FUNGSI TUTURAN TOKOH PADA WACANA WAYANG MBELING
*REKAYASA WIBISANA'' KARYA KT MAKSUM SUKACARITA Oleh Riniwati S.A Abstract Man as a social creature needs other to express how lie feels and thinks. The clearer thi he thinks the clearer he is understood by others. He has special purposes when he speaks. The functions of speech involves (1) expressions, (2) information, (3) exploration, (4) persuasion, and (5) entertainment.
Keywords : the function of language, speech function, relevant in life.
1.
PENDAHULUAN Bahasa mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat berkomunikasi dengan sesama. Sebagai alat ekspresi diri, bahasa dipakai untuk menyampaikan pikiran dan perasan agar diketahui orang lain, sedangkan sebagai alat komunikasi dengan sesama, sesuai dengan sifat manusia sebagai mahluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Manusia mengekspresikan diri dengan bahasa dalam bentuk tulis maupun lisan. Bahasa tulis maupun bahasa lisan harus disampaikan dengan jelas supaya isi pesan dapat dipahami oleh orang lain.
Bahasa tulis mempunyai sifat lebih terstruktur jika dibandingkan dengan bahasa lisan. Bahasa tulis lebih terstruktur sebab hasil tulisan dapat dibaca ulang, sehingga penulis dapat mengurangi dan menambah hal - hal yang dibutuhkan. Berbeda dengan bahasa lisan, cenderung kurang
terstruktur. Dari dua jenis bahasa tersebut, bahasa lisan lebih komunikatif daripada bahasa tulis. Hal tersebut disebabkan bahasa lisan didukung unsur situasi dan konteks.
Ekspresi batin atau pikiran seseorang
harus dikomunikasikan supaya dapat diketahui apa makna batin dan
pikirannya. Untuk dapat cepat dikatahui isi batin dan pikiran seseorang dibutuhkan kemampuan komunikasi. Menurut
Holliday (1972) dalam Chaer (1995
: 45)
kemampuan
komunikatif adalah kemampuan bertutur atau kemampuan untuk menggurlakan bahasa sesuai dengan fungsi dan situasi serta nofina-nonna penggunaan bahasa dengan konteks situasi dan konteks sosialnya. Fungsi dasar pemakaian bahasa untuk tuturan menurut Kinneavy dalam Chaer (1995 : 19) mencakup ekspresi, informasi , eksplorasi, persuasi, dan hiburan.
PEMAKAIAN BAHASA Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa fungsi dasar
2. FT]NGSI DASAR
pemakaian bahasa tutur mencakupi antara lain sebagai berikut. 2.L Ekspresi
Pada saat sesorang mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan maka salah satu tujuannya untuk menarik perhatian orang lain. Artinya, bahwa ekspresi tersebut sebagai upaya agar eksistensi dirinya diketahui oleh orang lain, lebih diperhitungkan oleh orang lain. Jika ekspresi tersebut kurang ada respon maka orang tersebut lain waktu akan berupaya agar memperoleh respon sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Apabila upaya berekspresi tanpa mempertimbangkan dampak positif atau negatif maka akibatkan terlihat berlebihan.
2.2Informasi Sifat manusia dalam kehidupan ini, pada dasarnya hanya ingin mengetahui sesuai dengan kebutuhannya. Oleh sebab itu manusia selalu mencari informasi. Informasi yang
dibutuhkan untuk kesempumaan hidup. Ia ingin lebih bahagia, lebih tentram dan damai, lebih dekat dengan sang pencipta, lebih disayangi, lebih diperhatikan, mempunyai teman banyak, kekayaan yang melimpah. Informasi yang memuat hal tersebut di atas sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal tersebut untuk mencapai tujuan kesempurnaan hidup manusia yang hakiki. Dalam proses perolehan informasi, tidak semulus atau selancar yang dibayangkan. Ada kalanya pemerolehan informasi tersebut dibatasi waktu, latar belak4ng pengetahuan dan pengalaman, serta kesempatan. 2.3 Eksplorasi Salah satu sifat manusia adalah selalu ingin mengetahui suatu hal maka ia berusaha mencari pengalaman pengalaman baru dan situasi yang berbeda dengan apa yang sudah diketahuinya. Manusia selalu melakukan penyelidikan secara terus menerus dan berkesimambungan sampai akhirnya menemukan apa yang dikehendaki. Untuk dapat sampai pada perolehan sebuah kebenaran , manusia harus mempunyai bekal. Bekal tersebut berbentuk keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman sebagai dasar kesiapan, disiplin diri serta tanggung jawab yang lebih besar. 2.4 Persuasi
Manusia dapat melakukan kegiatan yang diawali dengan ketertarikan yang ditimbulkan oleh aksi manusia lain, sehingga akan menimbulkan reaksi. Dalam interaksi sosial, manusia saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Salah satu diantaranya dapat berbentuk persuasi, yaitu bujukan atau ajakan kepada orang lain dengan cara memberikan alasan. Kemudian memberi prospek yang baik dan meyakinkan sehingga orang tersebut melakukan kegiatan sesuai apa yang dikehendaki oleh orang yang mempengaruhinya.
7t
2.5 Hiburan
Rasa senang merupakan kebutuhan dasar hasrat manusia, sebagai upaya untuk melepaskan tekanan dan kejenuhan emosional dalam kehidupan sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi, pikiran dan perasaan manusia kembali menjadi segar sehingga manusia akan dapat berfikir dengan jernih pada saat menghadapi masalah. Manusia hidup penuh dengan tantangan dan perjuangan. Jika dalam perjalanan hidup manusia tidak pandai menyiasati keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani maka akan timbul kejenuhan. Untuk mengatasi kejenuhan ini manusia mernbutuhkan hiburan, yaitu sesuatu yang menyenangkan atau menyejukkan hatinya.
3.
PEMBAHASAN Bertumpu pada macam-macam fungsi dasar pemakaian bahasa maka dapat pula dikaitkan dengan tujuan berkomunikasi.
Pemakaian bahasa tokoh-tokoh pada wacana wayang mbeling yang berjudul "Rekayasa Wibisana" karya Ki Maksum Sukacarita merupakan akumulasi (keseluruhan) dari berbagai tuturan yang mewakili fungsi tuturan secara lengkap. Karena tuturan tersebut berada dalam cerita wayang mbeling, maka sangat menarik untuk dikaji terkait dengan perkembangan bahasa. Hal tersebut dapat dilihat dari sifat tokoh, ada yang sangat emosional walaupun ada yang sangat bijaksana. Tujuan penutur (tokoh) dapat diamati dari cara para tokoh berkomunikasi. Tokoh yang ada dalam wacana tersebut arfiara lain Dewi Tari, Wibisono, Prabu Rahwana, Dokter Pribadi dan Prabu Janaka. Penutur dituntut dapat menyampaikan maksud tuturannya kepada mitra tutur dengan jelas. Tuturan jelas diterima oleh mitra tutur jika dibantu adanya konteks. Menurut Rustono (1999:19) konteks adalah suatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana pemerjelas tersebut meliputi dua macam, pertama bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud. Bagian ekspresi ini datang dari penutur. 72
Kemudian saran pemerjelas kedua adalah berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Berikut adalah pembahasan fungsi tuturan tokoh yang ada dalam wacana. 3.1 Fungsi Tuturan Tokoh-Tokoh dalam Wacana ,,Rekayasa
Wibisana" Karya Ki Maksum Sukacarita Wacana wayang mbeling yang berjudul "Rekayasa Wibisana" menceritakan penyelamatan seorang bayi terhadap sifat keangkaramurkaan ayah kandungnya. Wacana tersebgt di samping berupa dialog dilengkapi juga cerita yang berbentuk narasi. Masing-masing tokoh mempunyai alasan dan tujuan tersendiri dalam menyampaikan tuturannya entah bagaimana penutur maupun sebagai mitra tutur. Tuturan berikut mempunyai kontribusi fungsi tuturan sesuai dengan maksud dan tujuannya. (1) KONTEKS PADA SAAT DEWI TARI
:
MENGANDUNG, RAHWANA, SUAMINYA MEMPERINGATKAN JIKA ANAKNYA LAHIR PEREMPUAN AKAN DIPERISTRI.
RAHWANA
:
Ingat Dinda ! kalau bayi itu lahir perempuan, akan kuperistri
Harus ! karena Dewi
Sri
Widowati, bidadari super cantik itu telah menitis pada bayi dalam kandunganmu itu saat kukejar. Rahwana sebagai penutur, mengungkapkan maksud hati untuk melaksanakan kehendak kepada istrinya. penutur tidak mempertimbangkan apakah kehendak tersebut wajar atau tidak, bagaimana nanti jika kehendak tersebut terlaksana. Fungsi tuturan penutur adalah untuk memenuhi
kebutuhan dasar hasrat penutur yang mementingkan 73
diri sendiri. Isi tuturan (l) mengandung ancaman, dengan kontribusi tuturan yaitu,,Ingat Dinda,,. Tuturan tersebut mempunyai makna bahwa mitra tutur tidak boleh lupa, selalu dalam pikiran. Kemudian tuturan ,,harlts,, yang mempunyai makna bahwa wajib, tidak boleh tidak, tujuan itu harus tercapai. Untuk menandaskan dan meyakinkan bahwa maksud penutur terlaksana, penutur memberikan alasan yang sekiranya dapat diterima oleh mitra tutur walaupun tidak masuk akal. Tuturan (1) juga mengandung fungsi informatif dan ekspresif. penutur memberitahukan maksud hati dan mengekspresikan isi hatinya kepada mitra tutur. Fungsi informasi dan ekspresi terdapat pada tuturan ,'oKaleu bayi itu lahir perempuan, akan kuperistri" dan ".... Bidadori super cantik itu telah menitis pada bayi dalam kandunganmu itu saat kukejar".Frasa "bidadari super cantik" merupakan ungkapan kekaguman kepada wanita yang mempunyai kelebihan yaitu kecantikan. Biasanya bidadari pasti cantik , kemudian disengatkan dengan dua kata yang mengikuti yaitu 'osuper cantik" kata "super" menunjukkan di atas segalagalanya, lebih dari yang, luar biasa, istimewa. Ungkipan ekspresif terdapat pada kata "kukejat''. penutur tidak hanya menunggu mungkin dalam bentuk semedi, berdoa, membuat selamatan, atau minta tolong. Tetapi penutur mengejar dengan arti bekerja keras hendak mencapai, mendapatkan dengan sungguh-sungguh. Jadi pekerjaan untuk mendapatkan 'sesuatu dengan sungguh-sungguh itu dikerjakan sendiri. Tujuan penutur untuk mendapatkan Dewi Sri Widowati tidak dapat dibendung sehingga mengabaikan akal sehat. (2) KONTEKS WAKTTINYA TELAH TIBA DEWI TARI MELAHIRKAN DENGAN BERBAGAI PERASAAN MENJADI SATU. LEGA, CEMAS DAN WAS-WAS keuntungan
:
74
DOKTER : Berbahagialah Gusti Putri. Bayi PRIBADI anda lahir wanita, super cantik. Pada tuturan (2) penutur menginformasikan keadaan bayi yang baru saja lahir. Bayi tersebut befenis kelamin perempuan dan cantik sekali. Tuturan yang mempunyai kontribusi fungsi informasi, adalah "Bayi anda lahir wanita, super cantill'. Tuturan tersebut menginformasikan jika persalinan tidak mengalami kesulitan serta bayinya sehat sempurna. Di samping itu memberi motivasi, dan tuturan tersebirt bersifat persuasif terhadap mitra tutur supaya berbahagia dan bersyukur sebab antara mitra dan bayi sehat dan selamat. Kemudian tuturan "Berbahagialah Gusti Putri", mengandung kontribusi fungsi tuturan persuasi. Partikel "- lah" padakata"berbahagialah" dipergunakan untuk menekankan makna kata yang di depannya. Sehingga dalam tuturan (2), penutur memberi motivasi supaya mitra tutur menikmati kebahagiaan. Penutur memotivasi mitra tutur dalam menyongsong kelahiran bayi dengan hati gembira dan bahagia.
(3) KONTEKS
DEWI TARI
:
:
MENDENGAR BAYINYA LAHIR PEREMPUAN DEWI TARI PINGSAN. DAN SETELAH SIUMAN, GLTNAWAN WIBISONO, ADIK IPARNYA TELAH DIDEKATNYA Ooooh Dimas Wib. Bunuh sajalah mbakyumu ini. Aku tak kuat menerima kenyataan ini.
WIBISANA
: Lho !
memangnya kenapa. Bukankah malah gembira dan bahagia karena bayi itu telah lahir dengan selamat
75
DEWI TARI
:
Oh Dimas ketahuilah , Mas Rahwana, telah berniat akan mengawini anaknya sendiri
bila lahir
perempuan. Dan
nya....nyatanya anakku lahir
WIBISANA
:
RAHWANA
:
perempuan huk..huk..huk. setiap wanita , tidak mau untuk dimadu, apalagi diriku , yang bakal dimadu sama anakku sendiri. Oh Dimas .,.... Jangan khawatir Yundha,. Dinda akan merekayasa agar anak itu nantinya tidak jadi dipersitri oleh Kak Rahwana . Ja...jadi, anaku laki - laki ? Oh Dewa. Dewa telah berbohong. Dewa bohong !
Tuturan (3) mengandung kontribusi fungsi tuturan informasi, ekspresi, dan persuasi. Pada tuturan di atas penutur mengekspresikan kesedihan hati yang amat sangat, sampai minta tolong kepada mitra tutur untuk mengakhiri hidupnya. Penutur tidak sanggup untuk mengalami penderitaan batin yang timbul dari suaminya sendiri. Di dalam penutur mengekspresikan isi hatinya juga menginformasikan sebab penderitaan yang dialaminya kepada mitra tutur. Ekspresi tuturan mitra tutur adalah "Bunuh sajalah mbaleyumu ini". Tuturan tersebut mengekspresikan puncak penderitaan, daripada tersiksa batin selama hidup maka mati adalah solusi yang paling mudah. Kemudian tuturan yang mengandung informasi adalah "Ketahuilah kakakmu, Mas Rahwana, telah berniat akan mengawini anaknya sendiri bila lahir perempuan," dan "Dan nya... nyatanya anal*u lahir perempuan huk huk huk." Kedua tuturan tersebut menginformasikan kepada mitra tutur bahwa suami penutur benar-benar mempunyai 76
niat untuk memperistri anak perempuannya.
Informasi berikutnya menyatakan bahwa jika anaknya lahir perempuan. Juga merupakan hal yang menyakitkan bagi perempuan jika dimadu justru dengn anaknya sendiri. Situasi dan posisi penutur mengakibatkan merasa sedih yang mendalam. Isi tuturan mitra tutur pada tuturan (3) mempunyai kontribusi fungsi persuasif (membujuk), memberi motivasi atau memberi dorongan positif kepada penutur untuk dapat lebih luat menghadapi cobaan hidup. Mitra tutur akan memberi solusi terbaik berdasarkan ekspresi dan informasi yang disampaikan oleh penutur. Tuturan yang rnengandung fungsi persuasi adalah " Lho ! Memangnya kenapa. Bukankah malah gembira dan bangga karena bayi ittt lahir dengan selamat, " tufuran mitra tutur secan tidak langsung
mempunyai tujuan supaya penutur tidak usah sedih, sambutlah dengan hati gembira dan bahagia atas kelahiran
anak dengan selamat dan sehat. Temyata pemberian motivasi supaya tidak sedih tidak jauh dari tujuan menghibur. Namun
setelah mitra tutur mengetahui duduk perkaranya maka segera memberi solusi kepada penutur terhadap masalah yang dialami. Solusi tersebut ada dalam tuturan "Jangan khowatir Yunda, Dinda akan merekayasa agar anak ini nantinya tidak jadi diperistri oleh Kak Rahwana." Mengamati makna tuturan mitra tutur terkandung tanggung jawab, pekerjaan dan resiko yang tidak ringan. Mitra tutur bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, untuk melindungi penutur dan menghapus keinginan seorang suami yang melanggar norma susila. Di samping itu juga melindungi keponakannya dari kejahatan ayahnya demi masa depan. Tanggung jawab, pekerjaan dan resiko mitra tutur tidak ringan dalam hal ini mengingat reaksi kakak mitra tutur yang mengetahui bila anaknya lahir laki - laki maka lupa diri, kecewa dan marah dengan mengumpat para dewa yang ingkar janji. Ekspresi perasaan marah dan kesal Rahwana ada dalam tuturan "Oh Dewa. Dewa yang
telah berbohong. Dewa bohong /" Rahwana tidak percaya lagi dengan petunjuk yang diberikan oleh para dewa sewaktu bertapa. Oleh karena emosi yang memuncak maka tuturan yang keluar berupa umpatan walaupun ditunjukkan kepada dewa sekalipun. Kepada dewa pun Rahwana berani mengumpat apalagS jika tahu bahwa anak perempuannya direkayasa menjadi laki - laki oleh adiknya sendiri maka akan timbul perang saudara hanya karena nafsu pribadi. , Mitra tutur merekayasa bayi perempuan menjadi bayi laki - laki untuk menghalangi niat yang tidak baik. Berdasarkan hal tersebut maka mitra tutur dengan kesaktiannya dan atas Uin sang pencipta maka mencipta bayi laki - laki dari mega atau awan. Secara tidak langsung bahwa bayi laki - laki ini sebagai penyelamat, antara lain, masa depan bayi perempuan, nasib seorang ibu (istri) terhadap perlakuan suami, serta membatalkan niat pelanggaraan norrna asusila seorang ayah terhadap anak perempuannya.
Cerita terhadap Realitas Kehidupan Judul merupakan sari makna dan cerita yang diungkapkan oleh pengarang. Kata rekayasa terdiri dari dua kata "reka" dafl "yasa" (bahasa Jawa). Arti kata "reka"
3.2 Relevansi
adalah mencari akal, daya upaya, merancang, merencanakan "yasa" adalah membuat, mendirikan dan , sedang kata'diri hasilnya milik sendiri. Sehingga arti rekayasa adalah sebuah akal yang dirancang sendiri dan tidak ada campur tangan orang lain. Berkaitan dengan judul dalam wacana wayang mbeling "Rekayasa Wibisana" menceritakan tentang sebuah rencana yang dibuat untuk mengatasi , menanggulangi dan menyelamatkan pihak yang tidak berdaya atas keinginan yang melanggar norma susila.
78
3.2.1
RekayasaPositif
Wacana wayang mbeling berjudul "Rekayasa Wibisana", merupakan lambang alur cerita dalam kehidupan nyata manusia. Certa tersebut bertumpu pada dinamika kehidupan manusia. Tokoh Wibisana, yang bijak
dalam menghadapi problem
kehidupan.
Dia
dapat
yang menguntungkan dari kedua belah pihak. Artinya, mengatasi permasalahan tanpa mengatasi permasalahan
menimbulkan kerugian. Misalnya, Wibisana mencipta bayi laki - lbki dengan maksud menyelamatkan perasaan Dewi Tari dan secara tidak langsung mencegah tindak amoral seorang ayahyang akan menikahi anak perempuannya. Sifat Wibisana banyak dilakukan oleh manusia dalam dunia nyata untuk kepentingan orang tua, orang banyak atau justru untuk kepentingan diri sendiri. Kepentingan tersebut dapat bertujuan negatif ataupun positif. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, pada urnumnya mengenal peribahasa "Dora Sembodo", maknanya , kata 'odora" (bahasa Kawi) berarti bohong, sedang kata "sembodo" mempunyai arti serba lengkap (kuat, kukuh, cukup), patut, layak sepadan dengan, setimpal dengan. Jadi, peribahasa Jawa tersebut mempunyai makna , walaupun seseorang mengatakan bohong tentang suatu hal tetapi untuk kebaikan dan ketentraman bersama. Sehingga kebohongan tersebut tidak terkena hukuman , baik hukum masyarakat apalagi hukum negara. Sebagai contoh, ada peristiwa yang tragis menimpa salah satu anggota keluarga. Peristiwa tersebut terjadi jauh dari tempat tinggalnya. Orang yang menyampaikan informasi kepada keluarga di rumah tidak sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Orang tersebut menyampaikan kebohongan,
tetapi dalam hal ini demi untuk kebaikan maupun ketentraman keluarga, bukan untuk hal yang sifatnya merugikan orang lain. Jika hal tersebut terjadi maka orang tersebut tidak menanggung beban moral.
79
3.2.2
Rekayasa Negatif
Istilah rekayasa sudah mengandung makna negatif, sebab sedikit banyak akan mengakibatkan kerugian bagr orang lain. Kerugian tersebut dapat berupa material maupun dari segi moral spiritual. Seperti halnya apa yang dilakukan oleh Rahwana terhadap istrinya yaitu Dewi Tari. Ke lakuan Rahwana dengan jelas merugikan pihak lain dan menguntungkan diri sendiri. Rahwana dengan sengaja mencari akal dan merencanakan untuk menikahi anaknya jika,lahir perempuan. Rencana yang betul - betul diidamkan sampai terbawa mimpi bahwa cahaya sukma Dewi Sri Widowati telah menitis pada bayi yang sedang dikandung istrinya. Hal tersebut untuk meyakinkan istrinya, Dewi Tari. Rekayasa Rahwana untuk memperistri anaknya jika
iahir kelak, seperti dalam kalimat " Kata-kata itulah yang keluar dari muiut suaminya, yang kemudian pergi bertapa ciengan maksud agar anaknya lahir perempuan, sehinga terwujud ambisrnya." Kata "bertapd' mempunyai makna menjalani olah batin dengan mengasingkan diri dari keramaian dunia serta menahan hawa nafsu , sedang kata "terwujud" mempunyai keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu. Jadi dari pernyataan di atas menyatakan betapa kacaunya jiwa dan pikiran Rahwana . Di satu pihak dia meiakukan olah batin untuk menahan' hawa nafsu. Jika dilakukan untuk mencapai cita - cita luhur maka merupakan upaya yang luhur, tetapi tidak demikian untuk Rahwana. Di lain pihak, melakukan ikhtiar tidak untuk hal yang mulia tetapi untuk melakukan keinginannya yangtidak terpuji. Inilah perlakuan rekayasa Rahwana supaya keinginannya tenvujud.
4.
KESIMPULAN Cerita yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai tolok ukur kehidupan. Namun demikian secara tidak langsung 80
penikmat diajak untuk selalu mempertimbangkan
segala
sesuatu keputusan yang diambil. Sehingga segala akibat yang ditimbulkan dari keputusan tersebut dapat dimaknai dengan bijaksana. Orang yang bijaksana akan tercermin dari cara bertutur kata, berusaha untuk dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja serta kapan saja. Wacana wayang mbeling yang berjudul "Rekayasa Wibisana" karya Ki Maksum Sukacarita, banyak didominasi fungsi tuturan ekspresi, tuturan informasi dan tuturan persuasi. Kemudian'fungsi tuturan eksplorasi dan tuturan hiburan tidak ditemukan. Hanya ditemukan tiga jenis fungsi tuturan tersebut sesuai dengan isi cerita wayang mbeling di atas. Di samping itu, kedua fungsi tuturan yang lain tidak ditemukan karena wacana tersebut isinya bersifat ekspresif dan informatif sedikit persuasif karena ada suasana hati yang ragu sehingga butuh motivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Kaonie Agustina, 1995.
Sosiolinguistik,
Perkembangan Awal. Jakarta : Rineka Cipta. Gunarwan, Asim. 2003. Beberapa Prinsip dalam Komunikasi Verbal : Tinjauan Sosiolinguistik dan Pragmatik Makalah. PIBSI XXV DI IKIP PGRI Semarang.
Rustono.l999.
Pokok
pokok Pragmatik, Semarang : CV IKIP
Semarang Press
Sukacarita, Ki Maksum. 1993. Rekayasa Wibisana, Suara Merdeka 11 l7 Agustus 1993.
8l
-