing- masing selama 30 menit. Pengukuran dilakukan dengan cara menugaskan anak menunjukkan pecahan
,
sesuai dengan instruksi peneliti. Hasil
45
jawaban yang benar diceklis dalam format pengumpulan data yang telah disediakan, setelah itu dihitung berapa jumlah pecahan yang bisa di tunjukkan benar oleh subjek penelitian. Pengamatan dilakukan sebanyak tujuh kali dengan data sebagai berikut: 1) Hari pertama pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 2) Hari kedua pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 3) Hari ketiga pengamatan anak bisa menunjukkan 2 buah pecahan yaitu 4) Hari keempat pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 5) Hari kelima pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 6) Hari keenam pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 7) Hari ketujuh pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada pengamatan yang keempat sampai ketujuh, peneliti menghentikan pengetesan karena sudah menunjukkan hasil yang stabil. Adapun kondisi baseline dapat dilihat pada bable dan grafik kondisi A dibawah ini :
46
Tabel 4.2 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan Hari
Hari/ tanggal
pengamatan
Jumlah jawaban yang benar
Skor
1
Sabtu/ 5 mai 2012
1
2
2
Selasa/ 15 mai 2012
1
2
3
Kamis/ 17 mai 2012
2
4
4
Minggu/ 20 mai 2012
1
2
5
Minggu/ 27 mai 2012
1
2
6
Senin/28 mai 2012
1
2
7
Kamis/ 30 mai 2012
1
2
Data dapat dilihat pada grafik berikut
Grafik 4.2
47
Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa lamanya pengamatan awal kondisi baseline sebelum intervensi diberikan adalah tujuh kali pengamatan dan dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan
,
masih rendah. Pada
pengamatan yang keempat sampai ketujuh data sudah stabil maka peneliti menghentikan pengamatan.
C . Kemampuan mencocokkan pecahan
,
dengan lambang bilangan
Data diperoleh melalui tes mencocokkan pecahan dengan dengan lambang bilangan. Data ini di dapat dari hasil pengamatan yang dilakukan selama Sembilan kali pertemuan dilakukan selama 30 menit. Pengamatan dilakukan sebanyak Sembilan kali dengan data yang diperoleh sebagai berikut : 1) Hari pertama pengamatan anak tidak bisa mencocokkan pecahan satu pun 2) Hari kedua pengamatan anak bisa mencocokkan 2 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang bilangan
, pecahan
dengan lambang
bilangan 3) Hari ketiga pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang bilangan
4) Hari keempat pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang bilangan
5) Hari kelima pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang bilangan
48
6) Hari keenam pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang bilangan
7) Hari ketujuh pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang bilangan
8) Hari kedelapan pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang bilangan
9) Hari kesembilan pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang bilangan
Adapun data yang diperoleh dari kondisi baseline dapat dilihat pada tabel dan grafik kondisi A dibawah ini : Tabel 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Hari
Hari/ tanggal
Pengamatan
Jumlah jawaban yang benar
Skor
1
Sabtu/ 5 mai 2012
-
-
2
Selasa/ 15 mai 2012
2
4
3
Kamis/ 17 mai 2012
1
2
4
Minggu/ 20 mai 2012
1
2
5
Minggu/ 27 mai 2012
1
2
6
Senin/28 mai 2012
1
2
7
Kamis/30 mai 2012
1
2
8
Jumat/1 juni 2012
1
2
9
Senin/4 juni 2012
1
2
Dapat dilihat pada grafik :
49
Grafik 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa lamanya pengamatan awal atau kondisi baseline sebelum intervensi diberikan adalah Sembilan kali pengamatan dan dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan masih rendah. Pada pengamatan yang pertama sampai kesembilan kemampuan anak sama karena sudah stabil maka peneliti menghentikan pengamatan. 2 . Kondisi Intervensi (setelah diberi perlakuan) Intervensi merupakan pemberian perlakuan kepada anak kesulitan belajar dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) guna untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan
,
. Hal ini bertujua agar anak dapat menyebutkan pecahan,
menunjukkan pecahan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Pengamatan pada
50
kondisi intervensi untuk kemampuan menyebutkan pecahan dilakukan sebanyak sepuluh kali, dimulai pada tanggal 30 mai 2012 sampai 14 juni 2012, kondisi intervensi untuk menunjukkan pecahan dilakukan sebanyak Sembilan kali, dimulai pada tanggal 1 juni 2012 sampai 14 juni 2012, dan intervensi untuk mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dilakukan sebanyak tujuk kali, dimulai pada tanggal 6 juni 2012 sampai 14 juni 2012. Perlakuan ini dilakukan secara berulang- ulang sehingga anak bisa menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Media kepingan CD (Compact Disk) diperkenalkan kepada anak mana yang merupakan pecahan ,
. Setelah itu, menyebutkan pecahan dari kepingan CD(Compact Disk). Peneliti
membawa kue dan peneliti memotong kue didepan anak dan kemudian anak diminta untuk menyebutkan berapa nilai pecahan yang terdapat dari potongan kue tersebut. Terakhir, anak diberikan soal mengenai pecahan dan meminta anak menjawab pertanyaan tentang menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan melalui media kepingan CD(Compact Disk). Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan jenis ukuran target behavior frekuensi yaitu berapakah anak menjawab soal yang benar dari pertanyaan yang diajukan.
A . Kemampuan menyebutkan pecahan ,
1) Hari ketujuh, 30 mai 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu
51
2) Hari kedelapan, 1 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu 3) Hari kesembilan, 4 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu 4) Hari kesepuluh, 6 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 2 buah pecahan yaitu , 5) Hari kesebelas, 7 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 3 buah pecahan yaitu , 6) Hari keduabelas, 8 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 4 buah pecahan yaitu , 7) Hari ketigabelas, 10 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 5 buah pecahan yaitu , 8) Hari keempatbelas, 11 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 5 buah pecahan yaitu ,
52
9) Hari kelimabelas, 13 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 5 buah pecahan yaitu , 10) Hari keenambelas, 14 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 5 buah pecahan yaitu , Tabel 4.4 Kondisi Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan Hari
Hari/ tanggal
Pengamatan
Jumlah jawaan yang benar
Skor
7
Kamis/30 mai 2012
1
2
8
Jumat/1 juni 2012
1
2
9
Senin/4 juni 2012
1
2
10
Rabu/6 juni 2012
2
4
11
Kamis/7 juni 2012
3
6
12
Jumat/8 juni 2012
4
8
13
Minggu/10 juni 2012
5
10
14
Senin/11 juni 2012
5
10
15
Rabu/13 juni 2012
5
10
16
Kamis/14 juni 2012
5
10
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini
53
Grafik 4.4 Kondisi Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan Setelah anak diberi perlakuan dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk), maka kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan , mampu menyebutkan pecahan ,
meningkat dan akhirnya anak
dengan benar. Berdasarkan data yang diperoleh pada
hari ketigabelas sampai keenam belas, anak mampu menyebutkan pecahan
,
sudah
menunjukkan hasil stabil. B . Kemampuan menunjukkan pecahan ,
1) Hari kedelapan, 1 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 1 buah pecahan yaitu
54
2) Hari kesembilan, 4 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 2 buah pecahan yaitu
,
3) Hari kesepuluh, 6 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 3 buah pecahan yaitu
, ,
4) Hari kesebelas, 7 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu
, , , ,
5) Hari keduabelas, 8 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu
, , , ,
6) Hari ketigabelas, 10 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu
, , , ,
7) Hari keempatbelas, 11 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu
, , , ,
8) Hari kelimabelas, 13 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu
, , , ,
55
9) Hari keenamelas, 14 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu
, , , , Tabel 4.5
Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan Hari
Hari/ tanggal
pengamatan
Jumlah
Skor
jawaban yang benar
8
Jumat/ 1 juni 2012
1
2
9
Senin/4 juni 2012
2
4
10
Rabu/6 juni 2012
3
6
11
Kamis/7 juni 2012
5
10
12
Jumat/8 juni 2012
5
10
13
Minggu/10 juni 2012
5
10
14
Senin/11 juni 2012
5
10
15
Rabu/13 juni 2012
5
10
16
Kamis/14 juni 2012
5
10
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini
56
Grafik 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan
Setelah anak diberi perlakuan dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk), maka kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan , , , , mampu menunjukkan pecahan , , , ,
meningkat dan akhirnya anak
dengan benar. Berdasarkan data yang diperoleh pada
hari kesebelas sampai keenambelas, kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan , , , , sudah menunjukkan hasil yang stabil C . Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 1) Hari kesepuluh, 6 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak dapat
57
menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan
dengan lambang
dengan lambang bilangan
2) Hari kesebelas, 7 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitupecahan bilangan pecahan
pecahan dengan lambang bilangan
pecahan
dengan lambang
dengan lambang bilangan
dengan lambang bilangan
3) Hari keduabelas, 8 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan bilangan
pecahan
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
pecahan
dengan lambang
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
4) Hari ketigabelas, 10 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan bilangan
pecahan
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
pecahan
dengan lambang
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
5) Hari keempatbelas, 11 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan
dengan lambang
58
bilangan
pecahan
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
pecahan
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
6) Hari kelimabelas, 13 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitupecahan bilangan
pecahan
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
pecahan
dengan lambang
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
7) Hari keenambelas, 14 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan bilangan
pecahan
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
pecahan
dengan lambang
dengan lambang bilangan
pecahan dengan lambang bilangan
59
Tabel 4.6 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan Lambang Bilangan Hari pengamatan
Hari/ tanggal
p
Jumlah jawaban
Skor
Yang benar 10
Rabu/6 juni 2012
3
6
11
Kamis/7 juni 2012
4
8
12
Jumat/8 juni 2012
5
10
13
Minggu/10 juni 2012
5
10
14
Senin/11 juni 2012
5
10
15
Rabu/13 juni 2012
5
10
16
Kamis/14 juni 2012
5
10
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grfik dibawah ini
Grafik 4.6
60
Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Setelah anak diberi perlakuan dengan menggunakan media kepingan CD
(Compact
Disk), maka kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan meningkat dan akhirnya anak mampu mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Berdasarkan data yang diperoleh pada hari kesepuluh sampai hari keenambelas, kemapuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan sudah menunjukkan hasil yang stabil. Perbandingan antara hasil data baseline (A) dengan data intervensi ( B) kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan
, , , ,
dapat dilihat pada grafik dibawah ini
Grafik 4.7 Data Tentang Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada Kondisi A Dan B Data pada kondisi baseline kemampuan anak menyebutkan pecahan diambil enam kali pengamatan. Setelah diperoleh kestabilan data pada hari ketiga dan keenam, diketahui bahwa
61
kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan masih rendah. Maka dilanjutkan memberikan intervensi pada pengamatan hari ketujuh sampai hari keenambelas dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk). Kemampuan menyebutkan pecahan berangsur-angsur meningkat dan akhirnya pada pengamatan ketigabelas sampai keenambelas anak sudah dapat menyebutkan pecahan , , , ,
dengan benar.
Perbandingan antara hasil baseline ( A) dengan data intervensi ( B) kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan , , , ,
dapat dilihat pada grafik dibawah ini
Grafik 4.8 Data Tentang Kemampuan Menunjukkan Pecahan Pada Kondisi A Dan B
Data pada kondisi baseline diambil tujuh kali pengamatan. Setelah diperoleh kestabilan data hari keempat sampai hari ketujuh, diketahui bahwa kemampuan anak dalam menunjukkan
62
pecahan masih rendah. Maka dilanjutkan dengan memberikan intervensi pada pengamatan hari kedelapan dan keenambelas dengan menngunakan media kepingan CD (Compact Disk). Kemampuan menunjukkan pecahan
, , , ,
berangsur-angsur meningkat dan pada akhirnya
pada pengamatan kesebelas sampai keenambelas anak dapat menunjukkan pecahan , , , , dengan benar. Perbandingan antara hasil data baseline (A) dengan data intervensi ( B) kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dapat dilihat pada grafikdibawah ini :
Grafik 4.9 Data Tentang Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Pada Kondisi A Dan B Data pada kondisi baseline diambil Sembilan kali pengamatan. Setelah diperoleh kestabilan data pada hari pertama sampai kesembilan, diketahui bahwa kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan masih rendah. Maka dilanjutkan memberikan
63
intervensi pada pengamatan kesepuluh sampai keenambelas dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk). Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan meningkat pada pengamatan kesepuluh sampai keenambelas anak dapat mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dengan benar. 1) Analisis Dalam Kondisi a . Menentukan Panjang Kondisi Panjang kondisi adalah lamanya pengamatan dilakukan pada masing-masing kondisi yaitu kondisi A dan B. Pengamatan dilakukan untuk kemampuan menyebutkan pecahan pada kondisi A dilakukan sebanyak enam kali, dan pada kondisi baseline dilakukan sebanyak sepuluh kali pengamatan. Dengan kata lain, panjang kondisi merupakan jumlah titik data yangterdapat pada masing- masing kondisi. Pada kondisi A jumlah titik datanya enam buah dan kondisi B jumlah titik datanya sepuluh buah. Untuk lebih jelas panjang kondisi A dan B dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Panjang Kondisi Baseline Dan Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan Kondisi
A/ 1
B/2
panjang kondisi
6
10
Berdasarkan table angka 6 pada kolom A adalah panjang kondisi atau jumlah pengamatan yang dilakukan pada kondisi baseline. Sementara itu, angka 10 pada kolom B adalah kondisi atau jumlah perlakuan yang diberikan pada kondisi intervensi. Pengamatan yang dilakukan untuk kemampuan menunjukkan pecahan pada kondisi A dilakukan sebanyak tujuh kali , dan pada kondisi B pengamatan dilakukan sebanyak Sembilan kali pengamatan. Dengan kata lain, panjang kondisi merupakan jumlah titik data yang terdapat
64
pada masing-masing kondisi. Pada kondisi A jumlah titik datanya tujuh buah dan kondisi B jumlah titik data Sembilan buah. Untuk lebih jelas panjang kondisi A dan B dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.8 Panjang Kondisi Baseline Dan Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan Kondisi panjang kondisi
Berdasarkan tabel:
A/ 1
B/2
7
9
angka 7 pada kolom A adalah panjang kondisi atau jumlah
pengamatan yang dilakukan pada kondisi baseline. Sementara itu, angka 9 pada kolom B adalah panjang kondisi atau jumlah perlakuan yang diberikan pada kondisi intervensi. Pengamatan yang dilakukan untuk kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada kondisi A dilakukan sebanyak Sembilan buah, dan pada kondisi B pengamatan dilakukan sebanyak tujuh buah. Untuk lebih jelas panjang kondisi A dan B dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.9 Panjang Kondisi Baseline Dan Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Kondisi
A/ 1
B/2
panjang kondisi
9
7
Berdasarkan tabel : angka 9 pada kolom A adalah panjang kondisi atau jumlah pengamatan yang dilakukan pada kondisi baseline. Sementara itu, angka 7 pada kolom B adalah panjang kondisi atau jumlah perlakuan yang diberikan pada kondisi intervensi.
65
b . menentukan estimalasi kecendrungan arah Untuk menentukan arah kecendrungan ini ditentukan dengan menggunakan metode belah dua ( split- middle). Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama kiri dan kanan, misalnya dilambangkan dengan ( 1) 2. Membagi jumlah titik data yang telah dibagi diatas menjadi dua bagian yang sama atau ( mid data) misalnya dilambangkan sengan (2a) 3. Tentukan posisi masing-masing median dari masing-masing dilambangkan dengan (2b) 4. Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara (2a) dengan (2b)
Grafik 4.10
66
Kecendrungan Arah Menyebutkan Pecahan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Estimasi kecendrungan arah : Titik pembagi dua data sebelah kanan dan dua data sebelah kiri : Titik pembagi dua data : median : titik pembagi dua data baseline dengan intervensi Dari grafik terlihat estimasi kecendrungan arah kemampuan menyebutkan pecahan , ,
, ,
pada kondisi A menurun (-) terlihat dari grafik bahwa kemampuan masih rendah dan
pada kondisi B estimilasi kecendrungan arahnya meningkat (+) kemampuan anak dalam memyebutkan pecahan terus naik dan stabil.
67
Tabel 4.10 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menyebutkan Pecahan Kondisi
A
B
(-)
(+)
Estimasi kecendrungan arah
Grafik 4.11 Kecendrungan Arah menunjukkan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi
Keterangan : : titik data : titik data
68
: Estimasi kecendrungan arah : Titik pembagi dua data sebelah kanan dan dua data sebelah kiri : Titik pembagi dua data : median : titik pembagi dua data baseline dengan intervensi
Dari grafik terlihat estimasi kecendrungan arah kemampuan menunjukkan pecahan , ,
, ,
pada kondisi A menurun (-) terlihat dari grafik bahwa kemampuan masih rendah dan
pada kondisi B estimilasi kecendrungan arahnya meningkat (+) kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan terus naik dan stabil. Tabel 4.11 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menunjukkan Pecahan Kondisi
A
B
(-)
(+)
Estimasi kecendrungan arah
69
Grafik 4.12 Kecendrungan Arah Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Estimasi kecendrungan arah : Titik pembagi dua data sebelah kanan dan dua data sebelah kiri : Titik pembagi dua data : median : titik pembagi dua data baseline dengan intervensi
70
Dari grafik terlihat estimasi kecendrungan arah kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada kondisi A menurun (-) terlihat dari grafik bahwa kemampuan masih rendah dan pada kondisi B estimilasi kecendrungan arahnya meningkat (+) kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan terus naik dan stabil. Tabel 4.12 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Kondisi
A
B
(-)
(+)
Estimasi kecendrungan arah
c . menentukan kecendrungan kestabilan Menunjukkan kecendrungan stabilitas pada kondisi A dan B digunakan sebuah criteria stabilitas yang telah ditetapkan. Untuk menentukan kecendrungan stabilitas digunakan criteria stabilitas 15%. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung mean level, batas atas, batas bawah dan persentase stabilitas. Jika persentase stabilitas terletak antara
85% - 95% maka
kecenderungannya stabil sedangkan jika dibawah 85% - 95% dikatakan tidak stabil. Adapun perhitungannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Kemampuan menyebutkan pecahan , 1. Kondisi baseline (A) a . menentukan rentang stabilitas ( trend stability)
71
Rentang stabilitas = kriteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 4 = 0,6 b . menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = 2+4+2+2+2+2 = 14 Mean level = 14 : 6 = 2,3 c . menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan.
Batas atas = mean level +( rentang stabilitas)
rentang stabilitas = x 0,6 = 0,3 Batas atas = 2,3 + 0,3 = 2,6 d . menetukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level – ( rentang stabilitas) Batas bawah = 2,3 – 0,3 =2
72
e . Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 2,6) dan batas bawah ( 2) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 0 Banyak data poin = 6 Persentase stabilitas ? Persentase stabilitas = 0 : 4 = 0 x 100% = 0% Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 : Persentase stabilitas kondisi baseline menyebutkan pecahan Banyak data pion yang ada dalam rentang
:
Banyak data pion 6
=
=
Persentase stabilitas 0%
0
2 . Kondisi intervensi ( B ) a . menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = kriteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 10 = 1,5 b . menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi B Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = 2+2+2+4+6+8+10+10+10+10 = 64 Mean level = 64 : 10
73
= 6,4 c . menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan.
Batas atas = mean level +( rentang stabilitas)
rentang stabilitas = x 1,5 = 0,75 Batas atas = 6,4 + 0,75 = 7,15 d . menetukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level – ( rentang stabilitas)
Batas bawah = 6,4– 0,75 = 5,65 e . Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 7,15 ) dan batas bawah ( 5,65) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 1 Banyak data poin = 10 Persentase stabilitas ? Persentase stabilitas = 1 : 10 = 0,1 x 100% = 10% Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut :
74
Tabel 4.14: persentase stabilitas kondisi intrvensi menyebutkan pecahan Banyak data pion yang ada dalam rentang
:
Banyak data pion 10
=
Persentase stabilitas
=
10 %
1
( tidak stabil )
Dapat dijelaskan bahwa persentase stabilitas pada kondisi sebelum diberikan intervensi dan kondisi setelah diberikan intervensi tidak stabil, karena persentase stabilitas kondisi ( A ) adalah 0 % dan kondisi B adalah 10%. Data dikatakan stabil apabila diperoleh persentase stabilitas 85%-90%. Untuk lebih jelas mengenai persentase stabilitas pada kodisi baseline( 0%) dan intervensi( 10% ) dapat dilihat dalam tabel persentase stabilitas berikut ini : Tabel 4.15 Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ( A) Dan Intervensi Kemampuan Meyebutkan Pecahan Kondisi Kecendrungan data stabilitas
Baseline ( A) 0% ( tidak stabil)
Stabilitas kecendrungan data dapat dilihat pada grafik berikut ini :
( B) Pada
Intervensi ( B) 10% ( tidak stabil)
75
Grafik 4.13 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan Menyebutkan Pecahan Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Batas atas : Mean : Batas bawah Tergambar pada grafik, kondisi baseline ( A ) frekuensi yang didapat pada hari pertama yaitu 2, dan pada hari kedua frekuensi yang didapat yaitu 4, berarti data naik pada hari pertama. Pada pemgamatan ketiga dan keenam data mendatar dan stabil dengan frekunsi 2.
76
Pada kondisi intervensi (B), pada pengamatan ketujuh dan kesembilan frekuensi 2, pengamatan kesepuluh frekuensi yaitu 4, pada
pengamatan kesebelas frekuensi 6, pada
pengamatan keduabelas frekuensi 8, pada pengamatan ketigabelas dan keenambelas kemampuan anak menyebutkan pecahan meningkat. Pada pengamatan kesebelas dan keenam belas data mendatar dan telah stabil dengan frekuensi 10.
Kemampuan menunjukkan pecahan , 2. Kondisi baseline (A) a . menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = kriteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 4 = 0,6 b . menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = 2+ 2+ 4+2+2+2+2 = 16 Mean level = 16 :7 = 2,28
c . menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan.
Batas atas = mean level +( rentang stabilitas)
rentang stabilitas = x 0,6 = 0,3
77
Batas atas = 2,28 + 0,3 = 2,58 d . menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level – ( rentang stabilitas) Batas bawah = 2,28 – 0,3 = 1,98 e . Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 2,58 ) dan batas bawah ( 1,98) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 6 Banyak data poin = 7 Persentase stabilitas ?
Persentase stabilitas = 6 : 7 = 0,85 x 100% = 85 % Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.16: persentase stabilitas kondisi baseline menunjukkan pecahan Banyak data pion yang ada dalam rentang
6
:
Banyak data pion
:
7
=
Persentas e stabilitas
= 85% (stabil)
78
2 . Kondisi intervensi ( B ) a . menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = kriteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 10 = 1,5 b . menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi B Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = 2+4+6+10+10+10+10+10+10 = 72 Mean level = 72 : 9 =8 c . Menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas atas = mean level + rentang stabilitas
rentang stabilitas = x 1,5 = 0,75 Batas atas = 8 + 0,75 = 8,75 d . Menetukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level – ( rentang stabilitas) Batas bawah = 8 – 0,75 = 7,25 e . Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 8,75 ) dan batas bawah ( 7,25) kemudian dibagi dengan banyak data poin.
79
Data poin dalam rentang = 0 Banyak data poin = 9 Persentase stabilitas ? Persentase stabilitas = 0 : 9 = 0 x 100% = 0% Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.17:Persentase stabilitas kondisi intervensi menunjukkan pecahan Banyak data pion yang ada dalam rentang
:
Banyak data pion 9
0
=
0=
Persentase stabilitas 100%= 0%
( t (tidak stabil )
Dapat dijelaskan bahwa persentase stabilitas pada kondisi sebelum diberikan intervensi dan kondisi setelah diberikan intervensi tidak stabil, karena persentase stabilitas kondisi ( A ) adalah 85 % dan kondisi B adalah 0%. Data dikatakan stabil apabila diperoleh persentase stabilitas 85%-90%. Untuk lebih jelas mengenai persentase stabilitas pada kodisi baseline( 85%) dan intervensi( 0% ) dapat dilihat dalam tabel persentase stabilitas berikut ini. Tabel 4.18 Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ( A) Dan Intervensi
( B) Pada
Kemampuan menunjukkan Pecahan Kondisi Kecendrungan data stabilitas
Baseline ( A)
Intervensi ( B)
85% ( stabil)
0% ( tidak stabil)
Stabilitas kecendrungan data dapat dilihat pada grafik berikut ini :
80
Grafik 4.14 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan Menunjukkan Pecahan Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Batas atas : Mean : Batas bawah Tergambar pada grafik, kondisi baseline ( A ) frekuensi yang didapat pada hari pertama dan kedua yaitu 2, dan pada hari ketiga frekuensi yang didapat yaitu 4, berarti data naik pada hari pertama. Pada pemgamatan keempat dan ketujuh data mendatar dan stabil dengan frekunsi 2.
81
Pada kondisi intervensi (B), pada pengamatan kedelapan frekuensi 2, pengamatan kesembilan frekuensi yaitu 4, pada
pengamatan kesepuluh frekuensi 6, pada pengamatan
kesebelas dan keenambelas frekuensi 10. Pada pengamatan kesebelas dan keenambelas data mendatar dan telah stabil dengan frekuensi 10. Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 3. Kondisi baseline (A) a . Menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = criteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 4 = 0,6 b . Menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = 0+4+2+2+2+2+2+2+2 = 18 Mean level = 18 : 9 =2 c . Menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas atas = mean level + rentang stabilitas
rentang stabilitas = x 0,6 = 0,3 Batas atas = 2 + 0,3 = 2,3
82
d . Menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level – ( rentang stabilitas) Batas bawah = 2 – 0,3 = 1,7 e . Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 2,3 ) dan batas bawah ( 1,7) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 7 Banyak data poin = 9 Persentase stabilitas ? Persentase stabilitas = 7 : 9 = 0,77 x 100% = 77% Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.19 : persentase stabilitas kondisi baseline mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Banyak data pion yang ada dalam rentang
:
Banyak data pion
:
9
7
=
Persentase stabilitas
=
77% (tidak stabil)
2 . Kondisi intervensi ( B ) a . menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = criteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 10 = 1,5
83
b . menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi B Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = 6+8+10+10+10+10+10 = 64 Mean level = 64 : 7 = 9,1 c . menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan.
Batas atas = mean level +( rentang stabilitas)
rentang stabilitas = x 1,5 = 0,75 Batas atas = 9,1+ 0,75 = 9,85 d . menetukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level – ( rentang stabilitas) Batas bawah = 9,1 – 0,75 = 8,35 e . Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 9,85 ) dan batas bawah ( 8,35) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 0 Banyak data poin = 7
84
Persentase stabilitas ? Persentase stabilitas = 0 : 7 = 0 x 100% = 0% Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.20: persentase stabilitas kondisi intervensi mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Banyak data pion yang ada dalam rentang
:
Banyak data pion 7
0
=
0=
Persentase stabilitas 0%
( ti (tidak stabil )
Dapat dijelaskan bahwa persentase stabilitas pada kondisi sebelum diberikan intervensi dan kondisi setelah diberikan intervensi tidak stabil, karena persentase stabilitas kondisi ( A ) adalah 77% dan kondisi B adalah 0%. Data dikatankan stabil apabila diperoleh persentase stabilitas 85%-90%. Untuk lebih jelas mengenai persentase stabilitas pada kodisi baseline( 77%) dan intervensi( 0% ) dapat dilihat dalam tabel persentase stabilitas berikut ini: Data Tabel 4.21Persentase StabilitKondisi Baseline ( A) Dan Intervensi ( B) Pada Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Kondisi Kecendrungan data stabilitas
Baseline ( A) 77% (tidak stabil)
Stabilitas kecendrungan data dapat dilihat pada grafik berikut ini
Intervensi ( B) 0% ( tidak stabil)
85
Grafik 4.15 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Batas atas : Mean : Batas bawah Tergambar pada grafik, kondisi baseline ( A ) frekuensi yang didapat pada hari pertama dan kedua yaitu 0, dan pada hari kedua frekuensi yang didapat yaitu 4, berarti data naik pada hari
86
pertama. Pada pemgamatan hari ketiga dan kesembilan data mendatar dan stabil dengan frekunsi 2. Pada kondisi intervensi (B), pada pengamatan kesepuluh frekuensi 6, pengamatan kesebelas frekuensi yaitu 8, pada pengamatan keduabelas dan keenambelas frekuensi 10 data mendatar dan telah stabil dengan frekuensi 10. d . menentukan jejak data Pada gambar data grafik kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan
,
terdapat dua garis yang tidak sama antara kondisi A dan kondisi B. pada garis A garis data menurun (-) sedangkan pada kodisi B garis data naik (+). Dan kondisi A kemampuan anak menyebutkan pecahan
,
pada pengamatan pertama frekuensi yaitu 2, pengamatan
kedua frekuensi yaitu 4, pengamatan ketiga dan keenam frekuensi yaitu 2. Sedangkan pada kondisi B pada pengamatan yang ketujuh dan kesembilan frekuensi yaitu 2, pengamatan kesepuluh frekuensi yaitu 4, pengamatan kesebelas frekuensi yaitu 6, pengamatan keduabelas frekuensi yaitu 8, pengamatan ketigabelas dan keenambelas frekuensi yaitu 10. Tabel 4.22 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan Kondisi
A
B
Kecendrungan jejak data
(-)
(+)
(=)
87
Pada gambar data grafik kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan
,
terdapat dua garis yang tidak sama antara kondisi A dan kondisi B. pada garis A garis data menurun (-) sedangkan pada kodisi B garis data naik (+). Dan kondisi A kemampuan anak menunjukkan pecahan
,
pada pengamatan pertama dan keduaa frekuensi yaitu 2,
pengamatan ketiga frekuensi yaitu 4, pengamatan keempat dan ketujuh frekuensi yaitu 2. Sedangkan pada kondisi B pada pengamatan yang kedelapan frekuensi yaitu 2, pengamatan kesembilan frekuensi yaitu 4, pengamatan kesepuluh frekuensi yaitu 6, pengamatan kesebelas dan keenambelas frekuensi yaitu 10 Tabel 4.23 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan Kondisi
A
B
Kecendrungan jejak data
(-)
(+)
(=)
Pada gambar data grafik kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
terdapat dua garis yang tidak sama antara kondisi A dan kondisi B. pada
garis A garis data menurun (-) sedangkan pada kodisi B garis data naik (+). Dan kondisi A kemampuan anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada pengamatan pertama frekuensi yaitu 0, pengamatan kedua frekuensi yaitu 4, pengamatan ketiga dan kesembilan frekuensi yaitu 2.
88
Sedangkan pada kondisi B pada pengamatan yang kesepuluh frekuensi yaitu 6, pengamatan kesebelas frekuensi yaitu 8, pengamatan keduabelas dan keenambelas frekuensi yaitu 10. Tabel 4.24: Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Kondisi
A
B
Kecendrungan jejak data
(-)
(+)
(=)
e . menentukan level stabilitas dan rentang Pada kemampuan meyebutkan pecahan data pada fase baseline (A) datanya stabil pada rentang 3-6 dan fase intervensi (B) datanya stabil dengan rentang 13-16. Pada kemampuan menunjukkan pecahan data pada fase baseline (A) datanya stabil pada rentang 4-7 Dan fase intervensi ( B) datanya stabil dengan rentang13-16. Pada kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan data pada fase baseline (A) data stabil pada rentang 4-7 dan fase intervensi (B) datanya stabil dengan rentang 12-16. Stabilitas dan rentang = jumlah titik data range x 100% = % stabilitas Jumlah total titik data Stabilitas dan rentang kemampuan menyebutkan pecahan A = 0 x 100% = 0 % 6 B = 1 x 100% = 10% 10
89
Stabilitas dan rentang kemampuan menunjukkan pecahan A = 6 x 100 % = 85 % 7 B = 0 x 100% = 0 % 9 Stabilitas dan rentang kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan A = 7 x 100 % = 77% 9 B = 0 x 100% = 0% 7 Tabel 4.25: Level Stabilitas Dan Rentang Kondisi
Level stabilitas dan retang kemampuan menyebutkan pecahan
A
B
1
2
0%
10%
Tidak stabil Level stabilitas dan retang kemampuan menunjukkan pecahan
Level stabilitas dan retang kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
Tidak stabil
85%
0%
Stabil
Tidak stabil
77%
0%
Tidak stabil
Tidak stabil
f . Menentukan tingkat perubahan ( level change ) Menentukan level perubahan ( level change ) yang menunjukkan berapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi. Adapun cara menghitungnya adalah berapa skor pertama
90
atau data pada hari 1 dan data hari terakhir dalam kondisi A dan B. Kemudian skor yang besar dikurangi dengan skor yang kecil. a . Kemampuan menyebutkan pecahan ,
Level perubahan kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan pada kondisi baseline (A) adalah 2-2 =0. Sedangkan pada kondisi intervensi ( B) adalah 10-2 = 8. Dengan demikian level perubahan dapat ditulis seperti : Tabel 4.26 : Level Perubahan Kemampuan Menyebutkan Pecahan Kondisi
A
B
Level perubahan
2-2=0
10-2=8
b. Kemampuan menunjukkan pecahan ,
Level perubahan kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan pada kondisi baseline (A) adalah 2-2 =0. Sedangkan pada kondisi intervensi ( B) adalah 10-2 = 8. Dengan demikian level perubahan dapat ditulis seperti : Tabel 4.27 : Level Perubahan Kemampuan menunjukkan Pecahan Kondisi
A
B
Level perubahan
2-2=0
10-2=8
c . Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
91
Level perubahan kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada kondisi baseline (A) adalah 2-2 =0. Sedangkan pada kondisi intervensi ( B) adalah 10-2 = 8. Dengan demikian level perubahan dapat ditulis seperti : Tabel4.28 : Level Perubahan Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Kondisi
A
B
Level perubahan
2-0=2
10-2=8
Setelah diketahui masing-masing komponen diatas, untuk memperjelasnya maka dimasukan dalam satu format tabel analisis dalam kondisi yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan konsep pecahan pada anak kesulitan belajar dibawah ini : Tabel 4.29: Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menyebutkan Pecahan Kondisi 1. Panjang kondisi
A
B
6
10
(-)
(+)
Tidak stabil
Tidak stabil
(0%)
(10%)
(-)
(+)
2.estimasi kecendrungan arah
3.kecendrungan stabilitas
4. jejak data
(=)
92
5 . level stabilitas dan rentang
(0%)
(10%)
6 . level perubahan
2-2=0
10-2=8
Tabel 4.30: Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menunjukkan Pecahan Kondisi 1.Panjang kondisi
A
B
7
9
(-)
(+)
stabil
Tidak stabil
(85%)
(0%)
(-)
(+)
5 . level stabilitas dan rentang
(85%)
(0%)
6 . level perubahan
2-2=0
10-2=8
2.estimasi kecendrungan arah
3.kecendrungan stabilitas
4 jejak data
(=)
93
Tabel 4.31 : Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan Kondisi 1.Panjang kondisi
A
B
9
7
(-)
(+)
Tidak stabil
Tidak stabil
(77%)
(0%)
(-)
(+)
5 . level stabilitas dan rentang
(77%)
(0%)
6 . level perubahan
2-0=2
10-2=8
2.estimasi kecendrungan arah
3.kecendrungan stabilitas
4 jejak data
(=)
2. Analisis Antar Kondisi Adapun komponen analisis antar kondisi baseline (A) dan intervensi (B) dalam meningkatkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar dengan media kepingan CD ( Compact Disk ) adalah : a . Menentukan banyaknya variabel yang berubah Menentukan banyaknya variabel yang berubah, yaitu dengan cara menentukan jumlah variabel yang berubah diantara kondisi baseline dan intervensi. Banyaknya veriabel yang
94
berubah dalam penelitian ini satu, yaitu kemampuan mengenal pecahan, dengan sub bagiannya tiga yaitu kemampuan menyebutkan pecahan, menunjukkan dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4.32: Banyaknya Variabel Yang Berubah Perbandingan kondisi
B:A
Jumlah variabel yang berubah
1
b . Menentukan perubahan kecendrungan arah Menentukan perubahan kecendrungan dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi. Tabel 4.33 : Perubahan Kecendrungan Arah Perubahan kondisi
A /B
Perubahan kecendrungan arah dan efekyan kemampuan menyebutkan pecahan
(-) Perubahan kecendrungan arah dan efekyan kemampuan menunjukkan pecahan (-) (+)
Perubahan kecendrungan arah dan efekyan kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan (-) (+)
c . Menentukan perubahan kecendrungan stabilitas
(+)
95
Menentukan
perubahan
kecendrungan
stabilitas
dapat
dilihat
dengan
melalui
kecendrungan stabilitas pada kondisi pada kondisi A dan kondisi B pada rangkuman analisis dalam kondisi. Tabel 4.34: Perubahan Kecendrungan Stabilitas Perbandingan kondisi
B1/ A1 (2:1)
Perubahan kecendrungan stabilitas kemapuan menyebutkan pecahan
Variabel ke variabel
Perubahan kecendrungan stabilitas kemapuan menunjukkan pecahan
Stabil ke variabel
Perubahan kecendrungan stabilitas kemapuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
Variabel ke variabel
Kemampuan menyebutkan pecahan pada kondisi baseline kecendrungan stabilitasnya 0% (tidak stabil/ variabel), sedangkan pada kondisi intervensi kecendrungan stabilitasnya 10% ( tidak stabil/ variabel ). Kemampuan menunjukkan pecahan pada kondisi baseline kecendrungan stabilitasnya 85% (stabil ), sedangkan pada kondisi intervensi kecendrungan stabilitasnya 0% (tidak stabil/ variabel). Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada kondisi baseline kecendrungan stabilitasnya 77% (tidak stabil ), sedangkan pada kondisi intervensi kecendrungan stabilitasnya 0% ( tidak stabil/ variabel ). d . Menentukan level perubahan
96
Menentukan level perubahan dengan cara menetukan data terakhir pada baseline (A) menetukan data pertama pada kondisi intervensi , kemudian dihitung selisih antara keduanya. Pada kemampuan menyebutkan pecahan 2-2=0. Pada kemampuan menunjukkan 2-2=0. Pada kemampuam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 6-2=4. Tabel4.35 : Perubahan Kecendrungan Stabilitas Perbandingan kondisi
B/A (2:1)
Perubahan level kemampuan meyebutkan pecahan
(2-2) =0
Perubahan level kemampuan menunjukkan pecahan
(2-2) =0
Perubahan level kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
(6-2) =4
e . menentukan overlap data menetukan overlap data pada kondisi baseline (A) dengan intervensi (B) dengan cara : 1. Tentukan batas bawah dan atas kondisi baseline 2. Hitung ada berapa data point kondisi intervensi yang ada pada rentang kondisi baseline (A) 3. Perolehan angka pada point (b) dibagi dengan banyaknya data poin yang ada pada kondisi intervensi (B) kemudian dikali 100 a . kemampuan menyebutkan pecahan Batas atas adalah 2,6 dan batas bawahnya adalah 2. Jumlah data poin kondisi intervensi yang ada pada rentang kondisi baseline , yaitu (1). Kemudian dibagi dengan banyak data poin
97
yang ada pada kondisi intervensi ( B) yaitu 10, jadi 1 : 10. Hasilnya tersebut dikali 100, maka hasilnya adalah 10 %. b . Kemampuan Menunjukkan Pecahan Batas atas adalah 2,58 dan batas bawahnya adalah 1,98 Jumlah data poin kondisi intervensi yang ada pada rentang kondisi baseline , yaitu (0). Kemudian dibagi dengan banyak data poin yang ada pada kondisi intervensi ( B) yaitu 9, jadi 0 : 9. Hasilnya tersebut dikali 100, maka hasilnya adalah 0 %. c . kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Batas atas adalah 2,3 dan batas bawahnya adalah 1,7. Jumlah data poin kondisi intervensi yang ada pada rentang kondisi baseline , yaitu (0). Kemudian dibagi dengan banyak data poin yang ada pada kondisi intervensi ( B) yaitu 7, jadi 0 :7 . Hasilnya tersebut dikali 100, maka hasilnya adalah 0 %. Semakin kecil persentase overlap maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap perubahan target behavior dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa kemampuan anak kesulitan belajar dalam mengenal konsep pecahan
,
,mengalami
perubahan meningkat. Data diatas terdapat data pada kondisi B yang overlap (tumpang tindih). Setelah diketahui masing-masing komponen diatas, untuk memperjelasnya, maka dapat dimasukkan dalam tabel formata analisis antar kondisi. Tabel 4.36 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menyebutkan Pecahan Kondisi
B /A
98
Jumlah variabel yang berubah
1
Perubahan kecendrungan arah
(-) Perubahankecendrungan stabilitas
(+)
Tidak stabil ke tidak stabil secara positif ( variabel ke variabel )
Level perubahan
(2-2) = 0
Persentase overlape
0%
Tabel 4.37: Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam menunjukkan Pecahan Kondisi
B /A
Jumlah variabel yang berubah
1
Perubahan kecendrungan arah
(-) Perubahankecendrungan stabilitas
(+)
stabil ke tidak stabil secara positif (stabil ke variabel )
Level perubahan
(2-2) = 0
Persentase overlape
0%
99
Tabel 4.38 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Pecahan Kondisi
B /A
Jumlah variabel yang berubah
1
Perubahan kecendrungan arah
(-) Perubahankecendrungan stabilitas
(+)
tidak stabil secara positif
Level perubahan
(6-2) = 4
Persentase overlape
0%
G. Pembuktian Hipotesis Dari hasil analisis data dalam kondisi dan hasil analisis antar kondisi terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan menggunakan media gambar yang di buat dikertas HVS pada kondisi baseline, kemampuan menyebutkan, menunjukkan, mencocokkkan pecahan dengan lambang bilangan bagi anak kesulitan belajar masih rendah. Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) pada kemampuan menyebutkan, menunjukkkan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan bagi anak kesulitan belajar meningkat. Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini yaitu “ media kepingan CD (Compact Disk) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar di kelas III/ 2 di SDN 05 kapalo koto padang”. Jawaban dari hipotesis penelitian ini adalah hopetesis diterima, karena intervensi yang diberikan meningkat yaitu media kepingan CD (Compact Disk) dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar kelas III2 diSDN 05 kapalo koto padang.
100
D . Pembahasan Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk meningkatakan pemahaman konsep pecahan
,
bagi anak kesulitan belajar di SDN 05 kapalo koto padang. Untuk
pengukuran variabel penelitian ini digunakan frekuensi, menurut pendapat juang sunanto ( 2006 : 15) frekuensi dimaksudkan untuk menunjukkan berapa kali suatu peristiwa terjadi pada periode tertentu. Intervensi pada penelitian ini dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) pada aak kesulitan belajar. Penggunaan media yang tepat dalam proses belajar akan mempermudah para siswa untuk menangkap informas yang ingin disampaikan oleh guru. Menurut Azhar Arsyad ( 1997 : 4) media adalah alat menyampaikan atau menggambarkan pesan-pesan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu siswa. Pembawa pesan ( media ) itu berintegrasi dengan siswa melalui indra mereka. Siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan indranya untuk meneriama informasi. Media kepingan CD (compact disk ) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Media ini penulis potong – potong sesuai dengan bentuknya yang terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. Tidak hanya itu media kepingan CD(compact disk ) ini juga memiliki kelebihan: seperti : mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, dan berkilau sehingga anak tertarik melihat media yang penulis gunakan ini. Selain itu media ini mudah dicari dimana saja karena kepingan CD (compact disk ) ini mudah di dapat. Media ini digunakan agar anak kesulitan belajar dapat memahami konsep pecahan tersebut dari potongan – potongan media kepingan CD (compact disk ) ini. Sehubung
101
dengan permasalahan ini penulis akan mencoba berbagai cara untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan melalui media kepingan CD(compact disk ) bagi anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Penelitian menggunakan desain baseline jamak antarvariabel dengan variabel menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Hasil penelitian pada variabel pertama yaitu menyebutkan pecahan. Pengamatan pada kondis A dilakukan sebanyak enam kali dan pengamatan pada kondisi intervensi B sebanyak sepuluh kali. Pada kondisi A kemampuan menunjukkan anak dalam menyebutkan pecahan sangat rendah. Pada kondisi B, setelah diberi perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) kemampuan anak terus meningkat. Pada pengamatan kesebelas sampai keenam belas sudah stabil dan peneliti menghentikan perlakuan. Variabel kedua yaitu kemampuan menunjukkan pecahan. pengamatan pada kondisi A sebanyak tujuh kali dan pada kondisi B sebanyak Sembilan kali. Pada kondisi A kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan masih rendah. Pada kondisi B, setelah diberi perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan terus meningkat. Pada pengamatan kesebelas sampai keenam belas data sudah stabil dan peneliti menghentikan perlakuan. Variabel ketiga yaitu kemapuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Pengamatan kondisi A dilakukan sebanyak Sembilan kali dan pengamatan pada kondisi B dilakukan sebanyak tujuh kali. Pada kondisi A kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan anak masih rendah. Pada kondisi B, setelah kondisi B, setelah diberi
102
perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) terus meningkat. Pada pengamatan keduabelas sampai keenambelas data sudah stabil dan peneliti menghentikan perlakuan. Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa sebelum diberi perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) , kemampuan anak dalam mengenal pecahan masih rendah. Namun setelah diberikan perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) dalam meningkatkan konsep pecahan ,
, menjadi meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat
diatas bahwa kemampuan anak kesulitan belajar di SDN 05 kapalo koto padang dalam mengenal konsep pecahan ,
, dengan kemampuan menyebutkan, menunjukkan, dan mencocokkan
pecahan dengan lambang bilangan dapat ditingkatkan melalui media kepingan CD Compact Disk )
103
BAB V PENUTUP A . Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan di SDN 05 Kapalo Koto Padang yang bertujuan untuk membuktikan apakah media kepingan CD (Compact Disk) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan. Hasil penelitian terhadap kemampuan menyebutkan pecahan baseline (A) yaitu hari pertama anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu
, hari kedua anak bisa menyebutkan 2 buah pecahan yaitu
, . Dan hari ketiga dan
keenam anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu . Hasil penelitian terhadap kemampuan menunjukkan pecahan baseline (A) yaitu hari pertama dan kedua anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan , hari ketiga anak bisa menunjukkan 2 buah pecahan , anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan
hari keempat sampai ketujuh
. Dan hasil penelitian terhadap kemampuan
mencocokkan pecahan baseline (A) yaitu anak tidak bisa mencocokkan pecahan satu pun, hari kedua anak bisa mencocokkan dua buah pecahan , , hari ketiga sampai kesembilan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan . Hasil penelitian terhadap kemampuan menyebutkan pecahan intervensi (B) yaitu hari ketujuh sampai kesembilan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan , hari kesepuluh anak bisa menyebutkan 2 buah pecahan , menyebutkan 3 buah pecahan pecahan ,
,
, hari kesebelas anak bisa
, hari keduabelas anak bisa menyebutkan 4 buah
, dan hari ketigabelas sampai keenambelas anak bisa menyebutkan 5 buah
103
104
pecahan ,
. Hasil penelitian terhadap kemampuan menunjukkan pecahan intervensi (B)
yaitu hari kedelapan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan
, hari kesembilan anak bisa
menunjukkan 2 buah pecahan , , hari kesepuluh anak bisa menunjukkan 3 buah pecahan , hari kesebelas sampai enambelas anakbisa menunjukkan 5 buah pecahan ,
,
. Hasil
penelitian terhadap kemampuan mencocokkan pecahan intervensi (B) yaitu hari kesepuluh anak bisa mencocokkan 3 buah pecahan , pecahan , pecahan ,
, hari kesebelas anak bisa mencocokkan 4 buah
, hari keduabelas sampai keenambelas anak bisa mencocokkan 5 buah .
Pengamatan dan pencatatan dalam penelitian ini menggunakan pengukuran variabel frekuensi, berapa banyak anak dapat menyebutkan, menunjukkan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Media kepingan CD (compact disk) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Media ini penulis potong – potong sesuai dengan bentuknya yang terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. Tidak hanya itu media kepingan CD (compact disk) ini juga memiliki kelebihan: seperti : mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, dan berkilau sehingga anak tertarik melihat media yang penulis gunakan ini. Selain itu media ini mudah dicari dimana saja karena kepingan CD (compact disk) ini mudah di dapat. Media ini digunakan agar anak kesulitan belajar dapat memahami konsep pecahan tersebut dari potongan – potongan media kepingan CD (compact disk) ini. Sehubung dengan permasalahan ini penulis akan mencoba berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan
105
pemahaman konsep pecahan melalui media kepingan CD(compact disk) bagi anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Dengan menggunakan media kepingan CD memahami tentang pecahan
,
(Compact Disk) ini anak lebih mudah
karena selain disajikan secara konkrit, media ini juga
menarik bagi anak . hal ini dapat dilihat dengan perbandingan pada saat kondisi baseline, kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan
,
intervensi kemampuan anak menyebutkan pecahan
masih rendah Sedangkan kondisi ,
baseline, kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan kondisi intervensi kemampuan anak menunjukkan pecahan
terus meningkat. Kondisi ,
masih rendah Sedangkan ,
terus meningkat. kondisi
baseline, kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan masih rendah Sedangkan kondisi intervensi kemampuan anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan terus meningkat. Berdasarkan uraian hasil pengamatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Bagi Anak Kesulitan Belajar Di Kelas III/2 Di SDN 05 Kapalo Koto Padang dapat ditingkatkan melalui media kepingan CD (Compact Disk).
106
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi guru Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih media dan menerapakan sarana pembelajaran yang tepat, menarik dan sesuai dengan tingkat kemampuan anak kesulitan belajar sehingga anak memahami konsep pecahan , 2. Bagi peneliti selanjutnya Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk meningkatkan mutu media kepingan CD (Compact Disk) dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar.
107
DAFTAR PUSTAKA Munawir Yusuf. 2005. Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta : Direktorat Peminaan Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Firmanawaty Sultan. 2003. Mahir Matematika Melalui Permainan. Jakarta : Pustaka Swasta Joala Ekaningsih Piamin. 1998. Agar Anak Pandai Matematika. Jakarta : PT Penebar Swadaya Mira Yusnita. Dengan Judul Skripsi “ Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Media Puzzle Bagi Anak Tunagrahita Ringan “. Liswarni R. Dengan Judul Skripsi “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Konsep Pecahan Melalui Media Puzzle Pada Anak Tunarungu” Sutjihati Somantri. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Wardani. 1995. Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Muhibidin syah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Mulyono Abdurahman. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Departemen Pendididkan Dan Kebudayaan. Anderson Ronald. ( 1987 ), Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers. Arief Furchan. ( 1977 ), Media Pengajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Depdiknas. ( 2008 ). Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir / Skripsi Universitas Negeri Padang. Padang : UNP. Djaja Rahardja. 2006. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. CRICED. Hoetomo. 2005. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. Jhon Latuheru. ( 1988 ), Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Depdikbud. Juang Sunanto, 2005. Pengantar Penelitian Dengan Subject Tunggal. Universitas Of Tsukuba Jepang Juang Sunanto, Koji Takeuchi, & Hideo Nakata ( 2006 ). Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Bandung : UPI Press. Psikologi. Pengertian Kesulitan Belajar. http://belajarpsikologi.com/pengertian-kesulitanbelajar/
108
Universitas.2011. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.http://blog.uinmalang.ac.id/ansur/2011/06/14/strategi-pembelajaran-bagi-anak-berkebutuhan-khusus/ Tarmidi. 2008. Kesulitan Belajar Learning Disability Dan Masalah Emosi. http://tarmidi.wordpress.com/2008/02/20/kesulitan-belajar-learning-dissability-dan-masalahemosi/ intrik. 2007. Mengenal CD Rom Dan DVD Rom. http://intrik.wordpress.com/2007/04/29/mengenal-cd-rom-dan-dvd-rom/ Darwis. 2009. CD ROM. http://darwiskeren.ngeblogs.com/2009/10/18/cd-rom/ Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Citra. Damri. 2009. Rekontruksi Materi Menajemen Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP. Tim Penyusun Bahan Ajar. 2011. Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Padang : PT. Multi Guna Ilmu.
109
Lampiran XII Kondisi Baseline
110
L A M P I R A N
111
Lampiran I KISI - KISI PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA KEPINGAN CD (COMPACT DISK ) BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang ) VARIABEL Mengenal konsep pecahan sederhana
INDIKATOR 1. Menyebutkan pecahan ,
DESKRIPTOR 1. Menyebutkan pecahan , 2. Menyebutkan pecahan , 3. Menyebutkan pecahan , 4. Menyebutkan pecahan , 5. Menyebutkan pecahan ,
2. Menunjukkan pecahan ,
1. Menunjukkan pecahan , 2. Menunjukkan pecahan 3. Menunjukkan pecahan , 4. Menunjukkan pecahan 5. Menunjukkan pecahan
3. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
1. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan , 2. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 3. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 4. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 5. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
Mengetahui
112
Lampiran II INSTRUMEN PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA KEPINGAN CD (COMPACT DISK ) BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang ) VARIABEL Mengenal konsep pecahan
INDIKATOR 1. Menyebutkan pecahan ,
2. Menunjukkan pecahan ,
3. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
INSTRUMENT TES Tes lisan
Tes perbuatan
Tes perbuatan
113
Lampiran III PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL ( PPI) A. Identitas Anak Nama
: Fadli Fernando
Tempat/ tanggal lahir
: Padang / 22 Juni 2003
Jenis kelamin
: Laki- laki
Sekolah
: SDN 05 Kapalo Koto
Alamat
: Jln. Koto Tuo, Kel. Limau Manis, Kec. Pauh Padang
B. Kemampuan siswa mengenai pecahan Siswa belum mengenal pecahan , C. Layanan khusus yang direkomendasikan Siswa dibimbing mengenal pecahan , D. Bidang studi Pokok bahasan
: Matematika : Mengenal Pecahan
E. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran umum : siswa dapat mengenal pecahan , Tujuan pembelajaran khusus : 1. Siswa dapat menyebutkan pecahan , 2. Siswa dapat menunjukkan pecahan , 3. Siswa dapat mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
114
F. Kegiatan belajar mengajar Kegiatan peneltian 1. Kegiatan awal a. Berdoa b. Apersepsi Penelitian dan siswa mengenal pecahan sederhana 2. Kegiatan inti a. Peneliti menjelaskan materi pelajaran yaitu tentang pecahan dan menyebutkan lambang pecahan b. Peneliti memperlihatkan gambar pecahan dan menyebutkan nama pecahan c. Peneliti menyebutkan nama pecahan satu persatu kemudian menunjukkan lambang bilangannya d. Peneliti mencocokkan pecahan dengan lamabang bilangan 3. Kegiatan akhir a. Peneliti dan siswa menyimpulkan pelajaran b. Peneliti menungaskan siswa menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan c. Berdoa
Kegiatan siswa Kegiatan awal c. Berdoa d. Apersepsi Siswa dan Penelitian mengenal pecahan sederhana
Kegiatan inti a. Anak mendengarkan penjelasan peneliti
b. Siswa memperhatikan penjelasan peneliti Siswa menyebutkan mana pecahan yang diperintahkan peneliti c. Siswa menunjukkan lambang bilangan yang peneliti sebutkan
d. Siswa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan yang di perintahkan peneliti Kegiatan akhir a. Peneliti dan siswa menyimpulkan pelajaran b. Siswa menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan dan mencocokan pecahan
c. Berdoa
115
G. Evaluasi Anak ditugaskan menyebutkan nama pecahan yang diperagakan, menunjukkan pecahan, dan mecocokkan pecahan dengan lambang bilangan Petunjuk penilaian Setiap soal yang dijawab benar skor 2 Setiap soal yang dijawab salah skor 0
116
Lampiran IV Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Baseline (A) Kemampuan Menyebutkan Pecahan
No
Hari/ Tanggal
Waktu
Kegiatan
1
Sabtu/ 5 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan pertama : anak menyebutkan pecahan ,
2
Selasa / 15 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kedua : anak menyebutkan pecahan ,
3
Kamis / 17 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan ketiga : anak menyebutkan pecahan
4
Minggu/ 20 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keempat : anak menyebutkan pecahan ,
5
Minggu/ 27 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kelima : anak menyebutkan pecahan ,
6
Senin/ 28 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keenam: anak menyebutkan pecahan ,
117
Lampiran V Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Menyebutkan Pecahan No
Hari/Tanggal
Waktu
Kegiatan
7
Rabu / 30 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan ketujuh : anak menyebutkan pecahan ,
8
jumat / 1 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kedelapan : anak menyebutkan pecahan
9
Senin/ 4 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kesembilan : anak menyebutkan pecahan ,
10
Rabu/ 6 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kesepuluh : anak menyebutkan pecahan ,
11
Kamis/ 7 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kesebelas : anak menyebutkan pecahan ,
12
Jumat/ 8 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kedua belas: anak menyebutkan pecahan ,
13
Minggu/ 10 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan ketigabelas : anak menyebutkan pecahan ,
14
Senin/ 11 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keempatbelas : anak menyebutkan pecahan ,
15
Rabu/ 13 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kelimabelas : anak menyebutkan pecahan ,
16
Kamis/ 14 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keempatbelas : anak menyebutkan pecahan ,
118
Lampiran VI Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Baseline(A) Kemampuan Menunjukkan Pecahan No
Hari/ tanggal
Waktu
Kegiatan
1
Sabtu/ 5 mai 2012
30 menit Melakukan pengamatan pertama anak menunjukkan pecahan ,
2
Selasa/ 15 mai 2012
30 menit Melakukan pengamatan kedua anak menunjukkan pecahan ,
3
Kamis/ 17 mai 2012
30 menit Melakukan pengamatan ketiga anak menunjukkan pecahan ,
4
Minggu/ 20 mai 2012
30 menit Melakukan pengamatan keempat anak menunjukkan pecahan ,
5
Minggu /27 mai 2012
30 menit Melakukan pengamatan kelima anak menunjukkan pecahan ,
6
Senin / 28 mai 2012
30 menit Melakukan pengamatan keenam anak menunjukkan pecahan ,
7
Rabu/ 30 mai 2012
30 menit Melakukan pengamatan ketujuh anak menunjukkan pecahan ,
119
Lampiran VII Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Menunjukkan Pecahan No
Hari / Tanggal
Menit
Kegiatan
8
Jumat/ 1 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kedelapan anak t menunjukkan pecahan ,
9
Senin/ 4 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kesembilan anak menunjukkan pecahan ,
10
Rabu/ 6 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan sepuluh anak menunjukkan pecahan ,
11
Kamis/ 7 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kesebelas anak menunjukkan pecahan ,
12
Jumat/ 8 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keduabelas anak menunjukkan pecahan ,
13
Minggu/ 10 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan ketigabelas anak menunjukkan pecahan ,
14
Senin / 11 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keempat belas anak menunjukkan pecahan ,
15
Rabu/ 13 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kelima belas anak menunjukkan pecahan ,
16
Kamis/ 14 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keenam belas anak menunjukkan pecahan ,
120
Lampiran VIII Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Baseline(A) Kemampuan Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan
No
Hari/ Tanggal
Menit
Kegiatan
1
Sabtu / 5 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan pertama anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan , satu pun
2
Selasa/ 15 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kedua anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
3
Kamis/ 17 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan ketiga anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
4
Minggu/ 20mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keempat anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
5
Minggu/ 27 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kelima anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan
6
Senin/ 28 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan keenam anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
7
Rabu /30 mai 2012
30 menit
Melakukan pengamatan ketujuh anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
8
Jumat/ 1 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan kedelapan anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
9
Senin/ 4 juni 2012
30 menit
Melakukan pengamatan sembilan anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
121
Lampiran IX Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Pecahan No
Hari/ Tanggal
Menit
Kegiatan
10
Rabu/ 6 juni 2012
30 menit Melakukan pengamatan sepuluh anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
11
Kamis/ 7 juni 2012
30 menit Melakukan pengamatan sebelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
12
Jumat/ 8 juni 2012
30 menit Melakukan pengamatan duabelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
13
Minggu/ 10 juni 2012
30 menit Melakukan pengamatan tigabelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
14
Senin/ 11 juni 2012
30 menit Melakukan pengamatan empatbelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
15
Rabu/ 13 juni 2012
30 menit Melakukan pengamatan limabelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
16
Kamis/ 14 juni 2012
30 menit Melakukan pengamatan enambelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ,
122
Lampiran X Format Pengumpulan Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada Kondisi Baseline (A) No
Hari/ tanggal
Pecahan ,
Jumlah
Skor
,
1
Sabtu / 5 mai 2012
-
2
Selasa/ 15 mai 2012
-
3
Kamis/ 17 mai 2012
-
4
Minggu/ 20 mai 2012
5
Minggu/27 mai 2012
6
Senin/ 28 mai 2012
-
-
-
1
2
-
-
2
4
-
-
-
1
2
-
-
-
-
1
2
-
-
-
-
1
2
-
-
-
-
1
2
Format Pengumpulan Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan Pada Kondisi Baseline (A) No
Hari/ tanggal
Pecahan
Jumlah
Skor
1
Sabtu/ 5 mai 2012
-
-
-
-
1
2
2
Selasa/15 mai 2012
-
-
-
-
1
2
3
Kamis/ 17 mai 2012
-
-
-
2
4
4
Minggu/ 20 mai 2012
-
-
-
-
1
2
5
Minggu/ 27 mai 2012
-
-
-
-
1
2
6
Senin/ 28 mai 2012
-
-
-
-
1
2
7
Rabu/ 30 mai 2012
-
-
-
-
1
2
123
Format Pengumpulan Data Kemampuan Mencocokkan Pecaahan Dengan Lambang Bilangan Pada Kondisi Baseline (A) No
Hari/ Tanggal
Pecahan
1
Sabtu / 5 mai 2012
-
-
2
Selasa/ 15 mai 2012
-
3
Kamis/ 17 mai 2012
-
4
Minggu/ 20 mai 2012
5
Minggu/ 27 mai 2012
6
-
Jumlah
Skor
-
-
0
0
-
-
2
4
-
-
-
1
2
-
-
-
-
1
2
-
-
-
-
1
2
Senin/ 28 mai 2012
-
-
-
-
1
2
7
Rabu/ 30 mai 2012
-
-
-
-
1
2
8
Jumat/ 1 juni 2012
-
-
-
-
1
2
9
Senin/ 4 juni 2012
-
-
-
-
1
2
124
Lampiran XI Format Pengumpulan Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada Kondisi Intervensi (B) No
Hari / tanggal
Pecahan
7
Rabu/ 30 mai 2012
-
8
Jumat/ 1 juni 2012
-
9
Senin/ 4 juni 2012
10
Rabu/ 6 juni 2012
11
Kamis/ 7 juni 2012
-
12
Jumat/ 8 juni 2012
-
13
minggu/ 10 juni 2012
14
Senin/ 11 juni 2012
15
Rabu/13 juni 2012
16
Kamis/ 14 juni 2012
-
Jumlah
Skor
-
-
1
2
-
-
-
1
2
-
-
-
1
2
2
4
3
6
4
8
5
10
5
10
5
10
5
10
-
-
125
Format Pengumpulan Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan Pada Kondisi Intervensi (B) No
Hari/ tanggal
Pecahan
8
Jumat/ 1 juni 2012
-
9
Senin/4 juni 2012
-
10
Rabu/ 6 juni 2012
11
Kamis/ 7 juni 2012
12
-
Jumlah
Skor
-
-
1
2
-
-
2
4
-
-
3
6
5
10
Jumat/ 8 jun 2012
5
10
13
Minggu/ 10 juni 2012
5
10
14
Senin/ 11 juni 2012
5
10
15
Rabu/ 13 juni 2012
5
10
16
Kamis/ 14 juni 2012
5
10
Format Pengumpulan Data Kemampuan Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan Pada Kondisi Intervensi (B) No
Hari / Tanggal
Pecahan
10
Rabu/ 6 juni 2012
11
Kamis/ 7 juni 2012
12
Jumat/ 8 juni 2012
13
Jumlah
Skor
3
6
4
8
5
10
Minggu/ 10 juni 2012
5
10
14
Senin/ 11 juni 2012
5
10
15
Rabu/ 13 juni 2012
5
10
16
Kamis /14 juni 2012
5
10
126
IDENTITAS ANAK A. Biodata Biodata anak Identitas Anak Nama Lengkap
: Fadli Fernando
Panggilan
: Fadli
Tempat/ Tanggal Lahir
: Padang/ 22 Juni 2003
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Agama
: Islam
Status Anak
: Anak Kandung
Anak Ke Dari Jumlah Saudara
: 2 Dari 2 Saudara
Nama Sekolah
: SDN 05 Kapalo Koto Padang
Kelas
: III
Alamat Rumah
: Jln. Koto Tuo. Kec. Pauh. Padang
Riwayat Kelahiran Penyakit Pada Masa Kehamilan
: Tidak Ada
Usia Kandungan
: 9 Bulan
Riwayat Proses Kelahiran
: Normal
Tempat Kelahiran
: Bidan
Penolong Proses Kelahiran
: Bidan
Gangguan Pada Saat Bayi Lahir
: Tidak Ada
Berat Badan Bayi
: 2,5 Kg
Panjang Badan Bayi
: 49 Cm
Tanda-Tanda Kelainan Pada Bayi
: Tidak Ada
Susu Yang Diberikan
: ASI
127
Perkembangan Masa Balita Menyusu Dengan Ibunya Hingga Umur
: 2 Tahun:
Minum Susu Kaleng Hingga Umur
: 3 Tahun
Imunisasi
: Lengkap
Kualitas Makanan
: Bagus
Kuantitas Makan
: Bagus
Biodata Orang Tua Ayah Nama
: Doni Nofriadi
Tempat/ Tanggal Lahir
: Padang / 2 Maret 1977
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Pendidikan Tertinggi
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jln. Koto Tuo
Ibu Nama
: Ferawati
Tempat/ Tanggal Lahir
: Padang / 18 Mai 1979
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Pendidikan Tertinggi
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jln. Koto Tuo
128
Hasil wawancara tentang informasi perkembangan belajar anak A. Informasi Pihak Sekolah Menurut wali kelas fadli menyatakan bahwa anak termasuk anak yang tidak malas di kelas dan merupakan anak yang mendapat perhatian dari orang tua tentang perkembangan belajar anak. Pada mata pelajaran berhitung anak mengalami masalah. Khususnya pada pelajaran pecahan, disini anak mengalami masalah dalam menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Perolehan hasil belajar fadli cendrung rendah dilihat dari nilai ulangan tengah semester II yang di peroleh fadli. B. Informasi Dari Orang Tua Menurut pendapat orang tua anak merupakan anak yang mau belajar dan tidak malas saat diajak belajar dirumah. Anak sangat sulit dalam dalam pelajaran berhitung. Khususnya dalam pelajaran tentang pecahan disini anak mengalami masalah dalam menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan.
129
INSTRUMEN ASESMEN MATEMATIKA KELAS 3 SD
NO
Kemampuan
1
Mengenal bilangan
Bisa
BDB
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 2
3
Mengurutkan bilangan acak 1. 2, 7, 1, 6 2. 3, 5, 2, 8 3. 3, 6, 2, 1 4. 8, 9, 3, 5 5. 2, 4 1, 8 Mengurutkan bilangan ganjil dari kecil ke besar 1. 2. 3. 4. 5.
4
3, 1, 5, 7 9, 7,5, 3 7, 3, 9, 5 11, 15,9, 13 15, 17, 19, 11
Mengurutkan bilangan genap dari yang besar ke kecil 1. 2. 3. 4. 5.
4, 2,8, 10 10,2, 8, 6 12, 14, 18, 16, 4, 6, 10, 12 2,10,6,8
Tidak Bisa
Ket
130
5
6
Mengurutkan bilangan cacah dari yang kecil ke besar 1. 0, 2,1,3 2. 0, 3, 5, 7 3. 1, 5, 7, 0 4. 6, 7, 3, 0 5. 3, 9, 4, 0 Penjumlahan
1. 234 125+ ....... 2. 784 453+ ….. 3. 975 345+ …… 4. 763 342+ …. 5. 367 347+ …..
7
Pengurangan 1. 397 2452. 597 346-
3. 849 348-
4. 367
131
2475. 973 238-
6
Menulis pecahan
1. 2.
3. 4.
5. 7
Menyebutkan pecahan
1. 2.
3. 4. 5. 9
Menunjukkan pecahan 1. 2. 3. 4. 5.
11
Mencocokkan pecahan
132
1.
2.
3. 4.
5.
133
Hasil Asesmen Matematika Kelas III/2 Hasil asesmen matematika 1. Mengenal bilangan Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 1 x 100% = 100% 2. Mengurutkan bilangan acak Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 1 x 100% = 100% 3. Mengurutkan bilangan genap dari yang besar ke kecil Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 1 x 100% = 100% 4. Mengurutkan bilangan genap dari yang besar ke kecil Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 1 x 100%
134
= 100% 5. Mengurutkan bilangan cacah dari yang kecil ke besar Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 1 x 100% = 100% 6. Penjumlahan Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 1 x 100% = 100% 7. Pengurangan Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 1 x 100% = 100% 8. Menuliskan pecahan Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 1 x 100% = 100%
135
9. Menyebutkan pecahan Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 0 x 100% = 0% 10. Menunjukkan pecahan Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 0 x 100% = 0% 11. Mencocokkan pecahan Persentase hasil asesmen =Skor perolehan x 100% Skor maksimal =
x 100 %
= 0 x 100% = 0%
136
REKAPITULASI INSTRUMEN HASIL ASESMEN MATEMATIKA Berdasarkan hasil observasi dan tes kemammpuan akademik matematika pada anak dapat dikatakan anak mengalami hambatan dalam matematika dengan skor sebagai berikut : No
Aspek
Hasil
1. Mengenal bilangan
100%
2. Mengurutkan bilangan acak
100%
3. Mengurutkan bilangan genap dari yang besar ke kecil 100% 4. Mengurutkan bilangan genap dari yang besar ke kecil 100% 5. Mengurutkan bilangan cacah dari yang kecil ke besar 6. Penjumlahan
7. Pengurangan 8. Menuliskan pecahan
100% 100%
100% 100%
9. Menyebutkan pecahan 0%
10. Menunjukkan pecahan 11. Mencocokkan pecahan
0% 0%
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151